Anda di halaman 1dari 30

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS PERASAN JERUK NIPIS DAN JERUK

LEMON DALAM MENGHAMBAT CEMARAN Escherichia coli PADA


DAGING AYAM SEGAR

PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian di
Program Studi S1 Farmasi STIKes Bakti Tunas Husada

PEGI PATMAWATI
S I FARMASI
31117129

STIKes BAKTI TUNAS HUSADA


PROGRAM STUDI FARMASI
TASIKMALAYA
2020
PERBANDINGAN EFEKTIVITAS PERASAN JERUK NIPIS DAN JERUK
LEMON DALAM MENGHAMBAT CEMARAN Escherichia coli PADA
DAGING AYAM SEGAR

PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian di
Program Studi S1 Farmasi STIKes Bakti Tunas Husada

PEGI PATMAWATI
S I FARMASI
31117129

STIKes BAKTI TUNAS HUSADA


PROGRAM STUDI FARMASI
TASIKMALAYA
2020

ii
HALAMAN PERNYATAAN ORSINALITAS

Proposal ini adalah hasil karya saya sendiri,


dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan
benar

Nama : Pegi Patmawati


NIM : 31117129

Tanda Tangan :

Tanggal :

iii
HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal ini diajukan oleh :


Nama : Pegi Patmawati
NIM : 31117129
Program Studi : S1 Farmasi
Judul Proposal : Perbandingan Efektivitas Perasan Jeruk Nipis Dan Jeruk
Lemon Dalam Menghambat Cemaran Escherichia coli
Pada Daging Ayam

Telah setujui oleh “Pembimbing I dan II


dan siap diajukan pada seminar proposal sebagai bagian persyaratan yang
diperlukan untuk melakukan penelitian tugas akhir

Ditetapkan di :
Tanggal :

Pembimbing I Pembimbing II

Khairunnisa, S.Farm Winda Trisna Wulandari, M.Si

iv
HALAMAN PENGESAHAN

Proposal ini diajukan oleh :


Nama : Pegi Patmawati
NIM : 31117129
Program Studi : S1 Farmasi
Judul Proposal : Perbandingan Efektivitas Perasan Jeruk Nipis Dan Jeruk
Lemon Dalam Menghambat Cemaran Escherichia coli
Pada Daging Ayam

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji, telah


diperbaiki sesuai dengan saran dari tim penguji serta diterima sebagai
bagian persyaratan yang diperlukan untuk mencapai gelar Sarjana
Farmasi pada Program Studi S1 Farmasi
STIkes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya

DEWAN PENGUJI
Pembimbing : Khairunnisa Dwi, S.Farm
Pembimbing : Winda Trisna Wulandari,M.Si
Penguji : Gatut Ari Wardani,M.Sc

v
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Alloh SWT, karena atas berkat dan rahmat-
Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam
rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi di Prodi
S1 Farmasi STIkes BTH Tasikmalaya. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dari
berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini,
sangatlah sulit untuk saya menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu khairunisa, selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu,
tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan proposal
ini;
2. Ibu Winda Tresna Wulandari selaku dosen pembimbing kedua yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran dalam mengarahkan saya dalam
penyusunan prposal ini;
3. Ucapan termakasih kepada Prodi S1-Farmasi STIKes Bakti Tunas Husada
atau pihak lain yang banyak membantu dalam penelitian;
4. Orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan bantuan dukungan
material dan moral;
5. Sahabat-sahabat saya yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan
proposal ini.
Akhir kata, saya berharap Alloh SWT berkenan membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu.

Tasikmalaya, Maret 2020

Penulis

vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................ii
HALAMAN PERNYATAAN ORSINALITAS .........................................iii
HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................iv
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................v
KATA PENGANTAR...................................................................................vi
DAFTAR ISI................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................1
1.1 Latar belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan masalah.....................................................................................3
1.3 Tujuan penelitian .....................................................................................3
1.4 Manfaat penelitian ...................................................................................3
1.5 Lokasi dan waktu penelitian.....................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................5
2.1 Deskripsi Tanaman Jeruk Nipis................................................................5
2.2 Deskripsi Tanaman Jeruk Lemon.............................................................7
2.3 Metabolit sekunder.................................................................................11
2.4 Bakteri Eshericia coli.............................................................................14
BAB III METODELOGI PENELITIAN .....................................................17
3.1 Alat bahan...............................................................................................17
3.2 Sampel Penelitian...................................................................................17
3.3 Metodelogi Penelitian.............................................................................17
3.4 Prosedur Penelitian ................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................22

vii
PP

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Saat ini, isu mengenai keamanan pangan terkait dengan adanya
Bahan Tambahan Pangan (BTP), khususnya pengawet, menjadi semakin
diperhatikan. Penggunaan bahan pengawet memiliki keuntungan dan
kerugian. Di satu sisi dengan adanya pengawet, bahan makanan dapat
dibebaskan dari aktivitas mikrobia baik yang bersifat patogen maupun
yang menyebabkan kerusakan bahan pangan. Bahan pengawet pada
dasarnya adalah senyawa kimia yang merupakan bahan asing yang akan
masuk bersama makanan. Penggunaan bahan pengawet bila dosisnya
tidak diatur, akan menimbulkan kerugian bagi pemakainya baik secara
langsung maupun yang bersifat akumulatif
Daging ayam merupakan salah satu bahan pangan yang banyak
digemari oleh masyarakat dari berbagai tingkatan ekonomi, karena
selain harganya murah dibandingkan dengan harga daging yang lain
(sapi, kerbau, kambing), daging ayam juga mengandung zat gizi yang
sangat baik bagi tubuh. Daging ayam juga merupakan bahan pangan
yang sangat mudah rusak (perishable). Kerusakan yang terjadi
berkaitan erat dengan aktivitas mikroorganisme, sehingga untuk
mencegah terjadinya pembusukan yang cepat, maka salah satunya
dilakukan pengawetan dengan menggunakan perasan jeruk nipis
sebagai bahan pengawetnya. Berbagai cara telah dilakukan untuk
menjaga kualitas dan umur simpan daging ayam, salah satunya dengan
menggunakan pengawet alami yang mudah didapat, terjangkau oleh
masyarakat dan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan
(Muhtadi dan Sugiono, 2009). Bahan pengawet alami yang sering
ditemukan di dalam kehidupan sehari-hari salah satunya berasal dari
perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia Swingle) dan perasan jeruk

1
PP

lemon ( Citrus limon L )


Perasan jeruk nipis segar mengandung asam sitrat 6,15%, asam
laktat 0,09%, serta sejumlah kecil asam tartarat (Nour et al, 2010).
Penelitian yang dilakukan Berlian, Fatiqin, dan Agustina (2016),
dengan judul penggunaan perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia)
dalam menghambat bakteri Escherichia coli pada bahan pangan dengan
menggunakan metode difusi agar secara pour plate didapatkan hasil
pada konsentrasi 25% rerata bakteri 3,2 koloni/gram, konsentrasi 50%
rerata bakteri 2,4 koloni/gram, konsentrasi 75% rerata bakteri 4,2
koloni/gram dan konsentrasi 100% rerata bakteri 0,8 koloni/gram. Hal
tersebut dapat disebabkan karena adanya perbedaan senyawa yang
terkandung dalam air jeruk nipis. Sesuai dengan Razak (2013), air
perasan buah jeruk nipis memiliki daya antibakteri yang sangat kuat
sehingga dalam waktu yang singkat air perasan jeruk nipis dapat
menghambat pertumbuhan bakteri secara optimal.
Perasan Jeruk lemon memiliki memiliki manfaat diantaranya yaitu
untuk kesehatan dan kecantikan. Kandungan jeruk lemon antara lain
flavonoid (flavones), limonen, asam folat, tanin, vitamin (C, A, B1, dan
P), dan mineral (kalium, magnesium). Jeruk lemon (Citrus limon (L.)
Burm. f. ) mempunyai komposisi utama gula dan asam sitrat.
Kandungan alamiah yang terkandung dalam jeruk lemon dapat berguna
sebagai antibakteri alami. Asam sitrat dan flavonoid yang terkandung
dalam air perasan jeruk lemon memiliki daya sebagai antibakteri
(Nurlaely, 2016). Berdasarkan jurnal Ariani (2017), gambaran air
perasan jeruk lemon (Citrus limon (L.) Burm. f. ) terhadap pertumbuhan
bakteri Staphylococcus aureus dengan menggunakan metode difusi
cakram kertas didapatkan hasil penelitian bahwa terdapat diameter
terbesar pada konsentrasi 80% yaitu 8 mm dengan kategori kuat.
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk menguji
perbandingan efektivitas antibakteri jeruk nipis dan jeruk lemon yang
sering ditemukan di dalam kehidupan sehari-hari sebagai antibakteri
terhadap bakteri Escherichia coli serta pada penelitian ini juga

2
PP

digunakan variasi konsentrasi 25%,50%,75% dan 100%. Rahardjo


(2012), menyatakan bahwa dekontaminasi perasan jeruk nipis akan
menurunkan bakteri E. coli sampai dengan 96,43% pada daging ayam.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dirumuskan masalah


sebagai berikut :
a. Berapa konsentrasi air perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia
Swingle) dan perasan jeruk lemon ( Citrus limon L ) yang
mempunyai zona hambat paling besar yang mampu menghambat
pertumbuhan E.coli ?
b. Apakah terdapat perbedaan aktivitas pada perasan jeruk nipis
(Citrus aurantifolia Swingle) dan perasan jeruk lemon ( Citrus
limon L ) dalam menghambat pertumbuhan bakteri E.coli ?

1.3.Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui perbandingan aktivitas pada perasan jeruk nipis
(Citrus aurantifolia Swingle) dan perasan jeruk lemon ( Citrus limon
L) sebagai antibakteri terhadap pertumbuhan Escherichia coli.

1.4.Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai data dasar
untuk menunjang penelitian lain dan memberikan masukan bagi
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pengendalian mutu dan
keamanan pangan.

1.5.Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di laboratorium mikrobiologi program


studi Farmasi STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya pada bulan
Februari 2020 hingga Juli 2020.

3
PP

Tabel Jadwal Penelitian

Bulan
Februari Maret April Mei Juni
Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penyusunan
Proposal
Seminar Proposal

Penelitian
Determinasi
Tanaman
Pembuatan Media
dan
Perkembangbiakan
Bakteri
Pengujian
Analisis Data
Penyusunan
Laporan
Sidang Kolokium

Sidang
Komprehensif

4
PP

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia Swingle)

2.1.1 Deskripsi

Jeruk nipis merupakan salah satu tanaman perdu yang


memiliki tinggi 3,5 meter. Tanaman ini memiliki akar tunggang,
berbentuk bulat dan berwarna putih kekuningan. Tanaman ini
memliki batang berkayu, bulat, berduri, dan berwarna putih
kehijauan. Tanaman ini memiliki daun yang majemuk,
berbentuk bundar atau melonjong, pangkal membundar atau
menumpul dengan ujung tumpul dan tepi beringgit, dengan
pertulangan daun menyirip. Bagian bunga majemuk atau
tunggal, terletak di ketiak daun atau ujung batang. Buah jeruk
nipis berbentuk bulat dengan diameter 3,5 – 5 cm. Pada saat
masih muda jeruk nipis berwarna hijau muda dan akan berubah
warna menjadi kuning saat buah sudah tua (Herbie, 2015).

Gambar 2.1. Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia Swingle)

2.1.2 Klasifikasi
Menurut taksonomi, tanaman jeruk nipis memiliki
klasifikasi sebagai berikut (Khanifah, 2015) :

5
PP

Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dycotiledoneae
Bangsa : Rutales
Famili : Rutaceae
Genus : Citrus
Spesies : Citrus aurantifolia Swingle

2.1.3 Kandungan
Jeruk nipis memiliki beberapa kandungan senyawa
biokimia sebagai berikut (Suarsana, Kumbara dan Satriawan,
2015) :
a. Jeruk nipis mengandung lemak, asam amino (triptofan, lisin),
kalsium, fosfor, besi, belerang, dan vitamin B1.
b. Buah jeruk nipis merupakan sumber yang kaya akan asam
askorbat (vitaminC) dan senyawa bioaktif lainnya seperti
coumarin, karotenoid, limonoid, dan flavonoid (khususnya
flavon polymethoxylated dan flavanon).
c. Jeruk nipis mengandung senyawa fitokimia diantaranya
saponin, dammar, glikosida, asam sitrun, flavonoid
(hesperidin, tangeretin, naringin, eriocitrin, eriocitrocide).
d. Selain itu, jeruk nipis juga mengandung minyak atsiri, (sitral,
limonen, felandren, lemon kamfer, kadinen, gerani-lasetat,
linali-lasetat, aktilaldehid, nonildehid).
e. Jeruk nipis juga mengandung 7% minyak essensial (citral,
limonen, fenchon, terpineol, bisabolene, dan terpenoid
lainnya).

2.1.4 Khasiat
Pemanfaatan jeruk nipis sebagai obat telah dilakukan sejak
lama. Hampir seluruh bagian dari tanaman ini dapat digunakan
sebagai bahan obat tradisional. Bagian daun jeruk nipis dapat

6
PP

dimanfaatkan sebagai obat demam dengan cara merebus 2-4


genggam daun jeruk nipis di dalam 2-4 gelas air. Air rebusan
tersebut dapat digunakan untuk mengompres dahi pasien demam.
Bagian akar jeruk nipis dapat digunakan sebagai obat disentri dan
ambeien dengan cara merebus akar jeruk nipis di dalam air. Air
rebusan akar kemudian disaring dan diminum secara teratur.
Bagian buah jeruk nipis cukup sering digunakan dalam berbagai
pengobatan tradisional. Dalam pemanfaatannya buah jeruk nipis
cukup diolah dengan cara diperas saja. Kemudian air perasan
jeruk nipis ditambahkan dengan bahan alami lainnya yang dapat
digunakan sebagai obat. Buah jeruk nipis umumnya
dimanfaatkan sebagai obat batuk, influenza, sakit panas, sembelit,
sesak napas, amandel, malaria, terlambat datang bulan, hingga
mengurangi rasa sakit pada saat datang bulan (Putra, 2015).

2.2 Jeruk Lemon Citrus Limon (L.)


2.2.1 Deskripsi
Jeruk Citrus (dari bahasa Belanda, citroen), atau lemon
adalah sejenis jeruk yang buahnya biasa dipakai sebagai penyedap
dan penyegar dalam banyak seni boga dunia. Pohon jeruk sitrun
berukuran sedang (dapat mencapai 6 m) tumbuh di daerah
beriklim tropis dan sub-tropis serta tidak tahan akan cuaca dingin.
Sitrun dibudidayakan di Spanyol, Portugal, Argentina, Brasil,
Amerika Serikat dan negara-negara lainnya di sekitar Laut
Tengah. Tumbuhan ini cocok untuk daerah beriklim kering
dengan musim dingin yang relatif hangat. Suhu ideal untuk sitrun
agar dapat tumbuh dengan baik adalah antara 15-30 °C (60-85°F).
Jeruk lemon dapat tumbuh baik di dataran rendah hingga
ketinggian 800 meter di atas permukaan (Marwanto, 2014).

2.2.2 Klasifikasi Jeruk Lemon (Citrus Limon (L.) Burm. f. )


Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

7
PP

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)


Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Sapindales
Famili : Rutaceae (suku jeruk-jerukan)
Genus : Citrus
Spesies : Citrus Limon (L.) Burm. f.

2.2.3 Morfologi Buah Lemon


Struktur morfologi buah lemon adalah sebagai berikut :

Gambar 2.2 Morfologi Buah Lemon

1. Daun

Daunnya berwarna hijau dengan tepi rata, tunggal, berseling,


lonjong, ujung dan pangkal meruncing, panjang 7-8 cm, lebar

8
PP

4-5 cm, tangkai silindris, permukaan biasanya licin dan agak


berminyak.

2. Batang
Batang atau ranting berduri panjang tetapi tidak rapat, tegak,
bulat, percabangan simpodial, berduri, hijau. Rantingnya tidak
berduri dan tangkai daunnya selebar 1-1,5 mm.

3. Akar
Jenis akar dari tanaman jeruk lemon adalah akar tunggang atau
akar primer dimana akar jenis ini dimiliki oleh tumbuhan
dikotil seperti tanaman jeruk lemon. Fungsi utamanya adalah
untuk menyimpan makanan.
4. Bunga
Majemuk, di ujung batang dan di ketiak daun, tangkai segitiga,
panjang 1-1,5 cm, hijau, kelopak bentuk bintang, hijau, benang
sari panjang ± 1,5 cm, kepala sari bentuk ginjal, kuning,
tangkai putik silindris, panjang ± 1 cm, kepala putik bulat,
kuning, mahkota lima helai, bentuk bintang, putih kekuningan.
5. Buah
Buah lemon berkulit kasar, berwama kuning orange,
bentuknya agak bulat dengan panjang 5-8 cm, tebal kulitnya
0,5-0,7 cm dan dasarnya agak menonjol. Lemon yang baik
berwarna kuning tua, padat dan berdaging tebal dengan
permukaan kulit mengkilap dan rata. Warna akan berubah
lebih pucat ketika matang. Sari buah lemon terdiri dari 5%
asam sitrat, yang memberikan rasa khas lemon dan pH-nya
sekitar 2-3 (Nizhar, 2012).
6. Biji
Berbentuk bulat telur, berkerut, putih dan bijinya banyak (rata-
rata 10 - 15).

9
PP

2.2.4 Kandungan Kimia Buah Lemon


Buah lemon mengandung asam-asam yang berperan pada
pembentukan rasa asam buah. Buah lemon merupakan salah satu
sumber vitamin C dan antioksidan yang berkhasiat bagi kesehatan
manusia, serta sering dipakai sebagai bahan untuk penambah rasa
masakan serta menghilangkan bau amis (Nizhar, 2012).
Jeruk lemon mempunyai komposisi utama gula dan asam
sitrat. Kandungan jeruk lemon antara lain flavonoid (flavones),
limonene, tannin, vitamin (C, A, B1, dan P), dan mineral (kalium,
magnesium) (Budiana, 2013).
Di dalam buah lemon dikenal sebagai sumber vitamin C,
tetapi sebenarnya buah ini juga mengandung zat gizi esensial
lainnya, meliputi karbohidrat (zat gula dan serat makanan),
potasium, folat, kalsium, thiamin, niacin, vitamin B6, fosfor,
magnesium, tembaga, riboflavin, asam pantotenat, dan senyawa
fitokimia. Karbohidrat dalam jeruk merupakan karbohidrat
sederhana, yaitu fruktosa, glukosa, dan sukrosa. Karbohidrat
kompleksnya berupa polisakarida non-pati (secara umum dikenal
sebagai serat makanan) yang baik untuk kesehatan (Nizhar,
2012).

2.2.5 Khasiat
Dengan banyaknya kandungan nutrisi yang bervariasi
menjadikan air perasan lemon memiliki banyak manfaat untuk
kulit antara lain:
1. Menghilangkan bekas jerawat
Asam sitrat yang tekandung dalam air perasan lemon berfungsi
sebagai zat exfoliant untuk menghilangkan sel mati yang
menutupi pori-pori dan sering menyebabkan infeksi dan iritasi
pada lapisan kulit luar. Selain asam sitrat, air perasan lemon
juga mengandung asam laktat dan asam glikolis yang di
dalamnya mengandung Alpha Hydroxy Acids atau AHA. Hasil

10
PP

penelitian Doaa S. Sayed dan Amira A. Abdul Mutaleb (2012)


menyebutkan asam laktat signifikan untuk mengobati jerawat
pada derajat keparahan ringan sampai sedang.
2. Antioksidan
Antioksidan merupakan molekul yang dapat menghambat
oksidasi molekul lain, sehingga memberi perlindungan
endogen dan tekanan oksidatif eksogen dengan menangkap
radikal bebas (Lai-Cheong & McGrath, 2017). Antioksidan
dapat untuk melindungi kulit dari berbagai kerusakan sel serta
untuk menghambat radikal bebas.
3. Antibakteri
Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh Tomotake
et al (2005) zat yang memiliki kemampuan sebagai antibakteri
dalam buah lemon adalah asam sitrat. Asam sitrat merupakan
asam organik utama yang terdapat dalam air perasan lemon.
Selain asam sitrat, air perasan lemon juga mengandung
liminoid dan flavonoid yang memiliki aktivitas sebagai
antibakteri.

2.3 Metabolit Sekunder


2.3.1 Pengertian
Metabolit sekunder merupakan suatu senyawa yang
disintesis oleh tumbuhan, mikrobia atau hewan melewati proses
biosintesis yang digunakan untuk menunjang kehidupan namun
tidak vital (jika tidak ada tidak mati) sebagaimana gula, asam
amino dan asam lemak. Metabolit ini memiliki aktifitas
farmakologi dan biologi. Di bidang farmasi secara khusus,
metabolit sekunder digunakan dan dipelajari sebagai kandidat
obat atau senyawa penuntun (lead compound) untuk melakukan
optimasi agar diperoleh senyawa yang lebih poten dengan
toksisitas minimal (hit) (Saifudin, 2014).

11
PP

2.3.2 Peran metabolit sekunder pada jeruk nipis dan jeruk lemon
sebagai antibakteri

2.3.2.1 Flavonoid
Sebagai antibakteri flavonoid memiliki mekanisme
dalam pembentukan senyawa kompleks dengan protein
ekstraseluler dan terlarut sehingga dapat merusak
membran sel bakteri dan diikuti dengan keluarnya
senyawa intraseluler. Selain berperan dalam inhibisi
pada sintesis DNA-RNA dengan interkalasi atau ikatan
hydrogen dengan penumpukan basa asam nukleat,
flavonoid juga berperan dalam menghambat
metabolisme energi. Senyawa ini akan mengganggu
metabolisme energi dengan cara yang mirip dengan
menghambat sistem respirasi, karena diperlukan energi
yang cukup untuk penyerapan aktif berbagai metabolit
dan untuk biosintesis makromolekul (Ngajow, Abidjulu
dan Kamu, 2013).

2.3.2.2 Saponin
Saponin sebagai antibakteri memiliki mekanisme
untuk menurunkan tegangan permukaan sehingga
mengakibatkan naiknya permeabilitas atau kebocoran sel
dan mengakibatkan senyawa intraseluler akan keluar.
Senyawa intraseluler tersebut berdifusi melalui membran
luar dan dinding sel yang mengakibatkan kematian sel.
Agen antimikroba yang dapat mengganggu membran
sitoplasma bersifat bakterisida (Ngajow, Abidjulu and
Kamu, 2013).

2.3.2.3 Asam Organik


Perasan buah jeruk nipis memiliki beberapa macam

12
PP

kandungan senyawa asam organik, seperti asam sitrat,


asam malat, asam laktat, dan asam tartarat. Sebagai
antibakteri, asam organik tersebut berperan dalam
menurunkan pH di bawah kisaran pertumbuhan
mikroorganisme dan penghambatan metabolisme oleh
molekul asam yang terkondisi (Berlian, Fatiqin dan
Agustina, 2016).

2.3.2.4 Minyak Atsiri


Kulit buah jeruk nipis mengandung minyak atsiri
yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Adapun
minyak atsiri yang terdapat pada jeruk nipis yaitu
senyawa limonene, linalool, dan mirsen dimana senyawa
tersebut bekerja dengan cara merusak membrane sel
bakteri. Limonene merupakan senyawa hidrokarbon
yang mengandug gugus terpen, cairan yang berwarna
pucat, dan memiliki aroma jeruk yang sangat kuat.
Kandungan terpen pada limonene ini mempunyai
kemampuan antimikroba dengan bekerja menghancurkan
membran sel bakteri. Mekanisme kerjanya diduga
dengan merusak integritas membran sitoplasma yang
berperan sebagai barrier permeabilitas selektif,
membawa transport aktif, dan kemudian mengontrol
komposisi interna sel. Jika terjadi kerusakan pada fungsi
sel,kemudian sel dirusak sehingga terjadi keatian sel
(Sari, Masfiyah dan Chodijah, 2012).

2.3.2.5 Tanin
Tanin merupakan senyawa yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri dengan cara menghambat enzim
reverse transkriptase dan DNA topoisomerase yang
berfungsi pada proses transkripsi dan replikasi, sehingga

13
PP

sel bakteri tidak dapat terbentuk. Tanin juga memiliki


aktivitas antibakteri yang berhubungan dengan
kemampuannya untuk menginaktifkan adhesin sel
mikrobia, menginaktifkan enzim, dan menggangu
transport protein pada lapisan dalam sel bakteri. Tanin
juga mempunyai target pada polipeptida dinding sel
sehingga pembentukan dinding sel menjadi kurang
sempurna. Hal ini menyebabkan sel bakteri menjadi lisis
karena tekanan osmotik maupun fisik sehingga sel
bakteri akan mati (Ngajow, Abidjulu, dan Kamu, 2013).

2.3.2.6 Terpenoid
Terpenoid merupakan turunan terpena atau
senyawa-senyawa yang strukturnya mirip terpena.
Molekul terpenoid dapat mengandung gugus karboksil,
hidrosil, formil, atau gugus yang lain. Aktivitas
antibakteri terpenoid diduga melibatkan pemecahan
membran oleh komponen – komponen lipofilik. Selain
itu, senyawa fenolik dan terpenoid memiliki target utama
yaitu membran sitoplasma yang mengacu pada sifat
alamnya yang hidrofobik (Ngajow, Abidjulu, dan Kamu,
2013).

2.4. Bakteri Escherichia coli


2.4.1 Klasifikasi

Klasifikasi nomenklatur Escherichia coli sebagai


berikut : Superdomain : Phylogenetica
Filum : Proterobacteria
Kelas : Gamma Proteobacteria
Ordo : Enterobacteriales
Family : Enterobacteriaceae

14
PP

Genus : Escherichia
Species : Escherichia Coli (Jawetz et al., 1995).

2.4.2 Morfologi
Escherichia coli merupakan bakteri Gram negatif
berbentuk batang pendek yang memiliki panjang sekitar 2 μm,
diameter 0,7 μm, lebar 0,4-0,7μm dan bersifat anaerob fakultatif.
Morfologi bakteri Escherichia coli dapat dilihat pada gambar
2.1. Bentuk sel dari bentuk seperti coocal hingga membentuk
sepanjang ukuran filamentous. Tidak ditemukan spora. Selnya
bisa terdapat tunggal, berpasangan, dan dalam rantai pendek,
biasanya tidak berkapsul. Escherichia coli membentuk koloni
yang bundar, cembung, dan halus dengan tepi yang nyata
(Jawetz et al., 1995).

Gambar 2.3 Morfologi Escherichia coli (Collier, 1998)

2.4.3 Patogenitas

Bakteri E. coli adalah salah satu bakteri yag digunakan


sebagai indikator adanya kontaminasi feces dan kondisi sanitasi
yang tidak baik terhadap air, makanan, dan minuman. E. coli
menjadi patogen jika jumlah bakteri dalam saluran pencernaan

15
PP

meningkat atau berada di luar usus, menghasilkan enterotoksin


sehingga menyebabkan terjadinya bebarapa infeksi yang
berasosiasi dengan enteropatogenik kemudian menghasilkan
enterotoksin pada sel epitel. Manifestasi klinik infeksi oleh E. coli
bergantung pada tempat infeksi dan tidak dapat dibedakan dengan
gejala infeksi yang disebabkan oleh bakteri lain (Ismail 2012).

2.4.4 Cara penularan


Bakteri E. coli merupakan bagian dari mikrobiota normal
saluran pencernaan yang dapat berpindah dari satu tempat
ketempat lainnya, seperti dari tangan ke mulut atau dengan
pemindahan pasif lewat minuman yang terkontaminasi dengan
bakteri tersebut. Berbagai makanan dan minuman yang
dikonsumsi manusia dalam kehidupan sehari-hari tidak lepas dari
keberadaan bakteri di dalamnya. Namun, jika makanan dan
minuman tersebut diolah Secara higienis, mungkin bakteri
didalmnya masih memiliki batas toleransi untuk dikonsumsi,
terutama bakteri patogen penyebab penyakit. Menurut Standar
Nasional Indonesia (SNI) keberadaan E.coli pada bahan pangan
makanan dan minuman berjumlah 0 (nol) koloni dalam 100 ml air
(Elfidasari et al. 2011).

2.4.5 Hipotesis
Berdasarkan rumusan penelitian masalah diatas, maka
dapat diambil hipotesis yaitu perasan jeruk nipis dan jeruk lemon
memiliki senyawa flavonoid, saponin, asam organik, minyak
atsiri, tanin, dan terpenoid yang dapat memberikan efek
farmakologis sebagai antibakteri atau bahan pengawet pada
daging ayam.

16
PP

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah cawan petri,
oven, autoklaf, alumunium foil, gelas ukur, erlenmeyer, corong
penyaring, kertas saring, neraca analitik, jarum ose, tabung reaksi,
rak tabung reaksi, bunsen, pinset, mikroskop, objek glass, pipet
tetes, kamera, kapas, dan alat tulis.

3.1.2 Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah daging


ayam yang terkontaminasi bakteri E. coli, perasan buah jeruk
nipis (Citrus aurantifolia), perasan buah jeruk lemon ( Citrus
limon L ), aquades steril, media Salmonella Shigella Agar (SSA),
Nutrient Agar (NA), Lactosa Borth (LB), alkohol 96%, dan
pewarna gram bakteri.

3.1.3 Determinasi Tanaman

Determinasi tumbuhan dilakukan di Herbarium


Laboratorium Taksonomi Jurusan Biologi, FMIPA Universitas
Padjajaran, Jatinangor.

3.2 Sampel Penelitian

17
PP

Sampel yang digunakan pada penelitian ini yaitu buah jeruk nipis (
Citrus aurantifolia Swingle ) dan jeruk lemon ( Citrus limon L ) yang
diperoleh dari daerah kota Tasikmalaya.

3.3 Metode Penelitian

3.3.1 Sterilisasi Alat dan Bahan

Seluruh alat yang akan digunakan dicuci bersih dan


dikeringkan.Tabung reaksi, gelas ukur dan erlenmeyer ditutup
mulutnya dengan kapas. Cawan petri dibungkus dengan kertas,
Kemudian semuanya dimasukkan dalam plastik tahan panas dan
sterilkan pada autoklaf pada suhu 1210C selama 30 menit. Pinset
dan jarum ose disterilkan dengan cara memijarkan pada api
bunsen. Seluruh media pembenihan disterilkan dengan autoklaf
pada suhu 1210C selama 15 menit.

3.3.2 Pembuatan media SSA

Sebanyak 63 gram Salmonella shigella Agar (SSA)


dilarutkan dalam 1000 ml aquades, Kemudian diaduk sampai larut
dan dipanaskan hingga mendidih. Lalu disterilkan selama 15 menit
di autoklaf dengan tekanan udara 1 atm dan suhu 1210C.

3.3.3 Pembuatan media NA Serbuk nutrien agar

Ditimbang sebanyak 20 gram yang terdiri dari 5 gram


pepton, 3 gram ekstrak daging, dan 12 gram serbuk agar ditambah
aquades sampai dengan 1000 mL, Kemudian dipanaskan sambil
diaduk dengan magnetic stirer sampai homogen. Medium agar
yang telah siap dimasukkan dalam erlenmeyer tahan panas
kemudian ditutup dengan kapas dan kertas sampul coklat.
Kemudian disterilkan dalam autoklaf pada suhu 1210C selama 15
menit dengan tekanan 1 atm. Dinginkan media dan media siap
dipakai.

18
PP

3.3.4 Pemeriksaan Bakteri pada Bahan Pangan

Sampel yang digunakan dari daging ayam dimasukkan


kedalam wadah steril. Setiap sampel ditimbang sebanyak 10 g
dilakukan pengenceran secara berseri (10-1, 10-2, dan 10-3)
menggunakan aquades steril.

Kemudian hasil enrichment (pengkayaan) ditanam


menggunakan spread plate pada media selektif (SSA), disteril lalu
diinkubasi pada suhu 370C selama 48 jam. Lalu diisolasi untuk
mendapatkan biakan murni bakteri dengan menggoreskan 0,1 ml
pada lempengan SSA, kemudian diinkubasi pada suhu 370C selama
24 jam. Identifikasi terhadap koloni yang tumbuh pada isolasi
meliputi ciri-ciri makroskopis dan mikroskopis sesuai dengan ciri-
ciri bakteri patogen pada makanan.

3.3.5 Peremajaan Bakteri


Biakan murni bakteri di remajakan pada media nutrien
agar yang diletakkan dalam posisi miring dengan cara
menggoreskan jarum ose yang mengandung bakteri patogen secara
aseptis yaitu dengan mendekatkan mulut tabung pada nyala api saat
menggoreskan jarum ose. kemudian tabung reaksi ditutup kembali
dengan kapas dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37 0C dalam
inkubator.

3.3.6 Pembuatan Suspensi Bakteri


Satu ose kultur bakteri dari biakan murni bakteri uji
tersebut disuspensikan dalam larutan NaCl 0,9 % pada tabung
reaksi steril. Kemudian suspensi bakteri divorteks hingga homogen
sampai diperoleh kekeruhan sesuai standar Mc Farland atau
sebanding dengan jumlah bakteri 1 X 108CFU/ml.

3.3.7 Pembuatan Perasan Buah Jeruk Nipis dan Jeruk Lemon

19
PP

Jeruk nipis dan jeruk lemon dipotong menjadi 2 bagian.


kemudian, peras airnya kedalam tabung erlenmeyer lalu disaring
menggunakan kertas saring sampai didapatkan cairan sebanyak 5
ml

3.3.8 Pembuatan Konsentrasi perasan jeruk nipis


Menurut Permadani ( 2014), penentuan konsentrasi perasan
jeruk nipis yaitu dengan menggunakan rumus pengenceran; V 1 x
M1 = V2 x M2. Sehingga didapatkan masing-masing perlakuan
dalam penelitian ini yaitu: K0n (aquades 2 ml), K1n (perasan jeruk
nipis 0,5 ml + aquades 1,5 ml), K2n (perasan jeruk nipis 1 ml +
aquades 1 ml), K3n (perasan jeruk nipis 1,5 ml + aquades 0,5 ml),
K4n (perasan jeruk nipis 2 ml).

3.3.9 Pengujian Aktivitas Antibakteri Escherichia coli


Media SSA steril sebanyak 10 ml dalam cawan petri
diberikan perasan buah jeruk nipis yang telah diencerkan sesuai
dengan konsentrasi yang sudah ditentukan mulai 25%, 50%, 75%,
100% dan satu media tanpa perasan buah jeruk nipis. Kemudian
dituangkan suspensi bakteri sesuai dengan standar kekeruhan Mc
Farland 0,5. Secara perlahan cawan petri digoyang dengan
gerakkan memutar tanpa diangkat dari permukaan meja, sehingga
bahan bakteri uji tercampur rata dalam medium agar dan diamkan
sampai memadat. Kemudian diinkubasi selama 48 jam pada suhu
370C.

3.3.10 Analisis Data


Data hasil penelitian efek perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia
Swingle) dan perasan jeruk lemon ( Citrus limon L ) dalam
menghambat pertumbuhan bakteri E.coli dianalisis dengan
menggunakan program SPSS 16.0 untuk melihat apakah ada
perbedaan efektifitas yang bermakna dari masing-masing uji yang

20
PP

mengandung kontrol negatif dan kontrol positif berbagai


konsentrasi perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia Swingle) dan
perasan jeruk lemon ( Citrus limon L ) dalam menghambat
pertumbuhan E.coli.

DAFTAR PUSTAKA

Berlian, Z., Fatiqin, A. And Agustina, E. (2016) ‘Penggunaan Perasan Jeruk Nipis
( Citrus Aurantifolia ) Dalam Menghambat Bakteri Escherichia Coli Pada
Bahan Pangan’, 2(1).
Budiana, N.S. 2013. Buah Ajaib Tumpas Penyakit. Jakarta: Penebar Swadaya.
Cahyadi. W. (2009). Analisis & Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Edisi
Kedua. Jakarta: Bumi Aksara. Halaman 134.
Elfidasari, D. et al., 2011. Perbandingan Kualitas Es di Lingkungan Universitas Al
Azhar Indonesia dengan Restoran Fast Food di Daerah Senayan dengan
Indikator Jumlah Escherichia coli Terlarut. Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri
Sains dan Teknologi, Vol.1(No.1)
Herbie, Tandi. 2015. Kitab Tanaman Berkhasiat Obat-226 Tumbuhan Obat untuk
Penyembuhan Penyakit dan Kebugaran Tubuh. Yogyakarta: Octopus
Publishing House, p:359.
Ismail, D. 2012. Uji Bakteri Escherichia coli Pada Minuman Susu Kedelai
Bermerek dan Tanpa merek di kota surakarta. Naskah publikasi, Fakultas
Kedokteran. Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jawetz, E., J.L. Melnick., E.A. Adelberg., G.F. Brooks., J.S. Butel., dan L.N.
Ornston. 1995. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi ke-20(Alih bahasa :
Nugroho&R.F.Maulany). Jakarta :Penerbit Buku Kedokteran EGC. hal.

21
PP

211,213,215.
Khanifah, F. (2015) Efek Pemberian Air Perasan Jeruk Nipis (Citrus Aurantifolia
(Christm) Swingle) Terhadap Pembentukan, Pertumbuhan, Dan
Penghancuran Biofilm Staphylococcus Aureus Secara In Vitro. Jakarta.
Lai-Cheong, J. E., & McGrath, J. A. (2017). Structure and function of skin, hair
and nails. Medicine (United Kingdom), 45(6), 347–351.
Marwanto. (2014). Rekayasa Alat Pemeras Air Jeruk Siam dengan Sistem Ulir.
Sambas: POLTESA.
Muchtadi, T. R. & Sugiyono. (2009). Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Bogor:
Institut Pertanian Bogor
Ngajow, M., Abidjulu, J. dan Kamu, V. S., 2013, Pengaruh Antibakteri Ekstrak
Kulit Batang Matoa (Pometia pinnata) Terhadap Bakteri Staphylococcus
aureussecara In Vitro, Jurnal MIPA Unsrat Online2 (2), p. 128-132.
Nizhar, U. 2012. Level Optimum Sari Buah Lemon (Citrus limon) Sebagai Bahan
Penggumpal Pada Pembentukan Curd Keju Cottage. Skripsi. Fakultas
Pertanian. UNHAS, Makassar.
Putra, W.S. 2015. Kitab Herbal Nusantara: Aneka Resep dan Ramuan Tanaman
Obat untuk Berbagai Gangguan Kesehatan. Yogyakarta: Katahati, pp:135-
138.
Rahardjo, A. H. D. 2012. Efektivitas Jeruk Nipis Dalam Menurunkan Bakteri
Salmonella Dan Escherichia coli Pada Dada Karkas Ayam Broiler. IJAS.
Vol. 2. No. 3
Sari, M. A., Masfiyah And Chodijah (2012) ‘Uji Efektivitas Aromaterapi Ekstrak
Kulit Buah Jeruk Nipis (Citrus Aurantifolia) Terhadap Jumlah Bakteri
Udara Penelitian Eksperimental Pada Ruang Icu Rsi Sultan Agung
Semarang’, Sains Medika, 4(1), Pp. 71–77.

Suarsana, I.N., Kumbara, A.A.N.A., dan Satriawan, I.K., 2015, Tanaman Obat:
Sembuhkan Penyakit untuk Sehat, Swasta Nulus, Denpasar, 2019.

22
PP

Anda mungkin juga menyukai