Anda di halaman 1dari 24

HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda-tangan di bawah ini menyatakan bahwa:

“MODUL PRAKTIKUM FARMAKOLOGI I”

Yang disusun oleh :

apt. Nazhipah Isnani, M.Sc

Telah disahkan Telah disahkan untuk digunakan sebagai modul praktikum pada
mata kuliah Farmakologi I

Banjarmasin, Agustus 2022

Direktur Wakil Direktur

Politeknik Unggulan Kalimantan, Bidang Akademik,

Ners. Husin, S.Kep., MPH Apt. Muhammad Zaini, S.Farm., M.Sc

NIP. 2101019068 NIP. 1111214003


VISI, MISI, TUJUAN DAN STRATEGI
POLITEKNIK UNGGULAN
KALIMANTAN

VISI

Menjadi Perguruan Tinggi Politeknik Kesehatan yang berdaya saing dan unggul 10 besar
di Indonesia tahun 2023

MISI

1. Meningkatkan mutu penyelenggaraan pendidikan berbasis kebutuhan stakeholder


2. Meningkatkan pelaksanaan penelitian inovatif dan tepat guna di bidang kesehatan
3. Meningkatkan pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat yang berbasis pada hasil
penelitian.
4. Meningkatkan mutu sumberdaya dan mutu layanan berbasis tata kelola yang baik.
5. Mengembangkan kemitraan nasional dan internasional yang
mendukung penyelenggaraan pendidikan dan pendayagunaan lulusan.
6. Mengembangkan kemampuan kewirausahaan lulusan.

TUJUAN

1. Menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi keilmuannya dan berdaya saing


nasional sesuai kebutuhan stakeholder.
2. Menghasilkan penelitian inovatif dan tepat guna di bidang kesehatan yang layak
publikasi.
3. Menghasilkan kegiatan pengabdian pada masyarakat yang berbasis pada bidang
keilmuan untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat.
4. Menghasilkan tata kelola pelayanan pendidikan yang bermutu.
5. Menghasilkan kerjasama dalam pelaksanaan tridharma perguruan tinggi dengan
lembaga lain pada tingkat, nasional dan internasional.
6. Menghasilkan lulusan yang mampu berwirausaha

STRATEGI

1. Penguatan manajemen kelembagaan yang efektif dan efesien


2. Penguatan tata kelola internal dan penjaminan mutu institusi
3. Penguatan pengelolaan aktifitas kemahasiswaan dan alumni.
4. Peningkatan kompetensi dosen dan tenaga kependidikan
5. Penguatan manajemen akademik
6. Penguatan Infrastruktur dan pembiayaan serta pengembangan sistem informasi
7. Pengembangan penelitian dan pengabdian kepada masyakat.
8. Peningkatan kualitas kerjasama kemitraan.
VISI, MISI, TUJUAN DAN STRATEGI
PROGRAM STUDI DIII FARMASI

VISI

“Menjadi Program Studi DIII Farmasi yang


Berdaya Saing dan Unggul diIndonesia dalam Bidang
Pelayanan Farmasi Komunitas pada Tahun 2023”

MISI

1. Mengembangkan pendidikan dan pengajaran di


bidang pelayanan farmasikomunitas berbasis
kebutuhan stakeholder
2. Mengembangkan dan menerapkan penelitian di bidang
pelayanan farmasikomunitas yang tepat guna di bidang
kesehatan
3. Mengembangkan pengabdian masyarakat
berbasis keilmuan di bidangpelayanan farmasi
komunitas
4. Meningkatkan kerjasama dan kemitraan dalam bidang farmasi
secara regional, nasional, dan internasional yang mendukung
penyelenggaraan pendidikan danpendayagunaan lulusan.
5. Meningkatkan mutu sumber daya dan mutu layanan berbasis
tata kelola yangbaik.
6. Mengembangkan kemampuan kewirausahaan lulusan
TUJUAN

1. Menghasilkan lulusan Ahli Madya Farmasi yang kompeten di


bidang pelayananfarmasi komunitas berdaya saing nasional
sesuai kebutuhan stakeholder.
2. Menghasilkan penelitian di bidang pelayanan farmasi komunitas
yang tepat gunadi bidang kesehatan
3. Menghasilkan kegiatan pengabdian masyarakat di bidang
pelayanan farmasikomunitas untuk meningkatkan kualitas
kesehatan masyarakat.
4. Menghasilkan kerjasama dan kemitraan dalam bidang
farmasi secara regional,nasional, dan internasional.
5. Menghasilkan tata kelola pelayanan pendidikan yang bermutu.
6. Menghasilkan lulusan yang mampu berwirausaha
STRATEGI

1. Penguatan manajemen kelembagaan yang efektif dan


efesien dan daya sainginstitusi.

2. Penguatan tata kelola internal dan penjaminan mutu institusi.

3. Penguatan pengelolaan aktifitas kemahasiswaan dan alumni.

4. Peningkatan kompetensi dan kesejahteraan dosen dan


tenaga kependidikan.

5. Penguatan manajemen akademik.

6. Penguatan Infrastruktur dan pembiayaan serta pengembangan


sistem informasi.

7. Pengembangan penelitian dan pengabdian kepada masyakat.

8. Peningkatan kualitas kerjasama kemitraan.


PRAKTIKUM I

PEMILIHAN HEWAN COBA

Untuk mendapatkan penelitian ilmiah yang baik, maka semua aspek dalam protokol
penelitian harus direncanakan dengan seksama, termasuk dalam pemilihan hewan percobaan,
penting untuk memastikan bahwa penggunaan hewan percobaan merupakan pilihan terakhir
dimana tidak terdapat cara lain yang bisa menggantikannya. Rustiawan menguraikan beberapa
alasan mengapa hewan percobaan tetap diperlukan dalam penelitian khususnya di bidang
kesehatan, pangan dan gizi antara lain:
1. keragaman dari subjek penelitian dapat diminimalisasi,
2. variabel penelitian lebih mudah dikontrol,
3. daur hidup relatif pendek sehingga dapat dilakukan penelitian yang bersifat multigenerasi,
4. pemilihan jenis hewan dapat disesuaikan dengan kepekaan hewan terhadap materi penelitian
yang dilakukan,
5. biaya relatif murah,
6. dapat dilakukan pada penelitian yang berisiko tinggi,
7. mendapatkan informasi lebih mendalam dari penelitian yang dilakukan karena kita dapat
membuat sediaan biologi dari organ hewan yang digunakan,
8. memperoleh data maksimum untuk keperluan penelitian simulasi, dan
9. dapat digunakan untuk uji keamanan, diagnostik dan toksisitas berdasarkan tujuan
penggunaan hewan uji, maka hewan uji dapat diklasifikasikan
menjadi :
1. Exploratory (penyelidikan) Hewan Uji ini digunakan untuk memahami mekanisme biologis,
apakah termasuk mekanisme dasar yang normal atau mekanisme yang berhubungan dengan
fungsi biologis yang abnormal.
2. Explanatory (penjelasan) Hewan Uji ini digunakan untuk memahami lebih banyak masalah
biologis yang kompleks.
3. Predictive (perkiraan) Hewan Uji ini digunakan untuk menentukan dan mengukur akibat dari
perlakuan, apakah sebagai cara untuk pengobatan penyakit atau untuk memperkirakan tingkat
toksisitas suatu senyawa kimia yang diberikan. Agar tujuan dari percobaan tercapai dengan baik,
secara efektif dan efisien maka didalam memilih hewan percobaan penting untuk
mempertimbangkan beberapa faktor berikut
a. Apakah hewan percobaan tersebut memiliki fungsi fisiologi, metabolik dan prilaku serta
proses penyakit yang sesuai dengan subyek manusia atau hewan lain dimana hasil penelitian
tersebut akan digunakan.
b. Apakah dari sisi karakteristik biologi maupun prilaku hewan tersebut cocok dengan rencana
penelitian atau percobaan yang dilakukan (misalnya cara penanganan, lama hidup, kecepatan
berkembang biak, tempat hidup dsb.). hal ini sangat berguna alam pelaksanaan penelitian atau
percobaan dengan hewan.
c. Apakah tinjauan kritis dari literatur ilmiah menunjukkan spesies tersebut telah memberikan
hasil yang terbaik untuk penelitian sejenis atau termasuk hewan yang paling sering digunakan
untuk penelitian yang sejenis.
d. Apakah spesimen organ atau jaringan yang akan digunakan dalam penelitian itu mencukupi
pada hewan tersebut dan dapat diambil dengan prosedur yang memungkinkan.
e. Apakah hewan yang akan digunakan dalam penelitian memiliki standar yang tinggi baik
secara genetik maupun mikrobiologi.
Didalam penelitian, ada beberapa hewan uji yang sering digunakan, yakni tikus, kelinci, dan
primata. Permasalahannya adalah tidak sembarang hewan uji bisa digunakan untuk penelitian.
Hewan hewan uji tersebut harus memenuhi beberapa kriteria sehingga hewan uji dapat dikatakan
sesuai untuk fungsi atau penyakit yang di jadikan obyek penelitian kita. Berikut beberapa spesies
hewan uji beserta karakteristiknya serta seringnya peneliti menggunakannya :

1. Rodent (binatang pengerat)


Hewan pengerat yang yang digolongkan sebagai tikus, telah digunakan sebagai hewan
laboratorium selama lebih dari 100 tahun. Beberapa, jenis tikus telah mengalami perubahan
genetik untuk meminimalkan dan mengendalikan variabel asing yang dapat mengubah hasil
penelitian dan untuk keperluan penelitian. tikus juga merupakan hewan yang reprodusible
sehingga tersedia dalam jumlah yang cukup untuk penelitian yang memerlukan banyak
hewan coba. Terdapat berbagai macam jenis tikus diantaranya :
a. Tikus Biobreeding
Tikus ini merupakan tikus rentan terkena DM tipe 1, sehingga tikus ini banya digunakan dan
banyak berperan dalam penemuan obat DM tipe 1
b. Tikus Putih Galur Sprague Dawley
Keuntungan utama pada hewan ini adalah ketenangan dan kemudahan penanganan (jinak), Berat
dewasa antara 250-300 g untuk betina, dan 450 – 520 g untuk jantan. Usia hidup antara 2, 5 – 3,
5 tahun. Ekornya lebih panjang daripada tikus galur wistar,berkembang biak dengan cepat. Tikus
ini paling banyak digunakan dalam penelitian – penelitian biomedis seperti toksikologi, uji
efikasi dan keamanan, uji reproduksi, uji behavior/perilaku, aging, teratogenik, onkologi, nutrisi,
dan uji farmakologi lainnya. Contoh contoh penelitian yang dilakukan antara lain Studi infeksi
maternal dan fetal, Studi efek diet pre-natal tinggi garam pada keturunan , studi efek status seks
dan hormonal pada stress yang diinduksi kerusakan memori, Studi gen ostocalcin spesifik
stulang pada tikus, dan Studi eksitabilitas hippocampus selama siklus estrus pada tikus. Tikus ini
pertama dihasilkan oleh peternakan Sprague Dawley- (kemudian menjadi Sprague Dawley-
Animal Perusahaan) di Madison, Wisconsin pada tahun 1925.
c. Tikus Putih Galur Wistar
Tikus galur wistar memiliki bobot yang lebih ringan dan lebih galak daripada galur Sprague
dawley. Tikus ini banyak digunakan pada penelitian toksikologi, penyakit infeksi, uji efikasi, dan
aging.
d. Tikus Mungil Alias Mencit
Mencit berbeda dengan tikus, dimana ukurannya mini, berkembang biak sangat cepat, dan 99%
gennya mirip dengan manusia. Oleh karena itu mencit sangat representative jika digunakan
sebagai model penyakit genetic manusia (bawaan). Selain itu, mencit juga sangat mudah untuk di
rekayasa genetiknya sehingga menghasilkan model yang sesuai untuk berbagai macam penyakit
manusia. Selain itu, mencit juga lebih menguntungkan dalam hal kemudahan penanganan,
tempat penyimpanan, serta harganya yang relatif lebih murah.
2. Kelinci
Kelinci juga merupakan hewan uji yang sering digunakan selain tikus. Contohnya kelinci albino
Hewan ini biasanya digunakan untuk uji iritasi mata karena kelinci memiliki air mata lebih
sedikit daripada hewan lain dan sedikitnya pigmen dimata karena warna albinonya menjadikan
efek yang dihasilkan mudah untuk diamati. Selain itu, kelinci juga banyak digunakan untuk
menghasilkan antibody poliklonal.

Body Condition Scoring (BCS)


Komite Penanganan Hewan Universitas McGill (UACC) merekomendasikan penggunaan
Penilaian Kondisi Tubuh (BCS) untuk menilai endpoint klinis hewan. BCS merupakan penilaian
yang cepat, non-invasif dan efektif dalam menilai kondisi fisik hewan. Dalam banyak kasus,
BCS adalah titik akhir klinis yang lebih baik daripada berat badan. Penggunaan berat badan saja
tidak dapat membedakan antara lemak tubuh atau simpanan otot. Berat badan hewan yang
kurang dapat tertutupi oleh kondisi abnormal (misalnya pertumbuhan tumor, akumulasi cairan
ascetic, dan pembesaran organ) atau pada kondisi normal (misalnya kehamilan). selain itu jika
suatu hewan telah kehilangan berat badan lebih dari 20% namun berdasarkan penilaian BCS
kondisinya masih di nilai 3 (BCS 3) maka mungkin belum perlu dilakukaan euthanasia segera.
Dengan demikian, BCS adalah penanda yang lebih komprehensif dan akurat untuk kesehatan
hewan dibandingkan kehilangan berat badan.Nilai BCS yang kurang dari 2 biasanya akan
dianggap sebagai titik akhir klinis. Endpoint
klinis lain juga dapat dilaporkan seperti penurunan perilaku eksplorasi, keengganan untuk
bergerak (penurunan penggerak / mobilitas), postur membungkuk, piloereksi (rambut berdiri),
dehidrasi sedang hingga berat (mata cekung, lesu), nyeri tak henti-hentinya (misalnya distress
vokalisasi).

Persiapan Praktikum
A. Tujuan Percobaan
Untuk mengukur tingkat kesehatan hewan uji mencit (mus musculus) dengan metode BCS (Body
Condition Scoring )
B. Prinsip Percobaan
Pengukuran kesehatan mencit dengan meraba bagian tulang sacroiliac (tulang antara tulang
belakang hingga ke tulang kemaluan) dengan dengan menggunakan jari dan mencocokannya
dengan nilai BSC
C. Alat yang digunakan
1. Sarung Tangan
2. Kandang Mencit
3. Alat pelidung diri
Bahan yang digunakan

D. Hewan yang digunakan
1. Hewan yang digunakan adalah mencit jantan, galur lokal dengan berat badan 20
2. g- 30 g berumur antara 6 – 8 minggu

E. Pelaksanaan Praktikum
1. Siapkan 5 ekor mencit
2. Letakkan satu ekor mencit di atas kandang yang terbuat dari kawat
3. Biarkan mencit dalam posisi istirahat
4. Amatilah kondisi tulang belakang mencit hingga ke tulang dekat kemaluan (bokong
5. Secara perlahan-lahan sentulah (rabalah) bagian tulang belakang hingga ke tulang bokong
6. Catatlah hasil pengamatan dan perabaan serta ulangi untuk 4 mencit yang
lain. Pelaporan Praktikum

Data pengamatan dan hasil perabaan pada mencit

No. mencit Berat badan Hasil


Pengamatan Perabaan
KEGIATAN PRAKTIKUM II

CARA PEMBERIAN OBAT

Melalui kegiatan praktikum ini, akan membantu anda untuk dapat memberikan obat kepada
hewan uji dengan berbagai jalur pemberian dan melalui kegiatan praktikum ini pula anda mampu
untuk mengambil spesimen sampel hewan uji. Kedua kemampuan tadi diperlukan agar hewan
coba terlindung dari rasa sakit selain itu dosis yang diberikan hewan coba juga sesuai dan
kemampuan ini penting untuk melakukan percobaan-percobaan pada praktikum yang berikutnya.
Sebelum anda mampu memberikan obat dan mangambil spesimen pada hewan uji, anda dituntut
untuk mampu memegang dan mengendalikan hewan uji dengan benar, hewan uji terlindung dari
rasa sakit dan cedera yang didapat bila hewan tersebut dipegang dengan benar, selain itu bila
hewan tersebut tidak dipegang dengan benar, maka hewan tersebut
dapat melukai anda.

Obat dapat diberikan kepada pasien dengan menggunakan berbagai metode. Beberapa obat
hanya efektif jika diberikan dalam bentuk sediaan tertentu. Beberapa cara pemberian obat yang
dapat digunakan adalah sebagai berikut :

a. Oral
Kebanyakan obat tersedia saat ini dapat diberikan melalui mulut (oral). Obat dapat
diberikan secara oral dalam bentuk tablet, kapsul, bubuk, larutan atau suspensi.
b. Parenteral
Istilah parenteral secara harfiah berarti untuk menghindari usus (saluran pencernaan)
Dengan demikian, parenteral adalah obat injeksi yang masuk ke tubuh secara langsung
dan tidak diharuskan untuk diserap di saluran pencernaan sebelum obat tersebut berefek.
 Intravena
Penyuntikan obat secara langsung ke dalam vena pasien merupakan rute pemberian
yang paling cepat.
 Subkutan
Rute pemberian ini melibatkan suntikan obat di bawah kulit ke dalam lapisan lemak
tetapi tidak ke dalam otot.
 Intraperitonial
Walaupun metode ini jarang digunakan secara klinis, cara ini selalu digunakan untuk
memberikan obat pada hewan kecil. Dengan cara ini, obat mudah diserap ke dalam
sistem peredaran darah.

PROSEDUR KERJA

Persiapan Praktikum
A. Tujuan Percobaan
1. Mahasiswa mampu memegang hewan percobaan dan cara penanganan serta
penggunaan hewan percobaan
2. Mahasiswa mampu mempraktekan, membedakan dan membandingkan cara pemberian
obat pada hewan percobaan

B. Prinsip Percobaan
Memberikan obat/larutan kepada mencit dengan melakukan penyuntikan secara oral maupun
parenteral (melalui intravena, subkutan maupun intravena)

C. Alat yang digunakan


1. Sarung Tangan
2. Kandang Mencit
3. Alat pelidung diri
4. Suntikan
5. Sonde oral

Bahan yang digunakan


Aquadest secukupnya

D. Hewan yang digunakan


Hewan yang digunakan adalah mencit jantan, galur lokal dengan berat badan 20g- 30 g berumur
antara 6 – 8 minggu

E. Pelaksanaan Praktikum
Mencit
 Oral

Cairan obat diberikan dengan menggunakan sonde oral. Sonde oral ditempelkan pada langit-
langit mulut dan mencit, kemudian perlahan-lahan dimasukkan sampai ke esofagus dan cairan
obat dimasukkan.

 Sub kutan

Kulit di daerah tengkuk diangkat dan ke bagian bawah kulit dimasukkan obat dengan
menggunakan alat suntik 1 ml.

 Intravena

Mencit dimasukkan ke dalam kandang restriksi mencit dengan ekornya menjulur keluar.
Ekornya dicelupkan ke dalam air hangat (28-30 C) agar pembuluh vena ekor mengalami
dilatasi, sehingga memudahkan pemberian obat ke dalam pembuluh vena.

 Intramuskular
Obat disuntikkan pada paha posterior

 Intraperitoneal

Pada saat penyuntikan, posisi kepala lebih rendah dari abdomen. Jarum disuntikkan dengan
sudut sekitar 100 dari abdomen pada daerah yang sedikit menepi dari garis tengah, agar jarum
suntik tidak mengenai kandung kemih. Penyuntikan tidak di daerah yang terlalu tinggi untuk
menghindari terjadinya penyuntikan pada hati.
KEGIATAN PRAKTIKUM III

PERHITUNGAN DOSIS

DASAR TEORI

Dosis merupakan jumlah tertentu dari obat yang dapat digunakan untuk mencapai efek terapi.
Dosis dibagi 5 jenis yaitu dosis minimum, lazim, maksimum, toksik dan letal. Dosis maksimum
adalah dosis (takaran) yang terbesar yang dapat diberikan kepada orang dewasa untuk pemakaian
sekali dan sehari tanpa membahayakan.

Rute pemberian obat merupakan faktor yang sangat penting dalam pencapaian efek dari suatu
obat. Rute pemberian obat berpengaruh pada onset of action dan duration of action suatu obat.
Rute pemberian obat dibagi dua yaitu intravaskular dan ekstravaskular.

Di dalam melakukan percobaan dengan menggunakan hewan uji, seringkali menggunakan bahan
kimia baik sebagai bahan yang akan diteliti maupun sebagai pembanding. Untuk itu perlu
diketahui cara mengubah dosis manusia ke hewan uji.

Tabel konversi dosis hewan percobaan

Mencit 20 g Tikus 200 g Kelinci 1,5 kg Manusia 70 kg


Mencit 20 g 1,0 7,0 27,8 387,9
Tikus 200 g 0,14 1,0 3,9 56,0
Kelinci 1,5 kg 0,04 0,25 1,0 14,2
Manusia 70 kg 0,0026 0,018 0,07 1,0

PROSEDUR KERJA

Persiapan Praktikum
A. Tujuan Percobaan
1. Mahasiswa mampu melakukan perhitungan dosis pada hewan percobaan
2. Mahasiswa mampu melakukan perhitungan dosis konversi dari dosis manusia ke dosis hewan
percobaan

B. Prinsip Percobaan
Menghitung dosis obat sesuai dengan berat badan hewan uji (mencit)

C. Alat yang digunakan


1. Sarung Tangan
2. Kandang Mencit
3. Alat pelidung diri
4. Suntikan/spuit 1 ml
5. Sonde oral
6. Beaker glass
7. Erlemeyer
8. Stamper
9. Batang pengaduk
10. Timbangan

Bahan yang digunakan


Aquadest secukupnya
Mencit

D. Pelaksanaan Praktikum
a. Timbang berat masing-masing mencit
b. Hitung dosis obat luminal yang akan diberikan kepada hewan uji

E. Analisis Data
Tabel analisis data :
No Mencit BB Konversi Volume Berat Berat
Dosis Pemberian Obat Serbuk

KEGIATAN PRAKTIKUM IV
ANALGETIK

1. Tujuan Percobaan
Tujuan dilakukan percobaan ini adalah untuk menentukan sediaan-sediaan yang paling optimal
dari sediaan analgetik yang diujikan.
2. Landasan Teori
Nyeri adalah poengalaman sensosorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang
berhubungan dengan adanya atau potensi kerusakan jaringan atau keadaan yang mengambarkan
tersebut. Nyeri sebenarnya berfungsi sebagai tanda adanya penyakit atau kelainan dalam tubuh
dan merupakan bagian dari proses penyembuhan. Nyeri dapat dihilangkan jika telah mengaggu
aktifitas tubuh.Analgetik merupakan obat yang digunakan untuk menghilangkan nyeri tanpa
menghilangkan kesadaran.
Analgetik obat penghilang rasa nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau menghalau rasa nyeri
tanpa menghilangkan rasa kesadaran. Nyeri menjadi satu alasan utama seseorang dating untuk
mencari pertolongan medis karena sebagian besar penyakit pada tubuh ditimbulkan oleh respon
nyeri. Nyeri yang disebabkan oleh kerusakan jaringan akibat adanya rasangan mekanis, kimiawi
atau fisis. Ransangan tersebut memicu pelepasan zat-zat tertentu yang disebut mediator nyeri
antara lain : Histamin, Bradikinin, Leukotrin dan Prostaglandin (Octavianus dkk. 2014).
Analgetik dibagi dalam dua golongan yakni analgetik narkotik yang dapat menghilangkan nyeri
sedang sampai berat dan nyeri yang bersumber dari organ visceral, dan analgetik nonnarkotik
yang berasal dari golongan anti inflamasi nonsteroit (AINS) yang menghilangkan nyeri ringan
sampai sedang.Anakgetik yang diberikan kepada penderita untuk mengurangi rasa nyeri nyang
ditimbulkajn oleh berbagai rangsang mekanis, kimia dan fisik. Rasa nyeri tersebut terjadi akibat
terlepasnya mediator-mediator nyeri dari jaringan yang rusak yang kemudian merangsang
merangsang reseptor nyeri diujung saraf perifer ataupun ditempat lain, yang selanjutnya
rangsang nyeri diteruskan kepusat nyeri dikorteks serebri oleh saraf sensoris melalui sumsum
tulang belakang dan thalamus. Berdasarkan atas rangsang nyeri yang dipergunakan, maka
terdapat berbagau metode penetapan daya analgetik suatu obat.Olehnya itu, dipandang perlu
dilakukan praktikum ini untuk menentukan daya analgetik suatu sediaan yang paling optimal.
3. Alat dan Bahan
Alat:
a. Spoit 1 ml
b. Kanula/sonde lambung
c. Gelas kimia
d. Gelas ukur
e. Hot Plate
f. Batang pengaduk
Bahan :
a. Aqua pro injeksi
b. Asam asetat
c. Parasetamol
d. Antalgin
e. Ibuprofen
f. Asam mefenamat
g. Meloxicam
h. Natrium diklofenak
i. NaCMC 0,5%
j. Alkohol 70%
k. Handskun
l. Hewan coba (Mus musculus)

4. Prosedur Kerja
1. Pembuatan asam asetat 0,25% a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
b. Diambil asam asetat 0,25 gram
c. Diencerkan mengunakan aqua pro injeksi sebanyak 100 ml
2. Metode geliat a. Dihitung dosis sediaan tablet dan dihitung volume pemberian untuk
hewan coba mencit
b. Diberikan sdiaan yang telah disuspensikan dengan Na-CMC secara oral
c. Didiamkan selama 5 menit
d. Diberikan penginduksi asam asetat 0,25% secara intra peritoneal
e. Didiamkan kembali selama 5 menit
f. Dilakukan pengamatan untuk metode geliat yang meliputi mata melotot, perut
kejang, dan kaki kejang
g. Diamati frekuensinya sesuai parameter waktu yang ditentukan yaitu menit ke 15, 30,
45 dan 60.
h. Dimasukkan data yang diperoleh dalam tabel.
3. Metode plat panas
a. Dihitung dosis sediaan tablet dan dihitung volume pemberian untuk hewan coba
mencit.
b. Diberikan sediaan yang telah disuspensikan dengan Na CMC secara oral.
c. Didiamkan selama 5 menit.
d. Diberikan penginduksi asam asetat 0,25% secara intraplantar.
e. Dilakukan pen gamatan dengan tanda mencit mengangkat kakinya dari plat panas.
f. Diamati frekuensinya sesuai parameter waktu yang ditentukan (10, 20, 40 dan
80 menit)
g. Dimasukkan data yang telah diperoleh ke dalam tabel. Tabel memuat obat, bobot
hewan, volume pemberian, parameter uji dan waktu
KEGIATAN PRAKTIKUM V
EFEK SEDATIF

1. Tujuan Percobaan
Mampu mempelajari atau mengetahui pengaruh obat terhadap penekanan susunan saraf pusat
(SSP) dengan mengamati waktu onset dan durasi.
2. Landasan Teori
Hipnotik–sedatif adalah istilah untuk obat-obatan yang mampu mendepresi sistem saraf pusat.
Sedatif adalah subtansi yang memiliki aktifitas moderate yang memberikan efek menenangkan,
sementara hipnotik adalah subtansi yang dapat memberikan efek mengantuk dan yang dapat
memberikan onset serta mempertahankan tidur.
Masalah-masalah tidur seperti insomnia kadang membuat kehidupan sehari- hari terasa lebih
menekan atau menyebabkan seseorang menjadi kurang produktif. Kehilangan waktu tidur
diketahui sebagai penyebab ketidakseimbangan dalam menerima tugas yang melibatkan memori,
pembelajaran, dan alasan logis. Insomnia merupakan gangguan tidur yang meminta evaluasi
serius dalam pengatasannya. Salah satu cara untuk mengatasi insomnia adalah dengan
memberikan obat sedatif-hipnotik.
Beberapa macam obat dalam dunia kedokteran, seperti magadom digunakan sebagai zat
penenang (sedatif-hipnotik). Pemakaian sedatif-hipnotik dalam dosis kecil dapat menenangkan,
dan dalam dosis besar dapat membuat orang yang memakainya tertidur. Gejala akibat
pemakaiannya adalah mula-mula gelisah, mengamuk lalu mengantuk, malas, daya pikir
menurun, bicara dan tindakan lambat. Jika sudah kecanduan, kemudian diputus pemakaiannya
maka akan menimbulkan gejala gelisah, sukar tidur, gemetar, muntah, berkeringat, denyut nadi
cepat, tekanan darah naik, dan kejang-kejang. Jika pemakaiannya overdosis maka akan timbul
gejala gelisah, kendali diri turun, banyak bicara, tetapi tidak jelas, sempoyongan, suka
bertengkar, napas lambat, kesadaran turun, pingsan, dan jika pemakaiannya melebihi dosis
tertentu dapat menimbulkan kematian. Hal ini yang melatar belakangi dilakukannya praktikum
ini agar kita dapat mengetahui pengaruh pemberian obat terhadap tekanan susunan saraf pusat
berdasarkan parameter onset dan durasinya.
Salah satu jenis Obat Sedatif adalah benzodiazepine. Ada 5 jenis reseptor benzodiazepine. 3
diantaranya yang penting adalah reseptor Benzodiazepin-1 atau omega-1, Reseptor
Benzodiazepin-2 atau omega-2 dan Benzodiazepin 3 atau omega- Reseptor Omega-1 terletak
pada serebelum dan merupakan tempat terikatnya benzodiazepine. Selain itu untuk senyawa lain
dengan struktur berbeda. Fungsinya berkaitan dengan Antiansietas dan Efek sedative-Hipnotik.
Reseptor Omega-2 terletak pada medulla Spinalis dan Strotum. Fungsinya berkaitan dengan
Relaksasi Otot. Reseptor Omega-3 terletak di ginjal yang peran ansiolitiknya belum jelas
diketahui.
Obat Hipnotik sedative banyak terdapat dari narkotika dan Psikotropika. Narkotika adalah Zat
atau Obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun semisintesis yang
dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran. Hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan. Sedangkan psikotropika
adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika. Yang berkhasiat psikoatif
melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada
aktivitas mental dan perilaku (Lestari, 2013)

3. Alat dan Bahan


Alat: a. Spoit 1 ml
b. Kanula/jarum oral
c. Gelas kimia
d. Gelas ukur
e. Batang pengaduk
f. Stopwatch
Bahan

a. Aqua pro injeksi


b. Alkohol 70%
c. Na CMC 0,5%
d. Fenobarbital
e. Klorpromazin
f. Diazepam
g. Handskun
h. Hewan coba (Mus musculus)

4. Prosedur Kerja
1. Pengujian hewan coba mencit a. Mencit dipuasakan selama 3-4 jam
b. Ditimbang berat badan
c. Diberi obat golongan sedatif
d. Dihitung onset dan durasinya
e. Dicatat hasilnya

Anda mungkin juga menyukai