Dosen Pengampu :
PRODI S1 FARMASI
2021
Alamat :
Jl. Kapten Mulyadi No.17, Karanganyar
Jl. Solo-Kebakkramat No.11, Kemiri, Karanganyar
No.Telepon : 0271- 6491717, No.Fax : 0271-495919
IDENTITAS MAHASISWA
NIM : ……………………………………………………………………..
TINGKAT/ : ……………………………………………………………………..
SEMESTER
Modul Praktikum Isolasi & Analisis Tumbuhan Obat Prodi S1 Farmasi STIKES
Tujuh Belas Tahun Akademik 2021/2022 Telah disetujui oleh :
Tujuan
1. Menghasilkan lulusan berdaya saing global, berintegritas tinggi, berbudi luhur, berkompeten dan
professional yang memiliki spirit kewirausahaan dalam menjawab berbagai masalah di bidang
sains/ teknologi farmasi, farmasi klinis/ komunitas.
2. Mengembangkan dan memanfaatkan IPTEK yang relevan dengan tujuan pembangunan nasional
dan daerah melalui penyelenggaraan program studi, penelitian terutama kajian pengembangan
bahan alam.
3. Meningkatkan pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat dalam rangka transformasi ilmu
pengetahuan dan hasil penelitian kepada masyarakat.
4. Memperluas dan meningkatkan jaringan kerjasama yang saling menguntungkan dengan
berbagai lembaga pemerintah/swasta di dalam dan luar negeri.
5. Terciptanya sistem tatakelola yang baik (Good Governance Practice) khususnya; di bidang
perencanaan, tatakelola, evaluasi dan pengembangan berkelanjutan berasaskan transparansi,
akuntabel, akurat dan efisien, dengan memanfaatkan teknologi sistem informasi.
Koordinator
Isolasi dan Analisis Tumbuhan Obat
TUJUAN PERCOBAAN
Melakukan pengujian penapisan fitokimia terhadap beberapa
simplisia tumbuhan obat sehingga diketahui golongan metabolit sekunder
yang terkandung dalam simplisia tersebut.
TEORI
Tumbuhan obat adalah tumbuhan atau bagian-bagiannya yang
digunakan baik untuk pencegahan ataupun pengobatan penyakit-
penyakit tertentu, atas dasar pengggunaan secara empirik ataupun
pengujian ilmiah. Pengujian khasiat suatu tanaman obat dilakukan
melalui uji pra klinik hingga uji klinik.
Pengembangan obat tradisional di Indonesia semakin menunjukkan
kemajuan yang mengarah kepada upaya memasuki jalur pelayanan
kesehatan formal. Obat tradisional yang akan memasuki jalur pelayanan
kesehatan formal dituntut mempunyai kualitas yang memenuhi standar
yang telah ditetapkan. Evaluasi kualitas ini diperlukan untuk
mendapatkan obat tradisional yang memenuhi persyaratan, memiliki
khasiat, dan aman digunakan.
Khasiat atau aktivitas farmakologi yang menjadi tumpuan bagi
penggunaan suatu tumbuhan sebagai tumbuhan obat ditentukan oleh
kandungan senyawa metabolit sekunder dalam tumbuhan atau bagian
tumbuhan tersebut. Kandungan senyawa metabolit sekunder yang
mempunyai arti penting dalam kaitan dengan khasiat atau aktivitas
farmakologi tumbuhan obat adalah senyawa metabolit sekunder
kelompok alkaloid, tanin dan polifenolat, mono dan sesquiterpen,
senyawa kuinon, glikosida jantung, flavonoid, triterpenoid dan steroid,
serta saponin.
Uji fitokimia terhadap kandungan senyawa kimia metabolit sekunder
merupakan langkah awal yang penting dalam penelitian mengenai
tumbuhan obat atau dalam hal penelusuran senyawa aktif baru yang
1. PENAPISAN FITOKIMIA
a. Alkaloid
Alkaloid adalah senyawa metabolit sekunder yang dalam
struktur molekulnya terdapat atom Nitrogen (umumnya heterosiklik).
Adanya pasangan elektron bebas pada atom Nitrogen ini
menyebabkan alkaloid dapat membentuk kompleks yang tidak larut
dengan logam-logam berat. Fenomena ini merupakan dasar bagi
reaksi pengenalan adanya alkaloid dalam simplisia tumbuhan obat.
Alkaloid adalah kelompok atau golongan senyawa kimia
metabolit sekunder asal tumbuhan atau hewan dengan struktur yang
mempunyai atom Nitrogen (umumnya terikat dalam lingkar
heterosiklik), bersifat basa, serta mempunyai aktivitas fisiologis
tertentu.
Metode:
Simplisia dibasakan dengan ammonia encer, digerus dalam
mortir, kemudian ditambahkan beberapa milliliter kloroform sambil
terus digerus. Setelah disaring, filtrat dikocok dengan asam klorida 2
N. Lapisan asam dipisahkan kemudian dibagi menjadi tiga bagian dan
diperlakukan sebagai berikut :
(1) Bagian pertama digunakan sebagai blangko
(2) Bagian kedua ditetesi dengan larutan pereaksi Mayer, kemudian
diamati ada atau tidaknya endapan berwarna putih
(3) Bagian ketiga ditetesi dengan larutan pereaksi Dragendorff,
kemudian diamati ada atau tidaknya endapan jingga coklat
(a) (b)
Gambar. (a) Steroid, (b) Triterpenoid
Metode:
Simplisia disari dengan eter, kemudian sari eter diuapkan hingga
kering. Pada residu diteteskan pereaksi Liebermann-Burchard.
Terbentuknya warna ungu menunjukkan bahwa dalam simplisia
mengandung senyawa kelompok triterpenoid, sedangkan bila
terbentuk warna biru-hijau menunjukkan adanya senyawa kelompok
steroid.
g. Senyawa Kuinon
Gambar. p-benzokuinon
PUSTAKA
Farnsworth, N.R. 1966. Biological and Phytochemical Screening Of
Plants.J. Pharm. Sci. 55(3): 243-269
KESIMPULAN :
TUJUAN PERCOBAAN
Melakukan penyarian metabolit sekunder dari simplisia tumbuhan
obat dengan beberapa metode ekstraksi.
TEORI
Pada analisis fitokimia tumbuhan obat idealnya digunakan bahan
baku segar yang dididihkan dengan alkohol selama beberapa menit
segera setelah dikumpulkan. Hal ini dimaksudkan untuk menonaktifkan
enzim, supaya tidak terjadi reaksi enzimatis selama percobaan dilakukan.
Kadang-kadang tumbuhan yang akan diteliti tidak dapat diperoleh dengan
segera dan bahkan mungkin kolektornya tinggal di daerah atau benua
lain, sehingga bahan baku dikeringkan terlebih dahulu sebelum dilakukan
ekstraksi. Pengeringan ini harus dilakukan dengan hati-hati dan dijaga
jangan sampai terjadi perubahan kimia. Oleh karena itu, tumbuhan
sesegera mungkin dikeringkan diudara terbuka tanpa menggunakan
panas tinggi. Setelah kering, bahan bisa disimpan lama sebelum dilakukan
ekstraksi.
Ekstraksi merupakan tahap awal pada jalur isolasi metabolit
sekunder dari tumbuhan obat. Ekstraksi dapat dibagi menjadi beberapa
golongan tergantung dari beberapa keadaan yang menyertainya.
Ditinjau dari suhu, ekstraksi dibagi menjadi dua golongan, yaitu
ekstraksi dingin dan ekstraksi panas. Ekstraksi dingin misalnya maserasi
dan perkolasi. Ekstraksi dingin dilakukan terhadap bahan tumbuhan yang
mengandung senyawa yang bersifat termolabil. Metode ini memerlukan
waktu yang relatif lebih lama bila dibandingkan dengan ekstraksi panas.
Ekstraksi panas misalnya dengan cara infus, dekok, refluks, dan
menggunakan alat soxhlet.
Ditinjau dari banyaknya ulangan proses, ekstraksi dibagi menjadi
KV
Wn = Wo() n
KV + S
Wn = Jumlah zat yang belum terekstraksi
Wo = Jumlah zat mula-mula
K = Koefisien partisi zat
V = Volume awal
S = Volume larutan pengekstraksi
n = Jumlah pengulangan ekstraksi
PROSEDUR EKSTRAKSI
1. MASERASI
Bagian dasar maserator dilapisi dengan kapas sebagai penyaring.
Kemudian dimasukkan sebanyak 250 gram serbuk simplisia ke dalam
maserator. Tambahkan pelarut etanol 70% atau 95% secukupnya dan
biarkan selama kira-kira 10 menit agar terjadi proses pembasahan
simplisia, kemudian ditambahkan pelarut etanol sampai seluruh
6. Pola Dinamolisis
Dinamolisis dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut. Kertas
saring Whatman diameter 10 cm, titik pusatnya dilubangi, kemudian
dipasang sumbu yang terbuat dari kertas saring. Kertas saring
bersumbu ini kemudian ditutupkan pada cawan petri yang berisi
maserat/ekstrak cair. Biarkan terjadi proses difusi sirkular selama
kurang lebih 10 menit. Pola dinamolisis diamati.
HASIL PERCOBAAN :
1. Organoleptik Ekstrak
Bentuk : ....................
Warna : ....................
Bau : ....................
Rasa : ....................
2. Rendemen Ekstrak
Volume ekstrak kental : ................. mL
Berat cawan kosong : ................. g
Berat cawan + ekstrak : ................. g
Berat cawan+ekstrak setelah penguapan : ................. g
Berat simplisia awal : ................. g
Rendemen ekstrak : ................. % b/b
PENGAMATAN
No.bercak Rf Sinar UV 366
UV 254 nm H2SO4 10%
tampak nm
Keterangan :
Diameter 1 : ........ cm ; warna .........................
Diameter 2 : ........ cm ; warna .........................
Diameter 3 : ........ cm ; warna .........................
Diameter 4 : ........ cm ; warna .........................
Diameter 5 : ........ cm ; warna .........................
TUJUAN PERCOBAAN
Melakukan pemisahan metabolit sekunder dari ekstrak atau
fraksinasi tumbuhan obat dengan metode ekstraksi cair-cair (ECC) dan
fast chromatography.
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah melakukan praktikum ini, mahasiswa dapat memahami dan
mampu melakukan pemisahan metabolit sekunder dari ekstrak tumbuhan
obat dengan berbagai metode pemisahan.
TEORI
Pada sistem pemisahan selalu berhubungan dengan tiga hal, yaitu
sampel dan dua pelarut yang saling tidak bercampur satu sama lain.
Sampel akan terpartisi atau terdistribusi ke dalam kedua pelarut dan
pemisahan akan berakhir setelah terjadi kesetimbangan. Ada tiga macam
penggolongan metode pemisahan yang didasarkan pada jenis kedua
pelarut, jenis dari pelarut pertama (initial phase), dan pelarut kedua
(second phase). Pada masing-masing metode pemisahan kedua pelarut
mempunyai nama yang berlainan. Sebagai contoh nama pelarut-pelarut
tersebut diperlihatkan pada Tabel 1.
b. Untuk sampel B :
(Kp) A = [A]1
....................................(3)
[A]2
[A]2
(WA)1 (WA)2 MWA MWA
.
[A]1
(Kp) = = V1 .V2
Kp = k’β..................................... (9)
Kp=
(1–Q)
=
V2 ....................................(11)
Q V1
Q=
V2
=
1
=
1 ................................(12)
Kp
V2+Kp V1 1+ 1+kF
þ
Q= 1 ................................(14)
Kp+1
dan
Kp
(1 — Q) = ................................(15)
Kp+1
”FAST CHROMATOGRAPHY”
Kromatografi dipercepat atau Fast Chromatography merupakan
metode kromatografi kolom yang dimodifikasi dengan cara pengurangan
tekanan melalui penghisapan dengan kompresor. Akibat pengurangan
tekanan ini kecepatan aliran pelarut (eluen) dalam kolom akan
meningkat dengan pesat. Hal ini merupakan solusi untuk mengatasi
lamanya waktu yang dibutuhkan pada kromatografi kolom konvensional.
Seperti halnya kromatografi konvensional, pemisahan komponen
pada kromatografi dipercepat dilakukan atas dasar perbedaan migrasi
diferensial melalui kolom yang berisi fasa diam. Ekstrak yang akan
dipisahkan ditempatkan di bagian atas penjerap dalam kolom, kemudian
dielusi dengan pelarut yang bertindak sebagai fasa gerak. Di dalam
kolom, komponen-komponen akan terpisah sebagai pita-pita yang pada
elusi seterusnya akan keluar meninggalkan kolom sebagai fraksi-fraksi
komponen yang terpisah. Larutan fraksi komponen yang keluar kolom
ditampung sebagai fraksi (disebut eluat atau efluen) untuk kemudian
dianalisis lebih lanjut.
Kecepatan perpindahan masing-masing komponen dalam kolom
PROSEDUR :
I. EKSTRAKSI CAIR-CAIR (ECC)
1. Timbang 1 gram ekstrak yang diperoleh dari hasil ekstraksi
dengan metode maserasia tau soxhlet kemudian dilarutkan dalam
100 mL aquades. Cara melarutkannya adalah kepada ekstrak
ditambahkan sedikit demi sedikit aquades sampai ekstrak
tercampur homogen
2. Masukkan larutan ekstrak ke dalam corong pisah dan tambahkan
pelarut kedua (n-heksana) sama banyak dengan pelarut pertama
3. Kocok larutan dalam corong pisah dengan seksama sambil
sesekali udara dalam corong dikeluarkan
4. Diamkan larutan dalam corong pisah sampai kedua pelarut
terpisah sempurna dan pisahkan lapisan n-heksana.
5. Ulangi proses pengocokan sampai diperoleh fraksi n-heksana
yang hampir tidak berwarna (3x)
6. Lapisan airdalam corong pisah kemudian dikocok kembali dengan
pelarut etil asetat dengan cara yang sama seperti dengan pelarut
n-heksana.
PROSEDUR :
1 7
2 8
3 9
4 10
5 11
6 12
II. DATA Rf :
Penjerap : .....................................
Pengembang : .....................................
Penampak bercak : .....................................
Fraksi Rf Fraksi Rf
1 7
2 8
3 9
4 10
5 11
6 12
KESIMPULAN :
TUJUAN PERCOBAAN
Melakukan pemurnian fraksi yang diperoleh dari hasil fraksinasipada
praktikum 3 sehingga dapat memisahkan suatu senyawa/bercak/isolat
dengan metode Kromatografi Lapis Tipis Preparatif atau Kromatografi
Kolom.
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah melakukan praktikum ini mahasiswa mampu memahami
dan mampu melakukan pemurnian fraksi sehingga diperoleh suatu isolat
dengan berbagai metode kromatografi.
TEORI
Pemurnian fraksi dimaksudkan untuk memisahkan suatu komponen
dari komponen lainnya yang sama-sama terkandung dalam suatu fraksi.
Terdapat beberapa metode untuk melakukan pemisahan komponen dan
biasanya dilakukan dengan satu atau beberapa kombinasi teknik
kromatografi. Teknik kromatografi yang biasa digunakan adalah
kromatografi lapis tipis, kromatografi kolom, kromatografi cair kinerja
tinggi dan kromatografi gas cair.
KLT (Kromatografi Lapis Tipis) merupakan salah satu teknik
kromatografi, yaitu suatu teknik atau metode pemisahan / pemurnian
senyawa kimia berdasarkan pada perbedaan koefisien partisi senyawa
dalam fasa diam dan fasa gerak, atau berdasarkan daya adsorpsi
senyawa pada adsorben yang bertindak sebagai fasa diam. Fasa diam
adalah fasa yang terikat pada pendukung, sedangkan fasa gerak adalah
fasa yang bergerak melalui fasa diam.
Senyawa yang akan dipisahkan ikut bergerak bersama fasa gerak.
Selama senyawa bergerak terjadi proses partisi komponen di antara fasa
gerak dan fasa diam, atau terjadi proses adsorpsi senyawa oleh adsorben
yang bertindak sebagai fasa diam. Akibat adanya perbedaan koefisien
partisi dan / atau afinitas adsorpsi, terjadilah perbedaan kecepatan
gerakan senyawa-senyawa yang menyebabkan terjadinya pemisahan.
Berdasarkan jenis fasa gerak dan fasa diam, kromatografi dapat
dibedakan atas berbagai tipe sebagai berikut :
Tipe
FasaGerak FasaDiam
Kromatografi
Fasa Tipe
DasarPemisahan
Gerak Kromatografi
Gas Kr. Gas Keatsirian dan
kestabilan termal
senyawa
Mekanisme
Tipe Kromatografi
Pemisahan
Adsorpsi Kr. Adsorpsi
Partisi Kr. Partisi
Pertukaran Ion Kr. Pertukaran Ion
Perbedaan Ukuran Kr. Saringan Gel
Partikel Kr. Eksklusi Molekular
Pembagian kromatografi berdasarkan jenis pendukungnya adalah
sebagai berikut :
KLT PREPARATIF
Kromatografi lapis tipis preparatif dimaksudkan untuk memisahkan
senyawa dalam jumlah gram. Pelat dapat dipersiapkan lebih tebal (0,5 –
2 mm). Sampel diteteskan ke pelat dengan alat syringe membentuk
suatu pita (band). Pendeteksian senyawa tidak boleh merusak senyawa.
Pita yang akan dipisahkan dapat dikerok dan dilarutkan dalam pelarut
untuk mendapatkan senyawa yang diinginkan.
KROMATOGRAFI KOLOM
Kromatografi kolom biasanya digunakan untuk memisahkan
komponen dalam jumlah lebih besar (gram). Mempersiapkan kolom
harus dilakukan dengan hati-hati agar dihasilkan kolom kemas yang
serba sama (homogen). Jika kolom tidak mempunyai penyaring kaca
masir, maka kita harus menyumbat kolom dengan segumpal kaca wool
atau kapas. Sumbat ini harus terendam dengan pelarut pengelusi
setinggi 10 cm. Selanjutnya penjerap dijadikan bubur dalam gelas piala
menggunakan pelarut yang sama, lalu dituangkan hati-hati ke dalam
kolom dan tidak terputus-putus, untuk mencegah terbentuknya lapisan.
Setelah itu penjerap dibiarkan turun dan kelebihan pelarut dikeluarkan
melalui keran. Pada poliamid dianjurkan kemasan direndam dulu selama
satu jam, supaya mengembang. Langkah pertama pada kromatografi
kolom ialah menempatkan larutan cuplikan pada kolom sedemikian
rupasehingga terbentuk pita yang siap untuk dielusi. Untuk mencapai
iitu, cuplikan harus dilarutkan dalam pelarut yang volumenya sesedikit
mungkin. Pelarut yang dipakai harus sama dengan pelarut pengelusi,
dan sebaiknya pelarut yang kepolarannya paling rendah, walaupun hal ini
tidak selalu dapat dilaksanakan berhubung dengan kelarutannya.
Menempatkan larutan pekat pada kolom harus hati-hati supaya kemasan
kolom tidak terganggu, dan untuk ini dianjurkan menggunakan pipet.
Cuplikan dibiarkan meresap ke dalam kolom, baru proses kromatografi
dimulai.
Jika cuplikan tidak dapat melarutdalam eluen, maka dapat
digunakan cara penjerapan. Cuplikan dilarutkan ke dalam sedikit pelarut
sembarang yang cocok, dan dicampur dengan sedikit penjerap. Lalu
penjerap dikeringkan dan ditaburkan di atas kolom semerata mungkin
sebagai serbuk.
Gambar. Kromatografi Kolom
PUSTAKA
Gritter, R.J., Bobbitt, J.M., Schwarting A.E. 1991. Introduction of
Chromatography (Pengantar kromatografi), terjemahan
Kosasih Padmawinata. Penerbit ITB. Bandung.
HASIL PERCOBAAN :
Data analisis kromatografi lapis tipis preparatif :
Penjerap : ...................................................
Pengembang : ...................................................
Penampak bercak : ...................................................
Jumlah pita yang terbentuk : ..................................................
No. pita yang dikerok : ...................................................
Kromatogram Isolat :
Kesimpulan :
LEMBAR KERJA 4B
Kromatogram fraksi :
Kesimpulan :
MODUL PRAKTIKUM 5
Isolasi dan Penetapan Kadar Minyak Atsiri
TUJUAN PERCOBAAN
Melakukan isolasi minyak atsiri dengan cara destilasi air, destilasi uap dan
air, enfleurasi, dan pemerasan, serta melakukan penetapan kadar minyak
atsirinya menggunakan alat destilasi Stahl.
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah melakukan praktikum ini mahasiswa mampu melakukan
isolasi minyak atsiri dari suatu simplisia dengan cara destilasi air,
destilasi uap dan air, enfleurasi, dan pengepresan, serta melakukan
penetapan kadar minyak atsirinya menggunakan alat destilasi Stahl.
TEORI
Minyak atsiri merupakan suatu lipophilic mixtures yang mudah
menguap, yang pada umumnya diperoleh dengan cara destilasi uap dari
bagian-bagian suatu tumbuhan. Minyak atsiri mempunyai bau yang khas
dan tersusun oleh suatu susunan senyawa kimia yang kompleks yang
terdiri atas puluhan hingga ratusan komponen. Sifat umum dari minyak
atsiri adalah mudah menguap, berbau aromatik, bila masih segar
umumnya tidak berwarna atau kekuning-kuningan yang berubah menjadi
gelap pada pendiaman, tidak mengeruhkan air, optis aktif, mempunyai
indeks bias tinggi. Minyak atsiri yang diperoleh dengan cara destilasi bila
diteteskan pada kertas saring, tetesan tersebut tidak akan meninggalkan
bekas seperti bintik lemak.
Secara kimia umumnya minyak atsiri terdiri atas komponen-
komponen terpenoid, umumnya monoterpen dan seskuiterpen sebagai
penyusun utama. Selain itu terdapat berbagai komponen lain yang
merupakan komponen minor, yang terdiri atas senyawa-senyawa kimia
alifatik, aromatik, turunan benzena, dan lain-lain. Pada umumnya
2. Pemerasan
Merupakan metode isolasi minyak atsiri yang sangat sederhana.
Bahan langsung diperas atau ditekan dengan suatu alat. Sel-sel yang
mengandung minyak atsiri akan pecah dan minyak atsirinya keluar.
Cara ini digunakan untuk tumbuhan yang mengandung cukup banyak
minyak atsiri. Keburukan cara ini adalah terjadinya pengotoran
minyak atsiri oleh zat warna yang ikut terperas.
3. Penyarian
Minyak atsiri dalam tumbuhan dapat diisolasi dengan cara
penyarian / ekstraksi menggunakan pelarut yang non polar misalnya
heksana, atau pelarut yang kurang polar seperti misalnya alkohol.
Pelarut penyari kemudian dipisahkan dengan cara destilasi, hingga
diperoleh minyak atsiri yang terbebas dari pelarutnya.
Cara kedua :
Dilakukan seperti cara pertama tetapi sebelum buret diisi penuh
dengan air, lebih dahulu diisi dengan 0,2 mL xilena yang diukur seksama.
Volume minyak atsiri dihitung dengan mengurangkan volume yang
dibaca dengan volume xilena.
Cara penetapan kadar minyak atsiri lain yang lebih canggih, lebih
akurat, tetapi memerlukan peralatan yang mahal adalah dengan cara
kromatografi gas. Dengan peralatan mutakhir, dalam sekali penetapan,
selain kadar minyak atsiri, kadar masing-masing komponen penyusun
minyak atsiri tersebut dapat sekaligus langsung diketahui.
PUSTAKA
Ditjen POM. 1979. Materia Medika Indonesia. Jilid III. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. 153-154.
PROSEDUR :
I. Isolasi dan Penetapan Kadar Minyak Atsiri menggunakan
Metode Destilasi Air, dengan alat destilasi Stahl.
1. Siapkan simplisia yang akan ditetapkan kadar minyak atsirinya.
Simplisia yang digunakan adalah bentuk rajangan yang telah
dipotong-potong atau diris-iris hingga derajat halus tertentu
2. Timbang sejumlah tertentu simplisia di atas, kemudian masukkan
ke dalam labu stahl, campur dengan sejumlah volume tertentu
aquades hingga seluruh simplisia dalam labu terendam
3. Pasang alat destilasi Stahl, kemudian isi buret dengan aquades
hingga penuh (atau sebelumnya ditambahkan terlebih dahulu 0,2
mL xilene yang diukur seksama untuk penetapan kadar minyak
atsiri)
4. Lakukan destilasi dengan alat pemanas atau tangas udara, atur
pemanasannya hingga destilasi berjalan lambat tetapi teratur.
Destilasi dilakukan sekurang-kurangnya 3 jam
5. Hentikan pemanasan, biarkan dingin, lalu volume minyak atsiri
yang terjadi dicatat
6. Hitung kadar minyak atsirinya dengan rumus
HASIL PERCOBAAN
Berat simplisia : ......................... g
Lama destilasi/perendaman : ......................... jam
Volume minyak atsiri : ......................... mL
Kadar minyak atsiri : ......................... %
Spesifikasi minyak atsiri :
Warna: …………………………
Bau : …………………………
Rasa : ………………………..
KESIMPULAN :