Anda di halaman 1dari 57

MODUL PRAKTIKUM ISOLASI &

ANALISIS TUMBUHAN OBAT

Dosen Pengampu :

PRODI S1 FARMASI
2021

Alamat :
Jl. Kapten Mulyadi No.17, Karanganyar
Jl. Solo-Kebakkramat No.11, Kemiri, Karanganyar
No.Telepon : 0271- 6491717, No.Fax : 0271-495919
IDENTITAS MAHASISWA

NAMA LENGKAP : ……………………………………………………………………..

NIM : ……………………………………………………………………..

TINGKAT/ : ……………………………………………………………………..

SEMESTER

HP/ TELP : ……………………………………………………………………..

MODUL PRAKTIKUM ISOLASI & ANALISIS TUMBUHAN OBAT S1


i
FARMASI STIKES TUJUH BELAS
PERSETUJUAN MODUL PRAKTIKUM

Modul Praktikum Isolasi & Analisis Tumbuhan Obat Prodi S1 Farmasi STIKES
Tujuh Belas Tahun Akademik 2021/2022 Telah disetujui oleh :

Karanganyar, 06 Juli 2021


Kaprodi S1 Farmasi
STIKES Tujuh Belas

Rifkarosita Putri Ginaris., M.Farm

Wakil Ketua I Bidang Akademik


STIKES Tujuh Belas

Saka Suminar, S.Kep., M.Kes

MODUL PRAKTIKUM ISOLASI & ANALISIS TUMBUHAN OBAT S1


ii
FARMASI STIKES TUJUH BELAS
VISI, MISI DAN TUJUAN
Visi Program Studi S1 Farmasi
Menghasilkan insan kesehatan di bidang Farmasi yang kompeten dan kompetitif pada tahun 2025

Misi Program Studi S1 Farmasi


1. Menyelenggarakan pendidikan kefarmasian yang bermutu dan berkompeten di bidang sains,
teknologi, farmasi klinis dan komunitas.
2. Menyelenggarakan penelitian kefarmasian yang bermutu terutama dalam bidang pengembangan
bahan alam.
3. Menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta hasil - hasil penelitian kepada masyarakat,
industri farmasi dan instansi terkait.
4. Menjalin jaringan kerjasama yang produktif dan berkelanjutan dengan lembaga penelitian, dunia
usaha, instansi pemerintahan, lembaga sosial terkait di tingkat daerah, nasional dan global.
5. Mengembangkan organisasi dalam meningkatkan kualitas tata kelola yang baik (good
governance), sehingga mampu beradaptasi dengan perubahan lingkungan strategis.

Tujuan
1. Menghasilkan lulusan berdaya saing global, berintegritas tinggi, berbudi luhur, berkompeten dan
professional yang memiliki spirit kewirausahaan dalam menjawab berbagai masalah di bidang
sains/ teknologi farmasi, farmasi klinis/ komunitas.
2. Mengembangkan dan memanfaatkan IPTEK yang relevan dengan tujuan pembangunan nasional
dan daerah melalui penyelenggaraan program studi, penelitian terutama kajian pengembangan
bahan alam.
3. Meningkatkan pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat dalam rangka transformasi ilmu
pengetahuan dan hasil penelitian kepada masyarakat.
4. Memperluas dan meningkatkan jaringan kerjasama yang saling menguntungkan dengan
berbagai lembaga pemerintah/swasta di dalam dan luar negeri.
5. Terciptanya sistem tatakelola yang baik (Good Governance Practice) khususnya; di bidang
perencanaan, tatakelola, evaluasi dan pengembangan berkelanjutan berasaskan transparansi,
akuntabel, akurat dan efisien, dengan memanfaatkan teknologi sistem informasi.

MODUL PRAKTIKUM ISOLASI & ANALISIS TUMBUHAN OBAT S1


iii
FARMASI STIKES TUJUH BELAS
KATA PENGANTAR

Buku petunjuk praktikum ini disusun untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa


sebagai panduan dalam melaksanakan praktikum Isolasi dan Analisis Tumbuhan Obat,
untuk mahasiswa program studi S1 Farmasi. Dengan adanya buku petunjuk praktikum ini
diharapkan akan membantu dan mempermudah mahasiswa dalam memahami dan
melaksanakan praktikum Isolasi dan Analisis Tumbuhan Obat, sehingga akan memperoleh
hasil yang baik.
Materi yang dipraktikumkan merupakan materi yang sesuai dengan konsep teori
Isolasi dan Analisis Tumbuhan Obat dan diharapkan dapat memberikan bekal untuk materi
lanjutannya. Untuk itu dasar teori yang didapatkan saat kuliah juga akan sangat membantu
mahasiswa dalam melaksanakan praktikum Isolasi dan Analisis Tumbuhan Obat ini.
Buku petunjuk ini masih dalam proses penyempurnaan. Insya Alloh perbaikan akan
terus dilakukan demi kesempurnaan buku petunjuk praktikum ini dan disesuaikan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga buku petunjuk ini dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.

Karanganyar, Juli 2021

Koordinator
Isolasi dan Analisis Tumbuhan Obat

MODUL PRAKTIKUM ISOLASI & ANALISIS TUMBUHAN OBAT S1


iv
FARMASI STIKES TUJUH BELAS
DAFTAR ISI

IDENTITAS MAHASISWA .................................................................................. i


PERSETUJUAN MODUL PRAKTIKUM ................................................................... ii
VISI, MISI DAN TUJUAN .................................................................................. iii
KATA PENGANTAR.......................................................................................... iv
METODE EVALUASI FITOKIMIA......................................................................... 7
MODUL PRAKTIKUM 1 PENAPISAN FITOKIMIA .................................................... 7
LEMBAR KERJA 1 ......................................................................................... 14
MODUL PRAKTIKUM 2 ................................................................................... 17
Ekstraksi Metabolit Sekunder dari Simplisia Tumbuhan Obat ............................ 17
LEMBAR KERJA 2 ......................................................................................... 23
MODUL PRAKTIKUM 3 ................................................................................... 30
Metode Pemisahan Estrak ........................................................................... 30
LEMBAR KERJA 3A ....................................................................................... 38
LEMBAR KERJA 3B ....................................................................................... 40
MODUL PRAKTIKUM 4 ................................................................................... 41
Metode Pemurnian Fraksi ........................................................................... 41
LEMBAR KERJA 4A ....................................................................................... 48
LEMBAR KERJA 4B ....................................................................................... 50
MODUL PRAKTIKUM 5 ................................................................................... 52
Isolasi dan Penetapan Kadar Minyak Atsiri ..................................................... 52
LEMBAR KERJA 5 ......................................................................................... 56

MODUL PRAKTIKUM ISOLASI & ANALISIS


TUMBUHAN OBAT S1 FARMASI STIKES TUJUH 5
BELAS
MODUL PRAKTIKUM 1

Penapisan Fitokimia Simplisia Tumbuhan Obat

TUJUAN PERCOBAAN
Melakukan pengujian penapisan fitokimia terhadap beberapa
simplisia tumbuhan obat sehingga diketahui golongan metabolit sekunder
yang terkandung dalam simplisia tersebut.

TEORI
Tumbuhan obat adalah tumbuhan atau bagian-bagiannya yang
digunakan baik untuk pencegahan ataupun pengobatan penyakit-
penyakit tertentu, atas dasar pengggunaan secara empirik ataupun
pengujian ilmiah. Pengujian khasiat suatu tanaman obat dilakukan
melalui uji pra klinik hingga uji klinik.
Pengembangan obat tradisional di Indonesia semakin menunjukkan
kemajuan yang mengarah kepada upaya memasuki jalur pelayanan
kesehatan formal. Obat tradisional yang akan memasuki jalur pelayanan
kesehatan formal dituntut mempunyai kualitas yang memenuhi standar
yang telah ditetapkan. Evaluasi kualitas ini diperlukan untuk
mendapatkan obat tradisional yang memenuhi persyaratan, memiliki
khasiat, dan aman digunakan.
Khasiat atau aktivitas farmakologi yang menjadi tumpuan bagi
penggunaan suatu tumbuhan sebagai tumbuhan obat ditentukan oleh
kandungan senyawa metabolit sekunder dalam tumbuhan atau bagian
tumbuhan tersebut. Kandungan senyawa metabolit sekunder yang
mempunyai arti penting dalam kaitan dengan khasiat atau aktivitas
farmakologi tumbuhan obat adalah senyawa metabolit sekunder
kelompok alkaloid, tanin dan polifenolat, mono dan sesquiterpen,
senyawa kuinon, glikosida jantung, flavonoid, triterpenoid dan steroid,
serta saponin.
Uji fitokimia terhadap kandungan senyawa kimia metabolit sekunder
merupakan langkah awal yang penting dalam penelitian mengenai
tumbuhan obat atau dalam hal penelusuran senyawa aktif baru yang

MODUL PRAKTIKUM ISOLASI & ANALISIS TUMBUHAN OBAT


6
S1 FARMASI STIKES TUJUH BELAS
berasal dari bahan alam yang dapat menjadi prekursor bagi sintesis obat-
obat baru atau menjadi prototype senyawa obat dengan aktivitas
tertentu. Oleh karenanya, metode uji fitokimia harus merupakan uji
sederhana tetapi terandalkan. Metode uji fitokimia yang banyak
digunakan adalah metode reaksi warna dan pengendapan yang dapat
dilakukan di lapangan atau di laboratorium.

METODE EVALUASI FITOKIMIA


Metode evaluasi fitokimia meliputi penapisan fitokimia dan
pencarian senyawa identitas melalui analisis kromatografi.

1. PENAPISAN FITOKIMIA
a. Alkaloid
Alkaloid adalah senyawa metabolit sekunder yang dalam
struktur molekulnya terdapat atom Nitrogen (umumnya heterosiklik).
Adanya pasangan elektron bebas pada atom Nitrogen ini
menyebabkan alkaloid dapat membentuk kompleks yang tidak larut
dengan logam-logam berat. Fenomena ini merupakan dasar bagi
reaksi pengenalan adanya alkaloid dalam simplisia tumbuhan obat.
Alkaloid adalah kelompok atau golongan senyawa kimia
metabolit sekunder asal tumbuhan atau hewan dengan struktur yang
mempunyai atom Nitrogen (umumnya terikat dalam lingkar
heterosiklik), bersifat basa, serta mempunyai aktivitas fisiologis
tertentu.

Berdasarkan biosintesisnya, alkaloid terbagi atas:


(1) True alkaloid (alkaloid sesungguhnya), biosintesisnya berasal
dari asam amino, bersifat basa, umumnya mempunyai atom
Nitrogen dalam lingkar heterosiklik
(2) Proto alkaloid, merupakan amina yang bersifat sederhana
dengan atom Nitrogen yang tidak terdapat dalam lingkar
heterosiklik. Contoh meskalin, efedrin
(3) Pseudo alkaloid, biosintesisnya tidak berasal dari asam amino.
Contohnya basa purin (antara lain kafein)

MODUL PRAKTIKUM ISOLASI & ANALISIS TUMBUHAN OBAT


7
S1 FARMASI STIKES TUJUH BELAS
Umumnya alkaloid bersifat basa karena adanya pasangan
elektron bebas pada atom Nitrogennya (Teori Asam-Basa Lewis).
Dalam tumbuhan biasanya alkaloid terdapat dalam bentuk garam
(tartrat, laktat, sitrat). Sifat kimia alkaloid ini merupakan dasar bagi
cara isolasi maupun pengenalannya. Pengenalan alkaloid didasarkan
pada kemampuannya membentuk senyawa kompleks tidak larut
dengan pereaksi-pereaksi yang mengandung logam berat, misalnya
pereaksi Mayer (mengandung kalium ioda dan raksa (II) klorida),
pereaksi Dragendorff (mengandung Bismuth subnitrat dan raksa (II)
klorida). Alkaloid dengan pereaksi Mayer akan memberikan endapan
putih, sedangkan pereaksi Dragendorff akan memberikan endapan
jingga coklat. Walaupun reaksi pengenalan alkaloid dengan kedua
pereaksi tersebut merupakan reaksi pengenalan umum tetapi
beberapa senyawa non alkaloid dapat mengendap dengan pereaksi-
pereaksi tersebut di atas, misalnya protein, kumarin, α-piron,
hidroksi flavon serta tannin. Reaksi pengenalan palsu tersebut
terkenal dengan sebutan reaksi positif palsu (false positive). Perlu
menjadi perhatian, selain adanya reaksi positif palsu, dengan metode
ini senyawa alkaloid kuarterner dalam simplisia tidak dapat diubah
menjadi alkaloid bentuk basa dan akan tetap tinggal dalam sel,
sehingga tidak dapat dikenali dengan metode pengendapan oleh
reaksi-reaksi tersebut di atas. Keadaan seperti itu disebut sebagai
reaksi negatif palsu (false negative).

Metode:
Simplisia dibasakan dengan ammonia encer, digerus dalam
mortir, kemudian ditambahkan beberapa milliliter kloroform sambil
terus digerus. Setelah disaring, filtrat dikocok dengan asam klorida 2
N. Lapisan asam dipisahkan kemudian dibagi menjadi tiga bagian dan
diperlakukan sebagai berikut :
(1) Bagian pertama digunakan sebagai blangko
(2) Bagian kedua ditetesi dengan larutan pereaksi Mayer, kemudian
diamati ada atau tidaknya endapan berwarna putih
(3) Bagian ketiga ditetesi dengan larutan pereaksi Dragendorff,
kemudian diamati ada atau tidaknya endapan jingga coklat

MODUL PRAKTIKUM ISOLASI & ANALISIS TUMBUHAN OBAT


8
S1 FARMASI STIKES TUJUH BELAS
b. Flavonoid
Flavonoid adalah senyawa metabolit sekunder yang memberikan
berbagai warna pada tumbuhan. Flavonoid mempunyai struktur yang
sangat bervariasi, namun pada umumnya mempunyai struktur dasar:

Gambar. Struktur dasar Flavonoid


Pengenalan flavonoid didasarkan pada reaksi reduksi gugusan
karbonil pada lingkar -lakton menjadi gugusan alkohol membentuk
senyawa hidroksi yang berwarna-warna tergantung pada gugusan
fungsional yang terikat pada lingkar A atau B. warna yang terjadi
dapat ditarik oleh amil alkohol.
Metode:
Senyawa dipanaskan dengan campuran logam Magnesium dan
asam klorida 5N, kemudian disaring. Adanya flavonoid akan
menyebabkan filtrat berwarna merah yang dapat ditarik oleh amil
alkohol. Untuk lebih memudahkan pengamatan sebaiknya digunakan
percobaan blangko.
c. Tanin dan Polifenol
Tanin dan senyawa polifenolat alam mudah dikenali melalui
pengenalan gugusan fenol yang dapat memberikan warna biru-hitam
dengan pereaksi besi (III) klorida. Untuk membedakan tanin dengan
polifenolat alam, digunakan sifat tanin yang dapat mengendapkan
larutan gelatin 1%.
Metode:
Simplisia digerus dan dipanaskan dengan air di atas tangas air,
kemudian disaring panas-panas. Sebagian kecil filtrat ditetesi larutan
besi (III) klorida. Terbentuknya warna biru-hitam menunjukkan

MODUL PRAKTIKUM ISOLASI & ANALISIS TUMBUHAN OBAT


9
S1 FARMASI STIKES TUJUH BELAS
adanya tanin dan polifenol alam. Sebagian kecil filtrat diuji ulang
dengan penambahan larutan gelatin 1%. Adanya endapan putih
menunjukkan bahwa dalam simplisia terdapat tanin.
d. Saponin
Saponin adalah senyawa metabolit sekunder dalam tumbuhan
yang bersifat dapat membentuk busa, serta dapat menghemolisis sel
darah merah. Struktur kimia umumnya merupakan glikosida, yang
bila dihidrolisis akan menghasilkan bagian glikon (senyawa gula) dan
aglikon (senyawa non gula). Struktur aglikon tannin umumnya
merupakan struktur triterpenoid dan struktur steroid, hingga ditinjau
dari strukturnya saponin dapat dipilah menjadi saponin-triterpenoid
dan saponin-steroid. Reaksi pengenalan saponin didasarkan pada
sifatnya yang mampu memberikan busa pada pengocokan dan
persisten pada penambahan sedikit asam atau pada pendiaman.
Metode:
Di atas tangas air, dalam tabung reaksi, simplisia dicampur
dengan air dan dipanaskan beberapa saat, kemudian disaring.
Setelah dingin filtrat dalam tabung reaksi dikocok kuat-kuat selama
lebih kurang 30 detik. Pembentukan busa sekurang-kurangnya
setinggi 1 cm dan persisten selama beberapa menit serta tidak hilang
setelah penambahan 1 tetes asam klorida encer menunjukkan bahwa
dalam simplisia terdapat saponin.
e. Monoterpenoid dan Sesquiterpenoid
Monoterpenoid dan sesquiterpenoid adalah senyawa-senyawa
C10-C15 yang tersusun dari unit isoprene (C 5H8). Senyawa
monoterpenoid dan sesquiterpenoid ini merupakan komponen-
komponen penyusun minyak atsiri. Reaksi pengenalan didasarkan
pada kemampuannya membentuk warna-warna dengan pereaksi
anisaldehid-asam sulfat atau pereaksi vanillin-sulfat.
Metode:
Simplisia disari dengan eter, kemudian sari eter diuapkan hingga
kering. Pada residu diteteskan pereaksi anisaldehid-asam sulfat atau
pereaksi vanillin-sulfat dari pinggir cawan. Terbentuknya warna-
warna menunjukkan adanya senyawa monoterpenoid dan

MODUL PRAKTIKUM ISOLASI & ANALISIS TUMBUHAN OBAT


10
S1 FARMASI STIKES TUJUH BELAS
sesquiterpenoid.
f. Steroid dan Triterpenoid
Senyawa kelompok steroid dan triterpenoid adalah senyawa-
senyawa kelompok metabolit sekunder yang mempunyai struktur
dasar yang hampir sama.

(a) (b)
Gambar. (a) Steroid, (b) Triterpenoid

Pengenalan senyawa triterpenoid dan steroid didasarkan


kemampuannya membentuk warna dengan pereaksi Liebermann-
Burchard.

Pereaksi Liebermann-Burchard dibuat dengan cara mencampurkan 20


bagian asam asetat anhidrat dengan 1 bagian asam sulfat pekat.
Pereaksi ini harus digunakan dalam media bebas air.

Metode:
Simplisia disari dengan eter, kemudian sari eter diuapkan hingga
kering. Pada residu diteteskan pereaksi Liebermann-Burchard.
Terbentuknya warna ungu menunjukkan bahwa dalam simplisia
mengandung senyawa kelompok triterpenoid, sedangkan bila
terbentuk warna biru-hijau menunjukkan adanya senyawa kelompok
steroid.

g. Senyawa Kuinon

MODUL PRAKTIKUM ISOLASI & ANALISIS TUMBUHAN OBAT


11
S1 FARMASI STIKES TUJUH BELAS
Senyawa kuinon umumnya merupakan turunan p-benzokuinon.

Gambar. p-benzokuinon

Pengenalan senyawa ini didasarkan pada kemampuannya


membentuk garam berwarna antara hidrokuinon dengan larutan
alkali kuat (NaOH atau KOH).

Gambar. Reaksi hidrokuinon dengan larutan alkali kuat

MODUL PRAKTIKUM ISOLASI & ANALISIS TUMBUHAN OBAT


12
S1 FARMASI STIKES TUJUH BELAS
Metode:
Simplisia digerus dan dipanaskan dengan air, kemudian disaring.
Filtrat ditetesi dengan larutan NaOH. Terbentuknya warna kuning
hingga merah menunjukkan adanya senyawa kelompok kuinon.

PUSTAKA
Farnsworth, N.R. 1966. Biological and Phytochemical Screening Of
Plants.J. Pharm. Sci. 55(3): 243-269

Harborne, J.B. 1984. Metode Fitokimia. Terjemahan K. Padmawinata


dan I. Sudiro.: Penerbit ITB. Bandung

Marini, C.P. 1981. Plant Screening By Chemical And Chromatography


Prosedure in the Field Condition. J. Chromatogr. 213:117-122

MODUL PRAKTIKUM ISOLASI & ANALISIS TUMBUHAN OBAT


13
S1 FARMASI STIKES TUJUH BELAS
LEMBAR KERJA 1

PRAKTIKUM 1 : Penapisan Fitokimia Simplisia Tumbuhan Obat


NAMA MAHASISWA : .............................................................
NPM : .............................................................
KELOMPOK : .............................................................
NAMA TANAMAN : .............................................................
NAMA SIMPLISIA : .............................................................

METODE DAN HASIL :


Golongan Hasil Paraf
No Prosedur
Senyawa (+/-) Asisten
1 ALKALOID 1. 1 gram serbuk simplisia
dibasakan dengan 10 mL
amonia 10%, digerus
menggunakan mortar.
2. Tambahkan 5 mL kloroform,
gerus kuat.
3. Lapisan kloroform dipipet
sambil disaring menggunakan
pipet yang disumbat dengan
kapas, masukkan ke dalam
tabung reaksi.
4. Tambahkan kedalamnya HCl
2N (1:10 v/v). Kocok kuat
hingga terbentuk 2 lapisan.
5. Lapisan asam dipipet,kemudian
dibagi menjadi 3 bagian :
a. Filtrat 1 :
ditambahkan pereaksi
Mayer, terjadinya
kekeruhan atau endapan
putih menunjukkan adanya
alkaloid.
b. Filtrat 2 :
ditambahkan pereaksi
Dragendorff, terjadinya
endapan jingga coklat
menunjukkan adanya
alkaloid.
c. Filtrat 3 :
digunakan sebagai blanko.
2 SENYAWA 1. 50 mg serbuk simplisia dalam
tabung reaksi dididihkandalam
POLIFENOLAT
50 mL air selama 15 menit,

MODUL PRAKTIKUM ISOLASI & ANALISIS TUMBUHAN OBAT


14
S1 FARMASI STIKES TUJUH BELAS
Golongan Hasil Paraf
No Prosedur
Senyawa (+/-) Asisten
kemudian didinginkan dan
disaring (Filtrat A).
2. Kedalam filtrat ditambahkan
larutan pereaksi FeCl3 1%.
Terbentuknya warna biru-
hitam menunjukkan adanya
senyawa polifenolat.
3 TANIN 3. Kedalam Filtrat A
ditambahkan larutan gelatin
1%, terbentuknya endapan
putih menunjukkan adanya
tanin.
4 FLAVONOID 1. 1 gram serbuk simplisia
ditambahkan 50 mL air panas,
dididihkan selama 5 menit,
lalu disaring.
2. Filtrat yang dihasilkan
ditambahkan sedikit serbuk Mg
dan 5 mL HCl 2N.
3. Kemudian tambahkan
amillalkohol, lalu dikocok kuat-
kuat dan dibiarkan hingga
memisah. Terbentuknya
warna kuning hingga
merah yang dapat ditarik
dengan amil alkohol
menunjukkan adanya
flavonoid.
5 MONO- 1. 1 gram simplisia digerus
dengan 5 mL eter, kemudian
TERPENOID DAN
dipipet sambil disaring
SESQUI- menggunakan pipet yang
disumbat dengan kapas
TERPENOID
(Filtrat B).

2. Filtrat ditempatkan dalam


cawan penguap, kemudian
dibiarkan menguap hingga
kering.
3. Ke dalam residu diteteskan
larutan vanilin 10% dalam
H2SO4 pekat melalui pinggir
cawan, terbentuknya warna-
warna menunjukkan adanya
mono dan sesquiterpenoid.

MODUL PRAKTIKUM ISOLASI & ANALISIS TUMBUHAN OBAT


15
S1 FARMASI STIKES TUJUH BELAS
6 STEROID DAN 4. Filtrat B ditempatkan dalam
cawan penguap, kemudian
TRITERPENOID
dibiarkan menguap hingga
kering.

Golongan Hasil Paraf


No Prosedur
Senyawa (+/-) Asisten
5. Ke dalam residu diteteskan 2
hingga 3 tetes pereaksi
Liebermann Burchard.
Terbentuknya warna ungu
menunjukkan adanya
golongan triterpenoid,
sedangkan terbentuknya
warna biru hijau
menunjukkan adanya
golongan steroid.
7 KUINON 6. Kedalam Filtrat A
ditambahkan larutan KOH 5%
terbentuknya warna kuning
hingga merah menunjukkan
adanya golongan kuinon
8 SAPONIN 7. Sejumlah 10 ml Filtrat A,
dikocok vertikal dalam tabung
reaksi selama 10 detik.
8. Terbentuknya busa yang
persisten pada penambahan
asam klorida atau pada
pendiaman selama lebih
kurang 10 menit,
menunjukkan adanya
golongan saponin.

KESIMPULAN :

Dalam simplisia yang diperiksa, diperkirakan terdapat senyawa


metabolit sekunder golongan:
1. ................................................................................
2. ................................................................................
3. ................................................................................
4. ................................................................................
5. ................................................................................
6. ................................................................................

MODUL PRAKTIKUM ISOLASI & ANALISIS TUMBUHAN OBAT


16
S1 FARMASI STIKES TUJUH BELAS
MODUL PRAKTIKUM 2
Ekstraksi Metabolit Sekunder dari Simplisia
Tumbuhan Obat

TUJUAN PERCOBAAN
Melakukan penyarian metabolit sekunder dari simplisia tumbuhan
obat dengan beberapa metode ekstraksi.

TEORI
Pada analisis fitokimia tumbuhan obat idealnya digunakan bahan
baku segar yang dididihkan dengan alkohol selama beberapa menit
segera setelah dikumpulkan. Hal ini dimaksudkan untuk menonaktifkan
enzim, supaya tidak terjadi reaksi enzimatis selama percobaan dilakukan.
Kadang-kadang tumbuhan yang akan diteliti tidak dapat diperoleh dengan
segera dan bahkan mungkin kolektornya tinggal di daerah atau benua
lain, sehingga bahan baku dikeringkan terlebih dahulu sebelum dilakukan
ekstraksi. Pengeringan ini harus dilakukan dengan hati-hati dan dijaga
jangan sampai terjadi perubahan kimia. Oleh karena itu, tumbuhan
sesegera mungkin dikeringkan diudara terbuka tanpa menggunakan
panas tinggi. Setelah kering, bahan bisa disimpan lama sebelum dilakukan
ekstraksi.
Ekstraksi merupakan tahap awal pada jalur isolasi metabolit
sekunder dari tumbuhan obat. Ekstraksi dapat dibagi menjadi beberapa
golongan tergantung dari beberapa keadaan yang menyertainya.
Ditinjau dari suhu, ekstraksi dibagi menjadi dua golongan, yaitu
ekstraksi dingin dan ekstraksi panas. Ekstraksi dingin misalnya maserasi
dan perkolasi. Ekstraksi dingin dilakukan terhadap bahan tumbuhan yang
mengandung senyawa yang bersifat termolabil. Metode ini memerlukan
waktu yang relatif lebih lama bila dibandingkan dengan ekstraksi panas.
Ekstraksi panas misalnya dengan cara infus, dekok, refluks, dan
menggunakan alat soxhlet.
Ditinjau dari banyaknya ulangan proses, ekstraksi dibagi menjadi

MODUL PRAKTIKUM ISOLASI & ANALISIS TUMBUHAN OBAT


17
S1 FARMASI STIKES TUJUH BELAS
dua golongan pula, yaitu ekstraksi satu kali, misalnya maserasi dan
ekstraksi berulang kali, misalnya dengan alat soxhlet. Dalam hal ini
efektivitas proses ekstraksi akan ditentukan oleh banyaknya pengulangan
proses ekstraksi. Ekstraksi berulang akan lebih efektif dibanding dengan
ekstraksi satu kali, sesuai dengan perumusan sebagai berikut :

KV
Wn = Wo() n
KV + S
Wn = Jumlah zat yang belum terekstraksi
Wo = Jumlah zat mula-mula
K = Koefisien partisi zat
V = Volume awal
S = Volume larutan pengekstraksi
n = Jumlah pengulangan ekstraksi

Persamaan di atas umumnya digunakan untuk ekstraksi cair-cair,


namun untuk ekstraksi padat-cair secara umum persamaan tersebut juga
dapat diterapkan.
Ditinjau dari penggunaan pelarut, metode ekstraksi terdiri atas
metode yang menggunakan pelarut seperti maserasi, perkolasi, soxhlet,
refluks, infus, dekok dan digesti dan metode ekstraksi tanpa pelarut
misalnya destilasi uap yaitu pemisahan berdasarkan perbedaan titik uap.
Terdapat beberapa metode ekstraksi lainnya misalnya ekstraksi dengan
karbondioksida superkritik, ekstraksi ultrasonik dan ekstraksi energi
listrik.
Cara ekstraksi yang tepat tergantung pada jaringan tumbuhan,
kadar air dan golongan senyawa yang akan diisolasi. Pada umumnya
diperlukan mematikan jaringan tumbuhan terlebih dahulu dengan etanol
mendidih supaya tidak terjadi oksidasi enzimatis atau hidrolisis. Etanol
merupakan pelarut yang baik untuk ekstraksi tahap awal dan dapat
digunakan untuk menghilangkan klorofil yang terdapat pada simplisia,
misalnya daun yang berwarna hijau. Pada ekstraksi pertama klorofil akan
tertarik dan pada ekstraksi selanjutnya dengan etanol diharapkan
simplisia telah bebas dari klorofil.
Berdasarkan pengertian bahwa ekstraksi adalah metode penarikan
metabolit sekunder dari tumbuhan atau bagian tumbuhan dengan pelarut

MODUL PRAKTIKUM ISOLASI & ANALISIS TUMBUHAN OBAT


18
S1 FARMASI STIKES TUJUH BELAS
yang sesuai, maka dalam pemilihan pelarut pengekstraksi berlaku prinsip:
polar loves polar, nonpolar loves nonpolar, artinya bila kita akan
mengekstraksi senyawa polar, harus digunakan pelarut polar dan apabila
kita akan mengekstraksi senyawa nonpolar, maka harus digunakan
pelarut nonpolar. Namun pada prakteknya ekstraksi dilakukan dengan
menggunakan pelarut dalam gradasi kepolaran, mulai dari nonpolar ke
polar atau dari polar ke nonpolar. Contoh pelarut polar adalah air,
metanol, etanol, pelarut semi polar adalah aseton, etil asetat, kloroform
dan pelarut nonpolar adalah n-heksana, eter minyak tanah, toluen,
benzene. Pelarut-pelarut nonpolar benzena, kloroform dan karbon
tetraklorida sekarang jarang digunakan, karena sifatnya hepatotoksik atau
karsinogenik. Pelarut metanol merupakan pelarut yang baik daripada
etanol tetapi kini dihindari karena memiliki sifat toksik akut dan kronik.
Untuk memperoleh ekstrak total, pelarut yang digunakan dipilih yang
dapat melarutkan hampir semua metabolit sekunder yang terkandung
dalam simplisia tanaman obat. Campuran pelarut alkohol-air merupakan
campuran yang baik untuk ekstraksi awal dan diperbolehkan menurut
peraturan . Faktor utama untuk mempertimbangkan pemilihan cairan
pernyari adalah selektivitas, kemudahan bekerja/proses dengan cairan
tersebut, ekonomis, ramah lingkungan dan keamanan.
Ekstrak yang diperoleh dipekatkan dengan penguap vakum putar
pada tekanan rendah (rotavapor=rotary evaporator) hingga diperoleh
ekstrak kental. Terhadap ekstrak kental dilakukan pemeriksaan kualitas
ekstrak yang meliputi parameter kimia dan fisika seperti organoleptik,
pola kromatogram (lapis tipis dan dinamolisis), kadar air, dan bobot jenis
ekstrak.

PROSEDUR EKSTRAKSI
1. MASERASI
Bagian dasar maserator dilapisi dengan kapas sebagai penyaring.
Kemudian dimasukkan sebanyak 250 gram serbuk simplisia ke dalam
maserator. Tambahkan pelarut etanol 70% atau 95% secukupnya dan
biarkan selama kira-kira 10 menit agar terjadi proses pembasahan
simplisia, kemudian ditambahkan pelarut etanol sampai seluruh

MODUL PRAKTIKUM ISOLASI & ANALISIS TUMBUHAN OBAT


19
S1 FARMASI STIKES TUJUH BELAS
serbuk simplisia terendam. Didiamkan selama 24 jam sambil sesekali
diaduk. Ekstrak cair yang diperoleh kemudian. Ekstraksi diulangi
sampai ekstrak cair yang diperoleh hampir tidak berwarna. Ukur
volume ekstrak cair yang diperoleh kemudian dipekatkan dengan
rotavapor pada suhu 30-40 oC sehingga diperoleh ekstrak kental.

2. EKSTRAKSI DENGAN ALAT SOXHLET


Tuangkan 250 mL pelarut etanol 95% ke dalam labu alas bulat
atau sampai kurang lebih 1/2-2/3 bagian volume labu dan
ditambahkan batu didih. Serbuk simplisia sebanyak 50 gram disiapkan
dalam kertas saring whatman dan dimasukkan ke dalam tabung
Soxhlet. Pasang alat soxhlet sesuai tempatnya dan tambahkan 50 mL
pelarut dari bagian atas tabung soxhlet untuk pembasahan simplisia
dan nyalakan heating mantle sampai suhu mencapai titik didih
pelarut. Ekstraksi simplisia sampai tetesan pelarut hampir tidak
berwarna. Kemudian ekstrak yang diperoleh dipekatkan dengan
rotavapor sehingga menjadi ekstrak kental.

3. EKSTRAKSI DENGAN CARA REFLUKS


Sebanyak 50 gram serbuk simplisia dimasukkan ke dalam labu
alas bulat, tambahkan kedalamnya pelarut etanol 95% sebanyak 250
ml. Pasangkan kondensor dengan alat refluks dan nyalakan heating
mantle sampai suhu titik didih pelarut. Ekstraksi dilakukan sampai
tetesan pelarut hampir tidak berwarna. Kemudian ekstrak yang
diperoleh dipekatkan dengan rotavapor sehingga menjadi ekstrak
kental.

PEMERIKSAAN PARAMETER EKSTRAK:


Pemeriksaan parameter ekstrak perlu dilakukan untuk mengetahui
kualitas ekstrak dilihat dari sifat fisik dan kandungan kimianya.
Parameter yang diperiksa adalah sebagai berikut :
1. Organoleptik Ekstrak
Pemeriksaan menggunakan panca indera untuk mendiskripsikan
bentuk, warna, bau dan rasa dari ekstrak yang diperoleh.

MODUL PRAKTIKUM ISOLASI & ANALISIS TUMBUHAN OBAT


20
S1 FARMASI STIKES TUJUH BELAS
2. Rendemen Ekstrak
Rendemen dapat ditetapkan dengan rumus sebagai berikut :

berat ekstrak total


Rendemen (%) = x 100
berat simplisia

Untuk menetapkan rendemen ekstrak, sejumlah tertentu ekstrak


kental dalam cawan penguap ditimbang kemudian diuapkan di atas
penangas air dengan temperatur 40-50˚C sampai bobot tetap.
Tentukan berat ekstrak setelah penguapan dengan mengurangkan
dengan bobot cawan kosong, kemudian hitung rendemen ekstrak (%
b/b) sesuai dengan rumus di atas.

3. Bobot Jenis Ekstrak


Penetapan bobot jenis ekstrak dapat dilakukan sebagai berikut.
Ditimbang piknometer dengan volume tertentu dalam keadaan
kosong. Kemudian piknometer diisi penuh dengan air dan ditimbang
ulang. Kerapatan air dapat ditetapkan. Kemudian piknometer
dikosongkan dan diisi penuh dengan ekstrak, lalu ditimbang. Melalui
berat ekstrak yang mempunyai volume tertentu, dapat ditetapkan
kerapatan ekstrak. Bobot jenis ekstrak ditetapkan dengan rumus
sebagai berikut :
kerapatan ekstrak
Bobot jenis ekstrak =
kerapatan air

4. Kadar Air Ekstrak


Penetapan kadar air ekstrak dapat dilakukan dengan beberapa
cara misalnya dengan titrasi langsung atau tidak langsung (pereaksi
Karl-Fischer), destilasi atau gravimetri. Pada praktikum ini akan
dilakukan penetapan kadar air dengan destilasi menggunakan destilasi
toluene.
Prosedur :
Ke dalam labu bersih dan kering dimasukkan sejumlah ekstrak
kental yang telah ditimbang seksama kemudian tambahkan 200 ml
toluene, hubungkan alat. Tuangkan toluene ke dalam labu penerima

MODUL PRAKTIKUM ISOLASI & ANALISIS TUMBUHAN OBAT


21
S1 FARMASI STIKES TUJUH BELAS
melalui alat pendingin. Panaskan labu hati-hati selama 15 menit.
Setelah toluen mendidih, suling dengan kecepatan lebih kurang 2
tetes tiap detik, hingga sebagian air tersuling, kemudian naikkan
kecepatan penyulingan hingga 4 tetes tiap detik. Setelah semua air
tersuling, biarkan tabung penerima mendingin hingga suhu kamar.
Setelah air dan toluene memisah sempurna, baca volume air. Hitung
kadar air dalam % v/b

5. Pola Kromatogram Lapis Tipis


Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dilakukan dengan fasa diam silika
gel GF 254 dan fasa gerak/pengembang kombinasi pelarut dengan
perbandingan yang cocok. Untuk memperoleh perbandingan
pengembang yang optimal, dapat diperoleh dari literatur atau data-
data penelitian atau mencoba dengan perbandingan pelarut polar,
semipolar atau non polar yang umum.
Prosedur :
Pelat silika gel disiapkan dengan ukuran tertentu kemudian
ekstrak cair ditutulkan pada garis awal dengan menggunakan pipa
kapiler, biarkan beberapa saat hingga pelarutnya menguap. Pelat
silika kemudian dimasukkan ke dalam bejana kromatografi yang
sebelumnya telah dijenuhkan dengan cairan pengembang. Proses
kromatografi dihentikan sampai cairan pengembang sampai ke garis
depan. Amati pola kromatogram dibawah lampu UV 254 dan 366 nm
dan hitung Rf setiap bercak yang teramati. Penampak bercak dapat
juga menggunakan asam sulfat 10% dalam metanol.

6. Pola Dinamolisis
Dinamolisis dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut. Kertas
saring Whatman diameter 10 cm, titik pusatnya dilubangi, kemudian
dipasang sumbu yang terbuat dari kertas saring. Kertas saring
bersumbu ini kemudian ditutupkan pada cawan petri yang berisi
maserat/ekstrak cair. Biarkan terjadi proses difusi sirkular selama
kurang lebih 10 menit. Pola dinamolisis diamati.

MODUL PRAKTIKUM ISOLASI & ANALISIS TUMBUHAN OBAT


22
S1 FARMASI STIKES TUJUH BELAS
LEMBAR KERJA 2

PRAKTIKUM 2 : Ektraksi Metabolit Sekunder dari Simplisia


Tumbuhan Obat
NAMA MAHASISWA : .............................................................
NPM : .............................................................
KELOMPOK : .............................................................
NAMA SIMPLISIA : .............................................................
METODE EKSTRAKSI : .............................................................

HASIL PERCOBAAN :
1. Organoleptik Ekstrak
Bentuk : ....................
Warna : ....................
Bau : ....................
Rasa : ....................

2. Rendemen Ekstrak
Volume ekstrak kental : ................. mL
Berat cawan kosong : ................. g
Berat cawan + ekstrak : ................. g
Berat cawan+ekstrak setelah penguapan : ................. g
Berat simplisia awal : ................. g
Rendemen ekstrak : ................. % b/b

3. Bobot Jenis Ekstrak


Berat piknometer kosong : ................. g
Berat piknometer + air : ................. g
Berat air : ................. g
Volume piknometer : ................. ml
Kerapatan air : ................. g/mL
Berat piknometer + ekstrak : ................. g
Volume piknometer : ................. mL
Berat ekstrak : ................. g

MODUL PRAKTIKUM ISOLASI & ANALISIS TUMBUHAN OBAT


23
S1 FARMASI STIKES TUJUH BELAS
Kerapatan ekstrak ....................................................... g/mL
Bobot jenis ekstrak : .................

4. Kadar Air Ekstrak


Berat ekstrak uji : ................. g
Volume air : ................. mL
Kadar air : ................. % v/b

5. Pola Kromatogram Lapis Tipis

PENGAMATAN
No.bercak Rf Sinar UV 366
UV 254 nm H2SO4 10%
tampak nm

MODUL PRAKTIKUM ISOLASI & ANALISIS TUMBUHAN OBAT


24
S1 FARMASI STIKES TUJUH BELAS
6. Pola Dinamolisis

Keterangan :
Diameter 1 : ........ cm ; warna .........................
Diameter 2 : ........ cm ; warna .........................
Diameter 3 : ........ cm ; warna .........................
Diameter 4 : ........ cm ; warna .........................
Diameter 5 : ........ cm ; warna .........................

MODUL PRAKTIKUM ISOLASI & ANALISIS TUMBUHAN OBAT


25
S1 FARMASI STIKES TUJUH BELAS
MODUL PRAKTIKUM 3
Metode Pemisahan Estrak

TUJUAN PERCOBAAN
Melakukan pemisahan metabolit sekunder dari ekstrak atau
fraksinasi tumbuhan obat dengan metode ekstraksi cair-cair (ECC) dan
fast chromatography.

TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah melakukan praktikum ini, mahasiswa dapat memahami dan
mampu melakukan pemisahan metabolit sekunder dari ekstrak tumbuhan
obat dengan berbagai metode pemisahan.

TEORI
Pada sistem pemisahan selalu berhubungan dengan tiga hal, yaitu
sampel dan dua pelarut yang saling tidak bercampur satu sama lain.
Sampel akan terpartisi atau terdistribusi ke dalam kedua pelarut dan
pemisahan akan berakhir setelah terjadi kesetimbangan. Ada tiga macam
penggolongan metode pemisahan yang didasarkan pada jenis kedua
pelarut, jenis dari pelarut pertama (initial phase), dan pelarut kedua
(second phase). Pada masing-masing metode pemisahan kedua pelarut
mempunyai nama yang berlainan. Sebagai contoh nama pelarut-pelarut
tersebut diperlihatkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Nama Pelarut pada Beberapa Metode Pemisahan


Metode
Pelarut I Pelarut II
Pemisahan

Kromatografi Fase diam Fase gerak


ECC Rafinat Ekstraktan
Dialisis Renetat Difusat

MODUL PRAKTIKUM ISOLASI & ANALISIS


TUMBUHAN OBAT S1 FARMASI STIKES TUJUH 30
BELAS
Pada pengerjaan pemisahan setelah selesai selalu didiamkan sampai
terjadi pemisahan sempurna, perbandingan konsentrasi sampel
(komponen) pada kedua pelarut menjadi konstan dan dapat diekspresikan
sebagai konstanta kesetimbangan yang dinyatakan dengan koefisien
distribusi (KD) atau koefisien partisi (Kp). Jika terdapat dua macam
sampel (A dan B) dan kedua pelarut (1 dan 2), maka :
a. Untuk sampel A :

(KD )A =(CA)1 ....................................(1)


(CA)2

(CA)1 = konsentrasi A dalam pelarut 1


(CA)1 = konsentrasi A dalam pelarut 2

b. Untuk sampel B :

(KD )B =(CB)1 ....................................(2)


(CB)2

(CB)1 = konsentrasi B dalam pelarut 1


(CB)1 = konsentrasi B dalam pelarut 2

Jika sampel (komponen) hanya satu, maka berlaku rumus sebagai


berikut.

(Kp) A = [A]1
....................................(3)
[A]2

[A] = menunjukkan konsentrasi molar komponen

Persamaan di atas merupakan persamaan yang sederhana dan


hanya berlaku kalau sampel (komponen) terdapat dalam satu bentuk.
Untuk perhitungan koefisien partisi yang akurat, persamaan di atas ditulis
sebagai berikut.
(aA)1 [A]1(ɣA)1 .................................
(Kp) = = (4)
(aA)2 [A]2(ɣA)2

di mana γ = koefisien aktivitas

Persamaan (4) dapat dituliskan juga sebagai berikut :

[A]2
(WA)1 (WA)2 MWA MWA
.
[A]1
(Kp) = = V1 .V2

MODUL PRAKTIKUM ISOLASI & ANALISIS


TUMBUHAN OBAT S1 FARMASI STIKES TUJUH 31
BELAS
...............................
.....(5)

MODUL PRAKTIKUM ISOLASI & ANALISIS


TUMBUHAN OBAT S1 FARMASI STIKES TUJUH 32
BELAS
Dimana :
WA = berat A dalam gram
MWA = BM sampel A
V = Volume pelarut

Apabila BM A diabaikan, maka :


[WA]1 V2
(Kp) A= ....................................(6)
[WA]2 V1

(WA)1/(WA)2 = perbandingan berat A dalam pelarut 1 dan pelarut 2,


disebut perbandingan partisi atau faktor kapasitas, diberi simbol k’ dan
merupakan perbandingan molekul, maka
(XA)1 .................................
k′=(WA)1
(W ) (X )
(7)
A 2 A 2

Perbandingan volume pelarut disebut β, jadi


V2 ................................
þ= (8)
V1

Kp = k’β..................................... (9)

Persamaan (9) ini merupakan persamaan hubungan fundamental


teori kesetimbangan pada metode pemisahan.

EKSTRAKSI CAIR-CAIR (ECC)


Ekstraksi cair-cair merupakan metode pemisahan yang sangat
populer, yang menggunakan dua pelarut yang tidak bercampur satu
sama lain, yang disebut raffinate dan extractant. Pada pemisahan sampel
Q, maka sampel ini akan terpartisi ke dalam rafinat dan ekstraktan dan
persamaan-persamaan yang berlaku adalah sebagai berikut :
(Wra†) ...............................................
k′= (1–Q)
= (W)1
= (Wekst)
(10)
Q (W)2

Kp=
(1–Q)
=
V2 ....................................(11)
Q V1

Q=
V2
=
1
=
1 ................................(12)
Kp
V2+Kp V1 1+ 1+kF
þ

MODUL PRAKTIKUM ISOLASI & ANALISIS


TUMBUHAN OBAT S1 FARMASI STIKES TUJUH 33
BELAS
dan untuk sampel yang tidak terekstraksi:
V2 V2+Kp V1–V2 Kp V1 kF ............(13)
(1 — Q) = 1 — = = =
V2+Kp V1 V2+Kp V1 V2+Kp V1 kF+1

Kalau kedua volume pelarut sama, β = 1, persamaan 12 dan 13


menjadi :

Q= 1 ................................(14)
Kp+1

dan

Kp
(1 — Q) = ................................(15)
Kp+1

MODUL PRAKTIKUM ISOLASI & ANALISIS


TUMBUHAN OBAT S1 FARMASI STIKES TUJUH 34
BELAS
Prosedur :
Sebanyak 1 gram ekstrak yang diperoleh dari hasil ekstraksi dengan
metode maserasi atau soxhlet dilarutkan dalam 100 ml air kemudian
dimasukkan ke dalam corong pisah dan ditambah n-heksana sama
banyak dengan pelarut pertama (100 ml), didiamkan. Kemudian dikocok,
sesekali udara di dalam corong pisah dikeluarkan, lalu dikocok lagi dan
didiamkan sampai kedua pelarut terpisah sempurna. Pemisahan diulang
sampai diperoleh fraksi n-heksana yang hampir tidak berwarna. Fraksi n-
heksana dan fraksi air dipisahkan. Pada fraksi air kemudian ditambahkan
pelarut etil asetat 100 ml dan dikocok seperti prosedur diatas. Fraksi n-
heksana, etil asetat dan air kemudian diuapkan dan dihitung rendemen
masing-masing fraksi.

”FAST CHROMATOGRAPHY”
Kromatografi dipercepat atau Fast Chromatography merupakan
metode kromatografi kolom yang dimodifikasi dengan cara pengurangan
tekanan melalui penghisapan dengan kompresor. Akibat pengurangan
tekanan ini kecepatan aliran pelarut (eluen) dalam kolom akan
meningkat dengan pesat. Hal ini merupakan solusi untuk mengatasi
lamanya waktu yang dibutuhkan pada kromatografi kolom konvensional.
Seperti halnya kromatografi konvensional, pemisahan komponen
pada kromatografi dipercepat dilakukan atas dasar perbedaan migrasi

diferensial melalui kolom yang berisi fasa diam. Ekstrak yang akan
dipisahkan ditempatkan di bagian atas penjerap dalam kolom, kemudian
dielusi dengan pelarut yang bertindak sebagai fasa gerak. Di dalam
kolom, komponen-komponen akan terpisah sebagai pita-pita yang pada
elusi seterusnya akan keluar meninggalkan kolom sebagai fraksi-fraksi
komponen yang terpisah. Larutan fraksi komponen yang keluar kolom
ditampung sebagai fraksi (disebut eluat atau efluen) untuk kemudian
dianalisis lebih lanjut.
Kecepatan perpindahan masing-masing komponen dalam kolom

MODUL PRAKTIKUM ISOLASI & ANALISIS


TUMBUHAN OBAT S1 FARMASI STIKES TUJUH 35
BELAS
ditentukan oleh kombinasi beberapa faktor yang mengatur karakterisasi
sistem adsorpsi dan partisi. Pemisahan dalam kolom adsorpsi tergantung
pada antar aksi antara permukaan penjerap, komponen yang dipisahkan,
serta sistem pelarut elusi. Pemisahan dalam kolom partisi merupakan
proses yang menyangkut partisi komponen dalam fasa gerak dan fasa
diam yang berupa lapisan tipis pada zat pendukung hidrofilik.
Pemilihan sistem penjerap untuk kolom kromatografi cepat dan
pemilihan sistem pelarut elusi dapat dilakukan dengan bantuan metode
kromatografi lapis tipis. Data kromatografi lapis tipis sebagai acuan
dalam pemilihan sistem penjerap dan sistem pelarut elusi.
Pengembangan sistem kromatografi lapis tipis sebagai model untuk
teknik kromatografi kolom memerlukan perhatian pada nilai Rf atau hRf
komponen yang dipisahkan. Komponen yang dapat dipisahkan dengan
baik melalui metode kromatografi cepat adalah komponen yang
mempunyai nilai hRf 20-30 pada sistem kromatografi lapis tipis. Makin
besar nilai hRf pada sistem kromatografi lapis tipis makin buruk hasil
pemisahan dengan sistem kromatografi cepat atau kromatografi kolom
konvensional.
Seperti halnya pada kromatografi lapis tipis, pada kromatogafi
kolom, baik kromatografi kolom konvensional maupun kromatografi
dipercepat, jenis atau tipe penjerap yang digunakan merupakan faktor
penting yang menentukan keberhasilan suatu pemisahan. Namun dari
berbagai jenis dan tipe penjerap dengan segala perbedaan dan sifat-sifat
fisikokimianya, alumina dan silika gel G merupakan penjerap yang umum
untuk pengerjaan kromatografi kolom, termasuk kromatografi kolom
dipercepat.

MODUL PRAKTIKUM ISOLASI & ANALISIS


TUMBUHAN OBAT S1 FARMASI STIKES TUJUH 36
BELAS
Prosedur :
Kolom diisi dengan ± 50 gram silika gel, sehingga ½ dari tinggi
kolom terisi silika gel, kemudian vakum dijalankan dan permukaan silika
gel ditekan dengan batang pengaduk yang bersalut hingga menjadi padat
dan rapat. Setelah itu dimasukkan pelarut yang kepolarannya paling
rendah untuk mencoba apakah kolom telah sempurna. Jika kolom
sempurna, pelarut tersebut akan turun secara horizontal. Disamping itu
ekstrak ditimbang sebanyak 2 gram dan ditambahkan silika gel dengan
berat yang sama dengan ekstrak. Kemudian silika gel yang tersalut
ekstrak tersebut digerus hingga homogen dan halus kemudian diangin-
anginkan beberapa saat agar campuran silika gel dan ekstrak yang akan
dimasukkan kedalam kolom dalam keadaan kering. Setelah itu campuran
ekstrak dan silika gel dimasukkan dalam kolom dan diratakan kemudian
dilapisi dengan kertas saring. Pelarut dimasukkan dan vakum dijalankan
hinggga pelarut mengelusi komponen kimia dan kering didalam kolom,
setelah kering vakum dimatikan. Selanjutnya dimasukkan pelarut lain
yang tingkat kepolarannya lebih tinggi dari pelarut pertama dan vakum
dijalankan kembali. Begitu seterusnya hingga pelarut yang digunakan itu
memiliki tingkat kepolaran yang tinggi yang dapat mengelusi semua
komponen kimia dalam ekstrak. Hasil fraksi ditampung dalam botol 150
mL kemudian dianalisis lebih lanjut menggunakan KLT.

MODUL PRAKTIKUM ISOLASI & ANALISIS


TUMBUHAN OBAT S1 FARMASI STIKES TUJUH 37
BELAS
LEMBAR KERJA 3A

PRAKTIKUM 3A : Metode Pemisahan Ekstrak


NAMA MAHASISWA : ............................................................
NPM : ............................................................
KELOMPOK : ............................................................
NAMA SIMPLISIA : ............................................................
METODE PEMISAHAN : EKSTRAKSI CAIR-CAIR

PROSEDUR :
I. EKSTRAKSI CAIR-CAIR (ECC)
1. Timbang 1 gram ekstrak yang diperoleh dari hasil ekstraksi
dengan metode maserasia tau soxhlet kemudian dilarutkan dalam
100 mL aquades. Cara melarutkannya adalah kepada ekstrak
ditambahkan sedikit demi sedikit aquades sampai ekstrak
tercampur homogen
2. Masukkan larutan ekstrak ke dalam corong pisah dan tambahkan
pelarut kedua (n-heksana) sama banyak dengan pelarut pertama
3. Kocok larutan dalam corong pisah dengan seksama sambil
sesekali udara dalam corong dikeluarkan
4. Diamkan larutan dalam corong pisah sampai kedua pelarut
terpisah sempurna dan pisahkan lapisan n-heksana.
5. Ulangi proses pengocokan sampai diperoleh fraksi n-heksana
yang hampir tidak berwarna (3x)
6. Lapisan airdalam corong pisah kemudian dikocok kembali dengan
pelarut etil asetat dengan cara yang sama seperti dengan pelarut
n-heksana.

II. Analisis kromatografi lapis tipis ekstrak dan fraksi-fraksi


Fraksi-fraksi dianalisis dengan metode kromatografi lapis tipis,
penjerap silika gel G atau silika gel GF 254, pengembang pelarut
campuran n-heksana dan etil asetat (7 : 3) atau disesuaikan dengan
pustaka, penampak bercak visual atau sinar ultraviolet 254 nm

MODUL PRAKTIKUM ISOLASI & ANALISIS


TUMBUHAN OBAT S1 FARMASI STIKES TUJUH 38
BELAS
HASIL PERCOBAAN :
Pola kromatogram ekstrak dan fraksi-fraksi:
Penjerap : ................................
Pengembang : ................................
Penampak bercak : ................................

Ekstrak Etanol Fraksi n-heksan Fraksi etil asetat Fraksi Air


Rf Warna Rf Warna Rf Warna Rf Warna

MODUL PRAKTIKUM ISOLASI & ANALISIS


TUMBUHAN OBAT S1 FARMASI STIKES TUJUH 39
BELAS
LEMBAR KERJA 3B

PRAKTIKUM 3B : Metode Pemisahan Ekstrak


NAMA MAHASISWA : ............................................................
NPM : ............................................................
KELOMPOK : ............................................................
NAMA SIMPLISIA : ............................................................
METODE PEMISAHAN : FAST CHROMATOGRAPHY

PROSEDUR :

1. Kolom untuk kromatografi cepat disiapkan. Bagian alasnya dilapisi kertas


saring, kemudian ke dalamnya dimasukkan penjerap hinga batas tertentu.
Perhatikan keserbasamaan penjerap ke semua tempat dalam kolom, karena
adanya rongga-rongga udara dalam kolom atau ketidakserbasamaan
penjerap dalam kolom akan berpengaruh buruk pada proses pemisahan.

2. Setelah kolom didiamkan sambil direndam dengan eluen (pengkondisian


kolom), ekstrak yang akan dipisahkan ditempatkan diatas lapisan penjerap
dalam bentuk lapisan tipis yang rata diatas seluruh permukaan penjerap.
Setelah itu dilakukan proses elusi dengan campuran pelarut berbagai
perbandingan. Elusi dipercepat dengan cara penghisapan melalui pompa
vakum.

3. Eluen diganti dengan campuran yang mempunyai perbandingan berbeda


dengan volume eluen yang sama dengan volume eluen pada proses
pertama. Pengerjaan dilakukan berulang seperti proses pertama. Fraksi
yang keluar kolom ditampung dan digunakan untuk analisis lanjutan.
Komposisi larutan eluen adalah sebagai berikut:

n-Heksana Etil Asetat


No (mL) (mL)
1 100 0
2 90 10
3 80 20
4 70 30
5 60 40
6 50 50
7 40 60

MODUL PRAKTIKUM ISOLASI & ANALISIS


TUMBUHAN OBAT S1 FARMASI STIKES TUJUH 40
BELAS
8 30 70
9 20 80
10 10 90
11 0 100
4. Analisis kromatografi lapis tipis fraksi-fraksi
Fraksi-fraksi dianalisis dengan metode kromatografi lapis tipis,
penjerap silika gel G atau silika gel GF 254, pelarut campuran n-
heksana dan etil asetat (4:1) atau disesuaikan dengan pustaka,
penampak bercak visual atau sinar ultraviolet 254 nm.
HASIL PERCOBAAN :
I. DATA FRAKSI :
Fraksi Warna Fraksi Warna

1 7

2 8

3 9

4 10

5 11

6 12

II. DATA Rf :
Penjerap : .....................................
Pengembang : .....................................
Penampak bercak : .....................................

Fraksi Rf Fraksi Rf

1 7

2 8

3 9

4 10

5 11

6 12

MODUL PRAKTIKUM ISOLASI & ANALISIS


TUMBUHAN OBAT S1 FARMASI STIKES TUJUH 41
BELAS
POLA KROMATOGRAM :

KESIMPULAN :

MODUL PRAKTIKUM ISOLASI & ANALISIS


TUMBUHAN OBAT S1 FARMASI STIKES TUJUH 42
BELAS
MODUL PRAKTIKUM 4
Metode Pemurnian Fraksi

TUJUAN PERCOBAAN
Melakukan pemurnian fraksi yang diperoleh dari hasil fraksinasipada
praktikum 3 sehingga dapat memisahkan suatu senyawa/bercak/isolat
dengan metode Kromatografi Lapis Tipis Preparatif atau Kromatografi
Kolom.

TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah melakukan praktikum ini mahasiswa mampu memahami
dan mampu melakukan pemurnian fraksi sehingga diperoleh suatu isolat
dengan berbagai metode kromatografi.

TEORI
Pemurnian fraksi dimaksudkan untuk memisahkan suatu komponen
dari komponen lainnya yang sama-sama terkandung dalam suatu fraksi.
Terdapat beberapa metode untuk melakukan pemisahan komponen dan
biasanya dilakukan dengan satu atau beberapa kombinasi teknik
kromatografi. Teknik kromatografi yang biasa digunakan adalah
kromatografi lapis tipis, kromatografi kolom, kromatografi cair kinerja
tinggi dan kromatografi gas cair.
KLT (Kromatografi Lapis Tipis) merupakan salah satu teknik
kromatografi, yaitu suatu teknik atau metode pemisahan / pemurnian
senyawa kimia berdasarkan pada perbedaan koefisien partisi senyawa
dalam fasa diam dan fasa gerak, atau berdasarkan daya adsorpsi
senyawa pada adsorben yang bertindak sebagai fasa diam. Fasa diam
adalah fasa yang terikat pada pendukung, sedangkan fasa gerak adalah
fasa yang bergerak melalui fasa diam.
Senyawa yang akan dipisahkan ikut bergerak bersama fasa gerak.
Selama senyawa bergerak terjadi proses partisi komponen di antara fasa
gerak dan fasa diam, atau terjadi proses adsorpsi senyawa oleh adsorben
yang bertindak sebagai fasa diam. Akibat adanya perbedaan koefisien
partisi dan / atau afinitas adsorpsi, terjadilah perbedaan kecepatan
gerakan senyawa-senyawa yang menyebabkan terjadinya pemisahan.
Berdasarkan jenis fasa gerak dan fasa diam, kromatografi dapat
dibedakan atas berbagai tipe sebagai berikut :

Tipe
FasaGerak FasaDiam
Kromatografi

Cairan Padatan Kr. Cair-Padat


Gas Padatan Kr. Gas-Padat
Cairan Cairan Kr. Cair-Cair
Gas Cairan Kr. Gas-Cair

Selain itu, penggolongan kromatografi juga dapat dilakukan


berdasar pada jenis fasa geraknya saja, berdasarkan mekanisme
pemisahan, berdasarkan jenis pendukung, atau berdasarkan proses
pengembangannya.
Penggolonggan berdasarkan fasa gerak memberikan dua tipe
kromatografi sebagai berikut :

Fasa Tipe
DasarPemisahan
Gerak Kromatografi
Gas Kr. Gas Keatsirian dan
kestabilan termal
senyawa

Cairan Kr. Cair Proses partisi atau


adsorpsi

Penggunaan kromatografi berdasarkan mekanisme pemisahan :

Mekanisme
Tipe Kromatografi
Pemisahan
Adsorpsi Kr. Adsorpsi
Partisi Kr. Partisi
Pertukaran Ion Kr. Pertukaran Ion
Perbedaan Ukuran Kr. Saringan Gel
Partikel Kr. Eksklusi Molekular
Pembagian kromatografi berdasarkan jenis pendukungnya adalah
sebagai berikut :

JenisPendukung Tipe Kromatografi


Kertas Kr. Kertas
Kaca/Lempeng Kr. Lapis Tipis (KLT)
logam tipis
Kolom Kr. Kolom
Fast Chromatography

Berdasarkan arah pengembangannya kromatografi dapat dibedakan


atas beberapa tipe, yaitu :

Arah Pengembangan TipeKromatografi

Horizontal Kr. Horizontal


Vertikal Menurun Kr. VertikalMenurun
Vertikal Menaik Kr. VertikalMenaik
Sirkular Kr. Sirkular
Dua Arah TegakLurus Kr. Dua Arah

Pada kromatografi dibedakan istilah pengembangan dan elusi.


Istilah pengembangan digunakan untuk kromatografi datar yang fasa
geraknya berjalan melalui fasa diam tanpa terjadi pengeluaran senyawa
dari fasa diamnya. Istilah ini digunakan pada kromatografi datar seperti
kromatografi kertas dan kromatografi lapis tipis (KLT). Istilah elusi
digunakan pada kromatografi yang fasa geraknya melalui fasa diam
sambil membawa senyawa keluar dari fasa diam. Istilah ini digunakan
pada kromatografi kolom.
Kromatografi lapis tipis adalah salah satu tipe dari kromatografi
datar, dengan fasa diam berupa adsorben yang melekat pada pendukung
berupa lempeng kaca atau logam tipis.Penjerap yang berbeda-beda
dapat disaputkan pada pelat kaca atau penyangga lain, seperti silika gel,
alumunium oksida,celite, kalisium hidroksida, damar penukar ion,
magnesium sulfat, poliamida, sephadex, polifenilpirolidon, selulosa atau
campuran dua atau lebih bahan diatas.
Pemisahan pada KLT dapat berlangsung melalui dua mekanisme,
yaitu mekanisme adsorpsi dan mekanisme partisi. Bertitik tolak dari
kedua mekanisme tersebut, pada KLT selain polaritas sistem yang
merupakan penentu keberhasilan pemisahan, pemilihan sistem adsorpsi,
sistem partisi, serta pelarut merupakan faktor-faktor yang harus
diperhatikan.
Selain pemilihan pelarut yang berdasar pada falsafah polar loves
polar, adsorben merupakan faktor yang harus diperhatikan untuk
keberhasilan pemisahan pada metode KLT. Berbagai adsorben dapat
digunakan pada KLT, namun yang paling umum digunakan adalah silika
gel, alumina, kieselguhr (tanah diatomae), dan selulosa. Pemisahan
adsorben untuk suatu pemisahan KLT selain mempertimbangkan sifat
kimia senyawa sifat kimia adsorben juga harus diperhatikan tingkat /
derajat aktif adsorbennya. Menurut Brockmann, derajat aktif adsorben ini
dapat dilihat dari kandungan air dalam adsorben tersebut. Adsorben
dengan kandungan air paling rendah merupakan adsorben yang
mempunyai derajat aktif tertinggi dan dinyatakan sebagai adsorben
dengan derajat aktif I, sedangkan adsorben dengan derajat aktif
terendah dinyatakan sebagai adsorben derajataktif V. Adsorben derajat
aktif 1 dapat ditingkatkan derajat aktifnya dengan cara memanaskan
adsorben tersebut pada suhu 105o C dalam waktu tertentu. Proses
tersebut dikenal dengan sebutan pengaktifan adsorben.
Proses pengembangan pada KLT umumnya dibedakan atas
pengembangan satu kali dan pengembangan berulang. Metode
pengembangan berulang ini merupakan modifikasi dari pengembangan
biasa, yaitu kromatogram dikembangkan dengan suatu fasa gerak,
kemudian diangkat dan dikeringkan tanpa pemanasan. Setelah itu
kromatogram dikembangkan dengan fasa gerak yang sama. Banyaknya
pengulangan proses pengembangan yang optimal untuk memperoleh
pemisahan yang baik dinyatakan oleh Thomas dengan persamaan :
1
nopt =
ln (1 — Rƒ)
Atau :
1
nopt =
2,303 log (1 — Rƒ)
Nilai Rf merupakan ukuran relatif letak suatu bercak senyawa dalam
kromatogram terhadap garis akhir pergerakan fasa gerak.
Jarak yang diteNeuh senyawa
Rƒ =
Jarak yang diteNeuh ƒasa gerak

Berbeda dengan kromatografi kertas, keterulangan


(reproduksibilitas) nilai Rf pada KLT sangat tidak dapat diharapkan
karena berbagai faktor penyebab seperti misalnya derajat aktif adsorben,
kejenuhan tabung pengembang, kondisi pengembangan, homogenitas
adsorben, suhu, dan lain-lain.
Selain pengembangan satu arah (menaik atau menurun, tetapi
umumnya menaik), KLT juga dapat dikembangkan dalam dua arah yang
saling tegak lurus dengan fasa gerak yang sama atau berbeda.
Pengembangan seperti itu dikenal dengan sebutan KLT dua arah.
Sebagai pendeteksi bercak pada kromatogram dapat dilakukan
dengan visual untuk komponen yang berwarna, sinar UV 254 nm dan 366
nm, pereaksi penampak bercak seperti uap iodium,asam sulfat pekat
dalam etanol, asam sulfat kromat, ninhidrin dalam butanol, asam difenil
borat, vanillin sulfat, dragendorff, dan sebagainya.

KLT PREPARATIF
Kromatografi lapis tipis preparatif dimaksudkan untuk memisahkan
senyawa dalam jumlah gram. Pelat dapat dipersiapkan lebih tebal (0,5 –
2 mm). Sampel diteteskan ke pelat dengan alat syringe membentuk
suatu pita (band). Pendeteksian senyawa tidak boleh merusak senyawa.
Pita yang akan dipisahkan dapat dikerok dan dilarutkan dalam pelarut
untuk mendapatkan senyawa yang diinginkan.

Cara pembuatan pelat Silika gel pada penyangga kaca :


Bersihkan dulu kaca yang sudah diatur di atas alat Desaga dengan
aseton, supaya bebas dari lemak. Buat bubur Silika gel 25 g dalam 50
ml air suling dan dikocok kuat dalam labu erlenmeyer. Tuangkan semua
bubur ke dalam tabung desaga lalu cepat-cepat dibalik diatas kaca
pertama, kemudian segera diratakan pada kaca berikutnya sampai kaca
terakhir. Diamkan lapisan silika pada pelat hingga mengering pada suhu
kamar kira-kira 10-20 menit, lalu pelat dikeringkan dalam oven dengan
suhu 110-120 ˚C selama 1-2 jam.

KROMATOGRAFI KOLOM
Kromatografi kolom biasanya digunakan untuk memisahkan
komponen dalam jumlah lebih besar (gram). Mempersiapkan kolom
harus dilakukan dengan hati-hati agar dihasilkan kolom kemas yang
serba sama (homogen). Jika kolom tidak mempunyai penyaring kaca
masir, maka kita harus menyumbat kolom dengan segumpal kaca wool
atau kapas. Sumbat ini harus terendam dengan pelarut pengelusi
setinggi 10 cm. Selanjutnya penjerap dijadikan bubur dalam gelas piala
menggunakan pelarut yang sama, lalu dituangkan hati-hati ke dalam
kolom dan tidak terputus-putus, untuk mencegah terbentuknya lapisan.
Setelah itu penjerap dibiarkan turun dan kelebihan pelarut dikeluarkan
melalui keran. Pada poliamid dianjurkan kemasan direndam dulu selama
satu jam, supaya mengembang. Langkah pertama pada kromatografi
kolom ialah menempatkan larutan cuplikan pada kolom sedemikian
rupasehingga terbentuk pita yang siap untuk dielusi. Untuk mencapai
iitu, cuplikan harus dilarutkan dalam pelarut yang volumenya sesedikit
mungkin. Pelarut yang dipakai harus sama dengan pelarut pengelusi,
dan sebaiknya pelarut yang kepolarannya paling rendah, walaupun hal ini
tidak selalu dapat dilaksanakan berhubung dengan kelarutannya.
Menempatkan larutan pekat pada kolom harus hati-hati supaya kemasan
kolom tidak terganggu, dan untuk ini dianjurkan menggunakan pipet.
Cuplikan dibiarkan meresap ke dalam kolom, baru proses kromatografi
dimulai.
Jika cuplikan tidak dapat melarutdalam eluen, maka dapat
digunakan cara penjerapan. Cuplikan dilarutkan ke dalam sedikit pelarut
sembarang yang cocok, dan dicampur dengan sedikit penjerap. Lalu
penjerap dikeringkan dan ditaburkan di atas kolom semerata mungkin
sebagai serbuk.
Gambar. Kromatografi Kolom

PUSTAKA
Gritter, R.J., Bobbitt, J.M., Schwarting A.E. 1991. Introduction of
Chromatography (Pengantar kromatografi), terjemahan
Kosasih Padmawinata. Penerbit ITB. Bandung.

Hostettmann, K, Hostettman M. 1995. Preparative Chromatography


Techniques (Cara Kromatografi Preparatif). terjemahan
Kosasih Padmawinata, Penerbit ITB. Bandung.

Moelyono MW. 1996. Pengantar Kromatografi. Laboratorium


Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA UNPAD.

Sastrohamidjojo, H. 1996. Sintesis Bahan Alam. GajahMadaUniversity


Press. Yogyakarta.

Stahl, E. 1973. Drug Analysis by Chromatography and Microscopy :


A Practical Supplement to Pharmacopeias. Ann Arbor Science
Publ. Michigan.
LEMBAR KERJA 4A

PRAKTIKUM 4 : Metode Pemurnian Fraksi (KLT Preparatif)


NAMA MAHASISWA : ............................................................
NPM : ............................................................
KELOMPOK : ............................................................
NAMA SIMPLISIA : ............................................................

PROSEDUR KLT PREPARATIF :


1. Pelat kaca dibersihkan dengan aseton dan disusun diatas alat
Desaga.
2. Bubur silika gel dibuat dengan cara mencampurkan 25 gram silika gel
dengan 50 mL aquades dalam Erlenmeyer, kocok kuat-kuat sampai
tercampur homogen
3. Tuangkan semua bubur silika gel ke dalam alat tabung Desaga dan
segera dibalik bubur silika gel sehingga berada diatas kaca, kemudian
segera diratakan pada kaca berikutnya sampai dengan kaca terakhir
4. Biarkan lapisan silika gel mengering pada suhu kamar selama 10-20
menit lalu dipanaskan di dalam oven dengan suhu 110-120C selama
1-2 jam
5. Setelah kering pelat dapat digunakan untuk KLT preparatif.
Caranya: sejumlah fraksi dilarutkan dalam larutan pengembang yang
telah disiapkan dan tutulkan cuplikan secara berderet sehingga
membentuk pita sebagai garis awal pengembangan. Keringkan di
udara beberapa saat.
6. Pelat dimasukkan ke dalam chamber yang telah jenuh dengan larutan
pengembang dan lakukan kromatografi sampai tanda batas
7. Amati pita yang terbentuk secara visual atau dengan sinar UV, kerok
salah satu pita yang terbentuk dan saring hasil kerokan dengan
pelarut pengembang yang digunakan.
8. Lakukan evaluasi terhadap isolat dengan Kromatografi Lapis Tipis.

HASIL PERCOBAAN :
Data analisis kromatografi lapis tipis preparatif :
Penjerap : ...................................................
Pengembang : ...................................................
Penampak bercak : ...................................................
Jumlah pita yang terbentuk : ..................................................
No. pita yang dikerok : ...................................................

Kromatogram Isolat :

Kesimpulan :
LEMBAR KERJA 4B

PRAKTIKUM 4 : Metode Pemurnian Fraksi (Kromatografi Kolom)


NAMA MAHASISWA : ............................................................
NPM : ............................................................
KELOMPOK : ............................................................
NAMA SIMPLISIA : ............................................................

PROSEDUR KROMATOGRAFI KOLOM :


1. Larutan pengelusi disiapkan dengan perbandingan yang telah
ditentukan
2. Kolom kromatografi dengan diameter 1 cm disiapkan. Bagian
alasnya dilapisi kapasdan masukkan eluen setinggi kira-kira 10 cm.
3. Penjerap silika gel ditimbang seksama dan dicampurkan dengan
eluen secukupnya hingga dihasilkan bubur silika yang homogen
4. Bubur silika dituangkan ke dalam kolom perlahan-lahan dan tidak
terputus sambil kolom diketuk-ketuk agar penjerap mampat.
Kelebihan eluen dalam kolom dikeluarkan dengan membuka keran
kolom. Perhatikan keserbasamaan penjerap dalam kolom, karena
adanya rongga udara atau ketidakserbasamaan penjerap akan
berpengaruh buruk pada proses pemisahan.
5. Kolom kemudian dielusi dengan larutan pengelusi hingga diperoleh
kolom yang stabil.
6. Cuplikan fraksi yang akan dipisahkan ditimbang sebanyak 1/20 dari
berat silika dan dimasukkan dalam kolom dengan cara kering yaitu :
Cuplikan dikeringkan dengan sedikit silika dan gerus hingga
homogen. Sampel dimasukkan hati-hati diatas penjerap membentuk
lapisan tipis merata.
7. Lakukan elusi dengan perlahan sehingga terjadi pemisahan yang baik
dan terbentuk pita-pita dalam kolom. Eluat ditampung setiap 5 ml ke
dalam vial.
8. Lakukan evaluasi isolat dengan kromatografi lapis tipis.
HASIL PERCOBAAN :
Data analisis kromatografi Kolom:
Penjerap : ............................................................
Eluen : ............................................................
Berat Silika : ............................................................
Berat cuplikan : ............................................................
Jumlah fraksi : ............................................................

Kromatogram fraksi :

Kesimpulan :
MODUL PRAKTIKUM 5
Isolasi dan Penetapan Kadar Minyak Atsiri

TUJUAN PERCOBAAN
Melakukan isolasi minyak atsiri dengan cara destilasi air, destilasi uap dan
air, enfleurasi, dan pemerasan, serta melakukan penetapan kadar minyak
atsirinya menggunakan alat destilasi Stahl.

TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah melakukan praktikum ini mahasiswa mampu melakukan
isolasi minyak atsiri dari suatu simplisia dengan cara destilasi air,
destilasi uap dan air, enfleurasi, dan pengepresan, serta melakukan
penetapan kadar minyak atsirinya menggunakan alat destilasi Stahl.

TEORI
Minyak atsiri merupakan suatu lipophilic mixtures yang mudah
menguap, yang pada umumnya diperoleh dengan cara destilasi uap dari
bagian-bagian suatu tumbuhan. Minyak atsiri mempunyai bau yang khas
dan tersusun oleh suatu susunan senyawa kimia yang kompleks yang
terdiri atas puluhan hingga ratusan komponen. Sifat umum dari minyak
atsiri adalah mudah menguap, berbau aromatik, bila masih segar
umumnya tidak berwarna atau kekuning-kuningan yang berubah menjadi
gelap pada pendiaman, tidak mengeruhkan air, optis aktif, mempunyai
indeks bias tinggi. Minyak atsiri yang diperoleh dengan cara destilasi bila
diteteskan pada kertas saring, tetesan tersebut tidak akan meninggalkan
bekas seperti bintik lemak.
Secara kimia umumnya minyak atsiri terdiri atas komponen-
komponen terpenoid, umumnya monoterpen dan seskuiterpen sebagai
penyusun utama. Selain itu terdapat berbagai komponen lain yang
merupakan komponen minor, yang terdiri atas senyawa-senyawa kimia
alifatik, aromatik, turunan benzena, dan lain-lain. Pada umumnya

MODUL PRAKTIKUM ISOLASI & ANALISIS


TUMBUHAN OBAT S1 FARMASI STIKES TUJUH 52
BELAS
komponen minyak atsiri golongan mono dan seskuiterpen merupakan
senyawa kimia turunan isopren C 5H8. Monoterpen tersusun atas 2 unit
isopren, sedangkan seskuiterpen tersusun atas 3 unit isopren. Kedua
golongan tersebut masih terpilah lagi menjadi komponen-komponen lain
berdasarkan gugus fungsionalnya ataupun rangka strukturnya, misalnya
monoterpen dan seskuiterpen asiklik, monosiklik, atau bisiklik,
monoterpen atau seskuiterpen alkohol (misalnya eugenol), monoterpen
atau seskuiterpen aldehid (misalnya sitral), atau monoterpen dan
seskuiterpen keton (misalnya karvon).
Tergantung pada sifat tumbuhan asal atau minyak atsiri yang
terkandung didalamnya, dikenal berbagai cara isolasi minyak atsiri,
misalnya :
1. Destilasi uap
Merupakan proses isolasi minyak atsiri dengan bantuan uap air.
Air dan uap air akan menembus dinding sel dan dengan adanya
panas, minyak atsiri akan terbawa oleh uap air. Pada pendinginan,
minyak atsiri akan terkondensasi dan terpisah dari airnya.

2. Pemerasan
Merupakan metode isolasi minyak atsiri yang sangat sederhana.
Bahan langsung diperas atau ditekan dengan suatu alat. Sel-sel yang
mengandung minyak atsiri akan pecah dan minyak atsirinya keluar.
Cara ini digunakan untuk tumbuhan yang mengandung cukup banyak
minyak atsiri. Keburukan cara ini adalah terjadinya pengotoran
minyak atsiri oleh zat warna yang ikut terperas.

3. Penyarian
Minyak atsiri dalam tumbuhan dapat diisolasi dengan cara
penyarian / ekstraksi menggunakan pelarut yang non polar misalnya
heksana, atau pelarut yang kurang polar seperti misalnya alkohol.
Pelarut penyari kemudian dipisahkan dengan cara destilasi, hingga
diperoleh minyak atsiri yang terbebas dari pelarutnya.

MODUL PRAKTIKUM ISOLASI & ANALISIS


TUMBUHAN OBAT S1 FARMASI STIKES TUJUH 53
BELAS
4. Enfleurage
Cara ini merupakan cara klasik untuk isolasi minyak atsiri.
Simplisia yang mengandung minyak atsiri, misalnya bunga mawar
ditempatkan di atas lapisan semacam vaselin di atas papan. Setelah
dibiarkan beberapa lama, minyak atsiri akan terserap di dalam
vaselin, kemudian dipisahkan dari vaselinnya dengan cara destilasi.

PENETAPAN KADAR MINYAK ATSIRI


Penetapan kadar minyak atsiri yang paling sederhana dan paling
banyak dilakukan karena dianggap mudah, murah, tetapi cukup
terandalkan adalah dengan metode destilasi. Metode ini menggunakan
alat destilasi Stahl.
Cara penetapan kadar menurut metode destilasi Stahl ini ada dua,
yaitu :
Cara pertama :
Campur bahan yang akan diperiksa dalam labu dengan cairan
penyuling (air), pasang alat, isi buret dengan air hingga penuh, panaskan
dengan tangas udara hingga penyulingan berlangsung lambat tetapi
teratur. Setelah penyulingan selesai, biarkan selama tidak kurang dari 15
menit, catat volume minyak atsiri pada buret. Hitung kadar minyak atsiri
dalam % b/v.

Cara kedua :
Dilakukan seperti cara pertama tetapi sebelum buret diisi penuh
dengan air, lebih dahulu diisi dengan 0,2 mL xilena yang diukur seksama.
Volume minyak atsiri dihitung dengan mengurangkan volume yang
dibaca dengan volume xilena.

MODUL PRAKTIKUM ISOLASI & ANALISIS


TUMBUHAN OBAT S1 FARMASI STIKES TUJUH 54
BELAS
Gambar. Alat destilasi Stahl

Cara penetapan kadar minyak atsiri lain yang lebih canggih, lebih
akurat, tetapi memerlukan peralatan yang mahal adalah dengan cara
kromatografi gas. Dengan peralatan mutakhir, dalam sekali penetapan,
selain kadar minyak atsiri, kadar masing-masing komponen penyusun
minyak atsiri tersebut dapat sekaligus langsung diketahui.

PUSTAKA
Ditjen POM. 1979. Materia Medika Indonesia. Jilid III. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. 153-154.

Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia. Terjemahan: Kosasih P.


Penerbit ITB. Bandung. 123 – 131.

MODUL PRAKTIKUM ISOLASI & ANALISIS


TUMBUHAN OBAT S1 FARMASI STIKES TUJUH 55
BELAS
LEMBAR KERJA 5

PRAKTIKUM 5 : Isolasi dan Penetapan Kadar Minyak Atsiri


NAMA MAHASISWA : .............................................................
NPM : .............................................................
KELOMPOK : .............................................................
NAMA SIMPLISIA : .............................................................

PROSEDUR :
I. Isolasi dan Penetapan Kadar Minyak Atsiri menggunakan
Metode Destilasi Air, dengan alat destilasi Stahl.
1. Siapkan simplisia yang akan ditetapkan kadar minyak atsirinya.
Simplisia yang digunakan adalah bentuk rajangan yang telah
dipotong-potong atau diris-iris hingga derajat halus tertentu
2. Timbang sejumlah tertentu simplisia di atas, kemudian masukkan
ke dalam labu stahl, campur dengan sejumlah volume tertentu
aquades hingga seluruh simplisia dalam labu terendam
3. Pasang alat destilasi Stahl, kemudian isi buret dengan aquades
hingga penuh (atau sebelumnya ditambahkan terlebih dahulu 0,2
mL xilene yang diukur seksama untuk penetapan kadar minyak
atsiri)
4. Lakukan destilasi dengan alat pemanas atau tangas udara, atur
pemanasannya hingga destilasi berjalan lambat tetapi teratur.
Destilasi dilakukan sekurang-kurangnya 3 jam
5. Hentikan pemanasan, biarkan dingin, lalu volume minyak atsiri
yang terjadi dicatat
6. Hitung kadar minyak atsirinya dengan rumus

II. Isolasi Minyak Atsiri menggunakan Metode Destilasi Uap dan


Air.
1. Siapkan simplisia yang akan ditetapkan kadar minyak atsirinya.
Simplisia yang digunakan adalah bentuk rajangan yang telah
dipotong-potong atau diris-iris hingga derajat halus tertentu

MODUL PRAKTIKUM ISOLASI & ANALISIS


TUMBUHAN OBAT S1 FARMASI STIKES TUJUH 56
BELAS
2. Timbang sejumlah tertentu simplisia di atas, kemudian masukkan
ke dalam tabung alat destilasi dan ditempatkan di atas saringan
yang sudah diisi aquades di bawah saringannya.
3. Pasang alat destilasi, kemudian isi buret dengan aquades hingga
penuh .
4. Lakukan destilasi dengan alat pemanas, atur pemanasannya
hingga destilasi berjalan lambat tetapi teratur. Destilasi dilakukan
sekurang-kurangnya 3 jam
5. Hentikan pemanasan, biarkan dingin, lalu volume minyak atsiri
yang terjadi dicatat
6. Hitung kadar minyak atsirinya.

III. Isolasi Minyak Atsiri menggunakan Metode Enflerasi


1. Mengoleskan lemak sebanyak 120 g secara merata diatas
permukaan bingkai kaca atau chassis.
2. Chasis yang digunakan sebanyak 3 buah dengan masing-masing
lemak tiap chassis sebanyak 40 g.
3. Permukaan lemak digores untuk memperluas permukaan lemak.
4. Bunga yang telah disortasi diletakkan di atas chassis yang telah
dilumuri lemak.
5. Chassis kemudian ditutup dan dibiarkan pada suhu ruang.
6. Chassis dibuka dan bunga melati dikeluarkan dan diganti setiap
24 jam selama 7 hari.
7. Selanjutnya dilakukan pengambilan lemak dari chassis dan
ditimbang beratnya.
8. Lemak hasil enfleurasi disebut dengan pomade. Pomade
dilarutkan dalam etanol teknis 96% dengan perbandingan 1
(lemak) : 2 (pelarut). Mendinginkan pomade dan etanol dalam
lemari pendingin atau freezer pada suhu -15 C.
9. Pomade dipisahkan dari etanol menggunakan kertas saring dan
hasilnya merupakan ekstrait (mengandung minyak).
10. Ekstrait kemudian dievaporasi dengan menggunakan rotary
vacuum evaporator pada suhu 45C dan tekanan 550 mmHg.

MODUL PRAKTIKUM ISOLASI & ANALISIS


TUMBUHAN OBAT S1 FARMASI STIKES TUJUH 57
BELAS
11. Minyak atsiri yang dihasilkan kemudian dianalisa meliputi
rendemen dan berat jenisnya.

IV. Isolasi Minyak Atsiri menggunakan Metode Pemerasan dan


Ekstraksi Pelarut Menguap
1. Siapkan simplisia kulit jeruk dan lakukan pemerasan hingga
keluar cairannya.
2. Masukkan simplisia hasil pemerasan dalam suatu bejana yang
terbuat dari plastik dan tertutup rapat. Menambahkan pelarut
dengan perbandingan 1 (simplisia) : 2 (pelarut), kemudian diaduk
dengan mengunakan pengaduk selama 3 jam. Hasil ekstraksi
selanjutnya disaring dengan kain untuk memisahkan ampas kulit
jeruk dengan filtrat, kemudian filtrat dievaporasi dengan
menggunakan rotary vacuum evaporator pada suhu 45C untuk
pelarut etanol dan 35C untuk pelarut n-heksan pada tekanan
550 mmHg. Hasil evaporasi kemudian dianalisa meliputi
rendemen dan berat jenisnya.
Perhitungan kadar minyak atsiri :
v VoluNe Ninyak atsiri (NL)
Kadar Ninyak atsiri (% ) = Berat siNelisia awal (g) x100%
b

HASIL PERCOBAAN
Berat simplisia : ......................... g
Lama destilasi/perendaman : ......................... jam
Volume minyak atsiri : ......................... mL
Kadar minyak atsiri : ......................... %
Spesifikasi minyak atsiri :
Warna: …………………………
Bau : …………………………
Rasa : ………………………..
KESIMPULAN :

MODUL PRAKTIKUM ISOLASI & ANALISIS


TUMBUHAN OBAT S1 FARMASI STIKES TUJUH 58
BELAS

Anda mungkin juga menyukai