TEKNOLOGI PADAT
Dosen Pengampu :
PRODI S1 FARMASI
2021
Alamat :
Jl. Kapten Mulyadi No.17, Karanganyar
Jl. Solo-Kebakkramat No.11, Kemiri, Karanganyar
No.Telepon : 0271- 6491717, No.Fax : 0271-495919
IDENTITAS MAHASISWA
NIM : ……………………………………………………………………..
TINGKAT/ : ……………………………………………………………………..
SEMESTER
ii
PERSETUJUAN MODUL PRAKTIKUM
Modul Praktikum Formulasi & Teknologi Padat Prodi S1 Farmasi STIKES Tujuh Belas Tahun
Akademik 2021/2022 Telah disetujui oleh :
iii
VISI, MISI DAN TUJUAN
Tujuan
1. Menghasilkan lulusan berdaya saing global, berintegritas tinggi, berbudi luhur,
berkompeten dan professional yang memiliki spirit kewirausahaan dalam menjawab
berbagai masalah di bidang sains/ teknologi farmasi, farmasi klinis/ komunitas.
2. Mengembangkan dan memanfaatkan IPTEK yang relevan dengan tujuan pembangunan
nasional dan daerah melalui penyelenggaraan program studi, penelitian terutama kajian
pengembangan bahan alam.
3. Meningkatkan pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat dalam rangka transformasi ilmu
pengetahuan dan hasil penelitian kepada masyarakat.
4. Memperluas dan meningkatkan jaringan kerjasama yang saling menguntungkan dengan
berbagai lembaga pemerintah/swasta di dalam dan luar negeri.
5. Terciptanya sistem tatakelola yang baik (Good Governance Practice) khususnya; di bidang
perencanaan, tatakelola, evaluasi dan pengembangan berkelanjutan berasaskan transparansi,
akuntabel, akurat dan efisien, dengan memanfaatkan teknologi sistem informasi.
iv
KATA PENGANTAR
Karanganyar, Juli
Juli 2022
2021
Koordinator
Praktikum Formulasi & Teknologi Padat
v
FORMAT COVER LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
LAPORAN
PRAKTIKUM TEKNOLOGI FORMULASI SEDIAAN PADAT
JUDUL PERCOBAAN
Nama:……………………………………… NIM:………………………………
Nama:……………………………………… NIM:………………………………
Nama:……………………………………… NIM:………………………………
Nama:……………………………………… NIM:………………………………
Nama:……………………………………… NIM:………………………………
vi
FORMAT ISI JURNAL/LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
JUDUL PERCOBAAN
1. TUJUAN PERCOBAAN
2. PRINSIP PERCOBAAN
3. TEORI
4. BAHAN DAN ALAT PERCOBAAN
5. PROSEDUR
6. DATA PERCOBAAN, PERHITUNGAN, DAN GRAFIK
7. DISKUSI DAN PEMBAHASAN
8. KESIMPULAN
9. DAFTAR PUSTAKA
vii
Daftar Isi
IDENTITAS MAHASISWA ..............................................................................................................................2
PERSETUJUAN MODUL PRAKTIKUM .........................................................................................................3
VISI, MISI DAN TUJUAN.................................................................................................................................4
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................................5
FORMAT COVER LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM....................................................................................6
BAB I ..................................................................................................................................................................1
TABLET..............................................................................................................................................................1
BAB II ...............................................................................................................................................................10
BAB III ..............................................................................................................................................................12
EVALUASI MUTU TABLET ..........................................................................................................................12
viii
BAB I
TABLET
1.1. TUJUAN
Mahasiswa memahami teori dasar mengenai bentuk sediaan solid berupa tablet.
1.2. PENDAHULUAN
1.2.1 Definisi Tablet Secara Umum
Tablet adalah sediaan bentuk padat mengandung substansi obat dengan atau tanpa
bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatannya, dapat diklasifikasikan sebagai tablet
kempa dan sebagai tablet kompresi (FI V, hal 57).
1.2.2 Kriteria tablet
Suatu tablet harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Harus mengandung zat akif dan nonn aktif yang memenuhi persyaratan;
2. Harus mengandung zat aktif yang homogen dan stabil,
3. Keadaan fisik harus cukup kuat terhadap gangguan fisik/mekanik ;
4. Keseragaman bobot;
5. Waktu hancur dan laju disolusi harus memenuhi persyaratan;
6. Harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan;
7. Bebas dari kerusakan fisik;
8. Stabilitas kimiawi dan fisik tetap terjamin selama penyimpanan;
9. Zat aktif harus dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu tertentu;
10. Tablet memenuhi persyaratan farmakope yang berlaku.
1.2.3 Metode Pembuatan Tablet
A. Kempa langsung atau kempa langsung
Metode pembuatan tablet dengan cara mengempa langsung campuran zat aktif dan
eksipien kering. Metode ini merupakan metode yang paling mudah, praktis, dan
cepat pengerjaannya, dibandingkan penkempaan lainnya.
1. Kelebihan metode kempa langsung:
a. Keuntungan utama dalam metode kempa langsung adalah kepraktisan
prosesnya;
Penimbangan
Tabletasi
IPC pencetakan :
Kekerasan dan pemeriksaan bobot
Pengemasan
Evaluasi
Pencampuran
IPC masa pencampuran :
Uji homogenitas
slugging
Tabletasi
IPC pencetakan :
Kekerasan dan pemeriksaan bobot
Pengemasan
Evaluasi
C. Granulasi basah
Granulasi basah memproses campuran partikel zat aktif dan eksipien menjadi
partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dalam jumlah yang
tepat sehingga terjadi massa lembab yang digranulasi. Metode ini biasanya
digunakan apabila zat tahan terhadap lembab dan panas. Umumnya untuk zat aktif
yang sulit dikempa langsung dan kompresibilitas yang tidak baik. Prinsip dari
metode ini adalah membasahi massa tablet dengan cairan pengikat sehingga
mendapat tingkat basah yang tepat, kemudian massa basah tersebut digranulasi.
Metode ini membentuk granul dengan cara mengikat serbuk dengan suatu perekat
Setelah terbentuk massa yang lembab maka massa tersebut dilewatkan pada ayakan
dan diberikan tekanan dengan alat penggiling, sehingga menghasilkan granul lembab
hasil pengayakan. Granul lembab tersebut dikeringkan dan diayak kembali
menggunakan ukuran ayakan yang lebih kecil, tergangung ukuran tablet yang akan
dibuat.
1. Kelebihan metode granulasi basah
a. Memperoleh aliran dan kompresibilitas yang baik;
b. Dapat digunakan untuk mengontrol pelepasan zat aktif;
c. Meningkatkan sifat kohesif dan daya kompresibilitas serbuk;
d. Menangani serbuk tanpa menghasilkan banyak debu;
e. Mencegah pemisahan komponen campuran selama proses
f. Menjamin distribusi keseragaman kandungan.
2. Kekurangan metode granulasi basah:
a. Membutuhkan banyak waktu dalam proses pengerjaan (tahapan pengerjaan
banyak);
b. Kehilangan zat selama proses lebih banyak seiring dengan panjangnya alur
produksi;
c. Memungkinkan perolehan massa yang lengket bila proses granulasi tidak
dilakukan secara tepat.
Granulasi Basah
IPC masa pencampuran :
Uji homogenitas
Pencampuran
Pengayakan
Pengeringan
IPC masa granul :
Kadar lembab
Pengayakan
IPC masa granul :
Kecepatan aliran, kompresibiltas,
lubrikasi distribusi ukuran partikel
Tabletasi
IPC pencetakan :
Kekerasan dan pemeriksaan bobot
Pengemasan
Evaluasi
A. Capping
Istilah yang digunakan untuk menguraikan sebagian atau semua bagian atas maupun
bawah dari mahkota tablet (Crown) dari bagian utamanya. Sebab terjadinya capping
adalah:
2.1 TUJUAN
Tujuan praktikum evaluasi massa siap kempa adalah:
1. Mahasiswa memahami cara mengevaluasi massa siap kempa
2. Mahasiswa memahami kriteria massa siap kempa yang baik untuk dibuat tablet
1.6-4 Sukar
<1.6 Sangat Sukar
Terdapat hubungan antara sudut istirahat (0) serbuk dengan sifat alirannya, yang
tersaji dalam tabel 4.2.
3.1 TUJUAN
Tujuan praktikum evaluasi mutu tablet adalah:
1. Mahasiswa memahami cara mengevaluasi tablet
2. Mahasiswa memahami kriteria tablet yang baik
A. TUJUAN
Agar mahasiswa dapat mengerti dan memahami bagaimana proses pembuatan
tablet dengan metode granulasi kering
B. FORMULASI
A. TUJUAN
Agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana proses pembuatan tablet
dengan menggunakan metode granulasi basah
B. FORMULA
FORMULA 1
Saccharum lactis 100 g
Amilum Manihot 100 g
Musilago amili (10%) 100 ml
FORMULA 2
GOM Akasia 3g
Amilum Manihot 26,5 g
A. TUJUAN
Agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana proses pembuatan serbuk
effervescent beserta cara ujinya.
Asam askorbat 50 mg
Asam sitrat 104,5 mg
Asam tartat 201 mg
Natrium bicarbonate 352,5 mg
PEG 30 mg
Aspartam 200 mg
Laktosa 100 mg
Sorbitol 200 mg
D. CARA KERJA
A. PENDAHULUAN
Alat terdiri atas wadah tertutup yang terbuat dari kaca atau bahan transparan lain yang
inert, dilengkapi dengan suatu motor atau alat penggerak. Idak Wadah tercelup sebagian
dalam penangas sehingga dapat mempertahankan suhu tablet atau kapsul granul atau agreget
partikel halus obat dalam larutan obat dalam darah, cairan, dan dalam jaringan lain dalam
wadah 370 ± 0,50 C selama penguji berlangsung. Bagian dari alat termasuk lingkungan
tempat alat diletakkan tidak dapat memberikan gerakan, goncangan, atau getaran signifikasi
yang melebihi gerakan akibat perputaran alat pengaduk. Wadah sdisolusi dianjurkan
berbentuk silinder dengan dasar setengah bola, tinggi 160-175 mm, diameter dalam 98-106
mm, dengan volume sampai 1000 ml. batang logam berada pada posisi tertentu sehingga
sumbuhnya tidak lebih drai 2 mm, berputar dengan halus dan tanpa goyangan yang berarti.
Suatu alat pengatur mempertahankan kecepatan alat. Kecepatan disolusi obat merupakan
tahap pembatasan kecepatan sebelum obat berada dalam darah. Apabila suatu sediaan padat
berada dalam saluran cerna, ada dua kemungkinan yang akan berfungsi sebagai pembatas
kecepatan. Bahan berkhasiat dari sedian tersebut pertama-tama harus terlarut, setelah itu
barulah obat yang berada dalam larutan melewati membran saluran cerna. Obat yang larut
baik dalam air akan melarut cepat dan akan berdisfusi secara pasif atau transport aktif,
kelarut obat merupakan pembatas kecepatan absorbs melalui membrane saluran cerna.
Sebaiknya kecepatan disolusi dari obat tidak larut atau disintagrasi sediaan relative
pengaruhnya kecil terhadap disolusi zat aktif. Apabila kecepatan absorbs tidak dapat
ditentukan oleh salah satu dari tahap, maka tidak satupun dari kedua tahap merupakan
pembatas kecpatan.
B. TUJUAN
Agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana proses kadar zat aktif yang terlepas
D. CARA KERJA
a. Pembuatan Baku Induk 1000 ppm
1. Ditimbang baku parasetamol sebanyak 100 mg
2. Dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Farmakope Indonesia Edisi IV, Jakarta 1995.
Herbert A. Lieberman Martin, Pharmaceutics of Dosage form, A Wiley Interscience Publication,
John Wiley & sons, New York, 1988.
Voigt. R., 1984, Buku Pelajaran Teknologi Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh Soendani, N. S
dan Mahtilda, B. N., 202-207, 220-225, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Banakar. G., S. Pharmaceuticals Dissolution Testing, Marcel Dekker and Sons Inc. New. York.
1991. Raymond C. Rowe. Handbook of Pharmaceuticals Excipient 4th Ed. The Pharmaceutics
Press. London, 2003.
Aulton, M. E. Pharmaceutics, The Science of Dosage Form Design, Churchill Livingstone,
Edinburgh, 1988 Ansel HC. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi IV. Diterjemahkan oleh
Farida Ibrahim. Jakarta: UI Press; 1998.
Lachman, L., & Lieberman, H. A., 1994, Teori dan Praktek Farmasi Industri, Edisi Kedua, 1091-
1098, UI Press, Jakarta. Lieberman, Rieger & Banker, 1989, Pharmaceutical Dosage Form,
Marcel Dekker Inc, New York