Anda di halaman 1dari 30

MODUL PRAKTIKUM FORMULASI &

TEKNOLOGI PADAT

Dosen Pengampu :

PRODI S1 FARMASI
2021

Alamat :
Jl. Kapten Mulyadi No.17, Karanganyar
Jl. Solo-Kebakkramat No.11, Kemiri, Karanganyar
No.Telepon : 0271- 6491717, No.Fax : 0271-495919
IDENTITAS MAHASISWA

NAMA LENGKAP : ……………………………………………………………………..

NIM : ……………………………………………………………………..

TINGKAT/ : ……………………………………………………………………..

SEMESTER

HP/ TELP : ……………………………………………………………………..

ii
PERSETUJUAN MODUL PRAKTIKUM

Modul Praktikum Formulasi & Teknologi Padat Prodi S1 Farmasi STIKES Tujuh Belas Tahun
Akademik 2021/2022 Telah disetujui oleh :

Karanganyar, 06 Juli 2021


Kaprodi S1 Farmasi
STIKES Tujuh Belas

Rifkarosita Putri Ginaris., M.Farm

Wakil Ketua I Bidang Akademik


STIKES Tujuh Belas

Saka Suminar, S.Kep., M.Kes

iii
VISI, MISI DAN TUJUAN

Visi Program Studi S1 Farmasi


Menghasilkan insan kesehatan di bidang Farmasi yang kompeten dan kompetitif pada tahun
2025
Misi Program Studi S1 Farmasi
1. Menyelenggarakan pendidikan kefarmasian yang bermutu dan berkompeten di bidang
sains, teknologi, farmasi klinis dan komunitas.
2. Menyelenggarakan penelitian kefarmasian yang bermutu terutama dalam bidang
pengembangan bahan alam.
3. Menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta hasil - hasil penelitian kepada
masyarakat, industri farmasi dan instansi terkait.
4. Menjalin jaringan kerjasama yang produktif dan berkelanjutan dengan lembaga penelitian,
dunia usaha, instansi pemerintahan, lembaga sosial terkait di tingkat daerah, nasional dan
global.
5. Mengembangkan organisasi dalam meningkatkan kualitas tata kelola yang baik (good
governance), sehingga mampu beradaptasi dengan perubahan lingkungan strategis.

Tujuan
1. Menghasilkan lulusan berdaya saing global, berintegritas tinggi, berbudi luhur,
berkompeten dan professional yang memiliki spirit kewirausahaan dalam menjawab
berbagai masalah di bidang sains/ teknologi farmasi, farmasi klinis/ komunitas.
2. Mengembangkan dan memanfaatkan IPTEK yang relevan dengan tujuan pembangunan
nasional dan daerah melalui penyelenggaraan program studi, penelitian terutama kajian
pengembangan bahan alam.
3. Meningkatkan pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat dalam rangka transformasi ilmu
pengetahuan dan hasil penelitian kepada masyarakat.
4. Memperluas dan meningkatkan jaringan kerjasama yang saling menguntungkan dengan
berbagai lembaga pemerintah/swasta di dalam dan luar negeri.
5. Terciptanya sistem tatakelola yang baik (Good Governance Practice) khususnya; di bidang
perencanaan, tatakelola, evaluasi dan pengembangan berkelanjutan berasaskan transparansi,
akuntabel, akurat dan efisien, dengan memanfaatkan teknologi sistem informasi.
iv
KATA PENGANTAR

Buku petunjuk praktikum ini disusun untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa


sebagai panduan dalam melaksanakan praktikum Formulasi & Teknologi Padat, untuk
mahasiswa program studi S1 Farmasi. Dengan adanya buku petunjuk praktikum ini
diharapkan akan membantu dan mempermudah mahasiswa dalam memahami dan
melaksanakan praktikum Formulasi & Teknologi Padat, sehingga akan memperoleh
hasil yang baik.
Materi yang dipraktikumkan merupakan materi yang sesuai dengan konsep
teori Formulasi & Teknologi Padat dan diharapkan dapat memberikan bekal untuk
materi lanjutannya. Untuk itu dasar teori yang didapatkan saat kuliah juga akan sangat
membantu mahasiswa dalam melaksanakan praktikum Formulasi & Teknologi Padat
ini.
Buku petunjuk ini masih dalam proses penyempurnaan. Insya Alloh perbaikan
akan terus dilakukan demi kesempurnaan buku petunjuk praktikum ini dan
disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga buku petunjuk ini
dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Karanganyar, Juli
Juli 2022
2021

Koordinator
Praktikum Formulasi & Teknologi Padat

v
FORMAT COVER LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

LAPORAN
PRAKTIKUM TEKNOLOGI FORMULASI SEDIAAN PADAT
JUDUL PERCOBAAN

Hari/Tanggal Praktikum : ………………………………


Kelompok/Kelas : ………………………………
Minggu Ke- : ………………………………

Nama:……………………………………… NIM:………………………………
Nama:……………………………………… NIM:………………………………
Nama:……………………………………… NIM:………………………………
Nama:……………………………………… NIM:………………………………
Nama:……………………………………… NIM:………………………………

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


TUJUH BELAS
2021

vi
FORMAT ISI JURNAL/LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

JUDUL PERCOBAAN

1. TUJUAN PERCOBAAN
2. PRINSIP PERCOBAAN
3. TEORI
4. BAHAN DAN ALAT PERCOBAAN
5. PROSEDUR
6. DATA PERCOBAAN, PERHITUNGAN, DAN GRAFIK
7. DISKUSI DAN PEMBAHASAN
8. KESIMPULAN
9. DAFTAR PUSTAKA

vii
Daftar Isi
IDENTITAS MAHASISWA ..............................................................................................................................2
PERSETUJUAN MODUL PRAKTIKUM .........................................................................................................3
VISI, MISI DAN TUJUAN.................................................................................................................................4
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................................5
FORMAT COVER LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM....................................................................................6
BAB I ..................................................................................................................................................................1
TABLET..............................................................................................................................................................1
BAB II ...............................................................................................................................................................10
BAB III ..............................................................................................................................................................12
EVALUASI MUTU TABLET ..........................................................................................................................12

viii
BAB I
TABLET

1.1. TUJUAN
Mahasiswa memahami teori dasar mengenai bentuk sediaan solid berupa tablet.
1.2. PENDAHULUAN
1.2.1 Definisi Tablet Secara Umum
Tablet adalah sediaan bentuk padat mengandung substansi obat dengan atau tanpa
bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatannya, dapat diklasifikasikan sebagai tablet
kempa dan sebagai tablet kompresi (FI V, hal 57).
1.2.2 Kriteria tablet
Suatu tablet harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Harus mengandung zat akif dan nonn aktif yang memenuhi persyaratan;
2. Harus mengandung zat aktif yang homogen dan stabil,
3. Keadaan fisik harus cukup kuat terhadap gangguan fisik/mekanik ;
4. Keseragaman bobot;
5. Waktu hancur dan laju disolusi harus memenuhi persyaratan;
6. Harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan;
7. Bebas dari kerusakan fisik;
8. Stabilitas kimiawi dan fisik tetap terjamin selama penyimpanan;
9. Zat aktif harus dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu tertentu;
10. Tablet memenuhi persyaratan farmakope yang berlaku.
1.2.3 Metode Pembuatan Tablet
A. Kempa langsung atau kempa langsung
Metode pembuatan tablet dengan cara mengempa langsung campuran zat aktif dan
eksipien kering. Metode ini merupakan metode yang paling mudah, praktis, dan
cepat pengerjaannya, dibandingkan penkempaan lainnya.
1. Kelebihan metode kempa langsung:
a. Keuntungan utama dalam metode kempa langsung adalah kepraktisan
prosesnya;

MODUL PRAKTIKUM FORMULASI & TEKNOLOGI SOLID S1 FARMASI


1
STIKES TUJUH BELAS
b. Efisiensi ruangan, tenaga kerja, konsumsi energi, dan tahapan manufaktur;
c. Menjamin stabilitas zat aktif yang tidak tahan panas;
d. Pemberian tetap, sehingga menghindari terjadinya polimorfisme zat aktif
(menghindari terganggunya ketersediaannya hayati dalam tubuh);
e. Memberikan kecepatan disolusi yang lebih tinggi, karena tablet tidak perlu
melewati fase granul terlebih dahulu.
2. Kekurangan metode kempa langsung:
a. Perbedaan ukuran partikel antara zat dan pengisi dapat menyebabkan kurang
seragamnya kandungan zat aktif,
b. Sulit dalam pemilihan eksipien karena eksipien yang digunakan harus bersifat
mudah mengalir dengan indeks kompresibilitas yang baik (indeks holding
capacity yang tinggi). Dan pada umumnya, semakin tinggi indeks holding
capacity-nya, semakin tinggi pula harga bahan eksipien tersebut;
c. Harus ditunjang dengan mesin kempa yang berteknologi tinggi.

Penimbangan

Pencampuran IPC masa siap cetak :


Kecepatan aliran, kompresibilitas,
distribusi, ukuran partiel, dan uji
lubrikasi homogenitas

Tabletasi
IPC pencetakan :
Kekerasan dan pemeriksaan bobot
Pengemasan

Evaluasi

Gambar 1.1. Flow Chart Kempa Langsung

MODUL PRAKTIKUM FORMULASI & TEKNOLOGI SOLID S1 FARMASI


2
STIKES TUJUH BELAS
B. Granulasi kering
Granulasi kering disebut juga Slugging, karena proses pertama-tama yang dikerjakan
adalah membuat slug dari bahan tablet, yang kemudian slug yang telah dihasilkan
tersebut dihancurkan kembali membentuk granul dengan ukuran yang diinginkan.
Prinsip dari metode ini adalah membuat granul secara mekanis, tanpa bantuan bahan
pengikat dan cairan pengikat, melainkan memanfaatkan daya kempa mesin. Teknik
ini digunakan untuk zat aktif yang sensitif terhadap pemanasan dan kelembaban.
1. Kelebihan metode granulasi kering :
a. Baik untuk zat aktif yang sensitif terhadap panas dan lembab;
b. Mempercepat waktu hancur karena tidak terikat denganpengikat.
2. Kekurangan metode granulasi kering:
a. Memerlukan mesin tablet khusus untuk melakukan slug;
b. Tidak dapat mendistribusikan zat warna seragam;
c. Proses banyak menghasilkan debu sehingga memungkinkan terjadinya
kontaminasi silang.

MODUL PRAKTIKUM FORMULASI & TEKNOLOGI SOLID S1 FARMASI


3
STIKES TUJUH BELAS
Penimbangan

Pencampuran
IPC masa pencampuran :
Uji homogenitas
slugging

Pengayakan IPC masa siap cetak :


Kecepatan aliran, kompresibilitas,
distribusi, ukuran partiel, dan uji
lubrikasi homogenitas

Tabletasi
IPC pencetakan :
Kekerasan dan pemeriksaan bobot
Pengemasan

Evaluasi

Gambar 1.2. Flow Chart Granulasi Kering

C. Granulasi basah
Granulasi basah memproses campuran partikel zat aktif dan eksipien menjadi
partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dalam jumlah yang
tepat sehingga terjadi massa lembab yang digranulasi. Metode ini biasanya
digunakan apabila zat tahan terhadap lembab dan panas. Umumnya untuk zat aktif
yang sulit dikempa langsung dan kompresibilitas yang tidak baik. Prinsip dari
metode ini adalah membasahi massa tablet dengan cairan pengikat sehingga
mendapat tingkat basah yang tepat, kemudian massa basah tersebut digranulasi.
Metode ini membentuk granul dengan cara mengikat serbuk dengan suatu perekat

MODUL PRAKTIKUM FORMULASI & TEKNOLOGI SOLID S1 FARMASI


4
STIKES TUJUH BELAS
sebagai pengompakan. Larutan atau suspensi sebagai zat pengikat biasanya
ditambahkan ke campuran serbuk atau dapat juga dengan mencampurkan zat
pengikat ke dalam campuran serbuk dan cairan pengikat dimasukkan terpisah.

Setelah terbentuk massa yang lembab maka massa tersebut dilewatkan pada ayakan
dan diberikan tekanan dengan alat penggiling, sehingga menghasilkan granul lembab
hasil pengayakan. Granul lembab tersebut dikeringkan dan diayak kembali
menggunakan ukuran ayakan yang lebih kecil, tergangung ukuran tablet yang akan
dibuat.
1. Kelebihan metode granulasi basah
a. Memperoleh aliran dan kompresibilitas yang baik;
b. Dapat digunakan untuk mengontrol pelepasan zat aktif;
c. Meningkatkan sifat kohesif dan daya kompresibilitas serbuk;
d. Menangani serbuk tanpa menghasilkan banyak debu;
e. Mencegah pemisahan komponen campuran selama proses
f. Menjamin distribusi keseragaman kandungan.
2. Kekurangan metode granulasi basah:
a. Membutuhkan banyak waktu dalam proses pengerjaan (tahapan pengerjaan
banyak);
b. Kehilangan zat selama proses lebih banyak seiring dengan panjangnya alur
produksi;
c. Memungkinkan perolehan massa yang lengket bila proses granulasi tidak
dilakukan secara tepat.

MODUL PRAKTIKUM FORMULASI & TEKNOLOGI SOLID S1 FARMASI


5
STIKES TUJUH BELAS
Penimbangan

Granulasi Basah
IPC masa pencampuran :
Uji homogenitas
Pencampuran

Pengayakan

Pengeringan
IPC masa granul :
Kadar lembab
Pengayakan
IPC masa granul :
Kecepatan aliran, kompresibiltas,
lubrikasi distribusi ukuran partikel

Tabletasi
IPC pencetakan :
Kekerasan dan pemeriksaan bobot
Pengemasan

Evaluasi

Gambar 1.3. Flow Chart Granulasi Basah

1.2.4. Bahan Pembantu


A. Pengisi
Pengisi adalah zat inert yang ditambahkan dalam formula tablet yang ditujukan
untuk membuat bobot tablet sesuai dengan yang diharapkan.
Contoh : Avicel, Laktosa, Dekstrosa, Manitol, dll.

MODUL PRAKTIKUM FORMULASI & TEKNOLOGI SOLID S1 FARMASI


6
STIKES TUJUH BELAS
B. Pengikat
Pengikat berfungsi untuk membentuk granul atau menaikkan kekompakan kohesi
bagi tablet yang akan dikempa langsung.
Contoh : Amylum, Gelatin, larutan Sukrosa, PVP, dll.
C. Disintegran
Disintegran berfungsi untuk memudahkan hancurnya tablet ketika kontak dengan
saluran cerna.
Contoh : Amylum, Na-CMC, dll.
D. Lubrikan
Lubrikan berfungsi mengurangi gesekan atau friksi yang terjadi antara permukaan
tablet dengan dinding die selama proses pengempaan dan penarikan tablet.
Contoh : Mg stearat, Talk, dll.
E. Glidan
Glidan berfungsi untuk menunjang karakteristik aliran granul tau meningkatkan
aliran granul dari hopper ke dalam die.
Contoh : Talk, Aerosil, dll.
F. Anti Adheren
Anti Adheren berfungsi untuk mencegah penerapelan tablet pada punch atau pada
dinding die.
Contoh : Talk, Cornstarch, Mg sterat, dll.
1.2.5. Permasalahan Dalam Pembuatan Tablet
Pada proses pengembangan formulasi, dan pada pembuatan tablet secara rutin,
biasa terjadi permasalahan. Sumber permasalahan adalah formulasi, peralatan
penkempaan, atau kombinasi kedua permasalahan tersebut.

A. Capping
Istilah yang digunakan untuk menguraikan sebagian atau semua bagian atas maupun
bawah dari mahkota tablet (Crown) dari bagian utamanya. Sebab terjadinya capping
adalah:

MODUL PRAKTIKUM FORMULASI & TEKNOLOGI SOLID S1 FARMASI


7
STIKES TUJUH BELAS
1. Jumlah bahan pengikat kurang tepat atau tidak cocok untuk tablet yang dikempa,
2. Granul terlalu kering sehingga tidak mampu memebrikan daya kohesif yang
diperlukan;
3. Terperangkapnya udara di antara granul-granul sehingga pada waktu
pengempaan udara tidak dapat keluar atau melepaskan diri;
4. Massa kempa masih basah sehingga permukaan atas atau bawah menempel
pada punch;
5. Permukaan punch dan die kasar
6. Pemasangan punch bagian bawah tidak tepat;
Cara mengatasi capping:
1. Menggunakan bahan pengikat;
2. Mengatur kadar air yang tepat dalam granul;
3. Penambahan serbuk (Fines) harus diperhitungkan;
4. Mengatur jumlah tekanan dan kecepatan pada mesin.
B. Laminating
Pemisahan tablet menjadi dua atau lebih lapisan-lapisan yang berbeda. Penyebabnya
seperti pada capping.
C. Picking
Melekatnya sebagian permukaan tablet pada permukaan punch.
D. Sticking
Melekatnya sebagian massa tablet pada dinding die. Picking dan sticking disebabkan
oleh :
1. Massa tablet terlalu basah;
2. Jumlah pelincir kurang tepat;
3. Pengaruh bahan pembantu yang mempunyai titik leleh rendah;
4. Permukaan punch kasar;
5. Bahan pengikat kurang sesuai;
6. Kelembaban ruang kempa kurang memadai.
Cara mengatasi picking dan sticking

MODUL PRAKTIKUM FORMULASI & TEKNOLOGI SOLID S1 FARMASI


8
STIKES TUJUH BELAS
1. Menambahkan jumlah bahan pelincir disesuaikan dengan kebutuhan;
2. Mengeringkan kembali granul-granul sampai diperoleh kadar air yang tepat;
3. Mencampurkan bahan tambahan yang mempunyai titik leleh tinggi dengan bahan
yang mempunyai titik leleh rendah;
4. Menggunakan bahan pengikat yang tepat;
5. Menggunakan adsorben ke dalam formula.
E. Mottling
Tidak meratanya distribusi zat warna pada tablet sehingga tampak totol-totol pada
bagian permukaan. Hal ini disebabkan oleh :
1. Hasil urai zat berkhasiat;
2. Warna yang berbeda dari zat berkhasiat dengan zat pembantu;
3. Migrasi zat warna pada saat pengeringan granul.
Cara mengatasi mottling:
1. Menggunakan zat berkhasiat dengan zat tambahan yang memiliki warna yang sama;
2. Menggunakan pewarna yang cocok;
3. Mengganti sistem pelarut dari zat warna tersebut.
F. Whiskering
Terdapatnya sayap pada sisi permukaan atau bagian bawah tablet yang disebabkan oleh
punch atau die tidak dapat lagi ukurannya atau letak susun punch dan die tidak sesuai.
Cara mengatasimya adalah dengan mengganti punch dan die.

MODUL PRAKTIKUM FORMULASI & TEKNOLOGI SOLID S1 FARMASI


9
STIKES TUJUH BELAS
BAB II
EVALUASI MASSA SIAP KEMPA

2.1 TUJUAN
Tujuan praktikum evaluasi massa siap kempa adalah:
1. Mahasiswa memahami cara mengevaluasi massa siap kempa
2. Mahasiswa memahami kriteria massa siap kempa yang baik untuk dibuat tablet

2.2 EVALUASI MASSA KEMPA


2.2.1 Susut Pengeringan / Lost on Drying (LOD)
Susut pengeringan adalah banyaknya bagian zat yang mudah menguap, termasuk
air, ditetapkan dengan cara pengeringan, kecuali dinyatakan lain, dilakukan pada
suhu 105° hingga bobot tetap (Depkes, 1979).
2.2.2 Penetapan bobot jenis sejati
Penetapan ditentukan dalam piknometer dengan menambahkan cairan pendispersi
yang tidak melarutkan granul atau serbuk.
2.2.3 Penetapan Kerapatan Curah, Kerapatan Mampat, Kompresibilitas dan Porositas
Sebanyak 100 g (B) granul atau serbuk dimasukkan ke dalam gelas ukur 250 ml,
catat volumenya (Vo). Selanjutnya dilakukan pengetukan dengan alat. Volume
pada ketukan ke 10, 50, dan 500 diukur, lalu dilakukan perhitungan sebagai
berikut :

MODUL PRAKTIKUM FORMULASI & TEKNOLOGI SOLID S1 FARMASI


10
STIKES TUJUH BELAS
2.3.4 Daya Alir (Kecepatan Alir dan Sudut Istirahat)
1. 1.Timbang serbuk uji secukupnya, lalu masukkan ke dalam corong getar
dengan kondisi lubang corong tertutup.
2. Buka tutup corong dan hitung berapa waktu yang dibutuhkan oleh serbuk
untuk keluar seluruhnya dari corong.
3. Ukur tinggi timbunan serbuk.
4. Ukur diameter curahan serbuk dengan mengukur diameter dari 3 garis potong
(gunakan diameter martin's), catat dan hitung rata-rata diameter tersebut.
5. Hitung kecepatan alir dan sudut istirahat serbuk tersebut

Tabel 4.1. Hubungan Kecepatan Alir dan Sifat Aliran Serbuk


Laju Alir (g/detik) Sifat Aliran

>10 Sangat Baik


4-10 Baik

1.6-4 Sukar
<1.6 Sangat Sukar

Terdapat hubungan antara sudut istirahat (0) serbuk dengan sifat alirannya, yang
tersaji dalam tabel 4.2.

Tabel 4.2. Hubungan Sudut Istirahat dengan Sifat Aliran


Sudut Istirahat (θ, o) Sifat Aliran
< 25 Sangat Baik
25 – 30 Baik
30 – 40 Cukup

MODUL PRAKTIKUM FORMULASI & TEKNOLOGI SOLID S1 FARMASI


11
STIKES TUJUH BELAS
BAB III
EVALUASI MUTU TABLET

3.1 TUJUAN
Tujuan praktikum evaluasi mutu tablet adalah:
1. Mahasiswa memahami cara mengevaluasi tablet
2. Mahasiswa memahami kriteria tablet yang baik

3.2 IN PROCES CONTROL (IPC)


Proses yang dilakukan pada saat proses penkempaan tablet sedang berlangsung, agar
pada saat terjadi kesalahan pada saat penkempaan bisa dilakukan penanggulangan.
3.2.1 Penampilan
Tablet diamati secara visual, apakah terjadi ketidakhomogenan zat warna atau
tidak, bentuk tablet, permukaan cacat atau tidak dan bebas dari noda atau bintik-
bintik. Bau tablet tidak boleh berubah.
3.2.2 Uji keseragaman bentuk dan ukuran
Ketebalan dan bentuk merupakan variabel yang berkaitan dengan proses ini.
Kecuali dinyatakan lain, diameter tablet tidak lebih dari tiga kali dan tidak kurang
dari empat per tiga tebal tablet (Depkes, 1979). Pemeriksaan dilakukan dengan
menggunakan dua puluh tablet. Pemeriksaan dilakukan terhadap diameter dan
tebal masing-masing tablet kemudian rata-rata diameter dan tebal tablet dihitung.
Alat : jangka sorong.
3.2.3 Uji keseragaman bobot
Bobot tiap tablet merupakan variabel yang berkaitan dengan proses ini. Tablet
tidak bersalut harus memenuhi syarat keseragaman bobot yang ditetapkan sebagai
berikut : ditimbang 20 tablet, hitung bobot rata-rata tiap tablet. Jika ditimbang
satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing-masing bobotnya
menyimpang dan bobot rata-rata lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom A,
dan tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya

MODUL PRAKTIKUM FORMULASI & TEKNOLOGI SOLID S1 FARMASI


12
STIKES TUJUH BELAS
lebih dari harga yang ditetapkan kolom B. Jika tidak cukup 20 tablet, dapat
digunakan 10 tablet; tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang lebih besar
dari bobot rata-rata yang ditetapkan kolom A dan tidak satu tablet pun yang
bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan kolom B
(Depkes, 1979).
Alat : timbangan.

Tabel 3.5 Penyimpangan Bobot Rata-Rata Tablet (Depkes, 1979)


Bobot Rata – rata (mg) Penyimpangan bobot rata – rata (%)
A B
≤ 25 15 30
26-150 10 20
151-300 7,5 15
≥ 300 5 10

3.2.4 Uji keseragaman kadar zat aktif


Kadar zat aktif tiap tablet merupakan variabel yang berkaitan dengan proses ini.
Sepuluh tablet diambil secara acak, dihaluskan dan dilarutkan pada pelarutnya.
Larutan ditetapkan kadarnya menggunakan alat spektrofotometer UV. Kecuali
dinyatakan lain, tablet memenuhi syarat keseragaman kadar jika sepuluh tablet
yang diperiksa masing-masing memberikan batas kadar antara 90%-110% dari
persyaratan rata-rata yang tertera pada uraian masing-masing monografi. Jika
hanya satu tablet yang memberikan hasil di luar batas, dilakukan penetapan
menggunakan 20 tablet sisa satu per satu. Tablet memenuhi persyaratan
keseragaman kadar jika hanya satu tablet dari 30 tablet di atas memberikan hasil
di luar batas 90%-110% (Depkes, 1995).
Alat : analisis volumetri, spektrofotometri.
3.2.5 Uji kekerasan tablet
Hal ini bertujuan untuk menajmin ketahanan tablet terhadap gaya mekanik pada
proses pengemasan, penghantaran, serta waktu hancur obat dalam tubuh.
Sebanyak dua puluh tablet diambil secara acak dan diukur kekerasannya
menggunakan alat uji kekererasan (Hardness tester) kemudian dihitung rata-

MODUL PRAKTIKUM FORMULASI & TEKNOLOGI SOLID S1 FARMASI


13
STIKES TUJUH BELAS
ratanya. Kekerasan diukur berdasarkan luas permukaan tablet dengan
menggunakan beban yang dinyatakan dalam kg. Satuan kekerasan adalah kg/cm2.
Dihitung kekerasan rata-rata dan standar deviasinya.
Nilai kekerasan tablet tergantung pada bobot tablet. Makin besar tablet kekerasan
yang diperlukan juga semakin besar.
Bobot tablet sampai 300 mg (4-7 kg/cm2)
Bobot tablet 400-700 mg (5-12 kg/cm2)
3.2.6 Friabilitas
Friabilitas adalah parameter untuk menguji ketahanan tablet bila dijatuhkan pada
suatu ketinggian tertentu. Tujuannya adalah untuk mengukur ketahanan
permukaan tablet terhadap gesekan yang dialaminya sewaktu pengemasan dan
pengiriman.
Alat: friabilator
Alat ini memperlakukan sejumlah tablet terhadap gabungan pengaruh goresan dan
guncangan dengan memakai sejenis kotak plastik yang berputar pada kecepatan
25±1 rpm dan waktu yang digunakan adalah 4 menit. (Jadi ada 100 putaran)
Untuk tablet dengan berat rata-rata kurang dari 650 mg, total berat jumlah tablet
yang ditimbang untuk uji friabilitas harus mendekati 6.5 gram. Untuk tablet yang
memiliki berat rata-rata lebih dari 650 mg, digunakan 10 tablet untuk uji
friabilitas. Biasanya tablet yang telah ditimbang diletakkan di dalam alat itu,
kemudian dijalankan sebanyak 100 putaran. Tablet kemudian dibersihkan dan
ditimbang ulang. Kehilangan bobot yang diizinkan tidak lebih 1,0% untuk produk
pada umumnya (USP 30, 2007).
Tablet yang masih utuh ditimbang kemudian dihitung kehilangan bobotnya dan
dinyatakan dalam presentase menggunakan rumus sebagai berikut :

W1=berat tablet awal


W2=berat tablet setelah uji kerapuhan

MODUL PRAKTIKUM FORMULASI & TEKNOLOGI SOLID S1 FARMASI


14
STIKES TUJUH BELAS
BAB IV
TABLET GRANULASI KERING

A. TUJUAN
Agar mahasiswa dapat mengerti dan memahami bagaimana proses pembuatan
tablet dengan metode granulasi kering
B. FORMULASI

(Pengikat Kering Avicel)

Fase dalam (92%)


Asam mefenamat 500 mg
Amprotab (10%)
75 mg
Avicel pH 102 115 mg

Fase luar (8%) 7,5 mg


Mg Stearat 15 mg
Amprotab

C. ALAT & BAHAN


Baskom Lihat di formularium
Ayakan 20
Neraca analitik
D. CARA KERJA
1. Jika ada bahan menggumpal agar dihaluskan dahulu, kemudian ditimbang sesuai kebutuhan
2. Fase dalam dan setengah bagian fase luar (lubrikan dan glidant) dicampur sampai homogen
3. Campuran bahan dibuat menjadi slug menggunakan punch yang berdiameter 13-20mm pada
tekanan mesin tablet yang tinggi atau dapat juga menggunakan roller compactor dengan
mengatur tekanan yang diberikan
4. Slug yang sudah jadi digiling kasar dan diayak menggunakan ayakan no 20 sehingga
dihasilkan granul kasar
5. Lakukan evaluasi terhadap granul yang dihasilkan, bila belum memenuhi syarat maka
slugging dapat diulangi hingga diperoleh granul yang memenuhi syarat. Slugging maksimal
dilakukan sebanyak 3x

MODUL PRAKTIKUM FORMULASI & TEKNOLOGI SOLID S1 FARMASI


15
STIKES TUJUH BELAS
RANCANGAN METODE & FORMULA KEMPA LANGSUNG
BAHAN AKTIF :
METODE PEMBUATAN : KEMPA LANGSUNG
BOBOT TABLET :
UKURAN TABLET :
BESAR BATCH : 250 tablet

MODUL PRAKTIKUM FORMULASI & TEKNOLOGI SOLID S1 FARMASI


16
STIKES TUJUH BELAS
BAB V
GRANULASI BASAH

A. TUJUAN
Agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana proses pembuatan tablet
dengan menggunakan metode granulasi basah
B. FORMULA

FORMULA 1
Saccharum lactis 100 g
Amilum Manihot 100 g
Musilago amili (10%) 100 ml

FORMULA 2
GOM Akasia 3g
Amilum Manihot 26,5 g

C. ALAT & BAHAN


Bahan : sesuai formulasrium
Alat :
Ayakan, mortar, corong, statif, gelas ukur
D. CARA KERJA
FORMULA I
1. Timbang petri kosong ( wadah dan tutupnya)
2. Timbang laktosa dan amilum manihot masing-masing seberat 100 gram
campur sampai homogen
3. Buat muchilago amili 10% sebanyak 100 mL dan tambahkan pada
campuran (2) sedikit demi sedikit sebanyak 30 mL, campur sampai homogen
dan terbentuk granul, kemudian ayak dengan ayakan no.12
FORMULA II
1. Mengayak Amilum dengan pengayak 80 mesh.
2. Amilum didispersikan hingga diperoleh suspensi 40% b/b.
3. GOM didispersikan dengan Aquadest dengan perbandingan 2:3 4. (2) dan
(3) di campur dengan perbandingan 92,5 : 7,5 dan aduk selama 10 menit.
4. dipanaskan pada suhu 55 0C selama 15 menit.
5. Dikeringkan selama 48 jam pada suhu 60 0C.
6. Kemudian hasil diayak dengan ayakan 20 mesh.

MODUL PRAKTIKUM FORMULASI & TEKNOLOGI SOLID S1 FARMASI


17
STIKES TUJUH BELAS
RANCANGAN METODE & FORMULA GRANULASI BASAH
BAHAN AKTIF :
METODE PEMBUATAN : GRANULASI BASAH
BOBOT TABLET :
UKURAN TABLET :
BESAR BATCH : 250 tablet

MODUL PRAKTIKUM FORMULASI & TEKNOLOGI SOLID S1 FARMASI


18
STIKES TUJUH BELAS
BAB VI
TABLET EFFERVESCENT

A. TUJUAN
Agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana proses pembuatan serbuk
effervescent beserta cara ujinya.

B. ALAT & BAHAN


ALAT : Gelas ukur, Batang pengaduk, Oven, Cawan
BAHAN : Asam askorbat, Aspartam, Asam sitrat, Minyak jeruk, Asamtartrat,
Laktosa, Natrium bicarbonate, Sorbitol, PEG
C. FORMULASI

Asam askorbat 50 mg
Asam sitrat 104,5 mg
Asam tartat 201 mg
Natrium bicarbonate 352,5 mg
PEG 30 mg
Aspartam 200 mg
Laktosa 100 mg
Sorbitol 200 mg

D. CARA KERJA

1. Masing-masing bahan ditimbang sesuai dengan formulasi 30 sediaan


2. Campurkan komponen asam (As. sitrat, As. tartat, As. askorbat), lalu
tambahkan laktosa, sorbitol, dan minyak jeruk
3. Campurkan komponen basa (Na. bikarbonat, PEG, Aspartam),
tambahkansorbitol.
4. Campurkan komponen asam dan basa dalam keadaan kering
5. Ambil 1000 mg serbuk effervescent, larutkan dalam 100 mL aquades
6. Hitung waktu obat / serbuk effervescent larut sempurna dalam aquades
7. Lakukan evaluasi

MODUL PRAKTIKUM FORMULASI & TEKNOLOGI SOLID S1 FARMASI


19
STIKES TUJUH BELAS
BAB VII
UJI DISOLUSI TABLET

A. PENDAHULUAN
Alat terdiri atas wadah tertutup yang terbuat dari kaca atau bahan transparan lain yang
inert, dilengkapi dengan suatu motor atau alat penggerak. Idak Wadah tercelup sebagian
dalam penangas sehingga dapat mempertahankan suhu tablet atau kapsul granul atau agreget
partikel halus obat dalam larutan obat dalam darah, cairan, dan dalam jaringan lain dalam
wadah 370 ± 0,50 C selama penguji berlangsung. Bagian dari alat termasuk lingkungan
tempat alat diletakkan tidak dapat memberikan gerakan, goncangan, atau getaran signifikasi
yang melebihi gerakan akibat perputaran alat pengaduk. Wadah sdisolusi dianjurkan
berbentuk silinder dengan dasar setengah bola, tinggi 160-175 mm, diameter dalam 98-106
mm, dengan volume sampai 1000 ml. batang logam berada pada posisi tertentu sehingga
sumbuhnya tidak lebih drai 2 mm, berputar dengan halus dan tanpa goyangan yang berarti.
Suatu alat pengatur mempertahankan kecepatan alat. Kecepatan disolusi obat merupakan
tahap pembatasan kecepatan sebelum obat berada dalam darah. Apabila suatu sediaan padat
berada dalam saluran cerna, ada dua kemungkinan yang akan berfungsi sebagai pembatas
kecepatan. Bahan berkhasiat dari sedian tersebut pertama-tama harus terlarut, setelah itu
barulah obat yang berada dalam larutan melewati membran saluran cerna. Obat yang larut
baik dalam air akan melarut cepat dan akan berdisfusi secara pasif atau transport aktif,
kelarut obat merupakan pembatas kecepatan absorbs melalui membrane saluran cerna.
Sebaiknya kecepatan disolusi dari obat tidak larut atau disintagrasi sediaan relative
pengaruhnya kecil terhadap disolusi zat aktif. Apabila kecepatan absorbs tidak dapat
ditentukan oleh salah satu dari tahap, maka tidak satupun dari kedua tahap merupakan
pembatas kecpatan.

B. TUJUAN
Agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana proses kadar zat aktif yang terlepas

C. ALAT & BAHAN


ALAT : Disolution tester, spektrofotometer UV-Vis, kuvet, pipet tetes, pipet ukur, labu ukur
& push ball
BAHAN : air & sampel tablet parasetamol

D. CARA KERJA
a. Pembuatan Baku Induk 1000 ppm
1. Ditimbang baku parasetamol sebanyak 100 mg
2. Dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml

MODUL PRAKTIKUM FORMULASI & TEKNOLOGI SOLID S1 FARMASI


20
STIKES TUJUH BELAS
3. Ditambahkan dengan aquadest sebanyak 50 ml diaduk sampai larut
4. Ditambah dengan aquadest sampai tanda batas, lalu dikocok sampai homogen
b. Pembuatan baku seri 10; 15; 20; 25 dan 30 ppm
1. Dipipet 0,1 ml; 0,15 ml; 0,2 ml; 0,25 ml; 0,3 ml dari baku seri 1000 ppm
2. Dimasukkan masing-masing ke dalam labu ukur 100 ml
3. Ditambahkan dengan aquades sampai tanda batas, lalu dikocok hingga homogen
c. Pembuatan Kurva Kalibrasi Baku
1. Dipipet larutan baku seri 10; 15; 20; 25 dan 30 ppm ke dalam kuvet
2. Diukur absorbansi baku seri pada Panjang gelombang maksimum
d. Uji disolusi tablet
1. Bak mantel (tempat labu disolusi) dimasukkan, diisi dengan air, atur pada suhu
37oC
2. Isi labu disolusi dengan media disolusi. Volume larutan disolusi yaitu 900 ml
3. Dimasukkan tablet ke dalam keranjang bila suhu telah mencapai 37oC
4. Dinyalakan pengaduk dengan kecepatan 100 rpm
5. Diambil media disolusi secukupnya dengan pipet volume pada menit ke 5, 10, 15.
Media disolusi dicukupkan Kembali hingga volumenya 900 ml pada tiap
pengambilan
6. Ditemukan kadarnya dengan menggunakan spektrofotometri UV-Vis pada Panjang
gelombang ( λ ) 243 nm. Dibandingkan dengan kurva kalibrasi dan dilakukan
dengan perhitungan kadar

MODUL PRAKTIKUM FORMULASI & TEKNOLOGI SOLID S1 FARMASI


21
STIKES TUJUH BELAS
REFERENSI

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Farmakope Indonesia Edisi IV, Jakarta 1995.
Herbert A. Lieberman Martin, Pharmaceutics of Dosage form, A Wiley Interscience Publication,
John Wiley & sons, New York, 1988.
Voigt. R., 1984, Buku Pelajaran Teknologi Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh Soendani, N. S
dan Mahtilda, B. N., 202-207, 220-225, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Banakar. G., S. Pharmaceuticals Dissolution Testing, Marcel Dekker and Sons Inc. New. York.
1991. Raymond C. Rowe. Handbook of Pharmaceuticals Excipient 4th Ed. The Pharmaceutics
Press. London, 2003.
Aulton, M. E. Pharmaceutics, The Science of Dosage Form Design, Churchill Livingstone,
Edinburgh, 1988 Ansel HC. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi IV. Diterjemahkan oleh
Farida Ibrahim. Jakarta: UI Press; 1998.
Lachman, L., & Lieberman, H. A., 1994, Teori dan Praktek Farmasi Industri, Edisi Kedua, 1091-
1098, UI Press, Jakarta. Lieberman, Rieger & Banker, 1989, Pharmaceutical Dosage Form,
Marcel Dekker Inc, New York

MODUL PRAKTIKUM FORMULASI & TEKNOLOGI SOLID S1 FARMASI


22
STIKES TUJUH BELAS

Anda mungkin juga menyukai