Anda di halaman 1dari 42

1

PETUNJUK PRAKTIKUM
TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID

PENYUSUN:

TIM PRAKTIKUM PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID

PROGRAM D3 FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI NUSAPUTERA
SEMARANG
2022

Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Solid


Tahun Ajaran 2021/2022
2

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat-Nya penyusunan buku petunjuk praktikum teknologi sediaan solid ini dapat
selesai sehingga dapat digunakan oleh mahasiswa sebagai pedoman praktikum
teknologi sediaan solid Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Nusaputera Semarang.

Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak–pihak yang telah membantu


dalam penyusunan Buku Petunjuk praktikum teknologi sediaan solid ini.

Meskipun demikian kami menyadari bahwa Buku Petunjuk praktikum


teknologi sediaan solid ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami
mengharapkan kritik, masukan dan saran dari pihak–pihak lain demi kesempurnaan
buku Petunjuk Praktikum ini. Sehingga nantinya buku ini menjadi lebih berguna
dalam melaksanakan praktikum teknologi sediaan solid .

Semarang, 2022

TIM PENYUSUN

Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Solid


Tahun Ajaran 2021/2022
3

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………………………………………1

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………………….2

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………………..3

TATA TERTIB PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID ..................................... 4


KETENTUAN TENTANG LAPORAN ..................................................................... 5
BAB I ............................................................................................................... 6
SUPPOSITORIA – OVULA .................................................................................. 6
BAB II ............................................................................................................ 11
SEDIAAN KOSMETIKA..................................................................................... 11
LIPSTIK ................................................................................................................. 11
BEDAK PADAT ...................................................................................................... 15
SABUN PADAT ...................................................................................................... 17
Macam-Macam Bentuk Dari Sabun : ...................................................................................... 17

BAB III ........................................................................................................... 22


GRANUL EFERVESEN ...................................................................................... 22
BAB IV ........................................................................................................... 24
TABLET METODE GRANULASI BASAH ............................................................. 24
BAB V ............................................................................................................ 33
TABLET METODE KEMPA LANGSUNG ............................................................. 33
BAB VI ........................................................................................................... 38
TRANSDERMAL PATCH ................................................................................... 38

Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Solid


Tahun Ajaran 2021/2022
4

TATA TERTIB PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID

1. Praktikan harus hadir di lab. 15 menit sebelum praktikum dimulai dan wajib
mengenakan jas praktikum, penutup kepala, masker, sarung tangan, dan sepatu
tertutup. (sesuai dengan PROTOKOL KESEHATAN)
2. Praktikan yang tidak siap dengan segala perlengkapan dan materi praktikum
tidak diperkenankan mengikuti praktikum.
3. Sebelum pelaksanaan praktikum praktikan diwajibkan untuk membuat laporan
praktikum sementara (yang dijadikan satu dengan laporan resmi) dan dilakukan
pre test sebelum praktikum.
4. Praktikan tidak diperkenankan bekerja sambil bersenda gurau, makan, serta
merokok di dalam laboratorium.
5. Sebelum meninggalkan lab. meja dan peralatan praktikum harus bersih dan rapi.
6. Praktikan tidak boleh meninggalkan laboraturium tanpa seijin dosen
pembimbing.
7. Praktikan wajib menghadiri seluruh acara praktikum. Praktikan yang
berhalangan hadir dikarenakan sakit hanya dapat mengikuti praktikum susulan
apabila ada Surat Keterangan Dokter. Praktikum susulan diselenggarakan
diluar jam praktikum.
8. Pelanggaran tatatertib akan mengakibatkan sanksi tidak boleh mengikuti
praktikum.

Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Solid


Tahun Ajaran 2021/2022
5

KETENTUAN TENTANG LAPORAN

LAPORAN SEMENTARA

JUDUL PERCOBAAN

I. Tujuan
II. Tinjauan Pustaka/Dasar Teori
III. Tinjauan/Pemerian Bahan
IV. Formula
V. Bahan dan Alat
VI. Perhitungan Bahan/Dosis
VII. Prosedur pembuatan dan Uji Sediaan

LAPORAN RESMI :

I-VII(Laporan sementara)
VIII. Tabel Penimbangan

NO Nama Bahan Satuan Teori Riil TTD MHS TTD Dosen

IX. Hasil/Data Pengamatan


X. Pembahasan
XI. Kesimpulan
XII. Pustaka
XIII. Kemasan (brosur, etiket, dus)

CATATAN

 1 kelompok 1 laporan. Laporan sementara digabung dengan laporan resmi


 Laporan dikumpulkan pada tiap materi baru dan ditulis tangan pada folio dan
jilid biasa
 Tugas individu tiap materi dijilid bersama dengan laporannya

Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Solid


Tahun Ajaran 2021/2022
6

BAB I
SUPPOSITORIA – OVULA
I. TUJUAN

1. Melakukan formulasi sediaan suppositoria paracetamol, ibuprofen, bisacodyl.


2. Melakukan evaluasi sediaan suppositoria.
3. Melakukan formulasi sediaan ovula metronidazole.
4. Melakukan evaluasi sediaan ovula.

II. DASAR TEORI

A. SUPPOSITORIA

Supositoria adalah sediaan padat yang umumnya berbentuk peluru atau torpedo.
Penggunaannya dapat melalui beberapa cara yaitu melalui rektal (anus), vagina, atau
uretra (saluran kencing), tetapi umumnya melalui rektal (anus). Supositoria ini
mudah meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh.
Supositoria biasanya diberikan pada pasien yang sedang tidak sadarkan diri, pasien
yang jika menerima sediaan oral akan muntah, pasien bayi dan anak, serta dalam
keadaan tidak memungkinkannya diberikan obat suntik (parenteral). Pada pasien
bayi dan anak supositoria ini digunakan sebagai obat anti kejang atau penurun panas
secara cepat. Suppositoria dapat bertindak sebagai pelindung jaringan setempat,
sebagai pembawa zat aktif yang bersifat lokal atau sistemik.
Keuntungan penggunaan obat dalam bentuk suppositoria dibanding peroral,
yaitu :
1. Mencegah iritasi pada lambung.
2. Mencegah kerusakan obat oleh enzim pencernaan dan asam lambung.
3. Obat langsung masuk ke dalam saluran darah sehingga obat dapat berefek
lebih cepat dari pada penggunaan obat peroral.
Macam basis suppositoria :
1. Lemak coklat (fatty bases / oil soluble bases)
Contoh : cocoa butter (theobroma oil/oleum cacao / lemak biji coklat)
Basis ini mempunyai beberapa bentuk kristal di dalamnya, sehingga harus
berhati-hati pada waktu pembuatan dengan pemanasan. Akibat dari bentuk
kristal dalam komposisinya, basis jenis ini dapat meleleh pada suhu yang lebih
rendah dari suhu kamar. Untuk menaikan suhu leburnya, ke dalam basis oleum
cacao ini ditambahkan cera flava atau cera alba 4-6%.
2. Minya nabati yang terhidrogenasi
Contoh : Trigliserida (palm/coconut oil)
Keuntungannya adalah basis JJini tidak menunjukkan polimorfisme, namun lebih
mahal. Beberapa basis terdiri dari formulasi entitas tunggal.
3. Basis larut dalam air
Contoh : PEG, Gliserin-Gelatin
Basis yang larut dalam air adalah yang mengandung gelatin gliserin atau polimer
polietilena glikol (PEG). Basis ini larut dalam cairan tubuh dan tidak perlu

Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Solid


Tahun Ajaran 2021/2022
7

diformulasikan untuk meleleh pada suhu tubuh, mereka dapat diformulasikan


dengan titik leleh yang jauh lebih tinggi dan dengan demikian dapat disimpan
dengan aman pada suhu kamar.
4. Surfaktan
Contoh : Tween, Campuran Tween-PEG
Sifat suppositoria yang ideal antara lain :
1. Dapat melepas obatnya dengan cara melebur, meleleh atau melarut pada suhu
tubuh
2. Basis tidak mengiritasi
3. Dapat tercampur dengan bahan obat
4. Berbentuk padat pada suhu kamar
5. Mudah dituang ke dalam cetakan dan dapat dengan mudah dilepaskan dari
cetakan
6. Stabil selama penyimpanan

B. OVULA

Ovula adalah sediaan farmasi yang dirancang untuk dimasukkan ke dalam


vagina, biasanya untuk tujuan efek lokal. Pembuatan ovula dilakukan dengan cara
penuangan massa ke dalam cetakan yang sesuai. Untuk Ovula dibuat dengan cara
yang sama dengan suppositoria, biasanya berbentuk kerucut bundar denganujung
bundar.
Cetakan ada 2 jenis: Pertama, cetakan dari logam, kemudian cetakan dibuka dan
ovula yang dihasilkan dikemas dan diserahkan ke pasien. Kedua, cetakan cetakan dari
sejenis plastik diserahkan kepada pasien dalam cetakannya. Pada saat digunakan baru
dikeluarkan dari cetakan. Secara komersial ovula dibuat dengan cara pengempaan
seperti tablet dalam bentuk permata (diamond) disket atau bentuk lain.
Sifat Ovula yang ideal :
1. Melebur pada suhu tubuh atau melarut dalam cairan tubuh.
2. Tidak toksik dan tidsk merangsang.
3. Dapat tercampur atau kompatibel dengan bahan obat.
4. Dapat melepas obat dengan segera.
5. Mudah dituang dalam cetakan dan dapat mudah dilepas dari cetakan.
6. Stabil terhadap pemanasan di atas suhu lebur.
7. Mudah ditangani.
8. Stabil selama penyimpanan.
Basis Ovula Ada 2 kelompok utama basis ovula, yaitu :
1. Basis berlemak yang dirancang untuk melebur pada suhu tubuh, berupa lemak padat.
2. Basis larut air atau tercmpur air, dirancang untuk melarut atau terdispersi dalam
liang tubuh (vagina) terdiri dari campuran PEG.

Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Solid


Tahun Ajaran 2021/2022
8

III. ALAT DAN BAHAN

SUPPOSIRORIA
a. Alat yang digunakan
1. Gelas ukur 5. Alat pencetak suppositoria
2. Lumpang dan mortir 6. Bekerglass
3. Pipet tetes 7. Sudip
4. Timbangan 8. Desintegrator Tester
b. Bahan yang digunakan
1. Paracetamol 5. Cera Alba
2. Ibuprofen 6. PEG 400
3. Bisacodyl 7. PEG 4000
4. Ol. Cacao
B. OVULA
a. Alat yang digunakan
1. Gelas ukur 5. Alat pencetak ovula
2. Lumpang dan mortir 6. Bekerglass
3. Pipet tetes 7. Sudip
4. Timbangan 8. Desintegrator Tester
B. Bahan yang digunakan
1. Metronidazole 4. PEG 400
2. Glycerin 5. PEG 4000
3. Gelatin

IV. FORMULA

Suppositoria

FORMULA I FORMULA II FORMULA III FORMULA IV


Paracetamol 250 mg Paracetamol 250 mg Bisacodyl 5 mg Bisacodyl 5 mg
Ol Cacao a% PEG 400 a% Ol Cacao a% PEG 400 a%
Cera alba b% PEG 4000 b% Cera alba b% PEG 4000 b%
Nipagin c% Nipagin c% Nipagin c% Nipagin c%

Buatlah suppo sebanyak 6 pcs @ 3 g

Ovula
FORMULA V FORMULA VI
Metronidazole 500 mg Metronidazole 500 mg
Gelatin 20% PEG 400 a%
Gliserin 40% PEG 4000 b%
Air 40%
Buatlah ovula sebanyak 6 pcs @ 5 g

Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Solid


Tahun Ajaran 2021/2022
9

V. CARA PEMBUATAN

Suppositoria

A. Kalibrasi cetakan
1. Dilakukan dengan cara membuat suppositoria yang hanya mengandung basis.
2. Suppositoria yang diperoleh ditimbang satu-persatu kemudian dihitung berat
rata-ratanya.
3. Bobot rata-rata yang diperoleh dijadikan pedoman dalam menghitung jumlah
basis yang akan digunakan untuk membuat suppositoria yang mengandung
zat aktif dan bahan-bahan lainnya.
B. Rektal suppositoria dengan basis Oleum Cacao (basis lemak)
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Timbang semua bahan.
3. Lebur 2/3 bagian oleum cacao di cawan porselen yang diletakkan diatas
waterbath sampai melebur (suhu dijaga antara 34-350C)
4. Campurkan leburan oleum cacao sedikit demi sedikit ke dalam leburan cera
alba sambil diaduk sampai homogen. Kemudian tambahkan sisa oleum cacao
(1/3 bagian) ke dalam leburan.
5. Gerus zat aktif dan bahan lainnya kemudian campurkan ke dalam hasil
peleburan, aduk hingga homogen.
6. Olesi cetakan dengan menggunakan gliserin
7. Tuangkan hasil leburan ke dalam cetakan
8. Dinginkan pada suhu kamar, kemudian dinginkan sampai padat dalam
lemari es.
9. Lakukan uji suppsositoria
C. Rektal suppositoria dengan basis PEG (basis larut air)
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Timbang semua bahan.
3. Lebur PEG 400 dan PEG 4000 diaduk sampai homogen (suhu 600C)
4. Gerus zat aktif dan bahan lainnya kemudian campurkan ke dalam hasil
leburan aduk hingga homogen.
5. Olesi Cetakan dengan menggunakan parafin liq.
6. Tuangkan hasil leburan ke dalam cetakan
7. Dinginkan pada suhu kamar, kemudian dinginkan sampai padat
8. Lakukan uji suppositoria
D. Rektal suppositoria dengan basis Giserin-Gelatin (basis larut air)
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Timbang semua bahan.
3. Panasi bagian gelatin dengan bagian air dan bagian gliserin sampai diperoleh
massa yang homogen
4. Tambahkan sisa air panas
5. Biarkan massa cukup dingin dan tuangkan dalam cetakan hingga diperoleh
suppositoria sesuai berat yang diinginkan

Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Solid


Tahun Ajaran 2021/2022
10

Ovula
A. Kalibrasi cetakan (prosedur sama dengan pembuatan suppositoria)
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Timbang semua bahan.
3. Lebur basis diaduk sampai homogen.
4. Gerus zat aktif kemudian campurkan ke dalam hasil leburan aduk hingga
homogen.
5. Olesi Cetakan dengan menggunakan parafin liq.
6. Tuangkan hasil leburan ke dalam cetakan.
7. Dinginkan pada suhu kamar, kemudian dinginkan sampai padat.
8. Lakukan uji ovula.

VI. CARA EVALUASI

Suppositoria/Ovula

1. Uji organoleptis : bau, warna, dan bentuk


2. Uji homogenitas
Dipotong suppositoria melintang vertikal dan horisontal
3. Uji Keseragaman Bobot
o Ditentukan dengan menimbang 10 suppositoria dan hitung rata-rata,
timbang masing-masing suppositoria.
o Hitung persen kelebihan masing-masing suppositoria terhadap bobot
rata-ratanya.
o Keseragaman bobot yang didapat tidak boleh lebih dari + 6 % (Anonim,
1995)
4. Uji Waktu Hancur
o Siapkan air dengan suhu 37° C  0,5
o Masukkan suppositoria ke dalam air tersebut
o Catat waktu sampai dengan suppositoria tersebut hancur

VII. TUGAS INDIVIDU

1. Sebutkan & jelaskan penggolongan basis salep beserta contohnya!


2. Cari syarat tentang uji waktu hancur suppositoria dengan basis lemak dan
larut air! (literatur yang dipakai adalah FI)
3. Jelaskan definisi dari SD dan CV dan apa tujuan menghitung!

Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Solid


Tahun Ajaran 2021/2022
11

BAB II
SEDIAAN KOSMETIKA

LIPSTIK

I. TUJUAN
Memformulasi sediaan lipstik dan mengevaluasi sediaan yang telah dibuat

II. DASAR TEORI

Lipstik adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk mewarnai bibir


dengan sentuhan artistik sehingga dapat meningkatkan estetika dalam tata rias
wajah yang dikemas dalam bentuk batang padat. Hakikat fungsinya adalah untuk
memberikan warna bibir menjadi merah, yang dianggap akan memberikan
ekspresi wajah sehat dan menarik (Ditjen POM, 1985).

Lipstik adalah pewarna bibir yang dikemas dalam bentuk batang padat (roll
up) yang dibentuk dari minyak, lilin dan lemak. Bila pengemasan dilakukan
dalam bentuk batang lepas disebut lip crayon yang memerlukan bantuan pensil
warna untuk memperjelas hasil usapan pada bibir. Sebenarnya lipstik adalah juga
lip crayon yang diberi pengungkit roll up untuk memudahkan pemakaian dan
hanya sedikit lebih lembut dan mudah dipakai. Lip crayon biasanya
menggunakan lebih banyak lilin dan terasa lebih padat dan kompak.

Lipstik terdiri dari zat warna yang terdispersi dalam pembawa yang terbuat
dari campuran lilin dan minyak, dalam komposisi yang sedemikian rupa sehingga
dapat memberikan suhu lebur dan viskositas yang dikehendaki. Suhu lebur
lipstik yang ideal yang sesungguhnya diatur suhunya hingga mendekati suhu
bibir, bervariasi antara 36-38OC. Tetapi karena harus memperhatikan faktor
ketahanan terhadap suhu cuaca disekelilingnya, terutama suhu daerah tropik,
maka suhu lebur lipstik dibuat lebih tinggi yang dianggap lebih sesuai dan diatur
pada suhu lebih kurang 62OC, atau bisanya berkisar antara 55O-75OC.

Adapun komponen utama dalam sediaan lipstik terdiri dari minyak, lilin,
lemak dan zat warna.

1. Minyak

Minyak yang digunakan dalam lipstik harus memberikan kelembutan,


kilauan, dan berfungsi sebagai medium pendispersi zat warna (Poucher,
2000). Minyak yang sering digunakan antara lain minyak jarak, minyak
mineral, dan minyak nabati lain. Minyak jarak merupakan minyak nabati yang
unik karena memiliki viskositas yang tinggi dan memiliki kemampuan
melarutkan staining-dye dengan baik. Minyak jarak merupakan salah satu

Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Solid


Tahun Ajaran 2021/2022
12

komponen penting dalam banyak lipstik modern. Viskositasnya yang tinggi


adalah salah satu keuntungan dalam menunda pengendapan dari pigmen
yang tidak larut pada saat pencetakan, sehingga dispersi pigmen benar benar
merata.

2. Lilin

Lilin digunakan untuk memberi struktur batang yang kuat pada lipstik dan
menjaganya tetap padat walau dalam keadaan hangat. Campuran lilin yang
ideal akan menjaga lipstik tetap padat setidaknya pada suhu 50 dan mampu
mengikat fase minyak agar tidak keluar atau berkeringat, tetapi juga harus
tetap lembut dan mudah dioleskan pada bibir dengan tekanan serendah
mungkin. Lilin yang digunakan antara lain carnauba wax, candelilla wax,
beeswax, ozokerites, spermaceti dan setil alkohol. Carnauba wax merupakan
salah satu lilin alami yang yang sangat keras karena memiliki titik lebur yang
tinggi yaitu 85. Biasa digunakan dalam jumlah kecil untuk meningkatkan titik
lebur dan kekerasan lipstik.

3. Lemak

Lemak yang biasa digunakan adalah campuran lemak padat yang berfungsi
untuk membentuk lapisan film pada bibir, memberi tekstur yang lembut,
meningkatkan kekuatan lipstik, dan dapat mengurangi efek berkeringat dan
pecah pada lipstik. Fungsinya yang lain dalam proses pembuatan lipstik adalah
sebagai pengikat dalam basis antara fase minyak dan fase lilin dan sebagai
bahan pendispersi untuk pigmen. Lemak padat yang biasa digunakan dalam
basis lipstik adalah lemak coklat, lanolin, lesitin, minyak nabati terhidrogenasi
dan lain-lain.

4. Zat warna

Zat warna dalam lipstik dibedakan atas dua jenis yaitu staining dye dan
pigmen. Staining dye merupakan zat warna yang larut atau terdispersi dalam
basisnya, sedangkan pigmen merupakan zat warna yang tidak larut tetapi
tersuspensi dalam basisnya. Kedua macam zat warna ini masing- masing
memiliki arti tersendiri, tetapi dalam lipstik keduanya dicampur dengan
komposisi sedemikian rupa untuk memperoleh warna yang diinginkan.

III. ALAT DAN BAHAN


a. Alat yang digunakan
1. Gelas ukur
2. Cetakan
3. Waterbath
4. Timbangan
5. Beker glass
6. Mortir dan stamper / mixer

Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Solid


Tahun Ajaran 2021/2022
13

b. Bahan yang digunakan


Sesuai formulasi di bawah

IV. FORMULA

FORMULA I FORMULA II

Oleum Ricini 20 % Oleum Ricini 20 %


Lanolin 5% Lanolin 5%
Cetil alkohol 2% Cetil alkohol 2%
Oleum cacao 15 % Oleum cacao 15 %
Malam carnauba 5% Malam carnauba 5%
Beeswax 5% Beeswax 5%
Propilen glikol 10 % Propilen glikol 10 %
Malam putih 20 % Malam putih 15 %
Metil paraben 0,5 % Metil paraben 0,5 %
BHT 0,1 % BHT 0,1 %
Oleum green tea 0,4 % Oleum jasmine 0,4 %
Pewarna q.s Pewarna q.s
Parafin cair add 100 % Parafin cair add 100 %

V. CARA PEMBUATAN
1. Timbang masing-masing bahan dalam formula untuk 5-6 batang lipstik.
Lipstick dibuat dengan menggunakan cetakan supo. Berat per lipstick sesuai
dengan berat rata2 kalibrasi suppo.
2. Cetakan dioleskan dengan parafin cair
3. Minyak jarak sebagai fase I dimasukkan ke dalam beker glass
4. Bahan-bahan lainnya (kecuali oleum green tea) dilebur di atas penangas air
pada suhu 700 – 750 C (sebagai fase II)
5. Campurkan fase I dan fase II secara perlahan. Aduk dengan mixer atau
dengan menggunkan mortar dan stamper, tambahkan pewarna. Oleum
green tea / jasmine ditambahkan ketika suhu campuran menurun menjadi
400 C. Aduk kembali.
6. Masukkan lelehan campuran tersebut ke dalam cetakan, diamkan hingga
memadat, masukkan ke dalam lemari pendingin (± 30 menit)
7. Masukkan batang lipstik ke dalam chasingnya, beri kemasan yang menarik
8. Lakukan evaluasi sediaan

VI. CARA EVALUASI


a. Uji organoleptik
Penilaian organoleptik meliputi bentuk, tekstur, kilap, bau, dan warna
Bentuk dan tekstur : tekstur yang makin halus akan menambah daya tarik
konsumen karena lebih mudah dioleskan dan tidak
menyebabkan iritasi pada saat dioleskan.

Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Solid


Tahun Ajaran 2021/2022
14

Kilap : sama halnya dengan tekstur, yakni semakin meningkat


konsentrasi malam, lipstiknya semakin kusam.
Bau : bau lipstik dipengaruhi oleh campuran malam yang
digunakan dalam formula. Bau lipstik berasal dari parfum
yang akan menutupi kerusakan minyak atau lemak yang
timbul akibat pembentukan asam-asam lemak terbang
(volatile) hasil hidrolisis minyak atau lemak.
b. Uji Homogenitas
Satu batang lipstik dipotong, diamati adakah butiran kasar/warna yang tidak
homogen
c. Daya Oles
Daya oles lipstik menjadi patokan konsumen dalam memilih lipstik. Konsumen
cenderung memilih lipstik yang menempel di bibir. Lipstik cenderung semakin
tidak menempel dengan meningkatnya konsentrasi malam. Semakin keras lipstik
karrena campuran minyak dalam emulsi berkurang sehingga penampakannya
tidak creamy dan semakin tidak menempel di bibir.
d. Bobot lipstik
Pengujian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat pengurangan/
penambahan bobot selama penyimpanan. Lipstik yang baik adalah lipstik yang
tidak mengalami perubahan bobot yang berarti selama masa penyimpanan. Uji
dilakukan dalam waktu 1 minggu.
e. Uji pH
Sediaan lipstik ditimbang sebanyak 1 gr, dilelehkan di atas water bath, setelah
mencair, diukur pH nya dengan menggunakan indikator universal.

Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Solid


Tahun Ajaran 2021/2022
15

BEDAK PADAT

I. TUJUAN
Memformulasi sediaan bedak padat dan mengevaluasi sediaan yang telah dibuat

II. DASAR TEORI

Bedak wajah digunakan untuk menutupi kekurangan kecil pada kulit (minor
imperfections) dan mengurangi kilauan yang muncul akibat produksi minyak pada
kulit atau keringat. Hal yang diinginkan dari bedak adalah tidak membuat wajah
tampak berminyak, lembut pada kulit untuk waktu yang lama. Sehingga bahan-
bahannya harus dapat menempel dengan baik pada kulit. Pada zaman sekarang, tren
fashion telah berubah dari “painted clown” atau putih seperti badut menjadi terlihat
alami seperti warna kulit, namun dapat menutupi noda.

Bedak padat adalah bedak kering yang telah dikompres menjadi padatan dan
biasanya digunakan dengan spons bedak. Dasar dari padatan bedak harus dapat
dikempa dengan mudah, kemudian bersatu bersama dan tidak bergelombang atau
retak di bawah kondisi penggunaan yang normal. Untuk mencapai kondisi ini bahan
pengikat dibutuhkan.

Bedak padat juga harus memiliki sifat mudah lepas ketika digosokkan dengan
spons bedak. Tekanan yang terlalu rendah akan menghasilkan padatan yang sangat
mudah hancur, tekanan yang terlalu besar akan menghasilkan padatan yang keras
yang mana tidak mudah terlepas.

III. ALAT DAN BAHAN

1. Alat yang digunakan


Gelas ukur
Cetakan
Timbangan
Beker glass
Mortir dan stamper / mixer
Water bath

2. Bahan yang digunakan


Sesuai formula di bawah

Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Solid


Tahun Ajaran 2021/2022
16

IV. FORMULA

FORMULA
Talk ad 25 %
Kaolin 25 %
Titanium dioksida 5%
Kalsium karbonat 10 %
Magnesium strarat 5%
Zink stearat 12,5 %
Pati beras 10 %
Isopropil miristat 3,5 %
Oleil oleat 4%
Minyak mawar q.s
Pewarna carmin (pink) q.s

V. CARA PEMBUATAN
1. Timbang masing-masing bahan dalam formula untuk 2 cetak
2. Campurkan talk, kaolin, titanium dioksida, kalsium karbonat, magnesium stearat,
zink stearat dan pati beras ke dalam mortir, homogenkan.
3. Panaskan isopropil miristat dan oleil oleat di atas water bath
4. Campurkan keduanya secara perlahan
5. Tunggu hingga suhu campuran menurun, tambahkan pewarna dan pewangi.
6. Masukkan dalam cetakan
7. Beri kemasan (disiapkan sendiri) dan lakukan evaluasi sediaan

VI. CARA EVALUASI


1. Uji organoleptik
Penilaian organoleptik meliputi bentuk, tekstur, bau, dan warna
2. Uji Dispersi Warna
Diamati dispersi warna pada bedak, apakah homogen atau tidak.
3. Uji keretakan
Uji ini dilakukan dengan menjatuhkan bedak pada permukaan kayu
beberapa kali pada ketinggian 8-10 inci. Jika cake yang dihasilkan tidak
rusak, mengindikasikan bahwa kekompakannya telah lulus uji.

Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Solid


Tahun Ajaran 2021/2022
17

SABUN PADAT

I. TUJUAN
Memformulasi sediaan sabun transparan dan melakukan evaluasi sediaan.

II. DASAR TEORI


Menurut cara pembuatan dan bahan pembuatan, sabun didefinisikan sebagai
garam alkali dari rantai panjang trigliserida (asam lemak). Reaksi yang digunakan
dalam pembuatan sabun adalah saponifikasi. Dari definisi tersebut dapat diketahui
bahwa bahan dasar sabun adalah asam lemak dan alkali. Kedua bahan tersebut
direaksikan sehingga membentuk garam (padatan). Pada awalnya alkali yang
digunakan adalah sodium hidroksida dan sabun yang terbentuk adalah sabun padat.
Namun belakangan digunakan alkali lain yaitu kalium hidroksida (KOH) sehingga
sabun yang dihasilkan berbentuk cair. Namun seiring perkembangan jaman, sabun
dasar jarang digunakan. Sebagai gantinya digunakan turunan dari sabun dasar berupa
surfaktan (bahan aktif permukaan). Surfaktan dipandang lebih praktis dalam aplikasi
pembuatan pembersih termasuk sabun, terutama deterjen.
Sabun adalah salah satu produk yang sangat penting serta diperlukan pada
kehidupan sehari-hari. Sabun juga mempunyai pengertian sebagai bahan pembersih
yang dapat digunakan dengan air untuk membersihkan serta mencuci pada setiap
hari. Pada dasarnya sabun terbuat dari bahan dasar dari lemak (fatty acid) serta basa
kuat yang melalui proses uji kimia yang biasanya disebut reaksi substitusi. Reaksi
substitusi ini merupakan sebuah reaksi atom/gugus atom, secara khusus reaksi dari
substitusi pada proses pembuatan sabun ini di sebut Reaksi saponifikasi atau yang
biasa disebut penyabunan. Sabun merupakan salah satu kelengkapan mandi yang
harus ada di dalam kamar mandi. Hampir setiap orang mempunyai sabun mandi
dirumahnya masing-masing dan hampir semua orang bisa dipastikan selalu
menggunakan sabun mandi ketika mandi.

Macam-Macam Bentuk Dari Sabun :


o Sabun dengan bentuk batang atau cetakan yang padat adalah bentuk sabun secara
umum. Biasanya sabun ini kita gunakan untuk mandi sehari-hari.
o Sabun berbentuk cair : biasanya sabun ini digunakan untuk cuci piring, cuci tangan
serta untuk anak-anak.
o Sabun dengan bentuk busa atau biasa disebut foam : sabun yang satu ini biasanya
digunakan untuk membersihkan wajah.
o Sabun dengan bentuk krim atau gel : sabun ini biasanya digunakan untuk mencuci
peralatan dapur, sabun colek serta sabun untuk mencuci wajah.
o Sabun dengan bentuk serbuk atau yang biasanya sering kita sebut sebagai deterge
n : sabun ini biasanya digunakan untuk mencuci pakaian. Kandungan asam benzen
e sulfonat merupakan bahan dasar untuk membuat sabun ini.

Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Solid


Tahun Ajaran 2021/2022
18

Jenis-Jenis Sabun :
 Sabun transparan : sabun yang satu ini mempunyai kadar yang sangat ringan, sehi
ngga sabun ini sangat cocok sekali digunakan untuk semua kulit. Sabun ini juga me
mpunyai sifat yang mudah larut jadi sangat cocok sekali digunakan dalam kehidup
an sehari-hari.
 sabun Foam : sabun yang satu ini mempunyai manfaat untuk membersihkan wajah
secara sempurna. Kemasan sabun ini sangatlah fleksibel sehingga sangat nyaman
untuk dibawa sehari-hari.
 Sabun scrub : sabun ini mempunyai tekstur scrub yang sedikit kasar. Sabun ini me
mpunyai manfaat untuk membersihkan serta mengangkat sel kulit mati, sehingga
wajah anda akan nampak semakin cerah. Namun jangan memakai sabun ini terlalu
sering karena dapat membuat kulit muka menjadi kering.
 Sabun Acne : sabun ini sangat cocok bagi anda yang sedang mengalami masalah jer
awat. Karena sabun ini memang diformulisasikan secara khusus untuk membunuh
sel jerawat yang membandel.
 Sabun natural atau alami : sabun ini berbahan dasar dari tumbuhan yang alami sep
erti kandungan buah-buahan, aloe vera serta minyak essensial.

Proses Pembuatan Sabun


Dalam pembuatan sabun terdapat beberapa metode untuk proses pembuatan sabun
secara umum adalah sebagai berikut :

1. Hidrolisa
a. Proses Batch
Pada proses batch lemak atau minyak yang dipanaskan di dalam reaktor batch
dengan menambahakn NaOH, lemak tersebut dipanaskan sampai bau NaOH
tersebut hilang. Seletah terbentuk endapan lalu didinginkan kemudian endapan
dimurnikan dengan menggunakan air dan diendapkan lagi dengan garam,
kemudian endapan tersebut direbus dengan air sehingga terbentuk campuran
halus yang membentuk lapisan homogen yang mengapung dan terbentuklah sabun
murah.

b. Proses Kontinu
Pada proses kontinu secara umum yaitu lemak atau minyak dimasukkan kedalam
reaktor kontinu kemudian dihidrolisis dengan menggunakan katalis sehingga
menghasilkan asam lemak dengan gliserin. Kemudian dilakukan peyulingan
terhadap asam lemak dengan menambahkan NaOH sehingga terbentuk sabun.

Metode Pembuatan Sabun


Berdasarkan reaksi yang terjadi, ada 4 macam metode pembuatan sabun yaitu
sebagai berikut (Y.H.Hui,1996) :

1. Metode Pendidihan Penuh


Proses pendidihan penuh pada dasarnya sama dengan proses batch yaitu
minyak/lemak dipanaskan di dalam ketel dengan menambahkan NaOH yang telah
dipanaskan, selanjutnya campuran tersebut dipanaskan sampai terbentuk pasta
kira-kira setelah 4 jam pemanasan. Setelah terbentuk pasta ditambahkan NaCl (10-
12%) untuk mengendapan sabun. Endapan sabun dipisahkan dengan
menggunakan air panas dan terbentuklah produk utama sabun dan produk
samping gliserin.

Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Solid


Tahun Ajaran 2021/2022
19

2. Metode semi pendidihan


Pada metode semi pendidihan, semua bahan yaitu minyak/lemak dan alkali
langsung dicampur kemudian dipanaskan secara bersamaaan. Terjadilah reaksi
saponifikasi. Setelah reaksi sempurna ditambah sodium silikat dan sabun yang
dihasilkan berwarna gelap.

3. Metode dingin
Pada metode dingin semua bahan yaitu minyak, alkali, dan alkohol dibiarkan
didalam suatu tempat/bejana tanpa dipanaskan (temperatur kamar,250C). Reaksi
antara NaOH dan uap air (H2O) merupakan reaksi eksoterm sehingga dapat
menghasilkan panas. Panas tersebut kemudian digunakan untuk mereaksikan
minyak/lemak dan NaOH/alkohol. Proses ini memerlukan waktu untuk reaksi
sempurna selama 24 jam dan dihasilkan sabun berkualitas tinggi.
Adapun syarat-syarat terjadinya proses dingin adalah sebagai berikut :
• Minyak/lemak yang digunakan harus murni
• Konsentrasi NaOH harus terukur dengan teliti
• Temperatur harus terkontrol dengan baik

4. Metode netral
Prinsip dasar dari metode netral adalah minyak/lemak ditambah NaOH sehingga
terjadi reaksi saponifikasi dan dihasilkan sabun dan gliserin. Sabun yang
dihasilkan tidak bersifat netral sehingga tidak dapat menghasilkan busa yang
banyak. Oleh karena itu, perlu dilakukan penetralan dengan menambahkan Na2CO3

III.ALAT DAN BAHAN


1. Alat:
a. Timbangan e. Sudip
b. Mortir dan stamper / mixer f. Cetakan
c. Gelas ukur g. Water bath
d. Beker glas
2. Bahan yang digunakan:
Sama seperti formula di bawah

IV. FORMULA

Formula 1 Formula 2
Minyak kelapa a% Minyak kelapa 20% Etanol 16%
Minyak sereh b% Minyak sereh 1% TEA 4%
Asam stearat c% Asam stearat 6,5% Asam sitrat 3%
Gliserin d% Gliserin 9,8% Gula 5%
NaOH 30% 20% Texapon 7%
NaOH e%
NaCl 0,2%
NaCl f%
Air ad 100%
Air ad 100%

Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Solid


Tahun Ajaran 2021/2022
20

V. CARA PEMBUATAN
FORMULA 1
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Timbang air dan NAOH/KOH, sesuai dengan resep. Larutkan NAOH/KOH ke dalam
air sejuk/dingin (jangan menggunakan wadah aluminium). Gunakan stainless
steel, gelas pyrex atau plastic-poliprolen). Jangan menuangkan air ke NAOH/KOH.
Tuangkan NAOH/KOH ke dalam air sedikit demi sedikit. Aduk hingga larut.
Pertama-tama larutan akan panas dan berwarna keputihan. Setelah larut
semuanya, simpan di tempat aman untuk didinginkan sampai suhu ruangan. Akan
didapatkan larutan yang jernih.
3. Timbang minyak (minyak kelapa/sawit/zaitun/jagung/kedelai, dll) sesuai dengan
resep.
4. Tuangkan minyak yang sudah ditimbang ke dalam blender/mortir stamfer.
5. Hati-hati tuangkan larutan NAOH/KOH ke dalam minyak.
6. Pasang cover blender, taruh kain di atas cover tadi untuk menghindari cipratan
dan proses pada putaran terrendah. Hindari jangan sampai menciprat ke muka
atau badan anda. Hentikan blender dan periksa sabun untuk melihat tahap “trace”.
“trace” adalah kondisi dimana sabun sudah terbentuk dan merupakan akhir dari
proses pengadukan. Tandanya adalah ketika campuran sabun mulai mengental.
Apabila disentuh dengan sendok, maka beberapa detik bekas sendok tadi masih
membekas, itulah mengapa dinamakan “trace”.
7. Pada saat “trace” tadi anda bisa menambahkan pengharum, pewarna atau aditif.
Aduk beberapa detik kemudian hentikan putaran blender.
8. Tuang hasil sabun ini ke dalam cetakan (disiapkan sendiri). Tutup dengan kain
untuk insulasi. Simpan sabun dalam cetakan tadi selama satu hingga dua hari.
Kemudian keluarkan dari cetakan, potong sesuai selera. Simpan sekurang-
kurangnya 3 minggu sebelum dipakai.

FORMULA 2

Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Solid


Tahun Ajaran 2021/2022
21

VI. EVALUASI SEDIAAN


a. Uji organoleptis : bentuk dan tekstur, aroma dan warna
b. Uji homogenitas :sabun dipotong, diamati permukaannya
c. Uji pH : sabun dibasahi sedikit dengan air, uji pH dengan pH METER
d. Uji pembentukan busa: sabun dibasahi dengan air, amati apakah terbentuk busa
atau tidak

VII. TUGAS MANDIRI


1. Jeskan perkembangan sediaan kosmetik sekarang ini!
2. Era sekarang terdapat bermacam2 jenis lipstik di pasaran, salah satunya adalah
“lipstick matte”. Jelaskan apa bedanya dengan lipstick pada umumnya!
3. Di masa pandemic sekarang ini penggunaan sabun sangat menunjang sekali.
Jelaskan apa maksudnya dan lebih efektif sabun dalam bentuk cair atau padat,
pertimbangkan dari segala sisi!

Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Solid


Tahun Ajaran 2021/2022
22

BAB III
GRANUL EFERVESEN

I. TUJUAN
1. Melakukan formulasi sediaan granul efervesen.
2. Melakukan evaluasi sediaan granul efervesen.

II. DASAR TEORI


Granul efervesen merupakan suatu campuran obat dengan basis efervesen.
Campuran basis efervesen yang dimaksud adalah sodium bikarbonat, asam sitrat,
asam tartrat, ketika ditambahan air akan menghasilkan buih yang menghasilkan
efervesen.

III.ALAT DAN BAHAN


a. Alat yang digunakan
1. Gelas ukur
2. Lumpang dan mortir
3. Baskom
4. Pipet tetes
5. Timbangan
6. Sudip
7. Ayakan

b. Bahan yang digunakan


1. Metronidazole 7. Eudragit E-100
2. Mentol 8. Aseton
3. Sodium bicarbonat 9. Asam sitrat
4. Asam tartrat 10. Setil alkohol
5. PVA 11. PEG
6. IPA

IV. FORMULA

FORMULA
Sodium bicarnonat
Asam sitrat a%
Asam tartrat b%
Metronidazole d%
PEG 4000 e%

Buatlah 20 g

Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Solid


Tahun Ajaran 2021/2022
23

V. CARA PEMBUATAN
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Timbang semua bahan
3. Semua bahan (kecuali binder) dilewatkan pada ayakan no 18
4. Tambahkan binder pada campuran diatas
5. Kemudian panaskan pada suhu 50-800 C
6. Dinginkan pada suhu kamar
7. Lewatkan pada ayakan dengan nomor ayakan yang lebih kecil dari 18 untuk
mendapatkan granul yang baik
8. Keringkan granul pada suhu tidak lebih dari 600 C
9. Lakukan pengujian terhadap granul yang sudah jadi

VI. CARA EVALUASI


a. Organoleptis : pengamatan terhadap bentuk, warna, bau
b. Uji waktu alir Granul (Carr Index)
Timbang granul kering sebanyak 100 gram. Masukkan ke dalam
corong pada alat flowability tester melalui tepi, kemudian buka tutup pada
bagian tepi bawah corong sambil menekan tombol start waktu perhitungan
pada stop watch. Biarkan granul mengalir melewati corong. Syarat : Watu
alir tidak lebih dari 10 detik (Siregar et al., 1992 : 39).
c. Sudut Diam
Sudut diam dihitung dengan mengatur diameter dan tinggi tumpukan
granul yang keluar dari mulut corong. Ukur tinggi kerucut dan diameter yang
terbentuk.
Tan α =
Keterangan :
α = sudut diam
h = tinggi dari kerucut granul yang terbentuk
r = jari-jari permukaan kerucut
Syarat : sudut diam tidak lebih besar dari 40° (Lachman et al., 1994 : 685).
d. Effervescence Cessation Time
100 mL air dimasukkan dalam beker 250 mL, masukkan sejumlah granul
efervesen ke dalam beker. Catat waktu selama buih yang terjadi.

VII. TUGAS MANDIRI


1. Cari cara lain pembuatan granul efervesen selain yang tersebut di petunjuk
praktikum! Jelaskan definisi dan cara kerjanya!

Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Solid


Tahun Ajaran 2021/2022
24

BAB IV
TABLET METODE GRANULASI BASAH

I. TUJUAN
1. Melakukan formulasi sediaan tablet Paracetamol dengan metode granulasi basah.
2. Melakukan evaluasi sediaan tablet.

II. DASAR TEORI


A. GRANULASI
Sifat alir granul memegang peranan penting dalam pembuatan tablet.
Apabila granul mudah mengalir, maka tablet yang dihasilkan mempunyai
keseragaman bobot yang baik.
Faktor-faktor yang menentukan sifat alir serbuk/granul adalah: kerapatan
jenis, porositas, bentuk partikel, ukuran partikel, kondisi percobaan dan
kandungan lembab.
Sifat alir serbuk ditetapkan dengan dua cara :
1. Metode langsung, yaitu dengan mengukur secara langsung kecepatan alir
sejumlah serbuk. Misalnya metode corong atau metode timbang
2. Metode tidak langsung, yaitu dengan mengukur parameter sudut diam, atau
dengan metode pengetapan. Pengukuran sifat alir granul dengan metode
corong dipengaruhi oleh beberapa kondisi pengamatan seperti: berat granul,
diameter corong, ukuran partikel, panjang tongkai corong, cara penuangan
sampel, dan pengaruh getaran luar.
Untuk sejumlah berat granul yang sama, makin cepat waktu alirnya maka
sifat alir serbuk semakin baik.
Pembuatan tablet dapat dikerjakan dengan tiga macam metode :
1. Granulasi basah
2. Granulasi kering
3. Cetak langsung
Metode granulasi basah dilakukan dengan mencampur bahan obat
dengan bahan pengisi, kemudian ditambahkan bahan pengikat sampai terjadi
masa granul yang baik. Massa granul kemudian dikeringkan dalam almari
pengering/oven dengan maksud untuk menghilangkan air yang terkandung
dalam granul dengan cara pemanasan. Kandungan air granul harus berada pada
rentang 3-5% (Voight, 1994) dan tidak boleh terlalu basah atau terlalu kering.
Pada proses pengeringan terjadi transfer panas dan transfer massa yang
berlangsung secara bersamaan. Transfer massa berupa pindahnya air dari granul
dan menguap air dari atas permukaan granul. Bergeraknya air dalam granul ke
permukaan disebut juga migrasi. Migrasi obat selama proses pengeringan dapat
mengakibatkan dehomogenisasi. Artinya distribusi obat di dalam granul yang
sehabis pencampuran dengan bahan pengikat merata di semua bagian menjadi
tidak merata lagi. Faktor yang mempengaruhi dalam proses migrasi ini adalah

Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Solid


Tahun Ajaran 2021/2022
25

:suhu pengeringan, ukuran partikel bahan pengisi, visikositas bahan pengikat,


cara pengeringan.
Pada saat proses pengeringan berlangsung terjadi perpindahan panas dan
perpindahan massa. Panas berasal dari ruangan almari pengering dan masuk ke
dalam partikel granul. Sedangkan perpindahan massa berupa difusi air dari
dalam granul ke permukaan, untuk kemudian berubah menjadi uap dan lepas
mengikuti aliran udara kering.
Pencampuran merupakan proses penting dalam fabrikasi tablet, baik
pada metode granulasi basah, kering maupun pada cetak langsung. Begitu
pentingnya proses pencampuran ini maka bagi orang yang terkait dengan
fabrikasi tablet harus dapat mengerti secara baik, agar hasil akhir tablet dapat
memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
Pencampuran dapat berupa:
1. Pencampuran antar partikel padat, misalnya antar bahan obat dengan bahan
pengisi, granul dengan bahan pelicin
2. Pencampuran padatan-cairan, yaitu pada penambahan bahan pengikat pada
massa serbuk (metode granulasi basah)
3. Pencampuran dengan cairan dengan cairan lain.
Salah satu proses pencampuran antar partikel padat lazim dikenal
dengan pencampuran secara acak. Pencampuran ini merupakan proses statistik
dimana sejumlah partikel-partikel komponen penyusun campuran dipisah dan
digabung kembali secara berulang kali sampai setiap partikel pada setiap saat
mempunyai kesempatan untuk berada pada suatu tempat di dalam
campurannya.
Ada tiga macam mekanisme pencampuran acak :
1. Diffusion Mixing: redistribusi partikel karena gerakan-gerakan acak partikel
secara individu.
2. Convection Mixing: gerakan segerombol partikel dari suatu tempat ke tempat
lain di dalam campuran.
3. Shear Mixing: perubahan konfigurasi komponen penyusun serbuk karena
terbentuknya lapisan partikel yang menggelincir.
Pencampuran acak terjadi karena dua kelompok partikel atau lebih
bergerak memisah dan menyusun kembali secara terus menerus sampai
didapatkan campuran yang homogen. Dalam campuran acak tidak ada gaya tarik
menarik antar partikel seperti gaya elektrostatik dan gaya adhesi lain.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap homogenitas campuran
serbuk, antara lain: bobot jenis, ukuran partikel, bentuk partikel, perbandingan
jumlah komponen penyusun, macam dan ukuran mixer, lama pencampuran dan
kecepatan perputaran alat.

B. TABLET
Tablet adalah sediaan padat kompak yang dibuat secara kempa cetak
dalam tabung pipih atau serkuler, kedua permukaannya rata atau cembung,
mengandung satu jenis bahan obat atau lebih dengan atau tanpa bahan

Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Solid


Tahun Ajaran 2021/2022
26

tambahan. Pada umumnya tablet dibuat dengan penambahan bahan tambahan


seperti bahan pengisi, pengikat, penghancur dan pelicin.
Untuk memperoleh tablet yang baik dan memenuhi persyaratan
Farmakope Indonesia Pustaka lainnya, bahan baku yang akan dibuat tablet harus
memenuhi sifat-sifat sebagai berikut :
1. Mudah mengalir
2. Mudah dikempa
3. Mudah lepas dari cetakan
4. Mudah melepaskan bahan obatnya
Kebanyakan bahan baku tidak memiliki sifat-sifat seperti tersebut di atas. Agar
dapat dikempa maka perlu digranulasi terlebih dahulu. Granul yang baik
mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
1. Bentuk partikel sferis
2. Mempunyai kurva distribusi normal
3. Bahan-bahan penyusun tablet tercampur baik
4. Mudah dikempa
Macam-macam bahan tambahan (eksipien):
1. Bahan Pengisi (dilluents/filler)
Bahan pengisi diperlukan apabila dosis obat tidak cukup untuk membuat
bulk. Bahan pengisi berfungsi untuk memperbaiki sifat alir dan berfungsi
sebagai bahan pengikat sehingga dapat dikempa atau memacu aliran.
Pemilihan dari bahan pengisi sebagian berdasarkan pengalaman si pembuat
waktu membuat tablet lain dan biaya pembuatan serta kecocokan obat
dengan bahan pembantu lainnya dalam formula. Contoh bahan pengisi :
laktosa, glukosa, mikrokristalin sellulosa, kaolin, kalsium sulfat dihidrat,
amylum dan kalsium dihidrogen fosfat.
2. Bahan Pengikat (binder)
Bahan pengikat memegang peran penting dalam pembuatan granul. Bahan
ini akan menentukan keseragaman ukuran granul, kekerasan tablet, waktu
hancur tablet, dissolusi, compressibility, density granul dan kemungkinan
terjadinya migrasi bahan obat. Bahan pengikat dapat ditambahkan, baik
dalam bentuk kering maupun cairan dalam proses granulasi basah atau
menaikkan kekompakan kohesi bagi tablet cetak langsung. Unsur pengikat
dalam tablet juga membantu merekatkan granul satu dengan
lainnya,menjaga kesatuan tablet setelah di kompresi.
Contoh bahan pengikat : Mucilago PGA sampai 20%, Sol. Gelatin 5-20%,
Larutan glukosa sampai 50 %, Mucilago amilli 5-10%, larutan sukrosa
sampai 70%, larutan PVP 2-10%.
3. Bahan Penghancur (desintegrant)
Bahan penghancur merupakan bahan atau campuran bahan yang dapat
menyebabkan tablet hancur ketika tablet kontak dengan cairan saluran
pencernaan. Selain itu, bahan penghancur juga dapat berfungsi menarik air
ke dalam tablet, mengembang dan menyebabkan tablet pecah menjadi
bagian-bagian.

Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Solid


Tahun Ajaran 2021/2022
27

Metode penambahan bahan penghancur ada tiga macam :


a. Penambahan eksternal: bahan penghancur ditambahkan bersama-sama
dengan bahan pelicin pada granul kering yang sudah diayak. Jadi proses
penambahan bahan penghancur setelah (dan diluar) proses granulasi
basah. Cara ini mempunyai tujuan agar tablet dapat pecah menjadi granul
setelah kontak dengan air.
b. Penambahan internal: proses penambahan bahan penghancur dilakukan
sebelum proses granulasi (basah) dengan demikian bahan penghancur
dicampur bersama-sama dengan bahan obat dan bahan pengisi untuk
kemudian ditambah bahan pengikat dan dibuat granul. Penambahan
bahan penghancur secara internal dimaksudkan agar bahan tersebur
dapat menghancurkan granul menjadi partikel-partikel serbuk penyusun.
c. Penambahan secara kombinasi eksternal-internal. Merupakan cara
perpaduan dari dua teknik pencampuran internal dan eksternal. Dalam
cara perpaduan ini sebagian lbahan penghancur ditambahkan secara
internal dan sebagian lagi secara eksternal . Diharapkan dengan cara ini
efektivitas penghancuran tablet lebih baik, dalam arti tablet dengan
mudah dapat pecah menjadi granul dan selanjutnya granul akan hancur
menjadi partikel penyusun.
Contoh : Amylum kering 5-15%, PVP, NA. Amilum glikolat, Amberlite 5%,
elcema, mikrokristalin sellulosa, dll
4. Bahan pelicin atau pelincir:
Bahan pelicin digunakan untuk memacu aliran serbuk atau granul dengan
jalan mengurangi gesekan antar partikel. Sebagian besar bahan pelicin juga
dapat berfungsi sebagai bahan pelicin (lubricant) maupun anti lengket (anti
adherent). Bahan pelincir merupakan bahan atau campuram bahan yang
berfungsi untuk mempercepat aliran granul dalam corong ke dalam rongga
cetakan, mencegah melekatnya granul pada punch dan cetakan, selama
pengeluaran tablet mengurangi pergesekan antara tablet dan dinding
cetakan ketika tablet dilemparkan dari mesin dan memberikan rupa yang
bagus pada tablet yang sudah jadi. Hal-hal yang harus diperhatikan pada
penggunaan lubricant adalah ukuran partikel lubricant (umumnya 80-100
mesh), lama waktu pencampuran, karena dapat menyebabkan kenaikan
waktu hancur dan menurunkan kadar disolusi obat (lama penghancuran
maksimum 5 menit). Contoh: talk, Mg/As. Stearat, koloidal silika, PEG 4000-
6000, Na. Lauryl sulfat, amylum jagung.

III. ALAT DAN BAHAN


a. Alat yang digunakan
- Gelas ukur - Sudip
- Lumpang & alu - Baskom
- Pipet tetes - Oven
- Timbangan digital - flowability tester
- Ayakan No 18 dan 20 - tapped density tester (manual)

Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Solid


Tahun Ajaran 2021/2022
28

- Bekerglass - hardness tester


- Jangka sorong - friability tester
- Disintegration tester - dissolution tester
- Spektrofotometer UV-VIS - loyang
- Mesin cetak tablet - tabung reaksi
- Pipet volume 5,0 mL

b. Bahan yang digunakan


- Paracetamol - Nipagin
- PVP/Avicel - Talkum
- Amylum maydis - Magnesium stearat
- Amylum maydis - Polivinil alkohol
- Sorbitol - Larutan glukosa
- Laktosa - Pati jagung

IV. FORMULA
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3
Paracetamol 250 mg Paracetamol 250 mg Paracetamol 250 mg
Muc. Amylum maydis a% Muc. Amylum maydis a% Polivinil alkohol a%
Amylum protab b% PVP b% PVP b%
Nipagin c% Nipagin c% Nipagin c%
Talkum d% Talkum d% Talkum d%
Mg. Stearat e% Mg. Stearat e% Mg. Stearat e%
Amylum maydis ad 500 mg Avicel ad 500 mg MCC ad 500 mg
Kelompok 4 Kelompok 5 Kelompok 6
Paracetamol 250 mg Paracetamol 250 mg Paracetamol 250 mg
Sorbitol a% PVP a% Larutan glukosa a%
PVP b% Avicel b% Pati jagung b%
Nipagin c% Nipagin c% Nipagin c%
Talkum d% Talkum d% Talkum d%
Mg. Stearat e% Mg. Stearat e% Mg. Stearat e%
Amylum maydis ad 500 mg Amylum maydis ad 500 mg Laktosa ad 500 mg
Buatlah tablet sebanyak 150 tablet

V. CARA PEMBUATAN
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Timbang semua bahan.
3. Paracetamol 500 mg, Nipagin, Amylum maydis masukan baskom/mortir kemudian
basahi dengan Muc. Amylum sampai terbentuk massa yang siap digranulasikan
4. Ayak adonan dengan ayakan No.14/12. Catat Mc. Amylum maydis yang digunakan
5. Timbang granul basah, kemudian masukan granul yang terbentuk ke dalam loyang
kemudian simpan dalam oven pada suhu 40–60o C sampai kering (dicek uji kadar
airnya).
6. Setelah kering, ayak kering dengan ayakan No. 14/18 kemudian timbang. Lakukan
uji kecepatan alir dan pengetapan.
7. Setelah selesai pengujian granul, timbang berat granul seluruhnya catat.

Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Solid


Tahun Ajaran 2021/2022
29

8. Tambahkan separuh sisa amilum protab dan talkum ke dalam granul kering yang
sudah ditimbang, campur homogen, kemudian cetak menjadi tablet dengan berat
700 mg/tablet sebanyak 250 tablet.
9. Lakukan uji fisik terhadap tablet paracetamol yang sudah jadi.

Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Solid


Tahun Ajaran 2021/2022
30

VI. CARA EVALUASI


1. Sifat fisik granul
a. Uji kadar air
Timbang granul kering 4 g, dimasukkan ke dalam alat pengukur MC. Tutup alat MC
sampai alat membaca kadar lembab serbuk secara otomatis. Setelah selesai, buka
penutupnya catat kadar lembab granul dan volume penyusutan bobot granul.
Syarat : Kadar lembab granul 2-4% (Lachman et al., 1994)
b. Waktu alir
Sebanyak 100 g granul diletakkan pada alat uji. Waktu diamati dengan stopwatch
dan dimulai pada saat dibuka lubang corong hingga seluruh granul mengalir
melewati lubang corong.
Syarat: hasil pengujian dikatakan memenuhi syarat free flowing apabila kecepatan
alir granul tidak lebih dari 10 detik untuk sampel seberat 100 g (Siregar, 2008).
c. Sudut diam
Sudut diam dihitung dengan mengatur diameter dan tinggi tumpukan granul yang
keluar dari mulut corong. Ukur tinggi kerucut dan diameter yang terbentuk.
Tan α =
Keterangan :
α = sudut diam
h = tinggi dari kerucut granul yang terbentuk
r = jari-jari permukaan kerucut
Syarat: sudut diam tidak lebih besar dari 40° (Lachman et al., 1994: 685) atau
serbuk bersifat mudah mengalir (free flowing) apabila memiliki sudut diam kurang
dari 300 (Siregar, 2008).
d. Pengetapan
Granul dimasukkan ke dalam gelas ukur sampai volume 100 mL (Vo), ditimbang
berat granulnya, dilakukan pengetapan dengan alat tapped density tester hingga
volume granul konstan. Hasil pengujian dihitung persentase selisih volume granul
tanpa dimampatkan terhadap volume setelah pemampatan (Siregar, 2008).

2. Sifat fisik tablet


a. Keseragaman bobot
Uji keseragaman bobot dilakukan dengan ketentuan dan persyaratan yang tertera
pada Farmakope Indonesia edisi III.
Prosedur penentuan keseragaman bobot tablet :
Timbang 20 tablet, dihitung bobot rata-rata tiap tablet. Jika ditimbang satu
persatu, tidak lebih dari 2 tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang lebih
dari bobot rata-rata yang ditetapkan pada kolom A dan tidak ada satu tablet pun
yang menyimpang dari harga kolom B.

Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Solid


Tahun Ajaran 2021/2022
31

Tabel 1. Penyimpangan Bobot Rata-rata


Bobot rata – rata Penyimpanan bobot rata- rata
tablet ( dalam %)
A B
< 25 mg 15 30
26-150 mg 10 20
151-300 mg 7,5 15
>300 mg 5 10

b. Keseragaman ukuran
Uji keseragaman ukuran tablet dilakukan menggunakan jangka sorong.
Prosedur penentuan keseragaman ukuran tablet :
20 tablet diukur tebal dan diameternya satu persatu. Dibaca pada skala yang
ditunjukkan. Hitung reratanya.
Syarat: Diameter tablet tidak lebih dari dan tidak kurang dari satu sepertiga kali
ketebalan tablet ( Anonim, 1979 : 7).
c. Kekerasan
Uji kekerasan tablet menggunakan alat “Hardness Tester”.
Prosedur penentuan kekerasan tablet :
10 Tablet secara acak dan letakkan dalam posisi berdiri diujung penekanan.
Diatur tekanan hingga tablet kokoh ditempatnya dan petunjuk skala pada posisi
nol, kemudian sekrup diputar terus sampai tabletnya pecah. Pada alat dibaca
angkanya.
Syarat: Lebih dari 4 kg kekerasan yang dimiliki tablet. Antara 4-8 kg (Ansel, 1989 :
225).
d. Kerapuhan
Uji kerapuhan tablet dilakukan menggunakan alat “ Friability Tester”.
Prosedur penentuan kerapuhan tablet :
Bersihkan 20 tablet dari debu dan ditimbang (W awal). Masukkan ke dalam alat uji
dan putar selama 4 menit atau sebanyak 100 putaran. Keluarkan tablet dari alat
dan bebas debukan, kemudian ditimbang seksama (W akhir).
Kerapuhan =Wawal – Wakhirx 100 %
W awal
Syarat: Tablet yang baik jika kerapuhannya kurang dari 0,8 % ( Voight, 1994 : 222)

e. Wancur hancur
Uji waktu hancur dilakukan dengan ketentuan dan persyaratan Farmakope
Indonesia edisi III menggunakan alat uji “Desintegration Tester”.
Prosedur penentuan waktu hancur tablet :
Sejumlah 6 tablet dimasukkan dalam masing-masing tabung pada desintegration
tester. Alat tersebut dimasukkan dalam gelas yang berisi air kurang lebih 1000 ml
suhu 37°C, kemudian tabung dinaik-turunkan. Tablet dinyatakan hancur jika tidak
ada bagian yang tertinggal diatas kasa, kemudian catat lama hancurnya tablet.

Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Solid


Tahun Ajaran 2021/2022
32

Syarat : Waktu hancur tablet tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak bersalut
dan tidak lebih dari 60 menit untuk tablet bersalut gula dan selaput (Anonim, 1979
: 7).
f. Waktu larut
Disolusi dilakukan menggunakan alat tipe II pada suhu 37 ± 0,5 0C menggunakan
paddle dengan kecepatan 50 rpm. Medium yang digunakan adalah larutan dapar
fosfat pH 5,8, sebanyak 900 mL. Pengambilan Tablet vitamin C dilakukan pada 5;
10; 15; 20, 25 dan 30 menit sebanyak 5 mL dari medium dan volume pengambilan
diganti dengan medium baru sejumlah sampel yang diambil. Tablet paracetamol
yang diambil dianalisa menggunakan spektrofotometer UV-VIS pada panjang
gelombang 243 nm. Persyaratan untuk disolusi adalah tidak kurang dari 80% (Q)
dari jumlah paracetamol yang terlarut dalam waktu 30 menit (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 2014).

VII. TUGAS MANDIRI


1. Carilah rumus perhitungan pengetapan/carr index/kompresibilitas/hausner ratio!

Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Solid


Tahun Ajaran 2021/2022
33

BAB V
TABLET METODE KEMPA LANGSUNG

I. TUJUAN

1. Melakukan formulasi sediaan tablet Vitamin C dengan metode kempa langsung.


2. Melakukan evaluasi sediaan tablet.

II. DASAR TEORI


Metode kempa langsung adalah metode pembuatan tablet tanpa proses
granulasi dan memerlukan bahan tambahan yang sesuai sehingga dapat
memungkinkan untuk dikempa secara langsung (Hadisoewignyo dan Fudholi, 2013).
Tablet dikempa langsung dari campuran serbuk zat aktif dan eksipien yang sesuai
(termasuk pengisi, disintegran, dan lubrikan), yang akan mengalir secara seragam ke
dalam lubang kempa dan membentuk suatu padatan yang kokoh (Siregar, 2008).
Proses kempa langsung dapat dilakukan apabila didukung oleh bahan tambahan
tablet yang memiliki sifat mudah mengalir dan mudah dikempa (Lachman dkk.,
1994).
Bahan pengisi yang digunakan dalam pembuatan tablet dengan metode kempa
langsung selain sebagai pengisi seringkali juga bersifat sebagai pengikat, sehingga
lebih dikenal dengan istilah pengisi-pengikat (filler-binder), hal ini erat hubungannya
dengan sifat yang dimiliki yaitu sifat alir dan kompaktibilitas yang baik
(Hadisoewignyo dan Fudholi, 2013). Kandungan air granul harus berada pada
rentang 3-5% (Voight, 1994) dan tidak boleh terlalu basah atau terlalu kering. Metode
cetak langsung tidak dilakukan pengeringan dalam oven, namun alangkah baiknya
dilakukan karakteristik di awal dari semua bahan meliputi kadar air, sifat alir dan
pengetapan, yang sesuai dengan persyaratan pada literatur.
Pencampuran merupakan proses penting dalam fabrikasi tablet, baik pada
metode granulasi basah, kering maupun pada cetak langsung. Begitu pentingnya
proses pencampuran ini maka bagi orang yang terkait dengan fabrikasi tablet harus
dapat mengerti secara baik, agar hasil akhir tablet dapat memenuhi persyaratan yang
ditetapkan.
Proses pencampuran pada metode kempa langsung dibagi menjadi 2 tahap
yaitu antara fase internal (zat aktif, bahan pengikat dan penghancur) dan fase
eksternal (bahan pelincir, pelicin).
Tablet adalah sediaan padat kompak yang dibuat secara kempa cetak dalam
tabung pipih atau serkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung
satu jenis bahan obat atau lebih dengan atau tanpa bahan tambahan. Pada umumnya
tablet dibuat dengan penambahan bahan tambahan seperti bahan pengisi, pengikat,
penghancur dan pelicin.
Untuk memperoleh tablet yang baik dan memenuhi persyaratan Farmakope
Indonesia Pustaka lainnya, bahan baku yang akan dibuat tablet harus memenuhi sifat-
sifat sebagai berikut :

Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Solid


Tahun Ajaran 2021/2022
34

1. Mudah mengalir
2. Mudah dikempa
3. Mudah lepas dari cetakan
4. Mudah melepaskan bahan obatnya
Kebanyakan bahan baku tidak memiliki sifat-sifat seperti tersebut di atas. Agar
dapat dikempa maka perlu digranulasi terlebih dahulu. Granul yang baik mempunyai
sifat-sifat sebagai berikut :
1. Bentuk partikel sferis
2. Mempunyai kurva distribusi normal
3. Bahan-bahan penyusun tablet tercampur baik
4. Mudah dikempa

III. ALAT DAN BAHAN

a. Alat yang digunakan


- Gelas ukur - Sudip
- Lumpang & alu - Baskom
- Pipet tetes - Oven
- Timbangan digital - flowability tester
- Ayakan No 18 dan 20 - tapped density tester (manual)
- Bekerglass - hardness tester
- Jangka sorong - friability tester
- Disintegration tester - dissolution tester
- Spektrofotometer UV-VIS - loyang
- Mesin cetak tablet - tabung reaksi
- Pipet volume 5,0 mL

b. Bahan yang digunakan


- Vitamin C - Nipagin
- PVP - Talkum
- Amylum maydis - Magnesium stearat
- Amylum manihot - Polivinil alkohol
- Laktosa - Pati jagung

IV. FORMULA
Kelompok 1,2 Kelompok 3,4 Kelompok 5,6
Vitamin C 200 mg Vitamin C 200 mg Vitamin C 200 mg
Polivinil alkohol a% Amilum maydis a% MCC a%
PVP b% PVP b% Nipagin c%
Nipagin c% Nipagin c% Talkum d%
Talkum d% Talkum d% Mg. Stearat e%
Mg. Stearat e% Mg. Stearat e% Laktosa ad 300 mg
Avicel ad 300 mg Avicel ad 170 mg

Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Solid


Tahun Ajaran 2021/2022
35

V. CARA PEMBUATAN
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Lakukan karakteristik semua bahan di awal meliputi kadar air, sifat alir dan
pengetapan.
3. Timbang semua bahan.
4. Campurkan fase internal (zat aktif, bahan penghancur dan pengikat) dengan fase
internal (bahan pelincir, pelicin) secara homogen.
5. Cetak menjadi tablet.
6. Lakukan uji fisik terhadap tablet vitamin C yang sudah jadi.

VI. CARA EVALUASI


1. Sifat fisik granul
a.Uji kadar air
Timbang granul kering 4 g, dimasukkan ke dalam alat pengukur MC. Tutup
alat MC sampai alat membaca kadar lembab serbuk secara otomatis. Setelah
selesai, buka penutupnya catat kadar lembab granul dan volume penyusutan
bobot granul.
Syarat : Kadar lembab granul 2-4% (Lachman et al., 1994)
b. Waktu alir
Sebanyak 100 g granul diletakkan pada alat uji. Waktu diamati dengan
stopwatch dan dimulai pada saat dibuka lubang corong hingga seluruh granul
mengalir melewati lubang corong.
Syarat: hasil pengujian dikatakan memenuhi syarat free flowing apabila
kecepatan alir granul tidak lebih dari 10 detik untuk sampel seberat 100 g
(Siregar, 2008).
c. Sudut diam
Sudut diam dihitung dengan mengatur diameter dan tinggi tumpukan
granul yang keluar dari mulut corong. Ukur tinggi kerucut dan diameter yang
terbentuk.
Tan α =
Keterangan :
α = sudut diam
h = tinggi dari kerucut granul yang terbentuk
r = jari-jari permukaan kerucut
Syarat: sudut diam tidak lebih besar dari 40° (Lachman et al., 1994: 685)
atau serbuk bersifat mudah mengalir (free flowing) apabila memiliki sudut diam
kurang dari 300 (Siregar, 2008).
d. Pengetapan
Granul dimasukkan ke dalam gelas ukur sampai volume 100 mL (Vo),
ditimbang berat granulnya, dilakukan pengetapan dengan alat tapped density
tester hingga volume granul konstan. Hasil pengujian dihitung persentase
selisih volume granul tanpa dimampatkan terhadap volume setelah
pemampatan (Siregar, 2008).

Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Solid


Tahun Ajaran 2021/2022
36

2. Sifat fisik tablet


a.Keseragaman bobot
Uji keseragaman bobot dilakukan dengan ketentuan dan persyaratan yang
tertera pada Farmakope Indonesia edisi III.
Prosedur penentuan keseragaman bobot tablet :
Timbang 20 tablet, dihitung bobot rata-rata tiap tablet. Jika ditimbang satu
persatu, tidak lebih dari 2 tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang
lebih dari bobot rata-rata yang ditetapkan pada kolom A dan tidak ada satu
tablet pun yang menyimpang dari harga kolom B.
Tabel 1. Penyimpangan Bobot Rata-rata
Bobot rata – rata Penyimpanan bobot rata- rata
tablet ( dalam %)
A B
< 25 mg 15 30
26-150 mg 10 20
151-300 mg 7,5 15
>300 mg 5 10
b. Keseragaman ukuran
Uji keseragaman ukuran tablet dilakukan menggunakan jangka sorong.
Prosedur penentuan keseragaman ukuran tablet :
20 tablet diukur tebal dan diameternya satu persatu. Dibaca pada skala yang
ditunjukkan. Hitung reratanya.
Syarat: Diameter tablet tidak lebih dari dan tidak kurang dari satu sepertiga
kali ketebalan tablet ( Anonim, 1979 : 7).
c. Kekerasan
Uji kekerasan tablet menggunakan alat “Hardness Tester”.
Prosedur penentuan kekerasan tablet :
10 Tablet secara acak dan letakkan dalam posisi berdiri diujung penekanan.
Diatur tekanan hingga tablet kokoh ditempatnya dan petunjuk skala pada
posisi nol, kemudian sekrup diputar terus sampai tabletnya pecah. Pada alat
dibaca angkanya.
Syarat: Lebih dari 4 kg kekerasan yang dimiliki tablet. Antara 4-8 kg (Ansel,
1989 : 225).
d. Kerapuhan
Uji kerapuhan tablet dilakukan menggunakan alat “ Friability Tester”.
Prosedur penentuan kerapuhan tablet :
Bersihkan 20 tablet dari debu dan ditimbang (W awal). Masukkan ke dalam alat
uji dan putar selama 4 menit atau sebanyak 100 putaran. Keluarkan tablet dari
alat dan bebas debukan, kemudian ditimbang seksama (W akhir).
Kerapuhan =Wawal – Wakhirx 100 %
W awal
Syarat: Tablet yang baik jika kerapuhannya kurang dari 0,8 % ( Voight, 1994 :
222)

Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Solid


Tahun Ajaran 2021/2022
37

e.Wancur hancur
Uji waktu hancur dilakukan dengan ketentuan dan persyaratan
Farmakope Indonesia edisi III menggunakan alat uji “Desintegration
Tester”.
Prosedur penentuan waktu hancur tablet :
Sejumlah 6 tablet dimasukkan dalam masing-masing tabung pada
desintegration tester. Alat tersebut dimasukkan dalam gelas yang berisi air
kurang lebih 1000 ml suhu 37°C, kemudian tabung dinaik-turunkan.
Tablet dinyatakan hancur jika tidak ada bagian yang tertinggal diatas kasa,
kemudian catat lama hancurnya tablet.
Syarat : Waktu hancur tablet tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak
bersalut dan tidak lebih dari 60 menit untuk tablet bersalut gula dan
selaput (Anonim, 1979 : 7).
f. Waktu larut
Disolusi dilakukan menggunakan alat tipe II pada suhu 37 ± 0,5 0C
menggunakan paddle dengan kecepatan 50 rpm. Medium yang digunakan
adalah akuademineralisata sebanyak 900 mL. Pengambilan Tablet vitamin
C dilakukan pada 5; 15; 25; 35 dan 45 menit sebanyak 5 mL dari medium
dan volume pengambilan diganti dengan medium baru sejumlah sampel
yang diambil. Tablet vitamin C yang diambil dianalisa menggunakan
spektrofotometer UV-VIS pada panjang gelombang 262 nm. Persyaratan
untuk disolusi adalah tidak kurang dari 75% dari jumlah vitamin c yang
terlarut dalam waktu 45 menit (Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, 2014).

VII. TUGAS MANDIRI


1. Jelaskan tujuan dilakukan uji disolusi pada sediaan tablet!

Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Solid


Tahun Ajaran 2021/2022
38

BAB VI
TRANSDERMAL PATCH

I. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat melakukan formulasi sediaan matriks patch transdermal
dengan zat aktif paracetamol, dan na.diklofenak.
2. Mahasiswa dapat melakukan evaluasi sediaan matriks patch transdermal.

II. DASAR TEORI


1. Penghantaran obat secara transdermal
Sediaan transdermal adalah salah satu bentuk sediaan farmasi yang
digunakan melalui permukaan kulit dan dimaksudkan untuk menghantarkan
obat secara sistemik menembus lapisan-lapisan kulit sampai mencapai sirkulasi
sistemik. Lapisan kulit yang harus dilalui obat meliputi stratum korneum sebagai
lapisan kulit terluar, epidermis, dan bagian dermis sebelum masuk ke dalam
pembuluh darah kemudian akan diedarkan secara sistemik ke seluruh bagian
tubuh (Kalluri dan Banga, 2011).
Penghantaran secara transdermal memiliki banyak keuntungan
dibandingkan dengan sediaan konvensional lainnya. Sediaan transdermal
memiliki keuntungan tidak mengalami first past metabolism, nyaman digunakan
oleh pasien, dan ketersediaan obat pada konsentrasi dalam plasma relatif lebih
lama (Helal dan Lane, 2014). Sediaan transdermal relatif mudah digunakan tanpa
memerlukan bantuan tenaga medis ataupun pihak lain. Sediaan transdermal juga
dirancang untuk digunakan sekali dalam satu hari ataupun beberapa hari.
Sediaan tipe patch dengan teknologi yang disebut sebagai matriks bahkan telah
dirancang untuk memberi kenyamanan kepada pasien yang dapat meningkatkan
kepatuhan pasien terhadap proses terapi (Subedi dkk., 2010). Tipe patch
semacam ini juga tidak mengganggu aktivitas keseharian pasien serta
memberikan penampilan fisik sediaan yang elegan, mempunyai bentuk yang
tipis, elastis, fleksibel, dan sedap dipandang dari sisi estetika (Nugroho, 2013).
2. Rute transpor obat secara transdermal
Transpor obat melalui kulit dapat melalui jalur transpor melewati
lapisan-lapisan kulit secara langsung dan atau jalur trans-appendagel atau shunt
pathways. Jalur transpor melalui kulit terjadi melalui serangkaian proses
penembusan obat melalui lapisan stratum korneum, lapisan epidermis, dan
lapisan dermis sebelum mencapai sirkulasi darah. Jalur trans-appendagel
merupakan transpor melalui pori-pori kulit yang meliputi kelenjar keringat,
kelenjar minyak dan pori-pori rambut (Nugroho, 2013). Lapisan-lapisan kulit
yang harus dilalui obat melalui jalur ini meliputi stratum korneum, epidermis,
dan dermis (McGrath dkk., 2004).
3. Bentuk-bentuk sediaan transdermal
Saat ini banyak dikembangkan penggunaan Transdermal Drug Delivery
pada kulit yang dapat menghantarkan obat sampai sirkulasi sistemik. Penemuan
pertama terapi dengan menggunakan sistem transdermal atau patch adalah obat

Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Solid


Tahun Ajaran 2021/2022
39

dengan kandungan skopolamin untuk motion sickness pada awal tahun 1980an.
Sediaan transdermal saat ini sudah dikembangkan untuk banyak produk obat
seperti klonidin, nikotin, skopolamin, nitrogliserin, estradiol, dan fentanil (Singh
dan Morris, 2011).
Komponen dasar Transdermal Drug Delivery System dapat dibagi menjadi :
a. Polimer matriks
Berperan dalam memberikan kekuatan dan dasar dari TDDS. Pemilihan polimer
sangat penting dalam sistem ini. Polimer harus stabil dan tidak bereaksi dengan
obat, mudah didapatkan dan dibuat menjadi sediaan, dan tidak mahal. Polimer
harus dapat membantu difusi obat dengan baik dan melepaskan obat. Komponen
lain dalam sistem ini adalah enhancer yang memberikan penghantaran obat
secara konsisten dan efektif di dalam produk. Polimer yang digunakan dalam
TDDS mengandung rate-controlling membrans, adhesive (pressure-sensitive
adhesive), backing layers, dan release liners (Singh dan Morris, 2011).
b. Obat
Penghantaran obat TDDS terjadi secara difusi pasif. Dosis yang digunakan
umumnya kecil dengan bobot molekul kurang dari 1000 Da, cukup larut dalam
pembawanya, nilai log P kurang dari 5, titik didih 200oC dan lipofilisitas perlu
diperhatikan dalam penghantaran dengan rute ini (Singh dan Morris, 2011).
c. Penetrasi enhancer
Merupakan bagian yang digunakan untuk meningkatkan permeabilitas kulit
dengan cara mengubah barrier kulit sehingga obat dapat terpenetrasi. Enhancer
ditambahkan dalam formula TDDS untuk memperbaiki kemampuan difusi dan
kelarutan obat melewati kulit. Enhancer membantu penetrasi ke jaringan dan
masuk ke sirkulasi sistemik. Sifat yang diinginkan dari penetrasi enhancer
melewati kulit adalah tidak mengiritasi, tidak terlalu peka oleh cahaya, tidak
fototoksik, dan non comedogenic, enhancer yang ideal bekerja secara cepat,
akifitas dan durasinya dapat diprediksi dan reproducible, tidak memiliki aktifitas
farmakologi di dalam tubuh (contohnya tidak dapat berikatan dengan sisi
reseptor, bekerja secara tidak langsung), menunjukkan compability dengan
formula, tidak berwarna, tidak berasa dan dapat digunakan dengan nyaman,
dapat larut pada kulit.
d. Plasticizer
Plasticizer juga banyak digunakan dalam formula dengan konsentrasi 5-20%.
Bertanggungjawab pada kemampuan pelekatan film pada membran dan
memberikan kekuatan pada film. Beberapa contoh plasticizer yang digunakan
adalah gliserol atau sorbitol dengan konsentrasi 15%, pada basis kering dapat
menggunakan ester ftalat, fosfat, ester, ester asam lemak, dan derivat glikol
seperti PEG 200 dan PEG 400 (Alexander dkk., 2012).
Menurut Benson dan Watkinson, (2012) bentuk sediaan transdermal dibagi
menjadi dua yaitu sediaan solid matrix transdermal patch dan liqud/gel reservoir
transdermal patch.

Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Solid


Tahun Ajaran 2021/2022
40

a. Backing
Liquid/gel reservoir

Membrane
Adhesive
b. Release liner

Backing
Adhesive
Release liner

Gambar 1. (a) Skematik liquid/gel transdermal patch (b) Solid transdermal patch
(Benson dan Watkinson, 2012)

III. ALAT DAN BAHAN


b. Alat yang digunakan
1. Alat-alat gelas 5. Ultrasonikator
2. Lumpang dan alu 6. Jangka sorong
3. Timbangan digital 7. Stirer dan Magnetic stirer
4. Cawan petri diameter 6 cm

b. Bahan yang digunakan


1. Paracetamol 8. Gliserol
2. Natrium diklofenak 9. Asam benzoat
3. Menthol 10. Akua dest
4. HPMC
5. Carbomer
6. PVA
7. Propilenglikol

IV. FORMULA
Pada praktekum ini patch dibuat dengan menggunakan cetakan cawan petri dengan
diameter + 6 cm dan volume penuangan 7,5 mL. Paracetamol pada dosis 500 mg dan
Na diklofenak pada dosis 25 mg dapat digunakan sebagai analgetik. Pada formulasi
sediaan. Sediaan akan dibuat dengan luas area aktif 2 cm2.

Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Solid


Tahun Ajaran 2021/2022
41

Nama Bahan Konsentrasi pada Formula


I II III IV V VI
Paracetamol 0,5 g 0,5 g 0,5 g - - -
Na. Diklofenak - - - 0,025 g 0,025 0,025
Carbomer 0,5 % 1% 2% 0,5 % 1% 2%
PVA 0,5 % 0,75 % 1% 0,5 % 0,75 % 1%
HPMC 2% 1,25 % 1% 2% 1,25 % 1%
Glycerol 5% 5% 5% - - -
Propilenglikol - - - 5% 5% 5%
Asam borat 0,2 % 0,2 % 0,2 % 0,2 % 0,2 % 0,2 %

V. CARA PEMBUATAN
1. Zat aktif ditimbang sesuai kebutuhan tiap formula
2. Polimer dilarutkan sesuai dengan kelarutannya
3. Polimer yang sudah larut ditambahkan zat aktif,pengawet, dan plasticizer
4. Campuran diaduk dengan stirrer kecepatan 2000 rpm selama +30 menit
5. Gelembung udara pada campuran dihilangkan dengan menggunakan
ultrasonikator selama 5 menit
6. Campuran dituang ke dalam cetakan dan dikeringkan pada suhu kamar hingga
patch mengering
VI. CARA EVALUASI
Pengujian karakteristik fisiko kimia
1) Sifat fisik patch
Sebanyak 20 orang responden mengisi kuesioner yang berisi warna, kelenturan,
keberadaan bercak atau minyak, keadaan permukaan.
2) Pengujian ketebalan
Ditentukan pada tiga titik yang berbeda dari bagian matriks menggunakan jangka
sorong.
3) Pengujian variasi bobot
Ditimbang 3 matriks satu per satu dengan ukuran 2,00 cm2 dengan menggunakan
timbangan elektrik kemudian dihitung rata-rata bobot dan deviasi standart
(Pisipati dan Satya Venkata, 2013). Keterbatasan dalam penelitian ini adalah
pemotongan matriks dengan luas area 2,00 cm2 masih menggunakan
pengguntingan secara manual.
4) Pengujian susut pengeringan
Matriks ukuran 2,00 cm2 ditimbang dan dimasukan dalam desikator yag
mengandung kalsium kloride pada suhu ruangan selama 24 jam. Dicatat bobot
akhir penimbangan dan dihitung perubahan bobot tiap patch. Persen susut
pengeringan diperoleh dari selisih bobot awal dan bobot akhir dari patch (Pisipati
dan Satya Venkata, 2013).

Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Solid


Tahun Ajaran 2021/2022
42

VII. DAFTAR PUSTAKA


Kalluri, H. dan Banga, A.K., 2011. Transdermal delivery of proteins. AAPS
PharmSciTech, 12: 431–441.
Helal, F. dan Lane, M.E., 2014. Transdermal delivery of Angiotensin Converting
Enzyme inhibitors. European Journal of Pharmaceutics and Biopharmaceutics:
Official Journal of Arbeitsgemeinschaft Für Pharmazeutische Verfahrenstechnik
e.V, 88: 1–7.
Subedi, R.K., Oh, S.Y., Chun, M.-K., dan Choi, H.-K., 2010. Recent advances in
transdermal drug delivery. Archives of Pharmacal Research, 33: 339–351.
Singh, I. dan Morris, A.P., 2011. Performance of transdermal therapeutic systems:
Effects of biological factors. International Journal of Pharmaceutical
Investigation, 1: 4–9.
Benson, A.E.H. dan Watkinson, C.A., 2012. Transdermal and Topical Drug Delivery :
Principles and Practice, First Edition. ed. John Wiley & Sons, Inc.

VIII. TUGAS MANDIRI

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan system penghantaran obat secara


transdermal!
2. Sebutkan contoh produk sediaan transdermal yang sudah beredar di pasaran!

Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Solid


Tahun Ajaran 2021/2022

Anda mungkin juga menyukai