PETUNJUK PRAKTIKUM
TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID
PENYUSUN:
PROGRAM D3 FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI NUSAPUTERA
SEMARANG
2022
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat-Nya penyusunan buku petunjuk praktikum teknologi sediaan solid ini dapat
selesai sehingga dapat digunakan oleh mahasiswa sebagai pedoman praktikum
teknologi sediaan solid Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Nusaputera Semarang.
Semarang, 2022
TIM PENYUSUN
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………………………………………1
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………………….2
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………………..3
1. Praktikan harus hadir di lab. 15 menit sebelum praktikum dimulai dan wajib
mengenakan jas praktikum, penutup kepala, masker, sarung tangan, dan sepatu
tertutup. (sesuai dengan PROTOKOL KESEHATAN)
2. Praktikan yang tidak siap dengan segala perlengkapan dan materi praktikum
tidak diperkenankan mengikuti praktikum.
3. Sebelum pelaksanaan praktikum praktikan diwajibkan untuk membuat laporan
praktikum sementara (yang dijadikan satu dengan laporan resmi) dan dilakukan
pre test sebelum praktikum.
4. Praktikan tidak diperkenankan bekerja sambil bersenda gurau, makan, serta
merokok di dalam laboratorium.
5. Sebelum meninggalkan lab. meja dan peralatan praktikum harus bersih dan rapi.
6. Praktikan tidak boleh meninggalkan laboraturium tanpa seijin dosen
pembimbing.
7. Praktikan wajib menghadiri seluruh acara praktikum. Praktikan yang
berhalangan hadir dikarenakan sakit hanya dapat mengikuti praktikum susulan
apabila ada Surat Keterangan Dokter. Praktikum susulan diselenggarakan
diluar jam praktikum.
8. Pelanggaran tatatertib akan mengakibatkan sanksi tidak boleh mengikuti
praktikum.
LAPORAN SEMENTARA
JUDUL PERCOBAAN
I. Tujuan
II. Tinjauan Pustaka/Dasar Teori
III. Tinjauan/Pemerian Bahan
IV. Formula
V. Bahan dan Alat
VI. Perhitungan Bahan/Dosis
VII. Prosedur pembuatan dan Uji Sediaan
LAPORAN RESMI :
I-VII(Laporan sementara)
VIII. Tabel Penimbangan
CATATAN
BAB I
SUPPOSITORIA – OVULA
I. TUJUAN
A. SUPPOSITORIA
Supositoria adalah sediaan padat yang umumnya berbentuk peluru atau torpedo.
Penggunaannya dapat melalui beberapa cara yaitu melalui rektal (anus), vagina, atau
uretra (saluran kencing), tetapi umumnya melalui rektal (anus). Supositoria ini
mudah meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh.
Supositoria biasanya diberikan pada pasien yang sedang tidak sadarkan diri, pasien
yang jika menerima sediaan oral akan muntah, pasien bayi dan anak, serta dalam
keadaan tidak memungkinkannya diberikan obat suntik (parenteral). Pada pasien
bayi dan anak supositoria ini digunakan sebagai obat anti kejang atau penurun panas
secara cepat. Suppositoria dapat bertindak sebagai pelindung jaringan setempat,
sebagai pembawa zat aktif yang bersifat lokal atau sistemik.
Keuntungan penggunaan obat dalam bentuk suppositoria dibanding peroral,
yaitu :
1. Mencegah iritasi pada lambung.
2. Mencegah kerusakan obat oleh enzim pencernaan dan asam lambung.
3. Obat langsung masuk ke dalam saluran darah sehingga obat dapat berefek
lebih cepat dari pada penggunaan obat peroral.
Macam basis suppositoria :
1. Lemak coklat (fatty bases / oil soluble bases)
Contoh : cocoa butter (theobroma oil/oleum cacao / lemak biji coklat)
Basis ini mempunyai beberapa bentuk kristal di dalamnya, sehingga harus
berhati-hati pada waktu pembuatan dengan pemanasan. Akibat dari bentuk
kristal dalam komposisinya, basis jenis ini dapat meleleh pada suhu yang lebih
rendah dari suhu kamar. Untuk menaikan suhu leburnya, ke dalam basis oleum
cacao ini ditambahkan cera flava atau cera alba 4-6%.
2. Minya nabati yang terhidrogenasi
Contoh : Trigliserida (palm/coconut oil)
Keuntungannya adalah basis JJini tidak menunjukkan polimorfisme, namun lebih
mahal. Beberapa basis terdiri dari formulasi entitas tunggal.
3. Basis larut dalam air
Contoh : PEG, Gliserin-Gelatin
Basis yang larut dalam air adalah yang mengandung gelatin gliserin atau polimer
polietilena glikol (PEG). Basis ini larut dalam cairan tubuh dan tidak perlu
B. OVULA
SUPPOSIRORIA
a. Alat yang digunakan
1. Gelas ukur 5. Alat pencetak suppositoria
2. Lumpang dan mortir 6. Bekerglass
3. Pipet tetes 7. Sudip
4. Timbangan 8. Desintegrator Tester
b. Bahan yang digunakan
1. Paracetamol 5. Cera Alba
2. Ibuprofen 6. PEG 400
3. Bisacodyl 7. PEG 4000
4. Ol. Cacao
B. OVULA
a. Alat yang digunakan
1. Gelas ukur 5. Alat pencetak ovula
2. Lumpang dan mortir 6. Bekerglass
3. Pipet tetes 7. Sudip
4. Timbangan 8. Desintegrator Tester
B. Bahan yang digunakan
1. Metronidazole 4. PEG 400
2. Glycerin 5. PEG 4000
3. Gelatin
IV. FORMULA
Suppositoria
Ovula
FORMULA V FORMULA VI
Metronidazole 500 mg Metronidazole 500 mg
Gelatin 20% PEG 400 a%
Gliserin 40% PEG 4000 b%
Air 40%
Buatlah ovula sebanyak 6 pcs @ 5 g
V. CARA PEMBUATAN
Suppositoria
A. Kalibrasi cetakan
1. Dilakukan dengan cara membuat suppositoria yang hanya mengandung basis.
2. Suppositoria yang diperoleh ditimbang satu-persatu kemudian dihitung berat
rata-ratanya.
3. Bobot rata-rata yang diperoleh dijadikan pedoman dalam menghitung jumlah
basis yang akan digunakan untuk membuat suppositoria yang mengandung
zat aktif dan bahan-bahan lainnya.
B. Rektal suppositoria dengan basis Oleum Cacao (basis lemak)
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Timbang semua bahan.
3. Lebur 2/3 bagian oleum cacao di cawan porselen yang diletakkan diatas
waterbath sampai melebur (suhu dijaga antara 34-350C)
4. Campurkan leburan oleum cacao sedikit demi sedikit ke dalam leburan cera
alba sambil diaduk sampai homogen. Kemudian tambahkan sisa oleum cacao
(1/3 bagian) ke dalam leburan.
5. Gerus zat aktif dan bahan lainnya kemudian campurkan ke dalam hasil
peleburan, aduk hingga homogen.
6. Olesi cetakan dengan menggunakan gliserin
7. Tuangkan hasil leburan ke dalam cetakan
8. Dinginkan pada suhu kamar, kemudian dinginkan sampai padat dalam
lemari es.
9. Lakukan uji suppsositoria
C. Rektal suppositoria dengan basis PEG (basis larut air)
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Timbang semua bahan.
3. Lebur PEG 400 dan PEG 4000 diaduk sampai homogen (suhu 600C)
4. Gerus zat aktif dan bahan lainnya kemudian campurkan ke dalam hasil
leburan aduk hingga homogen.
5. Olesi Cetakan dengan menggunakan parafin liq.
6. Tuangkan hasil leburan ke dalam cetakan
7. Dinginkan pada suhu kamar, kemudian dinginkan sampai padat
8. Lakukan uji suppositoria
D. Rektal suppositoria dengan basis Giserin-Gelatin (basis larut air)
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Timbang semua bahan.
3. Panasi bagian gelatin dengan bagian air dan bagian gliserin sampai diperoleh
massa yang homogen
4. Tambahkan sisa air panas
5. Biarkan massa cukup dingin dan tuangkan dalam cetakan hingga diperoleh
suppositoria sesuai berat yang diinginkan
Ovula
A. Kalibrasi cetakan (prosedur sama dengan pembuatan suppositoria)
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Timbang semua bahan.
3. Lebur basis diaduk sampai homogen.
4. Gerus zat aktif kemudian campurkan ke dalam hasil leburan aduk hingga
homogen.
5. Olesi Cetakan dengan menggunakan parafin liq.
6. Tuangkan hasil leburan ke dalam cetakan.
7. Dinginkan pada suhu kamar, kemudian dinginkan sampai padat.
8. Lakukan uji ovula.
Suppositoria/Ovula
BAB II
SEDIAAN KOSMETIKA
LIPSTIK
I. TUJUAN
Memformulasi sediaan lipstik dan mengevaluasi sediaan yang telah dibuat
Lipstik adalah pewarna bibir yang dikemas dalam bentuk batang padat (roll
up) yang dibentuk dari minyak, lilin dan lemak. Bila pengemasan dilakukan
dalam bentuk batang lepas disebut lip crayon yang memerlukan bantuan pensil
warna untuk memperjelas hasil usapan pada bibir. Sebenarnya lipstik adalah juga
lip crayon yang diberi pengungkit roll up untuk memudahkan pemakaian dan
hanya sedikit lebih lembut dan mudah dipakai. Lip crayon biasanya
menggunakan lebih banyak lilin dan terasa lebih padat dan kompak.
Lipstik terdiri dari zat warna yang terdispersi dalam pembawa yang terbuat
dari campuran lilin dan minyak, dalam komposisi yang sedemikian rupa sehingga
dapat memberikan suhu lebur dan viskositas yang dikehendaki. Suhu lebur
lipstik yang ideal yang sesungguhnya diatur suhunya hingga mendekati suhu
bibir, bervariasi antara 36-38OC. Tetapi karena harus memperhatikan faktor
ketahanan terhadap suhu cuaca disekelilingnya, terutama suhu daerah tropik,
maka suhu lebur lipstik dibuat lebih tinggi yang dianggap lebih sesuai dan diatur
pada suhu lebih kurang 62OC, atau bisanya berkisar antara 55O-75OC.
Adapun komponen utama dalam sediaan lipstik terdiri dari minyak, lilin,
lemak dan zat warna.
1. Minyak
2. Lilin
Lilin digunakan untuk memberi struktur batang yang kuat pada lipstik dan
menjaganya tetap padat walau dalam keadaan hangat. Campuran lilin yang
ideal akan menjaga lipstik tetap padat setidaknya pada suhu 50 dan mampu
mengikat fase minyak agar tidak keluar atau berkeringat, tetapi juga harus
tetap lembut dan mudah dioleskan pada bibir dengan tekanan serendah
mungkin. Lilin yang digunakan antara lain carnauba wax, candelilla wax,
beeswax, ozokerites, spermaceti dan setil alkohol. Carnauba wax merupakan
salah satu lilin alami yang yang sangat keras karena memiliki titik lebur yang
tinggi yaitu 85. Biasa digunakan dalam jumlah kecil untuk meningkatkan titik
lebur dan kekerasan lipstik.
3. Lemak
Lemak yang biasa digunakan adalah campuran lemak padat yang berfungsi
untuk membentuk lapisan film pada bibir, memberi tekstur yang lembut,
meningkatkan kekuatan lipstik, dan dapat mengurangi efek berkeringat dan
pecah pada lipstik. Fungsinya yang lain dalam proses pembuatan lipstik adalah
sebagai pengikat dalam basis antara fase minyak dan fase lilin dan sebagai
bahan pendispersi untuk pigmen. Lemak padat yang biasa digunakan dalam
basis lipstik adalah lemak coklat, lanolin, lesitin, minyak nabati terhidrogenasi
dan lain-lain.
4. Zat warna
Zat warna dalam lipstik dibedakan atas dua jenis yaitu staining dye dan
pigmen. Staining dye merupakan zat warna yang larut atau terdispersi dalam
basisnya, sedangkan pigmen merupakan zat warna yang tidak larut tetapi
tersuspensi dalam basisnya. Kedua macam zat warna ini masing- masing
memiliki arti tersendiri, tetapi dalam lipstik keduanya dicampur dengan
komposisi sedemikian rupa untuk memperoleh warna yang diinginkan.
IV. FORMULA
FORMULA I FORMULA II
V. CARA PEMBUATAN
1. Timbang masing-masing bahan dalam formula untuk 5-6 batang lipstik.
Lipstick dibuat dengan menggunakan cetakan supo. Berat per lipstick sesuai
dengan berat rata2 kalibrasi suppo.
2. Cetakan dioleskan dengan parafin cair
3. Minyak jarak sebagai fase I dimasukkan ke dalam beker glass
4. Bahan-bahan lainnya (kecuali oleum green tea) dilebur di atas penangas air
pada suhu 700 – 750 C (sebagai fase II)
5. Campurkan fase I dan fase II secara perlahan. Aduk dengan mixer atau
dengan menggunkan mortar dan stamper, tambahkan pewarna. Oleum
green tea / jasmine ditambahkan ketika suhu campuran menurun menjadi
400 C. Aduk kembali.
6. Masukkan lelehan campuran tersebut ke dalam cetakan, diamkan hingga
memadat, masukkan ke dalam lemari pendingin (± 30 menit)
7. Masukkan batang lipstik ke dalam chasingnya, beri kemasan yang menarik
8. Lakukan evaluasi sediaan
BEDAK PADAT
I. TUJUAN
Memformulasi sediaan bedak padat dan mengevaluasi sediaan yang telah dibuat
Bedak wajah digunakan untuk menutupi kekurangan kecil pada kulit (minor
imperfections) dan mengurangi kilauan yang muncul akibat produksi minyak pada
kulit atau keringat. Hal yang diinginkan dari bedak adalah tidak membuat wajah
tampak berminyak, lembut pada kulit untuk waktu yang lama. Sehingga bahan-
bahannya harus dapat menempel dengan baik pada kulit. Pada zaman sekarang, tren
fashion telah berubah dari “painted clown” atau putih seperti badut menjadi terlihat
alami seperti warna kulit, namun dapat menutupi noda.
Bedak padat adalah bedak kering yang telah dikompres menjadi padatan dan
biasanya digunakan dengan spons bedak. Dasar dari padatan bedak harus dapat
dikempa dengan mudah, kemudian bersatu bersama dan tidak bergelombang atau
retak di bawah kondisi penggunaan yang normal. Untuk mencapai kondisi ini bahan
pengikat dibutuhkan.
Bedak padat juga harus memiliki sifat mudah lepas ketika digosokkan dengan
spons bedak. Tekanan yang terlalu rendah akan menghasilkan padatan yang sangat
mudah hancur, tekanan yang terlalu besar akan menghasilkan padatan yang keras
yang mana tidak mudah terlepas.
IV. FORMULA
FORMULA
Talk ad 25 %
Kaolin 25 %
Titanium dioksida 5%
Kalsium karbonat 10 %
Magnesium strarat 5%
Zink stearat 12,5 %
Pati beras 10 %
Isopropil miristat 3,5 %
Oleil oleat 4%
Minyak mawar q.s
Pewarna carmin (pink) q.s
V. CARA PEMBUATAN
1. Timbang masing-masing bahan dalam formula untuk 2 cetak
2. Campurkan talk, kaolin, titanium dioksida, kalsium karbonat, magnesium stearat,
zink stearat dan pati beras ke dalam mortir, homogenkan.
3. Panaskan isopropil miristat dan oleil oleat di atas water bath
4. Campurkan keduanya secara perlahan
5. Tunggu hingga suhu campuran menurun, tambahkan pewarna dan pewangi.
6. Masukkan dalam cetakan
7. Beri kemasan (disiapkan sendiri) dan lakukan evaluasi sediaan
SABUN PADAT
I. TUJUAN
Memformulasi sediaan sabun transparan dan melakukan evaluasi sediaan.
Jenis-Jenis Sabun :
Sabun transparan : sabun yang satu ini mempunyai kadar yang sangat ringan, sehi
ngga sabun ini sangat cocok sekali digunakan untuk semua kulit. Sabun ini juga me
mpunyai sifat yang mudah larut jadi sangat cocok sekali digunakan dalam kehidup
an sehari-hari.
sabun Foam : sabun yang satu ini mempunyai manfaat untuk membersihkan wajah
secara sempurna. Kemasan sabun ini sangatlah fleksibel sehingga sangat nyaman
untuk dibawa sehari-hari.
Sabun scrub : sabun ini mempunyai tekstur scrub yang sedikit kasar. Sabun ini me
mpunyai manfaat untuk membersihkan serta mengangkat sel kulit mati, sehingga
wajah anda akan nampak semakin cerah. Namun jangan memakai sabun ini terlalu
sering karena dapat membuat kulit muka menjadi kering.
Sabun Acne : sabun ini sangat cocok bagi anda yang sedang mengalami masalah jer
awat. Karena sabun ini memang diformulisasikan secara khusus untuk membunuh
sel jerawat yang membandel.
Sabun natural atau alami : sabun ini berbahan dasar dari tumbuhan yang alami sep
erti kandungan buah-buahan, aloe vera serta minyak essensial.
1. Hidrolisa
a. Proses Batch
Pada proses batch lemak atau minyak yang dipanaskan di dalam reaktor batch
dengan menambahakn NaOH, lemak tersebut dipanaskan sampai bau NaOH
tersebut hilang. Seletah terbentuk endapan lalu didinginkan kemudian endapan
dimurnikan dengan menggunakan air dan diendapkan lagi dengan garam,
kemudian endapan tersebut direbus dengan air sehingga terbentuk campuran
halus yang membentuk lapisan homogen yang mengapung dan terbentuklah sabun
murah.
b. Proses Kontinu
Pada proses kontinu secara umum yaitu lemak atau minyak dimasukkan kedalam
reaktor kontinu kemudian dihidrolisis dengan menggunakan katalis sehingga
menghasilkan asam lemak dengan gliserin. Kemudian dilakukan peyulingan
terhadap asam lemak dengan menambahkan NaOH sehingga terbentuk sabun.
3. Metode dingin
Pada metode dingin semua bahan yaitu minyak, alkali, dan alkohol dibiarkan
didalam suatu tempat/bejana tanpa dipanaskan (temperatur kamar,250C). Reaksi
antara NaOH dan uap air (H2O) merupakan reaksi eksoterm sehingga dapat
menghasilkan panas. Panas tersebut kemudian digunakan untuk mereaksikan
minyak/lemak dan NaOH/alkohol. Proses ini memerlukan waktu untuk reaksi
sempurna selama 24 jam dan dihasilkan sabun berkualitas tinggi.
Adapun syarat-syarat terjadinya proses dingin adalah sebagai berikut :
• Minyak/lemak yang digunakan harus murni
• Konsentrasi NaOH harus terukur dengan teliti
• Temperatur harus terkontrol dengan baik
4. Metode netral
Prinsip dasar dari metode netral adalah minyak/lemak ditambah NaOH sehingga
terjadi reaksi saponifikasi dan dihasilkan sabun dan gliserin. Sabun yang
dihasilkan tidak bersifat netral sehingga tidak dapat menghasilkan busa yang
banyak. Oleh karena itu, perlu dilakukan penetralan dengan menambahkan Na2CO3
IV. FORMULA
Formula 1 Formula 2
Minyak kelapa a% Minyak kelapa 20% Etanol 16%
Minyak sereh b% Minyak sereh 1% TEA 4%
Asam stearat c% Asam stearat 6,5% Asam sitrat 3%
Gliserin d% Gliserin 9,8% Gula 5%
NaOH 30% 20% Texapon 7%
NaOH e%
NaCl 0,2%
NaCl f%
Air ad 100%
Air ad 100%
V. CARA PEMBUATAN
FORMULA 1
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Timbang air dan NAOH/KOH, sesuai dengan resep. Larutkan NAOH/KOH ke dalam
air sejuk/dingin (jangan menggunakan wadah aluminium). Gunakan stainless
steel, gelas pyrex atau plastic-poliprolen). Jangan menuangkan air ke NAOH/KOH.
Tuangkan NAOH/KOH ke dalam air sedikit demi sedikit. Aduk hingga larut.
Pertama-tama larutan akan panas dan berwarna keputihan. Setelah larut
semuanya, simpan di tempat aman untuk didinginkan sampai suhu ruangan. Akan
didapatkan larutan yang jernih.
3. Timbang minyak (minyak kelapa/sawit/zaitun/jagung/kedelai, dll) sesuai dengan
resep.
4. Tuangkan minyak yang sudah ditimbang ke dalam blender/mortir stamfer.
5. Hati-hati tuangkan larutan NAOH/KOH ke dalam minyak.
6. Pasang cover blender, taruh kain di atas cover tadi untuk menghindari cipratan
dan proses pada putaran terrendah. Hindari jangan sampai menciprat ke muka
atau badan anda. Hentikan blender dan periksa sabun untuk melihat tahap “trace”.
“trace” adalah kondisi dimana sabun sudah terbentuk dan merupakan akhir dari
proses pengadukan. Tandanya adalah ketika campuran sabun mulai mengental.
Apabila disentuh dengan sendok, maka beberapa detik bekas sendok tadi masih
membekas, itulah mengapa dinamakan “trace”.
7. Pada saat “trace” tadi anda bisa menambahkan pengharum, pewarna atau aditif.
Aduk beberapa detik kemudian hentikan putaran blender.
8. Tuang hasil sabun ini ke dalam cetakan (disiapkan sendiri). Tutup dengan kain
untuk insulasi. Simpan sabun dalam cetakan tadi selama satu hingga dua hari.
Kemudian keluarkan dari cetakan, potong sesuai selera. Simpan sekurang-
kurangnya 3 minggu sebelum dipakai.
FORMULA 2
BAB III
GRANUL EFERVESEN
I. TUJUAN
1. Melakukan formulasi sediaan granul efervesen.
2. Melakukan evaluasi sediaan granul efervesen.
IV. FORMULA
FORMULA
Sodium bicarnonat
Asam sitrat a%
Asam tartrat b%
Metronidazole d%
PEG 4000 e%
Buatlah 20 g
V. CARA PEMBUATAN
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Timbang semua bahan
3. Semua bahan (kecuali binder) dilewatkan pada ayakan no 18
4. Tambahkan binder pada campuran diatas
5. Kemudian panaskan pada suhu 50-800 C
6. Dinginkan pada suhu kamar
7. Lewatkan pada ayakan dengan nomor ayakan yang lebih kecil dari 18 untuk
mendapatkan granul yang baik
8. Keringkan granul pada suhu tidak lebih dari 600 C
9. Lakukan pengujian terhadap granul yang sudah jadi
BAB IV
TABLET METODE GRANULASI BASAH
I. TUJUAN
1. Melakukan formulasi sediaan tablet Paracetamol dengan metode granulasi basah.
2. Melakukan evaluasi sediaan tablet.
B. TABLET
Tablet adalah sediaan padat kompak yang dibuat secara kempa cetak
dalam tabung pipih atau serkuler, kedua permukaannya rata atau cembung,
mengandung satu jenis bahan obat atau lebih dengan atau tanpa bahan
IV. FORMULA
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3
Paracetamol 250 mg Paracetamol 250 mg Paracetamol 250 mg
Muc. Amylum maydis a% Muc. Amylum maydis a% Polivinil alkohol a%
Amylum protab b% PVP b% PVP b%
Nipagin c% Nipagin c% Nipagin c%
Talkum d% Talkum d% Talkum d%
Mg. Stearat e% Mg. Stearat e% Mg. Stearat e%
Amylum maydis ad 500 mg Avicel ad 500 mg MCC ad 500 mg
Kelompok 4 Kelompok 5 Kelompok 6
Paracetamol 250 mg Paracetamol 250 mg Paracetamol 250 mg
Sorbitol a% PVP a% Larutan glukosa a%
PVP b% Avicel b% Pati jagung b%
Nipagin c% Nipagin c% Nipagin c%
Talkum d% Talkum d% Talkum d%
Mg. Stearat e% Mg. Stearat e% Mg. Stearat e%
Amylum maydis ad 500 mg Amylum maydis ad 500 mg Laktosa ad 500 mg
Buatlah tablet sebanyak 150 tablet
V. CARA PEMBUATAN
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Timbang semua bahan.
3. Paracetamol 500 mg, Nipagin, Amylum maydis masukan baskom/mortir kemudian
basahi dengan Muc. Amylum sampai terbentuk massa yang siap digranulasikan
4. Ayak adonan dengan ayakan No.14/12. Catat Mc. Amylum maydis yang digunakan
5. Timbang granul basah, kemudian masukan granul yang terbentuk ke dalam loyang
kemudian simpan dalam oven pada suhu 40–60o C sampai kering (dicek uji kadar
airnya).
6. Setelah kering, ayak kering dengan ayakan No. 14/18 kemudian timbang. Lakukan
uji kecepatan alir dan pengetapan.
7. Setelah selesai pengujian granul, timbang berat granul seluruhnya catat.
8. Tambahkan separuh sisa amilum protab dan talkum ke dalam granul kering yang
sudah ditimbang, campur homogen, kemudian cetak menjadi tablet dengan berat
700 mg/tablet sebanyak 250 tablet.
9. Lakukan uji fisik terhadap tablet paracetamol yang sudah jadi.
b. Keseragaman ukuran
Uji keseragaman ukuran tablet dilakukan menggunakan jangka sorong.
Prosedur penentuan keseragaman ukuran tablet :
20 tablet diukur tebal dan diameternya satu persatu. Dibaca pada skala yang
ditunjukkan. Hitung reratanya.
Syarat: Diameter tablet tidak lebih dari dan tidak kurang dari satu sepertiga kali
ketebalan tablet ( Anonim, 1979 : 7).
c. Kekerasan
Uji kekerasan tablet menggunakan alat “Hardness Tester”.
Prosedur penentuan kekerasan tablet :
10 Tablet secara acak dan letakkan dalam posisi berdiri diujung penekanan.
Diatur tekanan hingga tablet kokoh ditempatnya dan petunjuk skala pada posisi
nol, kemudian sekrup diputar terus sampai tabletnya pecah. Pada alat dibaca
angkanya.
Syarat: Lebih dari 4 kg kekerasan yang dimiliki tablet. Antara 4-8 kg (Ansel, 1989 :
225).
d. Kerapuhan
Uji kerapuhan tablet dilakukan menggunakan alat “ Friability Tester”.
Prosedur penentuan kerapuhan tablet :
Bersihkan 20 tablet dari debu dan ditimbang (W awal). Masukkan ke dalam alat uji
dan putar selama 4 menit atau sebanyak 100 putaran. Keluarkan tablet dari alat
dan bebas debukan, kemudian ditimbang seksama (W akhir).
Kerapuhan =Wawal – Wakhirx 100 %
W awal
Syarat: Tablet yang baik jika kerapuhannya kurang dari 0,8 % ( Voight, 1994 : 222)
e. Wancur hancur
Uji waktu hancur dilakukan dengan ketentuan dan persyaratan Farmakope
Indonesia edisi III menggunakan alat uji “Desintegration Tester”.
Prosedur penentuan waktu hancur tablet :
Sejumlah 6 tablet dimasukkan dalam masing-masing tabung pada desintegration
tester. Alat tersebut dimasukkan dalam gelas yang berisi air kurang lebih 1000 ml
suhu 37°C, kemudian tabung dinaik-turunkan. Tablet dinyatakan hancur jika tidak
ada bagian yang tertinggal diatas kasa, kemudian catat lama hancurnya tablet.
Syarat : Waktu hancur tablet tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak bersalut
dan tidak lebih dari 60 menit untuk tablet bersalut gula dan selaput (Anonim, 1979
: 7).
f. Waktu larut
Disolusi dilakukan menggunakan alat tipe II pada suhu 37 ± 0,5 0C menggunakan
paddle dengan kecepatan 50 rpm. Medium yang digunakan adalah larutan dapar
fosfat pH 5,8, sebanyak 900 mL. Pengambilan Tablet vitamin C dilakukan pada 5;
10; 15; 20, 25 dan 30 menit sebanyak 5 mL dari medium dan volume pengambilan
diganti dengan medium baru sejumlah sampel yang diambil. Tablet paracetamol
yang diambil dianalisa menggunakan spektrofotometer UV-VIS pada panjang
gelombang 243 nm. Persyaratan untuk disolusi adalah tidak kurang dari 80% (Q)
dari jumlah paracetamol yang terlarut dalam waktu 30 menit (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 2014).
BAB V
TABLET METODE KEMPA LANGSUNG
I. TUJUAN
1. Mudah mengalir
2. Mudah dikempa
3. Mudah lepas dari cetakan
4. Mudah melepaskan bahan obatnya
Kebanyakan bahan baku tidak memiliki sifat-sifat seperti tersebut di atas. Agar
dapat dikempa maka perlu digranulasi terlebih dahulu. Granul yang baik mempunyai
sifat-sifat sebagai berikut :
1. Bentuk partikel sferis
2. Mempunyai kurva distribusi normal
3. Bahan-bahan penyusun tablet tercampur baik
4. Mudah dikempa
IV. FORMULA
Kelompok 1,2 Kelompok 3,4 Kelompok 5,6
Vitamin C 200 mg Vitamin C 200 mg Vitamin C 200 mg
Polivinil alkohol a% Amilum maydis a% MCC a%
PVP b% PVP b% Nipagin c%
Nipagin c% Nipagin c% Talkum d%
Talkum d% Talkum d% Mg. Stearat e%
Mg. Stearat e% Mg. Stearat e% Laktosa ad 300 mg
Avicel ad 300 mg Avicel ad 170 mg
V. CARA PEMBUATAN
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Lakukan karakteristik semua bahan di awal meliputi kadar air, sifat alir dan
pengetapan.
3. Timbang semua bahan.
4. Campurkan fase internal (zat aktif, bahan penghancur dan pengikat) dengan fase
internal (bahan pelincir, pelicin) secara homogen.
5. Cetak menjadi tablet.
6. Lakukan uji fisik terhadap tablet vitamin C yang sudah jadi.
e.Wancur hancur
Uji waktu hancur dilakukan dengan ketentuan dan persyaratan
Farmakope Indonesia edisi III menggunakan alat uji “Desintegration
Tester”.
Prosedur penentuan waktu hancur tablet :
Sejumlah 6 tablet dimasukkan dalam masing-masing tabung pada
desintegration tester. Alat tersebut dimasukkan dalam gelas yang berisi air
kurang lebih 1000 ml suhu 37°C, kemudian tabung dinaik-turunkan.
Tablet dinyatakan hancur jika tidak ada bagian yang tertinggal diatas kasa,
kemudian catat lama hancurnya tablet.
Syarat : Waktu hancur tablet tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak
bersalut dan tidak lebih dari 60 menit untuk tablet bersalut gula dan
selaput (Anonim, 1979 : 7).
f. Waktu larut
Disolusi dilakukan menggunakan alat tipe II pada suhu 37 ± 0,5 0C
menggunakan paddle dengan kecepatan 50 rpm. Medium yang digunakan
adalah akuademineralisata sebanyak 900 mL. Pengambilan Tablet vitamin
C dilakukan pada 5; 15; 25; 35 dan 45 menit sebanyak 5 mL dari medium
dan volume pengambilan diganti dengan medium baru sejumlah sampel
yang diambil. Tablet vitamin C yang diambil dianalisa menggunakan
spektrofotometer UV-VIS pada panjang gelombang 262 nm. Persyaratan
untuk disolusi adalah tidak kurang dari 75% dari jumlah vitamin c yang
terlarut dalam waktu 45 menit (Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, 2014).
BAB VI
TRANSDERMAL PATCH
I. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat melakukan formulasi sediaan matriks patch transdermal
dengan zat aktif paracetamol, dan na.diklofenak.
2. Mahasiswa dapat melakukan evaluasi sediaan matriks patch transdermal.
dengan kandungan skopolamin untuk motion sickness pada awal tahun 1980an.
Sediaan transdermal saat ini sudah dikembangkan untuk banyak produk obat
seperti klonidin, nikotin, skopolamin, nitrogliserin, estradiol, dan fentanil (Singh
dan Morris, 2011).
Komponen dasar Transdermal Drug Delivery System dapat dibagi menjadi :
a. Polimer matriks
Berperan dalam memberikan kekuatan dan dasar dari TDDS. Pemilihan polimer
sangat penting dalam sistem ini. Polimer harus stabil dan tidak bereaksi dengan
obat, mudah didapatkan dan dibuat menjadi sediaan, dan tidak mahal. Polimer
harus dapat membantu difusi obat dengan baik dan melepaskan obat. Komponen
lain dalam sistem ini adalah enhancer yang memberikan penghantaran obat
secara konsisten dan efektif di dalam produk. Polimer yang digunakan dalam
TDDS mengandung rate-controlling membrans, adhesive (pressure-sensitive
adhesive), backing layers, dan release liners (Singh dan Morris, 2011).
b. Obat
Penghantaran obat TDDS terjadi secara difusi pasif. Dosis yang digunakan
umumnya kecil dengan bobot molekul kurang dari 1000 Da, cukup larut dalam
pembawanya, nilai log P kurang dari 5, titik didih 200oC dan lipofilisitas perlu
diperhatikan dalam penghantaran dengan rute ini (Singh dan Morris, 2011).
c. Penetrasi enhancer
Merupakan bagian yang digunakan untuk meningkatkan permeabilitas kulit
dengan cara mengubah barrier kulit sehingga obat dapat terpenetrasi. Enhancer
ditambahkan dalam formula TDDS untuk memperbaiki kemampuan difusi dan
kelarutan obat melewati kulit. Enhancer membantu penetrasi ke jaringan dan
masuk ke sirkulasi sistemik. Sifat yang diinginkan dari penetrasi enhancer
melewati kulit adalah tidak mengiritasi, tidak terlalu peka oleh cahaya, tidak
fototoksik, dan non comedogenic, enhancer yang ideal bekerja secara cepat,
akifitas dan durasinya dapat diprediksi dan reproducible, tidak memiliki aktifitas
farmakologi di dalam tubuh (contohnya tidak dapat berikatan dengan sisi
reseptor, bekerja secara tidak langsung), menunjukkan compability dengan
formula, tidak berwarna, tidak berasa dan dapat digunakan dengan nyaman,
dapat larut pada kulit.
d. Plasticizer
Plasticizer juga banyak digunakan dalam formula dengan konsentrasi 5-20%.
Bertanggungjawab pada kemampuan pelekatan film pada membran dan
memberikan kekuatan pada film. Beberapa contoh plasticizer yang digunakan
adalah gliserol atau sorbitol dengan konsentrasi 15%, pada basis kering dapat
menggunakan ester ftalat, fosfat, ester, ester asam lemak, dan derivat glikol
seperti PEG 200 dan PEG 400 (Alexander dkk., 2012).
Menurut Benson dan Watkinson, (2012) bentuk sediaan transdermal dibagi
menjadi dua yaitu sediaan solid matrix transdermal patch dan liqud/gel reservoir
transdermal patch.
a. Backing
Liquid/gel reservoir
Membrane
Adhesive
b. Release liner
Backing
Adhesive
Release liner
Gambar 1. (a) Skematik liquid/gel transdermal patch (b) Solid transdermal patch
(Benson dan Watkinson, 2012)
IV. FORMULA
Pada praktekum ini patch dibuat dengan menggunakan cetakan cawan petri dengan
diameter + 6 cm dan volume penuangan 7,5 mL. Paracetamol pada dosis 500 mg dan
Na diklofenak pada dosis 25 mg dapat digunakan sebagai analgetik. Pada formulasi
sediaan. Sediaan akan dibuat dengan luas area aktif 2 cm2.
V. CARA PEMBUATAN
1. Zat aktif ditimbang sesuai kebutuhan tiap formula
2. Polimer dilarutkan sesuai dengan kelarutannya
3. Polimer yang sudah larut ditambahkan zat aktif,pengawet, dan plasticizer
4. Campuran diaduk dengan stirrer kecepatan 2000 rpm selama +30 menit
5. Gelembung udara pada campuran dihilangkan dengan menggunakan
ultrasonikator selama 5 menit
6. Campuran dituang ke dalam cetakan dan dikeringkan pada suhu kamar hingga
patch mengering
VI. CARA EVALUASI
Pengujian karakteristik fisiko kimia
1) Sifat fisik patch
Sebanyak 20 orang responden mengisi kuesioner yang berisi warna, kelenturan,
keberadaan bercak atau minyak, keadaan permukaan.
2) Pengujian ketebalan
Ditentukan pada tiga titik yang berbeda dari bagian matriks menggunakan jangka
sorong.
3) Pengujian variasi bobot
Ditimbang 3 matriks satu per satu dengan ukuran 2,00 cm2 dengan menggunakan
timbangan elektrik kemudian dihitung rata-rata bobot dan deviasi standart
(Pisipati dan Satya Venkata, 2013). Keterbatasan dalam penelitian ini adalah
pemotongan matriks dengan luas area 2,00 cm2 masih menggunakan
pengguntingan secara manual.
4) Pengujian susut pengeringan
Matriks ukuran 2,00 cm2 ditimbang dan dimasukan dalam desikator yag
mengandung kalsium kloride pada suhu ruangan selama 24 jam. Dicatat bobot
akhir penimbangan dan dihitung perubahan bobot tiap patch. Persen susut
pengeringan diperoleh dari selisih bobot awal dan bobot akhir dari patch (Pisipati
dan Satya Venkata, 2013).