Anda di halaman 1dari 25

DIKTAT PENUNTUN PRAKTIKUM

FARMASI FISIKA
(Program Studi Sarjana Farmasi)

DISUSUN OLEH:
TIM DOSEN LAB. FARMASI FISIKA

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2022

i
PERSETUJUAN MATERI PRAKTIKUM

Mata Praktikum : Praktikum Farmasi Fisika


Semester : II
Beban SKS :1
Tahun Akademik : Genap 2021/2022

Jakarta, 28 Februari 2022

Mengetahui, Disetujui oleh:

Wakil Dekan I Dosen Koordinator

TTD TTD

Dr. apt. Dian Ratih Laksmitawati, M.Biomed. apt. Lusiana Ariani, M.Farm.

ii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii


TATA TERTIB LABORATORIUM ...................................................................... vi
JADWAL PRAKTIKUM ...................................................................................... vii
FORMAT LAPORAN .......................................................................................... viii
MATERI I TINGKAT REAKSI ............................................................................ 1
MATERI II STABILITAS ..................................................................................... 3
MATERI III VISKOSITAS & REOLOGI .............................................................. 5
MATERI IV MIKROMERITIK / UKURAN PARTIKEL ........................................ 8
MATERI V KELARUTAN ................................................................................... 12
MATERI VI EMULSIFIKASI ............................................................................... 16

iii
DOSEN PEMBIMBING PRAKTIKUM (DPP)
1. apt. Drs. M. F. Arifin, M.Si.
2. apt. Drs. Kosasih, M.Sc.
3. apt. Andri Prasetiyo, M.Farm.
4. apt. Lusiana Ariani, M.Farm.
5. apt. Safira Nafisa, M.Si.

Laboran: Denis Setiawan, SKM.

Jadwal DPP
Senin (B) Selasa (A) Rabu (D) Kamis (E) Jumat (C)
apt. Drs. M. F. apt. Drs. apt. Drs. apt. Drs. M. F. apt. Lusiana
Arifin, M.Si. Kosasih, M.Sc. Kosasih, M.Sc. Arifin, M.Si. Ariani, M.Farm.
apt. Lusiana apt. Andri apt. Andri apt. Safira
apt. Lusiana
Ariani, Prasetiyo, Prasetiyo, Nafisa, M.Si.
Ariani, M.Farm.
M.Farm.*# M.Farm. M.Farm.
Keterangan:
*= DPP Koordinator
# = DPP penanggung Jawab Alat dan Bahan

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmatNya, Buku Panduan/ Pedoman Praktikum Farmasi Fisika dapat
terselesaikan. Penulisan Buku Panduan ini dilakukan dalam rangka untuk
mempermudah penyampaian materi praktikum Farmasi Fisika kepada
mahasiswa.
Pada praktikum Farmasi Fisika ini mahasiswa mempelajari beberapa materi
praktikum: kinetika reaksi dan stabilitas obat, viskositas dan reologi, mikromeritik,
emulsifikasi, kelarutan dengan penentuan konstanta dielektrik (KD) pada proses
peningkatan kelarutan suatu bahan obat.
Pembuatan Buku Panduan / Pedoman Praktikum Farmasi Fisika ini
tentunya masih jauh dari sempurna, baik secara konteks maupun konten, untuk
itu kami membuka diri untuk saran dan kritik demi perbaikan ke depan.
Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah banyak
memberikan kontribusi dalam penyusunan buku panduan ini, semoga Allah SWT
membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga buku
panduan ini bermanfaat bagi peningkatan pemahaman mahasiswa terhadap
aplikasi Farmasi Fisika dalam bidang formulasi dan analisis sediaan farmasi.

Jakarta, Februari 2022

Tim Penyusun

v
TATA TERTIB PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

Selama mengikuti Praktikum Farmasi Fisika, mahasiswa diwajibkan mengikuti


tata tertib di bawah ini:

1. Hadir tepat waktu.


2. Mengikuti pretest dan post test materi praktikum.
3. Mengikuti responsi yang diberikan oleh Dosen Pembimbing Praktikum dan
atau asisten mahasiswa.
4. Laporan praktikum dibuat berkelompok dan diserahkan kepada asisten
mahasiswa dengan ketentuan batas penyerahan 2 hari sebelum praktikum
berikutnya. Keterlambatan pengumpulan laporan dengan alasan apapun
akan diberikan nilai 0 (NOL).
5. Praktikan yang tidak dapat mengikuti praktikum dengan alasan tertentu,
harus menyampaikan ijin secara tertulis maksimal sehari sebelum praktikum.
Jika ketidakhadiran praktikan karena sakit, maka surat ijin disampaikan
secara tertulis dengan melampirkan surat keterangan dokter paling lambat
dua hari setelah hari praktikum.
6. Praktikan yang tidak dapat melaksanakan seperti pada butir 5 wajib
mengikuti praktikum di hari lain. Total kehadiran praktikum, wajib 100%.
7. Hal-hal yang belum dinyatakan dalam aturan ini dan sekiranya diperlukan
demi kemajuan dan ketertiban kegiatan praktikum Farmasi Fisika akan
ditentukan kemudian dengan kesepakatan bersama.

vi
JADWAL KEGIATAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA
SEMESTER GENAP T.A 2021/2022
Tentatif
Pertemuan Tanggal Materi Keterangan
1 28 Februari – Responsi Semua
4 Maret 2022 mahasiswa
(ZOOM)
2 7 – 11 Maret Responsi Semua
2022 mahasiswa
(ZOOM)
3 14 – 18 Maret Presentasi laporan sementara Semua
2022 (kinetika reaksi, stabilita, mahasiswa
mikromeritik) (ZOOM)
4 21 – 25 Maret Presentasi laporan sementara Semua
2022 (kelarutan, emulsifikasi, viskositas Mahasiswa
reologi) (ZOOM)
5 28 Maret – 1 Praktikum offline (A1.1, E1.1) Praktikum di
April 2022 Lab
6 4 – 8 April Praktikum offline (A1.2-E1.2) Praktikum di
2022 Lab
7 11 – 15 April Praktikum offline (A1.3-E1.3) Praktikum di
2022 Lab
18-29 April 2022
(UTS KULIAH)
LIBUR PRAKTIKUM
8 9 – 13 Mei Praktikum offline (A1.4-E1.4) Praktikum di
2022 Lab
9 16 – 20 Mei Presentasi video materi kinetika Semua
2022 reaksi, stabilita, mikromeritik, Mahasiswa
kelarutan, emulsifikasi, viskositas (ZOOM)
reologi)
10 23 – 27 Mei Presentasi Hasil Praktikum dan Semua
2022 Diskusi (kinetika reaksi, stabilita, Mahasiswa
mikromeritik) (ZOOM)
11 30 Mei – 3 Presentasi Hasil Praktikum dan Semua
Juni 2022 Diskusi (kelarutan, emulsifikasi, Mahasiswa
viskositas reologi) (ZOOM)
12 6 – 10 Juni UTS
2022
13 13 – 17 Juni UAS
2022
14 20 – 24 Juni HER
2022

Jakarta, 28 Februari 2022


DPP Farmasi Fisika

vii
FORMAT LAPORAN

LAPORAN RESMI
(ditulis tangan per kelompok, yang membuat laporan diberi tanda bintang,
diupload melalui google classroom sesuai masing-masing kelas praktikum).

I. PENDAHULUAN / TEORI DASAR


II. ALAT DAN BAHAN
III. PERHITUNGAN & PENIMBANGAN
IV. CARA KERJA
V. DATA DAN PERHITUNGAN HASIL PRAKTIKUM
VI. PEMBAHASAN
VII. KESIMPULAN
VIII. DAFTAR PUSTAKA

viii
Percobaan I
Tingkat Reaksi

I. Tujuan Percobaan
Setelah mengikuti percobaan ini, mahasiswa diharapkan mampu untuk:
1. Menentukan tingkat reaksi penguraian suatu zat
2. Menghitung konstanta kecepatan reaksi

II. Teori Dasar


Stabilitas suatu zat merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam
memformulasikan sediaan farmasi. Selama penyimpanan obat dapat mengalami
penguraian dan mengakibatkan dosis yang diterima pasien tidak sesuai dengan
yang diinginkan. Adakalanya hasil urai dari obat tertentu bersifat toksik sehingga
dapat mengakibatkan efek yang tidak dikehendaki bagi pasien yang
menggunakan. Faktor – faktor yang mempengaruhi stabilitas antara lain
temperatur, kelembaban, cahaya, oksigen, pH, mikroorganisme, dan bahan-
bahan tambahan yang digunakan dalam formula sediaan obat.
Stabilitas suatu zat dapat ditentukan dengan cara menghitung laju reaksi
obat atau sering dikenal dengan kinetika kimia. Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam penentuan stabilitas suatu zat secara kinetika kimia antara lain adalah
kecepatan reaksi, Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi, tingkat
reaksi dan cara penentuannya. Kecepatan reaksi dapat digambarkan dengan
persamaan :
+ dC/dt
Tingkat reaksi merupakan fungsi dari konsentrasi reaktan dipangkatkan dengan
bilangan tertentu. Tingkat reaksi suatu zat terdiri dari tingkat reaksi nol, tingkat
reaksi satu, tingkat reaksi dua.

III. Prinsip
1. Pembuatan larutan asetosal
Ditimbang 30 g natrium sitrat, buat larutan jenuh natrium sitrat dalam air
hangat ad 500 mL, dinginkan. Ditimbang 12,5 g asetosal, dilarutkan
dalam larutan jenuh natrium sitrat sedikit demi sedikit.
2. Dimasukkan 50 mL larutan kedalam 3 buah vial, tutup rapat. Vial
disimpan dalam oven dengan temperatur 70 oC, selama 30 menit.

1
3. Setelah pemanasan 30 menit, ambil 1 vial, dinginkan. ditentukan
konsentrasi asetosal. Cara yang sama dilakukan setelah pemanasan 60
menit dan 90 menit.
4. Konsentrasi awal (Co) ditentukan dari larutan awal (tanpa pemanasan).
5. Penentuan konsentrasi asetosal :
Dipipet 10 mL larutan dan titrasi dengan larutan baku NaOH 0,1 N
menggunakan indikator PP. lakukan titrasi masing-masing triplo.
Perhitungan :
Asetosal asam asetat + asam salisilsat
X–Y Y Y
Misalkan : asam asetat yang terbentuk Y, asetosal mula-mula X, maka
asetosal yang tersisa pada waktu t = X – Y, sehingga :
( X –Y ) + Y + Y = mL NaOH x N NaOH
X + Y = mmol NaOH
Y = mmol NaOH – X
Maka konsentrasi asetosal pada waktu t ( Ct ) dapat diperoleh.

TUGAS :
Hitung dan tentukan tingkat reaksi peruraian asetosal dengan cara substitusi
dan cara grafik.

2
Percobaan II
Stabilitas

I. Tujuan Percobaan
1. Menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas suatu zat.
2. Menentukan energi aktivasi dari penguraian suatu zat.
3. Menentukan waktu paruh suatu zat.
4. Menentukan batas umur simpan suatu zat.
5. Menggunakan data kinetika kimia untuk memperkirakan stabilitas suatu
zat.

II. Teori Dasar


Stabilitas suatu zat merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam
memformulasikan sediaan farmasi. Selama penyimpanan obat dapat
mengalami penguraian dan mengakibatkan dosis yang diterima pasien tidak
sesuai dengan yang diinginkan. Adakalanya hasil urai dari obat tertentu
bersifat toksik sehingga dapat mengakibatkan efek yang tidak dikehendaki
bagi pasien yang menggunakan. Faktor – faktor yang mempengaruhi
stabilitas antara lain temperatur, kelembaban, cahaya, oksigen, pH,
mikroorganisme, dan bahan-bahan tambahan yang digunakan dalam formula
sediaan obat.
Pengaruh temperatur terhadap laju diberikan dalam persamaan yang
dikemukakan yang dikemukakan oleh arhenius yakni :

Atau

ln k = ln A

Dimana k adalah konstanta laju reaksi, A adalah faktor Arhenius, Ea adalah


energi aktivasi, dan R adalah konstanta gas = 1,987 kal/der.mol, sedangkan
T (0K) adalah temperatur absolut.
Temperatur dapat mempengaruhi gerak molekul, dimana seluruh molekul
zat bergerak dengan arah dan laju yag sama. Adanya kenaikan temperatur

3
mempengaruhi arah dan kecepatan gerak molekul sehingga molekul
bergerak dengan kecepatan dan arah yang berbeda.

III. Prinsip
1. Pembuatan larutan asetosal
Ditimbang 30 g natrium sitrat, buat larutan jenuh natrium sitrat dalam air
hangat ad 500 mL, dinginkan. Ditimbang 12,5 g asetosal kemudian
larutkan dalam larutan jenuh natrium sitrat sedikit demi sedikit.
2. Dimasukkan 50 mL larutan kedalam 3 buah vial, tutup rapat. Vial
disimpan dalam oven dengan temperatur 60 oC,70 oC, dan 80 oC.
3. Setelah pemanasan 1 jam , ambil masing-masing 1 vial dari semua suhu,
dinginkan. Tentukan konsentrasi asetosal pada waktu tersebut (Ct). Cara
yang sama dilakukan setelah pemanasan 2 jam dan 3 jam.
4. Konsentrasi awal (Co) ditentukan dari larutan awal (tanpa pemanasan).
5. Penentuan konsentrasi asetosal :
Dipipet 10 mL larutan dan titrasi dengan larutan baku NaOH 0,1 N
menggunakan indikator PP. lakukan titrasi masing-masing triplo.
Perhitungan :
Asetosal asam asetat + asam salisilsat
X–Y Y Y
Misalkan : asam asetat yang terbentuk Y, asetosal mula-mula X, maka
asetosal yang tersisa pada waktu t = X – Y, sehingga :
( X –Y ) + Y + Y = ml NaOH x N NaOH
X+Y = mmol NaOH
Y = mmol NaOH – X
Maka konsentrasi asetosal pada waktu t (Ct) dapat diperoleh.

TUGAS:
➢ Hitung waktu paruh asetosal berdasarkan tingkat reaksinya
➢ Hitung energi aktivasi ( Ea ) menggunakan persamaan arhenius
dan tentukan tetapan laju reaksi pada suhu kamar (25 0C).
➢ Hitung batas umur simpan asetosal pada suhu kamar (25 0C)

4
Percobaan III
Viskositas dan Reologi

I. Tujuan Percobaan
Mahasiswa diharapkan dapat :
1. Menjelaskan arti Viskositas dan Reologi
2. Membedakan sifat cairan Newton dan non Newton
3. Menggunakan alat-alat penentuan Viskositas dan Reologi
4. Menentukan Viskositas dan reologi cairan Newton dan non Newton

II. Teori Dasar


Viskositas adalah pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk mengalir.
Makin tinggi Viskositas maka makin besar tahanannya. Menurut Newton :

F/A dv/dx
F/A = dv/dx

F/A : adalah tekanan geser / shearing stress ( dyne/cm 2 ),


dv/dx : adalah kecepatan geser (cm/cm.detik-1), sedangkan
: adalah koefisien Viskositas ( g cm-1detik/poise ).

Cairan yang mengikuti hukum Newton viskositasnya tetap pada suhu dan
tekanan tertentu dan tidak tergantung pada kecepatan geser. Oleh karena
itu viskositasnya dapat ditentukan pada satu kecepatan geser saja dengan
menggunakan viskometer kapiler atau bola jatuh.

5
Bila digambar didapat reogram sebagai berikut :

8
7
dv/dx
6
5
4
3
2
1

1 2 3 4 5 6 7 8
F/A

Viskositas cairan yang tidak mengikuti hukum Newton, viskositasnya


berubah pada setiap kecepatan geser sehingga untuk melihat sifat alirannya
dilakukan pengukuran pada beberapa kecepatan geser misalnya dengan
menggunakan viskometer Brookfield.
Berdasarkan grafik sifat aliran / reogram cairan non Newton terbagi atas 2
kelompok, yaitu :
1. Cairan yang sifat alirannya tidak dipengaruhi oleh waktu. Kelompok ini
terbagi atas 3 bagian, yaitu :
a) Aliran plastik
b) Aliran pseudo plastik
c) Aliran dilatan
2. Cairan yang sifat alirannya dipengaruhi oleh waktu. Kelompok ini juga
terdiri dari 3 bagian, yaitu :
a) Aliran tiksotropik
b) Aliran rheopeksi
c) Aliran viskoelastis
Alat untuk mengukur viskositas dan reologi suatu zat disebut viskometer.
Ada 2 jenis viskometer, yaitu :
1. Viskometer satu titik
Viskometer ini hanya dapat dilakukan untuk menentukan viskositas
cairan Newton. Yang termasuk kedalam jenis ini adalah : viskometer
kapiler, viskometer bola jatuh, penetrometer, dan lain-lain.

6
2. Viskometer banyak titik
Viskometer ini dapat digunakan untuk menentukan viskositas dan
rheologi cairan Newton dan non Newton, yang termasuk kedalam jenis
ini adalah : viskometer rotasi Stormer, Brookfield, dan lain-lain.

III. Prinsip
1. Dengan viskometer Brookfield
Tentukan viskositas absolute dari cairan :
➢ Minyak Nabati
2. Gunakan cairan yang sudah diketahui viskositasnya untuk menentukan
konstanta alat viskometer Stormer.
3. Tentukan sifat alir macam-macam zat pengental suspensi dan emulsi
dengan menggunakan viskometer stormer dan Brookfield
a. Dispersi HPMC 2%
b. Emulsi Parafin Liq dengan emulgator Gom Acacia 10 %
c. Emulsi Minyak Nabati dengan emulgator CMC Na 2 %
d. Emulsi Parafin Liq dengan emulgator CMC Na 2,5 %
4. Tabelkan data yang diperoleh

TUGAS :
Hitung viskositas minyak / larutan serta buat kurva reologi dari masing-masing
larutan yang ditentukan.

7
Percobaan IV
Mikromeritik / Ukuran Partikel

I. Tujuan Percobaan
1. Mengukur ukuran partikel zat dengan metode mikroskopik
2. Mengukur ukuran partikel zat dengan metode pengayakan

II. Teori Dasar


Menurut Dalla Vale, ilmu dan teknologi tentang partikel kecil
disebut mikromiretik. Partikel adalah semua butir-butir kecil jika
dihubungkan dengan ruang yang mengelilinginya, misalnya : partikel
dalam atom, butir-butir dalam darah, partikel terdispers didalam sediaan
obat.
Umumnya sediaan farmasi terdiri dari komponen-komponen
berupa partikel baik sendiri maupun didalam sistem partikel yang
merupakan fase terdispersi didalam mediumnya.
Pengetahuan dan pengontrolan ukuran partikel dan jarak ukuran
partikel sangat penting diketahui karena hubungannya terhadap sifat-sifat
fisika, kimiawi, dan farmakologi suatu obat. Dalam pembuatan tablet dan
kapsul, pengontrolan ukuran partikel penting dilakukan untuk
mendapatkan sifat yang baik dari granulat atau serbuk, sedangkan dalam
formulasi topikal dan emulsi, stabilitas fisika maupun proses biologinya
juga tergantung dari ukuran partikel bahan obatnya. Secara klinik, ukuran
partikel mempengaruhi pelepasan obat dari sediaan yang diberikan baik
secara oral, parenteral, rektal, maupun topikal.
Untuk menentukan ukuran atau dimensi dari partikel-partikel
didasarkan atas analogi sifat-sifatnya seperti luas permukaan, volume,
dan proyeksinya atau pengendapannya (sedimentasi) terhadap “ diameter
bola ekivalen ”, misal :
1. “diameter permukaan” = ds adalah diameter petikel yang berbentuk
bola yang mempunyai luas permukaan = luas permukaan partikel
yang diukur.
2. “diameter volume” = dv adalah diameter partikel berbentuk bola yang
mempunyai volume = volume partikel yang diselidiki.

8
3. “diameter terproyeksi” = dp adalah diameter partikel berbentuk bola
yang mempunyai daerah pengamatan = partikel yang diselidiki jika
dilihat secara normal pada bidangnya yang paling stabil.
4. “diameter stoke” = dst adalah diameter yang mempunyai kecepatan
sedimentasi = kecepatan sedimentasi partikel yang diselidiki.
Tipe diameter yang diperoleh menggambarkan metode pengukuran yang
digunakan, misal :
“diameter permukaan” : diperoleh dengan metode mikroskopik
“diameter volume” : diperoleh dengan metode adsorpsi
“diameter terproyeksi” : diperoleh dengan metode sedimentasi
“diameter stoke” : diperoleh dengan metode “Coulter
Counter”
Metode penentuan ukuran partikel yang paling sederhana adalah dengan
metode mikroskopik dan pengayakan.

III. Prinsip
A. Mengukur diameter dengan menggunakan metode mikroskopik
1. Kalibrasi skala okuler : tempatkan mikrometer dibawah mikroskop.
Himpitkan garis awal skala okuler dengan garis awal skala objektif
kemudian tentukan garis kedua yang tepat berhimpit. Tentukan jarak
skala lensa okuler.
2. Buat suspensi encer partikel yang akan dianalisa dan buat beberapa
preparat diatas gelas objek.
3. Lakukan pengelompokkan : tentukan ukuran partikel yang terkecil dan
terbesar, bagilah jarak ukur yang diperoleh menjadi beberapa bagian.
4. Ukurlah partikel dan golongkan kedalam grup/kelompok yang telah
ditentukan dan ukurlah sedikitnya 300-500 partikel.

TUGAS
Buat kurva distribusi ukuran partikel dan tentukan harga diameter rata-
rata seperti dibawah ini :
a) Panjang jumlah rata-rata : dln =
(length-number mean)
b) Luas jumlah rata-rata : dsn =
(surface-number mean)

9
c) Volume-jumlah rata-rata : dvn =
d) Luas-panjang atau panjang bobot : dsl =
(surface-length)
e) Luas-volume atau luas bobot rata-rata : dvs =
(surface-volume)
f) Volume bobot rata-rata : dwm =
Keterangan : n = jumlah partikel dalam tiap rentang ukuran partikel.
d = rata-rata rentang ukuran partikel dalam mikron.

Bahan yang digunakan adalah Asetosal / Vitamin C, dan lain-lain.


Diskusi hasil :
1. Jika partikel obat yang diukur larut air, bagaimana cara melakukannya?
2. Berdasarkan kurva distribusi yang diperoleh, bagaimana keadaan partikel
yang diamati? Berikan penjelasannya !

B. Mengukur diameter partikel dengan Metode Pengayakan :


1. Susun beberapa ayakan dengan nomor tertentu berurutan dari atas
kebawah semakin besar nomor pengayakan.
2. Sejumlah serbuk yang telah ditimbang, diletakkan pada pengayak paling
atas, ditutup dan mesin pengayak dihidupkan selama waktu tertentu (±
10 menit ), maka pengayak akan bergetar dan serbuk yang lebih halus
akan turun.
3. Fraksi yang tersisa pada masing-masing pengayak ditimbang.
4. Fraksi rata-rata partikel dihitung dari rata-rata lubang pengayak yang
dapat dilewati dan lubang pengayak yang menahan serbuk tersebut.

TUGAS
Buat kurva distribusi ukuran partikel dan hitung diameter rata-rata partikel
dengan persamaan berikut:

d = W1d1 + W2d2
Wt
d = diameter rata-rata partikel
d1 = diameter lubang pengayak yang menahan serbuk

10
d2 = diameter lubang pengayak yang dibawahnya yang
menahan serbuk
W1 dan W2 = bobot serbuk yang dapat ditahan oleh masing-masing
pengayak
Wt = bobot serbuk total yang tertahan pada masing-masing
pengayak.

Diskusi hasil :
1. Dari hasil percobaan tentukan klasifikasi serbuk berdasarkan nomor
pengayak (mesh)
2. Dari distribusi ukuran partikel yang diperoleh berikan penjelasan
bagaimana keadaan partikel yang diamati.
Bahan yang digunakan adalah Lactose DC / Avicel PH 102 / Granul Hasil
Formulasi.

11
Percobaan V
Kelarutan

I. Tujuan Percobaan
1. Mengetahui kelarutan suatu zat aktif obat dalam bentuk padat oleh
pelarut campur (kosolven) dan surfaktan.
2. Dapat menghitung nilai konstanta dielektrik (KD) dari pelarut campur dan
menentukan kadar kelarutan zat aktif dalam pelarut campur.
3. Dapat menentukan kadar kelarutan zat aktif dalam surfaktan.

II. Teori Dasar


A. KELARUTAN DENGAN PELARUT CAMPUR (KOSOLVEN)
Masalah utama dalam membuat sediaan larutan adalah pada
keterbatasan dari zat aktif obat. Metode untuk meningkatkan kelarutan
tersebut antara lain adalah menggunakan pelarut campur atau yang sering
disebut kosolven dan menggunakan surfaktan. Peristiwa yang pertama
disebut kosolvensi dan yang ke dua adalah solubilisasi miselar.
Kelarutan zat aktif obat secara umum sangat dipengaruhi oleh
polaritas pelarut dan struktur zat terlarut. Dalam hal ini, pelarut polar
melarutkan zat aktif obat yang polar atau ionik. Pelarut non-polar mudah
melarutkan zat aktif non-polar. Struktur zat aktif obat juga mempengaruhi
kelarutannya. Semakin panjang rantai gugus non-polar zat aktif dibandingkan
gugus polarnya, maka zat aktif tersebut semakin sukar larut dalam air.
Senyawa yang polar seperti NaCl, alcohol, glukosa dan senyawa asam,
mudah larut dalam air karena bersifat polar.
Mekanisme pelarutan pelarut polar adalah :
1. Mengurangi gaya tarik-menarik antara ion yang berlawanan, karena
pelarut polar mempunyai nilai konstanta dielektrik yang tinggi.
2. Memecah ikatan kovalen elektrolit-elektrolit kuat, karena pelarut polar
bersifat amfiprotik.
3. Membentuk ikatan hirogen dengan zat terlarut (zat aktif obat).
Pelarut non-polar tidak dapat melarutkan zat aktif obat polar. Hal ini
disebabkan pelarut non-polar tidak memiliki nilai konstanta dielektrik yang
rendah, tidak mampu memecah ikatan kovalen dan tidak dapat membentuk
ikatan hidrogen dengan zat terlarut. Antara pelarut polar dengan non-polar

12
ada pelarut yang disebut sebagai pelarut semi-polar (alkohol). Pelarut jenis
ini dapat melarutkan senyawa non-polar karena dapat menginduksi polaritas
senyawa non-polar.
Kelarutan suatu zat aktif obat (solut) dalam pelarut campur dapat
diperkirakan dengan menghitung nilai KD-nya. Nilai KD yang baik adalah
antara 25 sampai 80. Pelarut campur atau kosolven yang sering digunakan
dalam pembuatan obat bentuk sediaan larutan adalah campuran air-etanol,
sorbitol, gliserol, propilen glikol. Rumus perhitungan KD dari pelarut campur
adalah dengan fraksi (%) atau jumlah dari masing-masing pelarut dikalikan
dengan nilai KD.
Misal suatu zat aktif obat dilarutkan dalam etanol A% (nilai KD = 24,3)
+ Gliserol B% (KD = 42,5) + Propilen glikol C% (KD = 33,0) dan Air D% (KD =
78,5). Maka nilai KD pelarut campur tersebut adalah :

KD pelarut campur =

III. Alat dan Bahan


A. Alat
1. Spektrofotometer UV
2. Orbital Shaker
3. Alat-alat gelas
B. Bahan
1. Teofilin
2. Tween 80
3. Kosolven (Etanol, propilen glikol, sorbitol, gliserol, dan aquades)

IV. Cara Kerja


PROSEDUR PERCOBAAN PELARUT CAMPUR
B. Pembuatan Kurva Baku Teofilin
1. Dari larutan induk teofilin dibuat konsentrasi sebesar 5 bpj; 7,5 bpj; 10
bpj; 12,5 bpj; 15 bpj.
2. Diukur absorbansi masing-masing larutan tersebut menggunakan
spektrofotometer UV.
3. Dibuat kurva baku dan persamaan regresi linear nya.

13
B. Lakukan percobaan untuk membuat formula eliksir parasetamol dengan
dosis 250 mg/ 25 mL, sebagai berikut :

Zat aktif Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4 Formula 5


Kosolven
Teofilin 250 mg 250 mg 250 mg 250 mg 250 mg
Etanol - - - 2,5 mL 2,5 mL
Propilen glikol - - 5 mL 5 mL 5 mL
Gliserol - 2,5 mL 5 mL - 5 mL
Sorbitol 5 mL 5 mL 5 mL - 5 mL
Aquades ad 25 mL 25 mL 25 mL 25 mL 25 mL

1. Dibuat kosolven untuk masing-masing formula.


2. Dimasukan teofilin yang telah ditimbang ke dalam masing-masing
kosolven sampai didapat larutan jenuh.
3. Dikocok larutan dengan orbital shaker selama 30 menit.
4. Disaring, tentukan kadar teofilin yang larut menggunakan
spektrofotometer UV.
5. Dibuat kurva antara kelarutan teofilin dengan % pelarut.
6. Dihitung nilai KD dari masing-masing formula diatas.
7. Dibuat kesimpulan hubungan nilai KD dengan masing-masing
konsentrasi teofilin yang terlarut.

B. KONSENTRASI MISEL KRITIS (KMK)


Surfaktan (zat aktif permukaan, surface active agent) secara struktur
kimia memiliki dua gugus dalam molekulnya, yaitu gugus hirofilik (suka air)
dan gugus hidrofobik (benci air). Molekul tersebut juga disebut sebagai
molekul amfifilik atau amfifatik.
Surfaktan digolongkan sesuai dengan sifat gugus hidrofiliknya, yakni :
1. Surfaktan Anionik, mengikat gugus anionic (contoh karboksilat,
sulfonat)
2. Surfaktan Kationik, mengikat gugus kationik (ammonium kwarterner)
3. Surfaktan Amfolitik, mengikat gugus anion dan kation.
4. Surfaktan non-ionik, mengikat gugus non-ionik, gugus polar seperti
alkohol, eter atau etoksilat.

14
Penambahan surfaktan pada konsentrasi tertentu dalam air menyebabkan
ada sebagian kecil dari molekul tersebut, teradsorbsi pada antarmuka udara-
air. Penambahan lebih lanjut menyebabkan terjadinya kesetimbangan jumlah
antara molekul yang teradsorbsi dengan yang di ruahan cairan.
Penambahan lebih lanjut menyebabkan bagian hidrofob saling bertemu dan
terbentuk agregat yang disebut misel. Misel adalah molekul surfaktan yang
berbentuk sferis yang terdispersi dalam media air berukuran koloid. Zat aktif
obat yang sulit larut dalam air, akan mudah larut bila terjadi inklusi molekul
obat dalam misel.

C. PROSEDUR PERCOBAAN PENENTUAN KELARUTAN (SURFAKTAN)


A. Pembuatan Kurva Baku Teofilin
1. Dari larutan induk teofilin dibuat konsentrasi sebesar 5 bpj; 7,5 bpj; 10
bpj; 12,5 bpj; 15 bpj.
2. Diukur absorbansi masing-masing larutan tersebut menggunakan
spektrofotometer UV.
3. Dibuat kurva baku dan persamaan regresi linear nya.
B. Lakukan percobaan dengan:
1. Dibuat 50 mL larutan tween 80 dengan konsentrasi: 2-11 bpj,
kemudian dimasukkan ke dalam Erlenmeyer.
2. Ditambahkan teofilin 1 gram kedalam masing-masing larutan
surfaktan sampai diperoleh larutan yang jenuh.
3. Larutan dikocok selama 30 menit dengan orbital shaker
4. Disaring dan tentukan kadar teofilin yang terlarut dalam masing-
masing pelarut menggunakan spektrofotometer UV.
5. Dibuat grafik antara kelarutan teofilin dengan konsentrasi tween 80
yang digunakan.
6. Ditentukan konsentrasi misel kritik (KMK) dari tween 80
Catatan : panjang gelombang maksimum teofilin disesuaikan dengan yang
tercantum dalam literatur.

15
Percobaan VI
Emulsifikasi

I. Tujuan Percobaan
Setelah mengikuti percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu untuk :
1. Menentukan HLB butuh minyak yang digunakan dalam pembuatan
emulsi.
2. Menghitung jumlah emulgator golongan surfaktan yang digunakan dalam
pembuatan emulsi.
3. Membuat emulsi dengan menggunakan emulgator golongan surfaktan
4. Mengevaluasi ketidakstabilan suatu emulsi.

II. Teori dasar


Emulsi adalah suatu sistem yang secara termodinamik tidak stabil, terdiri
dari paling sedikit dua fasa yang tidak saling campur. Salah satu terdispersi
sebagai tetesan mikroskopik didalam fasa cair lainnya. Sistem ini biasanya
distabilkan dengan emulgator. Dalam bidang farmasi, emulsi biasanya terdiri
dari minyak dan air. Dalam pembuatan emulsi, pemilihan emulgator
merupakan faktor penting untuk diperhatikan karena mutu dan kestabilan
emulsi banyak dipengaruhi oleh emulgator yang digunakan. Salah satu
emulgator yang banyak digunakan dalam pembuatan emulsi adalah zat-zat
aktif permukaan atau dikenal dengan surfaktan. Mekanisme kerja surfaktan
sebagai emulgator adalah menurunkan tegangan antar permukaan air dan
minyak serta membentuk lapisan film pada permukaan tetesan fase
terdispersi.

III. Cara Kerja


Percobaan dilakukan selama 1 minggu.
1. Penentuan HLB butuh minyak mineral (paraffin liq) pada rentang HLB
yang lebar.
Formula : paraffin liq 30 %
Tween 80
5%
Span 80
Air ad 100 mL

16
Cara kerja :
a. Buat satu seri emulsi dengan HLB butuh masing-masing 5, 6, 7, 8, 9,
10, 11, 12 dan 13.
b. Hitung jumlah tween 80 dan span 80 yang dibutuhkan untuk masing-
masing harga HLB butuh
c. Timbang masing-masing bahan yang diperlukan untuk tiap formula
d. Campur paraffin liq dan span, tween dan air, masing-masing
dipanaskan diatas penangas air
e. Fase minyak ditambahkan kedalam fase air sedikit-sedikit sambil
diaduk dengan pengaduk listrik pada kecepatan dan waktu yang
sama (3 menit)
f. Emulsi yang sudah homogen dimasukkan kedalam tabung
sedimentasi, beri tanda masing-masing HLB
g. Amati kestabilannya, catat pada harga HLB berupa emulsi relatif
paling stabil
h. Hitung parameter kestabilan emulsi dengan menghitung volume
sedimentasi (F) dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
F = Vu/Vo
Vu = volume sedimentasi
Vo = volume awal
Nilai F semakin mendekati 1 semakin baik atau emulsi stabil.

2. Penentuan HLB butuh paraffin liq dengan rentang HLB yang sempit.
Cara kerja :
a. Tentukan HLB butuh paraffin liq yang paling stabil yang diperoleh
pada percobaan 1
b. Misalkan dari percobaan diperoleh 2 nilai HLB butuh paraffin liq 6 dan
12
c. Buat satu seri emulsi dengan HLB butuh masing-masing 5 s.d 7 dan
10 s.d 12 dengan rentang masing-masing 0,5
d. Selanjutnya lakukan seperti pada percobaan 1.

17

Anda mungkin juga menyukai