BIOFARMASETIKA
PROGRAM STUDI
S1 FARMASI
TIM PENYUSUN:
Oleh :
apt. I Gede Made Suradnyana, S.Si., M.Farm.
Nama : --------------------------------------------------------------
NIM : --------------------------------------------------------------
Kelas : --------------------------------------------------------------
Kelompok : --------------------------------------------------------------
Visi
Menghasilkan lulusan Sarjana Farmasi yang unggul dan inovatif di bidang Farmasi
Klinik dan Komunitas yang berwawasan budaya
Misi
1. Mengembangkan pendidikan program studi Sarjana Farmasi yang bermutu dan
berwawasan budaya serta berbasis riset dan pengabdian kepada masyarakat
yang mampu meluluskan sumber daya manusia yang berbudaya dan
berintegritas serta kompeten di bidang kefarmasian.
2. Menyelenggarakan penelitian di bidang kefarmasian yang bermutu dan
berwawasan budaya dengan mengutamakan pengembangan kearifan lokal
Usada dan bersinergi dengan kemajuan teknologi untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat dengan luaran invensi dan produk inovasi yang berdaya saing
global.
3. Melaksanakan pengabdian kepada masyarakat di bidang kefarmasian yang
bermutu dan berwawasan budaya melalui penerapan hasil penelitian khususnya
di bidang kefarmasian untuk memberi manfaat nyata bagi kehidupan
masyarakat.
Tujuan
1. Menghasilkan lulusan yang unggul, inovatif, berkarakter, mandiri, berbudaya,
dan berkemampuan wirausaha.
2. Menghasilkan penelitian yang inovatif di bidang kefarmasian khususnya dalam
mendukung upaya integrasi obat tradisional ke dalam sistem pengobatan
konvensional yang mampu merespon dinamika preferensi global.
3. Meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui pengabdian kepada
masyarakat dengan mengutamakan penerapan hasil penelitian terkini di bidang
kefarmasian.
MODUL PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA - S-1 FARMASI FAKULTAS FARMASI UNMAS DENPASAR - 2022 ii
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur penyusun panjatkan ke hadapan Ida Sanghyang Widhi
Washa/Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat-Nya Modul Praktikum
Biofarmasetika ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penyusun menyadari bahwa modul praktikum ini masih banyak kekurangan, oleh
karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi perbaikan modul praktikum ini di masa yang akan datang. Penyusun berharap
semoga modul praktikum ini dapat bermanfaat.
Penyusun
MODUL PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA - S-1 FARMASI FAKULTAS FARMASI UNMAS DENPASAR - 2022 iii
DAFTAR ISI
Percobaan III - Difusi Asam Salisilat dari Sediaan ke Dalam Gel Agar .................. 19
MODUL PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA - S-1 FARMASI FAKULTAS FARMASI UNMAS DENPASAR - 2022 iv
TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Sebelum Praktikum
1. Mahasiswa wajib hadir 100%, jika berhalangan hadir pada jadwal yang telah
ditetapkan wajib memberitahukan kepada dosen pengampu dan harus
menggantinya pada hari lain.
2. Mahasiswa wajib hadir di ruang praktikum/zoom room sesuai jadwal praktikum
yang telah ditetapkan.
3. Mahasiswa yang datang terlambat lebih dari 5 menit tidak diperkenankan
mengikuti kegiatan praktikum.
4. Mahasiswa wajib mengisi daftar hadir.
5. Mahasiswa wajib membawa farmasi kit setiap kegiatan praktikum luring.
6. Mahasiswa wajib membawa kertas tissue dalam jumlah yang cukup dalam
praktikum luring.
7. Mahasiswa wajib membawa kalkulator.
8. Mahasiswa wajib mengikuti pretest sebelum praktikum dimulai.
9. Mahasiswa wajib mengenakan jas laboratorium sebelum praktikum luring
dimulai.
10. Mahasiswa meminjam peralatan ke laboran dengan mengisi Daftar Bon Alat pada
praktikum luring.
Selama Praktikum
1. Selama praktikum berlangsung, mahasiswa wajib menjaga ketertiban dan
ketenangan laboratorium.
2. Mahasiswa wajib menjaga kebersihan peralatan dan ruangan laboratorium saat
praktikum luring.
3. Selama pelaksanaan praktikum mahasiswa tidak diperkenankan meninggalkan
ruang praktikum tanpa ijin dosen atau asisten pembimbing praktikum.
Setelah Praktikum
1. Setelah selesai praktikum luring, mahasiswa wajib merapikan dan
membersihkan kembali peralatan dan tempat praktikum sesuai ketentuan yang
berlaku.
2. Mahasiswa wajib membuang sampah saat praktikum luring sesuai ketentuan
yang berlaku.
3. Mahasiswa wajib melaporkan alat-alat yang rusak dan pecah ke laboran saat
praktikum luring.
4. Mahasiswa wajib mengganti peralatan yang rusak atau pecah sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
MODUL PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA - S-1 FARMASI FAKULTAS FARMASI UNMAS DENPASAR - 2022 1
Ketentuan Lain
1. Mahasiswa wajib membuat laporan resmi praktikum sesuai dengan hasil
praktikum dan dikumpulkan sebelum praktikum minggu berikutnya dimulai.
2. Mahasiswa yang melanggar tata tertib ini akan diberikan sanksi berupa:
a. teguran lisan;
b. pengurangan nilai; atau
c. dinyatakan tidak lulus Praktikum Biofarmasetika
3. Jenis sanksi tergantung tingkat pelanggaran.
MODUL PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA - S-1 FARMASI FAKULTAS FARMASI UNMAS DENPASAR - 2022 2
PROTOKOL KESEHATAN PENCEGAHAN PENULARAN COVID-19
MODUL PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA - S-1 FARMASI FAKULTAS FARMASI UNMAS DENPASAR - 2022 3
FORMAT LAPORAN DAN KRITERIA PENILAIAN
1. Cover Laporan:
a. nama mata praktikum
b. judul praktikum
c. logo Unmas Denpasar
d. nama dan NIM penyusun
e. nama prodi
f. nama fakultas
g. nama universitas
h. tahun
2. Isi Laporan:
a. Judul praktikum
b. Tujuan praktikum
c. Dasar teori
d. Pelaksanaan praktikum (alat dan bahan; cara kerja)
e. Hasil praktikum (lebih baik berbentuk tabel)
f. Pembahasan
g. Kesimpulan
h. Daftar pustaka
Catatan:
1. Laporan harus ditulis tangan atau diketik manual tidak boleh diketik
komputer
2. Laporan ditulis pada kertas double folio bergaris dengan margin kiri 3 cm dan
kanan 2 cm
Kriteria Penilaian:
Mahasiswa hanya boleh mengikuti remidial UTS dan UAS jika nilainya lebih kecil atau sama
dengan C (skor < 65) dan nilai maksimal remidial adalah B.
MODUL PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA - S-1 FARMASI FAKULTAS FARMASI UNMAS DENPASAR - 2022 4
JADWAL PRAKTIKUM
II
Sistem Dispersi Padat
III
MODUL PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA - S-1 FARMASI FAKULTAS FARMASI UNMAS DENPASAR - 2022 5
PERCOBAAN I
SISTEM DISPERSI PADAT
(2 kali pertemuan)
I. Tujuan
Setelah mengikuti praktikum mahasiswa memahami teknik pembuatan dispersi
padat dengan metode peleburan dan evaluasi sifat-sifat fisikokimia.
III. Percobaan
1. Bahan: glibenklamid/ketoprofen, polietilenglikol 6000 (PEG 6000), PVP,
etanol, dapar fosfat pH 7,2 dan es.
2. Alat: mortir dan stamper, erlenmeyer, bekerglass, magnetik stirer,
spektrofotometer uv, ayakan 425 µm (nomor 40), hot plate, cawan penguap,
objek glass dan pipet tetes.
3. Prosedur:
a. Pembuatan sistem dispersi padat (DP) dengan metode pelarutan
1) Timbang masing-masing parasetamol dan PVP sesuai tabel berikut
Proporsi
No. Parasetamol (g) Polivinilpirolidon (g)
Parasetamol (%)
1 10 2 18
2 20 4 16
3 30 6 14
MODUL PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA - S-1 FARMASI FAKULTAS FARMASI UNMAS DENPASAR - 2022 6
b. Pembuatan campuran fisik (CF)
1) Timbang masing-masing parasetamol dan PVP sesuai tabel berikut
Proporsi
No. Parasetamol Parasetamol (g) Polivinilpirolidon (g)
(%)
1 10 2 18
2 20 4 16
3 30 6 14
MODUL PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA - S-1 FARMASI FAKULTAS FARMASI UNMAS DENPASAR - 2022 7
3) Saring dengan kertas saring dan filtrat yang diperoleh dipipet 1 ml,
dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml dan diencerkan dengan NaOH
0,1 N sampai tanda.
4) Ukur serapannya pada panjang gelombang maksimumnya.
5) Bandingkan kelarutan DP dengan CF pada proporsi yang sama.
f. Uji disolusi
1) Timbang masing-masing DP dan CF yang setara dengan 500 mg
parasetamol (6 kali)
2) Masukkan masing-masing ke dalam cangkang kapsul yang sesuai, jika
tidak cukup 1 cangkang kapsul pergunakan 2 cangkang kapsul.
3) Siapkan alat uji disolusi tipe basket, 100 rpm dengan media disolusi
900 ml dapar fosfat pH 5,8 suhu 37 ± 0,5 oC
4) Masukkan masing-masing serbuk DP yang sudah ditimbang ke dalam
masing-masing labu disolusi
5) Hidupkan rotor pengaduk
6) Setelah 30 menit matikan rotor pengaduk dan saring masing-masing
cairan di dalam labu disolusi dengan kertas saring
7) Pipet filtrat yang diperoleh sebanyak 1 ml, masukkan ke dalam labu
takar 100 ml dan ecerkan dengan NaOH sampai tanda
8) Ukur serapannya pada panjang gelombang maksimumnya
9) Hitung jumlah parasetamol yang terdisolusi.
10) Lakukan hal yang sama untuk campuran fisik.
11) Bandingkan disolusi DP dan CF.
MODUL PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA - S-1 FARMASI FAKULTAS FARMASI UNMAS DENPASAR - 2022 8
2 20
3 30
c. Uji kelarutan
MODUL PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA - S-1 FARMASI FAKULTAS FARMASI UNMAS DENPASAR - 2022 9
PERCOBAAN II
UJI PERBANDINGAN BIOAVAILABILITAS SEDIAAN TABLET PARASETAMOL
SECARA IN VITRO MENGGUNAKAN UJI DISOLUSI
(2 kali pertemuan)
I. Tujuan Percobaan
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa mampu:
1. melakukan uji disolusi sediaan obat sesuai dengan Farmakope Indonesia ED
V
2. membandingkan bioavailabilitas antara obat brand dan generik
MODUL PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA - S-1 FARMASI FAKULTAS FARMASI UNMAS DENPASAR - 2022 10
Laju disolusi atau waktu yang diperlukan bagi obat untuk melarutkan dalam
cairan pada tempat absorpsi, merupakan tahap yang menentukan laju proses
absorbsi. Uji ini digunakan untuk obat-obat yang diberikan secara oral bentuk
padat seperti tablet. Akibatnya laju disolusi dapat mempengaruhi onset,
intesitas, dan lama respons, serta kontrol bioavailaibilitas obat tersebut
keseluruhan dari bentuk sediaannya.
Uji ini digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan disolusi
yang tertera dalam masing-masing monografi untuk sediaan tablet dan kapsul,
kecuali pada etiket dinyatakan bahwa tablet harus dikunyah. Persyaratan
disolusi tidak berlaku untuk kapsul gelatin lunak kecuali bila dinyatakan dalam
masing-masing monografi.
Disolusi merupakan salah satu kontrol kualitas yang dapat digunakan untuk
memprediksi bioavailabilitas, dan dalam beberapa kasus dapat sebagai
pengganti uji klinik untuk menilai bioekivalen (bioequivalence). Hubungan
kecepatan disolusi in vitro dan bioavailabilitasnya dirumuskan dalam bentuk
IVIVC (in vitro-in vivo corelation). Kinetika uji disolusi in vitro memberi informasi
yang sangat penting untuk meramalkan availabilitas obat dan efek terapeutiknya
secara in vivo.
Komponen yang penting dalam melakukan perubahan disolusi adalah wadah,
pengadukan, suhu, dan medium. Kecepatan pengadukan mempunyai hubungan
dengan tetapan kecepatan disolusi, kenaikan suhu medium yang tinggi akan
semakin banyak zat aktif terlarut. Suhu harus konstan yang biasanya pada suhu
tubuh (37oC). Medium larutan hendaknya tidak jenuh obat, yang biasa dipakai
adalah cairan lambung yang diencerkan, HCl 0,1 N, dapar fosfat, cairan lambung
tiruan, air dan cairan usus tiruan tergantung sifat-sifat lokasi obat akan larut.
Ukuran dan bentuk wadah akan mempengaruhi laju dan tingkat kelarutan,
untuk mengamati pelarutan dari obat sangat tidak larut dalam air menggunakan
wadah berkapasitas besar. Obat-obat yang mempunyai kelarutan kecil dalam
air, laju pelarutannya seringkali merupakan tahap yang paling lambat, oleh
karena itu merupakan terjadinya efek penentu kecepatan terhadap
bioavailabilitas obat, sedangkan obat yang mempunyai kelarutan besar dalam
air, laju pelarutannya cepat.
Berdasarkan proses yang dialami sediaan tablet/kapsul maka salah satu yang
menentukan kecepatan zat aktif mencapai sirkulasi sistemik adalah kecepatan
disolusi. Oleh karena itu salah satu studi biofarmasetik suatu
sediaantablet/kapsul adalah dengan melakukan uji disolusi. Disolusi
(kecepatan pelarutan) adalah suatu ukuran yang menyatakan banyaknya zat
terlarut dalam pelarut tertentu tiap satuan waktu. Hubungan yang
menggambarkan proses pelarutan suatu zat padat dikembangkan oleh Noyes
and Whitney dalam persamaan berikut:
D = koefisien difusi
S = luas permukaan zat
MODUL PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA - S-1 FARMASI FAKULTAS FARMASI UNMAS DENPASAR - 2022 11
Cs = kelarutan zat
C = konsentrasi zat dalam larutan pada waktu t
MODUL PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA - S-1 FARMASI FAKULTAS FARMASI UNMAS DENPASAR - 2022 12
Faktor perbedaan f1 dihitung menggunakan rumus:
Keterangan:
f2 : similarity factor (faktor kesamaan) dengan toleransi 50-100
Tt : dissolutin value of test batch at time t (% rata-rata zat terlarut dalam waktu
t untuk sedian uji).
III. Percobaan
1. Bahan: dapar fosfat pH 5,8, tablet paracetamol generik dan brand (Panadol)
2. Alat: dissolution tester, spektrofotometer UV-Vis., labu takar, pipet volume
dan alat gelas lainnya, kalkulator dan komputer.
3. Prosedur:
a. Pembuatan dapar fosfat pH 5,8
1) Buat larutan kalium fosfat monobasa 0,2 M dengan melarutkan 27,22
g kalium fosfat monobasa dengan air dan diencerkan sampai 1000 ml
2) Ambil 250 ml larutan kalium fosfat monobasa 0,2 M dan tambahkan
18 ml NaOH 0,2 N dan encerkan dengan air bebas CO2 sampai 1000
ml
3) Ukur pH dengan pH meter, jika diperlukan adjust pH dengan
penambahan NaOH 0,2 N atau HCl 0,1 N sampai pH 5,8.
4) Buat dapar fosfat pH 5,8 sebanyak 15 liter
b. Penentuan panjang gelombang maksimum parasetamol
1) Timbang 100 mg paracetamol dan larutkan dengan dapar fosfat pH
5,8 dalam labu takar 100 ml.
2) Pipet 1 ml larutan tersebut dan masukkan ke dalam labu takar 100
ml dan ecerkan dengan dapar fosfat pH 5,8sampai tanda, sehingga
diperoleh konsentrasi 10 µg/ml
3) Tentukan panjang gelombang maksimalnya pada rentang 200-400 nm
4) Catat panjang gelombang maksimalnya (λmax)
c. Pembuatan kurva kalibrasi parasetamol
1) Timbang 40 mg paracetamol dan larutkan dengan NaOH 0,1 N dalam
labu takar 100 ml.
2) Pipet 1 ml larutan tersebut dan masukkan ke dalam labu takar 100
ml dan ecerkan dengan NaOH 0,1 N sampai tanda, sehingga diperoleh
konsentrasi 4 µg/ml
MODUL PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA - S-1 FARMASI FAKULTAS FARMASI UNMAS DENPASAR - 2022 13
3) Buat larutan baku yang lain dengan konsentrasi 5, 6, 7, 8 dan 10
µg/ml dengan cara yang sama tetapi paracetamol yang ditimbang 50,
60, 70, 80 dan 100 mg.
4) Tentukan panjang gelombang maksimal (λmax) pada rentang λ 200-
400 nm dengan larutan paracetamol 6 µg/ml.
5) Ukur absorbansi masing-masing larutan baku pada panjang
gelombang maksimalnya (λmax).
6) Buat kurva kalibrasi seri larutan baku tersebut dan tentukan
persamaan garisnya.
d. Penentuan profil disolusi tablet parasetmol generik dan brand (Panadol)
1) Siapkan alat uji disolusi, isi waterbath dengan air sampai tanda,
nyalakan alat dan atur suhu pada 37oC dan kecapatan putaran 50
rpm.
2) Labu disolusi diisi dengan media disolusi (dapar fosfat pH 5,8)
sebanyak 900 ml.
3) Pasang alat dayung/padle dengan posisi tegak di tengah-tengah labu
dan jarak antara dasar labu dengan batas bawah dayung 25 mm ± 2
mm.
4) Tunggu sampai suhu media disolusi mencapai suhu 37oC ± 0,5oC.
5) Masukkan masing-masinga tablet paracetamol generik ke dalam labu
dan nyalakan rotor pengaduk.
6) Ambil larutan disolusi dari labu disolusi sebanyak 5 ml menggunakan
pipet volume pada menit ke 5, 10, 15, 20, 25 dan 30.
7) Setiap selesai pengambilan sampel, tambahkan larutan dapar fosfat
pH 5,8 sebanyak 5 ml ke dalam labu disolusi.
8) Tentukan serapan larutan disolusi hasil sampling dengan alat
spetrofotometer UV pada panjang gelombang maksimalnya dan
lakukan pengeceran dengan dapar fosfat pH 5,8 jika perlu.
9) Lakukan hal yang sama untuk tablet parasetamol brand (Panadol)
10) Hitung nilai Q(%), DE, f2 dan f1
MODUL PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA - S-1 FARMASI FAKULTAS FARMASI UNMAS DENPASAR - 2022 14
c. Hasil uji disolusi tablet parasetamol generik 500 mg
Kadar
Absorbansi Paracetamol Q (µg) Faktor QTot % Terlepas
Waktu
(µg/ml) Koreksi ED
(menit)
(Fk)
A1 A2 A3 A4 A5 A6 Rerata C=(y-a)/b Q=Cx900 Q+Fk QTot/dosis
10
15
20
25
30
Keterangan:
Volume sampling
Faktor koreksi = ×kadar sampel sebelumnya
Volume media disolusi
MODUL PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA - S-1 FARMASI FAKULTAS FARMASI UNMAS DENPASAR - 2022 15
Contoh:
Waktu
Kadar D
(menit)
0 0
5 45
10 65
15 79
20 88
25 93
30 95
AUC Total
ED% = ×100%
Luas Area
Luas ABC
ED% = ×100%
Luas ABDE
Luas trapesium total = 112,5 + 275 + 360 + 417,5 + 452,5 + 470 = 2087,5
2087,5
ED30% = × 100% = 69,58%
3000
MODUL PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA - S-1 FARMASI FAKULTAS FARMASI UNMAS DENPASAR - 2022 16
d. Hasil uji disolusi parasetamol brand (Panadol 500 mg)
Kadar
Absorbansi Paracetamol Q (µg) Faktor QTot % Terlepas
Waktu
(µg/ml) Koreksi ED
(menit)
(Fk)
A1 A2 A3 A4 A5 A6 Rerata C=(y-a)/b Q=Cx900 Q+Fk QTot/dosis
5
10
15
20
25
30
e. Hasil perhitungan faktor kemiripan (f2) dan faktor perbedaan (f1) parasetamol brand (Panadol 500 mg) dengan parasetamol generik
500 mg
MODUL PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA - S-1 FARMASI FAKULTAS FARMASI UNMAS DENPASAR - 2022 17
Keterangan:
MODUL PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA - S-1 FARMASI FAKULTAS FARMASI UNMAS DENPASAR - 2022 18
PERCOBAAN III
DIFUSI ASAM SALISILAT DARI SEDIAAN KE DALAM GEL AGAR
I. Tujuan
Setelah mengikuti praktikum mahasiswa mengetahui proses difusi zat aktif
sediaan secara semi kuantatif
MODUL PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA - S-1 FARMASI FAKULTAS FARMASI UNMAS DENPASAR - 2022 19
Gambar: Skema proses difusi
Hukum Fick’s Pertama
Sejumlah M materi yang mengalir melalui satu satuan penampang melintang, S,
dari suatu pembatas (barier) dalam satu satuan waktu t dikenal sebagai aliran
dengan simbol J.
𝑑𝑀
𝐽=
𝑆. 𝑑𝑡
Dimana D adalah koefisien difusi dari penetran (disebut juga difusan) dengan
satuan cm2/detik, C adalah konsentrasi dalam gram/cm3, dan x jarak dalam cm
dari pergerakan tegak lurus terhadap permukaan batas (barier).
Konstanta difusi D, atau sering disebut difusivitas tidak selamanya konstan,
karena konstanta tersebut bisa berubah nilainya pada konsentrasi lebih tinggi.
Nilai D juga dipengaruhi oleh temperatur, tekanan, sifat pelarut dan sifat kimia
dari difusan. Oleh karena itu D lebih tepat dikatakan sebagai koefisien difusi
dari pada sebagai suatu konstanta.
Hukum Fick’s pertama menyatakan flux (aliran) molekul proporsional dengan
gradien konsentrasi di antara kedua sisi barier. Pergerakan massa akan berhenti
jika tidak ada gradien konsentrasi yang tersisa di antara dua posisi.
Hukum Fick’s Kedua
Hukum Fick’s kedua menyatakan bahwa dalam suatu sistem, perubahan
konsentrasi terhadap waktu pada area tertentu adalah proporsional dengan
perubahan gradien konsentrasi pada titik tersebut.
III. Percobaan
1. Bahan: 1 bungkus agar tidar berwarna, sediaan krim asam salisilat 2%,
sediaan salep asam salisilat 2%, FeCl3
2. Alat: cawan petri, pipet tetes, kertas saring, penggaris, kertas label.
MODUL PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA - S-1 FARMASI FAKULTAS FARMASI UNMAS DENPASAR - 2022 20
3. Prosedur:
a. Siapkan dua cawan petri dengan diameter yang sama
b. Timbang 2 g serbuk agar, masukkan ke dalam beaker glass 250 ml,
tambahkan aquadest sampai 100 ml dan aduk sampai terbentuk suspensi.
c. Didihkan suspensi tersebut di atas hot plate sampai diperoleh larutan
bening.
d. Tuangkan masing-masing 15 ml larutan agar ke dalam 2 buah cawan petri
dan biarkan memadat.
e. Tambahkan 2 ml larutan FeCl3 ke dalam masing-masing cawan petri
sampai menutupi semua permukaan agar.
f. Diamkan selama 3 menit, kemudian sisa larutan FeCl 3 0,5 N dituangkan
dan keringkan permukaan agar dengan kertas saring.
g. Buatlah lubang pada lempengan agar tersebut dengan alat pembuat lubang
dengan jarak antar lubang 5 cm (3 lubang per lempeng).
h. Masukkan masing-masing 50 mg salep asam salisilat pada masing-masing
lubang pada salah satu cawan petri dan masing-masing 50 mg krim asam
salisilat pada masing-masing lubang pada cawan petri lainnya.
i. Simpan cawan petri di dalam kulkas selama 30 menit, amati perubahan
yang terjadi (diameter dan intensitas warna (difoto)).
j. Biarkan pada suhu kamar dan amati apa yang terjadi setelah 60 menit
berikutnya dan 90 menit berikutnya (diameter dan intensitas warna
(difoto)).
30
60
90
MODUL PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA - S-1 FARMASI FAKULTAS FARMASI UNMAS DENPASAR - 2022 21
PERCOBAAN IV
SECARA IN VITRO
1. Tujuan Praktikum
2. Teori Dasar
Difusi adalah proses perpindahan massa molekul suatu zat yang dibawa oleh
gerakan molekular secara acak (gerakan Brownian) dan berhubungan dengan
adanya polimer, merupakan suatu cara yang mudah untuk menyelidiki proses
difusi. Perjalanan suatu zat melalui batas biasa terjadi oleh suatu permeasi
molekular sederhana atau oleh gerakan melalui pori dan lubang (saluran).
Difusi molekular atau penetrasi melalui media yang tidak berpori bergantung pada
disolusi dari molekul yang menembus dalam keseluruhan membrane, sedang
proses melalui pori menyangkut perjalanan suatu zat melalui lubang suatu
membrane, yang berisi pelarut dan dipengaruhi ukuran relatif molekul yang
menembusnya serta diameter dari pori tersebut.
Hukum Difusi
Difusi dapat dipelajari dengan mengamati aliran molekul melalui suatu barier atau
membran, yang terjadi karena permeasi molekul sederhana atau karena
pergerakan melalui pori atau canal.
MODUL PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA - S-1 FARMASI FAKULTAS FARMASI UNMAS DENPASAR - 2022 22
Sejumlah M materi yang mengalir melalui satu satuan penampang melintang, S,
dari suatu pembatas (barier) dalam satu satuan waktu t dikenal sebagai aliran
dengan simbol J.
𝑑𝑀
𝐽=
𝑆. 𝑑𝑡
Aliran berbanding lurus dengan perbedaan konsentrasi, dC/dt
𝑑𝐶
𝐽 = −𝐷
𝑑𝑥
Dimana D adalah koefisien difusi dari penetran (disebut juga difusan) dengan
satuan cm2/detik, C adalah konsentrasi dalam gram/cm 3, dan x jarak dalam cm
dari pergerakan tegak lurus terhadap permukaan batas (barier).
Konstanta difusi D, atau sering disebut difusivitas tidak selamanya konstan,
karena konstanta tersebut bisa berubah nilainya pada konsentrasi lebih tinggi.
Nilai D juga dipengaruhi oleh temperatur, tekanan, sifat pelarut dan sifat kimia
dari difusan. Oleh karena itu D lebih tepat dikatakan sebagai koefisien difusi dari
pada sebagai suatu konstanta.
Hukum Fick’s pertama menyatakan flux (aliran) molekul proporsional dengan
gradien konsentrasi di antara kedua sisi barier. Pergerakan massa akan berhenti
jika tidak ada gradien konsentrasi yang tersisa di antara dua posisi.
MODUL PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA - S-1 FARMASI FAKULTAS FARMASI UNMAS DENPASAR - 2022 23
Uji Penetrasi
Studi penetrasi kulit in vitro dilakukan untuk mengukur kecepatan dan jumlah
komponen yang melewati kulit dan jumlah komponen yang tertahan pada kulit.
Dengan pengambilan secara manual dari cairan sampel, franz static diffusion cell
system, yang memiliki area kulit yang luas dan kompartemen reseptor statik
merupakan pilihan yang cocok dalam karakterisasi penetrasi dan deposisi obat
dalam kulit dari formulasi yang memiliki tingkat permeasi yang rendah. Alat franz
diffusion cell terbagi atas dua komponen, yaitu kompartemen donor dan
kompartemen reseptor. Membran yang digunakan dapat berupa kulit manusia,
kulit hewan maupun kulit sintetis. Membran diletakkan di antara kompartemen
donor dan kompartemen reseptor. Setelah pengaplikasian formulasi uji pada
membran yang dipasangkan pada sel difusi franz, cairan dalam kompartemen
reseptor disampling dalam interval waktu yang ditentukan untuk kemudian
dianalisis kandungannya (Fahruzzaman, 2017).
MODUL PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA - S-1 FARMASI FAKULTAS FARMASI UNMAS DENPASAR - 2022 24
kompartemen reseptor. Sediaan yang akan diuji diaplikasikan pada membran. Pada
interval waktu tertentu diambil beberapa mililiter cairan dari kompartemen
reseptor dan jumlah obat yang terpenetrasi melalui membran dapat dianalisis
dengan metode yang sesuai. Setiap pengambilan sampel cairan dari kompartemen
reseptor, harus selalu digantikan dengan cairan yang sama sejumlah volume
terambil (Fahruzzaman, 2017).
Kecepatan penetrasi tiap satuan waktu (fluks) dapat dihitung dengan persamaan
hukum Fick
M Q
J= =
S×t t
dimana,
J = Fluks (µg/cm2/menit)
t = waktu (menit)
Jumlah kumulatif senyawa yang berpenetrasi per luas area difusi (µg/cm 2) dihitung
dengan rumus:
𝐶𝑛 𝑉 + ∑𝑛−1
𝑖=1 𝐶. 𝑆
𝑄=
𝐴
Keterangan:
∑𝑛−1
𝑖=1 𝐶 = Jumlah konsentrasi zat pada sampling menit sebelumnya
3. Percobaan
Bahan: asam salisilat, propilen glikol, etanol 96%, CMC, NaOH, isopropyl
miristat, larutan dapat fosfat pH 7,4 dan aquadest.
b. Prosedur kerja
1) Pembuatan gel asam salisilat
a) Asam salisilat ditimbang sebanyak 500 mg dan dimasukan ke dalam
mortir.
b) Ditambahkan etanol 96% kemudian digerus hingga larut.
c) Ditambahkan propilen glikol sebanyak 5 gram.
MODUL PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA - S-1 FARMASI FAKULTAS FARMASI UNMAS DENPASAR - 2022 25
d) Dalam mortir gerus 1 g CMC dengan 13,5 ml aquadest hingga membentuk
mucilago.
e) Mucilago dimasukan ke dalam mortir asam salisilat sedikit demi sedikit
sambil digerus hingga homogen dan diperoleh gel dengan kadar asam
salisilat 25 mg/g gel.
2) Penentuan panjang gelombang maksimum asam salisilat dalam larutan
NaOH 0,01 N
a) Dibuat larutan induk asam salisilat dengan menimbang 50 mg asam
salisilat kemudian ditambahkan NaOH 0,01 N ad 100 ml.
b) Dibuat larutan dengan konsetrasi 100 µg/ml.
c) Dibuat larutan 25 µg/ml dari larutan 100 µg/ml untuk menentukan
panjang gelombang maksimum.
d) Panjang gelombang ditentukan menggunakan spektrofotmeter UV pada
200-400 nm.
3) Pembuatan kurva kalibrasi asam salisilat dalam larutan NaOH 0.01 N
a) Dibuat konsentrasi larutan 10 µg/ml, 15 µg/ml, 20 µg/ml, 25 µg/ml, 30
µg/ml, dan 35 µg/ml masing-masing sebanyak 10 ml.
b) Serapan zat diukur pada panjang gelombang maksimumnya.
c) Kurva dibuat dengan menghubungkan konsentrasi dengan serapan Asam
Salisilat.
4) Uji penetrasi secara in vitro
a) Optimasi waktu impregnasi membran milipore dalam isopropyl miristat
Membrane milipore yang digunakan, ditimbang kemudian diimpregnasikan
dalam isopropyl miristat selama 10, 30, 45, 60, 75 menit. Setelah itu,
membrane diambil dan dikeringkan di atas kertas saring. Bobot
membrane sebelum dan sesudah impregnasi ditimbang untuk
mendapatkan kondisi yang sama pada setiap membran.
[Bt -B0 ]
Persentase impregnasi = × 100%
B0
Keterangan:
MODUL PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA - S-1 FARMASI FAKULTAS FARMASI UNMAS DENPASAR - 2022 26
menit ke 0, 1 5, 30, 45, 60 dan 90. Sampel diukur serapannya pada panjang
gelombang maksimum.
4. Hasil Percobaan
a. Kurva kalibrasi zat aktif
Kadar (µg/ml) Absorbansi
1,5
2,5
5. Pengolahan Data
MODUL PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA - S-1 FARMASI FAKULTAS FARMASI UNMAS DENPASAR - 2022 27
Catatan:
𝑦−𝑏
• Konsentrasi Asam Salisilat dalam Larutan Sampel (µg/ml) =
𝑎
• Jumlah asam salisilat berdifusi (µg) = Konsentrasi Asam Salisilat dalam Larutan
Sampel (µg/ml) x volume kompartemen reseptor (ml)
• Faktor koreksi (µg) = Volume sampling (ml)
Volume sel difusi (ml)
× Jml asam salisilat berdifusi menit sebelumnya (µg)
MODUL PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA - S-1 FARMASI FAKULTAS FARMASI UNMAS DENPASAR - 2022 28
PERCOBAAN V
ANALISIS OBAT DI DALAM MATRIKS BIOLOGI
I. Tujuan
Setelah mengikuti praktikum mahasiswa memahami prinsip dan prosedur
analisis obat di dalam matriks biologi
III. Percobaan
1. Bahan: teofilin, NaOH 0,1 N, alkohol 70%, heparin, HCl 0,1 N, kloroform,
isopropil alkohol, plasma darah.
2. Alat: labu ukur 100 ml, pipet volume 2 ml, mikropipet, pH meter, alat suntik,
waterbath, vial, sentrifuga, kulkas, pipet ukur 1 ml dan 5 ml, spektrofometer,
kalkulator, stop watch, kertas grafik semilog dan numerik.
3. Prosedur:
a. Penetapan panjang gelombang maksimum
1) Timbang 50 mg teofilin dan larutkan dengan NaOH 0,1 N di dalam labu
takar 100 ml sampai tanda batas
2) Pipet 1 ml larutan yang diperoleh dengan pipet volume, masukkan ke
dalam labu takar 100 ml dan encerkan dengan NaOH 0,1 N sampai
tanda (larutan teofilin 5 µg/ml)
MODUL PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA - S-1 FARMASI FAKULTAS FARMASI UNMAS DENPASAR - 2022 29
3) Ukur serapannya pada panjang gelombang 235-335 nm dengan
spektrofotometer.
4) Tentukan panjang gelombang maksimumnya.
b. Pembuatan kurva baku teofilin
1) Timbang 50 mg teofilin dan larutkan dengan NaOH 0,1 N di dalam labu
takar 100 ml sampai tanda batas
2) Pipet 1 ml larutan yang diperoleh dengan pipet volume, masukkan ke
dalam labu takar 100 ml dan encerkan dengan NaOH 0,1 N sampai
tanda
3) Pipet larutan yang dihasilkan dengan pipet volume sebanyak 25 ml dan
masukkan ke dalam labu takar 50 ml (larutan teofilin 2,5 µg/ml)
4) Buat larutan teofilin 3 µg/ml, 3,5 µg/ml, 4 µg/ml, 4,5 µg/ml dan 5
µg/ml dengan prosedur yang sama tetapi teofilin yang ditimbang
berturut-turut 60 mg, 70 mg, 80 mg, 90 mg dan 100 mg.
5) Ukur serapan masing-masing larutan yang diperoleh pada panjang
gelombang maksimumnya
6) Buat kurva kalibrasi dan tentukan persamaan garisnya.
c. Penetapan jangka waktu respon tetap
1) Buat campuran kloroform-isopropil alkohol (20:1) sebanyak 200 ml
2) Timbang 50 mg teofilin dan larutkan dengan NaOH 0,1 N di dalam labu
takar 50 ml sampai tanda batas (larutan teofilin 1000 µg/ml).
3) Buat larutan teofilin dalam plasma dengan kadar 5 µg/ml, dan 10
µg/ml masing-masing sebanyak 10 ml
4) Masukkan 20 ml campuran kloroform-isopropil-alkohol ke dalam
corong pisah dan tambahkan 0,4 ml HCl 0,1 N
5) Masukkan 2 ml larutan teofilin dalam plasma dan kocok selama 1
menit.
6) Tunggu sampai campuran memisah.
7) Lapisan air dipisahkan dan fase organik disaring
8) Filtrat yang diperoleh dipipet sebanyak 10 ml dan dimasukkan ke
dalam corong pisah yang kering dan bersih
9) Tambahkan 20 ml campuran kloroform-isopropil-alkohol dan 0,4 ml
HCl 0,1 N
10) Kocok selama 1 menit dan tunggu sampai campuran memisah.
11) Lapisan air dipisahkan dan fase organik disaring
12) Filtrat yang diperoleh dimasukkan ke dalam tabung sentrifuga dan
tambahkan 4 ml larutan NaOH 0,1 N
13) Kocok selama 1 menit dan sentrifuga selama 10 menit dengan
kecepatan 1500 rpm.
MODUL PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA - S-1 FARMASI FAKULTAS FARMASI UNMAS DENPASAR - 2022 30
14) Lapisan NaOH dipisahkan.
15) Ukur serapannya pada panjang gelombang maksimumnya setiap 5
menit selama 1 jam
16) Buat kurva serapan vs waktu dan tentukan jangka waktu serapan
tetap.
d. Penentuan perolehan kembali dan kesalahan acak
1) Buat campuran kloroform-isopropil alkohol (20:1) sebanyak 200 ml
2) Timbang 50 mg teofilin dan larutkan dengan NaOH 0,1 N di dalam labu
takar 50 ml sampai tanda batas (larutan teofilin 1000 µg/ml).
3) Buat larutan teofilin dalam plasma dengan kadar 2,5 µg/ml, 5 µg/ml,
7,5 µg/ml, 10 dan 12,5 µg/ml masing-masing sebanyak 10 ml
4) Masukkan 20 ml campuran kloroform-isopropil-alkohol ke dalam
corong pisah dan tambahkan 0,4 ml HCl 0,1 N
5) Masukkan 2 ml larutan teofilin dalam plasma dan kocok selama 1
menit.
6) Tunggu sampai campuran memisah.
7) Lapisan air dipisahkan dan fase organik disaring
8) Filtrat yang diperoleh dimasukkan ke dalam corong pisah yang kering
dan bersih
9) Tambahkan 20 ml campuran kloroform-isopropil-alkohol dan 0,4 ml
HCl 0,1 N
10) Kocok selama 1 menit dan tunggu sampai campuran memisah.
11) Lapisan air dipisahkan/dibuang dan fase organik disaring
12) Filtrat yang diperoleh dimasukkan ke dalam tabung sentrifuga dan
tambahkan 4 ml larutan NaOH 0,1 N
13) Kocok selama 1 menit dan sentrifuga selama 10 menit dengan
kecepatan 1500 rpm.
14) Lapisan NaOH dipisahkan.
15) Ukur serapannya pada panjang gelombang maksimumnya.
16) Hitung kadar masing-masing larutan dengan kurva kalibrasi.
17) Hitung perolehan kembali masing-masing larutan dengan rumus
Kadar terukur
Perolehan kembali = × 100%
Kadar seharusnya
MODUL PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA - S-1 FARMASI FAKULTAS FARMASI UNMAS DENPASAR - 2022 31
Simpangan baku
Kesalahan acak = × 100%
Rata-rata
1 2,5
2 3
3 3,5
4 4,5
5 5
1 5
2 10
3 15
4 20
5 25
6 30
7 35
8 40
9 45
10 50
11 55
12 60
MODUL PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA - S-1 FARMASI FAKULTAS FARMASI UNMAS DENPASAR - 2022 32
Kadar
Kadar Terukur Perolehan Kesalahan
No. Seharusnya
(µg/ml) Kembali (%) Sistematik (%)
(µg/ml)
1 2,5
2 5
3 7,5
4 10
5 12,5
MODUL PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA - S-1 FARMASI FAKULTAS FARMASI UNMAS DENPASAR - 2022 33
DAFTAR PUSTAKA
Aryani, NLD & Martodihardjo, S 2007, Uji permeabilitas intrinsik dan termodinamika
difusi piroksikam secara in vitro. Jurnal Farmasi Indonesia vol. 3, No. 3 pp. 103-
110
Craig, DQM 2002, ‘The mechanisms of drug release from solid dispersions in water-
soluble polymers’, International Journal of Pharmaceutics, vol. 231, pp. 131-144
Jain, GK, Ahmad, FJ and Khar, RK 2012, Theory and practice of physical pharmacy,
Elsevier, Kundli
Leuner, C and Dressman, J 2000, ‘Improving drug solubility for oral delivery using
solid dispersions’, European Journal of Pharmaceutics and Biopharmaceutics, vol.
50, pp. 47-60
Prabu, SL and Suriyaprakash, TNK 2012, ‘Extraction of drug from the biological
matrix: a review’ in GR Naik (ed) Applied biological engineering-principles and
practice, pp. 461-506. InTeOp, Melbourne.
MODUL PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA - S-1 FARMASI FAKULTAS FARMASI UNMAS DENPASAR - 2022 34