MODUL
PROSES PEMBUATAN
BIOBRIKET DAN
ASAP CAIR
Disusun oleh:
Deddy Misdarpon, S.Pd., MT
Drs. Hadi Prasetyo.,MT
Editor oleh:
Niamul Huda, ST., M.Pd
Didukungi oleh:
1
KATA PENGANTAR
Di dalam buku modul ini diberikan kegiatan belajar, tugas- tugas dan tes
formatif dimana seluruh kegiatan tersebut diharapkan dikerjakan/dilakukan secara
man-diri/kelompok oleh setiap peserta diklat untuk melatih kemampuan dirinya
dalam memecahkan berbagai persoalan
Dalam pelaksanaanya seluruh kegiatan dilakukan oleh setiap peserta/siswa
dengan arahan Pembimbing/Instruktur yang ditugaskan, dan pada akhir diklat
seluruh materi dari modul ini akan diujikan secara mandiri untuk memenuhi tuntutan
kompetensi dan standar pekerjaan/perusahaan.
Materi pembelajaran atau bahan dari modul dan tugas-tugas ini diambil dari
be-berapa buku referensi yang dipilih dan juga buku referensi tersebut sebagai
bahan bacaan yang dianjurkan untuk memperkaya penguasaan kompetensi
peserta diklat.
Diharapkan setiap peserta pelatihan setelah mempelajari dan
melaksanakan semua petunjuk dari modul ini secara tuntas, akan mempunyai
kompetensi sesuai dengan tuntutan pekerjaan sebagai tenaga pelaksana
pemeliharaan Teknik Energi Terbarukan.
2
DAFTAR ISI
Halaman
3
1. Uraian Materi ..................................................................... 57
2. Tugas Latihan ..................................................................... 66
3. Rangkuman ........................................................................ 67
4. Evaluasi Materi ................................................................. 69
5. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ........................................... 70
A. Umum
1. Modul ini terdiri atas Kegiatan Belajar, Uraian Materi, dan Soal-soal Latihan.
4
2. Pelajari dahulu seluruh materi yang ada dari setiap Kegiatan Belajar,
kemudian pelajari juga dari refferensi yang lain, sesuai dengan yang
disarankan.
3. Anda diwajibkan untuk mengikuti seluruh Kegiatan Belajar yang ada pada
Modul ini sebagai Kompetensi minimal, dari program diklat yang
diselenggarakan.
4. Untuk mempertajam pemahaman, anda diwajibkan mengerjakan soal-soal
yang telah disediakan pada bagian akhir dari setiap kegiatan belajar setelah
anda selesai mempelajari bagian dimaksud.
5. Untuk dapat melanjutkan kegiatan, anda harus mampu menjawab dengan
benar minimal 80 persen dari soal-soal yang ada.
6. Penguasaan /kompetensi anda akan diukur lebih lanjut melalui Post-Test
secara terpisah oleh Instruktor/Pembimbing.
5
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Data Asia Pasific Coconut Community (APCC) menunjukkan bahwa konsumsi
kelapa segar penduduk Indonesia sekitar 36 butir/kapita/tahun atau 7,92 miliar butir
(51,1%). Bila produksi buah kelapa nasional sebanyak 15,5 miliar butir/tahun, maka
buah kelapa yang dapat diolah di sektor industri adalah 7,57 miliar butir (48,9%).
Jumlah ini dapat memenuhi kebutuhan 29 unit industri dengan kapasitas 1 juta
butir/hari.
Dari buah kelapa dapat dikembangkan berbagai industri yang menghasilkan
produk pangan dan non-pangan mulai dari produk primer yang masih menampakkan
ciri-ciri kelapa hingga yang tidak lagi menampakkan ciri-ciri kelapa. Dengan
demikian, nilai ekonomi kelapa tidak lagi berbasis kopra.
Keadaan tersebut sudah berkembang di negara-negara lain, seperti di Filipina. Dari
total ekspor produk kelapa Filipina (US$ 920 juta), sekitar 49% diantaranya adalah
berupa produk bukan coconut crude oil (CCO). Terkait hal itu, secara nasional
promosi program diversifikasi di pedesaan untuk menghasilkan produk kelapa
setengah jadi yang terkait dengan industri berteknologi tinggi perlu dikembangkan.
Produk kelapa yang sudah berkembang di dalam negeri adalah coconut crude oil
(CCO) dan turunannya, desiccated coconut (DC), virgin coconut oil (VCO), coconut
milk (CM), CF, Activated carbon (AC), dan CCL. Sekitar 90% dari bahan baku
daging kelapa digunakan untuk menghasilkan CCO dan sisanya terbagi untuk
produk lainnya, tetapi kecenderungan untuk menghasilkan CCO tersebut semakin
menurun, sedangkan produk lainnya semakin meningkat. Sesuai dinamika pasar
produk, kecenderungan untuk menghasilkan produk oleokimia (OC) turunan dari
CCO tampak semakin tinggi.
Produk-produk turunan daging buah selain (OC) yang sangat prospektif untuk
berkembang adalah VCO, DC, CM dan CC. Keempat produk ini memiliki konteks
pengembangan yang sangat baik. VCO memiliki konteks produk yang dapat
meningkatkan kesehatan (daya imunitas tubuh terhadap berbagai penyakit
degeneratif) dan bahan baku kosmetik alami yang bernilai tinggi. DC adalah produk
campuran makanan yang higienis dan praktis. CM adalah minuman kesehatan yang
6
dapat mensubstitusi susu dan CC adalah bahan yang praktis dan hiegenis untuk
keperluan memasak pengganti santan parut manual.
Produk-produk turunan sabut yang prospektif untuk bahan jok mobil mewah,
springbed, dan geotextile (GT).
Produk-produk turunan tempurung yang prospektif adalah AC, CCL, tepung
tempurung (CP) dan kerajinan. Activated carbon antara lain dapat digunakan untuk
industri minyak dan gas, pemurnian air, pengolahan pulp, pupuk dan tambang emas.
Ada empat komponen dasar dari buah kelapa, yaitu sabut, tempurung, daging buah
dan air yang dapat diolah menjadi berbagai macam produk.
Dalam modul ini yang akan dibahas hanya yang berhubungan dengan
tempurungnya saja.
B. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari dan mengikuti semua petunjuk kegiatan pembelajaran dalam
modul ini, peserta diharapkan mampu memahami prinsip dan melaksanakan :
1) Pembuatan briket arang tempurung
2) Pembuatan asap cair
3) Pengujian biobriket arang tempurung
4) Pengujian asap cair
2. Membuat asap cair dari 2.1. Menyiapkan peralatan utama dan alat batu
proses pengarangan 2.2. Menyiapkan bahan baku
tempurung 2.3. Melaksanakan proses pembuatan asap cair
3. Melakukan pengujian hasil 3.1. Menyiapkan peralatan utama dan alat batu
bio briket arang tempurung 3.2. Menyiapkan bahan baku
3.3. Melakukan pengujian hasil bio briket
tempurung kelapa
4. Melakukan pengujian hasil 4.1. Menyiapkan peralatan utama dan alat batu
asap cair/ pyrolisis 4.2. Menyiapkan bahan baku
4.3. Melakukan pengujian hasil asap cair dari
proses pengarangan tempurung kelapa
7
D. Indikator Keberhasilan
Terlaksananya pembelajaran peserta diklat meliputi pemahaman prinsip dan
melaksanakan :
1. Membuat Bio Briket Arang Tempurung
1.1. Menyiapkan peralatan utama dan alat batu
1.2. Menyiapkan bahan baku
1.3. Melaksanakan proses pembuatan bio briket
2. Membuat Asap Cair dari Proses Pengarangan Tempurung
2.1. Menyiapkan Peralatan utama dan alat batu
2.2. Menyiapkan Bahan Baku
2.3. Melaksanakan proses pembuatan asap cair
3. Melakukan Pengujian hasil Bio Briket Arang Tempurung
3.1. Menyiapkan Peralatan utama dan alat batu
3.2. Menyiapkan bio briket sebagai specimen benda uji
3.3. Melakukan pengujian hasil bio briket tempurung kelapa
4. Melakukan Pengujian Hasil Asap Cair/ Pyrolisis
4.1. Menyiapkan Peralatan utama dan alat batu
4.2. Menyiapkan asap cair grade 1,2, dan 3 debagai specimen benda uji
4.3. Melakukan pengujian hasil asap cair dari proses pengarangan
tempurung kelapa
(Tingkat keberhasilan pembelajaran peserta diklat akan dievaluasi
berdasarkan kegiatan pembelajaran yang dikerjakannya)
8
BAB II. KEGIATAN PEMBELAJARAN
A. KEGIATAN BELAJAR 1.
PEMBUATAN BRIKET ARANG TEMPURUNG
1. Uraian Materi
o Tempurung
Tempurung kelapa yang dulu hanya digunakan sebagai bahan bakar,
sekarang sudah merupakan bahan baku industri cukup penting. Produk yang
dihasilkan dari pengolahan tempurung adalah arang, arang aktif, tepung tempurung,
dan barang kerajinan. Arang aktif dari tempurung kelapa memiliki daya saing yang
kuat karena mutunya tinggi dan tergolong sumber daya yang terbarukan. Selain
digunakan dalam industri farmasi, pertambangan, dan penjernihan, arang aktif
sekarang sudah dibuat untuk penyaring atau penjernih ruangan untuk menyerap
polusi dan bau tidak sedap dalam ruangan. Berdasarkan data ekspor tahun 2003,
Indonesia ternyata lebih banyak mengekspor dalam bentuk arang tempurung (56%),
sedangkan negara lain dalam bentuk arang aktif.
Salah satu sumber energi alternatif yaitu penggunaan briket arang. Tahukah anda
tentang arang tempurung kelapa? Mungkin bagi anda yang belum tahu mulai
sekarang harus mencari tahu karena briket arang tempurung kelapa ini bisa diolah
menjadi sebuah minyak tanah yang mana dijadikan salah satu kebutuhan pokok
yang sukar sekali untuk didapatkan sekarang ini mengingat harga jual nya yang
cukup tinggi sehingga banyak orang yang beralih untuk lebih memilih gas elpiji.
9
Gambar 1.1. GPotensi Pengembangan Produk Kelapa
Hal ini bisa dijadikan sebagai peluang bisnis briket arang yang mana memberikan
keuntungan yang cukup menjanjikan nantinya jika diolah dengan tangan yang benar.
Kenaikan harga bbm yang berlangsung belakangan ini nyatanya dapat memberikan
efek yang cukup penting untuk penduduk kelompok kalangan bawah.
10
Peluang bisnis ini menyasar karena Kenaikan harga minyak tanah yang
melambung tinggi sampai meraih empat kali lipat, ditambah lagi tingkat
kecenderungan pemakaian bbm yang makin hari semakin merangkak naik,
mendorong beberapa besar penduduk untuk mulai berpaling dari bahan bakar
minyak ke pemakaian bahan bakar alternatif.
Perumpamaannya saja potensi pemanfaatan briket arang tempurung kelapa
yang sangat memungkinkan apabila dikembangkan sebagai bahan bakar pengganti
minyak tanah serta gas elpiji. Melimpahnya sampah tempurung kelapa yang telah
tidak terpakai, serta besarnya kandungan daya yang dihasilkan limbah tersebut,
membuat banyak sekali warga yang mulai tertarik untuk mengembangkan bahan
bakar alternatif berbentuk biobriket dari limbah tempurung kelapa menjadi daya
energi alternatif terbarukan.
Pemakaian briket arang tempurung kelapa merupakan langkah pas bagi penduduk
untuk kurangi ketergantungan mereka pada bahan bakar fosil layaknya minyak
tanah serta gas elpiji, ataupun pemakaian bahan bakar kayu yang tingkat
konsumsinya makin hari makin meningkat tajam hingga membahayakan ekologi
rimba. Tujuan pasar yang dapat anda bidik saat menjalankan usaha briket arang
tempurung yang berdomisili di daerah-daerah terpencil.
Di samping itu, anda juga dapat membidik beberapa pebisnis kuliner yang
belakangan ini mulai memakai bahan bakar alternatif berbentuk briket arang untuk
kurangi ketergantungan mereka pada bahan bakar minyak tanah serta gas elpiji
yang harganya makin hari semakin melambung tinggi.
11
Gambar 1.3. Arang Tempurung dan Briket
o Proses Pembuatan Briket Arang Tempurung Kelapa
Sesungguhnya untuk pembuatan biobriket ini kita dapat menggunakan
berbagai macam bahan baku arang yang berupa limbah dan non limbah. Bahan
baku briket arang dapat berupa sekam padi, kayu, limbah dari industri
penggergajian, dan tempurung kelapa. Saat ini sedang dikembangkan briket arang
yang dihasilkan dari tempurung kelapa yang biasanya hanya merupakan limbah
pada industri pembuatan minyak kelapa. Perkembangan perkebunan kelapa di
Indonesia terus meningkat, pada tahun 1968 luas areal kelapa mencapai 1,595 juta
ha menjadi 3,712 ha tahun 1999 dengan volume ekspor minyak kelapa mencapai
735 ribu ton pada tahun 2000 (Anonim, 2003) yang berakibat semakin banyaknya
tempurung kelapa yang tidak dimanfaatkan secara optimal dan menjadi limbah
industri.
Dengan adanya ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin
berkembang, limbah tempurung kelapa ini dapat diproses menjadi produk olahan
yang lebih bermanfaat. Pembuatan briket arang dari tempurung kelapa merupakan
salah satu cara untuk menanggulangi limbah tempurung kelapa yang dapat dijadikan
sebagai sumber energi alternatif.
TEMPURUNG
12
Untuk menghasilkan briket arang, hal utama yang harus dilakukan yaitu
pembuatan arang sebagai bahan dasar briket arang. Berbagai macam metoda
digunakan untuk menghasilkan arang, baik metode sederhana maupun dengan
menggunakan peralatan yang lebih modern.
Sebagian besar masyarakat masih menggunakan metode sederhana untuk
menghasilkan arang. Metode ini menggunakan ruang pembakaran berupa lubang
di dalam tanah, dapur pengarangan, maupun drum pengarangan. Pembakaran
dengan metode ini memakan waktu cukup lama, untuk pembakaran dengan lubang
di dalam tanah memerlukan waktu 6 7 hari (Palungkun, 2001).
13
Gambar 1.6. Tungku Pengarangan Modern
14
Dilihat dari manfaat briket arang tempurung kelapa yang dapat digunakan sebagai
sumber energi alternatif, maka dalam proses pembuatannya juga akan dilakukan
pengujian untuk mengetahui kualitas briket arang yang dihasilkan.
Briket arang tempurung kelapa dibuat dari bahan baku berupa tempurung
kelapa. Pemilihan bahan baku tempurung kelapa yang akan dijadikan arang
haruslah tempurung yang bersih dan berasal dari kelapa yang tua. Selain itu
bahan harus kering, agar proses pembakarannya berlangsung lebih cepat dan
tidak menghasilkan banyak asap (Palungkun, 2001).
15
Gambar 1.8. Menyiapkan Tempurung Sesuai Kriteria
o PEMROSESAN
PENGARANGAN CARA SEDERHANA
Pengarangan cara sederhana banyak dilakukan oleh masyarakat, karena
dengan cirri has kesederhanaannya. Pengarangan sederhana dalam prosesnya
hanya akan menghasilkan arang saja, tidak akan menghasilkan asap cair, karena
tidak ada proses penampungan asap. Alat yang dipakai untuk pengarangan
adalah sebuah drum yang difungsikan sebagai tungku, untuk pengarangan dalam
jumlah banyak, dapat menggunakan beberapa tungku pembakaran
Proses Pengarangan :
1. Siapkan tungku pembakaran dan tempurung yang akan dipakai
2. Bersihkan tempurung dari kotoran dan sabut
3. Keringkan tempurung dengan cara dijemur, hingga kadar airnya kira-
kira 15%
4. Pengarangan dapat dilakukan dengan cara pengarangan langsung
pada tungku tertutup, dengan bahan bakar dibawah tungku tersebut
5. atau pembakaran tempurung yang akan dijadikan arang pada tungku,
kemudian pada saat semua tempurung sudah terbakar, lalu ditutup
dengan debu sisa pembakaran atau pasir, sihingga terjadi proses
pengarangan. Cara ini tidak memakai bahan bakar tersendiri.
6. Selanjutnya arang tempurung disortir dari bagian pengarangan yang
tidak sempurna/ masih mentah.
7. Untuk menghasilkan kualitas arang yang baik, diperlukan pengalaman
dan cara-cara yang sesuai dengan cara pengarangan modern
16
Gambar 1.9. Sampel arang tempurung yang belum matang
17
Gambar 1.10. Proses memasukkan tempurung pada tungku pengarangan
sesuai dengan kapasitas tungkunya
18
Gambar 1.11. Mesin Penepung Arang Tempurung
19
TEPUNG
KANJI/TAPIOKA
(1kg)
TEPUNG
Air (8 liter)
ARANG (25 kg)
PASTA
BIOBRIKET
Gambar 1.14. Mesin Pengaduk/ Mixer Adonan Briket dan Tepung Arang
e. Pencetakan Briket
Setelah adonan briket jadi, kemudian adonan dimasukkan ke dalam alat cetak
briket,
o Masukkan adonan briket pada moulding cetakan, sehingga memenuhi
seluruh rongga silinder cetakan, volume adonan briket, seperti halnya
volume silinder cetakan
o Kemudian dipadatkan dengan tangan, sehingga permukaan atas adonan
briket, sama tinggi dengan permukaan bagian atas cetakan
20
o Mengatur meja cetakan briket, sehingga bagian pin pengepres tepat berada
dibagian tengah (senter) silinder rongga cetakan briket, kuncikan kedudukan
meja cetakan pada posisi yang seharusnya
o Memutar roda torak cetakan, sehingga pin pencetak menekan seluruh
permukaan adonan briket, sehingga terjadi kepadatan tertentu
o Mengeluarkan briket yang telah selesai dicetak, simpan pada loyang dan
siap untuk dikeringkan
Gambar 1.15. Mesin Pengaduk/ Mixer Adonan Briket dan Tepung Arang
f. Pengeringan Briket
Setelah dicetak, selanjutnya biobriket dikeringkan. Pengeringan dapat dilakukan
secara alamiah/manual dijemur dibawah terik matahari, atau dimasukkan pada
alat pengering khusus (oven). Proses pengeringan secara manual di bawah
terik matahari dilakukan selama 3-4 hari, atau kalau dengan menggunakan
oven, dikeringkan pada suhu oven 60oC selama 24 jam. sebelum dimasukkan
oven, briket diangin-anginkan terlebih dahulu minimal 12 jam, agar tidak terjadi
pengeringan yang mendadak, yang dapat menyebabkan pecah-pecah.
21
Gambar 1.16. Pengeringan Bio Briket Pada Oven Khusus Pada Temp. 60O C
Gambar 1.17. Pengeringan Bio Briket Pada Oven Khusus Pada Temp. 60 O C
22
Gambar 1.18. Bio Briket yang sudah jadi selanjutnya di packing
2. Tugas Latihan
Tugas Latihan ke 1:
(Setelah anda menyimak uraian materi di atas dan mungkin anda
mendapat informasi serupa yang lebih luas dari media lain, selanjutnya
jawab pertanyaan dibawah ini dengan vukup rinci)
23
1.3. Apabila anda berhasil memproduksi bio briket dari tempurung
kelapa, kemana akan anda pasarkan ?
Tugas Latihan ke 2 :
(Setelah anda menyimak uraian materi PROSES PEMBUATAN BRIKET ARANG
TEMPURUNG KELAPA di atas dan mungkin anda mendapat informasi serupa yang lebih
luas dari media lain, selanjutnya jawab pertanyaan dibawah ini)
2.1. Identifikasikan bahan baku yang dapat dipakai untuk bio briket :
a)
b) ..
c)
d)
e)
2.2. Jelaskan apa kelebihan tempurung kelapa sebagai bahan baku bio briket !
.
.
.
.
.
2.3. Jelaskan fungsi potensi arang tempurung, terkait dengan energy !
.
.
.
2.4. Identifikasikan fungsi karbon aktif hasil dari arang tempurung !
2.5. Identifikasikan fungsi briket arang tempurung (bio briket) !
.
.
24
2.6. Jelaskan pembuatan arang dengan cara metode sederhana !
.
.
2.7. Identifikasikan keuntungan pembuatan arang dengan metode modern !
.
.
.
Tugas Latihan ke 3
(Setelah anda menyimak uraian materi PENYIAPAN BAHAN BAKU di atas dan mungkin
anda mendapat informasi serupa yang lebih luas dari media lain, selanjutnya jawab
pertanyaan dibawah ini)
3.1. Apa yang menjadi patokan untuk menentukan jumlah bahan baku yang akan
disiapkan ?
3.2. Apakah tempurung yang akan dipilih termasuk sabut yang menempel pada
tempurung tersebut? * Ya Tidak, alasannya adalah
3.3. Berapa persen kadar air tempurung maksimum yang akan dipakai langsung
dalam pengarangan ?
25
3. Rangkuman Kegiatan Belajar 1.
Kegiatan Belajar 1 ini membahas tentang :
Membuat Bio Briket Arang Tempurung, dengan sub pokok bahasan sebagai
berikut :
1. Menyiapkan peralatan utama dan alat batu
2. Menyiapkan bahan baku
3. Melaksanakan proses pembuatan bio briket
o Proses Pengarangan :
1. Siapkan tungku pembakaran dan tempurung yang akan dipakai
2. Bersihkan tempurung dari kotoran dan sabut
3. Keringkan tempurung dengan cara dijemur, hingga kadar airnya kira-kira
15%
4. Pengarangan dapat dilakukan dengan cara pengarangan langsung pada
tungku tertutup, dengan bahan bakar dibawah tungku tersebut
5. atau pembakaran tempurung yang akan dijadikan arang pada tungku,
kemudian pada saat semua tempurung sudah terbakar, lalu ditutup
26
dengan debu sisa pembakaran atau pasir, sihingga terjadi proses
pengarangan. Cara ini tidak memakai bahan bakar tersendiri.
6. Selanjutnya arang tempurung disortir dari bagian pengarangan yang tidak
sempurna/ masih mentah.
7. Untuk menghasilkan kualitas arang yang baik, diperlukan pengalaman dan
cara-cara yang sesuai dengan cara pengarangan modern
Pengeringan Briket
Setelah dicetak, selanjutnya biobriket dikeringkan. Pengeringan dapat dilakukan
secara alamiah/manual dijemur dibawah terik matahari, atau dimasukkan pada alat
27
pengering khusus (oven). Proses pengeringan secara manual di bawah terik
matahari dilakukan selama 3-4 hari, atau kalau dengan menggunakan oven,
dikeringkan pada suhu oven 60oC selama 24 jam
4. Evaluasi Materi
o Post Test
Kerjakan soal dibawah ini pada lembar jawaban yang telah disediakan.
o Tugas Praktek
Kerjakanlah Tugas Praktek Pembuatan Briket Arang Tempurung berikut ini
menurut tatacara standard (SOP) yang tepat:
1. Pembuatan Arang Tempurung, cara tradisional atau cara modern
2. Pembuatan Tepung Arang Tempurung
28
3. Pembuatan Pasta briket
4. Pencetakan biobriket
5. Pengeringan /oven biobriket
29
hasil asap cair dari 40 .
proses pengarangan
tempurung kelapa
Cimahi, 2013
Penilai
..
NIP.
B. KEGIATAN BELAJAR 2. PEMBUATAN ASAP CAIR
1. Uraian Materi
a. Pendahuluan
Pengasapan telah lama dikenal sebagai salah satu tahapan dalam
pengolahan produk pangan. Tujuan semula dari pengasapan adalah menghambat
laju kerusakan produk. Namun dalam perkembangannya tujuan pengasapan tidak
hanya itu, tetapi lebih ditujukan untuk memperoleh kenampakan tertentu pada
produk asapan dan citarasa asap pada bahan makanan. Astuti (2000)
mengemukakan bahwa penggunaan asap cair lebih menguntungkan daripada
menggunakan metode pengasapan lainnya karena warna dan citarasa produk dapat
dikendalikan, kemungkinan menghasilkan produk karsinogen lebih kecil, proses
pengasapan dapat dilakukan dengan cepat dan bisa langsung ditambahkan pada
bahan selama proses. Pengasapan diperkirakan akan tetap bertahan pada masa
yang akan datang karena efek yang unik dari citarasa dan warna yang dihasilkan
pada bahan pangan.
Asap cair dapat diperoleh dengan cara pirolisis tempurung kelapa kemudian
dilakukan kondensasi. Untuk aplikasi asap cair, perlu dilakukan pemisahan
komponen tar, karena terikutnya komponen ini dapat memberikan kenampakan
yang jelek. Salah satu cara untuk memisahkan tar adalah dengan perlakuan
destilasi untuk memperoleh sifat organoleptik yang diinginkan. Menurut Yuwanti dkk
(1999) proses destilasi terhadap asap cair juga dapat menghilangkan senyawa yang
tidak diinginkan dalam asap cair seperti hidrokarbon karsinogen dan residu tar.
Asap cair mengandung berbagai senyawa yang terbentuk karena terjadinya
pirolisis tiga komponen kayu yaitu selulosa, hemiselulosa dan lignin.
Lebih dari 400 senyawa kimia dalam asap telah berhasil diidentifikasi.
Komponen-komponen tersebut ditemukan dalam jumlah yang bervariasi tergantung
30
jenis kayu, umur tanaman sumber kayu, dan kondisi pertumbuhan kayu seperti iklim
dan tanah. Komponen-komponen tersebut meliputi asam yang dapat mempengaruhi
citarasa, pH dan umur simpan produk asapan; karbonil yang bereaksi dengan
protein dan membentuk pewarnaan coklat dan fenol yang merupakan pembentuk
utama aroma dan menunjukkan aktivitas antioksidan (Astuti, 2000).
Selain itu Fatimah (1998) menyatakan golongan-golongan senyawa penyusun
asap cair adalah air (11-92 %), fenol (0,2-2,9 %), asam (2,8-9,5 %), karbonil (2,6-
4,0 %) dan tar (1-7 %).
Kandungan senyawa-senyawa penyusun asap cair sangat menentukan sifat
organoleptik asap cair serta menentukan kualitas produk pengasapan. Komposisi
dan sifat organoleptik asap cair sangat tergantung pada sifat kayu, temperatur
pirolisis, jumlah oksigen, kelembaban kayu, ukuran partikel kayu serta alat
pembuatan asap cair (Girard, 1992).
Diketahui pula bahwa temperatur pembuatan asap merupakan faktor yang
paling menentukan kualitas asap yang dihasilkan. Darmadji dkk (1999) menyatakan
bahwa kandungan maksimum senyawa-senyawa fenol, karbonil, dan asam dicapai
pada temperatur pirolisis 600 oC. Tetapi produk yang diberikan asap cair yang
dihasilkan pada temperatur 400 oC dinilai mempunyai kualitas organoleptik yang
terbaik dibandingkan dengan asap cair yang dihasilkan pada temperatur pirolisis
yang lebih tinggi.
Adapun komponen-komponen penyusun asap cair meliputi:
o Senyawa fenol
Senyawa fenol diduga berperan sebagai antioksidan sehingga dapat
memperpanjang masa simpan produk asapan.
Kandungan senyawa fenol dalam asap sangat tergantung pada temperatur
pirolisis kayu. Menurut Girard (1992), kuantitas fenol pada kayu sangat bervariasi
yaitu antara 10-200 mg/kg Beberapa jenis fenol yang biasanya terdapat dalam
produk asapan adalah guaiakol, dan siringol.
Senyawa-senyawa fenol yang terdapat dalam asap kayu umumnya
hidrokarbon aromatik yang tersusun dari cincin benzena dengan sejumlah gugus
hidroksil yang terikat. Senyawa-senyawa fenol ini juga dapat mengikat gugus-gugus
lain seperti aldehid, keton, asam dan ester (Maga, 1987).
31
OCH3
HO HO
H3CO H3CO
Guaiakol Siringol
o Senyawa karbonil
Senyawa-senyawa karbonil dalam asap memiliki peranan pada pewarnaan
dan citarasa produk asapan. Golongan senyawa ini mepunyai aroma seperti aroma
karamel yang unik. Jenis senyawa karbonil yang terdapat dalam asap cair antara
lain adalah vanilin dan siringaldehida.
OCH3
HO HO
O O
C C
H3CO H3CO
H H
Vanilin Siringaldehida
o Senyawa asam
Senyawa-senyawa asam mempunyai peranan sebagai anti bakteri dan
membentuk citarasa produk asapan. Senyawa asam ini antara lain adalah asam
asetat, propionat, butirat dan valerat.
o Senyawa hidrokarbon polisiklis aromatis
Senyawa hidrokarbon polisiklis aromatis (HPA) dapat terbentuk pada proses
pirolisis kayu. Senyawa hidrokarbon aromatik seperti benzo(a)pirena merupakan
senyawa yang memiliki pengaruh buruk karena bersifat karsinogen (Girard, 1992).
Girard (1992) menyatakan bahwa pembentukan berbagai senyawa HPA
selama pembuatan asap tergantung dari beberapa hal, seperti temperatur pirolisis,
waktu dan kelembaban udara pada proses pembuatan asap serta kandungan udara
dalam kayu.
32
Dikatakan juga bahwa semua proses yang menyebabkan terpisahnya
partikel-partikel besar dari asap akan menurunkan kadar benzo(a)pirena. Proses
tersebut antara lain adalah pengendapan dan penyaringan.
o senyawa benzo(a)pirena
Benzo(a)pirena mempunyai titik didih 310 oC dan dapat menyebabkan kanker
kulit jika dioleskan langsung pada permukaan kulit. Akan tetapi proses yang terjadi
memerlukan waktu yang lama (Winaprilani, 2003).
Untuk mendapatkan biobriket dan asap cair yang berkualitas maka harus kita
persiapkan beberapa sarana pendukung yang berkualitas dan memadai pula.
Banyak peralatan pencetak biobriket dan asap cair dengan spesifikasi dan
kapasitas bervariasi yang beredar di pasaran dengan berbagai merk produk yang
bermacam-
macam pula.
Mesin produksi biobriket dan asap cair ini merupakan satu unit mesin pengolah
limbah tempurung kelapa secara terpadu sehingga diharapkan dalam sekali proses
kita mendapatkan hasil secara terpadu pula. Dengan demikian kita peralatan ini
dapat berfungsi secara optimal dengan memberikan keuntungan ganda disamping
tentu saja pertimbangan komponen bahan yang ekonomis.
Peralatan produksi yang digunakan untuk memproses bahan baku tempurung
kelapa menjadi briket dan asap cair terdiri dari beberapa unit mesin, yaitu:
Mesin Pengeringan Tempurung
Mesin Pembakaran
Mesin Penepungan
Mesin Pencetakan
Mesin Destilasi dan Penyaringan
Mesin Pengemasan
33
Gambar 2.1. Alat Destilasi Lab Pemroses Asap Cair
Secara umum proses pembuatan biobriket dan asap cair seperti alur pada bagan
berikut:
34
DIAGRAM PROSES PEMBUATAN BIOBRIKET DAN ASAP CAIR
35
Proses Pirolisis
Pirolisis adalah degradasi limbah organik secara thermal dalam kondisi tanpa
oksigen untuk menghasilkan arang karbon, minyak dan gas yang dapat dibakar.
Besarnya produk yang akan dihasilkan dipengaruhi kondisi proses, terutama
temperatur dan laju pemanasan. Perbedaan utama pirolisis, gasifikasi dan
insinerasi: jumlah oksigen yang disuplai ke rekator thermal.
Temparatur relatif rendah, yaitu dalam rentang 400-800C. Kondisi proses yang
bervariasi mengakibatkan perbedaan produk arang, gas atau minyak yang
dihasilkan.
Panas disuplai melalui pemanasan tidak langsung, seperti pembakaran dari gas
atau minyak, atau pemanasan langsung menggunakan transfer gas panas.
Pirolisis memiliki kelebihkan dalam menghasilkan gas atau produk minyak dari
limbah yang dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk proses pirolisis itu
sendiri.
b. Pirolisis dari limbah domestik (sampah kota) menghasilkan:
35% produk arang
kadar abu hingga 37%
c. Pirolisis dengan laju pemanasan yang lambat terhadap limbah ban akan
menghasilkan:
Arang hingga 50%
kadar abu sekitar 10%
Pemanfaatan arang:
36
Digunakan langsung sebagai bahan bakar
Dipadatkan menjadi briket bahan bakar
Digunakan sebagai bahan adsorpsi seperti karbon aktif .
Proses Pirolisis
Proses pembakaran bahan baku tempurung kelapa menjadi arang
tempurung dan asap cair dengan menggunakan tungku pirolisis, adapun
langkah-langkah adalah sebagai berikut:
Pada waktu pengisian bahan baku diusahakan tempurung kelapa terisi penuh
di dalam reaktor dengan menggunakan balok kayu untuk memadatkan
tempurung di dalam reaktor pirolisis.
Reaktor ditutup rapat setelah terisi penuh dengan tempurung kelapa. Untuk
mencegah asap keluar dari reaktor pirolisis.
Untuk proses pembakaran disediakan bahan bakar sekitar 40 50 kg
tempurung untuk membakar 120 kg tempurung yang akan dijadikan briket.
Pada saat proses pembakaran suhu pirolisis dikontrol melalui alat kontrol
temperatur yang terpasang diatas reaktor pirolisis. Selama proses
pembakaran suhu dijaga sekitar 300-400 o C.
Kran pada separator / penampung tar harus dibuka 5-10 menit per jam
karena untuk mencegah cairan tar mengeras didalam pipa. Disamping itu
untuk mencegah terjadinya tekanan tinggi pada reaktor pirolisis.
Setelah 5 6 jam dimana asap cair tidak keluar dari kondensor maka proses
pirolisis dianggap sudah selesai.
Setelah proses pirolisis selesai tempurung (sisa pembakaran) yang
digunakan sebagai bahan bakar kemudian dapat dikeluarkan dan dimatikan
dengan menggunakan air.
Arang hasil pirolisis yang ada didalam reaktor didiamkan terlebih dahulu
selama 2 jam kemudian dikeluarkan dan digiling.
37
menjadi cairan pada drum kondensor. Jadilah asap cair sebanyak 55 liter.
Asap cair yang dihasilkan masih berupa asap cair grade C (masih
mengandung tar sehingga warna coklat pekat) dengan kadar pH 4-5.
2) Pemisahan Tar
Pada saluran pipa asap cair ini tar berupa larutan hitam pekat yang mirip
dengan oli di tangkap melalui separator kemudian ditampung pada bak
penampungan tar. Yang dibuka 5 - 10 menit setiap satu jam proses.
3) Proses Recycle Gas Metan
Dari tangki penampung asap cair terdapat asap yang mengembun
menjadi cairan dan gas yang masih belum terkondensasi berupa gas
metan yang selanjutnya masih dapat dimanfaatkan dengan cara dibakar
dan disalurkan kembali ke bawah reaktor untuk membantu bahan bakar
pirolisis.
4) Pemisahan Asap Cair Grade C dengan tar
Asap cair ditampung pada tabung pemurnian untuk diproses menjadi asap
cair murni grade A dan B (tidak mengandung gas metan dan tar). Hal ini
dapat dilakukan melalui proses pengendapan asap cair grade C selama
minimal satu minggu, untuk mengendapkan tar. Asap cair yang telah
terpisah oleh tar disaring dengan Zeolit aktif, proses selanjutnya asap cair
grade C dilakukan dilakukan destilasi untuk pemurnian.
38
.
6) Pengemasan dan Pemanfaatan Asap Cair
Asap Cair kemudian disimpan dalam penampungan untuk siap dikemas
sesuai dengan gradenya masing-masing.
Tungku Pirolisis
Detail sambungan
garis sambung knee dia. 2"
flange 2"-304-JIS
garis asli
pipa
Detail sambungan s/s d reducer 2-1/2"
ia.2"
knee dia. 2" flange 2"-304-JIS drain out s/s dia. 1/2"
plate s/s JIS-304 3mm
drum dia.60
flange 1/2"-304-JIS besi dia 12
s/s 1/2"
fire exhaust s/s
dia. 4"
tutup outlet s/s dia. 4"
Gambar 2.3. Bagan Dapur Pirolisis Arang Tempurung dan Kondensasi Asap Cair
39
Gambar 2.4. Metode Recycling Gas Metan untuk Pembakaran
Keterangan Gambar:
(1) Tabung pirolisis
Tempat menampung semua bahan tempurung/kayu/serbuk gerjen yang akan
dijadikan arang melalui proses pirolisis.
(2) Tungku pembakaran
Tungku pembakaran berfungsi untuk membakar semua bahan yang akan
dibakar dalam tabung pirolisis.
(3) Lubang udara
Lubang udara berfungsi untuk sirkulasi udara selama proses pembakaran
agar panas yang dihasilkan bisa merata
(4) Lubang bahan bakar
Lubang bahan bakar berfungsi untuk keluar masuknya semua bahan bakar
yang digunakan selama proses pembakaran.
(5) Pengukur suhu
Pengukur suhu adalah alat yang berfungsi untuk mengatur suhu selama
proses pembakaran dalam tungku agar lebih stabil sehingga proses
40
pengarangan menjadi lebih sempurna.
(6) Tabung kondensasi
Tabung kondensasi berfungsi untuk mendinginkan asap/gas agar menjadi zat
cair sehingga mempermudah dalam penyimpanan.
(7) Blower
Blower berfungsi untuk mendorong agar asap dapat mengalir secara cepat
dan lancar dalam tempat penampungan.
(8) Penampung tar
Penampung tar adalah alat yang digunakan untuk menampung tar yang
keluar selama proses pengarangan mengggunakan pirolisis.
(9) penampung bio-oil
Penampung bio-oil adalah tempat untuk menampung asap cair yang
dihasilkan dalam proses pengarangan dengan pirolisis.
(10) Pengukur tekanan
Pengukur tekanan merupakan peralatan yang mendukung dalam
pengarangan menggunakan tabung pirolisis, berfungsi untuk mengukur
tekanan agar tetap stabil.
(11) pipa gas recycle
Pipa gas recycle merupakan alat pendukung tabung pirolisis, berfungsi untuk
merecycle semua bahan gas yang dihasilkan selama proses pengarangan
dan digunakan sebagai tambahan bahan bakar.
(12) pipa bio-oil
Pipa bio-oil merupakan alat pendukung tabung pirolisis, berfungsi untuk
mengalirkan bio-oil yang diperoleh selama proses pengarangan dalam
pirolisis.
41
a. Proses Pirolisis untuk pembuatan arang tempurung kelapa dengan
menggunakan tabung pirolisis dengan blower gas methan sebagai bahan
bakar tambahan. Proses pirolisis berlangsung selama 4-6 jam pada suhu
300-400o C.
b. Proses kondensasi untuk menghasilkan tar, gas methan dan asap cair
grade C yang dilakukan dengan menggunakan tabung kondensator dengan
air bersuhu 23-250 C yang disirkulasi menggunakan pompa air.
c. Proses destilasi untuk merubah asap cair grade C menjadi grade lebih
tinggi dilakukan proses dehidrasi menggunakan zeolit aktif untuk menyerap
air. Setelah itu asap cair tersebut dimurnikan menjadi grade B atau grade B
menjadi grade A dengan menggunakan tabung destilator yang suhunya
dapat diatur antara 120-250oC.
Karakteristik Khusus Alat
Instalasi Pirolisator dan Kondensator Tempurung Kelapa
42
Reaktor pirolisis berdiameter 750 mm, tinggi 1040 cm dan kerucut dengan
ketinggian 323 mm serta ketebalan plat 3 mm stainless steel. Konstruksi pirolisis ini
dilengkapi dengan exhaust valve untuk menjaga tekanan dalam reaktor dan fire
exhaust dengan diameter 4 inchi dan tempat termometer untuk mengukur suhu
dalam reaktor. Dibawah reaktor ditempatkan ruang untuk pembakaran dengan
ukuran kaki reaktor yang terbuat dari siku 5/5 dan tinggi 440 mm, lebar 750mm.
Proses pirolisis berlangsung selama 4-6 jam pada suhu 300-400o C yang
diukur dengan termometer payung. Pengaturan suhu dilakukan dengan mengontrol
cara pembakaran dengan bahan tempurung kelapa. Hasil yang diperoleh dari
proses pirolisis ini adalah arang tempurung kelapa, asap cair dan gas methan.
Untuk mengalirkan gas asap cair ke drum kondensor menggunakan pipa
diameter 2 Inchi dengan kemiringan 300 pada lekukan separator. Pipa ini
menggunakan flange 2 unruk menghubungkan antara reaktor dengan drum
kondensor dan juga flange 0.5 untuk menghubungkan dengan pipa separator
Separator dibuat dari bahan stainless diameter 4 denan ketinggian 200 mm
yang dilengkapi dengan stop kran diameter 0.5 untuk mengeluarkan tar.
Pengolahan asap cair grade C dilakukan dengan menggunakan drum kondensator
dengan air yang bersirkulasi. Untuk memisahkan tar dilakukan menggunakan
sparator yang dipasang pada saluran sebelum masuk tabung kondensator.
Kondensator terbuat dari bahan stainless dengan ukuran diameter 600 mm
dan tinggi drum 880 mm. Dengan pipa kondensor diameter 0.5 tempat mengalirnya
asap cair dan drum kondensor ini dilengkapi dengan pipa sirkulasi keluar masuknya
air. Drum ini didukung dengan kaki yang terbuat dari besi siku 5/5 lebar kaki 667 mm
dan tinggi 420 mm.
Untuk memisahkan dan memanfaatkan gas methan dilakukan dengan
menyambung saluran keluar tabung kondensator dengan pipa yang mengarah ke
atas dan kemudian menghubungkannya dengan tabung pirolisis melalui blower.
Asap cair grade C diperoleh dengan memasang penampung asap cair pada saluran
keluar tabung kondensator yang mengarah ke bawah. Penampungan asap cair
terbuat dari bahan stainless dengan kapasitas 60 liter.
43
Proses Destilasi
Distilasi adalah suatu proses yang di dalamnya suatu cairan atau uap
campuran dari dua atau lebih substansi dipisahkan ke dalam fraksi-fraksi
komponennya dengan kemurnian yang diinginkan melalu pemakaian atau
pelepasan kalor.
Pemisahan komponen dari campuran cairan melalui distilasi tegantung atas
perbedaan titik didih masing-masing komponen. Juga, tergantung atas konsentrasi
komponen yang ada, campuran cairan akan memiliki karakteristik titik didih yang
berbeda. Karenanya, proses distilasi tergantung atas karakteristik tekanan uap
campuran cairan.
Tekanan uap suatu cairan pada suhu tertentu merupakan tekanan kesetimbangan
yang dilakukan oleh molekul-molekul yang keluar dan masuk permukaan cairan.
Berikut beberapa butir penting melihat tekanan uap:
o masukan energi menaikkan tekanan uap
o tekanan uap terkait dengan pendidihan.
o Suatu cairan dikatakan mendidih bilamana tekanan uapnya sama
dengan tekanan sekitarnya
o Kemudahan suatu cairan mendidih tergantung atas volatilitasnya
o Cairan dengan tekanan uap tinggi ( cairan volatil) akan mendidih pada
suhu lebih rendah
o Tekanan uap dan titik didih campuran cairan tergantung atas jumlah
relatip komponen di dalam campuran tersebut.
o Distilasi terjadi dikarenakan beda volatilitas komponen di dalam cairan
campuran.
Destilasi Asap Cair
Asap cair yang dihasilkan dari proses pirolisis dengan bahan baku tempurung
kelapa masih mengandung tar dengan warna kecoklatan dan pekat, selanjutnya
asap cair ini dinamakan asap cair dengan grade C yang masih perlu dimurnikan lagi
untuk mendapatkan grade B dan A. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai
berikut:
a. Penangkapan Asap Cair
Pada saat proses pembakaran tempurung kelapa dengan menggunakan
tungku pirolisis berlangsung sekitar 4-6 jam, asap cair akan keluar dan
masih mengandung gas metan dan tar, disalurkan melalui pipa diameter 3
44
cm ke tangki penampung asap. Asap akan mulai mengembun menjadi
cairan pada drum kondensor. Jadilah asap cair sebanyak 50% berat
tempurung terbakar atau sebanyak 55 - 60 liter. Asap cair yang dihasilkan
masih berupa asap cair grade C (masih mengandung tar dengan warna
coklat pekat) dengan kadar pH 4-5.
b. Pemisahan Tar
Pada saluran pipa asap cair ini tar berupa larutan hitam pekat yang mirip
dengan oli di tangkap melalui separator kemudian ditampung pada bak
penampungan tar. Yang dibuka 5 - 10 menit setiap satu jam proses.
c. Proses Recycle Gas Metan
Dari tangki penampung asap cair terdapat asap yang mengembun
menjadi cairan dan gas yang masih belum terkondensasi berupa gas
metan yang selanjutnya masih dapat dimanfaatkan dengan cara dibakar
dan disalurkan kembali ke bawah reaktor untuk menambah bahan bakar
pirolisis.
d. Pemisahan Asap Cair Grade C dengan tar
Asap cair ditampung pada tabung pemurnian untuk diproses menjadi asap
cair murni grade A dan B (tidak mengandung gas metan dan tar). Hal ini
dapat dilakukan melalui proses pengendapan asap cair grade C selama
minimal satu minggu, untuk mengendapkan tar. Asap cair yang telah
terpisah dengan tar disaring menggunakan Zeolit aktif, proses selanjutnya
asap cair grade C dilakukan proses destilasi untuk pemurnian.
45
Instalasi Pemurnian Asap Cair (Destilasi)
46
ALAT DAN BAHAN BAKU ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA
Untuk pembuatan asap cair tempurung kelapa diperlukan Alat dan bahan
sebagai berikut:
Alat:
o Reaktor untuk proses pirolisis
o Satu set alat distilasi
Bahan :
o Tempurung kelapa .
o Berbagai jenis kayu, sekam padi, ampas tebu, dan lain-lain.
47
dengan udara luar. Hal tersebut mengandung pengertian bahwa apabila tempurung
kelapa dipanaskan tanpa berhubungan dengan udara dan diberi suhu yang cukup
tinggi, maka akan terjadi reaksi penguraian dari senyawa-senyawa kompleks yang
menyusun tempurung dan menghasilkan zat dalam tiga bentuk yaitu padatan, cairan
dan gas (Widjaya, 1982).
Tempurung kelapa dan kayu mempunyai komponen-komponen yang hampir
sama. Kandungan selulosa, hemiselulosa dan lignin dalam kayu berbeda-beda
tergantung dari jenis kayu. Pada umumnya kayu mengandung dua bagian selulosa
dan satu bagian hemiselulosa, serta satu bagian lignin. Pada proses pirolisis terjadi
dekomposisi senyawa-senyawa penyusunnya, sebagai berikut:
o Pirolisis selulosa
Selulosa adalah makromolekul yang dihasilkan dari kondensasi linear struktur
heterosiklis molekul glukosa. Selulosa terdiri dari 100-1000 unit glukosa (Fengel dan
Wegener, 1995). Selulosa terdekomposisi pada temperatur 280 oC dan berakhir
pada 300-350 oC
Girard (1992), menyatakan bahwa pirolisis selulosa berlangsung dalam dua tahap,
yaitu :
i. Tahap pertama adalah reaksi hidrolisis menghasilkan glukosa.
ii. Tahap kedua merupakan reaksi yang menghasilkan asam asetat dan
homolognya, bersama- sama air dan sejumlah kecil furan dan fenol.
o Pirolisis hemiselulosa
Hemiselulosa merupakan polimer dari beberapa monosakarida seperti
pentosan (C5H8O4) dan heksosan (C6H10O5). Pirolisis pentosan menghasilkan
furfural, furan dan derivatnya beserta satu seri panjang asam-asam karboksilat.
Pirolisis heksosan terutama menghasilkan asam asetat dan homolognya.
Hemiselulosa akan terdekomposisi pada temperatur 200-250 oC.
o Pirolisis lignin
Lignin merupakan sebuah polimer kompleks yang mempunyai berat molekul
tinggi dan tersusun atas unit-unit fenil propana. Senyawa-senyawa yang diperoleh
dari pirolisis struktur dasar lignin berperanan penting dalam memberikan aroma asap
produk asapan. Senyawa ini adalah fenol, eter fenol seperti guaiakol, siringol dan
homolog serta derivatnya (Girard,1992). Lignin mulai mengalami dekomposisi pada
temperatur 300-350 oC dan berakhir pada 400-450 oC.
48
o Proses Destilasi
Destilasi merupakan proses pemisahan komponen dalam campuran
berdasarkan perbedaan titik didihnya, atau pemisahan campuran berbentuk cairan
atas komponennya dengan proses penguapan dan pengembunan sehingga
diperoleh destilat dengan komponen-komponen yang hampir murni.
49
Tabel 2.1. Titik didih senyawa pendukung sifat fungsional asap cair
- Diasetil
- Formaldehid
Asam
- Asam asetat 118
162
- Asam butirat 141
176
- Asam propionat
- Asam Isovalerat
Sumber : Buckingham dalam Astuti (2000)
Keterangan : *adalah titik leleh
Pada proses pirolisis ini berlaku hukum kekekalan massa dimana massa
sebelum dan sesudah reaksi adalah tetap. Gas yang tidak dapat terkondensasi ini
terhitung sebagai massa yang hilang yaitu data yang diperoleh dari perhitungan
berat awal tempurung kelapa dikurangi dengan berat arang dan cairan. Hasil pirolisis
ditampilkan pada tabel berikut.
50
Tabel 2.2. Nilai rata-rata hasil pirolisis tempurung kelapa
Suhu Hasil pirolisis
pirolisis Arang Cairan Gas
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa pirolisis dengan empat tingkat
temperatur pirolisis yang berbeda menghasilkan arang, cairan dan gas dalam jumlah
yang berbeda pula.
Arang
Proses pembuatan asap cair ini menghasilkan arang sebagai bahan sisa
pirolisis. Grafik yang memperlihatkan hubungan temperatur pirolisis dengan
rendemen arang dapat dilihat pada gambar berikut.
51
Pada gambar di atas terlihat penurunan rendemen arang dari temperatur
250-400 oC. Arang yang dihasilkan beratnya semakin berkurang dengan naiknya
temperatur pirolisis, ini disebabkan semakin berkurangnya komponen-komponen
organik yang terdapat dalam tempurung tersebut. Arang yang dihasilkan pada
temperatur 400 oC adalah sebesar 31,80 % dan pada temperatur 250 oC diperoleh
arang dengan rendemen yang cukup tinggi yaitu sebesar 42,17 %.
Cairan
Cairan yang dihasilkan pada pirolisis ini terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan
atas adalah asap cair sedangkan lapisan bawah adalah tar. Hasilnya ditampilkan
dalam grafik pada gambar berikut.
52
Tahap kedua adalah proses dekomposisi unsur-unsur tempurung kelapa
seperti hemiselulosa, selulosa dan lignin. Hemiselulosa terdekomposisi pada suhu
200oC sampai 250oC, selulosa mulai terdekomposisi pada temperatur 280 oC dan
berakhir pada temperatur 300oC sampai 350oC, sedangkan lignin mulai
terdekomposisi pada suhu 300oC sampai 350oC dan berakhir pada suhu 400oC.
Pada tahap ini mulai dihasilkan tar dan semua hasil dekomposisi tempurung kelapa
yang menguap bersamaan dengan meningkatnya temperatur pirolisis, residu yang
tertinggal adalah arang.
Pembakaran tempurung pada temperatur pirolisis 400 oC dihasilkan cairan
yang paling banyak yaitu sebesar 51,43%. Menurut Girard (1992) pirolisis pada
temperatur 400oC ini menghasilkan senyawa yang mempunyai kualitas organoleptik
yang tinggi dan pada temperatur lebih tinggi lagi akan terjadi reaksi kondensasi
pembentukan senyawa baru dan oksidasi produk kondensasi diikuti kenaikan linear
senyawa tar dan hidrokarbon polisiklis aromatis.
Cairan yang merupakan campuran asap cair dan tar ini memiliki perbedaan
berat jenis yaitu asap cair sebesar 1,0357 g/mL dan tar sebesar 1,0465 g/mL.
Sebelum dilakukan destilasi, cairan ini didekantasi untuk memisahkan tar. Proses
dekantasi dilakukan selama seminggu dan diharapkan dapat mengurangi
kandungan tar pada asap cair.
53
Alat Pengemas Asap Cair
Asap cair yang sudah diproduksi kemudian dikemas dengan menggunakan
botol plastik atau jerigen sesuai ukuran kemasan.
54
2. Tugas Latihan
Tugas Latihan 1 :
1) Jelaskan secara singkat apa yang dimaksud dengan proses pirolisis?
2) Jelaskan secara singkat apa yang dimaksud dengan proses destilasi?
3) Apa pengaruh temperatur pada proses pemanasan tungku/tabung terhadap
produk yang dihasilkan pada proses pirolisis dan destilasi?
4) Sebutkan produk bahan-bahan apa saja yang dihasilkan dari hasil proses
pirolisis dengan bahan baku tempurung kelapa?
Tugas Latihan 1 :
(1) Jelaskan persyaratan peralatan pengarangan tempurung kelapa
agar sekaligus dapat menghasilkan asap cair/ pirolisis
(2) Jelaskan cara melakukan proses menghasilkan asap cair grade C
(3) Jelaskan bagaimana cara mendestilasi asap cair dari grade C ke
grade B
(4) Jelaskan bagaimana cara mendestilasi asap cair dari grade B ke
grade A
(5) Jelaskan perbedaan asap cair grade B dan grade C
Tugas Praktek :
Kerjakanlah Tugas berikut ini dengan cara yang sistematis, aman dan efisien :
1. Pembuatan Asap Cair grade C
2. Penyulingan Asap Cair grade C menjadi grade B
3. Penyulingan Asap Cair grade B menjadi grade A
55
3. Rangkuman
Proses destilasi terhadap asap cair juga dapat menghilangkan senyawa yang
tidak diinginkan dalam asap cair seperti hidrokarbon karsinogen dan residu tar.
Asap cair mengandung berbagai senyawa yang terbentuk karena terjadinya
pirolisis tiga komponen material kayu yaitu selulosa, hemiselulosa dan lignin.
Lebih dari 400 senyawa kimia dalam asap telah berhasil diidentifikasi.
Komponen-komponen tersebut ditemukan dalam jumlah yang bervariasi tergantung
jenis kayu, umur tanaman sumber kayu, dan kondisi pertumbuhan kayu seperti iklim
dan tanah. Komponen-komponen tersebut meliputi asam yang dapat mempengaruhi
56
citarasa, pH dan umur simpan produk asapan; karbonil yang bereaksi dengan
protein dan membentuk pewarnaan coklat dan fenol yang merupakan pembentuk
utama aroma dan menunjukkan aktivitas antioksidan.
Golongan-golongan senyawa penyusun asap cair adalah air (11-92 %), fenol
(0,2-2,9 %), asam (2,8-9,5 %), karbonil (2,6-4,0 %) dan tar (1-7 %).
Kandungan senyawa-senyawa penyusun asap cair sangat menentukan sifat
organoleptik asap cair serta menentukan kualitas produk pengasapan.
Komposisi dan sifat organoleptik asap cair sangat tergantung pada sifat kayu,
temperatur pirolisis, jumlah oksigen, kelembaban kayu, ukuran partikel kayu serta
alat pembuatan asap cair
Diketahui pula bahwa temperatur pembuatan asap merupakan faktor yang
paling menentukan kualitas asap yang dihasilkan. Kandungan maksimum senyawa-
senyawa fenol, karbonil, dan asam dicapai pada temperatur pirolisis 600 oC. Tetapi
produk yang diberikan asap cair yang dihasilkan pada temperatur 400 oC dinilai
mempunyai kualitas organoleptik yang terbaik dibandingkan dengan asap cair yang
dihasilkan pada temperatur pirolisis yang lebih tinggi.
Pirolisis dengan empat tingkat temperatur yang berbeda menghasilkan arang,
cairan dan gas dalam jumlah yang berbeda pula.
o Cairan pirolisis
Cairan yang dihasilkan pada pirolisis ini terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan
atas adalah asap cair sedangkan lapisan bawah adalah tar. Hasil ditampilkan dalam
grafik pada gambar berikut.
Pembakaran tempurung pada temperatur pirolisis 400 oC dihasilkan cairan
yang paling banyak yaitu sebesar 51,43 %. Menurut Girard (1992) pirolisis pada
temperatur 400 oC ini menghasilkan senyawa yang mempunyai kualitas organoleptik
yang tinggi dan pada temperatur lebih tinggi lagi akan terjadi reaksi kondensasi
57
pembentukan senyawa baru dan oksidasi produk kondensasi diikuti kenaikan linear
senyawa tar dan hidrokarbon polisiklis aromatis.
Cairan yang merupakan campuran asap cair dan tar ini memiliki perbedaan
berat jenis yaitu asap cair sebesar 1,0357 g/mL dan tar sebesar 1,0465 g/mL.
Sebelum dilakukan destilasi, cairan ini didekantasi untuk memisahkan tar. Proses
dekantasi dilakukan selama seminggu dan diharapkan dapat mengurangi
kandungan tar pada asap cair.
Pemisahan asap cair secara destilasi adalah berdasarkan volatilitas
komponen-komponennya. Asap cair didestilasi berdasarkan variasi temperatur
dengan maksud untuk memisahkan tar dan untuk mendapatkan asap cair dengan
sifat-sifat fungsional yang menonjol. Dengan proses destilasi ini diharapkan asap
cair yang dihasilkan memiliki warna yang lebih jenih daripada asap cair tanpa
destilasi dan tetap memiliki aroma asap.
Proses Destilasi
Distilasi adalah suatu proses yang di dalamnya suatu cairan atau uap
campuran dari dua atau lebih substansi dipisahkan ke dalam fraksi-fraksi
komponennya dengan kemurnian yang diinginkan melalu pemakaian atau
pelepasan kalor.
Pemisahan komponen dari campuran cairan melalui distilasi tegantung atas
perbedaan titik didih masing-masing komponen. Juga, tergantung atas konsentrasi
komponen yang ada, campuran cairan akan memiliki karakteristik titik didih yang
berbeda. Karenanya, proses distilasi tergantung atas karakteristik tekanan uap
campuran cairan.
Tekanan uap suatu cairan pada suhu tertentu merupakan tekanan kesetimbangan
yang dilakukan oleh molekul-molekul yang keluar dan masuk permukaan cairan.
Berikut beberapa butir penting melihat tekanan uap:
o masukan energi menaikkan tekanan uap
o tekanan uap terkait dengan pendidihan.
o Suatu cairan dikatakan mendidih bilamana tekanan uapnya sama
dengan tekanan sekitarnya
o Kemudahan suatu cairan mendidih tergantung atas volatilitasnya
o Cairan dengan tekanan uap tinggi ( cairan volatil) akan mendidih pada
suhu lebih rendah
58
o Tekanan uap dan titik didih campuran cairan tergantung atas jumlah
relatip komponen di dalam campuran tersebut.
o Distilasi terjadi dikarenakan beda volatilitas komponen di dalam cairan
campuran.
Destilasi Asap Cair
Asap cair yang dihasilkan dari proses pirolisis dengan bahan baku tempurung
kelapa masih mengandung tar dengan warna kecoklatan dan pekat, selanjutnya
asap cair ini dinamakan asap cair dengan grade C yang masih perlu dimurnikan lagi
untuk mendapatkan grade B dan A. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai
berikut:
a. Penangkapan Asap Cair
Pada saat proses pembakaran tempurung kelapa dengan menggunakan
tungku pirolisis berlangsung sekitar 4-6 jam, asap cair akan keluar dan
masih mengandung gas metan dan tar, disalurkan melalui pipa diameter 3
cm ke tangki penampung asap. Asap akan mulai mengembun menjadi
cairan pada drum kondensor. Jadilah asap cair sebanyak 50% berat
tempurung terbakar atau sebanyak 55 - 60 liter. Asap cair yang dihasilkan
masih berupa asap cair grade C (masih mengandung tar dengan warna
coklat pekat) dengan kadar pH 4-5.
b. Pemisahan Tar
Pada saluran pipa asap cair ini tar berupa larutan hitam pekat yang mirip
dengan oli di tangkap melalui separator kemudian ditampung pada bak
penampungan tar. Yang dibuka 5 - 10 menit setiap satu jam proses.
c. Proses Recycle Gas Metan
Dari tangki penampung asap cair terdapat asap yang mengembun
menjadi cairan dan gas yang masih belum terkondensasi berupa gas
metan yang selanjutnya masih dapat dimanfaatkan dengan cara dibakar
dan disalurkan kembali ke bawah reaktor untuk menambah bahan bakar
pirolisis.
d. Pemisahan Asap Cair Grade C dengan tar
Asap cair ditampung pada tabung pemurnian untuk diproses menjadi asap
cair murni grade A dan B (tidak mengandung gas metan dan tar). Hal ini
dapat dilakukan melalui proses pengendapan asap cair grade C selama
minimal satu minggu, untuk mengendapkan tar. Asap cair yang telah
59
terpisah dengan tar disaring menggunakan Zeolit aktif, proses selanjutnya
asap cair grade C dilakukan proses destilasi untuk pemurnian.
60
4. Evaluasi Materi
1) Jelaskan apa yang dimaksud dengan pirolisis ?
3) Sebutkan produk bahan-bahan apa saja yang dihasilkan dari hasil proses
pirolisis dengan bahan baku tempurung kelapa?
61
5. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Progres Pembelajaran :
Proses Pembuatan dan Pengujian Biobriket dan Asapcair
Nama Peserta :
Sekolah Asal :
Standar Kompetensi Dasar Skor Skor Keterangan
Kompetensi Standar yang
(L/ TL)
dicapai
Cimahi, 2013
Penilai
..
NIP.
62
KEGIATAN BELAJAR 3. PENGUJIAN HASIL BIO BRIKET
1. Uraian Materi
Rendemen
Rendemen briket arang merupakan berat arang yang dihasilkan dibagi berat
bahan baku yang dihitung dalam persen. Hasil pengukuran dan data rendemen
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel Rata rata rendemen arang tempurung kelapa
Suhu pirolisis ( oC) Rendemen (%)
250 42.81
300 34.30
350 32.94
400 31.77
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa rendemen arang pada suhu 250 oC
yaitu 42,81% masih cukup besar dan arang yang dihasilkan belum sempurna.
Rendemen yang cukup tinggi menunjukkan adanya proses yang tidak sempurna
sehingga sebagian fraksi bahan masih dalam wujud semula.
Data rendemen arang (%) secara lebih jelas dapat dilihat pada Grafik berikut:
45
Rendemen (%)
40
35 Series1
30
25
250 300 350 400
Suhu pirolisis ( o C)
63
Dari Grafik hubungan suhu (oC) dengan rendemen arang (%) dapat dilihat
penurunan rendemen arang dengan semakin naiknya suhu pirolisis. Arang yang
dihasilkan pada suhu pirolisis 350 oC dan arang yang dihasilkan pada suhu pirolisis
400 oC menunjukkan sifat arang yang baik yaitu arang yang dihasilkan berwarna
hitam merata dan pada bagian ujung pecahan arangnya bercahaya. Arang yang
dihasilkan dari suhu pirolisis 250 oC dan 300 oC belum baik karena arang yang
dihasilkan masih ada bagian yang berwarna coklat dan arang yang dihasilkan
belum sempurna. Rendemen arang yang terkecil sebesar 31,77 % dihasilkan pada
suhu pirolisis 400 oC merupakan arang yang paling baik.
Kadar air
Suhu untuk analisis kandungan air adalah 130 oC 2 oC sehingga air yang
lepas merupakan air terikat yang berada di dinding sel. Data kadar air briket arang
tempurung kelapa dapat dilihat pada Tabel berikut:
Tabel Rata-rata hasil pengujian kadar air (%) briket arang tempurung kelapa
Suhu Persentase perekat
pirolisis 3% 5% 7% 9%
250 oC 3,56 3,90 4,03 4,11
300 oC 2,98 2,89 3,90 4,03
350 oC 2,73 2,96 3,80 3,85
400 oC 2,65 2,83 2,94 3,23
Data pada tabel di atas menunjukkan kenaikan atau penurunan nilai yang tidak
terlalu besar baik karena pengaruh suhu pirolisis maupun persentase perekat. Kadar
air briket arang hasil penelitian sudah memenuhi standar Jepang (6%), di mana
kadar air terendah yaitu 2,65 % dan kadar air tertinggi yaitu 4,11%. Kadar air briket
arang tempurung kelapa yang paling baik didapat pada suhu pirolisis 400 oC dengan
persentase perekat 3 % yaitu sebesar 2,65%.
Data kadar air (%) secara lebih jelas dapat dilihat pada Grafik berikut:
64
4.5
4
Grafik hubungan suhu pirolisis (oC) terhadap kadar air (%) dengan berbagai
persentase perekat
Dari Grafik hubungan suhu pirolisis (oC) terhadap kadar air (%) dengan berbagai
persentaseperekat terlihat bahwa pengaruh suhu pirolisis terhadap kadar air
menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu pirolisis maka kadar air briket arang
semakin kecil, sedangkan pengaruh persentase perekat menunjukkan semakin
besar persentase perekat kadar air briket arang semakin besar. Kadar air briket
arang yang terkecil didapat pada suhu pirolisis 400 oC dengan persentase perekat 3
% dan merupakan briket arang dengan kadar air yang paling baik.
Kadar abu
Abu yang terkandung dalam bahan bakar padat adalah mineral yang tidak dapat
terbakar yang tertinggal setelah proses pembakaran Data kadar abu (%) dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel Hasil pengujian kadar abu (%) briket arang tempurung kelapa
Suhu Persentase perekat
pirolisis 3% 5% 7% 9%
250 oC 1,26 1,16 1,08 1,37
300 oC 1,37 1,46 1,58 1,55
350 oC 1,38 1,32 1,39 1,66
400 oC 1,41 1,60 1,71 1,89
65
Data pengujian kadar abu menunjukkan kenaikan atau penurunan nilai yang tidak
terlalu besar baik karena pengaruh suhu pirolisis maupun persentase perekat.
Kecenderungan naiknya kadar abu disebabkan faktor persentase perekat
menunjukkan semakin banyaknya perekat yang digunakan untuk membuat briket
arang akan menaikkan kadar abunya. Kadar abu yang terbesar dimiliki oleh briket
arang dengan persentase perekat 9 % pada suhu pirolisis 400 oC.
Data kadar abu (%) secara lebih jelas dapat dilihat pada Grafik berikut:
2.5
Kadar abu (%)
2 3%
5%
1.5
7%
1 9%
0.5
250 300 350 400
Suhu pirolisis ( o C)
Grafik hubungan suhu pirolisis (oC) terhadap kadar abu (%) dengan berbagai
persentase perekat.
Dari Grafik hubungan suhu pirolisis (oC) terhadap kadar abu (%) dengan
berbagai
persentase perekat dapat dilihat bahwa suhu pirolisis memberikan nilai kadar abu
yang bervariasi, sedangkan dengan semakin besarnya persentase perekat kadar
abu briket arang cenderung untuk mengalami kenaikan, sehingga pada persentase
perekat 9 % nilai kadar abu briket arang menunjukkan nilai yang paling besar.
Kadar abu yang terkecil dihasilkan pada suhu pirolisis 250 oC dengan persentase
perekat 7% yaitu sebesar 1,08 % dan kadar abu terbesar pada suhu 400 oC dengan
persentase perekat 9% yaitu sebesar 1,98%. Secara keseluruhan nilai kadar abu
66
briket arang masuk dalam standar Jepang, sehingga briket arang yang dihasilkan
sudah baik.
Tabel . Hasil pengujian kadar zat mudah menguap (%) briket arang
tempurung kelapa.
Suhu Persentase perekat
pirolisis 3% 5% 7% 9%
250 oC 48,60 48,83 48,17 47,44
300 oC 37,95 38,80 36,77 35,67
350 oC 33,99 33,67 34,27 32,66
400 oC 30,09 29,08 29,88 27,68
Data di atas menunjukkan bahwa suhu pirolisis menyebabkan nilai kadar zat mudah
menguap mengalami penurunan. Suhu pirolisis memberikan pengaruh yang besar,
hal ini dapat dilihat dari nilai kadar zat mudah menguap briket arang dengan
persentase perekat 3% yang mana pada suhu 250 oC nilainya 48,60% mengalami
penurunan dengan nilai yang besar sehingga pada suhu 400 oC kadar zat mudah
menguapnya sebesar 30,09%.
Kadar zat mudah menguap dengan adanya pengaruh persentase perekat tidak
menunjukkan penurunan kadar yang besar. Pada suhu 250 oC, dengan persentase
perekat 3% kadarnya 48,60% dan pada 9% kadarnya 47,44%, sehingga
penurunannya hanya 1,16%.
Data kadar zat mudah menguap (%) secara lebih jelas dapat dilihat pada Grafik
berikut :
67
Kadar zat mudah
47
menguap (%)
3%
42 5%
37 7%
95%
32
27
250 300 350 400
Suhu pirolisis ( o C)
Grafik hubungan suhu pirolisis (oC) terhadap kadar zat mudah menguap (%)
dengan berbagai persentase perekat.
Berat jenis
Berat jenis merupakan salah satu sifat senyawa yang penting. Briket arang
dengan berat jenis yang tinggi akan memberikan nilai kalor yang lebih tinggi
dibandingkan dengan briket arang dengan nilai berat jenis yang lebih rendah.
Data hasil pengujian berat jenis dapat dilihat pada tabel berikut ini.
68
Tabel . Hasil pengujian berat jenis briket arang tempurung kelapa
Suhu Persentase perekat
pirolisis 3% 5% 7% 9%
250 oC 1,06 1,08 1,03 0,98
300 oC 1,07 1,07 1,06 1,09
350 oC 1,11 1,08 1,09 1,10
400 oC 1,12 1,16 1,13 1,12
Dilihat dari data pada tabel Hasil pengujian berat jenis briket arang
tempurung kelapa yang didapat maka nilai berat jenis briket arang sudah baik dan
hampir semuanya memenuhi standar buatan Jepang. Data hasil pengujian berat
jenis menunjukkan kenaikan atau penurunan yang tidak terlalu besar karena
pengaruh suhu pirolisis maupun persentase perekat. Akan tetapi kisaran angka
untuk standar berat jenis yaitu 1 1,2, menyebabkan kenaikan atau penurunan yang
kecil dari nilai berat jenis akan sangat berpengaruh terhadap mutu dari briket arang
yang dihasilkan. Nilai berat jenis yang tertinggi didapat pada suhu pirolisis 400 oC
dengan persentase perekat 5 %, sedangkan nilai berat jenis yang terkecil didapat
pada suhu pirolisis 250 oC dengan persentase perekat 9%.
Data berat jenis secara lebih jelas dapat dilihat pada Grafik berikut :
1.2
1.15
3%
Berat jenis
1.1
5%
1.05
7%
1
9%
0.95
0.9
250 300 350 400
Suhu pirolisis ( o C)
Grafik hubungan suhu pirolisis (oC) terhadap berat jenis dengan berbagai
persentase perekat
69
Dari Grafik hubungan suhu pirolisis (oC) terhadap berat jenis dengan berbagai
persentase perekat terlihat bahwa pengaruh suhu pirolisis terhadap berat jenis
menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu pirolisis maka berat jenis semakin besar,
sedangkan semakin besar persentase perekat maka berat jenis cenderung semakin
turun. Turunnya berat jenis disebabkan faktor persentase perekat menunjukkan
semakin banyaknya perekat yang digunakan untuk membuat briket akan
menurunkan nilai berat jenisnya. Nilai berat jenis terbesar didapat pada suhu pirolisis
400 oC dengan persentase perekat 5 %.
Nilai kalor
Nilai kalor menggambarkan nilai energi bahan yang merupakan jumlah satuan panas
yang dihasilkan persatuan bobot dari proses pembakaran dengan oksigen dari suatu
bahan yang mudah terbakar. Data pengujian nilai kalor (kal/g) dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel . Hasil pengujian nilai kalor kal/g briket arang tempurung kelapa
Suhu Persentase perekat
pirolisis 3% 5% 7% 9%
250 oC 6564,27 6485,81 6506,91 6407,75
300 oC 6740,98 6960,44 6920,78 6542,70
350 oC 7057,14 7030,38 6968,92 6764,18
400 oC 7150,14 7025,46 6935,30 6928,89
Dari data tabel Hasil pengujian nilai kalor kal/g briket arang tempurung
kelapa nilai kalor yang didapat menunjukkan kenaikan nilai kalor dengan semakin
tinggi suhu pirolisis, sedangkan nilai kalor semakin kecil dengan semakin besarnya
persentase perekat. Nilai kalor yang didapat sudah memenuhi standar buatan
Jepang (6000 7000 kal/g) dimana nilai kalor yang terkecil sebesar 6407,75 kal/g
dan nilai kalor terbesar 7150,14 kal/g.
Data nilai kalor (kal/g) secara lebih jelas dapat dilihat pada Grafik berikut:
70
7200
6400
250 300 350 400
Suhu pirolisis ( o C)
Grafik hubungan suhu pirolisis (oC) terhadap nilai kalor dengan berbagai persentase
perekat
Dari grafik hubungan suhu pirolisis (oC) terhadap nilai kalor dengan berbagai
persentase perekat secara umum dapat dilihat bahwa nilai kalor semakin besar
dengan semakin tingginya suhu pirolisis, sehingga nilai kalor yang terbesar didapat
pada suhu pirolisis 400 oC. Persentase perekat menunjukkan pengaruh yang
berkebalikan dari pengaruh suhu pirolisis, di mana semakin besar persentase
perekat maka nilai kalornya semakin kecil, sehingga nilai kalor yang terbesar didapat
pada persentase perekat 3%. Nilai kalor briket arang tempurung kelapa yang
terbesar didapat pada suhu pirolisis 400 oC dengan persentase perekat 3 %.
71
2. Tugas Latihan
72
3. Rangkuman
o Rendemen
Rendemen merupakan berat arang yang dihasilkan dibagi berat bahan baku
yang dihitung dalam persen. Besarnya rendemen arang dari jenis-jenis kayu
di Indonesia bervariasi cukup besar yaitu antara 21,1% - 40,8% (Hartoyo dan
Nurhayati, 1976). Rendemen arang yang dihasilkan dipengaruhi oleh
beberapa faktor berikut:
73
proses karbonisasi tidak sempurna sehingga kualitas air yang dihasilkan jelek
(Haygreen dan Bowyer, 1989).
o Kadar Abu
Salah satu bagian arang yang ada dalam sisa pembakaran adalah abu
yang merupakan mineral. Abu terdiri dari bahan mineral seperti lempung,
silika, kalsium serta magnesium oksida. Semakin besar kadar abu berarti
kualitasnya semakin jelek. Biasanya kadar abu briket arang antara 0,5 5%
(Anonim, 1985).
o Kadar zat mudah menguap
Zat mudah menguap dalam briket arang bukan merupakan komponen
penyusun arang, tetapi merupakan hasil dekomposisi zat-zat penyusun arang
akibat proses pemanasan. Kadar zat mudah menguap dalam arang selain air
dapat dihitung dengan menguapkan semua zat-zat menguap dalam arang
selain air.
74
4. Evaluasi Materi
Tugas Praktek:
75
5. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Progres Pembelajaran :
Proses Pembuatan dan Pengujian Biobriket dan Asapcair
Nama Peserta :
Sekolah Asal :
Standar Kompetensi Dasar Skor Skor Keterangan
Kompetensi Standar yang
(L/ TL)
dicapai
Cimahi, 2013
Penilai
..
NIP.
76
D. KEGIATAN BELAJAR 4. PENGUJIAN HASIL PIROLISIS
1. Uraian Materi
Pengujian Hasil
Pemisahan asap cair secara destilasi adalah berdasarkan volatilitas
komponen-komponennya. Asap cair didestilasi berdasarkan variasi temperatur
dengan maksud untuk memisahkan tar dan untuk mendapatkan asap cair dengan
sifat-sifat fungsional yang menonjol. Dengan proses destilasi ini diharapkan asap
cair yang dihasilkan memiliki warna yang lebih jenih dari pada asap cair tanpa
destilasi dan tetap memiliki aroma asap.
Rendemen
Hasil destilasi asap cair menghasilkan rendemen yang berbeda tiap fraksinya.
Asap cair temperatur 250 oC
Tabel 4.1. Hasil destilasi 200 mL asap cair temperatur 250 oC
Fraksi Volume (ml) Rendemen
(%)
1 2,5 1,25
2 123 61,5
3 43 21,5
4 7,5 3,75
Dari tabel di atas diperoleh rendemen yang terbesar adalah pada fraksi 2 yaitu
sebesar 61,5 %. Rendemen yang terkecil adalah pada fraksi 1 yaitu sebesar 1,25 .
Asap cair temperatur 300 oC
Hasil destilasi asap cair temperatur 300 oC disajikan pada tabel berikut ini :
Tabel 4.2. Hasil destilasi 200 mL asap cair temperatur 300 oC
Fraksi Volume (mL) Rendemen (%)
1 8,5 4,25
2 144 72
3 19,5 9,75
4 3 1,5
77
Dari tabel di atas diperoleh rendemen yang terbesar adalah fraksi 2 yaitu
sebesar 72 % sedangkan rendemen terkecil adalah fraksi 4 yaitu sebesar 1,5 %.
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa hasilnya tidak terlalu jauh berbeda
dengan hasil destilasi asap cair temperatur 300 oC. Ini diperkirakan pada temperatur
pirolisis 300 dan 350 oC, diperoleh komponen asap cair yang tidak terlalu jauh
berbeda.
Asap cair temperatur 400 oC
Hasil destilasi asap cair temperatur 400 oC disajikan pada tabel berikut ini :
Tabel 4.4. Hasil destilasi 200 mL asap cair temperatur 400 oC
Dari tabel di atas terlihat bahwa fraksi 1 rendemennya paling kecil (4%).
Ini disebabkan bahwa pada asap cair ini kandungan airnya lebih sedikit.
Fraksi 2 adalah yang tertinggi sebesar 44,25%.
Adapun hasil destilasi asap cair secara keseluruhan ditampilkan dalam
bentuk grafik pada gambar berikut.
78
Gambar 4.1. Grafik Hasil Destilasi Asap Cair
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa asap cair hasil destilasi pada fraksi 2
memperlihatkan hasil yang paling banyak. Ini diperkirakan bahwa pada fraksi 2
mengandung banyak senyawa yang memiliki titik didih antara 100-125 oC. Jika
dijumlahkan seluruh asap cair fraksi 1 hingga fraksi 4 diperoleh hasil bahwa asap
cair yang dapat terdestilasi adalah sebesar 89 % , dengan demikian asap cair yang
tidak terdestilasi adalah sebanyak 11 % , yaitu berupa tar dan senyawa-senyawa
dengan titik didih tinggi.
Warna
Asap cair sebelum didestilasi memiliki warna coklat kemerahan, ini
disebabkan karena masih mengandung tar yang pada dasarnya berwarna hitam dan
mengandung komponen dengan berat molekul tinggi. Asap cair tanpa destilasi ini
jika diaplikasikan pada bahan pangan akan menghasilkan bahan pangan dengan
warna yang gelap. Sedangkan konsumen biasanya lebih menyukai bahan pangan
dengan warna yang tidak gelap, oleh sebab itu pada penelititan ini dilakukan
destilasi terhadap asap cair agar menghasilkan warna asap cair yang lebih jernih,
79
sehingga jika diaplikasikan pada bahan pangan akan menghasilkan warna produk
asapan yang lebih menarik.
Asap cair yang telah mengalami destilasi cenderung memiliki warna yang
berbeda tiap fraksinya. Perbedaan warna pada tiap fraksi dipengaruhi adanya tar.
Warna pada fraksi 1 adalah kuning kehijauan jernih, fraksi 2 berwarna kuning muda
jernih sedangkan fraksi 3 berwarna kuning keputihan jernih dan fraksi 4 berwarna
coklat karena pada temperatur destilasi yang tinggi kemungkinan tar akan ikut
terdestilasi semakin besar.
Aroma
Aroma pada asap cair yang dihasilkan setelah proses destilasi ini berbeda
tiap fraksinya. Aroma asap cair pada berbagai temperatur pirolisis hasil destilasi
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.5. Aroma asap cair hasil destilasi
Fraksi
Temperatur Fraksi 1 Fraksi 2 Fraksi 3 4
Dari tabel di atas terlihat bahwa asap cair pada berbagai fraksi menghasilkan
aroma yang berbeda. Asap cair yang memiliki aroma paling lemah adalah asap cair
fraksi 2, disusul dengan asap cair fraksi 3 dan fraksi 4. Asap cair fraksi 1 memiliki
aroma yang sangat kuat (menyengat). Dapat disimpulkan bahwa asap cair hasil
destilasi dengan urutan aroma asap dari yang kuat hingga yang lembut adalah
sebagai berikut : Asap cair fraksi 1 > fraksi 4 > Fraksi 3 > fraksi 2.
80
Analisis dengan kromatografi gas
Analisis dengan menggunakan instrumen kromatografi gas ini bertujuan untuk
mengetahui apakah fraksi satu dan fraksi lainnya mengandung komponen-
komponen yang sama atau berbeda, bila fraksi-fraksi tersebut mengandung
komponen yang sama, maka pemisahan dengan destilasi belum sempurna. Selain
itu kromatogram juga dapat digunakan untuk menentukan jumlah komponen
penyusun asap cair.
Penentuan jumlah komponen penyusun asap cair dilakukan dengan
menghitung jumlah puncak yang muncul pada kromatogram setelah waktu retensi
3,44 menit yang dianggap sebagai air.
Asap cair pada temperatur 250 oC
81
Pada fraksi satu terlihat puncak yang rapat pada waktu retensi 3 menit yang
diperkirakan adalah puncak dari air dan diperkirakan pada asap cair fraksi 1
terdapat senyawa yang memiliki sifat yang hampir sama dengan air yaitu memiliki
titik didih dibawah 100 oC. Konsentrasi yang besar dapat dilihat pada waktu retensi
di bawah 4 menit. Sedangkan untuk waktu retensi di atas 4 menit diperoleh
kelimpahan yang kecil.
Pada fraksi 2, terdapat puncak pada waktu retensi 4,15 menit yang sama
dengan fraksi 1 tetapi konsentrasinya berbeda. Terjadi kenaikan konsentrasi yaitu
pada fraksi 1 sebesar 1,54 % sedangkan pada fraksi 2 sebesar 14,50 %. Begitu juga
pada waktu retensi 4,50 menit, pada fraksi 1 konsentrasinya sebesar 1,63 %,
sedangkan pada fraksi 2 terjadi kenaikan yaitu menjadi 52,25 %. Pada fraksi 2 juga
terdapat senyawa dengan waktu retensi di atas 5 menit seperti pada waktu retensi
10,20 menit dengan konsentrasi 7,71 %.
Pada fraksi 3, terdapat senyawa dengan waktu retensi 4,54 menit dengan
konsentrasi yang terbesar yaitu 82,91 %. Pada waktu retensi 10,63 menit diperoleh
senyawa dengan konsentrasi 5,96 %. Pada fraksi 4 terjadi pemisahan yang
signifikan dengan konsentrasi terbesar yaitu pada waktu retensi 4,28 menit dengan
konsentrasi 95,58 %.
82
Asap cair temperatur 300 oC
Pada fraksi 1 terlihat banyaknya peak pada waktu retensi sekitar 3 menit
dengan kelimpahan yang besar yaitu antara 7-25 %. Pada fraksi ini senyawa dengan
waktu retensi di atas 4 menit diperoeh dengan kelimpahan yang sedikit. Sedangkan
pada fraksi 2 diperoleh senyawa dengan waktu retensi yang berdekatan. Diperoleh
juga senyawa dengan waktu retensi di atas 5 menit. Pada fraksi 2 ini tidak terlihat
adanya pemisahan yang signifikan. Pada fraksi 3 terlihat tidak ada senyawa dengan
waktu retensi di atas 5 menit. Senyawa dengan waktu reetensi 4,25 menit memiliki
konsentrasi yang paling besar yaitu 81,83 %. Pada frakis 3 ini terlihat pemisahan
yang signifikan. Sedangkan pada fraksi 4, hanya terdapat satu puncak dengan
kelimpahan yang besar yaitu pada waktu retensi 4,20 menit yaitu sebesar 93,79 %.
83
Apabila puncak-puncak yang berbeda dalam semua fraksi hasil pemisahan
destilasi dijumlahkan maka terdapat 23 puncak, sehingga disimpulkan asap cair
tempurung kelapa pada temperatur 300 oC mengandung sedikitnya 23 senyawa.
Asap cair pada temperatur 350 oC
Berdasarkan gambar di bawah ini dapat dilihat bahwa pada kromatogram
fraksi 1 dengan temperatur kurang dari 100 oC memberikan 5 puncak, fraksi 2
dengan temperatur 101-125 oC memberikan 16 puncak, fraksi 3dengan temperatur
126-150 oC memberikan 9 puncak dan fraksi 4 dengan temperatur 151-200 oC
memberikan 8 puncak.
Pada fraksi 1 terlihat puncak yang muncul hanya pada waktu retensi disekitar
3 menit, tidak diperoleh puncak pada waktu retensi di atas 4 menit. Pada fraksi 2
84
diperoleh puncak dengan waktu retensi di atas 4 menit hingga waktu retensi 12,36
menit. Pada waktu retensi 4,54 menit diperoleh senyawa dengan konsentrasi
sebesar 28,10 %. Pada waktu retensi 10,32 menit diperoleh puncak dengan
konsentrasi 7,72 %. Pada fraksi 2 ini tidak terlihat adanya pemisahan yang
signifikan. Ini mungkin disebabkan banyaknya senyawa yang terdapat pada asap
cair yang memiliki titik didih yang hampir sama. Pada fraksi 3 terlihat pemisahan
yang signifikan, terdapat kenaikan konsentrasi pada senyawa dengan waktu retensi
4,04 menit yang mana pada fraksi 1 dan 2 konsentrasinya sebesar 4,50 %
sedangkan pada fraksi 3 konsentrasinya menjadi 22,04 %. Pada waktu retensi 10,45
menit terjadi penurunan konsentrasi dari fraksi 2 yang hanya sebesar 7,72 %
menjadi 3,95 % pada fraksi 3. Pada fraksi 4 diperoleh senyawa dengan konsentrasi
terbesar 74,47 % pada waktu retensi 4,68 menit. Sedangkan senyawa dengan waktu
retensi di atas 5 menit tidak diperoleh lagi. Pada fraksi 3 diperoleh pemisahan yang
signifikan.
Jika puncak-puncak yang berbeada dalam semua fraksi hasil pemisahan
destilasi dijumlahkan, maka terdapat 20 puncak, yang mana satu puncak bukan
berarti hanya terdapat satu jenis senyawa,sehingga disimpulkan asap cair
tempurung kelapa dengan temperatur 350 oC mengandung sedikitnya 20 senyawa.
Kromatogram Asap cair temperatur 400 oC
85
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa fraksi 1 dengan temperatur di bawah
100 oC memberikan 5 puncak yang terpisah secara signifikan. Pada fraksi 2 dengan
temperatur 101-125 oC diperoleh 24 puncak. Pada waktu retensi 4,53 menit memiliki
konsentrasi 21,20 % sedangkan pada waktu retensi di atas 9 menit diperoleh
senyawa dengan kelimpahan yang kecil. Pada fraksi 3 dengan temperatur 126-150
oC terdapat 19 puncak. Pada fraksi 4 dengan temperatur 151-200 oC terdapat 10
puncak.
Pemisahan yang signifikan diperoleh pada fraksi 3 dan 4. Pada fraksi 4
diperoleh senyawa dengan waktu retensi 3,60 menit dengan konsentrasi sebesar
79,93 %. Sedangkan pada waktu retensi di atas 9 menit, hanya diperoleh satu
puncak yaitu dengan waktur retensi 12,30 menit dengan konsentrasi sebesar 1,29
%. Senyawa dengan waktu retensi di atas 9 menit pada fraksi 3 sudah tidak terdapat
pada fraksi 4.
Jika puncak-puncak yang berbeda dalam semua fraksi hasil destilasi
dijumlahkan, maka terdapat 34 puncak, sehingga disimpulkan asap cair tempurung
kelapa pada temperatur 400 oC mengandung sedikitnya 34 senyawa.
Tidak dapatnya senyawa asap cair dipisahkan secara tegas pada destilasi ini
diperkirakan karena penyusun asap cair memiliki titik didih yang hampir sama atau
berdekatan satu sama lain. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penyusun
asap cair mengandung senyawa yang hampir sama tiap fraksinya, yang berbeda
adalah konsentrasinya, dengan demikian asap cair ini dapat digunakan untuk
alternatif aplikasi pada bahan pangan yang menginginkan warna yang bervariasi
dengan tetap mempertahankan aroma asap.
86
Kadar air <6 %
Rendemen
Rendemen merupakan berat arang yang dihasilkan dibagi berat bahan
baku yang dihitung dalam persen. Besarnya rendemen arang dari jenis-jenis
kayu di Indonesia bervariasi cukup besar yaitu antara 21,1% - 40,8% (Hartoyo
dan Nurhayati, 1976). Rendemen arang yang dihasilkan dipengaruhi oleh
beberapa faktor berikut:
a. Pemananasan dan tekanan dalam tanur.
b. Umur bahan baku briket.
c. Berat jenis bahan baku briket.
d. Komposisi kimia bahan briket.
Oleh karena itu rendemen arang yang dihasilkan akan bervariasi persentasenya.
Nilai kalor
Nilai kalor merupakan jumlah satuan panas yang dihasilkan persatuan
bobot dari proses pembakaran dengan oksigen dari suatu bahan yang mudah
terbakar. Nilai kalor dinyatakan dalam satuan kal/g (Syachry, 1983).
Penelitian Hartoyo dan Nurhayati (1976) besarnya nilai kalor untuk jenis-jenis
kayu di Indonesia berkisar antara 5059 7752 kal/g. Sedangkan dalam
penelitian Nurhayati dkk (1999) diperoleh nilai kalor arang tempurung
kelapa berkisar antara 4267,87 7512,62 kal/g.
87
Berat jenis
Berat jenis adalah salah satu sifat fisika suatu senyawa yang paling
penting. Berat jenis berhubungan dengan kerapatan. Kerapatan akan
memberikan pengaruh terhadap nilai kalor suatu bahan, kerapatan yang
tinggi cenderung memberi nilai kalor yang tinggi dibandingkan yang
berkerapatan rendah (Soeparno, 1992).
Haygreen dan Bowyer (1989) mendefinisikan berat jenis sebagai
perbandingan antara kerapatan kayu (atas dasar berat kering tanur dan
volume pada kandungan air yang telah ditentukan) dengan kerapatan air
pada suhu 4 oC. Perhitungan berat jenis banyak disederhanakan dalam
sistem matrik, karena 1 cm3 air beratnya tepat 1 gram. Jadi berat jenis dapat
dihitung secara langsung dengan membagi berat dalam gram dan volume
dalam cm3. Mengingat berat jenis merupakan perbandingan kerapatan maka
berat jenis tidak memiliki satuan dan nilainya berubah-ubah sesuai kadar air
dalam kayu. Penelitian Sudrajat (1983) menghasilkan berat jenis briket arang
berkisar antara 0,45 1,03.
Kadar air
Keberadaan air dalam kayu dan produk olahannya berkaitan erat
dengan sifat higroskopis kayu, di mana kayu mempunyai sifat afinitas yang
besar terhadap air sehingga kayu tidak pernah kering sama sekali (Brown
dkk, 1952).
Kadar air didefinisikan sebagai berat air yang dinyatakan dalam persen berat
kering tanur. Semakin tinggi kadar air maka semakin besar energi yang
dibutuhkan untuk menguapkan air. Dalam proses ini terjadi proses
karbonisasi tidak sempurna sehingga kualitas air yang dihasilkan jelek
(Haygreen dan Bowyer, 1989).
Haygreen dan Bowyer (1989) berpendapat bahwa kadar air akan
berpengaruh pada nilai kalor yang dihasilkan di mana semakin tinggi kadar air
maka nilai kalor yang dihasilkan semakin rendah. Semakin tinggi kadar air
dalam arang maka dalam proses pembakarannya akan dibutuhkan kalor yang
besar untuk mengeluarkan air menjadi uap sehingga energi yang tersisa
dalam arang tersebut menjadi lebih kecil.
Nurhayati dkk (1999) dalam penelitiannya menghasilkan kadar air briket
arang dari tempurung kelapa berkisar antara 1,12 -7,40 %. Sedangkan
88
penelitian Soeparno dkk(1999) menghasilkan kadar air briket arang rata-rata
1,751%.
Kadar Abu
Salah satu bagian arang yang ada dalam sisa pembakaran adalah abu
yang merupakan mineral. Abu terdiri dari bahan mineral seperti lempung,
silika, kalsium serta magnesium oksida. Semakin besar kadar abu berarti
kualitasnya semakin jelek. Biasanya kadar abu briket arang antara 0,5 5%
(Anonim, 1985).
Penelitian Soeparno (1999) menghasilkan kadar abu briket arang dari
serbuk pinus rata-rata sebesar 5,117%. Nurhayati dkk(1999) dalam
penelitiannya menghasilkan kadar abu briket arang dari tempurung kelapa
antara 0,84 5,17%.
Kadar zat mudah menguap
Zat mudah menguap dalam briket arang bukan merupakan komponen
penyusun arang, tetapi merupakan hasil dekomposisi zat-zat penyusun arang
akibat proses pemanasan. Kadar zat mudah menguap dalam arang selain air
dapat dihitung dengan menguapkan semua zat-zat menguap dalam arang
selain air.
Hartoyo dkk (1978) mengemukakan bahwa suhu yang digunakan
dalam proses
pembuatan arang akan mempengaruhi besarnya kadar zat mudah menguap.
Pendapat ini
juga didukung oleh Nurhayati dkk (1999) yang menyatakan bahwa kadar zat
mudah
menguap dapat diperkecil bila suhu pengarangan dinaikkan. Dalam
penelitian Nurhayati dkk
(1999) dihasilkan kadar zat mudah menguap untuk briket arang tempurung
kelapa sebesar
6,54 72,33%.
89
Kualitas briket arang yang diuji dengan menggunakan cara perhitungan
sebagai berikut:
Rendemen
Arang yang dihasilkan ditimbang kemudian disebut sebagai berat arang
(output) dan bahan awal ditimbang sebagai bahan baku (input).
Perhitungannya sebagai berikut:
Berat arang (output)
Rendemen (%) x 100 %
Berat bahan baku mentah (input)
Kadar Air
Pengujian kadar air dilakukan dengan mengambil contoh uji briket arang
dengan berat 1 gram sebagai berat mula-mula (a). Contoh uji tersebut
dikeringkan dalam oven pada suhu 130 2 oC selama kurang lebih 2 jam.
Sebelum ditimbang contoh uji dimasukkan ke dalam desikator baru kemudian
ditimbang. Penimbangan dilakukan sampai beratnya konstan (b).
ab
Kadar air (%) x100%
a
Kadar Abu
Massa abu yang terdapat dalam kayu disebut kadar abu. Pengujian kadar
abu dilakukan dengan mengambil contoh uji seberat 1 gram sebagai berat
mula-mula (a), kemudian dimasukkan ke dalam cawan porselin, cawan kosong
ditimbang sebagai berat (b). Cawan yang berisi contoh tersebut dikeringkan
pada tanur dan suhu 600 oC selama 4 jam. Karbon hilang ditandai dengan
berhentinya asap, kemudian tutup tanur dibuka selama 1 menit untuk
mnyempurnakan proses pengabuan. Contoh uji dimasukkan dalam desikator
dan ditimbang sebagai berat c (berat cawan + berat abu).
cb
Kadar abu (%) x 100%
a
90
Prosedur penentuan kadar zat mudah menguap adalah dengan mengambil
contoh uji seberat 1 gram (a) kemudian dilakukan pemanasan di tanur listrik
pada suhu 900 oC. Setelah suhu mencapai 900 oC dibiarkan dingin terlebih
dahulu dalam tanur, baru dimasukkan dalam desikator dan ditimbang (d).
Apabila masih ada bagian yang berwarna putih pengujian harus diulangi.
a d
Kadar zat mudah menguap(%) x 100%
a
Nilai Kalor
Alat yang digunakan untuk menguji nilai kalor adalah kalorimeter bom
oksigen. Pengujiannya adalah sebagai berikut:
a) Tahap persiapan alat
1) Mengambil contoh uji briket arang dengan berat 1 gram kemudian
dimasukkan dalam mangkok pembakaran dan ditimbang sebagai
berat m1.
2) Memasang kawat nikel sepanjang 10 cm pada elektroda. Kawat
menyentuh contoh uji tetapi tanpa menyinggung mangkok
pembakaran.
b) Mengisi silinder bom dengan akuades setinggi 1 mm dan memasang
kepala bom pada silinder bom dan mengisi oksigen murni 99,5 % hingga
tekanannya mencapai 30 atm.
c) Panci silinder diisi dengan air sebanyak 2 liter dan dimasukkan dalam
mantel silinder.
d) Memasukkan bom silinder ke dalam panci silinder dan memasang 2 chop
beserta kabelnya untuk aliran listrik AC 23 volt yang terangkai pada tutup
mantel silinder.
e) Menutup mantel silinder dengan penutupnya sehingga pengaduk dapat
berputar secara bebas (ketelitian 0,01 oC) menghadap ke depan
pengukur. Untuk mengukur waktunya digunakan stopwatch.
f) Mempersiapkan tabel pengukuran.
Tahap pengukuran
91
o Menjalankan pengaduk sampai suhu konstan, dan setiap 30 detik dicatat
perubahan suhunya, untuk pengukuran nilai a, R1, Ta.
o Pada waktu a tercapai, saklar (23 volt) dihidupkan sesaat (3 detik),
kemudian nilai dicatat setiap 30 detik. Pengukuran suhu selang waktu
tersebut bertujuan untuk menentukan nilai 60% dari total pembakaran (b).
o Jika titik suhu tidak terjadi perubahan lagi maka setelah 5 menit dari titik
tersebut proses pengukuran dihentikan dengan cara menghentikan
putaran pengaduk. Titik suhu Tc dan titik waktunya adalah nilai c.
Tahap Pembongkaran
o Melepas sabuk pemutar dan membuka mantel silinder serta
mengeluarkan silinder bom dari dalam panci silinder.
o Membebaskan tekanan gas yang ada dalam silinder bom dan membuka
silinder bom dengan memutar dan mengangkat kepala bom
o Mencuci dengan aquades semua permukaan baja yang ada dalam
silinder bom dan kepala bom bagian dalam, air cucian ditampung dalam
gelas piala ( 50 mL). Air tampungan ini kemudian ditetesi dengan
larutan indikator methyl orange 3 tetes (warna cairan akan berubah
menjadi merah muda) dan dititrasi dengan larutan Na 2CO3 (0,03625 M)
yang terdapat dalam buret (50 mL) sampai warna merah muda menjadi
merah pucat/bening. Pada saat itu dilihat skala buretnya menunjukkan
berapa mL. Jumlah mL yang tercapai setara dengan jumlah kalor (1 mL =
1 kalori) sebagai koreksi asam (e1)
o Mengambil kawat pembakar yang tidak ikut terbakar dan meletakkan
pada skala pengukuran kalor yang telah dikonversi dari panjang kawat
(1cm = 2,3 kal) sebagai koreksi dari panjang sisa kawat yang tidak
terbakar (e2)
o Dengan langkah yang sama dilakukan pembakaran asam benzoat untuk
peneraan kondisi alat bom kalorimeter.
Perhitungan:
92
Rumus 1 :
t Tc Ta R 1 (b a) R 2 (c b)
Rumus 2 :
(t.C p ) (m a .C a ) t (e1 e2 )
Q
m
Rumus 3 :
(m b .Q b ) e1 e 2 - (m a .C a . t)
Cp
t
Keterangan:
Rumus.1 : waktu pembakaran
Rumus.2:: waktu yang diperlukan untuk mencapai 60% pembakaran total
diperoleh melalui interpolasi (menit)
Rumus 3 : : waktu yang ditunjuk saat tidak ada perubahan suhu setelah proses
pembakaran (menit)
Ta : suhu pada saat pembakaran (oC)
Tc : suhu pada saat mencapai waktu c (oC)
R1 : suhu rata-rata setiap menit sebelum terjadi
pembakaran (oC/menit)
R2 : suhu rata-rata setiap menit setelah terjadi
pembakaran (oC/menit)
e1 : koreksi terhadap asam
e2 : koreksi terhadap kawat
Q : nilai kalor pembakaran (kal/g)
Cp : kapasitas panas
mb : berat asam benzoat
Qb : nilai kalor pembakaran asam benzoat
Berat jenis
93
Pengujian ini dilakukan dengan membuat contoh uji ukuran 1 x 1 x 1
cm3. Contoh uji tersebut dikeringtanurkan dalam oven pada suhu 103 2
oC sampai diperoleh berat konstan (a) sebagai berat kering tanur. Sampel
tersebut segera dicelupkan dalam parafin dan ditimbang sebagai berat (b).
Selanjutnya menimbang gelas piala yang berisi aquades (w1). Contoh uji
yang dilapisi parafin dimasukkan ke dalam gelas piala tersebut dengan
bantuan jarum preparat. Contoh uji dicelupkan secara vertikal tanpa
menyentuh dinding gelas piala, dan beratnya dicatat sebagi w2.
a
Berat jenis
[w 2 w 1 (b a) x 0,9]
Keterangan:
BJ aquades = 1
a = berat kering tanur (g)
b = berat a + berat parafin (g)
w1 = berat gelas piala + aquades (g)
w2 = berat w1 + berat b (g)
0,9 = berat jenis parafin
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa rendemen arang pada suhu 250
oC yaitu 42,81% masih cukup besar dan arang yang dihasilkan belum
94
sempurna. Rendemen yang cukup tinggi menunjukkan adanya proses yang
tidak sempurna sehingga sebagian fraksi bahan masih dalam wujud semula.
Data rendemen arang (%) secara lebih jelas dapat dilihat pada Grafik berikut:
45
Rendemen (%)
40
35 Series1
30
25
250 300 350 400
o
Suhu pirolisis ( C)
Gambar 4.6. Grafik hubungan suhu (oC) dengan rendemen arang (%)
Dari Grafik hubungan suhu (oC) dengan rendemen arang (%) dapat dilihat
penurunan rendemen arang dengan semakin naiknya suhu pirolisis. Arang yang
dihasilkan pada suhu pirolisis 350 oC dan arang yang dihasilkan pada suhu
pirolisis 400 oC menunjukkan sifat arang yang baik yaitu arang yang dihasilkan
berwarna hitam merata dan pada bagian ujung pecahan arangnya bercahaya.
Arang yang dihasilkan dari suhu pirolisis 250 oC dan 300 oC belum baik karena
arang yang dihasilkan masih ada bagian yang berwarna coklat dan arang yang
dihasilkan pada suhu pirolisis 400 oC merupakan arang yang paling baik.
Kadar air
95
Suhu untuk analisis kandungan air adalah 130 oC 2 oC sehingga air yang
lepas merupakan air terikat yang berada di dinding sel. Data kadar air briket
Data kadar air (%) secara lebih jelas dapat dilihat pada Grafik berikut:
4.5
4
Kadar air (%)
3%
3.5 5%
3 7%
9%
2.5
2
250 300 350 400
Suhu pirolisis ( o C)
Gambar 4.7. Grafik hubungan suhu pirolisis (oC) terhadap kadar air (%) dengan
berbagai persentase perekat
Dari Grafik hubungan suhu pirolisis (oC) terhadap kadar air (%) dengan berbagai
persentase perekat terlihat bahwa pengaruh suhu pirolisis terhadap kadar air
menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu pirolisis maka kadar air briket arang
semakin kecil, sedangkan pengaruh persentase perekat menunjukkan semakin
besar persentase perekat kadar air briket arang semakin besar. Kadar air briket
arang yang terkecil didapat pada suhu pirolisis 400 oC dengan persentase perekat 3
% dan merupakan briket arang dengan kadar air yang paling baik.
Kadar abu
Abu yang terkandung dalam bahan bakar padat adalah mineral yang
tidak dapat terbakar yang tertinggal setelah proses pembakaran Data kadar abu
(%) dapat dilihat pada tabel berikut.
96
Tabel 4.6. Hasil Pengujian Kadar Abu (%) Briket Arang Tempurung Kelapa
Suhu Persentase Perekat
Pirolisis 3% 5% 7% 9%
250 C o 1,26 1,16 1,08 1,37
300 C o 1,37 1,46 1,58 1,55
350 oC 1,38 1,32 1,39 1,66
400 C o 1,41 1,60 1,71 1,89
Data kadar abu (%) secara lebih jelas dapat dilihat pada Grafik berikut:
2.5
Kadar abu (%)
2 3%
5%
1.5
7%
1 9%
0.5
250 300 350 400
Suhu pirolisis ( o C)
Grafik hubungan suhu pirolisis (oC) terhadap kadar abu (%) dengan berbagai
persentase perekat.
Dari Grafik hubungan suhu pirolisis (oC) terhadap kadar abu (%) dengan
berbagai persentase perekat dapat dilihat bahwa suhu pirolisis memberikan nilai
kadar abu yang bervariasi, sedangkan dengan semakin besarnya persentase
perekat kadar abu briket arang cenderung untuk mengalami kenaikan, sehingga
97
pada persentase perekat 9 % nilai kadar abu briket arang menunjukkan nilai yang
paling besar.
Kadar abu yang terkecil dihasilkan pada suhu pirolisis 250 oC dengan persentase
perekat 7% yaitu sebesar 1,08 % dan kadar abu terbesar pada suhu 400 oC dengan
persentase perekat 9% yaitu sebesar 1,98%. Secara keseluruhan nilai kadar abu
briket arang masuk dalam standar Jepang, sehingga briket arang yang dihasilkan
sudah baik.
Tabel 4.7. Hasil pengujian kadar zat mudah menguap (%) briket arang tempurung
kelapa.
Data di atas menunjukkan bahwa suhu pirolisis menyebabkan nilai kadar zat
mudah menguap mengalami penurunan. Suhu pirolisis memberikan pengaruh yang
besar, hal ini dapat dilihat dari nilai kadar zat mudah menguap briket arang dengan
persentase perekat 3% yang mana pada suhu 250 oC nilainya 48,60% mengalami
penurunan dengan nilai yang besar sehingga pada suhu 400 oC kadar zat mudah
menguapnya sebesar 30,09%.
Kadar zat mudah menguap dengan adanya pengaruh persentase perekat
tidak menunjukkan penurunan kadar yang besar. Pada suhu 250 oC, dengan
persentase perekat 3% kadarnya 48,60% dan pada 9% kadarnya 47,44%, sehingga
penurunannya hanya 1,16%.
98
Data kadar zat mudah menguap (%) secara lebih jelas dapat dilihat pada
Grafik berikut :
47
menguap (%)
3%
42 5%
37 7%
95%
32
27
250 300 350 400
Suhu pirolisis ( o C)
Grafik hubungan suhu pirolisis (oC) terhadap kadar zat mudah menguap (%)
dengan berbagai persentase perekat.
Kadar zat mudah menguap akan menunjukkan kualitas dari briket arang
yang dihasilkan, semakin kecil kadar zat mudah menguap maka briket arang yang
dihasilkan akan semakin baik. Dari Grafik hubungan suhu pirolisis (oC) terhadap
kadar zat mudah menguap(%) dengan berbagai persentase perekat dapat dilihat
bahwa semakin tinggi suhu pirolisis maka kadar zat mudah menguapnya akan
semakin kecil. Briket arang yang dihasilkan pada suhu 400 oC menunjukkan nilai
yang lebih kecil dibandingkan pada suhu yang lain. Naiknya persentase perekat
akan menurunkan kadar zat mudah menguap tetapi penurunannya tidak besar.
Dari grafik dapat dilihat kadar zat mudah menguap yang terkecil yaitu pada suhu
pirolisis 400 oC dengan persentase perekat 9%, sehingga briket arang yang
dihasilkan merupakan briket arang yang paling baik.
Berat jenis
Berat jenis merupakan salah satu sifat senyawa yang penting. Briket
arang dengan berat jenis yang tinggi akan memberikan nilai kalor yang lebih
tinggi dibandingkan dengan briket arang dengan nilai berat jenis yang lebih
rendah. Data hasil pengujian berat jenis dapat dilihat pada tabel berikut ini.
99
Tabel 4,8. Hasil Pengujian Berat Jenis Briket Arang Tempurung Kelapa
Dilihat dari data pada tabel Hasil pengujian berat jenis briket arang
tempurung kelapa yang didapat maka nilai berat jenis briket arang sudah baik dan
hampir semuanya memenuhi standar buatan Jepang. Data hasil pengujian berat
jenis menunjukkan kenaikan atau penurunan yang tidak terlalu besar karena
pengaruh suhu pirolisis maupun persentase perekat. Akan tetapi kisaran angka
untuk standar berat jenis yaitu 1 1,2, menyebabkan kenaikan atau penurunan yang
kecil dari nilai berat jenis akan sangat berpengaruh terhadap mutu dari briket arang
yang dihasilkan. Nilai berat jenis yang tertinggi didapat pada suhu pirolisis 400 oC
dengan persentase perekat 5 %, sedangkan nilai berat jenis yang terkecil didapat
pada suhu pirolisis 250 oC dengan persentase perekat 9%.
Data berat jenis secara lebih jelas dapat dilihat pada Grafik berikut :
1.2
1.15
3%
Berat jenis
1.1
5%
1.05
7%
1
9%
0.95
0.9
250 300 350 400
Suhu pirolisis ( o C)
Grafik hubungan suhu pirolisis (oC) terhadap berat jenis dengan berbagai
persentase perekat
100
Dari Grafik hubungan suhu pirolisis (oC) terhadap berat jenis dengan berbagai
persentase perekat
terlihat bahwa pengaruh suhu pirolisis terhadap berat jenis menunjukkan bahwa
semakin tinggi suhu pirolisis maka berat jenis semakin besar, sedangkan semakin
besar persentase perekat maka berat jenis cenderung semakin turun. Turunnya
berat jenis disebabkan faktor persentase perekat menunjukkan semakin banyaknya
perekat yang digunakan untuk membuat briket akan menurunkan nilai berat
jenisnya. Nilai berat jenis terbesar didapat pada suhu pirolisis 400 oC dengan
persentase perekat 5 %.
Nilai kalor
Nilai kalor menggambarkan nilai energi bahan yang merupakan jumlah
satuan panas yang dihasilkan persatuan bobot dari proses pembakaran dengan
oksigen dari suatu bahan yang mudah terbakar. Data pengujian nilai kalor (kal/g)
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.9. Hasil pengujian nilai kalor kal/g briket arang tempurung kelapa
Dari data tabel Hasil pengujian nilai kalor kal/g briket arang tempurung
kelapa nilai kalor yang didapat menunjukkan kenaikan nilai kalor dengan semakin
tinggi suhu pirolisis, sedangkan nilai kalor semakin kecil dengan semakin besarnya
persentase perekat. Nilai kalor yang didapat sudah memenuhi standar buatan
Jepang (6000 7000 kal/g) dimana nilai kalor yang terkecil sebesar 6407,75 kal/g
dan nilai kalor terbesar 7150,14 kal/g.
101
Data nilai kalor (kal/g) secara lebih jelas dapat dilihat pada Grafik berikut:
7200
Nilai kalor (kal/g)
7000 3%
5%
6800
7%
6600 9%
6400
250 300 350 400
Suhu pirolisis ( o C)
Grafik hubungan suhu pirolisis (oC) terhadap nilai kalor dengan berbagai persentase perekat
Dari grafik hubungan suhu pirolisis (oC) terhadap nilai kalor dengan berbagai
persentase perekat secara umum dapat dilihat bahwa nilai kalor semakin besar
dengan semakin tingginya suhu pirolisis, sehingga nilai kalor yang terbesar didapat
pada suhu pirolisis 400 oC.
102
Tabel Hasil destilasi 200 mL asap cair temperatur 250 oC
Fraksi Volume (ml) Rendemen (%)
1 2,5 1,25
2 123 61,5
3 43 21,5
4 7,5 3,75
Dari tabel di atas diperoleh rendemen yang terbesar adalah pada fraksi 2 yaitu
sebesar 61,5 %. Rendemen yang terkecil adalah pada fraksi 1 yaitu sebesar 1,25 .
b. Asap cair temperatur 300 oC
Hasil destilasi asap cair temperatur 300 oC disajikan pada tabel berikut ini :
Tabel Hasil destilasi 200 mL asap cair temperatur 300 oC
1 8,5 4,25
2 144 72
3 19,5 9,75
4 3 1,5
Dari tabel di atas diperoleh rendemen yang terbesar adalah fraksi 2 yaitu
sebesar 72 % sedangkan rendemen terkecil adalah fraksi 4 yaitu sebesar 1,5 %.
c. Asap cair temperatur 350 oC
Hasil destilasi asap cair temperatur 350 oC disajikan pada tabel berikut ini :
Tabel Hasil destilasi 200 mL asap cair temperatur 350 oC
Fraksi Volume (mL) Rendemen (%)
1 5 2,5
2 158 79
3 15 7,5
4 3 1,5
103
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa hasilnya tidak terlalu jauh berbeda
dengan hasil destilasi asap cair temperatur 300 oC. Ini diperkirakan pada temperatur
pirolisis 300 dan 350 oC, diperoleh komponen asap cair yang tidak terlalu jauh
berbeda.
d. Asap cair temperatur 400 oC
Hasil destilasi asap cair temperatur 400 oC disajikan pada tabel berikut ini :
Tabel Hasil destilasi 200 mL asap cair temperatur 400 oC
1 8 4
2 88,5 44,25
3 64 32
4 19,5 9,75
Dari tabel di atas terlihat bahwa fraksi 1 rendemennya paling kecil (4%). Ini
disebabkan bahwa pada asap cair ini kandungan airnya lebih sedikit. Fraksi 2 adalah
yang tertinggi sebesar 44,25%.
Adapun hasil destilasi asap cair secara keseluruhan ditampilkan dalam
bentuk grafik pada gambar berikut.
80
70
60 Fraksi 1
Rendemen (%)
50 Fraksi 2
40 Fraksi 3
30 Fraksi 4
20
10
0
250 300 350 400
Temperatur pirolisis (0C)
104
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa asap cair hasil destilasi pada fraksi 2
memperlihatkan hasil yang paling banyak. Ini diperkirakan bahwa pada fraksi 2
mengandung banyak senyawa yang memiliki titik didih antara 100-125 oC. Jika
dijumlahkan seluruh asap cair fraksi 1 hingga fraksi 4 diperoleh hasil bahwa asap
cair yang dapat terdestilasi adalah sebesar 89 % , dengan demikian asap cair yang
tidak terdestilasi adalah sebanyak 11 % , yaitu berupa tar dan senyawa-senyawa
dengan titik didih tinggi.
Warna
Asap cair sebelum didestilasi memiliki warna coklat kemerahan, ini
disebabkan karena masih mengandung tar yang pada dasarnya berwarna hitam dan
mengandung komponen dengan berat molekul tinggi. Asap cair tanpa destilasi ini
jika diaplikasikan pada bahan pangan akan menghasilkan bahan pangan dengan
warna yang gelap. Sedangkan konsumen biasanya lebih menyukai bahan pangan
dengan warna yang tidak gelap, oleh sebab itu pada penelititan ini dilakukan
destilasi terhadap asap cair agar menghasilkan warna asap cair yang lebih jernih,
sehingga jika diaplikasikan pada bahan pangan akan menghasilkan warna produk
asapan yang lebih menarik.
Asap cair yang telah mengalami destilasi cenderung memiliki warna yang
berbeda tiap fraksinya. Perbedaan warna pada tiap fraksi dipengaruhi adanya tar.
Warna pada fraksi 1 adalah kuning kehijauan jernih, fraksi 2 berwarna kuning muda
jernih sedangkan fraksi 3 berwarna kuning keputihan jernih dan fraksi 4 berwarna
coklat karena pada temperatur destilasi yang tinggi kemungkinan tar akan ikut
terdestilasi semakin besar.
Aroma
Aroma pada asap cair yang dihasilkan setelah proses destilasi ini berbeda
tiap fraksinya. Aroma asap cair pada berbagai temperatur pirolisis hasil destilasi
dapat dilihat pada tabel berikut.
105
Tabel Aroma asap cair hasil destilasi
Dari tabel di atas terlihat bahwa asap cair pada berbagai fraksi menghasilkan
aroma yang berbeda. Asap cair yang memiliki aroma paling lemah adalah asap cair
fraksi 2, disusul dengan asap cair fraksi 3 dan fraksi 4. Asap cair fraksi 1 memiliki
aroma yang sangat kuat (menyengat). Dapat disimpulkan bahwa asap cair hasil
destilasi dengan urutan aroma asap dari yang kuat hingga yang lembut adalah
sebagai berikut : Asap cair fraksi 1 > fraksi 4 > Fraksi 3 > fraksi 2.
106
o Asap cair pada temperatur 250 oC
107
titik didih dibawah 100 oC. Konsentrasi yang besar dapat dilihat pada waktu retensi
di bawah 4 menit. Sedangkan untuk waktu retensi di atas 4 menit diperoleh
kelimpahan yang kecil. Pada fraksi 2, terdapat puncak pada waktu retensi 4,15 menit
yang sama dengan fraksi 1 tetapi konsentrasinya berbeda. Terjadi kenaikan
konsentrasi yaitu pada fraksi 1 sebesar 1,54 % sedangkan pada fraksi 2 sebesar
14,50 %. Begitu juga pada waktu retensi 4,50 menit, pada fraksi 1 konsentrasinya
sebesar 1,63 %, sedangkan pada fraksi 2 terjadi kenaikan yaitu menjadi 52,25 %.
Pada fraksi 2 juga terdapat senyawa dengan waktu retensi di atas 5 menit
seperti pada waktu retensi 10,20 menit dengan konsentrasi 7,71 %.
Pada fraksi 3, terdapat senyawa dengan waktu retensi 4,54 menit dengan
konsentrasi yang terbesar yaitu 82,91 %. Pada waktu retensi 10,63 menit diperoleh
senyawa dengan konsentrasi 5,96 %.
Pada fraksi 4 terjadi pemisahan yang signifikan dengan konsentrasi terbesar
yaitu pada waktu retensi 4,28 menit dengan konsentrasi 95,58 %.
Fraksi 2 dan 4 memperlihatkan pemisahan yang signifikan, yang jika
dilakukan pemisahan lebih lanjut akan dapat diperoleh senyawa-senyawa yang lebih
murni. Jika puncak-puncak yang berbeda dalam semua fraksi hasil pemisahan
destilasi dijumlahkan, maka terdapat 18 puncak, satu puncak bukan berarti hanya
terdapat satu jenis senyawa, bisa saja terdapat banyak senyawa yang memiliki sifat
yang hampir sama, sehingga disimpulkan asap cair tempurung kelapa dengan
temperatur pirolisis 250 oC mengandung sedikitnya 18 senyawa.
108
o Asap cair temperatur 300 oC
109
Berdasarkan pada gambar di atas dapat dilihat bahwa fraksi 1 dengan
tempratur kurang dari 100 oC memberikan 13 puncak, fraksi 2 dengan temperatur
101-125 oC memberikan 18 puncak, fraksi 3 memberikan 4 puncak dan fraksi 4
memberikan 3 puncak.
Pada fraksi 1 terlihat banyaknya peak pada waktu retensi sekitar 3 menit
dengan kelimpahan yang besar yaitu antara 7-25 %. Pada fraksi ini senyawa dengan
waktu retensi di atas 4 menit diperoeh dengan kelimpahan yang sedikit.
Sedangkan pada fraksi 2 diperoleh senyawa dengan waktu retensi yang
berdekatan. Diperoleh juga senyawa dengan waktu retensi di atas 5 menit. Pada
fraksi 2 ini tidak terlihat adanya pemisahan yang signifikan.
Pada fraksi 3 terlihat tidak ada senyawa dengan waktu retensi di atas 5 menit.
Senyawa dengan waktu reetensi 4,25 menit memiliki konsentrasi yang paling besar
yaitu 81,83 %. Pada frakis 3 ini terlihat pemisahan yang signifikan.
Sedangkan pada fraksi 4, hanya terdapat satu puncak dengan kelimpahan
yang besar yaitu pada waktu retensi 4,20 menit yaitu sebesar 93,79 %.
110
Asap cair pada temperatur 350 oC
Berdasarkan gambar di bawah ini dapat dilihat bahwa pada kromatogram
fraksi 1 dengan temperatur kurang dari 100 oC memberikan 5 puncak, fraksi 2
dengan temperatur 101-125 oC memberikan 16 puncak, fraksi 3dengan temperatur
126-150 oC memberikan 9 puncak dan fraksi 4 dengan temperatur 151-200 oC
memberikan 8 puncak
111
Pada fraksi 1 terlihat puncak yang muncul hanya pada waktu retensi disekitar
3 menit, tidak diperoleh puncak pada waktu retensi di atas 4 menit.
Pada fraksi 2 diperoleh puncak dengan waktu retensi di atas 4 menit hingga
waktu retensi 12,36 menit. Pada waktu retensi 4,54 menit diperoleh senyawa
dengan konsentrasi sebesar 28,10 %. Pada waktu retensi 10,32 menit diperoleh
puncak dengan konsentrasi 7,72 %.
Pada fraksi 2 ini tidak terlihat adanya pemisahan yang signifikan. Ini mungkin
disebabkan banyaknya senyawa yang terdapat pada asap cair yang memiliki titik
didih yang hampir sama.
Pada fraksi 3 terlihat pemisahan yang signifikan, terdapat kenaikan
konsentrasi pada senyawa dengan waktu retensi 4,04 menit yang mana pada fraksi
1 dan 2 konsentrasinya sebesar 4,50 % sedangkan pada fraksi 3 konsentrasinya
menjadi 22,04 %. Pada waktu retensi 10,45 menit terjadi penurunan konsentrasi dari
fraksi 2 yang hanya sebesar 7,72 % menjadi 3,95 % pada fraksi 3.
Pada fraksi 4 diperoleh senyawa dengan konsentrasi terbesar 74,47 % pada
waktu retensi 4,68 menit. Sedangkan senyawa dengan waktu retensi di atas 5 menit
tidak diperoleh lagi. Pada fraksi 3 diperoleh pemisahan yang signifikan.
Jika puncak-puncak yang berbeada dalam semua fraksi hasil pemisahan
destilasi dijumlahkan, maka terdapat 20 puncak, yang mana satu puncak bukan
berarti hanya terdapat satu jenis senyawa,sehingga disimpulkan asap cair
tempurung kelapa dengan temperatur 350 oC mengandung sedikitnya 20 senyawa.
112
Kromatogram Asap cair temperatur 400 oC
113
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa fraksi 1 dengan temperatur di bawah
100 oC memberikan 5 puncak yang terpisah secara signifikan. Pada fraksi 2 dengan
temperatur 101-125 oC diperoleh 24 puncak. Pada waktu retensi 4,53 menit memiliki
konsentrasi 21,20 % sedangkan pada waktu retensi di atas 9 menit diperoleh
senyawa dengan kelimpahan yang kecil. Pada fraksi 3 dengan temperatur 126-150
oC terdapat 19 puncak.
Pada fraksi 4 dengan temperatur 151-200 oC terdapat 10 puncak.
Pemisahan yang signifikan diperoleh pada fraksi 3 dan 4. Pada fraksi 4
diperoleh senyawa dengan waktu retensi 3,60 menit dengan konsentrasi sebesar
79,93 %. Sedangkan pada waktu retensi di atas 9 menit, hanya diperoleh satu
puncak yaitu dengan waktur retensi 12,30 menit dengan konsentrasi sebesar 1,29
%. Senyawa dengan waktu retensi di atas 9 menit pada fraksi 3 sudah tidak terdapat
pada fraksi 4.
Jika puncak-puncak yang berbeda dalam semua fraksi hasil destilasi
dijumlahkan, maka terdapat 34 puncak, sehingga disimpulkan asap cair tempurung
kelapa pada temperatur 400 oC mengandung sedikitnya 34 senyawa.
Tidak dapatnya senyawa asap cair dipisahkan secara tegas pada destilasi ini
diperkirakan karena penyusun asap cair memiliki titik didih yang hampir sama atau
berdekatan satu sama lain. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penyusun
asap cair mengandung senyawa yang hampir sama tiap fraksinya, yang berbeda
adalah konsentrasinya, dengan demikian asap cair ini dapat digunakan untuk
alternatif aplikasi pada bahan pangan yang menginginkan warna yang bervariasi
dengan tetap mempertahankan aroma asap.
114
1. Tugas Latihan
Tugas Latihan 2 :
(1) Jelaskan persyaratan peralatan pengarangan tempurung kelapa
agar sekaligus dapat menghasilkan asap cair/ pirolisis
(2) Jelaskan cara melakukan proses menghasilkan asap cair grade C
(3) Jelaskan bagaimana cara mendestilasi asap cair dari grade C ke
grade B
(4) Jelaskan bagaimana cara mendestilasi asap cair dari grade B ke
grade A
(5) Jelaskan perbedaan asap cair grade B dan grade C
Tugas Praktek :
Kerjakanlah Tugas berikut ini dengan cara yang sistematis, aman dan efisien :
1. Pembuatan Asap Cair grade C
2. Penyulingan Asap Cair grade C menjadi grade B
3. Penyulingan Asap Cair grade B menjadi grade A
115
2. Rangkuman
116
3. Evaluasi Materi
117
4. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Progres Pembelajaran :
Proses Pembuatan dan Pengujian Biobriket dan Asapcair
Nama Peserta :
Sekolah Asal :
Standar Kompetensi Dasar Skor Skor Keterangan
Kompetensi Standar yang
(L/ TL)
dicapai
Cimahi, 2013
Penilai
..
NIP.
118
BAB III. PENUTUP
A. KUNCI JAWABAN
Kunci Jawaban (TL 1)
No Soal Kunci Jawaban scor
119
A. KUNCI JAWABAN
Kunci Jawaban (TL 2)
No Soal Kunci Jawaban scor
o Tempurung kelaoa
1 20
o sekam padi,
o kayu, limbah dari industri penggergajian,
o pelepah bambu
o dedaunan yang sudah kering
o Limbah kelapa sawit, dll
o Tempurung kelapa cukup keras dan padat, akan
2 20
dapat menghasilkan kalor panas yang optimal
o Kadar airnya relatip kecil (antara 7 s.d. 9 %)
o Kadar karbon aktipnya besar
3 o Tempurung kelapa sangat potensial sebagai bahan 15
bakar alternatip, karena nilai karbonnya sangat
besar
o Berat jenisnya relatip kecil, sehingga apabila
dipasarkan secara volumetrik, akan cukup
menguntungkan produser
o Kalori panasnya relatip lebih besar dibandingkan
dengan arang dari kayu
o Selain dapat dijadikan briket arang tempurung,
dapat juga diproses menjadi pirolisis/ asap cair
120
7 o Proses pengarangan tidak berceceran dan tidak 10
mengotori lingkungan kerja
o Pengarangan tempurung tidak menghasilkan debu
o Asap dari proses pengarangan tempurung dapat
ditampung dan dijadikan asap cair (liquid smoke)
o Dapat menghasilkan gas methan
B. KUNCI JAWABAN
Kunci Jawaban (TL 3)
No Soal Kunci Jawaban scor
o Kapasitas mesin
1 20
o Kuantitas bio briket yang akan dibuat
5 o Kering 20
o Bersih
o Tidak mengandung sabut
o Dari kelapa yang tua, yaitu berwarna tua merata
121
Kunci Jawaban
Latihan Test :
1. Persyaratan tempurung kelapa yang baik untuk dijadikan bio briket,
diantaranya adalah, tempurung kelapa itu harus :
o Kering
o Bersih
o Tidak mengandung sabut
o Dari kelapa yang tua, yaitu berwarna tua merata
122
5. Cara melakukan pencetakan adonan briket menjadi briket yang bentuknya
stndar dan padat. Setelah adonan briket jadi, kemudian adonan
dimasukkan ke dalam alat cetak briket,
o Masukkan adonan briket pada moulding cetakan, sehingga memenuhi
seluruh rongga silinder cetakan, volume adonan briket, seperti halnya
volume silinder cetakan
o Kemudian dipadatkan dengan tangan, sehingga permukaan atas
adonan briket, sama tinggi dengan permukaan bagian atas cetakan
o Mengatur meja cetakan briket, sehingga bagian pin pengepres tepat
berada dibagian tengah (senter) silinder rongga cetakan briket,
kuncikan kedudukan meja cetakan pada posisi yang seharusnya
o Memutar roda torak cetakan, sehingga pin pencetak menekan seluruh
permukaan adonan briket, sehingga terjadi kepadatan tertentu
o Mengeluarkan briket yang telah selesai dicetak, simpan pada loyang
dan siap untuk dikeringkan
8. Kadar air bio briket tidak boleh lebih dari 10%, agar pasta bio briket tidak
menjadi bubur briket atau terlalu encer. Apabila pasta terlalu encer akan
kesulitan pada saat pencetakan, dan hasil pencetakan briketnya akan
retak-retak bahkan memudar, tergantung dari tingkat keencerannya
123
B. INSTRUMEN PENILAIAN KELULUSAN
Progres Pembelajaran :
PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BIOBRIKET DAN PIROLISIS
Nama Peserta :
Sekolah Asal :
Standar Kompetensi Dasar Skor Skor yang Ketera
Kompetensi Standar dicapai ngan
(L/ BL)
20 . .
20 . .
25 . .
25 .. .
124
Baku
4.3. Melakukan pengujian 20 . .
hasil asap cair dari
proses pengarangan
tempurung kelapa
20 . .
20 . .
Keterangan :
Cimahi, 2013
Nilai Akhir = Penilai,
NIP. .
125
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, I., 2000. Potensi Pencoklatan Asap Cair Kayu Karet. UGM, Yogyakarta.
Darmadji, P., 1999. Produksi Asap Cair Dari Limbah Kayu dan Inovasi
Pemanfaatannya, Prosiding Seminar Nasional II Masyarakat Peneliti Kayu
Indonesia, Kejasama Antara Fakultas Kehutanan UGM dan Masyarakat
Peneliti Kayu Indonesia (MAPEKI), Yogyakarta
Draudt, H.N., 1963. The Meat Smoking Process : A Review, Food Technology, 17
(12) : 85-126.
Girard, J. P., 1992. Smoking dalam Technology of Meat and Meat Products,
Clermont Ferrand Ellis Horwood, New York.P : 165-205
Idrous A. dan Arancon R., 2010. Perkembangan Industri Kelapa Asia dan Pasifik,
Makalah Disampaikan Pada Workshop Sains Dasar, Dewan Riset Nasional,
21-22 April 2010.
Maga, J. A., 1987. Smoke in Food Processing, CRC Press, Inc. Boca Raton, Florida,
p : 1-3; 113-138
Mahmud, Z. dan Ferry Y., 2005. Prospek Pengolahan Hasil Samping Buah Kelapa.
J. Perspektif, 4, 2, 55-63.
Palungkun, R., 2001. Aneka Produk Olahan Kelapa (Cetakan kedelapan), Penebar
Swadaya, Jakarta .
126
Tahir, I., 1992. Pengambilan Asap Cair Secara Destilasi Kering Pada Proses
Pembuatan Karbon Aktif Dari Tempurung Kelapa. UGM, Yogyakarta.
Tranggono, Suhardi, Setiaji, B., 1997. Produksi Asap Cair dan Penggunaannya pada
Pengolahan Beberapa Bahan Makanan Khas Indonesia. Laporan RUT III.
Wulandari, K. R., Darmadji, P. dan Santoso, U., 1999. Sifat Antioksidatif Asap Cair
Hasil Redestilasi Selama Penyimpanan, Prosiding Seminar Nasional Pangan
PAU-Pangan dan Gizi, UGM. Yogyakarta.
Winaprilani, A., 2003. Pemanfaatan asap cair Hasil Pirolisis Kayu Randu Alas
(Gossamphus hepta phyla) untuk Pengawetan Ikan Kembung (Scomber
negletus). UGM,Yogyakarta.
Yuwanti, S., 1999. Potensi Pencoklatan Fraksi-fraksi Asap Cair Tempurung kelapa.
UGM, Yogyakarta.
127
GLOSARIUM
128