Anda di halaman 1dari 128

DIKLAT TEKNOLOGI BIOBRIKET BAGI GURU

MODUL

PROSES PEMBUATAN
BIOBRIKET DAN
ASAP CAIR

Disusun oleh:
Deddy Misdarpon, S.Pd., MT
Drs. Hadi Prasetyo.,MT

Editor oleh:
Niamul Huda, ST., M.Pd

Didukungi oleh:

TEACHING BIOMASS TECHNOLOGIES


AT MEDIUM TECHNICAL SCHOOLS
Dikembangkan oleh:

ETC Foundation the Netherlands

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Pusat Pengembangan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Bidang Mesin dan Teknik Industri/ TEDC Bandung
Maret 2014

1
KATA PENGANTAR

Buku Modul ini dimaksudkan untuk memandu peserta pendidikan dan


pelatihan kompetensi untuk melaksanakan tugas kegiatan belajar di tempat diklat
ataupun di tempat masing-masing. Dengan demikian diharapkan setiap peserta
diklat akan berusaha untuk melatih diri memecahkan berbagai persoalan sesuai
dengan tuntutan kompetensi yang akan dipilih.

Di dalam buku modul ini diberikan kegiatan belajar, tugas- tugas dan tes
formatif dimana seluruh kegiatan tersebut diharapkan dikerjakan/dilakukan secara
man-diri/kelompok oleh setiap peserta diklat untuk melatih kemampuan dirinya
dalam memecahkan berbagai persoalan
Dalam pelaksanaanya seluruh kegiatan dilakukan oleh setiap peserta/siswa
dengan arahan Pembimbing/Instruktur yang ditugaskan, dan pada akhir diklat
seluruh materi dari modul ini akan diujikan secara mandiri untuk memenuhi tuntutan
kompetensi dan standar pekerjaan/perusahaan.
Materi pembelajaran atau bahan dari modul dan tugas-tugas ini diambil dari
be-berapa buku referensi yang dipilih dan juga buku referensi tersebut sebagai
bahan bacaan yang dianjurkan untuk memperkaya penguasaan kompetensi
peserta diklat.
Diharapkan setiap peserta pelatihan setelah mempelajari dan
melaksanakan semua petunjuk dari modul ini secara tuntas, akan mempunyai
kompetensi sesuai dengan tuntutan pekerjaan sebagai tenaga pelaksana
pemeliharaan Teknik Energi Terbarukan.

Bandung, 13 Maret 2014


Kepala PPPPTK BMTI,

Dr. Dedy H. Karwan, MM


NIP. 19560930 198103 1 003

2
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .................................................................. ii


DAFTAR ISI ............................................................................... iii
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL ....................................... iv
a. Petunjuk Umum
b. Petunjuk bagi peserta Diklat
c. Peran Instruktur/ Guru
d. Petunjuk Pembelajaran

BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................... 1


A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Tujuan Pembelajaran . 2
C. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar .. 2
D. Indikator Keberhasilan . 3

BAB II. KEGIATAN PEMBELAJARAN ....................................................... 4


KEGIATAN BELAJAR 1.
PEMBUATAN BRIKET ARANG TEMPURUNG ........................ 4
1. Uraian Materi ................................................................... 4
2. Tugas Latihan ................................................................... 18
3. Rangkuman ...................................................................... 21
4. Evaluasi Materi ............................................................... 23
5. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ......................................... 24

KEGIATAN BELAJAR 2. PEMBUATAN ASAP CAIR


1. Uraian Materi ................................................................... 25
2. Tugas Latihan .................................................................. 49
3. Rangkuman ...................................................................... 50
4. Evaluasi Materi ............................................................... 55
5. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ......................................... 56

KEGIATAN BELAJAR 3. PENGUJIAN BIO BRIKET

3
1. Uraian Materi ..................................................................... 57
2. Tugas Latihan ..................................................................... 66
3. Rangkuman ........................................................................ 67
4. Evaluasi Materi ................................................................. 69
5. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ........................................... 70

KEGIATAN BELAJAR 4. PENGUJIAN ASAP CAIR


1. Uraian Materi ..................................................................... 71
2. Tugas Latihan ..................................................................... 109
3. Rangkuman ........................................................................ 110
4. Evaluasi Materi ................................................................. 111
5. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ........................................... 112

BAB III. PENUTUP ...................................................................................... 113


A. KUNCI JAWABAN ..................................................................... 114
B. INSTRUMEN PENILAIAN KELULUSAN ................................... 118

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... 120

PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL

A. Umum
1. Modul ini terdiri atas Kegiatan Belajar, Uraian Materi, dan Soal-soal Latihan.

4
2. Pelajari dahulu seluruh materi yang ada dari setiap Kegiatan Belajar,
kemudian pelajari juga dari refferensi yang lain, sesuai dengan yang
disarankan.
3. Anda diwajibkan untuk mengikuti seluruh Kegiatan Belajar yang ada pada
Modul ini sebagai Kompetensi minimal, dari program diklat yang
diselenggarakan.
4. Untuk mempertajam pemahaman, anda diwajibkan mengerjakan soal-soal
yang telah disediakan pada bagian akhir dari setiap kegiatan belajar setelah
anda selesai mempelajari bagian dimaksud.
5. Untuk dapat melanjutkan kegiatan, anda harus mampu menjawab dengan
benar minimal 80 persen dari soal-soal yang ada.
6. Penguasaan /kompetensi anda akan diukur lebih lanjut melalui Post-Test
secara terpisah oleh Instruktor/Pembimbing.

B. Petunjuk Bagi Peserta Diklat


a. Pelajari materi pada setiap kegiatan belajar dengan seksama.
b. Siapkan alat bantu sebelum memulai melaksanakan pekerjaan.
c. Siapkan peralatan alat keselamatan kerja dengan benar.
d. Kerjakan lembar latihan yang terdapat pada bagian akhir dari setiap
kegiatan belajar.
e. Koreksi hasil jawabanmu dengan mencocokkan kunci jawaban yang
terdapat pada bagian akhir modul ini.
f. Jika jawaban anda belum mencapai standar nilai minimal 80% maka anda
dinyatakan belum kompeten, selanjutnya pelajari ulang pada materi tersebut
dengan teliti hing anda yakin telah memperoleh nilai minimal 80.
g. Setelah selesai melakukan semua kegiatan belajar pada modul ini dengan
memperoleh nilai rata-rata minimal 80, maka anda telah dinyatakan
kompeten dalam proses pembuatan dan pengujian biobriket dan asap cair.

5
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Data Asia Pasific Coconut Community (APCC) menunjukkan bahwa konsumsi
kelapa segar penduduk Indonesia sekitar 36 butir/kapita/tahun atau 7,92 miliar butir
(51,1%). Bila produksi buah kelapa nasional sebanyak 15,5 miliar butir/tahun, maka
buah kelapa yang dapat diolah di sektor industri adalah 7,57 miliar butir (48,9%).
Jumlah ini dapat memenuhi kebutuhan 29 unit industri dengan kapasitas 1 juta
butir/hari.
Dari buah kelapa dapat dikembangkan berbagai industri yang menghasilkan
produk pangan dan non-pangan mulai dari produk primer yang masih menampakkan
ciri-ciri kelapa hingga yang tidak lagi menampakkan ciri-ciri kelapa. Dengan
demikian, nilai ekonomi kelapa tidak lagi berbasis kopra.
Keadaan tersebut sudah berkembang di negara-negara lain, seperti di Filipina. Dari
total ekspor produk kelapa Filipina (US$ 920 juta), sekitar 49% diantaranya adalah
berupa produk bukan coconut crude oil (CCO). Terkait hal itu, secara nasional
promosi program diversifikasi di pedesaan untuk menghasilkan produk kelapa
setengah jadi yang terkait dengan industri berteknologi tinggi perlu dikembangkan.
Produk kelapa yang sudah berkembang di dalam negeri adalah coconut crude oil
(CCO) dan turunannya, desiccated coconut (DC), virgin coconut oil (VCO), coconut
milk (CM), CF, Activated carbon (AC), dan CCL. Sekitar 90% dari bahan baku
daging kelapa digunakan untuk menghasilkan CCO dan sisanya terbagi untuk
produk lainnya, tetapi kecenderungan untuk menghasilkan CCO tersebut semakin
menurun, sedangkan produk lainnya semakin meningkat. Sesuai dinamika pasar
produk, kecenderungan untuk menghasilkan produk oleokimia (OC) turunan dari
CCO tampak semakin tinggi.
Produk-produk turunan daging buah selain (OC) yang sangat prospektif untuk
berkembang adalah VCO, DC, CM dan CC. Keempat produk ini memiliki konteks
pengembangan yang sangat baik. VCO memiliki konteks produk yang dapat
meningkatkan kesehatan (daya imunitas tubuh terhadap berbagai penyakit
degeneratif) dan bahan baku kosmetik alami yang bernilai tinggi. DC adalah produk
campuran makanan yang higienis dan praktis. CM adalah minuman kesehatan yang

6
dapat mensubstitusi susu dan CC adalah bahan yang praktis dan hiegenis untuk
keperluan memasak pengganti santan parut manual.
Produk-produk turunan sabut yang prospektif untuk bahan jok mobil mewah,
springbed, dan geotextile (GT).
Produk-produk turunan tempurung yang prospektif adalah AC, CCL, tepung
tempurung (CP) dan kerajinan. Activated carbon antara lain dapat digunakan untuk
industri minyak dan gas, pemurnian air, pengolahan pulp, pupuk dan tambang emas.
Ada empat komponen dasar dari buah kelapa, yaitu sabut, tempurung, daging buah
dan air yang dapat diolah menjadi berbagai macam produk.
Dalam modul ini yang akan dibahas hanya yang berhubungan dengan
tempurungnya saja.

B. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari dan mengikuti semua petunjuk kegiatan pembelajaran dalam
modul ini, peserta diharapkan mampu memahami prinsip dan melaksanakan :
1) Pembuatan briket arang tempurung
2) Pembuatan asap cair
3) Pengujian biobriket arang tempurung
4) Pengujian asap cair

C. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar


1. Membuat bio briket arang 1.1. Menyiapkan peralatan utama dan alat batu
tempurung 1.2. Menyiapkan bahan baku
1.3. Melaksanakan proses pembuatan bio briket

2. Membuat asap cair dari 2.1. Menyiapkan peralatan utama dan alat batu
proses pengarangan 2.2. Menyiapkan bahan baku
tempurung 2.3. Melaksanakan proses pembuatan asap cair

3. Melakukan pengujian hasil 3.1. Menyiapkan peralatan utama dan alat batu
bio briket arang tempurung 3.2. Menyiapkan bahan baku
3.3. Melakukan pengujian hasil bio briket
tempurung kelapa

4. Melakukan pengujian hasil 4.1. Menyiapkan peralatan utama dan alat batu
asap cair/ pyrolisis 4.2. Menyiapkan bahan baku
4.3. Melakukan pengujian hasil asap cair dari
proses pengarangan tempurung kelapa

7
D. Indikator Keberhasilan
Terlaksananya pembelajaran peserta diklat meliputi pemahaman prinsip dan
melaksanakan :
1. Membuat Bio Briket Arang Tempurung
1.1. Menyiapkan peralatan utama dan alat batu
1.2. Menyiapkan bahan baku
1.3. Melaksanakan proses pembuatan bio briket
2. Membuat Asap Cair dari Proses Pengarangan Tempurung
2.1. Menyiapkan Peralatan utama dan alat batu
2.2. Menyiapkan Bahan Baku
2.3. Melaksanakan proses pembuatan asap cair
3. Melakukan Pengujian hasil Bio Briket Arang Tempurung
3.1. Menyiapkan Peralatan utama dan alat batu
3.2. Menyiapkan bio briket sebagai specimen benda uji
3.3. Melakukan pengujian hasil bio briket tempurung kelapa
4. Melakukan Pengujian Hasil Asap Cair/ Pyrolisis
4.1. Menyiapkan Peralatan utama dan alat batu
4.2. Menyiapkan asap cair grade 1,2, dan 3 debagai specimen benda uji
4.3. Melakukan pengujian hasil asap cair dari proses pengarangan
tempurung kelapa
(Tingkat keberhasilan pembelajaran peserta diklat akan dievaluasi
berdasarkan kegiatan pembelajaran yang dikerjakannya)

8
BAB II. KEGIATAN PEMBELAJARAN
A. KEGIATAN BELAJAR 1.
PEMBUATAN BRIKET ARANG TEMPURUNG
1. Uraian Materi
o Tempurung
Tempurung kelapa yang dulu hanya digunakan sebagai bahan bakar,
sekarang sudah merupakan bahan baku industri cukup penting. Produk yang
dihasilkan dari pengolahan tempurung adalah arang, arang aktif, tepung tempurung,
dan barang kerajinan. Arang aktif dari tempurung kelapa memiliki daya saing yang
kuat karena mutunya tinggi dan tergolong sumber daya yang terbarukan. Selain
digunakan dalam industri farmasi, pertambangan, dan penjernihan, arang aktif
sekarang sudah dibuat untuk penyaring atau penjernih ruangan untuk menyerap
polusi dan bau tidak sedap dalam ruangan. Berdasarkan data ekspor tahun 2003,
Indonesia ternyata lebih banyak mengekspor dalam bentuk arang tempurung (56%),
sedangkan negara lain dalam bentuk arang aktif.

Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat serta laju perkembangan


industri menyebabkan meningkatnya penggunaan energi. Selama ini pemenuhan
energi berasal dari minyak dan gas bumi yang merupakan sumber daya alam yang
tidak dapat diperbaharui dan keberadaannya semakin menipis. Untuk
mengantisipasi semakin berkurangnya minyak dan gas bumi, mendorong
diusahakannya pemanfaatan sumber energi alternatif.

Salah satu sumber energi alternatif yaitu penggunaan briket arang. Tahukah anda
tentang arang tempurung kelapa? Mungkin bagi anda yang belum tahu mulai
sekarang harus mencari tahu karena briket arang tempurung kelapa ini bisa diolah
menjadi sebuah minyak tanah yang mana dijadikan salah satu kebutuhan pokok
yang sukar sekali untuk didapatkan sekarang ini mengingat harga jual nya yang
cukup tinggi sehingga banyak orang yang beralih untuk lebih memilih gas elpiji.

9
Gambar 1.1. GPotensi Pengembangan Produk Kelapa

Hal ini bisa dijadikan sebagai peluang bisnis briket arang yang mana memberikan
keuntungan yang cukup menjanjikan nantinya jika diolah dengan tangan yang benar.
Kenaikan harga bbm yang berlangsung belakangan ini nyatanya dapat memberikan
efek yang cukup penting untuk penduduk kelompok kalangan bawah.

Gambar 1.2. Briket Arang Tempurung Sarat Peluang Bisnis

10
Peluang bisnis ini menyasar karena Kenaikan harga minyak tanah yang
melambung tinggi sampai meraih empat kali lipat, ditambah lagi tingkat
kecenderungan pemakaian bbm yang makin hari semakin merangkak naik,
mendorong beberapa besar penduduk untuk mulai berpaling dari bahan bakar
minyak ke pemakaian bahan bakar alternatif.
Perumpamaannya saja potensi pemanfaatan briket arang tempurung kelapa
yang sangat memungkinkan apabila dikembangkan sebagai bahan bakar pengganti
minyak tanah serta gas elpiji. Melimpahnya sampah tempurung kelapa yang telah
tidak terpakai, serta besarnya kandungan daya yang dihasilkan limbah tersebut,
membuat banyak sekali warga yang mulai tertarik untuk mengembangkan bahan
bakar alternatif berbentuk biobriket dari limbah tempurung kelapa menjadi daya
energi alternatif terbarukan.

Pemakaian briket arang tempurung kelapa merupakan langkah pas bagi penduduk
untuk kurangi ketergantungan mereka pada bahan bakar fosil layaknya minyak
tanah serta gas elpiji, ataupun pemakaian bahan bakar kayu yang tingkat
konsumsinya makin hari makin meningkat tajam hingga membahayakan ekologi
rimba. Tujuan pasar yang dapat anda bidik saat menjalankan usaha briket arang
tempurung yang berdomisili di daerah-daerah terpencil.
Di samping itu, anda juga dapat membidik beberapa pebisnis kuliner yang
belakangan ini mulai memakai bahan bakar alternatif berbentuk briket arang untuk
kurangi ketergantungan mereka pada bahan bakar minyak tanah serta gas elpiji
yang harganya makin hari semakin melambung tinggi.

11
Gambar 1.3. Arang Tempurung dan Briket
o Proses Pembuatan Briket Arang Tempurung Kelapa
Sesungguhnya untuk pembuatan biobriket ini kita dapat menggunakan
berbagai macam bahan baku arang yang berupa limbah dan non limbah. Bahan
baku briket arang dapat berupa sekam padi, kayu, limbah dari industri
penggergajian, dan tempurung kelapa. Saat ini sedang dikembangkan briket arang
yang dihasilkan dari tempurung kelapa yang biasanya hanya merupakan limbah
pada industri pembuatan minyak kelapa. Perkembangan perkebunan kelapa di
Indonesia terus meningkat, pada tahun 1968 luas areal kelapa mencapai 1,595 juta
ha menjadi 3,712 ha tahun 1999 dengan volume ekspor minyak kelapa mencapai
735 ribu ton pada tahun 2000 (Anonim, 2003) yang berakibat semakin banyaknya
tempurung kelapa yang tidak dimanfaatkan secara optimal dan menjadi limbah
industri.
Dengan adanya ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin
berkembang, limbah tempurung kelapa ini dapat diproses menjadi produk olahan
yang lebih bermanfaat. Pembuatan briket arang dari tempurung kelapa merupakan
salah satu cara untuk menanggulangi limbah tempurung kelapa yang dapat dijadikan
sebagai sumber energi alternatif.

TEKNOLOGI PENGOLAHAN TEMPURUNG

TEMPURUNG

Arang Tempurung Liquid Smoke

Briket Karbon Karbon Penggumpalan Pengawet Cita


Black aktif
Rasa
Asap
Bahan Filler Filter &
Bakar Karet Absorber lateks Ikan
Daging
Bakso
Ikan
Tahu

Gambar 1.4. Skema Teknologi Pengolahan Tempurung Kelapa

12
Untuk menghasilkan briket arang, hal utama yang harus dilakukan yaitu
pembuatan arang sebagai bahan dasar briket arang. Berbagai macam metoda
digunakan untuk menghasilkan arang, baik metode sederhana maupun dengan
menggunakan peralatan yang lebih modern.
Sebagian besar masyarakat masih menggunakan metode sederhana untuk
menghasilkan arang. Metode ini menggunakan ruang pembakaran berupa lubang
di dalam tanah, dapur pengarangan, maupun drum pengarangan. Pembakaran
dengan metode ini memakan waktu cukup lama, untuk pembakaran dengan lubang
di dalam tanah memerlukan waktu 6 7 hari (Palungkun, 2001).

Gambar 1.5. Tungku Pengarangan Sederhana


Peralatan yang lebih modern untuk pembuatan arang dilengkapi dengan
alat pengatur suhu pemanasan, sehingga suhu pengarangan dapat diketahui. Selain
itu asap yang dihasilkan tidak langsung dibuang ke lingkungan tetapi dikondensasi
menjadi asap cair.

13
Gambar 1.6. Tungku Pengarangan Modern

Beberapa keuntungan pembuatan arang dengan metode modern


dibandingkan metode sederhana yaitu jumlah arang yang dihasilkan lebih banyak,
proses karbonisasi lebih cepat, asap yang dihasilkan selama proses karbonisasi
dapat dijadikan asap cair sehingga mengurangi pencemaran lingkungan.
Arang yang dihasilkan dari proses pengarangan dikatakan baik jika arang
berwarna hitam merata dan tidak mengandung kotoran. Pada bagian ujung
pecahan arangnya bercahaya dan bila dijatuhkan di atas lantai yang keras, pecahan
kepingannya menampakkan lingkaran yang terang (Palungkun, 2001).
Jadi ciri arang yang baik untuk biobriket adalah :
o arang berwarna hitam merata
o tidak mengandung kotoran
o ujung pecahan arangnya bercahaya
o bila dijatuhkan pada lantai keras, pecahan kepingannya seperti lingkaran terang

Gambar 1.7. Arang Tempurung yang berkualitas

Pada pembuatan briket arang, arang terlebih dahulu dijadikan serbuk,


kemudian serbuk arang dicampur perekat dan dicetak. Bentuk dan ukuran briket
arang dapat dimodifikasi sehingga lebih praktis dalam penggunaannya sebagai
bahan bakar rumah tangga ( Hartoyo dkk, 1978).

14
Dilihat dari manfaat briket arang tempurung kelapa yang dapat digunakan sebagai
sumber energi alternatif, maka dalam proses pembuatannya juga akan dilakukan
pengujian untuk mengetahui kualitas briket arang yang dihasilkan.

o PROSES PELAKSANAAN PEMBUATAN BRIKET ARANG TEMPURUNG


Penyiapan Bahan Baku
Tempurung kelapa merupakan bagian yang paling keras dari buah kelapa.
Tempurung kelapa termasuk golongan kayu keras dengan kadar air sekitar enam
sampai sembilan persen (dihitung berdasar berat kering) dan terutama tersusun dari
lignin, selulosa dan hemiselulosa (Woodroof, 1970).
Adapun komposisi penyusun tempurung kelapa adalah sebagai berikut:
Tabel 1.1. Komposisi penyusun tempurung kelapa
Penyusun Jumlah ( % )
Tempurung
Lignin 36,51
Selulosa 33,61
Hemiselulosa 19,27
(Woodroof, 1970)

Briket arang tempurung kelapa dibuat dari bahan baku berupa tempurung
kelapa. Pemilihan bahan baku tempurung kelapa yang akan dijadikan arang
haruslah tempurung yang bersih dan berasal dari kelapa yang tua. Selain itu
bahan harus kering, agar proses pembakarannya berlangsung lebih cepat dan
tidak menghasilkan banyak asap (Palungkun, 2001).

MENYIAPKAN TEMPURUNG KELAPA SEBANYAK +/- 250kg, DENGAN


KRITERIA : BERSIH, BERASAL DARI KELAPA YANG TUA, DAN KERING

15
Gambar 1.8. Menyiapkan Tempurung Sesuai Kriteria

o PEMROSESAN
PENGARANGAN CARA SEDERHANA
Pengarangan cara sederhana banyak dilakukan oleh masyarakat, karena
dengan cirri has kesederhanaannya. Pengarangan sederhana dalam prosesnya
hanya akan menghasilkan arang saja, tidak akan menghasilkan asap cair, karena
tidak ada proses penampungan asap. Alat yang dipakai untuk pengarangan
adalah sebuah drum yang difungsikan sebagai tungku, untuk pengarangan dalam
jumlah banyak, dapat menggunakan beberapa tungku pembakaran
Proses Pengarangan :
1. Siapkan tungku pembakaran dan tempurung yang akan dipakai
2. Bersihkan tempurung dari kotoran dan sabut
3. Keringkan tempurung dengan cara dijemur, hingga kadar airnya kira-
kira 15%
4. Pengarangan dapat dilakukan dengan cara pengarangan langsung
pada tungku tertutup, dengan bahan bakar dibawah tungku tersebut
5. atau pembakaran tempurung yang akan dijadikan arang pada tungku,
kemudian pada saat semua tempurung sudah terbakar, lalu ditutup
dengan debu sisa pembakaran atau pasir, sihingga terjadi proses
pengarangan. Cara ini tidak memakai bahan bakar tersendiri.
6. Selanjutnya arang tempurung disortir dari bagian pengarangan yang
tidak sempurna/ masih mentah.
7. Untuk menghasilkan kualitas arang yang baik, diperlukan pengalaman
dan cara-cara yang sesuai dengan cara pengarangan modern

16
Gambar 1.9. Sampel arang tempurung yang belum matang

o PENGARANGAN TEMPURUNG KELAPA CARA MODERN


Bahan baku tempurung yang sudah dipilih kemudian diproses lebih lanjut
menggunakan proses pyrolisis. Apabila tempurung kelapa dipirolisis, maka akan
terjadi rangkaian proses peruraian penyusun tempurung kelapa tersebut, dan akan
menghasilkan arang, tar dan gas (Hartoyo dkk,1978).

a. Pengarangan tempurung Tahap suhu rendah (0o C 200o C)


Reaksi yang terjadi pada bagian ini adalah reaksi endotermis, yaitu reaksi yang
menyerap panas, artinya panas yang dihasilkan dari reaksi tersebut lebih rendah
dari panas yang diterima. Reaksi ini pada intinya adalah proses menguapkan air,
walaupun titik didih air adalah 100o C tetapi untuk menguapkan air yang berada di
dinding sel diperlukan suhu sampai 200o C.
Pada tahap ini, meskipun lambat terjadi pula proses dekomposisi kayu.
Walaupun kekuatan kayu naik seiring dengan menurunnya kadar air kayu, namun
perlahan-lahan akan menurun jika sudah di atas 100 o C. Proses prengarangan
berjalan pelan namun kayu tempurung tidak sampai terbakar. Kelembaban tinggi
akibat proses penguapan air.

17
Gambar 1.10. Proses memasukkan tempurung pada tungku pengarangan
sesuai dengan kapasitas tungkunya

b. Pengarangan Tahap Suhu Tinggi (di atas 200o C)


Tahap ini merupakan reaksi eksotermis , yaitu reaksi yang menghasilkan panas
artinya panas yang dihasilkan dari reaksi ini lebih besar dari yang diterima.
Pada tahap ini proses dekomposisi meningkat pesat, dimulai dari terjadinya proses
dekomposisi komponen kayu misalkan hemiselulosa, selulosa dan lignin.
Hemiselulosa terdekomposisi pada suhu 200o C - 250o C, selulosa mulai 280oC dan
berakhir pada 300o C350o C, sementara lignin mulai terdekomposisi pada suhu
300o C-350o C dan berakhir pada suhu 400o C 450o C.
Pada permulaan pirolisis dihasilkan gas-gas yang mudah terbakar seperti CO,
metana, metanol, formaldehid dan asam asetat. Proses pirolisis selanjutnya
menghasilkan tar, termasuk di dalamnya adalah furfural dan derivatif furan sebagai
hasil dekomposisi dari pentosan, kemudian glukosa sebagai hasil dekomposisi
selulosa dan berbagai macam senyawa aromatik (fenol, xilenol) sebagai hasil
dekomposisi lignin. Semua hasil dekomposisi menguap bersamaan dengan
meningkatnya suhu pirolisis dan residu yang tertinggal adalah arang.
Setelah proses pirolisis selesai kemudian bahan arang tempurung yang didapat
digunakan sebagai bahan pembuatan briket arang tempurung. Proses pembuatan
briket arang tempurung dapat menggunakan cara berikut.
c. Pembuatan Serbuk/Tepung Arang
Tempurung kelapa yang telah menjadi arang, kemudian dibuat serbuk yaitu
digiling dengan mesin penggiling dan ditumbuk. Serbuk yang telah diperoleh
disaring dengan saringan 20 mesh dan tertahan 42 mesh. Serbuk arang siap
digunakan untuk pembuatan briket.

18
Gambar 1.11. Mesin Penepung Arang Tempurung

Gambar 1.12. Proses Penepungan Arang Tempurung


d. Pembuatan Pasta Briket
Pasta briket dibuat dengan mencampur bahan perekat pati dengan serbuk
arang tempurung menggunakan perbandingan 1 : 25. Perekat pati dibuat
dengan campuran pati dan air dengan perbandingan 1 : 8. Campuran
dipanaskan sampai campuran matang. Setelah perekat pati matang kemudian
dicampurkan secara merata dengan serbuk arang tempurung secara manual
ataupun menggunakan mesin pengaduk.
Komposisi antar bahan pencampur dapat diamati dari skema dibawah ini :

19
TEPUNG
KANJI/TAPIOKA
(1kg)

TEPUNG
Air (8 liter)
ARANG (25 kg)

PASTA
BIOBRIKET

Gambar 1.13. Diagram Komposisi Pasta Biobriket Arang Tempurung

Gambar 1.14. Mesin Pengaduk/ Mixer Adonan Briket dan Tepung Arang

e. Pencetakan Briket
Setelah adonan briket jadi, kemudian adonan dimasukkan ke dalam alat cetak
briket,
o Masukkan adonan briket pada moulding cetakan, sehingga memenuhi
seluruh rongga silinder cetakan, volume adonan briket, seperti halnya
volume silinder cetakan
o Kemudian dipadatkan dengan tangan, sehingga permukaan atas adonan
briket, sama tinggi dengan permukaan bagian atas cetakan

20
o Mengatur meja cetakan briket, sehingga bagian pin pengepres tepat berada
dibagian tengah (senter) silinder rongga cetakan briket, kuncikan kedudukan
meja cetakan pada posisi yang seharusnya
o Memutar roda torak cetakan, sehingga pin pencetak menekan seluruh
permukaan adonan briket, sehingga terjadi kepadatan tertentu
o Mengeluarkan briket yang telah selesai dicetak, simpan pada loyang dan
siap untuk dikeringkan

Gambar 1.15. Mesin Pengaduk/ Mixer Adonan Briket dan Tepung Arang

f. Pengeringan Briket
Setelah dicetak, selanjutnya biobriket dikeringkan. Pengeringan dapat dilakukan
secara alamiah/manual dijemur dibawah terik matahari, atau dimasukkan pada
alat pengering khusus (oven). Proses pengeringan secara manual di bawah
terik matahari dilakukan selama 3-4 hari, atau kalau dengan menggunakan
oven, dikeringkan pada suhu oven 60oC selama 24 jam. sebelum dimasukkan
oven, briket diangin-anginkan terlebih dahulu minimal 12 jam, agar tidak terjadi
pengeringan yang mendadak, yang dapat menyebabkan pecah-pecah.

21
Gambar 1.16. Pengeringan Bio Briket Pada Oven Khusus Pada Temp. 60O C

Gambar 1.17. Pengeringan Bio Briket Pada Oven Khusus Pada Temp. 60 O C

22
Gambar 1.18. Bio Briket yang sudah jadi selanjutnya di packing

2. Tugas Latihan
Tugas Latihan ke 1:
(Setelah anda menyimak uraian materi di atas dan mungkin anda
mendapat informasi serupa yang lebih luas dari media lain, selanjutnya
jawab pertanyaan dibawah ini dengan vukup rinci)

1.1. Jelaskan bagaimana potensi kelapa saat ini (contohkan potensi


kelapa didaerah anda) kaitannya dengan rencana
pengembangan energi baru terbarukan ?

1.2. Jelaskan bagaimana aspek peluang bisnisnya, apabila


pengembangan energi baru terbarukan yang bersumber dari
tempurung kelapa, berhasil dilaksanakan ?

23
1.3. Apabila anda berhasil memproduksi bio briket dari tempurung
kelapa, kemana akan anda pasarkan ?

Tugas Latihan ke 2 :
(Setelah anda menyimak uraian materi PROSES PEMBUATAN BRIKET ARANG
TEMPURUNG KELAPA di atas dan mungkin anda mendapat informasi serupa yang lebih
luas dari media lain, selanjutnya jawab pertanyaan dibawah ini)
2.1. Identifikasikan bahan baku yang dapat dipakai untuk bio briket :
a)
b) ..
c)
d)
e)
2.2. Jelaskan apa kelebihan tempurung kelapa sebagai bahan baku bio briket !
.
.
.
.
.
2.3. Jelaskan fungsi potensi arang tempurung, terkait dengan energy !
.
.
.
2.4. Identifikasikan fungsi karbon aktif hasil dari arang tempurung !


2.5. Identifikasikan fungsi briket arang tempurung (bio briket) !
.
.

24
2.6. Jelaskan pembuatan arang dengan cara metode sederhana !
.
.
2.7. Identifikasikan keuntungan pembuatan arang dengan metode modern !
.
.
.

Tugas Latihan ke 3
(Setelah anda menyimak uraian materi PENYIAPAN BAHAN BAKU di atas dan mungkin
anda mendapat informasi serupa yang lebih luas dari media lain, selanjutnya jawab
pertanyaan dibawah ini)
3.1. Apa yang menjadi patokan untuk menentukan jumlah bahan baku yang akan
disiapkan ?

3.2. Apakah tempurung yang akan dipilih termasuk sabut yang menempel pada
tempurung tersebut? * Ya Tidak, alasannya adalah

3.3. Berapa persen kadar air tempurung maksimum yang akan dipakai langsung
dalam pengarangan ?

3.4. Apabila pengarangan memakai tempurung yang kotor dan mengandung


banyak sabut menempel pada tempurung tersebut, bagaimana kualitas hasil
arangnya?

3.5. Tuliskan beberapa persyaratan tempurung yang baik untuk dijadikan


biobriket!

25
3. Rangkuman Kegiatan Belajar 1.
Kegiatan Belajar 1 ini membahas tentang :
Membuat Bio Briket Arang Tempurung, dengan sub pokok bahasan sebagai
berikut :
1. Menyiapkan peralatan utama dan alat batu
2. Menyiapkan bahan baku
3. Melaksanakan proses pembuatan bio briket

Sebagian besar masyarakat masih menggunakan metode sederhana untuk


menghasilkan arang. Metode ini menggunakan ruang pembakaran berupa lubang
di dalam tanah, dapur pengarangan, maupun drum pengarangan. Pembakaran
dengan metode ini memakan waktu cukup lama, untuk pembakaran dengan lubang
di dalam tanah memerlukan waktu 6 7 hari (Palungkun, 2001).
Peralatan yang lebih modern untuk pembuatan arang dilengkapi dengan alat
pengatur suhu pemanasan, sehingga suhu pengarangan dapat diketahui. Selain itu
asap yang dihasilkan tidak langsung dibuang ke lingkungan tetapi dikondensasi
menjadi asap cair

o Proses Pengarangan :
1. Siapkan tungku pembakaran dan tempurung yang akan dipakai
2. Bersihkan tempurung dari kotoran dan sabut
3. Keringkan tempurung dengan cara dijemur, hingga kadar airnya kira-kira
15%
4. Pengarangan dapat dilakukan dengan cara pengarangan langsung pada
tungku tertutup, dengan bahan bakar dibawah tungku tersebut
5. atau pembakaran tempurung yang akan dijadikan arang pada tungku,
kemudian pada saat semua tempurung sudah terbakar, lalu ditutup

26
dengan debu sisa pembakaran atau pasir, sihingga terjadi proses
pengarangan. Cara ini tidak memakai bahan bakar tersendiri.
6. Selanjutnya arang tempurung disortir dari bagian pengarangan yang tidak
sempurna/ masih mentah.
7. Untuk menghasilkan kualitas arang yang baik, diperlukan pengalaman dan
cara-cara yang sesuai dengan cara pengarangan modern

o Pembuatan Pasta Briket


Pasta briket dibuat dengan mencampur bahan perekat pati dengan serbuk
arang tempurung menggunakan perbandingan 1 : 25. Perekat pati dibuat dengan
campuran pati dan air dengan perbandingan 1 : 8. Campuran dipanaskan sampai
matang. Setelah perekat pati matang kemudian dicampurkan dan diaduk secara
merata dengan serbuk arang tempurung secara manual ataupun menggunakan
mesin pengaduk
Pencetakan Briket
Setelah adonan briket jadi, kemudian adonan dimasukkan ke dalam
alat cetak briket,
o Masukkan adonan briket pada moulding cetakan, sehingga memenuhi
seluruh rongga silinder cetakan, volume adonan briket, seperti halnya
volume silinder cetakan
o Kemudian dipadatkan dengan tangan, sehingga permukaan atas adonan
briket, sama tinggi dengan permukaan bagian atas cetakan
o Mengatur meja cetakan briket, sehingga bagian pin pengepres tepat berada
dibagian tengah (senter) silinder rongga cetakan briket, kuncikan kedudukan
meja cetakan pada posisi yang seharusnya
o Memutar roda torak cetakan, sehingga pin pencetak menekan seluruh
permukaan adonan briket, sehingga terjadi kepadatan tertentu
o Mengeluarkan briket yang telah selesai dicetak, simpan pada loyang dan
siap untuk dikeringkan

Pengeringan Briket
Setelah dicetak, selanjutnya biobriket dikeringkan. Pengeringan dapat dilakukan
secara alamiah/manual dijemur dibawah terik matahari, atau dimasukkan pada alat
27
pengering khusus (oven). Proses pengeringan secara manual di bawah terik
matahari dilakukan selama 3-4 hari, atau kalau dengan menggunakan oven,
dikeringkan pada suhu oven 60oC selama 24 jam

4. Evaluasi Materi
o Post Test
Kerjakan soal dibawah ini pada lembar jawaban yang telah disediakan.

1. Jelaskan persyaratan tempurung kelapa yang baik untuk


dijadikan bio briket
2. Buatlah gambaran proses pengarangan tempurung kelapa cara
sederhana
3. Jelaskan manfaat pengarangan tempurung dilakukan secara
modern
4. Jelaskan prosedur dan cara membuat adonan briket
5. Jelaskan cara melakukan pencetakan adonan briket menjadi
briket yang bentuknya stndar dan padat
6. Jelaskan kriteria oven pengering yang memenuhi persyaratan
untuk mengeringkan bio briket
7. Jelaskan cara mengeringkan bio briket pada oven, agar
hasilnya memenuhi standard kekeringan dan kualitasnya baik
8. Jelaskan mengapa kadar air bio briket tidak boleh lebih dari
10% ?

o Tugas Praktek
Kerjakanlah Tugas Praktek Pembuatan Briket Arang Tempurung berikut ini
menurut tatacara standard (SOP) yang tepat:
1. Pembuatan Arang Tempurung, cara tradisional atau cara modern
2. Pembuatan Tepung Arang Tempurung

28
3. Pembuatan Pasta briket
4. Pencetakan biobriket
5. Pengeringan /oven biobriket

5. Umpan Balik dan Tindak Lanjut


o Progres Pembelajaran :
Proses Pembuatan dan Pengujian Biobriket dan Asapcair
Nama Peserta :
Sekolah Asal :
Standar Kompetensi Dasar Skor Skor Keterangan
Kompetensi Standar yang
(L/ TL)
dicapai

1. Membuat 1.4. Menyiapkan Peralatan 30 .


Bio Briket utama dan alat batu
Arang
1.5. Menyiapkan Bahan
Tempurung 30 .
Baku
40 .
1.6. Melaksanakan proses
pembuatan bio briket

Jumlah Skor 100 . .

2. Membuat 2.4. Menyiapkan Peralatan 30 .


Asap Cair dari utama dan alat batu
Proses
2.5. Menyiapkan Bahan Baku
Pengarangan 30 .
Tempurung 2.6. Melaksanakan proses
40 .
pembuatan asap cair

Jumlah Skor 100 . .

3. Melakukan 3.4. Menyiapkan Peralatan 30 .


Pengujian utama dan alat batu
hasil Bio
3.5. Menyiapkan Bahan Baku
Briket Arang 30 .
tempurung 3.6. Melakukan pengujian
40 .
hasil bio briket
tempurung kelapa

Jumlah Skor 100 . .

4. Melakukan 4.4. Menyiapkan Peralatan 30 .


Pengujian utama dan alat batu
hasil asap
4.5. Menyiapkan Bahan Baku
cair/ pyrolisis 30 .
4.6. Melakukan pengujian

29
hasil asap cair dari 40 .
proses pengarangan
tempurung kelapa

Jumlah Skor 100 . .

Cimahi, 2013
Penilai

..
NIP.
B. KEGIATAN BELAJAR 2. PEMBUATAN ASAP CAIR
1. Uraian Materi
a. Pendahuluan
Pengasapan telah lama dikenal sebagai salah satu tahapan dalam
pengolahan produk pangan. Tujuan semula dari pengasapan adalah menghambat
laju kerusakan produk. Namun dalam perkembangannya tujuan pengasapan tidak
hanya itu, tetapi lebih ditujukan untuk memperoleh kenampakan tertentu pada
produk asapan dan citarasa asap pada bahan makanan. Astuti (2000)
mengemukakan bahwa penggunaan asap cair lebih menguntungkan daripada
menggunakan metode pengasapan lainnya karena warna dan citarasa produk dapat
dikendalikan, kemungkinan menghasilkan produk karsinogen lebih kecil, proses
pengasapan dapat dilakukan dengan cepat dan bisa langsung ditambahkan pada
bahan selama proses. Pengasapan diperkirakan akan tetap bertahan pada masa
yang akan datang karena efek yang unik dari citarasa dan warna yang dihasilkan
pada bahan pangan.
Asap cair dapat diperoleh dengan cara pirolisis tempurung kelapa kemudian
dilakukan kondensasi. Untuk aplikasi asap cair, perlu dilakukan pemisahan
komponen tar, karena terikutnya komponen ini dapat memberikan kenampakan
yang jelek. Salah satu cara untuk memisahkan tar adalah dengan perlakuan
destilasi untuk memperoleh sifat organoleptik yang diinginkan. Menurut Yuwanti dkk
(1999) proses destilasi terhadap asap cair juga dapat menghilangkan senyawa yang
tidak diinginkan dalam asap cair seperti hidrokarbon karsinogen dan residu tar.
Asap cair mengandung berbagai senyawa yang terbentuk karena terjadinya
pirolisis tiga komponen kayu yaitu selulosa, hemiselulosa dan lignin.
Lebih dari 400 senyawa kimia dalam asap telah berhasil diidentifikasi.
Komponen-komponen tersebut ditemukan dalam jumlah yang bervariasi tergantung

30
jenis kayu, umur tanaman sumber kayu, dan kondisi pertumbuhan kayu seperti iklim
dan tanah. Komponen-komponen tersebut meliputi asam yang dapat mempengaruhi
citarasa, pH dan umur simpan produk asapan; karbonil yang bereaksi dengan
protein dan membentuk pewarnaan coklat dan fenol yang merupakan pembentuk
utama aroma dan menunjukkan aktivitas antioksidan (Astuti, 2000).
Selain itu Fatimah (1998) menyatakan golongan-golongan senyawa penyusun
asap cair adalah air (11-92 %), fenol (0,2-2,9 %), asam (2,8-9,5 %), karbonil (2,6-
4,0 %) dan tar (1-7 %).
Kandungan senyawa-senyawa penyusun asap cair sangat menentukan sifat
organoleptik asap cair serta menentukan kualitas produk pengasapan. Komposisi
dan sifat organoleptik asap cair sangat tergantung pada sifat kayu, temperatur
pirolisis, jumlah oksigen, kelembaban kayu, ukuran partikel kayu serta alat
pembuatan asap cair (Girard, 1992).
Diketahui pula bahwa temperatur pembuatan asap merupakan faktor yang
paling menentukan kualitas asap yang dihasilkan. Darmadji dkk (1999) menyatakan
bahwa kandungan maksimum senyawa-senyawa fenol, karbonil, dan asam dicapai
pada temperatur pirolisis 600 oC. Tetapi produk yang diberikan asap cair yang
dihasilkan pada temperatur 400 oC dinilai mempunyai kualitas organoleptik yang
terbaik dibandingkan dengan asap cair yang dihasilkan pada temperatur pirolisis
yang lebih tinggi.
Adapun komponen-komponen penyusun asap cair meliputi:
o Senyawa fenol
Senyawa fenol diduga berperan sebagai antioksidan sehingga dapat
memperpanjang masa simpan produk asapan.
Kandungan senyawa fenol dalam asap sangat tergantung pada temperatur
pirolisis kayu. Menurut Girard (1992), kuantitas fenol pada kayu sangat bervariasi
yaitu antara 10-200 mg/kg Beberapa jenis fenol yang biasanya terdapat dalam
produk asapan adalah guaiakol, dan siringol.
Senyawa-senyawa fenol yang terdapat dalam asap kayu umumnya
hidrokarbon aromatik yang tersusun dari cincin benzena dengan sejumlah gugus
hidroksil yang terikat. Senyawa-senyawa fenol ini juga dapat mengikat gugus-gugus
lain seperti aldehid, keton, asam dan ester (Maga, 1987).

31
OCH3

HO HO

H3CO H3CO

Guaiakol Siringol

o Senyawa karbonil
Senyawa-senyawa karbonil dalam asap memiliki peranan pada pewarnaan
dan citarasa produk asapan. Golongan senyawa ini mepunyai aroma seperti aroma
karamel yang unik. Jenis senyawa karbonil yang terdapat dalam asap cair antara
lain adalah vanilin dan siringaldehida.
OCH3

HO HO

O O
C C
H3CO H3CO
H H
Vanilin Siringaldehida

o Senyawa asam
Senyawa-senyawa asam mempunyai peranan sebagai anti bakteri dan
membentuk citarasa produk asapan. Senyawa asam ini antara lain adalah asam
asetat, propionat, butirat dan valerat.
o Senyawa hidrokarbon polisiklis aromatis
Senyawa hidrokarbon polisiklis aromatis (HPA) dapat terbentuk pada proses
pirolisis kayu. Senyawa hidrokarbon aromatik seperti benzo(a)pirena merupakan
senyawa yang memiliki pengaruh buruk karena bersifat karsinogen (Girard, 1992).
Girard (1992) menyatakan bahwa pembentukan berbagai senyawa HPA
selama pembuatan asap tergantung dari beberapa hal, seperti temperatur pirolisis,
waktu dan kelembaban udara pada proses pembuatan asap serta kandungan udara
dalam kayu.

32
Dikatakan juga bahwa semua proses yang menyebabkan terpisahnya
partikel-partikel besar dari asap akan menurunkan kadar benzo(a)pirena. Proses
tersebut antara lain adalah pengendapan dan penyaringan.

o senyawa benzo(a)pirena
Benzo(a)pirena mempunyai titik didih 310 oC dan dapat menyebabkan kanker
kulit jika dioleskan langsung pada permukaan kulit. Akan tetapi proses yang terjadi
memerlukan waktu yang lama (Winaprilani, 2003).

Untuk mendapatkan biobriket dan asap cair yang berkualitas maka harus kita
persiapkan beberapa sarana pendukung yang berkualitas dan memadai pula.
Banyak peralatan pencetak biobriket dan asap cair dengan spesifikasi dan
kapasitas bervariasi yang beredar di pasaran dengan berbagai merk produk yang
bermacam-
macam pula.
Mesin produksi biobriket dan asap cair ini merupakan satu unit mesin pengolah
limbah tempurung kelapa secara terpadu sehingga diharapkan dalam sekali proses
kita mendapatkan hasil secara terpadu pula. Dengan demikian kita peralatan ini
dapat berfungsi secara optimal dengan memberikan keuntungan ganda disamping
tentu saja pertimbangan komponen bahan yang ekonomis.
Peralatan produksi yang digunakan untuk memproses bahan baku tempurung
kelapa menjadi briket dan asap cair terdiri dari beberapa unit mesin, yaitu:
Mesin Pengeringan Tempurung
Mesin Pembakaran
Mesin Penepungan
Mesin Pencetakan
Mesin Destilasi dan Penyaringan
Mesin Pengemasan

33
Gambar 2.1. Alat Destilasi Lab Pemroses Asap Cair

Secara umum proses pembuatan biobriket dan asap cair seperti alur pada bagan
berikut:

34
DIAGRAM PROSES PEMBUATAN BIOBRIKET DAN ASAP CAIR

Gambar 2.2. Diagram Proses Pembuatan Biobriket dan Asap Cair

35
Proses Pirolisis
Pirolisis adalah degradasi limbah organik secara thermal dalam kondisi tanpa
oksigen untuk menghasilkan arang karbon, minyak dan gas yang dapat dibakar.
Besarnya produk yang akan dihasilkan dipengaruhi kondisi proses, terutama
temperatur dan laju pemanasan. Perbedaan utama pirolisis, gasifikasi dan
insinerasi: jumlah oksigen yang disuplai ke rekator thermal.

Temparatur relatif rendah, yaitu dalam rentang 400-800C. Kondisi proses yang
bervariasi mengakibatkan perbedaan produk arang, gas atau minyak yang
dihasilkan.
Panas disuplai melalui pemanasan tidak langsung, seperti pembakaran dari gas
atau minyak, atau pemanasan langsung menggunakan transfer gas panas.
Pirolisis memiliki kelebihkan dalam menghasilkan gas atau produk minyak dari
limbah yang dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk proses pirolisis itu
sendiri.
b. Pirolisis dari limbah domestik (sampah kota) menghasilkan:
35% produk arang
kadar abu hingga 37%

c. Pirolisis dengan laju pemanasan yang lambat terhadap limbah ban akan
menghasilkan:
Arang hingga 50%
kadar abu sekitar 10%
Pemanfaatan arang:

36
Digunakan langsung sebagai bahan bakar
Dipadatkan menjadi briket bahan bakar
Digunakan sebagai bahan adsorpsi seperti karbon aktif .

Proses Pirolisis
Proses pembakaran bahan baku tempurung kelapa menjadi arang
tempurung dan asap cair dengan menggunakan tungku pirolisis, adapun
langkah-langkah adalah sebagai berikut:
Pada waktu pengisian bahan baku diusahakan tempurung kelapa terisi penuh
di dalam reaktor dengan menggunakan balok kayu untuk memadatkan
tempurung di dalam reaktor pirolisis.
Reaktor ditutup rapat setelah terisi penuh dengan tempurung kelapa. Untuk
mencegah asap keluar dari reaktor pirolisis.
Untuk proses pembakaran disediakan bahan bakar sekitar 40 50 kg
tempurung untuk membakar 120 kg tempurung yang akan dijadikan briket.
Pada saat proses pembakaran suhu pirolisis dikontrol melalui alat kontrol
temperatur yang terpasang diatas reaktor pirolisis. Selama proses
pembakaran suhu dijaga sekitar 300-400 o C.
Kran pada separator / penampung tar harus dibuka 5-10 menit per jam
karena untuk mencegah cairan tar mengeras didalam pipa. Disamping itu
untuk mencegah terjadinya tekanan tinggi pada reaktor pirolisis.
Setelah 5 6 jam dimana asap cair tidak keluar dari kondensor maka proses
pirolisis dianggap sudah selesai.
Setelah proses pirolisis selesai tempurung (sisa pembakaran) yang
digunakan sebagai bahan bakar kemudian dapat dikeluarkan dan dimatikan
dengan menggunakan air.
Arang hasil pirolisis yang ada didalam reaktor didiamkan terlebih dahulu
selama 2 jam kemudian dikeluarkan dan digiling.

a. Proses Pembuatan Asap Cair


1) Penangkapan Asap Cair
Pada saat proses pirolisis berlangsung sekitar 4-6 jam, asap cair akan
keluar dan masih mengandung gas metan dan tar, disalurkan melalui pipa
diameter 3 cm ke tangki penampung asap. Asap akan mulai mengembun

37
menjadi cairan pada drum kondensor. Jadilah asap cair sebanyak 55 liter.
Asap cair yang dihasilkan masih berupa asap cair grade C (masih
mengandung tar sehingga warna coklat pekat) dengan kadar pH 4-5.
2) Pemisahan Tar
Pada saluran pipa asap cair ini tar berupa larutan hitam pekat yang mirip
dengan oli di tangkap melalui separator kemudian ditampung pada bak
penampungan tar. Yang dibuka 5 - 10 menit setiap satu jam proses.
3) Proses Recycle Gas Metan
Dari tangki penampung asap cair terdapat asap yang mengembun
menjadi cairan dan gas yang masih belum terkondensasi berupa gas
metan yang selanjutnya masih dapat dimanfaatkan dengan cara dibakar
dan disalurkan kembali ke bawah reaktor untuk membantu bahan bakar
pirolisis.
4) Pemisahan Asap Cair Grade C dengan tar
Asap cair ditampung pada tabung pemurnian untuk diproses menjadi asap
cair murni grade A dan B (tidak mengandung gas metan dan tar). Hal ini
dapat dilakukan melalui proses pengendapan asap cair grade C selama
minimal satu minggu, untuk mengendapkan tar. Asap cair yang telah
terpisah oleh tar disaring dengan Zeolit aktif, proses selanjutnya asap cair
grade C dilakukan dilakukan destilasi untuk pemurnian.

5) Pemurnian Asap Cair Grade C menjadi Grade A dan B (proses


destilasi)
Pada proses detilasi diusahakan suhu awal mencapai 250 C selama 3 jam
(grade B) dengan warna agak kecoklatan dan kadar PHA yg masih cukup
tinggi. Kemudian perlahan lahan diturunkan sampai dengan 120 C.
Selama suhu 120 C proses destilasi sebaiknya dipertahankan selama 5
jam (grade A) dengan warna coklat muda agak bening dengan kadar PHA
yang sangat sedikit. Kedua proses diatas dilakukan untuk volume asap
cair sebanyak 55 liter, pada penurunan temperatur hasil asap cair akan
semakin baik dimana larutan asap cair akan semakin bening dan kadar tar
sudah habis begitu juga dengan kadar benzoapyrene/Polycyclic
Hidrocarbon Aromatic (PHA).

38
.
6) Pengemasan dan Pemanfaatan Asap Cair
Asap Cair kemudian disimpan dalam penampungan untuk siap dikemas
sesuai dengan gradenya masing-masing.

Tungku Pirolisis

Alat yang digunakan untuk pembakaran tempurung (pengarangan)


menggunakan tungku pirolisis, agar hasil arang karbon bisa sempurna dan juga
bisa didapatkan hasil lain berupa asap cair, dan gas methan. Untuk lebih
jelasnya , Anda perhatikan pembahasan berikut ini.

Bagan Dapur Pirolisis Arang Tempurung dan Kondensasi Asap Cair

Detail sambungan
garis sambung knee dia. 2"
flange 2"-304-JIS
garis asli

pipa
Detail sambungan s/s d reducer 2-1/2"
ia.2"
knee dia. 2" flange 2"-304-JIS drain out s/s dia. 1/2"
plate s/s JIS-304 3mm

drum dia.60
flange 1/2"-304-JIS besi dia 12
s/s 1/2"
fire exhaust s/s
dia. 4"
tutup outlet s/s dia. 4"

stop kran s/s dia. 1/2"


drain in

double plat s/s#3mm besi siku 5/5


besi siku 5/5

Gambar 2.3. Bagan Dapur Pirolisis Arang Tempurung dan Kondensasi Asap Cair

39
Gambar 2.4. Metode Recycling Gas Metan untuk Pembakaran
Keterangan Gambar:
(1) Tabung pirolisis
Tempat menampung semua bahan tempurung/kayu/serbuk gerjen yang akan
dijadikan arang melalui proses pirolisis.
(2) Tungku pembakaran
Tungku pembakaran berfungsi untuk membakar semua bahan yang akan
dibakar dalam tabung pirolisis.
(3) Lubang udara
Lubang udara berfungsi untuk sirkulasi udara selama proses pembakaran
agar panas yang dihasilkan bisa merata
(4) Lubang bahan bakar
Lubang bahan bakar berfungsi untuk keluar masuknya semua bahan bakar
yang digunakan selama proses pembakaran.
(5) Pengukur suhu
Pengukur suhu adalah alat yang berfungsi untuk mengatur suhu selama
proses pembakaran dalam tungku agar lebih stabil sehingga proses

40
pengarangan menjadi lebih sempurna.
(6) Tabung kondensasi
Tabung kondensasi berfungsi untuk mendinginkan asap/gas agar menjadi zat
cair sehingga mempermudah dalam penyimpanan.
(7) Blower
Blower berfungsi untuk mendorong agar asap dapat mengalir secara cepat
dan lancar dalam tempat penampungan.
(8) Penampung tar
Penampung tar adalah alat yang digunakan untuk menampung tar yang
keluar selama proses pengarangan mengggunakan pirolisis.
(9) penampung bio-oil
Penampung bio-oil adalah tempat untuk menampung asap cair yang
dihasilkan dalam proses pengarangan dengan pirolisis.
(10) Pengukur tekanan
Pengukur tekanan merupakan peralatan yang mendukung dalam
pengarangan menggunakan tabung pirolisis, berfungsi untuk mengukur
tekanan agar tetap stabil.
(11) pipa gas recycle
Pipa gas recycle merupakan alat pendukung tabung pirolisis, berfungsi untuk
merecycle semua bahan gas yang dihasilkan selama proses pengarangan
dan digunakan sebagai tambahan bahan bakar.
(12) pipa bio-oil
Pipa bio-oil merupakan alat pendukung tabung pirolisis, berfungsi untuk
mengalirkan bio-oil yang diperoleh selama proses pengarangan dalam
pirolisis.

Karakteristik Umum Alat


Mesin pembuatan biobriket mengolah 120 kg tempurung kelapa dengan
kadar air 15-20% hingga menghasilkan kira-kira 40 kg biobriket berukuran
silinder dengan diameter 3.5 cm tinggi 6 cm dan diameter lubang 0.5 cm setiap
potongnya, asap cair grade C sebanyak 50 liter dan tar 3 lt serta gas methan
yang digunakan sebagai bahan bakar tambahan. Mesin ini terdiri dari beberapa
bagian yang dapat diintegrasikan atau terpisah sesuai dengan tahapan
pekerjaan, yaitu:

41
a. Proses Pirolisis untuk pembuatan arang tempurung kelapa dengan
menggunakan tabung pirolisis dengan blower gas methan sebagai bahan
bakar tambahan. Proses pirolisis berlangsung selama 4-6 jam pada suhu
300-400o C.
b. Proses kondensasi untuk menghasilkan tar, gas methan dan asap cair
grade C yang dilakukan dengan menggunakan tabung kondensator dengan
air bersuhu 23-250 C yang disirkulasi menggunakan pompa air.
c. Proses destilasi untuk merubah asap cair grade C menjadi grade lebih
tinggi dilakukan proses dehidrasi menggunakan zeolit aktif untuk menyerap
air. Setelah itu asap cair tersebut dimurnikan menjadi grade B atau grade B
menjadi grade A dengan menggunakan tabung destilator yang suhunya
dapat diatur antara 120-250oC.
Karakteristik Khusus Alat
Instalasi Pirolisator dan Kondensator Tempurung Kelapa

Gambar 2.5 . Reaktor pirolisis sebelum dipakai

42
Reaktor pirolisis berdiameter 750 mm, tinggi 1040 cm dan kerucut dengan
ketinggian 323 mm serta ketebalan plat 3 mm stainless steel. Konstruksi pirolisis ini
dilengkapi dengan exhaust valve untuk menjaga tekanan dalam reaktor dan fire
exhaust dengan diameter 4 inchi dan tempat termometer untuk mengukur suhu
dalam reaktor. Dibawah reaktor ditempatkan ruang untuk pembakaran dengan
ukuran kaki reaktor yang terbuat dari siku 5/5 dan tinggi 440 mm, lebar 750mm.
Proses pirolisis berlangsung selama 4-6 jam pada suhu 300-400o C yang
diukur dengan termometer payung. Pengaturan suhu dilakukan dengan mengontrol
cara pembakaran dengan bahan tempurung kelapa. Hasil yang diperoleh dari
proses pirolisis ini adalah arang tempurung kelapa, asap cair dan gas methan.
Untuk mengalirkan gas asap cair ke drum kondensor menggunakan pipa
diameter 2 Inchi dengan kemiringan 300 pada lekukan separator. Pipa ini
menggunakan flange 2 unruk menghubungkan antara reaktor dengan drum
kondensor dan juga flange 0.5 untuk menghubungkan dengan pipa separator
Separator dibuat dari bahan stainless diameter 4 denan ketinggian 200 mm
yang dilengkapi dengan stop kran diameter 0.5 untuk mengeluarkan tar.
Pengolahan asap cair grade C dilakukan dengan menggunakan drum kondensator
dengan air yang bersirkulasi. Untuk memisahkan tar dilakukan menggunakan
sparator yang dipasang pada saluran sebelum masuk tabung kondensator.
Kondensator terbuat dari bahan stainless dengan ukuran diameter 600 mm
dan tinggi drum 880 mm. Dengan pipa kondensor diameter 0.5 tempat mengalirnya
asap cair dan drum kondensor ini dilengkapi dengan pipa sirkulasi keluar masuknya
air. Drum ini didukung dengan kaki yang terbuat dari besi siku 5/5 lebar kaki 667 mm
dan tinggi 420 mm.
Untuk memisahkan dan memanfaatkan gas methan dilakukan dengan
menyambung saluran keluar tabung kondensator dengan pipa yang mengarah ke
atas dan kemudian menghubungkannya dengan tabung pirolisis melalui blower.
Asap cair grade C diperoleh dengan memasang penampung asap cair pada saluran
keluar tabung kondensator yang mengarah ke bawah. Penampungan asap cair
terbuat dari bahan stainless dengan kapasitas 60 liter.

43
Proses Destilasi
Distilasi adalah suatu proses yang di dalamnya suatu cairan atau uap
campuran dari dua atau lebih substansi dipisahkan ke dalam fraksi-fraksi
komponennya dengan kemurnian yang diinginkan melalu pemakaian atau
pelepasan kalor.
Pemisahan komponen dari campuran cairan melalui distilasi tegantung atas
perbedaan titik didih masing-masing komponen. Juga, tergantung atas konsentrasi
komponen yang ada, campuran cairan akan memiliki karakteristik titik didih yang
berbeda. Karenanya, proses distilasi tergantung atas karakteristik tekanan uap
campuran cairan.
Tekanan uap suatu cairan pada suhu tertentu merupakan tekanan kesetimbangan
yang dilakukan oleh molekul-molekul yang keluar dan masuk permukaan cairan.
Berikut beberapa butir penting melihat tekanan uap:
o masukan energi menaikkan tekanan uap
o tekanan uap terkait dengan pendidihan.
o Suatu cairan dikatakan mendidih bilamana tekanan uapnya sama
dengan tekanan sekitarnya
o Kemudahan suatu cairan mendidih tergantung atas volatilitasnya
o Cairan dengan tekanan uap tinggi ( cairan volatil) akan mendidih pada
suhu lebih rendah
o Tekanan uap dan titik didih campuran cairan tergantung atas jumlah
relatip komponen di dalam campuran tersebut.
o Distilasi terjadi dikarenakan beda volatilitas komponen di dalam cairan
campuran.
Destilasi Asap Cair
Asap cair yang dihasilkan dari proses pirolisis dengan bahan baku tempurung
kelapa masih mengandung tar dengan warna kecoklatan dan pekat, selanjutnya
asap cair ini dinamakan asap cair dengan grade C yang masih perlu dimurnikan lagi
untuk mendapatkan grade B dan A. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai
berikut:
a. Penangkapan Asap Cair
Pada saat proses pembakaran tempurung kelapa dengan menggunakan
tungku pirolisis berlangsung sekitar 4-6 jam, asap cair akan keluar dan
masih mengandung gas metan dan tar, disalurkan melalui pipa diameter 3

44
cm ke tangki penampung asap. Asap akan mulai mengembun menjadi
cairan pada drum kondensor. Jadilah asap cair sebanyak 50% berat
tempurung terbakar atau sebanyak 55 - 60 liter. Asap cair yang dihasilkan
masih berupa asap cair grade C (masih mengandung tar dengan warna
coklat pekat) dengan kadar pH 4-5.
b. Pemisahan Tar
Pada saluran pipa asap cair ini tar berupa larutan hitam pekat yang mirip
dengan oli di tangkap melalui separator kemudian ditampung pada bak
penampungan tar. Yang dibuka 5 - 10 menit setiap satu jam proses.
c. Proses Recycle Gas Metan
Dari tangki penampung asap cair terdapat asap yang mengembun
menjadi cairan dan gas yang masih belum terkondensasi berupa gas
metan yang selanjutnya masih dapat dimanfaatkan dengan cara dibakar
dan disalurkan kembali ke bawah reaktor untuk menambah bahan bakar
pirolisis.
d. Pemisahan Asap Cair Grade C dengan tar
Asap cair ditampung pada tabung pemurnian untuk diproses menjadi asap
cair murni grade A dan B (tidak mengandung gas metan dan tar). Hal ini
dapat dilakukan melalui proses pengendapan asap cair grade C selama
minimal satu minggu, untuk mengendapkan tar. Asap cair yang telah
terpisah dengan tar disaring menggunakan Zeolit aktif, proses selanjutnya
asap cair grade C dilakukan proses destilasi untuk pemurnian.

Pemurnian Asap Cair Grade C menjadi Grade A dan B (proses destilasi).


Pada proses detilasi diusahakan suhu awal mencapai 250 C selama 3 jam
(grade B) dengan warna agak kecoklatan dan kadar PHA yg masih cukup tinggi.
Kemudian perlahan lahan diturunkan sampai dengan 120 C. Selama suhu 120 C
proses destilasi sebaiknya dipertahankan selama 5 jam (grade A) dengan warna
coklat muda agak bening dengan kadar PHA yang sangat sedikit. Kedua proses
diatas dilakukan untuk volume asap cair sebanyak 55 liter, pada penurunan
temperatur hasil asap cair akan semakin baik dimana larutan asap cair akan
semakin bening dan kadar tar sudah habis begitu juga dengan kadar
benzoapyrene/Polycyclic Hidrocarbon Aromatic (PHA).

45
Instalasi Pemurnian Asap Cair (Destilasi)

Gambar 2.6. Alat Destilasi di Lapangan/ Produksi

Untuk menghasilkan asap cair grade B dilakukan melalui proses dehidrasi


dan destilasi. Proses dehidrasi dilakukan dengan menggunakan zeolit yang diaduk
dengan alat pengaduk manual kemudian didiamkan selama seminggu untuk
memisahkan dari tar.
Proses destilasi dilakukan menggunakan alat destilasi yang terdiri dari tabung
destilasi berukuran diameter 50 cm dan tinggi 60 cm dengan bahan stainless steel
dan kolom destilasi setinggi kira-kira 200 cm dengan pendinginan udara.
Temperatur pemanasan pada tabung destilasi antara 120 250o C. Kolom
destilasi dengan pipa diameter 3" dan 4, kapasitas 20-25 liter asap cair, sistem
destilasi batch, model kolom bertingkat dengan refluks, bahan besi galvalis,
dilengkapi dengan timer

46
ALAT DAN BAHAN BAKU ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA
Untuk pembuatan asap cair tempurung kelapa diperlukan Alat dan bahan
sebagai berikut:
Alat:
o Reaktor untuk proses pirolisis
o Satu set alat distilasi
Bahan :
o Tempurung kelapa .
o Berbagai jenis kayu, sekam padi, ampas tebu, dan lain-lain.

Sejumlah tempurung kelapa dibersihkan dari sabutnya, kemudian diambil


secukupnya digunakan untuk pirolisis. Penggunaan berbagai jenis kayu sebagai
bahan bakar pengasapan telah banyak dilaporkan. Pembuatan bandeng asap di
daerah Sidoarjo, menggunakan berbagai jenis kayu sebagai bahan bakar seperti
kayu bakau, serbuk gergaji kayu jati, ampas tebu dan kayu bekas kotak kemasan
(Tranggono dkk, 1997).
Namun untuk menghasilkan asap yang baik pada waktu pembakaran
sebaiknya menggunakan jenis kayu keras seperti kayu bakau, rasa mala, serbuk
dan serutan kayu jati serta tempurung kelapa, sehingga diperoleh hasil pengasapan
yang baik (Tranggono dkk, 1997). Asap yang dihasilkan dari pembakaran kayu keras
akan berbeda komposisinya dengan asap yang dihasilkan dari pembakaran kayu
lunak. Pada umumnya kayu keras akan menghasilkan aroma yang lebih unggul,
lebih kaya kandungan aromatik dan lebih banyak mengandung senyawa asam
dibandingkan kayu lunak (Girard, 1992).

PEMROSESAN ASAP CAIR


Pemrosesan asap cair bersamaan dengan proses pembakaran tempurung
kelapa pada pembuatan arang tempurung. Proses utama pada pembuatan asap cair
adalah menggunakan proses pirolisis dan destilasi.
o Pirolisis
Pirolisis adalah proses pemanasan suatu zat tanpa adanya oksigen sehingga
terjadi penguraian komponen-komponen penyusun tempurung kelapa
Istilah lain dari pirolisis adalah penguraian yang tidak teratur dari bahan-
bahan organik yang disebabkan oleh adanya pemanasan tanpa berhubungan

47
dengan udara luar. Hal tersebut mengandung pengertian bahwa apabila tempurung
kelapa dipanaskan tanpa berhubungan dengan udara dan diberi suhu yang cukup
tinggi, maka akan terjadi reaksi penguraian dari senyawa-senyawa kompleks yang
menyusun tempurung dan menghasilkan zat dalam tiga bentuk yaitu padatan, cairan
dan gas (Widjaya, 1982).
Tempurung kelapa dan kayu mempunyai komponen-komponen yang hampir
sama. Kandungan selulosa, hemiselulosa dan lignin dalam kayu berbeda-beda
tergantung dari jenis kayu. Pada umumnya kayu mengandung dua bagian selulosa
dan satu bagian hemiselulosa, serta satu bagian lignin. Pada proses pirolisis terjadi
dekomposisi senyawa-senyawa penyusunnya, sebagai berikut:
o Pirolisis selulosa
Selulosa adalah makromolekul yang dihasilkan dari kondensasi linear struktur
heterosiklis molekul glukosa. Selulosa terdiri dari 100-1000 unit glukosa (Fengel dan
Wegener, 1995). Selulosa terdekomposisi pada temperatur 280 oC dan berakhir
pada 300-350 oC
Girard (1992), menyatakan bahwa pirolisis selulosa berlangsung dalam dua tahap,
yaitu :
i. Tahap pertama adalah reaksi hidrolisis menghasilkan glukosa.
ii. Tahap kedua merupakan reaksi yang menghasilkan asam asetat dan
homolognya, bersama- sama air dan sejumlah kecil furan dan fenol.
o Pirolisis hemiselulosa
Hemiselulosa merupakan polimer dari beberapa monosakarida seperti
pentosan (C5H8O4) dan heksosan (C6H10O5). Pirolisis pentosan menghasilkan
furfural, furan dan derivatnya beserta satu seri panjang asam-asam karboksilat.
Pirolisis heksosan terutama menghasilkan asam asetat dan homolognya.
Hemiselulosa akan terdekomposisi pada temperatur 200-250 oC.
o Pirolisis lignin
Lignin merupakan sebuah polimer kompleks yang mempunyai berat molekul
tinggi dan tersusun atas unit-unit fenil propana. Senyawa-senyawa yang diperoleh
dari pirolisis struktur dasar lignin berperanan penting dalam memberikan aroma asap
produk asapan. Senyawa ini adalah fenol, eter fenol seperti guaiakol, siringol dan
homolog serta derivatnya (Girard,1992). Lignin mulai mengalami dekomposisi pada
temperatur 300-350 oC dan berakhir pada 400-450 oC.

48
o Proses Destilasi
Destilasi merupakan proses pemisahan komponen dalam campuran
berdasarkan perbedaan titik didihnya, atau pemisahan campuran berbentuk cairan
atas komponennya dengan proses penguapan dan pengembunan sehingga
diperoleh destilat dengan komponen-komponen yang hampir murni.

Destilasi adalah suatu proses pemisahan suatu komponen dari suatu


campuran dengan menggunakan dasar bahwa beberapa komponen dapat menguap
lebih cepat daripada komponen yang lainnya. Ketika uap diproduksi dari campuran,
uap tersebut lebih banyak berisi komponen-komponen yang bersifat lebih volatil,
sehingga proses pemisahan komponen-komponen dari campuran dapat terjadi
(Earle dalam Astuti, 2000).

Destilasi sederhana dilakukan secara bertahap, sejumlah campuran


dimasukkan ke dalam sebuah bejana, dipanaskan bertahap dan dipertahankan
selalu berada dalam tahap pendidihan kemudian uap yang terbentuk
dikondensasikan dan ditampung. Produk destilat yang pertama kali tertampung
mempunyai kadar komponen yang lebih ringan dibandingkan destilat yang lain.

Komponen-komponen dominan yang mendukung sifat-sifat fungsional dari


asap cair adalah senyawa fenolat, karbonil dan asam. Titik didih dari komponen-
komponen pendukung sifat fungsional asap cair dapat dilihat pada tabel berikut.

49
Tabel 2.1. Titik didih senyawa pendukung sifat fungsional asap cair

Senyawa Titik didih (0C, 760 mmHg)


Fenol
Guaikol 205
4- metilguaikol 211
Eugenol 244
Siringol 267
Furfural 162
Pirokatekol 240
Hidrokuinon 285
Isoeugenol 266
Karbonil
- Glioksal 51
72
- Metilglioksal 97*
88
- Glikoaldehid -21

- Diasetil

- Formaldehid
Asam
- Asam asetat 118
162
- Asam butirat 141
176
- Asam propionat

- Asam Isovalerat
Sumber : Buckingham dalam Astuti (2000)
Keterangan : *adalah titik leleh

Berdasarkan perbedaan titik didih dari senyawa-senyawa penyusun asap cair


tersebut akan dilakukan destilasi untuk memisahkan komponen tar dan untuk
mendapatkan fraksi asap cair dengan sifat-sifat fungsional yang menonjol.

Pada proses pirolisis ini berlaku hukum kekekalan massa dimana massa
sebelum dan sesudah reaksi adalah tetap. Gas yang tidak dapat terkondensasi ini
terhitung sebagai massa yang hilang yaitu data yang diperoleh dari perhitungan
berat awal tempurung kelapa dikurangi dengan berat arang dan cairan. Hasil pirolisis
ditampilkan pada tabel berikut.

50
Tabel 2.2. Nilai rata-rata hasil pirolisis tempurung kelapa
Suhu Hasil pirolisis
pirolisis Arang Cairan Gas

(0 C) (%) (%) (%)

250 42,17 41,43 16,40

300 35,28 46,42 18,29

350 32,93 48,57 18,50

400 31,80 51,43 16,77

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa pirolisis dengan empat tingkat
temperatur pirolisis yang berbeda menghasilkan arang, cairan dan gas dalam jumlah
yang berbeda pula.
Arang
Proses pembuatan asap cair ini menghasilkan arang sebagai bahan sisa
pirolisis. Grafik yang memperlihatkan hubungan temperatur pirolisis dengan
rendemen arang dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 2.7. Grafik Rendemen Arang Hasil Pirolisis

51
Pada gambar di atas terlihat penurunan rendemen arang dari temperatur
250-400 oC. Arang yang dihasilkan beratnya semakin berkurang dengan naiknya
temperatur pirolisis, ini disebabkan semakin berkurangnya komponen-komponen
organik yang terdapat dalam tempurung tersebut. Arang yang dihasilkan pada
temperatur 400 oC adalah sebesar 31,80 % dan pada temperatur 250 oC diperoleh
arang dengan rendemen yang cukup tinggi yaitu sebesar 42,17 %.

Cairan
Cairan yang dihasilkan pada pirolisis ini terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan
atas adalah asap cair sedangkan lapisan bawah adalah tar. Hasilnya ditampilkan
dalam grafik pada gambar berikut.

Gambar 2.8. Grafik Rendemen Cairan Hasil Pirolisis

Selama proses pirolisis berlangsung, terjadi beberapa tahap pirolisis yaitu


tahap awal adalah proses pelepasan air yang disertai pelepasan gas-gas ringan
seperti CO dan CO2. Tahap awal ini terjadi pada temperatur 100 sampai 200 oC.
Pada kisaran temperatur ini dalam wadah pendingin hanya berisi air saja.

52
Tahap kedua adalah proses dekomposisi unsur-unsur tempurung kelapa
seperti hemiselulosa, selulosa dan lignin. Hemiselulosa terdekomposisi pada suhu
200oC sampai 250oC, selulosa mulai terdekomposisi pada temperatur 280 oC dan
berakhir pada temperatur 300oC sampai 350oC, sedangkan lignin mulai
terdekomposisi pada suhu 300oC sampai 350oC dan berakhir pada suhu 400oC.
Pada tahap ini mulai dihasilkan tar dan semua hasil dekomposisi tempurung kelapa
yang menguap bersamaan dengan meningkatnya temperatur pirolisis, residu yang
tertinggal adalah arang.
Pembakaran tempurung pada temperatur pirolisis 400 oC dihasilkan cairan
yang paling banyak yaitu sebesar 51,43%. Menurut Girard (1992) pirolisis pada
temperatur 400oC ini menghasilkan senyawa yang mempunyai kualitas organoleptik
yang tinggi dan pada temperatur lebih tinggi lagi akan terjadi reaksi kondensasi
pembentukan senyawa baru dan oksidasi produk kondensasi diikuti kenaikan linear
senyawa tar dan hidrokarbon polisiklis aromatis.

Cairan yang merupakan campuran asap cair dan tar ini memiliki perbedaan
berat jenis yaitu asap cair sebesar 1,0357 g/mL dan tar sebesar 1,0465 g/mL.
Sebelum dilakukan destilasi, cairan ini didekantasi untuk memisahkan tar. Proses
dekantasi dilakukan selama seminggu dan diharapkan dapat mengurangi
kandungan tar pada asap cair.

53
Alat Pengemas Asap Cair
Asap cair yang sudah diproduksi kemudian dikemas dengan menggunakan
botol plastik atau jerigen sesuai ukuran kemasan.

Gambar.2.9. Kemasan asap cair dalam botol

Gambar.2.10. Kemasan Asap Cair Dalam Jerigen

54
2. Tugas Latihan

Tugas Latihan 1 :
1) Jelaskan secara singkat apa yang dimaksud dengan proses pirolisis?
2) Jelaskan secara singkat apa yang dimaksud dengan proses destilasi?
3) Apa pengaruh temperatur pada proses pemanasan tungku/tabung terhadap
produk yang dihasilkan pada proses pirolisis dan destilasi?
4) Sebutkan produk bahan-bahan apa saja yang dihasilkan dari hasil proses
pirolisis dengan bahan baku tempurung kelapa?

Tugas Latihan 1 :
(1) Jelaskan persyaratan peralatan pengarangan tempurung kelapa
agar sekaligus dapat menghasilkan asap cair/ pirolisis
(2) Jelaskan cara melakukan proses menghasilkan asap cair grade C
(3) Jelaskan bagaimana cara mendestilasi asap cair dari grade C ke
grade B
(4) Jelaskan bagaimana cara mendestilasi asap cair dari grade B ke
grade A
(5) Jelaskan perbedaan asap cair grade B dan grade C

Tugas Praktek :
Kerjakanlah Tugas berikut ini dengan cara yang sistematis, aman dan efisien :
1. Pembuatan Asap Cair grade C
2. Penyulingan Asap Cair grade C menjadi grade B
3. Penyulingan Asap Cair grade B menjadi grade A

55
3. Rangkuman

Kegiatan Belajar 2 ini membahas tentang :


Membuat asap cair melalui proses pirolisis, dengan sub pokok bahasan sebagai
berikut :
Mendeskripsikan proses pembuatan asap cair.
Memahami proses pembuatan pirolisis.
Mengidentifikasi peralatan pirolisi yang digunakan untuk pembuatan asap
cair dan bahan baku briket tempurung.
Melakukan proses pembuatan pirolisis dari bahan baku tempurung kelapa
untuk diambil asap cairnya.
Mengidentifikasi peralatan distilasi yang digunakan untuk proses
permunian asap cair.
Mendestilasi asap cair untuk mendapatkan kualitas grade A, B, dan C.

Penggunaan asap cair terutama dikaitkan dengan sifat-sifat fungsional asap


cair, diantaranya adalah sebagai antioksidan, antibakteri, antijamur, dan potensinya
dalam pembentukan warna coklat pada produk. Asap cair dapat diaplikasikan pada
bahan pangan karena dapat berperan dalam pengawetan bahan pangan. Cara
pengawetan tradisional biasanya dilakukan dengan pengasapan. Beberapa teknik
pengasapan dapat dilakukan pada temperatur di atas 70 oC kemudian bahan diasap
langsung di atas sumber asap. Saat ini sedang dikembangkan metode pengawetan
yang lain yaitu menggunakan metode pengasapan asap cair dengan mencelupkan
bahan pada larutan asap atau menyemprotkan larutan asap pada bahan kemudian
produk dikeringkan

Proses destilasi terhadap asap cair juga dapat menghilangkan senyawa yang
tidak diinginkan dalam asap cair seperti hidrokarbon karsinogen dan residu tar.
Asap cair mengandung berbagai senyawa yang terbentuk karena terjadinya
pirolisis tiga komponen material kayu yaitu selulosa, hemiselulosa dan lignin.
Lebih dari 400 senyawa kimia dalam asap telah berhasil diidentifikasi.
Komponen-komponen tersebut ditemukan dalam jumlah yang bervariasi tergantung
jenis kayu, umur tanaman sumber kayu, dan kondisi pertumbuhan kayu seperti iklim
dan tanah. Komponen-komponen tersebut meliputi asam yang dapat mempengaruhi

56
citarasa, pH dan umur simpan produk asapan; karbonil yang bereaksi dengan
protein dan membentuk pewarnaan coklat dan fenol yang merupakan pembentuk
utama aroma dan menunjukkan aktivitas antioksidan.
Golongan-golongan senyawa penyusun asap cair adalah air (11-92 %), fenol
(0,2-2,9 %), asam (2,8-9,5 %), karbonil (2,6-4,0 %) dan tar (1-7 %).
Kandungan senyawa-senyawa penyusun asap cair sangat menentukan sifat
organoleptik asap cair serta menentukan kualitas produk pengasapan.
Komposisi dan sifat organoleptik asap cair sangat tergantung pada sifat kayu,
temperatur pirolisis, jumlah oksigen, kelembaban kayu, ukuran partikel kayu serta
alat pembuatan asap cair
Diketahui pula bahwa temperatur pembuatan asap merupakan faktor yang
paling menentukan kualitas asap yang dihasilkan. Kandungan maksimum senyawa-
senyawa fenol, karbonil, dan asam dicapai pada temperatur pirolisis 600 oC. Tetapi
produk yang diberikan asap cair yang dihasilkan pada temperatur 400 oC dinilai
mempunyai kualitas organoleptik yang terbaik dibandingkan dengan asap cair yang
dihasilkan pada temperatur pirolisis yang lebih tinggi.
Pirolisis dengan empat tingkat temperatur yang berbeda menghasilkan arang,
cairan dan gas dalam jumlah yang berbeda pula.

Penurunan rendemen arang dari temperatur 250-400 oC. Arang yang


dihasilkan beratnya semakin berkurang dengan naiknya temperatur pirolisis, ini
disebabkan semakin berkurangnya komponen-komponen organik yang terdapat
dalam tempurung tersebut. Arang yang dihasilkan pada temperatur 400 oC adalah
sebesar 31,80 % dan pada temperatur 250 oC diperoleh arang dengan rendemen
yang cukup tinggi yaitu sebesar 42,17 %.

o Cairan pirolisis
Cairan yang dihasilkan pada pirolisis ini terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan
atas adalah asap cair sedangkan lapisan bawah adalah tar. Hasil ditampilkan dalam
grafik pada gambar berikut.
Pembakaran tempurung pada temperatur pirolisis 400 oC dihasilkan cairan
yang paling banyak yaitu sebesar 51,43 %. Menurut Girard (1992) pirolisis pada
temperatur 400 oC ini menghasilkan senyawa yang mempunyai kualitas organoleptik
yang tinggi dan pada temperatur lebih tinggi lagi akan terjadi reaksi kondensasi

57
pembentukan senyawa baru dan oksidasi produk kondensasi diikuti kenaikan linear
senyawa tar dan hidrokarbon polisiklis aromatis.
Cairan yang merupakan campuran asap cair dan tar ini memiliki perbedaan
berat jenis yaitu asap cair sebesar 1,0357 g/mL dan tar sebesar 1,0465 g/mL.
Sebelum dilakukan destilasi, cairan ini didekantasi untuk memisahkan tar. Proses
dekantasi dilakukan selama seminggu dan diharapkan dapat mengurangi
kandungan tar pada asap cair.
Pemisahan asap cair secara destilasi adalah berdasarkan volatilitas
komponen-komponennya. Asap cair didestilasi berdasarkan variasi temperatur
dengan maksud untuk memisahkan tar dan untuk mendapatkan asap cair dengan
sifat-sifat fungsional yang menonjol. Dengan proses destilasi ini diharapkan asap
cair yang dihasilkan memiliki warna yang lebih jenih daripada asap cair tanpa
destilasi dan tetap memiliki aroma asap.
Proses Destilasi
Distilasi adalah suatu proses yang di dalamnya suatu cairan atau uap
campuran dari dua atau lebih substansi dipisahkan ke dalam fraksi-fraksi
komponennya dengan kemurnian yang diinginkan melalu pemakaian atau
pelepasan kalor.
Pemisahan komponen dari campuran cairan melalui distilasi tegantung atas
perbedaan titik didih masing-masing komponen. Juga, tergantung atas konsentrasi
komponen yang ada, campuran cairan akan memiliki karakteristik titik didih yang
berbeda. Karenanya, proses distilasi tergantung atas karakteristik tekanan uap
campuran cairan.
Tekanan uap suatu cairan pada suhu tertentu merupakan tekanan kesetimbangan
yang dilakukan oleh molekul-molekul yang keluar dan masuk permukaan cairan.
Berikut beberapa butir penting melihat tekanan uap:
o masukan energi menaikkan tekanan uap
o tekanan uap terkait dengan pendidihan.
o Suatu cairan dikatakan mendidih bilamana tekanan uapnya sama
dengan tekanan sekitarnya
o Kemudahan suatu cairan mendidih tergantung atas volatilitasnya
o Cairan dengan tekanan uap tinggi ( cairan volatil) akan mendidih pada
suhu lebih rendah

58
o Tekanan uap dan titik didih campuran cairan tergantung atas jumlah
relatip komponen di dalam campuran tersebut.
o Distilasi terjadi dikarenakan beda volatilitas komponen di dalam cairan
campuran.
Destilasi Asap Cair
Asap cair yang dihasilkan dari proses pirolisis dengan bahan baku tempurung
kelapa masih mengandung tar dengan warna kecoklatan dan pekat, selanjutnya
asap cair ini dinamakan asap cair dengan grade C yang masih perlu dimurnikan lagi
untuk mendapatkan grade B dan A. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai
berikut:
a. Penangkapan Asap Cair
Pada saat proses pembakaran tempurung kelapa dengan menggunakan
tungku pirolisis berlangsung sekitar 4-6 jam, asap cair akan keluar dan
masih mengandung gas metan dan tar, disalurkan melalui pipa diameter 3
cm ke tangki penampung asap. Asap akan mulai mengembun menjadi
cairan pada drum kondensor. Jadilah asap cair sebanyak 50% berat
tempurung terbakar atau sebanyak 55 - 60 liter. Asap cair yang dihasilkan
masih berupa asap cair grade C (masih mengandung tar dengan warna
coklat pekat) dengan kadar pH 4-5.
b. Pemisahan Tar
Pada saluran pipa asap cair ini tar berupa larutan hitam pekat yang mirip
dengan oli di tangkap melalui separator kemudian ditampung pada bak
penampungan tar. Yang dibuka 5 - 10 menit setiap satu jam proses.
c. Proses Recycle Gas Metan
Dari tangki penampung asap cair terdapat asap yang mengembun
menjadi cairan dan gas yang masih belum terkondensasi berupa gas
metan yang selanjutnya masih dapat dimanfaatkan dengan cara dibakar
dan disalurkan kembali ke bawah reaktor untuk menambah bahan bakar
pirolisis.
d. Pemisahan Asap Cair Grade C dengan tar
Asap cair ditampung pada tabung pemurnian untuk diproses menjadi asap
cair murni grade A dan B (tidak mengandung gas metan dan tar). Hal ini
dapat dilakukan melalui proses pengendapan asap cair grade C selama
minimal satu minggu, untuk mengendapkan tar. Asap cair yang telah

59
terpisah dengan tar disaring menggunakan Zeolit aktif, proses selanjutnya
asap cair grade C dilakukan proses destilasi untuk pemurnian.

Pemurnian Asap Cair Grade C menjadi Grade A dan B (proses destilasi).


Pada proses detilasi diusahakan suhu awal mencapai 250 C selama 3 jam
(grade B) dengan warna agak kecoklatan dan kadar PHA yg masih cukup tinggi.
Kemudian perlahan lahan diturunkan sampai dengan 120 C. Selama suhu 120 C
proses destilasi sebaiknya dipertahankan selama 5 jam (grade A) dengan warna
coklat muda agak bening dengan kadar PHA yang sangat sedikit. Kedua proses
diatas dilakukan untuk volume asap cair sebanyak 55 liter, pada penurunan
temperatur hasil asap cair akan semakin baik dimana larutan asap cair akan
semakin bening dan kadar tar sudah habis begitu juga dengan kadar
benzoapyrene/Polycyclic Hidrocarbon Aromatic (PHA).

Gambar Asap Cair: Bening grade A, keruh grade B, pekat grade C

60
4. Evaluasi Materi
1) Jelaskan apa yang dimaksud dengan pirolisis ?

2) Jelaskan apa yang dimaksud dengan asap cair ?

3) Sebutkan produk bahan-bahan apa saja yang dihasilkan dari hasil proses
pirolisis dengan bahan baku tempurung kelapa?

4) Jelaskan persyaratan peralatan pengarangan tempurung kelapa agar


sekaligus dapat menghasilkan asap cair/ pirolisis

5) Jelaskan bagaimana cara menghasilkan asap cair grade A, B dan C, dengan


bahan dasar tempurung kelapa ?

61
5. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Progres Pembelajaran :
Proses Pembuatan dan Pengujian Biobriket dan Asapcair
Nama Peserta :
Sekolah Asal :
Standar Kompetensi Dasar Skor Skor Keterangan
Kompetensi Standar yang
(L/ TL)
dicapai

1. Membuat Bio 1.7. Menyiapkan Peralatan 30 .


Briket Arang utama dan alat batu
Tempurung
1.8. Menyiapkan Bahan Baku
30 .
1.9. Melaksanakan proses
40 .
pembuatan bio briket

Jumlah Skor 100 . .

2. Membuat 2.7. Menyiapkan Peralatan 30 .


Asap Cair utama dan alat batu
dari Proses
2.8. Menyiapkan Bahan
Pengarangan 30 .
Baku
Tempurung
40 .
2.9. Melaksanakan proses
pembuatan asap cair

Jumlah Skor 100 . .

3. Melakukan 3.7. Menyiapkan Peralatan 30 .


Pengujian utama dan alat batu
hasil Bio
3.8. Menyiapkan Bahan Baku
Briket Arang 30 .
tempurung 3.9. Melakukan pengujian
40 .
hasil bio briket
tempurung kelapa

Jumlah Skor 100 . .

4. Melakukan 4.7. Menyiapkan Peralatan 30 .


Pengujian utama dan alat batu
hasil asap
4.8. Menyiapkan Bahan Baku
cair/ pyrolisis 30 .
4.9. Melakukan pengujian
40 .
hasil asap cair dari
proses pengarangan
tempurung kelapa

Jumlah Skor 100 . .

Cimahi, 2013
Penilai

..
NIP.

62
KEGIATAN BELAJAR 3. PENGUJIAN HASIL BIO BRIKET

1. Uraian Materi

Pengujian Bio Briket

Rendemen
Rendemen briket arang merupakan berat arang yang dihasilkan dibagi berat
bahan baku yang dihitung dalam persen. Hasil pengukuran dan data rendemen
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel Rata rata rendemen arang tempurung kelapa
Suhu pirolisis ( oC) Rendemen (%)
250 42.81
300 34.30
350 32.94
400 31.77

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa rendemen arang pada suhu 250 oC
yaitu 42,81% masih cukup besar dan arang yang dihasilkan belum sempurna.
Rendemen yang cukup tinggi menunjukkan adanya proses yang tidak sempurna
sehingga sebagian fraksi bahan masih dalam wujud semula.

Data rendemen arang (%) secara lebih jelas dapat dilihat pada Grafik berikut:

45
Rendemen (%)

40

35 Series1

30

25
250 300 350 400
Suhu pirolisis ( o C)

Grafik hubungan suhu (oC) dengan rendemen arang (%)

63
Dari Grafik hubungan suhu (oC) dengan rendemen arang (%) dapat dilihat
penurunan rendemen arang dengan semakin naiknya suhu pirolisis. Arang yang
dihasilkan pada suhu pirolisis 350 oC dan arang yang dihasilkan pada suhu pirolisis
400 oC menunjukkan sifat arang yang baik yaitu arang yang dihasilkan berwarna
hitam merata dan pada bagian ujung pecahan arangnya bercahaya. Arang yang
dihasilkan dari suhu pirolisis 250 oC dan 300 oC belum baik karena arang yang
dihasilkan masih ada bagian yang berwarna coklat dan arang yang dihasilkan
belum sempurna. Rendemen arang yang terkecil sebesar 31,77 % dihasilkan pada
suhu pirolisis 400 oC merupakan arang yang paling baik.

Kadar air
Suhu untuk analisis kandungan air adalah 130 oC 2 oC sehingga air yang
lepas merupakan air terikat yang berada di dinding sel. Data kadar air briket arang
tempurung kelapa dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel Rata-rata hasil pengujian kadar air (%) briket arang tempurung kelapa
Suhu Persentase perekat
pirolisis 3% 5% 7% 9%
250 oC 3,56 3,90 4,03 4,11
300 oC 2,98 2,89 3,90 4,03
350 oC 2,73 2,96 3,80 3,85
400 oC 2,65 2,83 2,94 3,23

Data pada tabel di atas menunjukkan kenaikan atau penurunan nilai yang tidak
terlalu besar baik karena pengaruh suhu pirolisis maupun persentase perekat. Kadar
air briket arang hasil penelitian sudah memenuhi standar Jepang (6%), di mana
kadar air terendah yaitu 2,65 % dan kadar air tertinggi yaitu 4,11%. Kadar air briket
arang tempurung kelapa yang paling baik didapat pada suhu pirolisis 400 oC dengan
persentase perekat 3 % yaitu sebesar 2,65%.

Data kadar air (%) secara lebih jelas dapat dilihat pada Grafik berikut:

64
4.5
4

Kadar air (%)


3%
3.5 5%
3 7%
9%
2.5
2
250 300 350 400
o
Suhu pirolisis ( C)

Grafik hubungan suhu pirolisis (oC) terhadap kadar air (%) dengan berbagai
persentase perekat

Dari Grafik hubungan suhu pirolisis (oC) terhadap kadar air (%) dengan berbagai
persentaseperekat terlihat bahwa pengaruh suhu pirolisis terhadap kadar air
menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu pirolisis maka kadar air briket arang
semakin kecil, sedangkan pengaruh persentase perekat menunjukkan semakin
besar persentase perekat kadar air briket arang semakin besar. Kadar air briket
arang yang terkecil didapat pada suhu pirolisis 400 oC dengan persentase perekat 3
% dan merupakan briket arang dengan kadar air yang paling baik.
Kadar abu

Abu yang terkandung dalam bahan bakar padat adalah mineral yang tidak dapat
terbakar yang tertinggal setelah proses pembakaran Data kadar abu (%) dapat
dilihat pada tabel berikut.

Tabel Hasil pengujian kadar abu (%) briket arang tempurung kelapa
Suhu Persentase perekat
pirolisis 3% 5% 7% 9%
250 oC 1,26 1,16 1,08 1,37
300 oC 1,37 1,46 1,58 1,55
350 oC 1,38 1,32 1,39 1,66
400 oC 1,41 1,60 1,71 1,89

65
Data pengujian kadar abu menunjukkan kenaikan atau penurunan nilai yang tidak
terlalu besar baik karena pengaruh suhu pirolisis maupun persentase perekat.
Kecenderungan naiknya kadar abu disebabkan faktor persentase perekat
menunjukkan semakin banyaknya perekat yang digunakan untuk membuat briket
arang akan menaikkan kadar abunya. Kadar abu yang terbesar dimiliki oleh briket
arang dengan persentase perekat 9 % pada suhu pirolisis 400 oC.

Data kadar abu (%) secara lebih jelas dapat dilihat pada Grafik berikut:

2.5
Kadar abu (%)

2 3%
5%
1.5
7%
1 9%

0.5
250 300 350 400
Suhu pirolisis ( o C)

Grafik hubungan suhu pirolisis (oC) terhadap kadar abu (%) dengan berbagai
persentase perekat.

Dari Grafik hubungan suhu pirolisis (oC) terhadap kadar abu (%) dengan
berbagai
persentase perekat dapat dilihat bahwa suhu pirolisis memberikan nilai kadar abu
yang bervariasi, sedangkan dengan semakin besarnya persentase perekat kadar
abu briket arang cenderung untuk mengalami kenaikan, sehingga pada persentase
perekat 9 % nilai kadar abu briket arang menunjukkan nilai yang paling besar.

Kadar abu yang terkecil dihasilkan pada suhu pirolisis 250 oC dengan persentase
perekat 7% yaitu sebesar 1,08 % dan kadar abu terbesar pada suhu 400 oC dengan
persentase perekat 9% yaitu sebesar 1,98%. Secara keseluruhan nilai kadar abu

66
briket arang masuk dalam standar Jepang, sehingga briket arang yang dihasilkan
sudah baik.

Kadar zat mudah menguap

Kadar zat mudah menguap berkaitan dengan proses pirolisis yang


berlangsung. Besarnya kadar zat mudah menguap dipengaruhi oleh suhu
maksimum pembuatan arang. Data hasil pengujian kadar zat mudah
menguap (%) diberikan pada tabel 5.4 berikut ini.

Tabel . Hasil pengujian kadar zat mudah menguap (%) briket arang
tempurung kelapa.
Suhu Persentase perekat
pirolisis 3% 5% 7% 9%
250 oC 48,60 48,83 48,17 47,44
300 oC 37,95 38,80 36,77 35,67
350 oC 33,99 33,67 34,27 32,66
400 oC 30,09 29,08 29,88 27,68

Data di atas menunjukkan bahwa suhu pirolisis menyebabkan nilai kadar zat mudah
menguap mengalami penurunan. Suhu pirolisis memberikan pengaruh yang besar,
hal ini dapat dilihat dari nilai kadar zat mudah menguap briket arang dengan
persentase perekat 3% yang mana pada suhu 250 oC nilainya 48,60% mengalami
penurunan dengan nilai yang besar sehingga pada suhu 400 oC kadar zat mudah
menguapnya sebesar 30,09%.
Kadar zat mudah menguap dengan adanya pengaruh persentase perekat tidak
menunjukkan penurunan kadar yang besar. Pada suhu 250 oC, dengan persentase
perekat 3% kadarnya 48,60% dan pada 9% kadarnya 47,44%, sehingga
penurunannya hanya 1,16%.
Data kadar zat mudah menguap (%) secara lebih jelas dapat dilihat pada Grafik

berikut :

67
Kadar zat mudah
47

menguap (%)
3%
42 5%
37 7%
95%
32

27
250 300 350 400
Suhu pirolisis ( o C)

Grafik hubungan suhu pirolisis (oC) terhadap kadar zat mudah menguap (%)
dengan berbagai persentase perekat.

Kadar zat mudah menguap akan menunjukkan kualitas dari briket


arang yang dihasilkan, semakin kecil kadar zat mudah menguap maka briket
arang yang dihasilkan akan semakin baik. Dari Grafik hubungan suhu pirolisis
(oC) terhadap kadar zat mudah menguap(%) dengan berbagai persentase
perekat dapat dilihat bahwa semakin tinggi suhu pirolisis maka kadar zat
mudah menguapnya akan semakin kecil. Briket arang yang dihasilkan pada
suhu 400 oC menunjukkan nilai yang lebih kecil dibandingkan pada suhu
yang lain. Naiknya persentase perekat akan menurunkan kadar zat mudah
menguap tetapi penurunannya tidak besar. Dari grafik dapat dilihat kadar zat
mudah menguap yang terkecil yaitu pada suhu pirolisis 400 oC dengan
persentase perekat 9%, sehingga briket arang yang dihasilkan merupakan
briket arang yang paling baik.

Berat jenis

Berat jenis merupakan salah satu sifat senyawa yang penting. Briket arang
dengan berat jenis yang tinggi akan memberikan nilai kalor yang lebih tinggi
dibandingkan dengan briket arang dengan nilai berat jenis yang lebih rendah.
Data hasil pengujian berat jenis dapat dilihat pada tabel berikut ini.

68
Tabel . Hasil pengujian berat jenis briket arang tempurung kelapa
Suhu Persentase perekat
pirolisis 3% 5% 7% 9%
250 oC 1,06 1,08 1,03 0,98
300 oC 1,07 1,07 1,06 1,09
350 oC 1,11 1,08 1,09 1,10
400 oC 1,12 1,16 1,13 1,12

Dilihat dari data pada tabel Hasil pengujian berat jenis briket arang
tempurung kelapa yang didapat maka nilai berat jenis briket arang sudah baik dan
hampir semuanya memenuhi standar buatan Jepang. Data hasil pengujian berat
jenis menunjukkan kenaikan atau penurunan yang tidak terlalu besar karena
pengaruh suhu pirolisis maupun persentase perekat. Akan tetapi kisaran angka
untuk standar berat jenis yaitu 1 1,2, menyebabkan kenaikan atau penurunan yang
kecil dari nilai berat jenis akan sangat berpengaruh terhadap mutu dari briket arang
yang dihasilkan. Nilai berat jenis yang tertinggi didapat pada suhu pirolisis 400 oC
dengan persentase perekat 5 %, sedangkan nilai berat jenis yang terkecil didapat
pada suhu pirolisis 250 oC dengan persentase perekat 9%.

Data berat jenis secara lebih jelas dapat dilihat pada Grafik berikut :

1.2
1.15
3%
Berat jenis

1.1
5%
1.05
7%
1
9%
0.95
0.9
250 300 350 400
Suhu pirolisis ( o C)

Grafik hubungan suhu pirolisis (oC) terhadap berat jenis dengan berbagai
persentase perekat

69
Dari Grafik hubungan suhu pirolisis (oC) terhadap berat jenis dengan berbagai
persentase perekat terlihat bahwa pengaruh suhu pirolisis terhadap berat jenis
menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu pirolisis maka berat jenis semakin besar,
sedangkan semakin besar persentase perekat maka berat jenis cenderung semakin
turun. Turunnya berat jenis disebabkan faktor persentase perekat menunjukkan
semakin banyaknya perekat yang digunakan untuk membuat briket akan
menurunkan nilai berat jenisnya. Nilai berat jenis terbesar didapat pada suhu pirolisis
400 oC dengan persentase perekat 5 %.

Nilai kalor
Nilai kalor menggambarkan nilai energi bahan yang merupakan jumlah satuan panas
yang dihasilkan persatuan bobot dari proses pembakaran dengan oksigen dari suatu
bahan yang mudah terbakar. Data pengujian nilai kalor (kal/g) dapat dilihat pada
tabel berikut.

Tabel . Hasil pengujian nilai kalor kal/g briket arang tempurung kelapa
Suhu Persentase perekat
pirolisis 3% 5% 7% 9%
250 oC 6564,27 6485,81 6506,91 6407,75
300 oC 6740,98 6960,44 6920,78 6542,70
350 oC 7057,14 7030,38 6968,92 6764,18
400 oC 7150,14 7025,46 6935,30 6928,89

Dari data tabel Hasil pengujian nilai kalor kal/g briket arang tempurung
kelapa nilai kalor yang didapat menunjukkan kenaikan nilai kalor dengan semakin
tinggi suhu pirolisis, sedangkan nilai kalor semakin kecil dengan semakin besarnya
persentase perekat. Nilai kalor yang didapat sudah memenuhi standar buatan
Jepang (6000 7000 kal/g) dimana nilai kalor yang terkecil sebesar 6407,75 kal/g
dan nilai kalor terbesar 7150,14 kal/g.
Data nilai kalor (kal/g) secara lebih jelas dapat dilihat pada Grafik berikut:

70
7200

Nilai kalor (kal/g)


7000 3%
5%
6800
7%
6600 9%

6400
250 300 350 400
Suhu pirolisis ( o C)

Grafik hubungan suhu pirolisis (oC) terhadap nilai kalor dengan berbagai persentase
perekat

Dari grafik hubungan suhu pirolisis (oC) terhadap nilai kalor dengan berbagai
persentase perekat secara umum dapat dilihat bahwa nilai kalor semakin besar
dengan semakin tingginya suhu pirolisis, sehingga nilai kalor yang terbesar didapat
pada suhu pirolisis 400 oC. Persentase perekat menunjukkan pengaruh yang
berkebalikan dari pengaruh suhu pirolisis, di mana semakin besar persentase
perekat maka nilai kalornya semakin kecil, sehingga nilai kalor yang terbesar didapat
pada persentase perekat 3%. Nilai kalor briket arang tempurung kelapa yang
terbesar didapat pada suhu pirolisis 400 oC dengan persentase perekat 3 %.

71
2. Tugas Latihan

a. Sebutkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kualitas bio briket


tempurung kelapa?
b. Rendemen arang yang dihasilkan dipengaruhi oleh beberapa faktor,
Sebutkan!
c. Jelaskan langkah dalam melakukan pengujian rendemen bio briket
tempurung kelapa!
d. Berdasarkan hasil penelitian berapa kadar air yang terdapat pada bio briket
tempurung kelapa?
e. Jelaskan pengaruh besarnya temperature pirolisi s terhadap rendemen
briket!

72
3. Rangkuman
o Rendemen
Rendemen merupakan berat arang yang dihasilkan dibagi berat bahan baku
yang dihitung dalam persen. Besarnya rendemen arang dari jenis-jenis kayu
di Indonesia bervariasi cukup besar yaitu antara 21,1% - 40,8% (Hartoyo dan
Nurhayati, 1976). Rendemen arang yang dihasilkan dipengaruhi oleh
beberapa faktor berikut:

a. Pemananasan dan tekanan dalam tanur.


b. Umur bahan baku briket.
c. Berat jenis bahan baku briket.
d. Komposisi kimia bahan briket.
o Nilai kalor
Nilai kalor merupakan jumlah satuan panas yang dihasilkan persatuan bobot
dari proses pembakaran dengan oksigen dari suatu bahan yang mudah
terbakar. Nilai kalor dinyatakan dalam satuan kal/g. Penelitian Hartoyo dan
Nurhayati (1976) besarnya nilai kalor untuk jenis-jenis kayu di Indonesia
berkisar antara 5059 7752 kal/g. Sedangkan dalam penelitian Nurhayati dkk
(1999) diperoleh nilai kalor arang tempurung kelapa berkisar antara 4267,87
7512,62 kal/g.
o Berat jenis
Berat jenis adalah salah satu sifat fisika suatu senyawa yang paling
penting. Berat jenis berhubungan dengan kerapatan. Kerapatan akan
memberikan pengaruh terhadap nilai kalor suatu bahan, kerapatan yang
tinggi cenderung memberi nilai kalor yang tinggi dibandingkan yang
berkerapatan rendah
o Kadar air
Keberadaan air dalam kayu dan produk olahannya berkaitan erat
dengan sifat higroskopis kayu, di mana kayu mempunyai sifat afinitas yang
besar terhadap air sehingga kayu tidak pernah kering sama sekali (Brown
dkk, 1952). Kadar air didefinisikan sebagai berat air yang dinyatakan dalam
persen berat kering tanur. Semakin tinggi kadar air maka semakin besar
energi yang dibutuhkan untuk menguapkan air. Dalam proses ini terjadi

73
proses karbonisasi tidak sempurna sehingga kualitas air yang dihasilkan jelek
(Haygreen dan Bowyer, 1989).
o Kadar Abu
Salah satu bagian arang yang ada dalam sisa pembakaran adalah abu
yang merupakan mineral. Abu terdiri dari bahan mineral seperti lempung,
silika, kalsium serta magnesium oksida. Semakin besar kadar abu berarti
kualitasnya semakin jelek. Biasanya kadar abu briket arang antara 0,5 5%
(Anonim, 1985).
o Kadar zat mudah menguap
Zat mudah menguap dalam briket arang bukan merupakan komponen
penyusun arang, tetapi merupakan hasil dekomposisi zat-zat penyusun arang
akibat proses pemanasan. Kadar zat mudah menguap dalam arang selain air
dapat dihitung dengan menguapkan semua zat-zat menguap dalam arang
selain air.

Hartoyo dkk (1978) mengemukakan bahwa suhu yang digunakan


dalam proses pembuatan arang akan mempengaruhi besarnya kadar zat
mudah menguap. Pendapat ini
juga didukung oleh Nurhayati dkk (1999) yang menyatakan bahwa kadar zat
mudah menguap dapat diperkecil bila suhu pengarangan dinaikkan. Dalam
penelitian Nurhayati dkk
(1999) dihasilkan kadar zat mudah menguap untuk briket arang tempurung
kelapa sebesar
6,54 72,33%.

74
4. Evaluasi Materi

1. Sebutkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kualitas bio briket


tempurung kelapa?
2. Rendemen arang yang dihasilkan dipengaruhi oleh beberapa faktor,
Sebutkan!
3. Jelaskan langkah dalam melakukan pengujian rendemen bio briket
tempurung kelapa!
4. Berdasarkan hasil penelitian berapa kadar air yang terdapat pada bio briket
tempurung kelapa?
5. Jelaskan pengaruh besarnya temperature pirolisi s terhadap rendemen
briket!

Tugas Praktek:

1. Ukurlah rendemen bio briket tempurung kelapa!


2. Lakukan pengujian kadar air pada bio briket tempurung kelapa dari hasil
pirolisis!
3. Lakukan pengujian berat jenis pada bio briket tempurung kelapa dari hasil
pirolisis!

75
5. Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Progres Pembelajaran :
Proses Pembuatan dan Pengujian Biobriket dan Asapcair
Nama Peserta :
Sekolah Asal :
Standar Kompetensi Dasar Skor Skor Keterangan
Kompetensi Standar yang
(L/ TL)
dicapai

1. Membuat 1.10. Menyiapkan Peralatan 30 .


Bio Briket utama dan alat batu
Arang
1.11. Menyiapkan Bahan Baku
Tempurung 30 .
1.12. Melaksanakan proses
40 .
pembuatan bio briket

Jumlah Skor 100 . .

2. Membuat 2.10. Menyiapkan Peralatan 30 .


Asap Cair utama dan alat batu
dari Proses
2.11. Menyiapkan Bahan Baku
Pengaranga 30 .
n 2.12. Melaksanakan proses
40 .
Tempurung pembuatan asap cair

Jumlah Skor 100 . .

3. Melakukan 3.10. Menyiapkan Peralatan 30 .


Pengujian utama dan alat batu
hasil Bio
3.11. Menyiapkan Bahan
Briket 30 .
Baku
Arang
tempurung
40 .
3.12. Melakukan pengujian
hasil bio briket
tempurung kelapa

Jumlah Skor 100 . .

4. Melakukan 4.10. Menyiapkan Peralatan 30 .


Pengujian utama dan alat batu
hasil asap
4.11. Menyiapkan Bahan Baku
cair/ pyrolisis 30 .
4.12. Melakukan pengujian
40 .
hasil asap cair dari
proses pengarangan
tempurung kelapa

Jumlah Skor 100 . .

Cimahi, 2013
Penilai

..
NIP.

76
D. KEGIATAN BELAJAR 4. PENGUJIAN HASIL PIROLISIS

1. Uraian Materi
Pengujian Hasil
Pemisahan asap cair secara destilasi adalah berdasarkan volatilitas
komponen-komponennya. Asap cair didestilasi berdasarkan variasi temperatur
dengan maksud untuk memisahkan tar dan untuk mendapatkan asap cair dengan
sifat-sifat fungsional yang menonjol. Dengan proses destilasi ini diharapkan asap
cair yang dihasilkan memiliki warna yang lebih jenih dari pada asap cair tanpa
destilasi dan tetap memiliki aroma asap.
Rendemen
Hasil destilasi asap cair menghasilkan rendemen yang berbeda tiap fraksinya.
Asap cair temperatur 250 oC
Tabel 4.1. Hasil destilasi 200 mL asap cair temperatur 250 oC
Fraksi Volume (ml) Rendemen
(%)

1 2,5 1,25

2 123 61,5

3 43 21,5

4 7,5 3,75

Dari tabel di atas diperoleh rendemen yang terbesar adalah pada fraksi 2 yaitu
sebesar 61,5 %. Rendemen yang terkecil adalah pada fraksi 1 yaitu sebesar 1,25 .
Asap cair temperatur 300 oC

Hasil destilasi asap cair temperatur 300 oC disajikan pada tabel berikut ini :
Tabel 4.2. Hasil destilasi 200 mL asap cair temperatur 300 oC
Fraksi Volume (mL) Rendemen (%)

1 8,5 4,25

2 144 72

3 19,5 9,75

4 3 1,5

77
Dari tabel di atas diperoleh rendemen yang terbesar adalah fraksi 2 yaitu
sebesar 72 % sedangkan rendemen terkecil adalah fraksi 4 yaitu sebesar 1,5 %.

Asap cair temperatur 350 oC


Hasil destilasi asap cair temperatur 350 oC disajikan pada tabel berikut ini :
Tabel 4.3. Hasil destilasi 200 mL asap cair temperatur 350 oC

Fraksi Volume (mL) Rendemen


(%)
1 5 2,5
2 158 79
3 15 7,5
4 3 1,5

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa hasilnya tidak terlalu jauh berbeda
dengan hasil destilasi asap cair temperatur 300 oC. Ini diperkirakan pada temperatur
pirolisis 300 dan 350 oC, diperoleh komponen asap cair yang tidak terlalu jauh
berbeda.
Asap cair temperatur 400 oC
Hasil destilasi asap cair temperatur 400 oC disajikan pada tabel berikut ini :
Tabel 4.4. Hasil destilasi 200 mL asap cair temperatur 400 oC

Fraksi Volume Rendemen


(mL) (%)
1 8 4
2 88,5 44,25
3 64 32
4 19,5 9,75

Dari tabel di atas terlihat bahwa fraksi 1 rendemennya paling kecil (4%).
Ini disebabkan bahwa pada asap cair ini kandungan airnya lebih sedikit.
Fraksi 2 adalah yang tertinggi sebesar 44,25%.
Adapun hasil destilasi asap cair secara keseluruhan ditampilkan dalam
bentuk grafik pada gambar berikut.

78
Gambar 4.1. Grafik Hasil Destilasi Asap Cair

Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa asap cair hasil destilasi pada fraksi 2
memperlihatkan hasil yang paling banyak. Ini diperkirakan bahwa pada fraksi 2
mengandung banyak senyawa yang memiliki titik didih antara 100-125 oC. Jika
dijumlahkan seluruh asap cair fraksi 1 hingga fraksi 4 diperoleh hasil bahwa asap
cair yang dapat terdestilasi adalah sebesar 89 % , dengan demikian asap cair yang
tidak terdestilasi adalah sebanyak 11 % , yaitu berupa tar dan senyawa-senyawa
dengan titik didih tinggi.

Warna
Asap cair sebelum didestilasi memiliki warna coklat kemerahan, ini
disebabkan karena masih mengandung tar yang pada dasarnya berwarna hitam dan
mengandung komponen dengan berat molekul tinggi. Asap cair tanpa destilasi ini
jika diaplikasikan pada bahan pangan akan menghasilkan bahan pangan dengan
warna yang gelap. Sedangkan konsumen biasanya lebih menyukai bahan pangan
dengan warna yang tidak gelap, oleh sebab itu pada penelititan ini dilakukan
destilasi terhadap asap cair agar menghasilkan warna asap cair yang lebih jernih,

79
sehingga jika diaplikasikan pada bahan pangan akan menghasilkan warna produk
asapan yang lebih menarik.
Asap cair yang telah mengalami destilasi cenderung memiliki warna yang
berbeda tiap fraksinya. Perbedaan warna pada tiap fraksi dipengaruhi adanya tar.
Warna pada fraksi 1 adalah kuning kehijauan jernih, fraksi 2 berwarna kuning muda
jernih sedangkan fraksi 3 berwarna kuning keputihan jernih dan fraksi 4 berwarna
coklat karena pada temperatur destilasi yang tinggi kemungkinan tar akan ikut
terdestilasi semakin besar.
Aroma
Aroma pada asap cair yang dihasilkan setelah proses destilasi ini berbeda
tiap fraksinya. Aroma asap cair pada berbagai temperatur pirolisis hasil destilasi
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.5. Aroma asap cair hasil destilasi
Fraksi
Temperatur Fraksi 1 Fraksi 2 Fraksi 3 4

Pirolisis Aroma Aroma Aroma Aroma

(0C) asap asap asap Asap

Sangat Agak tidak


250 kuat kuat agak kuat Kuat

Sangat Agak tidak


300 kuat kuat agak kuat Kuat

Sangat Agak tidak


350 kuat kuat agak kuat Kuat

Sangat Agak tidak


400 kuat kuat agak kuat Kuat

Dari tabel di atas terlihat bahwa asap cair pada berbagai fraksi menghasilkan
aroma yang berbeda. Asap cair yang memiliki aroma paling lemah adalah asap cair
fraksi 2, disusul dengan asap cair fraksi 3 dan fraksi 4. Asap cair fraksi 1 memiliki
aroma yang sangat kuat (menyengat). Dapat disimpulkan bahwa asap cair hasil
destilasi dengan urutan aroma asap dari yang kuat hingga yang lembut adalah
sebagai berikut : Asap cair fraksi 1 > fraksi 4 > Fraksi 3 > fraksi 2.

80
Analisis dengan kromatografi gas
Analisis dengan menggunakan instrumen kromatografi gas ini bertujuan untuk
mengetahui apakah fraksi satu dan fraksi lainnya mengandung komponen-
komponen yang sama atau berbeda, bila fraksi-fraksi tersebut mengandung
komponen yang sama, maka pemisahan dengan destilasi belum sempurna. Selain
itu kromatogram juga dapat digunakan untuk menentukan jumlah komponen
penyusun asap cair.
Penentuan jumlah komponen penyusun asap cair dilakukan dengan
menghitung jumlah puncak yang muncul pada kromatogram setelah waktu retensi
3,44 menit yang dianggap sebagai air.
Asap cair pada temperatur 250 oC

Gambar 4.2 Kromatogram asap cair temperatur 250 C hasildestilasi

Berdasarkan pada gambar di atas dapat dilihat bahwa pada kromatogram


fraksi 1 dengan temperatur kurang dari 100 oC memberikan 9 puncak, fraksi 2
dengan temperatur 101-125 oC memberikan 9 puncak sedangkan fraksi 3 dengan
temperatur 126-150 oC memberikan 10 puncak dan fraksi 4 dengan titik didih 151-
200 oC memberikan 5 puncak.

81
Pada fraksi satu terlihat puncak yang rapat pada waktu retensi 3 menit yang
diperkirakan adalah puncak dari air dan diperkirakan pada asap cair fraksi 1
terdapat senyawa yang memiliki sifat yang hampir sama dengan air yaitu memiliki
titik didih dibawah 100 oC. Konsentrasi yang besar dapat dilihat pada waktu retensi
di bawah 4 menit. Sedangkan untuk waktu retensi di atas 4 menit diperoleh
kelimpahan yang kecil.
Pada fraksi 2, terdapat puncak pada waktu retensi 4,15 menit yang sama
dengan fraksi 1 tetapi konsentrasinya berbeda. Terjadi kenaikan konsentrasi yaitu
pada fraksi 1 sebesar 1,54 % sedangkan pada fraksi 2 sebesar 14,50 %. Begitu juga
pada waktu retensi 4,50 menit, pada fraksi 1 konsentrasinya sebesar 1,63 %,
sedangkan pada fraksi 2 terjadi kenaikan yaitu menjadi 52,25 %. Pada fraksi 2 juga
terdapat senyawa dengan waktu retensi di atas 5 menit seperti pada waktu retensi
10,20 menit dengan konsentrasi 7,71 %.
Pada fraksi 3, terdapat senyawa dengan waktu retensi 4,54 menit dengan
konsentrasi yang terbesar yaitu 82,91 %. Pada waktu retensi 10,63 menit diperoleh
senyawa dengan konsentrasi 5,96 %. Pada fraksi 4 terjadi pemisahan yang
signifikan dengan konsentrasi terbesar yaitu pada waktu retensi 4,28 menit dengan
konsentrasi 95,58 %.

Fraksi 2 dan 4 memperlihatkan pemisahan yang signifikan, yang jika


dilakukan pemisahan lebih lanjut akan dapat diperoleh senyawa-senyawa yang lebih
murni. Jika puncak-puncak yang berbeda dalam semua fraksi hasil pemisahan
destilasi dijumlahkan, maka terdapat 18 puncak, satu puncak bukan berarti hanya
terdapat satu jenis senyawa, bisa saja terdapat banyak senyawa yang memiliki sifat
yang hampir sama, sehingga disimpulkan asap cair tempurung kelapa dengan
temperatur pirolisis 250 oC mengandung sedikitnya 18 senyawa.

82
Asap cair temperatur 300 oC

Gambar 4.3. Kromatogram asap cair temperatur 300 oC hasil didestilasi

Berdasarkan pada gambar di atas dapat dilihat bahwa fraksi 1 dengan


tempratur kurang dari 100 oC memberikan 13 puncak, fraksi 2 dengan temperatur
101-125 oC memberikan 18 puncak, fraksi 3 memberikan 4 puncak dan fraksi 4
memberikan 3 puncak.

Pada fraksi 1 terlihat banyaknya peak pada waktu retensi sekitar 3 menit
dengan kelimpahan yang besar yaitu antara 7-25 %. Pada fraksi ini senyawa dengan
waktu retensi di atas 4 menit diperoeh dengan kelimpahan yang sedikit. Sedangkan
pada fraksi 2 diperoleh senyawa dengan waktu retensi yang berdekatan. Diperoleh
juga senyawa dengan waktu retensi di atas 5 menit. Pada fraksi 2 ini tidak terlihat
adanya pemisahan yang signifikan. Pada fraksi 3 terlihat tidak ada senyawa dengan
waktu retensi di atas 5 menit. Senyawa dengan waktu reetensi 4,25 menit memiliki
konsentrasi yang paling besar yaitu 81,83 %. Pada frakis 3 ini terlihat pemisahan
yang signifikan. Sedangkan pada fraksi 4, hanya terdapat satu puncak dengan
kelimpahan yang besar yaitu pada waktu retensi 4,20 menit yaitu sebesar 93,79 %.

83
Apabila puncak-puncak yang berbeda dalam semua fraksi hasil pemisahan
destilasi dijumlahkan maka terdapat 23 puncak, sehingga disimpulkan asap cair
tempurung kelapa pada temperatur 300 oC mengandung sedikitnya 23 senyawa.
Asap cair pada temperatur 350 oC
Berdasarkan gambar di bawah ini dapat dilihat bahwa pada kromatogram
fraksi 1 dengan temperatur kurang dari 100 oC memberikan 5 puncak, fraksi 2
dengan temperatur 101-125 oC memberikan 16 puncak, fraksi 3dengan temperatur
126-150 oC memberikan 9 puncak dan fraksi 4 dengan temperatur 151-200 oC
memberikan 8 puncak.

Gambar 4.4. Kromatogram asap cair temperatur 350 oC setelah didestilasi

Pada fraksi 1 terlihat puncak yang muncul hanya pada waktu retensi disekitar
3 menit, tidak diperoleh puncak pada waktu retensi di atas 4 menit. Pada fraksi 2

84
diperoleh puncak dengan waktu retensi di atas 4 menit hingga waktu retensi 12,36
menit. Pada waktu retensi 4,54 menit diperoleh senyawa dengan konsentrasi
sebesar 28,10 %. Pada waktu retensi 10,32 menit diperoleh puncak dengan
konsentrasi 7,72 %. Pada fraksi 2 ini tidak terlihat adanya pemisahan yang
signifikan. Ini mungkin disebabkan banyaknya senyawa yang terdapat pada asap
cair yang memiliki titik didih yang hampir sama. Pada fraksi 3 terlihat pemisahan
yang signifikan, terdapat kenaikan konsentrasi pada senyawa dengan waktu retensi
4,04 menit yang mana pada fraksi 1 dan 2 konsentrasinya sebesar 4,50 %
sedangkan pada fraksi 3 konsentrasinya menjadi 22,04 %. Pada waktu retensi 10,45
menit terjadi penurunan konsentrasi dari fraksi 2 yang hanya sebesar 7,72 %
menjadi 3,95 % pada fraksi 3. Pada fraksi 4 diperoleh senyawa dengan konsentrasi
terbesar 74,47 % pada waktu retensi 4,68 menit. Sedangkan senyawa dengan waktu
retensi di atas 5 menit tidak diperoleh lagi. Pada fraksi 3 diperoleh pemisahan yang
signifikan.
Jika puncak-puncak yang berbeada dalam semua fraksi hasil pemisahan
destilasi dijumlahkan, maka terdapat 20 puncak, yang mana satu puncak bukan
berarti hanya terdapat satu jenis senyawa,sehingga disimpulkan asap cair
tempurung kelapa dengan temperatur 350 oC mengandung sedikitnya 20 senyawa.
Kromatogram Asap cair temperatur 400 oC

Gambar. 4.5. Kromatogram Asap cair temperatur 400 oC

85
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa fraksi 1 dengan temperatur di bawah
100 oC memberikan 5 puncak yang terpisah secara signifikan. Pada fraksi 2 dengan
temperatur 101-125 oC diperoleh 24 puncak. Pada waktu retensi 4,53 menit memiliki
konsentrasi 21,20 % sedangkan pada waktu retensi di atas 9 menit diperoleh
senyawa dengan kelimpahan yang kecil. Pada fraksi 3 dengan temperatur 126-150
oC terdapat 19 puncak. Pada fraksi 4 dengan temperatur 151-200 oC terdapat 10
puncak.
Pemisahan yang signifikan diperoleh pada fraksi 3 dan 4. Pada fraksi 4
diperoleh senyawa dengan waktu retensi 3,60 menit dengan konsentrasi sebesar
79,93 %. Sedangkan pada waktu retensi di atas 9 menit, hanya diperoleh satu
puncak yaitu dengan waktur retensi 12,30 menit dengan konsentrasi sebesar 1,29
%. Senyawa dengan waktu retensi di atas 9 menit pada fraksi 3 sudah tidak terdapat
pada fraksi 4.
Jika puncak-puncak yang berbeda dalam semua fraksi hasil destilasi
dijumlahkan, maka terdapat 34 puncak, sehingga disimpulkan asap cair tempurung
kelapa pada temperatur 400 oC mengandung sedikitnya 34 senyawa.
Tidak dapatnya senyawa asap cair dipisahkan secara tegas pada destilasi ini
diperkirakan karena penyusun asap cair memiliki titik didih yang hampir sama atau
berdekatan satu sama lain. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penyusun
asap cair mengandung senyawa yang hampir sama tiap fraksinya, yang berbeda
adalah konsentrasinya, dengan demikian asap cair ini dapat digunakan untuk
alternatif aplikasi pada bahan pangan yang menginginkan warna yang bervariasi
dengan tetap mempertahankan aroma asap.

Kualitas briket arang pada umumnya ditentukan berdasarkan: ukuran serbuk,


sifat fisika dan kimia serta nilai kalor. Sifat fisika dan kimia briket arang meliputi:
kadar air, kadar abu, berat jenis, kadar zat mudah menguap dan nilai kalor
(Soeparno, 1992).
Sebagai pembanding dalam pengujian kualitas arang dan briket arang
biasanya menggunakan standar kualitas Jepang.
Tabel 4.6. Sifat fisika kimia briket arang Standar Jepang.

Sifat Arang Standar Jepang

86
Kadar air <6 %

Kadar abu 36%

Zat mudah menguap 25 30 %

Nilai kalor 6000 7000 kal/g

Berat jenis 1 1,2

(Hartoyo dkk, 1978)

Kualitas briket arang ini ditentukan berdasarkan tujuan penggunaannya atau


disesuaikan dengan permintaan konsumen terutama untuk industri dan ekspor
(Palungkun, 2001).
Ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kualitas briket arang
sebagai berikut:

Rendemen
Rendemen merupakan berat arang yang dihasilkan dibagi berat bahan
baku yang dihitung dalam persen. Besarnya rendemen arang dari jenis-jenis
kayu di Indonesia bervariasi cukup besar yaitu antara 21,1% - 40,8% (Hartoyo
dan Nurhayati, 1976). Rendemen arang yang dihasilkan dipengaruhi oleh
beberapa faktor berikut:
a. Pemananasan dan tekanan dalam tanur.
b. Umur bahan baku briket.
c. Berat jenis bahan baku briket.
d. Komposisi kimia bahan briket.
Oleh karena itu rendemen arang yang dihasilkan akan bervariasi persentasenya.
Nilai kalor
Nilai kalor merupakan jumlah satuan panas yang dihasilkan persatuan
bobot dari proses pembakaran dengan oksigen dari suatu bahan yang mudah
terbakar. Nilai kalor dinyatakan dalam satuan kal/g (Syachry, 1983).
Penelitian Hartoyo dan Nurhayati (1976) besarnya nilai kalor untuk jenis-jenis
kayu di Indonesia berkisar antara 5059 7752 kal/g. Sedangkan dalam
penelitian Nurhayati dkk (1999) diperoleh nilai kalor arang tempurung
kelapa berkisar antara 4267,87 7512,62 kal/g.

87
Berat jenis
Berat jenis adalah salah satu sifat fisika suatu senyawa yang paling
penting. Berat jenis berhubungan dengan kerapatan. Kerapatan akan
memberikan pengaruh terhadap nilai kalor suatu bahan, kerapatan yang
tinggi cenderung memberi nilai kalor yang tinggi dibandingkan yang
berkerapatan rendah (Soeparno, 1992).
Haygreen dan Bowyer (1989) mendefinisikan berat jenis sebagai
perbandingan antara kerapatan kayu (atas dasar berat kering tanur dan
volume pada kandungan air yang telah ditentukan) dengan kerapatan air
pada suhu 4 oC. Perhitungan berat jenis banyak disederhanakan dalam
sistem matrik, karena 1 cm3 air beratnya tepat 1 gram. Jadi berat jenis dapat
dihitung secara langsung dengan membagi berat dalam gram dan volume
dalam cm3. Mengingat berat jenis merupakan perbandingan kerapatan maka
berat jenis tidak memiliki satuan dan nilainya berubah-ubah sesuai kadar air
dalam kayu. Penelitian Sudrajat (1983) menghasilkan berat jenis briket arang
berkisar antara 0,45 1,03.
Kadar air
Keberadaan air dalam kayu dan produk olahannya berkaitan erat
dengan sifat higroskopis kayu, di mana kayu mempunyai sifat afinitas yang
besar terhadap air sehingga kayu tidak pernah kering sama sekali (Brown
dkk, 1952).
Kadar air didefinisikan sebagai berat air yang dinyatakan dalam persen berat
kering tanur. Semakin tinggi kadar air maka semakin besar energi yang
dibutuhkan untuk menguapkan air. Dalam proses ini terjadi proses
karbonisasi tidak sempurna sehingga kualitas air yang dihasilkan jelek
(Haygreen dan Bowyer, 1989).
Haygreen dan Bowyer (1989) berpendapat bahwa kadar air akan
berpengaruh pada nilai kalor yang dihasilkan di mana semakin tinggi kadar air
maka nilai kalor yang dihasilkan semakin rendah. Semakin tinggi kadar air
dalam arang maka dalam proses pembakarannya akan dibutuhkan kalor yang
besar untuk mengeluarkan air menjadi uap sehingga energi yang tersisa
dalam arang tersebut menjadi lebih kecil.
Nurhayati dkk (1999) dalam penelitiannya menghasilkan kadar air briket
arang dari tempurung kelapa berkisar antara 1,12 -7,40 %. Sedangkan

88
penelitian Soeparno dkk(1999) menghasilkan kadar air briket arang rata-rata
1,751%.
Kadar Abu
Salah satu bagian arang yang ada dalam sisa pembakaran adalah abu
yang merupakan mineral. Abu terdiri dari bahan mineral seperti lempung,
silika, kalsium serta magnesium oksida. Semakin besar kadar abu berarti
kualitasnya semakin jelek. Biasanya kadar abu briket arang antara 0,5 5%
(Anonim, 1985).
Penelitian Soeparno (1999) menghasilkan kadar abu briket arang dari
serbuk pinus rata-rata sebesar 5,117%. Nurhayati dkk(1999) dalam
penelitiannya menghasilkan kadar abu briket arang dari tempurung kelapa
antara 0,84 5,17%.
Kadar zat mudah menguap
Zat mudah menguap dalam briket arang bukan merupakan komponen
penyusun arang, tetapi merupakan hasil dekomposisi zat-zat penyusun arang
akibat proses pemanasan. Kadar zat mudah menguap dalam arang selain air
dapat dihitung dengan menguapkan semua zat-zat menguap dalam arang
selain air.
Hartoyo dkk (1978) mengemukakan bahwa suhu yang digunakan
dalam proses
pembuatan arang akan mempengaruhi besarnya kadar zat mudah menguap.
Pendapat ini
juga didukung oleh Nurhayati dkk (1999) yang menyatakan bahwa kadar zat
mudah
menguap dapat diperkecil bila suhu pengarangan dinaikkan. Dalam
penelitian Nurhayati dkk
(1999) dihasilkan kadar zat mudah menguap untuk briket arang tempurung
kelapa sebesar
6,54 72,33%.

Mengingat faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kualitas briket arang


adalah keenam faktor tersebut, maka pengujian kualitas briket arang
tempurung kelapa juga meliputi rendemen, kadar air, kadar abu, kadar zat
mudah menguap, berat jenis dan nilai kalor.

89
Kualitas briket arang yang diuji dengan menggunakan cara perhitungan
sebagai berikut:
Rendemen
Arang yang dihasilkan ditimbang kemudian disebut sebagai berat arang
(output) dan bahan awal ditimbang sebagai bahan baku (input).
Perhitungannya sebagai berikut:
Berat arang (output)
Rendemen (%) x 100 %
Berat bahan baku mentah (input)

Kadar Air
Pengujian kadar air dilakukan dengan mengambil contoh uji briket arang
dengan berat 1 gram sebagai berat mula-mula (a). Contoh uji tersebut
dikeringkan dalam oven pada suhu 130 2 oC selama kurang lebih 2 jam.
Sebelum ditimbang contoh uji dimasukkan ke dalam desikator baru kemudian
ditimbang. Penimbangan dilakukan sampai beratnya konstan (b).
ab
Kadar air (%) x100%
a

Kadar Abu
Massa abu yang terdapat dalam kayu disebut kadar abu. Pengujian kadar
abu dilakukan dengan mengambil contoh uji seberat 1 gram sebagai berat
mula-mula (a), kemudian dimasukkan ke dalam cawan porselin, cawan kosong
ditimbang sebagai berat (b). Cawan yang berisi contoh tersebut dikeringkan
pada tanur dan suhu 600 oC selama 4 jam. Karbon hilang ditandai dengan
berhentinya asap, kemudian tutup tanur dibuka selama 1 menit untuk
mnyempurnakan proses pengabuan. Contoh uji dimasukkan dalam desikator
dan ditimbang sebagai berat c (berat cawan + berat abu).
cb
Kadar abu (%) x 100%
a

Kadar zat mudah menguap

90
Prosedur penentuan kadar zat mudah menguap adalah dengan mengambil
contoh uji seberat 1 gram (a) kemudian dilakukan pemanasan di tanur listrik
pada suhu 900 oC. Setelah suhu mencapai 900 oC dibiarkan dingin terlebih
dahulu dalam tanur, baru dimasukkan dalam desikator dan ditimbang (d).
Apabila masih ada bagian yang berwarna putih pengujian harus diulangi.
a d
Kadar zat mudah menguap(%) x 100%
a
Nilai Kalor
Alat yang digunakan untuk menguji nilai kalor adalah kalorimeter bom
oksigen. Pengujiannya adalah sebagai berikut:
a) Tahap persiapan alat
1) Mengambil contoh uji briket arang dengan berat 1 gram kemudian
dimasukkan dalam mangkok pembakaran dan ditimbang sebagai
berat m1.
2) Memasang kawat nikel sepanjang 10 cm pada elektroda. Kawat
menyentuh contoh uji tetapi tanpa menyinggung mangkok
pembakaran.
b) Mengisi silinder bom dengan akuades setinggi 1 mm dan memasang
kepala bom pada silinder bom dan mengisi oksigen murni 99,5 % hingga
tekanannya mencapai 30 atm.
c) Panci silinder diisi dengan air sebanyak 2 liter dan dimasukkan dalam
mantel silinder.
d) Memasukkan bom silinder ke dalam panci silinder dan memasang 2 chop
beserta kabelnya untuk aliran listrik AC 23 volt yang terangkai pada tutup
mantel silinder.
e) Menutup mantel silinder dengan penutupnya sehingga pengaduk dapat
berputar secara bebas (ketelitian 0,01 oC) menghadap ke depan
pengukur. Untuk mengukur waktunya digunakan stopwatch.
f) Mempersiapkan tabel pengukuran.

Tahap pengukuran

91
o Menjalankan pengaduk sampai suhu konstan, dan setiap 30 detik dicatat
perubahan suhunya, untuk pengukuran nilai a, R1, Ta.
o Pada waktu a tercapai, saklar (23 volt) dihidupkan sesaat (3 detik),
kemudian nilai dicatat setiap 30 detik. Pengukuran suhu selang waktu
tersebut bertujuan untuk menentukan nilai 60% dari total pembakaran (b).
o Jika titik suhu tidak terjadi perubahan lagi maka setelah 5 menit dari titik
tersebut proses pengukuran dihentikan dengan cara menghentikan
putaran pengaduk. Titik suhu Tc dan titik waktunya adalah nilai c.
Tahap Pembongkaran
o Melepas sabuk pemutar dan membuka mantel silinder serta
mengeluarkan silinder bom dari dalam panci silinder.
o Membebaskan tekanan gas yang ada dalam silinder bom dan membuka
silinder bom dengan memutar dan mengangkat kepala bom
o Mencuci dengan aquades semua permukaan baja yang ada dalam
silinder bom dan kepala bom bagian dalam, air cucian ditampung dalam
gelas piala ( 50 mL). Air tampungan ini kemudian ditetesi dengan
larutan indikator methyl orange 3 tetes (warna cairan akan berubah
menjadi merah muda) dan dititrasi dengan larutan Na 2CO3 (0,03625 M)
yang terdapat dalam buret (50 mL) sampai warna merah muda menjadi
merah pucat/bening. Pada saat itu dilihat skala buretnya menunjukkan
berapa mL. Jumlah mL yang tercapai setara dengan jumlah kalor (1 mL =
1 kalori) sebagai koreksi asam (e1)
o Mengambil kawat pembakar yang tidak ikut terbakar dan meletakkan
pada skala pengukuran kalor yang telah dikonversi dari panjang kawat
(1cm = 2,3 kal) sebagai koreksi dari panjang sisa kawat yang tidak
terbakar (e2)
o Dengan langkah yang sama dilakukan pembakaran asam benzoat untuk
peneraan kondisi alat bom kalorimeter.

Perhitungan:

92
Rumus 1 :
t Tc Ta R 1 (b a) R 2 (c b)
Rumus 2 :
(t.C p ) (m a .C a ) t (e1 e2 )
Q
m
Rumus 3 :
(m b .Q b ) e1 e 2 - (m a .C a . t)
Cp
t
Keterangan:
Rumus.1 : waktu pembakaran
Rumus.2:: waktu yang diperlukan untuk mencapai 60% pembakaran total
diperoleh melalui interpolasi (menit)
Rumus 3 : : waktu yang ditunjuk saat tidak ada perubahan suhu setelah proses
pembakaran (menit)
Ta : suhu pada saat pembakaran (oC)
Tc : suhu pada saat mencapai waktu c (oC)
R1 : suhu rata-rata setiap menit sebelum terjadi
pembakaran (oC/menit)
R2 : suhu rata-rata setiap menit setelah terjadi
pembakaran (oC/menit)
e1 : koreksi terhadap asam
e2 : koreksi terhadap kawat
Q : nilai kalor pembakaran (kal/g)
Cp : kapasitas panas
mb : berat asam benzoat
Qb : nilai kalor pembakaran asam benzoat

Berat jenis

93
Pengujian ini dilakukan dengan membuat contoh uji ukuran 1 x 1 x 1
cm3. Contoh uji tersebut dikeringtanurkan dalam oven pada suhu 103 2
oC sampai diperoleh berat konstan (a) sebagai berat kering tanur. Sampel
tersebut segera dicelupkan dalam parafin dan ditimbang sebagai berat (b).
Selanjutnya menimbang gelas piala yang berisi aquades (w1). Contoh uji
yang dilapisi parafin dimasukkan ke dalam gelas piala tersebut dengan
bantuan jarum preparat. Contoh uji dicelupkan secara vertikal tanpa
menyentuh dinding gelas piala, dan beratnya dicatat sebagi w2.
a
Berat jenis
[w 2 w 1 (b a) x 0,9]
Keterangan:
BJ aquades = 1
a = berat kering tanur (g)
b = berat a + berat parafin (g)
w1 = berat gelas piala + aquades (g)
w2 = berat w1 + berat b (g)
0,9 = berat jenis parafin

Hasil pengujian kualitas briket arang tempurung kelapa adalah sebagai


berikut:
Rendemen
Rendemen briket arang merupakan berat arang yang dihasilkan dibagi
berat bahan baku yang dihitung dalam persen. Hasil pengukuran dan data
rendemen dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.5. Rata Rata Rendemen Arang Tempurung Kelapa

Suhu pirolisis ( oC) Rendemen (%)


250 42.81
300 34.30
350 32.94
400 31.77

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa rendemen arang pada suhu 250
oC yaitu 42,81% masih cukup besar dan arang yang dihasilkan belum

94
sempurna. Rendemen yang cukup tinggi menunjukkan adanya proses yang
tidak sempurna sehingga sebagian fraksi bahan masih dalam wujud semula.

Data rendemen arang (%) secara lebih jelas dapat dilihat pada Grafik berikut:

45
Rendemen (%)

40

35 Series1

30

25
250 300 350 400
o
Suhu pirolisis ( C)

Gambar 4.6. Grafik hubungan suhu (oC) dengan rendemen arang (%)

Dari Grafik hubungan suhu (oC) dengan rendemen arang (%) dapat dilihat

penurunan rendemen arang dengan semakin naiknya suhu pirolisis. Arang yang

dihasilkan pada suhu pirolisis 350 oC dan arang yang dihasilkan pada suhu

pirolisis 400 oC menunjukkan sifat arang yang baik yaitu arang yang dihasilkan

berwarna hitam merata dan pada bagian ujung pecahan arangnya bercahaya.

Arang yang dihasilkan dari suhu pirolisis 250 oC dan 300 oC belum baik karena

arang yang dihasilkan masih ada bagian yang berwarna coklat dan arang yang

dihasilkan belum sempurna. Rendemen arang yang terkecil sebesar 31,77 %

dihasilkan pada suhu pirolisis 400 oC merupakan arang yang paling baik.

Kadar air

95
Suhu untuk analisis kandungan air adalah 130 oC 2 oC sehingga air yang

lepas merupakan air terikat yang berada di dinding sel. Data kadar air briket

arang tempurung kelapa dapat dilihat pada Tabel berikut:

Data kadar air (%) secara lebih jelas dapat dilihat pada Grafik berikut:

4.5
4
Kadar air (%)

3%
3.5 5%
3 7%
9%
2.5
2
250 300 350 400
Suhu pirolisis ( o C)

Gambar 4.7. Grafik hubungan suhu pirolisis (oC) terhadap kadar air (%) dengan
berbagai persentase perekat

Dari Grafik hubungan suhu pirolisis (oC) terhadap kadar air (%) dengan berbagai
persentase perekat terlihat bahwa pengaruh suhu pirolisis terhadap kadar air
menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu pirolisis maka kadar air briket arang
semakin kecil, sedangkan pengaruh persentase perekat menunjukkan semakin
besar persentase perekat kadar air briket arang semakin besar. Kadar air briket
arang yang terkecil didapat pada suhu pirolisis 400 oC dengan persentase perekat 3
% dan merupakan briket arang dengan kadar air yang paling baik.

Kadar abu
Abu yang terkandung dalam bahan bakar padat adalah mineral yang
tidak dapat terbakar yang tertinggal setelah proses pembakaran Data kadar abu
(%) dapat dilihat pada tabel berikut.

96
Tabel 4.6. Hasil Pengujian Kadar Abu (%) Briket Arang Tempurung Kelapa
Suhu Persentase Perekat
Pirolisis 3% 5% 7% 9%
250 C o 1,26 1,16 1,08 1,37
300 C o 1,37 1,46 1,58 1,55
350 oC 1,38 1,32 1,39 1,66
400 C o 1,41 1,60 1,71 1,89

Data pengujian kadar abu menunjukkan kenaikan atau penurunan nilai


yang tidak terlalu besar baik karena pengaruh suhu pirolisis maupun
persentase perekat. Kecenderungan naiknya kadar abu disebabkan faktor
persentase perekat menunjukkan semakin banyaknya perekat yang
digunakan untuk membuat briket arang akan menaikkan kadar abunya.
Kadar abu yang terbesar dimiliki oleh briket arang dengan persentase perekat
9 % pada suhu pirolisis 400 oC.

Data kadar abu (%) secara lebih jelas dapat dilihat pada Grafik berikut:

2.5
Kadar abu (%)

2 3%
5%
1.5
7%
1 9%

0.5
250 300 350 400
Suhu pirolisis ( o C)

Grafik hubungan suhu pirolisis (oC) terhadap kadar abu (%) dengan berbagai
persentase perekat.

Dari Grafik hubungan suhu pirolisis (oC) terhadap kadar abu (%) dengan
berbagai persentase perekat dapat dilihat bahwa suhu pirolisis memberikan nilai
kadar abu yang bervariasi, sedangkan dengan semakin besarnya persentase
perekat kadar abu briket arang cenderung untuk mengalami kenaikan, sehingga

97
pada persentase perekat 9 % nilai kadar abu briket arang menunjukkan nilai yang
paling besar.
Kadar abu yang terkecil dihasilkan pada suhu pirolisis 250 oC dengan persentase
perekat 7% yaitu sebesar 1,08 % dan kadar abu terbesar pada suhu 400 oC dengan
persentase perekat 9% yaitu sebesar 1,98%. Secara keseluruhan nilai kadar abu
briket arang masuk dalam standar Jepang, sehingga briket arang yang dihasilkan
sudah baik.

Kadar zat mudah menguap


Kadar zat mudah menguap berkaitan dengan proses pirolisis yang
berlangsung. Besarnya kadar zat mudah menguap dipengaruhi oleh suhu
maksimum pembuatan arang. Data hasil pengujian kadar zat mudah
menguap (%) diberikan pada tabel 5.4 berikut ini.

Tabel 4.7. Hasil pengujian kadar zat mudah menguap (%) briket arang tempurung
kelapa.

Suhu Persentase perekat


pirolisis 3% 5% 7% 9%
250 oC 48,60 48,83 48,17 47,44
300 oC 37,95 38,80 36,77 35,67
350 oC 33,99 33,67 34,27 32,66
400 oC 30,09 29,08 29,88 27,68

Data di atas menunjukkan bahwa suhu pirolisis menyebabkan nilai kadar zat
mudah menguap mengalami penurunan. Suhu pirolisis memberikan pengaruh yang
besar, hal ini dapat dilihat dari nilai kadar zat mudah menguap briket arang dengan
persentase perekat 3% yang mana pada suhu 250 oC nilainya 48,60% mengalami
penurunan dengan nilai yang besar sehingga pada suhu 400 oC kadar zat mudah
menguapnya sebesar 30,09%.
Kadar zat mudah menguap dengan adanya pengaruh persentase perekat
tidak menunjukkan penurunan kadar yang besar. Pada suhu 250 oC, dengan
persentase perekat 3% kadarnya 48,60% dan pada 9% kadarnya 47,44%, sehingga
penurunannya hanya 1,16%.

98
Data kadar zat mudah menguap (%) secara lebih jelas dapat dilihat pada

Grafik berikut :

Kadar zat mudah

47
menguap (%)

3%
42 5%
37 7%
95%
32

27
250 300 350 400
Suhu pirolisis ( o C)

Grafik hubungan suhu pirolisis (oC) terhadap kadar zat mudah menguap (%)
dengan berbagai persentase perekat.

Kadar zat mudah menguap akan menunjukkan kualitas dari briket arang
yang dihasilkan, semakin kecil kadar zat mudah menguap maka briket arang yang
dihasilkan akan semakin baik. Dari Grafik hubungan suhu pirolisis (oC) terhadap
kadar zat mudah menguap(%) dengan berbagai persentase perekat dapat dilihat
bahwa semakin tinggi suhu pirolisis maka kadar zat mudah menguapnya akan
semakin kecil. Briket arang yang dihasilkan pada suhu 400 oC menunjukkan nilai
yang lebih kecil dibandingkan pada suhu yang lain. Naiknya persentase perekat
akan menurunkan kadar zat mudah menguap tetapi penurunannya tidak besar.
Dari grafik dapat dilihat kadar zat mudah menguap yang terkecil yaitu pada suhu
pirolisis 400 oC dengan persentase perekat 9%, sehingga briket arang yang
dihasilkan merupakan briket arang yang paling baik.
Berat jenis
Berat jenis merupakan salah satu sifat senyawa yang penting. Briket
arang dengan berat jenis yang tinggi akan memberikan nilai kalor yang lebih
tinggi dibandingkan dengan briket arang dengan nilai berat jenis yang lebih
rendah. Data hasil pengujian berat jenis dapat dilihat pada tabel berikut ini.

99
Tabel 4,8. Hasil Pengujian Berat Jenis Briket Arang Tempurung Kelapa

Suhu Persentase perekat


pirolisis 3% 5% 7% 9%
250 oC 1,06 1,08 1,03 0,98
300 oC 1,07 1,07 1,06 1,09
350 oC 1,11 1,08 1,09 1,10
400 oC 1,12 1,16 1,13 1,12

Dilihat dari data pada tabel Hasil pengujian berat jenis briket arang
tempurung kelapa yang didapat maka nilai berat jenis briket arang sudah baik dan
hampir semuanya memenuhi standar buatan Jepang. Data hasil pengujian berat
jenis menunjukkan kenaikan atau penurunan yang tidak terlalu besar karena
pengaruh suhu pirolisis maupun persentase perekat. Akan tetapi kisaran angka
untuk standar berat jenis yaitu 1 1,2, menyebabkan kenaikan atau penurunan yang
kecil dari nilai berat jenis akan sangat berpengaruh terhadap mutu dari briket arang
yang dihasilkan. Nilai berat jenis yang tertinggi didapat pada suhu pirolisis 400 oC
dengan persentase perekat 5 %, sedangkan nilai berat jenis yang terkecil didapat
pada suhu pirolisis 250 oC dengan persentase perekat 9%.

Data berat jenis secara lebih jelas dapat dilihat pada Grafik berikut :

1.2
1.15
3%
Berat jenis

1.1
5%
1.05
7%
1
9%
0.95
0.9
250 300 350 400
Suhu pirolisis ( o C)

Grafik hubungan suhu pirolisis (oC) terhadap berat jenis dengan berbagai
persentase perekat

100
Dari Grafik hubungan suhu pirolisis (oC) terhadap berat jenis dengan berbagai
persentase perekat
terlihat bahwa pengaruh suhu pirolisis terhadap berat jenis menunjukkan bahwa
semakin tinggi suhu pirolisis maka berat jenis semakin besar, sedangkan semakin
besar persentase perekat maka berat jenis cenderung semakin turun. Turunnya
berat jenis disebabkan faktor persentase perekat menunjukkan semakin banyaknya
perekat yang digunakan untuk membuat briket akan menurunkan nilai berat
jenisnya. Nilai berat jenis terbesar didapat pada suhu pirolisis 400 oC dengan
persentase perekat 5 %.

Nilai kalor
Nilai kalor menggambarkan nilai energi bahan yang merupakan jumlah
satuan panas yang dihasilkan persatuan bobot dari proses pembakaran dengan
oksigen dari suatu bahan yang mudah terbakar. Data pengujian nilai kalor (kal/g)
dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.9. Hasil pengujian nilai kalor kal/g briket arang tempurung kelapa

Suhu Persentase perekat


pirolisis 3% 5% 7% 9%
250 oC 6564,27 6485,81 6506,91 6407,75
300 oC 6740,98 6960,44 6920,78 6542,70
350 oC 7057,14 7030,38 6968,92 6764,18
400 oC 7150,14 7025,46 6935,30 6928,89

Dari data tabel Hasil pengujian nilai kalor kal/g briket arang tempurung
kelapa nilai kalor yang didapat menunjukkan kenaikan nilai kalor dengan semakin
tinggi suhu pirolisis, sedangkan nilai kalor semakin kecil dengan semakin besarnya
persentase perekat. Nilai kalor yang didapat sudah memenuhi standar buatan
Jepang (6000 7000 kal/g) dimana nilai kalor yang terkecil sebesar 6407,75 kal/g
dan nilai kalor terbesar 7150,14 kal/g.

101
Data nilai kalor (kal/g) secara lebih jelas dapat dilihat pada Grafik berikut:

7200
Nilai kalor (kal/g)
7000 3%
5%
6800
7%
6600 9%

6400
250 300 350 400
Suhu pirolisis ( o C)

Grafik hubungan suhu pirolisis (oC) terhadap nilai kalor dengan berbagai persentase perekat

Dari grafik hubungan suhu pirolisis (oC) terhadap nilai kalor dengan berbagai
persentase perekat secara umum dapat dilihat bahwa nilai kalor semakin besar
dengan semakin tingginya suhu pirolisis, sehingga nilai kalor yang terbesar didapat
pada suhu pirolisis 400 oC.

Persentase perekat menunjukkan pengaruh yang berkebalikan dari pengaruh


suhu pirolisis, di mana semakin besar persentase perekat maka nilai kalornya
semakin kecil, sehingga nilai kalor yang terbesar didapat pada persentase perekat
3%. Nilai kalor briket arang tempurung kelapa yang terbesar didapat pada suhu
pirolisis 400 oC dengan persentase perekat 3 %.

Pemisahan asap cair secara destilasi adalah berdasarkan volatilitas


komponen-komponennya. Asap cair didestilasi berdasarkan variasi temperatur
dengan maksud untuk memisahkan tar dan untuk mendapatkan asap cair dengan
sifat-sifat fungsional yang menonjol. Dengan proses destilasi ini diharapkan asap
cair yang dihasilkan memiliki warna yang lebih jenih daripada asap cair tanpa
destilasi dan tetap memiliki aroma asap.
RENDEMEN
Hasil destilasi asap cair menghasilkan rendemen yang berbeda tiap fraksinya.
a. Asap cair temperatur 250 oC

102
Tabel Hasil destilasi 200 mL asap cair temperatur 250 oC
Fraksi Volume (ml) Rendemen (%)
1 2,5 1,25

2 123 61,5

3 43 21,5

4 7,5 3,75

Dari tabel di atas diperoleh rendemen yang terbesar adalah pada fraksi 2 yaitu
sebesar 61,5 %. Rendemen yang terkecil adalah pada fraksi 1 yaitu sebesar 1,25 .
b. Asap cair temperatur 300 oC
Hasil destilasi asap cair temperatur 300 oC disajikan pada tabel berikut ini :
Tabel Hasil destilasi 200 mL asap cair temperatur 300 oC

Fraksi Volume (mL) Rendemen (%)

1 8,5 4,25

2 144 72

3 19,5 9,75

4 3 1,5

Dari tabel di atas diperoleh rendemen yang terbesar adalah fraksi 2 yaitu
sebesar 72 % sedangkan rendemen terkecil adalah fraksi 4 yaitu sebesar 1,5 %.
c. Asap cair temperatur 350 oC
Hasil destilasi asap cair temperatur 350 oC disajikan pada tabel berikut ini :
Tabel Hasil destilasi 200 mL asap cair temperatur 350 oC
Fraksi Volume (mL) Rendemen (%)
1 5 2,5

2 158 79

3 15 7,5

4 3 1,5

103
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa hasilnya tidak terlalu jauh berbeda
dengan hasil destilasi asap cair temperatur 300 oC. Ini diperkirakan pada temperatur
pirolisis 300 dan 350 oC, diperoleh komponen asap cair yang tidak terlalu jauh
berbeda.
d. Asap cair temperatur 400 oC
Hasil destilasi asap cair temperatur 400 oC disajikan pada tabel berikut ini :
Tabel Hasil destilasi 200 mL asap cair temperatur 400 oC

Fraksi Volume (mL) Rendemen (%)

1 8 4

2 88,5 44,25

3 64 32

4 19,5 9,75

Dari tabel di atas terlihat bahwa fraksi 1 rendemennya paling kecil (4%). Ini
disebabkan bahwa pada asap cair ini kandungan airnya lebih sedikit. Fraksi 2 adalah
yang tertinggi sebesar 44,25%.
Adapun hasil destilasi asap cair secara keseluruhan ditampilkan dalam
bentuk grafik pada gambar berikut.

80
70
60 Fraksi 1
Rendemen (%)

50 Fraksi 2
40 Fraksi 3
30 Fraksi 4

20
10
0
250 300 350 400
Temperatur pirolisis (0C)

Gambar Grafik hasil destilasi asap cair

104
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa asap cair hasil destilasi pada fraksi 2
memperlihatkan hasil yang paling banyak. Ini diperkirakan bahwa pada fraksi 2
mengandung banyak senyawa yang memiliki titik didih antara 100-125 oC. Jika
dijumlahkan seluruh asap cair fraksi 1 hingga fraksi 4 diperoleh hasil bahwa asap
cair yang dapat terdestilasi adalah sebesar 89 % , dengan demikian asap cair yang
tidak terdestilasi adalah sebanyak 11 % , yaitu berupa tar dan senyawa-senyawa
dengan titik didih tinggi.

Warna
Asap cair sebelum didestilasi memiliki warna coklat kemerahan, ini
disebabkan karena masih mengandung tar yang pada dasarnya berwarna hitam dan
mengandung komponen dengan berat molekul tinggi. Asap cair tanpa destilasi ini
jika diaplikasikan pada bahan pangan akan menghasilkan bahan pangan dengan
warna yang gelap. Sedangkan konsumen biasanya lebih menyukai bahan pangan
dengan warna yang tidak gelap, oleh sebab itu pada penelititan ini dilakukan
destilasi terhadap asap cair agar menghasilkan warna asap cair yang lebih jernih,
sehingga jika diaplikasikan pada bahan pangan akan menghasilkan warna produk
asapan yang lebih menarik.

Asap cair yang telah mengalami destilasi cenderung memiliki warna yang
berbeda tiap fraksinya. Perbedaan warna pada tiap fraksi dipengaruhi adanya tar.
Warna pada fraksi 1 adalah kuning kehijauan jernih, fraksi 2 berwarna kuning muda
jernih sedangkan fraksi 3 berwarna kuning keputihan jernih dan fraksi 4 berwarna
coklat karena pada temperatur destilasi yang tinggi kemungkinan tar akan ikut
terdestilasi semakin besar.

Aroma
Aroma pada asap cair yang dihasilkan setelah proses destilasi ini berbeda
tiap fraksinya. Aroma asap cair pada berbagai temperatur pirolisis hasil destilasi
dapat dilihat pada tabel berikut.

105
Tabel Aroma asap cair hasil destilasi

Temperatur Fraksi 1 Fraksi 2 Fraksi 3 Fraksi 4

Pirolisis Aroma Aroma Aroma Aroma

(0C) asap asap asap Asap

250 Sangat kuat Agak tidak kuat agak kuat Kuat

300 Sangat kuat Agak tidak kuat agak kuat Kuat

350 Sangat kuat Agak tidak kuat agak kuat Kuat

400 Sangat kuat Agak tidak kuat agak kuat Kuat

Dari tabel di atas terlihat bahwa asap cair pada berbagai fraksi menghasilkan
aroma yang berbeda. Asap cair yang memiliki aroma paling lemah adalah asap cair
fraksi 2, disusul dengan asap cair fraksi 3 dan fraksi 4. Asap cair fraksi 1 memiliki
aroma yang sangat kuat (menyengat). Dapat disimpulkan bahwa asap cair hasil
destilasi dengan urutan aroma asap dari yang kuat hingga yang lembut adalah
sebagai berikut : Asap cair fraksi 1 > fraksi 4 > Fraksi 3 > fraksi 2.

Analisis dengan kromatografi gas


Analisis dengan menggunakan instrumen kromatografi gas ini bertujuan untuk
mengetahui apakah fraksi satu dan fraksi lainnya mengandung komponen-
komponen yang sama atau berbeda, bila fraksi-fraksi tersebut mengandung
komponen yang sama, maka pemisahan dengan destilasi belum sempurna. Selain
itu kromatogram juga dapat digunakan untuk menentukan jumlah komponen
penyusun asap cair.
Penentuan jumlah komponen penyusun asap cair dilakukan dengan
menghitung jumlah puncak yang muncul pada kromatogram setelah waktu retensi
3,44 menit yang dianggap sebagai air.

106
o Asap cair pada temperatur 250 oC

Gambar Kromatogram asap cair temperatur 250 C hasil destilasi

Berdasarkan pada gambar di atas dapat dilihat bahwa pada kromatogram


fraksi 1 dengan temperatur kurang dari 100 oC memberikan 9 puncak, fraksi 2
dengan temperatur 101-125 oC memberikan 9 puncak sedangkan fraksi 3 dengan
temperatur 126-150 oC memberikan 10 puncak dan fraksi 4 dengan titik didih 151-
200 oC memberikan 5 puncak.
Pada fraksi satu terlihat puncak yang rapat pada waktu retensi 3 menit yang
diperkirakan adalah puncak dari air dan diperkirakan pada asap cair fraksi 1
terdapat senyawa yang memiliki sifat yang hampir sama dengan air yaitu memiliki

107
titik didih dibawah 100 oC. Konsentrasi yang besar dapat dilihat pada waktu retensi
di bawah 4 menit. Sedangkan untuk waktu retensi di atas 4 menit diperoleh
kelimpahan yang kecil. Pada fraksi 2, terdapat puncak pada waktu retensi 4,15 menit
yang sama dengan fraksi 1 tetapi konsentrasinya berbeda. Terjadi kenaikan
konsentrasi yaitu pada fraksi 1 sebesar 1,54 % sedangkan pada fraksi 2 sebesar
14,50 %. Begitu juga pada waktu retensi 4,50 menit, pada fraksi 1 konsentrasinya
sebesar 1,63 %, sedangkan pada fraksi 2 terjadi kenaikan yaitu menjadi 52,25 %.
Pada fraksi 2 juga terdapat senyawa dengan waktu retensi di atas 5 menit
seperti pada waktu retensi 10,20 menit dengan konsentrasi 7,71 %.
Pada fraksi 3, terdapat senyawa dengan waktu retensi 4,54 menit dengan
konsentrasi yang terbesar yaitu 82,91 %. Pada waktu retensi 10,63 menit diperoleh
senyawa dengan konsentrasi 5,96 %.
Pada fraksi 4 terjadi pemisahan yang signifikan dengan konsentrasi terbesar
yaitu pada waktu retensi 4,28 menit dengan konsentrasi 95,58 %.
Fraksi 2 dan 4 memperlihatkan pemisahan yang signifikan, yang jika
dilakukan pemisahan lebih lanjut akan dapat diperoleh senyawa-senyawa yang lebih
murni. Jika puncak-puncak yang berbeda dalam semua fraksi hasil pemisahan
destilasi dijumlahkan, maka terdapat 18 puncak, satu puncak bukan berarti hanya
terdapat satu jenis senyawa, bisa saja terdapat banyak senyawa yang memiliki sifat
yang hampir sama, sehingga disimpulkan asap cair tempurung kelapa dengan
temperatur pirolisis 250 oC mengandung sedikitnya 18 senyawa.

108
o Asap cair temperatur 300 oC

Gambar Kromatogram asap cair temperatur 300 oC hasil didestilasi

109
Berdasarkan pada gambar di atas dapat dilihat bahwa fraksi 1 dengan
tempratur kurang dari 100 oC memberikan 13 puncak, fraksi 2 dengan temperatur
101-125 oC memberikan 18 puncak, fraksi 3 memberikan 4 puncak dan fraksi 4
memberikan 3 puncak.

Pada fraksi 1 terlihat banyaknya peak pada waktu retensi sekitar 3 menit
dengan kelimpahan yang besar yaitu antara 7-25 %. Pada fraksi ini senyawa dengan
waktu retensi di atas 4 menit diperoeh dengan kelimpahan yang sedikit.
Sedangkan pada fraksi 2 diperoleh senyawa dengan waktu retensi yang
berdekatan. Diperoleh juga senyawa dengan waktu retensi di atas 5 menit. Pada
fraksi 2 ini tidak terlihat adanya pemisahan yang signifikan.
Pada fraksi 3 terlihat tidak ada senyawa dengan waktu retensi di atas 5 menit.
Senyawa dengan waktu reetensi 4,25 menit memiliki konsentrasi yang paling besar
yaitu 81,83 %. Pada frakis 3 ini terlihat pemisahan yang signifikan.
Sedangkan pada fraksi 4, hanya terdapat satu puncak dengan kelimpahan
yang besar yaitu pada waktu retensi 4,20 menit yaitu sebesar 93,79 %.

Apabila puncak-puncak yang berbeda dalam semua fraksi hasil pemisahan


destilasi dijumlahkan maka terdapat 23 puncak, sehingga disimpulkan asap cair
tempurung kelapa pada temperatur 300 oC mengandung sedikitnya 23 senyawa.

110
Asap cair pada temperatur 350 oC
Berdasarkan gambar di bawah ini dapat dilihat bahwa pada kromatogram
fraksi 1 dengan temperatur kurang dari 100 oC memberikan 5 puncak, fraksi 2
dengan temperatur 101-125 oC memberikan 16 puncak, fraksi 3dengan temperatur
126-150 oC memberikan 9 puncak dan fraksi 4 dengan temperatur 151-200 oC
memberikan 8 puncak

Gambar Kromatogram asap cair temperatur 350 oC setelah didestilasi

111
Pada fraksi 1 terlihat puncak yang muncul hanya pada waktu retensi disekitar
3 menit, tidak diperoleh puncak pada waktu retensi di atas 4 menit.
Pada fraksi 2 diperoleh puncak dengan waktu retensi di atas 4 menit hingga
waktu retensi 12,36 menit. Pada waktu retensi 4,54 menit diperoleh senyawa
dengan konsentrasi sebesar 28,10 %. Pada waktu retensi 10,32 menit diperoleh
puncak dengan konsentrasi 7,72 %.
Pada fraksi 2 ini tidak terlihat adanya pemisahan yang signifikan. Ini mungkin
disebabkan banyaknya senyawa yang terdapat pada asap cair yang memiliki titik
didih yang hampir sama.
Pada fraksi 3 terlihat pemisahan yang signifikan, terdapat kenaikan
konsentrasi pada senyawa dengan waktu retensi 4,04 menit yang mana pada fraksi
1 dan 2 konsentrasinya sebesar 4,50 % sedangkan pada fraksi 3 konsentrasinya
menjadi 22,04 %. Pada waktu retensi 10,45 menit terjadi penurunan konsentrasi dari
fraksi 2 yang hanya sebesar 7,72 % menjadi 3,95 % pada fraksi 3.
Pada fraksi 4 diperoleh senyawa dengan konsentrasi terbesar 74,47 % pada
waktu retensi 4,68 menit. Sedangkan senyawa dengan waktu retensi di atas 5 menit
tidak diperoleh lagi. Pada fraksi 3 diperoleh pemisahan yang signifikan.
Jika puncak-puncak yang berbeada dalam semua fraksi hasil pemisahan
destilasi dijumlahkan, maka terdapat 20 puncak, yang mana satu puncak bukan
berarti hanya terdapat satu jenis senyawa,sehingga disimpulkan asap cair
tempurung kelapa dengan temperatur 350 oC mengandung sedikitnya 20 senyawa.

112
Kromatogram Asap cair temperatur 400 oC

Gambar Kromatogram asap cair temperatur 400 oC setelah didestilasi

113
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa fraksi 1 dengan temperatur di bawah
100 oC memberikan 5 puncak yang terpisah secara signifikan. Pada fraksi 2 dengan
temperatur 101-125 oC diperoleh 24 puncak. Pada waktu retensi 4,53 menit memiliki
konsentrasi 21,20 % sedangkan pada waktu retensi di atas 9 menit diperoleh
senyawa dengan kelimpahan yang kecil. Pada fraksi 3 dengan temperatur 126-150
oC terdapat 19 puncak.
Pada fraksi 4 dengan temperatur 151-200 oC terdapat 10 puncak.
Pemisahan yang signifikan diperoleh pada fraksi 3 dan 4. Pada fraksi 4
diperoleh senyawa dengan waktu retensi 3,60 menit dengan konsentrasi sebesar
79,93 %. Sedangkan pada waktu retensi di atas 9 menit, hanya diperoleh satu
puncak yaitu dengan waktur retensi 12,30 menit dengan konsentrasi sebesar 1,29
%. Senyawa dengan waktu retensi di atas 9 menit pada fraksi 3 sudah tidak terdapat
pada fraksi 4.
Jika puncak-puncak yang berbeda dalam semua fraksi hasil destilasi
dijumlahkan, maka terdapat 34 puncak, sehingga disimpulkan asap cair tempurung
kelapa pada temperatur 400 oC mengandung sedikitnya 34 senyawa.
Tidak dapatnya senyawa asap cair dipisahkan secara tegas pada destilasi ini
diperkirakan karena penyusun asap cair memiliki titik didih yang hampir sama atau
berdekatan satu sama lain. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penyusun
asap cair mengandung senyawa yang hampir sama tiap fraksinya, yang berbeda
adalah konsentrasinya, dengan demikian asap cair ini dapat digunakan untuk
alternatif aplikasi pada bahan pangan yang menginginkan warna yang bervariasi
dengan tetap mempertahankan aroma asap.

114
1. Tugas Latihan

1) Jelaskan secara singkat apa yang dimaksud dengan proses pirolisis?

2) Jelaskan secara singkat apa yang dimaksud dengan proses destilasi?

3) Apa pengaruh temperatur pada proses pemanasan tungku/tabung


terhadap produk yang dihasilkan pada proses pirolisis dan destilasi

4) Sebutkan produk bahan-bahan apa saja yang dihasilkan dari hasil


proses pirolisis dengan bahan baku tempurung kelapa?

Tugas Latihan 2 :
(1) Jelaskan persyaratan peralatan pengarangan tempurung kelapa
agar sekaligus dapat menghasilkan asap cair/ pirolisis
(2) Jelaskan cara melakukan proses menghasilkan asap cair grade C
(3) Jelaskan bagaimana cara mendestilasi asap cair dari grade C ke
grade B
(4) Jelaskan bagaimana cara mendestilasi asap cair dari grade B ke
grade A
(5) Jelaskan perbedaan asap cair grade B dan grade C

Tugas Praktek :
Kerjakanlah Tugas berikut ini dengan cara yang sistematis, aman dan efisien :
1. Pembuatan Asap Cair grade C
2. Penyulingan Asap Cair grade C menjadi grade B
3. Penyulingan Asap Cair grade B menjadi grade A

115
2. Rangkuman

Asap cair didestilasi berdasarkan variasi temperatur dengan


maksud memisahkan tar dan untuk mendapatkan asap cair dengan
sifat-sifat fungsional yang menonjol.

Hasil destilasi asap cair menghasilkan rendemen yang berbeda tiap


fraksinya, yaitu: asap cair temperatur 250 oC, asap cair temperatur
300 oC, asap cair temperatur 350 oC dan asap cair temperatur 400
oC.

Tidak dapatnya senyawa asap cair dipisahkan secara tegas pada


destilasi ini diperkirakan karena penyusun asap cair memiliki titik
didih yang hampir sama atau berdekatan satu sama lain. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa penyusun asap cair
mengandung senyawa yang hampir sama tiap fraksinya, yang
berbeda adalah konsentrasinya, dengan demikian asap cair ini
dapat digunakan untuk alternatif aplikasi pada bahan pangan yang
menginginkan warna yang bervariasi dengan tetap
mempertahankan aroma asap.

Persentase perekat menunjukkan pengaruh yang berkebalikan dari


pengaruh suhu pirolisis, di mana semakin besar persentase
perekat maka nilai kalornya semakin kecil, sehingga nilai kalor yang
terbesar didapat pada persentase perekat 3%. Nilai kalor briket
arang tempurung kelapa yang terbesar didapat pada suhu pirolisis
400 oC dengan persentase perekat 3 %.

116
3. Evaluasi Materi

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan pirolisis ?

2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan asap cair ?

3. Sebutkan produk bahan-bahan apa saja yang dihasilkan dari hasil


proses pirolisis dengan bahan baku tempurung kelapa?

4. Jelaskan persyaratan peralatan pengarangan tempurung kelapa agar


sekaligus dapat menghasilkan asap cair/ pirolisis

5. Jelaskan bagaimana cara menghasilkan asap cair grade A, B dan C,


dengan bahan dasar tempurung kelapa ?

117
4. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Progres Pembelajaran :
Proses Pembuatan dan Pengujian Biobriket dan Asapcair
Nama Peserta :
Sekolah Asal :
Standar Kompetensi Dasar Skor Skor Keterangan
Kompetensi Standar yang
(L/ TL)
dicapai

1, Membuat 1.13. Menyiapkan Peralatan 30 .


Bio Briket utama dan alat batu
Arang
1.14. Menyiapkan Bahan Baku
Tempurung 30 .
1.15. Melaksanakan proses
40 .
pembuatan bio briket

Jumlah Skor 100 . .

2. Membuat 2.13. Menyiapkan Peralatan 30 .


Asap Cair utama dan alat batu
dari Proses
2.14. Menyiapkan Bahan Baku
Pengaranga 30 .
n 2.15. Melaksanakan proses
Tempurung 40 .
pembuatan asap cair

Jumlah Skor 100 . .

3. Melakukan 3.13. Menyiapkan Peralatan 30 .


Pengujian utama dan alat batu
hasil Bio
3.14. Menyiapkan Bahan Baku
Briket Arang 30 .
tempurung 3.15. Melakukan pengujian
40 .
hasil bio briket
tempurung kelapa

Jumlah Skor 100 . .

4. Melakukan 4.13. Menyiapkan Peralatan 30 .


Pengujian utama dan alat batu
hasil asap
4.14. Menyiapkan Bahan
cair/ 30 .
Baku
pyrolisis
40 .
4.15. Melakukan pengujian
hasil asap cair dari
proses pengarangan
tempurung kelapa

Jumlah Skor 100 . .

Cimahi, 2013
Penilai

..
NIP.

118
BAB III. PENUTUP

A. KUNCI JAWABAN
Kunci Jawaban (TL 1)
No Soal Kunci Jawaban scor

o Pemanfaatan briket arang tempurung kelapa


1 35
sangat memungkinkan apabila dikembangkan
sebagai bahan bakar pengganti minyak tanah atau
gas elpiji.
o Melimpahnya sampah tempurung kelapa yang
sudah tidak terpakai, serta besarnya kandungan
daya yang dihasilkan limbah tersebut, membuat
banyak sekali warga yang mulai tertarik untuk
mengembangkan bahan bakar alternatif berbentuk
biobriket dari limbah tempurung kelapa menjadi
daya energi alternatif terbarukan.
2
o Pemakaian briket arang tempurung kelapa 35
merupakan langkah pas bagi penduduk untuk
kurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil
seperti minyak tanah dan gas elpiji,
o Pemakaian bahan bakar kayu yang tingkat
konsumsinya makin hari makin meningkat tajam
hingga membahayakan ekologi rimba.
o Merupakan tujuan pasar yang dapat di bidik saat
menjalankan usaha briket arang tempurung yang
berdomisili di daerah-daerah terpencil.
o Kita dapat membidik beberapa pebisnis kuliner yang
belakangan ini mulai memakai bahan bakar
alternatif berbentuk briket arang untuk kurangi
ketergantungan mereka pada bahan bakar minyak
tanah atau gas elpiji yang harganya makin hari
semakin melambung tinggi.

3 o Pasar dalam negeri, local dan regional, misalnya 30


komunitas jasa kuliner, Rumah makan, rumah sakit,
sektor home industry, pengrajin nata de coco, pengrajin
tahu tempe, dll
o Peluang eksport juga cukup menjadi tantangan yang
sangat besar

JUMLAH TOTAL 100

119
A. KUNCI JAWABAN
Kunci Jawaban (TL 2)
No Soal Kunci Jawaban scor
o Tempurung kelaoa
1 20
o sekam padi,
o kayu, limbah dari industri penggergajian,
o pelepah bambu
o dedaunan yang sudah kering
o Limbah kelapa sawit, dll
o Tempurung kelapa cukup keras dan padat, akan
2 20
dapat menghasilkan kalor panas yang optimal
o Kadar airnya relatip kecil (antara 7 s.d. 9 %)
o Kadar karbon aktipnya besar
3 o Tempurung kelapa sangat potensial sebagai bahan 15
bakar alternatip, karena nilai karbonnya sangat
besar
o Berat jenisnya relatip kecil, sehingga apabila
dipasarkan secara volumetrik, akan cukup
menguntungkan produser
o Kalori panasnya relatip lebih besar dibandingkan
dengan arang dari kayu
o Selain dapat dijadikan briket arang tempurung,
dapat juga diproses menjadi pirolisis/ asap cair

4 o Sebagai bahan penjernih air yang aman bagi 15


kesehatan
o Sebagai bahan kosmetik pembersih kulit/ rambut

5 o Sebagai bahan bakar dengan kalori tinggi dan 10


bebas asap
o Bahan bakar dengan api biru dan tahan lama
o Bisa untuk bakar sate (aman bagi kesehatan)
o Bio briket dapat dipakai untuk media tanaman

6 o Siapkan drum yang sudah dibuang salahsatu 10


tutupnya dan difungsikan sebagai tungku
o Masukkan tempurung kelapa pada drum tungku,
sampai kurang lebih setengah drum, kemudian
dibakar
o Setelah sebagian besar tempurung terbakar,
masukkan lagi tempurung yang lainnya sampai
tungku hampir penuh
o Selanjutnya tempurung yang sedang terbakar,
diurug dengan debu sisa pembakaran atau pasir

120
7 o Proses pengarangan tidak berceceran dan tidak 10
mengotori lingkungan kerja
o Pengarangan tempurung tidak menghasilkan debu
o Asap dari proses pengarangan tempurung dapat
ditampung dan dijadikan asap cair (liquid smoke)
o Dapat menghasilkan gas methan

JUMLAH TOTAL 100

B. KUNCI JAWABAN
Kunci Jawaban (TL 3)
No Soal Kunci Jawaban scor
o Kapasitas mesin
1 20
o Kuantitas bio briket yang akan dibuat

o Tidak termasuk sabut, agar kualitas arang


2 20
tempurung memenuhi standar yang ideal/
internasional
o Agar pembakaran arang tempurung benar-benar
tidak berasap
3 o Tidak melebihi 16% 20

4 o Kualitasnya kurang baik, pembakarannya akan 20


mengeluarkan asap, kalori panasnya berkurang

5 o Kering 20
o Bersih
o Tidak mengandung sabut
o Dari kelapa yang tua, yaitu berwarna tua merata

JUMLAH TOTAL 100

121
Kunci Jawaban
Latihan Test :
1. Persyaratan tempurung kelapa yang baik untuk dijadikan bio briket,
diantaranya adalah, tempurung kelapa itu harus :
o Kering
o Bersih
o Tidak mengandung sabut
o Dari kelapa yang tua, yaitu berwarna tua merata

2. Gambaran proses pengarangan tempurung kelapa cara


sederhana :
o Siapkan drum yang sudah dibuang salahsatu tutupnya dan difungsikan
sebagai tungku
o Masukkan tempurung kelapa pada drum tungku, sampai kurang lebih
setengah drum, kemudian dibakar
o Setelah sebagian besar tempurung terbakar, masukkan lagi tempurung
yang lainnya sampai tungku hampir penuh
o Selanjutnya tempurung yang sedang terbakar, diurug dengan
debu sisa pembakaran atau pasir

3. Manfaat pengarangan tempurung dilakukan secara modern :


o Proses pengarangan tidak berceceran dan tidak mengotori lingkungan
kerja
o Pengarangan tempurung tidak menghasilkan debu
o Asap dari proses pengarangan tempurung dapat ditampung dan
dijadikan asap cair (liquid smoke)
o Dapat menghasilkan gas methan

4. Prosedur dan cara membuat adonan briket


Pasta briket dibuat dengan mencampur bahan perekat pati dengan serbuk
arang tempurung menggunakan perbandingan 1 : 25. Perekat pati dibuat
dari campuran pati dan air dengan perbandingan 1 : 8. Campuran
dipanaskan sampai matang. Setelah perekat pati matang kemudian
dicampurkan dan diaduk secara merata dengan serbuk arang tempurung
secara manual ataupun menggunakan mesin pengaduk

122
5. Cara melakukan pencetakan adonan briket menjadi briket yang bentuknya
stndar dan padat. Setelah adonan briket jadi, kemudian adonan
dimasukkan ke dalam alat cetak briket,
o Masukkan adonan briket pada moulding cetakan, sehingga memenuhi
seluruh rongga silinder cetakan, volume adonan briket, seperti halnya
volume silinder cetakan
o Kemudian dipadatkan dengan tangan, sehingga permukaan atas
adonan briket, sama tinggi dengan permukaan bagian atas cetakan
o Mengatur meja cetakan briket, sehingga bagian pin pengepres tepat
berada dibagian tengah (senter) silinder rongga cetakan briket,
kuncikan kedudukan meja cetakan pada posisi yang seharusnya
o Memutar roda torak cetakan, sehingga pin pencetak menekan seluruh
permukaan adonan briket, sehingga terjadi kepadatan tertentu
o Mengeluarkan briket yang telah selesai dicetak, simpan pada loyang
dan siap untuk dikeringkan

6. Kriteria oven pengering yang memenuhi persyaratan untuk mengeringkan


bio briket :
o Oven yang dipakai harus sesuai dengan kapasitas yang kita inginkan
o Cara kerja pengeringannya sesuai standard, yaitu dapat diatur
sehingga pemanasannya berangsur dari rendah ke temperatur tinggi
o Penggunaan daya tenaga listriknya tidak terlalu tinggi,
o Penggunaan oven dengan bahan bakar kayu, minyak atau gas,
diusahakan memiliki standard keselamatan kerja dan kesehatan
lingkungan

7. Cara mengeringkan bio briket pada oven, agar hasilnya memenuhi


standard kekeringan dan kualitasnya baik, pengeringan dilakukan secara
alamiah/manual dijemur dibawah terik matahari, atau dimasukkan pada
alat pengering khusus (oven). Proses pengeringan secara manual di
bawah terik matahari dilakukan selama 3-4 hari, atau kalau dengan
menggunakan oven, dikeringkan pada suhu oven 60oC selama 24 jam

8. Kadar air bio briket tidak boleh lebih dari 10%, agar pasta bio briket tidak
menjadi bubur briket atau terlalu encer. Apabila pasta terlalu encer akan
kesulitan pada saat pencetakan, dan hasil pencetakan briketnya akan
retak-retak bahkan memudar, tergantung dari tingkat keencerannya

123
B. INSTRUMEN PENILAIAN KELULUSAN
Progres Pembelajaran :
PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BIOBRIKET DAN PIROLISIS
Nama Peserta :
Sekolah Asal :
Standar Kompetensi Dasar Skor Skor yang Ketera
Kompetensi Standar dicapai ngan
(L/ BL)

1. Pembuatan 1.1. Menyiapkan Peralatan 20 . .


Bio Briket utama dan alat batu
1.2. Menyiapkan Bahan
20 . .
Baku
1.3. Melaksanakan proses
pembuatan bio briket 20 . .

20 . .

20 . .

Jumlah Skor (SK 1) 100 . .

2. Pembuatan 2.1. Menyiapkan Peralatan 25 . .


Asap Cair utama dan alat batu
Pirolisis
2.2. Menyiapkan Bahan Baku
25 . .
2.3. Melaksanakan proses
pembuatan asap cair

25 . .

25 .. .

Jumlah Skor (SK 2) 100 .

3. Pengujian 3.1. Menyiapkan Peralatan 35 . .


Bio Briket utama dan alat batu
3.2. Menyiapkan Bahan Baku
3.3. Melakukan pengujian
35 . .
hasil bio briket tempurung
kelapa
30 . .

Jumlah Skor (SK 3) 100 .

4. Pengujian 4.1. Menyiapkan 20 . .


Pirolisis Peralatan utama dan
alat batu 20 . .
4.2. Menyiapkan Bahan

124
Baku
4.3. Melakukan pengujian 20 . .
hasil asap cair dari
proses pengarangan
tempurung kelapa
20 . .

20 . .

Jumlah Skor (SK 4) 100 .

Keterangan :
Cimahi, 2013
Nilai Akhir = Penilai,

(SK 1)+ (SK 2)+ (SK 3)+ (SK 4)


NIP. .

125
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2003. Arang Tempurung Kelapa, http://www.kompas.com/limb.htm, diakses


tgl 28-8-2003

Astuti, I., 2000. Potensi Pencoklatan Asap Cair Kayu Karet. UGM, Yogyakarta.

Danamik, S. (2007). Strategi Pengembangan Agribisnis Kelapa (Cocos nucifera)


untuk Meningkatkan Pendapatan Petani di Kabupaten Indragiri Hilir, Riau. J.
Perspektif 6 : 94-104.

Darmadji, P., 1999. Produksi Asap Cair Dari Limbah Kayu dan Inovasi
Pemanfaatannya, Prosiding Seminar Nasional II Masyarakat Peneliti Kayu
Indonesia, Kejasama Antara Fakultas Kehutanan UGM dan Masyarakat
Peneliti Kayu Indonesia (MAPEKI), Yogyakarta

Draudt, H.N., 1963. The Meat Smoking Process : A Review, Food Technology, 17
(12) : 85-126.

Fatimah, F., 1998. Analisis Komponen-komponen Penyusun Asap Cair Tempurung


Kelapa. UGM, Yogyakarta.

Girard, J. P., 1992. Smoking dalam Technology of Meat and Meat Products,
Clermont Ferrand Ellis Horwood, New York.P : 165-205

Idrous A. dan Arancon R., 2010. Perkembangan Industri Kelapa Asia dan Pasifik,
Makalah Disampaikan Pada Workshop Sains Dasar, Dewan Riset Nasional,
21-22 April 2010.

Joseph, G. H. dan Kindangen, J. G., 1993. Potensi dan Peluang Pengembangan


Tempurung, Sabut, dan Batang Kelapa. Proceeding Konferensi Nasional
Kelapa III , Yogyakarta, 20-23 Juli 1993.

Maga, J. A., 1987. Smoke in Food Processing, CRC Press, Inc. Boca Raton, Florida,
p : 1-3; 113-138

Mahmud, Z. dan Ferry Y., 2005. Prospek Pengolahan Hasil Samping Buah Kelapa.
J. Perspektif, 4, 2, 55-63.

Palungkun, R., 2001. Aneka Produk Olahan Kelapa (Cetakan kedelapan), Penebar
Swadaya, Jakarta .

Ruiter, 1979. Color of Smoked Foods, Food Technology (33) 5 : 54-63

Sink, J. D. dan Hsu, L. A., 1977. Chemical Effects of Smoke Processing on


Frankfurter Manufacture and Storage Characteristic, J. of Food Science 42 :
1489.

126
Tahir, I., 1992. Pengambilan Asap Cair Secara Destilasi Kering Pada Proses
Pembuatan Karbon Aktif Dari Tempurung Kelapa. UGM, Yogyakarta.

Tranggono, Suhardi, Setiaji, B., 1997. Produksi Asap Cair dan Penggunaannya pada
Pengolahan Beberapa Bahan Makanan Khas Indonesia. Laporan RUT III.

Wulandari, K. R., Darmadji, P. dan Santoso, U., 1999. Sifat Antioksidatif Asap Cair
Hasil Redestilasi Selama Penyimpanan, Prosiding Seminar Nasional Pangan
PAU-Pangan dan Gizi, UGM. Yogyakarta.

Winaprilani, A., 2003. Pemanfaatan asap cair Hasil Pirolisis Kayu Randu Alas
(Gossamphus hepta phyla) untuk Pengawetan Ikan Kembung (Scomber
negletus). UGM,Yogyakarta.

Widjaya, A.P., 1980. Prototype Alat Pembuatan Karbon Aktif, Departemen


Perindustrian, Jakarta.

Woodroof, J.P., 1970. Coconuts : Production Processing Products, Second Edition,


Avi Publishing Company Inc, Westport-Connecticut.

Yuwanti, S., 1999. Potensi Pencoklatan Fraksi-fraksi Asap Cair Tempurung kelapa.
UGM, Yogyakarta.

127
GLOSARIUM

End, 7 Juni 2013

128

Anda mungkin juga menyukai