Anda di halaman 1dari 6

RENDEMEN DAN KARAKTERISTIK FISIK EKSTRAK

OLEORESIN DAUN SIRIH HIJAU (Piper betle L.)


DENGAN PELARUT HEKSAN
Aam Amaliah1, Enceng Sobari2, Nurul Mukminah3
1,3 Jurusan Agroindustri, Politeknik Negeri Subang, Jl. Brigjen Katamso No. 37 Subang
E-mail : amaliahaam1@gmail.com

ABSTRAK

Tanaman rempah di Indonesia memiliki manfaat dan jumlah yang sangat melimpah. Namun masih
sedikit yang memanfaatkan menjadi sebuah produk bernilai. sehingga perlu dilakukan upaya
diversifikasi produk dengan pengolahan teknologi modern. Penelitian ini bertujuan menghasilkan
produk oleoresin yang berkualitas dan meningkatkan nilai guna bagi produk. Komponen aktif yang
terdapat pada daun sirih berfungsi sebagai antioksidan dan antibakteria. Kandungan minyak atsiri pada
daun sirih hijau sebesar 4,2 % dimana komponen utamanya terdiri dari betle phenol dan beberapa
derivatnya seperti kavikol, kavibetol, alilpirotekol (hidroksikavikol). Adapun senyawa lain seperti
ilypirokatekol, mono dan diasetat, larvakrol, euganol, metileter, p-simen, cineol, kariofilen, kadinen,
estragol, terpen seskuiterpen, fenilpropan, tanin, karoten, tiamin, riboflavin, asam nikotianat, vitamin C,
gula, pati,dan asam amino. Penelitian ini menggunakan metode maserasi dengan pelarut heksan 1 : 8
selama 45 jam 32 menit. Rendemen yang dihasilkan relatif lebih kecil sebesar 2,58 % dari berat kering
sebesar 185 g. Hasil tersebut disebabkan kurang tepatnya penggunaan pelarut dan terdapat beberapa hal
yang kurang diperhatikan seperti tidak dilakukannya pengadukan dan penambahan pelarut selama
ekstraksi berlangsung.

Kata Kunci
Daun sirih hijau, oleoresin, maserasi, rendemen.

Indonesia ke pasar dunia, sebesar 31,43 %


1. PENDAHULUAN diekspor ke wilayah ASEAN. Berdasarkan data
tersebut tidak mengherankan jika pasar ekspor
Dewasa ini perdagangan rempah di pasar dunia
rempah ASEAN banyak didominasi oleh
berkembang sangat pesat, perkembangan
rempah dari Indonesia [1]. Di Indonesia rempah
tersebut distimulasi dengan adanya
– rempah pada umumnya dimanfaatkan sebagai
pertumbuhan ekonomi baik negara – negara bahan penyedap masakan atau bumbu
asia maupun negara maju yang tambahan makanan. Selain sebagai bumbu
direpresentasikan melalui pertumbuhan
dapur, rempah juga digunakan sebagai obat –
konsumsi serta peningkatan kesadaran
obatan tradisional yang sudah melekat turun –
masyarakat terhadap kesehatan dan manfaat
temurun dari nenek moyang. Tanaman herba di
rempah [1]. Perkembangan tersebut dapat Indonesia juga sering dimanfaatkan untuk
menjadi branding untuk menarik devisa suatu pembuatan minuman menyehatkan seperti
negara, contohnya Indonesia. Pemanfaatan
bandrek, wedang, jamu dan lainnya.
tanaman rempah dapat mempengaruhi
Pemanfaatan tanaman rempah baik sebagai
ketahanan pangan Indonesia [2]. Tahun 2013
obat tradisional, penambah cita rasa makanan,
Indonesia menduduki peringkat kedua negara
kosmetik dan lainnya di Indonesia sudah
eksportir rempah ketiga setelah Vietnam. Rata semakin meningkat, bahkan istilah “back to
– rata rempah Indonesia menyubang sebanyak
21,60 % dari total pasar rempah dunia pada
tahun 2013. Menurut data dari Comtrade
(2013) dari total nilai ekspor rempah – rempah

273
nature” kini menjadi gaya hidup masyarakat Metode penelitian yang digunakan metode
modern. Tanaman rempah banyak diproduksi ekperimental dan studi pustaka. Metode studi
secara fabrikasi dalam skala besar, keuntungan pustaka merupakan metode pengumpulan data
lain adanya pengolahan tanaman rempah karena yang memuat teori relevan dengan permasalahan
terdapat jumlah yang begitu melimpah di yang diambil berupa data sekunder melalui bahan
Indonesia dengan harga relatif murah. Selain pendukung dari buku maupun internet sebagai
memiliki kandungan yang bermanfaat, sarana informasi dalam memperkuat pernyataan
penggunaan tanaman rempah juga dinilai penulis.
memiliki efek samping yang lebih kecil Alat – alat yang digunakan yaitu evaporator,
dibandingkan dengan bahan kimia. Salah satu toples kaca, pengaduk kaca, beaker glass,
tanaman yang dapat dimanfaatkan adalah erlenmayer, grinder, mesin vacuum, oven, cawan
tumbuhan piper betle L. atau daun sirih hijau. petri. Pengamatan yang diamati meliputi berat
Daun sirih biasanya dimanfaatkan sebagai obat kering bahan, lama waktu ekstraksi, lama waktu
herbal untuk menyembuhkan sariawan, evaporasi, lama waktu pengovenan, volume
keputihan, juga sebagai obat kumur untuk oleoresin dan berat hasil, mengetahui rendemen
kebersihan mulut, penyembuh luka bakar, serta basah dan kering. Serta pengujian organoleptik.
mampu menghambat pertumbuhan bakteri pada Diagram pembuatan oleoresin sebagai berikut :
medianya.
Daun Sirih
Daun sirih hijau merupakan jenis tanaman
Hijau
rempah yang memiliki fungsi sebagai
antimikroba, antifungi, dan antioksidan. Dalam Penimbangan Daun Sirih Hijau I
ekstrak daun sirih mengandung minyak atsiri 4,2
% seperti senyawa kavikol dan euganol sehingga
dapat dijadikan pengawet alami [3]. Kandungan Sortasi
kimia lain yang terdapat pada tumbuhan sirih
yaitu minyak atsiri, karoten, tiamin, riboflavin, Penimbangan II
asam nikotinat, vitamin C, tanin, gula, pati dan
asam amino [4]. Dewasa ini, daun sirih banyak Pencucian dan Penirisan
dimanfaatkan sebagai produk oleoresin. ,
Oleoresin merupakan ekstrak campuran antara
minyak atsiri, resin dan gum. Dimana terdapat Pengeringan I (oven) T : 50oC
komponen senyawa volatile dan non volatile t : 16 hour 36 min
didalamnya. Senyawa volatile merupakan
senyawa yang mudah menguap, terutama apabila
Daun Sirih Hijau
terjadi kenaikan suhu. Sedangkan senyawa non
kering
volatile yaitu senyawa yang berpengaruh
terhadap mutu suatu bahan pangan Oleoresin
merupakan hasil ekstraksi dengan pelarut organik Penimbangan kering
seperti etilen dikhlorida, aseton, etanol. fungsi
oleoresin sendiri sebagai bahan baku penambah Grinding
flavour, bahan baku kosmetik, parfum, obat, Pelarut n-
pengalengan daging, bahan pengawet alami, dan heksana
lainnya. Pengolahan oleoresin juga merupakan (8:1 v/b)
Maserasi
salah satu upaya diversifikasi produk tanpa t : 45 hour 32 min
mengurangi kandungan gizinya. Oleoresin juga
dinilai lebih praktis dalam segi penggunaan dan
Filtrat + ampas
lebih mudah untuk didistribusikan. Oleoresin
yang berkualitas dapat meningkatkan nilai guna
bagi produk. Penyaringan dengan vacum

2. BAHAN DAN METODE Filtrat


Penelitian dilakukan di Laboratorium ekstraksi
Griin.id Lentera I-Farm Jl. Tugu 6 Desa Tugu Evaporasi t : 2 hour
mukti, Cisarua, Bandung Barat, Jawa Barat.
Pengovenan II
274
Selesai
Metode ekstraksi merupakan teknik kontaminasi fungi, bakteri, maupun kotoran lain.
pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan Sehingga berpengaruh terhadap kualitas bahan
distribusi suatu zat terlarut diantara dua pelarut. sebelum ekstraksi.
Dimana keduanya saling bercampur dan terjadi Grinding atau pengecilan ukuran
pemisahan senyawa disesuaikan dengan sifat merupakan proses penting untuk mempermudah
senyawa yang akan dipisahkan. Pengekstrakan pengekstrakan. Pengecilan ukuran dilakukan
daun sirih menggunakan pelarut organik heksan dengan menggunakan mesin grinder dalam
dan melakukan beberapa kali pengadukan pada waktu relatif singkat sampai ukuran daun sirih
temperatur kamar. Pelarut yang digunakan hijau kering diketahui cukup untuk proses
disesuaikan dengan sifat kepolaran suatu bahan. pengekstrakan. Ukuran partikel simplisia dengan
Pelarut heksan merupakan jenis pelarut non polar luas yang sesuai + 40 – 60 mesh akan lebih
sehingga pelarut ini dapat melarutkan senyawa – mudah kontak dengan pelarut. Kontak antara luas
senyawa bersifat non polar [5]. Kandungan simplisia dengan pelarut akan memberi
klorofil dan lemak pada daun sirih hijau kesempatan yang lebih besar dalam
merupakan komponen zat ballast yang sangat pengekstrakan senyawa pada daun sirih hijau
tinggi, keduanya cenderung bersifat non polar sebagai oleoresin.
dalam kelarutannya pada pelarut organik seperti Pengekstrakan metode maserasi
n-heksana. menggunakan toples berbahan kaca dengan
Dalam prinsip proses pengekstrakannya kapasitas volume + 2 Liter pada temperatur
terjadi proses difusi larutan penyari kedalam kamar. Pelarut n-heksan yang digunakan
bahan yang mengandung senyawa aktif. Difusi sebanyak 8 : 1 (v/b) 1.480 ml dengan hasil bahan
tersebut menyebabkan adanya tekanan osmosis kering daun sirih hijau sebanyak 185 g. Proses
dalam sel bahan menjadi berbeda dengan penyarian atau pengekstrakan berlangsung
keadaan luar selnya. [6] menyatakan bahwa selama 45 jam 32 menit. Semakin lama waktu
senyawa memiliki kepolaran yang sama dengan pengekstrakan maka akan semakin banyak total
pelarut, kemudian terdesak keluar selnya. Selain zat aktif fenolnya. Waktu ideal untuk
itu, terjadi juga proses fraksinasi yang bertujuan pengekstrakan 1 – 3 hari atau sampai 72 jam.
untuk memisahkan senyawa berdasarkan tingkat Diketahui pengekstrakan dengan estimasi waktu
kepolaran yang berbeda dalam dua pelarut. yang lama menyebabkan pelarut masuk dan
Proses ekstraksi metode maserasi merusak kedalam dinding sel sehingga senyawa
dilakukan dengan penimbangan bahan basah pada daun sirih dapat keluar dan terlarut.
daun sirih hijau sebanyak 1.130 g setelah sortasi. Peningkatan lamanya waktu ekstraksi maka
Sortasi bertujuan untuk memperoleh kualitas pelarut akan semakin menembus dinding sel
bahan yang lebih baik dan seragam. Hasil sortasi sehingga kerusakan jaringan bahan akan semakin
yang sesuai dengan standar dilakukan pencucian. optimal dan senyawa fenol pada daun sirih akan
Pencucian bertujuan mengurangi kotoran pada terlarut lebih banyak.
simplisia juga untuk menghindari terjadinya Evaporasi menggunakan evaporator
kontaminasi seperti kapang/khamir yang dapat merupakan tahap setelah proses maserasi atau
tumbuh pada simplisia. pengekstrakan. Filtrat hasil ekstraksi masih
Daun sirih hijau (Piper betle L.) mengandung pelarut heksan. Sehingga perlu
dikeringkan pada oven dengan suhu 50oC selama adanya proses evaporasi dimana tujuan tahap ini
16 jam 32 menit, dilakukan kontrol sampai bahan untuk mendapatkan ekstrak yang lebih murni
mengalami penyusutan kadar air sebesar <10% tanpa adanya pelarut. Prinsip kerja proses
atau dapat diamati perubahan tekstur hingga evaporator yaitu menguapkan pelarut dengan
kering dapat dipatahkan. Kadar air dari simplisia cara memanaskan ekstrak pada suhu yang sesuai
kering duan sirih hijau yang terkandung dalam dengan titik didih pelarut. Namun, pemanasan
sampel diperoleh <10%, proses pengeringan sebaiknya tidak terlalu lama dan harus dalam
bertujuan menurunkan kadar air sehingga daun suhu rendah, karena diperkirakan dapat
sirih hijau tidak mudah ditumbuhi kapang dan mendegradasi komponen senyawa bioaktif pada
jamur [7]. Pengeringan daun sirih hijau bahan akibat pemanasan tersebut. Evaporasi
merupakan tahapan penting sebelum melakukan ekstrak daun sirih hijau dilakukan selama 2 jam
ekstraksi. Pengeringan pada temperatur panas dengan melakukan kontrol, agar diperoleh
dapat mempermudah dalam proses pengecilan rendemen yang sesuai. Setelah proses evaporasi,
ukuran atau grinding. Selain itu, pengeringan filtrat dituangkan kedalam cawan petri yang
juga dapat menghilangkan bahan dari selanjutnya dilakukan pengovenan akhir,

275
pengovenan akhir memiliki tujuan yang sama ekstrak dengan berat volume sebanyak 5,4 ml,
dengan tahap evaporasi, namun penguapan beratsebesar 4,78 g. Dengan kenampakan kental,
pelarut dengan oven merupakan finishing process aroma khas daun sirih dan warna hijau pekat.
untuk memastikan bahwa sudah tidak adanya Perhitungan rendemen basah sebesar 0,42%
pelarut pada filtrat daun sirih hijau. dengan rendemen kering sebesar 2,58 % hasil
perhitungan tersebut berdasarkan rumus pada
gambar 3.6 untuk perhitungan rendemen. Dari
3. HASIL DAN PEMBAHASAN data yang diperoleh, bahwa hasil ekstrak daun
3.1 Hasil Ekstrak Oleoresin sirih hijau hanya menghasilkan oleoresin sebesar
2,58 % saja. Hal tersebut diduga karena
Data hasil proses ekstraksi daun sirih kurangnya waktu ekstraksi dan pengadukan,
hijau dengan metode maserasi dapat dilihat pada serta tidak dilakukannya penggantian pelarut saat
Tabel 1. proses ektraksi berlangsung. Mekanisme metode
Tabel 1. Data Hasil Oleoresin Daun Sirih Hijau
maserasi yaitu adanya proses pengadukan serta
penambahan pelarut saat proses ekstraksi
Data Daun Sirih Hijau (Piper betle L.) berlangsung. Faktor waktu ekstraksi berbanding
lurus dengan minyak yang diperoleh, dimana
Nama Oleoresin Daun Sirih Hijau
semakin lama waktu ekstraksi maka minyak yang
diperoleh juga semakin banyak. Waktu maserasi
Sampel
yang terlalu singkat akan mengakibatkan tidak
Asal Petani kebun kerjasama semua senyawa terlarut dalam pelarut yang
Tanggal 15 Maret 2019 digunakan [8].
mulai Range waktu ekstraksi ideal untuk
Tanggal 18 Maret 2019
maserasi yaitu antara 24 jam, 48 jam dan 72 jam
[5]. Perlakuan tersebut berdasarkan penelitian
Selesai
bahwa lama ideal ekstraksi terdapat pada
kelipatan 24. Selain itu, suhu operasi juga
Pengamatan berbanding lurus dengan rendemen, dikarenakan
kelarutan suatu bahan dapat dipengaruhi oleh
Berat basah 1.130 g Vol. Hasil 5,4 ml suhu ekstraksi. Rendemen minyak yang
Lama 16 jam 36 Berat Hasil 4,78 g diperoleh cenderung konstan pada suhu 55o C
pengovenan menit dan waktu antara 120 – 150 menit. Namun,
menurut Ramdja et al (2009) dalam Amelinda
(1)
menyatakan bahwa lama waktu ekstraksi sudah
Berat Kering 185 g Kenampakan Kental tidak berpengaruh, karena jumlah pelarut dalam
Metode Maserasi Aroma Khas daun zat terlarut telah jenuh [8]. Hasil rendemen
sirih dengan 2,58 % dengan waktu yang relatif lama
Pelarut Hexan Warna Hijau tidak berpengaruh nyata apabila beberapa faktor
tidak diperhatikan, diduga karena faktor pelarut
pekat
saat ekstraksi telah jenuh. Sehingga zat aktif yang
Lama 45 jam 32 Rendemen 0,42 % tersari hasilnya tidak optimum.
ekstraksi menit Basah Selain faktor lamanya proses ekstraksi,
Lama 2 jam Rendemen 2, 58 % faktor kepolaran suatu bahan harus disesuaikan
evaporasi Kering dengan pelarut yang digunakan saat ekstraksi.
Diketahui komponen senyawa utama phenol
Lama 1 jam 25 - -
betle, kavikol, euganol dan kavibetol dikuatkan
pengovenan menit lebih dominan bersifat polar dibandingkan
(2) dengan senyawa derivatnya yang bersifat
nonpolar. Menurut DKRI (2008) menyatakan
bahwa daun sirih hijau menggunakan pelarut
Berdasarkan hasil ekstraksi menggunakan yang sesuai, gunakan pelarut yang dapat menyari
metode maserasi diketahui data dari berat basah sebagian besar metabolit sekunder yang
1.130 g daun sirih hijau dengan berat kering terkandung dalam serbuk simplisia, maka
sebanyak 185 g setelah proses maserasi, gunakan pelarut etanol. Dari data hasil tersebut
evaporasi dan pengovenan akhir menghasilkan daun sirih hijau (Piper betle L.) akan lebih

276
optimum menggunakan pelarut etanol yang lemak atau penguapan yang dipengaruhi oleh
bersifat non polar dibandingkan menggunakan suhu udara dapat mengakibatkan ketengikan dan
heksan yang bersifat polar. Hal ini sesuai dengan kualitas menjadi menurun. Bahan kemas dengan
jurnal perbandingan ekstraksi pelarut oleh kaca akan mencegah adanya penetrasi lemak dari
Kanifah dimana rendemen tertinggi dihasilkan dalam bahan kemas keluar melalui dinding
oleh pelarut etanol sebesar 18-23%, kemasan. Warna yang dipilih harus disesuikan,
dibandingkan dengan pelarut heksan sebesar 10- warna bahan kemas mode transparan dipilih,
12% sebagai rendemen terendah dari pelarut sehingga sinar – sinar yang dapat menembus
etanol, dan etil asetat. Diketahui titik didih etanol bahan kemas diharapkan memiliki energi yang
(78,32oC), etil asetat (77oC), heksan (69oC). lebih rendah. Maka peranan cahaya sebagai
Menurut [9] hasil tersebut dipengaruhi oleh titik katalis pada proses oksidasi lemak akan semakin
didih masing – masing pelarut. Pelarut dengan berkurang sehingga produk akan lebih tahan
titik didih tinggi akan menghasilkan rendemen lama.
tinggi pula. Penyimpanan yang salah dapat
Uji organoleptik seperti kenampakan, menyebabkan pecahnya ikatan trigliserida pada
warna, dan aroma pada oleoresin daun sirih hijau minyak lalu membentuk gliserol dan asam lemak
menghasilkan kenampakan kental, berwarna bebas. Terjadinya reaksi oksidasi mengakibatkan
hijau pekat dan aroma khas daun sirih. Hasil ketengikan pada minyak dan lemak. Beberapa
tersebut cukup baik karena komponen pada faktor yang dapat mempercepat oksidasi pada
bahan tetap menghasilkan aroma dan warna yang minyak adalah suhu, cahaya atau penyinaran,
sesuai. Kualitas minyak atsiri dipengaruhi oleh tersedianya oksigen serta adanya logam – logam
banyaknya bilangan asam pada suatu bahan saat yang bersifat sebagai katalisator proses oksidasi.
proses ekstraksi. Semakin murni komponen suatu Oleh karena itu, penyimpanan harus sesuai dan
bahan maka tingkat keasaman bahan akan bebas dari pengaruh logam juga harus terlindung
semakin rendah. Karena komponen lain pada dari kemungkinan adanya oksigen, cahaya, serta
bahan akan hilang. Bilangan asam menunjukkan temperatur tinggi. Perubahan – perubahan kimia
kadar lemak bebas dalam minyak atsiri, semakin yang terjadi selama proses oksidasi akan
besar bilangan asam maka akan mempengaruhi berakibat pada produk dimana akan
kulaitas minyak atsiri. Juga akan berpengaruh mempengaruhi warna, rasa, dan adanya
terhadap bau khas minyak atsiri. Semakin kecil kerusakan yang dapat menurunkan nilai gizi pada
bilangan asam maka kualitas minyak semakin minyak tersebut [10]. Pengemasan yang baik
baik, semakin lama waktu ekstraksi akan menghasilkan kualitas produk yang baik.
menghasilkan nilai bilangan asam yang tinggi Produk oleoresin daun sirih hijau ini dapat
karena adanya kontak dengan pelarut yang cukup dimanfaatkan untuk kebutuhan industri sebagai
lama. bahan tambahan makanan, farmasi, kecantikan
dan lainnya. Hasil ekstrak daun sirih hijau
3.2 Pengemasan Oleoresin Daun Sirih Hijau dengan volume 5,4 ml yang dilakukan di Griin.id
Lentera I-Farm dijual kepada Mahasiswa dengan
Berikut merupakan pengemasan ekstrak
harga Rp. 200.000,- yang dimanfaatkan untuk
oleoresin daun sirih hijau (Piper betle L.) dapat
kebutuhan penelitian Mahasiswa.
dilihat pada gambar 1.
3.3 Perbandingan Dengan Produk Sejenis
Produk oleoresin daun sirih hijau dengan
produk oleoresin sejenis dapat dibandingkan dari
segi harga. Namun, produk oleoresin dari daun
sirih hijau saat ini belum begitu banyak
ditemukan dipasaran, sebagai pembanding
produk sejenis oleoresin yang memiliki
kemampuan sebagai antimikroba yaitu oleoresin
Gambar 1. Pengemasan Oleoresin cabe merah yang sudah ada dipasaran. Harga
oleoresin cabe merah dijual Rp. 175.000/100 ml
Pengemasan oleoresin daun sirih hijau
[3]. Harga tersebut menunjukkan bahwa produk
menggunakan botol kaca gelap berwarna coklat
oleoresin sangat mahal apabila dijadikan sebagai
dengan tutup rapat. Penggunaan botol kaca
produk komoditi di Indonesia. Selain harga
bertujuan untuk menghindari adanya oksidasi
bahan baku yang murah menjadi peluang bisnins

277
yang dapat dikembangkan menjadi industry mangostana L.) As Source of Bioactive
besar. Substance Free-Radical Scavengers,” JPSCR
J. Pharm. Sci. Clin. Res., vol. 1, no. 2, p. 71,
2018.
KESIMPULAN
[7] H. Rivai, P. E. Nanda, and H. Fadhilah,
Oleoresin yang diperoleh dari berat basah 1.130 “Pembuatan dan Karakterisasi Ekstrak
g dengan berat kering 185 g menghasilkan Kering Daun Sirih Hijau ( Piper betle L.),” J.
oleoresin sebanyak 5,4 ml dengan perhitungan Farm. Higea, vol. 6, no. 2, pp. 133–144,
rendemen kering sebesar 2,58 %. 2014.
[8] A. Ega and P. Trisna, “Pengaruh Waktu
Maserasi Terhadap Aktivitas Antioksidan
SARAN Ekstrak Rimpang Temulawak ( Curcuma
Alternatif pelarut etanol lebih sesuai untuk xanthorriza Roxb . ),” Ilmu dan Teknonolgi
melakukan proses ekstraksi daun sirih hijau Pangan, vol. 7, no. 4, pp. 165–174, 2018.
[9] U. Kanifah, M. Lutfi, and B. Susilo,
(Piper betle L.), proses pengadukan dan “Karakteristik Daun Sirih Merah(Piper
penambahan pelarut secara continue harus crocatum) Dengan Metode Ekstraksi Non-
dilakukan agar proses ekstraksi dapat dilakukan Thermal Berbantukan Ultrasonik (Kajian
dengan optimum. Perbandingan Jenis Pelarut dan Lama
Ekstraksi),” J. Bioproses Komod. Trop., vol.
UCAPAN TERIMA KASIH 3, no. 1, pp. 73–79, 2015.
[10] H. Nurhasnawati, R. Supriningrum, and N.
Terimakasih kepada Griin.id Lentera I-Farm dan Caesariana, “Penetapan Kadar Asam Lemak
Politeknik Negeri Subang sebagai pihak yang Bebas Dan Bilangan Peroksida Pada Minyak
telah membantu dan memberikan masukan pada Goreng Yang Digunakan Pedagang
saat penelitian. Gorengan Di Jl. A.W Sjahranie Samarinda,”
J. Ilm. Manuntung, vol. 1, no. 1, pp. 25–30,
DAFTAR PUSTAKA 2015.

[1] I. Hermawan, “Daya Saing Rempah


Indonesia di Pasar ASEAN Periode Pra dan
Pasca Krisis Ekonomi Global The
Competitiveness Level of Indonesian Spices
in ASEAN Market Before and After Global
Economic Crisis Pend ahuluan Saat ini
Perdagangan Rempah Berkembang Pesat .,”
Daya Saing Rempah Indones. di Pasar
ASEAN, no. c, pp. 153–178, 2015.
[2] H. Daforte and E. Sobari, “Prosiding 25 -
26,” Teknol. Pertan. dan ketahanan pangan,
2018.
[3] T. Hamidah, S. Kumalaningsih, and I. A.
Dewi, “Pembuatan Ekstrak Oleoresin Daun
Sirih Hijau (Piper Betle L.) Sebagai
Pengawet Alami (Kajian Suhu Dan Lama
Waktu Ekstraksi),” Teknol. Ind. Pertan., vol.
5, no. 2, 2010.
[4] F. Dismayanti and I. Nainu, “Pengaruh
Ekstrak Daun Sirih ( Piper betle ) Terhadap
Pertumbuhan Colletotrichum capsici Pada
Buah Cabai Merah ( Capsicum annum L .)
Asal Desa Manimbahoy,” Makassar, 2015.
[5] I. Kurniawati, Maftuch, and A. M. Hariati,
“Penentuan Pelarut dan Lama Ekstraksi
Terbaik Pada Teknik Maserasi Gracilaria sp.
Serta Pengaruhnya Terhadap Kadar Air dan
Rendemen,” Samakia J. Ilmu Perikan., vol.
7, no. 2, pp. 72–77, 2016.
[6] L. Pratiwi, A. Fudholi, R. Martien, and S.
Pramono, “Ethanol Extract, Ethyl Acetate
Extract, Ethyl Acetate Fraction, and n-
Heksan Fraction Mangosteen Peels (Garcinia

278

Anda mungkin juga menyukai