Anda di halaman 1dari 16

Ekstraksi Simplisia Rimpang Kunyit pada pelarut air dengan Metode Dekok

Nama Dosen Praktikum:

1. apt. Nia Lisnawati., S.Si., M.Farm.,


2. apt. Indri., S.Si., M.Farm.,

Kelas: SF 20-2B

Disusun Oleh:

1. Arifah Izzah R.
2. Agni Dwi Alieffia
3. Ilham Septa Mulya
4. Muthia
5. Tarisyah Putri Abadi

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IKIFA
JAKARTA
2022

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanaekaragaman hayati.
Keanekaragaman hayati yang dimiliki Indonesia banyak yang bermanfaat sebagai
tanaman pangan, obat – obatan, dan tanaman industry ( Idda dkk, 2017)
Kunyit (Curcuma domestica Val.) merupakan salah satu tanaman obat
potensial, selain sebagai bahan baku obat juga dipakai sebagai bumbu dapur dan
zat pewarna alami. (Niluh, 2009)
Kandungan kimia yang terdapat pada rimpang kunyit meliputi minyak atsiri,
kurkuminoid yang terdiri dari kurkumin, desmetoksikurkumin, dan
bidesmetoksikurkumin, zingiberene (Duke, 2008). Kurkuminoid sebagai salah
satu zat aktif dalam ekstrak rimpang kunyit yang bertanggung jawab atas
timbulnya respon biologi sehingga keberadaan dan kandungannya mempengaruhi
tingkat mutu dan khasiat ekstrak rimpang kunyit.
Pelarut yang digunakan adalah pelarut polar (Air). Metode ekstraksi dipilih
berdasarkan beberapa faktor, salah satunya adalah sifat bahan mentah obat.
Ekstraksi yang dipilih dengan cara pemanasan salah satunya adalah metode
Dekok. Metode dekokta yaitu ekstraksi dengan pelarut air dengan suhu dan waktu
tertentu. Suhu mencapai titik didih air 90-100℃ . ( Departemen Kesehatan,
2000:11)
Dengan demikian perlu dilakukan suatu penelitian tentang ekstrak simplisia
rimpang kunyit pada pelarut selain air dengan metode dekok yang diharapkan
menjadi salah satu alternatif untuk melakukan lebih cepat.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah di dalam ekstrak kunyit pada pelarut air dengan metode dekok
terdapat kandungan metabolit sekunder apa saja

C. Tujuan Praktikum
1. Untuk mengetahui kandungan senyawa yang terdapat pada ekstrak rimpang
kunyit

D. Manfaat Praktikum
Dapat mengetahui isi kandungan senyawa pada rimpang kunyit, menambah
wawasan, melatih keterampilan dalam melakukan ekstraksi.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Rimpang Kunyit(Curcuma domestica Val)


a. Pengertian
Kunyit merupakan salah satu jenis tanaman obat yang banyak memiliki
manfaat dan banyak ditemukan diwilayah Indonesia. Kunyit merupakan jenis
rumput – rumputan, tingginya sekitar 1 meter dan bunganya muncul dari puncuk
batang semu dengan panjang sekitar 10 – 15 cm dan berwarna putih. Umbi akarnya
berwarna kuning tua, berbau wangi aromatis dan rasanya sedikit manis. Bagian
utamanya dari tanaman kunyit adalah rimpangnya yang berada didalam tanah.
Rimpangnya memiliki banyak cabang dan tumbuh menjalar, rimpang induk
biasanya berbentuk elips dengan kulit luarnya berwarna jingga kekuning – kuningan
(Hartati & Balittro., 2013).
b. Klasifikasi tentang kunyit /Taksonomi
Dalam taksonomi tumbuhan, kunyit dikelompokkan sebagai berikut (Winarto, 2004) :
Kingdom : Plantae
Sub kingdom : Tracheobionta ( tanaman berpembuluh)
Divisi : Magnoliopsida ( tanaman berbunga )
Sub-divisi :Spermatophyta ( tanaman berbiji )
Kelas :Lillopsida ( tanaman monokotil )
Sub kelas :Zingiberidae
Ordo : Zingiberales
Family : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma domestica Val

3
c. Tempat tumbuh
1. Tanaman kunyit dapat tumbuh baik pada daerah yang memiliki
intensitas cahaya penuh atau sedang, sehingga tanaman ini sangat baik hidup pada
tempat-tempat terbuka atau sedikit naungan.
2. Pertumbuhan terbaik dicapai pada daerah yang memiliki curah hujan
1000-4000 mm/tahun. Bila ditanam di daerah curah hujan < 1000 mm/tahun, maka
system pengairan harus diusahakan cukup dan tertata baik. Tanaman ini dapat
dibudidayakan sepanjang tahun. Pertumbuhan yang paling baik adalah pada
penanaman awal musim hujan.
3. Suhu udara yang optimum bagi tanaman ini antara 19-30 o C.
d. Senyawa yang terkandung
Senyawa kimia utama yang terkandung dalam kunyit adalah kurkuminoid
atau zat warna, yakni sebanyak 2,5 – 6%.Pigmen kurkumin inilah yang memberi
warna kuning orange pada rimpang (Winarto, 2004). Salah satu fraksi yang terdapat
dalam kurkuminoid adalah kurkumin. Komponen kimia yang terdapat didalam
rimpang kunyit diantaranya minyak atsiri, pati, zat pahit, resin, selulosa dan
beberapa mineral. Kandungan minyak 7 atsiri kunyit sekitar 3 – 5%. Disamping itu,
kunyit juga mengandung zat warna lain, seperti monodesmetoksikurkumin dan
biodesmetoksikurkumin, setiap rimpang segar kunyit mengandung ketiga senyawa
ini sebesar 0,8% (Winarto, 2004).
e. Sifat yang terkandung
a.  zat warna kurkuminoid
b.  Minyak atsiri 2-5%
c. Arabinosa, fruktosa, glukosa, pati, tanin dan dammar
d. Mineral
f. Manfaat senyawa yang terkandung
a. zat warna kurkuminoid yang merupakan suatu senyawa diarilheptanoid 3-4%
yang terdiri dari Curcumin , dihidrokurkumin, desmetoksikurkumin dan
bisdesmetoksikurkumin.
b. Minyak atsiri 2-5% yang terdiri dari seskuiterpen dan turunan fenilpropana
turmeron (aril-turmeron, alpha turmeron dan beta turmeron), kurlon kurkumol,
atlanton, bisabolen, seskuifellandren, zingiberin, aril kurkumen, humulen.
c. Arabinosa, fruktosa, glukosa, pati, tanin dan dammar
d. Mineral yaitu magnesium besi, mangan, kalsium, natrium, kalium, timbal, seng,
kobalt, aluminium dan bismut (Sudarsono et.al, 1996).
g. Identifikasi senyawa yang bermanfaat
Khasiat obat pada kunyit berasal dari senyawa kurkuminoid yang mayoritas
terdiri atas kurkumin. Senyawa kurkuminoid tersebut juga dapat dimanfaatkan
sebagai pewarna makanan alami yang aman dikonsumsi. Berdasarkan penelitian
secara ilmiah telah banyak dilaporkan aktivitas kurkumin, antara lain sebagai
antioksidan, antiinflamasi, antibakteri dan antikanke (Guenther, 1987).

4
B. Literatur tentang Dekok
1. Pengertian
Dekok adalah perebusan pada suhu pada titik didih air yaitu suhu 90-1000C
dengan waktu yang lebih lama (Departemen Kesehatan RI., 2000).

Ekstraksi Ditimbang sebanyak 50 gram rimpang kunyitdibungkus menggunakan


kertas saring, di ikat dengan benang pada kedua ujung dan dimasukan dalam tabung
sokhlet. Labu sokhlet di isi dengan pelarut etanol 96% sebanyak 400ml. Alat sokhlet
dilengkapi dengan pendingin balik dan dilakukan pemanasan pada suhu titik didih
pelarut, dibiarkan terjadi sirkulasi sampai pelarut menjadi jernih atau kurang lebih 8
siklus.Hasil sokhletasi yang di dapat kemudian diuapkan menggunakan oven hingga
diperoleh ekstrak kental dari rimpang kunyit.
Rumus: % Rendemen Ekstrak = Bobot Ekstrak Bobot Serbuk x 100(Depkes RI,
2000).
 Uji Kadar Air Botol timbang kosong ditimbang, serbuk rimpang kunyit sebanyak 10 g
ditimbang dan dimasukkan dalam botol timbang. Botol timbang yang berisi serbuk
dimasukkan dalam oven pada suhu 105˚C selama 5 jam. Setelah itu dikeluarkan,
diamkan sampai dingin dan ditimbang kembali botol timbang yang berisi serbuk Rumus:
Kadar air (%) = Bobot sebelum di oven−Bobot sesudah di oven Bobot sebelum di oven x
100(Dep kes RI, 2000).
 Skrining Fitokimia Skrining fitokimia dilakukan untuk mengetahuisenyawa yang
terdapatdalam ekstraketanol rimpang kunyit untuk dilakukan pemisahan senyawasecara
keseluruhan. Uji Flavonoid Ekstrak sebanyak1 ml ekstrak rimpang kunyit dimasukkan ke
dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan HCL pekat sebanyak 2 tetes dan di kocok
kuat.Setelah itu ditambahkan serbuk magnesium (Mg) dan dikocok kuat. Sampel
positifmengandung flavonoid bila terdapat buih dengan intensitas yang banyak dan
larutanakan mengalami perubahan warna menjadi jingga (Ningtyas, et al., 2015).
 Uji Tanin Ekstrak sebanyak 1 ml ekstrak rimpang kunyit dimasukkan kedalam tabung
reaksi, kemudian ditambahkan FeCl3 1% sebanyak 2-3 tetes. Sampel positif
mengandung tanin bila mengalami perubahan warna menjadi hijau kehitaman(Ningtyas,
et al., 2015).
 Uji Alkaloid Ekstrak sebanyak 1 ml ekstrak rimpang kunyit dimasukan kedalam tabung
reaksi, kemudian ditambah dengan sedikit larutan HCL 2N dipanaskan dan ditambahkan
larutan Mayer terbentuk endapan menggumpal berwarna putih atau kuning dan dengan
Dragendrof terbentuk endapan berwarna coklat sampai hitam, maka ada kemungkinan
terdapat alkaloid (Depkes RI 1977).

5
BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Penelitian Ini dilakukan di Laboratorium fitokimia, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Ikifa DKI Jakarta

Waktu penelitian dilakukan pada bulan September 2022 – oktober 2022.


B. Alat dan Bahan
Alat – alat yang digunakan pada penelitian ini adalah cutter, beaker glass, neraca
analitik, erlenmayer, aluminium foil, ketas saring, pipet tetes, batang pengaduk, gelas
ukur, cawan penguap, jangka sorong, tabung reaksi, waterbath, evaporator, wadah
botol kaca.

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah ekstrak kunyit (Curcuma domestica
Val.), kaolin, magnesium karbonat, zink stearat, zink oksida, talk, metil paraben,
propil paraben, amylum, olive oil, parafin liquid.

C. Prosedur Kerja

Proses pembuatan ekstrak kunyit menggunakan metode dekokta. Siapkan panci


dekok yang telah bersih dan kering. Masukan 10 g serbuk simplisia ke dalam panci
dan tambahkan air secukupnya. Panaskan di tangas air selama 30 menit terhitung
mulai suhu mencapai 900C sambil sesekali diaduk. Saring selagi panas dengan kain
flannel.Tambahkan air hingga 100 mL. Tampung pada wadah bersih dan tertutup
rapat. Lalu Rangkai alat rotary evaporator. Filtrat hasil ekstraksi dimasukkan ke
dalam labu alas bulat. Masukkan air ke dalam waterbath secukupnya, atur suhu
air di dalam waterbath pada 40-500C. Nyalakan evaporator dengan menekan
tombol ON. Tekan tombol pengatur untuk memutar labu. Tunggu hingga proses
berakhir dan cairan penyari telah teruapkan, usahakan tidak terlalu pekat/kental
agar memudahkan ketika mengeluarkan (menuang) hasil ekstrak kental dari labu ke
dalam cawan porselin. Lanjutkan proses pemekatan pada penangas air atau oven
hingga diperoleh ekstrak dengan konsistensi kental. Timbang ekstrak kental yang
diperoleh dan hitung rendemen ekstrak yang diperoleh
Pembuatan Reagen

6
1) Pereaksi Mayer
Sebanyak 1,36 g HgCl2 dilarutkan dalam 60 mL akuades. Pada bagian yang lain
larutkan pula 5 g KI dalam 10 mL akuades. Kedua larutan ini kemudian dicampur
dan diencerkan dengan akuades sampai 100 mL. Reagen ini harus disimpan dalam
botol yang berwarna coklat, agar tidak terjadi kontak langsung dengan cahaya.
2) Pereaksi Dragendorff
Sebanyak 8 g KI dilarutkan dalam 20 mL akuades, sedangkan pada bagian yang
lain dilarutkan 0,85 g bismut subnitrat dalam 10 mL asam asetat glasial dan 40
mL akuades. Kedua larutan ini kemudian dicampurkan. Larutan disimpan dalam
botol berwarna coklat. Dalam penggunaannya, larutan ini diencerkan dengan 2/3
bagian larutan 20 mL asam asetat glasial dalam 100 mL akuades.
3) Pereaksi Wagner
Sebanyak 1,27 g I2 dan 2 g KI dilarutkan dalam 5 mL akuades. Larutan ini
kemudian diencerkan dengan akuades hingga 100 mL. Endapan yang terbentuk
disaring dan disimpan dalam botol berwarna coklat.
4) Pereaksi Liebermann-Burchard
Pereaksi Liebermann-Burchard terdiri dari anhidrida asam asetat (p.a)
dan asam sulfat (p.a) dengan perbandingan 3:1
A. Uji Alkaloid (2)
Beberapa mL ekstrak, ditambahkan dengan 2 mL kloroform dan 2 mL
amonia lalu disaring. Filtrat kemudian ditambahkan 3- 5 tetes H 2SO4 pekat lalu
dikocok hingga terbentuk dua lapisan. Lapisan atas dipindahkan ke dalam tiga
tabung reaksi masing-masing 2,5 mL. Ketiga larutan ini dianalisis dengan
pereaksi Mayer, Dragendorff dan Wagner sebanyak 4-5 tetes. Terbentuknya
endapan menunjukkan bahwa sampel tersebut mengandung alkaloid. Reaksi
dengan pereaksi Mayer akan terbentuk endapan putih, dengan pereaksi
Dragendorff terbentuk endapan merah jingga dan dengan pereaksi wagner
terbentuk endapan coklat.
B. Uji Flavonoid (2)
Beberapa mL ekstrak, ditambahkan dengan 100 mL air panas, didihkan
selama 5 menit, kemudian disaring. Filtrat sebanyak 5 mL ditambahkan 0,05 g
serbuk Mg dan 1 mL HCl pekat, kemudian dikocok kuat-kuat. Uji positif
ditunjukkan dengan terbentuknya warna merah, kuning atau jingga.
C. Uji Saponin (2)
7
1) Uji Busa
Beberapa mL ekstrak, ditambahkan dengan 10 mL air sambil
dikocok selama 1 menit, lalu ditambahkan 2 tetes HCl 1 N. Bila busa yang
terbentuk tetap stabil selama kurang lebih 7 menit, maka ekstrak positif
mengandung saponin.
2) Uji Warna
Sampel sebanyak 0,1 gram dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang
telah berisikan kloroform 10 ml, dipanaskan selama 5 menit dengan
penangas air sambil dikocok. Kemudian ditambahkan beberapa tetes
pereaksi Liebermann Burchard. Jika terbentuk cincin coklat atau violet
maka menunjukkan adanya saponin triterpen, sedangkan warna hijau atau
biru menunjukkan adanya saponin steroid.
D. Uji Tanin
1) Uji Ferri Klorida (2)
Beberapa mL ekstrak, ditambahkan dengan 10 tetes FeCl3 10%.
Ekstrak positif mengandung tanin apabila menghasilkan warna hijau
kehitaman atau biru kehitaman
2) Uji Gelatin (1)
0,3 gram ekstrak ditambah 10 ml akuades panas, diaduk dan
dibiarkan sampai temperatur kamar, lalu tambahkan 3-4 tetes 10% NaCl,
diaduk, dan disaring. Tambahkan larutan gelatin dan 5 ml NaCl 10%.
Positif tanin ditunjukkan dengan adanya endapan putih, sedangkan
polifenol tidak menunjukan endapan putih.
3) Uji dengan Kalium Fericyanida dan Ammonia Encer
Penambahan Kalium fericyanida dan ammonia encer, sampel yang
mengandung tanin akan bereaksi positif, memberikan warna merah tua.
E.Uji Glikosida (4)
Uji dengan Difenilamina :
Sampel ekstrak 0.1 gram dilarutkan 5 gram difenilamina dalam 50 ml
etanol 96%. Tambahkan 40 ml asam klorida pekat dan 10 ml asam asetat
glasial. Semprotkan pada plat dan tutup dengan plat kaca yang lain. Panaskan
pada suhu 110 derajat celcius selama 30-40 menit sampat tebentuk spot yang
terlihat. spot biru menunjukkan adanya glikosida/ glikolipid.

8
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Analisa Rendemen Ekstrak Rimpang Kunyit (Curcuma domestica)


Hasil ekstraksi diuapkan dengan alat rotary evaporator untuk menghilangkan
pelarut aqua dest yang digunakan. Proses penguapan pelarut dilakukan sampai
ekstrak kental kemudian dilakukan perhitungan rendemen dari ekstrak yang
didapatkan. Hasil rendemen ekstrak rimpang kunyit dari pelarut dengan metode
dekoktasi dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rendemen Hasil Ekstraksi

Metode Ekstraksi Simplisia (gram) Ekstrak (gram) % Rendemen

Dekoktasi 50 11 97,167%

2. Hasil Pengujian Skrining Fitokimia


Ekstrak yang dihasilkan dilakukan pengujian skrining fitokimia untuk
mengidentifikasi golongan senyawa dalam ekstrak tersebut. Dari serangkaian
pengujian skrining fitokimia ekstrak pada metode dekoktasi tidak memiliki
senyawa saponin. Hasil pengujian skrining fitokimia ekstrak rimpang kunyit dari
pelarut aqua dest menggunakan pelarut dekoktasi dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Dan Gambar Uji Fitokimia

No Senyawa Pereaksi Hasil Gambar Keterangan


. Kimia

1 Alkaloid -Mayer + Terbentuk


endapan
butiran
orange

9
-
Dragendroff

Terbentuk
endapan
merah jingga

-Wagner
Terbentuk
endapan
coklat

2 Flavonoi -Aqua + Terbentuk


d fervida + warna
serbuk Mg kuning muda
+ HCL
pekat

3 Saponin -Uji busa - Tidak ada


Air + HCL busa

10
-Uji warna + Terbentuk
kloroform cicin merah
Liberman kecoklatan
burchard

4 Tanin -FeCl3 10% + Terbentuk


endapan
hijau
kehitaman

-Gelatin - Tidak terjadi


Nacl + endapan
gelain putih
(polifenol)

-Kalium +
fericyanida
+ ammonia
encer
Terbentuk
endapan
merah tua

11
5 Glikosida -Uji dengan - Tidak ada
difenilamin spot biru
a

Hasil ekstraksi pada penelitian ini menggunakan aparameter persen rendemen.


Persen rendemen adalah hasil perolehan kembali suatu senyawa dari hasil proses
ekstraksi yang berlangsung. Menurut (Arista, et al, 2020) banyaknya rendemen
bergantung kepada sifat kelarutan bioaktifnya. Pada Tabel 1 menunjukan bahwa hasil
metode ekstraksi secara dekoktasi yang kami dapatkan menghasilkan rendemen yang
tinggi dengan hasil 97,167% . Besar kecilnya nilai rendemen menunjukan keefektifan
proses ekstraksi. Efektivitas proses ekstraksi dipengaruhi oleh jenis pelarut yang
digunakan sebagai penyari, ukuran partikel simplisia, metode dan lamanya ekstraksi.
(Mia Permawati, FMIPA UI, 2008).
Pada saat melakukan percobaan ekstraksi kami mendapati ketidak efektifan
pada metode yang kami terapkan. Pada saat penggunaan alat rotary evaporator kami
mendapati kesalahan yaitu tidak menghitung volume air yang ada pada labu
pelampung yang berguna untuk menampung hasil uap pelarut pada ekstrak yang
dimana hasil dari pelarut ini seharusnya kami perhitungkan untuk mendapatkan hasil
persen rendemen. Karena pada saat percobaan kami tidak mendapatkan hasil dari labu
pelampung, maka pada saat perhitungan persen rendemen menghasilkan rendemen
yang tinggi.
Prinsip kerja dekokta mirip dengan infusa, yang membedakan waktu
ekstraksinya lebih lama yaitu 30 menit dan suhu yang mencapai titik didih air, atau
sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstraksi simplisia nabati dengan pelarut

12
air polar pada suhu 90°C selama 30 menit, terhitung setelah panic bawah mulai
mendidih (Farmakope Indonesia, 1995). Hasil ekstraksi disimpan pada temperature
kamar dan terlindung dari cahaya dan dilakukan proses penarikan senyawa metabolit
sekunder selama tujuh hari.
Setelah didapatkan ekstrak kental, selanjutnya dilakukan analisa kandungan
senyawa kimia pada ekstrak. Identifikasi metabolit sekunder dengan metode uji
fitokimia dilakukan untuk mengetahui kandungan senyawa metabolit sekunder dalam
suatu tanaman secara kualitatif. Dilakukan lima uji senyawa kimia diantaranya uji
alkaloid, flavonoid, saponin, tanin dan glikosida pada Tabel 2.
Hasil uji penapisan fitokimia menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit
mengandung golongan senyawa alkaloid, flavonoid, tanin dan polifenol. Berbagai
macam kandungan metabolit sekunder pada rimpang kunyit ini dilakukan dengan
pengujian skrining fitokimia. Hasil yang sama pada uji tanin dan saponin juga
didapatkan pada penelitan Harrizul Rivai (2019) pada jurnal Analisis Kualitatif dan
Kuantitatif Kandungan Kimia dari Ekstrak Heksan , Aseton, Etanol dan Air dari
Rimpang Kunyit Sementara itu pada penelitian lain yang dilakukan oleh Sawant dan
Godghate (2013) dengan pelarut etanol diperoleh hasil positif alkaloid, saponin,
steroid, tanin, flavonoid, diterpen, phistoterol dan fenol. Hasil ini dipengaruhi oleh
beberapa factor yaitu saat melakukan dekoktasi, saat penarikan zat aktif belum
sempurna sehingga berpengaruh untuk uji fitokimia. Selain itu tempat tumbuh juga
dapat mempengaruhi kandungan senyawa kimia pada tanaman (Setyorini et al, 2016).

5)

13
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Data disajikan dalam bentuk tabel, gambar atau bentuk lain yang sesuai dan
mudah dipahami
B. Pembahasan
Pembahasan ditaruh sedekat dengan hasil. Pembahasan dibandingkan dengan
teori pada buku/artikel/penelitian yang sejenis dan dibahas kenapa hal itu
terjadi.

14
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Tuliskan jawaban dari tujuan praktikum. Harus sesuai dengan tujuan
praktikum.
B. Saran
Saran ditujukan pada penelitian selanjutnya dalam rangka pengembangan atau
yang sifatnya memperbaiki penelitian yang sejenis baik metode/tujuannya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Penyusunan Pustaka menggunakan Van Couver

LAMPIRAN

Tahapan pekerjaan sesuai dengan prosedur kerja dalam bentuk flow chart

Foto tahapan prosedur kerja

Perhitungan pembuatan larutan pereaksi

16

Anda mungkin juga menyukai