Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA II

GAMBIR

( UNCARIA GAMBIR )

DOSEN PENGAMPU : GHALIB SYUKRILLAH S., M. Farm

Disusun oleh :

1. Ayunda Nur I 1643050009


2. Epi Wulandari

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA
2019
BAB I

A. TINJAUAN PUSTAKA

Gambir (Uncaria gambir) merupakan spesies tanaman berbunga genus Uncaria


dalam family Rubiaceae. Secara alami gambir tumbuh di kawasan hutan dengan
ketinggian 200 - 800 meter dari permukaan laut, yang memiliki curah hujan merata
sepanjang tahun dan cukup cahaya matahari, dengan suhu berkisar antara 26 - 280C
serta kelembapan mencapai 70-80%. Daerah di sekitar khatulistiwa dengan curah
hujan 2500-3000 mm per tahun merupakan daerah yang sesuai dengan pertumbuhan
gambir. Tanaman gambir juga dapat tumbuh pada hampir seluruh semua jenis tanah
dengan PH 4,8 - 5,5. Berdasarkan kareteristik tanaman, gambir termasuk tanaman
perdu setengah merambat yang memiliki batang berkayu. Batang tampak tegak
memiliki tipe percabangan simpoidal dan berwarna coklat pucat. Pada tanaman yang
sudah tua, lingkar batang pohon dapat berukuran hingga 18 inci (36 cm). Indonesia
terkenal dengan keanekaragaman tumbuhan dan tanaman obatnya terutama dihargai
oleh beberapa kelompok etnis. Ini termasuk gambir ( Uncaria gambir Roxb.), yang
ditemukan di Sumatera, Jawa, dan Bali (Gumbira-Said, E. (2009).
Klasifikasi Uncaria gambir sebagai berikut

Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Rubiales
Famili : Rubiaceae
Genus : Uncaria
Spesies : Uncaria gambir
B. TINJAUAN BOTANI

Indonesia terkenal dengan keanekaragaman tumbuhan dan tanaman obatnya


terutama dihargai oleh beberapa kelompok etnis. Ini termasuk gambir ( Uncaria
gambir Roxb.), yang ditemukan di Sumatera, Jawa, dan Bali. Di daerah ini, tanaman
telah dibudidayakan selama beberapa dekade oleh petani, terutama di Sumatera Barat.
Daun dan ranting muda gambir adalah bagian dari tanaman yang diolah menjadi balok
gambir atau bubuk gambir. Blok gambir atau bubuk gambir memiliki aroma spesifik
dan menginduksi rasa pahit yang segar lidah, yang membuatnya unik. Produk ini telah
digunakan oleh berbagai etnis untuk berabad-abad sebagai pelengkap sirih. Produk ini
juga merupakan salah satu ekspor Indonesia komoditas. Ini memberikan kontribusi
sekitar 80% dari perdagangan blok gambir di Indonesia dunia (Gumbira-Said 2009).
Ini mengandung beberapa komponen kimia, salah satunya adalah katekin. Catechin
adalah senyawa bioaktif yang dapat ditemukan melimpah di gambir blok (Taniguchi
et al . 2007; Apea-Bah et al . 2009; Anggraini et al . 2011) dan dikenal menjadi
senyawa flavonoid kompleks dari kelompok polifenol (Taniguchi et al . 2017).

C. KANDUNGAN KIMIA
Kandungan utama gambir ( Uncaria gambir Roxb.) yaitu katekin. Katekin
merupakan komponen utama didalam tanaman gambir, selain katekin ada beberapa
komponen lain seperti kuersetin, fluoresin, flavonoid, dan tannin. Ekstrak gambir
mengandung senyawa funsional yang termasuk golongan polifenol dan senyawa ini
merupakan hasil metabolit sekunder tanaman yang menyusun golongan tannin.
Katekin merupakan senyawa golongan tannin oligomeric procya-nidin yang ,e,punyai
khasiat antioksidan (Pambayun, Kuswanto, R. K. (2007).

D. KHASIAT
Kegunaan utama adalah sebagai komponen menyirih, yang sudah dikenal
masyarakat kepulauan Nusantara, dari Sumatera hingga Papua sejak paling tidak
2.500 tahun yang lalu. Diketahui, gambir merangsang keluarnya getah empedu
sehingga membantu kelancaran proses pencernaan di perut dan usus. Fungsi lain
adalah sebagai campuran obat, seperti sebagai luka bakar, obat sakit kepala, obat diare,
obat disentri obat kumur-kumur, obat sariawan, serta obat sakit kulit (dibalurkan).
Gambir digunakan pula sebagai bahan penyamak kulit dan bahan pewarna tekstil.
Sifat astringen gambir ditemukan pula pada kayu Acacia catechu (Leguminosae),
yang bisa ditemukan di India dan Semenanjung Malaya (Sousa, A., Pereira, J. A.
(2007).

E. METODE

I. Ekstraksi
Metode ekstraksi yang digunakan adalah metode ekstrak dingin yaitu
maserasi yang merupakan salah satu metode ekstraksi yang dilakukan melalui
perendeman serbuk bahan dalam larutan pengekstrak. Metode maserasi
umumnya menggunakan pelarut non polar. Menurut Yeni, G. and Muchtar, H.
(2014), prinsip metode maserasi adalah ketika simplisia yang akan dimaserasi
direndam dalam pelarut yang dipilih, maka ketika direndam cairan penyari
akan menempel di dinding sel dan masuk kedalam sel yang terdapat zat aktif
dank arena ada pertemuan antara zat aktif dengan penyari terjadi proses
pelarutan sehingga penyari yang masuk kedalam sel tersebut mengandung zat
aktif 100 %, sementara penyari yang ada diluar sel belum terisi zat aktif,
akibatnya adanya konsentrasi zat aktif didalam dan diluar akan muncul gaya
difusi, larutan yang terpekat akan didesak keluar mencapai keseimbangan
konsentrasi anatara zat aktif didalam dan diluar sel. Proses keseimbangan ini
akan berhenti setelah terjadi keseimbangan konsentrasi atau “ jenuh “.

II. Defating
Adalah proses untuk menghilangkan asam lemak yang terkandung didalam
tanaman.

III. Isolasi
Pada dasarnya isolasi senyawa kimia dari bahan alam adalah sebuah
usaha bagaimana caranya memisahkan senyawa yang bercampur sehingga kita
dapat menghasilkan senyawa tunggal yang murni. Tumbuhan mengandung
ribuan senyawa yang dikategorikan sebagai metabolit primer dan metabolit
sekunder. Metabolit sekunder merupakan senyawa kimia yang terdapat dalam
suatu organism yang tidak terlibat langsung dalam proses pertumbuhan,
perkembangan seperti terpenoid, steroid, flavonoid dan alkaloid.

Isolasi katekin dari gambir


Katekin dalam tanaman gambir merupakan golongan metabolit sekunder yang
secara alami dihasilkan oelh tumbuhan dan termasuk dalam golongan
flavonoid. Katekin merupakan ekstrak dari gambir yang berpotensi sebagai
antiinflamasi, antioksidan, antivirus. Berdasarkan penulusaran literature,
katekin telah tersedia dipasar dengan mutu dan rendemen yang beragam. Perlu
dilakukan suatu usaha agar diperoleh rendemen dan mutu gambir yang tinggi.
Murdja, et al (2007), mengisolasi katekin menggunakan kromatografi
kolom silica gel digunakan sebagai fase diam, campuran kloroform dan
methanol 4:1 digunakan sebagai fase gerak. Kadar air dalam silica gel
sebelumnya telah dihilangkan dengan dipanaskan dalam oven pada suhu
100˚C selama 30 menit. Hasil akhir katekin dalam ekstrak gambir ditemukan
sekitar 22,55%.
Sedangkan menurut Rahmawati, Amri et al (2015) melakukan isolasi
dengan metode variasi yaitu metode pertama melalui tahapan pre purifikasi
dan metode kedua non purifikasi. Metode pre purifikasi pda gambir bertujuan
untuk menghilangkan pengotor yang ada pada gambir. Potensi masuknya
pengotor pada pengolahan gambir sangat tinggi. Sumber masuknya pengotor
diantaranya pada tahap perebusan, pengendapan, dan pengeringan. Metode pre
purifikasi dilakukan dengan 100 gr serbuk gambir dimasukkan dalam
erlemeyer, ditambahkan air sebanyak 500 ml, panaskan selama 1 jam dan
disaring, filtrate didiamkan sampai terbentuk endapan. Endapan dikeringkan
dalam oven kemudian diserbukkan dan ditambahkan etil asetat lalu direfluk
selama 1 jam dan disaring. Filtratnya dikentalkan menggunakan rotary
evaporatot, dikeringkan. Dengan metode pre purifikasi didapat rendemen
57.40% dengan 85.70% kadar katekin.
Metode non purifikasi serbuk langsung direfluks dengan menggunakan
pelarut etil asetat. Proses refluks dilakukan selama 1 jam. Filtrate yang
diperoleh dikentalkan dengan menggunakan rotary evaporator dan dikeringkan.
Dengan menggunakan metode ini didapat rendemen 64.50% dan 76.56%
kadar katekin.
IV. Kromatografi Lapis Tipis ( KLT )
BAB II

PROSEDUR KERJA
1. Menumbuk tanaman gambir yang sudah dikeringkan sampai halus
2. Kemudian serbuk gambir ditimbang 50 gr
3. Serbuk gambir diproses dengan metode maserasi yaitu dilarutkan dengan pelarut N-
heksan sebanyak 250 ml, kemudian didiamkan 3x24 jam. Pada waktu 3x24 jam
tersebut ekstrak gambir dilakukan penggantian pelarut N-heksan sebanyak 3 kali dalam
waktu 3x24 jam.
Ini bertujuan untuk menghilangkan asam lemak atau disebut proses Defating. Setelah
3x24 jam, ekstrak gambir disaring diambil filtratnya kemudian dikeringkan.
4. Lalu tempat maserasi dicuci dan diganti dengan pelarut Metanol sebanyak 250 ml dan
didiamkan selama 3x24 jam. Pada waktu 3x24 jam tersebut ekstrak gambir dilakukan
penggantian pelarut Metanol sebanyak 3 kali dalam waktu 3x24 jam.
5. Setelah direndam dengan methanol selama 3x24 jam, ekstrak gambir dikeringkan dan
ditimbang.
6. Saat penimbangan diperoleh ekstrak gambir sebanyak 42 gr.
7. Kemudian diuapkan dengan rotary evaporator yang bertujuan untuk memisahkan
ekstrak dari cairan penyarinya.
8. Setelah didapat ekstrak kentalnya kemudian dilakukan proses isolasi dengan
Kromatografi Lapis Tipis.
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN


BAB IV

KESIMPULAN

SARAN
DAFTAR PUSTAKA

Gumbira-Said, E. (2009). “Review of agroindustrial strategic studies, researches


and development in Indonesia: The case of oil palm, cacao and gambir,” Jurnal
Teknologi Industri Pertanian (Journal of Agriculture Industrial Technology)
19(1), 45-55.

Musdja M.Y., Hapiary M.A.,and Aganta A., 2017. Compounds activity and
inhibitor mechanism catechine and water extract gambier. Scientific journal of
PPI-UKM.4(2),55-60. DOI : doi.org/10.27512/sjppi.ukm/se/a2901208.

Pambayun, R., Murdijati, G., Slamet, S., and Kuswanto, R. K. (2007). “Phenolic
content and antibacterial properties of various extract (Uncaria gambir Roxb.),”
Indonesian Journal of Pharmacology 18(3), 141-146.

Sousa, A., Ferreira, I. C. F. R., Barros, L., Bento, A., and Pereira, J. A. (2007).
“Effect of solvent and extraction temperatures on the antioxidant potential of
traditional stoned table olives (Alcaparras),” Food Sci. Technol. Int. 41(4),
739-745. DOI: 10.1073/pnas.140059211

Taniguchi, S., Kuroda, K., Doi, K., Inada, K., Yoshikado, N., Yoneda, Y., Tanabe,
M., Shibata, T., Yoshida, T., and Hatano, T. (2007). “Evaluation of gambir
quality based on quantitative analysis of polyphenolic components,” Yakuga.
Zasshi 127(8), 1291- 1300. DOI: 10.1248/yakushi.127.1291

Yeni, G., Syamsu, K., Suparno, O., Mardliyati, E. and Muchtar, H. (2014).
“Repeated extraction process of raw gambiers (Uncaria gambier Robx.) for
the catechin production as an antioxidant,” Int. J. Appl. Eng. Res. 9(24),
24565-24578.
Lampiran

Berat awal serbuk gambir yang telah ditumbuk.

Proses penyaringan setelah 3x24 jam direndam dengan pelarut

N-heksan.

Proses penyaringan setelah 3x24 jam direndam dengan pelarut


Metanol.

Berat setelah direndam dengan Metanol.


Berat labu rotary evaporator.

Proses penguapan dengan rotary evaporator.

Ekstrak gambir setelah proses penguapan dengan rotary


evaporator.

Proses Kromatografi Lapis Tipis saat silica gel telah ditotol


dengan ekstrak gambir.

Hasil Kromatografi Lapis Tipis dari ekstrak gambir.

Anda mungkin juga menyukai