Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jahe (Zingiber officinale) merupakan salah satu komoditas rempah-

rempah yang mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi, karena memiliki

banyak kegunaan, baik sebagai minuman penghangat, penambah rasa, dan

sebagai bahan baku obat tradisional, parfum, serta kosmetik. Penggunaan

rimpang jahe secara spesifik tergantung kepada varietas jenis jahe yang

digunakan. Hal ini disebabkan karena setiap varietas jahe memiliki perbedaan

dalam jumlah komponen bioaktif yang terkandung didalamnya. Menurut

Yuliani et al. (1991), jahe putih besar umumnya digunakan sebagai makanan

dan minuman karena rasanya yang tidak terlalu pedas. Jahe putih kecil yang

memiliki rasa lebih pedas dari jahe putih besar umumnya digunakan untuk

bumbu masak, sumber minyak atsiri, dan pembuatan oleoresin, serta banyak

dimanfaatkan sebagai jamu. Sedangkan jahe merah mempunyai kandungan

minyak atsiri yang tinggi.

Salah satu bentuk produk olahan jahe adalah minyak atsiri. Minyak atisiri

jahe digunakan secara meluas dalam industri pangan, dalam campuran

minyak untuk flavor permen, minuman keras, dan saos. Pada umumnya

oleoresin dan minyak atsiri jahe diperoleh melalui proses ekstraksi. Ekstraksi

dapat dilakukan dengan berbagai teknik, antara lain melalui destilasi uap,

1
2

ekstraksi padat cair, ekstraksi superkritis, dan pengepresan mekanis.

Setiap teknik ekstraksi memiliki kelebihan dan kekurangan yang berbeda-

beda, sehingga akan menghasilkan oleoresin dan minyak atsiri dengan mutu

yang berbeda pula.

Seiring berjalannya waktu, minyak atsiri jahe yang beredar di pasaran

semakin sulit ditemukan dalam penggunaannya. Hal ini dikarenakan minyak

atsiri jahe memiliki harga yang dinilai kurang ekonomis dan mahal, sehimgga

kurang diminati oleh mayarakat.

Maka dari itu kami melakukan praktik pembuatan minyak atsiri jahe

karena minyak atsiri jahe banyak diperlukan oleh masyarakat. Praktik ini pula

dapat menambah wawasan siswa bagaimana cara membuat minyak atsiri dan

untuk memenuhi kurikulum yang telah ditetapkan.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan umum

 Memenuhi kurikulum yang telah ditetapkan.

 Meningkatkan keterampilan, kemampuan dan pengetahuan bagi

siswa/siswi sebagai bekal untuk menjadi seorang analis yang

handal dan kompeten.


3

1.2.2 Tujuan Khusus

 Menghasilkan produk yang siap bersaing di dunia perdagangan.

 Menganalisis produk yang diproduksi secara kimia dan fisika.

1.3 Metodologi

Metode yang digunakan dalam pembuatan minyak atsiri jahe adalah

destilasi uap-air. Penyulingan dengan destilasi uap-air diproses dengan

menempatkan bahan tanaman (jahe) dalam suatu tempat yang bagian

bawah dan tengahnya berlubang-lubang dan ditopang diatas dasar alat

penyulingan. Bahan tanaman (jahe) ditempatkan diatas alat penyuligan

yang diisi sedikit air dibawahnya. Air didihkan dengan api

menggunakan pemanas kompor bertekanan, sehingga bahan tanaman

yang disuling hanya bertekanan, sehingga bahan tanaman (jahe) yang

disuling hanya terkena uap, dan tidak terkena air mendidih.

1.4 Waktu dan Tempat

Ada pun waktu dan tempat melakukan kegiatan pembuatan minyak

atsiri jahe:

Tempat : Laboratorium SMK Analis Kimia YKPI Bogor

Jl. Achmad Sobana, S.H. (Jl. Bangbarung Raya) Perumnas Bantarjati Bogor

16152

Waktu : 16 – 23 April 2019


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Minyak Atsiri Jahe

2.1.1 Minyak Atsiri

Minyak Atsiri adalah zat cair yang mudah menguap bercampur dengan

persenyawa padat yang berbeda dalam hal komposisi dan titik cairnya,

kelarutan dalam pelarut organik dan keluratan dalam air yang diperoleh dari

bagian tanaman, akar, kulit, batang, daun, buah, biji maupun dari bunga.

Minyak atsiri biasa digunakan sebagai minyak gosok (minyak kusuk),

dan bahan dasar wangi-wangian. Tahukah kamu? Bibit parfum yang biasanya

dijual di toko parfum berbahan dasar minyak atsiri yang diperoleh melalui

proses penyulingan.

Minyak atsiri merupakan salah satu komoditas tanaman yang mempunyai

nilai sangat tinggi dan sangat mudah untuk dikembang biakkan.

Pengolahannya dapat dilakukan oleh banyak orang, tanpa diperlukan adanya

keahlian khusus. Proses pembuatannya sangat mudah, begitupun dengan alat-

alat yang digunakan. Di dalam industri, minyak atsiri biasanya digunakan

sebagai bahan untuk pembuatan kosmetik, antiseptik, obat-obatan, maupun

sebagai “flavoring agent” dalam bahan pangan dan minuman.

Sumber minyak atsiri / bahan baku minyak atsiri sendiri berasal dari

daun, bunga, batang, biji, buah, kulit, maupun akar dari sebuah tanaman.

4
5

Tanaman yang dapat dimanfaatkan batangnya untuk menghasilkan

minyak atsiri seperti batang cendana. Dari daun misalnya sereh. Dari bunga

misalnya cengkeh, dan kenanga. Dari buah misalnya pala.

Harga minyak atsiri di pasaran Indonesia saat ini tergolong mahal.

Contohnya : harga minyak atsiri yang berasal dari bunga kenanga sekitar

70ribuan per 10 mililiternya, harga minyak atsiri dari daun nilam sekitar

35ribuan per 10 mililiternya dan harga minyak atsiri yang berasal dari biji

cengkeh sekitar 100ribuan per 35 mililiter nya.

2.1.2 Jahe

Jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan rempah-rempah Indonesia

yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam bidang

kesehatan. Jahe merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang

semu dan termasuk dalam suku Zingiberaceae. Jahe berasal dari Asia Pasifik

yang tersebar dari India sampai Cina (Paimin dan Murhananto, 2008). Nama

Zingiber berasal dari bahasa Sansekerta “singabera” dan Yunani “Zingiberi”

yang berarti tanduk, karena bentuk rimpang jahe mirip dengan tanduk rusa.

Officinale merupakan bahasa latin (officina) yang berarti digunakan dalam

farmasi atau pengobatan (Janson, 1981 dalam Warintek, 2014).

Jahe dikenal dengan nama umum (Inggris) ginger atau garden ginger.

Nama ginger berasal dari bahasa Perancis: gingembre, bahasa Inggris lama:

gingifere, Latin: ginginer, dan Yunani (Greek): zingiberis. Namun kata asli

dari zingiber berasal dari bahasa Tamil inji ver. Istilah botani untuk akar dalam

bahasa Tamil adalah ver, jadi akar inji adalah inji ver. Di Indonesia, jahe
6

memiliki berbagai nama daerah. Di Sumatra disebut halia (Aceh). Di Jawa,

jahe dikenal dengan jahe (Sunda), jae (Jawa). Di Sulawesi, jahe dikenal dengan

nama layu (Mongondow). Di Kalimantan (Dayak), jahe dikenal dengan

sebutan lai, di Banjarmasin disebut tipakan. Di Maluku, jahe disebut hairalo

(Amahai). Di Papua, jahe disebut tali (Kalanapat) dan sebagainya. Adanya

nama daerah jahe di berbagai wilayah di Indonesia menunjukkan penyebaran

jahe meliputi seluruh wilayah Indonesia.

Sistematika Tanaman Rimpang Jahe (Roscoe, 1817 dalamWarintek,

2014):

Super Divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta/Pteridophyyta,

Sub-divisi : Angiospermae

Kelas : Liliopsida-Monocotyledoneae

Subkelass : Zingiberidae

Ordo : Zingiberales

Famili : Zingiberaceae

Genus : Zingiber

Species : Zingiber officinale

Tanaman jahe termasuk tanaman rumput-rumputan tegak dengan

ketinggian 30-75 cm, berdaun sempit memanjang menyerupai pita, dengan

panjang 15-23 cm, lebar lebih kurang dua 2,5 cm, tersusun teratur dua baris

berseling, berwarna hijau bunganya kuning kehijauan dengan bibir bunga ungu

gelap berbintik-bintik putih kekuningan dan kepala sarinya berwarna ungu.


7

Akarnya yang bercabang-cabang dan berbau harum, berwarna kuning atau

jingga dan berserat (Paimin dan Murhananto, 2008; Rukmana, 2000).

Secara morfologi, tanaman jahe terdiri atas akar, rimpang, batang, daun,

dan bunga. Perakaran tanaman jahe merupakan akar tunggal yang semakin

membesar seiring dengan umurnya, hingga membentuk rimpang serta tunas-

tunas yang akan tumbuh menjadi tanaman baru. Akar tumbuh dari bagian

bawah rimpang, sedangkan tunas akan tumbuh dari bagian atas rimpang.

Batang pada tanaman jahe merupakan batang semu yang tumbuh tegak lurus,

berbentuk bulat pipih, tidak bercabang tersusun atas seludang-seludang dan

pelepah daun yang saling menutup sehingga membentuk seperti batang.

Rimpang jahe merupakan modifikasi bentuk dari batang tidak teratur. Bagian

luar rimpang ditutupi dengan daun yang berbentuk sisik tipis, tersusun

melingkar. Rimpang adalah bagian tanaman jahe yang memiliki nilai ekonomi

dan dimanfatkan untuk berbagai keperluan antara lain sebagai rempah, bumbu

masak, bahan baku obat tradisional, makanan dan minuman serta parfum.

Bunga pada tanaman jahe terletak pada ketiak daun pelindung (Bermawie dan

Purwiyanti, 2014).

Jahe merupakan tanaman yang bersifat self incompatible (Dhamayanthi et

al., 2003 dalam Bermawie dan Purwiyanti, 2014) dan posisi kepala putik lebih

tinggi dibandingkan kepala sari (Pillai et al., 1978 dalam Bermawie dan

Purwiyanti, 2014). Struktur seperti ini mengakibatkan sistem penyerbukan jahe

adalah menyerbuk silang. Buah berbentuk bulat panjang, berkulit tipis

berwarna merah yang memiliki tiga ruang berisi masing masing banyak bakal

biji berwarna hitam dan memiliki selaput biji (Rugayah 1994). Tetapi pada jahe
8

yang ditanam secara komersial jarang berbuah dan berbiji yang kemungkinan

disebabkan karena tepung sari jahe steril (Bermawie dan Purwiyanti, 2014).

2.1.3 Sifat Fisika dan Kimia

Titik didih : 140 – 180 ºC

Bobot jenis : 0.,8684

Warna : Kuning Kecoklatan

Bau : Gingerol

Rasa : Getir, Pahit, Pedas

Indeks bias : 1,479 – 1,489

Kelarutan :1:6

2.2 Pembuatan Minyak Atsiri

Bahan : Jahe Merah

Alat-alat yang dibutuhkan :

 tabung polari

 piknometer

 termometer

 tabung reaksi

 labu

 pendingin tegak

 dan labu casia


9

Proses pembuatan :

Bahan (nilam/cengkeh) -> Penjemuran -> Pengeringan (dalam ruangan) ->

Penyulingan -> Pemisah Minyak -> Pengemasan.

2.3 Analisis Minyak Atsiri

2.3.1 Berat Jenis

Berat jenis adalah perbandingan relatif antara massa jenis sebuah zat

dengan massa jenis air murni. Air murni bermassa jenis 1 g/cm3 (0.036 lb/cu

in) atau 1,000 kg/m3 (1,700 lb/cu yd). Berat jenis tidak mempunyai satuan

atau dimensi. Berat jenis mempunyai rumusan m.g/v atau w/v dengan satuan

n/m^3 dengan m = massa, g = gravitasi, v = volume dan w = weight (berat).

2.3.2 Kelarutan

Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat

kimia tertentu, zat terlarut (solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent)

Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam

suatu pelarut pada kesetimbangaan. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zat-

zat tertentu dapat larut dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut.

Contohnya adalah etanol di dalam air Sifat ini lebih dalam bahasa

Inggris lebih tepatnya disebut miscible.


10

2.3.3 Indeks Bias

Indeks bias adalah perbandingan antara kecepatan cahaya dalam ruang

hampa udara dibandingkan dengan kecepatan cahaya pada suatu medium.

Alat untuk mengukur Indek bias disebut Refrakrometer. Cotoh indeks bias

yang terjadi di keseharian kita adalah saat kita melihat permukaan kolam

renang yang terlihat dangkal atau pensil yang terlihat bengkok saat berada di

dalam gelas berisi air, hal ini disebabkan oleh terjadinya pembiasan cahaya.

Seperti kita ketahui bahwa kecepatan cahaya di ruang hampa lebih

cepat dari kecepatan cahaya di medium tertentu, sehingga nilai indek bias ini

selalu lebih besar dari satu. Semakin tinggi nilai Indeks bias suatu medium

maka semakin besar cahaya dibelokkan oleh medium tersebut.

Jenis-jenis indeks bias ada dua yaitu indeks bias mutlak dan indeks bias

reatif. Indeks bias mutlak adalah perbandingan antara kecepatan cahaya di

ruang hampa (3x10^8) dibandingkan dengan kecepatan cahaya pada suatu

medium. Sedangkan indeks bias relatif adalah perbandingan indeks bias

mutlak dari dua buah medium.


BAB III

BAHAN dan METODA

3.1 Pembuatan Minyak Atsiri

3.1.1. Bahan

1. Jahe

2. Air

3. Alkohol

4. Eter

3.1.2. Alat

1. Alat penyulingan dengan uap dan air

2. Tabung reaksi

3. Timbangan kasar

4. Neraca Analitik

5. Refraktometer

6. Pipet

7. Batang pengaduk

11
12

3.1.3. Metode dan cara kerja

Destilasi minyak atsiri jahe

1. Bersihkan jahe dari tanah, cuci dengan air hingga bersih.

2. Di potong tipis-tipis (tebal potongan ± 1,5-2,0 cm).

3. Angin-anginkan dalam ruangan ±1 hari.

4. Timbang 3kg jahe.

5. Siapkan alat destilasi dalam kondisi bersih.

6. Isi tabung destilasi dengan air sampai batas garis bawah pada

tabung.

7. Pasang saringan pada tempatnya, kemudian tuangkan contoh

kedalam tabung sambil ditekan oleh tangan sampai semua

contoh masuk.

8. Tutup rapat tabung, jalankan air pendingin pada kondensor,

pasang dengan benar gelas penampung.

9. Nyalakan kompor minyak dan tabung siap dipanaskan, atur

nyala api tidak erlalu besar atau kecil.

10. Amati saat tetesan pertama destilasi dalam gelas penampung,

catat waktu saat mulai menetes.

11. Lakukan destilasi selama 5 jam diihitung dari tetesan pertama.

12. Ukur minyak yang dihasilkan oleh gelas ukur kecil.


13

3.2 Analisis Minyak Atsiri Jahe

3.2.1 Bahan

1. Contoh minyak atsiri jahe

2. Alkohol

3. Eter

4. Air suling

3.2.2. Alat

1. Refraktometer

2. Pipet tetes

3. Tabung reaksi

4. Piknometer

5. Neraca

6. Tissue

3.2.3. Metode Analisis

Adapun metode analisis yang kami lakukan untuk menentukan

baku mutu produk kami adalah sebagai berikut :

3.2.3.1. Kelarutan dalam alkohol

1. Diteteskan 1 bagian ( 1tetes ) minyak atsiri jahe kedalam tabung

reaksi.

2. Kemudian tambahkan 1 bagian ( 1 tetes ) alkohol 96% kedalam

tabung reaksi.
14

3. Kocok tabung reaksi hingga minyak atsiri jahe larut dalam

alkohol.

4. Jika belum larut, tambahkan alkohol 1 bagian ( 1 tetes )

kemudian dikocok hingga larut sempurna.

3.2.3.2 Uji Indeks Bias

1. Dibersihkan prisma refraktometer dengan menggunakan alkohol

dan keringkan.

2. Diteteskan ± 1 tetes minyak atsiri jahe pada prisma.

3. Prisma dirapatkan dan ditunggu beberapa menit sampai suhu

minyak stabil (tetap).

4. Diatur slide pada Refraktometer hingga diperoleh garis batas

yang jelas antara bidang terang dan gelap.

5. Dibaca nilai indeks bias pada skala alat dengan ketelitian ±

0,0001.

3.2.3.3 Uji Berat Jenis

1. Dibersihkan piknometer dengan menggunakan kapas dan alkohol,

kemudian dibilas dengan eter, lalu dikeringkan.

2. Ditimbang piknometer yang sudah dikeringkan dengan teliti.

3. Piknometer diisi dengan air suling hingga penuh.


15

4. Dibersihkan air suling yang menempel dibagian luar piknometer

dengan kertas tissue.

5. Piknometer yang sudah berisi air suling didiamkan beberapa menit

untuk menormalkan suhunya, kemudian ditimbang.

6. Dengan cara yang sama lakukan terhadap contoh.


BAB IV

HASIL dan PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

1. Kelarutan dalam alkohol

Minyak : Alkohol

1 : 26

2. Organoleptik

Warna : Cokelat

Bau : Gingerol

Rasa : Getir, Pahit, Pedas

3. BJ

Bobot botol + minyak = 13, 6152 gram

Bobot botol kosong = 13, 0932 gram

Bobot minyak = 0,552 gram

0,552 gram
Kerapatan ( perbandingan minyak ) = = 0,552
1 mL

0,552 gram
Kerapatan ( perbandingan air ) = =¿0,552
1 mL

4. Indeks bias

Indeks bias yang didapat = 1,463

16
Indeks bias berdasarkan SNI = 1,479 – 1,489

17
17

Uji Rendemen

2 , 4 mL
Uji rendemen yang didapat ¿ x 100% = 1,09%
2200 mg

Uji rendemen SNI selama 6 hari proses = 0,020%

4.2 Pembahasan

1. Kelarutan danm alkohol

Hal yang pertama dilakukan dalam pengujian minyak atsiri ini

adalah kelarutan minyak dalam alkohol. Pada percobaan kali ini sampel

minyak atsiri diambil dari jahe merah (Zingiber officinale Roxb.var).

kelarutan yang didapatkan adalah perbandingan 1 : 26. Dimana 1 tetes

minyak atsiri berbanding dengan 26 tetes alkohol.

2. Organoleptik

Dalam pengujian organoleptik ini kami menguji warna, bau, dan

rasa. Dan minyak yang kami uji berwarna cokelat , bau seperti dan pahit.

3. BJ

Dalam pengujian Berat Jenis kami memperoleh berat jenis minyak

0,552 dengan membandingkan dengan kerapatan air yang bernilai 1.

Dikarenakan kami menyulingkan bagian tubuh jahe yang bobotnya kurang

dari standar yang seharusnya bobot setelah dikering-anginkan yaitu 3kg,

sementara kami mendapat bobot 2,2kg. Sehingga hasil minyak yang

disuling menghasilkan jumlah yang sedikit yaitu 2,4mL. Yang tentunya

akan berpengaruh terhadap perhitungan BJ.


18

4. Indeks Bias

Hal terakhir yang dilakukan adalah indeks bias. Dimana kami

mendapatkan hasil 1,463 hasil yang kami peroleh termasuk ke dalam

minyak atsiri yang terlalu pekat sehingga indeks bias yang didapatkan

tidak memenuhi standar SNI yaitu 1,479 – 1,489.


19
BAB V

KESIMPULAN dan SARAN

5.1 Kesimpulan

Jadi hasil yang kami dapat dari pembuatan minyak atsiri pada

sampel jahe merah adalah 2,4 mL dengan :

1. Kelarutan dalam alkohol ( yang didapat) = 1 : 26,

Kelarutan dalam alkohol (SNI) =1:6

2. Organoleptik

Warna : Cokelat

Bau :

Rasa : Pahit

3. BJ = 0,552

4. Indeks bias =1,463

19
20

5.2 Saran

Jika minyak atsiri yang didapat sedikit keruh maka harus didiamkan

semalaman agar air yang masih tercampur dapat terpisah. Apabila terjadi 3 lapis

(air, minyak, campuran air dan minyak) pada tebung reaksi dimana tempat minyak

diletakkan, maka yg harus dilakukan adalah memisahkan bagian air dan minyak

yang tergabung (berbentuk seperti lemak) menggunakan pipet tetes, lalu

pindahkan ke tabung reaksi yang baru dan tambahkan senyawa CaO yang

ditimbang setelah disesuaikan dengan jumlah mili minyak yang didapat. Lalu

diamkan semalaman, tunggu hingga terbentuk 2 lapisan yaitu, lapisan minyak dan

air.
21

LAMPIRAN

Foto – Foto Proses Pembuatan Minyak Atsiri Jahe


22
23

Anda mungkin juga menyukai