Anda di halaman 1dari 5

Morfologi, Kandungan, Khasiat, serta Hasil Olahan

Zingiber officinale L.

Dwi Sukmawati Yuliani, Wachida Maftuhatun Nisa


Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia.

Abstract. This study will explain about Zingiber officinale. Zingiber


officinale is an annual herbaceous plant that is easy to grow in an open place
to a rather shaded place, in dense, dry or loose soil, in the garden and in the
yard. Can grow in the lowlands to an altitude of more than 900 mdp.
Zingiber officinale is widely used in daily life, both traditional and modern.
the part that is often used is the Zingiber officinale’s rhizome. The rhizomes
are branched, thick and slightly widened (not cylindrical), pale yellow. The
inside of the fibrous rhizome is rather rough, light yellow with a pink tip.
The rhizome smells special, and the taste is spicy refreshing. processed
products from Zingiber officinale’s rhizome include medicines, spices,
herbs, warm drinks, perfumes, and others.
Keywords : Zingiber officinale, morphology, product

1. Pendahuluan
Jahe (Zingiber officinale) merupakan tanaman rimpang yang sangat
popular sebagai rempah-rempah dan bahan obat. Menurut Yulianto dan Parjanto
(2010) jahe tidak hanya digunakan sebagai bahan rempah dan obat, tetapi juga
sebagai bahan makanan, minuman dan juga kosmetika. Bahan aktif pada jahe
terutama minyak atsiri, gingerol, shogal dan zingeron, dapat dimanfaatkan
sebagai obat herbal terstandar maupun fitofarmaka (Bermawie, 2005).
Rimpangnya berbentuk jemari yang menggembung di ruas-ruas tengah. Rasa
dominan pedas disebabkan senyawa keton bernama zingeron.
Jahe termasuk suku Zingiberaceae (temu-temuan). Nama ilmiah jahe
diberikan oleh William Roxburgh dari kata Yunani zingiberi, dari bahasa
Sanskerta singaberi. Peluang pengembangan jahe di Indonesia masih cukup
cerah, hal ini dapat dilihat dari permintaan pasar dalam negeri untuk keperluan
berbagai industri belum bisa dipenuhi, sehingga Indonesia masih mendatangkan
jahe dari China. Permintaan pasar akan ekspor jahe cukup tinggi di Indonesia,
seperti untuk negara Belanda membutuhkan 40 ton setiap bulannya (BPTP,
2012).
Jahe termasuk dalam tanaman herba yang tumbuh tegak, tingginya dapat
mencapai 40-100 cm dan dapat tumbuh sampai berumur tahunan. Batang jahe
berupa batang semu yang tersusun dari helai daun pipih memanjang dengan
ujung lancip. Berdasarkan ukuran dan warna rimpangnya dikenal, paling tidak, 3
varitas jahe, yaitu jahe besar (disebut juga jahe gajah atau jahe badak), jahe kecil
(atau jahe emprit), dan jahe merah (atau jahe sunti).`Diantara ketiga varitas
tersebut yang banyak digunakan sebagai bahan obat tradisional adalah jahe
merah, terutama bila yang diperlukan adalah khasiat minyak atsirinya. Dalam
pengobatan sehari-hari, yang lebih sering digunakan adalah jahe kecil sebab
lebih mudah diperoleh dibandingkan dengan jahe merah. Jahe besar dianggap
kurang berkhasiat sebagai obat, oleh sebab itu lebih banyak digunakan sebagai
bumbu masak. Kandungan minyak atsiri jahe besar relatif lebih rendah daripada
yang terdapat dalam jahe merah dan jahe kecil.
2. Pembahasan
Jahe merupakan komoditas pertanian yang memiliki peluang dan prospek
yang cukup baik untuk dikembangkan di Indonesia. Menurut Yulianto dan
Parjanto (2010) jahe tidak hanya digunakan sebagai bahan rempah dan obat,
tetapi juga sebagai bahan makanan, minuman dan juga kosmetika. Bahan aktif
pada jahe terutama minyak atsiri, gingerol, shogal dan zingeron, dapat
dimanfaatkan sebagai obat herbal terstandar maupun fitofarmaka (Bermawie,
2005).
Jahe memiliki cirri morfologi yaitu merupakan herba, tegak, tinggi
sekitar 30-60 cm. Batang semu, beralur, berwarna hijau. Daun tunggal, berwarna
hijau tua. Helai daun berbentuk lanset, tepi rata, ujung runcing, dan pangkalnya
tumpul. Panjang daun lebih kurang 20-40 cm dan lebarnya sekitar 2-4 cm.
Bunga majemuk berbentuk bulir, tangkai perbungaan panjangnya lebih kurang
25 cm, berwarna hijau merah. Kelopak berbentuk tabung, bergigi tiga. Mahkota
bunga berbentuk corong panjangnya. 2 - 2,5 cm, berwarna ungu. Buah kotak
berbentuk bulat sampai bulat panjang, berwarna coklat. Biji bulat berwarna
hitam. Akar serabut, berwarna putih kotor. Rimpangnya bercabang-cabang, tebal
dan agak melebar (tidak silindris), berwarna kuning pucat. Bagian dalam
rimpang berserat agak kasar, berwarna kuning muda dengan ujung merah muda.
Rimpang berbau khas, dan rasanya pedas menyegarkan.

(a) (b)

(c ) (d)

(a) Tanaman jahe berumur ± 6 bulan


(b) Batang jahe
(c) Daun jahe
(d) Bunga jahe
Jahe mudah tumbuh di tempat yang terbuka sampai ditempat yang agak
ternaung, di tanah padat, kering atau gembur, di kebun dan di pekarangan. Dapat
tuumbuh di dataran rendah sampai ketinggian lebih dari 900 mdp. Di jumpai di
negara-negara tropis dan subtropics , antara lain di India, Malaysia, Cina, di
negara –negara Mediteranian dan Afrika. Pembudidayaan jahe hampir dilakukan
di seluruh wilayah Indonesia. Berdasarkan data Dirjenbun (2010-2019) pada
tahun 2013, produktivitas jahe tertinggi di Indonesia berada di wilayah Sumatera
dengan produktivitas mencapai 27.4 ton. Di Sumutera Utara sendiri, tanaman
jahe hampir dibudidayakan di seluruh kabupaten dan kota. Sentra penanaman
jahe terbesar pada tahun 2012 berdasarkan data Dinas Pertanian Provinsi
Sumatera Utara terdapat di Kabupaten Simalungun yaitu dengan luas areal
penanaman 135 Ha dengan produksi mencapai 3.909 ton per tahun dengan
produktivitas rata-rata sekitar 29 ton/ha.
Penyusun utama dari jahe segar adalah senyawa homolog fenolik keton
yang dikenal sebagai gingerol. Gingerol sangat tidak stabil dengan adanya panas
dan pada suhu tinggi akan berubah menjadi shogaol. Shogaol lebih pedas dan
tajam dibandingkan gingerol. Shogaol merupakan penyusun utama pada jahe
kering (Mishra et al., 2009).
Jahe kering mengandung minyak esensial atau atsiri 1%-3%, oleoresin
5%-10%, pati 50%-55%, kadar air 7%-12% dan jumlah kecil protein, serat,
lemak dan abu (Eze dan Gabo, 2011). Kandungan minyak atsiri 1%-3%
merupakan faktor yang mempengaruhi aroma jahe. Jahe segar kadar airnya 94%,
17% nya mengandung gingerol 21,15 mg/g (Ali et al., 2008). Zingiber
officinalis mengandung karbohidrat, lemak, serat dan energi dengan persentase
yang tinggi (Hussain, 2010).
Jahe dapat dibuat berbagai produk yang bermanfaat dalam menunjang
industri obat tradisional, farmasi, kosmetik, makanan atau minuman. Salah satu
hasil olahan jahe adalah minyak atsiri atau essential oil (Mucklas dan Slameto,
2008). Minyak atsiri banyak digunakan di berbagai industri, seperti industri
parfum, kosmetik, essence, farmasi dan flavoring agent. Bahkan saat ini
dikembangkan penyembuhan penyakit. Dengan aromaterapi dan kasitat jahe
untuk kesehatan, yaitu dengan menggunakan minyak atsiri yang berasal dari
tanaman. Minyak atsiri yang disuling dari jahe berwarna bening sampai kuning
tua bila bahan yang digunakan cukup kering. Lama penyulingan dapat
berlangsung sekitar 10–15 jam, agar minyak dapat tersuling semua. Kadar
minyak atsiri dari jahe sekitar 1,5%–3%.
3. KESIMPULAN
Jahe (Zingiber officinale) merupakan tanaman rimpang yang sangat
popular sebagai rempah-rempah dan bahan obat. jahe tidak hanya digunakan
sebagai bahan rempah dan obat, tetapi juga sebagai bahan makanan, minuman
dan juga kosmetika. Jahe mudah tumbuh di tempat yang terbuka sampai
ditempat yang agak ternaung, di tanah padat, kering atau gembur, di kebun dan
di pekarangan. Dapat tuumbuh di dataran rendah sampai ketinggian lebih dari
900 mdp. Di jumpai di negara-negara tropis dan subtropics , antara lain di India,
Malaysia, Cina, di negara –negara Mediteranian dan Afrika

REFERENSI
Aryanti, Indah, Eva Sartini Bayu, dan Emmy Harso Kardhinata. (2015).
Identifikasi Karakteristik Morfologis dan Hubungan Kekerabatan
pada Tanaman Jahe (Zingiber officinale Rosc.) di Desa Dolok
Saribu Kabupaten Simalungun. Jurnal Online Agroekoteaknologi .
Vol.3, No.3 : 963 – 975.
Bermawie, N. 2005. Karakterisasi Plasma Nutfah Tanaman. Buku
Pedoman Pengelolaan Plasma Nutfah Perkebunan. Pusat penelitian
dan Pengembangan Perkebunan, Bogor : 38-52.
BPTP. 2012. Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman Jahe. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Utara, Medan.
Husein, Umar, 2010, Riset pemasaran dan bisnis, Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Prayitno, D. 2002. Tanaman Obat dan Manfaatnya. IP2TP, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai