(Zingiber officinale)
Jahe (Zingiber officinale) merupakan akar-akaran segar atau kering dari Zingiber
officinale. Ahli botani Inggris William Roscoe (1753-1831) mempopularkan nama Zingiber
Officinale pada tahun 1807. Keluarga jahe merupakan kelompok tanaman tropis, terutama yang
berasal dari Indonesia dan Malaysia. Terdiri atas lebih dari 1200 spesies tanaman dalam 53
genera. Genus Zingiber terdiri dari 85 spesies tanaman obat aromatik yang berasal dari Asia
Timur dan Australia tropis. Nama genus tersebut diturunkan dari kata Sanskrit yang
menunjukkan bentuk tanduk, yang menerangkan tonjolan keluar pada bagian rimpang.
Jahe merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang semu. Jahe berasal
dari Asia Pasifik yang tersebar dari India sampai Cina. Oleh karena itu kedua bangsa ini disebut-
sebut sebagai bangsa yang pertama kali memanfaatkan jahe terutama sebagai bahan minuman,
bumbu masak dan obat-obatan tradisional. Jahe termasuk dalam suku temu-temuan
(Zingiberaceae), se-famili dengan temu-temuan lainnya seperti temu lawak (Cucuma
xanthorrizha), temu hitam (Curcuma aeruginosa), kunyit (Curcuma domestica), kencur
(Kaempferia galanga), lengkuas (Languas galanga) dan lain-lain. Nama daerah jahe antara lain
halia (Aceh), beeuing (Gayo), bahing (Batak Karo), sipodeh (Minangkabau), jahi (Lampung),
jahe (Sunda), jae (Jawa dan Bali), jhai (Madura), melito (Gorontalo), geraka (Ternate), dsb.
Berdasarkan pada bentuk, warna dan aroma rimpang serta komposisi kimianya, di
Indonesia dikenal 3 tipe jahe yaitu :
1) Jahe putih besar (Z. officinalevar. officinarum) mempunyai rimpang besar
berbuku, berwarna putih kekuningan dengan diameter 8,478,50 cm, aroma
kurang tajam, tinggi dan panjang rimpang 6,2011,30 dan 15,8332,75 cm, warna
daun hijau muda, batang hijau muda dengan kadar minyak atsiri didalam rimpang
0,822,8%.
2) Jahe putih kecil (Z. officinalevar. amarum) mempunyai rimpang kecil berlapis
lapis, aroma tajam, berwarna putih kekuningan dengan diameter 3,274,05 cm,
tinggi dan panjang rimpang 6,3811,10 dan 6,1331,70 cm, warna daun hijau
muda, batang hijau muda dengan kadar minyak atsiri 1,503,50%.
3) Jahe merah (Z. officanalevar. rubrum) mempunyai rimpang kecil berlapis, aroma
sangat tajam, berwarna jingga mudasampai merah dengan diameter 4, 204,26
cm, tinggi dan panjang rimpang 5,2610,40 dan 12,33 12,60 cm, warna daun
hijau muda, batang hijau kemerahan dengan kadar minyak atsiri 2,583,90%.
Karakteristik
Tanaman jahe tumbuh tegak selama bertahun-tahun dengan ketinggian 1-3 kaki.
Cabangnya dikelilingi pelepah sebagai tempat tinggal daun-daunan bertingkat dua. Kayunya
menyerupai paku kekuningan dengan bunga-bunga bertepi ungu yang menjadi penguat di bagian
bawahnya yang berwarna kuning kehijauan, namun, jahe jarang berbunga dalam pembudidayaan
(Aminah 2004).
Terna berbatang semu, tinggi 30 cm sampai 1 m, rimpang bila dipotong berwarna kuning
atau jingga. Daun sempit, panjang 15 - 23 mm, lebar 8 - 15 mm, tangkai daun berbulu, panjang 2
- 4 mm; bentuk lidah daun memanjang, panjang 7,5 - 10 mm, dan tidak berbulu; seludang agak
berbulu. Perbungaan berupa malai tersembul dipermukaan tanah, berbentuk tongkat atau bundar
telur yang sempit, 2,75 - 3 kali lebarnya, sangat tajam; panjang malai 3,5 - 5 cm, lebar 1,5 - 1,75
cm ; gagang bunga hampir tidak berbulu, panjang 25 cm, rahis berbulu jarang ; sisik pada gagang
terdapat 5 - 7 buah, berbentuk lanset, letaknya berdekatan atau rapat, hampir tidak berbulu,
panjang sisik 3 - 5 cm; daun pelindung berbentuk bundar telur terbalik, bundar pada ujungnya,
tidak berbulu, berwarna hijau cerah, panjang 2,5 cm, lebar 1 - 1,75 cm; mahkota bunga
berbentuk tabung 2 - 2,5 cm, helainya agak sempit, berbentuk tajam, berwarna kuning kehijauan,
panjang 1,5 - 2,5 mm, lebar 3 - 3,5 mm, bibir berwarna ungu, gelap, berbintik-bintik berwarna
putih kekuningan, panjang 12 - 15 mm ; kepala sari berwarna ungu, panjang 9 mm ; tangkai
putik 2.
Habitat
Terdapat di seluruh Indonesia, ditanam di kebun dan di pekarangan. Pada saat ini jahe
telah banyak dibudidayakan di Australia, Srilangka, Cina, Mesir, Yunani, India, Indonesia,
Jamaika, Jepang, Meksiko, Nigeria, Pakistan. Jahe dari Jamaika mempunyai kualitas tertinggi,
sedangkan India merupakan negara produsen jahe terbesar, yaitu lebih dari 50 % dari total
produksi jahe dunia.
Tanaman jahe membutuhkan curah hujan relatif tinggi, yaitu antara 2.500-4.000
mm/tahun. Pada umur 2,5 sampai 7 bulan atau lebih tanaman jahe memerlukan sinar matahari.
Dengan kata lain penanaman jahe dilakukan di tempat yang
terbuka sehingga mendapat sinar matahari sepanjang hari. Suhu udara optimum untuk budidaya
tanaman jahe antara 20-35 C.
Tanaman jahe paling cocok ditanam pada tanah yang subur, gembur dan banyak
mengandung humus. Tekstur tanah yang baik adalah lempung berpasir, liat berpasir dan
tanahlaterik. Tanaman jahe dapat tumbuh pada keasaman tanah (pH) sekitar 4,3-7,4.
Jahe tumbuh baik di daerah tropis dan subtropis dengan ketinggian 0-2.000 m dpl.
Menurut penelitian Hernani dan Hayani (2001), jahe merah mempunyai kandungan pati
(52,9%), minyak atsiri (3,9%) dan ekstrak yang larut dalam alkohol (9,93%) lebih tinggi
dibandingkan jahe emprit (41,48, 3,5 dan 7,29%) dan jahe gajah (44,25, 2,5 dan 5,81%). Nilai
nutrisi dari 100 g jahe kering dengan kadar air 15% mempunyai komposisi 7,2-8,7 g, lemak 5,5-
7,3 g, abu 2,5-5,7 g, abu (4,53 g), besi (9,41 mg), kalsium (104,02 mg) dan fosfor (204,75 mg)
(Nwinuka et al. 2005; Hussain et al. 2009; Odebunmi et al. 2010).
Komposisi kimia jahe sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain waktu panen,
lingkungan tumbuh (ketinggian tempat, curah hujan, jenis tanah), keadaan rimpang (segar atau
kering) dan geografi (Mustafa et al. 1990; Ali et al. 2008). Rasa pedas dari jahe segar berasal
dari kelompok senyawa gingerol, yaitu senyawa turunan fenol. Limpahan/komponen tertinggi
dari gingerol adalah [6]-gingerol. Rasa pedas dari jahe kering berasal dari senyawa shogaol
([6]-shogaol), yang merupakan hasil dehidrasi dari gingerol. Di dalam jahe merah Indonesia
senyawa gingerol dan shogaol yang ditemukaan adalah 6-gingerol dan 6-shogaol
(Hernani dan Hayani 2001). Komponen kimia utama pemberi rasa pedas adalah keton aromatik
yang disebut gingerol terdiri dari 6, 8 dan 10 gingerol.
Jahe kering mempunyai kadar air 7-12%, minyak atsiri 1-3%, oleoresin 5-10%, pati 50-
55% dan sejumlah kecil protein, serat, lemak sampai 7% (Eze dan Agbo 2011). Aroma jahe
sangat tergantung pada kandungan minyak atsirinya (1-3%) (Ali et al. 2008). Adanya variasi
komponen kimia dalam minyak atsiri jahe bukan saja dikarenakan varitasnya, tetapi kondisi
agroklimat (iklim, musim, geografi) lingkungan, tingkat ketuaan, adaptasi metabolit dari
tanaman, kondisi destilasi dan bagian yang dianalisa (Anwar et al. 2009; Abd El Baky dan El
Baroty 2008; Singh et al. 2008; Wang et al. 2009).
Beberapa komponen kimia jahe, seperti gingerol, shogaol dan zingerone memberi
efek farmakologi dan fisiologi seperti antioksidan, antiinflamasi, analgesik, antikarsinogenik,
non-toksik dan non-mutagenik meskipun pada konsentrasi tinggi (Surh et al. 1998; Masuda et al.
1995; Manju dan Nalini 2005; Stoilova et al. 2007). Minyak dalam ekstrak mengandung
seskuiterpen, terutama zingiberen, monoterpen dan terpen teroksidasi.
Oleoresin jahe mengandung lemak, lilin, karbohidrat, vitamin dan mineral. Oleoresin
memberikan kepedasan aroma yang berkisar antara 4-7% dan sangat berpotensi sebagai
antioksidan (Balachandran et al. 2006).
Jahe dipercaya secara turun temurun mempunyai beberapa khasiat, seperti mengatasi
mual, mabuk diperjalanan, gangguan usus dan pencernaan keracunan makanan serta radang
sendi. Untuk mengatasi radang sendi jahe dipercaya bisa menggantikan aspirin dan obat sejenis
lainnya. Jahe juga dapat digunakan pada industri obat, minyak wangi, industri jamu tradisional.
Manfaat secara farkmakologi sebagai anti muntah, pereda kejang, anti pengerasan
pembulh darah, peluruh keringat, anti inflamasi, anti mikroba dan parasit, anti piretik, anti
rematik, serta merangsang pengeluaran getah lambung dan getah empedu. Berdasarkan sejumlah
penelitian, jahe memiliki manfaat antara lain untuk merangsang pelepasan hormon adrenalin dan
memperlebar pembuluh darah sehingga darah mengalir lebih cepat dan lancar. Hal tersebut
mengakibatkan tekanan darah menjadi turun.
Jahe mengandung dua enzim pencernaan yang penting. Pertama, protease yang berfungsi
memecah protein. Kedua, lipase yang berfungsi memecah lemak. Kedua enzim ini membantu
tubuh mencerna dan menyerap makanan. Jahe sekurangnya mengandung 19 komponen bioaktif
yang berguna bagi tubuh. Komponen yang paling utama adalah gingerol yang bersifat
antikoagulan, yaitu mencegah penggumpalan darah. Gingerol diperkirakan juga membantu
menurunkan kadar kolesterol. Jahe dapat menghambat serotonin sebagai senyawa kimia
pembawa pesan yang menyebabkan perut berkontraksi dan menimbulkan rasa mual (Sahelian
2007 dalam Amalia 2004). Menurut Schuler (1990) dalam Aminah (2004), jahe mempunyai
beberapa manfaat yaitu sebagai antioksidan dan antikanker. Jahe adalah salah satu bahan pangan
yang mengandung senyawa fenol yang berperan sebagai antioksidan.
Jahe juga termasuk jenis bahan pangan yang berpotensi dalam pencegah kanker karena
terbukti memiliki aktivitas antioksidan dan antikanker (antikarsinogenik) yang tinggi. Menurut
Megawati (2007), Dr.Francesca Borelli dan kawan-kawan dari University of Naples Frederico
mengulas beberapa literatur medis untuk mempelajari jahe, mereka menemukan enam penelitian
yang menguji jahe pada wanita hamil. Dikemukakan, jahe berfungsi lebih baik dibandingkan
plasebo atau vitamin B6 dan dianggap aman untuk wanita hamil. Jahe, dalam beberapa
penelitian, dapat mengatasi mual, muntah, bahkan hiperemesis gravidarum. Mengonsumsi jahe
dapat merangsang pengeluaran air liur dan memperlancar cairan pencernaan.
Indikasi & penggunaan
Jahe bisa digunakan untuk terapi penanganan osteoarthritis, terapi untuk hyperemesis
gravidarum trimester I dan juga dapat digunakan untuk mengurangi nyeri haid (dysmenorrhea)
Efek Samping
Menurut Leach & Kumar (2008) dalam Bachtiar, 2010 menyatakan dalam evidence
synthesis, ada dua penelitian yang melaporkan efek merugikan ekstrak jahe seperti rasa panas
pada lambung (6,9%), perubahan rasa (7,5%), dyspepsia, nausea dan konjungtivitis (1,5%).
Dosis
Untuk terapi kompres & pijat pada pasien dengan OA, bisa digunakan 100 gram jahe
yang sudah diparut, lalu bungkus dengan kain yang sudah dicelupkan pada air hangat. Letakkan
pada daerah yang nyeri selama 10 20 menit.
Untuk terapi mengurangi mual pada ibu hamil trimester I, jahe bisa diolah menjadi :
1. Teh Jahe
Cara Pembuatan :
4. Geprek jahe menggunakan pisau dan masukkan pada teh yang sudah disiapkan
5. Jika senang rasa manis bisa bubuhkan gula 1-2 sendok makan atau disesuaikan.
2. Wedang Jahe
Bahan : Jahe 500 mg, air 200 ml, gula
Cara Pembuatan :
6. Kemudian tuang air rebusan jahe tadi pada gelas, bila senang manis bisa
bubuhkan gula secukupnya
3. Wangi Jahe
Jahe memiliki harum yang sangat khas, terutama jahe kuning. Pada umumnya
wangi jahe bisa mengendalikan rasa mual pada ibu hamil Trimester pertama. Tetapi tentu
ada caranya untuk menikmati harum jahe. Siapkan jahe 100 mg kemudian kupas sedikit
dengan menggunakan kuku tangan, jangan menggunakan pisau karena apabila
mungupasnya terlalu dalam khasiat wangi jahe akan berkurang.
Penggunaan jahe pada ibu hamil mesti hati hati, karena jika mengkonsumsi jahe terlalu
banyak dapat meningkatkan rangsangan pada uterus (rahim). Wanita yang pernah mengalami
keguguran juga tidak dianjurkan untuk mengonsumsi segala macam jenis jahe.
Jahe juga bisa digunakan untuk mengurangi nyeri pada haid (dysmenorrhea), dengan cara
menghentikan kerja prostaglandin, penyebab rasa sakit dan peradangan si pembuluh darah dan
meredakan kram.
Bahan :
2. Temulawak 20gram
4. Gula 10gram
Cara Membuat :
4. Kemudian saring.
Cara Konsumsi: minum 2 kali pada pagi dan sore hari. Sekali minum 1 gelas.
Daftar Pustaka
Bactiar, Arif. 2010. Pengaruh estrak jahe terhadap tanda dan gejala osteoartritis pada pasien
rawat jalan di Puskesmas Pandanwangi, Kota Malang. Jakarta : Universitas Indonesia Thesis
diakses di https://www.google.com/url?q=http://lib.ui.ac.id/file%3Ffile%3Ddigital/137246-T
%2520Arief
%2520Bachtiar.pdf&sa=U&ved=0ahUKEwjNy5nX_bvJAhUBjo4KHUv9CjIQFggFMAA&clien
t=internal-uds-cse&usg=AFQjCNG8yjYfF1fctdYuNyHP0qyeSM812Q
Brashers, Valentina. 2008. Aplikasi Klinis Patofisiologi : Pemeriksaan dan Manajemen Ed.2.
Jakarta : EGC
Fitriyah,N.2012. Efek estrak etanol 70 % rimpang jahe merah terhadap peningkatan kepadatan
tulang tikus putih betina ra (rheumatoid arthritis) yang diinduksi oleh comlete freunds adjuvant.
Jakarta : Universitas Indonesia. Skripsi
Harwati T. 2009. Khasiat jahe bagi kesehatan tubuh manusia. INNOFARM : Jurnal Inovasi
Pertanian Vol.8, No. 1, September 2009 (54-61) diakses di:
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=114887&val=5262
https://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwjE87qdpsLJAhV
FGo4KHTNFCPYQFggqMAI&url=http%3A%2F%2Fwww.kadin-indonesia.or.id%2Fid%2Fdoc
%2FUKM_Teknologi_Jahe.pdf&usg=AFQjCNEPKsc-
_QNIPPSkaAGmmRZk2C_36A&sig2=1WD4uNKPzMFP_CPNr4EesQ
Kusuma, D. 2008. Pemanfaatan Jahe (Zingiber Officinale) SebagaiTablet Isap Untuk Ibu Hamil
Dengan Gejala Mual Dan Muntah. Bogor: ITB. Skripsi diakses di :
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1646/A08dkr.pdf;jsessionid=4D228AA97
2C53DDDEC74822E1371A935?sequence=4
Lestari, Indah. 2014. Terapi Kompres Jahe dan Massage pada Osteoartritis di Panti Werda St.
Theresia Dharma Bhakti Kasih Surakarta. Skripsi. Surakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Surakarta Kusuma Husada.
Rusnoto, dkk. 2014. Pemberian Kompres Hangat Memakai Jahe untuk Meringankan Skala
Nyeri pada Pasien Asam Urat di desa Kedungwungu Kecamatan Tegowanu Kabupaten
Grobogan. STIKES Muhammadiyah Kudus.
Saswita, Yulia Irvani Dewi, Bayhaldd. Efektifitas Minuman Jahe Dalam Mengurangi Emesis
Gravidarum Pada Ibu Hamil Trimester I. Jumal Ners Indonesia, V o l . 1, No. 2, Maret 2011.
Wijayakusuma, Hembing. 2006. Atasi rematik dan asam urat . jakarta : Puspa Swara