Anda di halaman 1dari 7

Deskripsi dan morfologi jahe emprit

Jahe (Zingiber officinale Rosc) merupakan salah satu dari temu - temuan suku Zingiberaceae
yang menempati posisi sangat penting dalam perekonomian masyarakat Indonesia. Jahe berperan
penting dalam berbagai aspek berupa kegunaan, perdagangan, kehidupan, adat kebiasaan,
kepercayaan dalam masyarakat bangsa Indonesia yang sifatnya majemuk dan terpencar-pencar.
Jahe juga termasuk komoditas yang sudah ribuan tahun digunakan sebagai bagian dari ramuan
rempah-rempah yang diperdagangkan secara luas di dunia ini. Walaupun tidak terlalu menyolok,
penggunaan komoditas jahe berkembang dari waktu ke waktu, baik itu mengenai jumlah, variasi,
kegunaan maupun mengenai nilai ekonominya.

Jahe emprit atau Zingiber majus Rumph, dikenal juga dengan nama jahe Sunti. Ciri utama jahe
emprit terletak pada bentuk rimpangnya yang kecil, rata cenderung pipih dan tidak mengembung.
Jahe jenis ini bisa ditemukan dalam warna putih dan dalam kondisi tertentu berwarna kuning.
Serat jahe emprit bertekstur lembut dengan aroma yang tidak tajam. Tetapi jahe emprit
dilengkapai rasa yang jauh lebih pedas ketimbang jahe gajah atau badak. Kandungan gingerol,
zingeron, dan shogaol yang dimiliki jahe emprit memang lebih tinggi ketimbang jahe gajah. Hal
ini yang menyebabkan rasa pedasnya lebih dominan. Secara umum, tanaman jahe emprit sama
saja dengan jenis jahe lainnya.

Sistem budidayanya juga sama, dikembangkan melalui metode vegetatif yakni stek pada tunas
baru yang tumbuh di bagian rimpangnya. Berdasarkan pada sifatnya, jahe emprit sering dijadikan
bahan obat herbal dan bumbu makanan. Rasa pedasnya memang memberi sensasi hangat yang
jauh lebih baik. Sayangnya, aromanya yang tidak sekuat jahe gajah membuat jahe emprit jarang
digunakan untuk produk seperti permen jahe, jelly jahe, sirup jahe dan lain-lain. Jahe emprit
(bersama jahe merah) paling populer digunakan sebagai bahan untuk membuat produk ekstrak
oleoresin dan juga minyak atsiri.

A. Habitus
Jahe tergolong tumbuhan semak yang memiliki umbi batang dan rimpang. Akar jahe berbentuk
bulat, ramping, berserat dengan warna putih terang sampai dengan coklat. Akar keluar dari garis
lingkaran sisik rimpang. Batangnya merupakan batang semu yang terdiri dari pelepah daun yang
berpadu (Rostiana et.al.,1991). Jahe emprit memiliki batang semu, dengan warna batang hijau
muda berbentuk bulat dan agak keras. Daunnya berwarna hijau muda berbentuk lanset dengan
kedudukan daun berselang-seling teratur. Jumlah daun pada jahe emprit berkisar antara 20 - 28
helai. Jahe emprit memiliki rimpang relatif kecil, bentuknya pipih, berwarna putih sampai
kuning, seratnya agak kasar dan rasa pedas (Rostiana et.al.,1991).Menurut Syukur (2002) jahe
putih kecil memiliki rimpang dengan bobot berkisar 0.5 – 0.7 kg per rumpun. Stuktur rimpang
jahe emprit kecil dan berlapis. Jahe emprit memiliki kandungan minyak atsiri sebesar 1.50 - 3.50
%. Kadar serat 6.59% dan kadar pati 54.70%. Bunga jahe terbentuk langsung dari rimpang.
Bunga jahe umumnya berbentuk tabung sari semu yang menyerupai mahkota bunga
(Puseglove et al., 1981). Bunga jahe tumbuh dari dalam tanah berbentuk bulat telur dengan
panjang 3,5 cm hingga 5 cm dan lebar 1,5 hingga 1,75 cm. Gagang bunga bersisik sebanyak 5
hingga 7 buah. Bunga berwarna kekuning-kuningan. Bibir buah dan kepala putik ungu.
B. Habitat
Jahe tumbuh subur di ketinggian 0 hingga 1500 meter di atas permukaan laut, kecuali jenis jahe
gajah di ketinggian 500 hingga 950 meter. Untuk bisa berproduksi optimal, dibutuhkan curah
hujan 2500 hingga 3000 mm per tahun, kelembapan 80% dan tanah lembap dengan PH 5,5
hingga 7,0 dan unsur hara tinggi. Menurut Djakamihardja et al. (1986) dalam Effendi dan
Hidayat (1997), suhu optimal yang diperlukan untuk pertumbuhan jahe adalah 25 – 30oC. Suhu
yang lebih tinggi dari kisaran tersebut akan menghambat pertumbuhan dan merugikan.
Sedangkan dibawah kisaran tersebut mengakibatkan umur tanaman semakin panjang, sehingga
waktu panen menjadi mundur. Tanaman jahe tersebar di daerah tropis, di benua Asia dan
Kepulauan Pasifik. Akhir – akhir ini jahe dikembangkan di Jamaica, Brazil, Hawai,Afrika,
India, China dan Jepang, Filipina, Australia, Selandia Baru, Thailand dan Indonesia. Jahe
tumbuh di Indonesia ditemukan di semua wilayah Indonesia yang ditanam secara monokultur
dan polikultur (Hasanah, et al., 2004).
Dalam dunia perdagangan, penamaan jahe didasarkan kepada daerah asalnya, misal jahe
Afrika, jahe Chochin atau jahe Jamika. Sejak 250 tahun yang lalu, jahe di Cina sudah digunakan
sebagai bumbu dapur dan obat. Di Malaysia, Filipina, dan Indonesia jahe banyak digunakan
sebagai obat tradisional. Sedangkan di Eropa pada abad pertengahan, jahe digunakan sebagai
aroma pada bir (Hardianto, 2005). Daerah utama produsen jahe emprit di Indonesia adalah Jawa
Barat (Sukabumi, Sumedang, Majalengka, Cianjur, Garut, Ciamis dan Subang), Banten (Lebak
dan Pandeglang), Jawa Tengah (Magelang, Boyolali, Salatiga), Jawa Timur (Malang
Probolinggo, Pacitan), Sumatera Utara (Simalungun ), Bengkulu dan lain-lain (Hasanah, et.
al, 2004).

Deskripsi Jahe Emprit

1. Akar
Akar pada jahe emprit berbentuk rimpang (rhizoma). Rimpang (rhizoma)
sesungguhnya adalah batang beserta daunnya yang terdapat di dalam tanah, bercabang - cabang
dan tumbuh mendatar, dan dari ujungnya dapat tumbuh tunas yang muncul di atas tanah dan
dapat merupakan suatu tumbuhan baru. Sistem perakaran pada jahe emprit merupakan akar
serabut. Akar pada jahe emprit ini berwarna putih.
2. Rimpang (rhizoma)
Rimpang (rhizoma) sesungguhnya adalah batang beserta daunnya yang terdapat di dalam
tanah, bercabang - cabang dan tumbuh mendatar, dan dari ujungnya dapat tumbuh tunas yang
muncul di atas tanah dan dapat merupakan suatu tumbuhan baru.
Rimpang (rizhoma) adalah penjelmaan batang dan bukan akar, dapat dilihat dari tanda-tanda
berikut :
- Beruas – ruas, berbuku – buku, akar tidak bersifat demikian
- Berdaun, tetapi daunnya telah menjelma menjadi sisik – sisik
- Memiliki kuncup – kuncup
Ruas jahe ini kecil, agak rata dan berlapis. Daging rimpang berwarna putih kekuningan. Tinggi
rimpangnya dapat mencapai 11 cm dengan panjang antara 6 – 30 cm, dan diameter antara 3.27 –
4.05 cm.
3. Batang
Batang yang tumbuh di atas tanah pada jahe emprit merupakan batang semu yang terdiri dari
pelepah daun yang berpadu (Rostiana et.al.,1991). Jahe emprit memiliki tinggi batang semu
berkisar 41.87 - 56.45 cm dengan warna batang hijau muda berbentuk bulat dan sedikit keras.
Tetapi pada saat tanaman jahe sudah tua, jahe emprit memiliki batang sejati yang berwarna hijau,
bulat dan keras yang bercirikan pada saat pelepah daun pada batang dikelupas, terdapat sisa
batang yang tidak dapat di kelupas lagi.
4. Daun
Daun jahe emprit merupakan daun tunggal dengan kedudukan daun berselang-seling teratur.
Panjang daun pada jahe emprit mencapai 17.4 - 19.8 cm, lebar daun mencapai 1,3 – 2 cm dengan
luas helaian daun 24.9 - 27.5 cm.
5. Bunga
Perbungaan malai tersembul dari tanah. Berbentuk tongkat atau bundar telur yang sempit.
Merupakan bunga majemuk. Panjang malai 3,5 – 5 cm lebar 1,5 – 1,75 cm gagang bunga hampir
tidak berbulu panjangnya 25 cm, rahis berbulu panjang sisik pada gagang terdapat 5-7 buah,
berbentuk lanset. Letaknya berdekatan atau rapat hampir tidak berbulu panjang sisik 3 – 5 cm.
Bunga memiliki 2 kelamin dengan 1 benang sari dan 3 putik. Bunga daun pelindung berbentuk
bundar telur terbalik, bundar pada ujungnya, tidak berbulu, berwarna hijau cerah panjangnya 2,5
cm lebar 1 – 1,75 cm. mahkota bunga berbentuk tabung dengan ukuran 2 – 2,5 cm helaiannya
agak sempit berbentuk tajam berwarna kuning kehijauan. Kepala sari berwarna ungu dengan
panjang 9 mm. tangkai putik ada 2.

Daftar Pustaka
Allard, R.W. 1988. Pemuliaan Tanaman (Diterjemahkan oleh Manna). Bina Aksara. Jakarta
Gardner, P.F.R.B. Pearce dan R.L. Mitchel. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. UI Press.
Jakarta.
Hakim. 1986. Fisiologi Tanaman. Bharata Karya Aksara. Jakarta.
Hasanah, M., Sukarman, dan D. Rusmin. 2004. Teknologi Produksi Benih Jahe, Plasma nutfah dan
Perbenihan Tanaman Rempah dan Obat. Perkembangan Teknologi Tanaman Rempah dan Obat
XVI(1): 9−16.
Lawrence, G.H.M. 1958. Taxonomy of Vascular Plants. The MacMillan Company. Newyork.
Muhlisah, F. 1999. Temu - Temuan dan Empon - Empon. Kanisius. Yogyakarta.

Morfologi Tanaman Kunyit (Curcuma domestica Val)

• Kunyit yang memunyai nama latin Curcuma domestica Val. merupakan tanaman yang
mudah diperbanyak dengan stek rimpang dengan ukuran 20-25 gram stek. Bibit rimpang
harus cukup tua. Kunyit tumbuh dengan baik di tanah yang tata pengairannya baik, curah
hujan 2.000 mm sampai 4.000 mm tiap tahun dan di tempat yang sedikit terlindung. Tapi
untuk menghasilkan rimpang yang lebih besar diperlukan tempat yang lebih terbuka.
Rimpang kunyit berwarna kuning sampai kuning jingga.
• Klasifikasi ilmiah kunyit

• Kerajaan : plantae

• Divisio : Spermatophyta

• Sub-diviso : Angiospermae

• Kelas : Monocotyledoneae

• Ordo : Zingiberales

• Famili : Zungiberaceae

• Genus : Curcuma

• Species : Curcumadomestica Val.

• Beberapa kandungan kimia dari rimpang kunyit yang telah diketahui yaitu miny`k atsiri
sebanyak 6% yang terdiri dari golongansenyawa monoterpendan sesquiterpen

• Beberapa kandungan kimia dari rimpang kunyit yang telah diketahui yaitu miny`k atsiri
sebanyak 6% yang terdiri dari golongansenyawa monoterpendan sesquiterpen (meliputi
zingiberen, alfa dan beta-turmerone). zat warna kuning yang disebut kurkuminoid
sebanyak 5% (meliputi kurkumin 50-60%,monodesmetoksikurkumin dan
bidesmetoksikurkumin), protein, fosfor, kalium, besi dan vitamin C. Dari ketiga senyawa
kurkuminoid tersebut,kurkumin merupakan komponen terbesar. Sering kadar total
kurkuminoiddihitung sebagai % kurkumin, karena kandungan kurkumin paling besar
dibanding komponen kurkuminoid lainnya. Karena alasan tersebut beberapa
penelitian baik fitokimia maupun farmakologi lebih ditekankan pada kurkumin.(Sumiati ,
2004.)

• (meliputi zingiberen, alfa dan beta-turmerone). zat warna kuning yang disebut
kurkuminoid sebanyak 5% (meliputi kurkumin 50-60%,monodesmetoksikurkumin dan
bidesmetoksikurkumin), protein, fosfor, kalium, besi dan vitamin C. Dari ketiga senyawa
kurkuminoid tersebut,kurkumin merupakan komponen terbesar. Sering kadar total
kurkuminoiddihitung sebagai % kurkumin, karena kandungan kurkumin paling besar
dibanding komponen kurkuminoid lainnya. Karena alasan tersebut beberapa penelitian
baik fitokimia maupun farmakologi lebih ditekankan pada kurkumin.

• Morfologi tanaman kunyit atau ciri-ciri

• Tanaman kunyit tumbuh bercabang dengan tinggi 40-100 cm. Batang merupakan
batang semu, tegak, bulat, membentuk rimpang dengan warna hijau kekuningan dan
tersusun dari pelepah daun (agak lunak). Daun tunggal, bentuk bulat telur (lanset)
memanjang hingga 10-40 cm, lebar 8-12,5 cm dan pertulangan menyirip dengan warna
hijau pucat. Berbunga majemuk yang berambut dan bersisik dari pucuk batang semu,
panjang 10-15 cm dengan mahkota sekitar 3 cm dan lebar 1,5 cm, berwarna
putih/kekuningan. Ujung dan pangkal daun runcing, tepi daun yang rata. Kulit luar
rimpang berwarna jingga kecoklatan, daging buah merah jingga kekuning-kuningan.

Temu Kunci (Boesenbergia pandurata)

• 1. Nama tumbuhan


Nama Ilmiah : Boesenbergia pandurata
Sinonim : Gastrochilus panduratum (Roxb) Schult.; Kaempferia
pandurata (Roxb); Boesenbergia rotunda
Nama umum/ dagang : Temu kunci
Nama Lokal : Temu kunci (Indonesia), koncih (Sumatera), Tamu kunci
(Minangkabau), Konce (Madura), Kunci (jawa tengah), Dumu kunci (Bima), Tamu konci
(Makasar), Tumu kunci (Ambon), Anipa wakang (Hila-Alfuru), Aruhu Konci (Haruku),
Sun (Buru) Rutu kakuzi (Seram), Tamputi (Ternate)
Nama asing : Fingerroot (Inggris), Krachai (Thailand), Chinese key (Cina).

• 2. Klasifikasi tumbuhan


Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Boesenbergia
Spesies : Boesenbergia pandurata

• 3. Uraian tumbuhan


Temu kunci berperawakan herba rendah, merayap di dalam tanah. Dalam satu tahun
pertumbuhannya 0,3-0,9 cm. Batangnya merupakan batang asli di dalam tanah sebagai
rimpang, berwarna kuning coklat, aromatik, menebal, berukuran 5-30 x 0,5-2 cm. Batang
di atas tanah berupa batang semu (pelepah daun). Daun tanaman ini pada umumnya 2-7
helai, daun bawah berupa pelepah daun berwarna merah tanpa helaian daun. Tangkai
daun tanaman ini beralur, tidak berambut, panjangnya 7-16 cm, lidah-lidah berbentuk
segitiga melebar, menyerupai selaput, panjang 1-1,5 cm, pelepah daun sering sama
panjang dengan tangkai daun; helai daunnya tegak, bentuk lanset lebar atau agak jorong,
ujung daun runcing, permukaan halus tetapi bagian bawah agak berambut terutama
sepanjang pertulangan, warna helai daun hijau muda, lebarnya 5-11 cm.
Bunga tanaman ini berupa susunan bulir tidak berbatas, di ketiak daun, dilindungi oleh 2
spatha, panjang tangkai 41 cm, umumnya tangkai tersembunyi dalam 2 helai daun
terujung. Kelopak bunganya 3 buah lepas, runcing. Mahkota bunganya 3 buah, warnanya
merah muda atau kuning-putih, berbentuk tabung 50-52 mm, bagian atas tajuk berbelah-
belah, berbentuk lanset dengan lebar 4 mm dan panjang 18 mm. Benang sarinya 1 fertil
besar, kepala sarinya bentuk garis membuka secara memanjang. Lainnya berupa bibir-
bibiran (staminodia) bulat telur terbalik tumpul, merah muda atau kuning lemon, gundul,
6 pertulangan, dan ukurannya 25×7 cm. Putik bunganya berupa bakal buah 3 ruang,
banyak biji dalam setiap ruang

Anda mungkin juga menyukai