PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kesehatan, yang dimaksud dengan obat tradisional adalah bahan atau ramuan
bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian
(galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah
digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang
berlaku di masyarakat. Diantara berbagai tumbuhan obat yang diketahui baik bagi
kesehatan yaitu rimpang alang-alang (Imperata cylindrical L.) dan Kumis Kucing
rumput menahun yang tersebar hampir di seluruh belahan bumi dan dianggap
sebagai gulma pada lahan pertanian. Tanaman ini sudah lama dikenal masyarakat,
manitol, glukosa, sakarosa, malic acid, citric acid, coixol, arundoin, cylindrene,
kencing nanah, muntah darah, mimisan dan radang ginjal akut (Dalimartha, 2006).
1
Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus L.) merupakan merupakan
tanaman obat tradisional yang telah dimanfaatkan masyarakat Asia sejak zaman
dulu. Daun ini dipercaya memiliki khasiat untuk mengobati penyakit yang
berkenaan dengan ginjal. Daun Kumis Kucing, mengandung beberapa zat aktif
(diuresis) akibat khasiat langsung terhadap ginjal. Istilah diuresis mempunyai dua
dalam air. Fungsi utama diuretik adalah untuk memobilisasi cairan udem, yang
penelitian untuk mengetahui perbandingan efek diuretik (peluruh air seni) serta
kadar natrium dan kalium darah dan urin antara pemberian ekstrak etanol akar
mencit memiliki efek diuretik yang hampir sama dengan furosemid dosis 0,72
mg/kgBB.
membandingkan efek diuretik daun kumis kucing muda dan tua secara in
2
vitro 0.5%, 7.5% dan 10%, untuk efek diuretik disarankan menggunakan daun
kumis kucing muda karena mempunyai awal kerja yang cepat dan masa kerja
B. Rumusan Masalah
Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus L.) dapat digunakan sebagai obat diuretik
C. Tujuan Penelitian
D. Kegunaan Penelitian
(Imperata cylindrical L.) dan Daun Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus L.)
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Uraian Tanaman
a. Rimpang Alang-Alang
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Imperata
b. Kumis Kucing
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Lamiales
Famili : Lamiaceae
Genus : Orthosiphon
4
2. Morfologi (Van Steenis, 2008)
a. Rimpang Alang-Alang
beberapa ruas pendek, tunas yang berbunga beruas panjang terdiri atas
satu sampai tiga ruas, tumbuh vertikal dan terbungkus di dalam daun.
Tinggi batang alang-alang yang dapat berbunga kurang lebih 20-30 cm.
alang memiliki akar serabut yang tumbuh dari pangkal batang dan ruas-
ruas pada rimpang. Helai daun alang-alang berwarna hijau sampai hijau
menyempit ke bagian pangkal. Panjang dan lebar helai daun kurang lebih
berwarna agak pucat. Permukaan dan tepi daun terasa kasar bila diraba.
ringan sehingga mudah terbawa angin. Bunga yang mudah terbawa angin
5
b. Kumis Kucing
dan terdapat ruas pada bagian bawah batang. Selain itu, batang tumbuh
dengan tegak mencapai ketinggian 2-3 meter bahkan lebih tergantung jenis
dan varietesnya. Daun berbentuk oval memanjang dengan panjang 1-2 cm,
memiliki bagian tepi merata, dan juga pertulangan yang tampak berwarna
keputihan. daun ini berwarna hijau muda hingga hijau tua. Daun juga
warna kecoklatan hingga kehijaun. Bunga terdiri dari dua bagian yaitu
tutupi rambut halus dengan panjang 1-6 mm, kelopak bunga berurat,
berbentuk pipih dan juga lonjong yang berukuran 1-2 mm bahkan lebih.
6
3. Kandungan Kimia (Hariana, Arief, Drs. H., 2004).
a. Rimpang Alang-Alang
b. Kumis Kucing
a. Rimpang Alang-Alang
gangguan kesehatan, seperti: batu ginjal, infeksi ginjal, kencing batu, batu
empedu, buang air kecil tidak lancar atau terus-menerus, air kemih
darah tinggi, urat saraf melemah, asma, radang paru-paru, jantung koroner,
7
b. Kumis kucing
urat, fosfat dan asam oksalat dari tubuh terutama pada kandung kemih,
empedu dan ginjal. Garam kalium memiliki efek diuretic atau peluruh air
seni dan pelarut batu saluran kencing sehingga dapat mencegah terjadinya
endapan batu ginjal. Flavanoid yang terdapat dalam daun kumis kucing
B. Uraian Diuretika
1. Pengertian Diuretika
Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan volume urin. Istilah
volume urin yang diproduksi dan yang kedua menunjukkan jumlah pengeluaran
(kehilangan) zat-zat terlarut dalam air. Fungsi utama diuretik adalah untuk
sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstrak sel kembali menjadi normal.
Pengaruh diuretic terhadap ekskresi zat terlarut penting artinya untuk menentukan
tempat kerja diuretik dan sekaligus untuk meramalkan akibat penggunaan suatu
natrium dan ion lainnya (serta air yang melarutkan kedua zat tersebut) akan
terbuang kedalam urine bukannya kembali ke aliran darah, karena zat tersebut
8
tingkat kapiler. Diuretik diindikasikan untuk pengobatan edema yang berkaitan
dengan gagal jantung kongjesif, penyakit hati termasuk sirosis hepatitis, penyakit
ginjal, dan untuk pengobatan hipertensi. Obat ini juga digunakan untuk
menurunkan tekanan cairan dalam mata (tekanan intraokular), yang berguna untuk
Na+ dan anion yang menyertainya biasanya Cl-. NaCl dalam tubuh merupakan
penentu utama volume cairan ekstraseluler dan sebagian besar aplikasi klinis
mengurangi kandungan total NaCl didalam tubuh. Diuretik tidak hanya mengubah
ekskresi Na+, tetapi juga memodifikasi pengaturan kation lain (misalnya, K +, H+,
Ca2+, dan Mg2+) anion-anion (seperti Cl¯, HCO3-, dan H2PO4-) dan asam urat oleh
pengeluarannya bersama air diperbanyak. Obat bekerja ini khusus terhadap tubuli
a. Tubuli proksimal
Pada tubuli proksimal 70% ultra filtrat diserap kembali (Glukosa, Ureum,
ion Na+ dan Cl+) filtrat tidak berubah dan tetap isotonik terhadap plasma. Diuretik
osmotik seperti Manitol, Sorbitol, Gliserol juga bekerja di tempat ini dengan
9
b. Lengkungan Henle (Henle’s loop)
Pada lengkungan Henle 20% ion Cl- diangkut secara aktif kedalam sel
tubuli dan disusul secara pasif oleh ion Na+, tetapi tanpa air, sehingga filtrate
Pada tubuli distal bagian depan ujung henle’s loop dalam cortex ion Na +
diserap kembali secara aktif tanpa penarikan air, sehingga filtrate menjadi lebih
cair dan lebih hipotonik. Saluretika atau zat-zat Thiazida, Klortaridon, Mefruzida,
dan Klopamida bekerja disini dengan merintangi reabsorpsi ion Na+ dan Cl-.
Pada tubuli distal bagian belakang ion Na- diserap kembali secara aktif,
dan terjadi pertukaran dengan ion K+ dan H+ dan HH4+. Proses ini di kendalikan
pertukaran ion K+ dengan ion Na+, dengan demikian terjadi retensi kalium
pengumpul (ductus colligens), dan disini bekerja hormon anti diuretic atau
Secara umum, diuretik dapat dibagi menjadi dua golongan besar yaitu
10
osmotik. Obat yang dapat menghambat transport elektrolit di tubuli ginjal ialah
anhidrase.
4. Diuretik Osmotik
tekanan intracranial atau gagal ginjal akibat syok, over dosis obat, atau
(Osmoglyn) dan isisorbid (Ismotic)-dan dua agens yang sangat kuat manitol
mengobati glaucoma. Isosorbid tersedia hanya dalam bentuk oral dan merupakan
obat yang dipilih untuk mengobati glaucoma.Manitol, yang hanya tersedia dalam
intrakranial dan gagal ginjal akut. Urea juga hanya tersedia untuk pengggunaan
glaukoma akut.
volume cairan yang dihasilkan ginjal.Manitol sebagai contoh adalah gula yang
tidak diabsorpsi dengan baik oleh tubulus; obat ini bekerja dengan menarik
sejumlah besar cairan ke dalam urin dengan osmotik dari molekul gula yang
besar. Karena tubulus tidak dapat mengabsorpsi gula yang di tarik kedalamnya,
11
sejumlah besar cairan akan terbuang dalam urine. Efek dari obat diuretik osmosis
tidak hanya terbatas pada ginjal, karena zat yang di masukkan menarik cairan ke
diuretik osmosis sering digunakan dalam situasi akut ketika obat ini diperlukan
6. Penggunaan Diuretika
a. Udema
sempurna lagi, dan air tertimbun di paru-paru atau pada ascites (busung perut)
dimana air tertimbun dalam rongga perut, atau pada penyakit-penyakit ginjal.
b. Hipertensi
c. Diabetes insipidus
Produksi air kemih berlebihan, dalam hal ini diuretika justru mengurangi
poliuera.
12
d. Batu ginjal
kemih.
terlalu banyak, glukosa bila didapatkan dalam urine (pada penderita kencing
manis/DM). Jumlah urin sekitar 900-1500 ml/24 jam, dengan komposisi air
natrium dan sisa metabolisme terutama ureum, asam urat, dan creatinin). Dalam
urine sering didapatkan leucyte dan erytrocite 1-2 buah/lapangan pandang (ini
normal). Pada penderita icterus adanya bilirubin dan urobilin yang mneyebabkan
C. Simplisia
1. Pengertian Simplisia
belum mengalami pengolahan apapaun juga dan kecuali dikatakan lain, berupa
bahan yang telah dikeringkan (Depkes RI, 1995). Menurut “Materia Medika
(mineral). Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tumbuhan utuh, bagian
tumbuhan atau eksudat tumbuhan. Eksudat tumbuhan ialah isi sel yang secara
spontan keluar dari tumbuhan atau isi sel yang dengan cara tertentu dipisahkan
dari tumbuhan dan belum berupa senyawa kimia murni (Depkes RI, 1995 dalam
13
2. Proses Pembuatan Simplisia
Faktor yang paling berperan dalam tahapan ini adalah masa panen. Berdasarkan
garis besar pedoman panen, pengambilan bahan baku tanaman dilakukan sebagai
a. Akar
b. Sortasi Basah
Sortasi basah adalah pemilahan hasil panen ketika tanaman masih segar.
lain atau bagian lain dari tanaman yang tidak digunakan dan bagian tanaman yang
c. Pencucian
terutama bahan-bahan yang berasal dari dalam tanah dan juga bahan-bahan yang
tercemar pestisida.
d. Pengubahan Bentuk
14
semakin cepat kering. Proses Pengubahan bentuk ini meliputi beberapa perlakuan
berikut.
e. Pengeringan
1. Menurunkan kadar air sehingga bahan tidak ditumbuhi kapang dan bakteri
kemudian dijemur langsung dibawah sinar matahari. Oleh karena akar termasuk
bahan keras maka sebaiknya dijemur dibawah sinar matahari langsung tanpa
pelindung.
g. Sortasi Kering
15
yang rusak akibat terlindas roda kendaraan (misalnya dikeringkan ditepi jalan
ditempatkan dalam suatu wadah tersendiri agar tidak saling bercampur antara
sebagai berikut :
2. Tidak beracun bagi bahan yang diwadahinya maupun bagi manusia yang
menanganinya
serangga.
i. Sortasi Kering
sebagai berikut :
16
2. Tidak beracun bagi bahan yang diwadahinya maupun bagi manusia yang
menanganinya.
serangga.
4. Mampu melindungi simplisia dari pengaruh cahaya, oksigen, dan uap air
metabolit sekunder, oleh karena itu skrining terutama ditujukan terhadap golongan
Lumanraja, 2009). Uji Fitokimia yang sering dilakukan yaitu Alkaloid, Saponin,
Tanin, Flavonoid :
a. Alkaloid
senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen.
Dalam bentuk bebas alkaloid merupakan basa lemah yang sukar larut
dalam air tetapi mudah larut dalam pelarut organik. Untuk identifikasi
hanya sedikit yang berupa cairan (misalnya Nikotinia), tidak berwarna dan
17
mempunyai rasa pahit. Alkaloid merupakan senyawa yang mempunyai
aktifitas biologis yang sangat menonjol dan digunakan secara luas dalam
b. Saponin
(Harbone, 1987).
c. Flavonoid
pada suatu gula dan suatu alkohol yang saling berikatan melalui ikatan
dimana satu, dua, atau tiga gugus hidroksil dalam molekul flavonoid
terikat oleh gula (Sovia Lenny, 2006). Senyawa flavonoid dalam tubuh
18
degeneratif yang dapat mengakibatkan kerusakan jaringan yang
d. Tanin
etanol, hidroalkoholik, dan propilena glikol tetapi tidak dapat larut dalam
mantap yang larut dalam air. Dalam Industri tanin adalah senyawa yang
berasal dari tumbuhan yang mampu mengubah kulit hewan yang mentah
4. Karakterisasi Simplisia
liar(wild crop) memiliki kandungan kimia yang tidak terjamin selalu konstan
karna adanya variabel bibit, tempat tumbuh, iklim, kondisi (umur dan cara) panen,
serta proses pasca panen dan preparasi akhir. Variasi kandungan senyawa dalam
produk hasil panen tumbuhan obat disebabkan oleh beberapa aspek sebagai
a. Genetik (bibit)
19
c. Rekayasa agronomi (pertilizer, perlakuan selama masa tumbuh)
kadarnya, sehingga timbul jenis (species) lain yang disebut kultivar (Depkes RI.
2000). Proses pemanenan dan preparasi simplisia merupakan proses yang dapat
akan digunakan untuk obat sebagai bahan baku harus memenuhi persyaratan yang
jamu dsb.) masih harus memenuhi persyaratan produk kefarmasian sesuai dengan
peraturan yang berlaku (Depkes RI, 2000). Karakterisasi simplisia meliputi uji
D. Ekstraksi
1. Defenisi Ekstraksi
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian
tanaman obat. Zat-zat aktif terdapat didalam sel dan diperlukan metode ekstraksi
2. Metode Ekstraksi
20
a. Cara Dingin
- Maserasi
maserat.
- Perkolasi
bahan.
b. Cara panas
- Refluks
21
- Sokletasi
pendingin balik.
- Digesti
- Infusa
- Dekok
Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama (≥30◦C) dan
temperature sampai titik didih air (Depkes RI, 2000). Ekstrak adalah
sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari simplisia nabati
22
BAB III
METODE PENELITIAN
Alat-alat yang digunakan adalah corong, gelas kimia 100 ml, 1000 ml
(Pyrex), gelas ukur 25 ml, 100 ml (pyrex), labu ukur 50 ml, 100 ml (pyrex),
lumpang dan stamper, penampung urin, Rotavapor, spoit oral, timbangan analitik,
tablet furosemid.
1. Populasi
Hewan uji mencit yang diambil dari peternakan hewan uji Universitas
23
2. Bahan Uji
Daun Kumis Kucing yang diambil dari Desa Maroangin, Kecamatan Telluwanua,
ekor, dipilih yang berbadan sehat, dewasa dengan bobot badan 20-30 gram.
1. Pengolahan Sampel
diameter 0,25-0,06 cm. Sedangkan untuk Daun Kumis Kucing diambil kemudian
dibersihkan dari kotoran yang melekat, dicuci bersih dan dikeringkan tanpa
Hewan uji dibagi dalam 5 kelompok, tiap kelompok terdiri dari 3 hewan
kelompok II, III dan IV diberi suspensi kombinasi ektsrak Rimpang Alang-alang
dengan Daun Kumis Kucing dengan masing-masing dosis 100 mg/Kg BB dengan
24
perbandingan (1 : 1), (1 : 2), dan (2 : 1) sebagai kelompok perlakuan dan
bejana maserasi, dibasahkan 500 ml etanol selama 2 jam, lalu ditambahkan etanol
96% hingga 1750 ml, ditutup dan didiamkan selama 5 hari dan terlindung dari
lalu ditambahkan etanol 96% hingga 1750 ml, ditutup dan didiamkan selama 5
hari dan terlindung dari cahaya matahari sambil diaduk berulang-ulang. Setelah 5
ditambah kembali dengan etanol. Maserasi dilakukan sebanyak 3 kali lima hari
25
c. Pembuatan Larutan Koloidal Na-CMC 1% b/v
ml air suling panas pada suhu 700C sambil diaduk dengan pengaduk elektrik
hingga terbentuk larutan koloidal dan cukupkan volume hingga 100 ml air suling.
Dosis yang dibuat untuk 100 mg/Kg BB adalah dengan cara ekstrak
koloidal Na-CMC.
mencit ditimbang dan dihitung volume pemberiannya. Hewan uji dibagi menjadi
5 kelompok, tiap kelompok terdiri dari 3 hewan uji. Kelompok I diberi larutan
koloidal Na-CMC 1% b/v sebagai kontrol. Kelompok II, III dan IV diberi
26
suspensi kombinasi ekstrak Rimpang Alang-alang dan Daun Kumis Kucing
b/v sebagai pembanding. Diberikan secara oral sesuai dengan volume pemberian
masing-masing.
diamati frekuensi diuresis dan volume urinnya selama 2 jam dengan frekuensi
E. Defenisi Operasional
27
Pemakaian oral : Suatu bentuk pemakain obat dengan cara
F. Teknik Analisis
(RAL).
28
BAB IV
A. Hasil Penelitian
29
2 - - - - 0
3 - - - - 0
Ekstrak 1 - - 0,3 - 0,3
RAA dan 2 - - 0,3 0,1 0,4
0,9 0,3
DKK 3 - - 0,2 - 0,2
(1 : 1)
Ekstrak 1 - 0,2 0,25 - 0,45
RAA dan 2 - - 0,2 - 0,2
0,9 0,3
DKK 3 - - 0,25 - 0,25
1: 2
Ekstrak 1 - 0,3 0,2 0,2 0,7
RAA dan 2 - 0,25 0,2 - 0,45
1,95 0,65
DKK 0,8
3 - 0,3 0,2 0,2
2:1
1 0,5 0,2 - 0,3 1,0
Fursemid 2 0,3 - 0,3 0,1 0,7 2,9 0,97
3 0,5 0,4 0,1 0,2 1,2
B. Pembahasan
kandungan bioaktif yang terdapat dalam ektrak Daun Kumis Kucing yang
terlebih dahulu mencit jantan diberikan suspensi Na CMC 1%, Furosemid, dan
30
volume urin. Pengukuran volume urin dilakukan selama 2 jam untuk melihat efek
yang maksimal pada suatu bahan uji yang diberikan. Diuretik meningkatkan
volume urin dan sering mengubah pH-nya serta komposisi ion di dalam urin dan
melibatkan retensi cairan (edema) atau dalam mengobati hipertensi dengan efek
tekanan darah.
kontrol negatif (Na CMC) memiliki frekuensi urin yang rendah dibandingkan
disebabkan karena kontrol negatif tidak terkandung zat aktif yang dapat
sedikit. Aktivitas diuretik tertinggi ke terendah secara berurutan dengan nilai rata-
Hasil uji statistic Anova terhadap frekuensi total urin diperoleh nilai
signifikansi sebesar 15,45 > 3,48 (pada taraf α 0,05). Artinya masing - masing
perlakuan memberikan perbedaan yang bermakna, untuk hal ini maka perlu
dilanjutkan dengan pengujian beda rata - rata dari masing - masing perlakuan
31
Dosis kombinasi terbesar yang memberikan peningkatan frekuensi urin
adanya peningkatan derajat keasaman (pH) urin. Nilai pH urin tikus normal
berkisar 7,3 sampai 8. Nilai pH urin ditentukan oleh pengaturan asam basa di
ginjal. Apabila sejumlah HCO3- difiltrasi secara terus menerus ke dalam tubulus
ginjal dan dieksresikan ke dalam urin, maka akan menyebabkan urin bersifat basa.
tubulus ginjal dan dieksresikan ke dalam urin maka akan menyebabkan urin
bersifat asam. Dalam pengaturan konsentasi ion H+, ginjal memiliki beberapa
HCO3- dan memproduksi ion HCO3- yang baru. Hal ini dilakukan untuk
Kucing sebagai diuretik alami telah terbukti mampu meningkatkan frekuensi urin,
eksresi ion natrium dan kalium melalui urin sehingga ekstrak ini memiliki potensi
yang hampir sama dengan diuretik sintetik yang banyak digunakan saat ini.
Zat aktif yang beraktivitas sebagai diuretik dalam ekstrak Rimpang Alang-
Alang adalah flavonoid dan pada Daun Kumis Kucing adalah senyawa Garam
Kalium. Dari kombinasi kedua ekstrak tersebut yang paling besar dalam
32
Pengeluaran ion natrium dan kalium dalam jumlah yang berlebih
juga harus berhati-hati, tidak boleh diberikan secara terus menerus, dan sesuai
BAB V
A. Kesimpulan
disimpulkan bahwa :
33
Kucing) 2 : 1 (2,67), kombinasi (Rimpang Alang-Alang : Daun Kumis
Kucing) 1 : 1 (1,33).
B. Saran
efek toksisitas akut, agar dapat diketahui dosis yang tepat dalam penggunaan
sebagai diuretik
DAFTAR PUSTAKA
34
D Elysa Putri Mambang, 2014. Rebusan Rimpang Alang-Alang (Imperata
cylindrical L.) Memberikan Efek Diuretik Pada Mencit (Mus musculus) Di
menit ke 90. Jurusan Farmasi Poltekkes kemenkes Medan. Medan. Diakses
tanggal 12 Februari 2019.
Hariana, Arief, Drs. H., 2004, Tumbuhan Obat dan Khasiatnya seri 1, Jakarta:
Penebar Swadaya.
Ninuk Kus Dasa Asiafri Harini, 1989. Membandingkan Efek Diuretik Daun
Kumis Kucing Muda Dan Tua. Jurusan Biologi FMIPA UNAIR.
Surabaya.
Novita., dkk. (2014). Uji Efektivitas Diuretik Ekstrak Etanol Biji Salak (Salacca
zalacca varietas zalacca (gaert) Voss ) Pada Tikus Putih Jantan Galur
Wistar (Rattus norvegicus) Jurnal Ilmiah Farmasi FMIPA Universitas
Samratulangi Manado
Rustam Erlina, 2012. Perbandingan Efek Diuretik (Peluruh Air Seni) Serta Kadar
Natrium Dan Kalium Darah Dan Urin Antara Pemberian Ekstrak Etanol
Akar Alang-Alang Dan Furosemid. Fakultas Kedokteran UNAND.
Padang.
Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardjo, 2007. Obat - Obat Penting Edisi Keenam.
Jakarta: Gramedia.
35
Lampiran 1. Skema Kerja Uji Efek Diuresis Kombinasi Ekstrak Rimpang
Alang-Alang (Imperata cylindrical L.) dan Kumis Kucing
(Orthosiphon stamineus L.) Pada Mencit Jantan (Mus
musculus)
Rimpang Alang-alang
(Imperata cylindrical L.) dan Kumis
Mencit 15 ekor Kucing (Orthosiphon stamineus L.)
Pemeliharaan
Adaptasi Dibersihkan, dikeringkan, diserbukkan
Penimbangan sesuai dengan pengayak 4/18,
diekstraksi secara maserasi 3 x 5 hari
Dipuasakan
Ekstrak etanol cair
Dikelompokkan
Di Rotavapor
Di suspensi
Perhitungan Dosis
= 0,0026 x 40 mg
37
= 0,104 mg/20 g BB
30
Dosis Furosemid untuk mencit = x 0,104
20
= 0,156 mg
= 15,6 mg
= 0,0154 % b/v
199 mg
Berat rata-rata = x 0,156 mg
40 mg
= 0,78 mg
22 g
Mencit 1 : x 1 ml
30 g
= 0,73ml
25 g
Mencit 2 : x 1 ml
30 g
38
= 0,83 ml
24 g
Mencit 3 : x 1 ml
30 g
= 0,8 ml
27 g
Mencit 1 : x 1 ml
30 g
= 0,9 ml
25 g
Mencit 2 : x 1 ml
30 g
= 0,83 ml
26 g
Mencit 3 : x 1 ml
30 g
= 0,87 ml
c. Kombinasi ekstrak (1 : 1)
29 g
Mencit 1 : x 1 ml
30 g
= 0,96 ml
29 g
Mencit 2 : x 1 ml
30 g
= 0,96 ml
39
29 g
Mencit 3 : x 1 ml
30 g
= 0,96 ml
d. Kombinasi ekstrak (1 : 2)
29 g
Mencit 1 : x 1 ml
30 g
= 0,96 ml
24 g
Mencit 2 : x 1 ml
30 g
= 0,8 ml
25 g
Mencit 3 : x 1 ml
30 g
= 0,83 ml
e. Kombinasi ekstrak (2 : 1)
28 g
Mencit 1 : x 1 ml
30 g
= 0,93 ml
26 g
Mencit 2 : x 1 ml
30 g
= 0,87 ml
25 g
Mencit 3 : x 1 ml
30 g
= 0,83 ml
40
3. Perhitungan Kombinasi Ekstrak
30 g
Untuk mencit 30 g = x 100 mg
1000 g
Kucing
Kombinasi sebanyak 15 ml ;
1 : 2 Masing-masing di campur = 5 ml + 10 ml = 15 ml
2 : 1 Masing-masing di campur = 10 ml + 5 ml = 15 ml
41
Na- Kombinasi Ekstrak Kontrol
Hewan ke Jumlah
CMC 1:1 1:2 2:1 positif
1 1 1 2 3 4
2 0 2 1 2 3
3 0 1 1 3 4
Jumlah 1 4 4 8 11 28
Rata-rata 0,33 1,33 1,33 2,67 3,67
= 15 – 1
= 14
= 5–1
= 4
42
DB Galat = DB Total - DB Peralakuan
= 14 – 4
= 10
Y2 r ( 7,05 )
FK = = = = 3,31
x tr x 2
3 49,7015r
tr x 5r x x tr
tr
JKP = (0,4)2 + (0,9)2 + (0,9)2 + (1,95)2 + (2,9)2 - FK
3
= 4,66 – 3,31
= 1,35
= 1,7
= 1,7 – 1,35
= 0,35
JKP
KTP = DB Perlakuan
= 1,35
4
43
= 0,34
KTG = JKG
DB
Galat
= 0,35
10
= 0,035
KTP
Fh =
KTG
= 0,34
0,035
= 9,71
F – Tabel
Sumber DB JK KT Fh
Variasi
5% 1%
Rata-rata 1 3,31 3,31
Perlakuan 4 1,35 0,34 9,71 3,48 5,98
Galat 10 0,35 0,035
Total 15 82
Karena F – hitung > F – Tabel pada taraf 5 % dan 1 %, maka hasilnya adalah
44
5. Untuk menentukan perlakun yang signifikan, dilakukan Uji Rentang Newman
KTG
Sy =
√ r
0, 035
=
√ 3
= 0,14
Dari Daftar E dengan DB untuk distribusi Student yakni DB Galat 10 pada taraf
α 0,05 diperoleh :
P 2 3 4 5
45
RST 0,44 0,54 0,61 0,65
Perlakuan I II III IV V
46
III lawan V = 0,64 > 0,54 = Signifikan
= 15 – 1
= 14
= 5–1
= 4
= 14 – 4
47
= 10
Y2 r ( 28)2
FK = = = = 52,27
x tr x 3x 78415r x
tr 5r x tr tr
= 1 + 16 + 16 + 64 + 121 3
- 52,27
= 72,67 – 52,27
= 20,40
= 1 + 0 + 0 + 1 + 4 + 1 + 4 + 1 + 1 + 9 + 4 + 9 + 16 + 9 + 16 – 52,27
= 76 – 52,27
= 23,73
= 23,73 – 20,40
= 3,33
JKP
KTP = DB Perlakuan
= 20,40
4
= 5,1
JKG
DB
Galat
48
KTG =
= 3,33
10
= 0,33
KTP
Fh =
KTG
= 5,1
0,33
= 15,45
F – Tabel
Sumber DB JK KT Fh
Variasi
5% 1%
Rata-rata 1 52,27 52,27
Perlakuan 4 20,40 5,1 15,45 3,48 5,98
Galat 10 3,33 0,33
Total 15 76
Karena F – hitung > F – Tabel pada taraf 5 % dan 1 %, maka hasilnya adalah
49
5. Untuk menentukan perlakun yang signifikan, dilakukan Uji Rentang Newman
KTG
Sy =
√ r
0 ,33
=
√ 3
= 0,33
Dari Daftar E dengan DB untuk distribusi Student yakni DB Galat 10 pada taraf
α 0,05 diperoleh :
P 2 3 4 5
50
RST 1,04 1,28 1,43 1,53
Perlakuan I II III IV V
51
III lawan V = 2,34 > 1,28 = Signifikan
1.2
0.8
Volume urin
0.6
0.4
0.2
0
Na-CMC Ekstrak 1 : 1 Ekstrak 1 : 2 Ekstrak 2 : 1 Furosemid
52
1.2
0.8
Frekuensi urin
0.6
0.4
0.2
0
Na-CMC Ekstrak 1 : 1 Ekstrak 1 : 2 Ekstrak 2 : 1 Furosemid
Kucing
Rimpang Alang-Alang
53
Daun Kumis Kucing
54
Hasil Maserasi Sampel
Adaptasi mencit
55
Pemberian oral
56