Anda di halaman 1dari 6

1. Herba seledri (Apium graveolens L.

)
a. Taksonomi
Kingdom : Plantae
Sub kingdom : Viridiplantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Super ordo : Asteranae
Ordo : Apiales
Famili : Apiaceae
Genus : Apium
Spesies : Apium graveolens L.
(Kemenkes RI, 2016).
b. Deskripsi
Seledri (Apium graveolens L.) adalah tanaman sayuran bumbu
berbentuk rumput yang berasal dari benua Amerika. Tanaman seledri
memiliki tinggi 25-100 cm dengan bau aromatik yang khas. Batang
bersegi dan beralur membujur. Memiliki bunga yang banyak dengan
ukuran yang kecil. Bunga-bunga tersebut berwarna putih kehijauan.
Seledri dapat tumbuh pada dataran rendah sampai tinggi, dan optimal
pada ketinggian tempat 1.000-1.200 m dpl, suhu udara 15-
240C. Tanaman seledri juga dapat dikembangkan pada daerah tropis
seperti di Indonesia. Sebagai tanaman subtropis seledri membutuhkan
sinar matahari yang cukup sekitar 8 jam/hari (Kemenkes RI, 2016).
Tanaman seledri (Apium graveolens L.) termasuk tanaman dikotil
(biji berkeping dua) dan merupakan tanaman setahun atau dua tahun,
yang berbentuk rumput atau semak. Tanaman seledri tidak bercabang,
susunan tubuhnya terdiri dari akar, batang, daun, bunga dan buah
seperti pada gambar dibawah ini :
1) Akar
Akar tanaman seledri (Apium graveolens L.) yaitu akar
tunggang dan memiliki serabut akar yang menyebar kesamping
dengan radius sekitar 5-9 cm dari pangkal batang dan akar dapat
menembus tanah sampai kedalaman 30 cm, berwarna putih
kotor. Akar seledri berfungsi untuk menyerap unsur hara dan air
dari dalam tanah serta menopang berdirinya tanaman di atas
tanah.
2) Batang
Batang seledri tidak berkayu, berbentuk persegi, beralur,
beruas, tidak berambut, bercabang banyak, dan berwarna hijau
dengan pangkal berwarna putih.
3) Daun
Daun seledri berwarna hijau muda sampai tua, bentuknya
menyirip ganjil, tepi daun beringgit, ujung daun meruncing, dan
helai daun tipis. Rata-rata daun berukuran panjang dan lebar
sekitar 2-7,5 x 2,5 cm, daun memiliki tangkai dengan panjang 1-
2,7 cm. Merupakan daun majemuk dengan anak daun 3-7 helai
daun.
4) Bunga
Bunga tanaman seledri merupakan bunga majemuk
berbentuk payung berjumlah 8-12 buah kecil-kecil berwarna
putih tumbuh dipucuk tanaman tua. Pada setiap ketiak daun
dapat tumbuh sekitar 3-8 tangkai bunga, pada ujung tangkai
bunga ini membetuk bulatan. Setelah bunga dibuahi akan
terbentuk bulatan kecil hijau sebagai buah muda, setelah tua
buah berubah warna menjadi coklat muda
5) Buah
Buah tanaman seledri berbentuk bulatan kecil hijau sebagai
buah muda, selanjutnya berubah menjadi coklat muda. Biasanya
buah terletah di ujung tangkai bunga (Sudarsono et al., 1996).

c. Kandungan kimia
Flavonoid, saponin, tannin 1%, minyak atsiri 0,033%, flavor-
glukosida (apiin), apigenin, kolin, lipase, asparagin, zat pahit, vitamin
(A,B,C). Setiap 100 g herba seledri mengandung air 93 ml, protein 0,9
g, lemak 0,1 g, karbohidrat 4 g, serat 0,9 g, kalsium 50 mg, besi 1 mg,
fosfor 40 mg, yodium 150 mg, kalium 400 mg, magnesium 85 mg,
vitamin A 130 IU, vitamin C 15 mg, riboflavin 0,05 mg, tiamin 0,03
mg, nikotinamid 0,4 mg. Akar mengandung asparagin, manit, minyak
atsiri, pentosan, glutamin, dan tirosin. Ekstrak diklorometan akar
seledri mengandung senyawa poliasetilen falkarinol, falkarindiol,
panaksidiol dan 8-O-metilfalkarindiol. Biji mengandung apiin, minyak
atsiri, apigenin, alkaloid. Senyawa yang memberi bau aromatic adalah
ftalides (3- butilftalid & 5,6-dihidro turunan sedanenolid) (Kemenkes
RI, 2016).

d. Data keamanan
LD50 peroral pada tikus > 5 g/kg BB. Tidak toksis pada pemberian
subkronik dengan dosis per oral 5 g/kg BB pada tikus (Kemenkes RI,
2016).

e. Data manfaat
Pemberian intravena ekstrak daun seledri pada anjing dapat
menurunkan tekanan darah. Efek hipotensif juga ditunjukkan oleh
pemberian intravena pada anjing dan kelinci. Telah dibuktikan pula
adanya efek menurunkan tekanan darah pada 16 orang laki-laki
bertekanan darah tinggi yang diberi 40 ml campuran ekstrak seledri
dan madu atau sirup secara oral 3 kali sehari. Senyawa
ftalid terkandung dalam minyak atsiri biji mempunyai efek sedatif
spasmolitik pada mencit .
Seluruh bagian tanaman berefek me-nurunkan tekanan darah pada
hewan yang dibuat hipertensi. Pada pemberian intravena apigenin 10
mg/kg pada anjing dan kelinci dapat menurunkan tekanan darah dari
120 mmHg menjadi 70 mmHg. Efek tersebut dapat dilihat pada anjing
dengan hipertensi esensial.
Pemberian per-oral dan intravena cairan segar seluruh bagian
tanaman dapat menurunkan tekanan darah anjing sampai sebesar 50%.
Efek penurunan tekanan darah tersebut disebabkan karena terjadinya
stimulasi pada reseptor kimia (chemoreceptor) pada "carotid body" dan
"aorticarch". Dan efek ini ada kaitannya dengan sistem syaraf
simpatik.
Apigen diketahui pula dapat berefek pada pelebaran pembuluh
darah perifer. Apiin dan Apigenin yang diberikan peroral dapat
merupakan antagonis eksitasi mencit yang diberi kokain.
Minyak atsiri biji berefek antikejang (trianquilizer dan
anticonvulsant) pada mencit, sedangkan alkaloid yang terdapat pada
biji seledri mempunyai potensi sebagai penenang dan anti kejang pada
mencit. Indeks terapi efek penenang daripadanya relatif tinggi. Minyak
atsiri biji seledri dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans
dan Histoplasma capsulatum. Minyak atsiri seledri bersama dengan
asam ferulat mempunyai aksi saling menguatkan efek anti jamur.
Bijinya tidak terbukti berpotensi sebagai anti malaria dan seluruh
herba juga tidak terbukti berpotensi sebagai antibiotik. Sucapigraveol
mempunyai peran pada peningkatan jumlah urine dan penurunan urea
dari anion klorida. Komponen terpenoid minyak atsiri dapat
menyebabkan kontraksi uterus, baik pada keadaan hamil maupun tidak
hamil. Alkaloid dan beberapa senyawa kumarin kemungkinan
mempunyai efek sebagai tranquilizer (Sudarsono et al., 1996).
Pada penelitian Saragih (2009) menunjukkan pemberian infus daun
seledri menyebabkan penurunan kadar kolestrol serum darah marmot
yang hiperkolestrolemi. Penelitian Febrina et al (2009) menunjukkan
bahwa aktivitas antihiperlipidemia ekstrak etanol herba seledri dosis
50 mg/kg BB dapat menurunkan kadar kolesterol total, trigliserida, dan
LDL-kolesterol plasma secara signifikan, dan meningkatkan kadar
HDL-kolesterol plasma (Saragih, 2009).
Penelitian yang dilakukan Umarudin et al., dengan perlakuan
pemberian ekstrak tanin seledri (Apium graviolens L) pada tikus putih
hiperkolestrolemi secara oral selama 14 hari menunjukkan adanya efek
signifikan menurunkan kadar kolesterol total dan LDL. Akan tetapi
ekstrak tanin seledri tidak berpengaruh siginifikan terhadap kadar
trigliserida dan HDL. Berdasarkan penelitian tersebut dosis yang
paling efektif untuk menurunkan kadar kolesterol total dan LDL yaitu
75 mg/kgBB/hari (Umarudin et al., 2012).

f. Kontraindikasi
Karena diuretik kuat maka tidak digunakan pada gangguan ginjal
akut, infeksi ginjal, dan kehamilan. Buah seledri mengandung
fuanokumarin yang berefek fototoksik dan dapat memicu terjadinya
reaksi alergi (Kemenkes RI, 2016).

g. Peringatan
Herba seledri segar lebih dari 200 g sekali minum dapat
menyebabkan penurunan tekanan darah secara tajam sehingga
mengakibatkan syok. Dosis 200 g juga menyebabkan efek diuretik.
Biji seledri menimbulkan fotosensitisasi, perlu menggunakan tabir
surya bila kena sinar matahari (Kemenkes RI, 2016).

h. Efek samping
Penderita yang sensitif terhadap tanaman Apiaceae bisa
menyebabkan dermatitis alergika. Beberapa senyawa kumarin
kemungkinan mempunyai efek tranquilizer (Kemenkes RI, 2016).

i. Interaksi
Meningkatkan efek obat antihipertensi dan diuretik. Biji seledri
dapat mengencerkan darah, sehingga tidak digunakan pada orang yang
menggunakan pengencer darah, termasuk aspirin, dan Warfarin. Pasien
yang menggunakan diuretik tidak boleh mengkonsumsi biji seledri
(Kemenkes RI, 2016).

j. Dosis
3 x 1 tablet (2 g serbuk biji)/hari. 3 x 1 kapsul (100 mg ekstrak
herba)/hari (Kemenkes RI, 2016).

Dapus:

Sudarsono, Pudjoanto, A., Gunawan, D., Wahyuono, S., Donatus, I. A., Drajad, M.,
Wibowo, S., dan Ngatidjan (1996). Tumbuhan Obat, Hasil Penelitian, Sifat-sifat dan
Penggunaan, Pusat Penelitian Obat Tradisional, UGM, Yogyakarta.

Saragih. 2009. Pengaruh Pemberian Infus Daun Seledri (Apium graviolens L) Terhadap
Kadar Kolesterol Serum Darah Marmut (Cavia cobaya). (Skripsi). Medan : Universitas
Sumatera Utara.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Formularium Obat Herbal Asli


Indonesia. Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Tradisional, Alternatif, dan
Komplementer: Jakarta.

Umarudin, Susanti, R. and Yuniastuti, A. (2012) ‘Efektifitas ekstrak tanin seledri terhadap
profil lipid tikus putih hiperkolesterolemi’, Unnes Journal of Life Science, 1(2), pp. 78–85.

Anda mungkin juga menyukai