Anda di halaman 1dari 5

Nama : Fathurrohman Jamil

Nim : 2206216
Kelas : 2C

Nama : Peni Perniati


Nim : 2209595
Kelas : 2D

Kelompok : 62 ( Sambiloto/Pepaitan )

Sambiloto/Pepaitan

Menurut (Munawar et al., 2015). Sambiloto merupakan tumbuhan yang berasal dari India
serta beberapa negara di Asia. Sambiloto sudah dipakai sejak lama untuk membantu proses
penyembuhan berbagai permasalahan kesehatan oleh orang – orang yang berada di wilayah
India, China sampai dengan Asia Tenggara . Sambiloto (Andrographis panicu- lata Nees.)
merupakan salah satu tanam- an obat yang telah lama dan banyak dimanfaatkan sebagai bahan
ramuan obat tradisional. Tanaman ini mempu- nyai potensi yang besar sebagai sumber hayati
untuk keperluan biopharmacen- tical industry, serta dapat dikembangkan sebagai industri
fitofarmaka. Tanaman sambiloto rasanya pahit, mengandung saponin, flavonoid dan tanin
gambaran umum tanaman sambiloto Sambiloto yang juga dikenal sebagai “King of Bitters”
bukanlah tumbuhan asli Indonesia, tetapi diduga berasal dari India. Menurut data spesimen yang
ada di Herbarium Bogoriense di Bogor, sambiloto sudah ada di Indonesia se- jak 1893. Di India,
sambiloto adalah tumbuhan liar yang digunakan untuk meng- obati penyakit disentri, diare, atau
malaria. Hal ini ditemukan dalam Indian Phar- macopeia dan telah disusun paling sedikit dalam
26 formula Ayurvedic.7 Dalam Traditional Chinese Medicine (TCM), sambiloto diketahui
penting sebagai tanaman ”cold property” dan digunakan sebagai penurun panas serta
membersihkan racun- racun di dalam tubuh.8 Tanaman ini kemudian menyebar ke daerah tropis
Asia hingga sampai di Indonesia.
Sambiloto atau dikenal juga dengan sebutan Kalmegh, Kalafath, Kan-jang, Alui,Charita,
Sambilata, Andrographis paniculata nees banyak ditemukan dan dibudidayakan di daerah tropis
dan 5 subtropis Asia, Asia Tenggara dan India. Sambiloto memiliki nama lain seperti papaitan
(Sumatera), Pepaitan (Melayu), takilo, bidara, sadilata, sambiloto (Jawa), sambilata, sadilata, ki
oray, ki peurat, takilo (Sunda) (Hariana, 2006).
Gambar Tumbuhan sambiloto

Gambar 1. Tanaman Sambiloto.


Sumber: (Ratnani et al., 2012)

Tanaman sambiloto memiliki morfologi yaitu herba tegak tinggi sekitar 0,5-1 meter, batang
muda bersiku empat, sedang yang tua berkayu dengan 4 pangkal membulat, percabangan
monodial, warna hijau. Daun tunggal berbentuk bulat telur, bersilang berhadapan dengan ujung
dan pangkalnya runcing, helai daun bertepi rata dengan pertulangan menyirip, panjang daun 3-5
cm, lebar 0,5-1,5 cm, berasa pahit, berhadapan, bagian atasnya hijau tua, bagian bawahnya
berwarna lebih pucat.Bunga majemuk, kecil, berwarna putih dengan garis-garis ungu, tersendiri
dengan diatur diketiak dan diujung rangkai. Seluruhnya membentuk bunga malai yang besar,
kelopak bentuk lanset, berbagi lima, pangkalnya berlekatan, memiliki dua bulir benang sari,
bulat panjang, kepala putik ungu kecoklatan. Buah berbentuk kotak, tegak, agak berbentuk
silinder, bulat panjang, bagian ujungnya runcing dan tengahnya beralur, buah berwarna hijau,
setelah tua berwarna hitam. Bijinya tiga sampai empat buah yang dilempar keluar jika buah
masak. Tanaman sambiloto memiliki tinggi 40 cm sampai 90 cm, percabangan banyak dengan
letak yang berlawanan, cabang berbentuk segi empat dan tidak berambut. Bentuk daun lanset,
ujung daun dan pangkal daun tajam atau tegak tajam, tepi daun rata, panjang daun 3 cm sampai
12 cm dan lebar 1 cm sampai 3 cm, panjang tangkai daun 5 mm sampai 25 mm; daun bagian atas
bentuknya seperti daun pelindung.
Perbungaan tegak bercabang-cabang, gagang bunga 3 mm sampai 7 mm, panjang kelopak
bunga 3 mm sampai 4 mm. Bunga bibir bentuk tabung, panjang 6 mm, bibir bunga bagian atas
berwarna putih dengan warna kuning di bagian atasnya, bibir bunga bawah lebar, berwarna
ungu. Bentuk buah jorong dengan ujung yang tajam, bila tua akan pecah menjadi 4 bagian
(DepKes RI, 1979).
Semua bagian tanaman sambiloto, seperti daun, batang, bunga dan akar, terasa sangat pahit
jika dimakan atau direbus untuk diminum. Rasa pahit itu disebabkan oleh adanya senyawa
andrographolid yang banyak terdapat di dalam tanaman sambiloto, terutama bagian daun dan
batangnya. Daun dan batang tumbuhan ini rasanya sangat pahit karena mengandung senyawa
yang disebut andrographolid yang merupakan senyawa keton diterpena.
Kandungan yang terdapat dalam tumbuhan sambiloto ini mengandung senyawa yang disebut
andrographolid yang merupakan senyawa keton diterpena. Kadarnya dalam daun antara 2,5-4,8
% dari berat kering. Senyawa ini diduga merupakan salah satu zat aktif dari daun sambiloto yang
juga banyak mengandung unsur-unsur mineral seperti kalium, natrium dan asam kersik
(Wijayakusuma, et al., 1994). Sementara pada akar mengandung flavonoid berupa
polimetoksiflavon, andrografin, panikolin, dan apigenin-7, 4-dimetil eter, alkena, keton, aldehid,
kalium, kalsium, natrium, serta asam kersik. Selain itu terdapat andrografolid 1% dan kalmegin
(Hariana, 2006). Daun dan cabang sambiloto terdapat senyawa kimia
sepertideoksiandrografolid, andrografolid, neoandrografolid dan homoandrografolid. Terdapat
juga flavonoid, alkena, keton, aldehid, mineral (kalium, akarnya mengandung flavonoid, dimana
hasil isolasi terbanyaknya adalah polimetoksiflavon, andrografin, pan ikulin, dan apigenin-7, 4-
dimetileter Daun dan percabangannya lebih banyak mengandung lakton sedangkan komponen
flavonoid dapat diisolasi dari akarnya, yaitu polimetok-siflavon, androrafin, panikulin, mono-0-
metilwithin dan apigenin- 7,4 dimetileter. Selain komponen lakton dan flavonoid, pada tanaman
sambiloto ini juga terdapat komponen alkane, keton, aldehid, mineral (kalsium, natrium, kalium),
asam kersik dan damar.3
Di dalam daun, kadar senyawa andrographolide sebesar 2,5-4,8% dari berat keringnya.3 Ada
juga yang mengatakan biasanya sambiloto distandarisasi dengan kandungan andrographolide
sebesar 4-6%.12 Senyawa kimia lain yang sudah diisolasi dari daun yang juga pahit yaitu
diterpenoid viz. deoxyandro-grapholide-19β-D-glucoside, dan neo-andrographolide.13
Sambiloto merupakan tanaman yang sejak dahulu digunakan sebagai obat tradisional karena
khasiatnya yang sangat banyak diantaranya adalah perangsang daya kekebalan tubuh. Diketahui
bahwa banyak senyawa penting yang berperan terhadap khasiat sambiloto tersebut diantaranya
adalah senyawa flavonoid (Dalimartha, 1999 ). Khasiat yang terkandung dalam daun sambiloto
Beberapa khasiat tanaman sambiloto di antaranya mengatasi penyempitan pembuluh darah
akibat kolestrol, antri trombosit, menururnkan panas, penambah stamina, melancarkan buang air
kecil, hingga melindungi hati dari zak kimia yang masuk dalam tubuh.
Kandungan andrografolid mampu meningkatkan sistem pertahanan tubuh seperti,
meningkatkan produksi sel darah putih yang menyerang bakteri dan benda asing lainnya.
Peningkatan sistem imun oleh zat andrographolide sesuai dengan pendapat Prapanza dan Lukito
(2003) dalam Prianggodigdoyo (2008). Prapanza dan Lukito menyatakan, kandungan zat aktif
didalam sambiloto adalah zat andrografolid yang menghasilkan rasa pahit yang luar biasa pada
sambiloto. Andrographolide berfungsi sebagai antipiretik, imunostimulan, antiimflamasi dan anti
bakteri. Dengan adanya khasiat/efek imunostimulan pada sambiloto maka sistem imun dalam
tubuh mencit akan meningkat dan menyebabkan tubuh mencit tahan terhadap mikroorganisme
penyebab penyakit. Tetapi, jika sistem imun tubuh terlalu tinggi (hipersensitif) maka, akan
mengakibatkan tubuh terlalu selektif terhadap zat-zat yang masuk kedalam tubuh, sehingga
tubuh menganggap semua zat dari luar yang masuk kedalam tubuh adalah benda asing.
Di Indonesia sendiri tumbuhan sambiloto digunakan untuk anti radang, antipiretik atau
meredakan demam, dan untuk penawar racun atau detoksikasi. Di India akar dan daun digunakan
untuk menyembuhkan sakit karena gigitan ular dan serangga. Di Cina digunakan sebagai obat
antiinflamasi, antipiretik, obat influensa, disentri, infeksi saluran kencing, dan radang paru- paru.
Pada uji pra klinis untuk efek anti radang menggunakan mencit bahwa infus daun sambiloto 51,4
mg/100 g BB, secara oral dapat meningkatkan efek anti radang (Anonim, 2010).
Herba sambiloto secara empiris telah digunakan untuk mengatasi penyakit influenza, dan dapat
digunakan sebagai pembersih darah. Secara empiris herba sambiloto sejumlah satu genggam atau
80 gram dapat digunakan untuk mengatasi penyakit demam. Penggunaan tradisional lain untuk
pengobatan dispepsia, membantu pencernaan, dan antipiretik. Secara in vitro, herba sambiloto
memiliki potensi sebagai agen antiinflamasi, dan telah diuji klinis berkhasiat mengatasi demam
dan influenza di Mediterania.
DAFRAR PUSTAKA

Harborne. (1987). Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Bandung : Institut. Anonim.
(2010). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta : Depkes RI Depkes
RI. (1979). Materia Medika Indonesia, Jilid V. Jakarta: Departemen Kesehatan Teknologi
Bandung.
Hariana. (2006). Skrining Fitokimia dan Penetapan Kadar Flavanoid Total dari Ekstrak Etanol
70% Batang Sambiloto. Manokwari : Jurusan Kimia.
Huda, N. K. (2017). Pengaruh Ekstrak Sambiloto (Andrographis Paniculata Nees.) Terhadap
Siklus Estrus Mencit (Mus Musculus L. Swiss Webster). EKSAKTA: Berkala Ilmiah
Bidang MIPA, 18(02), 69-76.
Kumara, I. N. C., Pradnyani, I. G. A. S., & Sidiarta, I. G. A. F. N. (2019). Uji efektivitas ekstrak
kunyit (Curcuma longa) terhadap daya hambat pertumbuhan bakteri Streptococcus
mutans. Intisari Sains Medis, 10(3).
Marianto. (2003). Khasiat & Manfaat Sambiloto : Raja Pahit Penakluk Aneka Penyakit. Jakarta :
Agro Media Pustaka.
Manoi, F. (2006). Pengaruh cara pengeringan terhadap mutu simplisia sambiloto.
Widyawati, T. (2007). Aspek farmakologi sambiloto (Andrographis paniculata Nees). Majalah
Kedokteran Nusantara, 40(3), 216-222.

Anda mungkin juga menyukai