TINJAUAN PUSTAKA
ABSTRAK
Diabetes Melitus merupakan penyebab tersering dalam golongan penyakit metabolik. Diagnosis klinis
DM umumnya akan dipertimbangkan bila terdapat keluhan khas DM berupa poliuria, polidipsi, polifagi,
lemah dan penurunan BB yang tidak jelas penyebabnya. Pasien diabetes yang akan menjalani pembedahan
memiliki peningkatan angka mortalitas, dan pasien diabetes type 1 sangat beresiko untuk terjadinya
komplikasi pasca operasi. Peningkatan prevalensi pasien diabetes yang akan dioperasi dan meningkatnya
resiko komplikasi sehubungan dengan penyakit DM membutuhkan pemeriksaan dan pengelolaan
perioperatif yang optimal. Data dari berbagai penelitian menunjukkan peningkatan angka kesakitan dan
kematian penderita DM yang signifikan. Kontrol gula darah yang tepat terbukti menurunkan kejadian
komplikaksi.
Perioperatif DM diantaranya dengan melakukan evaluasi klinis pasien, menilai komplikasi serta kegagalan
organ melalui anamnesis dan pemeriksaan penunjang, selanjutnya dinilai status pembedahan pasien
apakah emergensi atau elektif. Status pengontrolan gula pasien berdasarkan terapi yang telah diterima
pasien harus dinilai. Pasien yang akan menjalani operasi emergensi dilakukan kontrol gula darah secara
cepat, diberikan insulin kerja cepat untuk mengontrol keadaan hiperglikemi, dilakukan penilaian dan
tatalaksana keadaan hiperglikemi emergensi seperti HHS atau KAD. Pada operasi elektif maka tatalaksana
pasien dibagi berdasarkan lama durasi operasi; yaitu kecil, sedang, dan besar, kemudian ditentukan teknik
anestesi terbaik untuk prosedur operasi yang akan dijalani.
ABSTRACT
Diabetes mellitus is the most common cause in metabolic diseases. The clinical diagnosis of DM generally
be considered if the typical complaints of DM in the form of polyuria, polidipsi, polifagi, weakness and
weight loss unexplained. Diabetic patients who will undergo surgery have an increased mortality and type
1 diabetes are particularly at risk for the occurrence of postoperative complications. Increased prevalence
of diabetes patients to be operated on and an increased risk of complications in relation to the DM disease
requires examination and optimal perioperative management. Management of diabetic patients are faced
with today increased morbidity in general. Data from various studies indicate an increase in morbidity and
mortality in diabetic patient are significant. Advantages of proper blood sugar control has been documented
with mild complications and become standard therapy
DM perioperative them with the clinical evaluation of the patient, assess complications and organ failure
through anamnesis, investigation, subsequently assessed the status of surgical patients whether emergency
or elective. An assessment of the status of sugar control patients who had received therapy based pasien.
Pasien be performed emergency surgery performed blood sugar control rapidly, given the rapid acting insulin
to control hyperglycemia circumstances, an assessment of the state of emergency as HHS hyperglycemia or
KAD. On the management of elective surgery patients were divided by long duration of the operation. Being
a minor, moderate and major. Then determined the best anesthetic technique for operating procedures that
will be undertaken.
69
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 2 Nomor 2, Maret 2015
70
Penanganan Perioperatif Diabetes Mellitus
71
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 2 Nomor 2, Maret 2015
Untuk mendapatkan energi sel menggunakan resistensi insulin hingga kadar gula darah
protein dan lemak. Penguraian protein dan lemak meningkat dan fungsi sel beta menjadi turun. Saat
menghasilkan kompleks asam yang disebut itulah diagnosis DM ditegakkan. Penurunan fungsi
keton. Keton dapat diekskresi di urin. Peningkatan sel beta berlangsung secara progresif sampai
keton di dalam darah dapat menyebabkan akhirnya sama sekali tidak mampu lagi mensekresi
kondisi ketoasidosis yang bila tidak ditangani insulin, suatu keadaan yang menyerupai DM tipe
menyebabkan koma dan kematian4. 1. Dengan mengetahui mekanisme ini maka ADA
pada tahun 2008 menyebutkan bahwa “Type2
II.1 Patogenesis DM tipe 1 Diabetes Result from a progressive insulin secretory
Insulin pada DM tipe 1 menjadi tidak ada defect on the backround of insulin resistance”3.
karena pada jenis ini terdapat reaksi autoimun.
Pada individu yang rentan terhadap DM tipe 1 Etiologi kegagalan Fungsi Sel Beta pada DM tipe 2
terdapat adanya ICA (Islet Cell Antibody) yang
akan meningkat kadarnya pada beberapa keadaan
antara lain infeksi virus, diantaranya virus coksakie, Umur
5. Efek
rubella, CMV, herpes dan lain-lain, sehingga timbul I nkretin G
Genetik
peradangan pada sel beta (insulitis) yang akhirnya
menyebabkan kerusakan permanen sel beta. Yang 4. D eposit Beta Cell 3. Resistensi
Amiloid failure In
nsulin
diserang pada insulitis hanya sel beta, sel alfa dan
delta tetap utuh3.
1. Glukotoks
otoksisitas 2. Lipotoksisit
itas FFA)
72
Penanganan Perioperatif Diabetes Mellitus
73
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 2 Nomor 2, Maret 2015
Pada ADA 2011, pemeriksaan HbA1C yaitu mempertahankan konsentrasi gula darah
(>6,5%) sudah dimasukkan menjadi salah satu pada rentang normal dan mencegah terjadinya
kriteria diagnosis DM, jika dilakukan pada sarana komplikasi jangka panjang2.
laboratorium yang telah terstandarisasi dengan 1. Perubahan pola makan dan olah raga;
baik2. merupakan pengobatan pertama pada banyak
penderita DM tipe 2, penurunan berat badan
adalah faktor penting2.
2. Obat oral; umumnya terdiri dari 4 kelompok
obat: sulfonylurea (tolbutamine, glipizide,
acetoheksimide, tolazemide, glyburide,
glimepride, chlorpropamide), alpha glucosidase
inhibitor (acarbose), biguanide (metformin), dan
thiozolidinedione (trigitazone). Sulfonylureas
bekerja menginduksi pankreas meningkatkan
produksi insulin; dapat menyebabkan
hipoglikemia sampai 50 jam selama puasa.
Metformin menghambat glukoneogenesis,
juga menghambat penyerapan glukosa usus,
dan meningkatkan sensifitas insulin perifer.
Obat ini dapat menyebabkan asidosis laktat.
Acarbose menghambat pencernaan glukosa
dan penyerapannya di usus. Triglitazone
memperbaiki kerja insulin di otot, lemak dan
Gambar 6. Algoritma diagnosis DM3 liver tanpa meningkatkan sekresinya. Obat ini
dapat meningkatkan volume intravaskuler2.
IV. Terapi 3. Insulin; pasien DM tipe 1 membutuhkan insulin
Prinsip pengobatan adalah memperbaiki setiap harinya untuk penggunaan glukosa,
kondisi metabolik sehingga penderita dapat hidup pasien DM tipe 2 dapat menggunakan insulin
normal. Penanganan DM mempunyai 2 pencapaian bila gula darah tidak dapat dikontrol dengan
74
Penanganan Perioperatif Diabetes Mellitus
V. Manajemen Perioperatif
V.1 Algoritma penatalaksanaan perioperative pasien dengan DM8
75
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 2 Nomor 2, Maret 2015
Evaluasi type DM dan riwayat hipoglikemi, pemberiannya dan dilakukan monitoring gula
Diabetik Ketoasidosis (DKA) dan Hyperglicemic darah. Untuk pembedahan mayor pada pasien
Hyperosmolar Nonketotic Coma (HHNKC). NIDDM dan semua tipe pembedahan pada pasien
Pasien yang telah terkontrol gula darahnya IDDM, kontrol gula darah merupakan hal yang
baik dengan insulin, terapi oral, atau diet akan kritis selama masa perioperatif. Beberapa metode
menjadi hiperglikemi ataupun hipoglikemia ketika penatalaksanaan dijelaskan dalam literatur, namun
terinfeksi atau paska pemberian steroid. Evaluasi infus insulin sejauh ini merupakan jalan yang relatif
komplikasi DM tersering harus dilakukan, yaitu aman untuk mengontrol gula darah. Dimulai
gagal ginjal, neuropati sensori ataupun otonom dengan infus D5W 1 ml/kg/hr, lalu dicampur dengan
(delayed gastric emptying, sick sinus syndrome, insulin reguler 50 unit dalam 250 ml Normal saline
hipotensi ortostatik), artherosklerosis coroner (NS), lalu infus dengan formula:
atau perifer (Silent MI) kebutaan karena hemoragi
retina, kaku sendi yang memungkinkan pasien Plasma glucose (mg/dl)
Units per hour =
menjadi sulit diintubasi8. 150
Adanya infeksi aktif memungkinkan DM
menjadi restisten terhadap terapi. Tatalaksana Kadar gula darah harus diawasi dan jaga agar
KAD diperlukan sebelum pembedahan emergensi. tetap dalam range 120-180 mg/dl. Infus tetap diatur
Hiperglikemia mungkin dapat menyebabkan 0,5 unit /jam dosis inkremental. D50% diberikan
diuresis osmotik, disertai dehidrasi dan jika gula darah terlalu rendah (50 mg/dl)8.
hilangnya ion Natrium (Na+) and Kalium (K+). Monitoring EKG, Gula Darah, saturasi oksigen,
Asidosis Metabolik akan dikompensasi dengan dan temperatur dilakukan pada semua pasien.
hiperventilasi jika pasien sadar. Hiperglikemi Pengecekan Gula Darah dilakukan tiap jam. Pasien
diatasi dengan memberikan cukup insulin dengan diposisikan secara hati-hati untuk menghindari
infus kontinyu untuk mengurangi Gula darah 10% kerusakan syaraf perifer. Hiperglikemia
perjam hingga dapat terkontrol dengan baik. dihindari (dihubungkan dengan fagositosis dan
Monitor cairan resusitasi (CVP atau PA, kateter penyembuhan luka), dan cegah hipoglikemia
urin) dengan cairan saline, dan tambahkan KCl jika karena dapat menyebabkan kerusakan CNS.
urin output telah dinilai. Segera koreksi kalium Pemberian glukosa selama periode perioperatif
jika terdapat hipokalemia, karena insulin dan direkomendasikan untuk mencegah katabolisme
glukosa akan mendorong kalium untuk masuk ke otot dan hipoglikemia. Pasien DM tipe I
dalam sel sehingga hipokalemia dapat memburuk. membutuhkan monitoring gula darah dan K+ yang
HHNKC biasanya terjadi pada umur yang lebih lebih ketat. Gejala hipoglikemia atau hipoperfusi
tua. Pasien mengalami dehidrasi yang parah (perubahan status mental atau angina) dapat
(deficit 7-8 liter) dan hyperosmolar pada plasma. dengan mudah dikomunikasikan pada pasien
Diperlukan monitoring dan resusitasi cairan secara sadar dengan anestesi regional dibandingkan pada
agresif serta cukup insulin untuk menurunkan gula anestesi umum. Tanda hipoglikemia pada anestesi
darah setidaknya 10% per jam. Penurunan gula umum menyerupai “light anesthesia” dengan
darah yang terlalu cepat dapat memicu koma dan takikardi dan hipertensi. Agen Inhalasi, steroid
oedema cerebri8. serta pembedahan dapat meningkatkan kadar gula
Pada operasi pembedahan minor (30 menit darah. Hindari penggunaan succinilcholine pada
atau kurang) kontrol gula normal tidak terganggu. pasien dengann neuropati8.
Pembedahan sedang (30-120 menit) dapat Metabolik dan stress hormonal akan berlanjut
mengganggu kontrol gula darah. Pembedahan hingga 4 hari pasca operasi mayor. Pasien diawasi
mayor (>120 menit) memiliki efek terhadap kontrol dengan hati-hati hingga intake oral normal dapat
gula darah. Untuk pembedahan minor dan sedang, diberikan8.
obat hypoglikemik pada pasien NIDDM ditunda
76
Penanganan Perioperatif Diabetes Mellitus
77
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 2 Nomor 2, Maret 2015
Semua operasi selain minor dikategorikan sebagai terjadi intraoperatif hiperglikemia (>150-180mg/
operasi mayor. Dari sumber yang lain disebutkan dL) dapat diberikan insulin intravena dengan dosis
bahwa pembedahan dapat digolongkan mayor menggunakan sliding scale. Satu unit insulin dapat
bila menggunakan general anestesi selama satu menurunkan gula darah sebesar 20-30 mg/dL11.
jam atau lebih. Pasien bedah minor yang puasa Cara lain yang dapat digunakan adalah dengan
sebaiknya dijadwalkan sebagai operasi minor regular insulin via NaCl 0,9% piggy bag (50-100 u
pertama. Bila gula darah > 10 mmol/L (180 mg%) per 50-100 ml NaCl 0,9 %) atau dapat juga dengan
pasien dikelola sesuai penanganan bedah mayor. lebih menurunkan kadar insulin/cc menjadi 0.1
Pasien DM yang terkontrol dengan diet harus unit /cc dan infus mikrodrip dimana hal ini dapat
dimonitor gula darahnya lebih sering (per-4 jam). memudahkan titrasi insulin bila tidak tersedia
Hindari penggunaan larutan RL karena laktat dapat infuse pump. Kecepatan infus dapat menggunakan
meningkatkan konsentrasi gula darah. rumus:
78
Penanganan Perioperatif Diabetes Mellitus
digunakan adalah 100 ml/jam12. dengan diet atau diet dan OAD tergantung
pada macam pembedahannya apakah OAD
Tabel 5. Regimen Pemberian Infus Glukosa-Insulin- perlu diganti dengan regular insulin (RI). Bila
Kalium12 setelah pembedahan penderita diharapkan
dapat segera diberikan intake peroral, maka
Glukosa Darah GIK Infusion Rate
(mg/dL) OAD tidak perlu diganti dengan RI. Tetapi pada
Dekstrosa 5% Dekstrosa 10% pembedahan besar dimana dalam beberapa
< 80 ↓ 5 unit ↓ 10 unit hari asupan harus melalui per infus maka OAD
< 120 ↓ 3 unit ↓ 5 unit harus segera diganti dengan RI. Pengantian ini
120-180 Tidak berubah Tidak berubah perlu waktu untuk monitoring6,11.
181-270
↑ 3 unit ↑ 5 unit Bila didapatkan asetonuria tanpa glukosuria,
>270
↑ 5 unit ↑ 10 unit hal ini kemungkinan menggambarkan
Dektrosa 5%; 1000 ml mengandung 20 mEq + 15 unit ketosis karena puasa, sehingga perlu diberi
RI karbohidrat IV atau peroral. Hal tersebut
Dekstrosa 10%: 1000 ml mengandung 20 mEq KCl +
dapat dicegah dengan pemberian karbohidrat
30 unit RI
100-150 gram/hari (BB 70 kg)11. Adapula yang
Panah menunjukkan jumlah pengurangan/
penambahan insulin dalam 1000 ml menggunakan 50-75 gram/24jam pada hari
pembedahan11.
Pemberian insulin intravena sangat fleksibel
dan dapat diberikan secara titrasi sehingga - Penderita kelas 2 dan 3
merupakan obat ideal dalam perioperatif DM. Bila penderita menggunakan long acting
Krinsley melaporkan pada pasien dengan gula insulin maka dilakukan penggantian dengan RI,
darah terkontrol stabil pada level normal, angka dimonitor beberapa hari untuk mendapatkan
kematian menurun 29,3%, lama perawatan RS dosis yang sesuai. Bila ada gangguan elektrolit
menurun 10,8%, insufisiensi ginjal menurun dan asam basa harus dikoreksi dahulu11.
25% dan kebutuhan tranfusi darah berkurang
18,7%; dengan subjek pasien DM yang Pada Hari Pembedahan
diberikan insulin secara infus kontinyu intravena Pasien sebaiknya dijadwalkan operasi pagi
dibandingkan dengan pasien DM yang diberikan hari. Pagi hari sebelum operasi diambil contoh
insulin di ICU. Selain itu absorbsi insulin yang darah untuk mengetahui baseline data glukosa
diberikan SC atau IM sangat tergantung pada darah puasa, setelah itu pasang infus dengan
aliran darah pada jaringan tersebut sehingga tidak cairan yang mengandung glukosa, sebaiknya
dapat diprediksi selama operasi9. tidak menggunakan cairan yang mengandung
RL. Tentukan dosis maksimal insulin pada hari
Pembedahan Elektif pembedahan yaitu 2/3 dari dosis yang biasa
Penderita DM yang akan menjalani operasi diberikan, kemudian 1/3 dosis maksimal tersebut
elektif sebaiknya masuk RS minimal 2 X 24 jam diberikan subcutan pagi hari setelah infus
sebelumnya agar persiapan lebih optimal. Data terpasang, dan 2/3 nya direncanakan diberikan
laboratorium terakhir yang diperlukan adalah pasca bedah dengan dua kali pemberian sampai
kadar glukosa darah, elektrolit, urinalisis, ureum, keesokan harinya11. Sebelum pemberian insulin
creatinin, dan EKG6,11. berikutnya dilakukan pemeriksaan kadar glukosa
darah dahulu, dan pemantauan sebaiknya setiap 3
Pada Hari Persiapan jam pasca operasi.
- Penderita kelas 1 Hasil pemeriksaan glukosa darah untuk
Pada penderita DM yang diterapi / terkontrol penyesuaian dosis insulin, dalam hal ini untuk
menghindari hipoglikemia, dengan menggunakan
79
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 2 Nomor 2, Maret 2015
80
Penanganan Perioperatif Diabetes Mellitus
menurun 1,6 mEq/L untuk tiap kenaikan 100 mg/dL komplikasi akut, berbahaya, dan selalu
kadar glukosa darah diatas nilai normal11. merupakan kegawatdaruratan medis.
Ada pula yang menggunakan teknik regulasi Tidak adanya insulin menyebabkan liver
cepat pada penderita DM. Tehnik ini merupakan mengubah lemak menjadi benda keton.
cara yang mudah, efektif dan efisien untuk regulasi Peningkatan level benda keton pada darah
glukosa darah pada DM agar tercapai kadar 200 menurunkan pH darah, menyebabkan
mg/dL. Apapun penyebab hiperglikemia pada gejala-gejala KAD, pernapasan dalam, dan
pembedahan pasien DM, kadar glukosa darah nyeri abdomen dengan tingkat kesadaran
harus segera diturunkan menjadi 200 mg/dL, letargi hingga koma. KAD dapat menjadi
karena hiperglikemi (> 200 mg/dL) meningkatkan sangat berat sehingga menyebabkan
morbiditas pasca operasi6,11. Tehnik regulasi cepat hipotensi, syok dan kematian.
pada DM sebagai berikut: Penanganan yang cepat dan tepat dapat
• Jangan memberi cairan yang mengandung menyembuhkan pasien. Kematian terjadi
karbohidrat bila kadar gula darah > 200 bila pengobatan terlambat atau tidak
mg/dL. adekuat. KAD paling sering terjadi pada
• Beri RI intravena 4 unit tiap jam sampai DM tipe 1 bila dibandingkan dengan DM
kadar gula darah 200 mg/dL atau reduksi tipe 213.
urine positif lemah. Sebagai pedoman, b. Koma Hiperosmolar Nonketotik
tiap dosis 4 unit/jam dapat menurunkan Koma hiperosmolar nonketotik adalah
kadar gula darah 50 – 75 mg/dL. komplikasi akut dengan beberapa gejala
• Bila kadar gula darah sudah tercapai, yang sama dengan KAD tetapi secara
RI diteruskan secara subkutan dengan keseluruhan berbeda penyebab dan
interval awal tiap 4 jam, bila respon baik penanganannya. Penderita dengan kadar
dapat diberikan tiap 8 jam. gula darah yang sangat tinggi (> 300 mg/
dL), air keluar dari dalam sel ke dalam
D. Post Operasi pembuluh darah karena tekanan osmosis
1. DM tipe 1: dan selanjutnya ginjal mengeluarkan urin
Stop infus saat penderita makan dan dengan kadar glukosa yang tinggi.
minum. Kalkulasi total dosis insulin Akibatnya tubuh kehilangan cairan yang
penderita preoperatif dan berikan insulin menyebabkan tekanan osmotik makin
solubel (actrapid) subkutan yang terbagi meningkat. Jika cairan tidak diganti, efek
dalam 3-4 dosis per hari. Sesuaikan dosis dari tekanan osmotik dan kehilangan
selanjutnya hingga level glukosa stabil. cairan menyebabkan dehidrasi. Terjadilah
2. DM tipe 2: gangguan keseimbangan elektrolit
Stop infus IV dan mulai pemberian obat yang berbahaya. Sama seperti KAD,
oral anti diabetik saat penderita makan penanganan medis yang cepat sangat
dan minum. penting, khususnya pemberian cairan.
Letargi dapat berkembang menjadi koma.
D. Prognosis Komplikasi ini lebih sering terjadi pada
Pendidikan, pengetahuan, dan partisipasi DM tipe 2 dibanding tipe 113.
penderita sangat penting karena komplikasi dapat c. Hipoglikemia
dicegah atau dihentikan pada penderita yang kadar Hipoglikemia atau rendahnya kadar
gula darahnya terkontrol13. gula darah secara tidak normal adalah
1. Komplikasi Akut komplikasi yang dapat terjadi pada semua
a. Ketoasidosis Diabetik pengobatan DM. Hal ini dapat terjadi bila
Ketoasidosis Diabetik (KAD) adalah asupan glukosa tidak seimbang dengan
81
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 2 Nomor 2, Maret 2015
pengobatan. Pasien dapat menjadi tangan atau stocking. Hal ini dapat terjadi
agitasi, keringatan, dan banyak gejala juga pada nervus somatik regio lainnya.
aktifitas simpatis. Penurunan hingga - Nefropati diabetik, kerusakan ginjal
hilang kesadaran terjadi pada kasus serius dapat menyebabkan keadaan gagal ginjal
yang selanjutnya dapat menjadi koma, kronis. DM merupakan penyebab utama
kejang, atau terjadi kerusakan otak gagal ginjal pada penderita dewasa di
hingga kematian. Hal ini dapat terjadi negara berkembang.
pada pasien DM karena berbagai faktor:
kelebihan insulin, waktu pemberian yang a. Penyakit Makrovaskuler
salah, waktu olah raga yang berlebihan, Menyebabkan percepatan terjadinya
makanan yang tidak cukup. Pada banyak atherosklerosis
kasus hipoglikemia diterapi dengan - Penyakit arteri koroner, menyebabkan
minum air gula atau makan. Pada kasus angina dan infark miokard (serangan
yang berat dapat diberikan injeksi jantung)
glukagon dan infus glukosa khususnya - Stroke (terutama tipe iskemia)
pada penderita yang tidak sadar. - Penyakit vaskuler perifer
Pengobatan hipoglikemia umumnya - Mioneurosis diabetikum.
adalah pemberian glukosa 50% intra vena Kaki diabetik sering disebabkan oleh
(setiap cc glukosa 5% menaikkan kadar kombinasi neuropati dan penyakit arterial
glukosa kira-kira 2 mg/dL)14. menyebabkan ulkus dan infeksi pada
kulit dan pada kasus berat menyebabkan
2. Komplikasi Kronis ganggren dan nekrosis. Hal ini penyebab
Penyakit Vaskuler utama amputasi pada penderita usia
Hiperglikemia kronik menyebabkan kerusakan dewasa di negara berkembang15.
pembuluh darah (Angiopati). Sel-sel endotel yang
membatasi pembuluh darah menyerap glukosa Tabel 7. Ringkasan dari berbagai Komplikasi
lebih dari biasanya, sementara penyerapan DM dan Metode serta Rancangan Dasar untuk
tersebut tidak tergantung insulin. Sel-sel tersebut meminimalkan Angka Kematian dan Angka
membentuk glikoprotein lebih banyak sehingga kesakitan15
menyebabkan penebalan membran basal. Diabetes
Komplikasi Potensi Rencana Terapi /
menyebabkan berbagai masalah medis yang DM Komplikasi Strategi
dikelompokkan dalam: penyakit mikrovaskuler Penyakit Infark miokard Ambang rendah
(disebabkan kerusakan pembuluh darah kecil) dan Aterosklerosis terhadap iskemia
Vaskuler Betabloker
penyakit makrovaskuler (disebabkan kerusakan perioperatif
arterial). Kontrol gula darah
intensif
Mikroangiopati (Penyakit mikrovaskuler) Terapi Penurunan
meliputi: lemak
Aspirin (terapi
- Retinopati Diabetik, pembuluh darah
antiplatelet)
baru yang berkembang tidak sempurna Pertahankan tensi
di retina membentuk edema makula yang <130/80 mmHg
82
Penanganan Perioperatif Diabetes Mellitus
83
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 2 Nomor 2, Maret 2015
8. Lois IB, Susan HN, Dawn D. Decision Making. 12. Dagogo-jack Samuel, Alberti George, Dphil.
4th ed. Elsevier Moseby, Inc. USA, 2007 Management of Diabetes Mellitus in Surgical
9. O’Nigren, Jonas, Thorell, Anders, Soop, Patients. 2002. Diabetes spectrum vol 15, p 44-
Mattias, Brismar, Kerstin, Karpe, Fredrik, 48
K. S., Nair, & Ljungqvist, Olle, Perioperative 13. Etie, Moghissi MD., Hospital Management of
Insulin and Glucose Infusion Maintains Normal Diabetes: Beyond the Sliding Scale. Cleveland
Insulin Sensitivity After Surgery. American Clinic Journal of Medicine, October 2004.
Physiological Society, 0193-1849, 1998. 14. Soegondo Sidartawan, Soewondo Pradana,
10. Butterworth F Jhon, Mackey C David, Subekti Imam. Penatalaksanaan Diabetes
Wasnick D Jhon. Morgan & Mikhail’s Clinical Melitus Terpadu. 2009. Jakarta. Balai Penerbit
Anesthesiology. 2013. Mc Graw-hill. FKUI.
11. Chasnak SS. Pengelolaan Perioperatif Pasien 15. The Fundraising blog-Engine of Collaboration:
Diabetes Mellitus. Dalam : Kumpulan Makalah Diabetes Melitus. Wikipedia A look Under the
Pertemuan Ilmiah Berkala X IDSAI. Bandung. Hood, Wikimedia, 29-3-2007.
2000. hal.219-225
84