Anda di halaman 1dari 9

1

PORTOFOLIO STASE MATA 1 kasus 1, 2018

Nama : Muhammad Baqir

NPM : 1707601080010

Identitas Pasien

Nama : anak M

Usia : 7 tahun

Jenis Kelamin : laki laki

BB :25 kg

Diagnosis pre operasi : Granuloma

Jenis Operasi : eksisi

Jenis Anestesi : General Anestesi

Tanggal Operasi : 25-10-2018

A. ANAMNESIS

Keluhan utama : Benjolan di kelopak mata kiri bagian dalam sejak ±1 tahun SMRS

Riwayat Penyakit Sekarang : ± 1 tahun SMRS pasien mengeluhkan ada benjolan pada
kelopak mata kiri bagian dalam, awalnya pada benjolan pada mata berwarna putih kemerahan
seperti daging, tidak gatal, tidak perih, tidak mengganggu pada mata.

Riwayat penyakit dahulu:


2

- Riwayat Asma disangkal

- Riwayat Alergi obat dan makanan disangkal

- Riwayat DM disangkal

Riwayat penyakit keluarga:

- Tidak Ada

Riwayat alergi:

Pasien mengaku tidak memiliki riwayat alergi terhadap debu maupun udara dingin. Alergi

makanan dan obat-obatan juga tidak ada.

Riwayat pengobatan:

B. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

2. Kesadaran : Compos mentis

3. Berat Badan : 25 kg / gizi kesan cukup

4. Tanda Vital T : -

N : 80 x/menit

RR : 24 x/menit

S : 36  C

5. Status generalis

Kepala : Normocephal
3

Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-) pupil isokor reflek cahaya

+/+

Telinga : dalam batas normal

Hidung : deviasi septum -/-

Mulut dan tenggorokan : mulut normal , lidah bersih, pharyng tidak hiperemis

Leher :

KGB : tidak membesar

Thoraks

Paru-paru anterior-posterior

Inspeksi : simetris ka-ki, tidak ada nafas tertinggal

Palpasi : tidak nyeri, Vokal fremitus simetris ka-ki

Perkusi : sonor seluruh lapang paru

Aukultasi : vesikuler seluruh lapang paru, rh -, whz –

Jantung

Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : ictus cordis tidak teraba

Perkusi : Batas jantung normal

Auskultasi : Bj I dan II murni reguller


4

Abdomen

Inspeksi : supel, datar

Auskultasi : Bu + normal

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

Perkusi : tympani

Genitalia : tidak diperiksa

Ekstremitas : Oedem :

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium

Hb : 11 g/dl

Ht : 33 %

Leukosit : 11.000

Trombosit : 251.000

BT :1

CT :2

LED : 25/35

Ureum : 35

Kreatinin : 1,7

Kolesterol LDL : 197

Trigliserida : 196
5

D. DIAGNOSA

Granuloma

E. KESIMPULAN

Berdasakan pemeriksaan fisik, pasien diklasifikasikan dalam ASA (1), pasien dalam

keadaan normal

F. PENATALAKSANAAN

Terapi Operatif : eksisi dengan General Anestesi

1. TINDAKAN ANESTESI ( General Anestesi)

a. Pre-operatif

1. Persiapan Operasi

a. Persetujuan operasi tertulis ( + )

b. Puasa 6-8 jam

c. Pasang IV line

2. Jenis Anestesi : general anestesi

b. Intra Operatif

- Tindakan Operasi : eksisi

- Tindakan Anestesi : general Anestesi

- Posisi : Supine

- Premedikasi : - Midazolam 1 mg,Fentanyl 50 mcg

- Obat Anestesi : Propofol 50 mg

- Ventilasi : VT 180 ml,RR 14,Peep 4


6

Maintenance : 02 2 liter/i.air 2.sevoflurance 2 mac

Langkah-langkah Anestesi

a. Jam 12.00 pasien masuk kamar operasi, saturasi dan monitor dipasang.

b. Jam 09.10 dilakukan general anestesi

c. Jam 09.30 operasi dimulai dan tanda vital dimonitor tiap 5 menit. Kemudian

diberikan infus RL 300cc.

d. Jam 10.00 Operasi selesai pasien dipindah.

1. Anatomi dan Fisiologi Konjungtiva


Konjungtiva merupakan lapisan terluar dari mata yang terdiri dari membran mukosa tipis
yang melapisi kelopak mata, kemudian melengkung melapisi permukaan bola mata dan berakhir
pada daerah transparan pada mata yaitu kornea. Secara anatomi, konjungtiva dibagi atas 2 bagian
yaitu konjungtiva palpebra dan konjungtiva bulbaris. Namun, secara letak areanya, konjungtiva
dibagi menjadi 6 area yaitu area marginal, tarsal, orbital, forniks, bulbar dan limbal. Konjungtiva
bersambungan dengan kulit pada tepi kelopak (persambungan mukokutan) dan dengan epitel
kornea pada limbus.1
Pada konjungtiva palpebra, terdapat dua lapisan epithelium dan menebal secara bertahap
dari forniks ke limbus dengan membentuk epithelium berlapis tanpa keratinisasi pada daerah
marginal kornea. Konjungtiva palpebralis terdiri dari epitel berlapis tanpa keratinisasi yang lebih
tipis. Dibawah epitel tersebut terdapat lapisan adenoid yang terdiri dari jaringan ikat longgar
yang terdiri dari leukosit. Konjungtiva palpebralis melekat kuat pada tarsus, sedangkan bagian
bulbar bergerak secara bebas pada sklera kecuali yang dekat pada daerah kornea.1,2
Berikut adalah gambaran anatomi dari konjungtiva.
7

Gambar 2.1 Anatomi Konjungtiva3

Aliran darah konjungtiva berasal dari arteri siliaris anterior dan arteri palpebralis. Kedua
arteri ini beranastomosis bebas dan bersama dengan banyak vena konjungtiva yang umumnya
mengikuti pola arterinya membentuk jaring-jaring vaskuler konjungtiva yang banyak sekali.
Pembuluh limfe konjungtiva tersusun dalam lapisan superfisial dan lapisan profundus dan
bersambung dengan pembuluh limfe palpebra hingga membentuk pleksus limfatikus yang
banyak. Konjungtiva menerima persarafan dari percabangan pertama (oftalmik) nervus
trigeminus. Saraf ini hanya relatif sedikit mempunyai serat nyeri.1

Fungsi dari konjungtiva adalah memproduksi air mata, menyediakan kebutuhan oksigen
ke kornea ketika mata sedang terbuka dan melindungi mata dengan mekanisme pertahanan
nonspesifik yang berupa barier epitel, aktivitas lakrimasi, dan menyuplai darah. Selain itu,
terdapat pertahanan spesifik berupa mekanisme imunologis seperti sel mast, leukosit, adanya
jaringan limfoid pada mukosa tersebut dan antibodi dalam bentuk IgA.3 Pada konjungtiva
terdapat beberapa jenis kelenjar yang dibagi menjadi dua grup besar yaitu:

1. Penghasil musin

a. Sel goblet; terletak dibawah epitel dan paling banyak ditemukan pada daerah
inferonasal.
b. Crypts of Henle; terletak sepanjang sepertiga atas dari konjungtiva tarsalis superior dan
sepanjang sepertiga bawah dari konjungtiva tarsalis inferior.
c. Kelenjar Manz; mengelilingi daerah limbus.
8

2. Kelenjar asesoris lakrimalis. Kelenjar asesoris ini termasuk kelenjar Krause dan kelenjar
Wolfring. Kedua kelenjar ini terletak dalam dibawah substansi propria. Pada sakus
konjungtiva tidak pernah bebas dari mikroorganisme namun karena suhunya yang cukup
rendah, evaporasi dari cairan lakrimal dan suplai darah yang rendah menyebabkan bakteri
kurang mampu berkembang biak. Selain itu, air mata bukan merupakan medium yang baik.
9

A. Definisi
Granuloma piogenik adalah tumor jinak pada konjungtiva yang terjadi pada hemangioma
yang tidak aktif. Tidak ada pus, tidak ada giant sel. Bisa terjadi karena trauma minor, kalazion
yang parah, post operasi jaringan granulasi. Adanya pedunkel yang bewarna merah, dan lesi
yang halus.4

B. Etiologi
Penyebab granuloma pada konjungtiva belum di ketahui dengan pasti tetapi sering di kaitkan
dengan riwayat trauma, trauma pada luka konjungtiva post operasi khalazion, pterigium, dan
benda asing.5

C. Gambaran klinik
Gambaran klinik dari granuloma berupa papul atau nodul vaskuler, lunak, warna kemerahan,
terlihat seperti daging mentah, mudah berdarah jika kena trauma ringan. Permukaan lesi
awalnya tipis/halus dengan epidermis yang utuh, tidak ada pulsasi,dan tidak sakit.5

D. Penatalaksanaan
Granuloma kadang memberikan respon terhadap kortikosteroid topikal, tetapi banyak kasus
yang harus dilakukan tindakan eksisi dengan dasar yang dibersihkan.5

Anda mungkin juga menyukai