Anda di halaman 1dari 9

PENDAHULUAN

Pada tahun 1949, Laborit dan Huygenard memperkenalkan sebuah konsep

teknik anestesi yang bukan hanya memblok respon cerebrospinal, tetapi juga

mekanisme dari selular, endokrin dan autonom yang umumnya diaktifasikan oleh

simulasi pembedahan. Keadaan tersebut disebut juga “Ganglioplegia” atau

Neuroplegia”, biasa juga disebut hibernasi buatan. Keadaan tersebut dapat diraih

dengan menggunakan lytic cocktail yang terdiri dari chlorpromazine, promethazine,

dan meperidine.

Dari konsep tersebut, De Castro dan Mundeleer merancang sebuah konsep yang

disebut “Neuroleptanalgesia”, yang merupakan kombinasi dari major tranquilizer

(pada umumnya droperidol dari golongan butyrophenones) dan sebuah analgesik

opioid poten (fentanyl) untuk memproduksi suatu keadaan imobilisasi yang bebas

nyeri dan penghilangan sensitivitas terhadap rasa nyeri.

Namun untuk teknik Neuroleptanasthesia itu sendiri baru dipraktekkan pertama kali

pada tahun 1954 oleh Campan dan Lazothes di Perancis.

1
TINJAUAN PUSTAKA

A. NEUROLEPTANESTHESIA

Anestesi neurolep adalah anestesi yang dihasilkan dari administrasi obat

neuroleptic, analgetik narkotik,nitrous oxide ( N2O) dengan oksigen (O2), dengan atau

tanpa relaksan neuromuskular. Atau bisa juga diartikan, anestesi neuroleptik adalah

keadaan neurolepanalgesia dan ketidak sadaran yang dihasilkan oleh pemberian

kombinasi analgesik narkotik dan (agen antipsikotik) neuroleptik, bersama-sama

dengan inhalasi nitrous oxide (N2O) dan Oksigen ( O2). Induksi anestesi nya lambat,

tetapi kembali nya kesadaran cepat setelah inhalasi N2O nya dihentikan.

Neurolepanalgesia yaitu suatu bentuk analgesia yang dihasilkan dari penggunaan

neuroleptik dan analgesia secara bersamaan, dimana kecemasan, aktifitas motoric dan

kepekaan terhadap rangsang sakit menurun, orang menjadi tenang, tidak terganggu

dengan lingkungan dan sekitarnya. Neurolepanalgesia bisa dikonversi menjadi

neurolepanestesi dengan pemberian gas N2O +O2. Konsep dari neurolepanalgesia

yaitu memblok bukan hanya respon dari cerebrocortical, tetapi juga sampai ke

beberapa seluler, endokrin,dan mekanisme otonom yang biasanya diaktifkan melalui

stimulasi bedah. Tahap ini disebut ganglioplegia atau neuroplegia (hibernasi

buatan),melibatkan obat penenang utama (droperidol, butyrophenone) dan analgesik

opioid yg potent/ kuat (fentanyl).

Neurolepanalgesia ditandai dengan analgesia, tidak adanya aktivitas motorik klinis

jelas, penekanan refleks otonom, pemeliharaan stabilitas kardiovaskular, dan amnesia

pada sebagian besar, tapi tidak semua, pasien.

2
Anestesi Neurolep bersifat :

1. Somnolen tanpa hilang kesadaran

2. Terjadi analgesia

3. Amnesia

4. Gerakan (-)

B. AGEN NEUROLEPTANESTHESIA

Saat pertama kali digunakan, Neuroleptanesthesia yang digunakan adalah

kombinasi dari obat neuroleptic, dan agen opioid yang disertai dengan inhalasi N2O.

Contoh obat-obatan neuroleptic termasuk fenotiazin (misalnya, klorpromazin) dan

butyrophenones (misalnya, haloperidol dan droperidol)

1. Fenotiazin : jarang digunakan sebagai pembantu anestesi karena efek hipotensi

2. Butyrophenones menyebabkan sedasi, ketenangan, tidak bergerak, dan antiemesis.

Salah satu efek samping mereka termasuk sindrom ekstrapiramidal dengan tardive

wajah dan leher, krisis oculogyric, torticollis, agitasi, dan halusinasi.

Droperidol (dehidrobenzperidol, droleptan). Droperidol adalah turunan butirofenon

dan merupakan antagonis reseptor dopamin. Droperidol digunakan sebagai

premedikasi (antiemetik yang baik) dan sedasi pada anestesi regional.

Obat anestetik ini juga dapat digunakan untuk membantu prosedur intubasi,

bronkoskopi, esofagoskopi, dan gastroskopi. Droperidol dapat menimbulkan reaksi

ekstrapiramidal yang dapat diatasi dengan pemberian difenhidramin. Dosis

antimuntah droperidol 0,05 mg/kgBB intravena. Dosis premedikasi 0,04-0,07

mg/kgBB intravena. Dosis analgesi neuroleptik 0,02-0,07 mg/kgBB intravena,

3
juga dapat digunakan untuk pasien psikotik (0,05-0,2mg/kg IV atau IM). Droperidol

juga menyebabkan efek hipotensi, tetapi biasanya kurang parah dan bersifat

sementara. Droperidol, seperti butyrophenones lain, mempengaruhi reseptor GABA

dan mengubah keseimbangan dopamin dan asetilkolin di otak.

Efek kardiovaskularnya menyebabkan hipotensi yang ringan maupun terbatas yang

diduga mediasinya melalui “Alpha-Adrenergic Blockade”. Droperidol juga dapat

menyebabkan sedikit depresi respirasi walaupun tidak selalu muncul.

Neuroleptanalgesia dengan droperidol dan agen opioid seperti fentanyl masih dapat

berguna untuk “Monitored Anesthesia Care” dalam berbagai keadaan klinis, seperti

operasi ophthalmic, pemeriksaan endoskopi dan bronkoskopi, prosedur

neurodiagnostik, dan eksisi dari epileptogenic foci.

Dipakai pada tindakan yang butuh ketenangan ; misalnya

* Kateterisasi jantung

* Bronchoscopy, Oesophagoscopy

* Gastroscopy

* Pengganti balut, cuci luka bakar

Penggunaannya harus hati-hati karena dapat menimbulkan :

1. Diskinesia ekstra pyramidal

2. Hipotensi

3. Memperberat asma

Kombinasi Alfentanyl (5mcg/kg bolus) dengan droperidol dan N2O telah dilaporkan

berhasil dalam menyediakan kenyamanan untuk awake craniotomy. Pada saat ini,

4
remifentanyl yang dikombinasikan dengan propofol merupakan teknik anestesi yang

sukses dalam awake craniotomy.

Belakangan kemudian ditemukan obat yang disebut Innovar, yang merupakan

gabungan antara komponen butyrophenones dan opioid yang diberikan secara

intravena. Di dalam Innovar terdapat 2,5mg Droperidol dan 50mcg Fentanyl Citrate.

Innovar sendiri digunakan dengan pemberian N2O dan O2 untuk meraih kondisi

Neuroleptanesthesia.

QuickTime™ and a
decompressor
are needed to see this picture.

5
QuickTime™ and a
decompressor
are needed to see this picture.

QuickTime™ and a
decompressor
are needed to see this picture.

6
QuickTime™ and a
decompressor
are needed to see this picture.

QuickTime™ and a
decompressor
are needed to see this picture.

QuickTime™ and a
decompressor
are needed to see this picture.

7
PENUTUP

Di waktu yang lalu, neuroleptanesthesia dengan droperidol dan fentanyl

terbukti berguna untuk pasien yang menjalani prosedur neurologis, cardiac dan

pembedahan umum. Neuroleptanesthesia atau neuroleptanalgesia merupakan suatu

kontraindikasi pada pasien yang pengobatan Monoamine Oxidase Inhibitors (MAOI),

individu yang kecanduan alcohol, obat-obat narkotika dan penderita Parkinson.

Penemuan obat-obatan yang lebih baru dan mempunyai efek farmakologis yang lebih

baik dan lebih cepat bereaksi dalam kebanyakan pasien bedah telah menurunkan

penggunaan dari teknik neurolepticanesthesia, sehingga teknik ini sudah ditinggalkan

oleh kebanyakan ahli medis.

8
DAFTAR PUSTAKA

1. Gunawan s, dkk. (2007). Farmakologi Dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Gaya Gon

2. Katzung G, Betram. (1997). Farmakologi Dasar Dan Klinik. Edisi 6. Jakarta: EGC  

3. Purwanto H, dkk. (2008). Data Obat Di Indonesia. Edisi 11. jakarta: PT Muliapurna

jaya terbit

4. Rahardjo, E., Rahardjo, P., Sulistiyono, H., Anestesi untuk pembedahan darurat dalam

Majalah Cermin Dunia Kedokteran no. 33, 1984 : 6-9.

5. Dobson, M.B.,ed. Dharma A., Penuntun Praktis Anestesi, EGC, 1994, Jakarta.

6. Staf Pengajar Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UI, Anestesiologi, 1989,

Jakarta.

7. http://link.springer.com/article/10.1007%2FBF03012550#page-1

8. http://web.squ.edu.om/med-

Lib/MED_CD/E_CDs/anesthesia/site/content/v02/020360r00.HTM

Anda mungkin juga menyukai