Anda di halaman 1dari 11

OBAT ANESTETIK

Farmakologi Toksikologi
OBAT ANESTETIK

An tidak
Anestesi
rasa/sensasi
Aesthesis
nyeri

Anestesi berarti suatu keadaan hilangnya rasa terhadap suatu


rangsangan. Pemberian anestetikum dilakukan untuk mengurangi
dan menghilangkan rasa nyeri baik disertai atau tanpa disertai
hilangnya kesadaran.
SEJARAH OBAT ANESTETIK

Penggunaan eter atau gas nitrogen- Pada tahun 1846, Morton menyediakan
oksida sebagai penghilang sakit dalam anestesi menggunakan dietil eter untuk
dunia kedokteran sebenarnya sudah pertama kali pada operasi pengangkatan
dimulai sejak tahun 1844 lesi vaskuler pasien.

Propofol ditemukan tahun 1977 dan


mulai digunakan sebagai pemeliharaan
anestesi umum
MEKANISME OBAT ANESTETIK

Anestetika Lokal
Anestetika Umum Menghambat penerusan impuls
Mekanisme kerjanya berdasarkan dengan jalan menurunkan
perkiraan bahwa anestetika umum permeabilitas membran sel saraf untuk
dibawah pengaruh protein SSP dapat ion-natrium, yang perlu bagi fungsi
membentuk hidrat dengan air yang saraf yang layak. Akibat turunnya laju
bersifat stabil. Hidrat gas ini mungkin depolarisasi, ambang kepekaan
dapat merintangi transmisi rangsangan terhadap rangsangan listrik lambat-
di sinaps dan dengan demikian laun meningkat, sehingga akhirnya
mengakibatkan demensia. terjadi kehilangan rasa setempat secara
reversibel.
ANESTETIK UMUM

1. Halothane
Dosis : Induksi (2-4% ; anak-anak 1,5-2% halotan dalam O2
atau kombinasi O2-N2O)
Pemeliharaan (0,5-2% anak-anak dan dewasa dalam
O2 atau kombinasi O2-N2O)
Indikasi : Pengobatan anastesi inhalasi secara umum.
Kontraindikasi : Penderita gangguan hepar dan demam tinggi yang
sebleumnya pernah terjadi setelah mndapat halotan.
Efek samping : Menekan pernapasan dan kegiatan jantung,
hipotensi, jika  penggunaan berulang, maka dapat
menimbulkan kerusakan hati.
Mekanisme : Mendepresi kortek serebral dan medula. Halotan
juga menyebabkan vasodilatasi serebral, meningkatkan
aliran darah otak.
ANESTETIK UMUM
2. Enfluran
Dosis : Untuk induksi, ditingkatkan secara bertahap dari 0,4%
hingga maksimum 4,5% dalam udara, oksigen, atau
dinitrogen monoksida-oksigen.
Pemeliharaan, 0,5-3% dalam dinitrogen monoksida-
oksigen.
Indikasi : Enfluran digunakan untuk mempertahankan kondisi
anestesi.
Kontraindikasi : Enflurane tidak boleh diberikan bagi penderita
epilepsi.
Efek samping : Hipotensi, menekan pernapasan, aritmi, dan
merangsang SSP. Pasca bedah dapat timbul hipotermi
(menggigil) serta mual dan muntah.
Interaksi : Berinteraksi dengan absorben karbondioksida kering
membentuk karbonmonoksida. Untuk memperkecil risiko,
absorben karbondioksida tidak boleh dibiarkan mengering.
ANESTETIK UMUM

3. Isofluran
Dosis : Dosis tracheal 0.5-3v% dalam O2 dan N2O.
Indikasi : Anestetikum inhalasi kuat dengan sifat analgetis dan
relaksasi otot baik.
Kontraindikasi : Kerentanan terhadap hipertermia ganas.
Efek samping : Hipotensi, aritmi, menggigil, kontriksi bronchi, dan
meningkatkan jumlah leukosit. Pasca bedah dapat
menimbulkan mual muntah dan keadaan tegang lebih
kurang 10% pasien
Mekanisme : Mendepresi nafas seperti anestesi inhalasi lainnya.
Pada dosis anestetik/subanestetik menurunkan laju
metabolisme otak terhadap oksigen tetapi meningkatkan
CBF dan ICP.
ANESTETIK LOKAL

1. Kokain
Indikasi : Digunakan sebagai anestesi topikal, terutama untuk
hidung dan tenggorokan
Toksisitas : Dosis toksik menimbulkan perangsangan SPP
(iritabilitas, psikosis, kejang) diikuti oleh depresi
pernapasan, potensi kuat menimbulkan  penyalahgunaan
(dapat menimbulkan ketergantungan psikologis).
Mekanisme : Kokain meningkatkan kesadaran mental dan
memberikan perasaan sehat, dan euforia yang serupa
dengan yang disebabkan oleh amfetamin. Seperti
amfetamin, kokain dapat menimbulkan halusinasi, delusi,
dan paranoid. Kokain memacu aktivitas motorik dan pada
dosis tinggi dapat menyebabkan tremor dan bangkitan
kejang yang diikuti depresi pernapasan dan vasomotor.
ANESTETIK LOKAL

2. Prokain
Indikasi : Untuk anestesi lokal dengan suntikan lokal, blokade
saraf dan anestesi spinal, sedangkan secara topikal tidak
efektif, derivat prokainamid digunakan untuk terapi aritmia
jantung.
Toksisitas : Toksisitas sistemik rendah karena masa kerjanya
singkat dan degradasi cepat, over dosis dapat
menyebabkan gawat pernapasan.
Interaksi : Jika diberikan bersamaan dengan allopurinol dapat
meningkatkan reaksi hipersensitivitas.
ANESTETIK LOKAL

3. Tetrakain
Indikasi : Lebih sering digunakan untuk anestesi spinal,
 penggunaan topikal pada mata dan nasofaring
Toksisitas : Mirip prokain, memengaruhi sulfonamid
Farmakologi : Merupakan ester PABA, diabsorpsi secara cepat dari
saluran napas, mempunyai potensi 10 kali lebih kuat dan
lebih toksik dari  prokain (IV), masa kerja lebih panjang dari
prokain.
Efek samping : bradikardi, sesak, ansietas, kejang
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai