FARMAKOLOGI ANESTESI
b) Obat Inhalasi
1. Halothan/fluothan
MAC 0,72%
Tidak berwarna, mudah menguap
Tidak mudah terbakar/meledak
Berbau harum tetapi mudah terurai cahaya
Tidak merangsang traktus respiratorius
Depresi nafas Þ stadium analgetik
Menghambat salivasi
Nadi cepat, ekskresi airmata
Hipnotik kuat, analgetik kurang baik, relaksasi cukup
Mencegah terjadinya spasme laring dan bronchus
Depresi otot jantung Þ aritmia (sensitisasi terhadap epinefrin)
Depresi otot polos pembuluh darah Þ vasodilatasi Þ hipotensi
Vasodilatasi pembuluh darah otak
Sensitisasi jantung terhadap katekolamin
Meningkatkan aktivitas vagal vagal refleks
Pemberian berulang (1-3 bulan) kerusakan hepar (immune-
mediated hepatitis)
Menghambat kontraksi otot rahim
Absorbsi & ekskresi obat oleh paru, sebagian kecil dimetabolisme
tubuh
Dapat digunakan sebagai obat induksi dan obat maintenance
cepat tidur
Tidak merangsang saluran napas
Salivasi tidak banyak
Bronkhodilator obat pilihan untuk asma bronkhiale
Waktu pemulihan cepat (1 jam post anestesi)
Kadang tidak mual & tidak muntah, penderita sadar dalam kondisi
yang enak
overdosis
Perlu obat tambahan selama anestesi
Hipotensi karena depresi miokard & vasodilatasi
aritmia jantung
Sifat analgetik ringan
Cukup mahal
Dosis dapat kurang sesuai akibat penyusutan
3. Eter
Tidak berwarna, sangat mudah menguap dan terbakar, bau sangat
merangsang
iritasi saluran nafas dan sekresi kelenjar bronkus
margin safety sangat luas
murah
analgesi sangat kuat
sedatif dan relaksasi baik
memenuhi trias anestesi
Teknik sederhana
4. Enfluran
MAC 1,7%
Isomer isofluran
Tidak mudah terbakar, namun berbau.
Dengan dosis tinggi diduga menimbulkan aktivitas gelombang otak
seperti kejang (pada EEG).
Efek depresi nafas dan depresi sirkulasi lebih kuat dibanding halotan
dan enfluran lebih iritatif dibanding halotan.
5. Isofluran
MAC 1,2%
Cairan bening, berbau sangat kuat, tidak mudah terbakar dalam suhu
kamar
menempati urutan ke-2, dimana stabilitasnya tinggi dan tahan terhadap
penyimpanan sampai dengan 5 tahun atau paparan sinar matahari.
Dosis pelumpuh otot dapat dikurangi sampai 1/3 dosis jika pakai
isofluran
6. Sevofluran
MAC 2%
Tidak terlalu berbau (tidak menusuk), efek bronkodilator sehingga
banyak dipilih untuk induksi melalui sungkup wajah pada anak dan
orang dewasa.
tidak pernah dilaporkan kejadian immune-mediated hepatitis
b) Anestesi Lokal
a. Absorbsi
Absorbsi sistemik suntikan anestesi lokal dari suatu tempat suntikan
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain dosis, tempat suntikan, ikatan
obat-jaringan, adanya bahan vasokontrikstor, dan sifat fisikokimia obat. Bahan
vasokonstriktor seperti epineprin mengurangi penyerapan sistemik anestesi
lokal dari tempat tumpukan obat dengan mengurangi aliran darah di daerah
ini. Keadaan ini menjadi nyata terhadap obat yang masa kerjanya singkat atau
menengah seperti prokain, lidokain, dan mepivikain (tidak untuk prilokain).
Ambilan obat oleh saraf diduga diperkuat oleh kadar obat lokal yang tinggi,
dan efek toksik sistemik obat akan berkurang karena kadar obat yang masuk
dalam darah hanya 1/3 nya saja. Kombinasi pengurangan penyerapan sistemik
dan peningkatan ambilan saraf inilah yang memungkinkan perpanjangan efek
anestesi lokal sampai 50%. Vasokonstriktor kurang efektif dalam
memperpanjang sifat anestesi obat yang mudah larut dalam lipid dan bekerja
lama (bupivukain, etidokain), mungkin karena molekulnya sangat erat terikat
dalam jaringan.
b. Metabolisme dan ekskresi
Anestesi lokal diubah dalam hati dan plasma menjadi metabolit yang mudah
larut dalam air dan kemudian diekskresikan ke dalam urin. Karena anestesi
lokal yang bentuknya tak bermuatan mudah berdifusi melalui lipid, maka
sedikit atau tidak sama sekali bentuk netralnya yang diekskresikan.
Pengasaman urin akan meningkatkan ionisasi basa tersier menjadi bentuk
bermuatan yang mudah larut dalam air, sehingga mudah diekskresikan karena
bentuk ini tidak mudah diserap kembali oleh tubulus ginjal.
Tipe ester anestesi lokal dihidrolisis sangat cepat di dalam darah oleh
butirilkolinesterase (pseudokolinesterase). Oleh karena itu, obat ini khas sekali
mempunyai waktu paruh yang sangat singkat, kurang dari 1 m3nit untuk
prokain dan kloroprokain.
Ikatan amida dari anestesi lokal dihidrolisi oleh enzim mikrosomal hati.
Kecepatan metabolisme senyawa amida di dalam hati bervariasi bagi setiap
individu, perkiraan urutannya adalah prilokain (tercepat) > etidokain >
lidokain > mevikain > bupivikain (terlambat). Akibatnya, toksisitas dari
anestesi lokal tipe amida ini akan meningkat pada pasien dengan gangguan
fungsi hati. Sebagai contoh, waktu paruh lidokain rerata akan memanjang dari
1,8 jam pada pasien normal menjadi lebih dari 6 jam pada pasien dengan
penyakit hati yang berat.
b) Anestesi Lokal
Onset, intensitas, dan durasi blokade saraf ditentukan oleh ukuran dan lokasi
anatomis saraf. Saluran Na+ penting pada sel otot yang bisa dieksitasi seperti
jantung. Efeknya terhadap saluran Na+ jantung adalah dasar terapi anestetika
lokal dalam terapi aritmia tertentu (biasanya yang dipakai lidokain).
Anestetika lokal umumnya kurang efektif pada jaringan yang terinfeksi
dibanding jaringan normal, karena biasanya infeksi mengakibatkan asidosis
metabolik lokal, dan menurunkan pH.