I. IDENTITAS
Identitas Pasien
Umur : 47 tahun
Pekerjaan : IRT
RM : 170785
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Nyeri perut
Anamnesis Terpimpin :
Pasien datang dengan keluhan nyeri perut yang dirasakan sejak 1 minggu sebelum
masuk rumah sakit, dan memberat 3 hari terakhir. Nyeri dirasakan terutama pada
perut sebelah kanan tengah. Nyeri timbul hilang setiap 5-10 menit. Pasien juga
mengeluh perut terasa kembung, mual ada, muntah ada frekuensi 1x berisi cairan
berwarna kuning, demam tidak ada, nafsu makan berkurang, kentut tidak pernah
sejak 1 minggu terakhir, BAB belum sejak 1 minggu yang lalu. Riwayat BAB lendir
dan darah 2 hari terakhir. Riwayat BAB berdarah sebelumnya disangkal. Penurunan
1
berat badan disangkal. Riwayat operasi sebelumnya tidak ada. Riwayat penyakit
yang sama sebelumnya tidak ada. Riwayat penyakit kencing manis tidak ada.
Riwayat penyakit tekanan darah tinggi tidak ada. Riwayat penyakit hati ada, berobat
teratur dengan dokter penyakit dalam. Tidak ada anggota keluarga yang pernah
Status Present:
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 89 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36,5 C
Status Generalis:
Kepala : Normocephali
2
Ekstremitas : Atas : Hangat, edema tidak ada
Status Lokalis :
tidak ada.
3
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
4
Hasil USG Abdomen (15/07/2019) :
5
Diafragma intak. Bile duct dan vascular tidak dilatas. Tdak tampak
SOL
batu/SOL
Lien: bentuk dan ukuran nomal. Outline licin, tidak tampak massa.
Kedua ginjal : bentuk dan ukuran masih dalam batas normal. Tepi
batu/cyts/mass didalamnya.
batu/SOL
Tampak lesi kistik, bentuk bulat, batas tegas, tepi reguler, dinding
Kesan:
intususespsi
Usul:
6
V. RESUME
Pasien wanita usia 47 tahun dengan keluhan nyeri perut sejak 1 minggu
terutama pada perut sebelah kanan tengah, timbul hilang setiap 5-10 menit
dengan frekuensi lebih dari 5 kali, perut terasa kembung, mual, muntah
minggu terakhir, BAB belum sejak 1 minggu yang lalu. Riwayat BAB lendir
dan darah 2 hari terakhir. Riwayat penyakit hati ada, berobat teratur dengan
Inspeksi : Distensi
reaktif.
7
VI. DIAGNOSA PRE OPERASI
Terapi Paliatif :
- Pasang NGT
Terapi Kausatif :
VIII. FOLLOW UP
Mikroskopik :
dilapisi epitel dengan inti bulat oval, tidak atipik dengan fokus-
fokus area nekrotik yang luasdan area perdarahan serta infiltrasi sel-
sel radang limfosit, sel plasma, dan netrofil yang padat. Pada fokus
8
bervakuol dengan area musin disekitarnya. Tidak ditemukan tanda-
dilapisi mukosa yang dilapisi epitel dengan inti tidak atipik. Tidak
unspecified origins)
9
PEMBAHASAN
adalah nyeri perut yang sifatnya kolik disertai muntah dan BAB lendir dan darah
sesuai dengan trias intususepsi. Sesuai dengan teori trias dari gejala intususepsi
terdiri dari : 1) Nyeri perut yang bersifat kolik, 2) Muntah, 3) BAB lendir darah
sekunder, yaitu intususepsi karena ada bagian patologis pada usus. Titik patologis
lesi patologis, lesi structural, atau iritan pada lumen usus dapat berujung pada
intususepsi.2 Titik patologis pada kasus ini adalah adanya tumor pada colon sesuai
intestinal, sehingga terjadi gagguan pola peristaltik usus. Proses ini berlanjut
menyebabkan masuknya segmen usus proximal ke segmen usus distal yang dapat
diikuti dengan pembuluh darah dan pembuluh limfe mesenterica. Pada pemeriksaan
didapatkan massa sering teraba pada bagian atas abdomen, seperti sosis dan pada
abdomen kanan bawah tak teraba usus (kosong) yang dikenal sebagai "Dances
Sign".3,4 Hal ini sejalan dengan hasil pemeriksaan palpasi abdomen yang
didapatkan massa memanjag pada perut kanan tengah dan teraba kosong pada perut
10
darah dan terjadi kongesti vena, inflamasi dan edema jaringan sekitar. Penekanan
vasa mesenterika oleh usus di bawahnya yang berakibat dinding usus menjadi
edema, kemudian terjadi infiltrasi lekosit dan butir darah merah serta fibrin-fibrin
pada lapisan serosa.4 Hal ini menyebabkan BAB lendir darah atau red currant jelly
stools pada pasien intususepsi, serupa dengan gejala yang ada terdapat pada kasus.
sehingga usus dapat menjadi nekrosis. Jika proses ini terus berlangsung dapat
menyebabkan perforasi dan terjadi peritonitis.3 Rasa nyeri timbul apabila peristaltik
menekan bagia usus yang terperangkap sehingga merangsang respetor nyeri dan
timbul rasa nyeri, juga terdengar bising usus yang meningkat sesuai dengan
Mual dan muntah merupakan gejala dan tanda yang sering menyertai
yang berkaitan dengan mual seperti peristaltic, peningkatan tonus duodenum dan
merupakan suatu reflex yang menyebabkan dorongan ekspulsi isi lambung atau
usus atau keduanya ke mulut. Pusat muntah menerima masukan dari korteks
serebral, organ vestibular, chemoreceptor trigger zone (CTZ), dan serabut aferen
termasuk dari system gastrointestinal. Muntah terjadi akibat rangsangan dari pusat
karena dapat menjadi indikator berbagai keadaan, seperti obstruksi usus, penyakit
ginjal, penyakit metabolik, dan keadaan penyakit lainnya. Mual dan muntah juga
berpengaruh pada cairan dan elektrolit tubuh.5 Jika dikaitkan dengan kasus diatas,
11
muntah yang terjadi akibat dari obstruksi usus, mengirim sinyal serabut saraf aferen
distensi. Distensi pada kasus ini terjadi karena adanya lesi patologis yang
merupakan salah satu dari beberapa penyebab obstruksi usus. Obstruksi usus
menyebabkan, dinding usus yang letaknya di sebelah proximal dari segmen yang
tersumbat, secara progresif akan teregang oleh penimbunan cairan dan gas (70%
dari udara yang tertelan) dalam lumen.5 Penimbunan cairan dan gas yang terjebak
dalam lumen tersebut menimbulkan rasa kembung atau distensi pada pasien, hal ini
pula yang menyebabkan pasien mengeluh tidak dapat kentut. Hal ini juga
pada seluruh regio abdomen. Hipertimpani terjadi karena banyaknya gas yang
terjebak pada usus. Gas yang ada pada usus atau saluran cerna diakibatkan karena
dua hal : 1) udara yang tertelan, 2) gas yang di produksi oleh fermentasi bakteri di
colon.6
Teori menjelaskan akumulasi gas dan cairan pada usus bagian proximal
terjadi pelepasan bakteri dan toksik dari usus ke sirkulasi sistemik. 5 Diketahui peran
tubuh melawan infeksi adalah peran utama leukosit atau sel darah putih.
aktifnya system pertahanan tubuh untuk melawan infeksi. Apabila hal ini terus
12
berlanjut, maka dapat terjadi pelepasan bakteri dari usus ke peritoneum yang
10,1 gr/dL, RBC 3,8 x 106 µL, dan HCT 31,2 %. Hal ini sejalaan dengan teori yang
menjelaskan gejala klinis dari tumor colon. Tumor yang letaknya lebih distal
jumlah sel darah merah/red blood cell (RBC), hemoglobin (Hb), Hematokrit
(HCT).5 Pada kasus diatas, tumor ditemukan pada colon ascendens atau letaknya
natrium dan chloride yang kurang dari normal); K+ 2,5 mmol/L, Na+ 126,5 mmol/L,
Cl- 82 mmol/L, hal ini sejalan dengan teori yang mengatakan colon merupakan
tempat penyerapan garam dan air, dalam keadaan normal, natrium diserap secara
aktif dan klorida mengikut secara pasif.6 Karena pada kasus di atas terjadi
intususepsi ileocolical makanan dan air dari usus halus tidak dapat samai ke colon
karena adanya obstruksi maka tidak terjadi penyerapan pada colon, sehingga dapat
Untuk mengatasi rasa nyeri pasien diberikan analgetik, dalam hal ini pasien
enzim COX-1 dan COX-2 sehingga selain dapat menghilangkan nyeri dan
inflamasi obat ini juga memiliki efek samping berupa gangguan mukosa lambung,
13
menghambat sintesis prostaglandin yang berfungsi sebagai pelindung mukosa
histamin yang khas pada reseptor H2 sehingga secara efektif dapat menghambat
sekresi asam lambung, menekan kadar asam dan volume sekresi lambung.9 Maka
asam lambung yang berlebih akibat efek samping dari pemberian ketorolac. Pada
kasus diatas didapatkan keluhan perut kembung maka dari itu dilakukan
pemasangan NGT untuk dekompresi dalam hal ini untuk mengeluarkan cairan
fungsi usus kembali normal.5 Pada kasus diatas, tindakan terapi kausatif yang
efek samping dari pemberian ketorolac salah satunya adalah produksi sekresi asam
lambung berlebih maka dari itu diberi antagonis reseptor H2 termasuk didalamnya
14
Ceftriaxone diberikan sebagai antibiotik profilaksis pada kasus diatas.
Antibiotik profilaksis adalah antibiotik yang digunakan bagi pasien yang belum
atau bila terkena infeksi dapat menimbulkan dampak buruk bagi pasien. Tujuan dari
profilaksis bedah.10
dengan dokter penyakit dalam. Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik yang
imun yang fungsinya terganggu misalnya seperti interferon, lamivudine telah diakui
kegunaannya dan digunakan secara luas dalam pengobatan hepatitis B dan C, serta
infeksi HIV/AIDS.11
antibodi yang disebut GALT (gut-associatied lymphoid tissue) atau system imun
15
mukosa usus besar (SIMUB) yang terpicu oleh intevensi antigen berasal dari
komponen nutrisi atau agen infeksi seperti bakteri maupun virus dimana kaskade
Konsep ini bersifat individual, dimana antigen muncul di dinding mukosa usus
besar (T helper 2), disebut sitokin dan oleh faktor pemicu peradangan sekunder
Predisposisi genetik dengan kondisi flora lumen usus serta agen lingkungan seperti
obat-obatan tertentu, infeksi berat, merokok dan factor stres merupakan pemicu
utama SIMUB. Disregulasi reaksi imun pada SIMUB menyebabkan aktivasi luar
biasa sel-sel peradangan sitokin khusus usus besar (sel limfoid T helper 2). Pada
imun tubuh) yang memberikan efek optimum 10-12 minggu, namun efek samping
yang dapat terjadi adalah hepatitis akut yang dipicu oleh obat (DIH – drug induced
hepatitis).12
16
REFERENSI
2 Oktober 2015
76928/what-is-the-pathogenesis-of-intussusception
Jakarta.
8. Jakarta: EGC
17
Kruris. Jurnal Kedokteran Diponegoro. JKD, Vol. 5, No. 4, Oktober
Peptikum. Sari Pediatri, Vol. 3, No. 4, Maret 2002: 222 – 226. Fakultas
Medical Center (PMC) Tahun 2014. Jurnal Sains Farmasi & Klinis , Vol.
2010.
12. Rani, Aziz. Marcellus, S. Syam, AF. Buku Ajar Gastroenterologi. Edisi1.
18