KASUS MEDIK
MENINGIOMA
Oleh:
dr. Lily
Pembimbing:
dr. Diana
1
Data
Nama :Ny. N No. Registrasi : xx xx xx
Pasien :
Tanggal masuk : 06 Agustus 2017
Telp : - Tanggal keluar : 22 Agustus 2017
Status Keluar : Diijikan pulang
Data Utama untuk Bahan Diskusi :
ANAMNESIS
Diambil dari autoanamnesis pada tanggal 07 Agustus 2017, pukul 09.30, di bangsal Anggrek.
Menurut keluarga, pasien mengalami gangguan perilaku seperti berbicara lamban, menjadi
pendiam, dan sering marah, dalam keadaan sedih atau marah pasien mengungkapkan dengan
menangis kemudian tertawa sejak 3 bulan SMRS. Keluhan kejang disangkal, nyeri dada
disangkal, nyeri punggung disangkal, nyeri lengan disangkal, demam disangkal, gangguan
penciuman disangkal, gangguan penglihatan disangkal, mulut mencong disangkal, gangguan
makan dan minum disangkal, bicara pelo tidak ada.
2
d. Riwayat penyakit paru disangkal
e. Riwayat penyakit gula disangkal
f. Riwayat stroke disangkal
g. Riwayat sakit maag disangkal
h. Riwayat cidera kepala disangkal
i. Riwayat alergi obat disangkal
j. Riwayat trauma disangkal
5. Riwayat Pengobatan :
Tidak minum obat secara teratur yang diberikan oleh dokter setelah post dirawat.
6. Riwayat Keluarga :
Didalam keluarga pasien tidak ada yang memiliki riwayat penyakit seperti yang diderita
oleh pasien. Penyakit kronik lain seperti hipertensi, diabetes melitus dan penyakit
keganasan tidak ada yang menderita sebelumnya.
7. Riwayat sosial ekonomi pribadi
Pasien tinggal bersama suami dan anak-anaknya, untuk membantu ekonomi keluiarga
pasien bekerja sebagai petani. Status ekonomi pasien menengah kebawah.
Hasil Pembelajaran :
1. Diagnosis Meningioma
2. Penatalaksanaan Meningioma
3. Edukasi tentang penyakit kepada pasien
Masuk IGD RSUD dr. Soedomo (06 Agustus 2017 pukul : 19:29)
I. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum : lemah
B. Kesadaran : Somnolen
GCS = E2V4M1
Tekanan darah : 130/70 mmHg
Nadi : 90x/menit
Respiration rate : 22x/menit
Suhu : 36,9 ⁰C
Status Umum
3
Kepala : Normocephal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),pupil
isokor Ø (3 mm/3 mm), RCL +/+. Exopthalmus (-)
Leher : Simetris, pembesaran kelenjar getah bening (-),
kaku kuduk (-)
Thorax : Simetris
i. WBC : 10.8
ii. HGB : 16,1
iii. HCT : 45,5%
iv. RBC : 5.07
v. RDW : 13.0
vi. MCV : 89.7
vii. MCH : 31.6
viii. MCHC : 35.2
ix. PLT : 200
4
x. PDW : 10.5
xi. MPVW : 8.4
xii. P-LCR : 15.8
xiii. NEU% : 72
xiv. LYMPH% : 17
xv. MXD : 12
GDS : 90
5
Hasil CT scan :
1. Tampak lesi solid slight hiperdense (50 HU), extraxial, batas tegas, homogenous
contrast enchancement (73 HU) yang :
- broad based pada sphenoid wing kiri
- berukuran sekitar 4.9 x 4.7 x 4.7 cm
- disertai tentakel edema di lobus temporoparietalis kiri
- mengakibatkan pendesakan ventrikel lateralis kiri dan mid line shift ke kanan
sejauh 9.7 mm
- mendesak ACA dan MCA kiri ke perifer
2. Tak tampak jelas hiperotosis di os sphenoid wing kiri
3. Tampak lesi semisolid di sinus sphenoidalis kanan
6
pendesakan ventrikel lateralis kiri dan mid line shift ke kanan sejauh 9.7 mm
III. DIAGNOSIS
Menigioma
7
I. PEMERIKSAAN FISIK (07 Agustus 2017 pukul 08:00 dilakukan di bangsal
Anggrek)
C. Keadaan Umum : lemah
D. Kesadaran : Sopor
GCS = E3V5M1
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 95x/menit
Respiration rate : 22x/menit
Suhu : 36,8 ⁰C
D. Status Gizi: BB = 50 kg
TB = 150 cm
BMI = BB = 22normal
TB2
Status Umum
Kepala : Normocephal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),pupil
isokor Ø (3 mm/3 mm), exopthalmus (-)
8
Auskultasi : bising usus (+) normal
Status Neurologis
a. Kepala
Bentuk : Normosocephal
Nyeri tekan : (-)
Simetris : (+)
Pulsasi : (-)
b. Mata
pupil bulat, isokor (3mm/3mm), reflek cahaya (-/-)
c. Leher
Sikap : Normal
Pergerakan : Normal
Kaku kuduk : (-)
d. Nervus Cranialis
N I ( N. Olfactorius ) : tidak dilakukan
N II ( N. Opticus ) : tidak dilakukan
N III ( N. Okulomotorius )
Kanan Kiri
Sela mata (-) (-)
Pergerakan bulbus (-) (-)
Strabismus (-) (-)
Nistagmus (-) (-)
Eksoftalmus (-) (-)
Besar pupil 3mm 3mm
Bentuk pupil Bulat, simetris Bulat, simetris
Refleks cahaya (-) (-)
Melihat kembar (-) (-)
N IV ( N. Trochlearis )
Kanan Kiri
Pergerakan mata ( ke bawah- (-) (-)
dalam )
Sikap bulbus Central Central
Melihat kembar (-) (-)
N V ( N. Trigeminus )
N VI ( N. Abducens )
Kanan Kiri
Pergerakan mata (ke lateral) (-) (-)
Sikap bulbus Central Central
Melihat kembar (-) (-)
N VII ( N. Facialis )
Kanan Kiri
Mengerutkan dahi (-) (-)
Menutup mata (-) (-)
Meringis (-) (-)
Mencucukan bibir (-) (-)
Pengecapan lidah (2/3 Tidak dilakukan
anterior)
N IX ( N. Glossofaringeus )
Pengecapan 1/3 posterior lidah : tidak dilakukan
Sensibilitas faring : tidak dilakukan
N. X ( N. Vagus )
Arkus faring : -
Fonasi : -
Menelan : -
Nadi : 95x/menit
N. XI ( N. Aksesorius )
Dextra Sinistra
10
Mengangkat bahu : - -
Memalingkan kepala : - -
N. XII ( N. Hipoglosus )
Pergerakan lidah : (-)
Tremor lidah : (-)
Artikulasi : afasia
Lidah : (-)
e. Badan dan anggota gerak
Badan
Motorik
Respirasi : Spontan, Thorako Abdominal
Duduk : tidak dapat duduk
Sensibilitas
Dextra Sinistra
Taktil : (-) (-)
Nyeri : (-) (-)
Thermi : (-) (-)
Diskriminasi : (-) (-)
Kanan Kiri
Motorik:
Pergerakan - -
Kekuatan - -
Tonus Normotonus Normotonus
Trofi Eutrofi Eutrofi
Sensibilitas:
Refleks fisiologis:
11
Refleks patologis:
Dextra Sinistra
Motorik:
Pergerakan - -
Kekuatan - -
Tonus Normotonus Normotonus
Trofi Eutrofi Eutrofi
Sensibilitas:
Refleks fisiologis:
Refleks patologis:
12
g. Gerakan-gerakan abnormal
Tremor : tidak dapat dilakukan
Atetosis : -
h. Tes Tambahan
Valsava tes : -/-
Laseggue tes : -/-
Kernieg tes : -/-
Patrik : -/-
Kontra Patrik : -/-
II. DIAGNOSIS
Meningioma
III.PLAN
Medikamentosa
Non Medikamentosa
Fisioterapi pasif
Follow up
13
14
15
16
17
18
19
20
Meningioma tumbuh dengan lambat .Tumor tidak menimbulkan gejala, mungkin
pertumbuhannya sangat baik jika diobservasi dengan MRI secara periodik.Jika tumor
semakin berkembang, maka pada akhirnya dapat menimbulkan gejala, kemudian
penatalaksanaan bedah dapat direkomendasikan. Kebanyakan meningioma grade I diterapi
dengan tindakan bedah dan observasi secara berterusan 7.
b. Grade II
Meningioma grade II disebut juga meningioma atypical. Jenis ini tumbuh lebih
cepat dibandingkan dengan grade I dan mempunyai angka kekambuhan yang lebih tinggi
juga. Pembedahan adalah penatalaksanaan awal pada tipe ni. Meningioma grade II
biasanya membutuhkan terapi radiasi setelah pembedahan 7.
c. Grade III
Meningioma berkembang dengan sangat agresif dan disebut meningioma malignant
atau meningioma anaplastik. Meningioma malignant terhitung kurang dari 1 % dari seluruh
kejadian meningioma. Pembedahan adalah penatalaksanaan yang pertama untuk grade III
diikuti dengan terapi radiasi. Jika terjadi rekurensi tumor, dapat dilakukan kemoterapi 7.
21
Banyak terjadi pada wanita yang berumur antara 40 dan 70 tahun. Akan selalu terjadi
pda medulla spinalis setingkat thorax dan dapat menekan sumsum tulang belakang.
Meningioma spinalis dapat menyebabkan gejala seperti nyeri radikuler di sekeliling
dinding dada, gangguan kencing, dan nyeri tungkai.
8. Meningioma Intraorbital (kurang dari 10%).
Tipe ini berkembang pia mater atau di sekitar mata cavum orbita.
9. Meningioma Intraventrikular (2%).
Terjadi pada ruangan yang berisi cairan diseluruh bagian otak.
Diagnosis
Manifestasi klinik
Gejala umum yang terjadi disebabkan karena gangguan fungsi serebral akibat
edema otak dan tekanan intrakranial yang meningkat. Gejala spesifik terjadi akibat
destruksi dan kompresi jaringan saraf, bisa berupa nyeri kepala, muntah, kejang, penurunan
kesadaran, gangguan mental, gangguan visual dan sebagainya. Edema papil dan defisit
neurologis lain biasanya ditemukan pada stadium yang lebih lanjut. Gejala umumnya
seperti;
a. Sakit kepala,
Nyeri kepala biasanya terlokalisir, tapi bisa juga menyeluruh. Biasanya muncul
pada pagi hari setelah bangun tidur dan berlangsung beberapa waktu, datang pergi
(rekuren) dengan interval tak teratur beberapa menit sampai beberapa jam. Serangan
semakin lama semakin sering dengan interval semakin pendek.Nyeri kepala ini bertambah
hebat pada waktu penderita batuk, bersin atau mengejan (misalnya waktu buang air besar
atau koitus).Nyeri kepala juga bertambah berat waktu posisi berbaring, dan berkurang bila
duduk. 8
Penyebab nyeri kepala ini diduga akibat tarikan (traksi) pada pain sensitive
structure seperti dura, pembuluh darah atau serabut saraf. 8
b. Kejang
Ini terjadi bila tumor berada di hemisfer serebri serta merangsang korteks motorik.
Kejang yang sifatnya lokal sukar dibedakan dengan kejang akibat lesi otak lainnya, sedang
kejang yang sifatnya umum/general sukar dibedakan dengan kejang karena epilepsi. Tapi
bila kejang terjadi pertama kali pada usia dekade III dari kehidupan harus diwaspadai
kemungkinan adanya tumor otak. 8
22
c. Mual muntah
Lebih jarang dibanding dengan nyeri kepala. Muntah biasanya proyektil
(menyemprot) tanpa didahului rasa mual, dan jarang terjadi tanpa disertai nyeri kepala. 8
d. Edema Papil
Keadaan ini bisa terlihat dengan pemeriksaan funduskopi menggunakan
oftalmoskop. Gambarannya berupa kaburnya batas papil, warna papil berubah menjadi
lebih kemerahan dan pucat, pembuluh darah melebar atau kadang-kadang tampak terputus-
putus. Untuk mengetahui gambaran edema papil seharusnya kita sudah mengetahui
gambaran papil normal terlebih dahulu. Penyebab edema papil ini masih diperdebatkan,
tapi diduga akibat penekanan terhadap vena sentralis retinae. 8
Pemeriksaan Penunjang
Dalam mendiagnosis suatu tumor otak, selain klinis, peranan radiologi sangat besar.
Dahulu angiografi, kemudian CTScandan terakhir MRI; terutama untuk tumor-tumor di
daerah fossa posterior, karena CTScansukar mendiagnosis tumor otak akibat banyaknya
artefak, sekalipun dengan kontras. Dengan MRI suatu tumor dapat dengan jelas
tervisualisasi melalui di potongan 3 dimensi, sehingga memudahkan ahli bedah saraf untuk
dapat menentukan teknik operasi atau menentukan tumor tersebut tidak dapat dioperasi
mengingat risiko/komplikasi yang akan timbul.
1. Foto polos
Hiperostosis adalah salahsatu gambaran mayor dari meningioma pada foto
polos.Diindikasikan untuk tumor pada mening.Tampak erosi tulang dan dekstruksi sinus
sphenoidales, kalsifikasi dan lesi litik pada tulang tengkorak.Pembesaran pembuluh darah
mening menggambarkan dilatasi arteri meningea yang mensuplai darah ke
tumor.Kalsifikasi terdapat pada 20-25% kasus dapat bersifat fokal maupun difus 9.
2. CT scan
Meningioma mempunyai gambaran yang agak khas tetapi tidak cukup spesifik apabila
diagnosis tanpa dilengkapi pemeriksaan angiografi dan eksplorasi bedah.Angiografi
penting untuk menentukan suplai pembuluh darah ke meningiomanya dan untuk menilai
efek di sekitar struktur arteri dan venanya. 9.
25
Gambar 4. Meningioma otak. CT-scan nonkontras menunjukkan meningioma fossa media.Massa kalsifikasi
melekat pada anterior tulang petrous kanan.Terlihat kalsifikasi berbentuk cincin dan punctata.Tidak terlihat
adanya edema. 9.
CT tanpa kontras
Kebanyakan meningioma memperlihatkan lesi hiperdens yang homogen atau
berbintik-bintik, bentuknya reguler dan berbatas tegas.Bagian yang hiperdens dapat
memperlihatkan gambaran psammomatous calcifications.Kadang-kadang meningioma
memperlihatkan komponen hipodens yang prominen apabila disertai dengan komponen
kistik, nekrosis, degenerasi lipomatous atau rongga-rongga. 9
CT dengan kontras :
Semua meningioma memperlihatkan enhancement kontras yang nyata kecuali lesi-
lesi dengan perkapuran. Pola enhancement biasanya homogen tajam (intense) dan berbatas
tegas.Duramater yang berlanjut ke lesinya biasanya tebal, tanda yang relatif spesifik karena
bisa tampak juga pada glioma dan metastasis. 9.
Di sekitar lesi yang menunjukkan enhancement, bisa disertai gambaran hypodense
semilunar collar atau berbentuk cincin. Meningioma sering menunjukkan enhancement
heterogen yang kompleks. 9
26
Gambar 5.Dua kasus berbeda.A, B. CT-scan menunjukkan kalsifikasi meningioma dari lobus parietal. C, D.
CT-scan nonkontras potongan axial menunjukkan massa kalsifikasi yang homogen melekat pada tulang
parietal kanan. Jaringan lunak tumor banyak terlihat pada bagian posterior.Penyebab kalsifikasi minor lain
pada hemisfer serebri kiri disebabkan oleh penyakit parasit.Gambaran MRI potongan coronal T2
menunjukkan deposit kalsium (seperti bintang) yang dikelilingi jaringan solid.Pada kasus ini tidak terlihat
edema. 9.
Gambar 6: A. Gambaran meningioma falx serebri; potongan koronal. B. Meningioma ala sfenodalis
27
menggunakan CT scan kontras yang ditingkatkan.14
Terapi
Penatalaksanaan meningioma tergantung dari lokasi dan ukuran tumor itu
sendiri.Terapi meningioma masih menempatkan reseksi operatif sebagai pilihan pertama.
Beberapa faktor yang mempengaruhi operasi removal massa tumor ini antara lain lokasi
tumor, ukuran dan konsistensi, vaskularisasi dan pengaruh terhadap sel saraf, dan pada
kasus rekurensi, riwayat operasi sebelumnya dan atau radioterapi. Lebih jauh lagi, rencana
operasi dan tujuannya berubah berdasarkan faktor resiko, pola, dan rekurensi
tumor.Tindakan operasi tidak hanya mengangkat seluruh tumor tetapi juga termasuk dura,
jaringan lunak, dan tulang untuk menurunkan kejadian rekurensi 12.
Rencana preoperatif
Prognosis
Pada umumnya prognosa meningioma adalah baik, karena pengangkatan tumor yang
sempurna akan memberikan penyembuhan yang permanen. Pada orang dewasa
kelansungan hidupnya relatif lebih tinggi dibandingkan pada anak-anak, dilaporkan
kelangsungan hidup rate lima tahun adalah 75%. Pada anak-anak lebih agresif, perubahan
menjadi keganasan lebih besar dan tumor dapat menjadi sangat besar. Pada penyelidikan
28
pengarang-pengarang barat lebih dari 10% meningioma akan mengalami keganasan dan
kekambuhannya tinggi 13.
Angka kematian (mortalitas) meningioma sebelum operasi jarang dilaporkan, dengan
kemajuan teknik dan pengalaman operasi para ahli bedah maka angka kematian post
operasi makin kecil. Diperkirakan angka kematian post operasi selama lima tahun (1942–
1946) adalah 7,9% dan (1957–1966) adalah8,5%. Sebab-sebab kematian menurut laporan-
laporan yang terdahulu yaitu perdarahan dan edema otak 13’
29
DAFTAR PUSTAKA
4. Luhulima JW. Menings. Dalam: Anatomi susunan saraf pusat. Makassar: Bagian
Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin; 2003.
6. Netter HF, etc. Spinal nerve origin. In: Neuroanatomy and neurophysiology. USA:
Icon Custom Communication: 2002. P. 24
13. Ropper, Adams and victor’s principles of neurology eighth edition. McGraw-Hill
Medical Publishing Division. New York. 2005;hal 559
30