Anda di halaman 1dari 30

PORTOFOLIO

KASUS MEDIK

MENINGIOMA

Oleh:
dr. Lily

Pembimbing:
dr. Diana

1
Data
Nama :Ny. N No. Registrasi : xx xx xx
Pasien :
Tanggal masuk : 06 Agustus 2017
Telp : - Tanggal keluar : 22 Agustus 2017
Status Keluar : Diijikan pulang
Data Utama untuk Bahan Diskusi :
ANAMNESIS
Diambil dari autoanamnesis pada tanggal 07 Agustus 2017, pukul 09.30, di bangsal Anggrek.

1. Keluhan Utama : penurunan kesadaran


2. Keluhan Tambahan : nyeri kepala, sulit bicara, mual, dan muntah.
3. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengalami penurunan kesadaran dibawa ke IGD RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam
pukul 19:29. Awalnya pasien sulit bicara dan mengeluh nyeri kepala bagian kiri yang terasa
semakin memberat pukul 15:00 SMRS. Nyeri kepala juga bertambah berat waktu posisi
berbaring, dan berkurang bila duduk. Sebelumnya juga pasien masih menyahut bila
dipanggil dan membuka mata secara spontan. Selain itu pasien juga mengalami mual disertai
muntah menyemprot 1 kali setelah mengeluh nyeri kepala.

Menurut keluarga, pasien mengalami gangguan perilaku seperti berbicara lamban, menjadi
pendiam, dan sering marah, dalam keadaan sedih atau marah pasien mengungkapkan dengan
menangis kemudian tertawa sejak 3 bulan SMRS. Keluhan kejang disangkal, nyeri dada
disangkal, nyeri punggung disangkal, nyeri lengan disangkal, demam disangkal, gangguan
penciuman disangkal, gangguan penglihatan disangkal, mulut mencong disangkal, gangguan
makan dan minum disangkal, bicara pelo tidak ada.

4. Riwayat penyakit dahulu


a. Riwayat dirawat pada tahun 2015 di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam
dengan hasil CT Scan Menginoma dan dianjurkan untuk dirujuk ke Surabaya
tetapi keluarga pasien menolak dan hanya merawat pasien dirumah saja.
b. Riwayat penyakit tekanan darah tinggi disangkal
c. Riwayat penyakit jantung disangkal

2
d. Riwayat penyakit paru disangkal
e. Riwayat penyakit gula disangkal
f. Riwayat stroke disangkal
g. Riwayat sakit maag disangkal
h. Riwayat cidera kepala disangkal
i. Riwayat alergi obat disangkal
j. Riwayat trauma disangkal

5. Riwayat Pengobatan :
Tidak minum obat secara teratur yang diberikan oleh dokter setelah post dirawat.
6. Riwayat Keluarga :
Didalam keluarga pasien tidak ada yang memiliki riwayat penyakit seperti yang diderita
oleh pasien. Penyakit kronik lain seperti hipertensi, diabetes melitus dan penyakit
keganasan tidak ada yang menderita sebelumnya.
7. Riwayat sosial ekonomi pribadi
Pasien tinggal bersama suami dan anak-anaknya, untuk membantu ekonomi keluiarga
pasien bekerja sebagai petani. Status ekonomi pasien menengah kebawah.
Hasil Pembelajaran :
1. Diagnosis Meningioma
2. Penatalaksanaan Meningioma
3. Edukasi tentang penyakit kepada pasien

Masuk IGD RSUD dr. Soedomo (06 Agustus 2017 pukul : 19:29)

I. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum : lemah
B. Kesadaran : Somnolen
GCS = E2V4M1
Tekanan darah : 130/70 mmHg
Nadi : 90x/menit
Respiration rate : 22x/menit
Suhu : 36,9 ⁰C

Status Umum

3
Kepala : Normocephal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),pupil
isokor Ø (3 mm/3 mm), RCL +/+. Exopthalmus (-)
Leher : Simetris, pembesaran kelenjar getah bening (-),
kaku kuduk (-)
Thorax : Simetris

o Jantung : Iktus tidak teraba dan tidak terlihat


Bunyi jantung S1/S2 regular
Bising jantung gallop (-), murmur (-)
o Paru : Vesikuler +/+ wheezing (-), ronkhi (-)
Abdomen : Inspeksi : bentuk dinding perut cembung, supel,
pergerakan dinding perut sesuai dengan irama
pernapasan, tidak terdapat kelainan pada kulit
Palpasi : nyeri tekan (-), hepatomegali (-),
splenomegali (-)
Perkusi : timpani di ke-9 regio abdomen
Auskultasi : bising usus (+) normal
Extremitas : Lateralisasi (-)

II. PEMERIKSAAN PENUNJANG :


a. Laboratorium (06 Agustus 2017) di IGD RSUD dr. Soedomo

Hematologi (Darah Rutin) :

i. WBC : 10.8
ii. HGB : 16,1
iii. HCT : 45,5%
iv. RBC : 5.07
v. RDW : 13.0
vi. MCV : 89.7
vii. MCH : 31.6
viii. MCHC : 35.2
ix. PLT : 200

4
x. PDW : 10.5
xi. MPVW : 8.4
xii. P-LCR : 15.8
xiii. NEU% : 72
xiv. LYMPH% : 17
xv. MXD : 12

GDS : 90

b. Pemeriksaan CT-Scan (09 November 2015) :


CT didapatkan dari keluarga pasien

5
Hasil CT scan :

1. Tampak lesi solid slight hiperdense (50 HU), extraxial, batas tegas, homogenous
contrast enchancement (73 HU) yang :
- broad based pada sphenoid wing kiri
- berukuran sekitar 4.9 x 4.7 x 4.7 cm
- disertai tentakel edema di lobus temporoparietalis kiri
- mengakibatkan pendesakan ventrikel lateralis kiri dan mid line shift ke kanan
sejauh 9.7 mm
- mendesak ACA dan MCA kiri ke perifer
2. Tak tampak jelas hiperotosis di os sphenoid wing kiri
3. Tampak lesi semisolid di sinus sphenoidalis kanan

Kesimpulan hasil CT Scan :

a. Extraaxial mass dengan karakteristik yang mengarah pada sphenoid wing


meningioma kiri
b. Terdapat tentakel edema di lobus temporoparietal kiri yang mengakibatkan

6
pendesakan ventrikel lateralis kiri dan mid line shift ke kanan sejauh 9.7 mm

III. DIAGNOSIS
Menigioma

IV. RENCANA KONSULTASI : dr. Spesialis saraf


Advice dr. Rosari, Sp.S :

Infus Ringer Laktat 14 tts/menit

Injeksi Santagesik 3x1 ampul

Injeksi Dexametason 4x1 ampul

Injeksi Ranitidin 2x1 ampul

Acc masuk ruangan.

7
I. PEMERIKSAAN FISIK (07 Agustus 2017 pukul 08:00 dilakukan di bangsal
Anggrek)
C. Keadaan Umum : lemah
D. Kesadaran : Sopor
GCS = E3V5M1
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 95x/menit
Respiration rate : 22x/menit
Suhu : 36,8 ⁰C

D. Status Gizi: BB = 50 kg

TB = 150 cm

BMI = BB = 22normal

TB2

Status Umum

Kepala : Normocephal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),pupil
isokor Ø (3 mm/3 mm), exopthalmus (-)

Leher : Simetris, pembesaran kelenjar getah bening (-),


kaku kuduk (-), JVP 5 – 2 cmH2O
Thorax : Simetris

o Jantung : Iktus tidak teraba dan tidak terlihat


Bunyi jantung S1/S2 regular
Bising jantung gallop (-), murmur (-)
o Paru : Vesikuler +/+ wheezing (-), ronkhi (-)
Abdomen : Inspeksi : bentuk dinding perut cembung, supel,
pergerakan dinding perut sesuai dengan irama
pernapasan, tidak terdapat kelainan pada kulit
Palpasi : nyeri tekan (-), hepatomegali (-),
splenomegali (-)
Perkusi : timpani di ke-9 regio abdomen

8
Auskultasi : bising usus (+) normal

Status Neurologis
a. Kepala
Bentuk : Normosocephal
Nyeri tekan : (-)
Simetris : (+)
Pulsasi : (-)

b. Mata
pupil bulat, isokor (3mm/3mm), reflek cahaya (-/-)

c. Leher
Sikap : Normal
Pergerakan : Normal
Kaku kuduk : (-)

d. Nervus Cranialis
 N I ( N. Olfactorius ) : tidak dilakukan
 N II ( N. Opticus ) : tidak dilakukan
 N III ( N. Okulomotorius )

Kanan Kiri
Sela mata (-) (-)
Pergerakan bulbus (-) (-)
Strabismus (-) (-)
Nistagmus (-) (-)
Eksoftalmus (-) (-)
Besar pupil 3mm 3mm
Bentuk pupil Bulat, simetris Bulat, simetris
Refleks cahaya (-) (-)
Melihat kembar (-) (-)

 N IV ( N. Trochlearis )

Kanan Kiri
Pergerakan mata ( ke bawah- (-) (-)
dalam )
Sikap bulbus Central Central
Melihat kembar (-) (-)
 N V ( N. Trigeminus )

Membuka mulut (-)


9
Mengunyah (-)
Menggigit (-)
Refleks kornea (-)
Sensibilitas pada wajah Tidak dilakukan

 N VI ( N. Abducens )

Kanan Kiri
Pergerakan mata (ke lateral) (-) (-)
Sikap bulbus Central Central
Melihat kembar (-) (-)

 N VII ( N. Facialis )

Kanan Kiri
Mengerutkan dahi (-) (-)
Menutup mata (-) (-)
Meringis (-) (-)
Mencucukan bibir (-) (-)
Pengecapan lidah (2/3 Tidak dilakukan
anterior)

 N VIII ( N. Vestibulo koklearis )


Jentik jari : -
Suara berbisik : -
Tes Weber : tidak dilakukan
Tes Rinne : tidak dilakukan
Tes Schwabach : tidak dilakukan

 N IX ( N. Glossofaringeus )
Pengecapan 1/3 posterior lidah : tidak dilakukan
Sensibilitas faring : tidak dilakukan

 N. X ( N. Vagus )
Arkus faring : -
Fonasi : -
Menelan : -
Nadi : 95x/menit

 N. XI ( N. Aksesorius )
Dextra Sinistra

10
Mengangkat bahu : - -
Memalingkan kepala : - -

 N. XII ( N. Hipoglosus )
Pergerakan lidah : (-)
Tremor lidah : (-)
Artikulasi : afasia
Lidah : (-)
e. Badan dan anggota gerak
 Badan
 Motorik
Respirasi : Spontan, Thorako Abdominal
Duduk : tidak dapat duduk

 Sensibilitas
Dextra Sinistra
Taktil : (-) (-)
Nyeri : (-) (-)
Thermi : (-) (-)
Diskriminasi : (-) (-)

 Anggota Gerak Atas

Kanan Kiri
Motorik:

Pergerakan - -
Kekuatan - -
Tonus Normotonus Normotonus
Trofi Eutrofi Eutrofi
Sensibilitas:

Taktil (-) (-)


Nyeri (-) (-)
Thermi (-) (-)
Diskriminasi (-) (-)

Refleks fisiologis:

Biseps (+) (+)


Triseps (+) (+)
Radius (+) (+)
Ulna (+) (+)

11
Refleks patologis:

Hoffman-Trommer (-) (-)

 Anggota Gerak Bawah

Dextra Sinistra
Motorik:

Pergerakan - -
Kekuatan - -
Tonus Normotonus Normotonus
Trofi Eutrofi Eutrofi

Sensibilitas:

Taktil (-) (-)


Nyeri (-) (-)
Thermi (-) (-)
Diskriminasi (-) (-)

Refleks fisiologis:

Patella (+) (+)


Achilles (+) (+)

Refleks patologis:

Babinsky (+) (+)


Chadock (-) (-)
Openheim (-) (-)
Schaefer (-) (-)
Gordon (-) (-)
Klonus paha (-) (-)
Klonus kaki (-) (-)

f. Koordinasi, gait, keseimbangan


Cara berjalan : tidak dapat dilakukan
Tes romberg : tidak dapat dilakukan
Disdiadokokinesia : tidak dapat dilakukan
Ataksia : tidak dapat dilakukan
Rebound phenomen : tidak dapat dilakukan
Dismetria : tidak dapat dilakukan

12
g. Gerakan-gerakan abnormal
Tremor : tidak dapat dilakukan
Atetosis : -

h. Tes Tambahan
Valsava tes : -/-
Laseggue tes : -/-
Kernieg tes : -/-
Patrik : -/-
Kontra Patrik : -/-

II. DIAGNOSIS
Meningioma

III.PLAN
 Medikamentosa

Infus Ringer Lactat 1000 cc/hari

Inj. Santagesik 3 x 1 ampul

Inj. Dexamethason 4 x 1 ampul

Inj. Ranitidin 2 x 1 ampul

 Non Medikamentosa
Fisioterapi pasif

Follow up

08 Agustus 2017 pukul 08:00 09 Agustus 2017 pukul 08:00

S : Penurunan kesadaran S : Penurunan kesadaran

O : GCS 315 O : GCS 315

TD : 110/70 mmHg N : 90x/m TD : 120/70 mmHg N : 88x/m

R: 18x/m T: 36.7 C R: 18x/m T: 36.6 C

Lateralisasi dextra Lateralisasi dextra

Kekuatan otot 5555 5555 Kekuatan otot 5555 4444

13
14
15
16
17
18
19
20
Meningioma tumbuh dengan lambat .Tumor tidak menimbulkan gejala, mungkin
pertumbuhannya sangat baik jika diobservasi dengan MRI secara periodik.Jika tumor
semakin berkembang, maka pada akhirnya dapat menimbulkan gejala, kemudian
penatalaksanaan bedah dapat direkomendasikan. Kebanyakan meningioma grade I diterapi
dengan tindakan bedah dan observasi secara berterusan 7.
b. Grade II
Meningioma grade II disebut juga meningioma atypical. Jenis ini tumbuh lebih
cepat dibandingkan dengan grade I dan mempunyai angka kekambuhan yang lebih tinggi
juga. Pembedahan adalah penatalaksanaan awal pada tipe ni. Meningioma grade II
biasanya membutuhkan terapi radiasi setelah pembedahan 7.
c. Grade III
Meningioma berkembang dengan sangat agresif dan disebut meningioma malignant
atau meningioma anaplastik. Meningioma malignant terhitung kurang dari 1 % dari seluruh
kejadian meningioma. Pembedahan adalah penatalaksanaan yang pertama untuk grade III
diikuti dengan terapi radiasi. Jika terjadi rekurensi tumor, dapat dilakukan kemoterapi 7.

Meningioma juga diklasifikasikan ke dalam subtipe berdasarkan lokasi dari tumor 8.


1. Meningioma falx dan parasagital (25% dari kasus meningioma).
Falx adalah selaput yang terletak antara dua sisi otak yang memisahkan hemisfer kiri
dan kanan. Falx cerebri mengandung pembuluh darah besar. Parasagital meningioma
terdapat di sekitar falx
2. Meningioma Convexitas (20%).
Tipe meningioma ini terdapat pada permukaan atas otak.
3. Meningioma Sphenoid (20%)
Daerah Sphenoidalis berlokasi pada daerah belakang mata.Banyak terjadi pada wanita.
4. Meningioma Olfactorius (10%).
Tipe ini terjadi di sepanjang nervus yang menghubungkan otak dengan hidung.
5. Meningioma fossa posterior (10%).
Tipe ini berkembang di permukaan bawah bagian belakang otak.
6. Meningioma suprasellar (10%).
Terjadi di bagian atas sella tursica, sebuah kotak pada dasar tengkorak dimana terdapat
kelenjar pituitary.
7. Spinal meningioma (kurang dari 10%).

21
Banyak terjadi pada wanita yang berumur antara 40 dan 70 tahun. Akan selalu terjadi
pda medulla spinalis setingkat thorax dan dapat menekan sumsum tulang belakang.
Meningioma spinalis dapat menyebabkan gejala seperti nyeri radikuler di sekeliling
dinding dada, gangguan kencing, dan nyeri tungkai.
8. Meningioma Intraorbital (kurang dari 10%).
Tipe ini berkembang pia mater atau di sekitar mata cavum orbita.
9. Meningioma Intraventrikular (2%).
Terjadi pada ruangan yang berisi cairan diseluruh bagian otak.

 Diagnosis

Manifestasi klinik
Gejala umum yang terjadi disebabkan karena gangguan fungsi serebral akibat
edema otak dan tekanan intrakranial yang meningkat. Gejala spesifik terjadi akibat
destruksi dan kompresi jaringan saraf, bisa berupa nyeri kepala, muntah, kejang, penurunan
kesadaran, gangguan mental, gangguan visual dan sebagainya. Edema papil dan defisit
neurologis lain biasanya ditemukan pada stadium yang lebih lanjut. Gejala umumnya
seperti;
a. Sakit kepala,
Nyeri kepala biasanya terlokalisir, tapi bisa juga menyeluruh. Biasanya muncul
pada pagi hari setelah bangun tidur dan berlangsung beberapa waktu, datang pergi
(rekuren) dengan interval tak teratur beberapa menit sampai beberapa jam. Serangan
semakin lama semakin sering dengan interval semakin pendek.Nyeri kepala ini bertambah
hebat pada waktu penderita batuk, bersin atau mengejan (misalnya waktu buang air besar
atau koitus).Nyeri kepala juga bertambah berat waktu posisi berbaring, dan berkurang bila
duduk. 8
Penyebab nyeri kepala ini diduga akibat tarikan (traksi) pada pain sensitive
structure seperti dura, pembuluh darah atau serabut saraf. 8

b. Kejang
Ini terjadi bila tumor berada di hemisfer serebri serta merangsang korteks motorik.
Kejang yang sifatnya lokal sukar dibedakan dengan kejang akibat lesi otak lainnya, sedang
kejang yang sifatnya umum/general sukar dibedakan dengan kejang karena epilepsi. Tapi
bila kejang terjadi pertama kali pada usia dekade III dari kehidupan harus diwaspadai
kemungkinan adanya tumor otak. 8

22
c. Mual muntah
Lebih jarang dibanding dengan nyeri kepala. Muntah biasanya proyektil
(menyemprot) tanpa didahului rasa mual, dan jarang terjadi tanpa disertai nyeri kepala. 8

d. Edema Papil
Keadaan ini bisa terlihat dengan pemeriksaan funduskopi menggunakan
oftalmoskop. Gambarannya berupa kaburnya batas papil, warna papil berubah menjadi
lebih kemerahan dan pucat, pembuluh darah melebar atau kadang-kadang tampak terputus-
putus. Untuk mengetahui gambaran edema papil seharusnya kita sudah mengetahui
gambaran papil normal terlebih dahulu. Penyebab edema papil ini masih diperdebatkan,
tapi diduga akibat penekanan terhadap vena sentralis retinae. 8

Gejala dapat pula spesifik terhadap lokasi tumor 8;

a. Meningioma falx dan parasagital


- nyeri tungkai
b. Meningioma Convexitas
- kejang, sakit kepala, defisit neurologis fokal, perubahan status mental
c. Meningioma Sphenoid
- kurangnya sensibilitas wajah, gangguan lapangan pandang, kebutaan, dan
penglihatan ganda
d. Meningioma Olfaktorius
- kurangnya kepekaan penciuman, masalah visus.
e. Meningioma fossa posterior
- nyeri tajam pada wajah, mati rasa, dan spasme otot-otot wajah, berkurangnya
pendengaran, gangguan menelan, gangguan gaya berjalan,
f. Meningioma suprasellar
- pembengkakan diskus optikus, masalah visus
g. Spinal meningioma
- nyeri punggung, nyeri dada dan lengan
h. Meningioma Intraorbital
- penurunan visus, penonjolan bola mata
i. Meningioma Intraventrikular
- perubahan mental, sakit kepala, pusing 8
23
Gambar 3: Posisi klasik pada meningioma
Sindroma lobus frontalis yang terjadi disebabkan oleh karena penekanan progresif
dari massa itu sendiri ataupun oleh edema yang berhubungan dengan efek massa tumor
yang terletak di lobus frontalis.         
Gangguan neurobehavioral  dan defisit motorik yang ditemukan pada pasien
menunjukkan luasnya daerah yang terlibat  yaitu seluruh regio di korteks prefrontal sampai
korteks motorik primer.
Secara anatomis, setiap bagian   lobus  frontalis  dibagi   menjadi   3  daerah, yaitu 
kortek motor primer ,  kortek premotor  dan  kortek prefrontal . Limbik terletak medial
dalam lobus frontalis.
            Kortek motor primer terutama untuk gerakan gerakan volunter . Kerusakan pada
daerah ini akan menyebabkan kelumpuhan pada sisi tubuh yang berlawanan . Kortek
premotor berhubungan dengan kortek motor primer dan penting untuk integrasi dan
program gerakan yang berurutan . Korteks pre frontal dibagi menjadi 3 regio yaitu , regio
orbito-frontal ( anterior lobus frontal ) , regio dorsolateral, serta cingulum anterior.
Kerusakan pada masing- masing jalur yang dilalui akan dapat menimbulkan gejala
neuropsikiatri.
Sindroma lobus frontal menyebabkan perubahan personaliti dan status mental pada
90% kasus, juga menunjukkan penemuan beberapa neurologi fokal. Apatis, disinhibisi atau
impulsif merupakan tanda keterlibatan regio frontal. Eforia atau depresi, irritabilitas,
24
gangguan konsentrasi, poor adjusment, disorientasi, dan gangguan atensi merupakan
tambahan awal yang sering ditemukan. Pasien dengan tumor frontal kanan menunjukkan
lebih eforia, sedangkan pasien dengan tumor frontal kiri menunjukkan lebih depresi.
Pasien dengan gangguan lobus frontal sering memperlihatkan kombinasi dari gejala
kognitif, psikiatri, dan perilaku. Edema ini berhubungan dengan efek massa tumor yang
sering menyebabkan tekanan intrakranial. Gejala dan tanda peningkatan tekanan
intrakranial adalah nyeri kepala, mual, muntah, papiledema, palsi nervus enam, dan
perubahan status mental.

 Pemeriksaan Penunjang
Dalam mendiagnosis suatu tumor otak, selain klinis, peranan radiologi sangat besar.
Dahulu angiografi, kemudian CTScandan terakhir MRI; terutama untuk tumor-tumor di
daerah fossa posterior, karena CTScansukar mendiagnosis tumor otak akibat banyaknya
artefak, sekalipun dengan kontras. Dengan MRI suatu tumor dapat dengan jelas
tervisualisasi melalui di potongan 3 dimensi, sehingga memudahkan ahli bedah saraf untuk
dapat menentukan teknik operasi atau menentukan tumor tersebut tidak dapat dioperasi
mengingat risiko/komplikasi yang akan timbul.

1. Foto polos
Hiperostosis adalah salahsatu gambaran mayor dari meningioma pada foto
polos.Diindikasikan untuk tumor pada mening.Tampak erosi tulang dan dekstruksi sinus
sphenoidales, kalsifikasi dan lesi litik pada tulang tengkorak.Pembesaran pembuluh darah
mening menggambarkan dilatasi arteri meningea yang mensuplai darah ke
tumor.Kalsifikasi terdapat pada 20-25% kasus dapat bersifat fokal maupun difus 9.

2. CT scan
Meningioma mempunyai gambaran yang agak khas tetapi tidak cukup spesifik apabila
diagnosis tanpa dilengkapi pemeriksaan angiografi dan eksplorasi bedah.Angiografi
penting untuk menentukan suplai pembuluh darah ke meningiomanya dan untuk menilai
efek di sekitar struktur arteri dan venanya. 9.

25
Gambar 4. Meningioma otak. CT-scan nonkontras menunjukkan meningioma fossa media.Massa kalsifikasi
melekat pada anterior tulang petrous kanan.Terlihat kalsifikasi berbentuk cincin dan punctata.Tidak terlihat
adanya edema. 9.

CT tanpa kontras
Kebanyakan meningioma memperlihatkan lesi hiperdens yang homogen atau
berbintik-bintik, bentuknya reguler dan berbatas tegas.Bagian yang hiperdens dapat
memperlihatkan gambaran psammomatous calcifications.Kadang-kadang meningioma
memperlihatkan komponen hipodens yang prominen apabila disertai dengan komponen
kistik, nekrosis, degenerasi lipomatous atau rongga-rongga. 9

CSF yang loculated.


Sepertiga dari meningioma memperlihatkan gambaran isodens yang biasanya dapat
dilihat berbeda dari jaringan parenkim di sekitarnya dan, hampir semua lesi-lesi isodens ini
menyebabkan efek masa yang bermakna. 9.

CT dengan kontras :
Semua meningioma memperlihatkan enhancement kontras yang nyata kecuali lesi-
lesi dengan perkapuran. Pola enhancement biasanya homogen tajam (intense) dan berbatas
tegas.Duramater yang berlanjut ke lesinya biasanya tebal, tanda yang relatif spesifik karena
bisa tampak juga pada glioma dan metastasis. 9.
Di sekitar lesi yang menunjukkan enhancement, bisa disertai gambaran hypodense
semilunar collar atau berbentuk cincin. Meningioma sering menunjukkan enhancement
heterogen yang kompleks. 9

26
Gambar 5.Dua kasus berbeda.A, B. CT-scan menunjukkan kalsifikasi meningioma dari lobus parietal. C, D.
CT-scan nonkontras potongan axial menunjukkan massa kalsifikasi yang homogen melekat pada tulang
parietal kanan. Jaringan lunak tumor banyak terlihat pada bagian posterior.Penyebab kalsifikasi minor lain
pada hemisfer serebri kiri disebabkan oleh penyakit parasit.Gambaran MRI potongan coronal T2
menunjukkan deposit kalsium (seperti bintang) yang dikelilingi jaringan solid.Pada kasus ini tidak terlihat
edema. 9.

3. Magnetic Resonance Imaging (MRI)


Melalui MRI, suatu jaringan menunjukkan sifat-sifat karakteristik tertentu pada
gambar Tl dan T2 maupun protondensity. Intensitas jaringan tersebut biasanya berbeda
pada gambar Tl dan T2, kecuali lemak, darah segar, kalsifikasi, maupun peredaran darah
yang cepat. Dengan melihatgambarTl maupun T2 dapat ditentukan karakteristik suatu
tumor apakah tumor tersebut padat, kistik, ada perdarahan, kalsifikasi, nekrosis maupun
lemak dan lain-lain.Intensitas jaringan tersebut mulai dari hipo, iso dan hiper intensitas
terlihat jelas pada T1 dan T2. 9

Gambar 6: A. Gambaran meningioma falx serebri; potongan koronal. B. Meningioma ala sfenodalis
27
menggunakan CT scan kontras yang ditingkatkan.14
 Terapi
Penatalaksanaan meningioma tergantung dari lokasi dan ukuran tumor itu
sendiri.Terapi meningioma masih menempatkan reseksi operatif sebagai pilihan pertama.
Beberapa faktor yang mempengaruhi operasi removal massa tumor ini antara lain lokasi
tumor, ukuran dan konsistensi, vaskularisasi dan pengaruh terhadap sel saraf, dan pada
kasus rekurensi, riwayat operasi sebelumnya dan atau radioterapi. Lebih jauh lagi, rencana
operasi dan tujuannya berubah berdasarkan faktor resiko, pola, dan rekurensi
tumor.Tindakan operasi tidak hanya mengangkat seluruh tumor tetapi juga termasuk dura,
jaringan lunak, dan tulang untuk menurunkan kejadian rekurensi 12.

Rencana preoperatif

Pada pasien dengan meningioma supratentorial, pemberian antikonvulsan dapat


segera diberikan, deksametason diberikan dan dilindungi pemberian H2 antagonis beberapa
hari sebelum operasi dilaksanakan. Pemberian antibiotik perioperatif digunakan sebagai
profilaksis pada semua pasien untuk organisme stafilokokkus, dan pemberian
cephalosporin generasi III yang memiliki aktifitas terhadap organisme pseudomonas, serta
pemberian metronidazol (untuk organisme anaerob) ditambahkan apabila operasi
direncanakan dengan pendekatan melalui mulut, sinus paranasal, telinga, atau mastoid 12.
Klasifikasi Simptom dari ukuran reseksi pada meningioma intrakranial 12.
Grade I : Reseksi total tumor, perlekatan dural dan tulang abnormal
Grade II : Reseksi total tumor, koagulasi dari perlekatan dura
Grade III : Reseksi total tumor, tanpa reseksi atau koagulasi dari perlekatan
dura, atau mungkin perluasan ekstradural ( misalnya sinus yang terserang
atau tulang yang hiperostotik)
Grade IV : Reseksi parsial tumor
Grade V : Dekompresi sederhana (biopsi)

 Prognosis
Pada umumnya prognosa meningioma adalah baik, karena pengangkatan tumor yang
sempurna akan memberikan penyembuhan yang permanen. Pada orang dewasa
kelansungan hidupnya relatif lebih tinggi dibandingkan pada anak-anak, dilaporkan
kelangsungan hidup rate lima tahun adalah 75%. Pada anak-anak lebih agresif, perubahan
menjadi keganasan lebih besar dan tumor dapat menjadi sangat besar. Pada penyelidikan
28
pengarang-pengarang barat lebih dari 10% meningioma akan mengalami keganasan dan
kekambuhannya tinggi 13.
Angka kematian (mortalitas) meningioma sebelum operasi jarang dilaporkan, dengan
kemajuan teknik dan pengalaman operasi para ahli bedah maka angka kematian post
operasi makin kecil. Diperkirakan angka kematian post operasi selama lima tahun (1942–
1946) adalah 7,9% dan (1957–1966) adalah8,5%. Sebab-sebab kematian menurut laporan-
laporan yang terdahulu yaitu perdarahan dan edema otak 13’

29
DAFTAR PUSTAKA

1. Mardjono M, Sidharta P. Dalam: Neurologi klinis dasar. : Fakultas Kedokteran


Universtas Indonesia; 2003. Hal 393-4.

2. Focusing on tumor meningioma. Availble from: http://www.abta.org/meningioma.pdf

3. Patogenesis, histopatologi, dan klasifikasi meningioma. Availble from:


http://www.neuroonkologi.com/articles/Patogenesis,%20histopatologi%20dan
%20klasifikasi%20meningioma.doc

4. Luhulima JW. Menings. Dalam: Anatomi susunan saraf pusat. Makassar: Bagian
Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin; 2003.

5. Image of meninx. Available from:www. American Society of Oncology

6. Netter HF, etc. Spinal nerve origin. In: Neuroanatomy and neurophysiology. USA:
Icon Custom Communication: 2002. P. 24

7. Meningiomas. Available from: www. Mayfieldclinic.com

8. Meningioma. Available from:. http://www.cancer.net

9. Fyann E, Khan N, Ojo A. Meningioma. In: SA Journal of Article Radiology. SA:


Medical University of Southern Africa; 2004. p. 3-5.

10. Neuroradiology Imaging Teaching Files Case Thirty Six-Meningioma.. Available


from: http://www.uhrad.com/mriarc/mri036.htm

11. Meningioma. Available from :http://radiopaedia.org/articles/meningioma

12. Widjaja D, Meningioma intracranial. Available from:


http://www.portalkalbe.co.id/files/cdk/files/09MeningiomaIntrakranial016.pdf/
09MeningiomaIntrakranial016.html

13. Ropper, Adams and victor’s principles of neurology eighth edition. McGraw-Hill
Medical Publishing Division. New York. 2005;hal 559

14. Rohkamm, Color atlas of neurology. Thieme. Stuttgart: 2004;hal 7

30

Anda mungkin juga menyukai