Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Tujuan
1. Melatih cara ekstraksi dan isolasi nikotin dari tumbuh-tumbuhan
2. Menetapkan kadar produk yang di isolasi dengan cara gravimetri titrasi
1.2 Latar Belakang
Tembakau merupakan jenis tanaman yang sangat dikenal di kalang
masyarakat Indonesia. Tanaman ini tersebar di seluruh Nusantara dan mempunyai
kegunaan yang sangat banyak terutama untuk bahan baku pembuatan rokok. Selain
itu tembakau juga dimanfaatkan orang sebagai kunyahan (Jawa : susur), terutama
di kalangan ibu–ibu di pedesaan.
Tanaman tembakau berwarna hijau, berbulu halus, batang, dan daun diliputi
oleh zat perekat. Pohonnya berbatang tegak dengan ketinggian rata–rata mencapai
250 cm, akan tetapi kadang–kadang dapat mencapai tinggi sampai 4 m apabila
syarat–syarat tumbuh baik. Umur tanaman ini rata–rata kurang dari 1 tahun. Daun
mahkota bunganya memiliki warna merah muda sampai merah, mahkota bunga
berbentuk terompet panjang, daunnya berbentuk lonjong pada ujung runcing, dan
kedudukan daun pada batang tegak (Abdullah, 1982).
Tembakau hanya bermanfaat sebagai penikmat belaka yang tidak bermanfaat
bagi kesehatan sehingga perlu untuk mengeksploitasi lagi manfaat yang lain,
misalnya sebagai racun bagi serangga. Di dalam daun tembakau ada beberapa
macam alkaloid yang dapat memberikan rasa nikmat pemakainya yaitu nikotin,
nikotirin, dan myosmin (Cahyono, 1998). Kandungan alkaloid nikotin yang
terdapat di daun tembakau dapat digunakan sebagai insektisida. Di Kabupaten
Klaten terdapat produksi tembakau Vorstenland yang besar yang biasanya
digunakan sebagai tembakau pengisi rokok. Rokok adalah perantara utama bagi
nikotin masuk ke tubuh manusia melalui asapnya., sehingga perlu diteliti
nikotinnya. Untuk dapat mengetahui apakah dalam tembakau terdapat nikotin dan
juga toksisitasnya sebagai insektisida maka diperlukan penelitian. Alasan ini
melatar belakangi pemilihan judul “Identifikasi Nikotin dalam Daun Tembakau
Kering (Nicotiana tabacum) dan Uji Efektivitas Ekstrak Daun Tembakau sebagai
Insektisida Penggerek Batang Padi (Scirpophaga innonata)”.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Tembakau
Tembakau adalah tanaman musiman yang tergolong dalam tanam
perkebunan. Pemanfaatan tanaman tembakau terutama pada daunnya yaitu untuk
pembuatan rokok. Tanaman tembakau diklasifikasikan sebagai berikut :
Famili : Solanaceae
Sub Famili : Nicotianae
Genus : Nicotianae
Spesies : Nicotiana tabacum dan Nicotiana rustica (Cahyono, 1998).
Bahasa Indonesia tembakau merupakan serapan dari bahasa asing. Bahasa
Spanyo "tabaco" dianggap sebagai asal kata dalam bahasa Arawakan, khususnya,
dalam bahasa Taino di Karibia, disebutkan mengacu pada gulungan daun - daun
pada tumbuhan ini (menurut Bartolome e Las Casas, 1552) atau bisa juga dari
kata "tabago", sejenis pipa berbentuk y untuk menghirup asap tembakau.
Tembakau umumnya digunakan untuk mendefinisikan tumbuhan obat-obatan
sejak 1410, yang berasal dari bahasa Arab "tabbaq", yang dikabarkan ada sejak
abad ke-9, sebagai nama dari berbagai jenis tumbuhan. Kata tobacco (bahasa
Inggris) bisa jadi berasal dari Eropa, dan pada akhirnya diterapkan untuk
tumbuhan sejenis yang berasal dari Amerika (wikipedia, 2008).
Tanaman tembakau merupakan tumbuhan herba semusim yang dita
untuk mendapatkan daunnya. Tumbuhan ini termasuk dalam famili Solanaceae.
Tembakau adalah genus tanaman yang berdaun lebar yang berasal dari daerah
Amerika Utara dan Amerika Selatan. Daun dari pohon ini sering digunakan
sebagai bahan baku rokok, baik dengan menggunakan pipa maupun digulung
dalam bentuk rokok atau cerutu. Daun tembakau dapat pula dikunyah atau
dikulum, dan ada pula yang menghisap bubuk tembakau melalui hidung.
2.1.2 Nikotin
Nikotin (C10H14N2) adalah suatu alkaloid dengan nama kimia 3-(1-metil-
2-pirolidil) piridin. Saat diekstraksi dari daun tembakau, nikotin tak berwarna,
tetapi segera menjadi coklat ketika bersentuhan dengan udara. Nikotin dapat
menguap dan dapat dimurnikan dengan cara penyulingan uap dari larutan yang
dibasakan.
Kadar nikotin merupakan kunci untuk menentukan kualitas tembakau.
Banyak faktor yang memengaruhi kadar nikotin ini, yaitu jenis tembakau, jenis
tanah, kadar nitrogen tanah, tingkat kematangan tembakau, dan masa penguningan
(Tassew 2007). Senyawa ini terdapat sekitar 0.6-3 % dalam tembakau kering.
Senyawa ini dibentuk selama biosintesis yang berlangsung di akar dan
terakumulasi di daun (Chitra dan Sivaranjani 2012). Nikotina bersifat higroskopis,
dapat bercampur dengan air pada suhu di bawah 60 °C, sangat larut dalam
alkohol, kloroform, eter, kerosin, dan sejenisnya (Tassew 2007).

Nikotin adalah bahan alkaloid toksik yang merupakan senyawa amin t basa
lemah dengan pH 8,0. Pada pH tersebut, sebanyak 31% nikotin berbentuk bukan
ion dan dapat melewati membran sel. Pada pH ini nikotin berada dalam bentuk
ion dan tidak dapat melewati membran secara cepat sehingga di mukosa pipi
hanya terjadi sedikit absorpsi nikotin dari asap rokok.

Nikotin adalah zat alkaloid yang ada secara natural di tanaman tembakau.
Nikotin juga didapati pada tanaman-tanaman lain dari famili biologis Solanaceae
seperti tomat, kentang, terung dan merica hijau pada level yang sangat kecil
dibanding pada tembakau. Zat alkaloid telah diketahui memiliki sifat farmakologi,
seperti efek stimulan dari kafein yang meningkatkan tekanan darah dan detak
jantung.

Tata nama IUPAC : (S)-3-[1-Metilpirolidin-2-yl]piridina


Nama dagang : Nicorette, Nicotrol
Rumus kimia : C10H14N2
BM : 162,2
(Martindale 36th Ed., p.)

No. Derivat Nikotin Kelarutan Sumber

1 Nicotine base Campura air pada T < 60 °C Merck Index 13th


Ed e-book, 2001
Sangat larut dalam alkohol,
kloroform, eter, petroleum eter,
kerosene, dan minyak
    Larut dalam air Martindale 36th
Ed, 2009, p. 2352
Campur dalam alkohol terhidrasi
2 Nikotin HCl - Merck Index 13th
Ed e-book, 2001

3 Nikotin Sangat larut dalam air dan alcohol Merck Index 13th
Dihidroklorida Ed e-book, 2001
Hampir tidak larut dalam eter
4 Nikotin Sulfat Larut dalam air dan alkohol Merck Index 13th
Ed e-book, 2001

5 Nikotin Tartrat Sangat larut dalam alkohol dan air Merck Index 13th
Ed e-book, 2001

6 Nikotin (Zinc Sangat larut dalam air Merck Index 13th


Klorida)2 Ed e-book, 2001
Monohidrat
Sedikit larut dalam alkohol dan
eter
7 Nikotin Salisilat Larut dalam alkohol atau air Merck Index 13th
Ed e-book, 2001

8 Nikotin Polakrilax - Merck Index 13th


Ed e-book, 2001

9 Nikotin Resinat Praktis tidak larut dalam air Martindale 36th


Ed, 2009, p. 2352

2.1.3 Sifat Fisika Kimia

Nikotin murni merupakan cairan tidak berwarna dengan titik didih 246- 247
°C, membeku pada suhu di bawah -79 °C. Densitas 1,009 g/cm 3 pada suhu 20 °C.
Dalam bentuk basanya cukup mudah menguap dengan tekanan penguapan 4,25 x
10-2 mmHg. Konsentrasi nikotin pada fase uap, berdasarkan metode Bubbling
Point adalah ± 28 ppm pada suhu 25 °C. Nikotin bersifat higroskopis dan sangat
mudah bercampur dengan air, etanol, etil eter, dan sebagian besar pelarut organic.
Nikotin memiliki pKa1 = 3,09 atau 4,23 dan pKa2 = 8,18 atau 9,13. Log P dalam
bentuk alkaloid non ionic adalah 0,93. (Krieger, 2001).

Nikotin merupakan alkaloid alam berbentuk cairan, tidak berwarna, suatu


basa yang mudah menguap (volatile base) dengan pKa = 8,5. Zat ini berubah
warna menjadi coklat dan berbau mirip tembakau setelah bersentuhan dengan
udara. Kadarnya dalam tembakau antara 1 – 2 %.
2.1.4 Kegunaan Nikotin

Nikotin bisa benar-benar bermanfaat sebagai obat jika digunakan dengan


benar dan dosis yang akurat. Namun selama ini orang menggunakan nikotin untuk
hal yang berbeda dan dalam dosis yang tinggi. Dalam American Journal of
Psychiatry diketahui bahwa reaksi nikotin dengan oksigen dapat membentuk asam
nicotinic. Efek dari turunan senyawa ini bisa bermanfaat bagi tubuh manusia yaitu
menenangkan, meningkatkan suasana hati dan merangsang aktivitas otak, fungsi
motorik dan memori. Jika molekul nikotin diubah sedemikian rupa tidak akan
menyebabkan kecanduan seperti rokok. Secara perilaku, efek stimulasi dari
nikotin menyebabkan peningkatan perhatian, belajar, waktu reaksi, dan
kemampuan untuk memecahkan masalah. Menghisap rokok juga dapat
meningkatkan mood, menurunkan ketegangan, menghilangkan kecemasan dan
perasaan depresif. Selain itu nikotin juga dapat berfungsi sebagai antipsikotik,
analgesik, dan neuroproteksi. Pemaparan nikotin dalam jangka pendek
meningkatkan aliran darah serebral tanpa mengubah metabolisme oksigen
serebral.

2.1.5 Metabolisme Nikotina

Alkaloid nikotin mengalami proses metabolisme, yaitu suatu proses dimana


nikotin mengalami perubahan struktur karena adanya senyawa–senyawa kimia di
sekitarnya. Proses metabolisme nikotin dalam tembakau disajikan dalam gambar 4
Sebagian besar in vivo metabolit dari nikotin adalah konitin laktam.
Transformasi metabolit ini mewakili semua oksidasi 4–elektron. Studi in vitro
menunjukkan hilangnya nikotin dari campuran inkubasi tidak dihambat, walaupun
pembentukan nikotin diblok secara sempurna.

Metabolisme oksidatif pada nikotin dengan pembuatan mirkosomal hati


kelinci dengan adanya ion sianida ditunjukkan dengan adanya isomer kedua
senyawa siano nikotin. Pembentukan struktur N-(sianometil) nornikotin
didapatkan dari penyerangan nukleofilik oleh ion sianida pada senyawa antara
jenis metil iminium. Senyawa ini dibentuk dengan ionisasi jenis N hidroksimetil
nornikotin. Senyawa antara karbinolamin yang sama terlihat pada N-demetilasi
dari nikotin menjadi nornikotin (Wolff, 1994).

2.1.6 Efek dari nikotin

Nikotin sangat mempengaruhi dan dapat mengubah fungsi otak dan tubuh
kita. Nikotin membuat si perokok merasa relaks dan kemuadian merasa lebih
energik dan bersemangat, atau sebaliknya. Efek ini umum dikenal sebagai biphase
effect. Sialnya, semakin sering seseorang merokok, akan semakin merasa
ketagihan dan bertambah pula dosis yang akan kita gunakan.
Saat seseorang menghisap sebatang rokok, nikotin akan diserap dalam tubuh
(darah), diringi dengan pelepasan Adrenalin dan pemblokade-an hormone insulin.
Adrenalin lebih dikenal sebagai hormon "Fight or Flight". Jika anda mencintai
film horror, atau sangat suka dengan roller-coaster, pasti sangat familiar sekali
dengan efek Adrenalin ini, yang juga akan anda alami saat merokok:

- Detak jantung yang sangat cepat


- Meningkatnya tekanan darah
- Tarikan nafas yang berat dan cepat

Saat Adrenalin dilepas tubuh kita pun akan melepaskan cadangan glukosa
ke dalam darah. Kemudian, insulin akan memerintahkan sel tubuh untuk
menyerap kelebihan glukosa dalam darah. Efek ini sering disebut sebagai
hyperglycaemic, yaitu tingginya kadar gula dalam darah. Inilah alasan kenapa saat
merokok, seseorang tidak merasa lapar dan akan tahan untuk tidak makan selama
berjam-jam. Lebih banyak dijumpai perokok yang berbadan kurus dibandingkan
perokok yang kelebihan berat badan.

Dalam jangka panjang, Nikotin dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam


darah, mengakibatkan si perokok, walaupun sudah lama berhenti merokok, sangat
rentan terhadap serangan jantung dan stroke. Ini sebagai akibat dari rusaknya
pembuluh arteri dalam darah, yang salah satu fungsinya, mengedarkan oksigen ke
seluruh tubuh.
BAB III

METODE KERJA

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat : Mortar, erlenmeyer, pipet, penangas air, buret dan statif.
3.1.2 Bahan : Tembakau, NaOH 20%, petroleum eter, akuades, Natrium Sulfat,
HCL 0.01N, indikator MM.
3.2 Cara kerja
Sebanyak 1 gram tembakau yang sudah dihaluskan dimasukkan ke dalam
erlenmeyer bertutup asah kemudian ditambahkan 1 ml NaOH 20% . Campuran
diaduk rata lalu ditambalıkan 20 ml petroleum eter kemudian ditutup. Kocok dan
tekan tutup erlenmeyer tersebut lalu diamkan hingga batasan lapisan eter menjadi
jelas. Sebanyak 10 ml cairan campuran eter yang tadi dimasukkan ke dalam
erlenmeyer yang bersİh kemudian eter diuapkan di atas penangas air selama 2
menit hingga campuran tersisa 2 ml. Setelah itu, ditambahkan 10 ml akuades dan
2 tetes İndikator merah metil kemudian dititrasi dengan HCL 0,01 N hingga
warna hijau kekuningan berubah menjadi merah muda.
BAB IV
DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Pengamatan
Sampel N HCl Volume HCl Kadar Nikotin
Percobaan 1 0,01 5.7 ml 0,046
Percobaan 2 0,01 12,5 ml 0,101
Rata-rata 0,01 5,02 ml 0,0965

4.1.1 Perhitungan
Bobot Nikotin=V HCl x N HCl x 1,6223 m g
¿ 5,7 x 0,01 x 1,6223 mg=0,092 mg
bobot nikotin(mg)
kadar nikotin=
bobot sampel(mg)

=❑
4.2 Pembahasan

Pada percobaan kali ini, kami melakukan percobaan untuk menentukan kadar
nikotin pada tembakau. Untuk mentukan kadar nikotin dalam percobaan kali ini
digunakan metode Acidimetri. Acidimetri adalah salah satu metode penetapan
kadar dengan larutan standart asam sebagai titrannya. Dalam percobaan kali ini
digunakan HCl 0,01 N sebagai titrannya. Sebelum dilakukannya titrasi terlebih
dahulu 1 gr tembakau ditambah 1 ml NaOH 20 % . NaOH bertujuan untuk
memberikan sifat basa. Setelah itu di tambah dengan 20 mL Petroleum Eter.
Didiamkan sampai petrolrum terpisah dengan tembakau kemudian 6 mL
petroleum eter yang telah terpisah diuapkan di spiritus set hingga hanya tersisa
2mL saja. Petroleum yang telah diuapkan di encerkan dengan 10 mL aquadest.
Dan ditambah metil merah barulah kemudian dititrasi dengan HCl. Prinsip
penetapan kadar nikotin : Prinsip penetapannya adalah reaksi penetralan asam
basa, nikotin (C10H14N2) yang merupakan alkaloid yang bersifat basa lemah
bereaksi dengan HCl akan mengikat satu atom H+ dan melepaskan ion Cl-. Reaksi
ini terjadi pada kisaran pH 6,0 - 6,2 sehingga dipakai indikator metil merah, titik
akhir titrasi diketahui dengan terbentuknya warna merah yang konstan. Dimana
pada pecobaan ini titik akhir titrasi terjadi pada volume 5,7 mL karena setiap 1
mL HCl 0,01 N setara dengan kandungan nikotin sebanyak 1,6223 mg. Jadi
dalam percobaan kali ini sampel yang digunakan mengandung nikotin sebanyak
standar umumnya kandungan nikotin adalah 1- 4 mg. Itu berarti sampel yang
digunakan pada percobaan ini masih tergolong standar, dan layak. Tapi walaupun
demikian penggunaan secara berlebihan dapat menggangu kesehatan bagi
pemakainya.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang sudah dilakukan didapat kenormalan HCl
0.01 N, dapat disimpulkan bahwa tembakau yang diteliti sebanyak 1 gram
tersebut mengandung … gram nikotin atau sebanyak …%.

5.2 Saran
1. Hendaknya praktikan telah mengetahui sifat-sifat bahan yang
digunakan.
2.  Sebaiknya praktikan lebih teliti dalam melakukan pengamatan dan
menggunakan APD.
3. Sebaiknya untuk para perokok mulai mengetahui efek dan bahaya dari
nikotin.
DAFTAR PUSTAKA

Harjadi W. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: PT Gramedia.

Krieger, R. I., 2001 (Eds.). Handbook of Pesticide Toxicology: Principles, 2nd Ed


Vol 1. Academic Press. P. 116

Pranata FS. 1997. Isolasi alkaloid dari bahan alam. Biota 2: 96-99

Sweetman, S. C (Eds). 2009. Martindale 36th Ed. London : Pharmaceutical Press.


P. 2352.

Smith, A (Eds.), 2001. The Merck Index. White House Station: Merck and Co.,
Inc. E-book.

Tassew Z. 2007. Levels of nicotine in Ethiopian tobacco leaves [disertasi] Addis


Ababa: Addis Ababa University.

Anda mungkin juga menyukai