TUGAS AKHIR
OLEH:
ARAHMAN AKBAR
NIM 102410034
Puji dan syukur kehadirat Allah yang Maha Kuasa yang telah
Dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)”. Tugas Akhir ini
diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar ahlimadya pada
Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan pada Fakultas Farmasi
dan bantuan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini penulis
1. Ayahanda dan ibunda tercinta yang telah memberikan doa restu, kasih
Farmasi USU.
3. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku Ketua Program
Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi USU.
4. Ibu Dra. Masfria, M.S., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah
7. Bapak Drs. I Gede Nyoman Suandi, M.M., Apt., selaku Kepala Balai
8. Ibu Lambok Okta SR, M.Kes., Apt., selaku Manager Mutu di Balai Besar
Lapangan.
Obat di Balai Besar POM Medan yang telah membantu penulis selama
10. Bapak dan Ibu seluruh staff di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan
11. Abang dan Adik penulis “Iwa dan Yoga” tersayang, yang selalu
12. Sahabat-sahabat terbaik penulis, Riska, Nazly, Kiki, Asro, Janu, Ojan,
Astri, Nadya, Rama, Lia, Devi, Nisa, Vitta, Tiwi, Dina dan Yohanna yang
pihak tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dan
Penulis menyadari dalam tugas akhir ini masih banyak kekurangan dan
dan kritik yang bersifat membangun yang pada akhirnya dapat digunakan untuk
Penulis,
Arahman Akbar
NIM 102410034
Abstract
Abstrak
Halaman
JUDUL .............................................................................................. i
ABSTRAK ....................................................................................... vi
2. Pompa .................................................................. 16
3. Injektor ................................................................ 17
4. Kolom .................................................................. 17
5. Detektor ............................................................... 17
6. Komputer ............................................................. 18
LAMPIRAN ...................................................................................... 31
Halaman
(KCKT) ......................................................................... 31
Halaman
PENDAHULUAN
menghambat reaksi enzimatik obligat pada dua tahap yang berurutan pada bakteri
yang harus dipenuhi untuk menjamin kualitas sediaan obat. Sediaan obat yang
kesesuaian dengan persyaratan kadar, mutu dan kemurnian yang tertera pada
seperti: saluran kemih, alat kelamin (prostatitis), saluran cerna, dan pernapasan
Kinerja Tinggi.
kolom L1 (25 cm x 4,6 mm), dan laju alir 2 ml/menit dimana persyaratan kadar
mengandung tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah
cuplikan, kolom dapat dipakai berulang kali, dan perangkatnya dapat digunakan
1.2 Tujuan
untuk dikonsumsi.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Suspensi
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat dalam bentuk halus
yang tidak larut tetapi terdispersi dalam cairan. Zat yang terdispersi harus halus
dan tidak boleh cepat mengendap, jika dikocok perlahan-lahan endapan harus
partikel obat yang terbagi secara halus (dikenal sebagai suspensoid) disebarkan
secara merata dalam pembawa dimana obat menunjukan kelarutan yang sangat
pakai, telah disebarkan dalam cairan pembawa dengan atau tanpa penstabil dan
Suspensi merupakan sistem heterogen yang terdiri dari dua fase. Fase
kontinu atau fase luar umumnya merupakan cairan atau semipadat, dan fase
terdispersi atau fase dalam terbuat dari partikel-partikel kecil yang pada dasarnya
tidak larut, tetapi terdispersi seluruhnya dalam fase kontinu (Lieberman, 1994).
cara:
Per oral
Per rektal
Salah satunya karena adanya obat-obat tertentu tidak stabil secara kimia bila ada
dalam larutan tetapi stabil apabila disuspensi. Dalam hal ini, suspensi oral
umumnya, bentuk cair lebih disukai daripada bentuk padat karena pemberiannya
lebih mudah, aman, dan keluwesan dalam pemberian dosis terutama untuk anak-
anak.
Tidak tebentuk garam kompleks yang tidak dapat diabsorbsi dari saluran
pencernaan.
farmasi adalah:
Sediaan suspensi harus mengendap secara lambat dan mudah rata apabila
dikocok.
Trimetoprim, C14H18N4O3, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0%
dari jumlah yang tertera pada etiket (USP Edisi XXXIV, 2011).
2.2.1.1 Sulfametoksazol
Rumus struktur :
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, dalam eter dan dalam
Rumus struktur :
Pemerian : Hablur atau serbuk hablur, putih sampai krem, dan tidak
berbau.
karbon tetraklorida.
(kotrimoksazol) berdasarkan kerjanya pada dua tahap yang berurutan pada reaksi
seperti pembentukan basa purin (adenine, guanine dan timidin) dan beberapa
secara sangat selektif. Hal ini penting, karena enzim tersebut juga terdapat pada
optimal dari kedua obat tersebut. Kotrimoksazol ini bersifat bakterisid untuk
kombinasi dengan trimetoprim sangat penting untuk kadar yang relatif tetap dari
kedua obat tersebut dalam tubuh. Trimetoprim pada umumnya 20-100 kali lebih
2.2.3 Farmakokinetika
Menurut Sukandar, dkk., (2008), waktu paruh dengan pemberian oral pada
trimetoprim adalah 8-11 jam dan sulfametoksazol adalah 10-12 jam. Trimetoprim
dan sulfametoksazol diabsorbsi dengan cepat setelah pemberian oral. Sekitar 44%
luas dalam cairan dan jaringan tubuh, termasuk cairan serebrospinal. Karena
Pada dosis tinggi efek sampingnya juga berupa demam dan gangguan fungsi hati
penggunaan lebih dari dua minggu hendaknya disertai dengan pengawasan darah.
Resiko kristal uria dapat dihindari dengan meminum lebih dari 1,5 liter air sehari
2.2.5 Kegunaan
160 mg trimetoprim. Untuk anak- anak tersedia dalam bentuk suspensi oral yang
2.2.7 Dosis
jam. Pada infeksi yang berat diberikan dosis lebih besar. Dosis yang dianjurkan
2.3 Kromatografi
Michael Tswett pada tahun 1903 untuk memisahkan pigmen berwarna dalam
tanaman dengan cara perkolasi ekstrak petroleum eter dalam kolom gelas yang
yang paling umum dan paling sering digunakan dalam bidang kimia untuk
kromatografi kertas; (b) kromatografi lapis tipis, yang keduanya sering disebut
kromatografi planar, (c) kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) dan (d)
kromatografi kolom yang digunakan untuk pemisahan sampel dalam jumlah yang
Kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) atau biasa juga disebut dengan
tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an. Saat ini, KCKT merupakan teknik
pemisahan yang diterima secara luas untuk analisis bahan obat (Rohman, 2009).
solute atau zat terlarut terpisah oleh perbedaan kecepatan elusi, dikarenakan
diatur oleh distribusi solute dalam fase gerak dan fase diam. Penggunaan
operasional seperti jenis kolom, fase gerak, panjang dan diameter kolom,
kecepatan alir fase gerak, suhu kolom, dan ukuran sampel (Gandjar dan Rohman,
2007).
dengan kecepatan dan efisiensi yang tinggi karena didukung oleh kemajuan dalam
teknologi kolom, sistem pompa tekanan tinggi, detektor sangat sensitif dan
POM, 1995).
kromatografi gas, metode ini menggunakan cairan dengan tekanan tinggi sebagai
fase mobil (fase gerak) sebagai pengganti gas. Metode ini dapat dibedakan dari
2. Mudah melaksanakannya.
1. Kromatografi Absorbsi
alumina. Fase geraknya berupa pelarut non polar yang ditambah dengan pelarut
polar seperti air atau alkohol rantai pendek untuk meningkatkan kemampuan
struktur dan untuk pemisahan solut dengan gugus fungsional yang berbeda
2. Kromatografi Partisi
Kebanyakan fase diamnya adalah silika yang dimodifikasi secara kimiawi atau
dengan fenil. Fase diam yang paling populer digunakan adalah oktadesilsilana
(ODS atau C18) dan kebanyakan pemisahannya adalah dengan fase terbalik.
Sedangkan fase geraknya adalah campuran asetonitril atau metanol dengan air
Ditinjau dari jenis fase diam dan fase geraknya, maka kromatografi partisi
Kromatografi fase normal (fase diam lebih polar daripada fase gerak),
ini biasanya tidak polar. Dietil eter, benzen, hidrokarbon lurus seperti pentana,
Umumnya gas terlarut tidak menimbulkan masalah pada fase normal (Munson,
1991).
Kromatografi fase terbalik (fase diam kurang polar daripada fase gerak),
utama fase gerak fase terbalik adalah air. Pelarut yang dapat campur dengan air
KCKT penukar ion menggunakan fase diam yang dapat menukar kation
atau anion dengan suatu fase gerak. Ada banyak penukar ion yang beredar di
Resin-resin tipe asam sulfonat dan amin kuarterner merupakan jenis resin pilihan
paling baik dan banyak digunakan. Keduanya, fase terikat dan resin telah
digunakan. Tehnik ini dipakai secara luas dalam life sciences dan dikenal secara
khas untuk pemisahan asam-asam amino. Tehnik ini dapat dipakai untuk
4. Kromatografi Eksklusi
molekul lebih besar dari 2000 Dalton. Fase diam yang digunakan dapat berupa
silika atau polimer yang bersifat porus sehingga solut dapat melewati porus atau
Kemasan adalah suatu gel dengan suatu permukaan berlubang-lubang sangat kecil
yang inert. Molekul-molekul kecil dapat masuk ke dalam jaringan dan ditahan
dalam fase gerak yang menggenang. Molekul-molekul yang lebih besar tidak
dilihat pada Lampiran 1 hal 31. Instrumentasi Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
Wadah fase gerak yang digunakan harus bersih. Wadah pelarut kosong
ataupun labu laboratorium dapat digunakan sebagai wadah fase gerak. Wadah ini
biasanya dapat menampung fase gerak antara 1 sampai 2 liter pelarut (Gandjar
2. Pompa
Menurut Mulja dan Suharman (1995), pompa yang cocok untuk KCKT
mempunyai beberapa ciri yaitu : pompa harus dibuat dari bahan yang lembam
psi pada kecepatan alir sampai 3 ml/menit, sedangkan jika untuk skala preparative
perlu kecepatan alir sampai 20 ml/menit, dan menghantarkan aliran pelarut yang
tetap dan terulangkan ke dalam kolom. Ada tiga macam jenis pompa yang banyak
- Reciprocating Pumps
disuntikkan secara langsung ke dalam fase gerak yang mengalir dibawah tekanan
menuju kolom menggunakan alat penyuntik (injektor). Ada tiga macam sistem
4. Kolom
Keberhasilan atau kegagalan analisis bergantung pada pilihan kolom dan kondisi
kerja yang tepat. Kolom pada kromatografi cair kinerja tinggi merupakan bagian
sampel akan terjadi di dalam kolom. Kolom akan menjadi kunci penentu
penyuntik dan kolom untuk menahan partikel yang dibawa fase gerak dan
memperjang umur dari kolom (Gritter, 1991; Munson, 1991; Mulja dan
Suharman, 1995).
5. Detektor
yang baik sangat peka, tidak banyak berderau, rentang tanggapan liniernya lebar,
kurang peka terhadap perubahan aliran dan suhu, tetapi hal itu selalu tidak
umum, tidak bersifat spesifik, dan tidak bersifat selektif seperti detektor
- Detektor yang spesifik yang hanya akan mendeteksi analit secara spesifik
elektrokimia
5. Komputer
ini akan mengukur sinyal elektronik yang dihasilkan oleh detektor lalu
METODE PERCOBAAN
Besar Pengawas Obat dan Makanan di Medan yang berada di Jalan Willem
3.2 Alat
Alat yang digunakan adalah Seperangkat alat KCKT dengan kolom L1 (25
cm x 4,6 mm), detektor 254 nm; sonikator, penyaring membrane PTFE 0,45 μm,
pengaduk, labu tentukur 50 ml, 100 ml, 1000 ml, membran filter ukuran 0,45 μm,
pH meter, dan pipet volume ukuran 1,0 ml, 2,0 ml, 5,0 ml.
3.3 Bahan
3.4 Sampel
3.5 Prosedur
suhu kamar (250C). Ditimbang dalam keadaan kosong. Diisi piknometer tersebut
dengan air hingga penuh. Diatur suhu termometer hingga mencapai suhu kamar.
piknometer tersebut diisi dengan sampel yang diuji hingga penuh. Diatur suhu
termometer hingga mencapai suhu kamar. Ditimbang dan hitung bobot jenisnya.
Data perhitungan bobot jenis dapat dilihat pada Lampiran 7 halaman 37.
gelas ukur 2000 ml. Kemudian diadkan dengan air sampai garis tanda. Biarkan
hingga suhu kamar dan atur pH hingga 5,9±0,1 menggunakan natrium hidroksida
3.5.3.1 Sulfametoksazol
3.5.3.2 Trimetoprim
trimetoprim dipipet 1,0 ml dan dimasukkan kedalam labu ukur 10 ml dan diadkan
dengan fase gerak sampai garis tanda. Kemudian dikocok dan disaring dengan
disonikasi selama 10 menit, didiamkan sampai suhu ruang dan diadkan dengan
metanol sampai garis tanda. Kemudian dipipet 5,0 ml dan dimasukkan ke dalam
labu ukur 50 ml dan diadkan dengan fase gerak sampai garis tanda, dan disaring
pelarut telah disambungkan dengan baik, kolom telah dipasang, tersedia cukup
pelarut di dalam botol pelarut, sistem pengawasan pelarut bekerja dengan baik
sumber arus listrik. Tekan tombol power pada pompa, detektor UV-VIS ke posisi
menunjukkan 0,000 lalu biarkan beberapa menit sampai diperoleh garis alas yang
kolom kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) dan dilakukan elusi dengan
detektor dengan panjang gelombang 254 nm, dengan laju alir 2 ml/menit, dengan
Kromatogram larutan baku dan larutan uji dapat dilihat pada Lampiran 5
Keterangan:
Persyaratan suspensi oral menurut USP Edisi XXXIV tahun 2011 baik
dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket sulfametoksazol
dan trimetoprim.
4.1 Hasil
105,65%.
(KCKT) dapat dilihat pada Lampiran 5 halaman 35 dan Lampiran 6 halaman 36.
ditetapkan oleh USP Edisi XXXIV tahun 2011, yaitu tidak kurang dari 90,0% dan
tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket, yaitu untuk kadar
tinggi (KCKT) karena analisis dengan KCKT cepat, daya pisah baik, peka,
penyiapan sampel yang mudah, dan dapat dihubungkan dengan detektor yang
sesuai. Panjang gelombang analisis yang dipilih adalah 254 nm, karena pada
dalam suspensi adalah kromatografi partisi metode kolom fase terbalik yakni fase
diam bersifat non polar berupa Oktadesilsilan (L1) dan fase gerak bersifat polar
fase terbalik terjadi kompetisi antara fase gerak dengan sampel yang diuji yang
sifat kepolaran yang berbeda-beda sehingga trimetoprim yang bersifat polar akan
lebih cepat keluar dari kolom dibandingkan dengan sulfametoksazol yang bersifat
non polar. Hal ini dapat dilihat pada panjang gelombang 254 nm, sulfametoksazol
yang terkandung didalam suspensi ditunjukkan dengan adanya puncak pada waktu
retensi 9,394 (penyuntikan I) dan 9,403 (penyuntikan II) menit setelah sampel
adanya puncak pada waktu retensi 5,257 (penyuntikan I) dan 5,287 (penyuntikan
II) menit setelah sampel disuntikkan dengan luas area 557330 (penyuntikan I) dan
kolom fase terbalik merupakan metode yang cukup baik untuk pemisahan dan
5.1 Kesimpulan
dengan metode kromatografi cair kinerja tinggi, diketahui bahwa suspensi yang
persyaratan yang ditetapkan oleh USP Edisi XXXIV tahun 2011, yaitu tidak
kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada
etiket.
5.2 Saran
metode lain agar dapat dibandingkan hasilnya, sehingga dapat diperoleh kadar
yang akurat.
Ansel, H.C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta : UI Press. Hal.
354.
Gritter, R.J., dan Bobbitt, J.M., (1991). Pengantar Kromatografi. Bandung: ITB
Press. Hal 221.
Gunawan, S.G. (2007). Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Gaya Baru. Hal. 591.
Lieberman, H. (1994). Teori dan Praktek Farmasi Industri II. Jakarta: UI Press.
Hal. 986.
Joenoes, N.Z. (1990). Ars Prescribendi Resep yang Rasional. Surabaya: UNAIR.
Hal. 88-89.
Katzung, B.G. (2004). Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi VIII. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran ECG. Hal. 73-80.
Katzung, B.G. (2007). Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi X. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran ECG. Hal. 791.
Roth, H.J., dan Gottfried, B. (1998). Analisis Farmasi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press. Hal 431-432.
Sukandar, E.Y., Andrajati, R., dan Sigit., J.I. (2008). ISO Farmakoterapi. Jakarta:
ISFI. Hal. 738.
Tan, T.H., dan Rahardja, K. (2002). Obat-Obat Penting. Edisi V. Cetakan ke-2.
Jakarta: PT. Gramedia. Hal. 80-81.
USP Pharmacopeia, (2011). The National Formulary. Edisi tiga puluh empat.
Washington: The United States Pharmacopeial Convention. Hal. 4305.
Air Zat
Maka:
Sulfametoksazol BPFI
No Kontrol : 305316
Trimetoprim BPFI
No Kontrol : 199341
Kadar : 100,03%
Sulfametoksazol : 7,8 mg
Trimetoprim : 3,05 mg
Sampel
= 2,136 gram
Detektor : 254 nm
Volume : 20 μl
Keterangan:
Sulfametoksazol 1:
Sulfametoksazol 2:
Trimetoprim 2: