SKRIPSI
OLEH :
SAMUEL MALAU
130301198
AGROTEKNOLOGI-ILMU TANAH
SKRIPSI
OLEH :
SAMUEL MALAU
130301198
AGROTEKNOLOGI – ILMU TANAH
Disetujui Oleh
Komisi Pembimbing:
Mengetahui,
Ketua Program Studi Agroteknologi
Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.
Adapun judul dari skripsi ini adalah “Pengaruh Pemberian Abu Vulkanik
Sinabung dan Pupuk Kandang Ayam terhadap Sifat Kimia Tanah Sawah dan
Produksi Bawang Merah (Alluim ascalonicum L.)” yang merupakan salah satu syarat
Posma Marbun, M.P dan Ir. Razali, M.P selaku Ketua Komisi Pembimbing dan
Anggota Komisi Pembimbing yang telah memberi bimbingan dan saran kepada Penulis
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat Penulis harapkan demi kesempurnaan
skripsi ini. Akhir kata Penulis ucapkan terimakasih dan semoga skripsi ini dapat
Penulis
Hal
ABSTRAK ....................................................................................................... i
ABSTRACK ..................................................................................................... ii
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ........................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. viii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ...................................................................................... 1
Tujuan Penelitian .................................................................................. 6
Hipotesis Penelitian .............................................................................. 6
Kegunaan Penelitian ............................................................................ 6
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman .................................................................................... 7
Syarat Tumbuh...................................................................................... 8
Iklim .......................................................................................... 8
Tanah......................................................................................... 9
Abu Vulkanik Sinabung ....................................................................... 10
Pupuk Kandang Ayam .......................................................................... 12
Tanah Sawah ......................................................................................... 14
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
No Teks Hal
No Teks Hal
10. Data Hasil Analisis Akhir dan Sidik Ragam N-total .......................... 51
11. Data Hasil Analisis Akhir dan Sidik Ragam KTK ............................. 52
13. Data Hasil Analisis Akhir dan Sidik Ragam S-tersedia ..................... 54
14. Data Pengamatan Jumlah Umbi (Buah) Tanaman Bawang Merah .... 56
PENDAHULUAN
Latar Belakang
merupakan sumber daya alam yang utama dalam produksi beras. Saat ini
sehingga luas tanah sawah semakin berkurang (Hardjowigeno dan Luthfi, 2005).
Pada tahun 2015 luas lahan sawah di Sumatera Utara 436.831 hektar. Dari
total luas lahan sawah tersebut hanya 96,94 persen yang ditanami padi sedangkan
3,06 persen belum diusahakan. Luas lahan sawah tersebut turun 2,76 persen atau
12.382 hektar dibandingkan luas lahan sawah pada tahun 2014. Dilihat
sawah pertahun dari tahun 2010 sampai tahun 2015 mengalami penurunan 2,11
persen per tahun. Kondisi ini semakin mencerminkan tingginya tingkat konversi
Secara fisik, lahan sawah merupakan suatu ekosistem lahan yang relatif
Namun karena pengelolaan lahan yang kurang tepat dan over exploitation, lahan
disebut dengan tanah sakit atau lelah (soil fatigue) (Setyorini dkk, 2010).
meningkat lagi secara asimtot untuk mencapai nilai pH yang stabil yaitu sekitar
6,7–7,2. Setyorini dkk (2010) bahwa kemampuan lahan sawah dalam memasok
unsur-unsur hara tersebut jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan lahan kering,
keseimbangan pH netral.
Menurut Wibowo (2009) nilai pH yang paling baik untuk lahan bawang
arti penting bagi masyarakat baik dilihat dari nilai ekonomisnya yang tinggi
maupun dari kandungan gizinya. Dalam dekade terakhir ini permintaan akan
bawang merah untuk konsumsi dan bibit dalam negeri mengalami peningkatan,
mengurangi volume impor, peningkatan produksi dan mutu hasil bawang merah
lebih dari 1000 ha adalah Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan data pada tahun
2016, produksi bawang merah di Sumatera Utara hanya 13.368 ton, sedangkan
konsumsi bawang merah di Sumatera Utara mencapai 25.503 ton. Hal ini berarti
tanaman dalam keadaan optimum. Unsur hara yang tergolong dalam unsur hara
makro utama yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman adalah kalium dan
menyatakan bahwa unsur hara kalium pada tanaman bawang merah memperlancar
daya tahan terhadap penyakit. Sumarni dan Achmad (2005) menyatakan bahwa
bawang merah merupakan salah satu jenis tanaman yang membutuhkan banyak
bawang merah. Petani umumnya memupuk tanaman bawang merah dengan pupuk
kimia (anorganik) secara terus menerus dengan dosis yang terus meningkat.
berkelanjutan. Pemupukan kimia dengan dosis tinggi dalam waktu yang lama
berdampak buruk terhadap mikroorganisme yang ada dalam tanah dan apabila
sulfur yang tinggi sehingga mengakibatkan tanah menjadi masam sampai sangat
masam (pH berkisar antara 4,3 - 4,7). Tanah yang masam menyebabkan unsur
hara pada tanah tidak tersedia bagi tanaman, akibat terjerapnya unsur hara tersebut
pada koloid tanah. Lapisan abu vulkanik baru bisa dimanfaatkan sekitar 10 tahun
(recent material) yang belum mengalami pelapukan sempurna dan juga dominasi
fraksi pasir menjadikan material vulkanik ini tidak dapat menahan air
Abu vulkanik dengan kedalaman 0-5 cm dan tanah campur abu dengan
kedalaman 5-20 cm memiliki nilai N yang berkisar antara sangat rendah hingga
tergolong rendah. Hal ini disebabkan oleh bahan organik yang sangat rendah pada
varietas (V) dan pupuk organik (P) berpengaruh nyata terhadap bobot basah dan
abu vulkanik dengan pupuk organik. Dimana salah satu pupuk organik yang dapat
seperti yang terikat dalam struktur mineral dari abu letusan (Pardede dkk, 2015).
Varietas ini merupakan varietas lokal dari Brebes, Jawa Tengah, yang cocok
untuk ditanam di dataran rendah dimana dalam satu rumpunnya memiliki 7-12
buah anakan. Varietas Brebes ini juga resisten terhadap penyakit busuk umbi
guna mengetahui pengaruh pemberian abu vulkanik Sinabung dan pupuk kandang
ayam terhadap sifat kimia tanah sawah dan produksi tanaman bawang merah
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui sifat kimia tanah sawah dan produksi tanaman bawang
merah (Allium ascalonicum L.) dengan pemberian abu vulkanik Sinabung dan
Hipotesis Penelitian
- Interaksi antara abu vulkanik Sinabung dengan pupuk kandang ayam dapat
Kegunaan Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
tumbuh tegak dengan tinggi dapat mencapai 15-50 cm dan membentuk rumpun.
Akarnya berbentuk akar serabut yang tidak panjang. Karena sifat perakaran inilah,
Bagian atas batang sejati merupakan umbi semu, berupa umbi lapis (bulbus) yang
berasal dari modifikasi pangkal daun bawang merah. Pangkal dan sebagian
memanjang, dan berlubang seperti pipa. Bagian ujung daunnya meruncing dan
bagian bawahnya melebar seperti kelopak dan membengkak. Ada juga daunnya
hijau muda. Kelopak-kelopak daun sebelah luar melingkar dan menutup daun
Bunga bawang merah termasuk bunga sempurna, terdiri dari 5-6 benang
sari dan sebuah putik. Daun bunga berwarna agak hijau bergaris keputih-putihan
atau putih. Bakal buah duduk di atas membentuk bangunan segitiga hingga
tampak jelas seperti kubah. Bakal buah terbentuk dari 3 daun buah (karpel) yang
Bakal buah bawang merah tampak seperti kubah, terdiri atas tiga ruangan
yang masing-masing memiliki dua bakal biji. Bunga yang berhasil mengadakan
persarian akan tumbuh membentuk buah, sedangkan bunga-bunga yang lain akan
mongering dan mati. Buah bawang merah berbentuk bulat; di dalamnya terdapat
biji yang berbentuk agak pipih dan berukuran kecil. Pada waktu masih muda, biji
berwarna putih bening dan setelah tua berwarna hitam (Pitojo, 2003).
Bawang merah memiliki umbi lapis yang bervariasi. Ada yang berbentuk
bulat, ada yang bundar seperti gasing terbalik sampai pipih. Ukuran umbi ada
yang besar, sedang, dan kecil. Warna kulit umbi ada yang putih, kuning, merah
muda hingga merah tua ataupun merah keungguan. Baik biji maupun umbi lapis
Syarat Tumbuh
Iklim
Bawang merah paling menyukai daerah yang beriklim kering dengan suhu
yang agak panas dan cuaca cerah. Tempatnya yang berbuka, tidak berkabut, dan
pembentukan umbi yang kurang baik dan berukuran kecil. Daerah yang sering
berkabut juga kurang baik untuk bawang merah karena sering menimbulkan
penyakit. Daerah yang cukup mendapat sinar matahari sangat diutamakan dan
lebih baik jika lama penyinaran matahari lebih dari 12 jam (Wibowo, 2009).
karena bawang merah termasuk tanaman yang memerlukan sinar matahari cukup
yang agak panas, yaitu sekitar 25-32o C. Pada suhu 22o C masih mudah untuk
membentuk umbi, tetapi hasilnya tidak sebaik jika ditanam di dataran rendah yang
tumbuh dan berkembang dengan baik serta hasil produksi yang optimal, bawang
matahari penuh lebih dari 10 jam/hari, oleh sebab itu tanaman ini tidak
Tanah
Bawang merah dapat ditanam di sawah setelah panen padi dan dapat juga
di tanah darat seperti tegalan, kebun dan perkarangan. Tanah yang gembur, subur,
banyak mengandung bahan organic atau humus sangat baik untuk bawang merah.
Selain itu, hendaknya dipilih tanah yang bersifat mudah melakukan air, aerasinya
baik dan tidak becek. Tanah yang gembur dan subur akan mendorong
perkembangan umbi sehingga hasilnya besar-besar. Jenis tanah yang paling baik
adalah tanah lempung berpasir atau berdebu karena sifat tanah yang demikian ini
mempunyai aerasi yang bagus dan drainasenya pun baik (Wibowo, 2009).
Jenis tanah yang cocok untuk budidaya bawang merah adalah jenis tanah
alluvial dan regosol dengan tipe iklim (klasifikasi Oldeman dan Irsal) C3 = 5 – 6
bulan basah dan 4 - 6 bulan kering; atau D3 = 3 - 4 bulan basah dan 4 - 6 bulan
kering; atau E3 = 3 bulan basah dan 4–6 bulan kering (DPAK, 2013).
Nilai pH yang paling baik untuk lahan bawang merah yaitu pH antara 6,0-
6,8. Keasaman dengan pH antara 5,5-7,0 masih termasuk kisaran keasaman yang
dapat digunakan untuk lahan bawang merah. Jika tanahnya terlalu masam,
tanaman akan menjadi kerdil. Bila terlalu basa, umbinya menjadi kecil dan
hasilnya rendah. Jika terlalu asam sehingga terpaksa harus dilakukan pengapuran,
hati-hati jangan mengapur tanah saat bawang merah sudah ditanam. Sistem
pH, dan unsur-unsur hara makro (N, P, K, Mg, Ca, S) dalam tanah terutama pada
lapisan atas tanah (topsoil) yang lebih dahulu mengalami pencucian dan
terhadap sifat kimia tanah. Tebalnya abu akan mengakibatkan sulit untuk
ditembus air sehingga pelapukan dan pencucian dengan tanah lebih lama
kadar keasamannya, tanah yang terkena abu vulkanik akan memiliki kadar
Abu vulkanik (5-20 cm) memiliki kandungan sulfur yang lebih tinggi
dibandingkan dengan abu vulkanik (0-5 cm), hal ini disebabkan curah hujan yang
unsur S yang banyak terkandung dalam abu vulkanik tercuci kelapisan tanah
(5-20 cm) lebih tinggi dibandingkan dengan abu vulkanik (0-5 cm)
tanaman dengan komposisi total unsur tertinggi yaitu Ca, Na, K dan Mg, unsur
makro lain berupa P dan S, sedangkan unsur mikro terdiri dari Fe, Mn, Zn, Cu.
memperkaya susunan kimia dan memperbaiki sifat fisik tanah sehingga dapat
digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki tanah-tanah miskin hara atau tanah
tingkat kesuburan yang berbeda, tidak nyata meningkatkan tinggi tanaman jagung
melepaskan ion-ion kalium. Ion-ion adsorpsi pada kation tertukar dan cepat
Nilai K-dd yang didapatkan pada abu vulkanik Sinabung adalah sebesar 0,58
Debu yang menutupi lapisan atas tanah lambat laun akan melapuk
bercampur dengan tanah dan dimulai proses pembentukan (genesis) tanah yang
baru. Debu vulkanik yang terdeposisi di atas permukaan tanah akan mengalami
pelapukan kimiawi dengan bantuan air dan asam-asam organik yang terdapat di
Akan tetapi, proses pelapukan ini memakan waktu yang sangat lama yang
dapat mencapai ribuan bahkan jutaan tahun bila terjadi secara alami di alam. Hasil
kation-kation (Ca, Mg, K dan Na) di dalam tanah hampir 50% dari keadaan
tersebut, kotoran ayam dapat dimanfaatkan sebagai pupuk. Pupuk yang dihasilkan
starter EM4 selama 8 hari. Pupuk kompos yang dihasilkan dianalisis kandungan
Pembentukan jumlah daun sangat ditentukan oleh jumlah dan ukuran sel,
juga dipengaruhi oleh unsur hara yang diserap akar untuk dijadikan sebagai bahan
makanan. Pupuk kandang ayam mengandung unsur N, P, dan K yang tinggi, juga
ragam dengan pemberian bahan organik memiliki pengaruh yang nyata dalam
tanah akibat dari pemberian bahan organik bergantung pada tingkat kematangan
dari bahan organik yang diberikan, batas kadaluarsa dari bahan organik dan jenis
karena dapat meningkatkan kadar humus dan unsur hara dalam tanah. Pupuk
tanah seperti unsur hara, menaikkan kandungan humus, dan struktur tanah. Dari
dan juga dengan peningkatan C-organik tanah juga dapat mempengaruhi sifat
tanah menjadi lebih baik secara fisik, kimia dan biologi. Karbon merupakan
tanah pada umumnya bersumber pada koloid humus. Kapasitas tukar kation
tukar kation penting untuk kesuburan tanah. Humus dalam tanah sebagai hasil
Bahan organik yang diberikan berupa kotoran ayam, kotoran sapi dan
bahan organik mengandung unsur hara N, P, dan K serta hara mikro yang
berasal dari mineralisasi bahan organik yang diberikan (Afandi dkk, 2015).
unsur hara yang disediakan dalam waktu pendek, serta rendahnya tingkat
sinkronisasi antara waktu pelepasan unsur hara dari bahan organik dengan
kebutuhan tanaman akan unsur hara. Kualitas bahan organik sangat menentukan
Tanah Sawah
pertanaman, dan untuk dapat dialirkan dari petak satu ke petak yang lain
(Notohadiprawiro, 2006).
Terdapat tiga kelompok mikroba tanah yang sangat berperan dalam proses
perubahan kimia tanah sawah yaitu mikroba aerob yang terdapat dalam lapisan
atas tanah yang tipis disebut lapisan oksidasi, dan dalam air genangan yang
memanfaatkan oksigen yang terdapat dalam air genangan. Pada lapisan tipis ini
proses oksidasi secara biologis terjadi seperti misalnya oksidasi NH4+ menjadi
NO3- atau S2- menjadi SO42-. Sedangkan lapisan di bawahnya disebut lapisan
NO3-, SO42-, Fe3+,dan Mn4+ menjadi NO2-, SO22-,S2- Fe2+, dan Mn2+
Tanah sawah dapat berasal dari tanah kering yang diairi kemudian
disawahkan atau dari tanah rawa-rawa yang dikeringkan dengan membuat saluran
saluran drainase. Tanah sawah yang berasal dari tanah kering yang diairi
umumnya berupa sawah irigasi, baik berupa irigasi teknis (dengan bendungan
sumber air berasal langsung dari air hujan, maka disebut sawah tadah hujan.
akan meningkat dan pada tanah basa akan mengakibatkan nilai pH tanah menurun
kemudian pH akan meningkat lagi secara asimtot untuk mencapai nilai pH yang
stabil yaitu sekitar 6,7–7,2. Penurunan awal disebabkan akumulasi CO2 dan juga
tanah dan ditentukan oleh: (a) pH awal dari tanah; (b) macam dan kandungan
komponen tanah teroksidasi terutama besi dan mangan; serta (c) macam dan
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada lahan sawah Desa Titi Rantai, Sumatera
Bahan yang digunakan adalah benih bawang merah varietas Brebes, pupuk
SP-36, pupuk kandang ayam, abu vulkanik Sinabung, Dithane M-45, serta bahan-
menimbang produksi tanaman, pacak sampel sebagai tanda pada tanaman yang
merupakan sampel, cutter untuk memotong umbi bawang merah, alat tulis untuk
Metode Penelitian
Jarak tanam : 25 cm x 25 cm
Dimana:
Yijk : Hasil pengamatan pada blok ke-i terhadap abu vulkanik (V) jenis ke-j
μ : Nilai tengah
(αβ)jk : Interaksi antara abu vulkanik jenis ke-j dan pemberian pupuk kandang
ayam ke-k
εijk : Galat dari blok ke-i, abu vulkanik jenis ke-j dan pemberian pupuk
berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5% (Bangun, 1991).
Pelaksanaan Penelitian
aplikasi abu vulkanik dan pupuk kandang ayam, persiapan bibit, penanaman,
Persiapan Lahan
maupun sampah yang terdapat di sekitar areal tersebut. Lahan penelitian dibagi
menjadi 3 blok /ulangan, kemudian dibuat plot penelitian dengan ukuran 120 cm x
120 cm, jarak antar blok 50 cm, dan jarak antar plot 30 cm.
Analisis Awal
Analisis awal dilakukan pada tanah dan pupuk kandang ayam serta abu
K-tukar, S-tersedia dan KTK sedangkan pupuk kandang ayam yang telah di
Pengolahan Tanah
Aplikasi abu vulkanik Sinabung dan pupuk kandang ayam dilakukan satu
Persiapan Bibit
Umbi yang digunakan adalah umbi bawang merah varietas Brebes. Umbi
1/3 bagian dari ujung umbi dengan tujuan merangsang pembentukan tunas. Umbi
bibit kemudian direndam dalam larutan fungisida Dithane M-45 selama 5 menit
Penanaman
areal tanam dengan jarak 20 x 15 cm, kemudian dimasukkan 1 umbi per lubang
tanam. Lalu ditanam dengan cara membenamkan 2/3 bagian umbi kedalam tanah
kemudian ditutup dengan tanah. Tidak dianjurkan untuk menanam telalu dalam
Pemeliharaan
Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap hari yaitu pagi atau sore hari (kalau hujan,
tidak disiram). Pada awal penanaman disiram kurang lebih 5 liter air/plot.
ditingkatkan intensitasnya menjadi pagi dan sore sebanyak 10 liter air/plot karena
Penyulaman
pada tanaman berumur 3 MST hingga 7 MST yang bertujuan untuk menjaga
tanaman agar tidak mudah rebah, menciptakan lingkungan yang sesuai untuk
Pemupukan
Pupuk dasar dilakukan satu hari sebelum tanam dengan dosis urea 100
kg/ha, SP-36 125 kg/ha dan KCl 125 kg/ha. Pemupukan dilakukan dengan larikan,
sedangkan pemupukan susulan hanya diberikan pupuk urea dengan dosis 100
Panen
Bawang merah dapat dipanen setelah umurnya cukup tua (60 – 70 HST),
tergantung varietasnya. Beberapa tanda tanaman siap dipanen antara lain adalah
atas tanah, dan warna kulit mengkilap. Umbi dicabut beserta batangnya dan
Parameter Penelitian
perlakuan atau satu hari sebelum tanam. Pengamatan yang dilakukan meliputi :
(SSA)
Hasil
pH H2O
pupuk kandang ayam serta interaksi antara abu vulkanik Sinabung dan pupuk
kandang ayam tidak berpengaruh nyata terhadap pH H2O tanah. Data rataan pH
H2O tanah setelah pemberian abu vulkanik Sinabung dan pupuk kandang ayam
Tabel 1. Data Rataan pH H2O setelah Pemberian Abu Vulkanik Sinabung dan
Pupuk Kandang Ayam
Abu Vulkanik Pupuk Kandang Ayam (A)
Sinabung 0 ton/ha 10 ton/ha 20 ton/ha Rataan
(V)
0 ton/ha 5,64 5,83 5,68 5,72
C-organik
Dari hasil sidik ragam (Lampiran 11) diperoleh bahwa pemberian abu
pupuk kandang ayam serta interaksi antara abu vulkanik Sinabung dan pupuk
kandang ayam berpengaruh tidak nyata terhadap C-organik tanah. Data rataan
C-organik tanah setelah pemberian abu vulkanik Sinabung dan pupuk kandang
Tabel 2. Data Rataan C-organik (%) setelah perlakuan Abu Vulkanik Sinabung
dan Pupuk Kandang Ayam.
Abu Vulkanik Pupuk Kandang Ayam (A)
Sinabung 0 ton/ha 10 ton/ha 20 ton/ha Rataan
(V)
0 ton/ha 1,07 1,57 1,89 1,51
N-total
Dari hasil sidik ragam (Lampiran 13) diperoleh bahwa pemberian abu
pupuk kandang ayam serta interaksi antara abu vulkanik Sinabung dan pupuk
kandang ayam berpengaruh tidak nyata terhadap N-total tanah. Data rataan N-total
tanah setelah pemberian abu vulkanik Sinabung dan pupuk kandang ayam dapat
Tabel 3. Data Rataan N-total (%) setelah Pemberian Abu Vulkanik Sinabung dan
Pupuk Kandang Ayam.
Abu Vulkanik Pupuk Kandang Ayam (A)
Sinabung 0 ton/ha 10 ton/ha 20 ton/ha Rataan
(V)
0 ton/ha 0,23 0,21 0,26 0,23
KTK
Dari hasil sidik ragam (Lampiran 15) diperoleh bahwa pemberian abu
pupuk kandang ayam serta interaksi antara abu vulkanik Sinabung dan pupuk
kandang ayam berpengaruh tidak nyata terhadap KTK tanah. Data rataan KTK
tanah setelah pemberian abu vulkanik Sinabung dan pupuk kandang ayam dapat
Tabel 4. Data Rataan KTK Tanah (me/100g) setelah Pemberian Abu Vulkanik
Sinabung dan Pupuk Kandang Ayam.
Abu Vulkanik Pupuk Kandang Ayam (A)
Sinabung 0 ton/ha 10 ton/ha 20 ton/ha Rataan
(V)
0 ton/ha 26,13 27,99 26,40 26,84
K-tukar
Dari hasil sidik ragam (Lampiran 17) diperoleh bahwa pemberian abu
Interaksi antara abu vulkanik Sinabung dan pupuk kandang ayam tidak
berpengaruh nyata terhadap K-tukar tanah. Data rataan K-tukar tanah setelah
pemberian abu vulkanik Sinabung dan pupuk kandang ayam dapat dilihat pada
Tabel 5 berikut :
Dari tabel di atas dapat dilihat pemberian 0 ton/ha berbeda nyata dengan
S-tersedia
Dari hasil sidik ragam (Lampiran 19) diperoleh bahwa pemberian abu
pupuk kandang ayam serta interaksi antara abu vulkanik Sinabung dan pupuk
kandang ayam berpengaruh tidak nyata terhadap S-tersedia tanah. Data rataan S-
tersedia tanah setelah pemberian abu vulkanik Sinabung dan pupuk kandang ayam
Dari hasil sidik ragam (Lampiran 21) diperoleh bahwa pemberian abu
vulkanik Sinabung dan pemberian pupuk kandang ayam berpengaruh tidak nyata
terhadap berat umbi kering per rumpun. Sedangkan interaksi antara abu vulkanik
Sinabung dan pupuk kandang ayam berpengaruh nyata terhadap berat umbi kering
per rumpun. Data rataan berat umbi kering per rumpun setelah pemberian abu
vulkanik Sinabung dan pupuk kandang ayam dapat dilihat pada Tabel 7 berikut :
Tabel 7. Data Rataan Berat Umbi Kering per Rumpun setelah Pemberian Abu
Vulkanik Sinabung dan Pupuk Kandang Ayam.
Abu Vulkanik Pupuk Kandang Ayam (A)
Sinabung 0 ton/ha 10 ton/ha 20 ton/ha Rataan
(V)
0 ton/ha 41,24cdefg 44,41c 41,36cdef 42,34
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa interaksi abu vulkanik 5 ton/ha
dengan pupuk kandang ayam 20 ton/ha tidak berbeda nyata dengan abu vulkanik
10 ton/ha dengan pupuk kandang ayam 10 ton/ha tetapi berbeda nyata dengan abu
vulkanik 0 ton/ha dengan pupuk kandang ayam 10 ton/ha, abu vulkanik 5 ton/ha
dengan pupuk kandang ayam 0 ton/ha, abu vulkanik 10 ton/ha dengan pupuk
kandang ayam 20 ton/ha, abu vulkanik 0 ton/ha dengan pupuk kandang ayam 20
ton/ha, abu vulkanik 0 ton/ha dengan pupuk kandang ayam 0 ton/ha, abu vulkanik
5 ton/ha dengan pupuk kandang ayam 10 ton/ha dan abu vulkanik 10 ton/ha
dengan pupuk kandang ayam 0 ton/ha. Interaksi abu vulkanik 10 ton/ha dengan
pupuk kandang ayam 10 ton/ha berbeda nyata dengan abu vulkanik 0 ton/ha
dengan pupuk kandang ayam 10 ton/ha, abu vulkanik 5 ton/ha dengan pupuk
kandang ayam 0 ton/ha, abu vulkanik 10 ton/ha dengan pupuk kandang ayam 20
ton/ha, abu vulkanik 0 ton/ha dengan pupuk kandang ayam 20 ton/ha, abu
vulkanik 0 ton/ha dengan pupuk kandang ayam 0 ton/ha, abu vulkanik 5 ton/ha
dengan pupuk kandang ayam 10 ton/ha dan abu vulkanik 10 ton/ha dengan pupuk
kandang ayam 0 ton/ha. Sedangkan interaksi abu vulkanik 0 ton/ha dengan pupuk
kandang ayam 10 ton/ha tidak berbeda nyata dengan abu vulkanik 5 ton/ha
dengan pupuk kandang ayam 0 ton/ha, abu vulkanik 10 ton/ha dengan pupuk
kandang ayam 20 ton/ha, abu vulkanik 0 ton/ha dengan pupuk kandang ayam 20
ton/ha, abu vulkanik 0 ton/ha dengan pupuk kandang ayam 0 ton/ha, abu vulkanik
5 ton/ha dengan pupuk kandang ayam 10 ton/ha dan abu vulkanik 10 ton/ha
Dari hasil sidik ragam (Lampiran 23) diperoleh bahwa pemberian abu
vulkanik Sinabung dan pemberian pupuk kandang ayam berpengaruh tidak nyata
terhadap jumlah umbi per rumpun. Sedangkan interaksi antara abu vulkanik
Sinabung dan pupuk kandang ayam berpengaruh nyata terhadap jumlah umbi per
rumpun. Data rataan jumlah umbi per rumpun setelah pemberian abu vulkanik
Sinabung dan pupuk kandang ayam dapat dilihat pada Tabel 8 berikut :
Tabel 8. Data Rataan Jumlah Umbi per Rumpun setelah Pemberian Abu Vulkanik
Sinabung dan Pupuk Kandang Ayam.
Abu Vulkanik Pupuk Kandang Ayam (A)
Sinabung 0 ton/ha 10 ton/ha 20 ton/ha Rataan
(V)
0 ton/ha 9,13bc 8,60cdef 8,40cdefg 8,71
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa interaksi abu vulkanik 5 ton/ha
dengan pupuk kandang ayam 20 ton/ha tidak berbeda nyata dengan abu vulkanik
10 ton/ha dengan pupuk kandang ayam 10 ton/ha tetapi berbeda nyata dengan abu
vulkanik 0 ton/ha dengan pupuk kandang ayam 0 ton/ha, abu vulkanik 10 ton/ha
dengan pupuk kandang ayam 0 ton/ha, abu vulkanik 10 ton/ha dengan pupuk
kandang ayam 20 ton/ha, abu vulkanik 0 ton/ha dengan pupuk kandang ayam
10 ton/ha, abu vulkanik 0 ton/ha dengan pupuk kandang ayam 20 ton/ha, abu
vulkanik 5 ton/ha dengan pupuk kandang ayam 0 ton/ha dan abu vulkanik
vulkanik 10 ton/ha dengan pupuk kandang ayam 10 ton/ha tidak berbeda nyata
dengan abu vulkanik 0 ton/ha dengan pupuk kandang ayam 0 ton/ha V0A0 dan
abu vulkanik 10 ton/ha dengan pupuk kandang ayam 0 ton/ha tetapi berbeda nyata
abu vulkanik 0 ton/ha dengan pupuk kandang ayam 10 ton/ha V0A1, abu vulkanik
0 ton/ha dengan pupuk kandang ayam 20 ton/ha, abu vulkanik 5 ton/ha dengan
pupuk kandang ayam 0 ton/ha dan abu vulkanik 5 ton/ha dengan pupuk kandang
ayam 10 ton/ha. Dan interaksi abu vulkanik 0 ton/ha dengan pupuk kandang ayam
0 ton/ha tidak berbeda nyata dengan abu vulkanik 10 ton/ha dengan pupuk
kandang ayam 0 ton/ha, abu vulkanik 10 ton/ha dengan pupuk kandang ayam
20 ton/ha, abu vulkanik 0 ton/ha dengan pupuk kandang ayam 10 ton/ha, abu
vulkanik 0 ton/ha dengan pupuk kandang ayam 20 ton/ha, abu vulkanik 5 ton/ha
dengan pupuk kandang ayam 0 ton/ha dan abu vulkanik 5 ton/ha dengan pupuk
Pembahasan
pH H2O
berpengaruh tidak nyata terhadap pH H2O dalam tanah. Hal ini dikarenakan
lahan sehingga membuat pH tanah pada lahan sawah penelitian menjadi naik atau
meningkat. Dimana pH H2O hasil analisis contoh tanah awal adalah sebesar 5.62.
Hal ini didukung Setyorini, dkk (2010) menyatakan bahwa penggenangan tanah
berpengaruh tidak nyata terhadap pH H2O dalam tanah. Hal ini dikarenakan bahan
organik belum terdekomposisi dengan baik. Didukung oleh Afandi, dkk (2015)
kemasaman tanah akibat dari pemberian bahan organik bergantung pada tingkat
kematangan dari bahan organik yang diberikan, batas kadaluarsa dari bahan
C-organik
berpengaruh tidak nyata terhadap c-organik dalam tanah. Hal ini dikarenakan abu
berpengaruh tidak nyata terhadap c-organik dalam tanah. Hal ini disebabkan tanah
sawah yang telah diberikan pupuk kandang ayam tercuci atau terbawa arus air
hujan sehingga ketersediaan bahan organiknya menjadi sedikit. Ini didukung oleh
penelitian Sarsini (2008) yang menyatakan bahwa tanah yang telah mengalami
dalam bahan organik pada lapisan tanah atas tercuci dan ikut terbawa oleh aliran
air menuju ke lapisan tanah di bawahnya sehingga tanah pada lapisan atas
N-total
berpangaruh tidak nyata terhadap jumlah N total dalam tanah. Hal ini dikarenakan
kandungan C dan N pada abu vulkanik sinanbung sangat rendah dengan nisbah
C/N tergolong sedang. Peryataan ini pun didukung oleh penelitian yang dilakukan
Simanjuntak dkk (2015) bahwa abu vulkanik dengan kedalaman 0-5 cm dan tanah
campur abu dengan kedalaman 5-20 cm memiliki nilai N yang berkisar antara
Dari hasil di atas dapat dilihat bahwa pemberian pupuk kandang ayam
berpangaruh tidak nyata terhadap jumlah N total dalam tanah. Hal ini dikarenakan
bahan organik atau c-organik dalam tanah rendah yang disebabkan oleh pencucian
dalam tanah. Pernyataan ini sesuai dengan literatur Sarsini (2008) yang
KTK
Sinabung berpangaruh tidak nyata terhadap KTK dalam tanah. Hal ini
menyumbangkan kation-kation dalam tanah. Hal ini sesuai literatur Fiantis (2006)
dalam Andhika (2011) bahwa hasil pelapukan lanjut dari debu vulkanik
Dari hasil di atas dapat dilihat bahwa pemberian pupuk kandang ayam
berpangaruh tidak nyata terhadap KTK dalam tanah. Hal ini disebabkan humus
yang terdapat pada tanah berjumlah sedikit sehingga proses kapasitas tukar kation
di dalam tanah rendah. Dimana hasil akhir dekomposisi dari bahan organik adalah
humus. Hal ini sesuai dengan literatur Atmojo (2003) humus dalam tanah sebagai
K-tukar
berpangaruh tidak nyata terhadap K-tukar dalam tanah. Hal ini dikarenakan
kandungan K-dd pada pada abu vulkanik cukup rendah. Abu vulkanik merupakan
bahan organik yang memiliki nilai K-dd kriteria sedang. Ini didukung oleh
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Simanjuntak dkk (2015) bahwa nilai
K-dd yang didapatkan pada abu vulkanik Sinabung adalah sebesar 0,58 me/100g
Dari Tabel 5 diatas dapat dilihat bahwa pemberian pupuk kandang ayam
pemberian pupuk kandang ayam dapat meningkatkan K-tukar dalam tanah dengan
pada pupuk kandang ayam tinggi. Sehingga kandungan inilah yang menunjang
K-tukar dalam tanah meningkat. Pernyataan ini didukung oleh literatur Latarang
dan Syakur (2006) yang menyatakan bahwa pupuk kandang ayam mengandung
unsur N, P, dan K yang tinggi. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Afandi dkk (2015) yang menyatakan bahwa hasil analisis ragam
S-tersedia
Dari Tabel 6 di atas dapat dilihat bahwa pemberian abu vulkanik Sinabung
berpangaruh tidak nyata terhadap S-tersedia dalam tanah. Hal ini disebabkan
jangka panjang. Maksudnya ialah pelapukan pada abu vulkanik baru terlihat
hasilnya setelah pelapukan lanjutan dari sebelumnya. Ini didukung oleh Fiantis
(2006) dalam Andhika (2011) bahwa hasil pelapukan lanjut dari debu vulkanik
Dari Tabel 6 di atas dapat dilihat bahwa pemberian pupuk kandang ayam
berpangaruh tidak nyata terhadap s-tersedia dalam tanah. Hal ini dikarenakan
pupuk kandang ayam yang tidak memiliki kandungan sulfur (S) atau relatif sangat
rendah. Menurut Latarang dan Syakur (2006) menyatakan bahwa pupuk kandang
ayam mengandung unsur N, P, dan K yang tinggi, juga mengandung Ca dan Mg.
Pernyataan ini juga didukung oleh Afandi (2015) bahwa pada umumnya bahan
organik mengandung unsur hara N, P, dan K serta hara mikro yang diperlukan
oleh tanaman.
Dari Tabel 7 di atas dapat dilihat bahwa pemberian abu vulkanik Sinabung
berpangaruh tidak nyata terhadap jumlah umbi per rumpun. Hal ini dikarenakan
ketersediaan unsur-unsur hara pada tanah dan tanaman memerlukan waktu yang
dampak yang nyata pada kesuburan tetapi baru terlihat setelah pelapukan lanjutan
dari abu vulkanik tersebut. Maksudnya ialah diperlukan pengolahan lanjutan agar
terlihat manfaatnya pada tanaman khususnya jumlah umbi bawang merah. Hal ini
sesuai dengan literatur Fiantis (2006) dalam Andhika (2011) bahwa hasil
kation-kation (Ca, Mg, K dan Na) di dalam tanah hampir 50% dari keadaan
sebelumnya.
Dari hasil data diatas dapat dilihat bahwa pemberian pupuk kandang ayam
berpangaruh tidak nyata terhadap jumlah umbi per rumpun. Hal disebabkan belum
bahan organik yang tersedia dalam jumlah yang sedikit pada tanah. Dimana
tanah membuat tanah menjadi subur dan baik bagi tanaman. Dan hal ini yang
merah. Pernyataan ini sesuai dengan literatur Hanafiah dkk (2009) dalam Beatrix
energi.
Dari Tabel 8 di atas dapat dilihat bahwa pemberian abu vulkanik Sinabung
berpangaruh tidak nyata terhadap berat kering per rumpun. Hal ini disebabkan
adanya perbedaan kesuburan tanah setiap plot yang menjadikan penurunan berat
kering per rumpun pada setiap plot perlakuan. Hasil yang diperoleh sejalan
dengan penelitian Rostaman dkk (2011) pada tanaman jagung yang menyatakan
bahwa tanah yang dicampur abu vulkanik dengan kandungan bervariasi serta
tingkat kesuburan yang berbeda, tidak nyata meningkatkan tinggi tanaman jagung.
Dari hasil data di atas dapat dilihat bahwa pemberian pupuk kandang ayam
berpangaruh tidak nyata terhadap berat kering per rumpun. Tetapi tetap
memberikan peningkatan pada berat kering per rumpun bawang merah. Hal ini
terlihat pada pemberian pupuk kandang ayam 20 ton/ha sebesar 46,21 gr. Hal ini
dengan kontrol. Ini dikarenakan bahan organik yang terdapat pada pupuk kandang
tanah menjadi lebih porous. Tanah yang porous inilah yang mudah ditembus akar
sehingga umbi yang terbentuk lebih besar dan lebih banyak. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Latarang dan Syakur (2006) yang menyatakan
karena dapat meningkatkan kadar humus dan unsur hara dalam tanah. Pupuk
tanah seperti unsur hara, menaikkan kandungan humus, dan struktur tanah. Dari
Berdasarkan hasil penelitian dan sidik ragam yang didapat bahwa interaksi
antara perlakuan abu vulkanik Sinabung dan pupuk kandang ayam berpengaruh
nyata terhadap produksi bawang merah. Interaksi perlakuan yang diberikan baru
terlihat dalam jangka waktu yang panjang sehingga pada saat pertumbuhan
bawang merah baru terlihat unsur unsur hara yang diberikan interaksi perlakuan
yang diperlukan oleh tanaman bawang merah. Hal berbanding lurus dengan hasil
produksi yang didapat yaitu meningkat. Dari data dilihat bahwa perlakuan yang
terbaik terdapat pada kombinasi pemberian abu vulkanik 5 ton/ha dengan pupuk
kandang ayam 20 ton/haV1A2 sebesar 55,63 gr. Hal ini menunjukkan bahwa
dosis yang sesuai untuk terjadinya interaksi antara kedua perlakuan ialah
20 ton/ha. Menurut Pardede dkk (2015) bahwa bahan organik yang mengandung
berbagai jenis asam organik yang mampu melepaskan hara yang terikat dalam
struktur mineral dari abu. Hal ini juga didukung dengan hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa perlakuan tiga varietas (V) dan pupuk organik (P)
berpengaruh nyata terhadap bobot basah dan kering umbi per sampel di tanah
Kesimpulan
C-organik, N-total, KTK, S-tersedia, berat umbi kering per rumpun dan
3. Interaksi antara abu vulkanik Sinabung dan pupuk kandang ayam tidak
nyata terhadap sifat kimia tanah (pH H2O, C-organik, N-total, KTK,
K-tukar dan S-tersedia) tetapi nyata meningkatkan berat umbi kering dan
Saran
Untuk memperoleh berat kering per rumpun dan jumlah umbi yang tinggi
maka perlu pemberian abu vulkanik Sinabung sebesar 5 ton/ha dan pupuk
DAFTAR PUSTAKA
Adijaya, I.N. 2008. Respons Bawang Merah terhadap Pemupukan Organik di
Lahan Kering (Respond of Onion to Organic Fertilizer in Dry Land). Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Bali.
Afandi, F.N., Bambang, S., dan Yulia, N. 2015. Pengaruh Pemberian Berbagai
Jenis Bahan Organik Terhadap Sifat Kimia Tanah Pada Pertumbuhan Dan
Produksi Tanaman Ubi Jalar di Entisol Ngrangkah Pawon, Kediri. Jurusan
Tanah. Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya.
Agus, F., Abdurachman, A., Sarwono, H., Achmad, M.F., dan Wiwik, H. 2004.
Tanah Sawah dan Teknologi Pengelolaannya. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Bogor.
Badan Pusat Statistik Sumatera Utara. 2015. Statistik Lahan Sawah Sumatera
Utara. Medan: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara.
Fiantis, D., 2006. Laju Pelapukan Kimia Debu Vulkanis G. Talang dan
Pengaruhnya Terhadap Proses Pembentukan Mineral Liat non-Kristalin.
Fakultas Pertanian/Jurusan Tanah. Universitas Andalas. Padang.
Gunadi, N. 2009. Kalium Sulfat dan Kalium Klorida sebagai Sumber Pupuk
Kalium pada Tanaman Bawang Merah. Balai Penelitian Tanaman Sayuran.
Lembang. Bandung.
Hanafiah, A. S., T. Sabrina, dan H. Guchi, 2009. Biologi dan Ekologi
Tanah.USU. Medan.
Hardjowigeno, S. dan Luthfi, R. 2005. Tanah Sawah. Malang: Bayumedia
Publishing.
Jaelani. 2007. Khasiat Bawang Merah. Yogyakarta: Kanisius.
Kyuma, K. 2004. Paddy Soil Science. Kyoto University Press and Trans Pacific
Press. 280p.
Latarang, B., dan Abd. S. 2006. Pertumbuhan Dan Hasil Bawang Merah
(Allium ascalonicum L.) Pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang. Guntarano,
Kecamatan Tawaeli, Kabupaten Donggala, Propinsi Sulawesi Tengah.
Notohadiprawiro, T. 2006. Sawah Dalam Tata Guna Lahan. Ilmu Tanah.
Universitas Gadjah Mada.
Nurlaeny, N., Saribun, D.S. dan Hudaya, R. 2012. Pengaruh Kombinasi Abu
Vulkanik Merapi, Pupuk Organik dan Tanah Mineral Terhadap Sifat
Fisiko-Kimia Media Tanam serta Pertumbuhan Tanaman Jagung
(Zea mays L.). Jurusan Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan. Fakultas
Pertanian. Universitas Padjadjaran.
Pardede, E.S., Mariati, dan R. Sipayung. 2015. Pertumbuhan dan Produksi Tiga
Varietas Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) pada Pemberian
Beberapa Jenis Pupuk Organik di Tanah Terkena Abu Vulkanik Sinabung.
Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara.
Pitojo, S. 2003. Benih Bawang Merah.Yogyakarta: Kanisius.
Rahayu, E. dan N. Berlian V.A. 2004. Bawang Merah. Jakarta: PT. Penebar
Swadaya.
Rostaman, T., Antonius, K., dan Linca, A. 2011. Perbaikan Sifat Tanah dengan
Dosis Abu Vulkanik Pada Tanah Oxisols. Peneliti Badan Litbang
Pertanian di Balai Penelitian Tanah. Bogor.
Sarsini, H. 2008. Pengaruh Pengolahan Tanah dan Pupuk serta Pupuk Kandang
Serapan Ca, S dan Kualitas Hasil Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.)
Pada Alfisols. Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Setyorini, D., Sri, R., dan Irsal, L. 2010. Pertanian Pada Ekosistem Lahan Sawah.
Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian.
Simanjuntak, C. M., Deni, E., dan Delvian. 2015. Dampak Erupsi Gunung
Sinabung Terhadap Sifat Kimia Tanah Di Kabupaten Karo (The impact of
eruption of Mount Sinabung on chemical properties of soil in Karo).
Program Studi Kehutanan. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara.
Utami, S. N. H., dan S. Handayani. 2003. Sifat Kimia Entisol Pada Sistem
Pertanian Organik (Chemical Properties in Organic and Conventional
Farming System). Jurusan Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. UGM.
50 cm
50 cm 50 cm 50 cm 50 cm
V0A0 V2A2 V2A0
30 cm
V1A0 V1A2 V1A1
50 cm
10 cm 25 cm 10 cm 10 cm
X X X X X
25 cm
X X X X X
1,2 m
X X X X X
X X X X X
X X X X X
10 cm
1,2 m
(Botrytis allii)
(Phytopthora porri)
Parameter
Sampel
pH H2O S (mg/kg)
Abu Vulkanik
4.10 684.90
Sinabung
Parameter
Sampel C-organik K-total N-Kjehldahl
(%) (%) (%)
Pupuk Kandang
26.37 2.82 5.38
Ayam
Parameter
Sampel pH C-organik N-Kjehldahl KTK K-tukar S-tersedia
H20 (%) (%) (me/100g) (me/100g) (mg/Kg)
V0A0 U1 5,08 1,35 0,32 29,26 0,20 29,30
V0A0 U2 6,02 0,88 0,11 29,16 0,20 57,29
V0A0 U3 5,81 0,98 0,26 19,96 0,18 70,22
VOA1 U1 5,84 1,40 0,24 28,22 1,31 55,14
VOA1 U2 5,94 2,32 0,25 25,64 0,85 61,60
VOA1 U3 5,71 0,99 0,13 30,12 1,09 61,60
VOA2 U1 5,44 1,24 0,28 26,39 0,55 59,45
VOA2 U2 5,62 3,16 0,33 29,25 1,08 68,06
VOA2 U3 5,99 1,28 0,16 23,55 2,06 33,60
V1A0 U1 5,34 1,76 0,23 26,98 0,18 74,52
V1A0 U2 6,16 1,12 0,11 24,70 0,16 55,14
V1A0 U3 6,38 1,42 0,14 27,88 0,21 74,52
V1A1 U1 5,82 1,84 0,22 28,21 1,52 100,37
V1A1 U2 5,61 0,89 0,23 35,61 0,50 61,60
V1A1 U3 6,57 1,60 0,19 34,28 1,51 46,53
V1A2 U1 5,54 1,54 0,30 21,77 0,93 42,22
V1A2 U2 5,04 1,72 0,21 30,79 1,52 31,45
V1A2 U3 6,19 1,02 0,12 30,39 1,02 48,68
V2A0 U1 5,74 1,10 0,18 21,74 0,12 31,45
V2A0 U2 5,50 1,04 0,19 28,19 0,26 78,83
V2A0 U3 6,39 3,98 0,13 38,67 0,12 98,21
V2A1 U1 6,90 1,86 0,26 38,07 2,52 33,60
V2A1 U2 5,87 1,50 0,31 26,46 1,56 46,53
V2A1 U3 5,74 2,83 0,20 22,81 0,84 46,53
V2A2 U1 6,16 2,26 0,28 20,30 2,18 113,29
V2A2 U2 6,46 1,22 0,28 30,21 2,38 68,06
V2A2 U3 6,17 1,73 0,19 21,16 1,63 57,29
BLOK
PERLAKUAN TOTAL RATAAN
I II III
V0A0 5,08 6,02 5,81 16,91 5,64
V0A1 5,84 5,94 5,71 17,49 5,83
V0A2 5,44 5,62 5,99 17,05 5,68
V1A0 5,34 6,16 6,38 17,88 5,96
V1A1 5,82 5,61 6,57 18,00 6,00
V1A2 5,54 5,04 6,19 16,77 5,59
V2A0 5,74 5,50 6,39 17,63 5,88
V2A1 6,90 5,87 5,74 18,51 6,17
V2A2 6,16 6,46 6,17 18,79 6,26
Total 51,86 52,22 54,95 159,03
Rata-Rata 5,76 5,80 6,11 5,89
SK Db JK KT F hit F-5%
Perlakuan 8 1,31 0,163292 0,842415 2,59tn
Blok 2 0,63 0,317233 1,636594 3,63tn
Vulkanik
(V) 2 0,69 0,3472 1,791191 3,63tn
pukan
ayam (A) 2 0,17 0,082678 0,426531 3,63tn
VxA 4 0,45 0,111644 0,575969 3,01tn
Galat 16 3,10 0,193837
Total 26 5,04
KK 7,47 %
FK 936,69
Keterangan :
= nyata
tn = tidak nyata
BLOK
PERLAKUAN TOTAL RATAAN
I II III
V0A0 1,35 0,88 0,98 3,21 1,07
V0A1 1,40 2,32 0,99 4,71 1,57
V0A2 1,24 3,16 1,28 5,68 1,89
V1A0 1,76 1,12 1,42 4,30 1,43
V1A1 1,84 0,89 1,60 4,33 1,44
V1A2 1,54 1,72 1,02 4,28 1,43
V2A0 1,10 1,04 3,98 6,12 2,04
V2A1 1,86 1,50 2,83 6,19 2,06
V2A2 2,26 1,22 1,73 5,21 1,74
Total 14,35 13,85 15,83 44,03
Rata-Rata 1,59 1,54 1,76 1,63
SK Db JK KT F hIT F-5%
Perlakuan 8 2,61 0,325748 0,460657 2,59tn
Blok 2 0,24 0,117793 0,166576 3,63tn
Vulkanik (V) 2 1,37 0,686937 0,971432 3,63tn
Pukan Ayam
(A) 2 0,18 0,091393 0,129243 3,63tn
VxA 4 1,05 0,262331 0,370976 3,01tn
Galat 16 11,31 0,707138
Total 26 14,16
KK 51,57 %
FK 71,80
Keterangan :
= nyata
tn = tidak nyata
BLOK
PERLAKUAN TOTAL RATAAN
I II III
V0A0 0,32 0,11 0,26 0,69 0,23
V0A1 0,24 0,25 0,13 0,62 0,21
V0A2 0,28 0,33 0,16 0,77 0,26
V1A0 0,23 0,11 0,14 0,48 0,16
V1A1 0,22 0,23 0,19 0,64 0,21
V1A2 0,30 0,21 0,12 0,63 0,21
V2A0 0,18 0,19 0,13 0,50 0,17
V2A1 0,26 0,31 0,20 0,77 0,26
V2A2 0,28 0,28 0,19 0,75 0,25
Total 2,31 2,02 1,52 5,85
Rata-Rata 0,26 0,22 0,17 0,22
SK Db JK KT F hit F-5%
Perlakuan 8 0,03 0,003883 1,231718 2,59tn
Blok 2 0,04 0,017744 5,628194 3,63*
Vulkanik
(V) 2 0,01 0,003433 1,088987 3,63tn
Pukan Ayam
(A) 2 0,01 0,006933 2,199119 3,63tn
VxA 4 0,01 0,002583 0,819383 3,01tn
Galat 16 0,05 0,003153
Total 26 0,12
KK 25,92 %
FK 1,27
Keterangan :
= nyata
tn = tidak nyata
BLOK
PERLAKUAN TOTAL RATAAN
I II III
V0A0 29,26 29,16 19,96 78,38 26,13
V0A1 28,22 25,64 30,12 83,98 27,99
V0A2 26,39 29,25 23,55 79,19 26,40
V1A0 26,98 24,70 27,88 79,56 26,52
V1A1 28,21 35,61 34,28 98,10 32,70
V1A2 21,77 30,79 30,39 82,95 27,65
V2A0 21,74 28,19 38,67 88,60 29,53
V2A1 38,07 26,46 22,81 87,34 29,11
V2A2 20,30 30,21 21,16 71,67 23,89
Total 240,94 260,01 248,82 749,77
Rata-Rata 26,77 28,89 27,65 27,77
SK Db JK KT F hit F-5%
Perlakuan 8 151,46 18,93246 0,624919 2,59tn
Blok 2 20,41 10,20325 0,336787 3,63tn
Vulkanik
(V) 2 21,07 10,53717 0,347809 3,63tn
Pukan
Ayam (A) 2 72,36 36,17814 1,19416 3,63tn
VxA 4 58,03 14,50726 0,478853 3,01tn
Galat 16 484,73 30,29588
Total 26 656,60
KK 19,82 %
FK 20820,56
Keterangan :
= nyata
tn = tidak nyata
BLOK
PERLAKUAN TOTAL RATAAN
I II III
V0A0 0,20 0,20 0,18 0,58 0,19
V0A1 1,31 0,85 1,09 3,25 1,08
V0A2 0,55 1,08 2,06 3,69 1,23
V1A0 0,18 0,16 0,21 0,55 0,18
V1A1 1,52 0,50 1,51 3,53 1,18
V1A2 0,93 1,52 1,02 3,47 1,16
V2A0 0,12 0,26 0,12 0,50 0,17
V2A1 2,52 1,56 0,84 4,92 1,64
V2A2 2,18 2,38 1,63 6,19 2,06
Total 9,51 8,51 8,66 26,68
Rata-Rata 1,06 0,95 0,96 0,99
SK Db JK KT F hit F-5%
Perlakuan 8 11,00 1,375018 5,727693 2,59*
Blok 2 0,06 0,032315 0,134609 3,63tn
Vulkanik (V) 2 1,23 0,615048 2,562009 3,63tn
Pukan Ayam
(A) 2 8,94 4,471959 18,62813 3,63*
VxA 4 0,83 0,206531 0,860316 3,01tn
Galat 16 3,84 0,240065
Total 26 14,91
KK 49,58 %
FK 26,36
Keterangan :
= nyata
tn = tidak nyata
BLOK
PERLAKUAN TOTAL RATAAN
I II III
V0A0 29,30 57,29 70,22 156,81 52,27
V0A1 55,14 61,60 61,60 178,34 59,45
V0A2 59,45 68,06 33,60 161,11 53,70
V1A0 74,52 55,14 74,52 204,18 68,06
V1A1 100,37 61,60 46,53 208,50 69,50
V1A2 42,22 31,45 48,68 122,35 40,78
V2A0 31,45 78,83 98,21 208,49 69,50
V2A1 33,60 46,53 46,53 126,66 42,22
V2A2 113,29 68,06 57,29 238,64 79,55
Total 539,34 528,56 537,18 1605,08
Rata-Rata 59,93 58,73 59,69 59,45
SK Db JK KT F hit F-5%
Perlakuan 8 4229,52 528,69 1,095689 2,59tn
Blok 2 7,23 3,614415 0,007491 3,63tn
Vulkanik (V) 2 333,94 166,9695 0,346037 3,63tn
Pukan Ayam
(A) 2 201,95 100,9738 0,209264 3,63tn
VxA 4 3693,63 923,4084 1,913727 3,01tn
Galat 16 7720,30 482,5185
Total 26 11957,04
KK 36,95 %
FK 95417,84
Keterangan :
= nyata
tn = tidak nyata
BLOK
PERLAKUAN TOTAL RATAAN
I II III
V0A0 38,15 38,74 46,85 123,73 41,24
V0A1 47,39 34,94 50,89 133,22 44,41
V0A2 37,66 26,52 59,90 124,08 41,36
V1A0 35,03 38,30 52,78 126,11 42,04
V1A1 39,50 31,02 38,93 109,45 36,48
V1A2 64,14 41,22 61,51 166,88 55,63
V2A0 39,69 33,17 35,69 108,55 36,18
V2A1 52,52 49,27 60,08 161,87 53,96
V2A2 48,92 25,96 50,08 124,96 41,65
TOTAL 403,00 319,14 456,72 1178,86
RATAAN 44,78 35,46 50,75 43,66
Lampiran 21. Sidik Ragam Bobot Kering Umbi Per Rumpun Tanaman Bawang
Merah
SK Db JK KT F hit F-5%
Perlakuan 8 1124,95 140,62 3,27 2,59*
Blok 2 1068,30 534,15 12,41 3,63*
Vulkanik (V) 2 26,43 13,22 0,31 3,63tn
Pukan Ayam
(A) 2 206,33 103,16 2,40 3,63tn
VxA 4 892,18 223,05 5,18 3,01*
Galat 16 688,54 43,03
Total 26 12182,50
KK 15,02 %
FK 51470,42
Keterangan :
= nyata
tn = tidak nyata
BLOK
PERLAKUAN TOTAL RATAAN
I II III
V0A0 9,00 10,20 8,20 27,40 9,13
V0A1 8,20 9,80 7,80 25,80 8,60
V0A2 7,20 8,00 10,00 25,20 8,40
V1A0 6,80 8,00 10,20 25,00 8,33
V1A1 7,20 9,00 8,00 24,20 8,07
V1A2 11,00 11,60 10,60 33,20 11,07
V2A0 8,00 10,60 8,00 26,60 8,87
V2A1 9,00 11,40 10,40 30,80 10,27
V2A2 10,60 7,20 8,40 26,20 8,73
TOTAL 77,00 85,80 81,60 244,40
RATAAN 8,56 9,53 9,07 9,05
SK Db JK KT F hit F-5 %
Perlakuan 8 23,38 2,92 1,83 2,59tn
Blok 2 4,31 2,15 1,35 3,63tn
Vulkanik (V) 2 1,65 0,82 0,52 3,63tn
Pukan Ayam
(A) 2 1,82 0,91 0,57 3,63tn
VxA 4 19,92 4,98 3,12 3,01*
Galat 16 25,56 1,60
Total 26 12182,50
KK 13,96 %
FK 2212,27
Keterangan :
= nyata
tn = tidak nyata