Oleh:
JURUSAN KIMIA
MANADO
2020
Uji Aktivitas Antioksidan Alga Merah Eucheuma Spinosum J.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains (S.Si) pada
JURUSAN KIMIA
MANADO
2020
ABSTRAK
adalah benar adanya dan isi dari skripsi bukan merupakan plagiat. Apabila
pernyataan ini tidak benar, maka saya sebagai mahasiswa yang bersangkutan siap
Manado,
Mengetahui,
Wakil Dekan Bidang Akademik
Skripsi
JURUSAN KIMIA
MANADO
2020
Judul Penelitian : Uji Aktivitas Antioksidan Alga Merah Eucheuma
NIM : 16101101026
Menyetujui
Komisi Pembimbing
Lidya Irma Momuat, S.Si., M.Si Prof. Dr. Ir. Julius Pontoh, M.Sc
NIP. 1971813 199703 2 001 NIP. 19510213 197603 1 001
Ketua Anggota
Prof. Dr. Benny Pinontoan, M.Sc Dr. Drs. Dewa G. Katja, M.Si
NIP. 19660604 199512 1 001 NIP. 19601220 198612 1 001
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Bekasi pada tanggal 8 Januari 1998. Penulis merupakan anak pertama dari dua
Negeri 1 Bitung dan lulus pada tahun 2013, pada tahun 2016 penulis
Pada tahun 2016 penulis diterima di Universitas Sam Ratulangi Manado, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, di Program Studi Kimia melalui jalur
Sumikolah.
tahun 2017.
Manado dan mengikuti Kuliah Kerja Terpadu angkatan 121 bertempat di Desa
Sulawesi Utara.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada TUHAN YANG MAHA ESA, yang
Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat akademik, untuk dapat menyelesaikan
studi dan memperoleh gelar Sarjana Sains (S.Si) di Fakultas Matematika dan Ilmu
Momuat, S.Si., M.Si. dan Bapak Prof. Dr. Ir. Julius Pontoh, M.Sc., selaku dosen
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Mama, Adik dan beserta
Keluarga Besar yang sudah memberikan semangat dan doa bagi penulis, di
limpahkan rahmat dan rezeki dari TUHAN YANG MAHA ESA. Semoga skripsi
ini bermanfaat bagi para pembaca dan untuk pengembangan ilmu pengetahuan.
Manado, 2020
1. Lidya Irma Momuat, S.Si., M.Si selaku dosen Pembimbing I serta Prof.
Dr. Ir. Julius Pontoh, M.Sc selaku dosen Pembimbing II yang telah banyak
penyusunan skripsi.
2. Kepada dosen Penguji Prof. Dr. Ir. Edy Suryanto, M.Si; Prof. Dr.Dra. Feti
Fatimah, M.Si dan Ir. Audy D. Wuntu, M.Si atas arahan serta saran dan
kepada dosen dan pegawai Jurusan Kimia atas semua dedikasinya kepada
penulis.
4. Rasa hormat, penghargaan serta ucapan terima kasih yang tak terhingga
penulis sampaikan kepada Mama Maysye, Adik Glen serta Keluarga Besar
Ulaen yang terkasih, terima kasih atas segala doa, dukungan, perhatian,
kasih sayang, motivasi dan bantuan dana yang selalu diberikan selama
Regina, Pijin, Tasya, dan BBT yang telah memberikan bantuan, dorongan,
dan motivasi.
6. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
telah membantu. Harapan penulis kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi
KATA PENGANTAR.....................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................vi
DAFTAR TABEL.........................................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................................viii
I. PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1. Latar Belakang..................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.............................................................................................3
1.3. Tujuan Penelitian..............................................................................................3
1.4. Manfaat Penelitian............................................................................................4
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................33
LAMPIRAN..................................................................................................................41
DAFTAR GAMBAR
Halaman
14
DAFTAR TABEL
Halaman
15
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Eucheuma spinosum...................................................................43
16
I. PENDAHULUAN
yang tinggi, yang memiliki berbagai jenis tumbuhan laut yang dapat dimanfaatkan
sebagai bahan makanan dan obat-obatan yang berguna untuk menjaga daya tahan
tubuh dari serangan penyakit. Hasil Riset Kesehatan Dasar Kementrian Kesehatan
kegemukan dan lainnya. Kontributor utama terjadinya penyakit kronis adalah pola
hidup yang tidak sehat seperti kebiasaan merokok, minum alkohol, pola makan
dan obesitas, aktivitas fisik yang kurang, stres, dan pencemaran lingkungan
dalam tubuh yang mengakibatkan kerusakan oksidatif pada sel atau jaringan
(Lailiyah et al., 2014). Substansi yang dapat menunda dan mencegah kerusakan
menghambat terjadinya reaksi berantai dari pembentukan radikal bebas. Selain itu,
antioksidan juga berguna untuk mengatur agar tidak terjadi proses oksidasi
radikal bebas. Metode ini sering digunakan karena sederhana, mudah, cepat serta
17
penggunaan sampel yang sedikit dengan hasil yang maksimal (Halliwell, 2012).
sumber daya hayati yang dapat diolah sebagai bahan pangan yang menjadi sumber
Rhodophyceae (alga merah). Jenis makro alga ini mudah dibudidayakan dan telah
Mardiyah et al. (2014) & Pratiwi et al. (2012) melaporkan bahwa Eucheuma
triterpenoid, alkaloid, fenol dan asam askorbat yang dapat berperan sebagai
mengidentifikasi golongan senyawa aktif pada ekstrak metanol alga merah jenis
Eucheuma spinosum dari perairan Bayuwangi, dan pada fraksi pelarut 1-butanol,
jenisnya dan juga tempat tumbuhnya. Penelitian Ridwan et al. (2019) terhadap
alga laut jenis Eucheuma Spinosum pada tiga ekosistem yang berbeda, yakni
laut. Adapun beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kualitas dari alga laut
adalah benda asing, musim, cahaya, nutrien, suhu dan salinitas. Dengan demikian
18
metabolit sekunder termasuk aktivitas antioksidan yang dihasilkan oleh alga laut,
sekunder, total fenolik dan aktivitas antioksidan dalam alga merah jenis
Untuk itulah penelitian ini dilakukan dengan skrining fitokimia, analisis total
fenolik dan uji aktivitas antioksidan terhadap Eucheuma spinosum dari perairan
Pulau Nain, yang dimaserasi dengan pelarut metanol serta dipartisi dengan pelarut
1.
1.1.
1.
1.1.
Sulawesi Utara ?
19
1.3. Tujuan Penelitian
Utara.
ekstrak alga merah Eucheuma Spinosum yang dibudidaya di perairan Pulau Nain,
Sulawesi Utara.
20
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.
Rumput laut atau alga merupakan tumbuhan laut yang tidak dapat
dibedakan antara akar, daun, dan batang sehingga seluruh tubuhnya disebut
duri lunak yang mengelilingi cabang. Habitat Eucheuma spinosum tubuh melekat
pada rataan terumbu karang, batuan, benda keras dan cangkang kerang. Eucheuma
kedalaman satu sampai lima meter saat pasang tertinggi (Tiwa et al., 2013).
Kingdom : Plantae
Divi : Rhodophyta
Kelas : Rhodophytaceae
Ordo : Gigartinales
21
Famili : Solieriaceae
Gambar 1. Eucheuma Spinosum
Genus : Eucheuma
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Spesies : Eucheuma spinosum J. AGARDH
suatu senyawa hidrokoloid yang terdiri atas ester kalium, natrium dan magnesium
Pemanfaatan karagenan antara lain untuk industri makanan dan obat-obatan, yaitu
Selain dari manfaatnya kualitas karagenan juga dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu benda asing, musim, cahaya, nutrien, suhu dan salinitas yang dapat
menurunkan kualitas dari rumput laut (Ridwan et al., 2019) ditambah juga
sangat beragam, hal ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
alkaloid dan asam askorbat yang dapat berperan sebagai antioksidan (Mardiyah et
al., 2014) serta kandungan fenol dan florotanin (Pratiwi et al., 2012). Komposis
2016)
Komponen Jumlah
Kadar air (%) 12,90
Karbohidrat (%) 5,12
Protein (%) 0,13
Lemak (%) 13,38
Serat kasar (%) 1,39
Vitamin B1 (mg/100g) 0,21
22
Vitamin B2 (mg/100g) 2.26
Vitamin C (mg/100g) 43,00
Karaginan (%) 65,75
1.
1.
2.
2.1.
1.
2.
2.1.
2.2. Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dua atau lebih komponen yang
diinginkan dari suatu bahan yang berasal dari tumbuhan atau hewan dengan
yang terdapat dalam jaringan tanaman kedalam pelarut yang dipakai untuk proses
ekstraksi tersebut. Alkohol merupakan pelarut universal yang baik untuk ekstraksi
seberapa jauh klorofil tertatik oleh pelarut tersebut (Kristanti et al., 2010).
Salah satu metode ekstraksi yang sering digunakan dalam berbagai penelitian
23
yakni, lebih praktis, pelarut yang digunakan lebih sedikit, dan tidak memerlukan
pemanasan, tetapi waktu yang dibutuhkan relatif lama (Putra et al., 2014).
1.
2.
2.1.
2.2.
2.3. Partisi
pada sifat kelarutan komponen target dan distribusinya dalam dua pelarut yang
tidak saling bercampur, yakni sebagian komponen larut pada fase pertama dan
sebagian larut pada fase kedua. Syarat pelarut untuk ekstraksi cair-cair adalah
memiliki kepolaran yang sesuai dengan bahan yang diekstraksi dan harus terpisah
secara pengocokkan yang ditandai dengan terbentuknya dua lapisan yang tidak
saling campur (Khopkar, 2010). Kelebihan dari metode partisi adalah dapat
memperoleh komponen bioaktif yang lebih spesifik dan waktunya ujinya cepat
(waktu total ekstraksi pendek) (Dewi et al., 2010). Konstanta dielektrik beberapa
(Septiandari,2016)
24
dalam air
Metanol 33,60 L 64
2.4. Antioksidan
antioksidan adalah zat yang dapat menunda atau mencengah terjadinya reaksi
radikal bebas. Radikal bebas dapat didefinisikan sebagai molekul atau senyawa
yang dalam keadaan bebas mempunyai satu atau lebih elektron bebas yang tidak
berpasangan. Elektron dari radikal bebas yang tidak berpasangan ini sangat mudah
25
menarik electron dari molekul lainnya sehingga radikal tersebut menjadi lebih
reaktif. Oleh karena sangat reaktif, radikal bebas sangat mudah menyerang sel-sel
yang sehat dalam tubuh. Senyawa penangkap radikal bebas disebut dengan
molekul yang lebih stabil dan tidak berbahaya (Sari et al., 2013).
kanker dan tumor, penyempitan pembuluh darah, penuaan dini, dan lain-lain.
perubahan warna dan aroma, serta kerusakan fisik lainnya (Tamat et al. 2007)
1.
2.
2.1.
2.2.
26
2.3.
2.4.
Metode DPPH merupakan metode yang sederhana, cepat dan mudah untuk
penapisan aktivitas penangkapan radikal beberapa senyawa, selain itu metode ini
molekul relatif 394,33 yang berwarna violet tua. Metode DPPH diperkenalkan 50
tahun lalu oleh Marsden Blois. Molekul DPPH dikarakteristik sebagai radikal
mengalami dimerisasi seperti terjadi pada radikal bebas lain. Delokalisasi juga
memberikan peningkatan warna violet dan bercirikan pada pita absorpsi 530 nm
digunakan. Pelarut polar dapat menurunkan kerapatan elektron dari atom nitrogen
seperti DPPH dapat secara langsung bereaksi dengan antioksidan. Metode DPPH
perubahan aborbansi pada 515 nm sampai 517 nm. Absorbansi DPPH pada 515-
517 nm menurun bila elektron ganjil dari atom nitrogen dalam DPPH direduksi
27
atom hidrogen dianggap sebagai antioksidan yang baik (Suryanto, 2012). Interaksi
antioksidan dengan DPPH akan menetralkan karakter radikal bebas dari DPPH
(Suryanto,2012)
radikal bebas sebanyak 50% yang diperoleh melalui persamaan regresi. Semakin
kecil nilai IC50 suatu senyawa uji maka senyawa tersebut semakin efektif sebagai
pada Tabel 3.
1.
28
2.
2.1.
2.2.
2.3.
1.
2.
2.1.
2.2.
2.3.
2.4.
2.5.
frekuensi yang sesuai oleh molekul tersebut (Rohman, 2007). Absorbsi radiasi
oleh sampel diukur oleh detektor pada berbagai gelombang dan diinformasikan ke
gelombang untuk sinar tampak/visible antara 400-750 nm. Absorpsi cahaya UV-
akan tereksitasi ke keadaan yang lebih tinggi, keadaan ini disebut transisi elektron.
29
Spektrofotometer pada dasarnya terdiri atas sumber sinar monokromator, tempat
sel untuk zat yang diperiksa, detektor, penguat arus dan alat ukur atau pencatat
(Khopkar, 2010).
1.
2.
3.
3.
30
3.2. Alat dan Bahan
1.
2.
3.
3.1.
3.2.
3.2.1. Alat
1.
2.
3.
3.1.
3.2.
3.2.1.
31
1.
2.
3.
3.1.
3.2.
3.2.1.
3.2.2. Bahan
Mayer, pereaksi Dragendorff, FeCl3 5%,etanol 95%, HCl 37%, alkohol, aquades,
32
1.
2.
3.
3.1.
3.2.
3.3.
1 hari. Setiap beberapa jam air rendamannya diganti. Selanjutnya alga digantung
pada tali dan dikeringanginkan dalam suhu ruang selama 10 hari. Alga merah E.
33
1.
2.
3.
3.1.
3.2.
3.3.
3.4.
3.4.1.
3.
3.1.
3.2.
3.3.
3.4.
3.4.1.
AOAC (1984). Pada penentuan kadar air, disiapkan cawan porselen terlebih
dahulu, lalu dipanaskan dalam oven pada suhu 105 oC sekitar 15 menit untuk
34
10 menit, lalu ditimbang dan dilakukan perlakuan yang sama sampai diperoleh
berat cawan yang konstan. Setelah itu, sebanyak 3 gram sampel dimasukkan
dalam cawan porselen, kemudian dimasukkan dalam oven dan dikeringkan pada
suhu 105 °C selama 15 menit, kemudian sampel disimpan dalam desikator sekitar
10 menit dan ditimbang. Sampel tersebut dipanaskan kembali dalam oven selama
diulangi sampai berat konstan. Kadar air dalam alga merah Eucheuma spinosum
Keterangan:
1.
2.
3.
3.1.
3.2.
3.3.
3.4.
3.4.1.
3.4.2.
35
3.4.3. Ekstraksi dan Partisi Alga Merah Eucheuma spinosum
filtrat yang didapat dipekatkan menggunakan rotary evaporator dan ekstrak kental
yang diperoleh dikeringkan pada oven dengan suhu 40oC . Ekstrak metanol yang
dalam corong pisah dan didiamkan selama 10-15 menit hingga terdapat dua
lapisan (n-heksana pada lapisan atas dan aquades pada lapisan bawah). Lapisan n-
cara yang sama menggunakan pelarut etil asetat. Hasil fraksinasi diuapkan
dan akuades/air.
1.
2.
3.
3.1.
3.2.
3.3.
3.4.
3.4.1.
3.4.2.
3.4.3.
36
3.4.4. Uji Senyawa Fitokimia
3.1
3.2
3.3
3.4
3.4.1
3.4.2
3.4.3
3.4.4
lalu dikocok hingga terbentuk dua lapisan. Fraksi asam diambil, kemudian
37
3.4.4.2. Pengujian Fenolik
fenolik ditunjukkan dengan terbentuknya warna hijau atau biru yang kuat.
flavonoid ditunjukkan dengan terbentuknya warna merah, kuning atau jingga pada
selama 1 menit. Diamati jika terbentuk busa stabil maka sampel positif
mengandung saponin.
ditambahkan 2-3 tetes FeCl3 1%. Sampel mengandung tanin bila terjadi perubahan
38
3.4.4.6. Pengujian Steroid/Triterpenoid
sebanyak 10 tetes dan 2 tetes H2SO4. Larutan dikocok perlahan dan dibiarkan
selama beberapa menit. Steroid memberikan warna biru atau hijau, sedangkan
1.
2.
3.
3.1.
3.2.
3.3.
3.4.
3.4.1.
3.4.2.
3.4.3.
3.4.4.
1.
2.
3.
3.1.
3.2.
3.3.
39
3.4.
3.5.
3.6.
3.7.
(Pourmorad et al., 2006). Standar asam galat dibuat dengan variasi konsetrasi 25,
50, 75, 100, dan 125 mg/L. Untuk larutan ekstrak sampel dan hasil partisinya
kemudian divortex lalu diinkubasi selama 15 menit pada suhu 45 oC. Absorbansi
C . V . fp
Kandungan fenolik total=
g
fp = Faktor pengenceran
1.
2.
3.
40
3.1.
3.2.
3.3.
3.4.
3.4.1.
3.4.2.
3.4.3.
3.4.4.
3.4.5.
(DPPH)
1.
2.
3.
3.1.
3.2.
3.3.
3.4.
3.5.
3.6.
3.7.
3.8.
41
sebagai pembanding dibuat dengan konsentrasi 20, 25, 30, 35 dan 40 mg/L. Untuk
hasil ekstrak sampel dan hasil partisinya dibuat dengan menimbang 10 mg ekstrak
517 nm. Pengulangan dilakukan sebanyak 3 kali. Hal yang yang sama dilakukan
juga untuk larutan standar. Nilai absorbansi dari setiap variasi konsentrasi dicatat
dan dihitung aktivitas penangkal radikal bebas dan nilai IC50. Perhitungan aktivitas
42
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
I.
II.
III.
IV.
4.
mutu rumput laut. Rumput laut bersifat higroskopis, penyimpanan pada tempat
lembab menyebabkan rumput laut cepat rusak. Penentuan kadar air bertujuan
untuk mengetahui kadar air dalam sampel alga merah Eucheuma spinosum yang
(Diharmi et al., 2011). Cawan yang berisi sampel di oven, setelah itu dikeluarkan
dan didiamkan dalam desikator untuk mencengah kontak sampel dengan udara di
mendapat berat yang konstan. Setelah diperoleh berat, konstan kadar air dapat
dihitung dari selisih antara berat sampel sebelum dan sesudah dioven. Pada
43
sampel Eucheuma spinosum mendapatkan nilai kadar air 7,69%. Menurut Hanapi
et al. (2013) hal ini menunjukkan bahwa sampel memiliki kadar air yang cukup
baik untuk dilakukan proses ekstraksi, karena semakin rendah nilai kadar air maka
yang diinginkan. Kadar air yang tinggi akan mempengaruhi konsentrasi dari
pelarut yang digunakan. Semakin tinggi nilai kadar air pada sampel, maka
konsentrasi yang digunakan akan semakin berkurang karena bercampur dengan air
2016). Kadar air untuk sampel kering agar proses ekstraksi dapat berjalan lancar
Eucheuma Spinosum
sehingga metode maserasi lebih aman untuk dilakukan. Prinsip utama proses
dalam sampel berdasarkan sifat kelarutannya dalam suatu pelarut. Pada saat
maserasi terjadi proses difusi, dimana larutan yang memiliki konsentrasi tinggi
menggunakan pelarut metanol. Metanol mempunyai titk didih yang lebih rendah
dari etanol sehingga pelarut metanol akan lebih mudah untuk diuapkan (Atun,
44
2014). Sampel sebanyak 300 g dan 600 mL metanol digunakan dalam proses
maserasi selama 24 jam. Setelah 24 jam, residu dan filtrat dipisahkan dengan cara
bening. Semua filtrat yang didapat digabungkan dan diuapkan dengan rotary
evaporator vaccum dan dimasukkan dalam oven selama 2 hari dengan suhu 40 oC
untuk mendapatkan ekstrak pekat yang akan digunakankan pada tahap pasrtisi.
ekstrak pekat berwarna hijau tua dan rendemen yang dihasilkan sebesar 5,70 %.
Hasil rendemen yang diperoleh dalam penelitian ini lebih kecil dibandingkan
dengan ekstrak metanol Eucheuma spinosum penelitian Afif (2013) yaitu sebesar
kadar air kering dari sampel yaitu pada penelitian Afif (2013) sebesar 4,74 %
sedangkan pada penelitian ini sebesar 7,69 %. Menurut Laili (2016) kadar air
dapat mempengaruhi proses ekstraksi, karena apabila kadar air dalam sampel
tinggi maka konsentrasi pelarut yang digunakan pada proses ektraksi akan kecil
karena tercampur dengan air yang terkandung dalam sampel sehingga proses
45
Ekstrak metanol alga merah E. Spinosum selanjutnya dipartisi dengan
pelarut n-heksana, etil asetat dan air, yang berbeda tingkat polaritasnya. Dalam
sehingga perlu dilakukan pemisahan senyawa melalui tahap partisi. Pada ekstrak
heksana, etil asetat dan air. Rendeman ekstrak tertinggi dihasilkan oleh partisi
dengan pelarut air (18,96%), diikuti n-heksana (11,4%) dan etil asetat (4,16%).
yang terekstrak. Senyawa polar cenderung larut dalam pelarut polar, dan senyawa
non-polar cenderung larut dalam pelarut non-polar. Hal ini bertujuan agar
2015).
IV.1
IV.2
Hasil uji fitokimia alga merah Eucheuma spinosum pada ekstrak metanol,
fraksi n-heksana, fraksi etil asetat dan fraksi air dapat dilihat pada Tabel 5.
Ekstrak metanol, fraksi n-heksana, fraksi etil asetat dan fraksi air dari E. spinosum
46
Tabel 5. Uji Fitokimia Senyawa aktif pada tumbuhan Alga merah Eucheuma
spinosum
Senyawa
Sampel Triterpen
Alkaloid Fenolik Flavonoid Saponin Tanin Steroid
oid
Ekstrak +++ + + + + - +
Metanol
Fraksi +++ + + + + - +
n-heksana
Fraksi +++ + + + + - +
Etil Asetat
Fraksi Air +++ + + + + - +
Ket: + = Mengandung golonga senyawa
senyawa aktif alkaloid pada fraksi n-heksana dan etil asetat E. spinosum yang
perubahan warna hijau, itu disebabkan karena ion Fe3+ bereaksi dengan gugus
keto pada fenolik yang bersifat sebagai logam pengkelat (Afif, 2013).
asetat dan fraksi air dari alga merah E. spinosum menunjukkan adanya golongan
senyawa tanin dan flavonoid. Senyawa tanin dan flavonoid merupakan senyawa
sebagai antioksidan alami yang akan menangkal radikal bebas yang dikeluarkan
oleh hasil metabolisme lemak dalam tubuh (Enujiugha, 2010). Senyawa polifenol
47
adalah senyawa yang bersifat polar yang memiliki cincin aromatik dengan jumlah
Ekstrak metanol, fraksi n-heksana, fraksi etil asetat dan fraksi air dari alga
saponin adalah reaksi hidrolisis dari senyawa saponin menjadi aglikon dan
terbentuk buih karena adanya gugus hidrofil yang berikatan dengan air sedangkan
hidrofob akan berikatan dengan udara. Pada struktur misel, gugus polar
Uji triterpenoid pada ekstrak metanol, fraksi n-heksana, fraksi etil asetat,
dan fraksi air Eucheuma spinosum memberikan hasil positif, dengan ditandai
perubahan warna menjadi merah. Penelitian ini didukung dari hasil penelitian
dalam ekstrak alga merah Eucheuma spinosum yang berasal dari perairan
Bayuwangi. Menurut Lanta et al. (2017) Pengeringan sampel alga di bawah sinar
4.1
4.2
48
4.3
1.
Senyawa fenolik pada ekstrak alga merah Eucheuma spinosum dan hasil
gelombang 765 nm. Hasil yang diperoleh dinyatakan sebagai mg ekuivalen asam
galat atau Gallic Acid Equivalent (GAE). Folin-Ciocalteau merupakan salah satu
metode yang mudah untuk mengukur kadar senyawa golongan fenolik dari produk
alami. Pengukuran total senyawa golongan fenolik yang terkandung dalam rumput
laut merah dilakukan dengan menggunakan asam galat sebagai larutan standar
(Rahmawati et al., 2013). Asam galat merupakan salah satu senyawa golongan
fenolik turunan asam hidroksibenzoat yang tergolong asam fenol sederhana. Asam
49
60
51.362
50
45.130
41.652
Kandungan Total Fenolik 40 38.029
30
20
10
0
Ekstrak Metanol n-heksana Etil asetat Air
(mg/g)
Gambar 3. Kandungan Total Fenolik Ekstrak Metanol dan Beberapa Fraksi dari
disajikan pada Gambar 3. Kandungan total fenolik yang paling tinggi adalah hasil
partisi etil asetat dengan nilai 51,362 mg/g, diikuti dengan hasil partisi n-heksana
45,130 mg/g, hasil partisi air 41,652 mg/g dan ekstrak metanol 38,029 mg/g.
Fraksi etil asetat dapat melarutkan senyawa golongan fenolik yang lebih banyak
sehingga sebagian besar senyawa fenolik yang terdapat pada alga laut jenis
Adawiyah et al. (2011), dalam determinasi kandungan total fenol, ekstrak etil
asetat dapat menghasilkan kandungan fenol paling tinggi, dimana etil asetat lebih
efektif melarutkan senyawa fenol dari pada metanol dan n-heksan dan etil asetat
merupakan salah satu pelarut yang sering digunakan untuk mengekstrak senyawa
fenol. Hal ini juga didukung oleh penelitian Kurniawan et al. (2012) alga hijau
50
Caulerpa racemosa. Dalam penelitiannya ekstrak etil asetat memiliki nilai yang
berubahnya warna larutan dari kuning menjadi biru, hal ini dikarenakan reagen
molybdenum tungstat berwarna biru. Warna biru yang terbentuk akan semakin
pekat setara dengan konsentrasi ion fenolat yang terbentuk. Semakin besar
intensitas warna yang ditunjukkan maka akan semakin besar pula kandungan
penambahan Na2CO3 pada uji fenolik bertujuan untuk membentuk suasana basa
alga dapat menangkap senyawa oksigen reaktif atau Reactive Oxygen Species
(ROS) menetralkan radikal bebas dan sebagai modulator enzim untuk mencegah
al., 2012)
51
1
4.1
4.2
4.3
4.4
reaktivitas senyawa yang diuji dengan suatu radikal stabil (Kuncahyo & Sunardi,
Prinsip kerja dari metode ini yaitu berdasarkan pada kemampuan substansi
bebas DPPH dipilih karena metode ini sederhana, mudah, waktu pengujian
singkat dan sampel yang digunakan sedikit serta tidak membutuhkan banyak
reagen (Juniarti et al. 2009). Aktivitas antioksidan yang terdapat pada sampel
inhibisi ini didapatkan dari serapan antara absorban DPPH dengan absorban
sampel yang diukur dengan spektrofotometer UV-Vis. Salah satu parameter yang
larutan sampel yang dibutuhkan untuk menghambat 50% radikal bebas DPPH.
52
Aktivitas antioksidan yang tinggi ditunjukkan oleh nilai IC50 yang rendah
partisi etil asetat memiliki nilai IC50 yang paling rendah yaitu 22,299 μg/ml, yang
diikuti hasil partisi n-heksana 26,333 μg/ml, partisi air 26,633 μg/ml dan ekstrak
metanol 28,882 μg/ml. Semakin kecil nilai IC50, maka semakin besar aktivitas
antioksidan didukung dengan tingginya nilai kandungan total fenol dari sampel.
tinggi kandungan total fenol dari suatu sampel maka nilai IC 50 semakin rendah.
Pada Tabel 6, aktivitas antioksidan yang dimiliki oleh alga merah Eucheuma
spinosum tertinggi terdapat pada ekstrak hasil partisi etil asetat, yang
membuktikan bahwa pelarut etil asetat paling efektif dalam mengikat senyawa
aktif yang berfungsi sebagai antioksidan yang terdapat pada alga merah E.
spinosum.
53
yang ada pada alga merah E. spinosum jika dibandingkan dengan antioksidan
maka dapat dikatakan bahwa sampel berpotensi sebagai salah satu alternatif
antioksidan (Yuliani, 2011). Dari hasil yang diperoleh ekstrak dan hasil partisi
alga merah E. spinosum memiliki nilai IC50 yang kecil dimana berpotensi kuat
sebagai antioksidan namun masih lebih besar nilainya daripada nilai IC50 vitamin
C (1,026 μg/ml). Hasil ini mendukung penelitian Hanapi et al. (2013) bahwa alga
merah E. spinosum memiliki nilai IC50 yang rendah yaitu 22,13 μg/ml dan
al. (2014) juga melaporkan bahwa alga merah E. spinosum mengandung senyawa
antioksidan dengan melihat dari nilai IC50 masing-masing fraksi dan ekstrak yang
berkisar antara 22-28 μg/ml yang menunjukkan alga merah E. spinosum memiliki
54
V. KESIMPULAN DAN SARAN
1.
2.
3.
4.
5.
5.
5.1. Kesimpulan
etil asetat sebesar 22,299 μg/ml. Hal ini ditandai dengan nilai IC50,
50%.
1.
2.
3.
4.
5.
5.1.
55
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Afif, S. 2013. Ekstraksi, Uji Toksisitas dengan Metode BSLT dan Identifikasi
Ahmad, A., R. Juwita., S.A.D. Ratulangi., & A. Malik. 2015. Penetapan Kadar
Fenolik dan Flavonoid Total Ekstrak Metanol Buah dan Daun Patikala
56
Lycopersicum L). Jurnal Sains dan Teknologi Farmas. 13(1).
Atun, S. 2014. Metode Isolasi dan Identifikasi Struktur Senyawa Organik Bahan
Enujiugha, V.N. 2010. The antioxidant and free radical- scavenging capacity of
Firdausi, I., R. Retnowati., & Sutrisno. 2015. Fraksinasi Ekstrak Metanol Daun
Fermanasari, D., Titin, A. Z., Muhammad, A. W. 2016. Uji Total Fenol Aktivitas
5(4): 68-73.
57
Gazali M., & N. P, Batubara I. 2014. Potensi limbah kulit buah nyirih Xylocarpus
58
Juniarti., D. Osmeli., Yuhernita. 2009. Kandungan Senyawa Kimia, Uji Toksisitas
Kementerian Kesehatan
Kristanti, E.V., & D.W. Maria. 2010. Penentuan Aktivitas Antioksidan Ekstrak
4(1): 15-22
Kuncahyo, I., & Sunardi. 2007. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Belimbing
Kurniawan, A., N.D. Eko., & W.A Tri. 2012. Potensi Aktivitas Antioksidan
59
Sargassum cristaefolium Dari Pantai Sumenep Madura. Alchemy. 3(1): 18-
30.
Lailah, N. 2014. Uji Aktivitas Antioksidan dan Fitokimia Fraksi Etil Asetat,
Lantah, P.L., L. Montolalu., & A.R. Reo. 2017. Kandungan Fitokimia dan
46.
Technology. 26(2):211-219
Nely, F. 2007. Aktivitas Antioksidan Rempah Pasar dan Bubuk Rempah Pabrik
dengan Metode Polifenol dan Uji AOM (Active Oxygen Method) [Skripsi].
Rumput Laut. Makalah pada Seminar Rumput Laut tanggal 3 Mei 2003.
Pise, N., K. Jena., D. Maharani., A. Sabale., & T. Jagtap. 2010. Free Radical
60
Pratiwi, A., Elfita., & R. Aryawati. 2012. Pengaruh Waktu Fermentasi Terhadap
Sifat Fisik dan Kimia pada Pembuatan Minuman Kombucha dari Rumput
Rohman, A., & A. Riyano. 2005. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Buah Mengkudu
61
Rohman, Abdul. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sari, D. K., D.H. Wardhani., & A. Prasetyaningrum. 2013. Kajian isolasi senyawa
Nopember, Surabaya.
Ibrahim.
Sholikah, A. N. L. 2016. Isolasi Senyawa Steroid dari Fraksi Petroleum Eter Hasil
Van Bosse) dengan metode Jaring Lepas Dasar (Net Bag) Model Cidaun.
62
Suryaningrum, D., T. Wikanta., & H. Kristiana. 2006. Uji Senyawa Antioksidan
Tamat, S. R., T. Wikanta., & L.S. Maulina. 2007. Aktivitas Antioksidan dan
(Nigella sativa, L.) [Skripsi]. Jurusan Kimia Fakultas Sains dan Teknologi,
63
LAMPIRAN
64
Lampiran 1. Diagram Alir Penelitian
Ekstrak pekat
metanol
Diambil 3 gr sampel
Dilarutkan dengan 50 mL aquades
65
Lampiran 2. Perhitungan Kadar Air
Kadar air = ( )
b−c
b−a
×100 %
62,624−62,393
Kadar air Eucheuma spinosum= ×100 %=7,69 %
62,624−59,621
Diketahui ekstrak metanol memiliki berat ekstrak kental sebesar 17,69 g dan berat
serbuk halus sebesar 300 g. Nilai rendemen yang diperoleh yaitu :
17,69( g)
Rendemen ekstrak = ×100 %=5,896 %
300( g)
66
etil asetat 0,125 4,16
Air 0,569 18,96
Untuk mendapatkan nilai rendemen (%) dari hasil partisi Alga merah Eucheuma
spinosum, maka digunakan persamaan :
Berat fraksi ( g)
Rendemen = ×100 %
Berat ekstrak (g)
0,342 g
Rendemen = ×100 %=11,4 %
3g
Dengan cara yang sama seperti perhitungan di atas, maka dapat dihitung nilai
rendemen dari hasil partisi etil asetat dan hasil partisi air.
0.8
0.7
f(x) = 0.004592 x + 0.0984
0.6 R² = 0.997740913688367
0.5
Absorbansi
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 25 50 75 100 125 150
Konsentrasi
y = 0,0046x + 0,0984;
Dengan, y = absorbansi ; x = kandungan total fenolik (g/mL)
y−0,0984
x=
0,0046
67
Konsentrasi Fenolik
Absorbansi
Sampel (g/mL) Rataan
U1 U2 U3 U1 U2 U3
EM 0,212 0,381 0,227 24,696 61,435 27,957 36,029
PH 0,359 0,327 0,232 56,652 49,696 29,043 45,130
PEA 0,394 0,362 0,248 64,261 57,304 32,522 51,362
PA 0,411 0,332 0,127 67,957 50,783 6,217 41,652
Ket: EM= Ekstrak Metanol; PH= Hasil Partisi n-heksana; PEA= Hasil Partis Etil Asetat; PA= Hasil
Partisi Air
C . V . fp
Kandungan fenolik total=
g
Ket.: c = konsetrasi Fenolik (nilai x)
v = volume yang digunakan (ml)
fp = Faktor pengenceran (10x)
68
g = Berat sampel yang digunakan (mg)
Lampiran 6. Perhitungan aktivitas antioksidan dari ekstrak metanol, hasil partisi
n-heksana, etil asetat, air dan kontrol.
Absorbansi Aktivitas
Konsentrasi
Rataan DPPH
(µg/mL) Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3
(%)
20 0,536 0,525 0,47 0,510 36,683
25 0,418 0,514 0,537 0,490 39,247
30 0,246 0,493 0,535 0,425 47,312
35 0,522 0,317 0,048 0,296 63,317
40 0,041 0,26 0,313 0,205 74,607
50
40
30
20
10
0
15 20 25 30 35 40 45
Konsentrasi (µg/mL)
Dalam penentuan nilai IC50 dinyatakan dengan persamaan regresi linier dan
perhitungan aktivitas antioksidan (%) dinyatakan dengan persamaan sebagai
berikut:
Ket:
69
Perhitungan nilai IC50 :
y−7,7176
IC 50=
1,9984
50−7,7176
IC 50=
1,9984
IC 50=28,882 µg/mL
Absorbansi Aktivitas
Konsentrasi
Rataan DPPH
(µg/mL) Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3
(%)
20 0,407 0,495 0,493 0,465 44,511
25 0,409 0,408 0,408 0,408 51,273
30 0,395 0,396 0,396 0,396 52,784
35 0,381 0,379 0,377 0,379 54,773
40 0,357 0,357 0,357 0,357 57,399
40
30
20
10
0
15 20 25 30 35 40 45
Konsentrasi (µg/mL)
70
y−34,582
IC 50=
0,5855
50−34,582
IC 50=
0,5855
IC 50=26,333 µg/mL
Absorbansi Aktivitas
Konsentrasi
Rataan DPPH
(µg/mL) Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3
(%)
20 0,422 0,422 0,422 0,422 49,642
25 0,396 0,393 0,391 0,393 53,063
30 0,375 0,375 0,375 0,375 55,251
35 0,355 0,355 0,353 0,354 57,717
40 0,24 0,24 0,24 0,240 71,360
50 R² = 0.830107538018971
40
30
20
10
0
15 20 25 30 35 40 45
Konsentrasi (µg/mL)
y−28,553
IC 50=
0,9618
71
50−28,553
IC 50=
0,9618
IC 50=22,299 µg/mL
50
40
30
20
10
0
15 20 25 30 35 40 45
Konsentrasi (µg/mL)
y−11,058
IC 50=
1,4622
50−11,058
IC 50=
1,4622
IC 50=26,632 µg/mL
72
Data perhitungan untuk kontrol asam askorbat (Vitamin C)
Absorbansi Aktivitas
Konsentrasi
Rataan DPPH
(µg/mL) Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3
(%)
1 0,464 0,483 0,364 0,437 45,782
3 0,445 0,221 0,219 0,295 63,400
6 0,3 0,314 0,187 0,267 66,873
9 0,213 0,229 0,117 0,186 76,882
12 0,084 0,126 0,031 0,080 90,033
Vit C (kontrol)
100
90
80 f(x) = 3.59314720812183 x + 46.3164873096447
R² = 0.94318372826012
70
Absorbansi
60
50
40
30
20
10
0
0 2 4 6 8 10 12 14
Konsentrasi (µg/mL)
y−46,316
IC 50=
3,5931
50−46,316
IC 50=
3,5931
IC 50=1,0253µg/mL
73
Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian
74
Partisi
Hasil partisi fraksi n- Hasil partisi fraksi etil Hasil partis fraksi Air
heksana asetat
Hasil ekstrak partisi n- Hasil ekstrak partisi etil Hasil ekstrak partisi air
heksana asetat
75
Reagen Folin-Ciocalteau Larutan Na2CO3 7,5% Kurva standar asam
50%
76
Larutan DPPH metanol Kontrol Vit C
77
Uji Alkaloid
Uji Fenolik
78
Uji Flavonoid
Uji Saponin
Fraksi air
Fraksi etil asetat
79
Uji Tanin
Uji Triterpenoid
80