Anda di halaman 1dari 80

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN ALGA MERAH Eucheuma

Spinosum J.AGARDH DARI SULAWESI UTARA

Oleh:

EVANY CLOUDIE FEARANT PAULUS


16101101026

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGEAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2020
Uji Aktivitas Antioksidan Alga Merah Eucheuma Spinosum J.

AGARDH dari Sulawesi Utara

EVANY CLOUDIE FEARANT PAULUS

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains (S.Si) pada

Program Studi Kimia

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2020
ABSTRAK

EVANY CLOUDIE FEARANT PAULUS, Uji Aktivitas Antioksidan Alga Merah


Eucheuma spinosum dari Sulawesi Utara, dibawah bimbingan LIDYA MOMUAT
sebagai ketua dan JULIUS PONTOH sebagai anggota.
Telah dilakukan penelitian skiring fitokimia, total fenolik dan aktivitas
antioksidan dengan metode DPPH. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
keberadaan senyawa fitokimia dan aktivitas antioksidan dalam ekstrak metanol
dan ekstrak hasil partisi variasi pelarutnya. Ekstraksi partisi menggunakan pelarut
n-heksana, etil asetat dan air. Berdasarkan pengujian skrining fitokimia dari
Eucheuma spinosum diperoleh komponen senyawa alkaloid, fenolik, flavonoid,
saponin, tanin, dan triterpenoid. Aktivitas antioksidan tertinggi ditunjukkan pada
hasil partisi etil asetat, diikuti oleh hasil partisi n-heksana, hasil partisi air dan
ekstrak metanol dengan nilai IC50 22,299 μg/ml; 26,333 μg/ml; 26,633 μg/ml; dan
28,882 μg/ml.

Kata Kunci: Eucheuma spinosum, Alga merah, Antioksidan


ABSTRACT
EVANY CLOUDIE FEARANT PAULUS, Antioxidant Activity of Red Algae
Eucheuma spinosum J.AGARDH From North Sulawesi, under the guidance of
LIDYA MOMUAT as chairman and JULIUS PONTOH as a member.
The test of Eucheuma spinosum has been tasted using phytochemical
screening, total phenolic, and antioxidant activity was carried out using the DPPH
method. The purpose of this study was to determine the content of phytochemical
compounds and antioxidant activity in the methanol extract and the extract from
the partitioned variation of the solvent. Partition extraction used n-hexane, ethyl
acetate, and water as solvents. Based on the phytochemical screening test of
Eucheuma spinosum, alkaloid, phenolic, flavonoid, saponin, tannin, and
triterpenoid compound components were obtained. The highest antioxidant
activity was shown in the results of ethyl acetate partition, followed by the results
of partitioning n-hexane, the results of partitioning water and methanol extract
with IC50 values of 22.299 μg/ml; 26,333 μg/ml; 26,633 μg/ml; and 28,882 μg/ml.
Keywords: Eucheuma spinosum, Red algae, Antioxidant
SURAT PERNYATAAN

Saya mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas


Sam Ratulangi Manado yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama Mahasiswa : Evany Cloudie Fearant Paulus


NRI : 16101101026
Program Studi : Kimia
Strata : I (Satu)
Judul Penelitian : Uji Aktivitas Antioksidan Alga Merah Eucheuma
Spinosum J. AGARDH dari Sulawesi Utara
Menyatakan dengan ini bahwa pustaka yang saya gunakan dalam skripsi saya

adalah benar adanya dan isi dari skripsi bukan merupakan plagiat. Apabila

pernyataan ini tidak benar, maka saya sebagai mahasiswa yang bersangkutan siap

menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Manado,

Evany Cloudie Fearant Paulus


Menyetujui, Tanda Tangan
Pembimbing :

1. Lidya Irma Momuat, S.Si., M.Si 1.

2. Prof. Dr. Ir. Julius Pontoh, M.Sc 2.

Mengetahui,
Wakil Dekan Bidang Akademik

Ir. Feky Recky Mantiri, M.Sc., Ph.D


NIP. 19670201 199203 1 003
Uji Aktivitas Antioksidan Alga Merah Eucheuma Spinosum J.

AGARDH dari Sulawesi Utara

EVANY CLOUDIE FEARANT PAULUS

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Sains (S.Si) pada

Program Studi Kimia

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2020
Judul Penelitian : Uji Aktivitas Antioksidan Alga Merah Eucheuma

spinosum J. AGARDH dari Sulawesi Utara

Nama Mahasiswa : Evany Cloudie Fearant Paulus

NIM : 16101101026

Program Studi : Kimia

Menyetujui
Komisi Pembimbing

Lidya Irma Momuat, S.Si., M.Si Prof. Dr. Ir. Julius Pontoh, M.Sc
NIP. 1971813 199703 2 001 NIP. 19510213 197603 1 001
Ketua Anggota

Dekan FMIPA UNSRAT Ketua Progam Studi Kimia

Prof. Dr. Benny Pinontoan, M.Sc Dr. Drs. Dewa G. Katja, M.Si
NIP. 19660604 199512 1 001 NIP. 19601220 198612 1 001

Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Evany Cloudie Fearant Paulus, dilahirkan di

Bekasi pada tanggal 8 Januari 1998. Penulis merupakan anak pertama dari dua

bersaudara, dari pasangan Nobby Paulus dan Maysye Ulaen .

Pada tahun 2010 penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) di

SD GMIM 23 Girian, Selanjutnya masuk Sekolah Menengah Pertama di SMP

Negeri 1 Bitung dan lulus pada tahun 2013, pada tahun 2016 penulis

menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Bitung.

Pada tahun 2016 penulis diterima di Universitas Sam Ratulangi Manado, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, di Program Studi Kimia melalui jalur

Sumikolah.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam organisasi

kemahasiswaan yaitu pengurus Himpunan Mahasiswa Jurusan (HIMAJU) Kimia

tahun 2017.

Penulis melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di BTKLPP Kelas 1

Manado dan mengikuti Kuliah Kerja Terpadu angkatan 121 bertempat di Desa

Lobong, Kecamatan Passi Barat, Kabupaten Bolaang Mongondow, Provinsi

Sulawesi Utara.
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada TUHAN YANG MAHA ESA, yang

telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penelitian serta penulisan skripsi ini dengan judul ”Aktivitas

Antioksidan Alga Merah Eucheuma spinosum J.AGARDH dari Sulawesi Utara”.

Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat akademik, untuk dapat menyelesaikan

studi dan memperoleh gelar Sarjana Sains (S.Si) di Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Universitas Sam Ratulangi Manado.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Lidya Irma

Momuat, S.Si., M.Si. dan Bapak Prof. Dr. Ir. Julius Pontoh, M.Sc., selaku dosen

pembimbing yang telah banyak memberikan masukan, arahan, koreksi, motivasi

serta saran sejak awal penelitian hingga penyusunan skripsi.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Mama, Adik dan beserta

Keluarga Besar yang sudah memberikan semangat dan doa bagi penulis, di

limpahkan rahmat dan rezeki dari TUHAN YANG MAHA ESA. Semoga skripsi

ini bermanfaat bagi para pembaca dan untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

Manado, 2020

Evany Cloudie Fearant Paulus


UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada berbagai


pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, diantaranya:

1. Lidya Irma Momuat, S.Si., M.Si selaku dosen Pembimbing I serta Prof.

Dr. Ir. Julius Pontoh, M.Sc selaku dosen Pembimbing II yang telah banyak

memberikan masukan, arahan, koreksi, motivasi serta saran sejak awal

penyusunan skripsi.

2. Kepada dosen Penguji Prof. Dr. Ir. Edy Suryanto, M.Si; Prof. Dr.Dra. Feti

Fatimah, M.Si dan Ir. Audy D. Wuntu, M.Si atas arahan serta saran dan

masukan dalam penulisan skripsi ini.

3. Seluruh staff dosen dan pegawai Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Universitas Sam Ratulangi Manado lebih khusus

kepada dosen dan pegawai Jurusan Kimia atas semua dedikasinya kepada

penulis.

4. Rasa hormat, penghargaan serta ucapan terima kasih yang tak terhingga

penulis sampaikan kepada Mama Maysye, Adik Glen serta Keluarga Besar

Ulaen yang terkasih, terima kasih atas segala doa, dukungan, perhatian,

kasih sayang, motivasi dan bantuan dana yang selalu diberikan selama

penulis melaksanakan perkuliahan sampai penyusunan skripsi.

5. Teman-teman Kimia angkatan 2016 “TR16GER” yang selalu

menghabiskan waktu bersama dari awal perkuliahan. Teman-teman Cindy,

Regina, Pijin, Tasya, dan BBT yang telah memberikan bantuan, dorongan,

dan motivasi.
6. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

banyak memberikan dukungan serta bantuan kepada penulis selama ini.

Semoga TUHAN berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang

telah membantu. Harapan penulis kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi

pembaca, khususnya bagi mahasiswa Kimia, masyarakat pada umumnya

dan untuk pengembangan ilmu pengetahuan.


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................i

UCAPAN TERIMA KASIH...........................................................................................ii

DAFTAR ISI..................................................................................................................iv

DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................vi

DAFTAR TABEL.........................................................................................................vii

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................................viii

I. PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1. Latar Belakang..................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.............................................................................................3
1.3. Tujuan Penelitian..............................................................................................3
1.4. Manfaat Penelitian............................................................................................4

II. TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................5


2.1. Eucheuma Spinosum.........................................................................................5
2.2. Ekstraksi............................................................................................................7
2.3. Partisi.................................................................................................................7
2.4. Antioksidan.......................................................................................................9
2.5. Uji Aktivitas Antioksidan Metode DPPH.......................................................10
2.6. Spektrofotometer UV-VIS..............................................................................12

III. METODOLOGI PENELITIAN.............................................................................14


3.1. Waktu dan Tempat penelitian............................................................................... 14
3.2. Alat dan Bahan....................................................................................................... 14
3.2.1. Alat..........................................................................................................14
3.2.2. Bahan.......................................................................................................14
3.3. Uji Taksonomi........................................................................................................14
3.4. Prosedur Penelitian................................................................................................ 15
3.4.1. Preparasi Sampel.....................................................................................15
3.4.2. Penentuan Kadar Air Secara Thermogravimetri.....................................15
3.4.3. Ekstraksi dan Partisi Alga Merah Eucheuma spinosum..........................16
3.4.4. Uji Senyawa Fitokimia............................................................................16
3.4.4.1. Pengujian Alkaloid...........................................................................17
3.4.4.2. Pengujian Fenolik............................................................................17
3.4.4.3. Pengujian Flavonoid........................................................................17
3.4.4.4. Pengujian Saponin...........................................................................18
3.4.4.5. Pengujian Tanin...............................................................................18
3.4.4.6. Pengujian Steroid/Triterpenoid........................................................18
3.4.5. Penentuan Kandungan Fenolik Total......................................................18
3.4.6. Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode 1,1-difenil-2-
pikrilhidrazil (DPPH)
…………………………………………………………….19

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................................21


4.1. Kadar Air................................................................................................................ 21
4.2. Ekstraksi dan Fraksinasi Metabolit Sekunder dari Alga Merah Eucheuma
Spinosum.........................................................................................................22
4.3. Skrining Fitokimia..........................................................................................24
4.4. Penentuan Kandungan Fenolik Total..............................................................26
4.5. Uji Aktivitas Antioksidan...............................................................................29

V. KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................................32


5.1. Kesimpulan............................................................................................................. 32
5.2. Saran........................................................................................................................ 32

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................33

LAMPIRAN..................................................................................................................41
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Eucheuma Spinosum....................................................................5

Gambar 2. Reaksi Penangkapan Radikal Bebas DPPH oleh Fenolik............11

Gambar 3.Kandungan Total Fenolik Ekstrak Metanol dan Beberapa

Fraksi dari Alga merah Eucheuma spinosum.....................................27

Gambar 4.Reaksi Senyawa Fenol dengan Reagen Folin-Ciocalteu...............29

14
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Komposisi Nilai Nutris Alga merah Eucheuma spinosum ………...6

Tabel 2. Konstanta Dielektrik dan Tingkat Kelarutan Beberapa Pelarut........8

Tabel 3. Ketentuan Kekuatan Antioksidan....................................................12

Tabel 4. Hasil Maserasi Alga merah Eucheuma spinosum............................22

Tabel 5. Uji Fitokimia Senyawa Aktif Pada Tumbuhan Alga

merah Eucheuma spinosum.............................................................24

Tabel 6. Hasil Pengujian Aktivitas Antioksidan............................................30

15
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Diagram Alir Penelitian.............................................................42

Lampiran 2. Perhitungan Kadar Air...............................................................43

Lampiran 3. Perhitungan Rendemen Hasil Ekstraksi Alga merah

Eucheuma spinosum...................................................................43

Lampiran 4. Perhitungan Rendemen Hasil Partisi Ekstrak Metanol

Alga merah Eucheuma spinosum dengan Pelarut n-heksana, Etil

asetat, dan Air...........................................................................43

Lampiran 5. Perhitungan Kandungan Fenolik Total .....................................44

Lampiran 6. Perhitungan Aktivitas Antioksidan dari Ekstrak Metanol,

Hasil Partisi n-heksana, Etil asetat, air dan Kontrol.................46

Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian.............................................................52

16
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara bahari dengan keanekaragaman hayati laut

yang tinggi, yang memiliki berbagai jenis tumbuhan laut yang dapat dimanfaatkan

sebagai bahan makanan dan obat-obatan yang berguna untuk menjaga daya tahan

tubuh dari serangan penyakit. Hasil Riset Kesehatan Dasar Kementrian Kesehatan

RI (2013) melaporkan penyebab kematian di kota-kota besar di Indonesia karena

adanya penyakit degeneratif. Penyakit degeneratif merupakan penyakit tidak

menular yang berlangsung kronis seperti penyakit jantung, hipertensi, diabetes,

kegemukan dan lainnya. Kontributor utama terjadinya penyakit kronis adalah pola

hidup yang tidak sehat seperti kebiasaan merokok, minum alkohol, pola makan

dan obesitas, aktivitas fisik yang kurang, stres, dan pencemaran lingkungan

(Handajani et al., 2010). Penyakit degeneratif disebabkan reaksi radikal bebas di

dalam tubuh yang mengakibatkan kerusakan oksidatif pada sel atau jaringan

(Lailiyah et al., 2014). Substansi yang dapat menunda dan mencegah kerusakan

oksidatif akibat adanya radikal bebas adalah antioksidan (Suryanto, 2012).

Antioksidan adalah senyawa yang dapat menstabilkan radikal bebas

dengan melengkapi kekurangan elektron yang dimiliki radikal bebas, dan

menghambat terjadinya reaksi berantai dari pembentukan radikal bebas. Selain itu,

antioksidan juga berguna untuk mengatur agar tidak terjadi proses oksidasi

berkelanjutan di dalam tubuh (Selawa et al., 2013). Untuk menguji aktivitas

antioksidan dapat menggunakan metode 1,1-Diphenyl-2-Picrylhydrazyl (DPPH).

Metode DPPH memberikan informasi reaktivitas senyawa uji dengan suatu

radikal bebas. Metode ini sering digunakan karena sederhana, mudah, cepat serta

17
penggunaan sampel yang sedikit dengan hasil yang maksimal (Halliwell, 2012).

Sumber senyawa antioksidan dari tanaman yang dibudidayakan perlu dilakukan

untuk memenuhi kebutuhan manusia akan tambahan antioksidan. Salah satu

sumber daya hayati yang dapat diolah sebagai bahan pangan yang menjadi sumber

antioksidan alami adalah alga laut.

Eucheuma spinosum merupakan salah satu jenis alga laut kelas

Rhodophyceae (alga merah). Jenis makro alga ini mudah dibudidayakan dan telah

banyak dibudidayakan di wilayah Indonesia, khususnya di Sulawesi Utara.

Mardiyah et al. (2014) & Pratiwi et al. (2012) melaporkan bahwa Eucheuma

spinosum memiliki kandungan senyawa metabolit sekunder seperti flavonoid,

triterpenoid, alkaloid, fenol dan asam askorbat yang dapat berperan sebagai

antioksidan. Mardiyah et al. (2014) telah menguji aktivitas antioksidan dan

mengidentifikasi golongan senyawa aktif pada ekstrak metanol alga merah jenis

Eucheuma spinosum dari perairan Bayuwangi, dan pada fraksi pelarut 1-butanol,

etil asetat, kloroform, petroleum eter dan n-heksana.

Kandungan metabolit sekunder dalam alga laut dapat berbeda menurut

jenisnya dan juga tempat tumbuhnya. Penelitian Ridwan et al. (2019) terhadap

alga laut jenis Eucheuma Spinosum pada tiga ekosistem yang berbeda, yakni

ekosistem pasir, lamun dan terumbu karang di perairan Tomia, Kabupaten

Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara menunjukan laju pertumbuhan dan kadar

keraginan yang berbeda. Keraginan merupakan parameter penentu kualitas alga

laut. Adapun beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kualitas dari alga laut

adalah benda asing, musim, cahaya, nutrien, suhu dan salinitas. Dengan demikian

18
metabolit sekunder termasuk aktivitas antioksidan yang dihasilkan oleh alga laut,

termasuk Eucheuma spinosum dapat berbeda menurut lokasi tempat tumbuhnya.

Sejauh ini belum diperoleh informasi mengenai kandungan metabolit

sekunder, total fenolik dan aktivitas antioksidan dalam alga merah jenis

Eucheuma spinosum yang dibudidaya di perairan Pulau Nain, Sulawesi Utara.

Untuk itulah penelitian ini dilakukan dengan skrining fitokimia, analisis total

fenolik dan uji aktivitas antioksidan terhadap Eucheuma spinosum dari perairan

Pulau Nain, yang dimaserasi dengan pelarut metanol serta dipartisi dengan pelarut

n-heksana, etil asetat dan air.

1.

1.1.

1.

1.1.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam peneitian ini adalah:

1. Apa saja senyawa fitokimia yang terkandung dalam alga merah

Eucheuma Spinosum yang dibudidaya di perairan Pulau Nain,

Sulawesi Utara ?

2. Bagaimana aktivitas antioksidan ekstrak metanol dan ekstrak hasil

partisi variasi pelarutnya dari alga merah Eucheuma Spinosum yang

dibudidaya di perairan Pulau Nain, Sulawesi Utara ?

19
1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui senyawa fitokimia yang terkandung dalam alga merah

Eucheuma Spinosum yang dibudidaya di perairan Pulau Nain, Sulawesi

Utara.

2. Menentukan aktivitas antioksidan dari ekstrak metanol dan ekstrak hasil

partisi variasi pelarutnya dari alga merah Eucheuma Spinosum yang

dibudidaya di perairan Pulau Nain, Sulawesi Utara.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah kepada

masyarakat mengenai kandungan senyawa fitokimia dan aktivitas antioksidan dari

ekstrak alga merah Eucheuma Spinosum yang dibudidaya di perairan Pulau Nain,

Sulawesi Utara.

20
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.

2.1. Eucheuma Spinosum

Rumput laut atau alga merupakan tumbuhan laut yang tidak dapat

dibedakan antara akar, daun, dan batang sehingga seluruh tubuhnya disebut

thallus. Berdasarkan kandungan pigmennya rumput laut (alga) dibedakan menjadi

alga hijau Chlorophyceae, alga coklat Phaeophyceae dan alga merah

Rhodophyceae (Soenardjo, 2011).

Eucheuma Spinosum tergolong dalam kelas alga merah (Rhodophyceae)

mempunyai ciri-ciri yaitu, thallus berbentuk silindris, percabangan thallus

berujung runcing atau tumpul dan ditumbuhi nodulus (tonjolan-tonjolan), berupa

duri lunak yang mengelilingi cabang. Habitat Eucheuma spinosum tubuh melekat

pada rataan terumbu karang, batuan, benda keras dan cangkang kerang. Eucheuma

spinosum memerlukan sinar matahari untuk proses fotosintesis sehingga hanya

hidup pada lapisan fotik (Anggadiredja, 2010). Eucheuma Spinosum pada

umumnya ditemukan pada daerah terumbu karang yang dangkal, dengan

kedalaman satu sampai lima meter saat pasang tertinggi (Tiwa et al., 2013).

Eucheuma spinosum memiliki klasifikasi sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divi : Rhodophyta

Kelas : Rhodophytaceae

Ordo : Gigartinales

21
Famili : Solieriaceae
Gambar 1. Eucheuma Spinosum
Genus : Eucheuma
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Spesies : Eucheuma spinosum J. AGARDH

Eucheuma spinosum mengandung karagenan yang merupakan polisakarida,

suatu senyawa hidrokoloid yang terdiri atas ester kalium, natrium dan magnesium

atau kalsium sulfat dengan galaktosa dan kopolimer 3,6 anhidrogalaktosa.

Pemanfaatan karagenan antara lain untuk industri makanan dan obat-obatan, yaitu

sebagai stabilisator, bahan pengental dan pengemulsi (Diharmi et al., 2011).

Selain dari manfaatnya kualitas karagenan juga dapat dipengaruhi oleh beberapa

faktor yaitu benda asing, musim, cahaya, nutrien, suhu dan salinitas yang dapat

menurunkan kualitas dari rumput laut (Ridwan et al., 2019) ditambah juga

menurut Nurjannah (2003) kandungan karaginan dari masing-masing rumput laut

sangat beragam, hal ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya

spesies, lokasi budidaya dan iklim tempat hidupnya.

Eucheuma spinosum memiliki kandungan seperti flavonoid, triterpenoid,

alkaloid dan asam askorbat yang dapat berperan sebagai antioksidan (Mardiyah et

al., 2014) serta kandungan fenol dan florotanin (Pratiwi et al., 2012). Komposis

nilai nutrisi alga merah Eucheuma spinosum ditunjukan pada Tabel 1.

Tabel 1.Komposisi nilai nutrisi alga merah Eucheuma spinosum (Laili,

2016)

Komponen Jumlah
Kadar air (%) 12,90
Karbohidrat (%) 5,12
Protein (%) 0,13
Lemak (%) 13,38
Serat kasar (%) 1,39
Vitamin B1 (mg/100g) 0,21

22
Vitamin B2 (mg/100g) 2.26
Vitamin C (mg/100g) 43,00
Karaginan (%) 65,75

1.

1.

2.

2.1.

1.

2.

2.1.

2.2. Ekstraksi

Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dua atau lebih komponen yang

diinginkan dari suatu bahan yang berasal dari tumbuhan atau hewan dengan

menggunakan pelarut tertentu yang mampu melarutkan komponen tersebut

(Suryanto, 2012). Metode ekstraksi berguna untuk melarutkan senyawa-senyawa

yang terdapat dalam jaringan tanaman kedalam pelarut yang dipakai untuk proses

ekstraksi tersebut. Alkohol merupakan pelarut universal yang baik untuk ekstraksi

semua golongan senyawa metabolit sekunder. Untuk mengisolasi suatu senyawa

dari tanaman, keberhasilan ekstraksi dengan alkohol berkaitan langusng dengan

seberapa jauh klorofil tertatik oleh pelarut tersebut (Kristanti et al., 2010).

Salah satu metode ekstraksi yang sering digunakan dalam berbagai penelitian

yaitu ekstraksi maserasi. Maserasi adalah proses perendaman sampel untuk

menarik komponen yang diinginkan pada jangka waktu tertentu. Keuntungannya

23
yakni, lebih praktis, pelarut yang digunakan lebih sedikit, dan tidak memerlukan

pemanasan, tetapi waktu yang dibutuhkan relatif lama (Putra et al., 2014).

1.

2.

2.1.

2.2.

2.3. Partisi

Partisi atau ekstraksi cair-cair merupakan metode ekstraksi yang didasarkan

pada sifat kelarutan komponen target dan distribusinya dalam dua pelarut yang

tidak saling bercampur, yakni sebagian komponen larut pada fase pertama dan

sebagian larut pada fase kedua. Syarat pelarut untuk ekstraksi cair-cair adalah

memiliki kepolaran yang sesuai dengan bahan yang diekstraksi dan harus terpisah

secara pengocokkan yang ditandai dengan terbentuknya dua lapisan yang tidak

saling campur (Khopkar, 2010). Kelebihan dari metode partisi adalah dapat

memperoleh komponen bioaktif yang lebih spesifik dan waktunya ujinya cepat

(waktu total ekstraksi pendek) (Dewi et al., 2010). Konstanta dielektrik beberapa

pelarut ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Konstanta dielektrik dan tingkat kelarutan beberapa pelarut

(Septiandari,2016)

Jenis pelarut Konstanta dieletrik Tingkat kelarutan Titik didih

24
dalam air

Heksana 1,9 TL 68,7

Petroleum eter 2,28 TL 60

Benzene 2,38 TL 80,1

Toluene 4,81 TL 111

Kloroform 4,81 S 61,3

Etil asetat 6,02 S 77,1

Metil asetat 6,68 S 57

Metil klorida 9,08 S 39,75

Butanol 15,80 S 117,2

Propanol 20,1 L 97,22

Aseton 20,70 L 56,2

Etanol 24,30 L 78,5

Metanol 33,60 L 64

Air 78,4 L 100

keterangan: TL= tidak alrut; S= sedikit; L= larut

2.4. Antioksidan

Antioksidan didefinisikan sebagai senyawa yang dapat menunda,

memperhambat dan mencengah proses oksidasi senyawa lain. Dalam artian,

antioksidan adalah zat yang dapat menunda atau mencengah terjadinya reaksi

radikal bebas. Radikal bebas dapat didefinisikan sebagai molekul atau senyawa

yang dalam keadaan bebas mempunyai satu atau lebih elektron bebas yang tidak

berpasangan. Elektron dari radikal bebas yang tidak berpasangan ini sangat mudah

25
menarik electron dari molekul lainnya sehingga radikal tersebut menjadi lebih

reaktif. Oleh karena sangat reaktif, radikal bebas sangat mudah menyerang sel-sel

yang sehat dalam tubuh. Senyawa penangkap radikal bebas disebut dengan

antioksidan, dengan adanya antioksidan maka reaksi oksidasi yang mengakibatkan

munculnya radikal bebas dapat berikatan dengan antioksidan dan membentuk

molekul yang lebih stabil dan tidak berbahaya (Sari et al., 2013).

Antioksidan dapat digolongkan menjadi antioksidan primer dan antioksidan

sekunder. Antioksidan primer dapat bereaksi dengan radikal lipid dan

mengubahnya menjadi bentuk yang lebih stabil. Antioksidan sekunder berfungsi

sebagai antioksidan pencegah yaitu menurunkan kecepatan inisiasi dengan

berbagai mekanisme, seperti melalui pengikatan ion-ion logam, penangkapan

oksigen dan penguraian hidroperoksida menjadi produk-produk nonradikal

(Podungge et al. 2018). Antioksidan sangat bermanfaat bagi kesehatan dan

berperan penting untuk mempertahankan mutu produk pangan. Manfaat

antioksidan bagi kesehatan dan kecantikan, misalnya untuk mencegah penyakit

kanker dan tumor, penyempitan pembuluh darah, penuaan dini, dan lain-lain.

Dalam produk pangan, antioksidan dapat digunakan untuk mencegah terjadinya

proses oksidasi yang dapat menyebabkan kerusakan, seperti ketengikan,

perubahan warna dan aroma, serta kerusakan fisik lainnya (Tamat et al. 2007)

1.

2.

2.1.

2.2.

26
2.3.

2.4.

2.5. Uji Aktivitas Antioksidan Metode DPPH

Metode DPPH merupakan metode yang sederhana, cepat dan mudah untuk

penapisan aktivitas penangkapan radikal beberapa senyawa, selain itu metode ini

terbukti akurat, efektif dan praktis (Molyneux, 2003). Senyawa 1,1-diphenyl-2-

picrylhydrazyl (DPPH) mempunyai rumus molekul C18H12N5O6 dengan massa

molekul relatif 394,33 yang berwarna violet tua. Metode DPPH diperkenalkan 50

tahun lalu oleh Marsden Blois. Molekul DPPH dikarakteristik sebagai radikal

bebas stabil berdasarkan delokalisasi pasangan elektron sehingga molekul tidak

mengalami dimerisasi seperti terjadi pada radikal bebas lain. Delokalisasi juga

memberikan peningkatan warna violet dan bercirikan pada pita absorpsi 530 nm

di dalam etanol. Perbedaan panjang gelombang maksimum untuk larutan DPPH

disebabkan oleh faktor perbedaan spektrofotometer dan jenis pelarut yang

digunakan. Pelarut polar dapat menurunkan kerapatan elektron dari atom nitrogen

pada DPPH dan meningkatan reaktivitas DPPH. Senyawa radikal kromogen

seperti DPPH dapat secara langsung bereaksi dengan antioksidan. Metode DPPH

telah dilakukan untuk mengevaluasi aktivitas antioksidan dari komponen yang

disebabkan prosedurnya sederhana, cepat, dan sensitif. DPPH digunakan untuk

mengevaluasi kemampuan antioksidan dari komponen dengan mengukur

perubahan aborbansi pada 515 nm sampai 517 nm. Absorbansi DPPH pada 515-

517 nm menurun bila elektron ganjil dari atom nitrogen dalam DPPH direduksi

dengan penerimaan sebuah atom hidrogen dari antioksidan (RH). Senyawa

tersebut dapat menurunkan absorbansi DPPH dengan cepat melalui pemberian

27
atom hidrogen dianggap sebagai antioksidan yang baik (Suryanto, 2012). Interaksi

antioksidan dengan DPPH akan menetralkan karakter radikal bebas dari DPPH

seperti pada Gambar 2.

Gambar 2. Reaksi penangkapan radikal bebas DPPH oleh fenolik

(Suryanto,2012)

Metode DPPH terdapat parameter IC50. Parameter IC50 merupakan

parameter yang menunjukkan konsentrasi ekstrak uji yang mampu menangkap

radikal bebas sebanyak 50% yang diperoleh melalui persamaan regresi. Semakin

kecil nilai IC50 suatu senyawa uji maka senyawa tersebut semakin efektif sebagai

penangkal radikal bebas (Rohman, 2005). Secara spesifik, ketentuan antioksidan

pada Tabel 3.

Tabel 3. Ketentuan kekuatan antioksidan (Lailah, 2014)

Nilai IC50 Kekuatan


50 ppm Sangat kuat
50-100 ppm Kuat
100-150 ppm Sedang
150-200 ppm Lemah
200 ppm Sangat lemah

1.

28
2.

2.1.

2.2.

2.3.

1.

2.

2.1.

2.2.

2.3.

2.4.

2.5.

2.6. Spektrofotometer UV-VIS

Spektrofotometer UV-Vis adalah pengukuran penyerapan radiasi

elektromagnetik suatu senyawa pada daerah ultraviolet. Prinsip dari

spektrofotometer UV-Vis adalah adanya transisi elektronik suatu molekul yang

disebabkan oleh peristiwa absorbsi energy berupa radiasi elektromagnetik pada

frekuensi yang sesuai oleh molekul tersebut (Rohman, 2007). Absorbsi radiasi

oleh sampel diukur oleh detektor pada berbagai gelombang dan diinformasikan ke

perekam untuk menghasilkan spectrum. Spektrum ini akan memberikan informasi

penting untuk identifikasi adanya gugus kromofor (Hendayana, 2006). Panjang

gelombang untuk sinar ultraviolet antara 200-400 nm sedangkan panjang

gelombang untuk sinar tampak/visible antara 400-750 nm. Absorpsi cahaya UV-

Vis mengakibatkan elektron-elektron pada keadaan dasar yang berenergi rendah

akan tereksitasi ke keadaan yang lebih tinggi, keadaan ini disebut transisi elektron.

29
Spektrofotometer pada dasarnya terdiri atas sumber sinar monokromator, tempat

sel untuk zat yang diperiksa, detektor, penguat arus dan alat ukur atau pencatat

(Khopkar, 2010).

III. METODOLOGI PENELITIAN

1.

2.

3.

3.

3.1. Waktu dan Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sam Ratulangi (UNSRAT). Waktu

pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan sekitar 5 bulan.

30
3.2. Alat dan Bahan

1.

2.

3.

3.1.

3.2.

3.2.1. Alat

Seperangkat alat gelas, timbangan, desikator, oven, shaker, corong

Buchner, Spectrostar nano, pipet, mikroplate reader, cawan porselen, kuvet,

tabung reaksi, blender, ayakan 65 mesh, tali, ultrapure water, icebox.

1.

2.

3.

3.1.

3.2.

3.2.1.

31
1.

2.

3.

3.1.

3.2.

3.2.1.

3.2.2. Bahan

Alga merah Eucheuma Spinosum dari perairan laut Pulau Nain,

metanol, n- heksana, etil asetat, kloroform, ammonia, H2SO4 pekat, pereaksi

Mayer, pereaksi Dragendorff, FeCl3 5%,etanol 95%, HCl 37%, alkohol, aquades,

FeCl3 %, CH3COOH glasial, H2SO4, asam galat, pereaksi Folin-Ciocalteau 50%,

Na2CO3 7,5%, 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH), vitamin C.

3.3. Uji Taksonomi

Uji taksonomi alga merah Eucheuma spinosum dilakukan secara kualitatif

dengan mengamati morfologinya di Jurusan Biologi Universitas Sam Ratulangi.

32
1.

2.

3.

3.1.

3.2.

3.3.

3.4. Prosedur Penelitian

3.4.1. Preparasi Sampel

Alga merah Eucheuma spinosum dibersihkan dengan air mengalir selama

1 hari. Setiap beberapa jam air rendamannya diganti. Selanjutnya alga digantung

pada tali dan dikeringanginkan dalam suhu ruang selama 10 hari. Alga merah E.

spinosum dipotong kecil-kecil dan dihaluskan menggunakan blender, lalu diayak

menggunakan ayakan 65 mesh.

33
1.

2.

3.

3.1.

3.2.

3.3.

3.4.

3.4.1.

3.

3.1.

3.2.

3.3.

3.4.

3.4.1.

3.4.2. Penentuan Kadar Air Secara Thermogravimetri

Penentuan kadar air secara thermogravimetri menggunakan metode

AOAC (1984). Pada penentuan kadar air, disiapkan cawan porselen terlebih

dahulu, lalu dipanaskan dalam oven pada suhu 105 oC sekitar 15 menit untuk

menghilangkan kadar airnya. Kemudian cawan disimpan dalam desikator sekitar

34
10 menit, lalu ditimbang dan dilakukan perlakuan yang sama sampai diperoleh

berat cawan yang konstan. Setelah itu, sebanyak 3 gram sampel dimasukkan

dalam cawan porselen, kemudian dimasukkan dalam oven dan dikeringkan pada

suhu 105 °C selama 15 menit, kemudian sampel disimpan dalam desikator sekitar

10 menit dan ditimbang. Sampel tersebut dipanaskan kembali dalam oven selama

15 menit, didinginkan dalam desikator dan ditimbang kembali. Perlakuan ini

diulangi sampai berat konstan. Kadar air dalam alga merah Eucheuma spinosum

dihitung menggunakan persamaan berikut:

Kadar air =( b−c


b−a )
x 100 %

Keterangan:

a = bobot cawan kosong

b = bobot sampel + cawan sebelum dikeringkan

c = bobot cawan + sampel setelah dikeringkan

1.

2.

3.

3.1.

3.2.

3.3.

3.4.

3.4.1.

3.4.2.

35
3.4.3. Ekstraksi dan Partisi Alga Merah Eucheuma spinosum

Sebanyak 300 g sampel yang telah diayak diekstraksi secara maserasi

menggunakan 600 mL pelarut metanol selama 4 x 24 jam, disaring kemudian

filtrat yang didapat dipekatkan menggunakan rotary evaporator dan ekstrak kental

yang diperoleh dikeringkan pada oven dengan suhu 40oC . Ekstrak metanol yang

diperoleh dilanjutkan dengan tahap partisi. Sebanyak 3 g ekstrak metanol awal

dilarutkan dalam 50 mL akuades, kemudian ditambah pelarut n-heksana. dikocok

dalam corong pisah dan didiamkan selama 10-15 menit hingga terdapat dua

lapisan (n-heksana pada lapisan atas dan aquades pada lapisan bawah). Lapisan n-

heksana dipisahkan. Penambahan n-heksan dilakukan beberapa kali hingga

lapisan n-heksana terlihat bening. Lapisan akuades difraksinasi kembali dengan

cara yang sama menggunakan pelarut etil asetat. Hasil fraksinasi diuapkan

menggunakan rotary evaporator sehingga diperoleh fraksi n-heksana, etil asetat,

dan akuades/air.

1.

2.

3.

3.1.

3.2.

3.3.

3.4.

3.4.1.

3.4.2.

3.4.3.

36
3.4.4. Uji Senyawa Fitokimia

Analisis fitokimia yang dilakukan meliputi uji alkaloid, fenolik, flavonoid,

saponin, tanin, steroid dan triterpenoid. Metode analisis yang digunakan

berdasarkan pada Harborne (1987). Analisis fitokimia dilakukan untuk ekstrak

metanol, fraksi n-heksana, etil asetat, dan air.

3.1

3.2

3.3

3.4

3.4.1

3.4.2

3.4.3

3.4.4

3.4.4.1. Pengujian Alkaloid

Sebanyak 40 mg ekstrak masing-masing ditambahkan 2 mL kloroform dan

2 mL ammonia lalu disaring. Filtrat ditambahkan 3 sampai 5 tetes H 2SO4 pekat

lalu dikocok hingga terbentuk dua lapisan. Fraksi asam diambil, kemudian

ditambahkan pereaksi Mayer dan Dragendorff masing-masing 4-5 tetes. Apabila

terbentuk endapan menunjukkan bahwa sampel tersebut mengandung alkaloid,

dengan pereaksi Mayer memberikan endapan berwarna putih, dan pereaksi

Dragendorff memberikan endapan berwarna kuning-merah.

37
3.4.4.2. Pengujian Fenolik

Diambil sebanyak 1 mL larutan ekstrak dimasukkan ke dalam tabung

reaksi. Kemudian ditambahkan 2 tetes larutan FeCl3 5%. Sampel mengandung

fenolik ditunjukkan dengan terbentuknya warna hijau atau biru yang kuat.

3.4.4.3. Pengujian Flavonoid

Sebanyak 1 mL ekstrak ditambahkan serbuk magnesium 0,1 mg dan 0,4

mL amil alkohol (campuran asam klorida 37 % dan etanol 95 % dengan volume

yang sama) dan 4 mL alkohol kemudian campuran dikocok. Sampel mengandung

flavonoid ditunjukkan dengan terbentuknya warna merah, kuning atau jingga pada

lapisan amil alkohol.

3.4.4.4. Pengujian Saponin

Sebanyak 40 mg ekstrak ditambahkan 10 mL air. Kemudian dikocok

selama 1 menit. Diamati jika terbentuk busa stabil maka sampel positif

mengandung saponin.

3.4.4.5. Pengujian Tanin

Diambil 1 mL ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan

ditambahkan 2-3 tetes FeCl3 1%. Sampel mengandung tanin bila terjadi perubahan

warna menjadi hijau kehitaman.

38
3.4.4.6. Pengujian Steroid/Triterpenoid

Sebanyak 40 mg ekstrak masing-masing ditambahkan CH3COOH glasial

sebanyak 10 tetes dan 2 tetes H2SO4. Larutan dikocok perlahan dan dibiarkan

selama beberapa menit. Steroid memberikan warna biru atau hijau, sedangkan

triterpenoid memberikan warna merah atau ungu.

1.

2.

3.

3.1.

3.2.

3.3.

3.4.

3.4.1.

3.4.2.

3.4.3.

3.4.4.

3.4.5. Penentuan Kandungan Fenolik Total

1.

2.

3.

3.1.

3.2.

3.3.

39
3.4.

3.5.

3.6.

3.7.

Analisis kandungan fenolik total menggunakan metode Folin-Ciocalteu

(Pourmorad et al., 2006). Standar asam galat dibuat dengan variasi konsetrasi 25,

50, 75, 100, dan 125 mg/L. Untuk larutan ekstrak sampel dan hasil partisinya

dibuat dengan menimbang 100 mg ekstrak sampel ditambahkan 100 mL metanol

sebagai larutan stock. Prosedur pengukuran sampel dilakukan dengan cara

sebanyak 1 mL sampel dicampur dengan 5 mL metanol dalam tabung reaksi,

ditambahkan 2 mL reagen Folin-Ciocalteau 50% dan 2 mL Na2CO3 7,5%,

kemudian divortex lalu diinkubasi selama 15 menit pada suhu 45 oC. Absorbansi

sampel diukur pada panjang gelombang 765 nm dengan menggunakan

spektrofotometer UV-VIS. Pengulangan dilakukan sebanyak 3 kali. Hal yang

yang sama dilakukan juga untuk larutan standar.

C . V . fp
Kandungan fenolik total=
g

Ket.: c = konsetrasi Fenolik (nilai x)

v = volume yang digunakan (ml)

fp = Faktor pengenceran

g = Berat sampel yang digunakan (mg)

1.

2.

3.

40
3.1.

3.2.

3.3.

3.4.

3.4.1.

3.4.2.

3.4.3.

3.4.4.

3.4.5.

3.4.6. Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil

(DPPH)

1.

2.

3.

3.1.

3.2.

3.3.

3.4.

3.5.

3.6.

3.7.

3.8.

Pengukuran aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode DPPH

(Molyneux, 2003). Antioksidan standar asam askorbat (vitamin C) digunakan

41
sebagai pembanding dibuat dengan konsentrasi 20, 25, 30, 35 dan 40 mg/L. Untuk

hasil ekstrak sampel dan hasil partisinya dibuat dengan menimbang 10 mg ekstrak

sampel dan ditambahkan 10 mL metanol sebagai larutan stock. Selanjutnya,

sebanyak 1 mL sampel dicampur dengan 5 mL metanol dalam tabung reaksi lalu

ditambahkan 2 mL larutan DPPH 1 mM, kemudian di vortex dan diinkubasi pada

suhu 37 oC selama 30 menit. Absorbansi sampel dibaca pada panjang gelombang

517 nm. Pengulangan dilakukan sebanyak 3 kali. Hal yang yang sama dilakukan

juga untuk larutan standar. Nilai absorbansi dari setiap variasi konsentrasi dicatat

dan dihitung aktivitas penangkal radikal bebas dan nilai IC50. Perhitungan aktivitas

antioksidan menggunakan rumus berikut :

Aktivitas penangkal radikal bebas= ( A Kontrol )


A Kontrol − A Sampel
×100 %

42
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I.

II.

III.

IV.

4.

4.1. Kadar Air

Kadar air merupakan komponen kimia penting yang berhubungan dengan

mutu rumput laut. Rumput laut bersifat higroskopis, penyimpanan pada tempat

lembab menyebabkan rumput laut cepat rusak. Penentuan kadar air bertujuan

untuk mengetahui kadar air dalam sampel alga merah Eucheuma spinosum yang

dapat mempengaruhi proses ekstraksi dan kerusakan akibat degradasi oleh

mikroorganisme maupun penguraian oleh enzim pada proses penyimpanan sampel

(Diharmi et al., 2011). Cawan yang berisi sampel di oven, setelah itu dikeluarkan

dan didiamkan dalam desikator untuk mencengah kontak sampel dengan udara di

luar. Sampel ditimbang dan perlakuan terhadap sampel diulang-ulang sampai

mendapat berat yang konstan. Setelah diperoleh berat, konstan kadar air dapat

dihitung dari selisih antara berat sampel sebelum dan sesudah dioven. Pada

43
sampel Eucheuma spinosum mendapatkan nilai kadar air 7,69%. Menurut Hanapi

et al. (2013) hal ini menunjukkan bahwa sampel memiliki kadar air yang cukup

baik untuk dilakukan proses ekstraksi, karena semakin rendah nilai kadar air maka

akan semakin memudahkan pelarut untuk mengekstrak komponen senyawa aktif

yang diinginkan. Kadar air yang tinggi akan mempengaruhi konsentrasi dari

pelarut yang digunakan. Semakin tinggi nilai kadar air pada sampel, maka

konsentrasi yang digunakan akan semakin berkurang karena bercampur dengan air

yang terdapat pada sampel. Berkurangnya konsentrasi pelarut akan mempengaruhi

jumlah senyawa yang terekstrak, sehingga maserasi kurang maksimal (Sholikah,

2016). Kadar air untuk sampel kering agar proses ekstraksi dapat berjalan lancar

maksimum disyaratkan sebesar 11 % (Setyowati et al., 2009).

4.2. Ekstraksi dan Fraksinasi Metabolit Sekunder dari Alga Merah

Eucheuma Spinosum

Ekstraksi sampel pada Eucheuma spinosum dilakukan dengan metode

maserasi menggunakan pelarut metanol. Metode maserasi dipilih karena

menggunakan teknik perendaman dengan suhu ruang tanpa disertai pemanasan.

Suhu yang tinggi menyebabkan senyawa metabolit sekunder terdegradasi

sehingga metode maserasi lebih aman untuk dilakukan. Prinsip utama proses

maserasi yaitu mengekstrak senyawa aktif (metabolit sekunder) yang terdapat

dalam sampel berdasarkan sifat kelarutannya dalam suatu pelarut. Pada saat

maserasi terjadi proses difusi, dimana larutan yang memiliki konsentrasi tinggi

akan berpindah ke konsentrasi lebih rendah. Maserasi pada penelitian ini

menggunakan pelarut metanol. Metanol mempunyai titk didih yang lebih rendah

dari etanol sehingga pelarut metanol akan lebih mudah untuk diuapkan (Atun,

44
2014). Sampel sebanyak 300 g dan 600 mL metanol digunakan dalam proses

maserasi selama 24 jam. Setelah 24 jam, residu dan filtrat dipisahkan dengan cara

disaring. Proses maserasi dilakukan kembali sampai diperoleh filtrat berwarna

bening. Semua filtrat yang didapat digabungkan dan diuapkan dengan rotary

evaporator vaccum dan dimasukkan dalam oven selama 2 hari dengan suhu 40 oC

untuk mendapatkan ekstrak pekat yang akan digunakankan pada tahap pasrtisi.

Hasil maserasi alga merah Eucheuma spinosum ditunjukkan pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil maserasi alga merah Eucheuma Spinosum

Pelarut Berat ekstrak Berat Sampel Rendemen (%)


(g) Uji (g)
Metanol 17,69 300 5,89
n-heksana 0,342 3 11,4
Etil asetat 0,125 3 4,16
Air 0,569 3 18,96

Hasil ekstraksi alga merah Eucheuma Spinosum dengan metanol diperoleh

ekstrak pekat berwarna hijau tua dan rendemen yang dihasilkan sebesar 5,70 %.

Hasil rendemen yang diperoleh dalam penelitian ini lebih kecil dibandingkan

dengan ekstrak metanol Eucheuma spinosum penelitian Afif (2013) yaitu sebesar

16,99 %. Perbedaan rendemen tersebut disebabkan karena adanya perbedaan

kadar air kering dari sampel yaitu pada penelitian Afif (2013) sebesar 4,74 %

sedangkan pada penelitian ini sebesar 7,69 %. Menurut Laili (2016) kadar air

dapat mempengaruhi proses ekstraksi, karena apabila kadar air dalam sampel

tinggi maka konsentrasi pelarut yang digunakan pada proses ektraksi akan kecil

karena tercampur dengan air yang terkandung dalam sampel sehingga proses

ekstraksi kurang maksimal.

45
Ekstrak metanol alga merah E. Spinosum selanjutnya dipartisi dengan

pelarut n-heksana, etil asetat dan air, yang berbeda tingkat polaritasnya. Dalam

ekstrak metanol masih terdapat berbagai kelompok senyawa metabolit sekunder

sehingga perlu dilakukan pemisahan senyawa melalui tahap partisi. Pada ekstrak

metanol alga merah Eucheuma spinosum dipartisi dengan berturut-turut pelarut n-

heksana, etil asetat dan air. Rendeman ekstrak tertinggi dihasilkan oleh partisi

dengan pelarut air (18,96%), diikuti n-heksana (11,4%) dan etil asetat (4,16%).

Penggunaan pelarut yang berbeda tingkat polaritas mempengaruhi jenis senyawa

yang terekstrak. Senyawa polar cenderung larut dalam pelarut polar, dan senyawa

non-polar cenderung larut dalam pelarut non-polar. Hal ini bertujuan agar

senyawa metabolit sekunder yang terekstraksi dalam metanol dapat

dikelompokkan menjadi lebih spesifik sesuai kepolaran masing-masing (Firdausi,

2015).

IV.1

IV.2

4.3. Skrining Fitokimia

Hasil uji fitokimia alga merah Eucheuma spinosum pada ekstrak metanol,

fraksi n-heksana, fraksi etil asetat dan fraksi air dapat dilihat pada Tabel 5.

Ekstrak metanol, fraksi n-heksana, fraksi etil asetat dan fraksi air dari E. spinosum

mengandung senyawa metabolit sekunder yang sama, yakni alkaloid, fenolik,

flavonoid, saponin, tanin, dan triterpenoid. E. spinosum dapat berperan sebagai

antioksidan karena memiliki kandungan seperti flavonoid, triterpenoid, alkaloid

(Mardiyah et al., 2014) serta kandungan fenolik (Pratiwi et al., 2012).

46
Tabel 5. Uji Fitokimia Senyawa aktif pada tumbuhan Alga merah Eucheuma

spinosum

Senyawa
Sampel Triterpen
Alkaloid Fenolik Flavonoid Saponin Tanin Steroid
oid
Ekstrak +++ + + + + - +
Metanol
Fraksi +++ + + + + - +
n-heksana
Fraksi +++ + + + + - +
Etil Asetat
Fraksi Air +++ + + + + - +
Ket: + = Mengandung golonga senyawa

 = Tidak mengandung senyawa

Penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Podungge

et al. (2018), yang menyebutkan bahwa ekstrak metanol Eucheuma spinosum

mengandung alkaloid. Mardiyah et al. (2014) juga mengidentifikasi adanya

senyawa aktif alkaloid pada fraksi n-heksana dan etil asetat E. spinosum yang

berasal dari perairan Bayuwangi.

Pada pengujian fitokimia, adanya senyawa fenolik ditunjukkan oleh

perubahan warna hijau, itu disebabkan karena ion Fe3+ bereaksi dengan gugus

keto pada fenolik yang bersifat sebagai logam pengkelat (Afif, 2013).

Pengujian fitokimia terhadap ekstrak metanol, fraksi n-heksana, fraksi etil

asetat dan fraksi air dari alga merah E. spinosum menunjukkan adanya golongan

senyawa tanin dan flavonoid. Senyawa tanin dan flavonoid merupakan senyawa

polifenol yang mempunyai kemampuan sebagai pengikat protein, serta bermanfaat

sebagai antioksidan alami yang akan menangkal radikal bebas yang dikeluarkan

oleh hasil metabolisme lemak dalam tubuh (Enujiugha, 2010). Senyawa polifenol

47
adalah senyawa yang bersifat polar yang memiliki cincin aromatik dengan jumlah

gugus hidroksil (OH- ) lebih dari satu (Gazali et al., 2014).

Ekstrak metanol, fraksi n-heksana, fraksi etil asetat dan fraksi air dari alga

merah E. spinosum mengandung saponin dengan terbentuknya busa saat

campuran dikocok. Rahmawati et al. (2013) menyatakan bahwa prinsip uji

saponin adalah reaksi hidrolisis dari senyawa saponin menjadi aglikon dan

glikonnya yang ditandai dengan terbentuknya busa yang stabil. Saponin

merupakan senyawa yang mempunyai gugus hidrofilik dan hidrofob.

Suryaningrum et al. (2006) menjelaskan bahwa saponin pada saat dikocok

terbentuk buih karena adanya gugus hidrofil yang berikatan dengan air sedangkan

hidrofob akan berikatan dengan udara. Pada struktur misel, gugus polar

menghadap keluar sedangkan gugus non-polar menghadap kedalam. Keadaan ini

yang membuat terbentuknya busa.

Uji triterpenoid pada ekstrak metanol, fraksi n-heksana, fraksi etil asetat,

dan fraksi air Eucheuma spinosum memberikan hasil positif, dengan ditandai

perubahan warna menjadi merah. Penelitian ini didukung dari hasil penelitian

Mardiyah et al. (2014) yang mengidentifikasi adanya senyawa aktif triterpenoid

dalam ekstrak alga merah Eucheuma spinosum yang berasal dari perairan

Bayuwangi. Menurut Lanta et al. (2017) Pengeringan sampel alga di bawah sinar

matahari langsung dapat merusak kandungan bioaktif dalam ekstrak sampel.

4.1

4.2

48
4.3

1.

4.4. Penentuan Kandungan Fenolik Total

Senyawa fenolik pada ekstrak alga merah Eucheuma spinosum dan hasil

partisi diukur dengan menggunakan reagen Folin-Ciocalteu pada panjang

gelombang 765 nm. Hasil yang diperoleh dinyatakan sebagai mg ekuivalen asam

galat atau Gallic Acid Equivalent (GAE). Folin-Ciocalteau merupakan salah satu

metode yang mudah untuk mengukur kadar senyawa golongan fenolik dari produk

alami. Pengukuran total senyawa golongan fenolik yang terkandung dalam rumput

laut merah dilakukan dengan menggunakan asam galat sebagai larutan standar

(Rahmawati et al., 2013). Asam galat merupakan salah satu senyawa golongan

fenolik turunan asam hidroksibenzoat yang tergolong asam fenol sederhana. Asam

galat menjadi pilihan sebagai standar dikarenakan memiliki ketersediaan substansi

yang bersifat stabil dan murni (Ahmad et al. 2015).

49
60

51.362
50
45.130
41.652
Kandungan Total Fenolik 40 38.029

30

20

10

0
Ekstrak Metanol n-heksana Etil asetat Air
(mg/g)

Gambar 3. Kandungan Total Fenolik Ekstrak Metanol dan Beberapa Fraksi dari

Alga merah Eucheuma spinosum.

Kandungan total fenolik dalam ekstrak alga merah Eucheuma spinosum

disajikan pada Gambar 3. Kandungan total fenolik yang paling tinggi adalah hasil

partisi etil asetat dengan nilai 51,362 mg/g, diikuti dengan hasil partisi n-heksana

45,130 mg/g, hasil partisi air 41,652 mg/g dan ekstrak metanol 38,029 mg/g.

Fraksi etil asetat dapat melarutkan senyawa golongan fenolik yang lebih banyak

sehingga sebagian besar senyawa fenolik yang terdapat pada alga laut jenis

Eucheuma spinosum merupakan senyawa yang bersifat semipolar. Menurut

Adawiyah et al. (2011), dalam determinasi kandungan total fenol, ekstrak etil

asetat dapat menghasilkan kandungan fenol paling tinggi, dimana etil asetat lebih

efektif melarutkan senyawa fenol dari pada metanol dan n-heksan dan etil asetat

merupakan salah satu pelarut yang sering digunakan untuk mengekstrak senyawa

fenol. Hal ini juga didukung oleh penelitian Kurniawan et al. (2012) alga hijau

50
Caulerpa racemosa. Dalam penelitiannya ekstrak etil asetat memiliki nilai yang

tinggi dalam pengujian total fenolik yaitu 70,222 mg/g.

Kandungan fenolik dengan metode Folin-Ciocalteau ditunjukkan dengan

berubahnya warna larutan dari kuning menjadi biru, hal ini dikarenakan reagen

Folin-Ciocalteau yang mengandung senyawa asam fosfomolibdat-fosfotungsat

yang direduksi oleh sampel sehingga membentuk senyawa kompleks

molybdenum tungstat berwarna biru. Warna biru yang terbentuk akan semakin

pekat setara dengan konsentrasi ion fenolat yang terbentuk. Semakin besar

intensitas warna yang ditunjukkan maka akan semakin besar pula kandungan

fenolik yang terkandungan (Julkenen-Titto, 1985). Menurut Nely (2007),

penambahan Na2CO3 pada uji fenolik bertujuan untuk membentuk suasana basa

karena reagen Folin-Ciocalteau cenderung lebih mudah bereaksi dengan gugus

hidroksil dari fenolik dalam sampel pada keadaan basa.

Senyawa fenolik mampu menghambat radikal bebas dengan cara

menyumbangkan hidrogennya. Menurut Pise et al. (2010), senyawa fenolik pada

alga dapat menangkap senyawa oksigen reaktif atau Reactive Oxygen Species

(ROS) menetralkan radikal bebas dan sebagai modulator enzim untuk mencegah

oksidasi lemak, sehingga senyawa fenolik berperan dalam aktivitas antioksidan.

Gambar 4. Reaksi Senyawa Fenol dengan Reagen Folin-Ciocalteu (Hardiana et

al., 2012)

51
1

4.1

4.2

4.3

4.4

4.5. Uji Aktivitas Antioksidan

Uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH memberikan informasi

reaktivitas senyawa yang diuji dengan suatu radikal stabil (Kuncahyo & Sunardi,

2007). Radikal bebas yang digunakan adalah 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl.

Prinsip kerja dari metode ini yaitu berdasarkan pada kemampuan substansi

antioksidan tersebut dalam menetralisir radikal bebas. Metode serapan radikal

bebas DPPH dipilih karena metode ini sederhana, mudah, waktu pengujian

singkat dan sampel yang digunakan sedikit serta tidak membutuhkan banyak

reagen (Juniarti et al. 2009). Aktivitas antioksidan yang terdapat pada sampel

dinyatakan dalam persentase inhibisinya terhadap radikal DPPH. Persentase

inhibisi ini didapatkan dari serapan antara absorban DPPH dengan absorban

sampel yang diukur dengan spektrofotometer UV-Vis. Salah satu parameter yang

biasa digunakan untuk menginterpretasikan hasil dari pengujian aktivitas

antioksidan dengan metode DPPH adalah Inhibitory Concentration 50% (IC50).

Besarnya aktivitas antioksidan ditandai dengan nilai IC50, yaitu konsentrasi

larutan sampel yang dibutuhkan untuk menghambat 50% radikal bebas DPPH.

52
Aktivitas antioksidan yang tinggi ditunjukkan oleh nilai IC50 yang rendah

(Andayani et al., 2008).

Tabel 6. Hasil pengujian Aktivitas Antioksidan

Sampel Nilai IC50


Ekstrak Metanol 28,882
Fraksi n-heksana 26,333
Fraksi etil asetat 22,299
Fraksi Air 26,633
Vitamin C 1,026

Hasil pengujian aktivitas antioksidan disajikan pada Tabel 6. Ekstrak hasil

partisi etil asetat memiliki nilai IC50 yang paling rendah yaitu 22,299 μg/ml, yang

diikuti hasil partisi n-heksana 26,333 μg/ml, partisi air 26,633 μg/ml dan ekstrak

metanol 28,882 μg/ml. Semakin kecil nilai IC50, maka semakin besar aktivitas

antioksidan pada sampel. Menurut Fermanasari et al. (2016), kuatnya aktivitas

antioksidan didukung dengan tingginya nilai kandungan total fenol dari sampel.

Kandungan total fenol saling berhubungan dengan aktivitas antioksidan, semakin

tinggi kandungan total fenol dari suatu sampel maka nilai IC 50 semakin rendah.

Pada Tabel 6, aktivitas antioksidan yang dimiliki oleh alga merah Eucheuma

spinosum tertinggi terdapat pada ekstrak hasil partisi etil asetat, yang

membuktikan bahwa pelarut etil asetat paling efektif dalam mengikat senyawa

aktif yang berfungsi sebagai antioksidan yang terdapat pada alga merah E.

spinosum.

Pada pengujian aktivitas antioksidan alga merah Eucheuma spinosum

digunakan asam askorbat (Vitamin C) sebagai pembanding atau kontrol.

Penggunaan pembanding untuk mengetahui seberapa kuat potensi antioksidan

53
yang ada pada alga merah E. spinosum jika dibandingkan dengan antioksidan

sintetik yang sudah sering dipakai seperti vitamin C. Apabila % aktivitas

antioksidan sampel sama atau mendekati nilai aktivitas antioksidan pembanding

maka dapat dikatakan bahwa sampel berpotensi sebagai salah satu alternatif

antioksidan (Yuliani, 2011). Dari hasil yang diperoleh ekstrak dan hasil partisi

alga merah E. spinosum memiliki nilai IC50 yang kecil dimana berpotensi kuat

sebagai antioksidan namun masih lebih besar nilainya daripada nilai IC50 vitamin

C (1,026 μg/ml). Hasil ini mendukung penelitian Hanapi et al. (2013) bahwa alga

merah E. spinosum memiliki nilai IC50 yang rendah yaitu 22,13 μg/ml dan

menggunakan pembanding vitamin C dengan nilai IC50 3,702 μg/ml. Mardiyah et

al. (2014) juga melaporkan bahwa alga merah E. spinosum mengandung senyawa

yang memiliki aktivitas antioksidan. Hasil pengujian aktivitas antioksidan

menunjukkan bahwa sampel alga merah E. spinosum sangat aktif sebagai

antioksidan dengan melihat dari nilai IC50 masing-masing fraksi dan ekstrak yang

berkisar antara 22-28 μg/ml yang menunjukkan alga merah E. spinosum memiliki

aktivitas antioksidan yang sangat kuat.

54
V. KESIMPULAN DAN SARAN

1.

2.

3.

4.

5.

5.

5.1. Kesimpulan

 Senyawa fitokimia yang terkandung pada rumput laut alga merah

Eucheuma spinosum berupa senyawa alkaloid, fenolik, flavonoid,

saponin, tanin, dan triterpenoid.

 Aktivitas antioksidan pada alga merah Eucheuma spinosum memiliki

kekuatan antioksidan yang sangat kuat ditunjukkan pada hasil partisi

etil asetat sebesar 22,299 μg/ml. Hal ini ditandai dengan nilai IC50,

yaitu konsentrasi larutan sampel yang dibutuhkan untuk menghambat

50%.

1.

2.

3.

4.

5.

5.1.

55
5.2. Saran

Untuk penelitian selanjutnya perlu dilakukan pengujian aktivitas

antioksidan Eucheuma spinosum dengan metode berbeda dan perbedaan

lokasi tempat budidaya yang ada di Sulawesi utara.

DAFTAR PUSTAKA

Adawiyah, D. Sarastani & D. Fardiaz. 2011. Kajian Aktivitas Antioksidan Biji

Buah Atung (Parinarium glaberimum Hassk.). [Skripsi]. Fakultas

Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Afif, S. 2013. Ekstraksi, Uji Toksisitas dengan Metode BSLT dan Identifikasi

Golongan Senyawa Aktif Ekstrak Alga Merah Eucheuma spinosum dari

Perairan Sumenep Madura. [Skripsi]. UIN Malang.

Ahmad, A., R. Juwita., S.A.D. Ratulangi., & A. Malik. 2015. Penetapan Kadar

Fenolik dan Flavonoid Total Ekstrak Metanol Buah dan Daun Patikala

(Etlingera elatior( Jack). Pharmaci. 2(1): 1–10.

Andayani, R., Y. Lisawati., & Maimunah. 2008. Penentuan Aktivitas Antioksidan,

Kadar Fenolat Total dan Likopen pada Buah Tomat (Solanum

56
Lycopersicum L). Jurnal Sains dan Teknologi Farmas. 13(1).

Anggadiredja, T., A. Zatnika., H. Purwoto., & S. Istini. 2010. Rumput Laut.

Jakarta: Penebar Swadaya. 26-38.

AOAC. 1984. Official Methods of Analysis of the Association of Official Analitycal

Chemist, Inc. Washington DC: Association of Offcial Analytical Chemists.

Atun, S. 2014. Metode Isolasi dan Identifikasi Struktur Senyawa Organik Bahan

Alam. Jurnal Konversi Cagar Budaya Borobudur. 8(2).

Dewi, S., F. Rahman., N. Handayani., & R. Rahmawati. 2010. Penentuan

Kandungan Kimia dan Uji Toksisitas Ekstrak Etanol Buah Merah

(Pandanus conoideus Lam). Jurnal. Lampung: Universitas Lampung.

Diharmi, A., D. Fardiaz., N. Andarwulan., & E.S. Heruwati. 2011. Karakteristik

Komposisi Kimia Rumput Laut Merah (Rhodophycea) Eucheuma

spinosum Yang Dibudidayakan Dari Perairan Nusa Penida, Takalar dan

Sumenep. Berkala Perikanan Terubuk. 39(2): 61-66.

Enujiugha, V.N. 2010. The antioxidant and free radical- scavenging capacity of

phenolics from african locust bean seeds (Parkia biglobosa). Advances in

Food Sciences. 32(2): 88-93

Firdausi, I., R. Retnowati., & Sutrisno. 2015. Fraksinasi Ekstrak Metanol Daun

Mangga Kasturi (Mangifera casturi Kosterm) dengan Pelarut n-Butanol.

Kimia Student Journal. 1(1): 785-790.

Fermanasari, D., Titin, A. Z., Muhammad, A. W. 2016. Uji Total Fenol Aktivitas

Antioksidan dan Sitotoksitas Daun Akar Bambak ( Ipomoea sp.). JKK.

5(4): 68-73.

57
Gazali M., & N. P, Batubara I. 2014. Potensi limbah kulit buah nyirih Xylocarpus

granatum sebagai inhibitor tirosinase. Depik. 3(3): 187-194.

Halliwell, B. 2012. Free Radicals and Antioxidant: Upadating a Personal View.

Nutrition Review. 70: 257-265.

Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan. ITB: Bandung.

Hanapi, A., G. Fasya., U. Mardiyah., & Miftahurrahmah. 2013. Uji Aktivitas

Antioksidan dan Antibakteri Ekstrak Metanol Alga Merah Eucheuma

spinosum Dari Perairan Wongsorejo Banyuwangi. Alchemy. 2(2): 126-137.

Halliwell, B. 2012. Free Radicals and Antioxidant: Upadating a Personal View.

Nutrition Review. 70: 257-265.

Handajani, A., B. Roosihermiatie., & H. Maryani. 2010. Faktor - faktor Yang

Berhubungan Dengan Pola Kematian Pada Penyakit Degeneratif Di

Indonesia. Buletin penelitian sistem kesehatan. 13(1): 42-53.

Hardiana, R., Rudiyansyah., & T. A. Zaharah. 2012. Aktivitas Antioksidan

Senyawa Golongan Fenol dari Beberapa Jenis Tumbuhan Famili

Malvaceae. JKK, 1:8-13

Hendayana, S. 2006. Kimia Pemisahan Metode Kromatografi dan Elektroforesis

Modern. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Julkenen-Titto, R. 1985. Phenolic Consctituens in Leaves of Northern Willows:

Methods for the Analysis od Certain Phenolic. Journal Agriculture Food

Chemistry. 33(1): 213-217.

58
Juniarti., D. Osmeli., Yuhernita. 2009. Kandungan Senyawa Kimia, Uji Toksisitas

(Brine Shrimp Lethality Test) dan Antioksidan (1,1 diphenyl-2-

pycrylhidrazyl) dari Ekstrak Daun Saga (Abrus precatorius L.). Jurnal

Sains 13(1): 50-54

Kementerian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta:

Kementerian Kesehatan

Khopkar, S. M. 2010. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI-Press

Kristanti, E.V., & D.W. Maria. 2010. Penentuan Aktivitas Antioksidan Ekstrak

Etanol Bulbus Bawang Dayak (Eleutherine Americana Merr). Jurnal

Sains dan Terapan Kimia. Kalimantan: Universitas Lambung Mangkurat.

4(1): 15-22

Kuncahyo, I., & Sunardi. 2007. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Belimbing

Wuluh (Averrhoa bilimbi, L.) Terhadap 1,1 diphenyl-2- pycrylhidrazyl

(DPPH) [Skripsi]. Perhimpunan Teknik Indonesia, Yogyakarta.

Kurniawan, A., N.D. Eko., & W.A Tri. 2012. Potensi Aktivitas Antioksidan

Rumput Laut Caulerpa racemosa Dari Pantai Sundak Kabupaten

Gunungkidul. Jurnal Ilmu Kelautan. 1: 1–10.

Laili, R. 2016. Uji Aktivitas dan Identifikasi Menggunakan Spektrometer UV-VIS

Senyawa Steroid Fraksi Petroleum Eter Hasil Hidrolisis Ekstrak Metanol

Alga Merah (Eucheuma spinosum). [Skripsi]. Jurusan Kimia Kimia

Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang.

Lailiyah, A., T. K. Adi., A. Hakim., & E. Yusnawan. 2014. Kapasitas Antioksidan

dan Kandungan Total Senyawa Fenolik Ekstrak Kasar Alga Coklat

59
Sargassum cristaefolium Dari Pantai Sumenep Madura. Alchemy. 3(1): 18-

30.

Lailah, N. 2014. Uji Aktivitas Antioksidan dan Fitokimia Fraksi Etil Asetat,

Kloroform, dan n-Heksana Ekstrak Metanol Alga Coklat Sargassum

cristaefolium. [Skripsi]. Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam

Negeri Maulana Malik Ibrahim.

Lantah, P.L., L. Montolalu., & A.R. Reo. 2017. Kandungan Fitokimia dan

Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol Rumput Laut Kappaphycus

alvarezii. Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan. 5(3).

Mardiyah, A.U., G. Fasya., B. Fauziyah., & S. Amalia. 2014. Ekstraksi, Uji

Aktivitas Antioksidan dan Identifikasi Golongan Senyawa Aktif Alga

Merah Eucheuma spinosum dari Perairan Banyuwangi. Alchemy. 3(1): 39-

46.

Molyneux, P. 2003. The Use of The Stable Free Radikal Diphenylpicrylhydrazyl

(DPPH) for Estimating Antioxidant Activity. Journal Science of

Technology. 26(2):211-219

Nely, F. 2007. Aktivitas Antioksidan Rempah Pasar dan Bubuk Rempah Pabrik

dengan Metode Polifenol dan Uji AOM (Active Oxygen Method) [Skripsi].

Nurjanah. 2003. Prospek Pemanfaatan Rumput Laut. Seminar Diversifikasi

Rumput Laut. Makalah pada Seminar Rumput Laut tanggal 3 Mei 2003.

Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan, Institut Pertanian Bogor.

Pise, N., K. Jena., D. Maharani., A. Sabale., & T. Jagtap. 2010. Free Radical

Scavenging, Reducing Power Phenolic and Biochemical Composition of

Porphyra Species. J. Alga. Biomass Utln. 1(2): 60-73

60
Pratiwi, A., Elfita., & R. Aryawati. 2012. Pengaruh Waktu Fermentasi Terhadap

Sifat Fisik dan Kimia pada Pembuatan Minuman Kombucha dari Rumput

Laut Sargassum sp. Maspari Journal. 4(1).

Podungge, A., L.J. Damongilala., & H.W. Mewengkang. 2018. Kandungan

Antioksidan pada Rumput Laut Eucheuma Spinosum Yang Diekstrak

Dengan Pelarut Metanol dan Etanol. Media Teknologi Hasil Perikanan.

6(1): 197– 201

Pourmorad, F., S.J. Hossenimehr., & N. Shahabimajd. 2006. Antioxidant activity,

phenol and flavonoid contents of some selected Iranian medicial plants.

African Journal of Biotechnology. 5(11):1142-1145.

Putra, A. B., N. W. Bogoriani., N.P. Diantariani., & N. L Sumadewi. 2014.

Ekstraksi Zat Warna Alam dari Bonggol Tanaman Pisang Musa

paradiasciaca L. dengan Metode Maserasi, Refluks, dan Sokletasi. Jurnal

Kimia. 8(1) : 113-119.

Rahmawati, N., A. Fernando., & Wachyuni. 2013. Kandungan Fenolik dan

Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Gambir Kering (Uncaria gambir

(Hunter) Roxb). J. Ind.Che.Act. 4(1): 1–6.

Ridwan, M., A. G. Tantu., & H. Zainuddin. 2019. Analisis Kualitas Keragenan

Rumput Laut Jenis Eucheuma Spinosum Pada Ekosistem Yang Berbeda

Di Perairan Tomia, Kabupaten Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara. J.

of Aquac. Environment. 1(2):1-7.

Rohman, A., & A. Riyano. 2005. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Buah Mengkudu

(Morinda Citrifolia L). Jurnal Kimia. 25(3): 131-136.

61
Rohman, Abdul. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sari, D. K., D.H. Wardhani., & A. Prasetyaningrum. 2013. Kajian isolasi senyawa

fenolik rumput laut euceuma cottonii berbantu gelombang micro dengan

variasi suhu dan waktu. Jurnal Teknik Kimia. 3(19): 38–43

Setyowati, A., D. Hidayati., P.D.N. Awik., & N. Abdulgani. 2009. Studi

Histopatologi Hati Ikan Belanak (Mugil cephalu) di Muara Sungai Aloo

Sidoarjo. [Skripsi]. Jurusan Biologi FMIPA, Institut Teknologi Sepuluh

Nopember, Surabaya.

Selawa, W., M.R.J. Runtuwene., & G. Citraningtyas. 2013. Kandungan Flavonoid

dan Kapasitas Antioksidan Total Ekstrak Etanol Daun Binahong Anredera

cordifolia (Ten.) Steenis. Pharmacon. 2(1)

Septiandari, N. 2016. Isolasi Senyawa Triterpenoid Fraksi Petroleum Eter Hasil

Hidrolisis Ekstrak Metanol Alga Merah Eucheuma Spinosum

Menggunakan Kromatografi Kolom Cara Kering dan Basah. [Skripsi].

Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Maulana Malik

Ibrahim.

Sholikah, A. N. L. 2016. Isolasi Senyawa Steroid dari Fraksi Petroleum Eter Hasil

Hidrolisis Ekstrak Metanol Alga Merah (Eucheuma Spinosum)

Menggunakan Metode Kromatografi Kolom. [Skripsi]. Jurusan Kimia

Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim , Malang.

Soenardjo, N. 2010. Aplikasi Budidaya Rumput Laut Eucheuma cottoni (Weber

Van Bosse) dengan metode Jaring Lepas Dasar (Net Bag) Model Cidaun.

Buletin Oseanografi Marina. 1: 36-44.

Suryanto, E. 2012. Fitokimia antioksidan. Surabaya: Putra Nusantara Media.

62
Suryaningrum, D., T. Wikanta., & H. Kristiana. 2006. Uji Senyawa Antioksidan

dari Rumput Laut Halymenia harveyana dan Euchema cottonii.

Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan. 1(1):51–63.

Tiwa, R.B., L. Mondoringin & I. Slindeho. 2013. Pertumbuhan Rumput Laut

Kappaphycus Alvarezi pada Perbedaan Kedalaman dan Berat Awal di

Perairan Telengan Kabupaten Kepulauan Sangihe. Jurnal Budidaya

Perairan. 1(3): 63-68.

Tamat, S. R., T. Wikanta., & L.S. Maulina. 2007. Aktivitas Antioksidan dan

Toksisitas Senyawa Bioaktif dari Ekstrak Rumput Laut Hijau Ulva

reticulate Forsskal. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia. 5(1): 31–36.

Yuliani, D. 2011. Kajian Aktivitas Antioksidan Fraksi Etanol Jintan Hitam

(Nigella sativa, L.) [Skripsi]. Jurusan Kimia Fakultas Sains dan Teknologi,

Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

AOAC. 1984. Official Methods of Analysis of the Association of Official Analitycal

Chemist, Inc. Washington DC: Association of Offcial Analytical Chemists.

63
LAMPIRAN

64
Lampiran 1. Diagram Alir Penelitian

Alga merah Eucheuma


spinosum

 dibersihkan dengan air mengalir


selama 1 hari
 digantung pada tali dan dikering-
anginkan selama 10 hari
 dipotong , dihaluskan dan diayak dengan
ayakan 65 mesh.

Serbuk Alga merah


Eucheuma spinosum

 Diambil 300gr sampel


Uji kadar air
 Dimaserasi 4x24 jam dengan pelarut
metanol 600 mL

 Dievaporasi dan dioven

Ekstrak pekat
metanol

 Diambil 3 gr sampel
 Dilarutkan dengan 50 mL aquades

 Dipartisi dengan pelarut n-heksana


sampai bening

Hasil partisi n- Hasil partisi


heksana air

 Dipartisi dengan pelarut


etil asetat sampai bening

Hasil partisi etil Hasil partisi


asetat air

Uji skrining Uji Total Fenolik Uji Aktivitas


fitokimia Antioksidan

65
Lampiran 2. Perhitungan Kadar Air

Kadar air = ( )
b−c
b−a
×100 %

Keterangan: a = berat cawan kosong


b = berat cawan + sampel sebelum dioven
c = berat cawan + sampel sesudah dioven

Perlakuan Sampel Rataan


Cawan 1 Cawan 2 Cawan 3
Cawan kosong (a) 59,627 59,620 59,618 59,621
Cawan kosong + sampel 62,626 62,624 62,623 62,624
sebelum dioven (b)
Cawan kosong + sampel 62,395 62,393 62,392 62,393
sesudah dioven (c)

62,624−62,393
Kadar air Eucheuma spinosum= ×100 %=7,69 %
62,624−59,621

Lampiran 3. Perhitungan rendemen hasil ekstraksi Alga merah Eucheuma


spinosum
Untuk menghitung (%) rendemen digunakan persmaan sebagai berikut :
Berat ekstrak (g)
Rendemen = ×100 %
Berat serbuk (g)

Diketahui ekstrak metanol memiliki berat ekstrak kental sebesar 17,69 g dan berat
serbuk halus sebesar 300 g. Nilai rendemen yang diperoleh yaitu :

17,69( g)
Rendemen ekstrak = ×100 %=5,896 %
300( g)

Lampiran 4. Perhitungan rendemen hasil partisi ekstrak metanol Alga merah


Eucheuma spinosum dengan pelarut n-heksana, etil asetat, dan air

Hasil Partisi Rendemen (g) Rendemen (%)


n-heksana 0,342 11,4

66
etil asetat 0,125 4,16
Air 0,569 18,96
Untuk mendapatkan nilai rendemen (%) dari hasil partisi Alga merah Eucheuma
spinosum, maka digunakan persamaan :

Berat fraksi ( g)
Rendemen = ×100 %
Berat ekstrak (g)

Diketahui ekstrak metanol Alga merah Eucheuma spinosum yang digunakan


sebanyak 3 g dan hasil partisi n-heksana memiliki berat rendemen (g) sebesar
0,342 g, sehingga nilai rendemen yang diperoleh yaitu :

0,342 g
Rendemen = ×100 %=11,4 %
3g
Dengan cara yang sama seperti perhitungan di atas, maka dapat dihitung nilai
rendemen dari hasil partisi etil asetat dan hasil partisi air.

Lampiran 5. Perhitungan kandungan fenolik total


Untuk mendapatkan nilai kandungan total fenolik, digunakan kurva standar asam
galat dengan mengunakan persamaan regresi :

0.8

0.7
f(x) = 0.004592 x + 0.0984
0.6 R² = 0.997740913688367

0.5
Absorbansi

0.4

0.3

0.2

0.1

0
0 25 50 75 100 125 150

Konsentrasi

y = 0,0046x + 0,0984;
Dengan, y = absorbansi ; x = kandungan total fenolik (g/mL)
y−0,0984
x=
0,0046

67
Konsentrasi Fenolik
Absorbansi
Sampel (g/mL) Rataan
U1 U2 U3 U1 U2 U3
EM 0,212 0,381 0,227 24,696 61,435 27,957 36,029
PH 0,359 0,327 0,232 56,652 49,696 29,043 45,130
PEA 0,394 0,362 0,248 64,261 57,304 32,522 51,362
PA 0,411 0,332 0,127 67,957 50,783 6,217 41,652
Ket: EM= Ekstrak Metanol; PH= Hasil Partisi n-heksana; PEA= Hasil Partis Etil Asetat; PA= Hasil
Partisi Air

Berat Ekstrak Volume Larutan Konsentrasi Kandungan Total


Sampel
(mg) ekstrak (mL) fenolik Fenolik (mg/g)

EM 100 10 38,029 38,029


PH 100 10 45,13 45,13
PEA 100 10 51,362 51,362
PA 100 10 41,652 41,652
Ket: EM= Ekstrak Metanol; PH= Hasil Partisi n-heksana; PEA= Hasil Partis Etil Asetat; PA= Hasil
Partisi Air

Diketahui ekstrak metanol memiliki nilai absorbansi sebesar 0,212. Nilai


kandungan yang diperoleh yaitu :
0,212−0,0984
x= =24,696
0,0046
Dengan cara yang sama seperti perhitungan diatas, maka dapat dihitung nilai
konsentrasi fenolik dari fraksi n-heksana, etil asetat, dan air.

Kandungan total fenolik dihitung sebagai mg ekuivalen asam galat/g ekstrak


dengan metode Pourmorad et al. (2006) menggunakan rumus:

C . V . fp
Kandungan fenolik total=
g
Ket.: c = konsetrasi Fenolik (nilai x)
v = volume yang digunakan (ml)
fp = Faktor pengenceran (10x)

68
g = Berat sampel yang digunakan (mg)
Lampiran 6. Perhitungan aktivitas antioksidan dari ekstrak metanol, hasil partisi
n-heksana, etil asetat, air dan kontrol.

 Data perhitungan aktivitas antioksidan dari ekstrak metanol

Absorbansi Aktivitas
Konsentrasi
Rataan DPPH
(µg/mL) Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3
(%)
20 0,536 0,525 0,47 0,510 36,683
25 0,418 0,514 0,537 0,490 39,247
30 0,246 0,493 0,535 0,425 47,312
35 0,522 0,317 0,048 0,296 63,317
40 0,041 0,26 0,313 0,205 74,607

Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol Alga merah


Eucheuma spinosum
80
70
f(x) = 1.99836 x − 7.7176
60 R² = 0.94353571021418
Absorbansi

50
40
30
20
10
0
15 20 25 30 35 40 45
Konsentrasi (µg/mL)

Dalam penentuan nilai IC50 dinyatakan dengan persamaan regresi linier dan
perhitungan aktivitas antioksidan (%) dinyatakan dengan persamaan sebagai
berikut:

Aktivitas penangkal radikal bebas=


( A Kontrol )
A Kontrol − A Sampel
×100 %

Ket:

Akontrol = Absorbansi DPPH

Asampel = Absorbansi DPPH

69
Perhitungan nilai IC50 :

Dari persamaan linear : y = 1,9984x + 7,7176

y−7,7176
IC 50=
1,9984

50−7,7176
IC 50=
1,9984

IC 50=28,882 µg/mL

 Data perhitungan aktivitas antioksidan dari hasil partisi n-heksana

Absorbansi Aktivitas
Konsentrasi
Rataan DPPH
(µg/mL) Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3
(%)
20 0,407 0,495 0,493 0,465 44,511
25 0,409 0,408 0,408 0,408 51,273
30 0,395 0,396 0,396 0,396 52,784
35 0,381 0,379 0,377 0,379 54,773
40 0,357 0,357 0,357 0,357 57,399

Aktivitas Antioksidan Hasil Partisi n-heksana Alga


Perhitungan nilai IC50merah
: Eucheuma spinosum
70
60
50 f(x) = 0.58552 x + 34.5824
R² = 0.912203953965747
Absorbansi

40
30
20
10
0
15 20 25 30 35 40 45
Konsentrasi (µg/mL)

Dari persamaan linear : y = 0,5855x + 34,582

70
y−34,582
IC 50=
0,5855

50−34,582
IC 50=
0,5855

IC 50=26,333 µg/mL

 Data perhitungan aktivitas antioksidan dari hasil partisi etil asetat

Absorbansi Aktivitas
Konsentrasi
Rataan DPPH
(µg/mL) Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3
(%)
20 0,422 0,422 0,422 0,422 49,642
25 0,396 0,393 0,391 0,393 53,063
30 0,375 0,375 0,375 0,375 55,251
35 0,355 0,355 0,353 0,354 57,717
40 0,24 0,24 0,24 0,240 71,360

Aktivitas Antioksidan Hasil Partisi Etil asetat Alga


merah Eucheuma spinosum
80
70
60 f(x) = 0.9618 x + 28.5526
Absorbansi

50 R² = 0.830107538018971
40
30
20
10
0
15 20 25 30 35 40 45
Konsentrasi (µg/mL)

Perhitungan nilai IC50 :

Dari persamaan linear : y = 0,9618x + 28,553

y−28,553
IC 50=
0,9618

71
50−28,553
IC 50=
0,9618

IC 50=22,299 µg/mL

 Data perhitungan aktivitas antioksidan dari hasil partisi air

Konsentrasi Absorbansi Aktivitas


Rataan
(µg/mL) Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 DPPH (%)
20 0,469 0,497 0,503 0,490 41,567
25 0,463 0,455 0,452 0,457 45,505
30 0,376 0,375 0,375 0,375 55,211
35 0,301 0,33 0,301 0,311 62,928
40 0,256 0,257 0,256 0,256 69,411

Aktivitas Antioksidan Hasil Partisi Air Alga merah


Eucheuma spinosum
80
70
60 f(x) = 1.46222 x + 11.0578
R² = 0.987757972515199
Absorbansi

50
40
30
20
10
0
15 20 25 30 35 40 45
Konsentrasi (µg/mL)

Perhitungan nilai IC50 :

Dari persamaan linear : y = 1,4622x + 11,058

y−11,058
IC 50=
1,4622

50−11,058
IC 50=
1,4622

IC 50=26,632 µg/mL

72
 Data perhitungan untuk kontrol asam askorbat (Vitamin C)

Absorbansi Aktivitas
Konsentrasi
Rataan DPPH
(µg/mL) Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3
(%)
1 0,464 0,483 0,364 0,437 45,782
3 0,445 0,221 0,219 0,295 63,400
6 0,3 0,314 0,187 0,267 66,873
9 0,213 0,229 0,117 0,186 76,882
12 0,084 0,126 0,031 0,080 90,033

Vit C (kontrol)
100
90
80 f(x) = 3.59314720812183 x + 46.3164873096447
R² = 0.94318372826012
70
Absorbansi

60
50
40
30
20
10
0
0 2 4 6 8 10 12 14
Konsentrasi (µg/mL)

Perhitungan nilai IC50 :

Dari persamaan linear : y = 3,5931 + 46,316

y−46,316
IC 50=
3,5931

50−46,316
IC 50=
3,5931

IC 50=1,0253µg/mL

73
Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian

Serbuk Eucheuma spinosum Kadar air

Ekstrak dari maserasi Ekstrak metanol Eucheuma


spinosum

74
Partisi

Hasil partisi fraksi n- Hasil partisi fraksi etil Hasil partis fraksi Air
heksana asetat

Hasil ekstrak partisi n- Hasil ekstrak partisi etil Hasil ekstrak partisi air
heksana asetat

75
Reagen Folin-Ciocalteau Larutan Na2CO3 7,5% Kurva standar asam
50%

Kandungan total fenolik ekstrak Kandungan total fenolik fraksi n-


metanol heksana, fraksi etil asetat, fraksi air

76
Larutan DPPH metanol Kontrol Vit C

Aktivitas antioksidan ekstrak metanol Aktivitas antioksidan hasil fraksi air,


fraksi etil asetat, fraksi n-heksana

77
 Uji Alkaloid

Ekstrak metanol Fraksi n-heksana Fraksi air & Fraksi etil


asetat

 Uji Fenolik

fraksi air, ekstrak metanol, fraksi n-


heksana, fraksi etil asetat

78
 Uji Flavonoid

Ekstrak metanol, fraksi etil asetat,


fraksi air, fraksi n-heksana

 Uji Saponin

Ekstrak metanol Fraksi n-heksana

Fraksi air
Fraksi etil asetat

79
 Uji Tanin

Fraksi air, fraksi etil asetat,


fraksi n-heksana, ekstrak
metanol

 Uji Triterpenoid

Fraksi air, fraksi etil


asetat, fraksi n-heksana,
ekstrak metanol

80

Anda mungkin juga menyukai