Oleh:
dr. Apriandeny Haithami
NIM : 167041141
Pembimbing I:
dr. Yutu Solihat, Sp.An, KAKV
Pembimbing II:
Dr. Bastian Lubis, M. Ked (An), Sp. An, KIC
Judul Thesis :
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
dr. Yutu Solihat, Sp.An, KAKV dr. Bastian Lubis, M.Ked (An), Sp.An, KIC
NIP. 195808111987111001 NIP. 198412282010121003
Dr. dr. Rodiah Rahmawaty Lubis, M.Ked(Oph), Sp.M(K) Prof. Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S(K)
NIP. 197604172005012002 NIP. 196605241992031002
Penguji I Penguji II
Dr. dr. Dadik Wahyu Wijaya, Sp.An dr. Qadri Fauzi Tanjung, Sp.An, KAKV
NIP. 196809142008011013 NIP. 197111132001121002
Penguji III
Mengetahui,
Ketua Departemen
Anestesiologi dan Terapi Intensif
FK USU – RSUP H. Adam Malik Medan
KATA PENGANTAR
Dengan segala kerendahan hati, saya panjatkan puji syukur kehadirat Allah
S.W.T karena berkat rahmat dan karunia-Nya telah memberikan akal budi, hikmat dan
pemikiran, sehingga saya dapat menyelesaikan tesis sebagai salah satu syarat dalam
menyelesaikan Pendidikan Magister di bidang Anestesiologi dan Terapi Intensif di
Fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara yang saya cintai dan banggakan.
Saya sangat menyadari bahwa dalam penulisan tesis ini masih banyak
kekurangan, baik dari segi isi maupun penyampaian bahasanya. Meskipun demikian,
besar harapan dan keinginan saya agar kiranya tulisan ini dapat memberi manfaat dan
perbendaharaan dalam penelitian di bidang Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas
Kedokteran Universitas Sumateratara/RSUP H. Adam Malik Medan, khususnya tentang:
Dengan penulisan tesis ini, maka pada kesempatan ini pula dengan diiringi rasa
tulus dan ikhlas, ijinkan saya mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua saya,
istri saya dan keluarga saya. Dan juga ucapan terima kasih dan penghargaan kepada yang
terhormat: dr. Yutu Solihat, Sp.An, KAKV, dan Dr. Bastian Lubis, M. Ked (An), Sp. An,
KIC atas kesediaannya sebagai pembimbing penelitian saya ini, yang walaupun di tengah
kesibukannya masih dapat meluangkan waktu dan dengan penuh perhatian serta
kesabaran, memberikan bimbingan, saran dan pengarahan yang sangat bermanfaat kepada
saya dalam menyelesaikan tulisan ini.
Dan dengan berakhirnya pula masa Pendidikan Dokter Spesialis saya di
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, maka pada kesempatan yang
berbahagia ini perkenankanlah saya menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang
sebesar–besarnya kepada :
Yang terhormat Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Runtung
Sitepu, SH., M.hum, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. dr.
Aldy Safruddin Rambe, Sp.S(K) atas kesempatan yang telah diberikan kepada saya untuk
mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis di bidang Anestesiologi dan Terapi
Intensif, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
duka maupun suka, saling membantu sehingga terjalin rasa persaudaraan yang erat
dengan harapan teman–teman lebih giat lagi sehingga dapat menyelesaikan studi ini.
Kepada seluruh teman–teman, rekan–rekan dan kerabat, handaitaulan, keluarga
besar, pasien–pasien yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu persatu yang
senantiasa memberikan peran serta, dukungan moril dan materil selama menjalani
pendidikan, dari lubuk hati yang dalam saya ucapkan terima kasih.
Dan akhirnya perkenankanlah saya dalam kesempatan yang tertulis ini
memohon maaf atas segala kekurangan selama mengikuti Pendidikan Magister di
Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara yang saya cintai.
Semoga segala bimbingan, bantuan, dorongan, petunjuk, arahan dan kerjasama
yang diberikan kepada saya selama mengikuti pendidikan, kiranya mendapat berkah serta
balasan yang berlipat ganda dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
ABSTRAK
Pendahuluan: Infeksi aliran darah adalah penyakit infeksi yang ditandai dengan adanya
mikroorganisme bakteri atau jamur hidup dalam aliran darah, yang dibuktikan dengan
kultur darah positif. Patogen – patogen ini memiliki peran penting dalam infeksi terutama
di ICU. Meskipun infeksi bukan merupakan penyebab tunggal tersering pada mortalitas
pasien dalam rawatan ICU, namun infeksi dipastikan berhubungan dengan meningkatnya
masa rawatan dan biaya rawatan yang tinggi.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil kultur darah, faktor – faktor
yang berhubungan dengan hasil, serta gambaran resistensi antibiotikan apda pasien RSUP
HAM.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian menggunakan data sekunder dari pasien di
ICU RSUP HAM pada tahun 2019 – 2020 yang dilakukan kultur darah.
Hasil: Penelitian ini meliputi data dari 52 orang pasien yang terekam antara tahun 2019 –
2020 dan menjalani proses kultur darah. Terdapat masing – masing 50% perempuan dan
laki - laki dengan rata – rata usia 54,69 tahun. Berdasarkan perolehan kultur darah yang
positif ditinjau dari hari masuk rawatan, didapatkan 33 orang (61,4%) pasien positif
setelah melewati 48 jam. Morfologi terbanyak adalah batang Gram negatif yaitu 52,8%
dengan spesies terbanyak yaitu Klebsiella pneumoniae ESBL positif, dan dijumpai
bakteri penghasil Carbapenemase (5,5%). Bakteri Gram positif terbanyak dijumpai adalah
Staphylococcus aureus (15%), dan setengahnya merupakan terduga MRSA.
Kesimpulan: Jenis bakteri terbanyak ditemukan pada pasien rawatan ICU RSUP HAM
dalah bakteri batang Gram negatif, dengan waktu ditemukannya di atas 48 jam setelah
masuk RS. Gambaran resistensi antibiotika sejalan dengan dengan bakteri – bakteri yang
ditemukan dengan properti resistensi obat. Langkah preventif dibutuhkan untuk
menghindarkan pasien dari kemungkinan transmisi mikroorganisme tersebut.
Kata Kunci: Kultur, Darah, Mikroorganisme, resistensi, ICU
ABSTRAK
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
ABSTRAK .................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................. v
DAFTAR TABEL......................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... vii
DAFTAR SINGKATAN................................................................ .............. viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Definisi infeksi aliran darah dan istilah berkaitan .................. 5
Tabel 2.2. Kriteria untuk SIRS, Sepsis, Sepsis Berat Syok Septik.......... 11
Tabel 2.3. Skor SOFA ............................................................................. 13
Tabel 2.4. Faktor yang meningkatkan risiko infeksi nosokomial ............ 24
Tabel 2.5. Persentase mikroorganisme yang sering diisolasi di ICU ...... 28
Tabel 4.1. Distribusi subyek penelitian berdasarkan jenis kelamin.......... 35
Tabel 4.2. Sebaran diagnosis berdasarkan sistem dan kausatif................ 35
Tabel 4.3. Pemeriksaan kultur darah berdasarkan hari admisi…............. 36
Tabel 4.4. Pemasangan CVC dan Ventilator............................................ 36
Tabel 4.5. Hasil pemeriksaan kultur darah............................................... 37
Tabel 4.6. Pola Kuman Berdasarkan Pemakaian CVC............................ 37
Tabel 4.7. Pola Kuman Berdasarkan Pemakaian Ventilator.................... 37
Tabel 4.8. Pola Kuman Berdasarkan Admisi Rawatan............................ 38
Tabel 4.9. Pola Kuman Berdasarkan Diagnosis....................................... 38
Tabel 4.10. Pola Kuman Berdasarkan Hasil Leukosit............................... 39
Tabel 4.11. Hasil Uji Sensitivitas Antibiotika........................................... 40
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR SINGKATAN
BAB 1
PENDAHULUAN
Namun pola patogen penyebab BSI telah berubah dalam tahun – tahun terakhir,
dimana jumlah isolat Gram negatif dan jamur semakin meningkat. Dibandingkan
perbandingan jenis, masalah utama didapatkan pada pola resistensi antibiotik yang
berubah, terutama pada temuan Gram negatif. (Viscoli, 2016)
Interpretasi kultur darah positif memang bersifat pasti, namun sering
menimbulkan dilema signifikan bagi praktisi klinis dan mikrobiologis, khususnya
bagi mikrobiologi dimana variasi data laboratorium harus dievaluasi dalam
konteks klinis agar memberikan interpretasi yang akurat. Pola kultur darah yang
positif sangat membantu, terutama bila mayoritas set kultur darah yang diperoleh
dari lokasi punksi vena lain positif terhadap mikroorganisme yang sama, maka
kemungkinan didapatkan hasil true-BSI pun sangat tinggi. Selain itu, jenis
mikroorganisme yang diperoleh juga memiliki nilai, contohnya mikroorganisme
seperti Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniae, Enterobacteriaceae,
Pseudomonas aeruginosa dan Candida albicans umumnya bisa diprediksi
merupakan true-BSI, sebaliknya Corynebacterium sp dan Propionibacterium sp
selalu menggambarkan kontaminasi. Keberadaan mikroorganisme seperti grup
viridans dari Streptococcus, Staphylococcus coagulase negative, dan enterococci
sering sulit untuk diinterpretasikan karena variasi true-BSI nye berkisar 38%, 15%
and 78% dari seluruh kasus masing – masingnya. (Kirn & Weinstein, 2013)
Belakangan telah terjadi pergeseran terhadap strain resisten dalam tahun –
tahun terakhir, seperti methicillin- resistant Staphylococcus aureus (MRSA),
vancomycin‑ resistant enterococci (VRE), extended‑ spectrum beta‑ lactamases
(ESBLs), carbapenems‑ resistant Enterobacteriaceae (CRE), colistin‑ resistant
acinetobacter, dan fluconazole‑ resistant Candida spp. Patogen – patogen ini
memiliki peran penting dalam infeksi terutama di ICU. Meski faktor- faktor yang
mendasarinya mash belum secara penuh dipahami, diduga paparan antibiotik
berkelanjutan menjadikan faktor risiko independen sendiri bagi status muti-drug
resistant (MDR) seseorang pada rawatan ICU. (Mukhopadhyay, 2018)
Meskipun infeksi bukan merupakan penyebab tunggal tersering pada
mortalitas pasien dalam rawatan ICU, namun infeksi dipastikan berhubungan
dengan meningkatnya masa rawatan dan biaya rawatan yang tinggi. Informasi dan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Tabel 2.1. Definisi infeksi aliran darah dan istilah yang berkaitan
Istilah Definisi
Kontaminasi kultur Kultur darah yang positif akibat tumbuhkan
darah organisme yang sebenarnya tidak ada pada aliran
darah
Bakterimia Adanya bakteri hidup dalam aliran darah; kultur
darah positif terhadap pertumbuhan bakteri dan
kontaminasi telah diekslusi
Fungemia Adanya jamur hidup dalam aliran darah; kultur
darah positif terhadap pertumbuhan jamur dan
kontaminasi telah diekslusi
Bakterimia/fungemia Episode singkat bakterimia/fungemia yang tidak
transien berhubungan dengan infeksi
Infeksi aliran darah Bakterimia/fungemia yang berhubungan dengan
infeksi
Infeksi aliran darah Infeksi aliran darah yang pertama kali
dengan onset / diidentifikasi (kultur) di atas 48 jam setelah
didapat dari rumah masuk rumah sakit, dan dalam 48 jam setelah
sakit pulang dari rumah sakit
Infeksi aliran darah Infeksi aliran darah yang terjadi saat pasien rawat
dengan onset /didapat jalan atau pertama kali terindentifikasi di bawah
dari komunitas 48 jam sejak masuk rumah sakit
Infeki aliran darah Infeksi aliran darah yang didapat dari komunitas
dengan onset dan berhubungan dengan pajanan terhadap
komunitas yang perawatan kesehatan sebelumnya yang signifikan)
berhubungan dengan dibuktikan dengan adanya admisi rumah sakit
pelayanan kesehatan sebelumnya, atau pelayanan kunjungan rumah
terspesialisasi, perawatan di poliklinik rumah
sakit atau unit hemodialisis, atau tinggal di rumah
layanan kesehatan/panti)
Infeksi aliran darah Infeksi aliran darah yang didapat dari komunitas
dengan onset dan tidak memenuhi kriteria yang
komunitas yang menghubungkan dengan pelayanan kesehatan
berhubungan dengan
komunitas
Infeksi aliran darah Episode infeksi aliran darah yang berhubungan
polimikrobial dengan dua atau lebih mikroorganisme yang
diisolasi rentang 48 jam pemeriksaan satu dan
lainnya
Sumber: Laupland, 2014
2.1.1 Epidemiologi
Epidemiologi global BSI sangat sulit untuk dinilai, karena penelitian
dilakukan dengan metodologi yang berbeda (kejadian dan prevalensi,
misalnya) dan termasuk juga alasan populasi pasien yang sangat berbeda,
serta jenis rumah sakit. (Viscoli, 2016)( Rodriguez-Bano et al, 1010)
Sebuah studi prevalensi oleh European CDC (ECDC) menemukan
prevalensi pasien dengan setidaknya satu HAI di rumah sakit Eropa
sebesar 6%, dengan rentang negara bervariasi dari 2,3% hingga 10,8%.
Sekitar 10% dari episode adalah BSI. Data dari Sistem Pengawasan
Resistensi Antimikroba Eropa (EARSS) menunjukkan bahwa jumlah BSI
karena S. aureus, E. coli, S. pneumoniae, E. faecium atau faecalis yang
dilaporkan antara tahun 2002 dan 2008 meningkat 47% dari 46.095
menjadi 67.876. (Viscoli, 2016)
2.2 Bakterimia
2.2.1 Definisi dan epidemiologi bakterimia
Bakterimia diartikan sebagai adanya bakteri yang hidup di alirah darah.
Kondisi ini bersifat transien dan merupakan kondisi klinis yang ringan,
dimana umumnya mekanisme pertahanan tubuh inang bisa mengelemiasi
bakteri dari darah. Kebanyakan kejadian bakterimia okulta dapat sembuh
sendiri secara spontan, terutama yang disebabkan oleh Streptococcus
pneumoniae dan Salmonella spp., dan jarang menyebabkan sekuele.
(Bennet, 2019).
Namun, ketika mekanisme tersebut gagal, atau terdapat lesi
anatomis, turbulensi aliran darah jantung, dan benda asing, bakteremia
dapat berlanjut menjadi infeksi dan sepsis. Insidensi infeksi aliran darah
meningkat secara dramatis, baik yang berasal dari komunitas maupun dari
rumah sakit.
Insidensi bakterimia didapat komunitas (Community acquired
bacterimia – CAB) bervariasi berdasarkan kondisi geografis dan
dilaporkan sekitar 31.1 kasus per 100000/tahun di Thailand, 92 episode
per 100000/tahun di Denmark utara, 153 kasus per 100000/tahun di
Olmsted di Amerika Serikat dan 101.2 kasus per 100000/tahun di Victoria,
Canada.
Etiologi bervariasi berdasarkan usia, lokasi geografis, keadaan
lingkunga, dan penyakit komorbid. Insidensi lebih banyak pada laki – laki,
khususnya yang usia tua atau yang sangat muda. Infeksi traktus
respiratorius, traktus urinarius, dan infeksi intraabdomien adlaah lokasi
asal bakterimia tersering. Namun 10% kasus diklasifikasikan sebagai
bakterimia primer dengan asal tak diketahui. Escherichia coli,
Streptococcus pneumoniae, dan Staphylococcus aureus adalah patogen
yang paling sering ditemukan. (Christaki & Giamarellos-bourboulis, 2014)
Bakterimia terjadi ketika bakteri lolos dari sistem imun inang atau
ketika respon imun gagal untuk mengontrol penyebaran bakteri akibat
defek imun bawaan maupun yang diturunkan yang berhubungan dengan
susceptibilitas infeksi. Patogenesis bakterimia memiliki gambaran yang
dipengaruhi oleh kondisi inang. (Christaki & Giamarellos-bourboulis,
2014)
Kondisi yang berhubungan dengan bakterimia adalah sepsis dan
syok sepsis. Sepsis adalah disfungsi organ mengancam jiwa yang
diakibatkan oleh disregulasi respon tubuh inang terhadap infeksi. Syok
sepsis adalah lanjutan dari sepsis dengan kegagalan sirkulasi dan disfungsi
metabolik serta seluler yang berhubungan dengan peningkatan mortalitas.
Kriteria yang digunakan untuk mendiagnosis penyakit ini adalah quick
sepsis related organ failure assessment (qSOFA), dimana terdapat tiga
kriteria yang digunakan: tekanan darah sistolik ≤100mmHg, peningkatan
Tabel 2.2 Kriteria untuk SIR, Sepsis, Sepsis Berat, Syok septik
berdasarkan Konsensus Konferensi ACCP/SCCM 1991
Istilah Kriteria
SIRS 2 dari 4 kriteria
Temperatur >38oC atau <36 oC
Laju Nadi > 90 kali / menit
Hiperventilasi dengan laju nafas >20 kali/menit
atau CO2 arterial kurang dari 32 mmHg
Sel darah putih >12000sel/uL atau <4000 sel/uL
Sepsis SIRS dengan adanya infeksi (diduga atau sudah
terbukti)
Sepsis Berat Sepsis dengan disfungi organ
2.2.6 Prognosis
Kejadian bakterimia okulta dapat sembuh sendiri secara spontan, terutama
yang disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae dan Salmonella, dan
jarang menyebabkan sekuele. Namun, ketika mekanisme tersebut gagal,
atau terdapat lesi anatomis, turbulensi aliran darah jantung, dan benda
asing, bakteremia dapat berlanjut menjadi infeksi dan sepsis. Insidensi
infeksi aliran darah meningkat secara dramatis, baik yang berasal dari
komunitas maupun dari rumah sakit.(Bennet, 2018) (Christaki &
Giamarellos-bourboulis, 2014)
Meskipun morbiditas dan mortalitas akibat sepsis telah menurun
dalam dua dekade terakhir, masih ada kebutuhan besar untuk perbaikan
dalam manajemen. Penurunan angka kematian yang terkait dengan sepsis
2.3 Fungemia
2.3.1 Definisi dan epidemiologi
Jamur adalah eukaryota heterotropik yang mengambil nutrisi melalui
proses absorpsi. Fungi memiliki inti sejati, membrana nukleus, dan
mitokondria. Kebanyakan fungi adalah multiselular meskipun banyak juga
fungi yang uniselular. Kelompok fungi uniselular disebut juga ragi,
dimana mereka dapat bereproduksi aseksual. Kelompok fungi multoselular
adalah kapang, dimana mereka memiliki hifa atau miselium. Fungi bersifat
obligat aerob yang tumbuh pada pH netral.
Secara taksonomi terdapat lebih dari 100.000 spesies fungi dan
estimasi sekitar 10 juta spesies yang belum ditemukan. Namun fungi yang
memiliki dampak klinis terbanyak ada empat, yaitu filum Glomeromycota,
Ascomycota, Basidiomycota, dan Fungi Imperfecti (Deuteromycota).
(Mahon et al, 2015)
Jamur semakin dikenal sebagai patogen mayor pada pasien yang
sakit kritis. Candida spp dan Cryptococcus spp adalah ragi yang paling
dari lokasi vena yang berbeda, dan untuk pasien dewasa, setiap set harus
diambil sebanyak 20 hingga 40 cc darah.
Telah dibuktikan bahwa volume darah yang dikutur dari pasien
dewasa proporsional terhadap mikroorganisme yang didapatkan. Hal ini
disebabkan pasien dewasa yang memiliki BSI memiliki konsentrasi
mikroorganisme hidup yang lebih rendah. Volume yang inadekuat atau
pengambilan kultur darah tunggal secara signifikan dapat menurunkan
sensitivitas tes, dan membuat interpretasi hasil semakin sulit.
Pemberian antiseptik sebelum pengambilan sampel kultur darah
dari punksi vena perifer juga penting untuk menurunkan tingkat
kontaminasi kultur darah dan memfasilitasi interpretasi hasil bagi klinisi.
Setelah spesimen kultur darah didapatkan berdasarkan prinsip yang
telah dikemukakan di atas, hasil kultur harus segera dikirimkan ke
laboratorium sesegera mungkin. Spesimen ini tidak boleh didinginkan atau
dibekukan, dan bila perlu hanya bisa didiamkan pada temperatur ruangan
tidak lebih dari beberapa jam. Meskipun jeda panjang antara pengambilan
sampel dan inkubasi dalam intrumen kultur darah kontinu tidak
direkomendasikan, hanya terdapat penurunan patogen signifikan bila
kultur darah disimpan selama >24 jam pada suhu 4°C atau temperatur
ruangan, dan hanya >12 jam pada 37°C. Inkubasi kultur darah
berkepanjangan sebelum memasukkan spesimen tersebut ke intrumen
monitro kultur darah kontinu, dapat menggganggu deteksi pertumbuhan.
(Kirn & Weinstein, 2013)
Berikut dalah tata cara pengambilan sampel kultur darah yang baik:
(Novak-Weekley & Dunne, 2018)
1. Sebelum digunakan periksalah terlebih dahulu botol kultur darah
untuk melihat adanya kerusakan, atau kontaminasi. Jangan
gunakan botol bila terdapat tekanan gas berlebih.
2. Periksa tanggal kadaluarsa yang tercetak di tiap botol. Buanglah
botol yang telah kadaluarsa.
Hospital Acquired
Community Acquired
Pasien
- Usia
- Jenis Kelamin
Resistensi Antibiotik
Identifikasi Admisi
Kultur Darah
Resistensi antibiotik
Pola
30
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.4.2.Kriteria Eksklusi
Tidak ada kriteria eksklusi pada penelitian ini.
Keterangan:
N = Jumlah sampel
Zα = nilai standar alpha 5% yaitu1,96 (diperoleh dari kurva Z normal)
P = prevalensi infeksi aliran darah di ICU berdasarkan kepustakaan
yaitu 15%
Q = 1 – P yaitu 0,85
d = presisi ditetapkan 10%
hasil kultur
darah
Pola Kuman Pola yang dijabarkan Hasil kultur Gram Kategorik
berdasarkan jenis darah: negatif atau
Gram, berdasarkan klasifikasi Gram positif
identifikasi spesies kuman
berdasarkan
Gram
Hasil kulturFrekuensi Numerik
darah: spesies
setiap
spesies
Resistensi Pola resistensi Hasil uji Data Numerik
antibiotika antibiotika yang telah resistensi frekuensi
diujikan pada pasien antibiotika beberapa
terhadap berbagai jenis
jenis antibiotik antibiotik
dengan
kategori:
Resisten /
Intermediate
/ Sensitif
Usia Pasien Usia pasien dalam Data Usia dalam Numerik
tahun demografi tahun
sekunder
Jenis kelamin Jenis kelamin pasien Data Perempuan Kategorik
demografi atau Laki –
sekunder laki
Pemasangan Dilakukannya Catatan Ya atau Kategorik
Kateter Vena prosedur pemasangan Tidak
Sentral pemasangan kateter kateter vena
vena sentral terhadap sentral
pasien baik sebelum
maupun ketika di
ICU
Ventilator Dilakukannya Catatan Ya atau Kategorik
Mekanik prosedur penggunaan penggunaan Tidak
ventilator mekanik ventilator
terhadap pasien mekanik
Pemilihan Sampel
Penulisan dan Persetujuan Etik dan • kriteria inklusi
pengajuan Proposal Izin Penelitian • jumlah 49 orang
Pengambilan Data
• Data sekunder berupa: demografi, diagnosis, Pengolahan
admisi, rawatan ICU, riwayat tindakan invasif, dan Analisis Hasil
terapi antibiotika, pemasangan alat, dan hasil Data
kultur darah
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pencatatan Demografi
Hari rata – rata pengambilan kultur sejak hari admisi rawatan adalah
delapan hari. Dengan hari terlama yang diketahui adalah 55 hari.
Morfologi terbanyak adalah batang Gram negatif yaitu 52,8% dengan spesies
terbanyak yaitu Klebsiella pneumoniae ESBL positif yaitu sebanyak 11 sampel.
Dari 53 jenis bakteri yang didapatkan pada kutur darah, didapatkan bahwa
rawatan di bawah 48 jam dan di atas 48 jam, dijumpai bakteri Gram negatif
terbanyak pada rawatan di atas 48 jam. Hasil hubungan diantara dua variabel
kategorik didapatkan nilai P yaitu 0,081 dari uji Chi Square adalah tidak ada
hubungan antara hubungan antara waktu admisi dengan kejadian bakteri Gram
positif negatif (Tabel 4.8).
Hasil leukosit pada sampel yang diambil pada waktu yang berdekatan
dengan kultur darah menunjukkan variasi, dengan rentang leukosit 2850/mm 3
hingga 44560/mm3.
Tabel 4.10 Pola Kuman Berdasarkan Hasil Leukosit
Jumlah Leukosit / mm3
<4000 4000 - 11000 >11000
Gram Positif 1 8 16
Gram Negatif 1 5 21
Total 2 13 37
Gentamycin (46 kali), dan Ampicillin Sulbactam (46 kali). Pemeriksaan paling
sedikit adalah antibiotik Azithromycin (1 kali), Cefixim (1 kali), Chloramphenicol
(1 kali), Cotrimoxazole (2 kali), dan Penicillin (3 kali).
BAB V
PEMBAHASAN
Prevalensi infeksi aliran darah secara global sangat sulit untuk dinilai
karena populasi pasien yag berbeda dan jenis rumah sakit yang berbeda. Pada
penelitian ini sendiri butuh range waktu yang besar untuk memenuhi kebutuhan
jumlah sampel yang memenuhi kriteria positif. Di Eropa sendiri prevalensinya
berkisar antara 2,3 hingga 10,8 persen, yang artinya dari 100 orang yang dikultur
kemungkinan mendapatkan pasien dengan infeksi aliran darah poasitif adalah 2
hingga 10 orang. (Viscoli 2016)
Dijumpai pada penelitian ini jenis kelamin yang seimbang jumlahya antara
laki – laki dan perempuan yaitu 26 orang (50%) masing – masingnya. Pada
penelitian oleh Christaki & Giamarellos-boubulis tahun 2014, lebih banyak
penyakit ini terdapat pada laki – laki dengan usia yang tua atau usia yang sangat
muda. Dari segi usia, kelompok usia terbanyak pada penelitian ini adalah 20 – 60
tahun yaitu (69,8%) dengan rentang variasi yang besar, dan rata – rata usia
tersebut adalah 54,69 tahun. Pada beberapa negara, termasuk klasifikasi oleh
Depkes pada tahun 2009, klompok usia rata – rata tersebut telah diklasifikasikan
sebagai usia tua (Christaki 2014).
Sebaran diagnosis yang didapatkan dari pasien sangat beragam, dan pada
penelitian ini sebaran diagnosis terbanyak pada diagnosis utama non infeksi
adalah sistem genitourinari yaitu 25%, dan sistem saraf 23,07% dan trauma
15,38%. Sebaran diagnosis tersebut merupakan diantaranya adalah penyakit gagal
ginjal kronik, stroke, Guillen Barre Syndrome, dan trauma seperti patah tulang
dan luka bakar. Sementara penyakit infeksi sendiri yang tersering pada penelitian
ini adalah pneumonia. Pada penelitian lain ditemukan lokasi asal penyakit ini
paling sering adalah infeksi traktur respiratorius,traktus urinarius, dan infeksi
intraabdomen, namun sekitar 10% asal primer bakterimia tidak diketahui
(Christaki 2014).
sefalosporin spektrum luas, penisilin, dan aztreonam (Connie Mahon, 2012). Pada
penelitian ini sendiri ditemukan 3 sampel (5,5%) pasien dengan batang Gram
negatif penghasil Carbapenemase, dan 16 (30,2%) bakteri Gram negatif penghasil
ESBL. Diketahui penggunaan ventilator memiliri risiko terjangkitnya seseorang
dengan enterobacteriacea ESBL positif yaitu sekelompok bakter batang Gram
negatif sekitar 5 – 20%. Mikroorganisme tersering yang diisolasi adalah
Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus, namun enterobacteriaceae
seperti Eschericia coli dan Klebsiella juga mencapai hampir 20%, sejalan pada
penelitian ini dimana infeksi Klebsiea mencapai 20,8%, dan bila diakumulasi
dengan enterobacteriaceae lain mencapai 41,2%. Tingginya angka batang Gram
negatif penghasil ESBL di ICU dimana rata – rata terjadi resistensi pada
sefalosporin generasi tiga menyebabkan golongan Carbapenem disarankan
menjadi obat pilihan pada infeksi, namun adanya bakteri Gram negatif penghasil
Carbapenemase membuat hal ini menjadi mengkhawatirkan (Pilmis, 2018).
Jumah bakteri penghasil ESBL pada penelitian ini adalah 30,2 persen.
Pada studi yang dilakukan di Prancis, kolonisasi ESBL dapat meningkat seiring
masa rawatan di ICU, yaitu pada masa rata – rata di atas lima hari, meskipun
begitu tidak semua pasien yang memiliki kolonisasi ESBL berkembang menjadi
suatu infeksi. Klebsiella pneumonia sendiri merupakan bakteri yang merupakan
flora yang umum dijumpai pada manusia.
Beberapa isolat yang jarang dijumpai namun terdapat pada penelitian ini
adalah Burkholderia cepacia, Burkholderia pseudomallei, Actinomyces
odolynticus, Corynebacterium striatum, dan Staphylococcus capitis dimana
bakteri ini dijumpai masing – masing satu dari 52 sampel terperiksa.
Burkholderia pseudomallei pada sampel penelitian dijumpai pada laki –
laki usia 59 tahun pengidap diabetes mellitus yang menderita pneumonia. Bakteri
ini merupakan mikroorganisme saprofitik yang banyak terdapat di tanah tropis
dan genangan air. Faktor risiko penyakit ini adalah diabetes, alkoholik kronik, dan
gagal jinjal kronik, dan usia di atas 50 tahun. Suatu tulisan oleh Abidin pada tahun
2017 tentang laporan kasus penderita pneumonia akut akibat Burkholderia
pseudomallei menemukan infeksi ini pada pasien rawatan ICU paska kejadian
trauma dimana dimana trauma diduga sebagai mekanisme port d’entree. Pada
kasus penelitian kultur dilakukan pada hari ke enam rawatan, sehingga secara
kriteria hal ini menjadi perdebatan
Pada perhitungan untuk menentukan adanya hubungan antara admisi RS,
pemasangan CVC, pemasangan ventilator, dengan pola kumn, ditemukan tidak
adanya hubungan yang signifikan. Hal ini diperkirakan karena heterogenisitas dari
sampel sehingga banyak bias yang mungkin terjadi. Namun dari penelusuran jenis
kuman, dapat dilihat trend yang memang sejalan dengan berbagai macam
penelitian seperti yang dijelaskan.
Terdapat 33 jenis antibiotik yang didata telah diujikan. Beberapa antibiotik
tersering yang diujikan merupakan Ciprofloxacin (51 kali) dengan sensitivitas
15,1%, Tigecycline (43 kali) dengan sensitivitas 91,5%, Gentamycin (46 kali)
dengan sensitivitas 41,3%, dan Ampicillin Sulbactam (46 kali) dengan sensitivitas
21,7%. Dari pernyataan Thakuria dalam penelitiannya perihal resistensi antibiotik
pada pengguna ventilator ditemukan bahwa terdapat sensitifitas yang tinggi
terhadap golongan Tigecyline dan Polymyxin B terhadap isolat Gram negatif, dan
Vancomycin terhadap isolat Gram positif. Pada penelitian itu juga dinyatakan
telah diobservasi bahwa penggunaan Sefalosporin sebagai terapi lini pertama
sangat sering terjadi meskipun pada kenyataannya performanya buruk. Pada
penelitian ini tingkat resistensi pada sefalosporin sendiri yaitu Cefalexin (93,3%),
Cefazolin (89,7%), Ceftazidime (61,3%), Ceftriaxone (78,6%), Cefuroxime
(80%), sementara tidak ditemukan resistensi pada Cefotaxim dan Cefixim.
Cefixim sendiri hanya diperiksakan sebanyak 1 kali pada pasien dengan positif
kultur Burkholderia pseudomallei.
Pada isolat Gram positif, masalah MRSA juga merupakan hal yang
mengkhawatirkan. Penggunaan Vancomycin juga meningkat dikarenakan hal ini.
Pada penelitian ini didapatkan sensitivitas vancomycin sebesar 92%. Menurut
Basetti dari hasil tulisan Tumbarello, terjadi peningkatan mortalitas akibat MRSA
akibat tidak adekuatnya antibiotik empiris yang diberikan. MRSA sendiri
merupakan masalah klinis utama, terutama bila di ICU. Pada studi di
EUROBACT ditemukan dari 1156 isolat terdapat 50% MRSA.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Jenis bakteri yang banyak ditemukan adalah bakteri batang Gram
negatif disusul oleh coccus Gram positif
2. Infeksi aliran darah terbanyak yang ditemukan adalah di atas 48 jam
rawatan yang menandakan infeksi tersebut dipengaruhi oleh masa
rawatan di RS
3. Terdapat bakteri Gram negatif penghasil ESBL dan Carbapenemase
dalam jumlah yang banyak
4. Tidak ada hubungan bermakna antara demografi, pemasangan CVC,
dan ventilator dengan pola kuman Gram negatif dan positif
5.2 Saran
1. Sebagai masukan untuk meningkatkan langkah preventif dengan cara
menerapkan protokol standar dalam segala tindakan dan memperketat
rawatan peralatan seperti kateter intravaskular demi mencegah
transmisi patogen – patogen yang berbahaya. Selain itu perlu
diadakannya evaluasi dan monitoring berkala untuk mengontrol
penerapan tersebut. Tidak hanya untuk mencegah penularan terhadap
pasien dan antar pasien, tetapi juga melindungi tenaga kesehatan di
ICU.
2. Perlu dilakukan penelitian pada berbagai macam tindakan di ICU
untuk memastikan sumber dari infeksi
DAFTAR PUSTAKA
Irvan, Febyan and Suparto (2018) ‘Sepsis dan Tata Laksana Berdasar
Guideline Terbaru’, Jurnal Anestesiologi Indonesia, X(1), pp. 62–73.
Lampiran 1
Riwayat Pendidikan
1995 - 2001 : SD Swasta Al – Azhar Medan
2001 - 2004 : SMP Swasta Al – Azhar Medan
2004 - 2006 : SMA Plus Al – Azhar Medan
2006 - 2012 : Kedokteran Umum FK Universitas Andalas
2016 - sekarang : PPDS Anestesiologi & Terapi Intensif FKUSU
Riwayat Pekerjaan
2013 – 2014 : Dokter Internship di Sumatera Barat
2013 – 2015 : dokter umum di Alifa Diabetic Center
2013 – 2016 : dokter jaga di RSU Sinar Husni
2014 - 2016 : Tutor di FK UISU