Anda di halaman 1dari 8

Tinjauan Pustaka

INFEKSI MIKOBAKTERIUM ATIPIKAL

Jimmi Chandra*, Wieke Triestianawati*, Retno Kadarsih**

*Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin


**Departemen Mikrobiologi
FK Universitas Indonesia/ RSUPN dr. CiptoMangunkusumo, Jakarta

ABSTRAK
Mikobakterium atipikal terdiri atas sekitar 50 spesies di luar M. tuberculosis dan M. leprae. Frekuensi
infeksi semakin tinggi sejak era pandemi HIV/AIDS, dengan distribusi di seluruh dunia. Beberapa spesies
yang menjadi patogen pada manusia di antaranya adalah M. avium, M. intracellulare, M. ulcerans, M.
marinum, M. kansasii, M. scrofulaceum, M. chelonae, dan M. fortuitum. Klasifikasi kuman berdasarkan
kecepatan tumbuh, pembentukan pigmen kuning, dan karakteristik koloni dibagi menjadi empat kelompok
yaitu fotokromogen, skotokromogen, nonkromogen, rapid growers. Status imun pejamu sangat menentukan
patogenesis dan prognosis, apakah local atau diseminata. Infeksi pada manusia dapat bermanifestasi sebagai
penyakit paru kronik, limfadenitis, infeksi kulit dan jaringan lunak, diseminata, infeksi pada bursa, sendi,
tendon, dan tulang. Infeksi kulit terjadi akibat inokulasi eksternal, penyebaran infeksi organ dalam, dan
hematogen. Lesi kulit dapat berupa pustul, plak hiperkeratotik, nodus, pola sporotrikoid, ulkus, dan sinus.
Diagnosis pasti ditegakkan berdasarkan identifikasi mikroorganisme pada kultur. Pemeriksaan histopatologis
dapat menunjang diagnosis. Sampai saat ini, tidak ada regimen antibiotik, baik tinggal maupun kombinasi
yang menjadi terapi pilihan. (MDVI 2011; 38/2:104-11)

Kata kunci: mikobakterium atipikal, M. avium, M. intracellulare, M. ulcerans, M. marinum, M. kansasii, M.


scrofulaceum, M. chelonae, M. fortuitum

ABSTRACT
Atypical mycobacterium consists of about fifty species excluding M. tuberculosis and M. leprae. Infection
is global and its incidence is increasing since HIV/AIDS pandemic era. Some pathogenic atypical
mycobacterium species for human are M. avium, M. intracellulare, M. ulcerans, M. marinum, M. kansasii, M.
scrofulaceum, M. chelonae, and M. fortuitum. The microorganisms are classified into four groups
(photochromogens, scotochromogens, non chromogens, rapid growers) based on their growth rate,
production of yellow pigment, and colony characteristics. Host immune status determines the disease’s course
and prognosis, such as occuring locally or disseminated. Clinical presentations in humans may include
chronic pulmonary disease, lymphadenitis, skin and soft tissue infections; disseminated disease; bursa, joint,
tendon, and skeletal infections. Skin lesions varies and may feature pustules, hyperkeratotic plaque, nodules,
sporotrichoid lesions, ulcers, and sinus. Diagnosis is based on culture microorganism identification.
Histopathologic examination can support the diagnosis. Until now, there is no monotherapy or combination
of antibiotics deemed as drugs of choice for atypical mycobacterium. (MDVI 2011; 38/2:104-11)

Keywords: atypical mycobacterium, M. avium, M. intracellulare, M. ulcerans, M. marinum, M. kansasii, M.


scrofulaceum, M. chelonae, M. fortuitum

Korespondensi :
Jl. Diponegoro 71- Jakarta Pusat
Telp. 021-31935383
Email: jimbozilla@hotmail.com

104
J Chandra dkk. Infeksi mikrobakterium atipikal

PENDAHULUAN José do Rio Preto, Brazil selama periode tahun 1996-2005


(57,4%), diikuti oleh M. gordonae (10,4%), M. fortuitum
Istilah mikobakterium diperkenalkan pada tahun (7,9%), M. chelonae (2,5%), dan M. kansasii (2,2%).5
1896 untuk menggambarkan satu kelompok besar bakteri Sementara Ho dkk. melaporkan tiga penyebab terbanyak
yang menghasilkan selubung seperti kapang (mould-like infeksi mikobakterium atipikal di Hongkong selama periode
pellicles) ketika dikembangbiakkan dalam media cair.1 1993-2002 berupa M. marinum (51,5%), M. avium-
Kuman ini berbentuk batang panjang, nonmotile, aerob, intracellulare (9,1%), dan M. chelonae (6,1%).9 Di Seoul,
bervirulensi rendah, tidak membentuk spora, dan memiliki Korea Selatan, Ryoo dkk. melaporkan M. avium complex
selubung lipofilik (asam mikolat) yang menyebabkan kuman menjadi spesies terbanyak yang ditemukan selama
resisten terhadap pewarnaan asam alkohol (tahan asam) dan periode 1993-2006 (65%), diikuti oleh M. abscessus
zat bakterisidal.1-3 Genus mikobakterium, terdiri atas 95 (11,59%), M. fortuitum complex (7,14%), M. chelonae
spesies, meliputi organisme patogen pada manusia dan complex (6,33%), dan M. kansasii (4,25%).6
hewan vertebrata, sebagian besar berupa organisme Infeksi lebih sering terjadi pada laki-laki, terutama pada
komensal dan saprofit yang dijumpai di alam bebas.1,4 usia tua. Diduga hal ini berkaitan dengan penurunan
Kuman dijumpai secara alami di air tanah, air minum kesehatan secara umum pada usia tersebut.8
yang berasal dari sistem penampungan, tap water, tanah,
aerosol, susu, parasit protozoa, hewan, dan manusia.5-7
KLASIFIKASI
Organisme patogen pada manusia yang terpenting adalah
M. tuberculosis dan M. leprae. Akan tetapi, telah Sekitar tahun 1950, Timple dan Runyon membuat
ditemukan berbagai spesies yang berbeda dengan M. klasifikasi mikobakterium atipikal menjadi empat kelompok
tuberculosis. Kuman ini digolongkan sebagai berdasarkan kecepatan tumbuh, pembentukan pigmen
mikobakterium atipikal.1 kuning di tempat terang atau gelap, serta sifat-sifat
Saat ini sekitar 50 spesies mikobakterium atipikal kolonisasi.1,2,7,8,10 Fotokromogen (kelompok I) tumbuh
telah teridentifikasi namun hanya beberapa spesies yang lambat pada media kultur (lebih dari tujuh hari, sekitar 2-3
bersifat patogen terhadap manusia, di antaranya M. avium, minggu);7,10 koloni menghasilkan pigmen kuning terang atau
M. intracellulare, M chelonae, M. kansasii, M. marinum, oranye pada pajanan cahaya; meliputi M. kansasii, M.
M. fortuitum, M. gordonae, dan M. ulcerans. Status imun marinum, M. simiae.1,7,8,10 Sama halnya dengan foto-
pasien sangat menentukan manifestasi penyakit, apakah kromogen, skotokromogen (kelompok II) juga tumbuh
diseminata atau lokal.8 lambat pada media namun koloni menghasilkan pigmen
dengan/tanpa pajanan cahaya,7 terdiri atas M. xenopi, M.
scrofulaceum, M. szulgai, M. gordonae, dan M.
EPIDEMIOLOGI flavescens.1,7,8,10 Non-fotokromogen (kelompok III) tumbuh
lambat dan tidak menghasilkan pigmen dengan/tanpa
Sejak tahun 1982, terjadi peningkatan frekuensi pajanan cahaya;7,10 meliputi M. avium-intracellulare, M.
infeksi mikobakterium atipikal, khususnya pada pasien haemophilum, M. malmoense, M. gastri, M. triviale, M.
HIV/AIDS dan imunokompromais lainnya (keganasan, terrae, dan M. ulcerans.1,7,8,10 Rapid growers (kelompok
transplantasi organ, atau pasien dalam terapi obat IV) juga tidak memproduksi pigmen, namun tumbuh
imunosupresi).8 Berbeda dengan M. tuberculosis, transmisi cepat dalam 3-5 hari;7,10 terdiri atas M. abscessus, M.
antar individu tidak terjadi dan sukar dibuktikan pada fortuitum, M. chelonae, dan M. smegmatis.1,7,8,10
infeksi mikobakterium atipikal.1,2,7,8 Klasifikasi Runyon memiliki kekurangan, karena tidak
Distribusi penyakit terdapat di seluruh dunia dan menunjukkan korelasi antara karakteristik kuman dengan
bergantung pada era, area, dan individu.1,3,8 Pengecualian gambaran klinis yang terjadi. Pada tahun 1979, Wolinsky
terjadi pada beberapa spesies yang hanya terbatas di daerah memodifikasi klasifikasi tersebut dan membagi
tertentu, misalnya M. ulcerans yang hanya terdapat di Afrika mikobakterium atipikal ke dalam dua kelompok berdasarkan
bagian tengah Australia, Papua New Guinea, Meksiko, potensi patogenitas dan kecepatan tumbuh.2 Tabel 1
Amerika Tengah dan Selatan. Pedro dkk. dalam menggambarkan klasifikasi mikobakterium atipikal modi-
penelitiannya melaporkan bahwa M. avium complex menjadi fikasi Wolinsky.
penyebab terbanyak infeksi mikobakterium atipikal di São

105
MDVI Vol. 38.No.2 Tahun 2011: 104-111

Tabel 1. Classification of mycobacteria2 Gambaran histopatologis yang berbeda-beda dan tidak


I. Human pathogens spesifik sering dijumpai pada infeksi mikobakterium atipikal.
A. Mammalian tubercle bacilli (tuberculosis complex) Dapat ditemukan infiltrat granulomatosa dengan pem-
1. M. tuberculosis bentukan granuloma tuberkuloid, granuloma sarcoid-like,
2. M. bovis (including strain bacillus Calmette-Guérin, BCG)
atau nodus rheumatoid-like sering ditemukan. Selain itu,
3. M. africanum
4. M. leprae abses pada dermis atau subkutan, infiltrasi histiositik difus
II. So-called nontuberculous, potentially pathogenic pada dermis dan subkutan, infiltrat inflamasi jaringan
mycobacteria subkutan akut maupun kronik (panikulitis), atau bahkan
A. Slow growing inflamasi kronis yang nonspesifik juga pernah dilaporkan.
1. MAIS complex Berbagai gambaran histopatologis ini diyakini berkaitan
a. M. avium-intracellulare dengan status imunologi pejamu.16
b. M. scrofulaceum
c. M. haemophilum
2. M. kansasii
Mycobacterium ulcerans
3. M. ulcerans Infeksi M. ulcerans merupakan infeksi yang menim-
4. M. marinum bulkan jaringan bersifat nekrotik dan indolen pada kulit,
5. M. xenopi
jaringan subkutan, dan tulang.2,17 Infeksi ini (disebut juga
6. M. szulgai
7. M. simiae ulkus Buruli) merupakan infeksi mikobakterium tersering
B. Rapid growing tablet 1x pada pasien imunokompeten setelah tuberkulosis dan
1. M. fortuitum complex tablet 2x lepra.3,15,17 Infeksi bersifat endemik sedikitnya di 32 negara,
a. M. fortuitum tablet 3x namun sebagian besar terdapat di daerah tropis yang
b. M. chelonei tablet 3x memiliki banyak hutan dan curah hujan tinggi.1,3,17 Infeksi
III. So-called nontuberculous, nonpathogenic (except under paling banyak ditemukan pada usia anak dan dewasa
unusual circumstances) mycobacteria muda, serta lebih sering menyerang perempuan diban-
A. Slow growing tablet 1x dingkan laki-laki.2,3,8 Infeksi terjadi pada kulit yang tidak
1. M. gordonae tablet 2x
utuh akibat trauma setelah terpajan air, tanah, atau
2. M. gastri tablet 2x
3. M. terrae tablet 2x tanaman yang telah terkontaminasi.1,2,8,17 Laporan lain
a. M. nonchromogenicum tablet 3x menyatakan bahwa infeksi dapat terjadi melalui gigitan
b. M. triviale tablet 3x ataupun saliva dan feses serangga air (Naucoris spp. dan
4. M. flavescens tablet 3x Blastomatidae spp.).8,17
5. M. thermoresistibile tablet 3x Patogenesis infeksi M. ulcerans berkaitan erat
B. Rapid growing tablet 1x dengan dua sifat kuman, yaitu pertumbuhan kuman yang
1. M. smegmatis tablet 2x optimal pada temperatur 30-33°C dan kemampuan kuman
2. M. vaccae tablet 2x memproduksi toksin mikolakton.7,17 Temperatur yang tepat
3. M. parafortuitum complex tablet 2x
menentukan awitan lesi pada kulit. Masa inkubasi berkisar
antara 2-3 bulan setelah inokulasi.17 Toksin menyebabkan
PATOGENESIS kerusakan jaringan yang hebat dan kronis, menciptakan
Infeksi mikobakterium atipikal terjadi akibat reaksi medium yang baik untuk proliferasi kuman dan melindungi
antara manusia dan kuman. Saprofit ini hanya akan kuman terhadap kontak dengan sel imunokompeten.2,7,17
menimbulkan infeksi pada manusia dalam beberapa Infeksi M. ulcerans tediri atas dua stadium, (1) stadium
kondisi tertentu.8 Infeksi ditentukan oleh virulensi pra-ulseratif dan (2) stadium ulkus nekrotik yang kronis.2,8
organisme, derajat pajanan, dan respons imun pejamu.1 Lesi kulit dini biasanya berupa nodus kecil subkutan yang
Untuk menimbulkan infeksi, dibutuhkan gangguan tidak tampak dan jarang teraba.1,2 Pada perkembangan
sistem pertahanan pejamu. Pertama, berupa kerusakan selanjutnya, lesi membesar dan menjadi terlihat oleh mata,
integritas kulit atau membran mukosa akibat luka dan trauma kadang membentuk plak dengan indurasi di bagian tepi dan
yang dapat memfasilitasi infeksi kulit.1,8 Beberapa laporan edema.2,8 Kulit di atas lesi menjadi berkilat dan kehitaman,
kasus menyatakan bahwa infeksi mikobakterium atipikal kemudian timbul nekrosis dan ulserasi. Bula dapat men-
terjadi pasca prosedur medis, misalnya kateterisasi, dahului sebelum timbul ulkus.2,3 Setiap bagian tubuh dapat
mammoplasti, videoskopi, dan bedah kosmetik.5 Ferringer terlibat pada pasien anak.2 Pada dewasa, tempat predileksi
dkk. melaporkan kejadian infeksi mikobakterium atipikal terdapat di ekstremitas, terutama ekstremitas bawah.1-3,7
pada lokasi tindik atau tattoo (alis mata dan umbilikus).10 Ulkus tidak terasa nyeri ataupun nyeri tekan, berkembang
Sañudo dkk. melaporkan 15 kasus infeksi mikobakterium cepat menjadi bentuk iregular dengan dinding yang
atipikal pasca tindakan mesoterapi.11 Laporan lainnya bergaung.1,2 Dasar ulkus berupa jaringan lemak yang
menyatakan infeksi mikobakterium atipikal terjadi pasca tin- nekrotik dan kadang dijumpai sekret mukoid jernih.1,3
dakan liposuction, laparoskopi, dan transplantasi organ.12-14 Nekrosis dapat meluas ke otot atau tulang.1 Pasien umumnya

106
J Chandra dkk. Infeksi mikrobakterium atipikal

tidak mengalami gejala konstitusi dan limfadenopati.1-3 fibrinoid. Pada kebanyakan kasus tidak dijumpai kuman, bila
Ulkus dapat sembuh spontan dalam waktu beberapa bulan ada biasanya di dalam histiosit.2
sampai tahun (6-9 bulan), mengalami fibrosis dan kalsifikasi Infeksi M. marinum pada pasien imunokompromais
dengan meninggalkan jaringan parut dan komplikasi lainnya tidak berbeda dengan pasien imunokompeten. Pasien
antara lain kontraktur, ankilosis, osteomielitis, deformitas, imunokompromais memiliki risiko lebih besar untuk
dan limfedema.1,2,8 mengalami infeksi dalam, lesi sporotrikoid, lesi kulit
Gambaran histopatologis lesi awal menunjukkan diseminata, dan keterlibatan organ dalam.14,15
nekrosis akut di dermis atau subkutan, dengan temuan Beberapa kelainan kulit yang menyerupai lesi plak atau
keterlibatan luas jaringan lemak subkutan berupa pannikulitis nodus pada infeksi M. marinum adalah leismaniasis, veruka
septum. Lemak menjadi nekrotik dan dapat mengalami vulgaris, tuberkulosis kutis verukosa, lupus vulgaris, sifilis,
kalsifikasi. Pada dermis bagian dalam, tampak vaskulitis lepra, granuloma benda asing, dan pioderma gangrenosum.2,3
leukositoklastik pembuluh darah kecil dan sedang. Saat
penyembuhan dimulai, gambaran histopatologis yang Mycobacterium kansasii
ditemukan berupa reaksi granulomatosa atau limfositik.1
Diagnosis banding lesi dini infeksi M. ulcerans berupa Mycobacterium kansasii merupakan mikobakterium
granuloma benda asing, fascitis nodular, phycomycetes, atipikal yang paling dekat hubungannya dengan M.
abses injeksi, furunkulosis, myiasis, pannikulitis, kista, dan tuberculosis.3 Kuman dapat dijumpai di alam bebas dan
tumor kelenjar apendiks. Diagnosis banding pada fase infeksi bersifat endemik.2,3 Infeksi primer yang ditimbulkan
ulseratif meliputi selulitis nekrotik aerob atau anaerob, M. kansasii adalah penyakit paru kronik dengan sifat khas
pioderma gangrenosum, pannikulitis supurativa, vaskulitis yaitu lokasi tersering di lobus atas paru dan kavitas multipel
dengan atau tanpa granuloma, dan gumma (sifilis).2 dengan dinding yang tipis. Namun demikian, kuman juga
dapat menyerang organ di luar paru antara lain kulit, kelenjar
getah bening, sistem muskuloskeletal, gastrointestinal, dan
Mycobacterium marinum urogenital.2 Infeksi umumnya terjadi pada usia dewasa, lebih
sering ditemukan pada laki-laki dan pasien dalam keadaan
Mycobacterium marinum terdapat di air tawar dan air imunodefisiensi.1-3,7,8 Inokulasi dapat terjadi baik pada
laut, termasuk kolam renang dan akuarium. Faktor risiko kulit sehat maupun kulit yang mengalami trauma ringan
infeksi berupa riwayat trauma dan pekerjaan atau hobi yang sebelumnya.8
berkaitan dengan air.1-4 Pandian dkk. melaporkan infeksi M. Manifestasi kulit infeksi M. kansasii terdapat dalam
marinum pada pasien pasca transplantasi organ.14 berbagai bentuk. Bentuk tersering berupa papul dengan
Lesi awal berupa area eritematosa dengan indurasi dan distribusi sporotrikoid.2,3 Nodus subkutan kadang ditemukan
sedikit nyeri tekan yang muncul dalam masa inkubasi 2-3 dan dapat meluas ke struktur yang lebih dalam.3 Kelainan
minggu.1,2 Lesi kemudian berkembang menjadi papulonodus juga dapat berupa plak berindurasi berwarna merah
soliter atau multipel berkelompok berwarna merah keunguan, pustul, krusta, papul verukosa, abses piogenik,
kecoklatan yang perlahan berubah menjadi keunguan.8 Lesi selulitis, plak ulserasif yang menyebar pada penyakit
dapat berupa abses2 dan menjadi ulkus atau membentuk diseminata, limfadenopati servikal, dan infeksi kulit
papul verukosa atau plak menyerupai psoriasis. Tempat periorifisial.2,3,8 Keterlibatan sistem muskuloskeletal yang
predileksi terdapat pada siku (tersering), lutut, tangan, dan umum terjadi yaitu sindrom carpal tunnel, sinovitis
kaki. Pada 25% kasus, nodus sekunder dapat terlihat dengan granulomatosa, artritis, tendonitis, fasciitis, dan osteomielitis.
pola sporotrikoid.3,8,15 Lesi dapat sembuh spontan dalam 1-2 Pada penyakit diseminata dapat disertai demam, gejala
tahun dan meninggalkan jaringan parut.1-3 Kelenjar getah konstitusi, keterlibatan organ paru, hepatosplenomegali, dan
bening regional dapat membesar, namun tidak pernah kelainan hematologi berupa leukopenia atau pansitopenia.2
pecah.1,2 Laringitis, osteomielitis, artritis, bursitis, tenosinovitis Perjalanan penyakit umumnya lambat. Sering dijumpai
dapat terjadi apabila struktur dalam terserang.2,4,7 lesi kronik yang stabil atau regresi spontan.3 Gambaran
Gambaran histopatologis infeksi M. marinum dapat berupa histopatologis bersifat tidak spesifik, berupa granuloma
inflamasi akut dan kronis sampai granuloma tuberkuloid.1 Lesi perkijuan dan dapat ditemukan basil tahan asam (BTA)
awal menunjukkan kumpulan sel PMN (polimorfonuklear) .2 Penyakit lain yang menyerupai infeksi M. kansasii yaitu
yang dikelilingi histiosit. Pada perkembangan selanjutnya, sporotrikosis, tuberkulosis, dan infeksi kulit granulomatosa
dapat ditemukan infiltrat inflamasi yang terdiri atas limfosit, lainnya.3
sel epiteloid, sel raksasa Langerhans, dan fokus nekrosis

107
MDVI Vol. 38.No.2 Tahun 2011: 104-111

Mycobacterium scrofulaceum Mycobacterium fortuitum, Mycobacterium


Kuman M. scrofulaceum ditemukan dalam produk
chelonae dan Mycobacterium abscessus
ternak, tanah, dan air.2 Paling sering bermanifestasi klinis Tiga spesies mikobakterium yang termasuk golongan
sebagai limfadenitis servikal bagian atas, unilateral, dengan rapid growers ini bersifat patogen fakultatif dan saprofit
nyeri spontan dan nyeri tekan minimal.2,3,8 Port d’entrée di alam. Organisme ini tersebar luas dan umum dijumpai
kuman tidak diketahui namun diduga berasal dari di air dan tanah.2,3
tenggorokan.2 Umumnya terjadi pada anak yang tampak Mycobacterium fortuitum, M. chelonae, dan M.
sehat, dengan rentang usia antara 1-3 tahun.3,8 Umumnya abscesssus menimbulkan gambaran klinis serupa. Lesi kulit
mengenai kelenjar getah bening submandibular dan umumnya timbul mengikuti trauma kulit atau pasca tindakan
submaksilar, jarang pada tonsilar dan servikal anterior.3 Lesi bedah, misalnya liposuction, injeksi silikon, mesoterapi,
berkembang dan membesar dalam beberapa minggu, laparoskopi, injeksi subkutan, dan pedicure.3,8,11-13,18 Lesi kulit
melunak, kadang-kadang menjadi ulkus, fistula atau ruptur dini timbul dalam 3-4 minggu setelah inokulasi berupa
dan mengering.2,3,8 Penyembuhan lesi ditandai dengan infiltrasi kemerahan yang nyeri pada lokasi inokulasi, tidak
fibrosis dan kalsifikasi.2,8 Lesi kulit tidak disertai gejala disertai gejala diseminata dan konstitusi. Abses dingin
konstitusi.2,3 Infeksi M. scrofulaceum juga dapat berupa pasca injeksi kadang-kadang ditemukan.3,8 Sarma dan
abses subkutan, multipel, diskret, atau berupa gambaran Thakur pernah melaporkan gambaran atipikal lesi kulit M.
sporotrikoid.8 Keterlibatan paru dan organ lain jarang fortuitum yang hanya berupa pembengkakan yang ber-
dilaporkan dan pada kebanyakan kasus, infeksi bersifat jinak tambah besar dalam waktu tiga minggu tanpa riwayat
dan swasirna.3 trauma pada seorang imunokompeten.18
Gambaran histopatologis limfadenopati akibat infeksi M. Lesi selanjutnya berkembang menjadi nodus berwarna
scrofulaceum serupa dengan limfadenopati pada tuber- merah kehitaman dan dapat disertai abses. Lesi diseminata
kulosis.2 Diagnosis banding infeksi ini adalah limfadenitis umumnya tidak disertai riwayat trauma dan berupa episode
bakterial, infeksi virus termasuk mononukleosis dan mumps, abses multipel yang rekurens pada ekstremitas atau erupsi
keganasan termasuk tumor padat, limfoma, dan leukemia.3 papular dan makula generalisata.3,18 Organ dalam juga dapat
terkena.3 Kuman juga dapat menyebabkan limfadenopati
Mycobacterium avium-intracellulare servikal unilateral dan gambaran pola sporotrikoid.8
Temuan pada pemeriksaan histopatologis menunjukkan
Mycobacterium avium-intracellulare meliputi berbagai respons inflamasi dimorfik berupa pembentukan granuloma
organisme dengan variasi mikrobiologi dan sifat patogenik dengan sel raksasa benda asing serta mikroabses dengan
yang luas. Setidaknya terdapat 20 subtipe kuman yang dapat sebukan sel PMN. Gambaran lain dapat berupa nekrosis,
dibedakan secara teknik imunologis, walaupun kepentingan namun tidak ada perkijuan. Kuman BTA kadang-kadang
klinisnya tidak jelas. Organisme ini biasanya dikelompokkan ditemukan di dalam mikroabses.3
bersama dengan M. scrofulaceum dan dinamakan kompleks
M. avium-intracellulare-scrofulaceum. Akan tetapi, beberapa
Mycobacterium szulgai, Mycobacterium
kepustakaan lain tetap membedakan kedua kuman ini.3
Mycobacterium scrofulaceum menyebabkan limfadenopati haemophilum dan Mycobacterium genavense
yang bersifat jinak dan swasirna serta jarang melibatkan organ Kuman M. szulgai, M. haemophilum dan M. gena-
lain, sedangkan M. avium-intracellulare umumnya menye- vense sangat jarang menyebabkan gangguan klinis pada
babkan kelainan paru dan lebih jarang menyebabkan manusia. Beberapa laporan pernah menyatakan limfa-
osteomielitis dan limfadenitis servikal disertai pembentukan denitis servikal, selulitis, nodus dan plak, bursitis, pneu-
sinus.3,7 Mycobacterium avium-intracellulare menjadi monia, dan erupsi granulomatosa subkutan yang disebab-
penyebab morbiditas pada pasien AIDS.3 kan oleh organisme ini.3
Lesi primer kulit sangat jarang dan biasanya berhu- Lebih lanjut, M. szulgai dapat memberikan kelainan
bungan dengan keadaan imunodefisiensi pasien.8 Lesi primer kulit berupa nodus eritematosa dengan nyeri tekan pada
berupa plak multipel kekuningan atau dengan tepi keme- ekstremitas, badan, atau leher. Nodus dapat berfluktuasi,
rahan, berskuama, dan indolen yang kadang-kadang menye- memecah, dan mengering secara spontan.8
rupai lupus vulgaris.3 Lesi juga dapat berupa nodus subkutan Lesi kulit akibat M. haemophilum umumnya timbul
yang berkembang secara lambat, cenderung mengalami pada lokasi yang berbeda di ekstremitas dan badan. Lesi
ulserasi, berkrusta, dan bersifat kronis.3,8 Lesi lain berupa berupa papul kemerahan hingga keunguan yang mem-
adenitis servikal, dengan pola sporotrikoid, pannikulitis, besar secara perlahan menjadi nodus ulseratif, berkrusta,
fasicitis, dan sinovitis.8 Pada keadaaan diseminata, kelainan disertai nyeri tekan atau abses dan fistula dengan isi pus.8
kulit muncul secara sekunder, berupa ulserasi generalisata, Keluhan sistemik berupa penurunan berat badan, tenosinovitis,
granuloma, infiltrasi eritematosa pada ekstremitas, adenopati efusi pada sendi, atau keluhan paru dapat ditemukan.
generalisata, pustul, atau edema jaringan lunak.3,8 Gambaran histopatologis yang dijumpai berupa granuloma
supuratif yang mengandung kuman BTA.1

108
J Chandra dkk. Infeksi mikrobakterium atipikal

Mikobakterium lain umumnya telah resisten terhadap berbagai obat anti


tuberkulosis.3,7 Tabel 4 menunjukkan pilihan terapi infeksi
Sejumlah mikobakterium lain pernah dilaporkan menye- mikobakterium atipikal yang umum diberikan.
babkan penyakit pada manusia. Beberapa spesies dapat
menyebabkan kelainan kulit pada manusia. Mycobacterium Tabel 2. Treatment of infections with mycobacteria other than
gordonae yang bersifat non patogen1 menyebabkan M. tuberculosis3
papulonodus ulseratif dengan atau tanpa penyebaran
limfangitik pola sporotrikoid.8 Inokulasi terjadi pada kulit

intracellulare

haemophilum
scrofulaceum

fortuitum
chelonae
marinum
ulcerans

kansasii
yang mengalami trauma atau pasca gigitan tikus.1,8 Setelah

avium-
inokulasi, infeksi dapat menyebabkan inflamasi difus dan
meluas dengan sekret serosanguinolen disertai gejala
sistemik (demam, menggigil, nausea, dan muntah).8
Pada pasien imunokompromais, infeksi kulit M. Amikacin + + +
xenopi dapat menyertai infeksi pada tulang dan jaringan Ansamycin +
lunak, misalnya epididimitis, osteomielitis, limfadenitis, Azithromycin +
dan artritis. Lesi kulit pada infeksi M. malmoense berupa Cefoxitin +
nodus di dermis berwarna kemerahan dan nyeri tekan Ciprofloxacin +
Clarithromycin + + +
yang tersebar di ekstremitas dan badan.8
Clofazimine + +
Cotrimoxazole +
DIAGNOSIS Cycloserine +
Dapsone +
Diagnosis beberapa infeksi mikobakterium atipikal Doxycycline + +
dapat ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit gambaran Erythromycin +
klinis, lokasi geografis, dan riwayat pekerjaan (seperti Ethambutola + + + +
pada infeksi M. marinum). Namun, tidak semua infeksi Ethionamide + +
mudah dikenali.1 Imipenem +
Seperti halnya infeksi lain, diagnosis pasti infeksi miko- Isoniazida + + +
bakterium atipikal bergantung pada identifikasi mikroor- Kanamycin +
ganisme yang diisolasi dari spesimen pada kultur.1,3,8,10 Minocycline + + + + +b
Rifampicina + + + + +
Pemeriksaan histopatologis dapat membantu diagnosis,
Rifamycin + + +
namun tidak dapat membedakan kuman penyebab karena Streptomycina + + +
sebagian besar infeksi memberikan gambaran yang sama.3 Tobramycin +
Kuman BTA tidak selalu ditemukan dalam pemeriksaan dan Surgery + + + +
ketiadaan kuman BTA tidak menyingkirkan diagnosis a
Usual antituberculosis drugs
infeksi mikobakterium atipikal.10 b
Alone or in combination with ciprofloxacin or rifampicin
Saat ini, kemajuan bidang biologi molekular memung-
kinkan dan memudahkan indentifikasi kuman penyebab Dalam menentukan terapi infeksi mikobakterium
dilakukan lebih cepat tanpa harus menunggu selama 4-6 atipikal serta pemilihan antibiotik sebaiknya berdasarkan
minggu seperti pada metode kultur konvensional. Teknik hasil uji resistensi kuman.8,9
polymerase chain reaction (PCR) memungkinkan diagnosis Pemilihan regimen, baik monoterapi atau kombinasi, dan
langsung secara cepat, sensitif, dan spesifik dalam lama pemberian terapi pada infeksi mikobakterium atipikal
identifikasi kuman. Pemeriksaan PCR dilakukan dengan sangat bervariasi. Sampai saat ini, tidak ada regimen anti-
menggunakan penanda asam nukleat dalam mengiden- biotik baik tunggal atau kombinasi yang menjadi terapi pili-
tifikasi sekuens basa spesifik DNA atau RNA kuman.1 han. Pemilihan terapi diyakini bergantung pada status imun
Abdala dkk. dan Collina dkk. melaporkan keunggulan pejamu, kedalaman infeksi, dan respons terapi sebelumnya.4,7
teknik PCR sebagai metode terbaik untuk mendiagnosis Terapi empiris dapat dilakukan mengingat waktu
infeksi mikobakterium atipikal. Namun mereka menyatakan kultur yang lama. Lesi kecil dapat dilakukan eksisi. Lesi
bahwa diagnosis akhir infeksi tidak dapat ditegakkan yang luas atau diseminata paling baik diterapi dengan
ataupun disingkirkan hanya berdasarkan teknik PCR. antibiotik sesuai sensitivitas kuman. Lama terapi yang
Korelasi temuan klinis dan patologi tetap menjadi langkah dibutuhkan bervariasi, namun biasanya membutuhkan
diagnosis untuk semua kasus.20,21 waktu beberapa bulan atau lebih.10
Terapi bedah menjadi kontraindikasi pada infeksi M.
marinum karena dapat mengaktivasi dan memperluas
TERAPI infeksi. Aplikasi panas dianggap sebagai terapi ajuvan yang
Penanganan infeksi akibat mikobakterium atipikal cukup efektif. Minosiklin, trimetoprim-sulfametoksasol
sulit dan membutuhkan waktu lama.7 Sebagian kuman atau kombinasi rifampisin dengan etambutol dilaporkan

109
MDVI Vol. 38.No.2 Tahun 2011: 104-111

masih efektif. Lama terapi yang dibutuhkan untuk infeksi / Wilkinson / Ebling textbook of dermatology. Edisi ke-6.
M. marinum rata-rata 6 minggu.2 Dalam studi terhadap 63 London: Blackwell Science, 1998. h.1181-14.
kasus yang dilakukan oleh Aubry dkk., antibiotik yang masih 2. Moschella SL, Cropley TG. Diseases of the mononuclear
sensitif terhadap kuman M. marinum adalah klaritromisin, phagocytic system (the so-called reticuloendothelial system).
Dalam: Moschella SL, Hurley HJ, penyunting. Moschella
minosiklin, doksisiklin, rifampisin, dan etambutol.* and Hurley dermatology. Edisi ke-3. Philadelphia: WB
Pemberian antibiotik pada infeksi M. ulcerans sering Saunders Company, 1992. h. 1077-89.
mengecewakan dan dianjurkan untuk menunda pemberian 3. Tappeiner G. tuberculosis and infections with atypical myco-
antibiotik sampai terjadi fase penyembuhan.1 Intervensi bedah bacteria. Dalam: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest
merupakan pilihan terapi. Eksisi pada nodus merupakan cara BA, Paller AS, Leffell DJ, penyunting. Fitzpatrick’s derma-
terapi relatif sederhana dan kuratif.17 Sementara pada ulkus, tology in general medicine. Edisi ke-7. New York: The
debridement luas disertai tandur kulit menjadi terapi yang McGraw-Hill Companies Inc, 2008. h.1768-78
cukup efektif.2,8 Terapi tambahan yang dapat mempercepat 4. Dodiuk-Gad R, Dyachenko P, Ziv M, Shani-Adir A, Oren
proses penyembuhan ulkus adalah rifampisin dan kombinasi Y, Mendelovici S, dkk. Nontuberculous mycobacterial
infections of the skin: a retrospective study of 25 cases. J
trimetoprim-sulfametoksazol disertai terapi fisis menggunakan Am Acad Dermatol. 2007; 57(3):413-20.
panas atau oksigen hiperbarik.1,2,8 5. Pedro HSP, Pereira MIF, Goloni MRA, Ueki SYM,
Mycobacterium kansasii umumnya memberikan respons Chimara E. Nontuberculous mycobacteria isolated in São
terapi yang baik.7 Pada pasien dengan keterlibatan paru-paru José do Rio Preto, Brazil between 1996 and 2005. J Bras
dan organ di luar paru-paru umumnya diberikan terapi Pneumol. 2008; 34(11):950-5.
kombinasi rifampisin dengan satu atau lebih obat antitu- 6. Ryoo SW, Shin S, Shim MS, Park YS, Lew WJ, Park SN, dkk.
berkulosis lainnya.2 Rekomendasi lain berupa kombinasi Spread of nontuberculous mycobacteria from 1993 to 2006 in
isoniazid, etambutol, dan rifampisin selama 18-24 bulan atau Koreans. J Clin Lab Anal. 2008; 22:415-20.
sampai kultur sputum memberikan hasil negatif.7 Terapi 7. Johnson JL, Ellner JJ. Tuberculosis and atypical mycobacterial
infections. Dalam: Guerrant RL, Walker DH, Weller PF,
bedah dianjurkan pada pasien dengan kelainan paru.2 penyunting. Tropical infectious diseases principles, pathogens,
Pengobatan infeksi M. haemophilum sering menge- & practice. Edisi ke-2. Philadelphia: Churchill Livingstone
cewakan. Lesi kulit dapat menetap atau rekuren setelah terapi Elsevier; 2006. h.418-27.
dihentikan. Status imun pasien mempengaruhi keberhasilan 8. Motta RN, dos Reis AN. Atypical mycobacteriosis. Dalam:
terapi.1 Tyring SK, Lupi O, Hengge UR, penyunting. Tropical
Saat ini terdapat regimen baru yang mulai banyak dermatology. Edisi ke-1. Philadelphia: Churchill Livingstone
digunakan dalam terapi infeksi mikobakterium tuber- Elsevier; 2006. h.273-7.
kulosis maupun atipikal. Ntziora dan Falagas melaporkan 9. Ho MH, Ho CK, Chong LY. Atypical mycobacterial cuta-
bahwa linezolid, sebuah obat golongan oksazolidinon, neous infections in Hong Kong: 10-year retrospective study.
Hong Kong Med J. 2006; 12(1): 21-6.
mungkin efektif diberikan pada pasien infeksi mikobak- 10. Ferringer T et al. Body piercing complicated by atypical
terium, terutama pada kasus kegagalan terapi dengan mycobacterial infections. Pediatric Dermatology. 2008; 25(2):
regimen antibiotik akibat galur kuman yang resisten. 219-22.
Linezolid mampu menghambat pertumbuhan kuman 11. Sañudo A, Vallejo F, Sierra M, Hoyos JG, Yepes S, Wolff JC,
mikobakterium yang resisten. Selain itu, obat ini juga dkk. Nontuberculous mycobacteria infection after meso-
mampu melakukan penetrasi ke dalam makrofag dan therapy: Preliminary report of 15 cases. International
menghambat kuman yang terdapat di dalam sel.22 Journal of Dermatology 2007; 46:649-53.
12. Al Soub H, Al-Maslamani E, Al-Maslamani M. Myco-
bacterium fortuitum abdominal wall abscesses following
PENUTUP liposuction. Indian J Plast Surg. 2008; 41(1): 58-61.
Angka kejadian infeksi mikobakterium atipikal semakin 13. Rajini M et al. Postoperative infection of laparoscopic surgery
tinggi belakangan ini, terutama setelah era pandemi wound due to Mycobacterium chelonae. Indian J Med
Microbiol. 2007; 25(2): 163-5.
HIV/AIDS. Status imun pejamu mempengaruhi tingkat 14. Pandian TK, Deziel PJ, Otley CC, Eid AJ, Eazonable RR.
keparahan infeksi, misalnya pada keadaan imunodefisiensi Mycobacterium marinum infections in transplant recipients:
infeksi mikobakterium atipikal dapat bersifat diseminata. case report and review of the literature. Transplant Infectious
Terapi antibiotik pada infeksi mikobakterium atipikal Disease 2008; 10: 358-63.
diberikan berdasarkan hasil uji sensitivitas dan resistensi 15. Bartralot R, Garcia-Patos V, Sitjas D, Rodriguez-Cano L,
kuman. Kebanyakan kuman telah resisten terhadap agen Mollet J, Martion-Casabona N, dkk. Clinical patterns of
antituberkulosis, sehingga uji sensitivitas dan resistensi cutaneous nontuberculous mycobacterial infections. Br J
menjadi pemeriksaan yang penting dan wajib dilakukan. Dermatol. 2005; 152: 727-34.
16. Bartralot R et al. Cutaneous infections due to nontuberculous
mycobacteria: histopathological review of 28 cases. Com-
DAFTAR PUSTAKA parative study between lesions observed in immunosuppressed
1. Gawkrodger DJ. Mycobacterial infections. Dalam: Champion patients and normal hosts. J Cutan Pathol. 2000; 27: 124-9.
RH, Burton JL, Burns DA, Breathnach SM, penyunting. Rook

110
J Chandra dkk. Infeksi mikrobakterium atipikal

17. Meyers WM, Portaels F. Mycobacterium ulcerans infections 20. Abdalla CMZ, de Oliveira ZN, Sotto MN, Leite KR, Canavez
(buruli ulcer). Dalam: Guerrant RL, Walker DH, Weller PF, FC, de Carvalho CM. Polymerase chain reaction compared to
penyunting. Tropical infectious diseases principles, pathogens, other laboratory findings and to clinical evaluation in the
& practice. Edisi ke-2. Philadelphia: Churchill Livingstone diagnosis of cutaneous tuberculosis and atypical mycobacteria
Elsevier; 2006. h.428-34. skin infection. International Journal of Dermatology. 2009;
18. Sarma S, Thakur R. cutaneous infection with Mycobacterium 48:27-35.
fortuitum: an unusual presentation. Indian Journal of Medi- 21. Collina G, Morandi L, Lanzoni A, Reggiani M. Atypical
cal Microbiology. 2008; 26(4): 388-90. cutaneous mycobacteriosis diagnosed by polymerase chain
19. Jesudason MV, Gladstone P. Non tuberculous myco- reaction. Br J Dermatol. 2002; 147: 781-4.
bacteria isolated from clinical specimens at a tertiary care 22. Ntziora F, Falagas ME. Linezolid for the treatment of patients
hospital in South India. Indian J Med Microbiol. 2005; with atypical mycobacterial infection: a systematic review. Int
23(3): 172-5. J Tuberc Lung Dis; 2007; 11(6): 606-11

111

Anda mungkin juga menyukai