Anda di halaman 1dari 36

oleh:

I Putu Indra Wiadnyana, S.Ked


Pembimbing:
dr. Sari Mandayani, Sp.P
Empiema merupakan suatu proses supurasi yang
terjadi di dalam rongga pleura terjadinya akumulasi
pus dalam rongga pleura.

Tingkat kematian sekitar 20% biasanya akibat gagal


bernapas dan sepsis, sebagian besar kasus
empyema disebabkan oleh penjalaran infeksi ,
paling sering disebabkan oleh pneumonia, sebagain
kasus juga dapet disebabkan oleh trauma dada,
tindakan pembedahan.

Bakteri terbanyak penyebab empyema adalah


Staphylococcos dimana 50% kasus dengan kultur
Pus ditemukan bakteri tersebut, sisanya disebabkan
oleh bakteri streptococcus dan bakteri Anerob.

Prevalensi dan mortalitas empiema mula-mula


menurun, tetapi saat ini menigkat oleh karena
perubahan jenis kuman penyebab dan resistensi
terhadap antibiotik, (Palgunadimargono, 2008).
Empiema adalah suatu infeksi pada
ruang pleura yang berhubungan dengan
pembentukan cairan yang kental dan
purulen baik terlokalisasi atau bebas
dalam ruang pleura yang disebabkan
karena adanya dead space dan inokulasi
bakteri.
Penyebab terjadinya empiema

Infeksi dari dalam paru Infeksi dari luar paru

 Pneumonia  Trauma thoraks


 Abses paru  Pembedahan thorax
 Bronkiektasis  Torakosintesis pada pleura
 TBC paru  Sufrenik abses
 Aktinomikosis paru  Amoebic liver abses
 Fistel bronko-pleura (Faucy, 2009)
Bakteri penyebab

• Bakteri gram negatif (P. Aeruginosa, Klebsiella, Bacteroides, E. coli, P.


Mirabilis) 20 – 30%

• S. aureus 25 – 35%

• S. pyogenes 5 – 15%

• Bakteri anaerob 30 – 70%

• Kultur (-) 3 – 30%

• Polimikroba 30 – 70%
Stadium Stadium Stadium 3
1(eksudat) 2(fibropurulenta) (organisasi)
• Peningkatan • Inflamasi +++ • Inflamasi <
permeabilitas • Cairan kental dan • Fibrotik +++
• Neftrofil +++ keruh • Cairan empiema <
• Glukosa (n) • PMN +++ • Lukolasi +
• pH (n) • Bakteri +++ • Kekakuan jaringan
• 24-72 jam • Debris ++ pleura
• Glukosa < • Terbentuk
• pH < fibrothorax
• 7-10 hari • pH<
Invasi basil piogenik ke
pleura

Fistel bronkus
Empiema
pleural
Timbul radang akut dan nesessitasis
pembentukan eksudat
serous

Menembus dinding Menembus


toraks dan keluar bronkus
Banyaknya sel PMN yang melalui kulit
mati

PUS
Meningkatkan kadar
protein Endapan fibrin akan
Timbulnan cairan
membentuk kantong yang
kental dan keruh
melokalisasi nanah
Empiema akut

1. awitan mirip pneumonia


2. panas tinggi
3. nyeri pada dada pleuritik
4. tanda-tanda adanya cairan dalam rongga pleura.
5. toksemia, anemia dan clubbing finger dalam beberapa
minggu
6. tidak segera dikeluarkan akan timbul fistel bronkopleura.
ditandai dengan batuk yang makin produktif, bercampur
nanah dan darah masif, serta kadang-kadang bisa timbul
sufokasi.
Empiema kronis

1. lebih dari tiga bulan.


2. badannya terasa lemas,
3. keadaan umum makin menurun,
4. pucat,
5. clubbing finger,
6. gerak napas tertinggal dan adanya tanda-tanda cairan
pleura.
7. Bila terjadi fibrotoraks, trakea dan jantung akan tertarik
ke sisi yang sakit
Anamnesa

Demam tinggi jika faktor penyebabnya pneumonia dan keluar keringan


malam, berat badan turun, batuk lama jika penyebabnya TBC paru.

Nyeri pleura, nyeri tajam yang memberat saat inspirasi dan ekspirasi.

Dispnea dimana lebih nyaman tidur miring pada sisi yang terkena
empiema, biasanya pada kasus yang masif.

Anoreksia dan penurunan berat badan.


Pemeriksaan Fisik

Pada inspeksi, sisi yang sakit lebih cembung, tertinggal pada pernapasan.

Pada palpasi ditemukan penurunan fremitus raba

Pada perkusi ditemukan suara flatness (redup)

Pada auskultasi dada ditemukan penurunan suara napas

Mediastinum terdorong ke sisi yang sehat

Pada empiema yang kronis hemitoraks yang sakit mungkin sudah mengecil karena
terbentuknya schwarte
Thorax foto

Pada pasien empiema, aliran bebas cairan pleura terkumpul di bagian tertentu
dan cavum pleura dan mengaburkan / menumpulkan sudut kostofrenikus. Jumlah
cairan pleura yang menyebabkan penumpulan sudut kostofrenikus pada foto
toraks posisi lateral sekitar 75 ml. Pada foto toraks PA jumlah cairan yang
menyebabkan penumpulan sudut kostofrenikus sekitar 200 ml.
Bronkoskopi

• Dilakukan pada keadaan seperti (Alsagaf, 2010) :

1. Untuk menentukan tumor atau benda asing di


intrabronkial

2. Untuk menentukan fistel bronkopleura, dibuktikan


dengan penyuntikkan beberapa methylen blue ke dalam
rongga pleura, sehingga dapat dilihat dari lobus mana
yang sekretnya berwarna biru.
Computed Tomography

Penggunaannya :
1. Efusi komplikasi dengan lokulasi untuk
pertimbangan terapi
2. efusi pleura atipikal sepanjang mediastinum
3. pleura yang menebal
4. loculations dalam celah septa atau
gelombang gas dalam rongga pleura.
CT Scan
MRI dan USG thorax
• Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI mungkin berguna untuk mengevaluasi penebalan membran
pleura ketika pemberian kontras merupakan kontraindikasi pada
pasien dengan gangguan fungsi ginjal.

• Ultrasonography (USG)
USG merupakan pemeriksaan tambahan yang penting dalam
mendefinisikan :
1. karakteristik efusi pleura dan dapat pula untuk
2. mendeteksi efusi kecil.
3. viskositas cairan dan septa
4. efusi yang terlokulasi.
Diagnosis pasti

Didapatkan nanah atau pus yang berasal dari rongga pleura melalui aspirasi,
drainase dan proof pungsi

Nanah digunakan sebagai bahan pemeriksaan bakteriologi, amoeba, jamur, kultur


dan tes resistensi antibiotik

Parameter Eksudat Transudat


Kejernihan Keruh, purulen, kental Jernih, serus, kuning
Rivalta test + -
Protein pleura/plasma >0.50 <0.50
LDH Pleura / Plasma > 0.60 < 0.60
Protein plasma cairan >1,2 g% <1,2g%
plasma dan serum
• Fistel bronkopleura

• Nessesitasis

• Syok

• Sepsis

• Gagal jantung kongesti


Farmakologis
Fibrinolitik Intrapleura
Antibiotik empiris
1. Pada empiema kental dan Terapi kausatif
1.β laktam lukolasi .
2. Kontraindikasi pada fistula
pengobatan spesifik untuk
2. Penicilin
bronkopleura, gangguan penyakit yang mendasari
3. Sefalosporin koagulasi. empiema
4. kabapenem. Streptokinase 200.000 – 250.000 1. amoebiasis
5.metronidazole atau IU 1 – 2 kali/hari
clindamycin ( curiga patogen 2. tuberculosis
Urokinase 50.000 – 100.000 IU
anaerob) 1x1 hari 3. actinomicosis
Lama pemberian antibiotik Saat pemberian WSD diklem 4 – 4. Keganasan
adalah 2 – 4 minggu 8 jam. Obat diberikan selama 3
hari berturut-turut
Surgery
Pengosongan nanah

Close drainage tube


toracotomy water Open drainase
scaled drainase

Penutupan rongga
empiema

Dekortikasi Torakoplasti
Dilakukan pada abses
untuk mencegah efek
Pengosongan nanah toksisnya dan mencegah
sepsis

Closed drainage-tube toracostory


Drainage terbuka (open drainage)
water scaled drainage

• Nanah sangat kental dan sukar


diaspirasi Dikerjakan pada empiema kronis, hal ini
bisa terjadi akibat pengobatan yang
• Nanah terus terbentuk setelah dua terlambat atau tidak adekuat, drainase
minggu tidak adekuat sehingga harus mengganti
atau membersihkan drain.
• Terjadinya piopneumothorax

Upaya WSD dapat dibantu dengan pengisapan negatif sebesar


1020 cmH2O . Jika setelah 3-4 minggu tidak ada kemajuan, harus
ditempuh cara lain seperti empiema kronis
Penutupan rongga empiema

Torakoplasti
Dekortikasi
Jika empiema tidak mau sembuh
indikasi : karena adanya fistel bronkopleura
1. Drain tidak berjalan baik karena atau tidak mungkin dilakukan
banyak kantung-kantung dekortikasi
2. Letak empiema sukar dicapai Pada pembedahan ini, segmen dari
oleh drain tulang iga dipotong subperiosteal,
3. Empiema totalis yang mengalami dengan demikian dinding toraks
organisasi pada pleura visceralis. jatuh ke dalam rongga pleura
karena tekanan atmosfer
Dipengaruhi oleh umur serta penyakit yang melatarbelakanginya. Angka
kematian meningkat pada usia tua, penyakit asal yang berat dan pengobatan
yang terlambat.

Faktor prognosis buruk pada empiena apabila:

• Didapatkan nanah di rongga pleura


• Pewarnaan gram cairan pleura positif
• Kadar glukosa cairan pleura kurang dari 40 mg/dl
• Biarkan cairan pleura positif
• pH cairan pleura < 7,0
• Kadar LDH cairan pleura > 3 kali nilai normal serum
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai