|Halaman judul
TESIS
Sampul Depan
TESIS
Sampul Dalam
TESIS
Oleh:
Nama: Miranti Florencia Iswari
NIM: 131414153036
Oleh:
Pembimbing Utama
Pembimbing Serta
Sriyono, S.Kep.Ns.M.Kep.Sp.KMB
NIP. 197011202006041001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Magister Keperawatan
Panitia Penguji,
Mengetahui
Ketua Program Studi Magister Keperawatan
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul
“Pengaruh Kombinasi Terapi Spiritual Deep Breathing Exercise terhadap Nyeri
dan Kecemasan Pasien Post Operasi Orthopedi Fraktur Nonpatologis”. Tesisini
disusun sebagai persyaratan memperoleh gelar magister keperawatan (M.Kep)
dalam Program Studi Magister Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas
Airlangga.
Penyusunan ini tidak lepas dari bantuan dan pengarahan dari berbagai
pihak.Untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada yan terhormat:
1. Prof. Dr. Nursalam, M.Nurs., (Hons) sebagai Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga
2. Dr. Tintin Sukartini, S.Kp.,M.Kes selaku Ketua Program Studi Magister
Keperawatan, sekaligus sebagai penguji tesis yang telah memberikan
bimbingan dan masukan dalam menyempurnakan proposal ini
3. Dr. Ah. Yusuf, S.Kp.,M.Kes selaku pembimbing utama dalam tesis ini yang
banyak memberikan arahan dan bimbingannya dalam menyelesaikan proposal
ini.
4. Bapak Sriyono, S.Kep,Ners.,M.Kep.,Sp.KMB selaku pembimbing serta dalam
tesis ini, yang telah memberikan arahan dan bimbingannya dalam
menyempurnakan proposal penelitian ini
5. Bapak Teddy Heri Wardhana dr. Sp.OT (K) selaku penguji tesis yang telah
memberikan koreksi dan masukan dalam menyempurnakan tesis ini
6. Ibu Yulis Setiya Dewi, S.Kep., M.Ng selaku penguji tesis yang telah
memberikan koreksi dan masukan dalam menyempurnakan tesis ini
7. Ibu Ninuk Dian Kurniawati, S.Kep.,Ns.,MANP selaku pembimbing akademik
yang telah banyak memberikan bimbingan dan motivasi untuk belajar dan
terus belajar
8. Dr. Pangestu Widodo, MARS selaku direktur Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang
9. Ns. Lismawati,S.Kep selaku kepala ruangan rawat inap bedah Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang yang terbuka dalam memberikan data tentang
pasien post operasi orthopedi fraktur nonpatologis dan selalu bersedia
membantu dalam penyelesaian tesis ini
10. Semua responden yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini
11. Kedua orang tua, suami dan anak-anakku tercinta yang selalu memberikan
dukungan, doa dan semangat dalam menyelesaikan tesis ini
12. Teman-teman magister keperawatan angkatan 7 atas dukungan, doa dan
bantuan kalian dalam menyelesaikan tesis ini
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam tesis ini. Untuk itu
penulis sangat mengharapkan masukan dan saran yang membangun dari segenap
pembaca. Akhir kata semoga tesis ini dapat dilanjutkan untuk disetujui dilakukan
penelitian.
Penulis
Dibuat di : Surabaya
Pada tanggal : 4 Agustus 2016
Yang menyatakan,
RINGKASAN
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien post operasi orthopedi fraktur
nonpatologis yang dirawat di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang (RSMP)
dengan kriteria inklusi : pasien yang akan menjalani operasi orthopedi fraktur non
patologis tanpa operasi penyerta lainnya, beragama Islam, berusia 15 - 60 tahun,
pasien dengan waktu 24 jam pasca operasinya berada pada pukul 08.00-11.00
WIB, pasien dalam kondisi sadar penuh saat dilakukan pengkajian maupun
intervensi, pasien memiliki kemampuan baca tulis, pasien tidak mengalami
gangguan pendengaran, pasien bersedia menjadi responden dengan
menandatangani lembar persetujuan penelitian (informed consent). Variabel
dalam penelitian ini adalah terapi spiritual deep breathing exercise, nyeri dan
kecemasan, dengan variabel perancu usia, jenis kelamin dan riwayat pembedahan.
Data dianalisis menggunakan uji Wilcoxon dan uji Mann-Whitney karena sebaran
data yang tidak normal.
Hasil penelitian menunjukkan: 1) ada pengaruh kombinasi terapi spiritual
deep breathing exercise terhadap nyeri pada pasien post operasi orthopedi fraktur
nonpatologis, 2) ada pengaruh kombinasi terapi spiritual deep breathing exercise
terhadap kecemasan pada pasien post operasi orthopedi fraktur nonpatologis.
SUMMARY
Pain felt by orthopedic post operation patients has acute characteristic with
its severe level due to damage degree which harm superficial, soft tissue, boned
exposed, blood vessel and nerve system. Analgesic request to reduce the
increasing pain among orthopedic post-operation patients is in line with high risk
of side effect such as pruritus, nauseous and vomiting, headache, dry mouth, limp,
vision disorder, palpitation, sedation, confused, agitation, urine retention and also
constipation. These would lengthen the recovery time, hampered early
ambulation, decreasing system function and hampered discharge planning.
Preliminary study conducted in Muhammadiyah Hospital in Palembang toward 3
patients on first day of orthopedic post operation reported that 1 patient complain
scale 7 of pain and score 28 of anxiety while the remaining 2 complain scale 6 of
pain and score 27 and 25 of anxiety. Objective of this study was to explain
combination effect of spiritual therapy deep breathing exercise toward pain and
anxiety of non pathologic fracture orthopedics post operation patients.
Study design used in this paper was quasi experiment with pre-post test
control group design. This study was conducted to compare intervention
effectiveness given toward treatment group and control group before and after the
intervention. In this study, treatment group has standard therapy(ketorolak 30 mg)
andintervention of spiritual deep breathing exercise, while control group would
only receive standard therapy in their room without additional intervention. Both
group was measured for its pain and anxiety level, before and after intervention
was given.
Population of this study were non pathologic fracture orthopedic post-
operation patients in Muhammadiyah Hospital of Palembang (RSMP) with
inclusion criterion: patient whose about to receive non pathologic fracture
orthopedic operation without other additional operation, Moslem, about 15-60
years old, patient with its 24 hours post operation would be during 08.00-11.00
ABSTRAK
Nyeri akut pada tingkat severe dan kecemasan yang tidak teratasi post operasi
orthopedi fraktur nonpatologis menyebabkan tingginya permintaan analgetik pada
pasien, yang menyebabkan tingginya resiko efek samping obat seperti pruritus,
mual dan muntah, pusing, mulut kering, perasaan lemah, gangguan penglihatan
dan sebagainya. Hal tersebut akan menyebabkan waktu pemulihan yang
memanjang, terhambatnya ambulasi dini dan discharge planning. Tujuan dari
penelitian ini adalah menjelaskan pengaruh kombinasi terapi spiritual deep
breathing exercise terhadap nyeri dan kecemasan pasien post operasi orthopedi
fraktur nonpatologis.Desain penelitian ini adalah quasiexperiment dengan
rancangan penelitian pre-post test control group design. Populasi dalam penelitian
ini adalah pasien post operasi orthopedi fraktur nonpatologisdengan jumlah
sampel 28 responden. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive
sampling. Variabel dalam penelitian ini adalah terapi spiritual deep breathing
exercise terhadap nyeri dan kecemasan. Instrumen yang dipergunakan adalah
kuesioner. Hasil penelitian dianalisis menggunakan uji Wilcoxon dan uji Mann-
Whitney.Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) ada pengaruh kombinasi terapi
spiritual deep breathing exercise terhadap nyeri pada pasien post operasi
orthopedi fraktur nonpatologis,2) ada pengaruh kombinasi terapi spiritual deep
breathing exercise terhadap kecemasan pada pasien post operasi orthopedi fraktur
nonpatologis. Terapi spiritual deep breathing exerciseterbuktiefektif dalam
menurunkan tingkat nyeri dan kecemasan pasien post operasi orthopedi, sehingga
dapat direkomendasikan sebagai salah satu pilihan terapi komplementer dalam
manajemen nyeri post operasi yang murah, mudah dan aman. Rekomendasi: 1)
Rumah sakit dapat memfasilitasi setiap ruangan rawat inap dengan indikasi pasien
nyeri akut dengan audio untuk memperdengarkan Murrotal QS Ar-Rahman yang
disertai pedoman tatacara melakukan spiritual deep breathing exercise, 2) Dapat
dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah responden yang lebih banyak dan
waktu penelitian serta frekuensi intervensi yang lebih lama.
ABSTRACT
Severe pain and unmanageable anxiety in non pathologic fracture orthopedic post
operation has caused high demand of analgesic among patients which also causing
high risk of side effect such as pruritus, nauseous and vomiting, headache, dry
mouth, limp, vision disorder and others. These would lengthen the recovery time,
hampering early ambulation and discharge planning. Objective of this study was
to explain combination effect of spiritual deep breathing exercisetherapytoward
pain and anxiety felt by non pathologic fracture orthopedic post operation
patients.Study design was quasi experiment with pre-post test control group
design. Population of this study was 28 non pathologic orthopedic post operation
patients as respondents. Sample collection technique was using purposive
sampling. Variable in this study was spiritualdeep breathing exercisetherapy
toward pain and anxiety. Instrument used was questionnaire. Study result was
analyzed using Wilcoxon and Mann Whitney test.Result showed that 1) there was
combination effect of spiritualdeep breathing exercisetherapytoward pain among
non pathologic fracture orthopedic post operation patients, 2) there was
combination effect of spiritualdeep breathing exercisetherapytoward anxiety
among non pathologic fracture orthopedic post operation patients. Spiritualdeep
breathing exercise therapywas proven effective to decrease the pain and anxiety
among orthopedic post operation patients, thus it is recommended as one of
complementary therapy option in post-operation pain management which is
inexpensive, easy and safe. Recommendation: 1) Hospital could facilitate every
in-patient room with indication acute pain by audio to broadcast Murrotal QS Ar-
Rahman with manual on how to conduct spiritual deep breathing exercise, 2)
Subsequent study might be done with larger respondent and longer study duration
and longer intervention frequency.
DAFTAR ISI
5.6
Pengaruh sebelum dan sesudah dilakukan terapi spiritual
deep breathing exercise terhadap kecemasan pada pasien
post operasi orthopedi fraktur nonpatologis pada kelompok
intervensi dan kelompok kontrol ....................................................85
BAB 6 PEMBAHASAN .................................................................................... 86
6.1 Terapi spiritual deep breathing exercise terhadap nyeri ................87
6.2 Terapi spiritual deep breathing exercise terhadap
kecemasan.......................................................................................96
6.3 Keterbatasan penelitian ..................................................................99
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 101
7.1 Kesimpulan ...................................................................................101
7.2 Saran .............................................................................................101
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN
Nyeri akut masih ditemukan pada pasien post operasi fraktur nonpatologis
dari pasien meminta untuk kembali diberikan analgetik setelah 2 jam pemberian
pertama. Menurut Chelly et.al (2003) hal ini disebabkan semua pembedahan di
unit orthopedi akan mengakibatkan intensitas dan durasi nyeri akut yang berbeda
dari unit sistem lain karena derajat kerusakan yang menciderai mulai dari
tersebut sejalan dengan tingginya resiko efek samping obat seperti pruritus, mual
2007).
non farmakologis terhadap nyeri pasien post operasi orthopedi antara lain dengan
Deep Breathing Exercise/DBE (Nurdin, Killing, & Rottie, 2003), terapi musik
(Engwall & Duppils, 2009; McCarville, 1998; Novita, 2012), kombinasi terapi
seperti DBE dan guided imagery (Lim, Yobas, & Chen, 2014; Elizabeth et.al,
2013), hypnosis dan DBE (Lim, Yobas, & Chen, 2014), serta teknik relaksasi dan
back massage (Buyukyilmaz & Asti, 2013). Namun efektifitas berbagai terapi
diterapkan secara universal . Sejauh ini nyeri akut yang masih ditemukan pada
dan menempati lebih dari 50% tempat tidur di berbagai rumah sakit (Helmi, 2012;
Rasjad, 1998). Nyeri pada pasien post operasi orthopedi menimbulkan efek nyeri
yang lebih lama pada masa pemulihan (Chelly et.al, 2003). Penelitian
3 orang pasien pada hari pertama pasca operasi orthopedi menunjukkan 1 orang
pasien mengeluh nyeri dengan skala 7 dan skor cemas 28, 2 orang pasien
mengeluh nyeri dengan skala 6 dan skor cemas masing-masing 27 dan 25. Data
ini didukung oleh beberapa penelitian antara lain 25-50% pasien post operasi
orthopedi melaporkan nyeri pada sklala severe(Huang et.al, 2001). Nyeri akut
terjadi pada 39-97% pasien post operasi orthopedi (Buyukyilmaz, Sendir, &
diwawancarai pada hari kedua setelah operasi orthopedi (Bergh et.al, 2005).
Ketika tidak diobati atau dengan manajemen yang tidak tepat, nyeri dapat
koagulasi darah, retensi cairan, lelah, ansietas, penurunan status gizi, gangguan
rawat di rumah sakit serta berpengaruh terhadap effective cost management dan
kepuasan pasien (Good et.al, 1999; McCarville, 1998). Sebanyak 12% pasien post
melibatkan nyeri dan cemas (Chelly et.al, 2003). Hal ini menuntut perawat
2008).
Good (1992) menjelaskan bahwa kombinasi dari dua atau lebih terapi yang telah
efektivitas yang bervariasi. DBE dan guided imagery, belum dapat menunjukkan
hasil yang signifikan terutama terhadap nyeri pasien post operasi orthopedi
kecemasan yang digunakan masih bervariasi, tidak terfokus pada satu pilihan
musik sehingga tidak bisa diterapkan pada semua sampel (Lim, Yobas, & Chen,
2014). Sedangkan kombinasi DBE dengan hypnosis maupun back massage, hanya
bisa dilakukan oleh terapis/perawat yang terlatih dan efektivitas secara khusus
pada pasien post operasi orthopedi belum banyak diteliti (Lim, Yobas, & Chen,
2014; Buyukyilmaz & Asti, 2013). Pada penelitian diatas DBE paling banyak
intervensi yang mudah, murah dan aman untuk dilakukan pada pasien post operasi
nyeri dan cemas secara lebih optimal karena keyakinan spiritual individu terhadap
agamanya lebih bersifat universal dan mampu membuat persepsi menjadi positif.
signal Alpha band yang menimbulkan keadaan yang lebih menenangkan (more
relaxing).
dan mempunyai tempo 79,8 bpm. Persepsi auditori dari surah Ar-Rahman bekerja
Hawks, 2009). Selain itu saat tubuh melakukan DBE dengan benar dan teratur
jantung serta ketegangan otot dan menyebabkan tubuh berada pada konsentrasi
tinggi sehingga akan mengaktivasi gelombang alfa pada otak yang merangsang
pengeluaran endorfin. Dalam teori gate controltingkat endorfin yang tinggi akan
mempersepsikan nyeri sehingga masukan yang dominan berasal dari serabut beta-
yang disampaikan di korteks adalah stimulasi modulasi dan bukan nyeri(Potter &
Perry, 2006).
Menimbulkan nyeri
akut pada level Diberikan
severe dan Kombinasi
Tindakan kecemasan pada Menyebabkan waktu Terapi
pembedahan periode adaptasi pemulihan yang Spiritual
fraktur non terhadap proses memanjang, Deep
patologis pasca operasi terhambatnya Breathing
orthopedi: ambulasi dini, Exercise
• 30 % - 97% penurunan fungsi
sistem, terhambatnya
Dipengaruhi oleh: pasien mengalami
discharge planning: Penurunan
• Usia nyeri akut pada
periode post • 12% pasien post skala nyeri
• Jenis kelamin operasi orthopedi dan
operasi orthopedi
• Riwayat termasuk reduksi
• Nyeri akut pada penurunan
pembedahan/nyeri mengalami tingkat
pasien post
sebelumnya prolonged kecemasan
operasi orthopedi
• Riwayat ambulation yang
memiliki
pengobatan sebagian besar
hubungan yang
sebelumnya melibatkan nyeri
signifikan dengan
• Analgesic yang dan cemas
kecemasan
digunakan
nonpatologis
nonpatologis
1.5 Manfaat
medikal bedah, terutama dalam mekanisme penerapan kombinsi terapi pada gate
control theory untuk menurunkan nyeri dan kecemasan pasien post operasi
orthopedi
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
menyebutkan bahwa nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak
yang nyata, ancaman dan fantasi luka (Tamsuri, 2007). Sementara Long (1996)
mengungkapkan bahwa nyeri adalah perasaan yang tidak nyaman yang bersifat
pengalaman yang dapat dipelajari oleh pengaruh dari situasi hidup masing-masing
orang.
Harsono (2009) membahas bahwa nyeri pasca bedah adalah gabungan dari
pendengaran, bau, rasa, sentuhan dan nyeri merupakan hasil stimulasi reseptor
distress dan penderitaan ( (Potter & Perry, 2006; Black & Hawks, 2009; Kozier
et.al, 2010).
rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung
syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secara
nyeri ada yang bermielin dan ada yang tidak bermielin dari syaraf perifer
nosireseptor dapat dikelompokkan dalam beberapa bagian tubuh yaitu pada kulit
(cutaneus), somatik dalam (deep somatic) dan pada daerah viseral. Karena
letaknya yang berbeda-beda inilah, nyeri yang timbul juga memiliki sensasi yang
berbeda. Nosireseptor kutaneus berasal dari kulit dan sub kutan, nyeri yang
berasal dari daerah ini biasanya mudah untuk dialokasi dan didefinisikan.
30 m/det) yang memungkinkan timbulnya nyeri tajam yang akan cepat hilang
0,5m/det) yang terdapat pada daerah yang lebih dalam, nyeri biasanya bersifat
sendi, periosteum tulang dan di sekitar dinding pembuluh darah (Smeltzer & Bare,
sensori ke badan sel pada ganglion akar dorsal. Sensasi lalu diteruskan ke bagian
abu-abu (gray matter) korda spinalis dorsal. Neuron tingkat kedua memiliki badan
sel pada tanduk dorsal, dan neuron ini mengarah ke atas korda spinalis (jalur
asending) melalui satu atau dua jalur yaitu, traktus spinotalamikus (meliputi spinal
dan talamus) atau traktus spinoretikuler (Potter & Perry, 2006; Black & Hawks,
Sensasi nyeri yang berasal dari reseptor kecil akan terlokalisasi pada
perifer dan berjalan pada jalur traktus spinotalamikus. Nyeri yang dihasilkan
memiliki persepsi afek yang jelas (durasi, intensitas, lokasi, sifat). Daerah
penerimaan yang luas pada perifer juga akan memproyeksikan sensasi ke korteks,
dan sensasi ini menghasilkan persepsi aspek afektif dan emosi (Strong et.al, 2002;
Black & Hawks, 2009). Neuron tingkat kedua yang mengarah ke atas melalui
adanya aspek emosi pada sensasi nyeri (Black & Hawks, 2009).
Serabut syaraf ke arah bawah (jalur desending) dari korteks, talamus atau
batang otak dapat menghambat penerusan impuls yang bergerak melalui jalur
asending. Serabut syaraf berhenti pada kolumna abu-abu dorsal korda spinalis.
Fase ini mungkin merupakan fase yg paling penting, karena fase ini bisa
mempengaruhi dua fase lain. Pada fase ini memungkinkan seseorang belajar
tentang nyeri dan upaya untuk menghilangkan nyeri tersebut. Peran perawat
dalam fase ini sangat penting, terutama dalam memberikan informasi pada klien.
Fase ini terjadi ketika klien merasakan nyeri. Karena nyeri itu bersifat
subjektif, maka tiap orang dalam menyikapi nyeri juga berbeda-beda. Toleransi
terhadap nyeri juga akan berbeda antara satu orang dengan orang lain. Orang yang
mempunyai tingkat toleransi tinggi terhadap nyeri tidak akan mengeluh nyeri
dengan stimulus kecil, sebaliknya orang yang toleransi terhadap nyerinya rendah
akan mudah merasa nyeri dengan stimulus nyeri kecil. Klien dengan tingkat
toleransi tinggi terhadap nyeri mampu menahan nyeri tanpa bantuan, sebaliknya
orang yang toleransi terhadap nyerinya rendah sudah mencari upaya mencegah
Fase ini terjadi saat nyeri sudah berkurang atau hilang. Pada fase ini klien
masih membutuhkan kontrol dari perawat, karena nyeri bersifat krisis, sehingga
dimungkinkan klien mengalami gejala sisa pasca nyeri. Apabila klien mengalami
episode nyeri berulang, maka respon akibat (aftermath) dapat menjadi masalah
kesehatan yang berat. Perawat berperan dalam membantu memperoleh kontrol diri
untuk meminimalkan rasa takut akan kemungkinan nyeri berulang (Black &
Hawks, 2009).
1) Transduksi/Transduction
yang dapat diakses oleh otak (Turk & Flor,1999). Proses transduksi dimulai ketika
2) Transmisi/Transmission
impuls listrik melalui sistem saraf ke area otak. Proses transmisi melibatkan saraf
aferen yang terbentuk dari serat saraf berdiameter kecil ke sedang serta yang
berdiameter besar (Davis, 2003). Saraf aferen akan ber-axon pada dorsal horn di
3) Modulasi/Modulation
jalur transmisi nociceptor tersebut (Turk & Flor, 1999). Proses modulasi
melibatkan system neural yang komplek. Ketika impuls nyeri sampai di pusat
saraf, transmisi impuls nyeri ini akan dikontrol oleh sistem saraf pusat dan
mentransmisikan impuls nyeri ini kebagian lain dari sistem saraf seperti bagian
cortex. Selanjutnya impuls nyeri ini akan ditransmisikan melalui saraf desenden
4) Persepsi/Perception
Persepsi adalah proses yang subjective (Turk & Flor, 1999). Proses
persepsi ini tidak hanya berkaitan dengan proses fisiologis atau proses anatomis
saja (McGuire & Sheildler, 1993), akan tetapi juga meliputi cognition
(pengenalan) dan memory (mengingat) (Davis, 2003). Oleh karena itu, faktor
multidimensional.
(Gate Control Theory) yang dikembangkan oleh Melzack dan Wall (1974)
dianggap paling relevan (Hus, 2007; Black & Hawks, 2009). Teori gate
bahwa impuls nyeri dihantarkan saat sebuah pertahanan dibuka dan impuls
merupakan dasar teori menghilangkan nyeri (Strong et.al, 2002;Smeltz & Bare,
2002).
yang dominan berasal dari serabut delta A dan serabut C, maka akan membuka
pertahanan tersebut dan klien mempersepsikan sensasi nyeri. Neuron delta A dan
pertahanan. Selain itu, terdapat mekanoreseptor, neuron beta-A yang lebih tebal
dominan berasal dari serabut beta-A, maka akan menutup mekanisme pertahanan
(Potter & Perry, 2006). Bahkan jika impuls nyeri dihantarkan ke otak, terdapat
dinorfin, suatu pembunuh nyeri alami yang berasal dari tubuh. Endorfin sebagai
amino ujung dari dinorfin (leu-enkefalin). Endorfin dan dinorfin bekerja pada
endorfin sehingga pesan yang sampai di korteks adalah stimulasi modulasi dan
ini:
pasien akan berbeda antar pasien. Persepsi yang salah mengenai penanganan nyeri
harus selalu diberi analgesik tidak berlaku pada keperawatan (Chung, Ritchie, &
Su, 1997). Hal ini justru menimbulkan suatu concern terhadap respon pasien
akibat efek samping dari analgetik itu nantinya. Pada dasarnya nyeri dapat diatasi
dan atau dikurangi, dengan melihat jenis dan tingkatan respon masing-masing
Gudelines Group, 2004). Level severe pada nyeri post operasi orthopedi fraktur
non patologis berbeda dengan level severe pada nyeri post operasi orthopedi
fraktur patologis seperti contohnya fraktur karena infeksi karsinoma, karena nyeri
severe pada post operasi orthopedi fraktur non patologis bersifat akut dan pada
fraktur patologis bersifat kronis (Maher, Salmond, & Pellino, 2002). Pembedahan
perubahan persepsi di CNS yang akan berpengaruh pada outcome post operasi
implant akan menstimulasi ujung syaraf bebas dan nosiseptor. Mediator kimia
mediator kimia (Maher, Salmond, & Pellino, 2002; Engwall & Duppils, 2009).
Tetapi respon stress pembedahan ini justru mencapai puncaknya pada periode post
(Smeltzer & Bare, 2002; Black & Hawks, 2009). Sebagian besar pasien
mempercayai bahwa nyeri yang akan mereka alami saat post operasi
bukanlah protokol utama untuk menghilangkan nyeri pada post operasi (Dunn,
2009).
Respon stres pembedahan ini mengalami puncaknya saat post operasi yang
efek utamanya pada jantung, koagulasi darah dan sistem imunitas (Rowlingson,
durasi nyeri akut yang berbeda dari unit sistem lain. Hal ini disebabkan derajat
kerusakan yang menciderai mulai dari superfisial, jaringan lunak, boned exposed,
pembuluha darah dan syaraf (Chelly et.al, 2003; Antall & Kresevic, 2004).
Derajat nyeri pasien pada periode post operasi memiliki korelasi yang kuat
terhadap lama hari rawat, waktu pemulihan, biaya yang dikeluarkan pasien dan
Patologis
mempengaruhi nyeri secara umum adalah usia, jenis kelamin, kebudayaan, makna
nyeri, perhatian, kecemasan, pengalaman masa lalu, pola koping dan dukungan
sosial. Sementara pada nyeri post operasi orthopedi, faktor yang mempengaruhi
Usia
Riwayat
Konsumsi
nyeri
analgetik
Nyeri post sebelumnya
operasi
orthopedi
Riwayat
Jenis
pengobatan
kelamin
sebelumnya
1) Usia
usia remaja (13-16 tahun), dewasa awal (17-40 tahun), usia setengah baya atau
dewasa madya (41-60 tahun) dan usia lanjut (> 60 tahun). Rasa nyeri yang
dirasakan antara usia anak-anak dan usia dewasa serta lansia memiliki perbedaan
(Lewis, 2011). Anak kecil akan sulit mengungkapkan rasa sakit yang dialami
dibanding usia muda dan dewasa. Usia dewasa secara verbal lebih mudah
mengungkapkan nyeri oleh karena lansia mengeluh sakit lebih dari satu bagian
tubuh (Ignatavicius & Workman, 2006). Pasca bedah memberikan rasa sakit dan
bagi lansia dapat menganggu aktifitas atau mobilisasi di tempat tidur, mudah
sehingga lambat dalam berespon (Pakkenberg, et al., 2003 dalam Efendi &
2) Jenis Kelamin
Dijelaskan oleh Smeltzer dan Bare (2002), bahwa laki-laki dan perempuan
tidak berbeda secara signifikan dalam merespon nyeri. Studi yang dilakukan oleh
Keogh dan Hardenfelt (2002) justru menyatakan bahwa wanita lebih fokus
perhatiannya terhadap nyeri sehingga sensasi nyeri terasa lebih tinggi pada wanita
(Adam, 2006). Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Smeltzer dan Bare
nyeri yang menurun. Singh, Gabriel dan Lewallen (2008), juga menyatakan
bahwa pada wanita dengan usia yang lebih muda dan menjalani prosedur
akan berpengaruh terhadap persepsi nyeri klien pada periode post operasi.
Pemberian obat-obatan seperti anti hipertensi atau terapi untuk pasien diabetes
mellitus berpengaruh pada koagulasi darah di waktu post operasi. Karena itu,
pengkajian terapi premedikasi pre operasi yang diterima pasien harus sangat
didapat pasien sebelum operasi seperti pada lansia, menunjukkan bahwa terdapat
hipertensi, Diabetes Melitus, Congestive Heart Failure, arthritis, dll). Hal ini tentu
saja akan berpengaruh terhadap waktu pulih pada periode post operasi. Misalnya
pada pasien arthritis yang mendapatkan terapi aspirin atau jenis analgesik sejenis
harus dihentikan minimal 7-10 hari sebelum operasi berlangsung. Obat-obatan ini
perdarahan post operasi (Chung, Ritchie, & Su, 1997; Katzung, 2007).
nyeri pembedahan dimasa lampau dan saat ini nyeri yang sama timbul, maka ia
akan lebih mudah mengatasi nyerinya (Smeltzer dan Bare, 2002; Dunn, 2004).
lebih beradaptasi dan merasa lebih siap menghadapinya. Hal ini dirasakan lebih
mudah karena mereka membandingkan dengan nyeri saat terjadi trauma yang
Tetapi nyeri pada pasien yang sebelumnya telah mengalami nyeri kronis
mempersepsikan nyeri lebih kuat dan menyakitkan karena reaksi tubuh pada nyeri
ini adalah untuk respon nyeri akut (Antall & Kresevic, 2004; Pellino, et.al, 2005;
bisa meningkatkan stress pada post operasi, karena pasien bertanya-tanya tentang
5) Konsumsi Analgetik
itulah saat yang sangat menderita dan kesakitan (Joelsson, Olsson, & Jakobsson,
2010). Pada hari berikutnya setelah operasi, banyak pasien yang mengeluhkan
dengan Visual Analogue Scale, pasien melaporkan masih berada pada level 7-8
dan pada beberapa pasien masih dilaporkan pada level 10 (Joelsson, Olsson &
Jakobson, 2010). Latihan untuk memulai mobilisasi juga belum bisa dilakukan
karena pasien merasa nyeri dan takut. Konsumsi obat penghilang rasa sakit mulai
2008). Permintaan obat penghilang rasa sakit juga termasuk dalam mekanisme
koping seseorang terhadap nyeri (Chelly et.al, 2003). Smeltzer dan Bare (2002)
nyeri dan sebaliknya pola koping yang maladaptive akan menyulitkan seseorang
mengakibatkan banyak efek samping yang harus dipahami oleh pemberi layanan
sampai dengan prolong length of stay yang sangat berpengaruh terhadap effective
cost management dari pasien (Neal, 2002; Australian Acute Musculosceletal Pain
akan berpengaruh sangat besar pada kulaitas hidup pasien (McCaffrey, 1999
1) Respon Psikologis
nyeri yang terjadi atau arti nyeri bagi klien. Arti nyeri bagi setiap individu
2) Respon Fisiologis
medulla spinalis menuju ke batang otak dan thalamus, sistem saraf otonom
e) Dilatasi pupil
a) Muka pucat
b) Otot mengeras
terbagi ataas respon perilaku dan respon yang dimanifestasikan oleh otot dan
2) Menggunakan obat
menolak makan atau bermain, tidak tenang, agitasi, waktu untuk memberi
10 cm yang digunakan skala untuk menilai intensitas nyeri dan mewakili alat
pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya (Potter dan Perry, 2006). Skala linier ini
menggambarkan secara visual gradasi tingkat nyeri yang mungkin dialami oleh
pasien. Rentang nyeri diwakii sebagai garis sepanjang 10 cm, dengan atau tanpa
tanda pada setiap sentimeternya. Tanda pada kedua ujung garis ini dapat berupa
angka atau pernyataan deskriptif. Ujung yang satu mewakili tidak ada nyeri,
sedangkan ujung yang lainnya mewakili rasa nyeri yang terparah yang mungkin
terjadi. VAS juga bisa diadaptasi menjadi skala hilangnya/redanya nyeri. Namun
pada nyeri post operasi VAS tidak banyak bermanfaat karena pada VAS
2008).
2) Skala Deskriptif
Deskriptor Skale, VDS) merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima
kata pendeskripsi yang tersusun dengan jarak yang sama disepanjang garis.
Menurut Prasetyo (2010), Face Pain Rating Scaleyaitu terdiri dari 6 wajah
kartun mulai dari wajah yang tersenyum untuk “tidak ada nyeri” hingga wajah
tingkat nyeri (Black & Hawks, 2009). Dua ujung ekstrim juga digunakan dalam
skala ini sama seperti pada VAS. NRS lebih bermanfaat pada periode post operasi
Skala 0 dideskripsikan sebagai tidak ada nyeri, skala 1-3 dideskripsikan sebagai
nyeri ringan yaitu ada rasa nyeri (mulai terasa tapi masih dapat ditahan). Lalu
skala 4-6 dideskripsikan sebagai nyeri sedang yaitu ada rasa nyeri, terasa
mengganggu dengan usaha yang cukup kuat untuk menahannya. Skala 7-10
Sama seperti VAS, NRS juga sangat mudah digunakan dan merupakan
skala ukur yang sudah valid (Brunelli, et al., 2010). Penggunaan NRS
direkomendasikan untuk penilaian skala nyeri post operasi ppada pasien berusia di
atas 9 tahun (McCaffrey & Bebbe, 1993). NRS dikembangkan dari VAS dapat
dan sekarang digunakan secara rutin untuk pasien-pasien yang mengalami nyeri di
unit post operasi (Rospond, 2008; Black & Hawks, 2009; Brunelli, et.al,2010).
Pada penelitian ini menggunakan NRS sebagai skala pengukuran untuk menilai
nyeri pasien post operasi orthopedi fraktur non patologis. Reliabilitas NRS telah
NRS, VAS, dan VRS untuk mengkaji nyeri pada 60 pasien. Hasil uji Cohen’s
Kappa untuk instrumen NRS adalah 0,86 (sangat baik). Instrumen pengukuran
Ansietas (kecemasan) adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak
didukung oleh situasi. Tidak ada objek yang dapat diidentifikasi sebagai stimulus
keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir disertai dengan gejala somatik yang
umum tetapi non spesifik yang sering merupakan suatu fungsi emosi (Kaplan,
Sadock, & Grebb, 1998). Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti
dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Kondisi
hidup, tetapi tingkat ansietas yang parah tidak sejalan dengan kehidupan (Stuart &
Sundeen, 1995).
1) Faktor Predisposisi
Menurut Freud, kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi antara dua
tuntutan dari dua elemen yang bertentangan dan fungsi kecemasan adalah
Teori ini berkaitan dengan pendapat bahwa kecemasan adalah hasil frustasi,
presipitasi yang aktual mungkin adalah sejumlah stressor internal dan eksternal,
memperoleh kepuasan dan kenyamanan. Selain itu kecemasan juga sebagai suatu
kepedihan.
ditemui dalam suatu keluarga dan juga terkait dengan tugas perkembangan
2) Faktor Presipitasi
meliputi:
2) Ancaman terhadap konsep diri dan harga diri seperti proses kehilangan, dan
Gill (1990) dalam Potter dan Perry (2006) menjelaskan bahwa pola bangkitan
otonom adalah sama dalam nyeri dan ansietas. Paice (1991) dalam Potter dan
kecemasan. Sistem limbik dapat memproses reaksi emosi terhadap nyeri, yakni
Ada empat tingkat kecemasan, yaitu ringan, sedang, berat dan panik
1) Kecemasan Ringan
persepsi atas keadaan yang dialaminya. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini
2) Kecemasan Sedang
selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang terarah. Manifestasi yang terjadi
pada tingkat ini yaitu kelelahan meningkat, kecepatan denyut jantung dan
tinggi, lahan persepsi menyempit, mampu untuk belajar namun tidak optimal,
3) Kecemasan Berat
kecemasan berat cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan
spesifik, serta tidak dapat berpikir tentang hal lain. Orang tersebut memerlukan
banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area yang lain.
Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah mengeluh pusing, sakit kepala,
nausea, tidak dapat tidur (insomnia), sering kencing, diare, palpitasi, lahan
persepsi menyempit, tidak mau belajar secara efektif, berfokus pada dirinya
4) Panik
melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Tanda dan gejala yang terjadi
pada keadaan ini adalah susah bernapas, dilatasi pupil, palpitasi, pucat,
kecemasan yang disebut HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale). Skala HARS
yang diobservasi diberi 5 tingkatan skor antara 0 sampai dengan 4. Skala HARS
pertama kali digunakan pada tahun 1959 yang diperkenalkan oleh Max Hamilton.
Skala Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) dalam penilaian kecemasan terdiri
1) Perasaan Cemas firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah tersinggung
3) Ketakutan : takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila tinggal sendiri dan
4) Gangguan tidur sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidur tidak
5) Gangguan kecerdasan : penurunan daya ingat, mudah lupa dan sulit konsentrasi
7) Gejala somatik : nyeri pada otot-otot dan kaku, gertakan gigi, suara tidak stabil
10) Gejala pernapasan : rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering menarik
11) Gejala gastrointestinal: sulit menelan, obstipasi, berat badan menurun, mual
dan muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan, perasaan panas di
perut.
12) Gejala urogenital : sering keneing, tidak dapat menahan keneing, aminorea,
13) Gejala vegetatif : mulut kering, mudah berkeringat, muka merah, bulu roma
atau kening, muka tegang, tonus otot meningkat dan napas pendek dan cepat.
kategori:
Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor dan item
Perlu diketahui bahwa alat ukur HRS-A ini bukan dimaksudkan untuk
dari pemeriksaan klinis oleh dokter (psikiater), sedangkan untuk mengukur derajat
berat ringannya gangguan cemas itu digunakan alat ukur HRS-A (Hawari, 2008).
Merupakan metode efektif untuk mengurangi rasa nyeri pada klien yang
3) Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara melalui
hitungan 1,2,3.
6) Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut secara
perlahan-lahan
11) Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5 kali.
12) Bila nyeri menjadi hebat, seseorang dapat bernafas secara dangkal dan cepat.
Dover & Bacon, 2001). Keperawatan untuk mind, body and spirit dari pasien dan
(Tuck, 2001).
sangat penting untuk seseorang merasa sehat dan sejahtera. Spiritualitas adalah
menemukan makna dan tujuan hidup, transedental di luar tubuh fisik kita dan atau
pengalaman yang berhubungan dengan diri, orang lain, alam, seni dan/atau
kekuatan yang lebih besar dari kita(Dossey, 2005). Ekspresi spiritual seseorang
dapat dilihat dari perilaku ibadah seseorang sesuai dengan kadar keimanan dan
petunjuk bagi orang yang beriman. Barang siapa yang membaca Al-Quran akan
dibalas oleh Allah sebagai suatu kebaikan (Elzaky, 2011; Qadri, 2003). Al-Quran
merupakan kitabnya orang Islam dan Al-Quran semata-semata bukan hanya kitab
fikih yang membahas ibadah saja tetapi merupakan kitab yang membahas secara
ketentraman, motivasi menjadi kuat, auto-sugesti dan memiliki rasa optimis pada
suatu intervensi. Menurut ‘Izzat dan ‘Arif (2011) manusia tidak menyadari bahwa
penyakit, memberikan pahala yang besar bagi orang yang mengamalkannya ('Izzat
O’Riordon (2002) dalam Wahyudi (2012) bahwa orang membaca Al-Quran atau
sirkulasi darah, perubahan detak jantung dan perubahan kadar darah pada kulit.
memberikan efek relaksasi, sehingga pembuluh darah nadi dan denyut jantung
atau pasien akan membawa gelombang suara dan mendorong otak untuk
nyaman (Wahyudi, 2012). Elzaky (2011) menjelaskan dari ilmu kedokteran dan
terhadap kesehatan tubuh. Penelitian ini didukung oleh FMIPA UNPAD tahun
(Wahyudi, 2012). Efek terapi bacaan Al-Quran sebagai obat penyakit jasmani dan
berikut :
perangsangan ayat-ayat suci Al-Quran bagi ibu yang dilakukan kuretase dapat
ini dikuatkan oleh hasil penelitian kedokteran Amerika Utara (Elzaky, 2011)
pasien menjadi lebih tenang dan gelombang otak mereka dari percepatan
gerak (12-13 db per detik) menjadi lebih lambat (8-18 db per detik) sehingga
pasien merasa lebih nyaman. Hasil penelitian Nurhayati (1997) dalam Elzaky
tenang.
Manusia diciptakan Allah SWT dari unsur tanah dan terbentuk dari sel-sel.
Setiap sel bekerja sesuai dengan peran dan fungsinya, sehingga tubuh
memiliki keseimbangan yang baik. Kerusakan salah satu sel tubuh akan
gelombang radio, dan gelombang suara. Bagian sel tubuh yang sakit,
Hal ini diperkuat oleh penelitian Emoto dari Jepang bahwa 70% bagian tubuh
terhadap partikel-partikel air didalam tubuh sehingga menjadi lebih baik dan
kulit dan akan mengalami perbaikan sel-sel kulit kearah kesembuhan atau
AlQuranmelalui gelombang suara yang berdampak pada terapi ('Izzat & 'Arif,
2011).
berarti Yang Maha Pemurah berasal dari kata Ar-Rahman yang terdapat pada ayat
pertama surah ini. Ar-Rahman adalah salah satu dari nama-nama Allah. Sebagian
Surah Ar-Rahman dikenal juga dengan nama ‘Arûs Al-Quran, yang secara
surah Ar-Rahman, penemaan itu karena indahnya surat ini dan karena di
dalamnya terulang 31 kali kalimat Fa-biayyi alaa'i Rabbi kuma tukadzdzi ban
(Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?) yang terletak di
akhir setiap ayat yang menjelaskan nikmat Allah yang diberikan kepada
manusia(Shihab, 2002).
Surah ini dimulai dengan ayat yang merupakan suatu bukti, tanda, dan
manifestasi. Yang pertama adalah Tuhan Yang Maha Pengasih, yang mengajarkan
karena "Allah adalah cahaya langit dan bumi." Surah ini berakhir dengan kalimat
kediamannya(Ahwazi, 2005).
dikaruniakan padanya.”
(2) Imam Ja’far Ash-shadiq (sa) berkata: “Barangsiapa yang membaca surat Ar-
(tidak ada satu pun nikmat-Mu, duhai Tuhanku, yang aku dustakan), jika saat
membacanya itu pada malam hari kemudian ia mati, maka matinya seperti
matinya orang yang syahid; jika membacanya di siang hari kemudian mati,
(3) Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Jangan tinggalkan membaca surat Ar-
kiamat, wujudnya seperti wujud manusia yang paling indah, dan baunya
paling harum. Pada hari kiamat tidak ada seorangpun yang berdiri di hadapan
Allah yang lebih dekat dengan-Nya daripadanya. Pada saat itu Allah
saat di dunia dan tekun membacamu. Ia menjawab: Ya Rabbi, fulan bin fulan,
lalu wajah mereka menjadi putih, dan ia berkata kepada mereka: Berilah
syafaat sampai yang terakhir dan tidak ada seorang pun yang tertinggal dari
Salah satu jalur yang mudah dibahas adalah jalur ACTH-kortisol-imunitas. Proses
Bagian utama sistem limbik adalah hipothalamus yang berperan dalam mengatur
efek yaitu sekresi kortikotropik dan muncul rasa senang (Guyton & Hall, 2008).
endorfin). Selain itu sekresi ACTH pada AP menurun yang akan mengontrol
korteks adrenal untuk mengendalikan sekresi kortisol. Kadar ACTH dan kortisol
adaptasi pada stressor tercermin pada sekresi kortisol dalam serum darah yang
menurun pada malam hari. Apabila sekresi hormon kortisol tetap tinggi, maka
orthopedi adalah pasien yang mengalami fraktur atau patah tulang. Pengertian
fraktur menurut Smeltzer dan Bare (2002) adalah terputusnya kontinuitas tulang
dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stres
yang lebih besar daripada yang mampu diabsorpsi olehnya. Meskipun tulang
jaringan lunak, perdarahan ke otot dan sendi, dislokasi sendi, ruptur tendon,
2) Fraktur non patologis, yang terdiri dari fraktur trauma yaitu fraktur yang
terjadi karena trauma yang tiba-tiba dan fraktur stres yaitu fraktur yang terjadi
meliputi reduksi terbuka dengan fiksasi interna (ORIF : Open Reduction Internal
Fixation) atau dengan fiksasi eksterna untuk pasien dengan fraktur yang tidak
stabil (Apley & Solomon. 1995; Maher, Salmen & Pellino, 2002). Pada kondisi
garis patah stabil fiksasi bisa dengan gips saja (Apley & Solomon, 1995).
Artroplasti atau pergantian sendi dilakukan jika kerusakan sampai sendi, juga
sejajar
gips atau traksi). Tindakan reduksi tertutup lainnya adalah graft tulang atau
tulang yang patah setelah terlebih dahulu dilakukan diseksi dan pemajanan
tulang yang patah. Reduksi terbuka bisa dengan fiksasi ekternal atau fiksasi
internal. Selain alat-alat metal, tulang yang mati ataupun hidup dapat pula
tulang atau pada fraktur yang nonunion. Operasi dilakukan dengan cara
penglihatan langsung. Saat ini teknik operasi pada tulang dikembangkan oleh
reduksi akurat, reduksi rigid dan mobilisasi dini yang akan memberikan hasil
Fiksasi eksternal (FE) atau Open Reduction and External Fixation (OREF)
fraktur komunitif dan atau dengan kerusakan jaringan lunak yang hancur
(2) Fraktur terbuka disertai hilangnya jaringan atau tulang yang hebat
Fiksasi internal atau Open Reduction and Internal Fixation (ORIF) dengan
alat-alat stress sharing atau stress shielding screwt, plate, Kirschner Wire (K-
Wire), pin, nail atau pemasangan yang merupakan kombinasi dua atau lebih
patela
(2) Reduksi tertutup yang mengalami kegagalan misalnya fraktur radius dan
ulna disertai malposisi yang hebat atau fraktur yang tidak stabil
(4) Bila diperlukan fiksasi rigid misalnya pada fraktur leher femur
(5) Bila terjadi fraktur dislokasi yang tidak dapat direduksi secara baik
(9) Fraktur multiple misalnya fraktur pada tungkai atasa dan bawah
Patologis
adalah suatu layanan asuhan yang unik. Perawat memiliki peran yang sangat vital
dilakukan perawat berlangsung kontinu sejak pre operatif, intra operatif, post
operatif, hingga waktu pemulihan pasien (Maher, Salmond & Pullino, 2002).
serta melakukan implementasi dan evaluasi (Smeltzer & Bare, 2002; Maher,
1. Pengkajian
prosedur pembedahan menurut Smeltzer dan Bare (2002), proses pengkajian post
melibatkan kerusakan jaringan integumen (Smeltzer & Bare, 2002; Chelly et.al,
2003). Perfusi jaringan harus dipantau ketat karena edema dan perdarahan ke
untuk itu perlu juga dilakukan pengkajian terhadap kondisi luka pembedahan.
1) Lokasi
Lokasi atau posisi luka, dihubungkan denga posisi anatomis tubuh dan
Lokasi lukadi area persendian cenderung bergerak dan tergesek, akan lebih lambat
sembuh karena regenerasi dan migrasi sel terkena trauma (siku, lutut, kaki). Area
yang rentan oleh tekanan atau gaya lipatan (shear force) akan lambat sembuh
vaskularisasi baik.
2) Ukuran luka
Diukur panjang, lebar dan diameternya bila bentuk luka bulat dengan
sentimeter, gambarkan bentuk luka tersebut dengan lembar transparan yang telah
3) Kedalaman luka
normal saline, masukkan dengan hati-hati ke dalam luka dengan posisi tegak lurus
(90o) hingga ke dasar luka. Beri tanda pada lidi sejajar dengan permukaan kulit
Warna dasar luka berhubungan dengan penentuan terapi topikal dan jenis
balutan luka. Ada beberapa macam warna dasar luka yang membutuhkan
(1) Nekrotik
Biasanya warna dasar hitam, tampak kering dan keras disebut keropeng
(2) Sloughy
Warna dasar luka ini tampak kekuningan, sangat eksudatif atau berair/basah.
Sloughy ini harus diangkat dari permukaan luka karena jaringan ini juga
sedang mengalami nekrotik, dengan demikian pada dasar luka akan tumbuh
(3) Granulasi
Warna dasar luka adalah merah, merupakan pertumbuhan jaringan yang baik,
(4) Epitelisasi
Warna dasar adalah pink, terkadang sebagian luka ini masih dalam proses
granulasi.
analgetik, usia lanjut. Pengkajian tanda vital, derajat kesadaran, cairan yang keluar
dari luka, bunyi nafas, bising usus, keseimbangan cairan, nyeri dan adanya cemas
Menurut Black dan Hawks (2009) data yang perlu dikaji secara sistematis
a. Keluhan utama, data umum pasien, riwayat pemakaian obat, adanya alergi,
pembedahan yang meliputi persiapan fisik dan mental serta prognosis tindakan
pembedahan.
dan masalah infeksi gigi, infeksi saluran kemih dan infeksi lainnya.
keterbatasan sendi, adanya massa, warna kulit, ekimosis, jejas pada kulit, nyeri
2. Diagnosa Keperawatan
immobilisasi
b. Cemas berhubungan dengan nyeri, adanya luka post operasi dan alat fiksasi
e. Perubahan citra diri, harga diri atau kinerja peran yang berhubungan dengan
3. Intervensi
(Smeltzer & Bare, 2002). Intervensi perawatan sesuai dengan diagnosa yang telah
a. Meredakan nyeri
Tingkat nyeri pasien dan respon terhadap upaya teraupetik haraus dipantau
ketat. Nyeri yang terus bertambah dan tidak dapat dikontrol perlu dilaporkan
nyeri dan mngurangi edema (Smeltzer & Bare, 2002). Perawat akan
atau sendi (Black & Hawks, 2009). Perhatikan juga indikasi adanya pressure
memperbaki perfusi.
keluhan takut untuk bergerak juga disertai keluhan nyeri pada pembedahan
harga diri, identitas diri, dan kinerja peran. Penerimaan perubahan citra tubuh
dapat dibantu dengan dukungan yang diberikan oleh perawat, keluarga dan
Exercise) pada pasien post operasi orthopedi telah beberapa kali dilakukan seperti
pelaksanaan Deep Breahing Exercise (DBE) sudah pernah dilakukan pada pasien
post operasi orthopedi dengan berbagai metode dan durasi serta dikaitkan dengan
Yobas dan Chen (2014), menyatakan bahwa teknik relaksasi (Deep Breathing
Exercise) dapat menjadi alternatif dan strategi tambahan yang aman, murah dan
besar penurunan tingkat nyeri dan kecemasan karena pengaruh Deep Breathing
Exercise (DBE) pada penelitian tersebut. Karakteristik sampel pada penelitian ini
juga merupakan pasien dengan post operasi orthopedi fraktur patologis (Total
Penelitian Nurdin, Killing dan Rottie (2013) juga menunjukkan hal yang
sama yaitu Deep Breathing Exercise (DBE) efektif dalam menurunkan nyeri pada
pasien post operasi orthopedi dengan skala nyeri berat, akan tetapi juga tidak
sampel pada penelitian ini merupakan pasien post operasi orthopedi nonpatologis
hasil yang berbeda-beda pula terhadap psychosocial measures (cemas dan depresi)
pada pasien post operasi. Pada penelitian ini teknik kombinasi antara DBE dan
guided imagery paling besar berpengaruh terhadap penurunan cemas dan depresi
pada pasien post operasi orthopedi dibandingkan dengan teknik DBE saja ataupun
review ini adalah dilakukan penelitian mengenai terapi mind-body spirit dengan
penyempurnaan yaitu prosedur pelaksanaan teknik DBE yang diberikan baik dari
yang didapatkan hingga karakteristik pasien post operasi orthopedi masih belum
menurunkan nyeri dan kecemasan pasien post operasi orthopedi, belum ada
lebih optimal. Oleh sebab itu penelitian ini akan meneliti mengenai
BAB 3
Persepsi Positif
Amigdal Endorfin
Hipothalamus
CRF
Menghambat pelepasan
substansi P
Kelenjar hipofisis Gate
Control
Inhibitor nyeri serabut Beta-A Theory
Endorfin
Penurunan Kecemasan
Keterangan :
: diukur
: tidak diukur
diyakini dapat menurunkan nyeri dan cemas pada pasien post operasi orthopedi
fraktur nonpatologis dengan lebih efektif. Sebelum dan selama melakukan DBE
Qur’an Surah Ar-Rahman yang berirama indah dan mempunyai tempo 79,8 bpm
cairan cochlear berjalan menuju telinga dalam. Selanjutnya rambut silia sebagai
sensori reseptor akan mengubah frekuensi getaran menjadi getaran elektrik dan
menjadi positif. Persepsi yang positif akan mempengaruhi amigdala yang akan
Selain itu saat tubuh melakukan DBE dengan benar dan teratur maka akan
ketegangan otot. Hal ini akan menyebabkan tubuh berada pada konsentrasi tinggi
sehingga akan mengaktivasi gelombang alfa pada otak. Aktivasi alfa ini yang
Dalam teori gate control tingkat endorfin yang tinggi saat melakukan
yang dilepaskan oleh neuron delta-A dan C yang mempersepsikan nyeri sehingga
masukan yang dominan berasal dari serabut beta-A yang akan menutup
mekanisme pertahanan (pintu gerbang). Ketika pintu gerbang tertutup maka pesan
yang disampaikan di korteks adalah stimulasi modulasi dan bukan nyeri sehingga
1. Spiritual Deep Breathing Exercise dapat menurunkan nyeri pada pasien post
BAB 4
METODE PENELITIAN
penelitian pre-post test control group design. Desain ini digunakan untuk
dengan kelompok kontrol pada saat sebelum dan setelah pemberian intervensi.
kontrol hanya diberi terapi standar di ruangan tanpa intervensi. Kedua kelompok
dilakukan pengukuran terhadap variabel nyeri dan tingkat kecemasan, pada saat
berikut:
4.2.1 Populasi
kuantitatif didefinisikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien post operasi orthopedi fraktur
4.2.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini diambil berdasarkan kriteria inklusi dan eklusi
sebagai berikut :
1) Kriteria Inklusi
(1) Pasien yang akan menjalani operasi orthopedi fraktur non patologis tanpa
(4) Pasien dengan waktu 24 jam pasca operasinya berada pada pukul 08.00-
11.00 WIB
(5) Pasien dalam kondisi sadar penuh saat dilakukan pengkajian maupun
intervensi
2) Kriteria Eklusi
pasca operasinya
4.2.3 Sampling
purposive sampling, yaitu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel
minimal berdasarkan hsil penelitian Chiang (2012) tentang efektifitas terapi musik
α 2
2�Z1− + Z1−β�
2𝜎 2
n1=n2=
(𝜇1 − 𝜇2)2
𝑛 = 12,7 ≈ 13
Keterangan:
Z 1-α/2 = Nilai Z pada kekuatan uji (power) 1-α/2, derajat kemaknaan pada uji 2
(Chiang, 2012)
(Chiang, 2012)
𝑛
𝑛′ =
1−𝑓
13
𝑛′ = = 14,4 ≈ 14
1 − 0,10
Keterangan:
aktivitas ilmiah, mulai dari penetapan populasi, sampel, dan seterusnya, yaitu
Populasi
Pasien post operasi orthopedi fraktur nonpatologis di RS Muhammadiyah Palembang
Purposive Sampling
Matching
Pre-test
Mengkaji karakteristik responden, Mengukurskala nyeri dan tingkat kecemasan
Post-test
Mengukur skala nyeri dan tingkat kecemasan
Analisis Data: Deskriptif (mean dan standart deviasi (SD); Inferensial (uji
normalitas, uji kesetaraan→Uji Wilcoxon dan Uji Mann Whitney)
Kesimpulan
exercise.
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah skala nyeri dan tingkat
Tabel 4.2 Definisi operasional pengaruh terapi Spiritual Deep Breathing Exercise terhadap nyeri dan kecemasan pasien post operasi
orthopedi fraktur nonpatologis
Variabel Definisi Operasional Parameter Alat Ukur Skala Skor
Independen: Pemberian intervensi terapi Terlaksananya program pendampingan terapi spiritual deep SAK Nominal -
Terapi spiritual dengan cara mendengarkan breathing exerciseselama 130 menit (pertemuan 1 selama 30
deep breathing Murrotal Surah Ar-Rahman menit, pertemuan 2,3,4,5 masing-masing selama 25 menit,
exercise melalui earphone sambil meliputi :
melakukan relaksasi nafas Pembukaan: (5 menit x 5 pertemuan)
dalam (menarik nafas yang 1. Salam pembukaan
dalam dari hidung dengan 2. Tujuan kegiatan
hitungan 1,2,3 kemudian 3. Kontrak waktu
tahan selama 3-5 detik lalu Isi :
hembuskan melalui mulut • Pertemuan 1 (pre operasi, selama 15 menit)
secara perlahan)dan ulangi • Pertemuan 2, 3, 4, 5 (masing-masing 15 menit)
prosedur DBE tersebut Diskusi dan Evaluasi (pada pertemuan 1 selama 5 menit)
selama mendengarkan Penutup: (5 menit x 5 pertemuan)
Murrotal Surah Ar-Rahman
yang ada di dalam MP4
peneliti.
Dependen :
1. Nyeri Pengalaman sensori dan Perilaku nyeri menurut Rospond (2008): - Numeric Interval Dinyatakan
emosional yang tidak • Keluhan verbal mengenai nyeri Rating dalam rentang
menyenangkan akibat dari • Menggunakan obat Scale skala 0-10.
kerusakan jaringan yang • Berusaha mencari terapi/pengobatan (NRS) Semakin tinggi
aktual atau potensial • Ketidaksempurnaan atau perubahan fungsi fisik atau sosial: - Lembar nilai skala
tidak tenang, agitasi, bingung, iritabilitas, pusing, berkeringat, observasi menunjukkan
lelah luka nyeri yang
semakin berat
2. Kecemasan Perasaan tidak nyaman/ Perasaan cemas (ansietas), Ketegangan, Ketakutan, Gangguan Kuesioner Ordinal Setiap gejala
Respon emosi yang tidur, Gangguan kecerdasan, Perasaan depresi (murung), Gejala dengan skala dinilai dalam
dirasakan pasien selama di somatik atau fisik (otot), Gejala somatik atau fisik (sensorik), HRS-A skala intensitas
Rumah Sakit setelah Gejala kardiovaskuler (jantung), Gejala respiratori (pernafasan), 0-4, kemudian
menjalani operasi orthopedi Gejala gastrointestinal (pencernaan), Gejala urogenital skor
fraktur nonpatologis (perkemihan dan kelamin), Gejala Autonom, dan Tingkah laku dijumlahkan.
(sikap) pada saat wawancara Total skor 0-
56.Semakin
tinggi skor
menunjukkan
kecemasan yang
semakin berat
Perancu
3. Usia Jumlah tahun yang telah Usia responden saat dilakukan pengukuran dalam satuan tahun Kuesioner Ordinal 1. 13-16 tahun
dilalui pasien sejak lahir 2. 17-40 tahun
sampai ulang tahun terakhir 3. 41-60 tahun
saat diobservasi
4. Jenis Kelamin Penggolongan responden Identitas responden dari segi anatomi biologi Kuesioner Nominal 1. Laki-laki
berdasarkan alat reproduksi 2. Perempuan
5. Riwayat Pernyataan atau pengakuan Pengalaman menjalani tindakan pembedahan sebelum Kuesioner Ordinal 0 = tidak
pembedahan dari responden bahwa pembedahan orthopedi saat ini pernah ada
sebelumnya responden pernah mengalami riwayat
pembedahan sebelum pembedahan
pembedahan orthopedi saat sebelumnya
ini. Pembedahan sebelumnya
bisa pembedahan orthopedi 1 = ada riwayat
juga atau pembedahan pembedahan
lainnya (non orthopedi) sebelumnya
variabel yang akan diteliti. Beberapa instrumen yang digunakan antara lain:
1) Nyeri
diberikan sebelum dan sesudah intervensi baik pada kelompok intervensi ataupun
nyeri akut pada dewasa, nyeri pembedahan pada dewasa, nyeri pada unit Dokter
skala 0 samapi 10. Skala ini sangat baik untuk mengkaji intensitas nyeri sebelum
dan setelah intervensi teraupetik. Skala ini memberikan pasien kebebasan total
melalui laporan dari diri pasien dengan menyebutkan angka pada skala nyeri
NRS, dengan rentang skala nyeri 0 sampai 10 (Smeltzer & Bare, 2002; Potter &
Perry, 2006). Hasil pengukurannya adalah skor 0 termasuk kategori tidak ada
nyeri, skor 1-3 termasuk pada skala nyeri ringan, skor 4-6 termasuk skala nyeri
sedang dan skor 7-10 termasuk kategori nyeri berat.Selain NRS untuk mengkaji
skala nyeri, peneliti juga menggunakan lembar observasi pengkajian luka menurut
Kozier (2005) untuk menilai kerusakan jaringan yang terjadi terkait nyeri, item
pengkajian luka tersebut meliputi lokasi, ukuran luka, kedalaman luka dan adanya
2) Kecemasan
Palembang (RSMP). Lokasi penelitian ini dipilih karena RSMP merupakan rumah
sakit islam dan menjadi rujukan utama di wilayah Seberang Ulu II Palembang
terutama untuk kasus-kasus kecelakaan lalu lintas. Rumah Sakit ini juga memiliki
Selain itu belum ada riset tentang terapi spiritual deep breathing exercise
RSMP, sehingga diharapkan nantinya hasil dari penelitian ini dapat menambah
keperawatan terutama untuk manajemen nyeri pada pasien post operasi dengan
Juli2016.
berikut :
perawat ruang rawat nap pasien post operasi orthopedi, yang bertugas di
1) Melakukan identifikasi pasien pre operasi orthopedi yang sesuai kriteria inklusi
(II) sesuai dengan ruang rawat inap di RSMP karena kelompok perlakuan dan
kontrol akan dipilih pada ruangan yang berbeda untuk meminimalkan interaksi
intervensi
waktu paruh ketorolak yaitu 4-6 jam. Dalam satu hari dilakukan 2 sesi terapi
8) Waktu pelaksanaan penelitian pada berikutnya akan dilakukan pada jam yang
pertama penelitian)
9) Penelitian dilakukan sejak pada hari pertama post operasi (24 jam pasca
sampiran
responden
6) Responden diminta menunjukkan tingkat nyerinya pada skala nyeri 0-10 yang
ada pada instrumen pengkajian nyeri NRS untuk menilai skala nyeri pasien dan
7) Responden diberikan waktu 5 menit untuk menempatkan diri pada posisi yang
distraksi tetapi masih dalam jangkauan pasien untuk terus dapat memonitor
keadaan pasien
11) Pengkajian nyeri dilakukan pada periode setelah 10 menit sejak tombol off
pada MP4 ditekan. Pengkajian dengan menggunakan NRS untuk skala nyeri
12) Intervensi dilakukan pada hari berikutnya pada waktu yang sama pada tiap
sesinya
sampiran
5) Responden diminta menunjukkan tingkat nyerinya pada skala nyeri 0-10 yang
ada pada instrumen pengkajian nyeri NRS untuk menilai skala nyeri pasien dan
6) Responden diberikan waktu 5 menit untuk menempatkan diri pada posisi yang
8) Pengkajian dengan menggunakan NRS untuk skala nyeri dan HRS-A untuk
9) Sesi kedua intervensi berikutnya dilakukan pada 10jam setelah sesi pertama
10) Intervensi dilakukan pada hari berikutnya pada waktu yang sama pada tiap
sesinya.
pengecekkan data (data editing), pemberian kode data (data coding), pemrosesan
data (data entering), pembersihan data (data cleaning), pengolahan data (data
kesesuaian data. Mulai dari karakteristik responden, penilaian pre test dan post
mentah ke dalam bentuk yang mudah dibaca untuk pengolahan data. Peneliti
membuat kode untuk hasil penelitian yang didapat. Koding merupakan kegiatan
Pada tahap ini dilakukan pemindaian data yang telah diubah menjadi kode
mesin pengolah data sudah sesuai dengan sebenarnya. Proses akhir dari
pengolahan data adalah dengan melakukan pemeriksaan kembali data yang sudah
di entry data untuk melihat ada tidaknya kesalahan dalam entry data. Selanjutnya
bivariat
Analisis data merupakan suatu proses lanjutan dari proses pengolahan data
masing variabel yang diteliti. Peneliti melakukan analisis univariat dengan dua
menggambarkan setiap variabel yang diteliti secara terpisah dengan cara membuat
numerik dijelaskan dengan mean, median dan standar deviasi, serta nilai minimal
antara dua variabel dan untuk mengetahui perbedaan mean antara dua kelompok
data. Untuk menentukan jenis uji yang digunakan, terlebih dahulu dilakukan uji
normalitas dan uji kesetaraan. Hasil uji normalitas yang didapatkan dengan
variabel adalah berdistribusi tidak normal (p< 0,05). Selain itu untuk
dengan tujuan untuk meminimalkan bias pada hasil penelitian, untuk variabel
perancu yaitu usia di masukkan dalam kriteria inklusi, sedangkan jenis kelamin,
riwayat pembedahan, tingkat nyeri pre-1 dan tingkat kecemasan pre-1 dilakukan
proses matching.
Uji kesetaraan dilakukan pada setiap data antara kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol, juga terhadap faktor-faktor perancu yaitu usia, jenis kelamin
dan riwayat pembedahan. Hasil yang didapatkan dari semua variabel diatas
nyeri dan cemas sebelum dan sesudah intervensi menggunakan uji Wilcoxon
dengan derajat kemaknaan 0,05. Sedangkan uji statistik yang digunakan untuk
melihat perbedaan mean tingkat nyeri antara kelompok intervensi dan kontrol
Tabel 4.4 Analisis bivariat perbedaan nyeri dan kecemasan pada kelompok
intervensi dan kelompok kontrol
Mei 2016.
confidentiality, protection from discomfort, dan justice (Polit & Beck, 2012).
4. Persetujuan dibuat dengan sukarela dan tidak ada sanksi apapun jika subyek
BAB 5
kombinasi terapi spiritual deep breathing exercise terhadap nyeri dan kecemasan
Mei 2016 sampai dengan tanggal 2 Juli 2016 didapatkan 28 responden dengan
jumlah sampel yang dianalisis sebanyak 14 orang untuk kelompok intervensi yaitu
intervensi dan kontrol juga dilakukan. Hasil penelitian dapat diuraikan sebagai
berikut:
1417 H/18 April 1997. Memiliki motto “Melayani sebagai ibadah dan dakwah”
dan memliki visi “Terwujudnya rumah sakit bernuansa islam, profesional dan
Palembang meliputi, pelayanan medik spesialis dan sub spesialis, pelayanan poli
umum dan gigi, pelayanan gawat darurat/ UGD, pelayanan rehabilitasi medik,
penunjang medik, Medical check up, akupuntur, poli usia lanjut dan klinik
dengan jumlah personil 538 orang yang terdiri dari 70 orang dokter, dokter
spesialis, dokter gigi; 318 orang tenaga medis dan 162 tenaga nonmedis. Fasilitas
pelayanan meliputi kelas VIP Khusus, VIP Utama, Kelas I, Kelas II dan Kelas III.
Tabel 5.1 menunjukkan bahwa distribusi usia yang paling sedikit adalah
kelompok usia remaja sejumlah 1 orang (7,1%). Sedangkan yang paling banyak
9
8,5
8
7,5
7
6,5
6
5,5
5
4,5
4
3,5
3
2,5
2
Pre-1 Post-1 Pre-2 Post-2 Pre-3 Post-3 Pre-4 Post-4
Gambar 5.1 Distribusi rerata tingkat nyeri pasien post operasi orthopedi fraktur
nonpatologis di RS Muhammadiyah Palembang pada Bulan Mei-
Juni
tingkat nyeri paling besar terjadi pada hari pertama (pre-post 2) dan pada hari
penurunan tingkat nyeri paling besar terjadi pada hari kedua (pre-post 3) sebesar
1,28.
30
28
26
24
22
20
18
16
14
Pre-1 Post-1 Pre-2 Post-2 Pre-3 Post-3 Pre-4 Post-4
Gambar 5.2 Distribusi rerata tingkat kecemasan pasien post operasi orthopedi
fraktur nonpatologis di RS Muhammadiyah Palembang pada Bulan
Mei-Juni
tingkat kecemasan paling besar terjadi pada hari pertama (pre-post 2) yaitu
Tabel 5.2 Tingkat nyeri pasien post operasi orthopedi fraktur nonpatologis
sebelum dan sesudah dilakukan intervensi spiritual deep breathing
exercise pada kelompok intervensi pada hari pertama sampai hari
kedua
intervensi mengalami perubahan menjadi nyeri sedang (71,5%) dan nyeri ringan
didapatkan semua nilai p<0,005 yang berarti ada pengaruh kombinasi terapi
spiritual deep breathing exercise terhadap nyeri sebelum dan sesudah intervensi.
kontrol mengalami perubahan menjadi nyeri sedang (100%). Hasil uji Wilcoxon
menunjukkan pada pre-post 1 didapatkan p=0,008 yang berarti tidak ada pengaruh
prosedur standar terhadap nyeri sebelum dan sesudah intervensi, sedangkan pada
pre-post 2-4 menunjukkan nilai p<0,005 yang berarti ada pengaruh prosedur
Tabel 5.3 Perbedaan rerata selisih tingkat nyeri responden setelah prosedur
antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi
nilai pre-1 dengan post-4 pada tabel 5.3 didapat p<0,0001, yang berarti ada
perbedaan yang bermakna pada rerata tingkat nyeri responden setelah prosedur
Muhammadiyah Palembang.
kelompok kontrol
Tabel 5.4 Tingkat kecemasan pasien post operasi orthopedi fraktur nonpatologis
sebelum dan sesudah dilakukan intervensi spiritual deep breathing
exercise pada kelompok intervensi
intervensi mengalami perubahan menjadi cemas ringan (71,5%) dan cemas sedang
didapatkan semua nilai p<0,005 yang berarti ada pengaruh kombinasi terapi
kelompok kontrol mengalami perubahan menjadi cemas sedang (100%). Hasil uji
didapatkan p=0,005 yang berarti tidak ada pengaruh prosedur standar terhadap
menunjukkan nilai p<0,005 yang berarti ada pengaruh prosedur standar terhadap
Tabel 5.5 Perbedaan rerata selisih tingkat kecemasan responden setelah prosedur
antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi
didapat p<0,001, yang berarti ada perbedaan yang bermakna pada rerata tingkat
BAB 6
PEMBAHASAN
dilakukan intervensi terapi spiritual deep breathing exercise pada tabel 5.2
menunjukkan nilai yang hampir sama, yakni 7,57 (kelompok kontrol) dan 7,14
8 (nyeri berat dengan kriteria ada nyeri, terasa sangat mengganggu dan tidak
tertahankan sehingga harus meringis/menjerit). Hal ini sesuai dengan teori bahwa
nyeri pada post operasi orthopedi fraktur nonpatologis telah dilaporkan sebagai
nyeri akut pada level severe. Seluruh pembedahan di unit orthopedi akan
mengakibatkan intensitas dan durasi nyeri akut yang berbeda dari unit sistem lain.
Hal ini disebabkan derajat kerusakan yang menciderai mulai dari superfisial,
jaringan lunak, boned exposed, pembuluh darah dan syaraf (Australian Acute
penelitian berada pada rentang usia dewasa muda (57,1%). Fakta tersebut sesuai
dengan teori bahwa orang dewasa seringkali melaporkan nyeri hanya jika sudah
menjadi keadaan patologis dan mengalami kerusakan fungsi (Strong, Unruh, &
Wright, 2002).
laki-laki. Hal ini sesuai dengan kenyataan bahwa prevalensi kejadian lalu lintas
dan kecelakaan kerja lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan pada
mengalami kenaikan pada laki-laki dan sedikit menurun pada perempuan (Novita,
2012). Namun jika dikaitkan dengan kejadian nyeri post operasi orthopedi dengan
karakteristik nyeri akut dan severe, maka hal tersebut tidak sesuai dengan teori
yang menyatakan bahwa wanita lebih fokus perhatiannya terhadap nyeri sehingga
sensasi nyeri terasa lebih tinggi pada wanita karena klien yang memfokuskan
Smeltzer & Bare, 2002). Hal ini kemungkinan dikarenakan jumlah responden
yang digunakan dalam penelitian ini terbatas sehingga tidak sesuai dengan
pembedahan sehingga tingkat nyeri klien dalam kategori berat. Hal ini sesuai
lebih beradaptasi dan merasa lebih siap menghadapinya. Hal ini dirasakan lebih
mudah karena mereka membandingkan dengan nyeri saat terjadi trauma yang
pembedahan dimasa lampau dan saat ini nyeri yang sama timbul, maka akan lebih
mudah mengatasi nyerinya.Hal ini juga sesuai dengan teori yang menyatakan
bahwa apabila seseorang tidak pernah merasakan nyeri sebelumnya maka persepsi
pertama nyeri dapat mengganggu koping terhadap nyeri (Potter & Perry, 2006).
Sehingga nyeri post operasi yang dirasakan akan lebih lama dan berat. Dalam
penurunan. Penurunan tingkat nyeri dari nyeri berat ke nyeri sedang. Hasil ini
Majalengka yang menyatakan ada perbedaan nyeri antara sebelum dan setelah
merupakan jenis analgetik non narkotik yang kuat, yang bekerja di perifer dan
tidak ada efek opioid reseptor. Ketorolak juga efektif sebagai antiinflamasi dan
Ketorolak adalah obat NSAID yang umumnya diberikan pada pasien post
salah satu prosedur terapi standar yang diberikan pada pasien post operasi
diterima pada seluruh responden adalah sama yaitu 30 mg perdrip intravena untuk
yang merupakan nyeri akut dimana kerusakan jaringan yang terjadi bukan hanya
akibat insisi operasi tetapi juga trauma pendahulu yang menjadi indikasi
perawat dalam mengatasi nyeri, respon nyeri dan efek samping dari pemberian
terapi medikasi penghilang nyeri merupakan salah satu upaya dalam pemberian
nyeri adalah kerjasama seluruh tim pemberi layanan untuk kepentingan pasien
Tingkat nyeri responden pada kelompok kontrol yang diukur setelah 2 jam
memberikan efek lebih cepat. Diketahui bahwa waktu plasma ketorolak memiliki
adalah 4-6 jam (Suryana, 2010). Sehingga pengukuran 2 jam setelah pemberian
kontrol. Akan tetapi penurunan tingkat nyeri yang terjadi pada kelompok kontrol
ini tidak signifikan, terlihat pada pengukuran tingkat nyeri hari pertama (pre-post
Pada responden K1, hal ini dapat disebabkan karena usianya yang masih
remaja dan berjenis kelamin perempuan. Hal ini sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa pada wanita dengan usia yang lebih muda dan menjalani
(Singh, Gabriel, & Lewallen, 2008). Sedangkan pada responden K2, K5, K6, K11
dan K12 dapat disebabkan karena semua responden tersebut pernah mempunyai
dengan teori yang menyatakan apabila individu sejak lama sering mengalami
serangkaian episode nyeri tanpa pernah sembuh atau menderita nyeri yang berat
dengan jenis yang sama berulang-ulang tetapi nyeri tersebut berhasil dihilangkan
maka akan lebih mudah bagi individu untuk menginterpretasikan sensasi nyeri.
Namun bisa dilihat juga pada hasil penelitian bahwa penurunan skor
tingkat nyeri juga terjadi pada kelompok intervensi. Rentang skor tingkat nyeri
sebelum terapi spiritual deep breathing exercise diberikan sebesar 7-8 (nyeri
berat), kemudian setelah diberikan terapi rentang skor tingkat nyeri menjadi 3-5
tingkat nyeri lebih besar dan lebih signifikan dibandingkan yang hanya diberikan
terapi standar (ketorolak) pada pasien post operasi orthopedi fraktur nonpatologis
Hal ini sesuai dengan penelitian Nurdin, Killing, & Rottie (2013) juga
menunjukkan hal yang sama yaitu Deep Breathing Exercise (DBE) efektif dalam
menurunkan nyeri pada pasien post operasi orthopedi dengan skala nyeri berat.
Tse, Chan dan Benzie (2005) yang melakukan penelitian pengaruh terapi relaksasi
pada pasien post operasi nasal di polytehnic University Hong Kong. Salah satu
dsb) bisa dimulai sesegera mungkin, yaitu bisa dimulai 2 jam post operasi.
Meskipun pasien masih di ruang pulih sadar, terapi bisa langsung diberikan
(musik, murrotal dsb) diberikan pada hari pertama dan kedua post operasi. Hal ini
breathing exercise. Pada saat melakukan DBE dengan benar maka akan
ketegangan otot. Hal ini akan menyebabkan tubuh berada pada konsentrasi tinggi
sehingga akan mengaktivasi gelombang alfa pada otak. Buyukyilmaz dan Asti
endorfin dan serotonin yang memiliki peranan dalam sistem analgesia. β-endorfin
termasuk β-endorfin memiliki efek langsung terhadap neuron, yaitu : (1) menutup
gerbang Ca2+ pada ujung saraf presinaptik, sehingga influks Ca2+ berkurang,
mekanisme nyeri pada proses modulasi dimana terjadi interaksi antara sistem
analgesic endogen dengan asupan nyeri yang masuk ke korpus posterior sehingga
asupan nyeri dapat ditekan. Terapi spiritual deep breathing exercise memodulasi
nyeri pada tingkat spinal dalam susunan aferen. Pada tingkat ini sasaran modulasi
impuls nyeri. Sesuai dengan gate control theory, terapi spiritual deep breathing
substansi yang dilepaskan oleh neuron delta-A dan C yang mempersepsikan nyeri
sehingga masukan yang dominan berasal dari serabut beta-A yang akan menutup
Perry, 2006).
Penurunan tingkat nyeri terjadi terus secara teratur sampai hari kedua
bahwa hormon endorfin yang telah distimulasi sejak 24 jam post operasi
dilanjutkan hari kedua post operasi dengan 2 sesi setiap harinya masih tetap
memiliki efek mengurangi nyeri.Akan tetapi saat dirinci secara lebih teliti,
responden K8 dan K10 pada saat pre-post 2 tidak mengalami penurunan tingkat
nyeri, hal ini dapat disebabkan karena pada saat melakukan intervensi ketiga
terstimulasi.
faktor. Walgito (2009) menyatakan, ada dua faktor yang mempengaruhi persepsi
yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang
berasal dari individu itu sendiri yang dapat mempengaruhi kecerdasan emosi.
Faktor internal ini bersumber dari dua hal, jasmani (kesehatan individu) dan
eksternal berupa stimulus dan lingkungan. Agar dapat dipersepsi, stimulus harus
kuat dan melampaui ambang stimulus. Lingkungan atau situasi khusus yang
yang tidak terbentuk pada kedua responden tersebut dapat bersumber dari kedua
faktor tersebut melihat dari usia kedua responden yang masih remaja K8 (16
tahun) dan K10 (18 tahun) sehingga makna dari QS Ar-Rahman belum dapat
dihayati dengan baik. Selain itu faktor eksternal pun menurut peneliti turut
perawatan kelas 3 dimana dalam satu kamar terdiri dari 6 atau lebih tempat tidur,
Dengan hasil penelitian ini efek samping dari penggunaan analgetik juga
konsumsi analgetik. Hal ini akan membantu dalam pengurangan costpasien dan
(Good et.al, 2005; Nilsson, 2008). Efek sementara dari pemberian penghilang
nyeri akan mengakibatkan banyak efek samping seperti sedasi, confuse, agitasi,
penyembuhan luka, ambulasi sampai dengan prolonged length of stay yang sangat
sebelum dilakukan intervensi terapi spiritual deep breathing exercise pada tabel
5.4 menunjukkan tidak ada perbedaan. Rerata tingkat nyeri kedua kelompok
menunjukkan nilai yang hampir sama, yakni 27,03 (kelompok kontrol) dan 27,35
sama-sama memiliki skor cemas yang tinggi pada parameter perasaan cemas
(firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah tersinggung) dan ketegangan
(merasa tegang, lesu, mudah terkejut, tidak dapat beristirahat dengan nyenyak,
nyeri masing-masing kelompok yang juga tergolong kategori nyeri berat . Hal ini
sesuai dengan teori bahwa pola bangkitan otonom adalah sama dalam nyeri dan
cemas. Nyeri yang berat seringkali menimbulkan perasaan cemas berat (Potter &
Perry, 2006). Hal ini disebabkan karena hubungan antara nyeri dan cemas bersifat
kompleks. Cemas seringkali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat
Sistem limbik dapat memproses reaksi emosi terhadap nyeri, yakni memperburuk
atau menghilangkan nyeri. Sulit untuk memisahkan dua sensasi. Paice (1999)
melaporkan suatu bukti bahwa stimulus nyeri mengaktifkan bagian sistem limbik
yang diyakini mengendalikan emosi seseorang, khususnya cemas (Lim, Yobas, &
Chen, 2014).
Akan tetapi penurunan kecemasan yang terjadi pada kelompok kontrol ini tidak
yang tidak mengalami penurunan kecemasan, yaitu responden K1, K4, K10, K11.
Hal ini juga dapat disebabkan karena semua responden tersebut pernah
Fakta ini sesuai dengan teori yang menyatakan apabila individu sejak lama sering
mengalami serangkaian episode nyeri tanpa pernah sembuh atau menderita nyeri
yang berat maka kecemasan dapat muncul (Potter & Perry, 2006).
Namun bisa dilihat juga pada hasil penelitian bahwa penurunan skor
kecemasan dari cemas berat ke cemas ringan. Penurunan skor kecemasan tertinggi
baik pada kelompok kontrol maupun intervensi yaitu pada parameter perasaan
cemas (firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah tersinggung) dan
ketegangan (merasa tegang, lesu, mudah terkejut, tidak dapat beristirahat dengan
lebih besar dan lebih signifikan dibandingkan yang hanya diberikan terapi standar
Muhammadiyah Palembang.
Elizabeth et.al (2013) dimana teknik kombinasi terapi DBE dan guided imagery
dapat menurunkan cemas dan depresi pada pasien post operasi. Terapi spiritual
menurunkan nyeri dan cemas pada pasien post operasi orthopedi fraktur
nonpatologis dengan lebih efektif. Faktanya pada penelitan ini unsur spiritual
relaksasi pada pasien post operasi orthopedi. Hasil yang sama terlihat pada
suci Al-Quran bagi ibu yang dilakukan kuretase dapat menurunkan kecemasan.
beberapa pasien di rumah sakit, 97% pasien merasa tenang dan memperoleh
penyembuhan penyakit dengan cepat. Riset ini dikuatkan oleh hasil penelitian
gelombang otak mereka dari percepatan gerak (12-13 db per detik) menjadi lebih
Hal ini dapat disebabkan oleh persepsi. Nyeri sangat dipengaruhi oleh
berjam-jam sampai berhari- hari.Fase ini dimulai pada saat dimana nosiseptor
telah mengirimkan sinyal pada formatio reticularis dan thalamus, sensasi nyeri
memasuki pusat kesadaran dan efek. Sinyal ini kemudian dilanjutkan ke area
limbik. Area ini mengandung sel sel yang bisa mengatur emosi. Area ini yang
akan memproses reaksi emosi terhadap suatu nyeri. Proses ini berlangsung sangat
cepat sehingga suatu stimulus nyeri dapat segera menghasilkan emosi berupa
ketenangan. Sebagai ejektor dari rasa rileks dan ketenangan yang timbul, midbrain
sensorik somatik otak, sehingga nyeri pun akan berkurang/hilang. Nyeri yang
pasien maupun oleh pasien sendiri. Hal ini menurut peneliti bisa
pasien ruang rawat kelas satu, 8 orang dari ruang perawatan kelas dua,
kontrol (12 orang) dari ruang perawatan kelas 3 dan 2 orang dari ruang
intervensi. Sehingga hal ini juga menjadi bias pada hasil penelitian.
BAB 7
7.1 Kesimpulan
1. Terapi spiritual deep breathing exercise dapat menurunkan nyeri pada pasien
breathing exercise lebih besar dan signifikan dibandingkan dengan pasien yang
7.2 Saran
salah satu intervensi keperawatan dalam manajemen nyeri bukan hanya pada
unit pelayanan untuk dapat menyediakan fasilitas berupa audio dan pedoman
responden yang lebih banyak dan waktu terapi serta frekuensi yang lebih
pedoman pengukuran tidak hanya tingkat nyeri saja tetapi juga disertai dengan
kadar endorfin.
semua jenis ruang perawatan di Rumah Sakit, dari kelas VIP sampai ruang
DAFTAR PUSTAKA
Adam, J. (2006). Buku Ajar Penyakit Dalam (IV ed.). Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Antall, G., & Kresevic, D. (2004). The use of guided imagery to manage pain in
an elderly orthopaedic population. Orthopaedic Nursing, 23(5), 335-341.
Bergh, I., Gunnarsson, M., Allwood, J., Oden, A., Sjostrom, B., & Steen, B.
(2005). Descriptions of pain in elderly patients following orthopaedic
surgery. Scandinavian Journal of Caring Sciences, 19(2), 110-118.
Black, J., & Hawks, J. (2009). Medical-Sugical Nursing Clinical Management for
Positive Outcomes (8th ed.). St.Louis: Elsevier.
Brunelli, C., Zecca, E., Martini, C., Campa, T., Fagnoni, E., Bagnasco, M., et al.
(2010). Comparisson of numerical and verbal rating scale to measure pain
excerbations in patients with cronic cancer pain. BioMed Central, 42, 1-8.
Bunner, L., & Suddarth, D. (2002). Keperawatan Medikal Bedah (8 ed., Vol. I).
(H. Kuncara, A. Hartono, M. Ester, & Y. Asih, Penerj.) Jakarta: EGC.
Buyukyilmaz, F., & Asti, T. (2013). The effect of relaxation techniques and back
massage on pain and anxiety in Turkish total hip or knee arthroplasty
patients. Pain Management Nursing, 14(3), 143-154.
Chelly, J., Ben-David, B., Williams, B., & Kentor, M. (2003). Anesthesia and
Post Operative Analgesia Outcomes Following Orthopaedic Surgery.
Orthopaedics, 26(8), 865-871.
Chiang, L. (2012). The effect of music and nature sounds on cancer pain and
anxiety in hospice cancer patients. Frances Payne Bolton School of
Nursing Case Western Reserve University.
Chung, G., Ritchie, E., & Su, J. (1997). Postoperative pain in ambulatory surgery.
Anasthesia and Analgesia, 85(4), 808-816.
Cool, A., & Ameen, J. (2006). Profiles of pain after day surgery: patients’
experiences of three different operation types. Journal of Advanced
Nursing, 53(2), 178-182.
Dettori, J. (2010). The random allocation process: two things you need to know.
Evidence Based Spine-Care Journal, 1(3), 7-9.
Dover, L., & Bacon, J. (2001). Spiritual Care Nursing Practice: A Close-up View.
Nursing forum, 36(3), 18-30.
Efendi, F., & Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan
Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Eldar, e. (2003). Evaluation of the Quran on the patients before open heart
surgery. Journal of Medical Informatics and Technologies, 13, 255-258.
Elizabeth, A., Michelle, M., Simon, R., David, J., Michael, R., & Kaveh, M.
(2013). Systematic review of the efficacy of pre-surgical mind-body based
therapies on post-operative outcome measures. Complementary Therapies
in Medicine(21), 697-711.
Gillespie, S., & Bamford, K. (2009). Mikrobiologi Medis dan Infeksi (3 ed.).
Jakarta: Erlangga.
Good, M., Anderson, G., Ahn, S., & 7 Stanton-Hicks, M. (2005). Relaxation and
music reduce pain following intestinal surgery. Research In Nursing and
Health, 28, 240-251.
Good, M., Stanton-Hicks, M., Grass, J., Anderson, G., Choi, C., &
Schoolmeesters, L. &. (1999). Relief of Postoperative Pain with Jaw
Relaxation, Music and Their Combination. Pain, 81, 163-172.
Graf, N., Marini, I., Baker, J., & Buck, T. (2007). Religious and Spiritual Beliefs
and Practices of Person with Chronic Pain. Rehabilitation Conselling
Journal, 21-33.
Guyton, A., & Hall, J. (2008). Fisiologi Kedokteran (11 ed.). (I. e. al, Penerj.)
Jakarta: EGC.
Huang, N., Cunningham, F., Laurito, C., & Chen, C. (2001). Can we do better
with postoperative pain management ? American Journal of Surgery,
182(5), 440-448.
Hus, A. (2007). The relationship between music therapy and post operative pain
management. Dipetik November 20, 2015, dari Music is an analgesic:
Health and Psychology:
http://healthpsych.psy.vanderbilt.edu/Web2007/MusicPain.htm
International Association for The Study of Pain (IASP). (1994). IASP pain
terminology. Dipetik November 13, 2015, dari http://www.Iasp-
pain.org/terms-p.html#pain
'Izzat, A., & 'Arif, M. (2011). Terapi Ayat Al-Quran untuk Kesembuhan:
Keajaiban Al-Quran Menyembuhkan Penyakit. Solo: Kalifa Publishing.
Jenkins, G., Kemnitz, C., & Tortota, G. (2004). Anatomy and Physiology: From
Science to Life. Vancouver: Applied Theraupetics.
Joelsson, M., Olsson, L., & Jakobsson, E. (2010). Patients' experience of pain and
pain relief following hip replacement surgery. Journal of Clinical Nursing,
19(19-20), 2832-2838.
Kaplan, H., Sadock, B., & Grebb, J. (1998). Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat.
Jakarta: Widya Medika.
Katzung, G. (2007). Basic and Clinical Pharmacology (10th ed.). New York: The
McGraw-Hill Companies Inc.
Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S. (2010). Fundamentals of Nursing,
Concepts, Process, and Practice (8th ed.). California: Addison-Wesley.
Lim, Y., Yobas, P., & Chen, H. (2014). Efficacy of Relaxation Intervention on
Pain, Self-efficacy, and Stress-related Variables in Patients Following
Total Knee Replacement Surgery. Pain Management Nursing, 15(4), 888-
896.
Long, B. C. (1996). Perawatan Medikal Bedah (Vol. II). (A. O. Karnaen, Penerj.)
Bandung: Yayasan Alumni Pendidikan Keperawatan.
Maher, A., Salmond, S., & Pellino, T. (2002). Orthopaedic Nursing (3rd ed.).
Philadelphia: W.B Saunders Company.
McGuire, D., & Sheildler, V. S.-5. (1993). Pain. (S. Groen, M. Fragge, Goodman,
& C. Yarbro, Penyunt.) Cancer nursing: Principles and practice, 449-556.
Nilsson, U. (2008). The anxiety and pain reducing effects of music interventions:
A systematic review. AORN Journal, 87, 780-807.
Novita, D. (2012). Pengaruh Terapi Musik Terhadap Nyeri Post Operasi Open
Reduction and Internal Fixation (ORIF) di RSUD DR.H.Abdul Moeloek
Propinsi Lampung. FIK Universitas Indonesia. (Unpublished Thesis
Paper).
Nurdin, S., Killing, M., & Rottie, J. (2013, Agustus). Pengaruh Relaksasi terhadap
Intensitas Nyeri pada Pasien Post Operasi Fraktur di Ruang IRNA A BLU
RSUP PROF Dr. R.D Kandou Manado. ejournal keperawatan (e-Kp),
1(1).
Pellino, T., Willens, J., Polomani, R., & Heye, M. (2003). The American Society
of Pain Management Nurses Role-Delineation Study (National
Association of Orthopaedic Nurses Respondent. Orthopaedic Nursing,
22(4), 289-297.
Phipps, W. J., Monahan, F. D., Sands, J. K., Marek, J. F., & Neighbors, M.
(2003). Medical surgical nursing: Health and illness perspectives (7th
Edition). St. Louis, MO: Elsevier/Mosby. (7th ed.). St. Louis, MO:
Elsevier/Mosby.
Polit, D., & Beck, C. (2012). Nursing Research: Generating and Assessing
Evidence for Nursing Practice (9th ed.). Philadelphia: Lippincott Williams
and Wilkins.
Potter, P., & Perry, A. (2006). Fundamental of Nursing: Concepts, Process and
Practice (4 ed.). (K. e. Renata, Penerj.) Jakarta: EGC.
Pullido, P., Hardwick, M., Munro, M., & May, L. &.-R. (2010, March/April).
Patient speak out : Development of evidence based model for managing
orthopaedic. Orthopaedic Nursing(29), 92-98.
Rasjad, C. (1998). Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi (5th ed.). Jakarta: Yarsif
Watampone.
Redwine, L. S., Tsuang, M., Rusiewicz, A., Pandzic, I., Cammarata, S., Rutledge,
T., et al. (2012). A Pilot Study Exploring The Effects of a 12-Week T'ai
Chi Intervention on Somatic Symtoms of Depression in Patients with
Heart Failure. Alternative and Complementary Medicine, 18(8), 744-748.
Reeves, C., Roux, G., & Lockhart, R. (2001). Keperawatan Medikal Bedah (1st
ed.). (J. Setyono, Penerj.) Jakarta: Salemba Medika.
Sadhan, A. (2009). Cara Pengobatan dengan Al-Quran. (A. Ziyad, Penerj.) Islam
House.
Singh, J., Gabriel, S., & Lewallen, D. (2008). The impact of gender, age and
preoperative pain on pain severity after Total Knee Arthrolasty. Clinical
Orthopaedics and Related Research, 466(11), 2717-2723.
Smeltzer, S., & Bare, B. (2002). Textbook of Medical-Surgical Nursing (10th ed.).
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Strong, J., Unruh, A., & Wright, A. &. (2002). Pain: A Textbook For Therapist.
Edinburg: Churchill Livingstone.
Stuart, & Laraia. (2001). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. USA:
Mosby Company.
Stuart, G., & Sundeen, S. (1995). Principles and Practice of Psychiatric Nursing.
St. Louis: Mosby Year Book.
Turk, D., & Flor, H. (1999). Chronic pain: A biobehavioral perspective. (R.
Gatchel, & D. Turk, Penyunt.) Psychosocial factors in pain, 18-34.
United States Acute Pain Management Guideline Panel. (1992). Acute Pain
Management: Operative or Medical Procedures and Trauma. Rockville,
Maryland: UnitedStates Department of Health and Human Services,
Public Health Service Agency for Health Care Policy and Research.
Zulkurnaini, N., Abdul Kadir, R., Murat, Z., & Isa, R. (2012). The Comparison
between Listening to Al-Quran and Listening to Classical Music on the
Brainwave Signal for the Alpha Band. Proceedings of the 2012 Third
International Conference on Intelligent Systems Modelling and Simulation
(hal. 181-186). Kinabalu: IEEE.
Lampiran 1
LEMBAR PENJELASAN
UNTUK RESPONDEN
Hal berikut ini merupakan informasi yang perlu saya sampaikan terkait dengan
keiukutsertaan Bapak/Ibu sebagai responden dalam penelitian ini :
1. Tujuan penelitian adalah untuk menurunkan nyeri dan kecemasan pada
pasien yang mengalami post operasi orthopedi karena fraktur
nonpatologis.
2. Manfaat Penelitian adalah mengembangkan ilmu keperawatan khususnya
pengelolaan pasien post operasi orthopedi fraktur nonpatologis. Manfaat
untuk responden adalah terapi Spiritual Deep Breathing Exercise ini dapat
digunakan sebagai salah satu metode manajemen nyeri serta menurunkan
kecemasan setelah mengalami operasi orthopedi sehingga dapat
mengurangi ketergantungan pasien terhadap analgetik, meningkatkan
kualitas hidup serta mekanisme koping yang positif dalam menghadapi
post operasi.
3. Kombinasi Terapi Spiritual Deep Breathing Exercise akan diberikan pada
pasien yang mengalami post operasi orthopedi karena fraktur nonpatologis
di ruang rawat inap Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang. Peneliti
akan mengukur nyeri dan kecemasan pasien setelah mengalami post
operasi orthopedi dengan memberikan kuesioner kemudian peneliti akan
memfasilitasi pasien melakukan terapi Spiritual Deep Breathing Exercise
selama 15 menit kemudian kembali mengukur nyeri dan kecemasannya 10
Surabaya,
……………….
Saksi
……………………………
Lampiran 2
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
No. Partisipan :……………….(diisi oleh peneliti)
Nama :……………….
Umur :……………….tahun
Alamat :………………………………
No. Tlp/Hp :………………………………
Setelah diberikan penjelasan tentang tujuan dan manfaat penelitian ini dan adanya
jaminan kerahasiaan, maka:
Saya bersedia
Palembang, ……………………
Peneliti Partisipan
………………………. …………………………..
Saksi
………………………
Lampiran 3
Kode Responden :
Lampiran 4
Keterangan :
0 = Tidak ada keluhan nyeri
1-3 = Ada rasa nyeri, mulai terasa, tapi masih dapat ditahan , tidak tenang,
agitasi, bingung, iritabilitas
4-6 = Ada rasa nyeri, terasa mengganggu, dan dengan melakukan usaha yang
cukup kuat untuk menahannya, berkeringat, kaku/grimace, kening
berkerut, mata/mulut terkunci rapat atau terbuka lebar, kelelahan
7-10 = Ada nyeri, terasa sangat mengganggu/tidak tertahankan, sehingga harus
meringis, menjerit, bahkan berteriak
TINGKAT NYERI =
Lampiran 5
LEMBAR OBSERVASI
Pengkajian Luka Menurut Kozier (2005)
Observasi Hari Ke : 1. 2. 3.
No Item
Pengakajian Luka Keterangan
1. Lokasi
2. Ukuran Luka
3. Kedalaman Luka
4. Edema disekitar
Luka/Balutan
Lampiran 6
KUESIONER KECEMASAN
TINGKAT KECEMASAN-HARS (HAMILTON ANXIETY RATING SCALE)
Lampiran 7
Peneliti yang berkaitan dengan teknik relaksasi nafas dalam (Deep Breathing
Exercise), nyeri dan kecemasan pada pasien post operasi orthopedi telah
dilakukan seperti tercantum pada tabel berikut ini :
Judul karya Tujuan Metode Penelitian
No ilmiah & Desain Sampel dan Intervensi Hasil Kesimpulan
penulis teknik
sampling
1. Efficacy of Untuk Single 18 responden Semua responden Pain Level: Teknik
Relaxation menguji efek group, pre- dengan kriteria menerima Hasil statistik relaksasi
Intervention relaksasi posttest inklusi perawatan rutin di RMANOVA, dapat menjadi
on Pain, untuk quasi- • Pasien berusia ruangan ditambah Mauchly’s test alternatif dan
Self- menurunkan experimental 21-75 tahun dengan intervensi menunjukkan strategi
efficacy, and nyeri, stres design • Bisa relaksasi selama 3 penurunan nyeri tambahan
Stress- dan cemas berbahasa hari, 1 jam untuk yang signifikan yang aman,
related serta inggris atau tiap sesinya. pada murah dan
Variables in meningkatkan China Intervensi postintervention mudah untuk
Patients self-efficacy • Telah mencakup session (F=14.92; mengurangi
Following pada pasien menjalani komponen teori p<.001) nyeri dan
Total Knee dengan Total Total Knee dan praktek. ketegangan
Replacement Knee Replacement Komponen teori Self-Efficacy and emosional
Surgery Replacement surgery meliputi Anxiety: postoperasi
(Lim, surgery penyampaian Hasil statistik orthopedi
Yobas, & informasi umum dengan Paired t serta
Chen, 2014) tentang efek test menunjukkan meningkatkan
negatif dari score self-efficacy self-efficacy
ketegangan emosi signifikan lebih pasiennya.
dan nyeri fisik tinggi pada
pada postoperative postintervention Akan tetapi
recovery. session (mean pada
Sedangkan differences -4.22; penelitian ini
komponen praktek SD=4.47; t=-4.01; hampir semua
meliputi p=.001). responden
penggabungan 2 Sedangkan skor mendapatkan
teknik relaksasi anxiety signifikan pain
yaitu breathing lebih rendah pada medication
exercise dan postintervention postoperative
guided imagery. session (mean sehingga
Responden akan differences 6.67; tidak bisa
dipandu melalui SD=9.59; t=2.95; diketahui
audiotape untuk p=.009). seberapa
melakukan besar
instruksi relaksasi Pain medication pengaruh
selama 20 menit postoperativeyang teknik
dengan didapatkan relaksasi
background musik. responden: tersebut
Di akhir sesi, Selama 2-4 hari dalam
peneliti postoperasi menurunkan
memotivasi orthopedi, 7 nyeri dan
responden untuk responden ketegangan
menggabungkan mendapatkan emosional
teknik relaksasi di morphine (x=3.26 pada
dalam kegiatan mg; SD=6.24 postoperasi
sehari-hari dan mg); 9 responden orthopedi
mempraktekkannya mendapatkan
secara rutin paracetamol
(x=8.08 g;
SD=3.21 g); 8
responden
mendapatkan
tramadol
(x=215.00;
SD=168.66); 2
responden
mendapatkan oral
Panadeine
(x=1,000;
SD=307.79); dan
1 responden
mendapatkan
ibuprofen (800
mg) atau pethidine
injection (50 mg).
2. Pengaruh Untuk A single 20 pasien Intervensi yang Sesudah Pada
Teknik mengetahui group, pre- pasca operasi diberikan adalah dilakukan teknik penelitian ini
Relaksasi pengaruh and posttest fraktur teknik relaksasi nafas relaksasi, dapat terlihat
terhadap teknik quasi- dalam sebagai berikut: didapatkan dari 11 efektifitas
Intensitas relaksasi experimental Ciptakan lingkungan orang (55%) teknik
Nyeri Pada terhadap design yang tenang, jaga dengan intensitas relaksasi
Pasien Post intensitas privasi pasien, nyeri berat (skala nafas dalam
Operasi nyeri pada usahakan pasien 7-9) berkurang terhadap
Fraktur pasien post dalam keadaaan mejadi 10 orang penurunan
(Nurdin, operasi rileks, minta pasien denga intensitas intensitas
Killing, & fraktur memejamkan mata nyeri sedang dan nyeri pada
Rottie, dan usahakan agar 1 orang dengan pasien post
2013) konsentrasi, menarik intensitas tidak operasi
nafas dari hidung dan nyeri. Hal yang orthopedi.
menghembuskan sama juga terjadi Akan tetapi
secara perlahan dari pada 8 orang tidak ada
mulut (40%) dengan pembahasan
intensitas nyeri lebih lanjut
sedang berkurang tentang
menjadi intensitas analgetik
nyeri ringan. yang
Intensitas nyeri digunakan
ringan 1 orang oleh masing-
(5%) berkurang masing
menjadi tidak pasien
nyeri. sehingga
seberapa
Hasil uji statistik efektifnya
menggunakan uji teknik
paired sample t relaksasi
test menunjukkan nafas dalam
bahwa teknik tersebut
relaksasi secara dalam
signifikan dapat menurunkan
menurunkan nyeri nyeri post
pada pasien pasca operasi belum
operasi fraktur dapat diukur
(p=0,000)
(Elizabeth, operasi RCT pada psychological well-being measures menurunkan operasi masih
Michelle, Kata kunci: dosis penggunaan analgetik terbatas
Simon, Mind-body • 4 artikel (20%) meneliti tentang pengaruh hypnosis yang dengan hasil
David, therapies, dikombinasi dengan relaksasi nafas dalam (2 diantaranya penelitian
Michael, & Post- pada pasien post operasi orthopedi), sebagian penelitian pengaruh
Kaveh, operative menunjukkan pengaruhnya pada psychological well-being yang kecil
2013) outcomes, measures. terhadap vital
Surgery sign dan
perubahan
pada
pengukuran
endokrin
yang belum
konsisten,
sehingga
diperlukan
penelitian
lebih lanjut
Lampiran 8
A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menjelaskan kombinasi terapi Spiritual Deep Breathing Exercise pada
pasien post operasi orthopedi fraktur nonpatologis yang mengalami nyeri
dan kecemasan.
2. Tujuan Khusus
Pada pertemuan 1 :
• Pasien post operasi orthopedi fraktur nonpatologis dapat mengenal
kombinasi terapi Spiritual Deep Breathing Exercise
• Pasien post operasi orthopedi fraktur nonpatologis dapat mengerti
manfaat kombinasiterapi Spiritual Deep Breathing Exercise
• Pasien post operasi orthopedi fraktur nonpatologis dapat mengerti
keistimewaan dari Alquran Surah Ar-Rahman
• Pasien post operasi orthopedi fraktur nonpatologis dapat mengerti dan
menerapkan prosedur kombinasi terapi Spiritual Deep Breathing
Exercise
Pada pertemuan 2, 3, 4, 5 :
• Pasien post operasi orthopedi fraktur nonpatologis dapatmenerapkan
prosedurkombinasi terapi Spiritual Deep Breathing Exercise
B. Materi
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Demonstrasi
C. Alat dan bahan yang diperlukan
1. MP4 yang dihubungkan dengan earphone yang telah dilapisi bantalan
disposable
2. SOP kombinasi terapi Spiritual Deep Breathing Exercise
3. Leaflet yang berisi tentang Surah Ar-Rahman beserta terjemahannya
4. Sampiran untuk penyekat ruangan
5. Alat tulis
6. Kursi
D. Metode
1. Ceramah dan demonstrasi
2. Tanya jawab
E. Kegiatan
Kegiatan Metode Media waktu
Pembukaan : Ceramah - 20 menit
1. Salam pembukaan (5 menit x 5)
2. Tujuan kegiatan
3. Kontrak waktu
Isi :
• Pertemuan 1
1. Menjelaskan pengertian kombinasi terapi Ceramah -
Spiritual Deep Breathing Exercise
2. Menjelaskan manfaat kombinasi terapi Ceramah -
Spiritual Deep Breathing Exercise 15 menit
3. Menjelaskan keistimewaan Alquran Surah Ceramah Leaflet
Ar-Rahman
4. Menjelaskan prosedur kombinasi terapi Ceramah SOP
Spiritual Deep Breathing Exercise
• Pertemuan 2, 3, 4, 5
Mendemonstrasikan cara melakukan Demonstrasi - 60 menit
kombinasi terapi Spiritual Deep Breathing (15 menit x 4)
Exercise
Penutup :
1. Evaluasi dan rencana tindak lanjut Ceramah - 20 menit
2. Melakukan kontrak waktu yang akan datang (5 menit x 5)
3. Salam penutup
Lampiran 9
jangan disilangkan
6) Kemudian dalam keadaan yakin hitung sampai 4, tarik nafas pada hitungan
dilepaskan
gelombang alfa pada otak. Aktivasi alfa ini yang kemudian akan surah ini. Ar-Rahman adalah salah satu dari nama-nama Allah.
merangsang pengeluaran endorfin.Dalam teori gate control Sebagian besar dari surah ini menerangkan kepemurahan Allah.
tingkat endorfin yang tinggi saat melakukan terapi spiritual deep kepada hamba-hamba-Nya, yaitu dengan memberikan nikmat-
breathing exercise akan menghambat pelepasan substansi yang nikmat yang tidak terhingga baik di dunia maupun di akhirat
nyeri sehingga masukan yang dominan berasal dari serabut beta- Berikut adalah QS Ar-Rahman beserta terjemahannya:
Ar-rahman(u)
"(Rabb) Yang Maha Pemurah," – (QS.55:1) ﺎء
َ ﻤَ اﻟﺴ
ﺿ َﻊ َر َﻓ َﻌ َﻬﺎ َو ﱠ
َ ان َو َو
َ اﻟ ِْﻤﻴ َﺰ
Wassamaa-a rafa'ahaa wawadha'al miizaan(a)
َ آن َﻋ ﱠﻠ
ﻢ َ اﻟ ُْﻘ ْﺮ "Dan Allah telah meninggikan langit; dan Dia meletakkan
'Allamal quraan(a) neraca (keadilan)." – (QS.55:7)
"Yang telah mengajarkan Al-Qur'an." – (QS.55:2)
��َان ِﻓﻲ َﺗ ْﻄ َﻐ ْﻮا أ
ِ اﻟ ِْﻤﻴ َﺰ
ﻖ
َ ﺎن َﺧ َﻠ
َ ﺴَ ا�� ْﻧ Alaa tathghau fiil miizaan(i)
Khalaqa-insaan(a) "Supaya kamu jangan melampaui batas, tentang neraca itu." –
"Dia menciptakan manusia," – (QS.55:3) (QS.55:8)
َ ﺎن َﻋ ﱠﻠ
ﻤ ُﻪ َ اﻟ َْﺒ َﻴ ُ ن َوأَ ِﻗ
ﻴﻤﻮا َ ﻂ اﻟ َْﻮ ْز
ِ ﺴ
ْ � ُ�وا َو�� ِﺑﺎ ْﻟ ِﻘ
ِ ان ُﺗ ْﺨ
َ اﻟ ِْﻤﻴ َﺰ
'Allamahul bayaan(a) Wa-aqiimuul wazna bil qisthi walaa tukhsiruul miizaan(a)
"Mengajarnya pandai berbicara." – (QS.55:4) "Dan tegakkanlah timbangan dengan adil, dan janganlah
kamu mengurangi neraca itu." – (QS.55:9)
ﺲ
ُ ﱠﻤ
ْ ﻤ ُﺮ اﻟﺸ
َ ﺎن َوا ْﻟ َﻘ
ٍ ﺴ َﺒ
ْ ِﺑ ُﺤ
Asy-syamsu wal qamaru bihusbaanin ض
َ ا��ر
ْ ﺿ َﻌ َﻬﺎ َو
َ ﺎم َو
ِ ِﻟ�� َﻧ
"Matahari dan bulan (beredar), menurut perhitungan." – Wal ardha wadha'ahaa lil-anaam(i)
(QS.55:5) "Dan Allah telah meratakan bumi untuk makhluk(-Nya)," –
(QS.55:10)
ﺐ
ْﺤ ﱡ
َ ﻒ ذُو َواﻟ
ِ ﺼ
ْ ْﻌ
َ ﺎن اﻟ
ُ َواﻟ ﱠﺮ ْﻳ َﺤ ب
� ِ� َﻗ ْﻴ ِﻦ َر ﱡ
ْ ْﻤ
َ ب اﻟ
ْﻤ ْﻐ ِﺮ َﺑ ْﻴ ِﻦ َو َر ﱡ
َ اﻟ
Wal habbu dzuul 'ashfi warraihaan(u) Rabbul masyriqaini warabbul maghribain(i)
"Dan biji-bijian yang berkulit, dan bunga-bunga yang "Rabb yang memelihara kedua tempat terbit matahari,
harum baunya." – (QS.55:12) dan Rabb yang memelihara kedua tempat terbenamnya." –
(QS.55:17)
ّ َُﻤﺎ آ�� ِء َﻓ ِﺒﺄ
ِي َ ﺎن َر ِّﺑﻜ
ِ ُﺗﻜَ ِﺬ َّﺑ
Fabiai-yi aalaa-i rabbikumaa tukadz-dzibaan(i) ّ َُﻤﺎ آ�� ِء َﻓ ِﺒﺄ
ِي َ ﺎن َر ِّﺑﻜ
ِ ُﺗﻜَ ِﺬ َّﺑ
"Maka nikmat Rabb-kamu yang manakah, yang kamu Fabiai-yi aalaa-i rabbikumaa tukadz-dzibaan(i)
dustakan;" – (QS.55:13) "Maka nikmat Rabb-kamu yang manakah, yang kamu
dustakan." – (QS.55:18)
ﻖ
َ ﺎن َﺧ َﻠ
َ ﺴَ ﺎل ِﻣ ْﻦ ا�� ْﻧ
ٍ ْﺼ
َ ﺻﻠ ِ ﻛَﺎ ْﻟ َﻔﺨﱠ
َ ﺎر ﻣ َﺮ َج
َ ﺎن اﻟْﺒَ ْﺤ َﺮ ْﻳ ِﻦ
ِ َﻳَ ْﻠ َﺘ ِﻘﻴ
Khalaqa-insaana min shalshaalin kal fakh-khaar(i) Marajal bahraini yaltaqiyaan(i)
"Dia menciptakan manusia dari tanah kering, seperti "Dia membiarkan dua lautan mengalir, yang keduanya
tembikar," – (QS.55:14) kemudian bertemu," – (QS.55:19)
ﻖ
َ ﺎن َو َﺧ َﻠ
ْﺠ ﱠ
َ ﺎر ٍج ِﻣ ْﻦ اﻟ
ِ ﻣَ ﺎر ِﻣ ْﻦ
ٍ َﻧ
Wakhalaqal jaanna min maarijin min naarin ﻤﺎ
َ ﺎن ال َﺑ ْﺮ َز ٌخ َﺑ ْﻴ َﻨ ُﻬ
ِ َﻳ ْﺒ ِﻐ َﻴ
"Dia menciptakan jin dari nyala api." – (QS.55:15) Bainahumaa barzakhun laa yabghiyaan(i)
"antara keduanya ada batas, yang tidak dilampaui oleh
ّ َُﻤﺎ آ�� ِء َﻓ ِﺒﺄ
ِي َ ﺎن َر ِّﺑﻜ
ِ ُﺗﻜَ ِﺬ َّﺑ masing-masing." – (QS.55:20)
Fabiai-yi aalaa-i rabbikumaa tukadz-dzibaan(i)
"Maka nikmat Rabb-kamu yang manakah, yang kamu ّ َُﻤﺎ آ�� ِء َﻓ ِﺒﺄ
ِي َ ﺎن َر ِّﺑﻜ
ِ ﻜ ِﺬ َّﺑ
َ ُﺗ
dustakan." – (QS.55:16) Fabiai-yi aalaa-i rabbikumaa tukadz-dzibaan(i)
"Maka nikmat Rabb-kamu yang manakah, yang kamu "Mereka bertelekan di atas permadani yang sebelah dalamnya
dustakan." – (QS.55:49) dari sutera. Dan buah-buahan kedua surga itu dapat (dipetik) dari
dekat." – (QS.55:54)
ﻤﺎ
َ ﻴﻬ
ِ ﺎن ِﻓ
ِ ﺎن َﻋ ْﻴ َﻨ
ِ َﺗ ْﺠ ِﺮ َﻳ
Fiihimaa 'ainaani tajriyaan(i) ّ َُﻤﺎ آ�� ِء َﻓ ِﺒﺄ
ِي َ ﺎن َر ِّﺑﻜ
ِ ُﺗﻜَ ِﺬ َّﺑ
"Di dalam kedua surga itu, ada dua buah mata air yang Fabiai-yi aalaa-i rabbikumaa tukadz-dzibaan(i)
mengalir." – (QS.55:50) "Maka nikmat Rabb-kamu yang manakah, yang kamu
dustakan." – (QS.55:55)
Lampiran 11
UJI NORMALITAS
b
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Lampiran 12
UJI KESETARAAN
1. USIA
Mann-Whitney Test
Ranks
Total 28
b
Test Statistics
umur responden
Mann-Whitney U 89.500
Wilcoxon W 194.500
Z -.431
2. JENIS KELAMIN
Crosstabs
Cases
kelompok
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square a
.000 1 1.000
b
Continuity Correction .000 1 1.000
Likelihood Ratio .000 1 1.000
Fisher's Exact Test 1.000 .676
Linear-by-Linear Association .000 1 1.000
b
N of Valid Cases 28
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,00.
b. Computed only for a 2x2 table
3. RIWAYAT PEMBEDAHAN
Ranks
b
Test Statistics
riwayat
pembedahan
Mann-Whitney U 91.000
Wilcoxon W 196.000
Z -.372
Asymp. Sig. (2-tailed) .710
a
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .769
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: kelompok
4. NYERI PRE-1
Ranks
b
Test Statistics
nyeri pre 1
Mann-Whitney U 98.000
Wilcoxon W 203.000
Z .000
Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000
a
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1.000
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: kelompok
5. CEMAS PRE-1
Ranks
b
Test Statistics
cemas pre 1
Mann-Whitney U 98.000
Wilcoxon W 203.000
Z .000
Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000
a
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1.000
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: kelompok
Lampiran 13
DATA FREKUENSI VARIABEL NYERI DAN CEMAS
1. NYERI
Statistics
nyeri pre 1 nyeri post 1
kelompok kontrol kontrol
N Valid 14 14
Missing 0 0
Mean 7.71 7.21
Median 8.00 7.00
Std. Deviation .469 .699
Statistics
nyeri pre 2 nyeri post 2 nyeri pre 3 nyeri post 3 nyeri pre 4 nyeri post 4
kontrol kontrol kontrol kontrol kontrol kontrol
N Valid 14 14 14 14 14 14
Missing 0 0 0 0 0 0
Mean 7.43 6.43 6.57 5.79 6.43 5.43
Median 7.00 6.00 7.00 6.00 6.00 5.00
Std. Deviation .514 .514 .514 .579 .514 .514
Frequency Table
Statistics
nyeri pre 1 nyeri post 4
kelompok kontrol kontrol
N Valid 14 14
Missing 0 0
Mean 7.71 5.43
Median 8.00 5.00
Std. Deviation .469 .514
Minimum 7 5
Maximum 8 6
Frequency Table
2. KECEMASAN
Statistics
cemas pre 1 kel cemas post 4 kel
intervensi intervensi
N Valid 14 14
Missing 0 0
Mean 28.36 18.93
Median 28.50 20.00
Std. Deviation 2.205 2.921
Minimum 24 14
Maximum 31 25
Frequency Table
cemas pre 1 kel intervensi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 24 1 7.1 7.1 7.1
25 1 7.1 7.1 14.3
26 1 7.1 7.1 21.4
27 1 7.1 7.1 28.6
28 3 21.4 21.4 50.0
29 1 7.1 7.1 57.1
30 4 28.6 28.6 85.7
31 2 14.3 14.3 100.0
Total 14 100.0 100.0
Statistics
cemas pre 1 cemas post 4
kontrol kontrol
N Valid 14 14
Missing 0 0
Mean 28.21 22.71
Median 28.00 22.00
Std. Deviation 2.887 2.128
Minimum 24 20
Maximum 35 26
Frequency Table
Lampiran 14
UJI BIVARIAT
1. NYERI
b
Test Statistics
nyeri
post 4 - nyeri
pre 1 kelompok
intervensi
a
Z -3.491
Total 14
b
Test Statistics
nyeri
post 4 kontrol -
nyeri pre 1
kelompok kontrol
a
Z -3.448
Asymp. Sig. (2-
.001
tailed)
a. Based on positive ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
2. KECEMASAN
Ranks
Total 14
b
Test Statistics
Ranks
Total 14
b
Test Statistics
cemas post 4
kontrol - cemas
pre 1 kontrol
a
Z -3.330
Mann-Whitney Test
Ranks
kel Mea Sum of
ompok N n Rank Ranks
selisih nyeri kontrol 14 7.79 109.00
intervensi 21.2
14 297.00
1
Total 28
b
Test Statistics
selisihnyeri_kontrol
Mann-Whitney U 4.000
Wilcoxon W 109.000
Z -4.591
Mann-Whitney Test
Ranks
b
Test Statistics
selisih cemas
Mann-Whitney U 27.000
Wilcoxon W 132.000
Z -3.287
Asymp. Sig. (2-tailed) .001
a
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .001
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: kelompok