SKRIPSI
OLEH
1
2
SKRIPSI
OLEH
2
Lembar Persetujuan Pembimbing Untuk Sidang Skripsi
:
JUDUL SKRIPSI : GAMBARAN PENGGUNAAN KONSUMSI OBAT
HERBAL PADA PASIEN HEMODIALISA DI
RUMAH SAKIT UMUM SEMBIRING DELI TUA
Menyetujui,
Pembimbing
Anggota:
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi ini ditulis berdasarkan data dan
hasil dari pekerjaan yang saya kerjakan dan belum pernah diajukan oleh orang lain untuk
memperoleh gelar kesarjanan di perguruan tinggi lain bukan plagiat karenakutipan yang
ditulis telah disebutkan sumbernya didalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari ada pengaduan dari pihak lain didalam skripsi ini
ditemukan plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia menerima sanksi
apapun oleh Fakultas Farmasi Institut Kesehatan Deli Husada Deli Tua dan bukan
menjadi tanggung jawab dari pembimbing.
Demikian surat pernyataan ini saya perbuat dengan sebenar-benarnya untuk dapat
digunakan sebagaimana mestinya.
ABSTRAK
Penyakit ginjal kronik didefinisikan sebagai kerusakan ginjal yang berjalan dalam
waktu lama (menahun) dan ditandai dengan penurunan kemampuan ginjal menyaring
darah (Laju Filtrasi Gromerulus/LFG). Pasien dengan PGK sering kali tidak
mengalami gejala atau tanda, hingga fungsi ginjal tersisa kurang dari 15%. Sejak
stadium awal, PGK berkaitan erat dengan timbulnya berbagai macam komplikasi
misalnya anemia, penyakit tulang, dan lain-lain. Komplikasi – komplikasi ini akan
meningkatkan risiko kesakitan dan kematian seperti penyakit jantung yang tidak
ditangani dengan benar dapat berujung pada kematian. Tujuan penelitian ini
mengetahui gambaran penggunaan obat herbal sebelum dan setelah didiagnosa gagal
ginjal kronis di Unit Hemodialisa Rumah Sakit Umum Sembiring Deli Tua, lalu
mengetahui pengaruh penggunaan obat herbal saat menjalani hemodialisa di
Unit Hemodialisa Rumah Sakit Umum Sembiring Deli Tua dan tujuan terakhir
mengetahui faktor pengambilan keputusan penggunaan obat herbal di Unit
Hemodialisa Rumah Sakit Umum Sembiring Deli Tua. Pasien gagal ginjal kronik
dirumah sakit umum sembiring khususnya diruang hemodialisa tidak diperbolehkan
untuk mengkonsumsi obat herbal karena konsumsi obat herbal merupakan faktor
risiko gagal ginjal kronik. Terdapat bahan kimia dan obat-obatan yang
menyebabkan kerusakan ginjal dengan membentuk kristal sehingga membentuk
cedera pada tubular, peradangan interstitial dan obstruksi. Obat ini atau
metabolitnya mengkristal ketika mereka menjadi jenuh dalam urin faktor yang
menjadi pengambilan keputusan penggunaan obat herbal di unit hemodialisa rumah
sakit umum sembiring deli tua dimana menyatakan pengambilan keputusan memilih
mengkonsumsi obat herbal, hasil didapatkan rata-rata semua pasien yang sebelum di
diagnosa gagal ginjal kronik di unit hemodialisa rumah sakit umum sembiring deli
tua memilih 3 faktor tersebut yaitu keyakinan, ekonomi dan kemudahan
mendapatkan obat herbal.
i
Dina. Description of the Use of Consumption of Herbal Medicines in
Hemodialysis Patients at Sembiring General Hospital Thesis. Pharmacy Study
Program Undergraduate Program of the Faculty of Pharmacy Deli Husada Deli
Tua Institute of Health. (Supervised by: apt. Anggun Syafitri, S.Farm., M.K.M.,
M.Farm).
ABSTACT
Chronic kidney disease is defined as kidney damage that lasts for a long time
(chronic) and is characterized by a decrease in the ability of the kidneys to filter
blood (gromerular filtration rate/GFR). Patients with CKD often have no signs
or symptoms until less than 15% of kidney function remains. Since its early
stages, CKD is closely related to the emergence of various complications such
as anemia, bone disease, and others. Complications - these complications will
increase the risk of morbidity and mortality such as heart disease that is not
treated properly can lead to death. The purpose of this study was to find out the
description of the use of herbal medicines before and after being diagnosed with
chronic kidney failure at the Hemodialysis Unit at Sembiring Deli Tua General
Hospital, then to find out the effect of using herbal medicines while undergoing
hemodialysis at the Hemodialysis Unit at Sembiring Deli Tua General Hospital
and the final objective was to find out the decision-making factors for using
herbal medicines at the Hemodialysis Unit at Sembiring Deli Tua General
Hospital. Patients with chronic kidney failure at Sembiring General Hospital,
especially in the hemodialysis room, are not allowed to take herbal medicines
because consumption of herbal medicines is a risk factor for chronic kidney
failure. There are chemicals and drugs that cause kidney damage by forming
crystals to form tubular injury, interstitial inflammation and obstruction. These
drugs or their metabolites crystallize when they become saturated in the urine.
The factors that make the decision to use herbal medicines in the hemodialysis
unit at the Sembiring Deli Tua general hospital, which states that the decision
to choose to consume herbal medicines, the results obtained on average, that all
patients who were previously diagnosed with chronic kidney failure in the
hemodialysis unit at the Sembiring Deli Tua general hospital chose these 3
factors, namely confidence, economy and ease of obtaining herbal medicines.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
Sakit umum Sembiring Deli Tua”. Dalam penyusunan proposal ini penulis
penulisannya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
proposal ini.
masukan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak, baik secra moril maupun
materil. Maka dari itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima
kasih kepada :
Sembiring.
4. apt. Anggun Syafitri, S.Farm., M.K.M, M.Farm., selaku Ketua Program Studi
Farmasi Program Sarjana Fakultas Farmasi Institut Kesehatan Deli Husada Deli
Tua
5. apt. Elysa.S.Farm.,M.Si Selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi. Kepada bapak apt.Drs. Palas Tarigan.,
MM.,M.Kes dan apt. Dian Fachrunisa,S.Farm.,M.Si selaku Dosen Penguji
yang telah memberikan arahan, kritik dan saran untuk penyempurnaan skripsi.
iii
selaku Dosen Penguji yang telah memberikan arahan, kritik dan saran untuk
5. Seluruh pengelola Program Studi Farmasi Program Sarjana, seluruh Staff Dosen
Program Studi Farmasi Program Sarjana dan Civitas Program Studi Farmasi
pendidikan.
6. Terkhusus dan teristimewa kepada orang tua penulis yang sangat penulis sayangi
Ayah Alm H. Nur Salamsyah dan Ibu Suherni yang telah membesarkan dan
waktu dan kasih sayang yang begitu besar kepada penulis selama mengikuti
7. Seluruh keluarga tercinta yang telah banyak memberikan doa dan dukungan.
penulis.
penulis.
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
Agama : Islam
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................. i
ABSTRACT ........................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... v
DAFTAR ISI .......................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah ........................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian ..........................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 6
2.1 Anatomi dan Fisiologi Ginjal ..........................................................................6
2.1.1 Ginjal .....................................................................................................6
2.1.2 Fisiologi .................................................................................................6
2.1.3 Struktur Anatomi Ginjal ........................................................................8
2.1.4 Fungsi Ginjal .........................................................................................9
2.1.5 Gagal Ginjal Kronik.............................................................................10
2.1.6 Etiologi ...............................................................................................10
2.1.7 Manifestasi Klinis ................................................................................11
2.2 Pengobatan Gagal Ginjal Kronik ................................................................... 12
2.3 Obat Herbal ................................................................................................... 14
2.4 Keyakinan Terhadap Pemilihan Konsumsi Obat Herbal .............................. 19
2.5 Kerangka Pikir Penelitian ............................................................................. 20
2.6 Hipotesis........................................................................................................ 22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 23
3.1 Jenis Penelitian ................................................................................................ 23
3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian ........................................................................... 23
3.3 Populasi dan Sampel........................................................................................ 23
3.4 Variabel Dan Defenisi Operasional................................................................. 25
3.5 Langkah Penelitian .......................................................................................... 25
BAB IV HASIL .................................................................................................... 26
4.1 Gambaran Penggunaan Obat Herbal Sebelum Dan Sesudah Diagnosa GGK 26
4.1.1 Gambaran Penggunaan Obat Herbal Sebelum Diagnosa GGK ........26
4.1.2 Gambaran Penggunaan Obat Herbal Sesudah Diagnosa GGK .........27
4.2 Pengaruh Obat Herbal Pada Pasien Sesudah Di Diagnosa GGK ............................ 28
4.3 Faktor Yang Menjadi Pengambilan Keputusan Penggunaan Obat Herbal .......... 29
4.3 Analisis Univariat .............................................................................................. 30
BAB V PEMBAHASAN ..................................................................................... 32
5.1 Gambaran Penggunaan Obat Herbal Sebelum Dan Sesudah Diagnosa GGK 32
5.1.1 Gambaran Penggunaan Obat Herbal Sebelum Diagnosa GGK ........32
5.1.2 Gambaran Penggunaan Obat Herbal Sesudah Diagnosa GGK .........34
5.2 Pengaruh Obat Herbal Pada Pasien Sesudah Di Diagnosa GGK ............................ 34
5.3 Faktor Yang Menjadi Pengambilan Keputusan Penggunaan Obat Herbal .......... 35
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 38
6.1 Kesimpulan .................................................................................................... 38
6.2 Saran .............................................................................................................. 41
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 42
LAMPIRAN .......................................................................................................... 43
vi
BAB I
PENDAHULUAN
dengan PGK sering kali tidak mengalami gejala atau tanda, hingga fungsi ginjal
tersisa kurang dari 15%. Sejak stadium awal, PGK berkaitan erat dengan
kematian seperti penyakit jantung yang tidak ditangani dengan benar dapat
penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali dalam hal
kimia tubuh seperti sodium dan kalium di dalam darah atau reproduksi
urin.Perubahan fungsi ginjal sering terjadi secara bertahap dan ketika pasien telah
fungsi ginjal tersebut secara terus menerus. Hal tersebut biasa disebutgagal ginjal
kronik (A Puspanegara,2019).
Penurunan fungsi ginjal pada kasus ini terjadi secara perlahan sehingga
bisa terjadi stadium terberat pada penyakit gagal ginjal kronik. Jika sudah sampai
1
2
darah manusia, dan mampu bekerja seperti fungsi ginjal dari proses difusi,
ginjal kronis. Jumlah pasien selalu bertambah setiap tujuh tahun. Kejadian
tersebut juga terjadi di negara Republik Indonesia. Seluruh pasien yang mengidap
gagal ginjal kronis harus melakukan terapi hemodialisa sebanyak kurang lebih
50.000 kali tetapi hanya 4000 orang yang kuat dan rutin menjalani terapi tersebut
Prevalensi PGK derajat II sampai V terus meningkat sejak tahun 1988 sejalan
ginjal kronis berkontribusi pada beban penyakit dunia dengan angka kematian
sebesar 850.000 jiwa per tahun. Hasil penelitian Global Burden of Disease tahun
2010, penyakit gagal ginjal kronis merupakan penyebab kematian peringkat ke-
27 di dunia, tahun 1990 dan meningkat menjadi urutan ke-18 pada tahun
cedera ginjal akut (Acute Kidney Injury, AKI). (Purav Mody menyebukan bahwa
terdapat hubungan antara AKI dengan gagal ginjal.. Tsai di Taiwan menyatakan
bahwa obat OTC (over the counter, obat bebas) herbal china merupakan faktor
risiko yang kuat (OR 10,84; 95% CI 5,77-20,35) terhadap kejadian ESRD. Laily
2,70) dan nilai p = 0,000 pada responden yang sering minum jamu (Dosi Ahmad
3
Yani dkk,2020).
penyakit atau menjaga kebugaran tubuh. Jamu merupakan ramuan yang dibuat
dari tanaman yang dikonsumsi dengan cara dibuat minuman. Ginjal menjadi
tradisional atau jamu dengan dosis atau jumlah yang tidak sesuai dapat
menyebabkan efek fungsi tubulus ginjal, hipertensi, penyakit gagal ginjal kronik,
Keyakinan terhadap pengobatan herbal yang besar juga selaras dengan nilai-
nilai yang di anut masyarakat timur. Penggunaan obat herbal dianggap sesuatu
yang aman karena diambil dari bahan alami. Akan tetapi, kandungan senyawa
kimia aktif pada jamu juga memiliki efek samping yang dapat memperberat kerja
ginjal. Rumah Sakit Umum Sembiring Deli Tua memiliki pelayanan terapi
yang ada disana, mempunyai pengetahuan tentang informasi yang jelas dan
herbal, mana yang boleh dikonsumsi dan bahaya dikonsumsi bagi pasien yang
sudah mengalami gagal ginjal kronik. Hal tersebut apabila pasien kurang
Herbal pada Pasien Hemodialisa di Rumah sakit Umum Sembiring Deli Tua.
Tua?
Sembiring?
adalah:
Tua.
5
Umum Sembiring?
selanjutnya.
rumah sakit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Ginjal
Ginjal adalah organ yang tertutup lemak yang terletak di rongga perut
kiri tulang belakang. Setiap ginjal berukuran panjang 6 hingga 7,5 cm dan
ketebalan 1,5 hingga 2,5 cm. Beratnya sekitar 140 gram pada orang dewasa.
Ginjal berbentuk seperti biji kacang, dengan bagian dalam, atau hilus, menghadap
ke tulang belakang dan mempunyai sisi cembung berada di luar. Ada kelenjar
Literasi Nusantara,2021).
2. Fisiologi
kebutuhan cairan dan elektrolit. Hal ini terlihat pada fungsi ginjal sebagai pengatur
renalis (tubulus ginjal), di mana sel menyerap bahan-bahan yang diperlukan (WD
Jika ginjal tidak dirawat dengan baik, penyakit ginjal dapat berkembang.
Penyakit ginjal (renal failure) adalah suatu kondisi yang ditandaidengan fungsi
6
7
ginjal yang menurun dan dapat kambuh secara mendadak (relapse) atau seiring
waktu. Penyakit ginjal akut terjadi ketika terjadi penurunan fungsi ginjal secara
biasanya tidak menimbulkan gejala awal yang jelas, sehingga penurunan fungsi
c. augmentasi untuk mengisi kembali zat-zat yang tidak lagi dibutuhkan tubuh.
Proses ini menghasilkan urin normal,amonia,yang terdiri dari 95% air, urea,
asam urat,pewarna empedu, garam mineral (NaCl), dan zat berlebih (obat
– obatan,vitamin,dll)
h. Gluconeogenesis.
mencegah asidosis, dan ketika kadar basa tubuh meningkat, ginjal menyerap
kalsium, dan magnesium yang tidak terikat pada protein. Ginjal menerima darah
akan dikeluarkan dari darah oleh ginjal. Urine dibentuk oleh konversi zat
yang diambil dari darah. Urine kemudian dikumpulkan dan dilewatkan melalui
ureter. Urine akan dikumpulkan di kandung kemih terlebih dahulu, setelah ureter.
Uretra akan mengeluarkan urin yang telah disimpan di kandung kemih, jika orang
tersebut merasa perlu untuk buang air kecil dan keadaanmemungkinkan (WD
Filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi adalah tiga proses utama yang terjadi di nefron
selama pembentukan urin. Filtrasi sejumlah besar cairan yang hampir bebas
pertamadalam produksi urin. Selain protein, sebagian besar zat dalam plasma
disaring secara bebas, dan konsentrasinya dalam filtrat glomerulus dalam kapsula
Bowma. hampir identik dengan konsentrasi plasma. Zat tersebut pertama-tama akan
disaring secara bebas oleh kapiler glomerulus, tetapi jika tidak disaring, zat tersebut
diekskresikan.
Ginjal merupakan organ yang terletak pada area retroperitoneal. Unit anatomik
dengan fungsi yang sama, terdiri dari glomerulus dan tubulus renalis yang
reabsorpsi air dan garam yang masih diperlukan oleh tubuh. Tiap ginjal mempunyai
± 1 juta nefron. Glomerulus berdiameter kira-kira 200 μm dan terdiri dari arteriol
aferen dan sekelompok kapiler yang dibatasi oleh sel endotel dan dilapisi dengan
sel epitel yang membentuk lapisan kapsula Bowman dan tubulus renalis. Tubulus
renalis terdiri dari tubulus kontortus proksimal, lengkung Henle, dan tubulus
kontortus distal. Pada daerah tubulus kontortus proksimal, air dan elektrolit
direabsorpsi dalam jumlah ± 80%. Pada daerah ansa Henle terjadi pemekatan urin.
Pada daerah tubulus kontortus distal mengatur keseimbangan air dan elektrolit
4. Fungsi Ginjal
Ginjal adalah sepasang organ saluran kemih yang terletak dirongga retroperitoneal
bagian atas. Bentuknya menyerupai kacang. Setiap ginjal memiliki panjang 11-25
cm, lebar 5-7 cm, dan tebal 2,5 cm. Ginjal kiri lebih panjang dari ginjal kanan.
Berat ginjal pria dewasa 150-170 gram dan wanita dewasa 115-155
internal yaitu:
c. Mengatur jumlah dan konsentrasi sebagian besar ion CES, termasuk natrium
4
10
(Na+), klorida (Cl-), kalium (K+), kalsium (Ca2+), ion hydrogen (H+),
bikarbonat (HCO3-), fosfat (PO43-), sulfat (SO 2-), dan magnesium (Mg2+).
Bahkan fluktuasi kecil konsentrasi sebagian elektrolit ini dalam CES dapat
jangka panjang tekanan darah arteri. Fungsi ini dilaksanakan melalui peran
regulatorik ginjal dalam keseimbangan garam (Na+ dan Cl-) dan H2O (K
Apsari,2018).
dan elektrolit gagal, mengakibatkan uremia (retensi urea dan limbah nitrogen
normalan komposisi darah atau urin, atau tes pencitraan yang tidak normal,serta
kerusakan ginjal (renal damage) yang berlangsung lebih dari 3 bulan, merupakan
kriteria penyakit ginjal kronis. Dengan atau tanpa kerusakan ginjal,penurunan LFG
2.1.2 Etiologi
dan asal mulanya terjadi sesuatu. Adapun hal yang mempengaruhi penyakit gagal
ginjal kronik ini, dari data yang dikumpulkan oleh Indonesia Renal Registry
1. Glomerulonefritis
terjadi akibat penyakit sistemik lain seperti diabetes mellitus dan penyakit
lainnya.
2. Diabetes Melitus
3. Hipertensi
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan tekanan darah diastolik
Ginjal polikistik Kista adalah suatu rongga yang berdinding epiteldan berisi
cairan atau material yang semisolid. Polikistik berarti banyak kista. Pada keadaan
ini dapat ditemukan kista-kista yang tersebar di kedua ginjal, baik di korteks
maupun di medula. Selain oleh karena kelainan genetik, kista dapat disebabkan
oleh berbagai keadaan atau penyakit. Jadi ginjal polikistik merupakan kelainan
genetik yang paling sering didapatkan. Nama lain yang lebih dahulu dipakai
kumpulan gejala yang disebut sindroma uremia pada pasien gagal ginjal kronik.
Adapun terapi yang biasa dilakukan untuk pasien gagal ginjal terbagi menjadi
3 yaitu: ada beberapa treatment untuk menghadapi kasus gagal ginjal kronik yaitu
hemodialisis, peritoneal dialisis dan transplantasi ginjal. Metode yang paling biasa
donor ginjal yang tersedia. Didapatkan data penderita Gagal Ginjal Kronik ada
Peritoneal Dialisis pada data bersumber dari Indonesian Renal Registry (IRR)
tahun2016 .
Peritoneal dialisis adalah terapi atau metode cuci darah yang dilakukan
lewat perut. Metode ini memanfaatkan selaput dalam rongga perut yang memilki
permukaan luas dan banyak jaringan pembuluh darah sebagai filter alami ketika
rongga perut terlebih dahulu. Kateter ini nantinya berguna sebagai tempat
keluar masuknya cairan dialysis, yaitu cairan steril untuk menarik zat-zat sisa
3. Dalam operasi pemasangan kateter, dokter bedah akan membuat sayatan kecil
(biasanya disamping bawah pusar), setelah pasien diberi bius total atau lokal.
Dari sayatan tersebut, di masukkan lah kateter hingga mencapai rongga perut
menjalani rawat inap semalaman. Walaupun cuci darah bias dilakukan segera
setelah kateter terpasang kateter akan bekerja lebih baik jika luka operasi
sembuh dulu (yaitu dalam waktu 10-14 hari atau hingga 1 bulan).
mengganti organ ginjal yang telah mengalami kerusakan akibat gagal ginjal
kronis stadium akhir. Ginjal yang dicangkok dapat berasal dari donor yang masih
2.2.3 Hemodialisa
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit pada pasien gagal ginjal. Tujuan
yang bersifat toksik dari dalam tubuh pasien ke dializer tempat darah tersebut
adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan,
bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahan - bahan tersebut, yang
Obat tradisional tersedia dalam berbagai bentuk, baik dalam sediaan siap minum
ataupun ditempelkan pada permukaan kulit. Tetapi saat ini belum tersedia dalam
bentuk suntikan atau aerosol. Dalam bentuk sediaan obat, obat tradisional
tersedia dalam bentuk serbuk, kapsul, tablet, larutan maupun pil. Berdasarkan
dikarenakan kandungan dalam obat tradisional dinilai tidak begitu keras dari pada
obat modern Hal inilah yang menjadi salah satu alasan masyarakat memilih
aman karena dibuat secara sederhana dan tidak menggandung bahan kimia. Pada
dasarnya prinsip penggunaan obat tradisional hampir sama dengan obat modern,
apabila tidak digunakan secara tepat akan mendatangkan efek yang buruk.
Karena tidak semua herbal memiliki khasiat dan aman untuk dikonsumsi.
15
menyatakan bahwa penggunaan obat dan obat tradisional harus dilakukan secara
kandungan yang berbeda- beda yang akan berpengaruh terhadap efek yang
disesuaikan dengan penyakit yang akan diobati dan efek yang diinginkan.
Tumbuhan yang berkhasiat obat sebagian besar memiliki aroma khas. Hal ini
karena adanya kandungan minyak atsiri. Kebanyakan tanaman obat memiliki rasa
yang sepat dan pahit karena kandungan alkaloid yang tinggi dan kandungan
senyawa tanin. Selain itu, pada akar tumbuhan mengandung banyak air dan serat.
b. Tepat dosis
proses pengobatan. Untuk mengetahui mengenai dosis terapi tanaman obat dapat
dilihat di FOHAI dan beberapa literature lainnya. Untuk obat tradisional yang
telah dalam bentuk kemasan jadi seperti Jamu, OHT dan Fitofarmaka harus
16
digunakan sesuai dosis yang dianjurkan dalam kemasan. Obat tradisional yang
dari terapi. Tidak semua tanaman herbal dapat digunakan di semua kondisi.
dan dapat digunakan pada saat menstruasi. Akan tetapi penggunaan kunyit pada
modern perlu diberikan jeda waktu, tidak boleh digunakan bersamaan pada waktu
yang sama
tanaman obat antara satu dengan yang lainnya tidak boleh disamakan. Cara
penggunaan yang kurang tepat akan menimbulkan efek yang berbeda. Contohnya
daun kecubung. Daun kecubung dapat berkhasiat sebagai bronkodilator jika cara
penggunaan dengan cara dihisap seperti rokok. Akan tetapi, dapat menyebabkan
mabuk atau bersifat beracun apabila cara penggunaannya dengan diseduh dan
diminum.
penggunaan obat tradisional kita perlu menelaah informasi yang benar dan salah
terkait obat tradisional yang dikonsumsi agar tidak ada kesalahan dalam
dapat diperoleh tanpa resep dokter. Oleh karena itu, obat tradisional tidak boleh
Jumlah obat tradisional sangat banyak dan memiliki khasiat yang berbeda-beda.
Oleh karena itu, dalam pemilihan obat tradisional perlu disesuaikan terhadap
gendong, apotek, toko kelontong, meracik sendiri, resep obat tradisional dari
orang tua, tenaga kesehatan, penjual obat keliling. Cara yang paling sering
digunakan untuk mendapatkan obat tradisional yaitu dari penjual jamu gendong.
mengandung bahan-bahan
berbahaya bagi tubuh. Obat tradisional dilarang mengandung: Etil alkohol lebih
dari 1%, kecuali dalam bentuk sediaan tingtur yang pemakaiannya dengan
18
pengenceran:
1. Bahan kimia obat yang merupakan hasil isolasi atau sintetik berkhasiat obat;
sistem pencernaan berupa mual, muntah, pucat, berkeringat dan lebih parah dapat
Obat-obatan herbal memiliki potensi efek samping yang sama dengan obat-
obatan sintetis atau konvensional. Pada dasarnya tubuh kita tidak bisa
akar, daun,kulit dll) dan mengandung banyak senyawa kimia aktif. Senyawa
tersebut, selain
mempunyai khasiat penyembuhan juga dapat memiliki efek samping yang dapat
Efek samping ini dapat terjadi dalam beberapa cara, misalnya keracunan,
kontraindikasi dengan obat lain, dan lain-lain. Beberapa hal yang perlu
anak dan remaja, lansia, wanita selama kehamilan dan menyusui, pasien
bentuk penolakan terhadap sintetis atau obat pabrik, tetapi lebih merupakan
dan alami. Masyarakat juga yakin pengobatan alternative dengan herbal selaras
memotivasi bahwa penggunaan sesuatu yang alami adalah aman. Hal ini sedikit
berbagai senyawa kimia aktif yang dapat memiliki efek samping berbahaya pada
ginjal.
Hemodialisa
terhadap pemilihan obat herbal pada pasien hemodialisa dikarenakan biaya yang
Pada penelitian ini kemudahan mendapat obat herbal juga termasuk faktor
20
obat herbal pada pasien hemodialisa di Rumah Sakit Umum Sembiring Deli Tua.
21
Deli Tua
23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
metode restrospektif yaitu mengambil data rekam medis pasien. Dimana untuk
penyusunan akhir dari bulan April 2023 di Rumah Sakit Umum Sembiring Deli
Tua.
3.3.1 Populasi
3.3.1 Populasi
3.3.2 Sampel
memiliki karakteristik sama yang dapat diteliti dan ditarik kesimpulan. Peneliti
memperhemat mewakili populasi yang ada dan jumlah sampel juga harus sesuai
agar hasil penelitian semakin akurat (Masturoh & Anggita,2018). Sampel dalam
penelitian ini yaitu pasien sebelum dan sesudah didiagnosa gagal ginjal kronik
n= 44
1+44(0,01)
n= 44 = 44 = 30
1+ 0,44 1,44
A. Kriteria Inklusi
B. Kriteria Eksklusi
25
4.1 Gambaran Penggunaan Obat Herbal Sebelum Dan Sesudah Didiagnosa Gagal
Ginjal Kronis
Ginjal Kronis di Unit Hemodialisa Rumah Sakit Umum Sebiring Deli Tua.
Gagal Ginjal Kronik Ruang Hemodialisa Rumah Sakit Umum Sembiring, Deli
kronik menurut Aristo,2016 data dapat diambil dari Rekam medik yang bagian
hasil lab dimana Tekanan darah, hemoglobin, ureum dan kreatinin yang
pasien gagal ginjal ureumnya melebihi rata ta rata yang di dapat untuk laki-laki
26
27
Penyakit gagal ginjal ini adalah penyakit yang mampu mempertahankan fungsi
yang ada Seperti halnya indicator fungsi ginjal yang harus diperhatikan menurut
Aristo,2016 adalah tekanan darah, hemoglobin, kreatinin dan ureum pada pasien
Kondisi Pasien
35
30
25
20
15
10
5
0
sangat tidak
sangat baik baik tidak baik Total
baik
frekuensi 24 6 0 0 30
persen 80% 20% 0 0 100%
orang atau 80% setelah melakukan monitoring, dan pasien kategori “baik”
berjumlah 6 orang atau 20% , tidak ada pasien dalam kategori tidak baik atau pun
28
kategori sangat tidak baik setelah melakukan monitoring penggunaan obat herbal
menentukan valid atau tidak kuesioner, setelah itu dilakukan uji reabilitas
kuesioner setelah uji semua dilakukan baru mendapatkan hasil dari kategori
kondisi pasien. Jadi, gambaran penggunaan obat herbal sesudah didiangnosa gagal
ginjal kronik di Unit Hemodialisa Rumah Sakit Umum Sembiring Deli Tua sudah
Validitas Statistics
R-Hitung R-Tabel
0,436 0,361
Data ini dapat dikatakan valid karena Rata-Rata R-Hitung lebih besar dari R-tabel
yaitu Rata-Rata R-Hitung 0,436 sedangkan R-Tabel 0,361.
4.4 Tabel Hasil Reabilitas
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.711 14
Data ini dapat dikatakan reabel karena nilai Cronbach’s 0,711 lebih besar dari nilai
rentang Cronbach’s >0,600.
4.2 Pengaruh Obat Herbal Pada Pasien Sesudah Di Diagnosa Gagal Ginjal
Kronik
Penelitian ini saya mendapatkan hasil tidak adanya pengaruh obat herbal pada
Sembiring, karena pasien gagal ginjal kronik dirumah sakit umum sembiring
herbal. Hasil uji statistic Chi-Square diperoleh nilai p value= 0,055 dimana lebih
besar jika dibandingkan dengan dengan 0,05 dengan artinya Ho diterima dan Ha
29
ditolak, jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh antara obat herbal
dengan pasien gagal ginjal kronik Di Ruang Hemodialisa Rumah Sakit Sembiring
Berikut merupakan hasil yang diperoleh dari penelitian ini terkait faktor yang
semua pasien yang sebelum di diagnosa gagal ginjal kronik di unit hemodialisa
rumah sakit umum sembiring deli tua memilih 3 faktor tersebut yaitu
usia
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
30-35 Tahun 36-40 tahun 41-45 tahun 46-50 tahun 51-55 tahun
frekuensi 5 4 6 7 8
frekuensi
responden berdasarkan usia dengan frekuensi tertinggi pada usia 51-55 tahun
sebanyak 5 orang (16,6%) dan frekuensi terendah pada usia 36-40 tahun sebanyak
4 orang (12,1%).
Laki-Laki 16 53,3%
Perempuan 14 46,6%
Total 30 100%
Jenis Kelamin
35
30
25
20
15
10
5
0
Laki-Laki Perempuan total
jenis kelamin 16 14 30
jenis kelamin
Berdasarkan tabel 4.2 dan grafik menunjukkan bahwa jenis kelamin dengan
Pendidikan
35
30
25
20
15
10
5
0
Perguruan
SD SMP SMA Total
Tinggi
pendidikan 5 7 15 3 30
pendidikan
Berdasarkan tabel 4.3 dan grafik menunjukkan bahwa pendidikan dengan frekuensi
tertinggi ialah SMA sebanyak 15 orang (50%) dan frekuensi terendah ialah
perguruan tinggi sebanyak 3 orang (10%).
27
BAB V
PEMBAHASAN
diagnosa gagal ginjal. Penelitian ini perlu data rekam medik pasien. Sebelumnya
pernah mengkonsumsi obat herbal selama 3 bulan atau lebih secara berturut-turut.
Setelah itu peneliti mengambil dan menganalisa data rekam medik pasien. Hal yang
perlu dilihat adalah perubahan fungsi ginjal yang signifikan pada saat atau setelah
beberapa bulan telah mengkonsumsi obat herbal. Pada dasarkan obat herbal mampu
merubah fungsi ginjal dan dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien gagal ginjal
fungsi yang ada. Penggunaan obat herbal sangat mempengaruhi fungsi ginjal,
(Aristo,2016) adalah tekanan darah, hemoglobin, kreatinin dan ureum pada pasien.
Pada dasarnya pada pasien gagal ginjal tidak memiliki indicator yang normal, salah
satu contoh hasil penelitian mendapatkan rata rata hemoglobin pasien gagal ginjal
kronik sangat rendah yaitu memiliki rata-rata pasien laki-laki 9 mg/dl sedangkan
normal nya adalah 13-18 mg/dl. Jika hemoglobin pasien kurang dari 9 mg/dl
keadaan pasien bisa menjadi semakin memburuk, hal yang diperlukan untuk
menjaga hemoglobin adalah menjaga pola hidup seperti istirahat yang cukup,
makanan sehat yaitu dengan tidak mengknsumsi obat herbal dan juga makanan
yang sehat yaitu dengan tidak mengknsumsi obat herbal dan olaharaga ringan setia
32
33
pagi. Hubungan hemoglobin dengan gagal ginjal kronik adalah kadar eritopein yang
dihasilkan menurun, sedangkan eritopein itu yang menghasilkan hormon sel darah
merah atau eritrosit. Pasien dengan hemoglobin rendah sering disebut dengan
anemia. (IRR,2016)
Begitu juga untuk ureum dan kreatinin pada pasien gagal ginjal kronik
meningkat dari normalnya, hasil penelitian untuk ureum memiliki rata-rata pasien
laki-laki 75 mg/dl dan perempuan 74,4 mg/dl sedangakn ureum normal adalah <40
mg/dl. Pasien khusus hemodialisa rata-rata ureum yaitu >50 mg/dl, hubungan
peningkatan ureum dengan gagal ginjal kronik adalah terjadinya peningkatan kadar
urea di GFR, kadar urea merupakan zat sisa pemecahan protein asam amino di
ginjal sulit dan memperburuk kerja ginjal, ureum tidak dapat di eksresikan dengan
baik. Begitu juga dengan kreatinin pada paien gagal ginjal mengalami peningkatan.
Hasil penelitian mendapatkan rata-rata kreatinin pada pasien laki -laki adalah 10,3
mg/dl normalnya adalah 1,4 mg/dl. Unruk pasien perempuan mendapatkan rata-rata
11 mg/dl normalnya adalah 1,2 mg/dl. Pada pasien hemodialisa rata-rata kreatinin
Hubungan kreatinin dengan gagal ginjal kronik yaitu jika pasien mengalami
penyakit gagal ginjal kronik ini perubahan struktur ginjal, ginjal bengkak, ginjal
tekanan darah harus kurang dari 130/80 mmHg. Sedangkan untuk pasien gagal
ginjal stadium 5 tekanan darah harus kurang dari 140/90 mmHg sebelum
hemodialisa dan kurang dari 130/80 mmHg setelah hemodialisa. Pasien yang
tekanan darah tidak normal yaitu melebihi dapat dikatakan hipertensi, Ketika
34
yaitu kuesioner dimana sebelum mendapatkan hasil, kuesioner harus uji validitas
dan uji reabilitas. Uji ini dikatakan valid karena R.hitung lebih besar dari R
table,dapat disimpulkan kuesioner bisa digunakan karna hasil validitas valid. Begitu
juga dengan reabilitas kuesioner dikatan reabel karna memenuhi standar Cronbach
alpha diatas 0,600 yaitu hasil didapatkan 0,711. Setelah itu mentabulasi data
evaluasi berdasarkan data rekam medik, Berdasarkan hasil tabel kondisi pasien
“sangat baik” itu berjumlah 24 orang atau 80% setelah melakukan monitoring, dan
pasien kategori “baik” berjumlah 6 orang atau 20% , tidak ada pasien dalam
kategori tidak baik ataupun kategori sangat tidak baik setelah melakukan
monitoring penggunaan obat herbal setelah didiagnosa gagal ginjal kronik di rumah
sakit umum sembiring. Gambaran penggunaan obat herbal setelah didiagnosa gagal
ginjal kronik sudah memenuhi ketentuan. Kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik
dalam kategori baik, hal ini salah satunya dipengaruhi oleh tidak adanya
penggunaan obat herbal setelah didiagnosa gagal ginjal kronik dan juga menjaga
kualitas hidup seperti menjaga pola makanan dan minuman, pola tidur ,pola diet,
aktifitas fisik/olahraga, tidak merokok dan menhindari obat tertentu yang sudah
5.2 Pengaruh Obat Herbal Pada Pasien Sesudah Di Diagnosa Gagal Ginjal
Kronik
Pada penelitian ini saya mendapatkan hasil tidak adanya pengaruh obat herbal pada
pasien sesudah di diagnosa Gagal Ginjal Kronik Di Rumah Sakit Umum Sembiring.
Pasien gagal ginjal kronik dirumah sakit umum sembiring khususnya diruang
35
konsumsi obat herbal merupakan faktor risiko gagal ginjal kronik. Terdapat
interstitial dan obstruksi. Obat ini atau metabolitnya mengkristal ketika mereka
Hasil uji statistic Chi-Square diperoleh nilai p value= 0,055 dimana lebih besar
jika dibandingkan dengan dengan 0,05 dengan artinya Ho diterima dan Ha ditolak,
jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh antara obat herbal dengan
pasien gagal ginjal kronik Di Ruang Hemodialisa Rumah Sakit Sembiring Deli Tua.
Dikarenakan dari analisis data penelitian ini pasien yang di diagnosa gagal ginjal
kronik khusus nya di unit hemodialisa tidak ada yang mengkonsumsi obat herbal,
maka dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan antara penggunaan obat herbal
terhadap pasien yang telah didiagnosa gagal ginjal kronik di unit hemodialisa rumah
keyakinan” sebagai faktor dari Keputusan menggunakan obat herbal. Hal ini
36
biasanya dilakukan bukan sebagai bentuk penolakan terhadap sintetis atau obat
mereka sendiri secara mandiri dan alami. Masyarakat juga yakin pengobatan
alternative dengan herbal selaras dengan nilai-nilai filosofi yang ada ditengah
adalah aman. Hal ini sedikit menyesatkan dan tidak sepenuhnya benar, karena obat
herbal mengandung berbagai senyawa kimia aktif yang dapat memiliki efek
nilai p value untuk hubungan antara keyakinan terhadap pemilihan konsumsi obat
herbal pada pasien hemodialisa terhadap peningkatan ureum dan kreatinin adalah
0.006 sedangkan nilai α = 0.05. Hasil ini menunjukkan ada hubungan antara
Hasil dari penelitian ini 30 responden atau (100%) memililih “faktor ekonomi”
antara ekonomi terhadap pemilihan konsumsi obat herbal pada pasien hemodialisa
terhadap peningkatan ureum dan kreatinin. Mendapatkan hasil nilai p value untuk
hubungan antara ekonomi terhadap pemilihan konsumsi obat herbal pada pasien
nilai α = 0.05. Hasil ini menunjukkan ada hubungan antara ekonomi pemilihan
37
konsumsi obat herbal pada pasien hemodialisa terhadap peningkatan ureum dan
kreatinin.
mendapatkan herbal dilingkungan tanpa harus konsultasi kedokter dan juga tenaga
konsumsi obat herbal pada pasien hemodialisa terhadap peningkatan ureum dan
kreatinin hasil analisis hubungan antara kemudahan mendapat obat herbal terhadap
ureum dan kreatinin nilai p value adalah 0.008 dan α = 0.05. maka p value < α (0.05)
Secara statistik ada hubungan antara kemudahan mendapat obat herbal pada pasien
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
a). Gambaran Penggunaan Obat Herbal Sebelum Didiagnosa Gagal Ginjal
kronik menurut Aristo,2016 data dapat diambil dari Rekam medik yang bagian
hasil lab dimana Tekanan darah, hemoglobin, ureum dan kreatinin yang
pasien gagal ginjal ureumnya melebihi rata ta rata yang di dapat untuk laki-laki
Penggunaan obat herbal sesudah didiagnosa gagal ginjal kronik di Rumah Sakit
Umum Sembiring Deli Tua sudah dilakukan sesuai ketentuan dimana hasil analisis
penggunaan obat herbal sesudah didiagnosa gagal ginjal kronik sangat baik,
didiagnosa gagal ginjal kronik yang baik. Hasil uji statistic Chi-Square diperoleh
nilai p value= 0,055 dimana lebih besar jika dibandingkan dengan dengan 0,05
dengan artinya Ho diterima dan Ha ditolak, jadi dapat disimpulkan bahwa dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh antara obat herbal dengan pasien gagal
jika dibandingkan dengan dengan 0,05 dengan artinya Ho diterima dan Ha ditolak,
jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh antara obat herbal dengan
pasien gagal ginjal kronik Di Ruang Hemodialisa Rumah Sakit Sembiring Deli
Tua. Karena karena pasien gagal ginjal kronik dirumah sakit umum sembiring
herbal.
Hubungan antara keyakinan terhadap pemilihan konsumsi obat herbal pada pasien
value untuk hubungan antara keyakinan terhadap pemilihan konsumsi obat herbal
pada pasien hemodialisa terhadap peningkatan ureum dan kreatinin adalah 0.006
sedangkan nilai α = 0.05. Hasil ini menunjukkan ada hubungan antara keyakinan
Hubungan antara ekonomi terhadap pemilihan konsumsi obat herbal pada pasien
value untuk hubungan antara ekonomi terhadap pemilihan konsumsi obat herbal
pada pasien hemodialisa terhadap peningkatan ureum dan kreatinin adalah 0.002
40
sedangkan nilai α = 0.05. Hasil ini menunjukkan ada hubungan antara ekonomi
obat herbal pada pasien hemodialisa terhadap peningkatan ureum dan kreatinin
ureum dan kreatinin nilai p value adalah 0.008 dan α = 0.05. maka p value < α (0.05)
Secara statistik ada hubungan antara kemudahan mendapat obat herbal pada pasien
4. Karakteristik Responden
Responden berdasarkan usia dengan frekuensi tertinggi pada usia 51-55 tahun
sebanyak 5 orang (16,6%) dan frekuensi terendah pada usia 36-40 tahun
pendidikan dengan frekuensi tertinggi ialah SMA sebanyak 15 orang (50%) dan
6.2 Saran
obat herbal sebelum dan sesudah di diagnose pada penyakit kronis lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Aisara, et al. 2018. Gambaran Klinis Penderita Penyakit Ginjal Kronik yang
Menjalani Hemodialisis di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan
Andalas 7(1): http://jurnal.fk.unand.ac.id
Aristo, (2016). Parameter Prognosis Perbaikan Fungsi Ginjal Pada Pasien
Obstruksi Uropati, Medika Tadulako, jurnal ilmiah kedokteran, Vol 3 No
3. UGM Yogyakarta.
Puspita, A. N. I. 2019. Gambaran Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Terhadap
Penggunaan Obat Tradisional di Kecamatan Mlati Tahun 2019. Skripsi.
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Islam
Indonesia. Yogyakarta.
Puspanegara, A. 2019, ‘Pengaruh Usia Terhadap Hubungan Mekanisme Koping
Dengan Kecemasan Ketika Menjalani Terapi Hemodialisa Bagi Para
Penderita
Gagal Ginjal Kronik Di Kabupaten Kuningan Jawabarat’, Jurnal Ilmu Kesehatan
Bhakti Husada: Health Sciences Journal, vol. 10, no. 2, pp. 135–42.
Yani, D. A., Sarnianto, P., & Anggriani, Y. (2020). Faktor- Faktor Risiko Pasien
Hemodialisis Arjawinangun Waled Cirebon. SyntaxJurnal Ilmiah
Indonesia, 5(1),di RSUD dan RSUD Kabupaten Literate; 71-84
Gitawati, R.,& Handayani, R. S., 2008, Profil Konsumen Obat Tradisional
Terhadap Ketanggapan Akan Adanya Efek Samping Obat
Tradisional,Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, 11(3), 283-288.
Henni Kusuma dkk,2019. Buku panduan mengenal penyakit ginjal kronis dan
perawatannya. Penerbit Buku Universitas Diponegoro.
IRR, (2016). Report of Indonesia Renal Registry.Terapi Gagal Ginjal
Kronik.Jakarta;Salemba Medika.
Jha V,2010. Herbal Medicines and chronic kidney disease. India:Department
of Nephrology, Postgraduate Institute of Medical Education and Research,
Chandigarh.
K Apsari,2018. Gambaran Kadar Ureum Dan Kreatinin Serum Pada Sopir Bus Di
Terminal Mengwi. DENPASAR. KEMENTERIAN KESEHATAN R.I
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR JURUSAN
ANALIS KESEHATAN DENPASAR.
Nurbadriyah, W. D. (2021). Asuhan Keperawatan Penyakit Ginjal Kronis Dengan
Pendekatan 3S. . Malang: Literasi Nusantara Abadi.
Sudoyo, Aru W, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I Edisi VI. Jakarta:
Interna Publishing; 2014.
42
43
LAMPIRAN 1. Analisis Data Kuesioer Penggunaan Obat Herbal Sesudah Di Diagnosa GGK
44
Kesimpulan :
Data dinatakan valid karena R.Hitung lebih besar dari R.Tabel
Skor % = jumlah skor yang di dapat responden X 100%
Keterangan Skor maksimal(4) x banyak pernyataan (14)
1-14 = pernyataan kuesioner
Kategori = Sangat Baik 76-100% : kode A
Pernyataan positif : 1,3,5,7,9,12,14
Baik 51-75% : kode B
Penilaian : Point 4 = Sangat Setuju (ST)
Tidak Baik 26-50% : kode C
Point 3= Setuju(S)
Sangat Tidak Baik 0-25% : kode D
Point 2= Kurang Setuju(KJ)
Point 1= Tidak Setuju(TS)
LAMPIRAN 2 Data Indikator Penggunaan Obat Herbal Sebelum Didiagnosa Gagal Ginjal
Kronis
NO INISIAL JENIS TEKANAN HB UREUM KREATININ
KELAMIN DARAH
1 BL L 130/80 8,8 3,3 83
2 TN P 110/80 7,9 1,77 55,7
3 JS P 140/90 6,9 2,8 68
4 PT L 130/90 9 1,9 81,8
5 OA P 140/90 6,7 1,9 89
6 LL L 110/80 9,1 6,1 79
7 YR L 130/80 9,1 5,6 69
8 BY L 110/80 7,7 1,8 71
9 DI L 140/90 8,4 3,3 63
10 YE P 130/90 7 1,06 67
11 TA P 140/90 8,1 1,8 85
12 DY P 110/80 6,6 2,3 77
13 TK L 130/80 9,4 2,6 85
14 WI P 110/80 7,4 1,66 85
15 AW L 140/90 10,6 2,8 69
16 YS P 130/90 9 1,5 63
17 DA P 140/90 6 1,9 69
18 OI P 110/80 5,9 1,5 71
19 MY L 130/80 8,8 1,5 77
20 TE L 110/80 9,4 1,8 85
21 SR L 140/90 11 4,4 67
22 JH P 130/90 7,1 4,4 69
23 QI L 140/90 7,1 3,5 89
24 W L 110/80 9,8 6,7 73
25 DL P 130/80 8,3 3,1 79
26 BB L 110/80 7,8 3,3 87
27 JO L 140/90 8,8 2,4 55,7
28 HU L 130/90 9,2 3,5 68
29 RA P 140/90 6,7 1,8 83
30 LF P 110/80 7,5 2,0 81,8
LAMPIRAN.3 Hasil Spss Validitas Data Kuesioner Penggunaan Obat Herbal Sesudah Di Diagnosa
Correlations
X32 X33 X34 X35 X36 X37 X38 X39 X40
X32 Pearson 1 .292 .269 .226 .356 .071 .212 .424* .045
Correlation
Sig. (2- .124 .151 .230 .054 .711 .260 .020 .813
tailed)
N 30 29 30 30 30 30 30 30 30
X33 Pearson .292 1 .301 .205 .241 .040 -.022 .290 .242
Correlation
Sig. (2- .124 .112 .285 .208 .836 .909 .127 .205
tailed)
N 29 29 29 29 29 29 29 29 29
X34 Pearson .269 .301 1 .150 .359 -.139 .103 .028 .013
Correlation
Sig. (2- .151 .112 .428 .052 .463 .587 .884 .944
tailed)
N 30 29 30 30 30 30 30 30 30
X35 Pearson .226 .205 .150 1 .025 .614** .256 -.044 .357
Correlation
Sig. (2- .230 .285 .428 .898 <,001 .172 .818 .053
tailed)
N 30 29 30 30 30 30 30 30 30
X36 Pearson .356 .241 .359 .025 1 .055 .224 .259 -.150
Correlation
47
Sig. (2- .054 .208 .052 .898 .775 .234 .167 .428
tailed)
N 30 29 30 30 30 30 30 30 30
X37 Pearson .071 .040 -.139 .614** .055 1 .181 .268 .356
Correlation
Sig. (2- .711 .836 .463 <,001 .775 1 .339 .152 .053
tailed)
N 30 29 30 30 30 30 30 30 30
X38 Pearson .212 -.022 .103 .256 .224 .181 1 .278 .012
Correlation
Sig. (2- .260 .909 .587 .172 .234 .339 .137 .948
tailed)
N 30 29 30 30 30 30 30 30 30
X39 Pearson .424* .290 .028 -.044 .259 .268 .278 1 .006
Correlation
Sig. (2- .020 .127 .884 .818 .167 .152 .137 1 .976
tailed)
N 30 29 30 30 30 30 30 30 30
X40 Pearson .045 .242 .013 .357 -.150 .356 .012 .006 1
Correlation
Sig. (2- .813 .205 .944 .053 .428 .053 .948 .976 .090
tailed)
N 30 29 30 30 30 30 30 30 30
X41 Pearson .229 .098 .361 .213 .177 .178 -.094 .276 -.123
Correlation
Sig. (2- .224 .614 .050 .259 .351 .348 .621 .140 .518
tailed)
N 30 29 30 30 30 30 30 30 30
48
X42 Pearson -.084 -.089 .339 .314 .049 .175 .301 -.087 .209
Correlation
Sig. (2- .658 .645 .067 .091 .798 .356 .106 .646 .268
tailed)
N 30 29 30 30 30 30 30 30 30
X43 Pearson .221 .270 .065 .399* -.136 .136 .004 .136 .281
Correlation
Sig. (2- .240 .156 .731 .029 .473 .474 .984 .474 .133
tailed)
N 30 29 30 30 30 30 30 30 30
X44 Pearson .030 .051 .071 .238 .270 .451* .276 .218 .182
Correlation
Sig. (2- .875 .794 .709 .206 .150 .012 .140 .248 .335
tailed)
N 30 29 30 30 30 30 30 30 30
X45 Pearson .014 .169 .141 .013 .289 .247 .177 .356 .024
Correlation
Sig. (2- .941 .381 .456 .945 .122 .188 .349 .053 .898
tailed)
N 30 29 30 30 30 30 30 30 30
total Pearson .503** .477** .539** .629** .464** .527** .416* .443* .410*
Correlation
Sig. (2- .005 .009 .002 <,001 .010 .003 .022 .014 .025
tailed)
N 30 29 30 30 30 30 30 30 30
49
LAMPIRAN.4 Hasil Spss Data Reabilitas Kusioner Penggunaan Obat Herbal Sesudah Di Diagnosa
Correlations
X41 X42 X43 X44 X45 Total
X32 Pearson .229 -.084 .221 .030 .014 .503**
Correlation
Sig. (2-tailed) .224 .658 .240 .875 .941 .005
N 30 30 30 30 30 30
X33 Pearson .098 -.089 .270 .051 .169 .477**
Correlation
Sig. (2-tailed) .614 .645 .156 .794 .381 .009
N 29 29 29 29 29 29
X34 Pearson .361 .339 .065 .071 .141 .539**
Correlation
Sig. (2-tailed) .050 .067 .731 .709 .456 .002
N 30 30 30 30 30 30
X35 Pearson .213 .314 .399* .238 .013 .629**
Correlation
Sig. (2-tailed) .259 .091 .029 .206 .945 <,001
N 30 30 30 30 30 30
X36 Pearson .177 .049 -.136 .270 .289 .464**
Correlation
Sig. (2-tailed) .351 .798 .473 .150 .122 .010
N 30 30 30 30 30 30
X37 Pearson .178 .175 .136 .451* .247 .527**
Correlation
Sig. (2-tailed) .348 .356 .474 .012 .188 .003
N 30 30 30 30 30 30
50
Reliability
Statistics
Cronbach's N of
Alpha Items
.711 14
49
Item-Total Statistics
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Perc N Percent
ent
VAR00001 * 30 100.0% 0 0.0% 30 100.0%
VAR00002
Chi-Square Tests
Pengaruh Obat Herbal Pada Pasien Sebelum Di Diagnosa
Gagal Ginjal Kronik
Value df Asymptotic
Significanc
e (2-sided)
Pearson Chi-Square 450.000a 218 0,001
Chi-Square Tests
Pengaruh Obat Herbal Pada Pasien Sesudah Di Diagnosa
Gagal Ginjal Kronik
Value df Asymptotic
Significanc
e (2-sided)
Pearson Chi-Square 450.000a 225 0,055
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2-
Value Df sided)
Pearson Chi-Square 22.163a 12 .006
Likelihood Ratio 24.266 12 .019
Linear-by-Linear 9.467 1 .002
Association
N of Valid Cases 30
a. 20 cells (100.0%) have expected count less than 5. The
minimumexpected count is .10.
DOKUMENTASI