Anda di halaman 1dari 71

1

GAMBARAN PENGGUNAAN KONSUMSI OBAT


HERBAL PADA PASIEN HEMODIALISA DI
RUMAH SAKIT UMUM SEMBIRING
DELI TUA

SKRIPSI

OLEH

DINA ARUM RETNO WATI


NPM :19.18.052

PROGRAM STUDI FARMASI PROGRAM SARJANA


FAKULTAS FARMASI
INSTITUT KESEHATAN DELI HUSADA DELI TUA
TAHUN 2023

1
2

GAMBARAN PENGGUNAAN KONSUMSI OBAT


HERBAL PADA PASIEN HEMODIALISA DI
RUMAH SAKIT UMUM SEMBIRING
DELI TUA

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana


Farmasi Pada Program Studi Farmasi Program Sarjana Fakultas
Farmasi Institut Kesehatan Deli Husada Deli Tua

OLEH

DINA ARUM RETNO WATI


NPM :19.18.052

PROGRAM STUDI FARMASI PROGRAM SARJANA


FAKULTAS FARMASI
INSTITUT KESEHATAN DELI HUSADA DELI TUA
TAHUN 2023

2
Lembar Persetujuan Pembimbing Untuk Sidang Skripsi

:
JUDUL SKRIPSI : GAMBARAN PENGGUNAAN KONSUMSI OBAT
HERBAL PADA PASIEN HEMODIALISA DI
RUMAH SAKIT UMUM SEMBIRING DELI TUA

Nama Mahasiswa : Dina Arum Retno Wati


NPM : 19.18.052
Fakultas : Farmasi
Program Studi : Farmasi Program Sarjana

Menyetujui,

Pembimbing

apt. Elysa,S.Farm., M.Si


NPP. 19890831 202003 2 001

Institut Kesehatan Deli Husada


Fakultas Farmasi
Dekan,

apt. Linta Meliala, S.Si., M.Si


NPP. 19750105 202003 1 001

Tanggal Sidang Skripsi : 25 Juli 2023


Lembar Persetujuan Penguji
Telah diuji
Pada Tanggal : 25 Juli 2023

PANITIA PENGUJI SIDANG SKRIPSI

Ketua : apt. Elysa,S.Farm.,M.Si


NPP. 19890831 202003 2 001 (Penguji I)

Anggota:

1. apt. Drs.Palas Tarigan., MM., M.Kes


NPP. 19530515 201308 1 002 (Penguji II)

2. apt. Dian Fachrunisa, S.Farm.,M.Si


NPP. 19930505 202005 2 001 (Penguji III)
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Dina Arum Retno Wati
Nomor Pokok Mahasiswa : 19.18.052
Program Studi : Farmasi
Judul Skripsi : GAMBARAN PENGGUNAAN KONSUMSI OBAT
:::
HERBAL PADA PASIEN HEMODIALISA DI
RUMAH SAKIT UMUM SEMBIRING DELI TUA

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi ini ditulis berdasarkan data dan
hasil dari pekerjaan yang saya kerjakan dan belum pernah diajukan oleh orang lain untuk
memperoleh gelar kesarjanan di perguruan tinggi lain bukan plagiat karenakutipan yang
ditulis telah disebutkan sumbernya didalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari ada pengaduan dari pihak lain didalam skripsi ini
ditemukan plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia menerima sanksi
apapun oleh Fakultas Farmasi Institut Kesehatan Deli Husada Deli Tua dan bukan
menjadi tanggung jawab dari pembimbing.
Demikian surat pernyataan ini saya perbuat dengan sebenar-benarnya untuk dapat
digunakan sebagaimana mestinya.

Deli Tua, 25 Juli 2023


Yang Membuat Pernyataan

DINA ARUM RETNO WATI


19.18.052
Dina. Gambaran Penggunaan Konsumsi Obat Herbal Pada Pasien Hemodialisa Di
Rumah Sakit Umum Sembiring Skripsi. Program Studi Farmasi Program Sarjana
Fakultas Farmasi Institut Kesehatan Deli Husada Deli Tua. (Dibimbing oleh : apt.
Anggun Syafitri, S.Farm., M.K.M., M.Farm).

ABSTRAK

Penyakit ginjal kronik didefinisikan sebagai kerusakan ginjal yang berjalan dalam
waktu lama (menahun) dan ditandai dengan penurunan kemampuan ginjal menyaring
darah (Laju Filtrasi Gromerulus/LFG). Pasien dengan PGK sering kali tidak
mengalami gejala atau tanda, hingga fungsi ginjal tersisa kurang dari 15%. Sejak
stadium awal, PGK berkaitan erat dengan timbulnya berbagai macam komplikasi
misalnya anemia, penyakit tulang, dan lain-lain. Komplikasi – komplikasi ini akan
meningkatkan risiko kesakitan dan kematian seperti penyakit jantung yang tidak
ditangani dengan benar dapat berujung pada kematian. Tujuan penelitian ini
mengetahui gambaran penggunaan obat herbal sebelum dan setelah didiagnosa gagal
ginjal kronis di Unit Hemodialisa Rumah Sakit Umum Sembiring Deli Tua, lalu
mengetahui pengaruh penggunaan obat herbal saat menjalani hemodialisa di
Unit Hemodialisa Rumah Sakit Umum Sembiring Deli Tua dan tujuan terakhir
mengetahui faktor pengambilan keputusan penggunaan obat herbal di Unit
Hemodialisa Rumah Sakit Umum Sembiring Deli Tua. Pasien gagal ginjal kronik
dirumah sakit umum sembiring khususnya diruang hemodialisa tidak diperbolehkan
untuk mengkonsumsi obat herbal karena konsumsi obat herbal merupakan faktor
risiko gagal ginjal kronik. Terdapat bahan kimia dan obat-obatan yang
menyebabkan kerusakan ginjal dengan membentuk kristal sehingga membentuk
cedera pada tubular, peradangan interstitial dan obstruksi. Obat ini atau
metabolitnya mengkristal ketika mereka menjadi jenuh dalam urin faktor yang
menjadi pengambilan keputusan penggunaan obat herbal di unit hemodialisa rumah
sakit umum sembiring deli tua dimana menyatakan pengambilan keputusan memilih
mengkonsumsi obat herbal, hasil didapatkan rata-rata semua pasien yang sebelum di
diagnosa gagal ginjal kronik di unit hemodialisa rumah sakit umum sembiring deli
tua memilih 3 faktor tersebut yaitu keyakinan, ekonomi dan kemudahan
mendapatkan obat herbal.

Kata Kunci : Obat Herbal, Diagnosa, Gagal Ginjal Kronik

i
Dina. Description of the Use of Consumption of Herbal Medicines in
Hemodialysis Patients at Sembiring General Hospital Thesis. Pharmacy Study
Program Undergraduate Program of the Faculty of Pharmacy Deli Husada Deli
Tua Institute of Health. (Supervised by: apt. Anggun Syafitri, S.Farm., M.K.M.,
M.Farm).

ABSTACT

Chronic kidney disease is defined as kidney damage that lasts for a long time
(chronic) and is characterized by a decrease in the ability of the kidneys to filter
blood (gromerular filtration rate/GFR). Patients with CKD often have no signs
or symptoms until less than 15% of kidney function remains. Since its early
stages, CKD is closely related to the emergence of various complications such
as anemia, bone disease, and others. Complications - these complications will
increase the risk of morbidity and mortality such as heart disease that is not
treated properly can lead to death. The purpose of this study was to find out the
description of the use of herbal medicines before and after being diagnosed with
chronic kidney failure at the Hemodialysis Unit at Sembiring Deli Tua General
Hospital, then to find out the effect of using herbal medicines while undergoing
hemodialysis at the Hemodialysis Unit at Sembiring Deli Tua General Hospital
and the final objective was to find out the decision-making factors for using
herbal medicines at the Hemodialysis Unit at Sembiring Deli Tua General
Hospital. Patients with chronic kidney failure at Sembiring General Hospital,
especially in the hemodialysis room, are not allowed to take herbal medicines
because consumption of herbal medicines is a risk factor for chronic kidney
failure. There are chemicals and drugs that cause kidney damage by forming
crystals to form tubular injury, interstitial inflammation and obstruction. These
drugs or their metabolites crystallize when they become saturated in the urine.
The factors that make the decision to use herbal medicines in the hemodialysis
unit at the Sembiring Deli Tua general hospital, which states that the decision
to choose to consume herbal medicines, the results obtained on average, that all
patients who were previously diagnosed with chronic kidney failure in the
hemodialysis unit at the Sembiring Deli Tua general hospital chose these 3
factors, namely confidence, economy and ease of obtaining herbal medicines.

Keywords: Herbal Medicine, Diagnosis, Chronic Renal Failure

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan

rahmat-Nya dan hidayah–Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang

berjudul “Gambaran Penggunaan Obat Herbal Pada Pasien Hemodialisa di Rumah

Sakit umum Sembiring Deli Tua”. Dalam penyusunan proposal ini penulis

menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan baik materi maupun

penulisannya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun

sebagai upaya membimbing penulis ke arah lebih baik untuk menyempurnakan

proposal ini.

Dalam melakukan penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan

masukan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak, baik secra moril maupun

materil. Maka dari itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima

kasih kepada :

1. Terulin S.Meliala, Amd.Kep.,SKM., selaku Ketua Yayasan Rumah Sakit Umum

Sembiring.

2. Drs. Johannes Sembiring, M.Pd.,M.Kes., selaku Rektor Institut Kesehatan Deli

Husada Deli Tua.

3. apt. Linta Meliala, S.Si.,M.Si., selaku Dekan Fakultas Farmasi Institut

Kesehatan Deli Husada Deli Tua.

4. apt. Anggun Syafitri, S.Farm., M.K.M, M.Farm., selaku Ketua Program Studi
Farmasi Program Sarjana Fakultas Farmasi Institut Kesehatan Deli Husada Deli
Tua
5. apt. Elysa.S.Farm.,M.Si Selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi. Kepada bapak apt.Drs. Palas Tarigan.,
MM.,M.Kes dan apt. Dian Fachrunisa,S.Farm.,M.Si selaku Dosen Penguji
yang telah memberikan arahan, kritik dan saran untuk penyempurnaan skripsi.

iii
selaku Dosen Penguji yang telah memberikan arahan, kritik dan saran untuk

penyempurnaan skripsi ini.

5. Seluruh pengelola Program Studi Farmasi Program Sarjana, seluruh Staff Dosen

Program Studi Farmasi Program Sarjana dan Civitas Program Studi Farmasi

Program Sarjana yang telah membimbing dan mengarahkan penelitian selama

pendidikan.

6. Terkhusus dan teristimewa kepada orang tua penulis yang sangat penulis sayangi

Ayah Alm H. Nur Salamsyah dan Ibu Suherni yang telah membesarkan dan

memberikan do’a serta semangat sekaligus pengorbanan

waktu dan kasih sayang yang begitu besar kepada penulis selama mengikuti

pendidikan di Institut Kesehatan Deli Husada Deli Tua.

7. Seluruh keluarga tercinta yang telah banyak memberikan doa dan dukungan.

8. Teruntuk seluruh teman-teman khususnya Program Studi Farmasi Program

Sarjana Angkatan VI yang banyak memberikan dukungan dan bantuan kepada

penulis.

9. Teruntuk seluruh teman-teman khususnya Program Studi Farmasi Program

Sarjana Angkatan VI yang banyak memberikan dukungan dan bantuan kepada

penulis.

Deli Tua, 14 Maret 2023


Peneliti

DINA ARUM RETNO


NPM : 19.18.052

iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

Nama : Dina Arum Retno Wati

Tempat, Tanggal Lahir : Wonorejo,14 Januari 2001

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Anak Ke : 1 dari 3 Bersaudara

Nama Ayah : Alm H. Nur Salamsyah

Nama Ibu : Suherni

Alamat : Desa Pekan Tolan, Kec. Kampung Rakyat,

Kab.Labuhan Batu Selatan, Prov. Sumatera Utara

II. RIWAYAT PENDIDIKAN

Tahun 2006 : TK Raudhatul Al-Ikhlas

Tahun 2007-2013 : SDN 115523 Bilah Hulu

Tahun 2013-2016 : SMPN 3 Bilah Hulu

Tahun 2016-2019 : SMAN 1 Rantau Selatan

Tahun 2019-2023 : Program Studi Farmasi Program Sarjana Institut

Kesehatan Deli Husada Deli Tua

v
DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................................. i
ABSTRACT ........................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... v
DAFTAR ISI .......................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah ........................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian ..........................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 6
2.1 Anatomi dan Fisiologi Ginjal ..........................................................................6
2.1.1 Ginjal .....................................................................................................6
2.1.2 Fisiologi .................................................................................................6
2.1.3 Struktur Anatomi Ginjal ........................................................................8
2.1.4 Fungsi Ginjal .........................................................................................9
2.1.5 Gagal Ginjal Kronik.............................................................................10
2.1.6 Etiologi ...............................................................................................10
2.1.7 Manifestasi Klinis ................................................................................11
2.2 Pengobatan Gagal Ginjal Kronik ................................................................... 12
2.3 Obat Herbal ................................................................................................... 14
2.4 Keyakinan Terhadap Pemilihan Konsumsi Obat Herbal .............................. 19
2.5 Kerangka Pikir Penelitian ............................................................................. 20
2.6 Hipotesis........................................................................................................ 22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 23
3.1 Jenis Penelitian ................................................................................................ 23
3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian ........................................................................... 23
3.3 Populasi dan Sampel........................................................................................ 23
3.4 Variabel Dan Defenisi Operasional................................................................. 25
3.5 Langkah Penelitian .......................................................................................... 25
BAB IV HASIL .................................................................................................... 26
4.1 Gambaran Penggunaan Obat Herbal Sebelum Dan Sesudah Diagnosa GGK 26
4.1.1 Gambaran Penggunaan Obat Herbal Sebelum Diagnosa GGK ........26
4.1.2 Gambaran Penggunaan Obat Herbal Sesudah Diagnosa GGK .........27
4.2 Pengaruh Obat Herbal Pada Pasien Sesudah Di Diagnosa GGK ............................ 28
4.3 Faktor Yang Menjadi Pengambilan Keputusan Penggunaan Obat Herbal .......... 29
4.3 Analisis Univariat .............................................................................................. 30
BAB V PEMBAHASAN ..................................................................................... 32
5.1 Gambaran Penggunaan Obat Herbal Sebelum Dan Sesudah Diagnosa GGK 32
5.1.1 Gambaran Penggunaan Obat Herbal Sebelum Diagnosa GGK ........32
5.1.2 Gambaran Penggunaan Obat Herbal Sesudah Diagnosa GGK .........34
5.2 Pengaruh Obat Herbal Pada Pasien Sesudah Di Diagnosa GGK ............................ 34
5.3 Faktor Yang Menjadi Pengambilan Keputusan Penggunaan Obat Herbal .......... 35
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 38
6.1 Kesimpulan .................................................................................................... 38
6.2 Saran .............................................................................................................. 41
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 42
LAMPIRAN .......................................................................................................... 43

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit ginjal kronik didefinisikan sebagai kerusakan ginjal yang

berjalan dalam waktu lama (menahun) dan ditandai dengan penurunan

kemampuan ginjal menyaring darah (Laju Filtrasi Gromerulus/LFG). Pasien

dengan PGK sering kali tidak mengalami gejala atau tanda, hingga fungsi ginjal

tersisa kurang dari 15%. Sejak stadium awal, PGK berkaitan erat dengan

timbulnya berbagai macam komplikasi misalnya anemia, penyakit tulang, dan

lain-lain. Komplikasi – komplikasi ini akan meningkatkan risiko kesakitan dan

kematian seperti penyakit jantung yang tidak ditangani dengan benar dapat

berujung pada kematian (Henni Kusuma dkk,2019)

Gagal ginjal merupakan suatu penyakit fungsi organ ginjal mengalami

penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali dalam hal

penyaringan pembuangan elektrolit tubuh, menjaga keseimbangan cairan dan zat

kimia tubuh seperti sodium dan kalium di dalam darah atau reproduksi

urin.Perubahan fungsi ginjal sering terjadi secara bertahap dan ketika pasien telah

mengalami kerusakan ginjal yang parah secara otomatis diperlukan pengganti

fungsi ginjal tersebut secara terus menerus. Hal tersebut biasa disebutgagal ginjal

kronik (A Puspanegara,2019).

Penurunan fungsi ginjal pada kasus ini terjadi secara perlahan sehingga

bisa terjadi stadium terberat pada penyakit gagal ginjal kronik. Jika sudah sampai

stadium akhir, maka pasien memerlukan terapi pengganti ginjal yaitu

hemodialisa. Terapi hemodialisa merupakan teknologi tinggi yang mampu

mengganti peran ginjal guna mengeluarkan sisa-sisa metabolisme dari peredaran

1
2

darah manusia, dan mampu bekerja seperti fungsi ginjal dari proses difusi,

osmosis, dan filtrasi.

Ribuan orang di dunia telah meninggal dikarenakan mengidap gagal

ginjal kronis. Jumlah pasien selalu bertambah setiap tujuh tahun. Kejadian

tersebut juga terjadi di negara Republik Indonesia. Seluruh pasien yang mengidap

gagal ginjal kronis harus melakukan terapi hemodialisa sebanyak kurang lebih

50.000 kali tetapi hanya 4000 orang yang kuat dan rutin menjalani terapi tersebut

sampai akhir hayatnya (A Puspanegara,2019).Saat ini banyak studi menunjukkan

bahwa prevalensi PGK meningkat di berbagai wilayah di seluruh dunia.

Prevalensi PGK derajat II sampai V terus meningkat sejak tahun 1988 sejalan

dengan meningkatan prevalensi penyakit diabetes dan hipertensi yang juga

merupakan penyebab PGK (Aisara et al., 2018).

Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) penyakit gagal

ginjal kronis berkontribusi pada beban penyakit dunia dengan angka kematian

sebesar 850.000 jiwa per tahun. Hasil penelitian Global Burden of Disease tahun

2010, penyakit gagal ginjal kronis merupakan penyebab kematian peringkat ke-

27 di dunia, tahun 1990 dan meningkat menjadi urutan ke-18 pada tahun

2010.Vivekanand Jha menyebutkan bahwa obat bahan alam dapat menyebabkan

cedera ginjal akut (Acute Kidney Injury, AKI). (Purav Mody menyebukan bahwa

terdapat hubungan antara AKI dengan gagal ginjal.. Tsai di Taiwan menyatakan

bahwa obat OTC (over the counter, obat bebas) herbal china merupakan faktor

risiko yang kuat (OR 10,84; 95% CI 5,77-20,35) terhadap kejadian ESRD. Laily

menemukan hubungan yang bermakna antara minum jamu dengan PGK (p =

0,035) (Isroin, 2014) Penelitian di Jakarta juga mendapatakan OR 1,94 (1,40-

2,70) dan nilai p = 0,000 pada responden yang sering minum jamu (Dosi Ahmad
3

Yani dkk,2020).

Konsumsi obat-obatan herbal atau jamu sudah menjadi salah metode

pengobatan yang sering digunakan masyarakat Indonesia baik untuk terapi

penyakit atau menjaga kebugaran tubuh. Jamu merupakan ramuan yang dibuat

dari tanaman yang dikonsumsi dengan cara dibuat minuman. Ginjal menjadi

tempat ekskresi untuk sebagian besar obat-obatan. Konsumsi obat-obat

tradisional atau jamu dengan dosis atau jumlah yang tidak sesuai dapat

menyebabkan efek fungsi tubulus ginjal, hipertensi, penyakit gagal ginjal kronik,

nekrosis papiler ginjal, utolitiasis dan kanker urotelial. Jha V. HerbalMedicines

and Chronic Kidney Disease. Nephrology . [2010;15:10–7].

Pasien GGK memiliki permasalahan fisik yang butuh pengobatan

disamping hemodialisis. Pengambilan keputusan untuk menggunakan obat herbal

merupakan bentuk usaha pasien untuk menjaga kesehatan secara alami.

Keyakinan terhadap pengobatan herbal yang besar juga selaras dengan nilai-

nilai yang di anut masyarakat timur. Penggunaan obat herbal dianggap sesuatu

yang aman karena diambil dari bahan alami. Akan tetapi, kandungan senyawa

kimia aktif pada jamu juga memiliki efek samping yang dapat memperberat kerja

ginjal. Rumah Sakit Umum Sembiring Deli Tua memiliki pelayanan terapi

hemodialisa, khususnya ruang pelayanan terapi hemodialisa untuk tenaga medis

yang ada disana, mempunyai pengetahuan tentang informasi yang jelas dan

akurat terhadap pemilihan terapi komplementer terkait dalam kandungan obat

herbal, mana yang boleh dikonsumsi dan bahaya dikonsumsi bagi pasien yang

sudah mengalami gagal ginjal kronik. Hal tersebut apabila pasien kurang

mendapatkan informasi maka akan memperparah keadaan faal ginjal.


4

penggunaan obat herbal. Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian penggunaan obat herbal sebelum didiagnosa GGK,

penggunaan obat herbal saat menjalani hemodialisa, dan faktor pengambilan

keputusan penggunaan obat herbal untuk menganalisis Pengaruh Konsumsi obat

Herbal pada Pasien Hemodialisa di Rumah sakit Umum Sembiring Deli Tua.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah adalah:

a. Bagaimanakah gambaran penggunaan obat herbal sebelum dan sesudah

didiagnosa gagal ginjal kronis di Unit Hemodialisa Rumah Sakit Umum

Sembiring Deli Tua?

b. Bagaimanakah pengaruh penggunaan obat herbal saat menjalani

hemodialisa di Unit Hemodialisa Rumah Sakit Umum Sembiring Deli

Tua?

c. Apakah faktor yang menjadi pengambilan keputusan penggunaan obat

herbal di Unit Hemodialisa Rumah Sakit Umum Sembiring Deli Tua?

d. Bagaimana karateristik pasien gagal ginjal kronik di Rumah Sakit Umum

Sembiring?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan maslah di atas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah:

a. Mengetahui gambaran penggunaan obat herbal sebelum dan setelah

didiagnosa gagal ginjal kronis di Unit Hemodialisa Rumah Sakit Umum

Sembiring Deli Tua.

b. Mengetahui pengaruh penggunaan obat herbal saat menjalani

hemodialisa di Unit Hemodialisa Rumah Sakit Umum Sembiring Deli

Tua.
5

c. Mengetahui faktor pengambilan keputusan penggunaan obat herbal di

Unit Hemodialisa Rumah Sakit Umum Sembiring Deli Tua.

d. Mengetahui karakteristik pasien gagal ginjal kronik di Rumah Sakit

Umum Sembiring?

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat bagi peneliti

a. Penelitian ini untuk menambah pengetahuan dan pengalaman bagipeneliti

terkait konsumsi obat herbal bagi pasien hemodialisa.

b. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan untuk

menambah ilmu pengetahuan dan rujukan referensi untuk penelitian

selanjutnya.

1.4.2 Manfaat Bagi Institut

a. Penelitian ini diharapkan bisa sebagai bahan evaluasi dan masukan

bagi pengembangan penelitian, khususnya yang berkaitan dengan survey

rumah sakit.

b. Menambah sumber referensi belajar di perpustakaan Institut Kesehatan

Deli Husada Deli Tua.

1.4.3 Manfaat Bagi Masyarakat

a. Memberikan edukasi Kesehatan kepada masyarakat tentang penyakit

gagal ginjal pada pasien hemodialisa

b. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat

umum mengenai faktor penyebab gagal ginjal.


6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Ginjal

1. Ginjal

Ginjal adalah organ yang tertutup lemak yang terletak di rongga perut

posterior(posterior abdomen), terutama di daerah retroperitoneum, di kanan dan

kiri tulang belakang. Setiap ginjal berukuran panjang 6 hingga 7,5 cm dan

ketebalan 1,5 hingga 2,5 cm. Beratnya sekitar 140 gram pada orang dewasa.

Ginjal berbentuk seperti biji kacang, dengan bagian dalam, atau hilus, menghadap

ke tulang belakang dan mempunyai sisi cembung berada di luar. Ada kelenjar

adrenal (suprarenal, yang merupakan kelenjar endokrin) di bagian atas ginjal

yang fungsinya tidak berhubungan dengan ginjal(WD Nurbadriyah, M Kep,

Literasi Nusantara,2021).

2. Fisiologi

Ginjal merupakan organ vital yang berperan penting dalam mengatur

kebutuhan cairan dan elektrolit. Hal ini terlihat pada fungsi ginjal sebagai pengatur

air, mengatur konsentrasi garam dalam darah, mengaturkeseimbangan asam-basa

darah, dan mengatur limbah atau ekskresi garam berlebih. Kemampuan

glomerulus sebagai penyaring cairan merupakan langkah awal dalam mengatur

kebutuhan keseimbangan air. Cairanyang disaring kemudian berjalan ke tubulus

renalis (tubulus ginjal), di mana sel menyerap bahan-bahan yang diperlukan (WD

Nurbadriyah, M Kep, Literasi Nusantara,2021).

Jika ginjal tidak dirawat dengan baik, penyakit ginjal dapat berkembang.

Penyakit ginjal (renal failure) adalah suatu kondisi yang ditandaidengan fungsi

6
7

ginjal yang menurun dan dapat kambuh secara mendadak (relapse) atau seiring

waktu. Penyakit ginjal akut terjadi ketika terjadi penurunan fungsi ginjal secara

tiba-tiba, tetapi dapat kembali normal setelah penyebab yang mendasarinya

diatasi. Sedangkan gejala penyakit ginjal kronis muncul secara bertahap,

biasanya tidak menimbulkan gejala awal yang jelas, sehingga penurunan fungsi

ginjal tidak terasa dan berlanjut ke stadium yang parah.

Berikut ini adalah fungsi ginjal secara umum:

a. Proses reabsorpsi dimana sebagian besar natrium, fosfat,klorida, glukosa, dan

ion-ion bikarbonat direabsorpsi ditubulus ginjal. Reabsorpsi yang tersisa akan

diarahkan ke papila ginjal.

b. Darah memasuki tubulus kontortus distal selama proses.

c. augmentasi untuk mengisi kembali zat-zat yang tidak lagi dibutuhkan tubuh.

Proses ini menghasilkan urin normal,amonia,yang terdiri dari 95% air, urea,

asam urat,pewarna empedu, garam mineral (NaCl), dan zat berlebih (obat

– obatan,vitamin,dll)

d. Metabolic waste products and foreign chemicals excretion

e. Controls the osmolarity and electrolyte concentrations of body fluids

f. Maintain a healthy blood pressure level

g. Pertahankan keseimbangan asam-basa yang stabil

h. Gluconeogenesis.

Ketika kadar asam tubuh meningkat, H+ diekskresikan dalam urin untuk

mencegah asidosis, dan ketika kadar basa tubuh meningkat, ginjal menyerap

kembali bikarbonat untuk mencegah alkalosis. Ginjal juga mengatur

keseimbangan cairan dan elektrolit, yang meliputi kalium, fosfat, dan


8

magnesium,yang biasanya ditemukan dalam plasma dan mengikat protein,dengan

beberapa yang bebas bergerak. Glomerulus menyaring dan menyerap fosfat,

kalsium, dan magnesium yang tidak terikat pada protein. Ginjal menerima darah

dari arteri yang harus disaring. Zat berbahaya kemudian

akan dikeluarkan dari darah oleh ginjal. Urine dibentuk oleh konversi zat

yang diambil dari darah. Urine kemudian dikumpulkan dan dilewatkan melalui

ureter. Urine akan dikumpulkan di kandung kemih terlebih dahulu, setelah ureter.

Uretra akan mengeluarkan urin yang telah disimpan di kandung kemih, jika orang

tersebut merasa perlu untuk buang air kecil dan keadaanmemungkinkan (WD

Nurbadriyah,M Kep, LiteraszNusantara,2021).

Filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi adalah tiga proses utama yang terjadi di nefron

selama pembentukan urin. Filtrasi sejumlah besar cairan yang hampir bebas

protein dari kapiler glomerulus ke dalam kapsula Bowman adalah langkah

pertamadalam produksi urin. Selain protein, sebagian besar zat dalam plasma

disaring secara bebas, dan konsentrasinya dalam filtrat glomerulus dalam kapsula

Bowma. hampir identik dengan konsentrasi plasma. Zat tersebut pertama-tama akan

disaring secara bebas oleh kapiler glomerulus, tetapi jika tidak disaring, zat tersebut

akan direabsorbsi sebagian, kemudian direabsorbsi seluruhnya, dan akhirnya

diekskresikan.

3. Struktur anatomi ginjal

Ginjal merupakan organ yang terletak pada area retroperitoneal. Unit anatomik

fungsi ginjal adalah nefron. Nefron merupakan struktur kapiler berkelompok

dengan fungsi yang sama, terdiri dari glomerulus dan tubulus renalis yang

dilingkupi oleh kapsula Bowman. Glomerulus merupakan tempat dimana fungsi


9

filtrasi darah berlangsung, sedangkan tubulus renalis merupakan tempat untuk

reabsorpsi air dan garam yang masih diperlukan oleh tubuh. Tiap ginjal mempunyai

± 1 juta nefron. Glomerulus berdiameter kira-kira 200 μm dan terdiri dari arteriol

aferen dan sekelompok kapiler yang dibatasi oleh sel endotel dan dilapisi dengan

sel epitel yang membentuk lapisan kapsula Bowman dan tubulus renalis. Tubulus

renalis terdiri dari tubulus kontortus proksimal, lengkung Henle, dan tubulus

kontortus distal. Pada daerah tubulus kontortus proksimal, air dan elektrolit

direabsorpsi dalam jumlah ± 80%. Pada daerah ansa Henle terjadi pemekatan urin.

Pada daerah tubulus kontortus distal mengatur keseimbangan air dan elektrolit

yangdiubah berdasarkan kontrol hormonal (K Apsari,2018).

4. Fungsi Ginjal

Ginjal adalah sepasang organ saluran kemih yang terletak dirongga retroperitoneal

bagian atas. Bentuknya menyerupai kacang. Setiap ginjal memiliki panjang 11-25

cm, lebar 5-7 cm, dan tebal 2,5 cm. Ginjal kiri lebih panjang dari ginjal kanan.

Berat ginjal pria dewasa 150-170 gram dan wanita dewasa 115-155

gram (K Apsari,2018).Ginjal melakukan fungsi-fungsi spesifik yang

sebagian besar membantu mempertahankan stabilitas lingkungan cairan

internal yaitu:

a. Mempertahankan keseimbangan H2O di dalam tubuh.

b. Mempertahankan osmolaritas cairan tubuh yang sesuai, terutama melalui

regulasi keseimbangan H2O. Fungsi ini penting untuk mencegah fluks-fluks

osmotik masuk atau keluar sel, yang masing-masing dapat menyebabkan

pembengkakan atau penciutan sel yang merugikan.

c. Mengatur jumlah dan konsentrasi sebagian besar ion CES, termasuk natrium

4
10

(Na+), klorida (Cl-), kalium (K+), kalsium (Ca2+), ion hydrogen (H+),

bikarbonat (HCO3-), fosfat (PO43-), sulfat (SO 2-), dan magnesium (Mg2+).

Bahkan fluktuasi kecil konsentrasi sebagian elektrolit ini dalam CES dapat

berpengaruh besar. Sebagai contoh, perubahan konsentrasi K+ CES dapat

menyebabkan disfungsi jantung yang mematikan.

d. Mempertahankan volume plasma yang tepat, yang penting dalam pengaturan

jangka panjang tekanan darah arteri. Fungsi ini dilaksanakan melalui peran

regulatorik ginjal dalam keseimbangan garam (Na+ dan Cl-) dan H2O (K

Apsari,2018).

2.1.1 Gagal Ginjal Kronik

Penyakit ginjal kronis merupakan gangguan fungsi ginjal ireversibel di mana

kemampuan tubuh untuk mempertahankan metabolisme, keseimbangan cairan,

dan elektrolit gagal, mengakibatkan uremia (retensi urea dan limbah nitrogen

lainnya dalam darah). Adanya gejala-gejala gangguan ginjal, seperti ketidak

normalan komposisi darah atau urin, atau tes pencitraan yang tidak normal,serta

kerusakan ginjal (renal damage) yang berlangsung lebih dari 3 bulan, merupakan

kriteria penyakit ginjal kronis. Dengan atau tanpa kerusakan ginjal,penurunan LFG

kurang dari 60 ml/menit/1,73 m2 selama tiga bulan ginjal (WD Nurbadriyah, M

Kep, Literasi Nusantara,2021).

2.1.2 Etiologi

Etiologi adalah studi yang mempelajari tentang kausalitas atau penyebab

dan asal mulanya terjadi sesuatu. Adapun hal yang mempengaruhi penyakit gagal

ginjal kronik ini, dari data yang dikumpulkan oleh Indonesia Renal Registry

(IRR)pada tahun 2007-2008 didapatkan urutan etiologi terbanyak sebagai


11

berikut: glomerulonephritis (25%), diabetes mellitus (23%), hipertensi (20%) dan

ginjal polikistik (10%) (Sudoyo & Aru,2016).

1. Glomerulonefritis

Berdasarkan sumber tejadinya kelainan, glomerulonefritis dibedakan primer dan

sekunder. Glomerulonefritis primer yaitu apabila penyakit dasarnya berasal dari

ginjal sendiri sedangkan glomerulonefritis sekunder apabila kelainan ginjal

terjadi akibat penyakit sistemik lain seperti diabetes mellitus dan penyakit

lainnya.

2. Diabetes Melitus

Diabetes melitus merupakan satu kelompok penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena sekresi insulin.

3. Hipertensi

Hipertensi adalah tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan tekanan darah diastolik

> 90 mmHg, atau bila pasien memakai obat antihipertensi.

4. Ginjal polikistik Kista

Ginjal polikistik Kista adalah suatu rongga yang berdinding epiteldan berisi

cairan atau material yang semisolid. Polikistik berarti banyak kista. Pada keadaan

ini dapat ditemukan kista-kista yang tersebar di kedua ginjal, baik di korteks

maupun di medula. Selain oleh karena kelainan genetik, kista dapat disebabkan

oleh berbagai keadaan atau penyakit. Jadi ginjal polikistik merupakan kelainan

genetik yang paling sering didapatkan. Nama lain yang lebih dahulu dipakai

adalah penyakit ginjal polikistik dewasa (adult polycystickidney disease), oleh

karena sebagian besar baru muncul pada usia di atas 30 tahun.

2.1.3 Manifestasi Klinis


12

Peningkatan kadar ureum darah merupakan penyebab umum terjadinya

kumpulan gejala yang disebut sindroma uremia pada pasien gagal ginjal kronik.

Peningkatan kadar ureum darah akibat gangguan fungsi ekskresi ginjal

menyebabkan gangguan pada multi sistem. Sehingga memunculkan gejala

bersifat sistemik (K Apsari,2018).

2.2 Pengobatan Gagal Ginjal Kronik

Adapun terapi yang biasa dilakukan untuk pasien gagal ginjal terbagi menjadi

3 yaitu: ada beberapa treatment untuk menghadapi kasus gagal ginjal kronik yaitu

hemodialisis, peritoneal dialisis dan transplantasi ginjal. Metode yang paling biasa

digunakan yaitu Hemodialisis dan Peritoneal Dialisis karena kurangnya jumlah

donor ginjal yang tersedia. Didapatkan data penderita Gagal Ginjal Kronik ada

98 % yang menjalani terapi Hemodialisis dan sisanya 2% menerima terapi

Peritoneal Dialisis pada data bersumber dari Indonesian Renal Registry (IRR)

tahun2016 .

2.2.1 Peritoneal dyalisis

Peritoneal dialisis adalah terapi atau metode cuci darah yang dilakukan

lewat perut. Metode ini memanfaatkan selaput dalam rongga perut yang memilki

permukaan luas dan banyak jaringan pembuluh darah sebagai filter alami ketika

dilewati oleh zat sisa.

1. Persiapan sebelum peritoneal dyalisis.

2. Pasien diharuskan untuk menjalani operasi pemasangan kateter ke dalam

rongga perut terlebih dahulu. Kateter ini nantinya berguna sebagai tempat

keluar masuknya cairan dialysis, yaitu cairan steril untuk menarik zat-zat sisa

metabolisme, mineral, elektrolit, dan air dari tubuh.


13

3. Dalam operasi pemasangan kateter, dokter bedah akan membuat sayatan kecil

(biasanya disamping bawah pusar), setelah pasien diberi bius total atau lokal.

Dari sayatan tersebut, di masukkan lah kateter hingga mencapai rongga perut

(rongga peritoneum). Setelah operasi selesai passion bias saja di haruskan

menjalani rawat inap semalaman. Walaupun cuci darah bias dilakukan segera

setelah kateter terpasang kateter akan bekerja lebih baik jika luka operasi

sembuh dulu (yaitu dalam waktu 10-14 hari atau hingga 1 bulan).

2.1.1 Transpalasi Ginjal

Transpalasi ginjal atau pencangkokan ginjal adalah prosedur bedah untuk

mengganti organ ginjal yang telah mengalami kerusakan akibat gagal ginjal

kronis stadium akhir. Ginjal yang dicangkok dapat berasal dari donor yang masih

hidup atau yang sudah meninggal.

2.2.3 Hemodialisa

Hemodialisis merupakan suatu proses terapi pengganti ginjal dengan

menggunakan selaput membran semi permeabel (dialiser), yang berfungsi seperti

nefron sehingga dapat mengeluarkan produk sisa metabolisme dan mengoreksi

gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit pada pasien gagal ginjal .

Hemodialisis merupakan suatu proses terapi pengganti ginjal dengan

menggunakan selaput membran semi permeabel (dialiser), yang berfungsi seperti

nefron sehingga dapat mengeluarkan produk sisa metabolisme dan mengoreksi

gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit pada pasien gagal ginjal. Tujuan

dilaksanakannya terapi hemodialisis adalah untuk mengambil zat zat nitrogen

yang bersifat toksik dari dalam tubuh pasien ke dializer tempat darah tersebut

dibersihkan dan kemudian dikembalikan ketubuh pasien.


14

2.3 Obat Herbal

2.3.1 Obat Tradisional

Menurut Permenkes RI No.246/Menkes/Per/v/1990 Obat Tradisional

adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan,

bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahan - bahan tersebut, yang

secara tradisional telah digunakan sebagai pengobatan berdasarkan pengalaman.

Obat tradisional tersedia dalam berbagai bentuk, baik dalam sediaan siap minum

ataupun ditempelkan pada permukaan kulit. Tetapi saat ini belum tersedia dalam

bentuk suntikan atau aerosol. Dalam bentuk sediaan obat, obat tradisional

tersedia dalam bentuk serbuk, kapsul, tablet, larutan maupun pil. Berdasarkan

penelitian terdahulu diketahui beberapa cara pemberian pengobatan tradisional

oleh masyarakat Jawa, yaitu di-borèh-kan, dicekok-kan, diminumkan, di-param-

kan, di-pupuk-kan, dan ditapelkan (ANI Puspita,2019).

2.3.2 Penggunaan Obat Tradisional

Obat tradisional umumnya lebih aman dibandingkan dengan obat modern,

dikarenakan kandungan dalam obat tradisional dinilai tidak begitu keras dari pada

obat modern Hal inilah yang menjadi salah satu alasan masyarakat memilih

menggunakan obat tradisional. Masyarakat menganggap obat tradisional lebih

aman karena dibuat secara sederhana dan tidak menggandung bahan kimia. Pada

dasarnya prinsip penggunaan obat tradisional hampir sama dengan obat modern,

apabila tidak digunakan secara tepat akan mendatangkan efek yang buruk.

Sehingga, meskipun obat tradisional dinilai relative lebih aman dibandingkan

obat modern namun tetap perlu diperhatikan kerasionalan penggunaannya.

Karena tidak semua herbal memiliki khasiat dan aman untuk dikonsumsi.
15

Seperti halnya menggunakan obat modern, penggunaan obat tradisional harus

rasional dan memperhatikan ketepatan penggunaannya. Hal ini diatur dalam

Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 104 yang

menyatakan bahwa penggunaan obat dan obat tradisional harus dilakukan secara

rasional. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan obat

tradisional, sebagai berikut:

a. Tepat pemilihan bahan

Tidak semua tanaman dapat berkhasiat sebagai pengobatan. Sehingga dalam

pemilihan tanaman obat sangat perlu diperhatikan ketepatan pemilihan bahan

karena akan mempengaruhi keberhasilan terapi. Setiap tanaman obat memiliki

kandungan yang berbeda- beda yang akan berpengaruh terhadap efek yang

ditimbulkan. Sehingga, dalam pemilihan bahan tradisional yang digunakan harus

disesuaikan dengan penyakit yang akan diobati dan efek yang diinginkan.

Tumbuhan yang berkhasiat obat sebagian besar memiliki aroma khas. Hal ini

karena adanya kandungan minyak atsiri. Kebanyakan tanaman obat memiliki rasa

yang sepat dan pahit karena kandungan alkaloid yang tinggi dan kandungan

senyawa tanin. Selain itu, pada akar tumbuhan mengandung banyak air dan serat.

b. Tepat dosis

Ketidak tepatan dosis dalam penggunaan obat tradisional mempengaruhi khasiat

dan keamanannya. Dalam pemakaian obat tradisional tidak diboleh

sembarangannya dan berlebihan. Penentuan dosis yang tepat akan mempengaruhi

proses pengobatan. Untuk mengetahui mengenai dosis terapi tanaman obat dapat

dilihat di FOHAI dan beberapa literature lainnya. Untuk obat tradisional yang

telah dalam bentuk kemasan jadi seperti Jamu, OHT dan Fitofarmaka harus
16

digunakan sesuai dosis yang dianjurkan dalam kemasan. Obat tradisional yang

digunakan tidak mengikuti aturan bisa memberikan efek yang membahayakan.

c. Tepat waktu penggunaan

Ketepatan waktu penggunaan obat tradisional dapat menentukan keberhasilan

dari terapi. Tidak semua tanaman herbal dapat digunakan di semua kondisi.

Contohnya kunyit. Kunyit dapat bermanfaat untuk mengobati radang amandel,

dan dapat digunakan pada saat menstruasi. Akan tetapi penggunaan kunyit pada

masa kehamilan dapat menyebabkan keguguran.

Ketepatan waktu penggunaan juga perlu diperhatikan ketika sedang

mengkonsumsi obat modern. Penggunaan obat tradisional bersamaan dengan obat

modern perlu diberikan jeda waktu, tidak boleh digunakan bersamaan pada waktu

yang sama

d. Tepat cara penggunaan

Cara penggunaan mempengaruhi efek yang akan ditimbulkan. Penggunaan

tanaman obat antara satu dengan yang lainnya tidak boleh disamakan. Cara

penggunaan yang kurang tepat akan menimbulkan efek yang berbeda. Contohnya

daun kecubung. Daun kecubung dapat berkhasiat sebagai bronkodilator jika cara

penggunaan dengan cara dihisap seperti rokok. Akan tetapi, dapat menyebabkan

mabuk atau bersifat beracun apabila cara penggunaannya dengan diseduh dan

diminum.

e. Tepat telaah informasi

Ketidaktepatan informasi yang didapatkan serta ketidak jelasan informasi yang

beredar mengenai obat tradisional dapat menyebabkan kesalahpahaman

masyarakat. Kesalahpahaman masyarakat akan obat tradisional akibat


17

ketidaktahuan dapat menyebabkan obat tradisional yang seharusnya

menyembuhkan tetapi menjadi membahayakan. Oleh karena itu, dalam

penggunaan obat tradisional kita perlu menelaah informasi yang benar dan salah

terkait obat tradisional yang dikonsumsi agar tidak ada kesalahan dalam

penggunaannya dan dapat meminimalisir efek samping yang mungkin muncul.

f. Tidak disalah gunakan


Obat tradisional seperti jamu, OHT dan fitofarmaka termasuk obat bebas dimana

dapat diperoleh tanpa resep dokter. Oleh karena itu, obat tradisional tidak boleh

mengandung bahan berbahaya dan penggunaannya tidak boleh disalah gunakan

selain untuk tujuan pengobatan

g. Tepat pemilihan obat untuk indikasi tertentu.

Jumlah obat tradisional sangat banyak dan memiliki khasiat yang berbeda-beda.

Oleh karena itu, dalam pemilihan obat tradisional perlu disesuaikan terhadap

gejala dan indikasi penyakitnya.Menurut penelitian terdapat beberapa cara dalam

mendapatkan obat tradisional oleh masyarakat yaitu melalui penjual jamu

gendong, apotek, toko kelontong, meracik sendiri, resep obat tradisional dari

orang tua, tenaga kesehatan, penjual obat keliling. Cara yang paling sering

digunakan untuk mendapatkan obat tradisional yaitu dari penjual jamu gendong.

Hal ini dikarenakan kemudahan dalam mendapatkannya serta adanya anggapan

dari masyarakat bahwa obat tradisional paling aman untuk digunakan.

Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 007 Tahun

2012 tentang Registrasi Obat Tradisional, bahwa obat tradisional dilarang

mengandung bahan-bahan

berbahaya bagi tubuh. Obat tradisional dilarang mengandung: Etil alkohol lebih

dari 1%, kecuali dalam bentuk sediaan tingtur yang pemakaiannya dengan
18

pengenceran:

1. Bahan kimia obat yang merupakan hasil isolasi atau sintetik berkhasiat obat;

2. Narkotika atau psikotropika; dan/atau

3. Bahan lain yang berdasarkan pertimbangan kesehatan dan/atau berdasarkan

penelitian membahayakan kesehatan.

Kandungan parasetamol dalam jamu dapat menyebabkan beberapa gangguan

sistem pencernaan berupa mual, muntah, pucat, berkeringat dan lebih parah dapat

menyebabkan kerusakan hati. Kelebihan parasetamol juga dilaporkan dapat

menyebabkan gagal ginjal. Sedangkan dexamethasone dapat menyebabkan moon

face (ANI PUSPITA,2019).

2.3.3 Efek samping obat herbal

Obat-obatan herbal memiliki potensi efek samping yang sama dengan obat-

obatan sintetis atau konvensional. Pada dasarnya tubuh kita tidak bisa

membedakan antara pengobatan menggunakan herbal dengan pengobatan

sintesis. Produk obat herbal merupakan bagian-bagian dari tumbuhan (misalnya

akar, daun,kulit dll) dan mengandung banyak senyawa kimia aktif. Senyawa

tersebut, selain

mempunyai khasiat penyembuhan juga dapat memiliki efek samping yang dapat

merugikan (Gitawati dan Handayani, 2008 hal.283-288).

Efek samping ini dapat terjadi dalam beberapa cara, misalnya keracunan,

kontraindikasi dengan obat lain, dan lain-lain. Beberapa hal yang perlu

diperhatikan dalam penggunaan obat-obatan herbal antara lain:

1. Keamanan obat herbal pada umumnya

2. Kandungan racun yang mungkin dikandung tanaman herbal yang digunakan


19

3. Efek yang merugikan pada organ tertentu, seperti sistem kardiovaskuler,sistem

saraf, hati, ginjal dan kulit.

4. Keamanan obat-obatan herbal untuk pengguna yang rentan, misalnya: anak-

anak dan remaja, lansia, wanita selama kehamilan dan menyusui, pasien

dengan kanker dan pasien bedah.

2.4 Keyakinan Terhadap Pemilihan Konsumsi Obat Herbal Pada Pasien


Hemodialisa

Keputusan menggunakan obat herbal biasanya dilakukan bukan sebagai

bentuk penolakan terhadap sintetis atau obat pabrik, tetapi lebih merupakan

keinginan masyarakat untuk menjaga kesehatan mereka sendiri secara mandiri

dan alami. Masyarakat juga yakin pengobatan alternative dengan herbal selaras

dengan nilai-nilai filosofi yang ada ditengah masyarakat. Keyakinan yang

memotivasi bahwa penggunaan sesuatu yang alami adalah aman. Hal ini sedikit

menyesatkan dan tidak sepenuhnya benar, karena obat herbal mengandung

berbagai senyawa kimia aktif yang dapat memiliki efek samping berbahaya pada

ginjal.

2.4.1 Ekonomi Terhadap Pemilihan Konsumsi Obat Herbal Pada Pasien

Hemodialisa

Pada penelitian ini ekonomi menjadi faktor pengambilan keputusan

terhadap pemilihan obat herbal pada pasien hemodialisa dikarenakan biaya yang

terjangkau oleh masyarakat dan ekonomis.

2.4.2 Kemudahan Mendapat Obat Herbal Pada Pasien Hemodialisa

Pada penelitian ini kemudahan mendapat obat herbal juga termasuk faktor
20

pengambilan keputusan terhadap pemilihan obat herbal pada pasien hemodialisa.

Karena memudahkan pasien menjangkau dan mendapatkan herbal dilingkungan

tanpa harus konsultasi kedokter dan juga tenaga medis.

2.5 Kerangka Pikir Penelitian

Adapun kerangka dalam penelitian ini mengkaji tentang pengaruh konsumsi

obat herbal pada pasien hemodialisa di Rumah Sakit Umum Sembiring Deli Tua.
21

Variabel bebas Variabel Terikat Indikator

Penggunaan obat Aristo,2016


herbal sebelum di • Tekanan darah
diagnosa GGK • Hemoglobin
• Kreatinin
• ureum

Penggunaan obat Gitawati & Handayani


Herbal sesudah di 1. Keamanan obat herbal
diagnosa GGK 2. Kandungan racun
3. Efek merugikan pd
organ tertentu sistem
kardio,saraf hati,dan
Pasien terapi ginjal
Gagal ginjal 4. Keamanan obat herbal
kronik berdaarkan usia

Pengaruh obat herbal pd


pasien sesudah di Gitawati & Handayani
diagnose gagal ginjal 1. Keamanan obat herbal
2. Kandungan racun
3. Efek merugikan pd
organ tertentu sistem
kardio,saraf hati,dan
ginjal
4. Keamanan obat herbal
berdaarkan usia

Faktor yang menjadi


pengambilan keputusan
penggunaan obat herbal di CNJ,2017
Unit Hemodialisa Rumah - Keyakinan
Sakit Umum Sembiring Deli - Ekonomi
Tua - Kemudahan
mendapat obat
herbal
22

2.6 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan teori dan latar belakang permasalahan yang telah dikemukakan

sebelumnya maka hipotesis dari penelitian ini adalah :

a. Mengetahui gambaran penggunaan obat herbal sebelum dan sesudah

didiagnosa gagal ginjal kronik.

b. Mengetahui pengaruh penggunaan obat herbal saat menjalani

hemodialisa di RSU Sembiring Deli Tua.

c. Mengetahui apa saja faktor pengambilan keputusan penggunaan obat

herbal pada pasien hemodialisa di RSU Sembiring Deli Tua

d. Mengetahui karakteristik Pasien gagal ginjal kronik di RSU Sembiring

Deli Tua
23

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode observasional yaitu

pengukuran variable penelitian dilakukan dengan pengamatan terhadap suatu

objek menggunakan bantuan instrument (kuesioner) yang dilakukan variable

yang diteliti. Rancangan penelitian yang dipakai adalah deskriptif untuk

mendapatkan lebih banyak informasi tentang karakteristik di bidang studi

tertentu. Untuk yang mengetahui gambaran sebelum didiagnosa menggunakan

metode restrospektif yaitu mengambil data rekam medis pasien. Dimana untuk

mengetahui gambaran penggunaan obat herbal butuh Rekam Medik pasien

hemodialisa di rumah sakit umum sembiring deli tua.

3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian

3.2.1 Lokasi penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Unit Hemodialisa Rumah Sakit Umum Sembiring


Deli Tua

3.2.2 Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan perencanaan penyusunan proposal sampai dengan

penyusunan akhir dari bulan April 2023 di Rumah Sakit Umum Sembiring Deli

Tua.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi merupakan keseluruhan objek yang digunakan dalam penelitian.

Populasi penelitian adalah seluruh pasien hemodialisa di Rumah Sakit Umum

Sembiring Deli Tua.


23
24

3.3.1 Populasi

Populasi merupakan keseluruhan objek yang digunakan dalam penelitian.

Populasi penelitian adalah seluruh pasien hemodialisa di Rumah Sakit Umum

Sembiring Deli Tua.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah Sebagian jumlah yang dapat mewakili populasi yang

memiliki karakteristik sama yang dapat diteliti dan ditarik kesimpulan. Peneliti

dengan menggunakan sampel dapat mempermudah peneliti karena dapat

memperhemat mewakili populasi yang ada dan jumlah sampel juga harus sesuai

agar hasil penelitian semakin akurat (Masturoh & Anggita,2018). Sampel dalam

penelitian ini yaitu pasien sebelum dan sesudah didiagnosa gagal ginjal kronik

Rumah Sakit Umum Sembiring Deli Tua.

Rumus n = N n = ukuran sampel


1 + ( N x e 2) N = populasi
e2 = potensi kesalahan 1%, 5%,10%
n= 44
1+44(0,1)2

n= 44
1+44(0,01)

n= 44 = 44 = 30
1+ 0,44 1,44

A. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi dalam peneltian ini adalah:

1. Pasien yang telah terdiagnosa penyakit gagal ginjal di unit hemodialisa.

2. Pasien yang mengonsumsi obat obatan herbal.

3. Pasien dengan kondisi sadar dan memiliki kemampuan kognitif yang


memadai untuk memberikan persetujuan dan wawancara lengkap.

B. Kriteria Eksklusi
25

3.4.1 Variabel penelitian


a. Variabel independen
Variable independent dalam penelitian ini adalah penggunaan obat
herbal yang dikonsumsi oleh penderita hemodialisa.
b. Variabel dependen
Variabel dependen pada penelitian ini adalah pasien hemodalisa.
3.4.2 Defenisi operasional
Defenisi operasional pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Obat herbal
Obat herbal digunakan untuk pasien hemodialisa sebagai terapi non
farmakologi.
b. Hemodialisa
Hemodialisa merupakan terapi pengobatan gagal ginjal kronik yang
dilakukansebelum dan sesudah pemberian obat herbal.
3.5 Langkah penelitian
Adapun langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti
yaitu:
a. Meminta rekomendasi Ketua Program Studi Fakultas Farmasi
Delihusada untuk dapat melakukan penelitian dirumah sakit umum
sembiring.
b. Mengajukan surat permohonan izin penelitian kepada Dekan Fakultas
c. Menghubungi kepala rumah sakit umum sembiring delitua untuk
mendapatkanizin melakukan penelitian dan pengambilan data dengan
membawa surat rekomendasi dari rumah sakit umum sembiring.
d. Mewawancarai pasien terapi hemodialisa dirumah sakit umum
sembiring periode Maret- April 2023 berisi data tertentu.
e. Menganalisis data dan informasi yang tersedia sehingga didapatkan
kesimpulan dari penelitian yang sudah dilakukan.
BAB IV
HASIL

4.1 Gambaran Penggunaan Obat Herbal Sebelum Dan Sesudah Didiagnosa Gagal

Ginjal Kronis

Proses pengambilan sampel dengan menggunakan kuesioner yang berisi

pertanyaan penggunaan obat herbal sebelum dan sesudah didiagnosa Gagal

Ginjal Kronis di Unit Hemodialisa Rumah Sakit Umum Sebiring Deli Tua.

Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan kuesioner diperoleh 30 pasien

Gagal Ginjal Kronik Ruang Hemodialisa Rumah Sakit Umum Sembiring, Deli

Tua, Periode di bulan April- Mei 2023.

4.1.1. Penggunaan Obat Herbal Sebelum Di Diagnosa Gagal Ginjal Kronik

Untuk mengetahui penggunaan obat herbal sebelum di diagnosa gagal ginjal

kronik menurut Aristo,2016 data dapat diambil dari Rekam medik yang bagian

hasil lab dimana Tekanan darah, hemoglobin, ureum dan kreatinin yang

meningkat setelah mengkonsumsi obat herbal. Rata-rata tekanan darah tidak

normal, hemoglobin menurun rata-rata Perempuan 7,2 g/dl sedangkan normalnya

P: 12-16, laki-laki 9 g/dl sedangkan normalnya L:13-18 kreatinin meningkat laki-

laki 10,3 rata-ratanya dan perempuan rata-rata 11 Normalnya L: 1,4 mg/dl.

Perempuan 1,2 mg/dl ,dan ureum meningkat normalnya <40mg/dl, sedangkan

pasien gagal ginjal ureumnya melebihi rata ta rata yang di dapat untuk laki-laki

75 mg/dl dan perempuan 74,4mg/dl.

4.1 Tabel Indikator Perbaikan Fungsi Ginjal


Indicator Rata-rata Normal
Tekanan Darah 130/80 140/90
Hemoglobim Laki-laki 9 mg/dl L:13-18 mg/dl
Perempuan 7,2 mg/dl P: 12-16 mg/dl

26
27

Kreatinin Laki-laki 10,3 mg/dl L: 1,4mg/dl


Perempuan 11 mg/dl P: 1,2 mg/dl
Ureum Laki-laki 75 mg/dl < 40 mg/dl
Perempuan74,4mg/dl
(Aristo,2016. Indicator parameter prognosis perbaikan fungsi ginjal)

Penyakit gagal ginjal ini adalah penyakit yang mampu mempertahankan fungsi

yang ada Seperti halnya indicator fungsi ginjal yang harus diperhatikan menurut

Aristo,2016 adalah tekanan darah, hemoglobin, kreatinin dan ureum pada pasien

setelah pasien terdiagnosa gagal ginjal kronik yang sebelunya mengkonsumsi

obat herbal selama 3 bulan atau lebih secara berturut-turut.

4.1.2. Penggunaan Obat Herbal Sesudah Di Diagnosa Gagal Ginjal Kronik


4.2. Tabel Kategori Kondisi Pasien

NO Kategori kondisi pasien F %


1 Sangat Baik 24 80%
2 Baik 6 20%
3 Tidak Baik 0 0
4 Sangat Tidak Baik 0 0
Jumlah 30 100%
(Kidney diases quality of life sf 36)

4.1 Gambar Grafik Penggunaan Obat Herbal Sesudah Di Diagnosa Gagal


Ginjal Kronik

Kondisi Pasien
35
30
25
20
15
10
5
0
sangat tidak
sangat baik baik tidak baik Total
baik
frekuensi 24 6 0 0 30
persen 80% 20% 0 0 100%

Berdasarkan tabel di atas kondisi pasien “sangat baik” itu berjumlah 24

orang atau 80% setelah melakukan monitoring, dan pasien kategori “baik”

berjumlah 6 orang atau 20% , tidak ada pasien dalam kategori tidak baik atau pun
28

kategori sangat tidak baik setelah melakukan monitoring penggunaan obat herbal

sesudah di diagnosa gagal ginjal kronik di Rumah Sakit Umum Sembiring.

Sebelum mendapatkan hasil tersebut telah dilakukan uji validitas untuk

menentukan valid atau tidak kuesioner, setelah itu dilakukan uji reabilitas

kuesioner setelah uji semua dilakukan baru mendapatkan hasil dari kategori

kondisi pasien. Jadi, gambaran penggunaan obat herbal sesudah didiangnosa gagal

ginjal kronik di Unit Hemodialisa Rumah Sakit Umum Sembiring Deli Tua sudah

sesuai ketentuan, karena pasien tidak di anjurkan dan tidak diperbolehkan

mengonsumsi obat herbal.

4.3 Tabel Hasil Validitas

Validitas Statistics
R-Hitung R-Tabel
0,436 0,361

Data ini dapat dikatakan valid karena Rata-Rata R-Hitung lebih besar dari R-tabel
yaitu Rata-Rata R-Hitung 0,436 sedangkan R-Tabel 0,361.
4.4 Tabel Hasil Reabilitas

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.711 14

Data ini dapat dikatakan reabel karena nilai Cronbach’s 0,711 lebih besar dari nilai
rentang Cronbach’s >0,600.
4.2 Pengaruh Obat Herbal Pada Pasien Sesudah Di Diagnosa Gagal Ginjal
Kronik
Penelitian ini saya mendapatkan hasil tidak adanya pengaruh obat herbal pada

pasien sesudah di diagnosa Gagal Ginjal Kronik Di Rumah Sakit Umum

Sembiring, karena pasien gagal ginjal kronik dirumah sakit umum sembiring

khususnya diruang hemodialisa tidak diperbolehkan untuk mengkonsumsi obat

herbal. Hasil uji statistic Chi-Square diperoleh nilai p value= 0,055 dimana lebih

besar jika dibandingkan dengan dengan 0,05 dengan artinya Ho diterima dan Ha
29

ditolak, jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh antara obat herbal

dengan pasien gagal ginjal kronik Di Ruang Hemodialisa Rumah Sakit Sembiring

Penggunaan Pengaruh Obat Herbal Total P-


Obat Herbal Tidak Ada Ada pengaruh Value
pengaruh
N % N % N %
Sebelum 0 0% 15 100% 15 100% 0,001
diagnose
Sesudah 15 100% 0 0% 15 100% 0,055
diagnosa
Total 15 100% 15 100% 30 100%

4.3 Faktor Yang Menjadi Pengambilan Keputusan Penggunaan Obat


Herbal Di Unit Hemodialisa Rumah Sakit Umum Sembiring Deli Tua
Unit Hemodialisa Rumah Sakit Umum Sembiring Deli Tua

No Indikator faktor Jumlah pasien Persentase


Memilih Memilih (%)
“ya” “Tidak”
1 Keyakinan terhadap
pemilihan konsumsi 30 0 100%
obat herbal pada pasien
hemodialisa
2 Ekonomi terhadap
pemilihan konsumsi 30 0 100%
obat herbal pada pasien
hemodialisa
3 Kemudahan
mendapatkan obat 30 0 100%
herbal pada pasien
hemodialisa
(CNJ,2017)
Tabel 4.9 SPSS Faktor Yang Menjadi Pengambilan Keputusan Penggunaan
Obat Herbal Di Unit Hemodialisa Rumah Sakit Umum Sembiring Deli Tua
Unit Hemodialisa Rumah Sakit Umum Sembiring Deli Tua
Indicator Jumlah pasien Total P-
faaktor Memilih “YA” Memilih Value
“TIDAK”
N % N % N %
Keyakinan 30 100% 0 0% 15 100% 0,006
Ekonomi 30 100% 0 0% 15 100% 0,002
Mudah 30 100% 0 0% 15 100% 0,008
didapat
30

Berikut merupakan hasil yang diperoleh dari penelitian ini terkait faktor yang

menjadi pengambilan keputusan penggunaan obat herbal di unit hemodialisa

rumah sakit umum sembiring deli tua dimana menyatakan pengambilan

keputusan memilih mengkonsumsi obat herbal, hasil didapatkan rata-rata

semua pasien yang sebelum di diagnosa gagal ginjal kronik di unit hemodialisa

rumah sakit umum sembiring deli tua memilih 3 faktor tersebut yaitu

keyakinan, ekonomi dan kemudahan mendapatkan obat herbal.

4.4 Analisis Univariat


Karakteristik responden berdasarkan Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, di
RSU Sembiring dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
4.1.1 Karakteristik Responden
Tabel 4.1 Data Karakteristik Berdasarkan Usia di RSU Sembiring Deli Tua
Usia Frekuensi Persentase (%)
30-35 Tahun 5 16,6%
36-40 Tahun 4 13,3%
41-45 Tahun 6 20%
46-50 Tahun 7 23,33%
51-55 Tahun 8 26,66%
Total 30 100%

4.2 Gambar grafik Distribusi Responden Berdasarkan Usia di RSU


Sembiring Deli Tua

usia
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
30-35 Tahun 36-40 tahun 41-45 tahun 46-50 tahun 51-55 tahun
frekuensi 5 4 6 7 8

frekuensi

Berdasarkan tabel 4.1. dan grafik menunjukkan bahwa dari 30 responden,


31

responden berdasarkan usia dengan frekuensi tertinggi pada usia 51-55 tahun

sebanyak 5 orang (16,6%) dan frekuensi terendah pada usia 36-40 tahun sebanyak

4 orang (12,1%).

Tabel 4.2 Data Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di RSU


Sembiring Deli Tua
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

Laki-Laki 16 53,3%
Perempuan 14 46,6%
Total 30 100%

4.3 Gambar grafik Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di RSU


Sembiring Deli Tua

Jenis Kelamin
35
30
25
20
15
10
5
0
Laki-Laki Perempuan total
jenis kelamin 16 14 30

jenis kelamin

Berdasarkan tabel 4.2 dan grafik menunjukkan bahwa jenis kelamin dengan

frekuensi tertinggi pada Laki-laki sebanyak 16 orang (53,3%) dan frekuensi

terendah pada perempuan sebanyak 14 orang (46,6%).

Tabel 4.3 Data Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan di RSU


Sembiring Deli Tua
Pendidikan Frekuensi Persentase (%)
SD 5 16,66%
SMP 7 23,33%
SMA 15 50%
Perguruan Tinggi 3 10%
Total 30 100%
32

4.4 Gambar grafik Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di RSU


Sembiring Deli Tua

Pendidikan
35
30
25
20
15
10
5
0
Perguruan
SD SMP SMA Total
Tinggi
pendidikan 5 7 15 3 30

pendidikan

Berdasarkan tabel 4.3 dan grafik menunjukkan bahwa pendidikan dengan frekuensi
tertinggi ialah SMA sebanyak 15 orang (50%) dan frekuensi terendah ialah
perguruan tinggi sebanyak 3 orang (10%).
27

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Penggunaan Obat Herbal Sebelum Dan Sesudah Didiagnosa


Gagal Ginjal Kronis
5.1.1. Penggunaan Obat Herbal Sebelum Di Diagnosa Gagal Ginjal Kronik

Untuk mengetahui pasien yang menggunakan obat herbal sebelum di

diagnosa gagal ginjal. Penelitian ini perlu data rekam medik pasien. Sebelumnya

mengetahui rekam medik pasien, peneliti memiliki catatan bahwasannya pasien

pernah mengkonsumsi obat herbal selama 3 bulan atau lebih secara berturut-turut.

Setelah itu peneliti mengambil dan menganalisa data rekam medik pasien. Hal yang

perlu dilihat adalah perubahan fungsi ginjal yang signifikan pada saat atau setelah

beberapa bulan telah mengkonsumsi obat herbal. Pada dasarkan obat herbal mampu

merubah fungsi ginjal dan dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien gagal ginjal

sehingga kinerja tidak optimal (Puspita,2019).

Penyakit gagal ginjal ini adalah penyakit yang mampu mempertahankan

fungsi yang ada. Penggunaan obat herbal sangat mempengaruhi fungsi ginjal,

seperti halnya indikator fungsi ginjal yang harus diperhatikan menurut

(Aristo,2016) adalah tekanan darah, hemoglobin, kreatinin dan ureum pada pasien.

Pada dasarnya pada pasien gagal ginjal tidak memiliki indicator yang normal, salah

satu contoh hasil penelitian mendapatkan rata rata hemoglobin pasien gagal ginjal

kronik sangat rendah yaitu memiliki rata-rata pasien laki-laki 9 mg/dl sedangkan

normal nya adalah 13-18 mg/dl. Jika hemoglobin pasien kurang dari 9 mg/dl

keadaan pasien bisa menjadi semakin memburuk, hal yang diperlukan untuk

menjaga hemoglobin adalah menjaga pola hidup seperti istirahat yang cukup,

makanan sehat yaitu dengan tidak mengknsumsi obat herbal dan juga makanan

yang sehat yaitu dengan tidak mengknsumsi obat herbal dan olaharaga ringan setia

32
33

pagi. Hubungan hemoglobin dengan gagal ginjal kronik adalah kadar eritopein yang

dihasilkan menurun, sedangkan eritopein itu yang menghasilkan hormon sel darah

merah atau eritrosit. Pasien dengan hemoglobin rendah sering disebut dengan

anemia. (IRR,2016)

Begitu juga untuk ureum dan kreatinin pada pasien gagal ginjal kronik

meningkat dari normalnya, hasil penelitian untuk ureum memiliki rata-rata pasien

laki-laki 75 mg/dl dan perempuan 74,4 mg/dl sedangakn ureum normal adalah <40

mg/dl. Pasien khusus hemodialisa rata-rata ureum yaitu >50 mg/dl, hubungan

peningkatan ureum dengan gagal ginjal kronik adalah terjadinya peningkatan kadar

urea di GFR, kadar urea merupakan zat sisa pemecahan protein asam amino di

dalam hati, apabila ureum meningkat menjadi penumpukan di penyaringan pada

ginjal sulit dan memperburuk kerja ginjal, ureum tidak dapat di eksresikan dengan

baik. Begitu juga dengan kreatinin pada paien gagal ginjal mengalami peningkatan.

Hasil penelitian mendapatkan rata-rata kreatinin pada pasien laki -laki adalah 10,3

mg/dl normalnya adalah 1,4 mg/dl. Unruk pasien perempuan mendapatkan rata-rata

11 mg/dl normalnya adalah 1,2 mg/dl. Pada pasien hemodialisa rata-rata kreatinin

di dapatkan adalah >10 mg/dl. (Aristo,2016)

Hubungan kreatinin dengan gagal ginjal kronik yaitu jika pasien mengalami

penyakit gagal ginjal kronik ini perubahan struktur ginjal, ginjal bengkak, ginjal

tidak mampu mengalirkan urin dengan baik ke kantong kemih, terjadilah

peningkatan kreatinin. Untuk pasien gagal ginjal kronis stadium 1 sampai 4,

tekanan darah harus kurang dari 130/80 mmHg. Sedangkan untuk pasien gagal

ginjal stadium 5 tekanan darah harus kurang dari 140/90 mmHg sebelum

hemodialisa dan kurang dari 130/80 mmHg setelah hemodialisa. Pasien yang

tekanan darah tidak normal yaitu melebihi dapat dikatakan hipertensi, Ketika
34

pembuluh darah menjadi rusak. Nefron meyaring darah tidak mampu

mengantarkan oksigen dan nutrisi ke jaringan ginjal.

5.1.2. Penggunaan Obat Herbal Sesudah Di Diagnosa Gagal Ginjal Kronik


Penggunaan obat herbal sesudah di diagnosa ini mengunakan instrument

yaitu kuesioner dimana sebelum mendapatkan hasil, kuesioner harus uji validitas

dan uji reabilitas. Uji ini dikatakan valid karena R.hitung lebih besar dari R

table,dapat disimpulkan kuesioner bisa digunakan karna hasil validitas valid. Begitu

juga dengan reabilitas kuesioner dikatan reabel karna memenuhi standar Cronbach

alpha diatas 0,600 yaitu hasil didapatkan 0,711. Setelah itu mentabulasi data

evaluasi berdasarkan data rekam medik, Berdasarkan hasil tabel kondisi pasien

“sangat baik” itu berjumlah 24 orang atau 80% setelah melakukan monitoring, dan

pasien kategori “baik” berjumlah 6 orang atau 20% , tidak ada pasien dalam

kategori tidak baik ataupun kategori sangat tidak baik setelah melakukan

monitoring penggunaan obat herbal setelah didiagnosa gagal ginjal kronik di rumah

sakit umum sembiring. Gambaran penggunaan obat herbal setelah didiagnosa gagal

ginjal kronik sudah memenuhi ketentuan. Kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik

dalam kategori baik, hal ini salah satunya dipengaruhi oleh tidak adanya

penggunaan obat herbal setelah didiagnosa gagal ginjal kronik dan juga menjaga

kualitas hidup seperti menjaga pola makanan dan minuman, pola tidur ,pola diet,

aktifitas fisik/olahraga, tidak merokok dan menhindari obat tertentu yang sudah

dianjurkan tim medis khususnya unit hemodialisa.(Handayani,2019)

5.2 Pengaruh Obat Herbal Pada Pasien Sesudah Di Diagnosa Gagal Ginjal
Kronik

Pada penelitian ini saya mendapatkan hasil tidak adanya pengaruh obat herbal pada

pasien sesudah di diagnosa Gagal Ginjal Kronik Di Rumah Sakit Umum Sembiring.

Pasien gagal ginjal kronik dirumah sakit umum sembiring khususnya diruang
35

hemodialisa tidak diperbolehkan untuk mengkonsumsi obat herbal karena

konsumsi obat herbal merupakan faktor risiko gagal ginjal kronik. Terdapat

bahan kimia dan obat-obatan yang menyebabkan kerusakan ginjal dengan

membentuk kristal sehingga membentuk cedera pada tubular, peradangan

interstitial dan obstruksi. Obat ini atau metabolitnya mengkristal ketika mereka

menjadi jenuh dalam urin (Pongsibidang, 2016).

Hasil uji statistic Chi-Square diperoleh nilai p value= 0,055 dimana lebih besar

jika dibandingkan dengan dengan 0,05 dengan artinya Ho diterima dan Ha ditolak,

jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh antara obat herbal dengan

pasien gagal ginjal kronik Di Ruang Hemodialisa Rumah Sakit Sembiring Deli Tua.

Dikarenakan dari analisis data penelitian ini pasien yang di diagnosa gagal ginjal

kronik khusus nya di unit hemodialisa tidak ada yang mengkonsumsi obat herbal,

maka dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan antara penggunaan obat herbal

terhadap pasien yang telah didiagnosa gagal ginjal kronik di unit hemodialisa rumah

sakit umum sembiring.

5.3 Faktor Yang Menjadi Pengambilan Keputusan Penggunaan Obat


Herbal Di Unit Hemodialisa Rumah Sakit Umum Sembiring Deli Tua

Berikut indicator faktor yang diambil dari (CJN,2017). Untuk menegtahui

hubungan antara faktor yang menjadi pengambilan keputusan pengguanaan obat

herbal di unit hemodialisa rumah sakit umum sembiring memliki indicator

pembanding yaitu terhadap peningkatan ureum dan kreatinin.

5.3.1 Keyakinan Terhadap Pemilihan Konsumsi Obat Herbal Pada Pasien


Hemodialisa terhadap peningkatan ureum kreatinin
Hasil dari penelitian ini 30 responden atau (100%) memililih “faktor

keyakinan” sebagai faktor dari Keputusan menggunakan obat herbal. Hal ini
36

biasanya dilakukan bukan sebagai bentuk penolakan terhadap sintetis atau obat

pabrik, tetapi lebih merupakan keinginan masyarakat untuk menjaga kesehatan

mereka sendiri secara mandiri dan alami. Masyarakat juga yakin pengobatan

alternative dengan herbal selaras dengan nilai-nilai filosofi yang ada ditengah

masyarakat. Keyakinan yang memotivasi bahwa penggunaan sesuatu yang alami

adalah aman. Hal ini sedikit menyesatkan dan tidak sepenuhnya benar, karena obat

herbal mengandung berbagai senyawa kimia aktif yang dapat memiliki efek

samping berbahaya pada ginjal (Nurbadriyah,2021)

Hubungan antara keyakinan terhadap pemilihan konsumsi obat herbal pada

pasien hemodialisa terhadap peningkatan ureum dan kreatinin. Mendapatkan hasil

nilai p value untuk hubungan antara keyakinan terhadap pemilihan konsumsi obat

herbal pada pasien hemodialisa terhadap peningkatan ureum dan kreatinin adalah

0.006 sedangkan nilai α = 0.05. Hasil ini menunjukkan ada hubungan antara

keyakinan pemilihan konsumsi obat herbal pada pasien hemodialisa terhadap

peningkatan ureum dan kreatinin.

5.3.2 Ekonomi Terhadap Pemilihan Konsumsi Obat Herbal Pada Pasien

Hemodialisa terhadap peningkatan ureum dan kreatinin

Hasil dari penelitian ini 30 responden atau (100%) memililih “faktor ekonomi”

sebagai faktor dari Keputusan menggunakan obat herbal.pada pasien hemodialisa

dikarenakan biaya yang terjangkau oleh masyarakat dan ekonomis. Hubungan

antara ekonomi terhadap pemilihan konsumsi obat herbal pada pasien hemodialisa

terhadap peningkatan ureum dan kreatinin. Mendapatkan hasil nilai p value untuk

hubungan antara ekonomi terhadap pemilihan konsumsi obat herbal pada pasien

hemodialisa terhadap peningkatan ureum dan kreatinin adalah 0.002 sedangkan

nilai α = 0.05. Hasil ini menunjukkan ada hubungan antara ekonomi pemilihan
37

konsumsi obat herbal pada pasien hemodialisa terhadap peningkatan ureum dan

kreatinin.

4.3.3 Kemudahan Mendapat Obat Herbal Pada Pasien Hemodialisa terhadap

Peningkatan ureum dan kreatinin

Hasil dari penelitian ini 30 responden atau (100%) memililih “faktor

kemudahan mendapat obat” sebagai faktor dari Keputusan menggunakan obat

herbal.pada pasien hemodialisa. Karena memudahkan pasien menjangkau dan

mendapatkan herbal dilingkungan tanpa harus konsultasi kedokter dan juga tenaga

medis.Hubungan antara kemudahan mendapat obat herbal terhadap pemilihan

konsumsi obat herbal pada pasien hemodialisa terhadap peningkatan ureum dan

kreatinin hasil analisis hubungan antara kemudahan mendapat obat herbal terhadap

pemilihan konsumsi obat herbal pada pasien hemodialisa terhadap peningkatan

ureum dan kreatinin nilai p value adalah 0.008 dan α = 0.05. maka p value < α (0.05)

Secara statistik ada hubungan antara kemudahan mendapat obat herbal pada pasien

hemodialisa terhadap peningkatan ureum dan kreatinin.


38

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
a). Gambaran Penggunaan Obat Herbal Sebelum Didiagnosa Gagal Ginjal

Untuk mengetahui penggunaan obat herbal sebelum di diagnosa gagal ginjal

kronik menurut Aristo,2016 data dapat diambil dari Rekam medik yang bagian

hasil lab dimana Tekanan darah, hemoglobin, ureum dan kreatinin yang

meningkat setelah mengkonsumsi obat herbal. Rata-rata tekanan darah tidak

normal, hemoglobin menurun rata-rata Perempuan 7,2 g/dl sedangkan normalnya

P: 12-16, laki-laki 9 g/dl sedangkan normalnya L:13-18 kreatinin meningkat laki-

laki 10,3 rata-ratanya dan perempuan rata-rata 11 Normalnya L: 1,4 mg/dl.

Perempuan 1,2 mg/dl ,dan ureum meningkat normalnya <40mg/dl, sedangkan

pasien gagal ginjal ureumnya melebihi rata ta rata yang di dapat untuk laki-laki

75 mg/dl dan perempuan 74,4mg/dl.

b). Gambaran Penggunaan Obat Herbal Sesudah Didiagnosa Gagal Ginjal


Kronis

Penggunaan obat herbal sesudah didiagnosa gagal ginjal kronik di Rumah Sakit

Umum Sembiring Deli Tua sudah dilakukan sesuai ketentuan dimana hasil analisis

data terdapat 30 responden, 24 orang (80%) diantaranya memiliki kategori

penggunaan obat herbal sesudah didiagnosa gagal ginjal kronik sangat baik,

sedangkan 6 orang (20%) memiliki kategori penggunaan obat herbal sesudah

didiagnosa gagal ginjal kronik yang baik. Hasil uji statistic Chi-Square diperoleh

nilai p value= 0,055 dimana lebih besar jika dibandingkan dengan dengan 0,05

dengan artinya Ho diterima dan Ha ditolak, jadi dapat disimpulkan bahwa dapat

disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh antara obat herbal dengan pasien gagal

ginjal kronik Di Ruang Hemodialisa Rumah Sakit Sembiring Deli Tua.


39

2. Pengaruh Obat Herbal Pada Pasien Sesudah Di Diagnosa Gagal Ginjal


Kronik
Hasil uji statistic Chi-Square diperoleh nilai p value= 0,055 dimana lebih besar

jika dibandingkan dengan dengan 0,05 dengan artinya Ho diterima dan Ha ditolak,

jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh antara obat herbal dengan

pasien gagal ginjal kronik Di Ruang Hemodialisa Rumah Sakit Sembiring Deli

Tua. Karena karena pasien gagal ginjal kronik dirumah sakit umum sembiring

khususnya diruang hemodialisa tidak diperbolehkan untuk mengkonsumsi obat

herbal.

3. Faktor Yang Menjadi Pengambilan Keputusan Penggunaan Obat Herbal

Di Unit Hemodialisa Rumah Sakit Umum Sembiring Deli Tua

a) Keyakinan Terhadap Pemilihan Konsumsi Obat Herbal Pada Pasien

Hemodialisa terhadap peningkatan ureum kreatinin

Hubungan antara keyakinan terhadap pemilihan konsumsi obat herbal pada pasien

hemodialisa terhadap peningkatan ureum dan kreatinin. Mendapatkan hasil nilai p

value untuk hubungan antara keyakinan terhadap pemilihan konsumsi obat herbal

pada pasien hemodialisa terhadap peningkatan ureum dan kreatinin adalah 0.006

sedangkan nilai α = 0.05. Hasil ini menunjukkan ada hubungan antara keyakinan

pemilihan konsumsi obat herbal pada pasien hemodialisa terhadap peningkatan

ureum dan kreatinin.

b) Ekonomi Terhadap Pemilihan Konsumsi Obat Herbal Pada Pasien

Hemodialisa terhadap peningkatan ureum dan kreatinin

Hubungan antara ekonomi terhadap pemilihan konsumsi obat herbal pada pasien

hemodialisa terhadap peningkatan ureum dan kreatinin. Mendapatkan hasil nilai p

value untuk hubungan antara ekonomi terhadap pemilihan konsumsi obat herbal

pada pasien hemodialisa terhadap peningkatan ureum dan kreatinin adalah 0.002
40

sedangkan nilai α = 0.05. Hasil ini menunjukkan ada hubungan antara ekonomi

pemilihan konsumsi obat herbal pada pasien hemodialisa terhadap peningkatan

ureum dan kreatinin.

c) Kemudahan Mendapat Obat Herbal Pada Pasien Hemodialisa terhadap

peningkatan ureum dan kreatinin

Hubungan antara kemudahan mendapat obat herbal terhadap pemilihan konsumsi

obat herbal pada pasien hemodialisa terhadap peningkatan ureum dan kreatinin

Hasil analisis hubungan antara kemudahan mendapat obat herbal terhadap

pemilihan konsumsi obat herbal pada pasien hemodialisa terhadap peningkatan

ureum dan kreatinin nilai p value adalah 0.008 dan α = 0.05. maka p value < α (0.05)

Secara statistik ada hubungan antara kemudahan mendapat obat herbal pada pasien

hemodialisa terhadap peningkatan ureum dan kreatinin.

4. Karakteristik Responden

a) Karakteristik Berdasarkan Usia di RSU Sembiring Deli Tua

Responden berdasarkan usia dengan frekuensi tertinggi pada usia 51-55 tahun

sebanyak 5 orang (16,6%) dan frekuensi terendah pada usia 36-40 tahun

sebanyak 4 orang (12,1%).

b) Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin di RSU Sembiring Deli Tua

Jenis kelamin dengan frekuensi tertinggi pada Laki-laki sebanyak 16 orang

(53,3%) dan frekuensi terendah pada perempuan sebanyak 14 orang (46,6%).

c) Karakteristik Berdasarkan Pendidikan di RSU Sembiring Deli Tua

pendidikan dengan frekuensi tertinggi ialah SMA sebanyak 15 orang (50%) dan

frekuensi terendah ialah perguruan tinggi sebanyak 3 orang (10%)

6.2 Saran

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan dari peneliti diharapkan agar:


41

1. Peneliti selanjutnya perlu melakukan penelitian lanjutan tentang penggunaan

obat herbal sebelum dan sesudah di diagnose pada penyakit kronis lainnya.

2. Peneliti selanjutnya memberikan perlakuan serta korelasi maupun perbandingan

dari penggunaan obat herbal terhadap kejadian gagal ginjal akut


42

DAFTAR PUSTAKA

Aisara, et al. 2018. Gambaran Klinis Penderita Penyakit Ginjal Kronik yang
Menjalani Hemodialisis di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan
Andalas 7(1): http://jurnal.fk.unand.ac.id
Aristo, (2016). Parameter Prognosis Perbaikan Fungsi Ginjal Pada Pasien
Obstruksi Uropati, Medika Tadulako, jurnal ilmiah kedokteran, Vol 3 No
3. UGM Yogyakarta.
Puspita, A. N. I. 2019. Gambaran Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Terhadap
Penggunaan Obat Tradisional di Kecamatan Mlati Tahun 2019. Skripsi.
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Islam
Indonesia. Yogyakarta.
Puspanegara, A. 2019, ‘Pengaruh Usia Terhadap Hubungan Mekanisme Koping
Dengan Kecemasan Ketika Menjalani Terapi Hemodialisa Bagi Para
Penderita
Gagal Ginjal Kronik Di Kabupaten Kuningan Jawabarat’, Jurnal Ilmu Kesehatan
Bhakti Husada: Health Sciences Journal, vol. 10, no. 2, pp. 135–42.
Yani, D. A., Sarnianto, P., & Anggriani, Y. (2020). Faktor- Faktor Risiko Pasien
Hemodialisis Arjawinangun Waled Cirebon. SyntaxJurnal Ilmiah
Indonesia, 5(1),di RSUD dan RSUD Kabupaten Literate; 71-84
Gitawati, R.,& Handayani, R. S., 2008, Profil Konsumen Obat Tradisional
Terhadap Ketanggapan Akan Adanya Efek Samping Obat
Tradisional,Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, 11(3), 283-288.
Henni Kusuma dkk,2019. Buku panduan mengenal penyakit ginjal kronis dan
perawatannya. Penerbit Buku Universitas Diponegoro.
IRR, (2016). Report of Indonesia Renal Registry.Terapi Gagal Ginjal
Kronik.Jakarta;Salemba Medika.
Jha V,2010. Herbal Medicines and chronic kidney disease. India:Department
of Nephrology, Postgraduate Institute of Medical Education and Research,
Chandigarh.
K Apsari,2018. Gambaran Kadar Ureum Dan Kreatinin Serum Pada Sopir Bus Di
Terminal Mengwi. DENPASAR. KEMENTERIAN KESEHATAN R.I
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR JURUSAN
ANALIS KESEHATAN DENPASAR.
Nurbadriyah, W. D. (2021). Asuhan Keperawatan Penyakit Ginjal Kronis Dengan
Pendekatan 3S. . Malang: Literasi Nusantara Abadi.
Sudoyo, Aru W, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I Edisi VI. Jakarta:
Interna Publishing; 2014.

42
43

LAMPIRAN 1. Analisis Data Kuesioer Penggunaan Obat Herbal Sesudah Di Diagnosa GGK
44

Kesimpulan :
Data dinatakan valid karena R.Hitung lebih besar dari R.Tabel
Skor % = jumlah skor yang di dapat responden X 100%
Keterangan Skor maksimal(4) x banyak pernyataan (14)
1-14 = pernyataan kuesioner
Kategori = Sangat Baik 76-100% : kode A
Pernyataan positif : 1,3,5,7,9,12,14
Baik 51-75% : kode B
Penilaian : Point 4 = Sangat Setuju (ST)
Tidak Baik 26-50% : kode C
Point 3= Setuju(S)
Sangat Tidak Baik 0-25% : kode D
Point 2= Kurang Setuju(KJ)
Point 1= Tidak Setuju(TS)

Pernyataan negatif : 2,4,6,8,10,11,13


Penilaian : Point 1= Sangat Setuju (ST)
Point 2 = Setuju(S)
Point 3= Kurang Setuju(KJ)
Point 4= Tidak Setuju(TS)
45

LAMPIRAN 2 Data Indikator Penggunaan Obat Herbal Sebelum Didiagnosa Gagal Ginjal
Kronis
NO INISIAL JENIS TEKANAN HB UREUM KREATININ
KELAMIN DARAH
1 BL L 130/80 8,8 3,3 83
2 TN P 110/80 7,9 1,77 55,7
3 JS P 140/90 6,9 2,8 68
4 PT L 130/90 9 1,9 81,8
5 OA P 140/90 6,7 1,9 89
6 LL L 110/80 9,1 6,1 79
7 YR L 130/80 9,1 5,6 69
8 BY L 110/80 7,7 1,8 71
9 DI L 140/90 8,4 3,3 63
10 YE P 130/90 7 1,06 67
11 TA P 140/90 8,1 1,8 85
12 DY P 110/80 6,6 2,3 77
13 TK L 130/80 9,4 2,6 85
14 WI P 110/80 7,4 1,66 85
15 AW L 140/90 10,6 2,8 69
16 YS P 130/90 9 1,5 63
17 DA P 140/90 6 1,9 69
18 OI P 110/80 5,9 1,5 71
19 MY L 130/80 8,8 1,5 77
20 TE L 110/80 9,4 1,8 85
21 SR L 140/90 11 4,4 67
22 JH P 130/90 7,1 4,4 69
23 QI L 140/90 7,1 3,5 89
24 W L 110/80 9,8 6,7 73
25 DL P 130/80 8,3 3,1 79
26 BB L 110/80 7,8 3,3 87
27 JO L 140/90 8,8 2,4 55,7
28 HU L 130/90 9,2 3,5 68
29 RA P 140/90 6,7 1,8 83
30 LF P 110/80 7,5 2,0 81,8

JENIS JUMLAH RATA-RATA


KELAMIN T.DARAH HB UREUM KREATININ

Perempuan 14 140/80 7,2 mg/dl 2,12 mg/d 74,4 mg/d


Laki-Laki 16 130/90 9 mg/d 3,38mg/d 75 mg/d
46

LAMPIRAN.3 Hasil Spss Validitas Data Kuesioner Penggunaan Obat Herbal Sesudah Di Diagnosa

Correlations
X32 X33 X34 X35 X36 X37 X38 X39 X40
X32 Pearson 1 .292 .269 .226 .356 .071 .212 .424* .045
Correlation
Sig. (2- .124 .151 .230 .054 .711 .260 .020 .813
tailed)
N 30 29 30 30 30 30 30 30 30
X33 Pearson .292 1 .301 .205 .241 .040 -.022 .290 .242
Correlation
Sig. (2- .124 .112 .285 .208 .836 .909 .127 .205
tailed)
N 29 29 29 29 29 29 29 29 29
X34 Pearson .269 .301 1 .150 .359 -.139 .103 .028 .013
Correlation
Sig. (2- .151 .112 .428 .052 .463 .587 .884 .944
tailed)
N 30 29 30 30 30 30 30 30 30
X35 Pearson .226 .205 .150 1 .025 .614** .256 -.044 .357
Correlation
Sig. (2- .230 .285 .428 .898 <,001 .172 .818 .053
tailed)
N 30 29 30 30 30 30 30 30 30
X36 Pearson .356 .241 .359 .025 1 .055 .224 .259 -.150
Correlation
47

Sig. (2- .054 .208 .052 .898 .775 .234 .167 .428
tailed)
N 30 29 30 30 30 30 30 30 30
X37 Pearson .071 .040 -.139 .614** .055 1 .181 .268 .356
Correlation
Sig. (2- .711 .836 .463 <,001 .775 1 .339 .152 .053
tailed)
N 30 29 30 30 30 30 30 30 30
X38 Pearson .212 -.022 .103 .256 .224 .181 1 .278 .012
Correlation
Sig. (2- .260 .909 .587 .172 .234 .339 .137 .948
tailed)
N 30 29 30 30 30 30 30 30 30
X39 Pearson .424* .290 .028 -.044 .259 .268 .278 1 .006
Correlation
Sig. (2- .020 .127 .884 .818 .167 .152 .137 1 .976
tailed)
N 30 29 30 30 30 30 30 30 30
X40 Pearson .045 .242 .013 .357 -.150 .356 .012 .006 1
Correlation
Sig. (2- .813 .205 .944 .053 .428 .053 .948 .976 .090
tailed)
N 30 29 30 30 30 30 30 30 30
X41 Pearson .229 .098 .361 .213 .177 .178 -.094 .276 -.123
Correlation
Sig. (2- .224 .614 .050 .259 .351 .348 .621 .140 .518
tailed)
N 30 29 30 30 30 30 30 30 30
48

X42 Pearson -.084 -.089 .339 .314 .049 .175 .301 -.087 .209
Correlation
Sig. (2- .658 .645 .067 .091 .798 .356 .106 .646 .268
tailed)
N 30 29 30 30 30 30 30 30 30
X43 Pearson .221 .270 .065 .399* -.136 .136 .004 .136 .281
Correlation
Sig. (2- .240 .156 .731 .029 .473 .474 .984 .474 .133
tailed)
N 30 29 30 30 30 30 30 30 30
X44 Pearson .030 .051 .071 .238 .270 .451* .276 .218 .182
Correlation
Sig. (2- .875 .794 .709 .206 .150 .012 .140 .248 .335
tailed)
N 30 29 30 30 30 30 30 30 30
X45 Pearson .014 .169 .141 .013 .289 .247 .177 .356 .024
Correlation
Sig. (2- .941 .381 .456 .945 .122 .188 .349 .053 .898
tailed)
N 30 29 30 30 30 30 30 30 30
total Pearson .503** .477** .539** .629** .464** .527** .416* .443* .410*
Correlation
Sig. (2- .005 .009 .002 <,001 .010 .003 .022 .014 .025
tailed)
N 30 29 30 30 30 30 30 30 30
49

LAMPIRAN.4 Hasil Spss Data Reabilitas Kusioner Penggunaan Obat Herbal Sesudah Di Diagnosa
Correlations
X41 X42 X43 X44 X45 Total
X32 Pearson .229 -.084 .221 .030 .014 .503**
Correlation
Sig. (2-tailed) .224 .658 .240 .875 .941 .005
N 30 30 30 30 30 30
X33 Pearson .098 -.089 .270 .051 .169 .477**
Correlation
Sig. (2-tailed) .614 .645 .156 .794 .381 .009
N 29 29 29 29 29 29
X34 Pearson .361 .339 .065 .071 .141 .539**
Correlation
Sig. (2-tailed) .050 .067 .731 .709 .456 .002
N 30 30 30 30 30 30
X35 Pearson .213 .314 .399* .238 .013 .629**
Correlation
Sig. (2-tailed) .259 .091 .029 .206 .945 <,001
N 30 30 30 30 30 30
X36 Pearson .177 .049 -.136 .270 .289 .464**
Correlation
Sig. (2-tailed) .351 .798 .473 .150 .122 .010
N 30 30 30 30 30 30
X37 Pearson .178 .175 .136 .451* .247 .527**
Correlation
Sig. (2-tailed) .348 .356 .474 .012 .188 .003
N 30 30 30 30 30 30
50

X38 Pearson -.094 .301 .004 .276 .177 .416*


Correlation
Sig. (2-tailed) .621 .106 .984 .140 .349 .022
N 30 30 30 30 30 30
X39 Pearson .276 -.087 .136 .218 .356 .443*
Correlation
Sig. (2-tailed) .140 .646 .474 .248 .053 .014
N 30 30 30 30 30 30
X40 Pearson -.123 .209 .281 .182 .024 .410*
Correlation
Sig. (2-tailed) .518 .268 .133 .335 .898 .025
N 30 30 30 30 30 30
X41 Pearson 1 .000 .093 .327 .329 .441*
Correlation
Sig. (2-tailed) 1.000 .626 .078 .075 .015
N 30 30 30 30 30 30
X42 Pearson .000 1 .179 .028 .026 .376*
Correlation
Sig. (2-tailed) 1.000 .343 .884 .891 .041
N 30 30 30 30 30 30
X43 Pearson .093 .179 1 -.132 -.265 .367*
Correlation
Sig. (2-tailed) .626 .343 .486 .157 .046
N 30 30 30 30 30 30
X44 Pearson .327 .028 -.132 1 .422* .479**
Correlation
Sig. (2-tailed) .078 .884 .486 .020 .007
N 30 30 30 30 30 30
51

X45 Pearson .329 .026 -.265 .422* 1 .412*


Correlation
Sig. (2-tailed) .075 .891 .157 .020 .024
N 30 30 30 30 30 30
Total Pearson .441* .376* .367* .479** .412* 1
Correlation
Sig. (2-tailed) .015 .041 .046 .007 .024
N 30 30 30 30 30 30

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed) .


**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Reliability
Statistics
Cronbach's N of
Alpha Items
.711 14
49

Item-Total Statistics

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Perc N Percent
ent
VAR00001 * 30 100.0% 0 0.0% 30 100.0%
VAR00002

Chi-Square Tests
Pengaruh Obat Herbal Pada Pasien Sebelum Di Diagnosa
Gagal Ginjal Kronik

Value df Asymptotic
Significanc
e (2-sided)
Pearson Chi-Square 450.000a 218 0,001

Likelihood Ratio 120.000. 218 .002


N of Valid Cases 30
a. 256 cells (100.0%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is .03.

Chi-Square Tests
Pengaruh Obat Herbal Pada Pasien Sesudah Di Diagnosa
Gagal Ginjal Kronik

Value df Asymptotic
Significanc
e (2-sided)
Pearson Chi-Square 450.000a 225 0,055

Likelihood Ratio 158.664 225 1.000


N of Valid Cases 30
a. 256 cells (100.0%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is .03.
50

LAMPIRAN 6. Hasil SPSS Faktor Yang Menjadi Pengambilan Keputusan


Penggunaan Obat Herbal

Keyakinan *terhadap peningkatan ureum kreatinin

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2-
Value Df sided)
Pearson Chi-Square 22.163a 12 .006
Likelihood Ratio 24.266 12 .019
Linear-by-Linear 9.467 1 .002
Association
N of Valid Cases 30
a. 20 cells (100.0%) have expected count less than 5. The
minimumexpected count is .10.

Ekonomi *terhadap peningkatan ureum kreatinin


Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2-
Value Df sided)
a
Pearson Chi-Square 7.756 3 .002
Likelihood Ratio 10.333 3 .016
Linear-by-Linear .027 1 .868
Association
N of Valid Cases 30
a. 5 cells (62.5%) have expected count less than 5. The minimum
expectedcount is 1.30.

Kemudahan Mendapat Obat Herbal *terhadap peningkatan ureum kreatinin


Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2-
Value Df sided)
Pearson Chi-Square 16.998a 18 .008
Likelihood Ratio 17.354 18 .499
Linear-by-Linear .006 1 .937
Association
N of Valid Cases 30
a. 27 cells (96.4%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .10.
51

DOKUMENTASI

Gambar 1. Kegiatan Monitoring Pasien GGK


52

Gambar 2. Dokumentasi Bersama Penanggung Jawab Ruangan Hemodialisa


53

Gambar 3. Surat Izin Survei Awal


54

Gambar 4. Surat Balasan Survei Awal


55

Gambar 5. Surat Izin Penelitian


56

Gambar 6. Surat Balasan Untuk Penelitian Rumah Sakit Umum Sembiring

Anda mungkin juga menyukai