BIOKIMIA
NAMA : _________________________________________________
N.P.M : _________________________________________________
LABORATORIUM KIMIA
INSTITUT KESEHATAN DELIHUSADA DELITUA
FAKULTAS FARMASI
2019/2020
TATA TERTIB PRAKTIKUM
LABORATORIUM BIOKIMIA PROGRAM STUDI FARMASI
INSTITUT KESEHATAN DELI HUSADA DELITUA
1. Sebelum praktikum dimulai mahasiswa harus memahami teori dan tata kerja dari
percobaan yang akan dilakukan.
2. Mahasiswa yang akan mengikuti praktikum harus memakai baju praktikum.
3. Setiap kali mengikuti praktikum mahasiswa harus mengisi daftar hadir, apabila
berhalangan hadir harus membawa surat keterangan yang sah mengenai
ketidakhadirannya.
4. Mahasiswa harus mengikuti semua percobaan yang telah ditentukan.
5. Sebelum melakukan percobaan, mahasiswa harus menyerahkan laporan praktikum
yang sudah berisi: pendahuluan, tinjauan pustaka, metodologi, dan daftar pustaka dari
percobaan yang akan dilaksanakan, sebagai syarat untuk masuk laboratorium.
Selanjutnya hasil, pembahasan, kesimpulan dan saran diselesaikan segera setelah
mahasiswa selesai melakukan percobaan. Setelah laporan lengkap, laporan diserahkan
kepada asisten yang bertugas dan mahasiswa berhak mengikuti responsi akhir.
Praktikum dinyatakan selesai.
6. Semua data praktikum dicatat dalam buku (bagian lembaran pertama) yang akan
digunakan sebagai laporan praktikum dan selanjutnya akan diperiksa dan disetujui
oleh asisten yang bertugas.
7. Sebelum dan sesudah praktikum,mahasiswa memeriksa kelengkapan alat- alat yang
digunakan selama praktikum dan dikembalikan dalam keadaan bersih dan baik.
8. Mahasiswa dilarang meninggalkan laboratorium tanpa izin dari asisten yang bertugas
dan mahasiswa diperbolehkan pulang setelah ada izin dari asisten.
9. Mahasiswa dilarang makan, merokok, ribut dan kegiatan lain yang tidak berhubungan
dengan kegiatan praktikum dilaboratorium dan selama praktikum harus menjaga
kebersihan.
Penyusun
DAFTAR ISI
Cover i
Daftar Tabel iv
1. Protein konsentrat 6
2. Protein Isolat 7
KARBOHIDRAT 9
LIPID 17
Halaman
Prinsip :
Kelarutan protein akan berkurang bila kedalam larutan protein ditambahkan garam
anorganik. Pengendapan terus terjadi karena kemampuan ion garam untuk menghidrasi,
sehingga terjadi kompetisi antara garam anorganik lebih kuat mengikat air, maka jumlah air
yang tersedia untuk molekul protein berkurang.
Alat :
Tabung Reaksi
Plat Tetes
Spatula
Pipet Tetes
Beaker Glass
Pereaksi :
Ammonium sulfat
Pereaksi Biuret
Akuadest
Sampel :
Putih telur (telur ayam, telur bebek, telur angsa, telur puyuh)
Prosedur :
Jenuhkan 10 ml larutan protein (putih telur) dengan ammonium sulfat dengan cara
penambahkan ammonium sulfat kristal sedikit demi sedikit, aduk hingga larut.
Tambahkan dan aduk lagi garam ammonium sulfat sehingga sedikit garam
ammonium yang tertinggal tidak larut lagi (terbentuk larutan lewat jenuh). Saring
Uji kelarutan endapan dengan air
Uji reaksi warna endapan dan filtrat dengan pereaksi biuret.
1
2. UJI KOAGULASI
Prinsip :
Protein dengan penambahan asam atau pemanasan akan terjadi koagulasi. Pada pH
isoelektrik (pH larutan tertentu biasanya 4 – 4,5) dimana protein mempunyai muatan positif
maupun negatif sama, sehingga saling menetralkan. Kelarutan protein sangat menurun atau
terjadi pengendapan protein. Pada temperatur diatas 60⁰C kelarutan protein akan berkurang
karena pada temperatur yang tinggi energi kinetik molekul protein meningkat sehingga
terjadi getaran yang cukup kuat untuk merusak ikatan dari struktur sekunder, tersier dan
kuartener yang menyebabkan koagulasi.
Alat :
Tabung Reaksi
Pipet Tetes
Beaker Glass
Penangas Air
Pereaksi :
Asam Asetat 1 M
Pereaksi Biuret
Aquadest
Sampel :
Putih telur (telur ayam, telur bebek, telur angsa, telur puyuh)
Prosedur :
Kedalam tabung reaksi yang berisi 5 ml larutan protein (putih telur) ditambahkan dua
tetes asam asetat 1 M
Letakkan tabung kedalam air mendidih selama 5 menit
Ambil endapan dan ujilah kelarutan dalam air dan pereaksi Biuret.
2
3. PENGENDAPAN DENGAN ALKOHOL
Prinsip :
Protein dapat diendapkan dengan penambahan alkohol. Pelarut organik akan
mengubah ( mengurangi ) konstanta dielektrika air, sehingga kelarutan protein berkurang dan
karena alkohol akan berkompetisi dengan protein terhadap air.
Alat :
Tabung Reaksi
Pipet Tetes
Beaker Glass
Gelas Ukur
Pereaksi :
HCL 0,1 M
NaOH 0,1 M
Buffer Asetat 1 M (pH 4,7)
Etanol 96 %
Sampel :
Putih telur (telur ayam, telur bebek, telur angsa, telur puyuh)
Prosedur :
Sediakan 3 tabung reaksi dan isi masing – masing tabung reaksi dengan 5 ml larutan
protein (putih telur)
Kedalam setiap tabung ditambahkan :
Tabung 1 : 1 ml HCL 0,1 M dan 6 ml Etanol 96 %
Tabung 2 : 1 ml NaOH 0,1 M dan 6 ml Etanol 96 %
Tabung 3 : Buffer Asetat dan 6 ml Etanol 96 %
Diamati pada tabung mana yang paling banyak terbentuk endapan, dengan
membandingkan ketiga tabung tersebut.
Ambil endapan yang terbentuk pada masing-masing tabung, uji kelarutannya dengan
penambahan 10 ml akuadest.
3
4. DENATURASI PROTEIN
Prinsip :
Denaturasi dapat diartikan suatu proses terpecahnya ikatan hydrogen, ikatan garam
atau bila susunan ruang atau rantai polipeptida suatu molekul protein berubah. Dengan
perkataan lain denaturasi adalah terjadi kerusakan struktur sekunder, tersier, dan kuartener,
tetapi struktur primer (ikatan polipeptida) masih utuh.
Alat :
Tabung reaksi
Gelas ukur
Batang pengaduk
Pereaksi :
HCl 0.1 M
NaOH 0.1 M
Buffer asetat 1 M (pH 4.7)
Sampel :
Putih telur (telur ayam, telur bebek, telur angsa, telur puyuh)
Prosedur :
4
Lanjutkan percobaan diatas terhadap tabung I dan II dengan menambahkan 10 ml
buffer asetat. Amati perubahan yang terjadi.
1. PROTEIN KONSENTRAT
5
Prinsip :
Alat :
Beaker glass
Erlenmeyer
Gelas ukur
Corong
Kertas saring
Pipet tetes
Penangas air
Timbangan
Pereaksi :
N-heksan
HCl 0.1 N
Sampel :
Tabung kedelai
Prosedur :
Perhitungan :
6
Berat protein konsentrat (gram) = (berat residu + kertas saring) – berat kertas saring kosong
2. PROTEIN ISOLAT
Prinsip :
Alat :
Beaker glass
Erlenmeyer
Gelas ukur
Corong
Kertas saring
Pipet tetes
Penangas air
Timbangan
Pereaksi :
N-heksan
NaOH 0.1 N
HCl 0.1 N
Sampel :
Tepung kedelai
Prosedur :
7
Disaring (dengan kertas saring yang telah ditimbang terlebih dahulu)
Residu pada kertas saring dikeringkan dan ditimbang beratnya sampai diperoleh berat
konstan
Perhitungan :
Berat protein konsentrat (gram) = (berat residu + kertassaring) – berat kertas saring kosong
KARBOHIDRAT
Pereaksi:
Sampel:
Pati jagung, pati beras, pati ketan putih, laktosa, sukrosa, glukosa, fruktosa.
Prosedur :
Pereaksi :
Larutan iodium larutkan 2 gram iodium dan 2 gram kalium iodida dalam air
secukupnya hingga 100 ml.
Sampel :
Pati jagung, pati beras, pati ketan putih, laktosa, sukrosa, glukosa,fruktosa.
Prosedur :
Alat :
Tabung reaksi
Beaker glass
Gelas ukur
Corong
10
Pereaksi :
Sampel :
Pati jagung, pati beras, pati ketan putih, laktosa, sukrosa, glukosa, fruktosa.
Prosedur :
11
2. PENENTUAN KADAR GLUKOSA
2.1. Iodimetri dan Iodometri
Prinsip
12
Glukosa adalah gula pereduksi karena merupakan monosakarida yang memiliki gugus
OH bebas dan dapat merubah menjadi glukosa alifatis dengan gugus aldehid sebagai
reduktor lemah dan kemudian dapat dioksidasi oleh reduktor lemah seperti iodium
membentuk asam glukonat.
Alat
Bekker glass
Erlenmeyer bertutup
Gelas ukur
Pereaksi
Sampel
Glukosa
Prosedur
Perhitungan
13
Tabel : Data hasil dari percobaan Penetapan kadar Glukosa
Vrata-rata Vblanko
V1 V2
Hasil
Rujukan
Prinsip :
Polisakarida adalah rantai monosakarida yang jika dihidrolisis rantainya makin lama
makin pendek. Hidrolisis terjadi jika dipanaskan asam akan mempercepat reaksi. Pati jika
14
dipanaskan dengan HCl akan terurai menjadi karbohidrat yang lebih sederhana secara
berangsur-angsur, yang pada akhirnya akan terbentuk monosakarida (glukosa).
Alat :
a. Tabung reaksi
b. Gelas ukur
c. Penangas air
d. Spot plate
Pereaksi :
Sampel :
Pati beras, pati ketan putih, pati jagung, pati ubi ungu, pati manihot
Prosedur :
15
Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3
N Samp
Ami Gluko Amilu Amilu
o el A D E D A D E D Gluk A D E D Glukosa
lum sa m m
osa
LIPID
16
Minyak bersifat nonpolar larut dalam pelarut non polar seperti h-heksan,
bensin, minyak dan klorofom tetapi tidak larut dalam pelarut polar seperti air. Jika
minyak bila dikocok kuat dengan air akan terjadi emulsi yang tidak mantap. Namun
jika ditambah emulgator misalnya protein, gom, akan terbentuk emulsi yang stabil.
Alat :
a. Tabung reaksi
b. Gelas ukur
c. Bekker glas
d. Pipet tetes
Pereaksi :
a. Bensin
b. Air
c. Eter
d. Alkohol 96 %
e. NaOH 1 N
Sampel :
- Minyak kelapa, minyak sawit, minyak kelapa virgin (VCO), margarin, dan
mentega.
Prosedur :
2. REAKSI PENYABUNAN
17
Prinsip :
Berdasarkan reaksi saponifikasi, sabun terbentuk dari garam alkali dan asam
lemak rantai panjang yang bersumber dari minyak atau lemak. Kebanyakan sabun
dibuat dengan jalan penyabunan antara lain dengan suatu basa monovalen seperti
natrium hidroksida dan kalium hidroksida.
Alat :
a. Tabung reaksi
b. Gelas ukur
c. Bekker glass
d. Pipet tetes
e. Penangas air
Pereaksi :
- NaOH 1 N
- HCl 1 N
- Bensin
- Alkohol 96 %
Sampel :
- Minyak kelapa, minyak sawit, minyak kelapa virgin (VCO), margarin, dan
mentega.
Prosedur :
18
Tabel : Data Hasil dari Percobaan Pemeriksaan Kelarutan Lemak
19
3. PENENTUAN KADAR LEMAK SUSU
Prinsip :
20
Susu dicampur dengan H2SO4 dan amyl alcohol dalam tabung gerber dalam tabung
gerber khusus lalu disentri fuse sehingga lemak susu terpisah dan menempati bagian atas
tabung . Lemak yang terpisah dapat ditentukan kadarnya dengan melihat panjang kolom
lemak yang terbentuk.
Alat :
Pereaksi :
Sampel :
Prosedur :
21
No Sampel Kadar Lemak Susu
Prinsip :
22
Fenol yang terdapat dikentang dan dioksidasi oleh Poly Phenol Oksidase (PPO)
menjadi katekol yang kemudian menjadi kinon dan selanjutnya melalui kondensasi
membentuk senyawa berwarna coklat. Penambahan vitamin c ( asam askorbat ) dengan
menghambat oksidasi fenol oleh PPO karena asam askorbat dioksidasi menjadi asam
dehidro askorbat.
Alat :
Tabung reaksi
Beaker glass
Corong
Gelas ukur
Batang pengaduk
Pereaksi :
Fenol 1 % , Pirogalol 1 %
Sampel :
Apel hijau , apel merah, kiwi, jambu biji, jeruk
Prosedur :
23
Tabel : Data Hasil Dari Percobaan Uji Oksidase Dan Pengaruh Vitamin C Dalam
Kentang
24
25