Anda di halaman 1dari 29

PENUNTUN PRAKTIKUM

BIOKIMIA

NAMA : _________________________________________________

N.P.M : _________________________________________________

LABORATORIUM KIMIA
INSTITUT KESEHATAN DELIHUSADA DELITUA
FAKULTAS FARMASI
2019/2020
TATA TERTIB PRAKTIKUM
LABORATORIUM BIOKIMIA PROGRAM STUDI FARMASI
INSTITUT KESEHATAN DELI HUSADA DELITUA

1. Sebelum praktikum dimulai mahasiswa harus memahami teori dan tata kerja dari
percobaan yang akan dilakukan.
2. Mahasiswa yang akan mengikuti praktikum harus memakai baju praktikum.
3. Setiap kali mengikuti praktikum mahasiswa harus mengisi daftar hadir, apabila
berhalangan hadir harus membawa surat keterangan yang sah mengenai
ketidakhadirannya.
4. Mahasiswa harus mengikuti semua percobaan yang telah ditentukan.
5. Sebelum melakukan percobaan, mahasiswa harus menyerahkan laporan praktikum
yang sudah berisi: pendahuluan, tinjauan pustaka, metodologi, dan daftar pustaka dari
percobaan yang akan dilaksanakan, sebagai syarat untuk masuk laboratorium.
Selanjutnya hasil, pembahasan, kesimpulan dan saran diselesaikan segera setelah
mahasiswa selesai melakukan percobaan. Setelah laporan lengkap, laporan diserahkan
kepada asisten yang bertugas dan mahasiswa berhak mengikuti responsi akhir.
Praktikum dinyatakan selesai.
6. Semua data praktikum dicatat dalam buku (bagian lembaran pertama) yang akan
digunakan sebagai laporan praktikum dan selanjutnya akan diperiksa dan disetujui
oleh asisten yang bertugas.
7. Sebelum dan sesudah praktikum,mahasiswa memeriksa kelengkapan alat- alat yang
digunakan selama praktikum dan dikembalikan dalam keadaan bersih dan baik.
8. Mahasiswa dilarang meninggalkan laboratorium tanpa izin dari asisten yang bertugas
dan mahasiswa diperbolehkan pulang setelah ada izin dari asisten.
9. Mahasiswa dilarang makan, merokok, ribut dan kegiatan lain yang tidak berhubungan
dengan kegiatan praktikum dilaboratorium dan selama praktikum harus menjaga
kebersihan.

Delitua, September 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

Cover i

Tata Tertib Praktikum Laboratorium Biokimia Program Studi Farmasi

STIKes Deli Husada Delitua ii

Daftar Isi iii

Daftar Tabel iv

REAKSI UJI PROTEIN 1

1. Pengendapan Dengan Garam Anorganik 1


2. Uji koagulasi 2
3. Pengendapan Dengan Alkohol 3
4. Denaturasi Protein 4

PROTEIN KONSENTRAT DAN PROTEIN ISOLAT 6

1. Protein konsentrat 6
2. Protein Isolat 7

KARBOHIDRAT 9

1. Reaksi Umum Karbohidrat 9


1.1 Reaksi Molish 9
1.2 Reaksi Iodium 10
1.3 Reaksi Benedict 11

2. PENENTUAN KADAR GLUKOSA 13


2.1 Iodimetri dan Iodometri 13

HIDROLISIS PATI DENGAN HCL 15

LIPID 17

1. Pemeriksaan Kelarutan Lemak 17


2. Reaksi Penyabunan 18
3. Penentuan Kadar Lemak 20

UJI OKSIDASE DAN PENGARUH VITAMIN C DALAM KENTANG 22


DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel Data Hasil Percobaan Reaksi Uji Protein 5

Tabel Data Hasil Percobaan Protein Konsentrat dan Isolat 8

Tabel Data Hasil Percobaan Reaksi Umum Karbohidrat 12

Tabel Data Hasil Percobaan Penetapan Kadar Glukosa 14

Tabel Data Hasil Percobaan Hidrolisis Pati dengan HCL 16

Tabel Data Hasil Percobaan Reaksi Penyabunan 19

Tabel Data Hasil Percobaan Pemeriksaan Kelarutan Lemak 19

Tabel Data Hasil Percobaan Penetapan Kadar Lemak Susu 21

Tabel Data Hasil Percobaan Uji Oksidase dan Pengaruh Vitamin C


dalam Kentang 23
REAKSI UJI PROTEIN

1. PENGENDAPAN PROTEIN DENGAN GARAM ANORGANIK

Prinsip :

Kelarutan protein akan berkurang bila kedalam larutan protein ditambahkan garam
anorganik. Pengendapan terus terjadi karena kemampuan ion garam untuk menghidrasi,
sehingga terjadi kompetisi antara garam anorganik lebih kuat mengikat air, maka jumlah air
yang tersedia untuk molekul protein berkurang.
Alat :
 Tabung Reaksi
 Plat Tetes
 Spatula
 Pipet Tetes
 Beaker Glass
Pereaksi :
 Ammonium sulfat
 Pereaksi Biuret
 Akuadest
Sampel :
 Putih telur (telur ayam, telur bebek, telur angsa, telur puyuh)
Prosedur :
 Jenuhkan 10 ml larutan protein (putih telur) dengan ammonium sulfat dengan cara
penambahkan ammonium sulfat kristal sedikit demi sedikit, aduk hingga larut.
Tambahkan dan aduk lagi garam ammonium sulfat sehingga sedikit garam
ammonium yang tertinggal tidak larut lagi (terbentuk larutan lewat jenuh). Saring
 Uji kelarutan endapan dengan air
 Uji reaksi warna endapan dan filtrat dengan pereaksi biuret.

1
2. UJI KOAGULASI

Prinsip :
Protein dengan penambahan asam atau pemanasan akan terjadi koagulasi. Pada pH
isoelektrik (pH larutan tertentu biasanya 4 – 4,5) dimana protein mempunyai muatan positif
maupun negatif sama, sehingga saling menetralkan. Kelarutan protein sangat menurun atau
terjadi pengendapan protein. Pada temperatur diatas 60⁰C kelarutan protein akan berkurang
karena pada temperatur yang tinggi energi kinetik molekul protein meningkat sehingga
terjadi getaran yang cukup kuat untuk merusak ikatan dari struktur sekunder, tersier dan
kuartener yang menyebabkan koagulasi.
Alat :
 Tabung Reaksi
 Pipet Tetes
 Beaker Glass
 Penangas Air
Pereaksi :
 Asam Asetat 1 M
 Pereaksi Biuret
 Aquadest
Sampel :
 Putih telur (telur ayam, telur bebek, telur angsa, telur puyuh)
Prosedur :
 Kedalam tabung reaksi yang berisi 5 ml larutan protein (putih telur) ditambahkan dua
tetes asam asetat 1 M
 Letakkan tabung kedalam air mendidih selama 5 menit
 Ambil endapan dan ujilah kelarutan dalam air dan pereaksi Biuret.

2
3. PENGENDAPAN DENGAN ALKOHOL
Prinsip :
Protein dapat diendapkan dengan penambahan alkohol. Pelarut organik akan
mengubah ( mengurangi ) konstanta dielektrika air, sehingga kelarutan protein berkurang dan
karena alkohol akan berkompetisi dengan protein terhadap air.
Alat :
 Tabung Reaksi
 Pipet Tetes
 Beaker Glass
 Gelas Ukur
Pereaksi :

 HCL 0,1 M
 NaOH 0,1 M
 Buffer Asetat 1 M (pH 4,7)
 Etanol 96 %

Sampel :
 Putih telur (telur ayam, telur bebek, telur angsa, telur puyuh)

Prosedur :
 Sediakan 3 tabung reaksi dan isi masing – masing tabung reaksi dengan 5 ml larutan
protein (putih telur)
 Kedalam setiap tabung ditambahkan :
 Tabung 1 : 1 ml HCL 0,1 M dan 6 ml Etanol 96 %
 Tabung 2 : 1 ml NaOH 0,1 M dan 6 ml Etanol 96 %
 Tabung 3 : Buffer Asetat dan 6 ml Etanol 96 %

 Diamati pada tabung mana yang paling banyak terbentuk endapan, dengan
membandingkan ketiga tabung tersebut.
 Ambil endapan yang terbentuk pada masing-masing tabung, uji kelarutannya dengan
penambahan 10 ml akuadest.

3
4. DENATURASI PROTEIN

Prinsip :

Denaturasi dapat diartikan suatu proses terpecahnya ikatan hydrogen, ikatan garam
atau bila susunan ruang atau rantai polipeptida suatu molekul protein berubah. Dengan
perkataan lain denaturasi adalah terjadi kerusakan struktur sekunder, tersier, dan kuartener,
tetapi struktur primer (ikatan polipeptida) masih utuh.

Alat :

 Tabung reaksi
 Gelas ukur
 Batang pengaduk

Pereaksi :

 HCl 0.1 M
 NaOH 0.1 M
 Buffer asetat 1 M (pH 4.7)

Sampel :

 Putih telur (telur ayam, telur bebek, telur angsa, telur puyuh)

Prosedur :

 Sediakan 3 tabung reaksi masing-masing tabung diisi dengan 5 ml larutan protein


(putih telur)
 Kedalam setiap tabung ditambahkan
 Tabung 1 : 1 ml HCl 0.1 M
 Tabung 2 :1 ml NaOH 0.1 M
 Tabung 3 : Buffer Asetat
 Tempatkan ketiga tabung dalam air mendidih selama 15 menit dan dinginkan pada
temperature kamar
 Diamati pada tabung mana yang paling banyak terbentuk endapan dengan
membandingkan ketiga tabung tersebut

4
 Lanjutkan percobaan diatas terhadap tabung I dan II dengan menambahkan 10 ml
buffer asetat. Amati perubahan yang terjadi.

Tabel : Data Hasil dari Percobaan Reaksi Uji Protein

Sampel + Ammonium Sampel + Asam Sampel


Sampel + Alkohol 96%
sulfat asetat 1M
Tabung Tabung Tabun
No Sampel Filtra Endapa Tabung 1
Endapa Endapan Endapan 2+ Tabung 1+ g 2 + Tabung 3
t+ n+ + HCl
n + air + biuret + air NaOH 3+ HCl NaOH Buffer
biuret biuret 0.1M
0.1M buffer 0.1M 0.1M

PROTEIN KONSENTRAT DAN PROTEIN ISOLAT

1. PROTEIN KONSENTRAT
5
Prinsip :

Protein konsentrat merupakan suatu bahan makanan yang mengandung 60-70%


protein, yang dibuat dari bahan kaya protein seperti ikan, kedelai, dll. Protein konsentrat
diperoleh dengan penambahan pelarut non polar seperti n-heksan untuk membebaskan bahan
makanan dari lemak. Penambahan asam klorida encer dan pemanasan akan membantu
melarutkan karbohidrat yang terdapat dalam bahan makanan tersebut.

Alat :

 Beaker glass
 Erlenmeyer
 Gelas ukur
 Corong
 Kertas saring
 Pipet tetes
 Penangas air
 Timbangan

Pereaksi :

 N-heksan
 HCl 0.1 N

Sampel :

 Tabung kedelai

Prosedur :

 Ditimbang sampel (tepung kedelai) 5 g, dimasukkan kedalam beaker glass


 Ditambahkan 50 ml n-heksan, diaduk dan diamkan 5 menit lalu disaring
 Residu dipindahkan kedalam beaker glass, ditambahkan 30 ml HCl 0.1 N
 Dipanaskan 3 menit, lalu disaring (dengan kertas saring yang telah ditimbang terlebih
dahulu)
 Residu pada kertas saring dikeringkan dan ditimbang beratnya sampai diperoleh berat
konstan.

Perhitungan :
6
Berat protein konsentrat (gram) = (berat residu + kertas saring) – berat kertas saring kosong

2. PROTEIN ISOLAT

Prinsip :

Protein konsentrat merupakan suatu bahan makanan yang mengandung 60-70%


protein, yang dibuat dari bahan kaya protein seperti ikan, kedelai, dll. Protein konsentrat
diperoleh dengan penambahan pelarut non polar seperti n-heksan untuk membebaskan bahan
makanan dari lemak, lalu ditambahkan suatu basa untuk melarutkan protein pada sampel dan
mengendapkannya dengan penambahan suatu asam encer hingga diperoleh protein isolate.

Alat :

 Beaker glass
 Erlenmeyer
 Gelas ukur
 Corong
 Kertas saring
 Pipet tetes
 Penangas air
 Timbangan

Pereaksi :

 N-heksan
 NaOH 0.1 N
 HCl 0.1 N

Sampel :

 Tepung kedelai

Prosedur :

 Ditimbang sampel ( tepung kedelai ) 5 g, dimasukkan kedalam beaker glass


 Ditambahkan 50 ml n-heksannya
 Diaduk dan diamkan 5 menit lalu disaring, diambil residunya
 Ditambah 50 ml NaOH 0.1 N, diaduk dan disaring
 Diambil filtratnya dimasukkan dalam beaker glass dan ditambahkan 30 ml HCl 0.1N

7
 Disaring (dengan kertas saring yang telah ditimbang terlebih dahulu)
 Residu pada kertas saring dikeringkan dan ditimbang beratnya sampai diperoleh berat
konstan

Perhitungan :

Berat protein konsentrat (gram) = (berat residu + kertassaring) – berat kertas saring kosong

Tabel : Data Hasil dari Percobaan Protein Konsentrasi dan Isolat.

No Sampel Berat Protein Konsentrat Berat Protein Isolat


(gram) (gram) (gram)

KARBOHIDRAT

1. REAKSI UMUM KARBOHIDRAT

1.1. Reaksi Molish


8
Prinsip :
Ikatan glikosida pada karbohidrat akan terhidrolisa oleh H 2SO4 pekat menghasilkan
monosakarida yang kemudian dihidrolisa membentuk furfural. Selanjutnya bila
direaksikan dengan alpha Nafthol akan memberikan warna ungu.
Alat :
 Tabung reaksi
 Beaker glass
 Gelas ukur
 Corong

Pereaksi:

 Pereaksi Molish terdiri dari :


 Asam sulfat pekat
 Larutan alpha Nafthol 5 % dalam etanol ( dibuat baru )

Sampel:

Pati jagung, pati beras, pati ketan putih, laktosa, sukrosa, glukosa, fruktosa.

Prosedur :

 Timbang 1 gram sampel, larutkan dalam 100 ml aquadest, ( larutan karbohidrat 1 % )


 Dalam tabung reaksi yang bersih dan kering dimasukkan 2 ml larutan karbohidrat
dan 3 tetes larutan alpha nafthol.
 Melalui dinding tabung, tambah secara perlahan-perlahan larutan asam sulfat pekat
sampai terbentuk cincin yang berwarna coklat.
 Ulangi percobaan diatas dengan mempergunakan 2 ml air sebagai pengganti 2 ml
larutan karbohidrat (percobaan blanko)
 Amati warna yang terjadi.

1.2. Reaksi iodium


Prinsip:
Senyawa polisakarida akan memberikan warna yang spesifik dengan iodium.
9
Alat :
 Plat tetes
 Pipet tetes
 Beaker glass

Pereaksi :

 Larutan iodium larutkan 2 gram iodium dan 2 gram kalium iodida dalam air
secukupnya hingga 100 ml.

Sampel :

 Pati jagung, pati beras, pati ketan putih, laktosa, sukrosa, glukosa,fruktosa.

Prosedur :

 Timbang 1 gram sampel, larutkan dalam 100 ml aquadest, ( larutan


karbohidrat 1%)
 Pada plat tetes yang bersih dan kering dimasukkan 3 tetes larutan karbohidrat
 Tambahkan dengan 2 tetes larutan iodium
 Amati perubahan warna yang terjadi ( terbentuk warna biru untuk amilum dan
warna merah anggur untuk dekstrim.

1.3. Reaksi benedict


Prinsip :
CU2+ akan direduksi oleh gula pereduksi menjadi CU +. Dalam hal ini terbentuk
endapan CU2O . reaksi dinyatakan positif apabila terbentuk endapan berwarna biru
kehijauan sampai merah batu bata tergantung pada kadar gula pereduksi yang tersedia )

Alat :
 Tabung reaksi
 Beaker glass
 Gelas ukur
 Corong

10
Pereaksi :

 Larutan benedict, terdiri dari :


CuSO4 5 H2O 17,3 gr
Na2CO3 5 H2O 100 gr
Natrium sitrat 173 gr
Aquadest 1L

Sampel :

 Pati jagung, pati beras, pati ketan putih, laktosa, sukrosa, glukosa, fruktosa.

Prosedur :

 Timbang 1 gr sampel, larutkan dalam 100 ml aquadest, ( larutan karbohidrat 1


%)
 Kedalam tabung reaksi yang bersih dan kering dimasukkan 1 ml larutan
karbohidrat, kemudian tambahkan dengan 2 ml larutan benedict, dan dikocok.
 Didihkan selama 2 menit atau dimasukkan dalam air yang mendidih selama 5
menit
 Perhatikan warna yang terjadi.

Tabel : Data Hasil dari Percobaan Reaksi Umum Karbohidrat

No Sampel Mollish Iodium Benedict

11
2. PENENTUAN KADAR GLUKOSA
2.1. Iodimetri dan Iodometri
Prinsip

12
Glukosa adalah gula pereduksi karena merupakan monosakarida yang memiliki gugus
OH bebas dan dapat merubah menjadi glukosa alifatis dengan gugus aldehid sebagai
reduktor lemah dan kemudian dapat dioksidasi oleh reduktor lemah seperti iodium
membentuk asam glukonat.
Alat
 Bekker glass
 Erlenmeyer bertutup
 Gelas ukur

Pereaksi

 Indikator larutan kanji


 Larutan natrium karbonat 14,3 %
 Larutan iodium 0,1 N
 HCl encer
 Larutan natrium tiosulfat 0.1 N

Sampel

 Glukosa

Prosedur

 Ditimbang 100 mg glukosa, larutkan dalam 50 ml akuadest didalam erlenmeyer


bertutup. Ditambahkan 25 ml iodium 0,1 N dan 10 ml larutan natrium karbonat
14,3%, ditutup dan dibiarkan selama 30 menit ditempat gelap.
 Kemudian ditambahkan 15 ml asam klorida encer dan titrasi dengan larutan
natrium tiosulfat 0,1 N sampai terjadi warna kuning lemah.
 Ditambahkan indikator kanji dan larutan titrasi kembali sampai warna biru hilang
 Dilakukan titrasi blanko
 Tiap ml 0,1 N serara dengan 9,9185 mg glukosa.

Perhitungan

Kadar Glukosa = (V Titrasi Blanko – V Titrasi Sampel) x N natrium tiosulfat x 100 %


Berat Sampel

13
Tabel : Data hasil dari percobaan Penetapan kadar Glukosa

No Sampel Volume titrasi Kadar


Glukosa

Vrata-rata Vblanko
V1 V2
Hasil
Rujukan

HIDROLISIS PATI DENGAN HCl

Prinsip :

Polisakarida adalah rantai monosakarida yang jika dihidrolisis rantainya makin lama
makin pendek. Hidrolisis terjadi jika dipanaskan asam akan mempercepat reaksi. Pati jika

14
dipanaskan dengan HCl akan terurai menjadi karbohidrat yang lebih sederhana secara
berangsur-angsur, yang pada akhirnya akan terbentuk monosakarida (glukosa).

Alat :

a. Tabung reaksi
b. Gelas ukur
c. Penangas air
d. Spot plate

Pereaksi :

HCl pekat, Larutan iodium

Sampel :

Pati beras, pati ketan putih, pati jagung, pati ubi ungu, pati manihot

Prosedur :

a. Timbang 1 gr sampel, larutkan dalam 100 ml akuadest, (larutan pati 1 %)


b. Disediakan 3 buah tabung reaksi. Kedalam setiap tabung ditambahkan
- Tabung 1 : 10 ml larutan pati 1 % dan 5 tetes HCl pekat
- Tabung 2 : 10 ml larutan pati 1% dan 10 tetes HCl pekat
- Tabung 3 : 10 ml larutan pati 1% dan 15 tetes HCl pekat
c. Kemudian ketiga tabung dimasukkan kedalam penangas air (airnya telah mendidih).
d. Setiap 3 menit diambil 1 tetes, dimasukkan kedalam lubang spot plate, kemudian
ditambahkan larutan iodium
e. Diamati perubahan warna yang terjadi. Penambahan iodium dihentikan sampai larutan
pati tidak berwarna lagi( warna larutan oati sama dengan warna iodium)

Tabel : Data hasil dari percobaan hidrolisis pati dengan HCl

15
Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3
N Samp
Ami Gluko Amilu Amilu
o el A D E D A D E D Gluk A D E D Glukosa
lum sa m m
osa

Keterangan : AD : Akrodekstrin, ED : Eritrodekstrin

LIPID

1. Pemeriksaan kelarutan lemak


Prinsip :

16
Minyak bersifat nonpolar larut dalam pelarut non polar seperti h-heksan,
bensin, minyak dan klorofom tetapi tidak larut dalam pelarut polar seperti air. Jika
minyak bila dikocok kuat dengan air akan terjadi emulsi yang tidak mantap. Namun
jika ditambah emulgator misalnya protein, gom, akan terbentuk emulsi yang stabil.
Alat :
a. Tabung reaksi
b. Gelas ukur
c. Bekker glas
d. Pipet tetes

Pereaksi :

a. Bensin
b. Air
c. Eter
d. Alkohol 96 %
e. NaOH 1 N

Sampel :

- Minyak kelapa, minyak sawit, minyak kelapa virgin (VCO), margarin, dan
mentega.

Prosedur :

a. Siapkan 5 buah tabung reaksi pada masing-masing tabung ditambahkan 1 gr


sampel
b. Kemudian tambahkan :
- Tabung 1 : 1 ml akuadest
- Tabung 2 : 1 ml bensin
- Tabung 3 : 1 ml alkohol 96 %
- Tabung 4 : 1 ml eter
- Tabung 5 : 1 ml NaOH 1 N
c. Kocok, diamkan beberapa menit dan amati serta catat perubahan yang terjadi
( larut atau tidak larut)

2. REAKSI PENYABUNAN
17
Prinsip :
Berdasarkan reaksi saponifikasi, sabun terbentuk dari garam alkali dan asam
lemak rantai panjang yang bersumber dari minyak atau lemak. Kebanyakan sabun
dibuat dengan jalan penyabunan antara lain dengan suatu basa monovalen seperti
natrium hidroksida dan kalium hidroksida.
Alat :
a. Tabung reaksi
b. Gelas ukur
c. Bekker glass
d. Pipet tetes
e. Penangas air

Pereaksi :

- NaOH 1 N
- HCl 1 N
- Bensin
- Alkohol 96 %

Sampel :

- Minyak kelapa, minyak sawit, minyak kelapa virgin (VCO), margarin, dan
mentega.

Prosedur :

a. Ditambahkan sebanyak 5 g minyak, dimasukkan dalam bekker glass 250 ml


b. Ditambahkan ±42 ml NaOH 1 N
c. Dipanaskan sambil diaduk sampai terbentuk sabun (terbentuk busa)
d. Ditambahkan 5 ml HCl 1 N, diamati
e. Dibagi menjadi 2 bagian, kedalam 2 tabung ditambahkan :
- Tabung 1 : 5 ML Bensin
- Tabung 2 : 5 ml alkohol 96%
f. Diamati pemisahan yang terjadi ( dengan penambahan bensin terbentuk tiga
lapisan sedangkan dengan penambahan alkohol 96 % terbentuk 2 lapisan)

18
Tabel : Data Hasil dari Percobaan Pemeriksaan Kelarutan Lemak

NO. Sampel 1 gram sampel


Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3 Tabung 4 Tabung 5
Akuades Bensin Alkohol Eter NaOH

Tabel : Data Dari Hasil Percobaan Reaksi Penyabunan

NO. Sampel NaOH 1 N HCL 1 N Tabung 1 Tabung 2


Dipanaskan Bensin Alkohol

19
3. PENENTUAN KADAR LEMAK SUSU

Prinsip :

20
Susu dicampur dengan H2SO4 dan amyl alcohol dalam tabung gerber dalam tabung
gerber khusus lalu disentri fuse sehingga lemak susu terpisah dan menempati bagian atas
tabung . Lemak yang terpisah dapat ditentukan kadarnya dengan melihat panjang kolom
lemak yang terbentuk.

Alat :

 Tabung butirometer Gerber


 Alat sentrifuse
 Tabung sentrifuse
 Pipet volume
 Beaker glass

Pereaksi :

 Asam sulfat pekat


 Amil alcohol

Sampel :

 Susu Sapi Segar

Prosedur :

 Dimasukkan Kedalam tabung sentrifuse 10 ml asam sulfat pekat


 Ditambahkan 10,75 ml susu dan kemudian 1 ml amil alcohol , tutup tabung dengan
tutupnya ,kocok hingga merata
 Sentrifuse selama 4 menit pada 1100 rpm
 Tempatkan tabung dalam penangas air pada suhu 650 c selama 3 menit
 Pindahkan larutan yang ada didalam tabung kedalam tabung butirometer Gerber
 Baca persentase kadar lemak (w/w), sesuai panjang kolom tabung yang sudah
dikalibrasi.

Tabel : Data Hasil Percobaan Penetapan Kadar Lemak Susu

21
No Sampel Kadar Lemak Susu

Hasil (ml) Kadar

UJI OKSIDASE DAN PENGARUH VITAMIN C DALAM KENTANG

Prinsip :

22
Fenol yang terdapat dikentang dan dioksidasi oleh Poly Phenol Oksidase (PPO)
menjadi katekol yang kemudian menjadi kinon dan selanjutnya melalui kondensasi
membentuk senyawa berwarna coklat. Penambahan vitamin c ( asam askorbat ) dengan
menghambat oksidasi fenol oleh PPO karena asam askorbat dioksidasi menjadi asam
dehidro askorbat.

Alat :

 Tabung reaksi
 Beaker glass
 Corong
 Gelas ukur
 Batang pengaduk

Pereaksi :

 Fenol 1 % , Pirogalol 1 %

Sampel :
 Apel hijau , apel merah, kiwi, jambu biji, jeruk

Prosedur :

 Ditimbang 5 g kentang dicuci bersih , ditambahkan 100 ml akuades, dihaluskan


dengan menggunakan blender (ekstrak kentang )
 Ditimbang 5 g kentang dicuci bersih , ditambahkan 100 ml akuades, dihaluskan
dengan menggunakan blender ( larutan vitamin C )
 Sediakan 4 tabung reaksi, kedalam masing-masing tabung ditambahkan
 Tabung 1 : 10 ml ekstrak kentang dan fenol 1 %
 Tabung 2 : 10 ml ekstrak kentang, larutan vitamin C 10 tetes dan fenol 1%
 Tabung 3 : 10 ml ekstrak kentang dan pirogalol
 Tabung 4 : 10 ml ekstrak kentang, vitamin C 10 tetes dan pirogalol 1%
 Masing –masing tabung dikocok selama 5 menit , dan diamati perubahan warna
yang terjadi pada keempat tabung reaksi.

23
Tabel : Data Hasil Dari Percobaan Uji Oksidase Dan Pengaruh Vitamin C Dalam
Kentang

NO. Sampel Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3 Tabung 4


Kentang + Kentang + vit Kentang + Kentang + Vit C
Fenol C+ fenol pirogalol 1% +Pirogalol 1%

24
25

Anda mungkin juga menyukai