SKRIPSI
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains
i Universitas Indonesia
NPM : 0806453226
Tanda Tangan :
ii Universitas Indonesia
DEWAN PENGUJI
Ditetapkan di : Depok
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang selalu
memberikan ridho dan rahmatNya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulisan skripsi dilakukan dalam rangka memebuhi salah satu syarat untuk
mencapai gelar Sarjana Sains di Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia. Saya menyadari segala kesulitan
dan hambatan selama penulisan skripsi tidak mudah dilewati tanpa adanya
bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oeh karena itu saya
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Dadang Kusmana, M.S. selaku pembimbing I serta Penasehat Akademik,
dan Dra. Setiorini, M.Kes. selaku pembimbing II atas bimbingan, saran,
fasilitas, nasihat, dan doa selama penelitian dan penulisan skripsi.
2. Dr. Abinawanto dan Nova Anita, M. Biomed selaku dosen penguji yang telah
memberikan saran dan masukan sehingga penelitian ini menjadi lebih baik.
3. Dr. Ir. Antonius Herry Cahyana yang telah memberikan banyak informasi
selama penelitian dan penulisan skripsi.
4. Dr.Luthfiralda Sjahfirdi, M.Biomed., Riani Widiarti, S.Si, M.Si., dan Dra.
Dian Hendrayanti, M.Sc., SU selaku ketua, sekretaris, dan koodinator
pendidikan Departemen Biologi FMIPA UI dan kepada seluruh staf pengajar
Departemen yang telah memberikan ilmu dan bimbingan selama saya
menimba ilmu di Departemen Biologi FMIPA UI.
5. Seluruh karyawan Departemen Biologi, terutama Ir. Rusmalina, Mbak Asri,
Mas Arif, serta Pak Surya dari Departemen Farmasi FMIPA UI atas segala
bantuan yang telah diberikan.
6. Terimakasih kepada Ibunda, dan kedua abang-ku (Bang Reno dan Bang
Michel) atas semua dukungan, semangat, kasih sayang , dan semua hal yang
tak terhitung serta tak dapat disebutkan.
7. Kepada teman seperjuangan satu tema penelitian: Ka Nova, atas semua waktu,
informasi, dan semangat, serta teman-teman kerja di Laboratorium
Perkembangan Hewan Departemen Biologi FMIPA UI: Dewi, Mitha, Latifah,
Pute, Kak Janu, Kak Bibil.
iv Universitas Indonesia
Penulis
v Universitas Indonesia
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelila dalam bentuk pangkalan data (database),
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai
pemilik Hak Cipta
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 2 Oktober 2012
Yang menyatakan
vi Universitas Indonesia
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ........................ vi
ABSTRAK ....................................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii
1. PENDAHULUAN.................................................................................... 1
ix Universitas Indonesia
x Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
xi Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
4 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
yang lebih tinggi dan kadar toksistas yang lebih rendah dibandingkan isoeugenol
(Yuda 2007: 46--49).
Mencit merupakan salah satu dari banyak hewan uji coba yang sering
digunakan. Mencit biasa digunakan sebagai model untuk melakukan sejumlah
analisis penting, seperti penyakit kardiovaskular, penyakit autoimmune, kesalahan
metabolisme, kanker, penyakit ginjal, dan penyakit saraf. Mencit digunakan
sebagai model dari hewan uji coba dikarenakan ukurannya yang kecil, cepat
berkembang biak, masa kehamilan singkat, mudah dipelihara dalam jumlah
banyak, ukuran tubuh relatif kecil dibandingkan jenis hewan percobaan lain, ciri
anatomi dan fisiologi yang mudah dikenali, serta harganya yang relatif murah
(Malole & Pramono 1989: 94--96; Hedrich dkk. 2006: 8). Selain itu dikarenakan,
mencit memiliki variasi genetik yang cukup besar dan struktur organ reproduksi
jantan yang hampir sama dengan manusia. Hormon yang berperan dalam sistem
reproduksi Mencit, juga sama dengan manusia (Smith & Mangkoewidjojo 1988:
10--11).
Mencit tergolong dalam ordo rodentia. Mencit (Gambar 2.4) merupakan
mamalia dengan ekor panjang melebihi tubuh. Ukuran panjang ekor pada betina
lebih panjang dibandingkan pada jantan. Mencit dewasa jantan umumnya
memiliki berat badan 20--40 g, sedangkan mencit dewasa betina 25--40 g (Malole
& Pramono 1989: 94; Hedrich dkk. 2006: 71). Kematangan seksual mencit jantan
terjadi pada usia sekitar 5--7 minggu dan usia sekitar 3 minggu pada mencit
betina. Pubertas mencit jantan ditandai dengan turunnya testis ke dalam skrotum
pada usia sekitar 40 hari, sebagai tanda dimulainya spermatogeneis (Malole &
Pramono 1989: 94--99).
Klasifikasi dari mencit, yaitu:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Sub phylum : Vertebrata
Class : Mammalia
Universitas Indonesia
1 cm
Universitas Indonesia
2.3.1 Testis
Testis merupakan kelenjar ganda dan berbentuk oval yang terletak pada
bagian posterior rongga tubuh, di dalam skrotum dan dilindungi oleh pembungkus
testis. Skrotum berfungsi untuk memberikan kepada testis suatu lingkungan yang
memiliki suhu lebih dingin (13,3--17,2 C) dibandingkan suhu rongga tubuh
(Nalbandov 1990: 42--45; Leeson dkk. 1991: 511). Testis disebut sebagai
kelenjar ganda karena secara fungsional bersifat endokrin dan eksokrin. Testis
bersifat endokrin karena menghasilkan hormon androgen dan bersifat eksokrin
karena menghasilkan spermatozoa (Junquiera & Carneiro 1980: 444; Nalbandov
1990: 42--45; Moeloek 1994: 12; Lesson dkk. 1996: 511).
Pembungkus testis terdiri atas tiga lapisan, yaitu tunika vaginalis (lapisan
terluar), tunika albuginea (lapisan tengah), dan tunika vaskulosa (lapisan dalam).
Tunika vaginalis merupakan lapisan serosa yang berasal dari peritoneum dan
membungkus permukaan lateral dan anterior testis. Tunika albuginea merupakan
kapsula fibrosa tebal dan mengalami penebalan pada permukaan posterior testis
membentuk mediastinum testis. Tunika vaskulosa tersusun atas jaringan ikat
longgar dan pembuluh darah (Junquiera & Carneiro 1980: 444--445; Leeson dkk.
1991: 511).
Mediastinum testis akan membentuk sekat yang membagi testis menjadi
ruangan-ruangan yang disebut lobulus testis yang terdiri sekitar 250 lobulus.
Universitas Indonesia
Setiap lobulus testis terdiri atas 1--4 tubulus seminiferus yang dibungkus oleh
jaringan ikat longgar yang banyak mengandung pembuluh darah, limfe, saraf, dan
sel Leydig. Tubulus seminiferus merupakan saluran berkelok dengan diameter
lebih kurang 150--250 m dan panjang 30--70 cm. Tubulus seminiferus
merupakan tempat berlangsungnya spermatogenesis karena dapat memproduksi
sel-sel germinal yang fungsional pada bagian lamina basalis. Epitel pada tubulus
seminiferus terdiri atas sel Sertoli dan sel spermatogenik. Sel spermatogenik akan
berdiferensiasi menjadi spermatozoa dan sel sertoli berfungsi sebagai pemberi
nutrisi bagi perkembangan spermatozoa dan mensekresikan androgen binding
protein (ABP). Sel sertoli umumnya melekat pada membran basal. Sel sertoli
memiliki tonjolan sitoplasma yang berfungsi melindungi sel spermatogenik dari
pengaruh imunologi yang merugikan (Junquiera & Carneiro 1980: 444--445; Ross
dkk. 1995: 638). Sel Leydig terdapat di antara tubulus seminiferus yang berfungsi
sebagai penghasil hormon androgen (testosteron), yaitu hormon yang berperan
dalam spermatogenesis (Yatim 1988: 32).
Sistem duktus pada Mencit terdiri atas rete testis, duktus eferen,
epididimis, dan duktus deferen. Setiap struktur organ tersebut berjumlah
sepasang. Rete tesis adalah duktus yang menghubungkan antara tubulus
seminiferus dan duktus efferen. Duktus efferen membentuk tiga hingga tujuh
saluran menuju epididimis. Duktus tersebut dan bagian awal epididimis
membentuk kaput epididimis (Rugh 1968: 22).
Epididimis berkembang dari duktus mesonefrik (Moeloek 1994: 12).
Epididimis berfungsi mengangkut spermatozoa dari duktus efferen ke duktus
deferen, tempat pematangan sperma, dan tempat penyimpanan sperma.
Epididimis terdiri dari tiga bagian yaitu kepala (kaput), badan (korpus), dan ekor
(kauda). Bagian kepala dan badan memiliki fungsi sebagai tempat pematangan
sperma, sedangkan bagian ekor memiliki fungsi sebagai tempat penyimpanan
sperma (Rugh 1968: 22; Yatim 1988: 40; Moeloek 1994: 12).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.3.4 Penis
Alat kelamin luar atau organ kopulasi mencit adalah penis yang terdiri atas
korpus kavernosum, korpora kavernosa, dan kepala penis (gland penis). Penis
berfungsi sebagai alat pengeluaran urin dan perletakkan semen ke dalam saluran
reproduksi betina. (Rugh 1968: 23;Moeloek 1994: 13). Korpus kavernosum
diselubungi oleh suatu selaput fibrosa tebal berwarna putih disebut tunika
albuginea. Sepasang korpora kavernosa membentuk badan penis. Korpora
kavernosa juga diselubungi oleh tunika albuginea. Kepala penis adalah bagian
ujung dari penis yang ditutupi oleh preputium (Rugh 1968: 23).
2.4 Spermatogenesis
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.5.1 Spermatozoa
Spermatozoa tediri atas bagian kepala, leher, dan ekor (Gambar 2.7.1).
Secara keseluruhan panjang spermatozoa mencit adalah 1,226 m dengan bagian
kepala berbentuk kait (Rugh 1968: 21). Bagian kepala spermatozoa terdiri dari
inti (nukleus) dan akrosom. Inti pada bagian kepala spermatozoa berisi materi
genetik (DNA) berupa kromatin padat yang terkondensasi selama tahap
spermiogenesis (lihat Ramadhani 2007: 14 & 15).
Universitas Indonesia
Akrosom merupakan selubung tebal yang terdapat pada dua pertiga bagian
anterior kepala spermatozoa. Akrosom mengandung enzim-enzim yang penting
untuk fertilisasi. Enzim tersebut adalah enzim hialuronidase, corona penetrating
enzyme (CPE), dan akrosin. Enzim hialuronidase berfungsi untuk menembus
kumulus oophorus (lapisan terluar ovum), CPE berfungsi untuk menembus korona
radiata (lapisan tengah ovum), dan akrosin berfungsi untuk menembus zona
pelusida (lapisan dalam ovum) (Moeloek 1994: 18; Guyton & Hall 1997: 1266).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Morfologi spermatozoa secara umum terdiri atas kepala yang berisi inti,
leher yang menghubungkan antara bagian kepala dan ekor, serta ekor yang
berperan dalam pergerakan spermatozoa. Penyimpangan morfologi dari
spermatozoa normal dianggap sebagai abnormalitas. Abnormalitas dibedakan
menjadi dua yaitu abnormalitas primer dan sekunder. Abnormalitas primer terjadi
pada proses spermatogenesis antara lain spermatozoa yang memiliki kepala yang
Universitas Indonesia
kecil atau lebih besar dari ukuran normal, kepala rangkap, ekor rangkap, dan ekor
menggulung. Abnormalitas sekunder terjadi pada proses pematangan di
epididimis. Penampakkan abnormalitas sekunder yakni masih terdapat
cytoplasmic droplet pada spermatozoa (Nalbandov 1990 262--263; Guyton & Hall
1997: 1272). Spermatozoa dianggap fertil bila memiliki spermatozoa abnormal di
bawah 40% (WHO 1988: 33).
Universitas Indonesia
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.2 Bahan
Sawi hijau (Brassica juncea) yang diperoleh dari pasar tradisional kemiri
muka, Depok. Pengekstrakan Brassica juncea dilakukan di Laboratorium
Reproduksi dan Perkembangan Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia, Depok.
3.2.2 Isoeugenol
Hewan uji yang digunakan adalah 25 ekor mencit (Mus musculus L.)
jantan galur DDY, berumur 8 minggu dengan berat badan 20--40 gram. Menit
diperoleh dari Institut Pertanian Bogor (IPB).
18 Universitas Indonesia
Bahan kimia yang digunakan adalah minyak zaitun, etil asetat, H2O2 30%,
buffer K-fosfat pH 7,0, isoeugenol, NaSO4 anhidrat, larutan asam pikrat 10%,
NaCl, alkohol 70%, larutan eosin-Y, larutan George, dan larutan Giemsa.
3.3 Alat
Universitas Indonesia
3. 4 Cara Kerja
Universitas Indonesia
pikrat 10% di kepala, punggung, bokong, ekstremitas atas, dan ekstremitas bawah
untuk membedakan mencit satu dengan yang lain.
Kandang mencit dibersihkan tiga kali seminggu dengan cara
merendamnya pada larutan pemutih pakaian, lalu dicuci dengan sabun hingga
bersih. Kandang diletakkan pada rak di Laboratorium Reproduksi dan
Perkembangan Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Indonesia. Ruangan diterangi selama dua belas jam per hari
dengan lampu flurosecens 20 watt. Pertukaran udara dibantu dengan exhaust fan.
Cahaya dan sirkulasi udara diatur sehingga setiap kandang mendapat cahaya dan
udara yang temaram.
Universitas Indonesia
Hewan uji yang digunakan terdiri atas 25 ekor mencit jantan. Mencit
jantan ditimbang terlebih dahulu sebelum diberi perlakuan. Pemberian perlakuan
dilakukan secara oral dengan menggunakan disposable syringe yang jarumnya
telah diganti dengan gavage needle langsung ke lambung melalui kerongkongan.
Ekstrak dimer isoeugenol yang diberikan secara oral dilakukan dengan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2003: 291 & 292). Pengujian kemudian dapat dilanjutkan dengan uji
perbandingan berganda Least Significance Difference (LSD) untuk mengetahui
ada atau tidaknya perbedaan antara pasangan kelompok perlakuan (Conover 1980:
370--372).
Universitas Indonesia
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 4.1.1 Data rerata persentase motilitas spermatozoa mencit kelompok kontrol
dan kelompok perlakuan
2 77 85 58 58 40
3 85 69 59 59 32
4 81 70 56 56 35
5 70 71 55 55 39
Keterangan:
KK = Kelompok kontrol, mencit dicekok minyak zaitun disesuaikan dengan berat badan
KP1 = Kelompok perlakuan 1, mencit dicekok ekstrak dimer isoeugenol dosis 2,4 mg/kg bb
KP2 = Kelompok perlakuan 2, mencit dicekok ekstrak dimer isoeugenol dosis 4,8 mg/kg bb
KP3 = Kelompok perlakuan 3, mencit dicekok ekstrak dimer isoeugenol dosis 9,6 mg/kg bb
KP4 = Kelompok perlakuan 4, mencit dicekok ekstrak dimer isoeugenol dosis 19,2 mg/kg bb
x = Jumlah nilai persentase spermatozoa motil
x = Nilai rerata persentase spermatozoa motil
SD = Standar Deviasi
Universitas Indonesia
26
Pengaruh pemberian..., Jill Wanda Hamilton, FMIPA UI, 2012
27
90
a
70
60 b b
Mencit (%)
50
40
c
30
20
10
0
KK KP1 KP2 KP3 KP4
Kelompok Perlakuan
Keterangan:
KK = Kelompok kontrol, mencit dicekok minyak zaitun disesuaikan dengan berat badan
KP1 = Kelompok perlakuan 1, mencit dicekok ekstrak dimer isoeugenol dosis 2,4 mg/kg bb
KP2 = Kelompok perlakuan 2, mencit dicekok ekstrak dimer isoeugenol dosis 4,8 mg/kg bb
KP3 = Kelompok perlakuan 3, mencit dicekok ekstrak dimer isoeugenol dosis 9,6 mg/kg bb
KP4 = Kelompok perlakuan 4, mencit dicekok ekstrak dimer isoeugenol dosis 19,2 mg/kg bb
* = Huruf yang sama menunjukkan bahwa persentase abnormalitas spermatozoa tidak
berbeda nyata (P < 0,05), sedangkan huruf yang berbeda menunjukkan bahwa
persentase abnormalitas spermatozoa berbeda nyata (P > 0,05)
Bar menunjukkan standar deviasi
Universitas Indonesia
menunjukkan terdapat perbedaan nyata antara KK dengan KP2, KP3, dan KP4;
KP1 dengan KP2, KP3, dan KP4; KP2 dengan KK, KP1, dan KP4; KP3 dengan
KK, KP1, dan KP4; serta KP4 dengan KK, KP1, KP2, dan KP3, serta tidak ada
perbedaan nyata antara KK dengan KP1; KP2 dengan KP3
4.1.2 Data rerata persentase viabilitas spermatozoa mencit kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan
2 72 74 41 25 28
3 71 62 39 38 18
4 56 57 28 22 15
5 73 56 40 24 19
Keterangan:
KK = Kelompok kontrol, mencit dicekok minyak zaitun disesuaikan dengan berat badan
KP1 = Kelompok perlakuan 1, mencit dicekok ekstrak dimer isoeugenol dosis 2,4 mg/kg bb
KP2 = Kelompok perlakuan 2, mencit dicekok ekstrak dimer isoeugenol dosis 4,8 mg/kg bb
KP3 = Kelompok perlakuan 3, mencit dicekok ekstrak dimer isoeugenol dosis 9,6 mg/kg bb
KP4 = Kelompok perlakuan 4, mencit dicekok ekstrak dimer isoeugenol dosis 19,2 mg/kg bb
x = Jumlah nilai persentase spermatozoa hidup
x = Nilai rerata persentase spermatozoa hidup
SD = Standar Deviasi
Universitas Indonesia
80
a
60
Mencit (%) 50
b
40 b
30
c
20
10
0
KK KP1 KP2 KP3 KP4
kelompok perlakuan
Keterangan:
KK = Kelompok kontrol, mencit dicekok minyak zaitun disesuaikan dengan berat badan
KP1 = Kelompok perlakuan 1, mencit dicekok ekstrak dimer isoeugenol dosis 2,4 mg/kg bb
KP2 = Kelompok perlakuan 2, mencit dicekok ekstrak dimer isoeugenol dosis 4,8 mg/kg bb
KP3 = Kelompok perlakuan 3, mencit dicekok ekstrak dimer isoeugenol dosis 9,6 mg/kg bb
KP4 = Kelompok perlakuan 4, mencit dicekok ekstrak dimer isoeugenol dosis 19,2 mg/kg bb
* = Huruf yang sama menunjukkan bahwa persentase abnormalitas spermatozoa tidak
berbeda nyata (P < 0,05), sedangkan huruf yang berbeda menunjukkan bahwa
persentase abnormalitas spermatozoa berbeda nyata (P > 0,05)
Bar menunjukkan standar deviasi
Universitas Indonesia
KP2, dan KP3, serta tidak ada perbedaan antara KK dengan KP1; KP2 dengan
KP3.
Tabel 4.1.3 Data rerata konsentrasi spermatozoa mencit kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan (juta per ml ejakulat)
Keterangan:
KK = Kelompok kontrol, mencit dicekok minyak zaitun disesuaikan dengan berat badan
KP1 = Kelompok perlakuan 1, mencit dicekok ekstrak dimer isoeugenol dosis 2,4 mg/kg bb
KP2 = Kelompok perlakuan 2, mencit dicekok ekstrak dimer isoeugenol dosis 4,8 mg/kg bb
KP3 = Kelompok perlakuan 3, mencit dicekok ekstrak dimer isoeugenol dosis 9,6 mg/kg bb
KP4 = Kelompok perlakuan 4, mencit dicekok ekstrak dimer isoeugenol dosis 19,2 mg/kg bb
x = Jumlah nilai konsentrasi spermatozoa
x = Nilai rerata konsentrasi spematozoa
SD = Standar Deviasi
Universitas Indonesia
50
Konsentrasi Spermatozoa
a a
40
35
b
30
25
c
20
15
10
5
0
KK KP1 KP2 KP3 KP4
kelompok perlakuan
Keterangan:
KK = Kelompok kontrol, mencit dicekok minyak zaitun disesuaikan dengan berat badan
KP1 = Kelompok perlakuan 1, mencit dicekok ekstrak dimer isoeugenol dosis 2,4 mg/kg bb
KP2 = Kelompok perlakuan 2, mencit dicekok ekstrak dimer isoeugenol dosis 4,8 mg/kg bb
KP3 = Kelompok perlakuan 3, mencit dicekok ekstrak dimer isoeugenol dosis 9,6 mg/kg bb
KP4 = Kelompok perlakuan 4, mencit dicekok ekstrak dimer isoeugenol dosis 19,2 mg/kg bb
* = Huruf yang sama menunjukkan bahwa persentase abnormalitas spermatozoa tidak
berbeda nyata (P < 0,05), sedangkan huruf yang berbeda menunjukkan bahwa
persentase abnormalitas spermatozoa berbeda nyata (P > 0,05)
Bar menunjukkan standar deviasi
Universitas Indonesia
2 9 13 20 23 18
3 12 11 21 25 28
4 15 19 20 19 20
5 10 12 19 20 27
Keterangan:
KK = Kelompok kontrol, mencit dicekok minyak zaitun disesuaikan dengan berat badan
KP1 = Kelompok perlakuan 1, mencit dicekok ekstrak dimer isoeugenol dosis 2,4 mg/kg bb
KP2 = Kelompok perlakuan 2, mencit dicekok ekstrak dimer isoeugenol dosis 4,8 mg/kg bb
KP3 = Kelompok perlakuan 3, mencit dicekok ekstrak dimer isoeugenol dosis 9,6 mg/kg bb
KP4 = Kelompok perlakuan 4, mencit dicekok ekstrak dimer isoeugenol dosis 19,2 mg/kg bb
x = Jumlah nilai persentase spermatozoa abnormal
x = Nilai rerata persentase spermatozoa abnormal
SD = Standar Deviasi
Universitas Indonesia
30
15 a a
10
0
KK KP1 KP2 KP3 KP4
kelompok perlakuan
Keterangan:
KK = Kelompok kontrol, mencit dicekok minyak zaitun disesuaikan dengan berat badan
KP1 = Kelompok perlakuan 1, mencit dicekok ekstrak dimer isoeugenol dosis 2,4 mg/kg bb
KP2 = Kelompok perlakuan 2, mencit dicekok ekstrak dimer isoeugenol dosis 4,8 mg/kg bb
KP3 = Kelompok perlakuan 3, mencit dicekok ekstrak dimer isoeugenol dosis 9,6 mg/kg bb
KP4 = Kelompok perlakuan 4, mencit dicekok ekstrak dimer isoeugenol dosis 19,2 mg/kg bb
* = Huruf yang sama menunjukkan bahwa persentase abnormalitas spermatozoa tidak
berbeda nyata (P < 0,05), sedangkan huruf yang berbeda menunjukkan bahwa
persentase abnormalitas spermatozoa berbeda nyata (P > 0,05)
Bar menunjukkan standar deviasi
Universitas Indonesia
KK, dan KP1; KP4 dengan KK dan KP1, serta tidak ada perbedaan nyata antara
KK dengan KP1; KP2 dengan KP3 dan KP4.
4.2 Pembahasan
Universitas Indonesia
menyebabkan adanya kerusakan membran sel pada epitel epididimis dan sel
spermatozoa.
Berdasarkan pada uji statistik, diketahui adanya penurunan persentase
motilitas spermatozoa yang diberi ekstrak dimer isoeugenol secara oral pada dosis
4,8 mg/kg bb; 9,6 mg/kg bb; dan 19,2 mg/kg bb. Penurunan motilitas
spermatozoa dapat disebabkan adanya gangguan pada epididimis sebagai tempat
pematangan sel. Hal tersebut diduga karena adanya gangguan fungsi pada sel
Leydig yang mengakibatkan penurunan produksi testosteron sehingga adanya
penurunan produksi metabolit testosteron yaitu DHT (dihydrotestosteron).
Dihydrotestosteron merupakan hormon yang diperlukan dalam pematangan
spermatozoa pada epididimis. Penurunan jumlah DHT akan menyebabkan
penurunan fungsi epididimis dikarenakan kemampuan fungsi epididimis sangat
dipengaruhi oleh keberadaan DHT (Hafez & Prasad 1976: 35; Guyton & Hall
1997: 1268). Gangguan fungsi pada epidimis dikarenakan jumlah DHT menurun
akan menyebabkan gangguan pada pematangan spermatozoa yang meliputi
perubahan spermatozoa secara morfologi, fisiologi, biokimia, dan metabolisme
(Hafez & Prasad 1976: 31). Selain itu, penurunan moilitas spermatozoa juga
dapat disebabkan oleh perusakan membran sel pada sel spermatozoa oleh dimer
isoeugenol.
Perusakan membran sel oleh dimer isoeugenol dapat mengakibatkan
gangguan pada pergerakan spermatozoa yang disebabkan penurunan fungsi
mitokondria dan gangguan pada mikrotubul. Penurunan fungsi mitokondria
tersebut diduga disebabkan oleh peroksidasi lipid yang mampu merusak membran
sel mitokondria sehingga dapat mengganggu kerja mitokondria pada sel
spermatozoa. Mitokondria berfungsi sebagai tempat penghasil energi untuk
pergerakan spermatozoa, melalui siklus krebs (Gaffney dkk. 2011: 56). Gangguan
pada mitokondria akan menyebabkan penurunan jumlah energi yang dihasilkan
sehingga pergerakan spermatozoa akan tergganggu. Selain itu, penurunan
motilitas spermatozoa juga dapat disebabkan gangguan pada mikrotubul oleh
dimer isoeugenol. Dimer isoeugenol diduga dapat masuk kedalam spermatozoa
dengan merusak membran sel dan memengaruhi mikrotubul sehingga
menyebabkan penurunan kemampuan kontraktil mikrotubul.
Universitas Indonesia
A B
14 m 14 m
C D
14 m 14 m
Keterangan:
A : Spermatozoa normal
B : Spermatozoa yang ekornya menggulung pada bagian akhir
C : Spermatozoa yang ekornya menggulung pada bagian tengah
D : Spermatozoa yang masih terdapat cytoplasmic droplet
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
1. Pemberian ekstrak dimer isoeugenol secara oral pada dosis 4,8 mg/kg bb; 9,6
mg/kg bb; dan 19,2 mg/kg bb menyebabkan penurunan persentase motilitas
dan viabilitas spermatozoa mencit.
2. Pemberian ekstrak dimer isoeugenol secara oral pada dosis 9,6 mg/kg bb dan
19,2 mg/kg bb menyebabkan penurunan konsentrasi spermatozoa mencit.
3. Pemberian ekstrak dimer isoeugenol secara oral pada dosis 4,8 mg/kg bb; 9,6
mg/kg bb; dan 19,2 mg/kg bb menyebabkan kenaikan persentase abnormalitas
spermatozoa mencit.
5.2 SARAN
39 Universitas Indonesia
DAFTAR REFERENSI
40 Universitas Indonesia
Ganong, W.F. 2003. Buku ajar fisiologi kedokteran. 5th ed. Terj. dari: Review
of medical physiology, oleh Widjajakusumah, H.M.D. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta: xi+870 hlm.
Garner, D. L. & E. S. E. Hafez. 1987. Spermatozoa dan seminal plasma. Dalam:
Hafez, E. S. E. (ed.). 1987. Reproduction in farm mamals. Lea &
Febiger, Philadelphia: 189--209.
George, J.D., C.J. Price, M.C. Marr, C.B. Myers, & G.D. Jahnke. 2001.
Evaluation of the development toxicity of isoeugenol in Sprague-Dawley
(CD) rats. Toxicological Science 60: 112--120.
Gutteridge, J.M.C. 1995. Lipid peroxidation and antioxidants as biomarkers of
tissue damage. Clinical Chemistry 41(12): 1819--1828.
Guyton, A. C. 1996. Buku teks kedokteran. Ed ke-5 Bagian 2. Terj. dari Textbook
of medical physiology, oleh Darma A. & P. Lukmanto. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta: xiii + 587 hlm.
Guyton, A.C. & J.E. Hall. 1997. Buku ajar fisiologi kedokteran. 9th ed. Terj. dari:
Textbook of medical physiology, oleh Irawati, D., L.M.A.K.A. Tenagdi &
A. Susanto. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta: L + 1428 hlm.
Hafez, E.S.E. & Prasad. 1976. Functional aspects of the epididymis. Dalam:
Hafez, E.S.E. (ed.). 1976. Human semen and fertility regulation in men.
The C.V. Mosby Company, Saint Louis: 31--43.
Halliwell, B. & S. Chirico. 1993. Lipid peroxidation: its mechanism,
measurement, and significance. The American Journal of Clinical
Nutrition 57: 715S--725S.
Hartamto, H. 1985. Analisis semen. Dalam: Moeloek, N. & A. Tjokronegoro
(eds.). 1985. Proses produksi, kesuburan, dan seks dalam perkawinan.
Balai Penerbit FKUI, Jakarta: 161--167.
Haryanto, E., T. Suhartini, E. Rahayu, & H. H. Sunarjono. 2007. Sawi dan
selada. Penebar Swadaya, Depok: vii + 113 hlm.
Hedrich, J. H., J. Baker, R. Lindsey, & S. H. Weisbroth. 2006. The laboratory
rat. Elsevier Inc., Oxford: xiii + 912 hlm.
Johnson, M.H. & B.J. Everitt. 2000. Essential reproduction. 5th ed. Blackwell
Science, Oxford: xvi + 285 hlm.
Universitas Indonesia
Junquiera, L.C. & J. Carneiro. 1980. Basic histology. 3rd ed. Lange Medical
Publication, Canada: xiii + 504 hlm.
Kimball, J.W. 1991. Biologi, Ed ke-5. Jilid 2. Terj. Dari Biology. 5th ed., oleh
Tjitrosomo, S.S, & N. Sugiri. Penerbit Erlangga, Jakarta: xii + 755 hlm.
Kwitny, S., A.V. Klaus, & G.R. Hunnicutt. 2010. The annulus of the mouse sperm
tail is required to establish a membrane diffusion barrier that is engaged
during the late steps of spermiogenesis. Biology of Reproduction 82: 669--
678.
Leeson, C.R., T.S. Leeson, & A.A. Paparo. 1996. Buku ajar histologi. Ed. ke-5.
Terj. dari Textbook of Histology. 5th ed., oleh Tambajong, J. &
Wonodirekso (eds.). Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta: ix + 622
hlm.
Lindsay, D.R., K.W. Entwistle & A. Winantea. 1982. Reproducion in domestic
livestock in Indonesia. Queenland Press., Melbourne: xii + 76 hlm.
Malole, M.B. & C.S.V. Pramono. 1989. Penggunaan hewan-hewan percobaan di
laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Pusat Antar
Universitas Bioteknologi IPB, Bogor: vii + 276 hlm.
Moein, M. R., V. O. Dehghani, N. Tabibnejad, & S. Vahidi. 2007. Reactive
Oxygen Species (ROS) level in seminal plasma of infertile men and
healthy donors. Irian Journal of Reproductive Medicini 5: 51--55.
Moeloek, N. 1994. Sistem reproduksi jantan/pria. Dalam: Syahrum, M.H.,
Kamaludin, & A. Tjokrenegoro (ed.). 1994. Reproduksi dan embriologi:
Dari satu sel menjadi organisme. Balai Penerbit FKUI, Jakarta: 9--16.
Muhlisah, F. 2007. Tanaman Obat Keluarga. Penebar Swadaya, Jakarta: 85 hlm.
Murakami, Y., M. Shoji, A. Hirata, S. Tanaka, I. Yokoe, & S. Fujisawa. 2005.
Dehydrodiisoeugenol, an isoeugenol dimer, inhibits lipopolysaccharide-
stimulated nuclear factor kappa B activation and cyclooxygenase-2
expression in macrophages. Archives of Biochemistry and Biophysics 434:
326--332
MMWD-VMP (=Marine Municipal Water District-Vegetation Management
Plan). 2008. Chemical weed control techniques. Marine Municipal Water
District. Corte Madera, CA.
Universitas Indonesia
Nalbandov, A.V. 1990. Fisiologi reproduksi pada mamalia dan unggas. Ed. ke-3.
Terj. dari Reproductive physiology of mammals and birds, oleh Keman, S.
Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta: xx + 378 hlm.
NTP (=National Toxicology Program). 2010. Toxicology and carcinogenesis
studies of isoeugenol in F344/N rats and B6C3F1 mice. NIH publication,
United States: 180 hlm.
Nugraheni, T., O.P. Astirin, & T. Widiyanti. 2003. Pengaruh vitamin C terhadap
perbaikan spermatogenesis dan kualitas spermatozoa mencit (Mus
musculus L.) setelah pemberian ekstrak tembakau (Nicotiana tabacum L.).
Biofarmasi 1(1): 13--19.
Pedersen, H. & D.W. Fawcett. 1976. Functional anatomy of the human
spermatozoon. Dalam: Hafez, E.S.E. (eds.). 1976. Human semen and
fertility regulation in men. The C.V. Mosby Company, Saint Louis: 65--
75.
Purwaningsih, E. 1996. Morfologi spermatozoa: Adakah kaitannya dengan
keberhasilan kehamilan? Jurnal Kedokteran YARSI 4(1): 54--63.
Ramadhani, D. 2007. Pengaruh pemberian ekstrak Pimpinella pruatjan Molkenb.
(Purwoceng) fraksi kloroform secara oral terhadap kualitas spermatozoa
Mus musculus L. (mencit) jantan galur DDY. Skripsi S1 Universitas
Indonesia, Depok: xi + 93 hlm.
Ross, M.H., L.J. Romrell, & G.I. Kaye. 1995. Histology: A text and atlas. 3rd ed.
Williams & Wilkins Publisher, Baltimore: xiii + 823 hlm.
Rugh, R. 1968. The Mouse: Its reproduction and developmental. Burgess
Publishing Company, Minneapolis: iv + 430 hlm.
Rukamana, R. 2004. Temu-temuan Apotik Hidup di Pekarangan. Penerbit
Kanisius, Yogyakarta: 61 hlm.
Salanti, A, M. Orlandi, E. Tolppa, & L. Zoia. 2010. Oxidatioan of isoeugenol by
Salen complexes with Bulky. International Journal of Molecular Sciences
11: 912--926.
Sanocka, D. & Kurpisz, M. 2004. Reactive Oxygen Species and Sperm Cells.
Reproductive Biology and Endrocrinology 2: 1--7.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Lampiran 1
Uji Normalitas Shapiro-Wilk terhadap Data Persentase Motilitas Spermatozoa
Mencit (Mus musculus L.) Jantan Galur DDY
Tujuan:
Untuk mengetahui distribusi data motilitas spermatozoa mencit jantan
sebagai prasyarat untuk uji analisis variansi (anava)
Hipotesis:
Ho : Data motilitas spermatozoa mencit jantan berdistribusi normal
Ha : Data motilitas spermatozoa mencit jantan berdistribusi tidak
normal
Tarif nyata:
Nilai yang digunakan pada = 0,05
Kriteria pengujian:
Jika P < 0,05; maka Ho ditolak
Jika P > 0,05; maka Ho diterima
Hasil perhitungan:
Shapiro-Wilk
NAMA Statistik Df Probabilitas (P)
DATA Mot. .948 25 .230
Universitas Indonesia
Lampiran 2
Uji Homogenitas Levene terhadap Data Persentase Motilitas Spermatozoa Mencit
(Mus musculus L.) Jantan Galur DDY
Tujuan:
Untuk mengetahui distribusi data motilitas spermatozoa mencit jantan
sebagai prasyarat untuk uji analisis variansi (anava)
Hipotesis:
Ho : Data motilitas spermatozoa mencit jantan bervariansi homogen
Ha : Data motilitas spermatozoa mencit jantan tidak bervariansi
Tarif nyata:
Nilai yang digunakan pada = 0,05
Kriteria pengujian:
Jika P < 0,05; maka Ho ditolak
Jika P > 0,05; maka Ho diterima
Hasil perhitungan:
Uji Levene df1 df2 Probabilitas (P)
1.249 4 20 .322
Universitas Indonesia
Lampiran 3
Uji Analisis Variansi (anava) 1-faktor terhadap Data Persentase Motilitas
Spermatozoa Mencit (Mus musculus L.) Jantan Galur DDY
Tujuan:
Untuk mengerahui ada atau tidak adanya pengaruh pemberian ekstrak
dimer isoeugenol secara oral terhadap motilitas spermatozoa mencit jantan pada
ke-5 perlakuan
Hipotesis:
Ho : Tidak adanya pengaruh pemberian ekstrak dimer isoeugenol
secara oral terhadap motilitas spermatozoa mencit jantan pada
ke-5 perlakuan
Ha : Adanya pengaruh pemberian esktrak dimer isoeugenol secara oral
terhadap motilitas spermatozoa mencit jantan pada ke-5 perlakuan
Tarif nyata:
Nilai yang digunakan pada = 0,05
Kriteria pengujian:
Jika P < 0,05; maka Ho ditolak
Jika P > 0,05; maka Ho diterima
Hasil perhitungan:
Jumlah df Kuadrat F Probabilitas (P)
Kuadrat Tengah
Antar kelompok 5663.400 4 1415.860 65.549 .000
Dalam kelompok 432.000 20 21.600
Total 6095.440 24
Universitas Indonesia
Lampiran 4
Uji Perbandingan Berganda LSD terhadap Data Persentase Motilitas Spermatozoa
Mencit (Mus musculus L.) Jantan Galur DDY
Tujuan:
Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan motilitas spermatozoa
mencit jantan antara pasangan perlakuan
Hipotesis:
Ho : Tidak adanya perbedaan motilitas spermatozoa mencit jantan
antara pasangan perlakuan
Ha : Adanya perbedaan motilitas spermatozoa mencit jantan antara
pasangan perlakuan
Tarif nyata:
Nilai yang digunakan pada = 0,05
Kriteria pengujian:
Jika P < 0,05; maka Ho ditolak
Jika P > 0,05; maka Ho diterima
Universitas Indonesia
(lanjutan)
Hasil perhitungan:
Keterangan:
* : Berbeda Nyata
SE : Standar Eror
P : Probabilitas
Kesimpulan:
Terdapat perbedaan nyata antara KK dengan KP2, KP3, dan KP4; KP1
dengan KP2, KP3, dan KP4; KP2 dengan KK, KP1, dan KP4; KP3 dengan KK,
KP1, dan KP4; serta KP4 dengan KK, KP1, KP2, dan KP3, serta tidak ada
perbedaan nyata antara KK dengan KP1; KP2 dengan KP3.
Universitas Indonesia
Lampiran 5
Uji Normalitas Shapiro-Wilk terhadap Data Persentase Viabilitas Spermatozoa
Mencit (Mus musculus L.) Jantan Galur DDY
Tujuan:
Untuk mengetahui distribusi data viabilitas spermatozoa mencit jantan
sebagai prasyarat untuk uji analisis variansi (anava)
Hipotesis:
Ho : Data viabilitas spermatozoa mencit jantan berdistribusi normal
Ha : Data viabilitas spermatozoa mencit jantan berdistribusi tidak
normal
Tarif nyata:
Nilai yang digunakan pada = 0,05
Kriteria pengujian:
Jika P < 0,05; maka Ho ditolak
Jika P > 0,05; maka Ho diterima
Hasil perhitungan:
Shapiro-Wilk
NAMA Statistik df Probabilitas (P)
DATA Mot. .935 25 .115
Universitas Indonesia
Lampiran 6
Uji Homogenitas Levene terhadap Data Persentase Viabilitas Spermatozoa Mencit
(Mus musculus L.) Jantan Galur DDY
Tujuan:
Untuk mengetahui distribusi data viabilitas spermatozoa mencit jantan
sebagai prasyarat untuk uji analisis variansi (anava)
Hipotesis:
Ho : Data viabilitas spermatozoa mencit jantan bervariansi homogen
Ha : Data viabilitas spermatozoa mencit jantan tidak bervariansi
Tarif nyata:
Nilai yang digunakan pada = 0,05
Kriteria pengujian:
Jika P < 0,05; maka Ho ditolak
Jika P > 0,05; maka Ho diterima
Hasil perhitungan:
Uji Levene df1 df2 Probabilitas (P)
.618 4 20 .655
Universitas Indonesia
Lampiran 7
Uji Analisis Variansi (anava) 1-faktor terhadap Data Persentase Viabilitas
Spermatozoa Mencit (Mus musculus L.) Jantan Galur DDY
Tujuan:
Untuk mengerahui ada atau tidak adanya pengaruh pemberian ekstrak
dimer isoeugenol secara oral terhadap viabilitas spermatozoa mencit jantan pada
ke-5 perlakuan
Hipotesis:
Ho : Tidak adanya pengaruh pemberian ekstrak dimer isoeugenol
secara oral terhadap viabilitas spermatozoa mencit jantan pada
ke-5 perlakuan
Ha : Adanya pengaruh pemberian esktrak dimer isoeugenol secara oral
terhadap viabilitas spermatozoa mencit jantan pada ke-5
perlakuan
Tarif nyata:
Nilai yang digunakan pada = 0,05
Kriteria pengujian:
Jika P < 0,05; maka Ho ditolak
Jika P > 0,05; maka Ho diterima
Hasil perhitungan:
Jumlah df Kuadrat F Probabilitas (P)
Kuadrat Tengah
Antar kelompok 8792.640 4 2198.160 43.875 .000
Dalam kelompok 1002.000 20 50.100
Total 9794.640 24
Universitas Indonesia
Lampiran 8
Uji Perbandingan Berganda LSD terhadap Data Persentase Viabilitas
Spermatozoa Mencit (Mus musculus L.) Jantan Galur DDY
Tujuan:
Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan viabilitas spermatozoa
mencit jantan antara pasangan perlakuan
Hipotesis:
Ho : Tidak adanya perbedaan viabilitas spermatozoa mencit jantan
antara pasangan perlakuan
Ha : Adanya perbedaan viabilitas spermatozoa mencit jantan antara
pasangan perlakuan
Tarif nyata:
Nilai yang digunakan pada = 0,05
Kriteria pengujian:
Jika P < 0,05; maka Ho ditolak
Jika P > 0,05; maka Ho diterima
Universitas Indonesia
(lanjutan)
Hasil perhitungan:
Keterangan:
* : Berbeda Nyata
SE : Standar Eror
P : Probabilitas
Kesimpulan:
Terdapat perbedaan nyata antara KK dengan KP2, KP3, dan KP4; KP1
dengan KP2, KP3, dan KP4; KP2 dengan KK, KP1, dan KP4; KP4 dengan KK,
KP1, KP2, dan KP3, serta tidak ada perbedaan antara KK dengan KP1; KP2
dengan KP3.
Universitas Indonesia
Lampiran 9
Uji Normalitas Shapiro-Wilk terhadap Data Konsentrasi Spermatozoa Mencit
(Mus musculus L.) Jantan Galur DDY
Tujuan:
Untuk mengetahui distribusi data konsentrasi spermatozoa mencit jantan
sebagai prasyarat untuk uji analisis variansi (anava)
Hipotesis:
Ho : Data konsentrasi spermatozoa mencit jantan berdistribusi normal
Ha : Data konsentrasi spermatozoa mencit jantan berdistribusi tidak
normal
Tarif nyata:
Nilai yang digunakan pada = 0,05
Kriteria pengujian:
Jika P < 0,05; maka Ho ditolak
Jika P > 0,05; maka Ho diterima
Hasil perhitungan:
Shapiro-Wilk
NAMA Statistik df Probabilitas (P)
DATA Mot. .932 25 .097
Universitas Indonesia
Lampiran 10
Uji Homogenitas Levene terhadap Data Konsentrasi Spermatozoa Mencit
(Mus musculus L.) Jantan Galur DDY
Tujuan:
Untuk mengetahui distribusi data konsentrasi spermatozoa mencit jantan
sebagai prasyarat untuk uji analisis variansi (anava)
Hipotesis:
Ho : Data konsentrasi spermatozoa mencit jantan bervariansi homogen
Ha : Data konsentrasi spermatozoa mencit jantan tidak bervariansi
Tarif nyata:
Nilai yang digunakan pada = 0,05
Kriteria pengujian:
Jika P < 0,05; maka Ho ditolak
Jika P > 0,05; maka Ho diterima
Hasil perhitungan:
Uji Levene df1 df2 Probabilitas (P)
1.453 4 20 .254
Universitas Indonesia
Lampiran 11
Uji Analisis Variansi (anava) 1-faktor terhadap Data Konsentrasi Spermatozoa
Mencit (Mus musculus L.) Jantan Galur DDY
Tujuan:
Untuk mengerahuia ada atau tidak adanya pengaruh pemberian ekstrak
dimer isoeugenol secara oral terhadap konsentrasi spermatozoa mencit jantan pada
ke-5 perlakuan
Hipotesis:
Ho : Tidak adanya pengaruh pemberian ekstrak dimer isoeugenol
secara oral terhadap konsentrasi spermatozoa mencit jantan pada
ke-5 perlakuan
Ha : Adanya pengaruh pemberian esktrak dimer isoeugenol secara oral
terhadap konsentrasi spermatozoa mencit jantan pada ke-5
perlakuan
Tarif nyata:
Nilai yang digunakan pada = 0,05
Kriteria pengujian:
Jika P < 0,05; maka Ho ditolak
Jika P > 0,05; maka Ho diterima
Hasil perhitungan:
Jumlah Df Kuadrat F Probabilitas (P)
Kuadrat Tengah
Antar kelompok 1619.976 4 404.994 29.602 .000
Dalam kelompok 273.724 20 13.68
Total 1893.600 24
Universitas Indonesia
Lampiran 12
Uji Perbandingan Berganda LSD terhadap Data Konsentrasi Spermatozoa Mencit
(Mus musculus L.) Jantan Galur DDY
Tujuan:
Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan konsentrasi spermatozoa
mencit jantan antara pasangan perlakuan
Hipotesis:
Ho : Tidak adanya perbedaan konsentrasi spermatozoa mencit jantan
antara pasangan perlakuan
Ha : Adanya perbedaan konsentrasi spermatozoa mencit jantan antara
pasangan perlakuan
Tarif nyata:
Nilai yang digunakan pada = 0,05
Kriteria pengujian:
Jika P < 0,05; maka Ho ditolak
Jika P > 0,05; maka Ho diterima
Universitas Indonesia
(lanjutan)
Hasil perhitungan:
Keterangan:
* : Berbeda Nyata
SE : Standar Eror
P : Probabilitas
Kesimpulan:
Terdapat perbedaan nyata antara KK dengan KP3; KP1 dengan KP3; KP2
dengan KP3 dan KP4; KP3 dengan KK, KP1, KP2, dan KP4; KP4 dengan KK,
KP1, KP2, dan KP3, serta tidak ada perbedaan antara KK dengan KP1 dan KP2.
Universitas Indonesia
Lampiran 13
Uji Normalitas Shapiro-Wilk terhadap Data Persentase Abnormalitas
Spermatozoa Mencit (Mus musculus L.) Jantan Galur DDY
Tujuan:
Untuk mengetahui distribusi data abnormalitas spermatozoa mencit jantan
sebagai prasyarat untuk uji analisis variansi (anava)
Hipotesis:
Ho : Data abnormalitas spermatozoa mencit jantan berdistribusi
normal
Ha : Data abnormalitas spermatozoa mencit jantan berdistribusi tidak
normal
Tarif nyata:
Nilai yang digunakan pada = 0,05
Kriteria pengujian:
Jika P < 0,05; maka Ho ditolak
Jika P > 0,05; maka Ho diterima
Hasil perhitungan:
Shapiro-Wilk
NAMA Statistik df Probabilitas (P)
DATA Mot. .964 25 .503
Universitas Indonesia
Lampiran 14
Uji Homogenitas Levene terhadap Data Persentase Abnormalitas Spermatozoa
Mencit (Mus musculus L.) Jantan Galur DDY
Tujuan:
Untuk mengetahui distribusi data abnormalitas spermatozoa mencit jantan
sebagai prasyarat untuk uji analisis variansi (anava)
Hipotesis:
Ho : Data abnormalitas spermatozoa mencit jantan bervariansi
homogen
Ha : Data abnormalitas spermatozoa mencit jantan tidak bervariansi
Tarif nyata:
Nilai yang digunakan pada = 0,05
Kriteria pengujian:
Jika P < 0,05; maka Ho ditolak
Jika P > 0,05; maka Ho diterima
Hasil perhitungan:
Uji Levene df1 df2 Probabilitas (P)
2.782 4 20 .055
Universitas Indonesia
Lampiran 15
Uji Analisis Variansi (anava) 1-faktor terhadap Data Abnormalitas Spermatozoa
Mencit (Mus musculus L.) Jantan Galur DDY
Tujuan:
Untuk mengerahui ada atau tidak adanya pengaruh pemberian ekstrak
dimer isoeugenol secara oral terhadap abnormalitas spermatozoa mencit jantan
pada ke-5 perlakuan
Hipotesis:
Ho : Tidak adanya pengaruh pemberian ekstrak dimer isoeugenol
secara oral terhadap abnormalitas spermatozoa mencit jantan
pada ke-5 perlakuan
Ha : Adanya pengaruh pemberian esktrak dimer isoeugenol secara oral
terhadap abnormalitas spermatozoa mencit jantan pada ke-5
perlakuan
Tarif nyata:
Nilai yang digunakan pada = 0,05
Kriteria pengujian:
Jika P < 0,05; maka Ho ditolak
Jika P > 0,05; maka Ho diterima
Hasil perhitungan:
Jumlah Df Kuadrat F Probabilitas (P)
Kuadrat Tengah
Antar kelompok 516.640 4 129.160 10.170 .000
Dalam kelompok 254.000 20 12.700
Total 770.640 24
Universitas Indonesia
Lampiran 16
Uji Perbandingan Berganda LSD terhadap Data Persentase Abnormalitas
Spermatozoa Mencit (Mus musculus L.) Jantan Galur DDY
Tujuan:
Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan abnormalitas spermatozoa
mencit jantan antara pasangan perlakuan
Hipotesis:
Ho : Tidak adanya perbedaan abnormalitas spermatozoa mencit jantan
antara pasangan perlakuan
Ha : Adanya perbedaan abnormalitas spermatozoa mencit jantan
antara pasangan perlakuan
Tarif nyata:
Nilai yang digunakan pada = 0,05
Kriteria pengujian:
Jika P < 0,05; maka Ho ditolak
Jika P > 0,05; maka Ho diterima
Universitas Indonesia
(lanjutan)
Hasil perhitungan:
Keterangan:
* : Berbeda Nyata
SE : Standar Eror
P : Probabilitas
Kesimpulan:
Terdapat perbedaan nyata antara KK dengan KP2, KP3, dan KP4; KP1
dengan KP2, KP3, dan KP4; KP2 dengan KK, KP1, dan KP4; KP4 dengan KK,
dan KP1; KP4 dengan KK dan KP1, serta tidak ada perbedaan nyata antara KK
dengan KP1; KP2 dengan KP3 dan KP4.
Universitas Indonesia