Anda di halaman 1dari 77

UNIVERSITAS INDONESIA

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DIMER ISOEUGENOL


SECARA ORAL TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA
MENCIT (MUS MUSCULUS L.) JANTAN GALUR DDY

SKRIPSI

JILL WANDA HAMILTON


0806453226

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


DEPARTEMEN BIOLOGI
DEPOK
OKTOBER 2012

Pengaruh pemberian..., Jill Wanda Hamilton, FMIPA UI, 2012


UNIVERSITAS INDONESIA

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DIMER ISOEUGENOL


SECARA ORAL TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA
MENCIT (MUS MUSCULUS L.) JANTAN GALUR DDY

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

JILL WANDA HAMILTON


0806453226

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


DEPARTEMEN BIOLOGI
DEPOK
OKTOBER 2012

i Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Jill Wanda Hamilton, FMIPA UI, 2012


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Jill Wanda Hamilton

NPM : 0806453226

Tanda Tangan :

Tanggal : 2 Oktober 2012

ii Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Jill Wanda Hamilton, FMIPA UI, 2012


HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :


Nama : Jill Wanda Hamilton
NPM : 0806453226
Program Studi : S1 Biologi
Judul Skripsi : Pengaruh Pemberian Ekstrak Dimer Isoeugenol
Secara Oral Terhadap Kualitas Spermatozoa
Mencit (Mus musculus L.) Jantan Galur DDY

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima


sebagai bagian persyaratan yang diperlukan ntuk memperoleh gelar Sarjana
Sains pada Program Studi S1 Reguler, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Indonesa

DEWAN PENGUJI

Pembimbing I : Dr. Dadang Kusmana, M.S (.................................)

Pembimbing II : Dra. Setiorini, M.Kes (.................................)

Penguji I : Dr. Abinawanto (.................................)

Penguji II : Nova Anita, M.Biomed (.................................)

Ditetapkan di : Depok

Tanggal : 2 Oktober 2012

iii Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Jill Wanda Hamilton, FMIPA UI, 2012


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang selalu
memberikan ridho dan rahmatNya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulisan skripsi dilakukan dalam rangka memebuhi salah satu syarat untuk
mencapai gelar Sarjana Sains di Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia. Saya menyadari segala kesulitan
dan hambatan selama penulisan skripsi tidak mudah dilewati tanpa adanya
bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oeh karena itu saya
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Dadang Kusmana, M.S. selaku pembimbing I serta Penasehat Akademik,
dan Dra. Setiorini, M.Kes. selaku pembimbing II atas bimbingan, saran,
fasilitas, nasihat, dan doa selama penelitian dan penulisan skripsi.
2. Dr. Abinawanto dan Nova Anita, M. Biomed selaku dosen penguji yang telah
memberikan saran dan masukan sehingga penelitian ini menjadi lebih baik.
3. Dr. Ir. Antonius Herry Cahyana yang telah memberikan banyak informasi
selama penelitian dan penulisan skripsi.
4. Dr.Luthfiralda Sjahfirdi, M.Biomed., Riani Widiarti, S.Si, M.Si., dan Dra.
Dian Hendrayanti, M.Sc., SU selaku ketua, sekretaris, dan koodinator
pendidikan Departemen Biologi FMIPA UI dan kepada seluruh staf pengajar
Departemen yang telah memberikan ilmu dan bimbingan selama saya
menimba ilmu di Departemen Biologi FMIPA UI.
5. Seluruh karyawan Departemen Biologi, terutama Ir. Rusmalina, Mbak Asri,
Mas Arif, serta Pak Surya dari Departemen Farmasi FMIPA UI atas segala
bantuan yang telah diberikan.
6. Terimakasih kepada Ibunda, dan kedua abang-ku (Bang Reno dan Bang
Michel) atas semua dukungan, semangat, kasih sayang , dan semua hal yang
tak terhitung serta tak dapat disebutkan.
7. Kepada teman seperjuangan satu tema penelitian: Ka Nova, atas semua waktu,
informasi, dan semangat, serta teman-teman kerja di Laboratorium
Perkembangan Hewan Departemen Biologi FMIPA UI: Dewi, Mitha, Latifah,
Pute, Kak Janu, Kak Bibil.

iv Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Jill Wanda Hamilton, FMIPA UI, 2012


8. Kepada sahabat, kepada rekan-rekan biologi khususnya BIOSENTRIS,
keluarga besar Aikdo UI, Bionic Biologi serta kepada siapapun yang belum
tersebutkan atas semua semangat, doa, juga bantuan kepada penulis.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa membalas semua
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Depok, Oktober 2012

Penulis

v Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Jill Wanda Hamilton, FMIPA UI, 2012


HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademis Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di


bawah ini:

Nama : Jill Wanda Hamilton


NPM : 0806453226
Program Studi : S1
Departemen : Biologi
Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Jenis karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan menyetujui untuk memberikan kepada


Universita Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

Pengaruh Pemberian Ekstrak Dimer Isoeugenol secara Oral terhadap Kualitas


Spermatozoa Mencit (Mus musculus L.) Jantan Galur DDY

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelila dalam bentuk pangkalan data (database),
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai
pemilik Hak Cipta

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 2 Oktober 2012

Yang menyatakan

(Jill Wanda Hamilton)

vi Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Jill Wanda Hamilton, FMIPA UI, 2012


ABSTRAK

Nama : Jill Wanda Hamilton


Program Studi : Biologi S1
Judul : Pengaruh Pemberian Ekstrak Dimer Isoeugenol secara Oral
terhadap Kualitas Spermatozoa Mencit (Mus musculus L.) Jantan
Galur DDY

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak dimer


isoeugenol secara oral terhadap kualitas spermatozoa mencit jantan galur DDY.
Kelompok kontrol diberi minyak zaitun. Kelompok perlakuan diberi ekstrak
dimer isoeugenol dengan dosis 2,4 mg/kg bb; 4,8 mg/kg bb; 9,6 mg/kg bb; dan
19,2 mg/kg bb. Masing-masing kelompok kontrol dan kelompok perlakuan terdiri
atas 5 ekor mencit. Bahan uji diberikan setiap hari selama 36 hari berturut-turut.
Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan motilitas spermatozoa dan
viabilitas spermatozoa pada dosis 4,8 mg/kg bb; 9,6 mg/kg bb; da 19,2 mg/kg bb,
juga konsentrasi spermatozoa pada dosis 9,6 mg/kg bb dan 19,2 mg/kg bb.
Kenaikan abnormalitas ditemukan pada dosis 4,8 mg/kg bb; 9,6 mg/kg bb; dan
19,2 mg/kg bb. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pemberian ekstrak dimer
isoeugenol dapat menurunkan kualitas spermatozoa mencit jantan mulai dosis 4,8
mg/kg bb dan memiliki batas aman penggunaan sampai 2,4 mg/kg bb.

Kata kunci : dimer isoeugenol, kualitas spermatozoa, Mus musculus L.

xii + 55 hlm; 12 gambar; 4 lampiran; 4 tabel


Bibliografi: 54 (1965--2012)

vii Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Jill Wanda Hamilton, FMIPA UI, 2012


ABSTRACT

Name : Jill Wanda Hamilton


Study Programme : S1 Biology
Title : Effect of Isoeugenol Dimer Extract administrated Orally
on the Quality of Spermatozoa of Male Mice (Mus
musculus L.) DDY strain

The research aims to determined the effect of isoeugenol dimer extract


administrated orally on the quality of spermatozoa of male mice DDY strain. The
control group was given olive oil. The treatment group were given isoeugenol
dimer with doses of 2.4 mg/kg bw; 4.8 mg/kg bw; 9.6 mg/kg bw; and 19.2 mg/kg
bw. Each control group and treatment group consisted of 5 mices. Test material
administrated daily for 14 consecutive days. The results showed that a decreased
in sperm motility and viability of spermatozoa at doses 4.8 mg/kg bw; 9.6 mg/kg
bw; and 19.2 mg/kg bw, as well as the concetration of spermatozoa at doses 9.6
mg/kg bw and 19.2 mg/kg bw. The increased in spermatozoa abnormality were
found at doses 4.8 mg/kg bw; 9.6 mg/kg bw; and 19.2 mg/kg bw. The result
indicated that administration of extract dimer isoeugenol can reduce the quality of
spermatozoa from male mice stated from doses 4.8 mg/kg bw and had usage
threshold up to 2.4 mg/kg bw.

Key words : isoeugenol dimer, quality of spermatozoa, Mus musculus L.

4 appendices; xii + 55 pages; 12 pictures; 4 tables


Bibliography: 54 (1965--2012)

viii Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Jill Wanda Hamilton, FMIPA UI, 2012


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ........................ vi
ABSTRAK ....................................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii

1. PENDAHULUAN.................................................................................... 1

2. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 4


2.1 Isoeugenol dan Dimer Isoeugenol ............................................................. 4
2.2 Mencit (Mus musculus L.)......................................................................... 6
2.3 Sistem Reproduksi Jantan ......................................................................... 7
2.3.1 Testis .............................................................................................. 8
2.3.2 Sistem Duktus ................................................................................ 9
2.3.3 Kelenjar Aksesoris ......................................................................... 10
2.3.4 Penis ............................................................................................... 11
2.4 Spermatogenesis ........................................................................................ 11
2.5 Spermatozoa dan Proses Pematangan di Epididimis ................................ 13
2.5.1 Spermatozoa ................................................................................... 13
2.5.2 Proses Pematangan di Epididimis .................................................. 14
2.6 Analisis Semen .......................................................................................... 15
2.6.1 Motilitas Spermatozoa ................................................................... 15
2.6.2 Viabilitas Spermatozoa .................................................................. 16
2.6.3 Konsentrasi Spermatozoa ............................................................... 16
2.6.4 Morfologi Spermatozoa ................................................................. 16
2.7 Biosintesis Hormon Testosteron ............................................................... 17

3. METODOLOGI PENELITIAN ............................................................ 18


3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................... 18
3.2 Bahan ........................................................................................................ 18
3.2.1 Sawi Hijau (Brassica juncea L.) .................................................... 18
3.2.2 Isoeugenol ...................................................................................... 18
3.2.3 Hewan Uji ...................................................................................... 18
3.2.4 Makanan dan Minuman Hewan Uji ............................................... 19
3.2.5 Bahan kimia ................................................................................... 19
3.3 Alat ............................................................................................................ 19
3.4 Cara Kerja ................................................................................................. 20
3.4.1 Rancangan Penelitian ..................................................................... 20

ix Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Jill Wanda Hamilton, FMIPA UI, 2012


3.4.2 Pemeliharaan Hewan Uji................................................................ 20
3.4.3 Pembuatan Dimer Isoeugenol ........................................................ 21
3.4.4 Pembuatan Larutan......................................................................... 22
3.4.5 Perlakuan Terhadap Mencit ........................................................... 22
3.4.6 Pengambilan Data .......................................................................... 23
3.4.7 Pengolahan dan Analisis Data........................................................ 24

4. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 26


4.1 Hasil .......................................................................................................... 26
4.1.1 Persentase Motilitas Spermatozoa.................................................. 26
4.1.2 Persentase Viabilitas Spermatozoa ................................................ 28
4.1.3 Konsentrasi Spermatozoa ............................................................... 30
4.1.4 Persentase Abnormalitas Spermatozoa .......................................... 32
4.2 Pembahasan ............................................................................................... 34

5. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 39


5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 39
5.2 Saran.......................................................................................................... 39

DAFTAR REFERENSI ................................................................................. 40

x Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Jill Wanda Hamilton, FMIPA UI, 2012


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1(1) Struktur Isoeugenol ................................................................. 5


Gambar 2.1(2) Struktur Dimer Isoeugenol ...................................................... 5
Gambar 2.2 Mencit (Mus musculus L.)........................................................ 7
Gambar 2.3 Sistem Reproduksi Mencit Jantan ............................................ 8
Gambar 2.4 Spermatogenesis ....................................................................... 13
Gambar 2.5.1 Spermatozoa Mencit ................................................................. 14
Gambar 4.1.1 Diagram Batang Rerata Persentase Motilitas Spermatozoa
Mencit ...................................................................................... 27
Gambar 4.1.2 Diagram Batang Rerata Persentase Viabilitas Spermatozoa
Mencit ...................................................................................... 29
Gambar 4.1.3 Diagram Batang Rerata Konsentrasi (Juta per ml Ejakulat)
Spermatozoa Mencit................................................................ 31
Gambar 4.1.4 Diagram Batang Rerata Persentase Abnormalitas
Spermatozoa Mencit................................................................. 33
Gambar 4.2 Hasil Pengamatan Spermatozoa Abnormal .............................. 36

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1.1 Data Rerata Persentase Motilitas Spermatozoa Mencit


Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan ........................... 26
Tabel 4.1.2 Data Rerata Persentase Viabilitas Spermatozoa Mencit
Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan ........................... 28
Tabel 4.1.3 Data Rerata Konsentrasi Spermatozoa Mencit Kelompok
Kontrol dan Kelompok Perlakuan (Juta per ml Ejakulat) ......... 30
Tabel 4.1.4 Data Rerata Persentase Abnormalitas Spermatozoa Mencit
Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan ........................... 32

xi Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Jill Wanda Hamilton, FMIPA UI, 2012


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Uji Normalitas Shapiro-Wilk terhadap Data Persentase


Motilitas Spermatozoa Mencit (Mus musculus L.) Jantan Galur
DDY ............................................................................................ 45
Lampiran 2 Uji Homogenitas Levene terhadap Data Persentase Motilitas
Spermatozoa Mencit (Mus musculus L.) Jantan Galur DDY ..... 46
Lampiran 3 Uji Analisis Variansi (Anava) 1-faktor terhadap Data
Persentase Motilitas Spermatozoa Mencit (Mus musculus L.)
Jantan Galur DDY ...................................................................... 47
Lampiran 4 Uji Perbandingan Berganda LSD terhadap Data Persentase
Motilitas Spermatozoa Mencit (Mus musculus L.) Jantan Galur
DDY ............................................................................................ 48
Lampiran 5 Uji Normalitas Shapiro-Wilk terhadap Data Persentase
Viabilitas Spermatozoa Mencit (Mus musculus L.) Jantan Galur
DDY ............................................................................................ 50
Lampiran 6 Uji Homogenitas Levene terhadap Data Persentase Viabilitas
Spermatozoa Mencit (Mus musculus L.) Jantan Galur DDY ..... 51
Lampiran 7 Uji Analisis Variansi (Anava) 1-faktor terhadap Data
Persentase Viabilitas Spermatozoa Mencit (Mus musculus L.)
Jantan Galur DDY ...................................................................... 52
Lampiran 8 Uji Perbandingan Berganda LSD terhadap Data Persentase
Viabilitas Spermatozoa Mencit (Mus musculus L.) Jantan Galur
DDY ............................................................................................ 53
Lampiran 9 Uji Normalitas Shapiro-Wilk terhadap Data Konsentrasi
Spermatozoa Mencit (Mus musculus L.) Jantan Galur DDY ..... 55
Lampiran 10 Uji Homogenitas Levene terhadap Data Konsentrasi
Spermatozoa Mencit (Mus musculus L.) Jantan Galur DDY ..... 56
Lampiran 11 Uji Analisis Variansi (Anava) 1-faktor terhadap Data
Konsentrasi Spermatozoa Mencit (Mus musculus L.) Jantan
Galur DDY .................................................................................. 57
Lampiran 12 Uji Perbandingan Berganda LSD terhadap Data Konsentrasi
Spermatozoa Mencit (Mus musculus L.) Jantan Galur DDY ..... 58
Lampiran 13 Uji Normalitas Shapiro-Wilk terhadap Data Persentase
Abnormalitas Spermatozoa Mencit (Mus musculus L.) Jantan
Galur DDY .................................................................................. 60
Lampiran 14 Uji Homogenitas Levene terhadap Data Persentase
Abnormalitas Spermatozoa Mencit (Mus musculus L.) Jantan
Galur DDY .................................................................................. 61
Lampiran 15 Uji Analisis Variansi (Anava) 1-faktor terhadap Data
Persentase Abnormalitas Spermatozoa Mencit
(Mus musculus L.) Jantan Galur DDY........................................ 62
Lampiran 16 Uji Perbandingan Berganda LSD terhadap Data Persentase
Abnormalitas Spermatozoa Mencit (Mus musculus L.) Jantan
Galur DDY .................................................................................. 63

xii Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Jill Wanda Hamilton, FMIPA UI, 2012


1

BAB 1
PENDAHULUAN

Tanaman obat sudah lama dikenal mengandung komponen fitokimia yang


berperan penting untuk pencegahan dan pengobatan berbagai penyakit (Rukamana
2004: 10). Hal tersebut menyebabkan peningkatan kebutuhan terhadap tanaman
obat, sejalan dengan munculnya kecenderungan untuk kembali ke alam.
Tanaman obat juga diketahui memiliki efek samping lebih rendah dibandingkan
obat sintesis (Muhlisah 2007: 4--6). Salah satu senyawa kimia yang terkandung
dalam tanaman obat dan banyak digunakan adalah isoeugenol.
Isoeugenol merupakan senyawa turunan fenilpropanoida yang terkandung
dalam minyak cengkeh, kayu manis, atau biji pala. Senyawa tersebut biasa
digunakan sebagai bahan dasar produk perawatan kulit, deodoran, sabun, sampo,
perisa makanan, dan pewangi pada parfum (Atsumi dkk.2005: 1025; Salanti dkk.
2010: 913). Selain sebagai bahan dasar produk, senyawa tersebut diketahui
memiliki aktivitas antioksidan yang berguna antara lain sebagai antiinflamasi,
antiseptik lokal, dan analgesik (George dkk. 2001: 112; Atsumi dkk. 2005: 1025).
Selain manfaat-manfaat yang telah disebutkan, isoeugenol dapat memberikan
dampak negatif bagi manusia maupun hewan uji (Fujisawa dkk. 2004: 563).
Dampak negatif yang ditimbulkan oleh isoeugenol antara lain keracunan
akut, alergi pada kulit, dan penurunan berat badan yang ditimbulkan karena
adanya iritasi pada organ pencernaan. Selain itu, senyawa tersebut memiliki
aktivitas prooksidan yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan dengan
menghasilkan radikal fenoksil (Murakami dkk. 2005: 326--327; Atsumi dkk.
2005: 1026). Leonardo dkk. pada tahun 2008 menyatakan bahwa senyawa
tersebut dapat menyebabkan terjadinya kematian sel-sel spermatozoa (lihat
MMWD-VMP 2008: 8). Penelitian tersebut dilakukan secara in vitro terhadap
spermatozoa pada enam pria dari pasangan infertil. Berdasarkan kenyataan bahwa
isoeugenol memiliki dampak negatif, maka para peneliti membuat senyawa dimer
isoeugenol dengan tujuan mempertahankan aktivitas antioksidan namun dapat
menekan dampak negatifnya (Murakami dkk. 2005: 326--327).

1 Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Jill Wanda Hamilton, FMIPA UI, 2012


2

Yuda (2007: 46--49) dengan menggunakan bantuan enzim peroksidase


yang berasal dari sawi hijau (Brassica juncea L.), telah berhasil membuat
senyawa dimer isoeugenol melalui reaksi kopling. Senyawa tersebut kemudian
diukur kadar antioksidan dengan menggunakan metode 2,2 diphenyl-2
picrylhydrazil (DPPH) dan tingkat toksisitas dengan metode Brine Shrimp Lethaly
Toxicity (BSLT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar antioksidan yang
terdapat pada dimer isoeugenol lebih tinggi dan kadar toksisitas yang lebih rendah
dibandingkan isoeugenol. Hasil penelitian tersebut didukung dengan hasil
penelitian Bortolomeazzi dkk. (2010: 262--264) yang menyatakan bahwa kadar
antioksidan yang terkandung dalam dimer isoeugenol lebih tinggi dibandingkan
isoeugenol.
Berdasarkan penelitian Yuda (2007: 46--49) dapat diketahui bahwa dimer
isoeugenol memiliki kadar antioksidan yang lebih tinggi dan kadar toksisitas yang
lebih rendah dibandingkan isoeugenol. Namun, penelitian mengenai efek
sitotoksik dari dimer isoeugenol perlu dilakukan lebih lanjut. Berdasarkan
kenyataan bahwa isoeugenol dapat menyebabkan kematian sel spermatozoa in
vitro (lihat MMWD-VMP 2008: 8), maka perlu diketahui apakah dimer
isoeugenol dapat memengaruhi kualitas spermatozoa.
Pra penelitian telah dilakukan dengan pemberian dosis yang diacu dari
dosis gosipol yang juga memiliki struktur dimer pada penelitian Danke dkk.
(1965: 2) sebesar 4,5 mg/kg bb; 9,0 mg/kg bb; dan 18,0 mg/kg bb. Dosis tersebut
diuji pada domba dan kemudian dikonversikan ke mencit menjadi 1,2 mg/kg bb;
2,4 mg/kg bb; 4,8 mg/kg bb; dan 9,6 mg/kg dosis yang digunakan pada pra
penelitian adalah 1,2 mg/kg bb; 2,4 mg/kg bb; 4,8 mg/kg bb; dan 9,6 mg/kg.
Hasil pra penelitian menunjukkan adanya kecenderungan penurunan kualitas
spermatozoa pada pemberian dosis 2,4 mg/kg bb; 4,8 mg/kg bb; dan 9,6 mg/kg
bb. Namun, hasil penelitian tersebut belum memuaskan sehingga pada penelitian
dosis yang digunakan menjadi 2,4 mg/kg bb; 4,8 mg/kg bb; 9,6 mg/kg; dan 19,6
mg/kg bb. Dosis diberikan selama 36 hari disesuaikan dengan lamanya proses
spermatogenesis mencit dan dikorbankan pada hari ke-37 dengan cara dislokasi
cevicalis vertebrae (Rugh 1968: 21--22).

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Jill Wanda Hamilton, FMIPA UI, 2012


3

Penelitian dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian


senyawa dimer isoeugenol secara oral terhadap kualitas spermatozoa mencit (Mus
musculus L.) jantan galur DDY. Pengamatan kualitas spermatozoa dilakukan
terhadap parameter motilitas, viabilitas, konsentrasi, dan abnormalitas
spermatozoa. Hipotesis penelitian adalah pemberian senyawa dimer isoeugenol
pada dosis 2,4 mg/kg bb; 4,8 mg/kg bb; 9,6 mg/kg bb; dan 19,2 mg/kg bb secara
oral selama 36 hari akan memengaruhi kualitas spermatozoa mencit jantan (Mus
musculus L.) galur DDY.

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Jill Wanda Hamilton, FMIPA UI, 2012


4

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Isoeugenol dan Dimer Isoeugenol

Isoeugenol atau 2-metoksi-4-(1-propenil) fenol merupakan cairan


berwarna kuning pucat kental dan beraroma clove pink. Isoeugenol terdapat pada
minyak cengkeh,biji pala, dan kayu manis yang merupakan isomer dari eugenol
(Salanti dkk. 2010: 913). Isoeugenol pada tanaman, berasal dari senyawa turunan
fenilpropanoida yang digunakan sebagai pertahanan terhadap serangan hewan dan
mikroorganisme serta sebagai penarik serangga saat penyerbukan bunga. Selain
diperoleh secara alami, isoeugenol juga dapat diperoleh melalui jalur sintesis. Di
industri, sintesis isoeugenol dilakukan melalui reaksi isomerisasi eugenol dengan
menggunakan basa kuat, seperti KOH atau NaOH (George dkk. 2001: 112; Salanti
dkk. 2010: 913).
Isoeugenol memiliki bau yang khas, sehingga banyak digunakan sebagai
pewangi pada parfum, sabun, sampo, pewangi ruangan, deodoran, kosmetik, dan
aroma. Selain sebagai bahan dasar produk, isoeugenol juga digunakan di bidang
kedokteran dan sebagai antioksidan (George dkk. 2001: 112; Atsumi dkk. 2005:
1025). Selain itu, senyawa tersebut memiliki aktivitas prooksidan yang dapat
menyebabkan kerusakan pada jaringan (Murakami dkk. 2005: 326--327; Atsumi
dkk. 2005: 1026).
Struktur (Gambar 2.1(1)), sifat kimia, dan sifat fisika dari isoeugenol
sebagai berikut:
Nama tivial : Isoeugenol
Nama IUPAC : 2-metoksi-4-(1-propenil)fenol
Nama lain : fenol; 2-metoksi-4-(propenil)-(9CI); 4-hidroksi-3-metoksi-1-
propenilnezene; 4-(1-propenil)guaiacol
Rumus molekul: C10H12O2
Bentuk fisik : Cairan kental berwarna kuning pucat
Berat molekul : 164,21 g/mol
Berat jenis : 1,080 g/L pada suhu 25O C

4 Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Jill Wanda Hamilton, FMIPA UI, 2012


5

Titik leleh : -10 O C


Titik didih : 266 O C
Kelarutan : Larut dalam eter dan etanol, sedikit larut dalam air
(NTP 2010: 17)

Gambar 2.1(1) Struktur Isoeugenol


[Sumber: Salanti dkk. 2010: 915]

Gambar 2.1(2) Struktur Dimer Isoeugenol


[Sumber: Yuda 2007: 56.]

Dimer isoeugenol (Gambar 2.1(2)) merupakan senyawa hasil dimerisasi


senyawa isoeugenol. Senyawa tersebut dibuat melalui reaksi kopling dengan
menggunakan bantuan enzim peroksidase yang didapat dari tanaman sawi hijau
(Brassica juncea L.). Dimer isoeugenol diketahui memiliki kadar antioksidan

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Jill Wanda Hamilton, FMIPA UI, 2012


6

yang lebih tinggi dan kadar toksistas yang lebih rendah dibandingkan isoeugenol
(Yuda 2007: 46--49).

2.2 Mencit (Mus musculus L.)

Mencit merupakan salah satu dari banyak hewan uji coba yang sering
digunakan. Mencit biasa digunakan sebagai model untuk melakukan sejumlah
analisis penting, seperti penyakit kardiovaskular, penyakit autoimmune, kesalahan
metabolisme, kanker, penyakit ginjal, dan penyakit saraf. Mencit digunakan
sebagai model dari hewan uji coba dikarenakan ukurannya yang kecil, cepat
berkembang biak, masa kehamilan singkat, mudah dipelihara dalam jumlah
banyak, ukuran tubuh relatif kecil dibandingkan jenis hewan percobaan lain, ciri
anatomi dan fisiologi yang mudah dikenali, serta harganya yang relatif murah
(Malole & Pramono 1989: 94--96; Hedrich dkk. 2006: 8). Selain itu dikarenakan,
mencit memiliki variasi genetik yang cukup besar dan struktur organ reproduksi
jantan yang hampir sama dengan manusia. Hormon yang berperan dalam sistem
reproduksi Mencit, juga sama dengan manusia (Smith & Mangkoewidjojo 1988:
10--11).
Mencit tergolong dalam ordo rodentia. Mencit (Gambar 2.4) merupakan
mamalia dengan ekor panjang melebihi tubuh. Ukuran panjang ekor pada betina
lebih panjang dibandingkan pada jantan. Mencit dewasa jantan umumnya
memiliki berat badan 20--40 g, sedangkan mencit dewasa betina 25--40 g (Malole
& Pramono 1989: 94; Hedrich dkk. 2006: 71). Kematangan seksual mencit jantan
terjadi pada usia sekitar 5--7 minggu dan usia sekitar 3 minggu pada mencit
betina. Pubertas mencit jantan ditandai dengan turunnya testis ke dalam skrotum
pada usia sekitar 40 hari, sebagai tanda dimulainya spermatogeneis (Malole &
Pramono 1989: 94--99).
Klasifikasi dari mencit, yaitu:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Sub phylum : Vertebrata
Class : Mammalia

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Jill Wanda Hamilton, FMIPA UI, 2012


7

Sub class : Theria


Ordo : Rodentia
Sub ordo : Myomorpha
Family : Muridae
Sub family : Murinae
Genus : Mus
Species : Mus musculus L.
(Hedrich dkk. 2006: 71).

1 cm

Gambar 2.2 Mencit (Mus musculus L.)


[Sumber: Dokumentasi pribadi.]

2.3 Sistem Reproduksi Jantan

Sistem reproduksi mencit jantan (Gambar 2.5) terdiri atas testis,


epididimis, sistem duktus, kelenjar aksesoris, dan penis (Rugh 1968: 7--24;
Junquiera & Carneiro 1980: 444)

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Jill Wanda Hamilton, FMIPA UI, 2012


8

Gambar 2.3 Sistem reproduksi mencit jantan


[Sumber: Rugh 1968: 8.]

2.3.1 Testis

Testis merupakan kelenjar ganda dan berbentuk oval yang terletak pada
bagian posterior rongga tubuh, di dalam skrotum dan dilindungi oleh pembungkus
testis. Skrotum berfungsi untuk memberikan kepada testis suatu lingkungan yang
memiliki suhu lebih dingin (13,3--17,2 C) dibandingkan suhu rongga tubuh
(Nalbandov 1990: 42--45; Leeson dkk. 1991: 511). Testis disebut sebagai
kelenjar ganda karena secara fungsional bersifat endokrin dan eksokrin. Testis
bersifat endokrin karena menghasilkan hormon androgen dan bersifat eksokrin
karena menghasilkan spermatozoa (Junquiera & Carneiro 1980: 444; Nalbandov
1990: 42--45; Moeloek 1994: 12; Lesson dkk. 1996: 511).
Pembungkus testis terdiri atas tiga lapisan, yaitu tunika vaginalis (lapisan
terluar), tunika albuginea (lapisan tengah), dan tunika vaskulosa (lapisan dalam).
Tunika vaginalis merupakan lapisan serosa yang berasal dari peritoneum dan
membungkus permukaan lateral dan anterior testis. Tunika albuginea merupakan
kapsula fibrosa tebal dan mengalami penebalan pada permukaan posterior testis
membentuk mediastinum testis. Tunika vaskulosa tersusun atas jaringan ikat
longgar dan pembuluh darah (Junquiera & Carneiro 1980: 444--445; Leeson dkk.
1991: 511).
Mediastinum testis akan membentuk sekat yang membagi testis menjadi
ruangan-ruangan yang disebut lobulus testis yang terdiri sekitar 250 lobulus.

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Jill Wanda Hamilton, FMIPA UI, 2012


9

Setiap lobulus testis terdiri atas 1--4 tubulus seminiferus yang dibungkus oleh
jaringan ikat longgar yang banyak mengandung pembuluh darah, limfe, saraf, dan
sel Leydig. Tubulus seminiferus merupakan saluran berkelok dengan diameter
lebih kurang 150--250 m dan panjang 30--70 cm. Tubulus seminiferus
merupakan tempat berlangsungnya spermatogenesis karena dapat memproduksi
sel-sel germinal yang fungsional pada bagian lamina basalis. Epitel pada tubulus
seminiferus terdiri atas sel Sertoli dan sel spermatogenik. Sel spermatogenik akan
berdiferensiasi menjadi spermatozoa dan sel sertoli berfungsi sebagai pemberi
nutrisi bagi perkembangan spermatozoa dan mensekresikan androgen binding
protein (ABP). Sel sertoli umumnya melekat pada membran basal. Sel sertoli
memiliki tonjolan sitoplasma yang berfungsi melindungi sel spermatogenik dari
pengaruh imunologi yang merugikan (Junquiera & Carneiro 1980: 444--445; Ross
dkk. 1995: 638). Sel Leydig terdapat di antara tubulus seminiferus yang berfungsi
sebagai penghasil hormon androgen (testosteron), yaitu hormon yang berperan
dalam spermatogenesis (Yatim 1988: 32).

2.3.2 Sistem Duktus

Sistem duktus pada Mencit terdiri atas rete testis, duktus eferen,
epididimis, dan duktus deferen. Setiap struktur organ tersebut berjumlah
sepasang. Rete tesis adalah duktus yang menghubungkan antara tubulus
seminiferus dan duktus efferen. Duktus efferen membentuk tiga hingga tujuh
saluran menuju epididimis. Duktus tersebut dan bagian awal epididimis
membentuk kaput epididimis (Rugh 1968: 22).
Epididimis berkembang dari duktus mesonefrik (Moeloek 1994: 12).
Epididimis berfungsi mengangkut spermatozoa dari duktus efferen ke duktus
deferen, tempat pematangan sperma, dan tempat penyimpanan sperma.
Epididimis terdiri dari tiga bagian yaitu kepala (kaput), badan (korpus), dan ekor
(kauda). Bagian kepala dan badan memiliki fungsi sebagai tempat pematangan
sperma, sedangkan bagian ekor memiliki fungsi sebagai tempat penyimpanan
sperma (Rugh 1968: 22; Yatim 1988: 40; Moeloek 1994: 12).

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Jill Wanda Hamilton, FMIPA UI, 2012


10

Epididimis menyalurkan spermatozoa dan cairan dari testis ke duktus


deferen. Duktus deferen berkembang dari evaginasi duktus mesonefrik (Moeloek
1994: 12). Duktus deferen merupakan saluran yang berfungsi untuk mengangkut
spermatozoa dari kauda epididimis ke uretra. Duktus tersebut memiliki dinding
yang tersusun dari otot polos dan berperan penting dalam mekanisasi
pengangkutan semen sewaktu ejakulasi (Rugh 1968:22; Moeloek 1994: 13).

2.3.3 Kelenjar Aksesoris

Kelenjar aksesori mencit terdiri dari sepasang kelenjar vesika seminalis,


tiga pasang kelenjar prostat, sepasang kelenjar bulbouretra (Cowper), sepasang
kelenjar ampula, dan sepasang kelenjar preputial (Rugh 1968: 22--23). Kelenjar-
kelenjar tersebut berfungsi membuat cairan semen yang dapat memungkinkan
sperma aktif dan hidup dalam waktu tertentu. Kelenjar-kelenjar aksesori pada
berbagai spesies sangat bervariasi dalam ukuran dan bentuk anatominya
(Nalbadov 1990: 52; Moeloek 1994: 13).
Kelenjar vesika seminalis pada mencit berjumlah sepasang yang masing-
masing terletak di atas kelenjar prostat, berbentuk seperti kurva, dan diselimuti
oleh otot polos serta jaringan ikat (Rugh 1968: 22--23; Guyton & Hall 1997:
1265). Vesika seminalis menyekresikan cairan kental berwarna kekuningan, yang
merupakan substrat metabolisme bagi spermatozoa. Cairan tersebut mengandung
fruktosa yang merupakan substrat metabolisme bagi spermatozoa bersama
senyawa lainnya seperti glukosa, asam amino, asam askorbat, dan prostaglandin
(Junquiera & Carneiro 1980: 459; Ross dkk. 1995: 662).
Kelenjar prostat pada mencit terdiri dari sepasang kelenjar prostat yang
terletak tepat di bawah kelenjar vesika seminalis, sepasang kelenjar prostat
ventral, dan sepasang kelenjar prostat dorsal. Sepasang kelenjar prostat ventral
dari uretra, sedangkan sepasang kelenjar prostat dorsal mengelilingi bagian dorsal
uretra (Rugh 1968: 23). Kelenjar prostat mengekskresikan cairan yang
mengandung asam fosfat dan asam sitrat. Sekresi kelenjar prostat pada manusia
yaitu 15--30% dari volume ejakulat total (Nalbandov 1990: 52--53).

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Jill Wanda Hamilton, FMIPA UI, 2012


11

Kelenjar bulbouretra mencit terletak di bawah kulit bagian atas penis.


Kelenjar tersebut memiliki ukuran lebih besar dibandingkan dengan kelenjar
prostat (Rugh 1968: 23). Kelenjar bulbouretra merupakan kelenjar tubuloalveolar
yang dilapisi epitel kubus selapis penyekresi lendir mukosa (Junquiera & Carneiro
1980: 459). Sekresi kelenjar bulbouretra pada manusia yaitu 10--25% dari
volume ejakulat total (Nalbandov 1990: 53).

2.3.4 Penis

Alat kelamin luar atau organ kopulasi mencit adalah penis yang terdiri atas
korpus kavernosum, korpora kavernosa, dan kepala penis (gland penis). Penis
berfungsi sebagai alat pengeluaran urin dan perletakkan semen ke dalam saluran
reproduksi betina. (Rugh 1968: 23;Moeloek 1994: 13). Korpus kavernosum
diselubungi oleh suatu selaput fibrosa tebal berwarna putih disebut tunika
albuginea. Sepasang korpora kavernosa membentuk badan penis. Korpora
kavernosa juga diselubungi oleh tunika albuginea. Kepala penis adalah bagian
ujung dari penis yang ditutupi oleh preputium (Rugh 1968: 23).

2.4 Spermatogenesis

Spermatogenesis merupakan suatu rangkaian perkembangan sel


spermatogonia di dalam tubulus seminiferus yang berproliferasi dan selanjutnya
berkembang menjadi spermatozoa yang bebas (Moeloek 1994: 13).
Spermatogenesis pada mencit berlangsung selama empat siklus dan satu siklus
membutuhkan waktu lebih kurang 2076 jam atau 8,63 0,25 hari, sehingga
keseluruhan proses spermatogenesis membuthkan waktu kurang lebih 35,5 hari
(Rugh 1968: 21--22). Spermatogenesis dibagi menjadi tiga tahap yaitu
spermasitogenesis, meiosis, dan spermiogenesis (Junquiera & Carneiro 1980:
445).
Spermatogenesis pada mencit pada dasarnya sama seperti pada mamalia
lainnya (Rugh 1968: 21; Gambar 2.6). Spermasitogenesis disebut juga tahap
proliferasi yaitu pembelahan mitosis dari spermatogonia A menjadi

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Jill Wanda Hamilton, FMIPA UI, 2012


12

spermatogonia B. Pada tahap awal spermatogenesis, spermatogonia A bermitosis


sebanyak dua kali membentuk empat spermatogonia A. Satu spermatogonia A
diantaranya akan menjadi sel benih induk sedangkan tiga spermatogonia A
lainnya akan bermitosis membentuk enam spermatogonia intermediate yang
kemudian bermitosis membentuk dua belas spermatogonia B. Masing-masing
spermatogonia B akan bermitosis membentuk spermatosit primer (Burger dkk.
1976: 5--7; Moeloek 1994: 13--14; Guyton & Hall 1997: 1265--1266).
Spermatosit primer akan mengalami pembelahan meiosis I dan
membentuk spermatosit sekunder. Perkembangan spermatosit primer diawali dari
pembentukkan stadium leptoten, zigoten, pakiten, diploten dan diakhiri dengan
stadium diakinesis. Semakin maju tingkat perkembangan spermatosit primer
maka letaknya akan semakin ke arah lumen tubulus seminiferus (Moeloek 1994:
14). Spermatosit primer mengalami pembelahan meiosis I membentuk
spermatosit sekunder. Spermatosit sekunder akan mengalami meiosis II
membentuk spermatid. Meiosis II dan meiosis I memiliki fase yang sama, tetapi
meiosis II tidak terjadi reduksi jumlah kromosom menjadi haploid (Moeloek
1994: 14; Johnson & Everitt 2000: 55--57).
Spermiogenesis merupakan tahap perubahan bentuk dan komposisi
spermatid dari bulat menjadi bentuk seperti berudu yang memiliki kepala, leher,
dan ekor. Berdasarkan perubahan akrosom dan nukleus, mencit memiliki enam
belas tahap spermiogensis, Seluruh tahapan tersebut terbagi menjadi empat fase
yaitu fase golgi (tahap 1--3), fase tudung (tahap 4--7), fase akrosom (tahap 8--12),
dan fase pematangan (tahap 13--16) (Rugh 1968: 18). Tahap spermiogenesis
yang telah selesai dilanjutkan dengan tahap spermiasi yaitu proses dilepaskannya
spermatozoa ke lumen tubulus seminiferus (Yatim 1988: 50).

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Jill Wanda Hamilton, FMIPA UI, 2012


13

Gambar 2.4 Spermatogenesis


[Sumber: Campbell dkk. 2004: 161, diterjemahkan sesuai aslinya.]

2.5 Spermatozoa dan Proses Pematangan di Epididimis

2.5.1 Spermatozoa

Spermatozoa tediri atas bagian kepala, leher, dan ekor (Gambar 2.7.1).
Secara keseluruhan panjang spermatozoa mencit adalah 1,226 m dengan bagian
kepala berbentuk kait (Rugh 1968: 21). Bagian kepala spermatozoa terdiri dari
inti (nukleus) dan akrosom. Inti pada bagian kepala spermatozoa berisi materi
genetik (DNA) berupa kromatin padat yang terkondensasi selama tahap
spermiogenesis (lihat Ramadhani 2007: 14 & 15).

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Jill Wanda Hamilton, FMIPA UI, 2012


14

Gambar 2.5.1 Spermatozoa mencit


[Sumber: Kwitny, dkk. 2010: 670, diterjemahkan sesuai aslinya.]

Akrosom merupakan selubung tebal yang terdapat pada dua pertiga bagian
anterior kepala spermatozoa. Akrosom mengandung enzim-enzim yang penting
untuk fertilisasi. Enzim tersebut adalah enzim hialuronidase, corona penetrating
enzyme (CPE), dan akrosin. Enzim hialuronidase berfungsi untuk menembus
kumulus oophorus (lapisan terluar ovum), CPE berfungsi untuk menembus korona
radiata (lapisan tengah ovum), dan akrosin berfungsi untuk menembus zona
pelusida (lapisan dalam ovum) (Moeloek 1994: 18; Guyton & Hall 1997: 1266).

2.5.2 Proses Pematangan di Epididimis

Epididimis merupakan tempat pematangan spermatozoa yang meliputi


perubahan spermatozoa secara morfologi, fisiologi, biokima, dan metabolisme
(Hafez & Prasad 1976: 31). Perubahan morfologi anatara lain proses hilangnya
cytoplasmic droplet pada spermatozoa. Perubahan fisiologis antara lain
pematangan kemampuan spermatozoa dalam memfertilisasi telur yang ditandai
dengan perubahan bentuk permukaan akrosom, kualitas struktural kromatin inti,
dan kapasitas motilitas progresif. Perubahan biokimia yaitu sel prinsipal
epididimis menyekresikan komponen (lipid dan fosfolipid) yang diperlukan untuk
proses pematangan spermatozoa (Hafez & Prasad 1976: 31, 33, & 35; Guyton &
Hall 1997: 1268).

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Jill Wanda Hamilton, FMIPA UI, 2012


15

2.6 Analisis Semen

Semen merupakan campuran spermatozoa dan seluruh produk dari sistem


kelenjar aksesori. Semen terdiri atas cairan dan spermatozoa yang berasal dari vas
deferen (sekitar 10% dari keseluruhan semen), cairan dari vesika seminalis
(sekitar 60%), cairan dari kelenjar prostat (Sekitar 30%), dan sejumlah kecil
cairan dari kelenjar mukosa terutama kelenjar bulbouretra (Kimball 1991: 375;
Ross dkk. 1995: 664; Guyton & Hall 1997: 1269). Semen mempunyai dua fungsi
utama, yaitu sebagai medium pelarut dan sebagai pengaktif bagi spermatozoa
yang mula-mula tidak dapat bergerak (Nalbandov 1990: 53 & 262).
Analisis semen merupakan langkah awal dalam mengevaluasi infertilitas
laki-laki (Freund & Peterson 1976: 334). World Health Organization (WHO)
telah menetapkan bahwa analisis semen digunakan sebagai standar pemeriksaan
kualitas semen seorang laki-laki (lihat Ramadhani 2007: 22). Menurut
Purwaningsih (1997:78), analisis semen tidak hanya digunakan untuk mengetahui
kualitas semen seorang laki-laki, tetapi juga digunakan untuk mengetahui kualitas
semen setelah dibekukan (cryopreservation), kualitas semen untuk fertilitas in
vitro, inseminasi buatan, dan kualitas semen setelah vasektomi.
Pemeriksaan kualitas semen dilakukan dengan dua macam pemeriksaan,
yaitu pemeriksaan makroskopis dan pemeriksaan mikroskopis. Pemeriksaan
makroskopis meliputi pengamatan waktu likuifaksi (semen menjadi lebih cair
setelah beberapa saat diejakulasikan), pemeriksaan warna, pengukuran pH,
pengukuran volume, pengamatan viskositas (kekentalan), dan aglutinasi spontan.
Pemeriksaan mikroskopis meliputi penghitungan konsentrasi spermatozoa,
persentase abnormalitas, persentase motilitas, dan viabilitas (WHO 1988: 5--14).

2.6.1 Motilitas Spermatozoa

Motilitas spermatozoa adalah kualitas gerak spermatozoa yang meliputi


tipe pergerakan spermatozoa dan kecepatan gerak spermatozoa. Tipe pergerakan
spermatozoa yang baik adalah yang bergerak lurus ke depan. Spermatozoa yang
bergerak berkelok-kelok atau berputar menandakan adanya kelainan struktur

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Jill Wanda Hamilton, FMIPA UI, 2012


16

spermatozoa (Hartamto 1985: 165). Penilaian motilitas dilakukan dengan


menghitung spermatozoa yang termasuk kategori motil yaitu jika spermatozoa
bergerak cepat lurus ke depan, bergerak lambat atau tidak lurus dan bergerak di
tempat (WHO 1988: 7 & 32).

2.6.2 Viabilitas Spermatozoa

Viabilitas spermatozoa merupakan proporsi spermatozoa hidup dalam


semen. Uji viabilitas dilakukan dengan pewarnaan supravital yaitu sel mati
memiliki membran sel yang rusak sehingga dapat dimasuki zat warna. Pewarnaan
supravital terdiri dari dua cara yaitu pewarnaan pada sediaan basah dengan
menggunakan larutan Eosin dan pewarnaan pada sediaan kering dengan
menggunakan larutan kombinasi nigrosin Eosin. Banyaknya spermatozoa hidup
tetapi tidak motil dapat menunjukkan adanya kelainan struktur pada flagel (WHO
1988: 10).

2.6.3 Konsentrasi Spermatozoa

Konsentrasi spermatozoa dalam semen harus cukup agar proses fertilisasi


dapat terjadi. Hal tersebut dikarenakan spermatozoa merupakan komponen di
dalam semen yang menentukan terjadinya kehamilan. Jumlah normal
spermatozoa pada mencit yaitu sebesar 50 juta per ml (lihat Ramadhani 2007:
25 & 26).

2.6.4 Morfologi Spermatozoa

Morfologi spermatozoa secara umum terdiri atas kepala yang berisi inti,
leher yang menghubungkan antara bagian kepala dan ekor, serta ekor yang
berperan dalam pergerakan spermatozoa. Penyimpangan morfologi dari
spermatozoa normal dianggap sebagai abnormalitas. Abnormalitas dibedakan
menjadi dua yaitu abnormalitas primer dan sekunder. Abnormalitas primer terjadi
pada proses spermatogenesis antara lain spermatozoa yang memiliki kepala yang

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Jill Wanda Hamilton, FMIPA UI, 2012


17

kecil atau lebih besar dari ukuran normal, kepala rangkap, ekor rangkap, dan ekor
menggulung. Abnormalitas sekunder terjadi pada proses pematangan di
epididimis. Penampakkan abnormalitas sekunder yakni masih terdapat
cytoplasmic droplet pada spermatozoa (Nalbandov 1990 262--263; Guyton & Hall
1997: 1272). Spermatozoa dianggap fertil bila memiliki spermatozoa abnormal di
bawah 40% (WHO 1988: 33).

2.7 Biosintesis Hormon Testosteron

Hormon testosteron merupakan hormon steroid yang diproduksi oleh sel


Leydig. Proses pertama pembentukan hormon testosteron adalah pembentukan
pregnenolon dari kolesterol. Pemutusan rantai samping kolesterol menyebabkan
perubahan gugus hidroksil menjadi keto sehingga terbentuk pregnenolon.
Pregnenolon tersebut kemudian diubah menjadi progesteron oleh enzim 3- -
hidroksi steroid dehidrogenase (Voet & Voet 2004: 771).
Progesteron selanjutnya mengalami hidroksilasi pada atom C-17,
membentuk 17- -hidroksil progesteron, kemudian kehilangan 2 atom karbon
pada C-17 membentuk androsten yang mempunyai gugus keto pada C-17.
Androsten selanjutnya direduksi menjadi gugus hidroksil membentuk testosteron
(Guyton 1996: 405; Ganong 2003: 375--376). Testosteron yang telah dihasilkan
selanjutnya dikatalisis oleh 5-reduktase menjadi dihidrotestosteron (DHT).
Pengkatalisisan DHT terjadi pada prostat dan beberapa jaringan lain yang
merupakan target testosteron (Ganong 2003: 377).

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Jill Wanda Hamilton, FMIPA UI, 2012


18

BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Reproduksi dan Perkembangan


Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Indonesia, Depok. Penelitian dilakukan selama enam bulan, mulai
Juni 2011--Desember 2011.

3.2 Bahan

3.2.1 Sawi Hijau (Brassica juncea L.)

Sawi hijau (Brassica juncea) yang diperoleh dari pasar tradisional kemiri
muka, Depok. Pengekstrakan Brassica juncea dilakukan di Laboratorium
Reproduksi dan Perkembangan Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia, Depok.

3.2.2 Isoeugenol

Isougenol yang digunakan diperoleh dari Departemen Kimia, Fakultas


Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia, Depok.

3.2.3 Hewan Uji

Hewan uji yang digunakan adalah 25 ekor mencit (Mus musculus L.)
jantan galur DDY, berumur 8 minggu dengan berat badan 20--40 gram. Menit
diperoleh dari Institut Pertanian Bogor (IPB).

18 Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Jill Wanda Hamilton, FMIPA UI, 2012


19

3.2.4 Makanan dan Minuman Hewan Uji

Makanan berupa pelet yang diperoleh dari PT Pemuka Tani. Minuman


mencit berupa air matang yang dimasukan ke dalam botol yang tutupnya
berlubang dan diletakkan di atas kandang mencit.

3.2.5 Bahan Kimia

Bahan kimia yang digunakan adalah minyak zaitun, etil asetat, H2O2 30%,
buffer K-fosfat pH 7,0, isoeugenol, NaSO4 anhidrat, larutan asam pikrat 10%,
NaCl, alkohol 70%, larutan eosin-Y, larutan George, dan larutan Giemsa.

3.3 Alat

Peralatan yang digunakan dalam penelitian meliputi alat pencekok (gavage


needle), gelas ukur [Assistent], sentrifuge [Procion scientific Kic, Vari Hi-Speed
Centricone], blender [Panasonic], botol selai, batang pengaduk, termometer, kain
katun, kertas saring [Whatman No. 1], kaca arloji [Pyrex], timbangan digital
[OHAUST GT 4000], beaker glass [IWAKI Pyrex]. Disposable syringe 1 ml
[Terumo], pipet tetes, magnetic stirrer [Cole-Parmer Instrument Company],
sarung tangan, labu ukur [SCHOTT Duran], tube sentrifuge [Corning], gelas
objek [Sail Brand], kaca penutup [Assistant], lemari pendingin [Bauknecht],
mikroskop [Nikon Eclipse E200], alat tulis, corong pisah [SCHOTT Duran],
corong [Sail Brand], bak plastik berukuran 35 x 25 x 15 cm2 yang diberi serutan
gergaji sebagai alas, anyaman kawat berukuran 40 x 30 cm2 dengan jarak
anyaman 0,5 cm, exhaust fan [National], lampu flouresens [Philips], botol minum
yang telah diberi lubang berdiameter 3mm, papan bedah, dissecting set, Improved
Neubauer, pipet mikro [Intech], dan counter.

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Jill Wanda Hamilton, FMIPA UI, 2012


20

3. 4 Cara Kerja

3.4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental, menggunakan


Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan dilakukan secara acak dengan lima
perlakuan dan lima kali pengulangan. Jumlah ulangan dilakukan berdasarkan
rumusan Frederer, yaitu (t-1)(n-1) 15, dengan t adalah jumlah perlakuan dan n
adalah jumlah ulangan (Hanafiah 1997:6). Setiap kelompok eksperimen
ditempatkan pada kandang berukuran 35 x 25 x 15 cm2.
Pemberian perlakuan dilakukan secara oral selama 36 hari. Kelompok
perlakuan tersebut terdiri dari:
a. Kelompok kontrol (KK), yaitu kelompok mencit yang diberi minyak zaitun
secara oral.
b. Kelompok Perlakuan 1 (KP 1), yaitu kelompok mencit yang diberi perlakuan
secara oral dengan dimer isoeugenol 2,4 mg/BB.
c. Kelompok Perlakuan 2 (KP 2), yaitu kelompok mencit yang dicekok
perlakuan secara oral dengan dimer isoeugenol 4,8 mg/BB.
d. Kelompok Perlakuan 3 (KP 3), yaitu kelompok mencit yang dicekok
perlakuan secara oral dengan dimer isoeugenol 9,6 mg/BB.
e. Kelompok Perlakuan 4 (KP 4), yaitu kelompok mencit yang dicekok
perlakuan secara oral dengan dimer isoeugenol 19,2 mg/BB.

3.4.2 Pemeliharaan Hewan Uji

Mencit diadaptasi dengan lingkungan kandang selama 7--14 hari. Mencit


jantan sebanyak 25 ekor dipelihara dalam kandang plastik yang diberi alas serbuk
kayu untuk menyerap kotoran mencit. Makanan dan minuman diberi secara ad
libitum (tidak terbatas) setiap hari. Setiap kandang berisi 5 ekor mencit yang
mewakili 5 perlakuan (KK, KP1, KP2, KP3, dan KP4) dan diambil secara acak.
Setiap ekor mencit percobaan diberi tanda dengan menggunakan larutan asam

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Jill Wanda Hamilton, FMIPA UI, 2012


21

pikrat 10% di kepala, punggung, bokong, ekstremitas atas, dan ekstremitas bawah
untuk membedakan mencit satu dengan yang lain.
Kandang mencit dibersihkan tiga kali seminggu dengan cara
merendamnya pada larutan pemutih pakaian, lalu dicuci dengan sabun hingga
bersih. Kandang diletakkan pada rak di Laboratorium Reproduksi dan
Perkembangan Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Indonesia. Ruangan diterangi selama dua belas jam per hari
dengan lampu flurosecens 20 watt. Pertukaran udara dibantu dengan exhaust fan.
Cahaya dan sirkulasi udara diatur sehingga setiap kandang mendapat cahaya dan
udara yang temaram.

3.4.3 Pembuatan Dimer Isoeugenol

Sebanyak 250 gram potongan batang tanaman sawi hijau segar


dihancurkan dengan menggunakan blender dalam 100 ml larutan buffer K-fosfat
pH 7,0 dalam keadaan dingin (0--5 C). Homogenat yang didapat disaring
dengan kain katun, kemudian filtrat yang diperoleh disentrifugasi dengan
kecepatan 2000 rpm selama 20 menit untuk memisahkan molekul enzim kasar
(supernatan) dari serpihan sel (Yuda 2007: 35--38).
Ekstrak enzim kasar 150 ml direaksikan dengan isoeugenol 15 ml
ditambah 5 ml H2O2 30%. Reaksi dilakukan dengan pengadukan selama 30 menit
sehingga terbentuk produk berwarna. Pengekstrakan produk berwarna dilakukan
dengan menggunakan pelarut etil asetat. Fasa etil asetat dipisahkan dari fasa air
menggunakan corong pisah. Air yang masih tersisa dihilangkan dengan
menambahkan Na2SO4 anhidrat, kemudian ekstrak yang diperoleh dipekatkan
dengan cara menguapkan pelarutnya. Senyawa hasil reaksi kemudian ditimbang
dan diperoleh ekstrak dimer dalam bentuk kristal sebanyak 1,51 g (Yuda 2007:
35--38).

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Jill Wanda Hamilton, FMIPA UI, 2012


22

3.4.4 Pembuatan Larutan

a. Larutan NaCl 0,9%


Natrium klorida (NaCl) padat seberat 0,9 g dimasukkan ke dalam labu
takar 100 ml kemudian ditambahkan akuades sampai volume larutan mencapai
100 ml.
b. Larutan George
Natrium sitrat seberat 3 g dimasukkan ke dalam labu takar dan
ditambahkan akuades sampai volume larutan mencapai 100 ml. Larutan
kemudian dicampurkan dengan 1 ml formalin 40% dan 0,6 g Eosin-Y, lalu
disaring.
c. Larutan Eosin-Y 1%
Eosin-Y seberat 1 g dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml kemudian
ditambahkan akuades sampai volume larutan mencapai 100 ml.
d. Larutan 0,15 M dapar fosfat pH 6,8
Dinatrium hidrogen fosfat dihidrat (Na2HPO4.2H2O) sebanyak 26,7 g
dimasukkan ke dalam labu takar dan ditambahkan akuades sampai volume
larutan mencapai 100 ml (larutan I). Hal tersebut juga dilakukan terhadap
20,4 g kalium dihidrogen fosfat (KH2PO4) (larutan II). Larutan I dan II
kemudian dicampur, sehingga pH mencapai 6,8.
e. Larutan Giemsa
Satu bagian larutan Giemsa dicampur dengan sepuluh bagian larutan
0,15 M dapar fosfat pH 6,8 kemudian disaring.

3.4.5 Perlakuan terhadap Mencit

Hewan uji yang digunakan terdiri atas 25 ekor mencit jantan. Mencit
jantan ditimbang terlebih dahulu sebelum diberi perlakuan. Pemberian perlakuan
dilakukan secara oral dengan menggunakan disposable syringe yang jarumnya
telah diganti dengan gavage needle langsung ke lambung melalui kerongkongan.
Ekstrak dimer isoeugenol yang diberikan secara oral dilakukan dengan

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Jill Wanda Hamilton, FMIPA UI, 2012


23

menyesuaikan volume suspensi dengan berat badan dari setiap kelompok


perlakuan dan dilakukan selama 36 hari berturut-turut.

3.4.6 Pengambilan Data

Mencit dikorbankan pada hari ke-37 dengan cara dislokasi


vertebraeservicalis. Bagian bawah kanan dan kiri ujung distal kauda epididimis
sampai akhir duktus deferen diisolasi dan diletakan dalam kaca arloji yang berisi
0,25 ml larutan NaCl 0,9%. Spermatozoa dikeluarkan dengan cara menjepit
bagian ujung epididimis kemudian ditekan searah dan menjepit ujung yang lain
dan menekannya searah. Proses tersebut dilakukan beberapa kali kemudian
diaduk homogen.
a. Motilitas spermatozoa
Penghitungan motilitas spermatozoa dilakukan berdasarkan metode
WHO tahun 1988. Sampel yang telah homogen diambil sebanyak 10 l dan
diteteskan pada kaca objek, kemudian ditutup dengan kaca penutup.
Penghitungan dilakukan dibawah mikroskop dengan perbesaran 400 kali.
Lapangan pandang diperiksa secara sistematis dan jumlah spermatozoa yang
bergerak dicatat. Motilitas spermatozoa dapat diketahui dengan menghitung
jumlah spermatozoa yang bergerak dari 100 spermatozoa (WHO 1988: 6--7).
b. Viabilitas spermatozoa
Larutan spermatozoa diambil sebanyak 10 l dengan menggunakan
pipet mikro dan diteteskan pada kaca objek. Sampel kemudian ditetesi dengan
larutan Eosin-Y sebanyak 10 l dan ditutup dengan kaca penutup. Pengamatan
dilakukan dibawah mikroskop dengan perbesaran 400 kali. Persentase jumlah
spermatozoa hidup dari 100 spermatozoa untuk setiap ulangan. Spermatozoa
hidup tidak harus bergerak tetapi memiliki kepala berwarna hijau sedangkan
yang mati berwarna merah (WHO 1988:10).
c. Konsentrasi spermatozoa
Larutan spermatozoa diambil sebanyak 10 l ditambahkan larutan
George sebanyak 90 l dalam tabung mikro. Larutan spermatozoa tersebut
dikocok kemudian diteteskan ke dalam kamar hitung hemasitometer Improved

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Jill Wanda Hamilton, FMIPA UI, 2012


24

Neubauer yang telah diberi kaca penutup. Penghitungan dilakukan di bawah


mikroskop dengan perbesaran 400 kali. Spermatozoa yang berada pada 25
kotak kecil yang digunakan untuk penghitungan sel darah merah dijumlahkan,
kemudian dibagi dengan faktor koreksi hemasitometer. Hasil pembagian
tersebut merupakan jumlah spermatozoa total dalam juta/ml ejakulat (WHO
1988: 9--11).
d. Abnormalitas spermatozoa
Larutan spermatozoa sebanyak 10 l diambil dengan menggunakan
pipet mikro dan diteteskan pada kaca objek. Sampel tersebut kemudian
diwarnai dengan larutan Eosin-Y 10 l dan dibuat sediaan oles dengan
menggeserkan kaca objek lain diatasnya dengan sudut 45o. Sediaan oles
spermatozoa kemudian dikeringkan dan difiksasi dengan metanol 96% selama
lima menit serta diwarnai dengan larutan Giemsa selama 30 menit.
Sediaan kemudian dibilas dengan air yang mengalir dan
dikeringanginkan. Penghitungan dilakukan di bawah mikroskop dengan
perbesaran 400 kali. Jumlah spermatozoa abnormal diketahui dengan
menghitung spermatozoa abnormal dari 100 spermatozoa untuk setiap ulangan.

3.4.7 Pengolahan dan Analisis Data

Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental sehingga analisis data


dilakukan dengan menggunakan pendekatan statistik. Data-data yang diperolah
dimasukkan ke dalam tabel dan diolah dengan menggunakan program komputer
Statiztical Package for Social Science (SPSS) 17.0 for Windows dengan
pendekatan uji nulai probabilitas. Hasil uji disimpulkan dengan membandingkan
nilai taraf nyata () dengan nilai probabilitas (P) yang diperoleh melalui
komputasi SPSS (Santoso 2003: 301--303).
Data tersebut kemudian diuji dengan uji normalitas Shapiro-Wilk dan uji
homogenitas Levene. Analisis data kemudian dilanjutkan dengan uji parametrik
analisis variansi (anava) 1-faktor. Uji anava digunakan untuk mengetahui apakah
terdapat pengaruh pemberian dimer isoeugenol terhadap motilitas, viabilitas,
konsentrasi, dan abnormalitas spermatozoa mencit pada ke-5 perlakuan (Santoso

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Jill Wanda Hamilton, FMIPA UI, 2012


25

2003: 291 & 292). Pengujian kemudian dapat dilanjutkan dengan uji
perbandingan berganda Least Significance Difference (LSD) untuk mengetahui
ada atau tidaknya perbedaan antara pasangan kelompok perlakuan (Conover 1980:
370--372).

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Jill Wanda Hamilton, FMIPA UI, 2012


26

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Persentase Motilitas Spermatozoa

Hasil penghitungan terhadap data rerata persentase motilitas spermatozoa


dapat dilihat pada tabel 4.1.1. Diagram batang rerata persentase motilitas
spermatozoa dapat dilihat pada gambar 4.1.1.

Tabel 4.1.1 Data rerata persentase motilitas spermatozoa mencit kelompok kontrol
dan kelompok perlakuan

Ulangan KK KP1 KP2 KP3 KP4


1 84 73 51 52 38

2 77 85 58 58 40

3 85 69 59 59 32

4 81 70 56 56 35

5 70 71 55 55 39

x 397,00 368,00 279,00 280,00 184,00


X 79,40 73,60 55,80 56,00 36,80
SD 6,10 6,54 3,11 2,73 3,27

Keterangan:
KK = Kelompok kontrol, mencit dicekok minyak zaitun disesuaikan dengan berat badan
KP1 = Kelompok perlakuan 1, mencit dicekok ekstrak dimer isoeugenol dosis 2,4 mg/kg bb
KP2 = Kelompok perlakuan 2, mencit dicekok ekstrak dimer isoeugenol dosis 4,8 mg/kg bb
KP3 = Kelompok perlakuan 3, mencit dicekok ekstrak dimer isoeugenol dosis 9,6 mg/kg bb
KP4 = Kelompok perlakuan 4, mencit dicekok ekstrak dimer isoeugenol dosis 19,2 mg/kg bb
x = Jumlah nilai persentase spermatozoa motil
x = Nilai rerata persentase spermatozoa motil
SD = Standar Deviasi

Universitas Indonesia
26
Pengaruh pemberian..., Jill Wanda Hamilton, FMIPA UI, 2012
27

90
a

Persentase Motilitas Spermatozoa


80 a

70

60 b b
Mencit (%)

50

40
c

30

20

10

0
KK KP1 KP2 KP3 KP4

Kelompok Perlakuan

Keterangan:
KK = Kelompok kontrol, mencit dicekok minyak zaitun disesuaikan dengan berat badan
KP1 = Kelompok perlakuan 1, mencit dicekok ekstrak dimer isoeugenol dosis 2,4 mg/kg bb
KP2 = Kelompok perlakuan 2, mencit dicekok ekstrak dimer isoeugenol dosis 4,8 mg/kg bb
KP3 = Kelompok perlakuan 3, mencit dicekok ekstrak dimer isoeugenol dosis 9,6 mg/kg bb
KP4 = Kelompok perlakuan 4, mencit dicekok ekstrak dimer isoeugenol dosis 19,2 mg/kg bb
* = Huruf yang sama menunjukkan bahwa persentase abnormalitas spermatozoa tidak
berbeda nyata (P < 0,05), sedangkan huruf yang berbeda menunjukkan bahwa
persentase abnormalitas spermatozoa berbeda nyata (P > 0,05)
Bar menunjukkan standar deviasi

Gambar 4.1.1 Diagram batang rerata persentase motilitas


spermatozoa mencit

Rerata persentase motilitas tertinggi sampai terendah berturut-turut, yaitu


KK (79,40 6,10), KP1 (73,60 6,54), KP2 (55,80 3,11), KP3 (56,00 2,73),
KP4 (36,80 3,27). Hasil uji normalitas Shapiro-Wilk (=0,05) terhadap data
persentase motilitas spermatozoa menunjukkan data berdistribusi normal
(P>0,05). Hasil uji Levene (=0,05) terhadap data persentase motilitas
spermatozoa menunjukkan data bervariasi homogen (P>0,05). Hasil uji anava 1-
faktor (=0,05) menunjukkan terdapat pengaruh motilitas spermatozoa pada
kelima kelompok perlakuan (P<0,05). Pengujian dilanjutkan dengan uji
perbandingan berganda (LSD; =0,05) untuk mengetahui ada atau tidaknya
perbedaan motilitas antara pasangan perlakuan. Hasil uji LSD tersebut

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Jill Wanda Hamilton, FMIPA UI, 2012


28

menunjukkan terdapat perbedaan nyata antara KK dengan KP2, KP3, dan KP4;
KP1 dengan KP2, KP3, dan KP4; KP2 dengan KK, KP1, dan KP4; KP3 dengan
KK, KP1, dan KP4; serta KP4 dengan KK, KP1, KP2, dan KP3, serta tidak ada
perbedaan nyata antara KK dengan KP1; KP2 dengan KP3

4.1.2 Persentase Viabilitas Spermatozoa

Hasil penghitungan terhadap data rerata persentase viabilitas spermatozoa


dapat dilihat pada tabel 4.1.2. Diagram batang rerata persentase viabilitas
spermatozoa dapat dilihat pada gambar 4.1.2.

4.1.2 Data rerata persentase viabilitas spermatozoa mencit kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan

Ulangan KK KP1 KP2 KP3 KP4


1 61 62 43 38 10

2 72 74 41 25 28

3 71 62 39 38 18

4 56 57 28 22 15

5 73 56 40 24 19

x 333,00 311,00 191,00 147,00 90,00


X 66,60 62,20 38,20 29,40 18,00
SD 7,63 7,15 5,89 7,92 6,59

Keterangan:
KK = Kelompok kontrol, mencit dicekok minyak zaitun disesuaikan dengan berat badan
KP1 = Kelompok perlakuan 1, mencit dicekok ekstrak dimer isoeugenol dosis 2,4 mg/kg bb
KP2 = Kelompok perlakuan 2, mencit dicekok ekstrak dimer isoeugenol dosis 4,8 mg/kg bb
KP3 = Kelompok perlakuan 3, mencit dicekok ekstrak dimer isoeugenol dosis 9,6 mg/kg bb
KP4 = Kelompok perlakuan 4, mencit dicekok ekstrak dimer isoeugenol dosis 19,2 mg/kg bb
x = Jumlah nilai persentase spermatozoa hidup
x = Nilai rerata persentase spermatozoa hidup
SD = Standar Deviasi

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Jill Wanda Hamilton, FMIPA UI, 2012


29

80
a

Persentase Viabilitas Spermatozoa


70 a

60

Mencit (%) 50
b
40 b
30
c
20

10

0
KK KP1 KP2 KP3 KP4
kelompok perlakuan

Keterangan:
KK = Kelompok kontrol, mencit dicekok minyak zaitun disesuaikan dengan berat badan
KP1 = Kelompok perlakuan 1, mencit dicekok ekstrak dimer isoeugenol dosis 2,4 mg/kg bb
KP2 = Kelompok perlakuan 2, mencit dicekok ekstrak dimer isoeugenol dosis 4,8 mg/kg bb
KP3 = Kelompok perlakuan 3, mencit dicekok ekstrak dimer isoeugenol dosis 9,6 mg/kg bb
KP4 = Kelompok perlakuan 4, mencit dicekok ekstrak dimer isoeugenol dosis 19,2 mg/kg bb
* = Huruf yang sama menunjukkan bahwa persentase abnormalitas spermatozoa tidak
berbeda nyata (P < 0,05), sedangkan huruf yang berbeda menunjukkan bahwa
persentase abnormalitas spermatozoa berbeda nyata (P > 0,05)
Bar menunjukkan standar deviasi

Gambar 4.1.2 Diagram batang rerata persentase viabilitas


spermatozoa mencit

Rerata persentase viabilitas tertinggi sampai terendah berturut-turut, yaitu


KK (66,60 7,63), KP1 (62,60 7,15), KP2 (38,20 5,89), KP3 (29,407,92),
KP4 (18,006,59). Hasil uji normalitas Shapiro-Wilk (=0,05) terhadap data
persentase viabilitas spermatozoa menunjukkan data berdistribusi normal
(P>0,05). Hasil uji Levene (=0,05) terhadap data persentase viabilitas
spermatozoa menunjukkan data bervariasi homogen (P>0,05). Hasil uji anava 1-
faktor (=0,05) menunjukkan terdapat pengaruh terhadap viabilitas spermatozoa
pada kelima kelompok perlakuan (P<0,05). Hasil uji LSD tersbut menunjukkan
terdapat perbedaan nyata antara KK dengan KP2, KP3, dan KP4; KP1 dengan
KP2, KP3, dan KP4; KP2 dengan KK, KP1, dan KP4; KP4 dengan KK, KP1,

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Jill Wanda Hamilton, FMIPA UI, 2012


30

KP2, dan KP3, serta tidak ada perbedaan antara KK dengan KP1; KP2 dengan
KP3.

4.1.3 Konsentrasi Spermatozoa

Hasil penghitungan terhadap data rerata konsentrasi spermatozoa dapat


dilihat pada tabel 4.1.3. Diagram batang rerata konsentrasi spermatozoa dapat
dilihat pada gambar 4.1.3.

Tabel 4.1.3 Data rerata konsentrasi spermatozoa mencit kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan (juta per ml ejakulat)

Ulangan KK KP1 KP2 KP3 KP4


1 47,60 40,70 36,10 22,30 18,40

2 35,30 41,20 33,20 30,20 20,20

3 35,00 37,20 37,50 31,20 15,60

4 41,70 34,10 41,50 25,10 21,40

5 42,10 40,30 40,20 30,20 20,70

x 201,70 193,50 188,50 139,00 96,30


X 40,34 38,70 37,70 27,80 19,26
SD 5,28 3,00 3,29 3,89 2,32

Keterangan:
KK = Kelompok kontrol, mencit dicekok minyak zaitun disesuaikan dengan berat badan
KP1 = Kelompok perlakuan 1, mencit dicekok ekstrak dimer isoeugenol dosis 2,4 mg/kg bb
KP2 = Kelompok perlakuan 2, mencit dicekok ekstrak dimer isoeugenol dosis 4,8 mg/kg bb
KP3 = Kelompok perlakuan 3, mencit dicekok ekstrak dimer isoeugenol dosis 9,6 mg/kg bb
KP4 = Kelompok perlakuan 4, mencit dicekok ekstrak dimer isoeugenol dosis 19,2 mg/kg bb
x = Jumlah nilai konsentrasi spermatozoa
x = Nilai rerata konsentrasi spematozoa
SD = Standar Deviasi

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Jill Wanda Hamilton, FMIPA UI, 2012


31

50

Mencit (juta per ml/ejakulat)


a
45

Konsentrasi Spermatozoa
a a
40
35
b
30
25
c
20
15
10
5
0
KK KP1 KP2 KP3 KP4
kelompok perlakuan

Keterangan:
KK = Kelompok kontrol, mencit dicekok minyak zaitun disesuaikan dengan berat badan
KP1 = Kelompok perlakuan 1, mencit dicekok ekstrak dimer isoeugenol dosis 2,4 mg/kg bb
KP2 = Kelompok perlakuan 2, mencit dicekok ekstrak dimer isoeugenol dosis 4,8 mg/kg bb
KP3 = Kelompok perlakuan 3, mencit dicekok ekstrak dimer isoeugenol dosis 9,6 mg/kg bb
KP4 = Kelompok perlakuan 4, mencit dicekok ekstrak dimer isoeugenol dosis 19,2 mg/kg bb
* = Huruf yang sama menunjukkan bahwa persentase abnormalitas spermatozoa tidak
berbeda nyata (P < 0,05), sedangkan huruf yang berbeda menunjukkan bahwa
persentase abnormalitas spermatozoa berbeda nyata (P > 0,05)
Bar menunjukkan standar deviasi

Gambar 4.1.3 Diagram batang rerata konsentrasi (juta per ml ejakulat)


spermatozoa mencit

Rerata konsentrasi tertinggi sampai terendah berturut-turut, yaitu KK


(40,683,63), KP1 (39,801,53), KP2 (39,842,35), KP3 (27,762,98), KP4
(19,702,00). Hasil uji normalitas Shapiro-Wilk (=0,05) terhadap data
konsentrasi spermatozoa menunjukkan data berdistribusi normal (P>0,05). Hasil
uji Levene (=0,05) terhadap data konsentrasi spermatozoa menunjukkan data
bervariasi homogen (P>0,05). Hasil uji anava 1-faktor (=0,05) menunjukkan
terdapat pengaruh terhadap konsentrasi spermatozoa pada kelima kelompok
perlakuan (P<0,05). Hasil uji LSD tersebut menunjukkan terdapat perbedaan
nyata antara KK dengan KP3; KP1 dengan KP3; KP2 dengan KP3 dan KP4; KP3
dengan KK, KP1, KP2, dan KP4; KP4 dengan KK, KP1, KP2, dan KP3, serta
tidak ada perbedaan antara KK dengan KP1 dan KP2.

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Jill Wanda Hamilton, FMIPA UI, 2012


32

4.1.4 Persentase Abnormalitas Spermatozoa

Hasil penghitungan terhadap data rerata persentase abnormalitas


spermatozoa dapat dilihat pada tabel 4.1.4. Diagram batang rerata persentase
abnormalitas spermatozoa dapat dilihat pada gambar 4.1.4.

Tabel 4.1.4 Data rerata persentase abnormalitas spermatozoa mencit kelompok


kontrol dan kelompok perlakuan

Ulangan KK KP1 KP2 KP3 KP4


1 7 9 17 18 16

2 9 13 20 23 18

3 12 11 21 25 28

4 15 19 20 19 20

5 10 12 19 20 27

x 53,00 64,00 97,00 105,00 109,00


X 10,60 12,80 19,40 21,00 21,80
SD 3,04 3.76 1,51 2,92 5,40

Keterangan:
KK = Kelompok kontrol, mencit dicekok minyak zaitun disesuaikan dengan berat badan
KP1 = Kelompok perlakuan 1, mencit dicekok ekstrak dimer isoeugenol dosis 2,4 mg/kg bb
KP2 = Kelompok perlakuan 2, mencit dicekok ekstrak dimer isoeugenol dosis 4,8 mg/kg bb
KP3 = Kelompok perlakuan 3, mencit dicekok ekstrak dimer isoeugenol dosis 9,6 mg/kg bb
KP4 = Kelompok perlakuan 4, mencit dicekok ekstrak dimer isoeugenol dosis 19,2 mg/kg bb
x = Jumlah nilai persentase spermatozoa abnormal
x = Nilai rerata persentase spermatozoa abnormal
SD = Standar Deviasi

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Jill Wanda Hamilton, FMIPA UI, 2012


33

30

Persentase Abnormalitas Spermatozoa


b
25 b
b
20
Mencti (%)

15 a a

10

0
KK KP1 KP2 KP3 KP4

kelompok perlakuan

Keterangan:
KK = Kelompok kontrol, mencit dicekok minyak zaitun disesuaikan dengan berat badan
KP1 = Kelompok perlakuan 1, mencit dicekok ekstrak dimer isoeugenol dosis 2,4 mg/kg bb
KP2 = Kelompok perlakuan 2, mencit dicekok ekstrak dimer isoeugenol dosis 4,8 mg/kg bb
KP3 = Kelompok perlakuan 3, mencit dicekok ekstrak dimer isoeugenol dosis 9,6 mg/kg bb
KP4 = Kelompok perlakuan 4, mencit dicekok ekstrak dimer isoeugenol dosis 19,2 mg/kg bb
* = Huruf yang sama menunjukkan bahwa persentase abnormalitas spermatozoa tidak
berbeda nyata (P < 0,05), sedangkan huruf yang berbeda menunjukkan bahwa
persentase abnormalitas spermatozoa berbeda nyata (P > 0,05)
Bar menunjukkan standar deviasi

Gambar 4.1.4. Diagram batang rerata persentase abnormalitas


spermatozoa mencit

Rerata persentase abnormalitas terendah sampai tertinggi berturut-turut,


yaitu KK (10,603,04), KP1 (12,803,76), KP2 (19,401,51), KP3 (21,002,91),
KP4 (21,805,40). Hasil uji normalitas Shapiro-Wilk (=0,05) terhadap data
persentase abnormalitas spermatozoa menunjukkan data berdistribusi normal
(P>0,05). Hasil uji Levene (=0,05) terhadap data persentase abnormalitas
spermatozoa menunjukkan data bervariasi homogen (P>0,05). Hasil uji anava 1-
faktor (=0,05) menunjukkan terdapat pengaruh terhadap abnormalitas
spermatozoa pada kelima kelompok perlakuan (P<0,05). Hasil uji LSD tersbut
menunjukkan terdapata perbedaan nyata antara KK dengan KP2, KP3, dan KP4;
KP1 dengan KP2, KP3, dan KP4; KP2 dengan KK, KP1, dan KP4; KP4 dengan

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Jill Wanda Hamilton, FMIPA UI, 2012


34

KK, dan KP1; KP4 dengan KK dan KP1, serta tidak ada perbedaan nyata antara
KK dengan KP1; KP2 dengan KP3 dan KP4.

4.2 Pembahasan

Pemeriksaan terhadap kualitas spermatozoa biasanya ditentukan oleh


kemampuan spermatozoa untuk bergerak (motilitas spermatozoa), banyaknya
jumlah spermatozoa yang hidup (viabilitas spermatozoa), konsentrasi
spermatozoa, dan abnormalitas spermatozoa. Hasil uji statistik menunjukkan
bahwa pemberian senyawa dimer isoeugenol secara oral terhadap kualitas
spermatozoa mencit menyebabkan terjadinya penurunan motilitas spermatozoa,
viabilitas spermatozoa, konsentrasi spermatozoa, dan peningkatan abnormalitas
spermatozoa. Hal tersebut diduga disebabkan dimer isoeugenol masih memiliki
sifat sitotoksik.
Dimer isoeugenol merupakan senyawa yang dihaslikan dari reaksi kopling
senyawa isoeugenol. Isoeugenol merupakan turunan senyawa fenol yang pada
konsentrasi tinggi dapat menyebabkan kerusakan oksidatif pada protein, DNA,
dan lipid. Kerusakan oksidatif tersebut dikarenakan adanya aktifitas prooksidan
berupa radikal fenoksil yang dapat meningkatkan peroksidasi lipid (Fujisawa dkk.
2004: 566; Atsumi dkk. 2005: 1026). Peroksidasi lipid dimulai dengan serangan
prooksidan pada asam lemak membran sel sehingga dapat menarik atom hidrogen
dari gugus metilen (-CH2) pada rantai samping. Semakin banyak jumlah ikatan
rangkap pada asam lemak, semakin mudah pula asam lemak tersebut melepaskan
atom hidrogennya. Hal tersebut yang menyebabkan polyunsaturated fatty acid
(PUFA) atau asam lemak tak jenuh rentan terhadap peroksidasi lipid (Gutteridge
1995: 1821: Sanocka & Kurpisz 2004: 4).
Polyunsaturated fatty acid (PUFA) merupakan komponen utama penyusun
membran sel termasuk membran sel pada sistem reproduksi jantan (Sanocka &
Kurpisz 2004: 4). Menurut Halliwell & Chirico (1993: 717S), semakin tinggi
kadar PUFA maka akan semakin rentan sel tersebut mengalami peroksidasi sel.
Berdasarkan hal tersebut dapat diduga bahwa dimer isoeugenol dapat merusak
struktur ikatan PUFA sebagai penyusun utama membran sel, sehingga dapat

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Jill Wanda Hamilton, FMIPA UI, 2012


35

menyebabkan adanya kerusakan membran sel pada epitel epididimis dan sel
spermatozoa.
Berdasarkan pada uji statistik, diketahui adanya penurunan persentase
motilitas spermatozoa yang diberi ekstrak dimer isoeugenol secara oral pada dosis
4,8 mg/kg bb; 9,6 mg/kg bb; dan 19,2 mg/kg bb. Penurunan motilitas
spermatozoa dapat disebabkan adanya gangguan pada epididimis sebagai tempat
pematangan sel. Hal tersebut diduga karena adanya gangguan fungsi pada sel
Leydig yang mengakibatkan penurunan produksi testosteron sehingga adanya
penurunan produksi metabolit testosteron yaitu DHT (dihydrotestosteron).
Dihydrotestosteron merupakan hormon yang diperlukan dalam pematangan
spermatozoa pada epididimis. Penurunan jumlah DHT akan menyebabkan
penurunan fungsi epididimis dikarenakan kemampuan fungsi epididimis sangat
dipengaruhi oleh keberadaan DHT (Hafez & Prasad 1976: 35; Guyton & Hall
1997: 1268). Gangguan fungsi pada epidimis dikarenakan jumlah DHT menurun
akan menyebabkan gangguan pada pematangan spermatozoa yang meliputi
perubahan spermatozoa secara morfologi, fisiologi, biokimia, dan metabolisme
(Hafez & Prasad 1976: 31). Selain itu, penurunan moilitas spermatozoa juga
dapat disebabkan oleh perusakan membran sel pada sel spermatozoa oleh dimer
isoeugenol.
Perusakan membran sel oleh dimer isoeugenol dapat mengakibatkan
gangguan pada pergerakan spermatozoa yang disebabkan penurunan fungsi
mitokondria dan gangguan pada mikrotubul. Penurunan fungsi mitokondria
tersebut diduga disebabkan oleh peroksidasi lipid yang mampu merusak membran
sel mitokondria sehingga dapat mengganggu kerja mitokondria pada sel
spermatozoa. Mitokondria berfungsi sebagai tempat penghasil energi untuk
pergerakan spermatozoa, melalui siklus krebs (Gaffney dkk. 2011: 56). Gangguan
pada mitokondria akan menyebabkan penurunan jumlah energi yang dihasilkan
sehingga pergerakan spermatozoa akan tergganggu. Selain itu, penurunan
motilitas spermatozoa juga dapat disebabkan gangguan pada mikrotubul oleh
dimer isoeugenol. Dimer isoeugenol diduga dapat masuk kedalam spermatozoa
dengan merusak membran sel dan memengaruhi mikrotubul sehingga
menyebabkan penurunan kemampuan kontraktil mikrotubul.

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Jill Wanda Hamilton, FMIPA UI, 2012


36

A B

14 m 14 m

C D

14 m 14 m

Keterangan:
A : Spermatozoa normal
B : Spermatozoa yang ekornya menggulung pada bagian akhir
C : Spermatozoa yang ekornya menggulung pada bagian tengah
D : Spermatozoa yang masih terdapat cytoplasmic droplet

Gambar 4.2 Hasil pengamatan spermatozoa abnormal


[Sumber: Dokumentasi pribadi.]

Pada hasil penelitian ditemukan kelainan pada spermatozoa berupa


spermatozoa dengan ekor menggulung dan masih terdapatnya cytoplasmic droplet
(Gambar 4.2). Menurut
Menurut Garner & Hafez (1987: 204), banyak faktor yang dapat
menyebabkan keabnormalan spermatozoa yang terjadi selama proses
perkembangan spermatozoa. Keabnormalan tersebut dapat disebabkan oleh
adanya gangguan pada ATPase, tingginya suhu tubuh, dan terganggun ya fungsi
epididimis. Bila tahap perkembangan terjadi tidak sempurna atau terjadi

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Jill Wanda Hamilton, FMIPA UI, 2012


37

gangguan fungsi pada epididimis, dapat menyebabkan abnormalitas pada


spermatozoa (Leeson dkk. 1996: 531).
Abnormalitas spermatozoa dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
abnormalitas primer dan abnormalitas sekunder. Abnormalitas primer
dikarenakan adanya kesalahan pada spermatogenesis di dalam tubulus seminiferus
yang dapat disebabkan karena penyakit, defisiensi nurisi makanan, bahan kimia,
dan pengaruh lingkungan yang buruk (Nugraheni dkk. 2003: 18). Leher
menggulung, dan masih terdapatnya cytoplasmic droplet pada sel spermatozoa
digolongkan dalam abnormalitas sekunder. Terjadinya abnormalitas sekunder
dikarenakan proses pematangan di epididimis yang belum sempurna
(Purwaningsih 1996: 58).
Penelitian Leonardo dkk. (2008) menyatakan bahwa eugenol dan
isoeugenol dapat menyebabkan kematian sel-sel spermatozoa secara in vitro (lihat
MMWCP-VMP 2008: 8). Apabila dimer isoeugenol dapat memasuki sawar darah
testis dan kemudian masuk ke dalam tubulus seminiferus, maka senyawa tersebut
akan mampu memengaruhi epitel pada tubulus seminiferus sehingga dapat
memengaruhi sel spermatogenik. Epitel pada tubulus seminiferus terdiri atas sel
sertoli dan sel spermatogenik.
Tubulus seminiferus pada testis merupakan tempat dihasilkannya
spermatozoa sehingga gangguan pada tubulus seminiferus dapat mengganggu
fungsi tubulus seminiferus untuk melakukan spermatogenesis dan memproduksi
spermatozoa (Moeloek 1994: 12; Lesson dkk. 1996: 511). Gangguan tersebut
diduga dikarenakan adanya senyawa dimer isoeugenol yang mampu menembus
sawar darah testis dan berpeluang untuk masuk ke dalam tubulus seminiferus
sehingga mengganggu fungsi tubulus seminiferus. Hal tersebut dapat
memengaruhi jumlah spermatozoa hidup serta gangguan pelepasan sperma ke
dalam saluran pengeluaran.
Viabilitas adalah kemampuan ketahanan hidup spermatozoa di luar tubuh,
lingkungan yang tidak cocok akan mengakibatkan spermatozoa tidak bergerak
(WHO 1988: 32). Menurut Moeloek (1985: 230) sekret dari kelenjar-kelenjar
aksesoris yang terdiri dari kelenjar bulbouretra, prostat, dan vesika seminalis
berupa cairan semen, memungkinkan spermatozoa mampu hidup untuk jangka

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Jill Wanda Hamilton, FMIPA UI, 2012


38

waktu tertentu. Berdasarkan hasil uji statistik, diketahui adanya penurunan


persentase viabilitas spermatozoa pada dosis 4,8 mg/kg bb; 9,6 mg/kg bb; dan
19,2 mg/kg bb. Apabila dimer isoeugenol dapat memasuki sawar darah testis dan
kemudian masuk ke dalam tubulus seminiferus, maka senyawa tersebut dapat
memengaruhi sel-sel spermatogenik.
Berdasarkan pada penelitian Wildawati (2012: 41) diketahui bahwa
pemberian ekstrak dimer isoeugenol dapat memengaruhi jumlah sel
spermatogenik, sehingga jumlah sel spermatogenik yang ada pada tubulus
seminiferus mengalami penurunan. Penurunan jumlah sel spermatogenik akan
menyebabkan penurunan jumlah sel spermatozoa. Diketahui bahwa pemberian
ekstrak dimer isoeugenol secara oral menyebabkan penurunan konsentrasi
spermatozoa pada dosis 9,6 mg/kg bb dan 19,2 mg/kg bb yang didasarkan pada
uji statistik. Rendahnya konsentrasi spermatozoa juga dapat disebabkan adanya
penurunan produksi testosteron dan DHT yang disebabkan adanya gangguan
fungsi pada sel leydig (Moeloek 1994: 15; Guyton & Hall 1997: 1268).
Penurunan produksi tersebut akan menyebabkan gangguan pada fungsi epididimis
dalam proses pematangan spermatozoa (Hafez & Prasad 1976: 35).
Ekstrak dimer isoeugenol dibuat dengan metode etil asetat menggunakan
pelarut air dan etil ester. Penelitian tersebut membuktikan bahwa mencit yang
diberikan ekstrak dimer isoeugenol selama 36 hari berturut-turut ternyata
memberikan pengaruh nyata terhadap kualitas spermatozoa pada dosis 4,8 mg/kg
bb; 9,6 mg/kg bb; dan 19,2 mg/kg bb serta konsentrasi spermatozoa pada dosis 9,6
mg/kg bb dan 19,2 mg/kg bb. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa
pemberian ekstrak dimer isoeugenol dapat menurunkan kualitas spermatozoa
mencit jantan mulai dari dosis 4,8 mg/kg bb dan memiliki batas aman penggunaan
hingga 2,4 mg/kg bb.

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Jill Wanda Hamilton, FMIPA UI, 2012


39

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

1. Pemberian ekstrak dimer isoeugenol secara oral pada dosis 4,8 mg/kg bb; 9,6
mg/kg bb; dan 19,2 mg/kg bb menyebabkan penurunan persentase motilitas
dan viabilitas spermatozoa mencit.
2. Pemberian ekstrak dimer isoeugenol secara oral pada dosis 9,6 mg/kg bb dan
19,2 mg/kg bb menyebabkan penurunan konsentrasi spermatozoa mencit.
3. Pemberian ekstrak dimer isoeugenol secara oral pada dosis 4,8 mg/kg bb; 9,6
mg/kg bb; dan 19,2 mg/kg bb menyebabkan kenaikan persentase abnormalitas
spermatozoa mencit.

5.2 SARAN

1. Perlu dilakukan pemeriksaan hormon testosteron pada mencit jantan, sehingga


hasil yang didapatkan lebih akurat.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan mengawinkan mencit jantan dan
mencit betina untuk mengetahui kemampuan reproduksinya.

39 Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Jill Wanda Hamilton, FMIPA UI, 2012


40

DAFTAR REFERENSI

Arief, A. 1990. Hortikultura. Penebar Swadaya, Jakarta: iv + 86 hlm.


Atsumi, T., S. Fujisawa, & K. Tonosaki. 2005. A comparative study of the
antioxidant/prooxidant activities od eugenol and isoeugenol with various
concentrations and oxidation conditions. Toxicology in Vitro 19: 1025--
1033.
Bortolomeazzi, R., G. Verardo, A. Liessi, & A. Callea. 2010. Formation of
dehydrodiisoeugenol and dehydrodieugenol from the reaction of isoeugenol
and eugenol with DPPH Radical and Their Role in the radical scavenging
activity. Journal Food Chemistry 118: 256--265.
Burger, H.G., D.M. de Kretser, & B. Hudson. 1976. Spermatogenesis and its
endocrine control. Dalam: Hafez, E.S.E. (eds.). 1976. Human semen and
fertility regulation in men. The C.V. Mosby Company, Saint Louis: 3--16.
Campbell, N.A., J.B. Reece, & L.G. Mitchell. 2004. Biologi. Terj. dari Biology,
oleh W. Manalu. Penerbit Erlangga, Jakarta: xxi + 501 hlm.
Conover, W.J. 1980. Practical non Parametric statistic, Ed. Ke-2. John Wiley &
Sons Incorporation, New York: xiv+493 hlm.
Coudhary, R., V.K. Chawala, N.D. Soni, J. Kumar, & R.K. Vyas. 2010. Oxidative
stress and role of antioxidants in male infertility. Pakistan Journal of
Physiology 6(2): 54--59.
Danke, R. J., R. J. Panciera, & A. D. Tillman. 1965. Gossypol Toxicity studies
with sheep. Journla of Animal Science 24: 1999--1201.
Freund, M. & R.N. Peterson. 1976. Semen evaluation and fertility. Dalam: Hafez,
E.S.E. (eds.). 1976. Human semen and fertility regulation in men. The
C.V. Mosby Company, Saint Louis: 344--354.
Fujisawa, S., T. Atsumi, M. Ishihara, & Y. Kadoma. 2004. Cytotoxicity, ROS-
generations activity anf radical-scavenging activity of curcumin ad related
compounds. Anticancer Research 24: 563--570.
Gaffney, E.A., H. Gadelha, D.J. Smith, J.R. Blake, & J.C. Krikman-Brown. 2011.
Mamalian sperm motility: Observation and theory. Annual Review of
Fluid Mechanics 43: 501-528.

40 Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Jill Wanda Hamilton, FMIPA UI, 2012


41

Ganong, W.F. 2003. Buku ajar fisiologi kedokteran. 5th ed. Terj. dari: Review
of medical physiology, oleh Widjajakusumah, H.M.D. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta: xi+870 hlm.
Garner, D. L. & E. S. E. Hafez. 1987. Spermatozoa dan seminal plasma. Dalam:
Hafez, E. S. E. (ed.). 1987. Reproduction in farm mamals. Lea &
Febiger, Philadelphia: 189--209.
George, J.D., C.J. Price, M.C. Marr, C.B. Myers, & G.D. Jahnke. 2001.
Evaluation of the development toxicity of isoeugenol in Sprague-Dawley
(CD) rats. Toxicological Science 60: 112--120.
Gutteridge, J.M.C. 1995. Lipid peroxidation and antioxidants as biomarkers of
tissue damage. Clinical Chemistry 41(12): 1819--1828.
Guyton, A. C. 1996. Buku teks kedokteran. Ed ke-5 Bagian 2. Terj. dari Textbook
of medical physiology, oleh Darma A. & P. Lukmanto. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta: xiii + 587 hlm.
Guyton, A.C. & J.E. Hall. 1997. Buku ajar fisiologi kedokteran. 9th ed. Terj. dari:
Textbook of medical physiology, oleh Irawati, D., L.M.A.K.A. Tenagdi &
A. Susanto. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta: L + 1428 hlm.
Hafez, E.S.E. & Prasad. 1976. Functional aspects of the epididymis. Dalam:
Hafez, E.S.E. (ed.). 1976. Human semen and fertility regulation in men.
The C.V. Mosby Company, Saint Louis: 31--43.
Halliwell, B. & S. Chirico. 1993. Lipid peroxidation: its mechanism,
measurement, and significance. The American Journal of Clinical
Nutrition 57: 715S--725S.
Hartamto, H. 1985. Analisis semen. Dalam: Moeloek, N. & A. Tjokronegoro
(eds.). 1985. Proses produksi, kesuburan, dan seks dalam perkawinan.
Balai Penerbit FKUI, Jakarta: 161--167.
Haryanto, E., T. Suhartini, E. Rahayu, & H. H. Sunarjono. 2007. Sawi dan
selada. Penebar Swadaya, Depok: vii + 113 hlm.
Hedrich, J. H., J. Baker, R. Lindsey, & S. H. Weisbroth. 2006. The laboratory
rat. Elsevier Inc., Oxford: xiii + 912 hlm.
Johnson, M.H. & B.J. Everitt. 2000. Essential reproduction. 5th ed. Blackwell
Science, Oxford: xvi + 285 hlm.

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Jill Wanda Hamilton, FMIPA UI, 2012


42

Junquiera, L.C. & J. Carneiro. 1980. Basic histology. 3rd ed. Lange Medical
Publication, Canada: xiii + 504 hlm.
Kimball, J.W. 1991. Biologi, Ed ke-5. Jilid 2. Terj. Dari Biology. 5th ed., oleh
Tjitrosomo, S.S, & N. Sugiri. Penerbit Erlangga, Jakarta: xii + 755 hlm.
Kwitny, S., A.V. Klaus, & G.R. Hunnicutt. 2010. The annulus of the mouse sperm
tail is required to establish a membrane diffusion barrier that is engaged
during the late steps of spermiogenesis. Biology of Reproduction 82: 669--
678.
Leeson, C.R., T.S. Leeson, & A.A. Paparo. 1996. Buku ajar histologi. Ed. ke-5.
Terj. dari Textbook of Histology. 5th ed., oleh Tambajong, J. &
Wonodirekso (eds.). Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta: ix + 622
hlm.
Lindsay, D.R., K.W. Entwistle & A. Winantea. 1982. Reproducion in domestic
livestock in Indonesia. Queenland Press., Melbourne: xii + 76 hlm.
Malole, M.B. & C.S.V. Pramono. 1989. Penggunaan hewan-hewan percobaan di
laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Pusat Antar
Universitas Bioteknologi IPB, Bogor: vii + 276 hlm.
Moein, M. R., V. O. Dehghani, N. Tabibnejad, & S. Vahidi. 2007. Reactive
Oxygen Species (ROS) level in seminal plasma of infertile men and
healthy donors. Irian Journal of Reproductive Medicini 5: 51--55.
Moeloek, N. 1994. Sistem reproduksi jantan/pria. Dalam: Syahrum, M.H.,
Kamaludin, & A. Tjokrenegoro (ed.). 1994. Reproduksi dan embriologi:
Dari satu sel menjadi organisme. Balai Penerbit FKUI, Jakarta: 9--16.
Muhlisah, F. 2007. Tanaman Obat Keluarga. Penebar Swadaya, Jakarta: 85 hlm.
Murakami, Y., M. Shoji, A. Hirata, S. Tanaka, I. Yokoe, & S. Fujisawa. 2005.
Dehydrodiisoeugenol, an isoeugenol dimer, inhibits lipopolysaccharide-
stimulated nuclear factor kappa B activation and cyclooxygenase-2
expression in macrophages. Archives of Biochemistry and Biophysics 434:
326--332
MMWD-VMP (=Marine Municipal Water District-Vegetation Management
Plan). 2008. Chemical weed control techniques. Marine Municipal Water
District. Corte Madera, CA.

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Jill Wanda Hamilton, FMIPA UI, 2012


43

Nalbandov, A.V. 1990. Fisiologi reproduksi pada mamalia dan unggas. Ed. ke-3.
Terj. dari Reproductive physiology of mammals and birds, oleh Keman, S.
Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta: xx + 378 hlm.
NTP (=National Toxicology Program). 2010. Toxicology and carcinogenesis
studies of isoeugenol in F344/N rats and B6C3F1 mice. NIH publication,
United States: 180 hlm.
Nugraheni, T., O.P. Astirin, & T. Widiyanti. 2003. Pengaruh vitamin C terhadap
perbaikan spermatogenesis dan kualitas spermatozoa mencit (Mus
musculus L.) setelah pemberian ekstrak tembakau (Nicotiana tabacum L.).
Biofarmasi 1(1): 13--19.
Pedersen, H. & D.W. Fawcett. 1976. Functional anatomy of the human
spermatozoon. Dalam: Hafez, E.S.E. (eds.). 1976. Human semen and
fertility regulation in men. The C.V. Mosby Company, Saint Louis: 65--
75.
Purwaningsih, E. 1996. Morfologi spermatozoa: Adakah kaitannya dengan
keberhasilan kehamilan? Jurnal Kedokteran YARSI 4(1): 54--63.
Ramadhani, D. 2007. Pengaruh pemberian ekstrak Pimpinella pruatjan Molkenb.
(Purwoceng) fraksi kloroform secara oral terhadap kualitas spermatozoa
Mus musculus L. (mencit) jantan galur DDY. Skripsi S1 Universitas
Indonesia, Depok: xi + 93 hlm.
Ross, M.H., L.J. Romrell, & G.I. Kaye. 1995. Histology: A text and atlas. 3rd ed.
Williams & Wilkins Publisher, Baltimore: xiii + 823 hlm.
Rugh, R. 1968. The Mouse: Its reproduction and developmental. Burgess
Publishing Company, Minneapolis: iv + 430 hlm.
Rukamana, R. 2004. Temu-temuan Apotik Hidup di Pekarangan. Penerbit
Kanisius, Yogyakarta: 61 hlm.
Salanti, A, M. Orlandi, E. Tolppa, & L. Zoia. 2010. Oxidatioan of isoeugenol by
Salen complexes with Bulky. International Journal of Molecular Sciences
11: 912--926.
Sanocka, D. & Kurpisz, M. 2004. Reactive Oxygen Species and Sperm Cells.
Reproductive Biology and Endrocrinology 2: 1--7.

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Jill Wanda Hamilton, FMIPA UI, 2012


44

Santoso, S. 2003. Mengatasi berbagai masalah statistik dengan SPSS 11.5. PT


Alex Media, Jakarta: xi + 591 hlm.
Sikka, S.C. 1995. Oxidative stress and role of antioxidants in normal and
abnormal sperm function. Frontiers in Bioscience 1: 77--86.
Smith, J.B. & S. Mangkoewidjojo. 1988. Pemeliharaan, pembiakkan, dan
penggunaan hewan percobaan di daerah tropis. Penerbit Universitas
Indonesia, Jakarta: xvi + 161 hlm.
Voet, J.G. & D. Voet. 2004. Biochemistry. 3th ed. John Wiley, New York:
xiv+2189 hlm.
WHO (=World Health Organization). 1988. Penuntun laboratorium WHO untuk
pemeriksaan semen manusia dan interaksi semen-getah servik. Terj. dari
WHO laboratory manual for the examination of human semen and
semencervical mucus interaction, oleh Tadjudin, M.K. Balai Penerbit FK
UI, Jakarta: xiv + 81 hlm.
Wijayakusuma, H. 2008. Ramuan Lengkap Herbal Taklukkan Penyakit. Pustaka
Bunda, Jakarta: viii+324 hlm.
Wildawati, N. 2012. Pengaruh Pemberian Ekstrak Dimer Isoeugenol secara Oral
terhadap Spermatogenesis Mencit (Mus musculus L.) Jantan Galur DDY.
Skripsi S1 Universitas Indonesia, Depok: xii + 65 hlm.
Yatim, W. 1988. Efek anti-fertilitas gossipol dan gula berkhlor terhadap tikus
jantan (Rattus novergicus) dan implikasi prospeknya sebagai kontraseptif
pria. Disertasi S3 Universitas Padjajaran, Bandung: xxiii + 432 hlm.
Yuda, A. 2007. Bioaktivitas Senyawa Dimer dari Isoeugenol dengan Enzin
Peroksidase dari Tanaman Sawi Hijau (Brassica juncea). Skripsi S1
Universitas Indonesia, Depok: xii + 82 hlm.

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Jill Wanda Hamilton, FMIPA UI, 2012


45

Lampiran 1
Uji Normalitas Shapiro-Wilk terhadap Data Persentase Motilitas Spermatozoa
Mencit (Mus musculus L.) Jantan Galur DDY

Tujuan:
Untuk mengetahui distribusi data motilitas spermatozoa mencit jantan
sebagai prasyarat untuk uji analisis variansi (anava)
Hipotesis:
Ho : Data motilitas spermatozoa mencit jantan berdistribusi normal
Ha : Data motilitas spermatozoa mencit jantan berdistribusi tidak
normal
Tarif nyata:
Nilai yang digunakan pada = 0,05
Kriteria pengujian:
Jika P < 0,05; maka Ho ditolak
Jika P > 0,05; maka Ho diterima
Hasil perhitungan:
Shapiro-Wilk
NAMA Statistik Df Probabilitas (P)
DATA Mot. .948 25 .230

Nilai P = 0,230 ; jika P > 0,05; maka Ho diterima


Kesimpulan:
Data motilitas spermatozoa mencit jantan berdistribusi normal

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Jill Wanda Hamilton, FMIPA UI, 2012


46

Lampiran 2
Uji Homogenitas Levene terhadap Data Persentase Motilitas Spermatozoa Mencit
(Mus musculus L.) Jantan Galur DDY

Tujuan:
Untuk mengetahui distribusi data motilitas spermatozoa mencit jantan
sebagai prasyarat untuk uji analisis variansi (anava)
Hipotesis:
Ho : Data motilitas spermatozoa mencit jantan bervariansi homogen
Ha : Data motilitas spermatozoa mencit jantan tidak bervariansi
Tarif nyata:
Nilai yang digunakan pada = 0,05
Kriteria pengujian:
Jika P < 0,05; maka Ho ditolak
Jika P > 0,05; maka Ho diterima
Hasil perhitungan:
Uji Levene df1 df2 Probabilitas (P)
1.249 4 20 .322

Nilai P = 0,322; jika P > 0,05; maka Ho diterima


Kesimpulan:
Data motilitas spermatozoa mencit jantan bervariansi homogen

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Jill Wanda Hamilton, FMIPA UI, 2012


47

Lampiran 3
Uji Analisis Variansi (anava) 1-faktor terhadap Data Persentase Motilitas
Spermatozoa Mencit (Mus musculus L.) Jantan Galur DDY

Tujuan:
Untuk mengerahui ada atau tidak adanya pengaruh pemberian ekstrak
dimer isoeugenol secara oral terhadap motilitas spermatozoa mencit jantan pada
ke-5 perlakuan
Hipotesis:
Ho : Tidak adanya pengaruh pemberian ekstrak dimer isoeugenol
secara oral terhadap motilitas spermatozoa mencit jantan pada
ke-5 perlakuan
Ha : Adanya pengaruh pemberian esktrak dimer isoeugenol secara oral
terhadap motilitas spermatozoa mencit jantan pada ke-5 perlakuan
Tarif nyata:
Nilai yang digunakan pada = 0,05
Kriteria pengujian:
Jika P < 0,05; maka Ho ditolak
Jika P > 0,05; maka Ho diterima
Hasil perhitungan:
Jumlah df Kuadrat F Probabilitas (P)
Kuadrat Tengah
Antar kelompok 5663.400 4 1415.860 65.549 .000
Dalam kelompok 432.000 20 21.600
Total 6095.440 24

Nilai P = 0,000; jika P < 0,05; maka Ho diterima


Kesimpulan:
Ada pengaruh pemberian ekstrak dimer isoeugenol secara oral terhadap
motilitas spermatozoa mencit jantan pada ke-5 perlakuan.

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Jill Wanda Hamilton, FMIPA UI, 2012


48

Lampiran 4
Uji Perbandingan Berganda LSD terhadap Data Persentase Motilitas Spermatozoa
Mencit (Mus musculus L.) Jantan Galur DDY

Tujuan:
Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan motilitas spermatozoa
mencit jantan antara pasangan perlakuan
Hipotesis:
Ho : Tidak adanya perbedaan motilitas spermatozoa mencit jantan
antara pasangan perlakuan
Ha : Adanya perbedaan motilitas spermatozoa mencit jantan antara
pasangan perlakuan
Tarif nyata:
Nilai yang digunakan pada = 0,05
Kriteria pengujian:
Jika P < 0,05; maka Ho ditolak
Jika P > 0,05; maka Ho diterima

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Jill Wanda Hamilton, FMIPA UI, 2012


49

(lanjutan)
Hasil perhitungan:

(I) (J) Selisih Mean SE P Interval Kepercayaan 95%


VAR1 VAR2 (I-J) Batas Bawah Batas Atas
LSD 0 1 5.80000 2.93939 .062 -.3315 11.9315
2 23.60000* 2.93939 .000 17.4685 29.7315
3 23.40000* 2.93939 .000 17.2675 29.5315
4 42.60000* 2.93939 .000 36.4685 48.7315
1 0 -5.80000 2.93939 .062 -11.9315 .3315
2 17.80000* 2.93939 .000 11.6685 23.9315
3 17.60000* 2.93939 .000 11.4685 23.7315
4 36.80000* 2.93939 .000 30.6685 42.9315
2 0 -23.60000* 2.93939 .000 -29.7315 -17.4685
1 -17.80000* 2.93939 .000 -23.9315 -11.6685
3 -.20000 2.93939 .946 -6.3315 5.9315
4 19.00000* 2.93939 .000 12.8685 25.1315
3 0 -23.40000* 2.93939 .000 -29.5315 -17.2685
1 -17.60000* 2.93939 .000 -23.7315 -11.4685
2 .20000 2.93939 .946 -5.9315 6.3315
4 19.20000* 2.93939 .000 13.0685 25.3315
4 0 -42.60000* 2.93939 .000 -48.7315 -36.4685
1 -36.80000* 2.93939 .000 -42.9315 -30.6685
2 -19.00000* 2.93939 .000 -25.1315 -12.8685
3 -19.20000* 2.93939 .000 -25.3315 -13.0685

Keterangan:
* : Berbeda Nyata
SE : Standar Eror
P : Probabilitas

Kesimpulan:
Terdapat perbedaan nyata antara KK dengan KP2, KP3, dan KP4; KP1
dengan KP2, KP3, dan KP4; KP2 dengan KK, KP1, dan KP4; KP3 dengan KK,
KP1, dan KP4; serta KP4 dengan KK, KP1, KP2, dan KP3, serta tidak ada
perbedaan nyata antara KK dengan KP1; KP2 dengan KP3.

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Jill Wanda Hamilton, FMIPA UI, 2012


50

Lampiran 5
Uji Normalitas Shapiro-Wilk terhadap Data Persentase Viabilitas Spermatozoa
Mencit (Mus musculus L.) Jantan Galur DDY

Tujuan:
Untuk mengetahui distribusi data viabilitas spermatozoa mencit jantan
sebagai prasyarat untuk uji analisis variansi (anava)
Hipotesis:
Ho : Data viabilitas spermatozoa mencit jantan berdistribusi normal
Ha : Data viabilitas spermatozoa mencit jantan berdistribusi tidak
normal
Tarif nyata:
Nilai yang digunakan pada = 0,05
Kriteria pengujian:
Jika P < 0,05; maka Ho ditolak
Jika P > 0,05; maka Ho diterima
Hasil perhitungan:
Shapiro-Wilk
NAMA Statistik df Probabilitas (P)
DATA Mot. .935 25 .115

Nilai P = 0,115 ; jika P > 0,05; maka Ho diterima


Kesimpulan:
Data viabilitas spermatozoa mencit jantan berdistribusi normal

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Jill Wanda Hamilton, FMIPA UI, 2012


51

Lampiran 6
Uji Homogenitas Levene terhadap Data Persentase Viabilitas Spermatozoa Mencit
(Mus musculus L.) Jantan Galur DDY

Tujuan:
Untuk mengetahui distribusi data viabilitas spermatozoa mencit jantan
sebagai prasyarat untuk uji analisis variansi (anava)
Hipotesis:
Ho : Data viabilitas spermatozoa mencit jantan bervariansi homogen
Ha : Data viabilitas spermatozoa mencit jantan tidak bervariansi
Tarif nyata:
Nilai yang digunakan pada = 0,05
Kriteria pengujian:
Jika P < 0,05; maka Ho ditolak
Jika P > 0,05; maka Ho diterima
Hasil perhitungan:
Uji Levene df1 df2 Probabilitas (P)
.618 4 20 .655

Nilai P = 0,655; jika P > 0,05; maka Ho diterima


Kesimpulan:
Data viabilitas spermatozoa mencit jantan bervariansi homogen

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Jill Wanda Hamilton, FMIPA UI, 2012


52

Lampiran 7
Uji Analisis Variansi (anava) 1-faktor terhadap Data Persentase Viabilitas
Spermatozoa Mencit (Mus musculus L.) Jantan Galur DDY

Tujuan:
Untuk mengerahui ada atau tidak adanya pengaruh pemberian ekstrak
dimer isoeugenol secara oral terhadap viabilitas spermatozoa mencit jantan pada
ke-5 perlakuan
Hipotesis:
Ho : Tidak adanya pengaruh pemberian ekstrak dimer isoeugenol
secara oral terhadap viabilitas spermatozoa mencit jantan pada
ke-5 perlakuan
Ha : Adanya pengaruh pemberian esktrak dimer isoeugenol secara oral
terhadap viabilitas spermatozoa mencit jantan pada ke-5
perlakuan
Tarif nyata:
Nilai yang digunakan pada = 0,05
Kriteria pengujian:
Jika P < 0,05; maka Ho ditolak
Jika P > 0,05; maka Ho diterima
Hasil perhitungan:
Jumlah df Kuadrat F Probabilitas (P)
Kuadrat Tengah
Antar kelompok 8792.640 4 2198.160 43.875 .000
Dalam kelompok 1002.000 20 50.100
Total 9794.640 24

Nilai P = 0,000; jika P < 0,05; maka Ho diterima


Kesimpulan:
Ada pengaruh pemberian ekstrak dimer isoeugenol secara oral terhadap
viabilitas spermatozoa mencit jantan pada ke-5 perlakuan.

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Jill Wanda Hamilton, FMIPA UI, 2012


53

Lampiran 8
Uji Perbandingan Berganda LSD terhadap Data Persentase Viabilitas
Spermatozoa Mencit (Mus musculus L.) Jantan Galur DDY

Tujuan:
Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan viabilitas spermatozoa
mencit jantan antara pasangan perlakuan
Hipotesis:
Ho : Tidak adanya perbedaan viabilitas spermatozoa mencit jantan
antara pasangan perlakuan
Ha : Adanya perbedaan viabilitas spermatozoa mencit jantan antara
pasangan perlakuan
Tarif nyata:
Nilai yang digunakan pada = 0,05
Kriteria pengujian:
Jika P < 0,05; maka Ho ditolak
Jika P > 0,05; maka Ho diterima

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Jill Wanda Hamilton, FMIPA UI, 2012


54

(lanjutan)
Hasil perhitungan:

(I) (J) Selisih Mean SE P Interval Kepercayaan 95%


VAR1 VAR2 (I-J) Batas Bawah Batas Atas
LSD 0 1 4.40000 4.47661 .337 -4.9380 13.7380
2 28.40000* 4.47661 .000 19.0620 37.7380
3 37.20000* 4.47661 .000 27.8620 46.5380
4 48.60000* 4.47661 .000 39.2620 57.9380
1 0 -4.40000 4.47661 .337 -13.7380 4.9380
2 24.20000* 4.47661 .000 14.6620 33.3380
3 13.00000* 4.47661 .000 23.4620 42.1380
4 24.40000* 4.47661 .000 34.8620 53.5380
2 0 -28.40000* 4.47661 .000 -37.7380 -19.0620
1 -24.00000* 4.47661 .000 -33.3380 -14.6620
3 8.80000 4.47661 .063 -.5380 18.1380
4 20.20000* 4.47661 .000 10.8620 29.5380
3 0 -37.20000* 4.47661 .000 -46.5380 -27.8620
1 -32.80000* 4.47661 .000 -42.1380 -23.4620
2 -8.80000 4.47661 .063 -18.1380 .5380
4 11.40000* 4.47661 .019 2.0620 20.7380
4 0 -48.60000* 4.47661 .000 -57.9380 -39.2620
1 -44.20000* 4.47661 .000 -52.5280 -34.8620
2 -20.20000* 4.47661 .000 -29.5380 -10.8620
3 -11.40000* 4.47661 .019 -20.7380 -2.0620

Keterangan:
* : Berbeda Nyata
SE : Standar Eror
P : Probabilitas

Kesimpulan:
Terdapat perbedaan nyata antara KK dengan KP2, KP3, dan KP4; KP1
dengan KP2, KP3, dan KP4; KP2 dengan KK, KP1, dan KP4; KP4 dengan KK,
KP1, KP2, dan KP3, serta tidak ada perbedaan antara KK dengan KP1; KP2
dengan KP3.

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Jill Wanda Hamilton, FMIPA UI, 2012


55

Lampiran 9
Uji Normalitas Shapiro-Wilk terhadap Data Konsentrasi Spermatozoa Mencit
(Mus musculus L.) Jantan Galur DDY

Tujuan:
Untuk mengetahui distribusi data konsentrasi spermatozoa mencit jantan
sebagai prasyarat untuk uji analisis variansi (anava)
Hipotesis:
Ho : Data konsentrasi spermatozoa mencit jantan berdistribusi normal
Ha : Data konsentrasi spermatozoa mencit jantan berdistribusi tidak
normal
Tarif nyata:
Nilai yang digunakan pada = 0,05
Kriteria pengujian:
Jika P < 0,05; maka Ho ditolak
Jika P > 0,05; maka Ho diterima
Hasil perhitungan:
Shapiro-Wilk
NAMA Statistik df Probabilitas (P)
DATA Mot. .932 25 .097

Nilai P = 0,097; jika P > 0,05; maka Ho diterima


Kesimpulan:
Data konsentrasi spermatozoa mencit jantan berdistribusi normal

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Jill Wanda Hamilton, FMIPA UI, 2012


56

Lampiran 10
Uji Homogenitas Levene terhadap Data Konsentrasi Spermatozoa Mencit
(Mus musculus L.) Jantan Galur DDY

Tujuan:
Untuk mengetahui distribusi data konsentrasi spermatozoa mencit jantan
sebagai prasyarat untuk uji analisis variansi (anava)
Hipotesis:
Ho : Data konsentrasi spermatozoa mencit jantan bervariansi homogen
Ha : Data konsentrasi spermatozoa mencit jantan tidak bervariansi
Tarif nyata:
Nilai yang digunakan pada = 0,05
Kriteria pengujian:
Jika P < 0,05; maka Ho ditolak
Jika P > 0,05; maka Ho diterima
Hasil perhitungan:
Uji Levene df1 df2 Probabilitas (P)
1.453 4 20 .254

Nilai P = 0,254; jika P > 0,05; maka Ho diterima


Kesimpulan:
Data konsentrasi spermatozoa mencit jantan bervariansi homogen

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Jill Wanda Hamilton, FMIPA UI, 2012


57

Lampiran 11
Uji Analisis Variansi (anava) 1-faktor terhadap Data Konsentrasi Spermatozoa
Mencit (Mus musculus L.) Jantan Galur DDY

Tujuan:
Untuk mengerahuia ada atau tidak adanya pengaruh pemberian ekstrak
dimer isoeugenol secara oral terhadap konsentrasi spermatozoa mencit jantan pada
ke-5 perlakuan
Hipotesis:
Ho : Tidak adanya pengaruh pemberian ekstrak dimer isoeugenol
secara oral terhadap konsentrasi spermatozoa mencit jantan pada
ke-5 perlakuan
Ha : Adanya pengaruh pemberian esktrak dimer isoeugenol secara oral
terhadap konsentrasi spermatozoa mencit jantan pada ke-5
perlakuan
Tarif nyata:
Nilai yang digunakan pada = 0,05
Kriteria pengujian:
Jika P < 0,05; maka Ho ditolak
Jika P > 0,05; maka Ho diterima
Hasil perhitungan:
Jumlah Df Kuadrat F Probabilitas (P)
Kuadrat Tengah
Antar kelompok 1619.976 4 404.994 29.602 .000
Dalam kelompok 273.724 20 13.68
Total 1893.600 24

Nilai P = 0,000; jika P < 0,05; maka Ho diterima


Kesimpulan:
Ada pengaruh pemberian ekstrak dimer isoeugenol secara oral terhadap
konsentrasi spermatozoa mencit jantan pada ke-5 perlakuan.

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Jill Wanda Hamilton, FMIPA UI, 2012


58

Lampiran 12
Uji Perbandingan Berganda LSD terhadap Data Konsentrasi Spermatozoa Mencit
(Mus musculus L.) Jantan Galur DDY

Tujuan:
Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan konsentrasi spermatozoa
mencit jantan antara pasangan perlakuan
Hipotesis:
Ho : Tidak adanya perbedaan konsentrasi spermatozoa mencit jantan
antara pasangan perlakuan
Ha : Adanya perbedaan konsentrasi spermatozoa mencit jantan antara
pasangan perlakuan
Tarif nyata:
Nilai yang digunakan pada = 0,05
Kriteria pengujian:
Jika P < 0,05; maka Ho ditolak
Jika P > 0,05; maka Ho diterima

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Jill Wanda Hamilton, FMIPA UI, 2012


59

(lanjutan)
Hasil perhitungan:

(I) (J) Selisih Mean SE P Interval Kepercayaan 95%


VAR1 VAR2 (I-J) Batas Bawah Batas Atas
LSD 0 1 1.64000 2.33933 .491 -3.2398 6.5198
2 2.64000 2.33933 .272 -2.2398 7.5198
3 12.5000* 2.33933 .000 7.6602 17.4198
4 21.08000* 2.33933 .000 16.2002 25.9598
1 0 -1.64000 2.33933 .491 -6.5198 3.2398
2 1.00000 2.33933 .674 -3.8798 5.8798
3 10.90000* 2.33933 .000 6.0202 15.7798
4 19.44000* 2.33933 .000 14.5602 24.3198
2 0 -2.64000 2.33933 .272 -7.5198 2.2398
1 -1.00000 2.33933 .674 -5.8798 3.8798
3 9.90000* 2.33933 .000 5.0202 14.7798
4 18.44000* 2.33933 .000 13.5602 23.3198
3 0 -12.54000* 2.33933 .000 -17.4198 -7.6602
1 -10.90000* 2.33933 .000 -15.7798 -6.0202
2 -9.90000* 2.33933 .000 -14.77798 -5.0202
4 8.54000* 2.33933 .002 3.6602 13.4198
4 0 -21.08000* 2.33933 .000 -25.9598 -16.2002
1 -19.44000* 2.33933 .000 -24.3198 -14.5602
2 -18.44000* 2.33933 .000 -23.3198 -13.5602
3 -8.54000* 2.33933 .002 -13.4198 -3.6602

Keterangan:
* : Berbeda Nyata
SE : Standar Eror
P : Probabilitas

Kesimpulan:
Terdapat perbedaan nyata antara KK dengan KP3; KP1 dengan KP3; KP2
dengan KP3 dan KP4; KP3 dengan KK, KP1, KP2, dan KP4; KP4 dengan KK,
KP1, KP2, dan KP3, serta tidak ada perbedaan antara KK dengan KP1 dan KP2.

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Jill Wanda Hamilton, FMIPA UI, 2012


60

Lampiran 13
Uji Normalitas Shapiro-Wilk terhadap Data Persentase Abnormalitas
Spermatozoa Mencit (Mus musculus L.) Jantan Galur DDY

Tujuan:
Untuk mengetahui distribusi data abnormalitas spermatozoa mencit jantan
sebagai prasyarat untuk uji analisis variansi (anava)
Hipotesis:
Ho : Data abnormalitas spermatozoa mencit jantan berdistribusi
normal
Ha : Data abnormalitas spermatozoa mencit jantan berdistribusi tidak
normal
Tarif nyata:
Nilai yang digunakan pada = 0,05
Kriteria pengujian:
Jika P < 0,05; maka Ho ditolak
Jika P > 0,05; maka Ho diterima
Hasil perhitungan:
Shapiro-Wilk
NAMA Statistik df Probabilitas (P)
DATA Mot. .964 25 .503

Nilai P = 0,503 ; jika P > 0,05; maka Ho diterima


Kesimpulan:
Data abnormalitas spermatozoa mencit jantan berdistribusi normal

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Jill Wanda Hamilton, FMIPA UI, 2012


61

Lampiran 14
Uji Homogenitas Levene terhadap Data Persentase Abnormalitas Spermatozoa
Mencit (Mus musculus L.) Jantan Galur DDY

Tujuan:
Untuk mengetahui distribusi data abnormalitas spermatozoa mencit jantan
sebagai prasyarat untuk uji analisis variansi (anava)
Hipotesis:
Ho : Data abnormalitas spermatozoa mencit jantan bervariansi
homogen
Ha : Data abnormalitas spermatozoa mencit jantan tidak bervariansi
Tarif nyata:
Nilai yang digunakan pada = 0,05
Kriteria pengujian:
Jika P < 0,05; maka Ho ditolak
Jika P > 0,05; maka Ho diterima
Hasil perhitungan:
Uji Levene df1 df2 Probabilitas (P)
2.782 4 20 .055

Nilai P = 0,055; jika P > 0,05; maka Ho diterima


Kesimpulan:
Data abnormalitas spermatozoa mencit jantan bervariansi homogen

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Jill Wanda Hamilton, FMIPA UI, 2012


62

Lampiran 15
Uji Analisis Variansi (anava) 1-faktor terhadap Data Abnormalitas Spermatozoa
Mencit (Mus musculus L.) Jantan Galur DDY

Tujuan:
Untuk mengerahui ada atau tidak adanya pengaruh pemberian ekstrak
dimer isoeugenol secara oral terhadap abnormalitas spermatozoa mencit jantan
pada ke-5 perlakuan
Hipotesis:
Ho : Tidak adanya pengaruh pemberian ekstrak dimer isoeugenol
secara oral terhadap abnormalitas spermatozoa mencit jantan
pada ke-5 perlakuan
Ha : Adanya pengaruh pemberian esktrak dimer isoeugenol secara oral
terhadap abnormalitas spermatozoa mencit jantan pada ke-5
perlakuan
Tarif nyata:
Nilai yang digunakan pada = 0,05
Kriteria pengujian:
Jika P < 0,05; maka Ho ditolak
Jika P > 0,05; maka Ho diterima
Hasil perhitungan:
Jumlah Df Kuadrat F Probabilitas (P)
Kuadrat Tengah
Antar kelompok 516.640 4 129.160 10.170 .000
Dalam kelompok 254.000 20 12.700
Total 770.640 24

Nilai P = 0,000; jika P < 0,05; maka Ho diterima


Kesimpulan:
Ada pengaruh pemberian ekstrak dimer isoeugenol secara oral terhadap
abnormalitas spermatozoa mencit jantan pada ke-5 perlakuan.

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Jill Wanda Hamilton, FMIPA UI, 2012


63

Lampiran 16
Uji Perbandingan Berganda LSD terhadap Data Persentase Abnormalitas
Spermatozoa Mencit (Mus musculus L.) Jantan Galur DDY

Tujuan:
Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan abnormalitas spermatozoa
mencit jantan antara pasangan perlakuan
Hipotesis:
Ho : Tidak adanya perbedaan abnormalitas spermatozoa mencit jantan
antara pasangan perlakuan
Ha : Adanya perbedaan abnormalitas spermatozoa mencit jantan
antara pasangan perlakuan
Tarif nyata:
Nilai yang digunakan pada = 0,05
Kriteria pengujian:
Jika P < 0,05; maka Ho ditolak
Jika P > 0,05; maka Ho diterima

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Jill Wanda Hamilton, FMIPA UI, 2012


64

(lanjutan)
Hasil perhitungan:

(I) (J) Selisih Mean SE P Interval Kepercayaan 95%


VAR1 VAR2 (I-J) Batas Bawah Batas Atas
LSD 0 1 -2.20000 2.25389 .341 -6.9015 2.5015
2 -8.8000* 2.25389 .001 -13.5015 -4.0985
3 -10.40000* 2.25389 .000 -15.1015 -5.6985
4 -11.20000* 2.25389 .000 -15.9015 -6.4985
1 0 2.20000 2.25389 .341 -2.5015 6.9015
2 -6.60000* 2.25389 .008 -11.3015 -1.8985
3 -8.20000* 2.25389 .002 -12.9015 -3.4985
4 -9.00000* 2.25389 .001 -13.7015 -4.2985
2 0 8.80000* 2.25389 .001 4.0985 13.5015
1 6.60000* 2.25389 .008 1.8985 11.3015
3 -1.60000 2.25389 .486 -6.3015 3.1015
4 -2.40000 2.25389 .300 -7.1015 2.3015
3 0 10.40000* 2.25389 .000 5.6985 15.1015
1 8.20000* 2.25389 .002 3.4985 12.9015
2 1.60000 2.25389 .486 -3.1015 6.3015
4 -.80000 2.25389 .726 -5.5015 3.9015
4 0 11.20000* 2.25389 .000 6.4985 15.9015
1 9.00000* 2.25389 .001 4.2985 13.7015
2 2.40000 2.25389 .300 -2.3015 7.1015
3 .80000 2.25389 .726 -3.9015 5.5015

Keterangan:
* : Berbeda Nyata
SE : Standar Eror
P : Probabilitas

Kesimpulan:
Terdapat perbedaan nyata antara KK dengan KP2, KP3, dan KP4; KP1
dengan KP2, KP3, dan KP4; KP2 dengan KK, KP1, dan KP4; KP4 dengan KK,
dan KP1; KP4 dengan KK dan KP1, serta tidak ada perbedaan nyata antara KK
dengan KP1; KP2 dengan KP3 dan KP4.

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Jill Wanda Hamilton, FMIPA UI, 2012

Anda mungkin juga menyukai