Penelitian yang dilakukan ini adalah jenis penelitian eksperimental, dimana dilakukan penelitian di Laboratorium Kimia Analisis Farmasi Universitas Muhammadiyah Banjarmasin tentang identifikasi dan penetapan kadar hidrokuinon pada krim pemutih wajah.
3.2 Subjek Penelitian
Subjek yang digunakan pada penelitian ini adalah 5 sampel random krim pemutih wajah dari 2 pasar tradisional di Sungai Tabukan, yaitu : a. Pasar Sabtu (2 sampel) b. Pasar Tradisional Rantau Bujur Hilir (3 sampel)
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian
3.3.1 Tempat penelitian Penelitian ini di Laboratorium Kimia Analisis Farmasi, Program Studi (Prodi) S1 Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Banjarmasin (UMBjm)
3.3.2 Waktu penelitian
Penelitian ini dimulai dari bulan April 2020 sampai dengan Mei 2020
3.4 Alat dan Bahan
3.4.1 Alat Plat KLT Silika Gel GF254 (20 x 20 cm) (Merck®), Pipa Kapiler (Merck®), Lampu UV 254 nm, Spektrofotmetri UV-Vis (Merck®), Kertas Saring (Whatman®), Timbangan Analitik (Matrix®), Labu Ukur (Pyrex®), Beaker Glass (Pyrex®), Sonikator (Merck®), Penggaris, Mikropipet (Accumax®), Batang Pengaduk (Iwaki®), Sendok Tanduk, Kertas Perkamen, Chambers (Merck®), Kalkulator, Gelas Ukur (Pyrex®), Pipet Ukur (Pyrex®).
3.4.2 Bahan Baku Hidrokuinon (p.a), N-Heksan (p.a), Aseton (p.a), Metanol (p.a), Etanol 96 % (p.a), sampel krim pemutih A, B, C, D, dan E.
3.5 Cara Kerja
3.5.1 Pengambilan sampel Sampel diambil sebanyak 5 (lima) produk krim pemutih berbeda yang beredar di Pasar Sungai Tabukan Amuntai, kemudian sampel dibawa ke laboratorium untuk dilakukan penelitian dan diberi tanda sampel A, B, C, D, dan E.
3.5.2 Analisis kualitatif dengan KLT
3.5.2.1 Pembuatan eluen (Anonim, 2011) Masukkan N-heksan 60 ml dan aseton 40 ml ke dalam chamber, tutup rapat dan kocok hingga homogen, lalu jenuhkan.
3.5.2.2 Penyiapan larutan (Anonim, 2011)
a. Penyiapan larutan baku Timbang baku hidrokuinon sebanyak 0,02 g, masukkan ke dalam labu ukur 10 ml kemudian tambahkan etanol 96 % lalu kocok hingga larut. Encerkan dengan metanol sampai tanda batas.
b. Penyiapan larutan uji
Timbang 1,5 g sampel dalam Beaker glass 25 ml, tambahkan 15 ml etanol 96 % sedikit demi sedikit, kemudian aduk. Masukkan campuran kedalam labu ukur 25 ml, homogenkan dalam sonikator. Tambahkan etanol 96 % sampai tanda batas, kocok. Letakkan labu dalam tangas es hingga terjadi pemisahan lemak (selama 10 menit), lalu saring.
3.5.2.3 Prosedur KLT (Anonim, 2011)
Aktifkan plat KLT dengan suhu 100°C selama 10 menit, jenuhkan bejana kromatografi (chamber). Totolkan larutan baku dan larutan uji pada plat KLT, penotolan dapat dilakukan 2x. Kembangkan plat ke dalam bejana kromatografi di ruang gelap pada suhu ruang, hingga jarak rambat mencapai ±15 cm dari titik penotolan. Angkat plat, keringkan pada suhu ruang. Amati plat di bawah peyinaran lampu UV 254 nm, tandai posisi bercak.
3.5.3 Analisis kuantitatif
3.5.3.1 Pembuatan larutan baku (Irnawati, dkk., 2016 dengan modifikasi) Timbang baku hidrokuinon sebanyak 1000 mg dan dilarutkan dalam metanol. Larutan dipindahkan kedalam labu ukur 1000 ml dan ditambahkan metanol sampai 1000 ml, kemudian larutan dikocok sampai homogen, didapatkan konsentrasi baku hidrokuinon 1000 ppm dalam metanol.
3.5.3.2 Penentuan panjang gelombang maksimum
Dipipet 0,2 ml dari larutan baku 1000 ppm masukkan dalam labu ukur 10 ml, encerkan dengan larutan metanol sampai tanda batas lalu dikocok sampai homogen dan didapatkan larutan hidrokuinon dengan konsentrasi 20 ppm (Irnawati, dkk., 2016 dengan modifikasi). Ambil 5 ml dari larutan baku 20 ppm, masukkan ke dalam tabung reaksi. Tambahkan masing-masing 1 ml NaOH 0,5 N dan pereaksi Floroglusin 1%, panaskan di penangas air selama 15 menit (70°C). Pindahkan larutan ke labu ukur 10 ml, tambahkan metanol sampai tanda batas. Larutan 20 ppm ini diukur pada panjang gelombang 200-800 nm (Sarah 2014 dalam Susan, dkk., 2015).
3.5.3.3 Penentuan Operating Time
Dipipet 0,2 ml dari larutan baku 1000 ppm masukkan dalam labu ukur 10 ml, encerkan dengan larutan metanol sampai tanda batas lalu dikocok sampai homogen dan didapatkan larutan hidrokuinon dengan konsentrasi 20 ppm (Irnawati, dkk., 2016 dengan modifikasi). Ambil 5 ml dari larutan baku 20 ppm, masukkan ke dalam tabung reaksi. Tambahkan masing-masing 1 ml NaOH 0,5 N dan Floroglusin 1%, panaskan di penangas air selama 15 menit (70°C). Pindahkan larutan ke labu ukur 10 ml, tambahkan metanol sampai tanda batas, kocok (Sarah 2014 dalam Susan, dkk., 2015). Kemudian lihat absorbansinya pada menit ke 0, 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16 dan 18 pada panjang gelombang maksimum yang sudah didapat, lalu dilihat pada menit ke berapa penyerapan bisa terjadi secara maksimal dan didapatkan operating time (Sarah, 2014). . 3.5.3.4 Pembuatan kurva baku Dipipet larutan baku 1000 ppm sebanyak 0,05; 0,1; 0,15; 0,2; 0,25; 0,3; 0,35 ml, masing-masing dimasukkan dalam gelas ukur 10 ml tambahkan metanol sampai tanda batas lalu dikocok sampai homogen. Didapatkan larutan baku dengan konsentrasi 5, 10, 15, 20, 25, 30, dan 35 ppm (Irnawati, dkk., 2016 dengan modifikasi). Masing-masing larutan baku dipipet 5 ml, masukkan ke dalam tabung reaksi. Tambahkan masing-masing 1 ml NaOH 0,5 N dan Floroglusin 1%, panaskan di penangas air selama 15 menit (70°C). Pindahkan masing-masing larutan ke labu ukur 10 ml, tambahkan metanol sampai tanda batas, kocok (Sarah 2014 dalam Susan, dkk., 2015). Kemudian diamkan larutan sesuai operating time yang didapat, lalu ukur pada panjang gelombang maksimum, dengan metanol sebagai blanko. Cara untuk membuat kurva baku yaitu dengan memplot konsentrasi vs absorbansi.
3.5.3.5 Validasi metode
a. Akurasi Timbang 25 mg sampel krim pemutih wajah, kemudiaan suspensikan ke dalam 50 ml metanol. Tambahkan larutan hidrokuinon 10 ppm, 25 ppm dan 50 ppm (yang sudah dibuat) ke dalam larutan sampel. Analit uji dimasukkan dalam kuvet kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis (Irnawati, dkk., 2016). Nilai yang didapatkan dihitung nilai % recovery, dikatakan memenuhi syarat jika didapatkan % recovey dalam rentang nilai 80-110 % (Andayani, 2018). Rumus: % Akurasi = (Ct – Cs)/Ca × 100 % Keterangan : Cs = konsentrasi sampel mula-mula Ct = konsentrasi total sampel dengan penambahan baku hidrokuinon Ca = konsentrasi baku yang ditambahkan b. Presisi Buat larutan baku hidrokuinon konsentrasi 20 ppm, kemudian ukur absorbansinya pada panjang gelombang maksimum, ulangi pengukurannya sebanyak 10 kali (Irnawati, dkk., 2016 dengan modifikasi). Koefisien Variasi (KV) = Sb/xi × 100 %. Hasil memenuhi syarat jika % KV ˂7,3 % (Andayani, 2018). c. Linearitas Larutan baku dengan konsentrasi 5, 10, 15, 20, 25, 30, dan 35 ppm masing-masing diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum yang sudah didapatkan (Irnawati, dkk., 2016 dengan modifikasi). Hasil absorban larutan baku hidrokuinon dapat dihitung persamaan regresi liniernya dengan mencari nilai koefesien korelasi (r), koefisien regresi (b), dan nilai (a). Persamaan regeresi linier ini dapat dikatakan linier jika nilai koefisien korelasi (r) mendekati 1. Rumus : y = bx + a (Andayani, 2018). d. LOD dan LOQ Batas deteksi dan batas kuantitasi dihitung secara statistik dengan persamaan regresi linier dari kurva baku. Perhitungan dilakukan dengan cara memasukkan absorbansi hasil pengukuran larutan baku ke dalam persamaan regresi linear yang diperoleh (Irnawati dkk, 2016). Rumus LOD = 3 × sb/b ; LOQ = 10 × sb/b Sb = simpangan baku (Andayani, 2018)
3.5.3.6 Preparasi sampel (Irnawati, dkk., 2016)
Preparasi sampel dilakukan melalui penimbangan masing- masing sampel krim pemutih sebanyak 25 mg dan disuspensikan dalam metanol 50 ml, kemudian dikocok sampai homogen, saring. Didapatkan larutan dengan konsentrasi 500 ppm.
3.5.3.7 Penetapan kadar hidrokuinon
Dipipet 5 ml dari larutan 500 ppm, masukkan ke dalam tabung reaksi. Tambahkan masing-masing 1 ml NaOH 0,5 N dan Floroglusin 1%, panaskan di penangas air selama 15 menit (70°C). Dinginkan larutan sampai suhu 25°C (Sarah 2014 dalam Susan, dkk., 2015). Lalu masukkan ke dalam kuvet kemudian diukur menggunakan spektrofotometer Uv-vis pada panjang gelombang maksimum. Kadar hidrokuinon pada sampel dianalisis dengan spektrofotometri UV-Vis. Ukur absorbansi sampel secara spektrofotometri ultraviolet pada panjang gelombang yang didapatkan pada pengukuran panjang gelombang (Irnawati, dkk., 2016).