SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi
pada Program Studi S-1 Farmasi STIKes Bakti Tunas Husada
ASYFA AZIZ
31116155
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi
pada Program Studi S-1 Farmasi STIKes Bakti Tunas Husada
ASYFA AZIZ
31116155
Tanda Tangan :
Tanggal : 7 Juni 2021
HALAMAN PERSETUJUAN
Telah disetujui oleh Tita Nofianti, M.Si., Apt selaku Pembimbing I dan Vera
Nurviana, M.Farm selaku Pembimbing II dan siap diajukan pada seminar
kolokium
Mengetahui
Ketua Program Studi S1 Farmasi
DEWAN PENGUJI
Sebagai sivitas akademik STIKes BTH Tasikmalaya, saya yang bertanda tangan di
bawah ini :
Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini STIKes BTH berhak menyimpan,
mengalih media/format- kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
( Asyfa Aziz )
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul Uji Efektivitas Antidepresan Ekstrak Etanol
Jantung Pisang Klutuk (Musa balbisiana Colla) Pada Mencit Putih Jantan Galur
Swiss Webster Dengan Metode Forced Swimming Test. Proposal ini disusun guna
untuk menyelesaikan tugas akhir karya ilmiah skripsi mahasiswa pada program studi
S-1 Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bakti Tunas Husada Tasikmalaya.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapat bimbingan, arahan serta
bantuan dari semua pihak. Maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada apt. Tita Nofianti, M.Si selaku
pembimbing I , Vera Nurviana, M.Farm selaku pembimbing II , tim perpustakaan dan
tim laboratorium STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya, dosen-dosen dan staf S-1
Farmasi STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya, ibunda dan ayahanda yang
tercinta yang selalu memberikan dukungan dan semangatnya, serta rekan-rakan satu
angkatan dan satu bimbingan yang saling mendukung.
Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan karunianya kepada kita
semua. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih ada
kekurangannya dan jauh dari sempurna, untuk itu penulis memohon maaf sebesar-
besarnya. Selain itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan. Semoga
skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya. Amin.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………….ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................3
1.3 Tujuan.............................................................................................................3
1.4 Hipotesis.........................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................4
2.1 Pisang Klutuk (Musa balbisiana Colla).........................................................4
2.2 Kandungan Pisang Klutuk (Musa balbisiana Colla)......................................6
2.3 Proses Ektraksi................................................................................................7
2.4 Mencit.............................................................................................................8
2.5 Amitriptilin.....................................................................................................9
2.6 Depresi............................................................................................................9
2.7 Gangguan Depresi.........................................................................................10
2.8 Gejala Depresi...............................................................................................11
2.9 Pengobatan Depresi......................................................................................11
BAB III METODOLOGI PENELITIAN................................................................13
3.1. Penyiapan Alat dan Bahan............................................................................13
3.2 Pengumpulan dan Pengolahan Bahan...........................................................13
3.3 Proses Metodologi Penelitian.......................................................................14
3.4 Pengujian Antidepresan................................................................................19
3.5 Forced Swimming Test (FST)......................................................................20
3.6 Analisis Data.................................................................................................20
3.7 Jadwal Penelitian..........................................................................................21
ii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................................22
4.1 Hasil Determinasi Tanaman..........................................................................22
4.2 Hasil Kode Etik Hewan Uji..........................................................................22
4.3 Hasil Penyiapan Sampel...............................................................................22
4.4 Hasil Ekstraksi..............................................................................................23
4.5 Hasil Penapisan Fitokimia............................................................................24
4.6 Hasil Uji Aktivitas Antidepresan..................................................................26
BAB V PENUTUP.....................................................................................................35
5.1 Kesimpulan...................................................................................................35
5.2 Saran.............................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
pemerintah agar virus corona tidak menular, seperti menerapkan work from
home (WFH), Social Distancing, dan lain lain (Tursina, 2020). Masyarakat juga
diedukasi untuk menerapkan pola hidup sehat (Suprabowo, 2020) dengan
mencuci tangan dengan sabun sesering mungkin, memakai masker ketika
bepergian keluar rumah (Pratiwi, 2020), serta menjaga jarak (Mardiana &
Darmalaksana, 2020).
Masyarakat Indonesia memanfaatkan penggunaan bahan alami sebagai
obat tradisional untuk menurunkan efek yang ditimbulkan dari penyakit.
Negara-negara Asia, Afrika dan Amerika Latin menggunakan obat tradisional
sebagai pelengkap primer yang mereka terima. World Health Organization
(WHO) juga mendukung upaya-upaya dalam peningkatan keamanan dan
khasiat dari obat tradisional. Penggunanaan obat tradisional di masyarakat
secara umum dinilai lebih ekonomis dan aman karena memiliki efek samping
yang relatif rendah dengan harga yang ekonomis (Shanafelt, 2020)
Jantung pisang klutuk (Musa balbisiana Colla), bunga pokok pisang
berkulit tebal dan berasa sepet ini awalnya kurang mendapat sorotan, tetapi kini
menjadi perhatian orang karena mampu sebagai alternatif obat tradisional.
Pisang klutuk merupakan tanaman buah yang hidup sangat baik di daerah tropis
seperti Indonesia. Terdapat efek antidepresan pada jantung pisang disebabkan
oleh kandungan metabolit sekunder untuk dibuat ekstrak dari tanaman ini
yang memiliki mekanisme kerja hampir sama dengan salah satu obat
antidepresan golongan trisiklik yaitu amitriptilin (Bahramsoltani dkk, 2015).
Pengujian aktivitas ekstrak etanol dalam jantung pisang klutuk (Musa
balbisiana Colla) sebagai antidepresan akan dilakukan dengan metode Forced
Swimming Test (FST) dan dilihat Imobility Time pada mencit, dengan cara
mencit dimasukan kedalam tangki air (diameter 18 cm, tinggi 40 cm) berisi air
(25°C) dengan ketinggian air 15 cm. 1 jam setelah pemberian sediaan uji secara
oral, mencit direnangkan. Durasi Imobility dilihat pada menit ke 2 dalam waktu
6 menit. Imobility Time adalah jumlah waktu tidak bergerak seluruh bagian
2
tubuh mencit yang diukur selama mencit berenang pada metode Forced
Swimming Test (Praja 2016, Nuzband, 2014).
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui aktivitas ekstrak etanol jantung pisang klutuk (Musa
balbisiana Colla) sebagai antidepresan.
2. Untuk mengetahui dosis efektif ekstrak etanol jantung pisang klutuk
(Musa balbisiana Colla) sebagai antidepresan.
1.4 Hipotesis
Ekstrak etanol jantung pisang klutuk memiliki beberapa kandungan
senyawa metabolik sekunder yang mempunyai aktivitas sebagai antidepresan
dimana mampu menurunkan kadar serotonin dan norepinefrin dalam otak pada
mencit putih jantan dengan metode Forced Swimming Test (FST).
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Klasifikasi dari pisang klutuk menurut Borborah dkk. (2016) adalah sebagai
berikut :
Kerajaan : Plantae
Divisi : Angiospermae
Kelas : Scitaminae
Bangsa : Zingiberales
Suku : Musaceae
Marga : Musa
Jenis : Musa balbisiana Colla
Nama lokal : Pisang klutuk atau pisang batu.
Jantung pisang (lihat Gambar 2.1) merupakan bunga yang dihasilkan
oleh pokok pisang yang berfungsi untuk menghasilkan buah pisang. Jantung
pisang dihasilkan semasa proses pisang berbunga dan menghasilkan tandan
pisang sehingga lengkap. Hanya dalam keadaan tertentu atau spesis tertentu
jumlah tandan dan jantung pisang melebihi dari pada satu. Ukuran jantung
pisang sekitar 25 – 40 cm dengan ukur lilit tengah jantung 12 – 15 cm.
Kulit luar jantung pisang keras dan akan terbuka apabila sampai waktu
bagi membuahi bunga betina. Bunga betina dan jantan menghasilkan nektar
untuk menarik serangga menghisapnya dan menjalankan proses pembungaan.
5
Struktur jantung pisang mempunyai banyak lapisan kulit, dari yang paling
gelap cokelat-ungu kemerahan di karakteristiknya, oleh penderita diabetes,
dapat mencegah serangan stroke, jantung koroner, dan memperlancar siklus
darah (bersifat antikoagulan). Jantung pisang bagian luar dan warna putih
krim susu di bagian dalam. Terdapat susunan bunga berbentuk jejari di antara
kulit tersebut dan di tengahnya yang lembut. Jantung pisang mempunyai
cairan berwarna jernih dan akan menjadi pudar warnanya apabila jantung
pisang terkena udara dari luar lingkungan sekitarnya (Novitasari dkk., 2013).
6
metabolit tanaman yang terkandung pada jantung pisang tersebut memiliki
aktivitas sebagai antidepresan (Bahramsoltani dkk, 2015). Flavonoid dari
tanaman anggur bekerja melalui peningkatan serotonin (5-HT), norepinefrin
(NE), dan kadar BDNF serta menurunkan aktivitas monoamin oksidase
(MAO). Tanin dari tanaman Terminalia chebula memberikan efek
neuroprotektif serta meningkatkan ketersediaan monoamine di otak. Saponin
dari tanaman ginseng menunjukan efek antidepresan dengan mempengaruhi
jalur signaling BDNF, Homovalinic Acid (HVA), axis, dan neurogenesis
hipokampus, serta meningkatkan kadar monoamin. (Bahramsoltani dkk,
2015).
2.3 Proses Ektraksi
Ekstraksi merupakan istilah yang umum digunakan pada bidang ilmu
farmasi yang meliputi separasi senyawa aktif yang didapat dari jaringan
tumbuhan maupun hewan dengan menggunakan pelarut umum yang sering
digunakan pada proses standar ekstraksi (Handa dkk., 2016). Proses ekstraksi
dapat melalui empat tahapan yaitu pembuatan serbuk, pembasahan, penyarian
dan pemekatan. Jenis pelarut yang digunakan saat melakukan ekstraksi harus
dipilih berdasarkan kemampuannya dalam melarutkan jumlah yang
maksimum dari zat aktif yang diinginkan dan seminimal mungkin untuk zat
yang tidak diinginkan karena tidak memiliki polaritas yang sama (Depkes,
2014).
Pemilihan pelarut dan metode ekstraksi yang akan digunakan akan
memengaruhi hasil dari kandungan senyawa metabolit yang akan didapatkan.
Pemilihan pelarut pada saat ekstraksi secara umum menggunakan prinsip like
dissolves like, yang berarti senyawa non polar akan larut pada larutan
nonpolar, begitu pula senyawa polar akan larut pada larutan yang bersifat
polar (Siedel, 2006).
Maserasi merupakan salah salah satu metode sederhana yang paling
banyak digunakan untuk melakukan proses ekstraksi. Cara ini sesuai dan
dapat digunakan untuk skala kecil maupun skala besar (Agoes, 2007). Metode
7
ini dilakukan dengan memasukkan tanaman yang sebelumnya telah dibuat
menjadi serbuk kemudian ditambahkan dengan pelarut yang akan digunakan.
Campuran antara serbuk sampel dan pelarut kemudian dimasukkan ke dalam
wadah tertutup rapat dan ditempatkan pada suhu kamar (37°C) (Mukhriani,
2014).
Proses ekstraksi dapat dihentikan ketika kesetimbangan telah terjadi
antara konsentrasi senyawa di dalam pelarut dengan konsentrasi pada sel
tanaman. Pelarut kemudian dapat dipisahkan dari sampel dengan penyaringan.
Kerugian utama dari proses ekstraksi dengan metode maserasi ini ialah
memakan waktu yang lama, pelarut yang digunakan cukup banyak dan
kemungkinan untuk kehilangan beberapa senyawa cukup tinggi. Selain itu,
beberapa senyawa yang kemungkinan terkandung bisa saja sulit diekstraksi
pada suhu kamar (25°C). Keuntungan yang didapatkan dengan menggunakan
ekstraksi dengan metode ini ialah dapat menghindari kerusakan senyawa yang
memiliki sifat termolabil (tidak tahan terhadap suhu tinggi) (Mukhriani,
2014).
2.4 Mencit
Mencit (Mus musculus L.) termasuk mamalia pengerat (rodensia) yang
cepat berkembang biak, mudah dipelihara dalam jumlah banyak, variasi
genetiknya cukup besar serta sifat anatomi dan fisiologinya terakarakteristik
dengan baik. Mencit yang sering digunakan dalam penelitian di laboratorium
merupakan hasil perkawinan tikus putih “inbreed” maupun “outbreed”. Dari
hasil perkawinan sampai generasi 20 akan dihasilkan strainstrain murni dari
mencit. Adapun klasifikasinya adalah sebagai berikut :
Phylum : Chordata
Sub phylum : Vertebrata
Class : Mammalia
Ordo : Rodentia
Family : Muridae Gambar 2.2. Mencit
Genus : Mus
8
Species : Mus musculus
Mencit (Mus musculus L.) memiliki ciri-ciri berupa bentuk tubuh
kecil, berwarna putih, memiliki siklus estrus teratur yaitu 4-5 hari. Kondisi
ruang untuk pemeliharaan mencit (Mus musculus L.) harus senantiasa bersih,
kering, dan jauh dari kebisingan. Suhu ruangan pemeliharaan juga harus
dijaga kisarannya antara 18-19oC serta kelembaban udara antara 30-70%
(Akbar, 2010).
2.5 Amitriptilin
Amitriptilin merupakan salah satu obat yang paling banyak digunakan
sebagai terapi depresi. Amitriptilin mempunyai mekanisme aksi trisiklik yang
berdaya menghambat reuptake dari noradrenalin dan serotonin di otak.
Amitriptilin juga berkhasiat sebagai antihistamin, antikolinergis, dan sedatif
kuat sehingga layak diberikan untuk pasien agresif, dalam hati sebagian besar
zat diaktivasi menjadi metabolit aktif nortriptilin dengan daya sedatif lebih
ringan, t ½ rata-rata 36 jam. Dosis pada penderita depresi yaitu 3 kali sehari 25
mg, bila perlu dinaikkan menjadi 150 – 300 mg. i.m./i.v 4 kali sehari 20 – 30
mg. Untuk penderita lanjut usia sekali sehari 25 mg maksimum 150 mg.
amitriptilin mempengaruhi saraf otonom dimana memperlihatkan efek
antimuskarinik, sehingga dapat menyebabkan pengelihatan kabur, mulut
kering, obstipasi, dan retensi urin. Selain itu obat ini juga sering menimbulkan
hipotensi ortostatik (Syarif dkk, 2011; Departemen Kesehatan RI, 2007).
2.6 Depresi
Depresi merupakan bentuk gangguan jiwa pada alam perasaan (afektif,
mood ) yang biasa ditandai dengan kemurungan, kesedihan, kelesua,
kehilangan gairah hidup, tidak ada semangat, merasa tidak berdaya, perasaan
bersalah, tidak berguna, dan putus asa (Yosep, 2014). Mekanisme terjadinya
yaitu, depresi berkaitan dengan kadar nurotransmitter terutama norepinefrin
dan serotonin di dalam otak. Kadar norepinefrin da serotonin yang rendah
dapat menyebabkan depresi (Hawari, 2011). Reseptor serotonin atau 5-
Hydroxytriptamine (5-HT) merupakan senyawa neurotransmitter monoamine
9
yang terlibat pada penyakit depresi. Serotonin di otak disekresikan oleh raphe
nuclei di batang otak. Serotonin disintesis oleh perkusornya yaitu triptofan
dengan dibantu enzim triptofan hidroksilase dan asam amino aromatic
dekarboksilase, serotonin yang terbentuk kemudian disimpan di dalam
monoamine vesikuler, selanjutnya jika ada picuan serotonin akan terlepas
menuju celah sinaptik. Serotonin yang terlepas akan mengalami berdifusi
menjauh dari sinaptik, dimetabolisir oleh MAO, mengaktivasi reseptor
presinaptik, mengaktivasi reseptor post-sinaptik dan mengalami re-uptake
dengan bantuan transporter serotonin presinaptik (Iskandar, 2016).
Berbagai gambaran klinis gangguan depresi yakni gangguan episode
depresi, gangguan distimia, gangguan depresi mayor dan gangguan depresi
unipolar serta bipolar ( Depsos, 2012). Depresi mayor dan distimia atau minor
merupakan sindrom depresi murni, sedangkan gangguan bipolar dan
gangguan siklotimik merupakan tanda depresi yang diasosiasikan dengan
mania ( Potter dan Hollister, 2002)
2.7 Gangguan Depresi
Gangguan distimia adalah gangguan perasaan depresi yang ditandai
dengan gejala kronis (kurang lebih 2 tahun) dan berada pada tingkat
keparahan yang ringan, tetapi juga dapat menghambat fungsi normal dengan
baik National Institute of Mental Health (NIMH), 2011). Gejala distimia yang
biasa muncul seperti menurun atau meningkatnya nafsu makan, sulit untuk
berkonsentrasi, perasaan mudah putus asa, mudah lelah, gangguan tidur
seperti insomnia dan hipersomnia. Orang dengan gangguan distimia mungkin
pernah mengalami episode depresi berat selama hidupnya (Varcorolis dkk,
2006).
Ganguan depresi mayor (gangguan unipolar) adalah gangguan yang
terjadi satu atau lebih episode depresi. Gangguan depresi mayor terjadi tanpa
ada riwayat episode manik atau hipomanik alami (Nevid dkk, 2003).
Gangguan depresi mayor ditandai dengan beberapa gangguan yang seperti
10
gangguan tidur, makan, belajar, dan gangguan untuk menikmati kesenangan
National Institute of Mental Health (NIMH), 2011 ).
Gangguan depresi bipolar, sering disebut depresi manik (Sonne dan
Brady, 2002) adalah gangguan yang melibatkan suasana hati yang ekstrim
(berupa euphoria). Gangguan tersebut dapat dipicu oleh stess dan tekanan dari
kehidupan sehari – hari, peristiwa traumatis, trauma fisik / cedera kepala
(Fisher, 2006). Gangguan bipolar merupakan masalah kesehatan masyarakat
yang signifikan, dan sering kali tidak terdiagnosis dan tidak diobati untuk
jangka panjang (Sonne dan Brady, 2002).
2.8 Gejala Depresi
Gejala depresi pada setiap orang berbeda – beda, hal ini tergantung
pada berat atau ringannya gejala (Depsos, 2012). Gejala yang ditemui pada
pasien depresi yaitu gejala emosional, gejala fisik, gejala intelektual atau
kognitif dan gangguan psikomotor. Gejala emosi ditandai dengan
berkurangnya kemauan untuk menikmati kesenangan, kehilangan minat,
kegiatan, hobi yang biasa dikerjakan, tampak sedih, pesimis, tidak ada rasa
percaya diri, merasa tidak berharga, perasaan cemas yang berlebihan, merasa
bersalah yang tidak realistis, dan berhalusinasi (Teter dkk, 2017).
Gejala fisik yang biasa muncul adalah kelelahan, nyeri (sakit kepala),
gangguan tidur ( sulit tidur, terbangun di malam hari), ganguan nafsu makan,
keluhan pada sistem pencernaan, keluhan pada sistem kardiovaskular
(terutama palpitasi) dan hilangnya gairah seksual (Teter dkk, 2017) Gejala
intelektual atau kognitif, meliputi: penurunan kemampuan untuk
berkonsentrasi, ingatan yang lemah terhadap kejadian yang baru terjadi,
kebingungan dan ketidakyakinan. Gejala psikomotorik yang biasanya muncul
yaitu, retardasi psikomotorik (perlambatan gerakan fisik, proses berpikir, dan
bicara) atau agitasi psikomotor ( Sukandar dkk., 2018).
2.9 Pengobatan Depresi
2.9.1 Antidepresan trisiklik
11
Antidepresan trisiklik adalah golongan obat-obatan yang digunakan
untuk menangani depresi,gangguan kecemasan, atau keluhan nyeri.
Antidepresan trisiklik merupakan antidepresan yang pertama kali
ditemukan,yang cukup efektif dalam mengobati pasien penderita depresi.
Antidepresan trisiklik bekerja dengan cara mempengaruhi senyawa
pengiriman pesan di otak (neurotransmitter). Pengaruh ini akan mengubah
pesan kimiawi di otak,sehingga proses pengiriman pesan pada sel saraf otak
yang berperan sebagai pusat pengatur mood bisa dikendalikan, dan akan
meredakan depresi.
2.9.2 Mono Amin Oxidase Inhibitor (MAOI)
Mono Amin Oxidase Inhibitor adalah suatu enzim komplek yang
terdistribusi didalam tubuh, yang digunakan dalam dekomposisi amin
biogenic (norepinefrin, epinefrin, dopamin, dan serotonin) (Depsos, 2012).
MAOI bekerja memetabolisme NE dan serotonin untuk mengakhiri kerjanya
dan supaya mudah disekresikan. Dengan dihambatnya MAO, akan terjadi
peningkatan kadar NE dan serotonin di sinap, sehingga akan terjadi
perangsangan SSP (Prayitno, 2008). MAOI memiliki efikasi yang mirip
dengan antidepresan trisiklik. MAOI juga dipakai untuk pasien yang tidak
merespon terhadap antidepresan trisiklik (Benkert dkk, 2015). Enzim pada
MAOI memiliki dua tipe yaitu MAO – A dan MAO – B. Kedua obat hanya
akan digunakan apabila obat – obat antidepresan yang lain sudah tidak bisa
mengobati depresi (tidak manjur) (Tjay & Rahardja, 2015).
Obat – obat yang tergolong dalam MAOI yaitu Phenelzine,
Tranylcypromine, dan Selegiline. Efek samping yang sering muncul yaitu
postural hipotensi (efek samping tersebut lebih sering muncul pada pengguna
phenelzine dan Tranylcypromine), penambahan berat badan, gangguan sexual
(penurunan libido, anorgasmia) ( Teter dkk, 2017).
12
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1.2 Bahan
Jantung pisang klutuk (Musa balbisiana Colla) sebanyak 200 mg
(bahan uji ekstrak), mencit jantan galur Swiss (berumur 3 bulan), aquadest,
CMC Na 2%, obat Amitriptilin 25 mg, etanol 96%, asam asetat glasial p.a, etil
asetat p.a, ammonia 28% p.a, natrium hipoklorit, metanol p.a, aseton 70%
(teknis), serbuk magnesium p.a dan NaCl p.a (seperangkat bahan kimia untuk
uji flavonoid), reagen Wagner dan reagen Hager (seperangkat bahan kimia
untuk uji alkaloid).
13
3.2.3 Perajangan
Jantung pisang klutuk dirajang sebelum dikeringkan. Perajangan
dilakukan dengan pisau menjadi beberapa bagian.
3.2.4 Pengeringan
Jantung pisang klutuk yang telah dirajang dikeringkan pada suhu
50˚C.
14
dengan siklus terang gelap 48 jam sebelum dilakukan pengujian (Sun dkk,
2013)
3.3.4 Pembuatan Ekstrak Etanol Jantung Pisang Klutuk
Serbuk jantung pisang klutuk ditimbang sebanyak 540 g dimaserasi
dengan 1500 mL etanol 96% dalam bejana tertutup dan terlindung dari sinar
matahari selama 3 hari. Setelah itu, disaring dan didapatkan maserat 1,
ampasnya direndam dengan 500 mL etanol 96% selama 2 hari. Setelah itu,
disaring (maserat 2). Maserat 1 dan maserat 2 dicampur dan dimasukan
kedalam lemari pendingin selama 1 hari. Kemudian ekstrak etanol tersebut
disaring dan diperoleh filtrat. Filtrat dikentalkan dengan menggunakan rotary
evaporator pada suhu 80°C sehingga diperoleh ekstrak kental (Anas dkk,
2013).
15
c. Saponin
Simplisia atau ekstrak dalam tabung reaksi ditambahkan sedikit air
dan panaskan lalu dinginkan. Setelah dingin, tabung reaksi dikocok
kuat-kuat selama beberapa menit. Pembentukan busa sekurang-
kurangnya setinggi 1 cm dan tidak hilang selama beberapa menit, serta
dengan penambahan asam, maka menunjukan adanya senyawa
saponin (Farnsworth, 1966).
d. Tanin dan Polifenol
Simplisia atau ekstrak digerus dan dipanaskan dengan air, kemudian
saring. Filtrat dibagi menjadi dua bagian, bagian pertama tetesi dengan
pereaksi besi (III) klorida (FeCl3). Adanya senyawa tanin dan polifenol
menyebabkan filtrat berwarna biru hitam. Bagian kedua tetesi dengan
larutan gelatin 1%, terbentuknya endapan putih menunjukan bahwa
simplisia atau ekstrak mengandung senyawa tanin (Farnsworth, 1966).
e. Steroid dan Triterpenoid
Simplisia atau ekstrak disari dengan eter, kemudian uapkan hingga
kering. Teteskan pereaksi Lieberman Burchard, terbentuknya warna
ungu menunjukan senyawa triterpenoid, sedangkan terbentuk warna
hijau biru maka menunjukan adanya senyawa steroid (Farnsworth,
1966).
f. Kuinon
Simplia atau ekstrak digerus dan ditambahkan air, kemudian
panaskan lalu saring. Filtrat ditambahkan natrium hidroksida (NaOH),
adanya warna kuning hingga merah menunjukan adanya senyawa
kuinon (Farnsworth, 1966).
g. Monoterpen dan Seskuiterpen
Simplisia atau ekstrak disari dengan eter, kemudian uapkan hingga
kering. Teteskan pereaksi vanilin-asam sulfat, adanya warna-warna
menunjukan adanya senyawa monoterpen dan seskuiterpen
(Farnsworth, 1966).
16
3.3.6 Penentuan Dosis dan Pembuatan Larutan Uji
Berdasarkan penelitian Dwiprasetya tahun 2016, bahwa kulit pisang
klutuk (Musa balbisiana Colla) memiliki aktivitas antidepresan dengan dosis
200 mg/kg BB mencit. Dosis tersebut dijadikan sebagai dosis untuk pengujian
antidepresan jantung pisang klutuk (Musa balbisiana Colla).
100 mL
x 8 mg = 4000 mg atau 4 gram dalam 100 mL
0,2 mL
Dari dosis tersebut, timbang sebanyak 4 gram ekstrak jantung pisang klutuk
kemudian larutkan dalam 100 mL CMC Na 2% sehingga diperoleh
konsentrasi 4% dan dijadikan sebagai dosis ketiga. Dosis kedua diambil dari
50 mL dosis ketiga kemudian di add 100 mL sehingga diperoleh konsentrasi
2%. Dosis kesatu diambil dari CMC Na 1% dilarutkan dalam 50 mL dosis
kedua di add sebanyak 100 mL CMC Na 1% didapat konsentrasi 1%.
a. Pembuatan CMC-Na 2%
Carboxymethylcellulose sodium (CMC-Na) ditimbang sebanyak 4 gram
dengan menggunakan neraca analitik. Aquades sebanyak 200 mL disiapkan
17
dan dimasukkan ke dalam beaker glass yang telah dikalibrasi. Aquadest yang
sudah dipanaskan sebanyak 200 mL dimasukkan kedalam mortar lalu
ditambahkan serbuk CMC-Na sedikit demi sedikit, kemudian serbuk ditetesi
aquades hingga rata dan dilakukan berulang hingga semua serbuk CMC-Na
tertutup rata oleh aquades, lalu digerus hingga homogen dan terbentuk masa
kental. Masa kental yang telah terbentuk dimasukkan ke dalam beaker glass
yang telah dikalibrasi, kemudian diaduk menggunakan batang pengaduk
hingga homogen. Suspensi CMC-Na yang sudah terbentuk dimasukkan ke
dalam botol 250 mL. Suspensi CMC-Na 2% ini digunakan untuk induksi pada
mencit kelompok kontrol negatif dan pensuspensi tablet amitriptilin dan
ekstrak jantung pisang klutuk.
b. Perhitungan Dosis Amitriptilin
Tablet amitriptilin yang digunakan adalah 25 mg dimana dosis tersebut
merupakan dosis lazim untuk sekali minum dalam sehari sebagai antidepresan
(Departemen Kesehatan RI, 2007). Dosis tersebut dikonversi dari dosis
manusia dengan berat badan rata-rata 70 kg ke dosis mencit dengan berat
badan 20 g yaitu sebesar 0,0026 (Laurence dan Bachrach, 1964), sehingga
dosis yang diberikan pada mencit ditentukan dengan perhitungan sebagai
berikut :
Dosis amitriptilin pada manusia dewasa 25 mg
Konversi dosis manusia ke mencit (20 g) = 0,0026
Dosis amitriptilin mencit (20 g)
= 25 mg x 0,0026
= 0,065 mg/20 g BB mencit
0,065 mg 210 mg+ 220mg+210 mg
= x
25 mg 3
= 0,0026 mg x 213 mg
= 0,5538 mg
100 mL
Maka, x 0,5538 mg = 276,9 mg/100 mL
0,2 mL
18
Proses selanjutnya dilakukan pembuatan suspensi amitriptilin dengan
menggerus 2 tablet amitriptilin 25 mg di dalam mortar hingga tablet menjadi
serbuk halus. Disiapkan suspensi CMC-Na 2% di dalam mortar sebanyak 100
mL kemudian serbuk amitriptilin sebanyak 276,9 mg dimasukkan ke dalam
mortar berisi CMC-Na 2%, lalu digerus hingga terbentuk suspensi
amitriptilin, masukkan suspensi amitriptilin ke dalam labu ukur 100 mL yang
sudah di kalibrasi dan ditambahkan suspensi CMC-Na 2% hingga tanda batas.
3.4 Pengujian Antidepresan
Tabel 3.1 Pengujian Aktivitas Antidepresan
Pengujian ini menggunakan 5 ekor mencit yang dibagi menjadi 5 kelompok
sebagai berikut
Sediaan ini diberikan secara oral dan setiap uji aktivitas antidepresan
dilakukan dengan jeda sebelum uji adalah 1 jam (Strekalova dkk, 2014).
3.5 Forced Swimming Test (FST)
Metode ini digunakan untuk menguji, mengevaluasi, dan mendeteksi
mekanisme aksi antidepresan pada hewan uji seperti peningkatan aktivitas
psikomotor, peningkatan konsentrasi serotonin dan mendeteksi disfungsi
19
sistem glutaminergic (peningkatan konsentrasi glutamat) yang berhubungan
dengan immobility. Metode ini menggambarkan keadaan depresi hewan uji
yang sama dengan depresi manusia seperti perasaan (putus asa). (Gould,
2009; Perveen dkk, 2014; Sadock dkk, 2015).
Mencit ditempatkan dalam kaca akuarium (diameter 26 cm, tinggi 15
cm) berisi air (25°C) dengan kedalaman air 15 cm. Kedalaman air dipilih
sehingga hewan harus berenang atau mengapung tanpa kaki belakang atau
ekor mencit menyentuh bagian bawah. Untuk pengujian, masing-masing
ditempatkan dalam silinder pada durasi Immobility dilihat pada menit ke 2
selama 6 menit (Swiergiela and Adrian, 2006), setelah dilakukan pengujian
mencit dihangatkan dan dikeringkan. Mencit dikatakan mengalami
immobility jika mencit hanya melakukan gerakan agar kepalanya tetap diatas
air. Mencit dikatakan mobility jika mencit aktif berenang dan memanjat
(climbing) (Praja 2016; Nuzband , 2014).
3.6 Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan uji normalitas Shapiro-Wilk, uji
homogenitas variansi, dilanjutkan Anova dan uji LSD dengan taraf
kepercayaan 95%. Apabila syarat uji Anova tidak terpenuhi maka dilakukan
uji Kruskal-Wallis. Untuk uji Shapiro-Wilk dan uji homogenitas variansi,
apabila nilai signifikansi >0,05 (α : 5%) maka data dalam distribusi normal
dan homogen. Untuk Anova, adanya perbedaan di antara kelompok
perlakuan dinyatakan bermakna bila nilai probabilitas >0,05. Untuk uji LSD,
perbedaan antar dosis dinyatakan bermakna apabila nilai signifikansi
(probabilitas) <0,05 dan perbedaan dinyatakan tidak bermakna apabila nilai
probabilitas >0,05. Uji Kruskal-Wallis adalah uji non-parametik berbasis
peringkat yang tujuannya untuk menentukan adakah perbedaan signifikansi
secara statistic antara dua atau lebih kelompok variabel yang berkala
numerik dan skala ordinal (Riwidikdo, 2007).
20
3.7 Jadwal Penelitian
2 Ektraksi (Maserasi)
3 Penapisan Fitokimia
6 Uji Antidepresan
7 Analisis Data
21
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
22
Tabel 4.1. Hasil penyiapan sampel
Berat ekstrak
Perhitungan Rendemen = x 100 %
Berat simplisia
52,31 gram
= x 100 %
540 gram
= 9,65%
23
2012). Maserat yang didapat kemudian dipekatkan menggunakan alat rotary
evaporator, kemudian dikeringkan menggunakan waterbath hingga dihasilkan
ekstrak jantung pisang klutuk yang kental.
Triterpenoid + +
Saponin + +
24
Berdasarkan tabel 4.3. simplisia dan ekstrak mengandung senyawa flavonoid,
tanin, kuinon, alkaloid, steroid, triterpenoid dan saponin. Pengujian skrinning
fitokimia dapat dilihat pada lampiran VIII.
Penapisan fitokimia yang dilakukan untuk mengidentifikasi senyawa
flavonoid dimana hasil yang diperoleh bahwa jantung pisang klutuk positif
mengandung flavonoid dalam sampel jantung pisang klutuk (Musa balbisiana
Colla) yaitu dengan cara penambahan HCl dan logam Mg untuk mereduksi
inti benzopiron yang terdapat dalam senyawa flavonoid sehingga terbentuk
warna merah tua jingga pada senyawa tersebut. Pada identifikasi senyawa
alkaloid, dimana hasil yang diperoleh bahwa jantung pisang klutuk positif
mengandung alkaloid. Pada pereaksi mayer mengandung merkuri klorida dan
kalium iodida. Prinsip dari reaksi pengendapan yang terjadi karena adanya
peran atom nitrogen yang mempunyai pasangan electron bebas pada alkaloid
dapat mengganti ion iodo dalam pereaksi-pereaksi tersebut sehingga
membentuk ikatan kovalen koordinasi dengan ion logam. Identifikasi
selanjutnya dilakukan adalah saponin, dimana hasil yang diperoleh bahwa
jantung pisang klutuk positif mengandung saponin. Saponin bersifat polar
sehingga dapat larut dalam pelarut seperti air dan saponin juga bersifat non
polar karena memiliki gugus hidrofob yaitu aglikon (sapogenin). Busa yang
dihasilkan pada uji saponin disebabkan karena adanya glikosida yang dapat
membentuk busa dalam air dan terhidrolisis menjadi glukosa. Skrinning
fitokimia untuk mengindentifikasi kandungan terpenoid/steroid dalam jantung
pisang klutuk menggunakan metode Liebermann-Buchard yang nantinya akan
memberikan warna merah jingga atau ungu untuk terpenoid dan biru untuk
steroid. Penambahan asam asetat dan asam sulfat berikatan dengan senyawa
terpenoid/steroid sehingga menghasilkan perubahan warna yang menandakan
positif reaksi pada simplisia dan ekstrak jantung pisang klutuk. Hasil positif
pada tanin ditunjukkan oleh adanya endapan putih pada simplisia setelah
ditambah gelatin. Gelatin terdiri dari asam amino yaitu dengan kandungan
25
glisin, prolin, dan hidroksiprolin serta sebagai penstabil dan pengental pada
media yang berbasiskan air. Terbentuknya endapan putih disebabkan oleh
adanya ikatan hidrogen antara gugus hidroksi tanin dengan gugus karbonil
protein pada gelatin (Marliana et al, 2005). Uji kandungan polifenol
menggunakan metode Folin-Ciocalteu yang memanfaatkan reaksi oksidasi
dan reduksi kolorimetrik pada sampel yang diduga mengandung senyawa
fenolik. Pereaksi Folin-Ciocalteu merupakan larutan kompleks ion polimerik
yang dibentuk dari asam fosfomolibdat dan asam heteropolifosfotungstat.
Pereaksi ini terbuat dari air, natrium tungstate, natrium molibdat, asam fosfat,
asam klorida, litium sulfat, dan bromin (Nurhayati et al, 2012). Pereaksi ini
mengoksidasi fenolat (garam alkali) dan mereduksi asam heteropoli menjadi
suatu kompleks molybdenum-tungsten (Mo-W). Warna biru yang terbentuk
menunjukan adanya kompleks fosfotungstat-fosfomolibdat hasil reaksi antara
gugus fenolik-hidroksil dengan pereaksi Folin-Ciocalteu tersebut. Uji
kandungan kuinon dilakukan dengan mereduksi oksigen karbonil dengan basa
peroksida agar terbentuk fenol. Penambahan ammonia berfungsi untuk
mendeprotonasi gugus fenol pada kuinon sehingga terbentuk ion enolat yang
terkonjugasi dengan ikatan pi karbon-karbon cincin benzena. Ion enolat
tersebut dapat menyebabkan peristiwa resonansi antara electron pada ikatan
rangkap dua yang ditandai dengan penyerapan cahaya tertentu dan
memantulkan warna merah (Harbome, 1984). Pengujian monoseskuiterpen
dan seskuiterpen simplisia atau ekstrak disari dengan eter, kemudian uapkan
hingga kering. Teteskan pereaksi vanilin-asam sulfat, adanya warna-warna
menunjukan adanya senyawa monoterpen dan seskuiterpen.
4.6 Hasil Uji Aktivitas Antidepresan Ekstrak Etanol Jantung Pisang
klutuk
Pada penelitian uji aktivitas antidepresan ini digunakan jantung pisang
klutuk yang diperoleh dari Desa Taraju, Kecamatan Taraju, Kabupaten
Tasikmalaya. Senyawa yang diduga memiliki efek antidepresan adalah
flavonoid (Bahramsoltani dkk, 2015).
26
Sebelum dilakukan pengujian, hewan coba diaklimatisasi terlebih
dahulu dimana aklimatisasi hewan percobaan dilakukan dengan tujuan untuk
membiasakan mencit hidup dalam lingkungan dan perlakuan yang baru serta
untuk membatasi pengaruh lingkungan dalam percobaan. Setiap hari mencit
diberi makan dan minum secukupnya dan dijaga kebersihan kandangnya
dengan mengganti sekam selama 3 hari sekali. Dilakukan pula pemeriksaan
bobot badan setiap hari agar tidak ada satupun mencit yang mengalami
penurunan berat badan (Chairul, 1996).
Pemilihan jenis kelamin jantan didasarkan pada pertimbangan bahwa
mencit jantan tidak mempunyai hormon estrogen, kalaupun ada hanya dalam
jumlah yang relative sedikit serta kondisi hormonal pada jantan lebih stabil
jika dibandingkan dengan mencit betina. Selain itu tingkat stress pada mencit
betina lebih tinggi dibandingkan dengan mencit jantan yang mungkin dapat
mengganggu pada saat pengujian (Ariyanti, Rina, 2007).
Sehari sebelum dilakukan pengujian, mencit dipuasakan terlebih
dahulu selama 18jam, hal ini bertujuan untuk menghindari adanya
kemungkinan interaksi ekstrak dan makanan, dan untuk menghindari
terjadinya gangguan absorpsi obat (Arifin, Helmi, Heppy Riyono dan Elka,
2010). Setiap uji aktivitas antidepresan dilakukan sehari dengan jeda sebelum
uji adalah 1 jam (Buccafusco, 2009). Pengujian dilakukan pada pagi
menjelang siang hari untuk mendapatkan hasil pengujian yang optimal karena
mencit keluar sarangnya dan aktif pada malam hari untuk mencari makan
(Malole, 1989).
Metode pengujian yang dilakukan adalah metode forced swimming test
yaitu metode dalam mendeteksi efek obat antidepresan melalui kemampuan
lama tidaknya seekor mencit tidak bergerak (immobility time) (Apsera, Liza,
2010). Mencit dikatakan mengalami immobility time jika mencit hanya
melakukan gerakan agar kepalanya tetap diatas air (Buccafusco, 2009).
Pengujian imobilitas dilakukan selama 6 menit, 2 menit pertama imobilitas
hewan tidak dicatat karena pada 2 menit pertama diasumsikan sebagai
27
pertahanan hewan uji dalam mengatasi tekanan. Imobilitas dicatat pada waktu
4 menit terakhir (Praja, Silvia, 2016). Immobility time pada mencit dapat
diasumsikan sebagai suatu keadaan putus asa pada manusia dan merupakan
salah satu dari sindrom depresi yaitu terjadi penurunan minat dan motivasi
(Apsera, 2010)
Forced swimming test diketahui mempunyai validitas yang tinggi
berdasarkan penelitian secara empiris terutama pada antidepresan golongan
MAO-I dan trisiklik (TCA) yang aktif pada percobaan menggunakan metode
forced swimming test tersebut (Bourin, 1990). Forced swimming test
merupakan model yang baik untuk mengidentifikasi antidepresan karena
metode ini menunjukan sensitivitas yang kuat pada perubahan monoamine
(Porsolt, dkk, 1977). Hasil pengamatan immobility time digunakan untuk
menghitung persen aktivitas antidepresan menggunakan rumus yang terlampir
pada lampiran IX.
Penelitian ini menggunakan amitriptilin yang merupakan golongan
TCA (trisiklik antidepresan) sebagai pembanding karena merupakan pilihan
pertama obat antidepresan pada penderita depresi. Selain itu TCA juga
memiliki mekanisme kerja dengan menghambat reuptake serotonin,
norepinefrin, dan dopamine secara tidak selektif (Departemen Kesehatan RI,
2007). Flavonoid terbukti efektif memiliki aktivitas antidepresan pada hewan
uji (MD, Xu, Zhao, 2014). Pada penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa
kandungan alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, kuinon, steroid dan triterpenoid
yang terdapat dalam jantung pisang klutuk membuat ekstrak dari tanaman ini
memiliki mekanisme kerja yang hampir sama dengan salah satu obat
antidepresan golongan trisiklik yaitu amitriptilin (Puspitasari, Lia, 2017).
Meskipun flavonoid yang dinyatakan memiliki aktivitas antidepresan yang
hampir sama dengan amitriptilin bukan berasal dari tanaman tersebut, tetapi
berasal dari kandungan flavonoid yang terdapat pada ekstrak jantung pisang
klutuk.
28
Dosis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dosis I (2 mg/20 g
BB mencit) dengan konsentrasi sebesar 89,85%; dosis II (4 mg/20 g BB
mencit) dengan konsentrasi sebesar 92,02%; dosis III (8 mg/20 g BB mencit)
dengan konsentrasi sebesar 97,10%. Penaikkan dosis yang digunakan
dikarenakan semakin tinggi konsentrasi ekstrak jantung pisang klutuk, maka
senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam ekstrak jantung pisang
klutuk semakin banyak (Maliana, Yayang, 2013). Maka dengan penaikkan
dosis ekstrak etanol jantung pisang klutuk dapat meningktakan aktivitas
antidepresan pada mencit.
Data immobility time mencit setelah direnangkan kemudian dihitung
persentase dayanya merupakan data yang dimasukkan ke dalam analisis
SPSS. Langkah pertama yang dilakukan adalah uji normalitas dan
homogenitas data. Uji normalitas menggunakan tabel Shapiro Wilk pada test
of normality karena jumlah data penelitian kurang dari 50, sedangkan uji
homogenitas menggunakan tabel Levene test. Hasil uji normalitas data tiap
kelompok menunjukan nilai p-value>0,05, hal ini menunjukan bahwa sebaran
data tiap kelompok berdistribusi normal. Kemudian dilakukan uji
homogenitas data tiap kelompok, hasil uji homogenitas menunjukan nilai p-
value>0,05 artinya varians data homogen. Karena varians data sama maka
dilanjutkan dengan uji Anova, diperoleh nilai P = 0,000 yang artinya tidak
terdapat perbedaan signifikansi immobility time yang bermakna pada tiap
kelompok.
Dosis ekstrak etanol jantung pisang klutuk yang digunakan pada
penelitian ini sebelumnya adalah 200 mg/kg BB. Pada saat penelitian yang
dilaksanakan, dilakukan optimasi terhadap dosis tersebut. Dosis 200 mg/kg
BB setelah dikonversi ke dosis mencit didapatkan hasil 4 mg/20 g BB mencit,
dosis ini kemudian dibuat menjadi 3 bagian kelompok yakni dosis I ½
dari
hasil konversi dan dosis III 2x lipatnya. Maka saya melakukan pengujian
kepada hewan uji menggunakan dosis tersebut. Rata-rata immobility time dari
dosis tersebut yaitu 33,6 ± 5,92 dengan persen aktivitas antidepresan 97,10%.
29
Hasil ini mendekati dengan rata-rata immobility time pembanding yaitu 32,8
± 6,08 dengan persen aktivitas antidepresan 100%. Hasil rata-rata immobility
time dan persen aktivitas antidepresan dapat dilihat pada tabel 4.4
Tabel 4.4. Data immobility time (detik) dan aktivitas antidepresan ekstrak
etanol jantung pisang klutuk
1 CMC-Na 2% 1 58
2 77
3 66
60,4 ± 10,09 0%
4 51
5 50
2 Amitriptilin 1 33
2 27
3 40
32,8 ± 6,08 100%
4
25
5
39
3 Dosis I 1 39
(2 mg/20 g 2 33
BB) 3 41
35,6 ± 4,63 89,85%
4 37
5 28
4 Dosis II 1 32
(4 mg/20 g 2 33
BB) 3 41
35 ± 3,16 92.02%
4 35
5 34
5 Dosis III 1 37
30
(8 mg/20 g 2 28
BB) 3 27 33,6 ± 5,92 97,10%
4 43
5 33
31
adanya peningkatan konsentrasi serotonin dan glutamat setelah pemberian
ekstrak etanol jantung pisang klutuk.
Untuk mengetahui perbedaan penurunan durasi immobility yang
signifikan maka dilakukan analisis data, dan didapatkan hasil analisis data
sebagai berikut :
a. Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas menggunakan metode Shapiro-Wilk. Berdasarkan
lampiran V tabel 4.1.2. hasil Analisa Shapiro-Wilk pada semua kelompok
menunjukan nilai signifikan (p>0,05), sehingga H0 diterima yang artinya
semua sampel terdistribusi normal.
b. Hasil Uji Homogenitas
Berdasarkan lampiran V tabel 4.1.3. hasil Analisa homogenitas
menunjukan nilai signifikan (p>0,05), sehingga H0 diterima yang artinya
semua sampel homogen.
c. Hasil Uji ANOVA
Berdasarkan uji ANOVA (Analysis Of Variance) pada lampiran VI
tabel 4.1.4. menunjukan bahwa nilai siginifikansi yang didapatkan (p<0,05),
sehingga H0 ditolak yang artinya terdapat perbedaan durasi immobility pada
semua kelompok uji. Untuk mengetahui perbedaan tersebut dilakukan uji
LSD.
d. Hasil Uji LSD
Berdasarkan hasil uji LSD (Least Significant Differences) pada
lampiran VI tabel 4.1.5. terdapat perbedaan penurunan durasi immobility yang
signifikan antara dosis uji dan kontrol positif terhadap kontrol negatif. Apabila
dibandingkan dengan kontrol negatif memiliki nilai signifikan (p<0,05)
dengan kontrol positif, yang artinya terdapat perbedaan penurunan durasi
immobility yang signifikan antara kontrol negatif dengan kontrol positif.
Kontrol negatif memiliki nilai signifikan (p<0,05) dengan dosis uji I, yang
artinya terdapat perbedaan penurunan durasi immobility yang signikan antara
kontrol negatif dengan dosis uji I. Kontrol negatif memiliki nilai signifikan
32
(p<0,05) dengan dosis uji II. Kontrol negatif memiliki nilai signifikan
(p<0,05) dengan dosis uji III, yang artinya terdapat perbedaan penurunan
durasi immobility yang signifikan antara kontrol negatif dengan dosis uji III.
Kontrol positif memiliki nilai signifikan (p>0,05) dengan dosis uji I,
yang artinya tidak terdapat perbedaan penurunan durasi immobility yang
signifikan antara kontrol positif dengan dosis uji I. Kontrol positif memiliki
nilai signifikan (p>0,05) dengan dosis uji II, yang artinya tidak terdapat
perbedaan penurunan durasi immobility yang signifikan antara kontrol positif
dengan dosis uji II. Kontrol positif memiliki nilai signifikan (p>0,05) dengan
dosis uji III, yang artinya tidak terdapat perbedaan penurunan durasi
immobility yang signifikan antara kontrol positif dengan dosis uji III.
Dosis uji I memiliki nilai signifikan (p>0,05) dengan dosis uji II,
yang artinya tidak terdapat perbedaan penurunan durasi immobility yang
signifikan antara dosis uji I dengan dosis uji II. Dosis uji I memiliki nilai
signifikan (p>0,05) dengan dosis uji III, yang artinya tidak terdapat perbedaan
penurunan durasi immobility yang signifikan antara dosis uji I dengan dosis
uji III. Dan pada dosis uji II memiliki signifikan (p>0,05) dengan dosis uji III,
yang artinya tidak terdapat perbedaan penurunan durasi immobility yang
signifikan antara dosis uji II dengan dosis uji III.
Dari hasil Analisa tersebut dapat dikatakan bahwa dosis uji I, II, dan
III ekstrak etanol jantung pisang klutuk memiliki aktivitas penurunan durasi
immobility yang optimal dibandingkan dengan kontrol negatif. Pada dosis uji
uji I, II, dan III memiliki penurunan durasi immobility yang sama dengan
kontrol positif.
Aktivitas antidepresan yang paling optimal ditujukan pada dosis uji
III karena dengan konsentrasi yang cukup rendah menghasilkan aktivitas
antidepresan yang lebih optimal dibandingkan dengan dosis uji I dan II, hal
tersebut ditunjukan pada metode Forced Swimming Test. Dapat dikatakan
dosis uji III memberikan aktivitas antidepresan lebih baik daripada dosis uji I
33
dan II. Hal tersebut diduga bahwa dosis uji III memiliki kandungan zat aktif
dengan konsentrasi yang optimal dalam memberikan aktivitas antidepresan.
Persentase penurunan immobility time pada setiap kelompok
perlakuan dapat dilihat pada gambar grafik 4.1. dan lampiran
102 100
Kelompok perlakuan
34
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa :
5.1.2. Pada dosis 8 mg/kg BB mencit ektrak etanol jantung pisang klutuk
(Musa balbisiana Colla) memiliki aktivitas antidepresan yang
paling optimal dibandingkan perlakuan dosis lainnya, dengan
persentase immobility time sebesar 97,10%.
5.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap fraksi jantung pisang
klutuk (Musa balbisiana Colla) yang mempunyai aktivitas antidepresan dan
perlu dilakukan uji toksisitas jantung pisang klutuk (Musa balbisiana Colla),
serta perlu dilakukan analisis kuantitatif kadar neurotransmiter terutama kadar
serotonin setelah pemberian jantung pisang klutuk (Musa balbisiana Colla).
35
DAFTAR PUSTAKA
Anas Y., Puspitasari N. and Nuria M.C., 2013, Aktivitas Stimulansia Ekstrak Etanol
Bunga dan Daun Cengkeh (Syzygium aromaticum (L) Merr. & Perry.) pada
Mencit Jantan Galur SWISS beserta Identifikasi Golongan Senyawa Aktifnya,
Naskah Publikasi,. Universitas Wahid Hasyim Semarang.
Annisa, D. F., & Ifdil, I. (2016). Konsep kecemasan (anxiety) pada lanjut usia
(lansia). Konselor, 5(2), 93-99.
Apsera, Liza. (2010). Efek Minyak Atsiri Daun Kemangi (Ocimum Basilicum)
Sebagai Antidepresan pada Tikus Wistar: Ditinjau Dari Immobility Time dengan
Metode Forced Swimming Test. : Universitas Diponegoro.
Arifin, Helmi, Heppy Riyono dan Elka. (2010). Efek Ekstrak Etanol Biji Pinang
Muda (Areca catechu L.) terhadap Aktifitas Sistem Saraf Pusat Mencit Putih,
Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi Vol 19 No Sup11 (2017); Vol 19
Supplement 1, Desember 2017.
Benkert, O., Muller, M., Szegedi, A., (2015). An Overview of The Clinical Efficacy
of Mirtazapine. Hum Psychopharmacol, 17: S23 – S 26.
Borborah, K., Borthakur, S. K., dan Tanti, B., (2016), Musa balbisiana Colla –
Taxonomy, Traditional Knowledge and Economic Potentialities of The Plant in
Assam, India. Indian Journal of Traditional Knowledge. 15(1): 116–120.
Budi Akbar. (2010). Tumbuhan Dengan Kandungan Senyawa Aktif Yang Berpotensi
Sebagai Bahan Antifertilitas. Jakarta : Adabia Press.
Chairul, Mindari Harapini, dan Yanuillia Daryati, (1996). Pengaruh Ekstrak Kencur
Terhadap Kehamilan Mencit Putih (The Effects of Kaempferia Galanga L.
Extract on White Mice Pregnancy.
Dani, J. A., & Mediantara, Y. (2020). Covid-19 dan Perubahan Komunikasi Sosial.
Persepsi: Communication Journal, 3(1), 94-102.
Fisher, C., 2006, The Secret Life of Manis Depression: Everything You Need to Know
about Bipolar Disorder, BBC Learning & Interactive, London.
Gijsman, H. J., Geddes, J. R., Rendell, J. M., Nolen, W. A., Goodwin, G. M., 2004,
Antidepressant for Bipolar Disorder Depression: A Systematic Review of
Randomized Controlled Trial, The American J , 161:1537 - 1547.
Gould. T.D. 2009. Mood and Anxiety Related Phenotypes in Mice Characterization
Using Behavioral Tests. USA : Humana Press, pp. 1-337.
Hana Handayani, dkk. Ekstraksi Antidepresan Daun Sirsak Metode Ultrasonic Bath
(Kajian Rasio Bahan : Pelarut dan Lama Ekstraksi). Jurnal Pangan dan
Agroindrustri, Vol. 4 No 1. 2016.
Hawari., 2011. Manajemen Stres, Cemas dan Depresi. Jakarta: Gaya Baru., 2011.
Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAZA. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran-Universitas Indonesia
Kumar, A., J. Dora, A. Sigh, and R. Tripathi. (2012). A Review on King of Bitter
(Kalmegh). International Journal of Research in Pharmacy and Chemistry. Vol. 2
(1). P 116-124
Marliana, S.D., Suryanti, V., Suyono, 2005, Skrinning fitokimia dan analisis
kromatografi lapis tipis komponen kimia buah labu siam (Sechiumedule Jacq.
Swatz) dalam ekstrak etanol, Biofarmasi, 3 (1): 26-31.
MD, XU Zhao, Qunying Chen MD, Yuan Liu BS, Chao Xia BS, Jincheng Shi, MD,
Maqing Zheng, PhD. (2014). Effect of Xanthone Derivatives on Animal Models
of Depression. Current Therapeutic Research 76 (2014) 45-50.
Mona, N. (2020). Konsep Isolasi Dalam Jaringan Sosial Untuk Meminimalisasi Efek
Contagious (Kasus Penyebaran Virus Corona Di Indonesia). Jurnal Sosial
Humaniora Terapan, 2(2).
Nevid, S. J., Rathus, A. S., Greene, B., 2003, Psikologi Abnormal, Edisi kelima,
diterjemahkan oleh Meyda, R. & Kristiaji, C. W., Gelora Aksara Pratama,
Jakarta.
Novitasari, Afifah, dkk. 2013. Inovasi dari Jantung Pisang (Musa spp).
Surakarta:STIKes Kusuma Husada. 99 hal
Nurhayati, Kusoro Siadi dan Harjono, 2012, Pengaruh konsentrasi natrium benzoat
dan lama penyimpanan pada kadar fenolat total pasta tomat, Indo. J. Chem Sci.,
1(2): 158-163.
Nuzband, Khansa Nabila, 2014, Uji Aktivitas Antidepresan Ekstrak Bunga Cengkeh
(Syzygium aromaticum) Pada Mencit Putih (Mus musculus) Jantan dengan
Metode Force Swin Test, Akademi Farmasi Samarinda, Samarinda.
Porsolt, R.D., Bertin, A., Jalfre, M. (1977). Behavioral despair in mice :a primary
screening test for antidepressants. Arch Int Pharmacodyn Ther.
Potter, Z. W.,& Hollister, E. L., 2002, Agen - agen antidepresan, Dalam Katzung,
G.B., Farmakologi Dasar & Klinik, Edisi kedelapan, Salemba Medika, Jakarta.
Praja, Silvia, Umi Yuniarni, dan Sri Peni Fitrianingsih. (2016). Efek Minyak Atsiri
Daun Kemangi (Ocimum Basilicum) Sebagai Antidepresan Volume 2 No.1,
Tahun 2016.
Puspitasari, Lia. (2017). dan kadar kortisol tikus jantan galur wistar yang depresi.
8(1), 24–30. https://doi.org/10.1556/ism.v8i1.10
Sabir, A., & Phil, M. (2016). Gambaran Umum persepsi masyarakat terhadap
bencana di Indonesia. Jurnal Ilmu Ekonomi Dan Sosial, 5(3), 304-326.
Seidel V., 2006. Initial and bulk extraction. In: Sarker SD, Latif Z, & Gray Al,
editors. Natural Products Isolation. 2nd ed. Totowa (New Jersey). Humana Press
Inc. hal. 31-5.
Sonne, S. C.,& Brady, T. M.D., 2002, Bipolar Disorder and Alcoholism, (diakses
tanggal 23 Oktober 2012).
Strekalova T., Spanagel R., Bartsch D., Henn F.A. and Gass P., 2004, Stress-induced
anhedonia in mice is associated with deficits in forced swimming and
exploration, Neuropsychopharmacology, 29 (11), 2007–2017.
Teter, C. S., Kando, J. C., Wells, B. G., & Hayes, P. E., 2017, Depressive Disorder
,dalam Dipiro, J. T., Talbert, R. L., Yee, G. C., Matzke, G. R., Wells, B. G.,&
Posey Micheal, L.,(eds), Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach,7th
Edition, Appleton and lange, New York.
Tjay, Tan Hoan., dan Rahardja.,K., (2015) : Obat – Obat Penting, Elex media
komputindo, Jakarta. Wijono,R., M.W.,Nasrun, C.E., Damping., (2013) :
Gambaran dan Karakteristik Penggunaan Triheksifenidil pada Pasien yang
Mendapat Terapi Antipsikotik, Departemen Psikiatri, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
Tursina, A. (2020). COVID-19 dan lansia: Pusat Penerbitan Unisba (P2U) L embaga
Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat – Universitas Islam Bandung.
WHO (2016). Maternal, newborn, child and adolescent health. Diunduh 9 Februari
2021 http:// www.who.int/maternal_child_adol escent/topics/adolescence/mental
Yosep, H. I., dan Sutini, T. (2014). Buku Ajar Keperawatan Jiwa dan Advance
Mental Health Nursing. Bandung: Refika Aditama
LAMPIRAN I
HASIL DETERMINASI TANAMAN
19 April 2021
Menit Berat Badan Mencit (g)
Ke-
Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok
I II III IV V
1 17 20 23 18 18
2 20 15 18 16 17
3 15 18 20 16 23
4 16 18 15 19 20
5 13 22 16 17 17
Cadangan 18 17 22 20 16
20 April 2021
Menit Berat Badan Mencit (g)
Ke-
Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok
I II III IV V
1 25 24 29 23 23
2 25 21 22 20 22
3 21 23 24 17 27
4 23 22 20 24 24
5 18 27 22 21 21
Cadangan 24 23 27 21 21
21 April 2021
Menit Berat Badan Mencit (g)
Ke- Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok
I II III IV V
1 24 25 28 24 25
2 26 21 24 20 22
3 22 23 25 25 27
4 23 22 21 23 24
5 18 27 23 23 21
Cadangan 25 23 28 27 21
22 April 2021
Menit Berat Badan Mencit (g)
Ke-
Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok
I II III IV V
1 25 21 25 23 24
2 25 20 23 21 22
3 21 20 25 27 27
4 24 21 22 24 25
5 19 24 21 22 22
Cadangan 25 21 27 27 21
23 April 2021
Menit Berat Badan Mencit (g)
Ke-
Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok
I II III IV V
1 25 24 29 25 25
2 27 24 25 22 23
3 23 23 27 25 29
4 25 24 23 25 26
5 20 27 23 24 23
Cadangan 25 25 27 28 23
24 April 2021
Menit Berat Badan Mencit (g)
Ke-
Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok
I II III IV V
1 25 25 29 26 25
2 27 24 25 23 24
3 23 24 27 26 29
4 24 24 23 25 25
5 23 27 24 25 23
Cadangan 25 24 27 29 22
25 April 2021
Menit Berat Badan Mencit (g)
Ke-
Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok
I II III IV V
1 24 23 30 27 26
2 26 22 26 25 25
3 23 23 27 28 29
4 24 23 21 26 27
5 23 27 24 25 23
Cadangan 25 25 29 30 23
LAMPIRAN IV
PERHITUNGAN PERSENTASE AKTIVITAS ANTIDEPRESAN
t 3−t 1
Rumus perhitungan = x 100 %
t 2−t 1
LAMPIRAN VII
PERLAKUAN HEWAN UJI
9. Masukan setiap 10. Lakukan 11. Simpan dalam 12. Timbang mencit
masing-masing sediaan pengenceran dari wadah botol coklat terlebih dahulu
uji ke dalam botol dosis sebelumnya dan tutup rapat sebelum diberikan
coklat sediaan uji
13. Timbang mencit 14. Timbang mencit 15. Timbang mencit 16. Timbang mencit
terlebih dahulu terlebih dahulu terlebih dahulu terlebih dahulu
17. Berikan sediaan 18. Diamkan pada 19. Setelah itu, 20. Amati mencit,
uji secara oral pada sekam selama 1 masukan ke catat immobility
menit sesuai jam dalam aquarium time
perhitungan bobot dengan
mencit kedalaman 15 cm
LAMPIRAN VIII
PENAPISAN FITOKIMIA
1 Flavonoid + +
2 Tanin dan Polifenol - -
tanin tanin
polifenol
polifenol
3 Tanin + +
4 Kuinon + +
5 Alkaloid + +
blanko blanko
mayer
mayer
dragendroff
dragendroff
6 Mono dan - -
Seskuiterpenoid
7 Steroid + +
8 Triterpenoid + +
9 Saponin + +
LAMPIRAN IX
DATA SPSS RATA-RATA IMMOBILITY TIME SELAMA 6 MENIT
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
.371 4 20 .826
Multiple Comparisons
imobility
LSD
95% Confidence
Interval