Anda di halaman 1dari 53

UJI AKTIVITAS ANTIDEPRESAN

EKSTRAK ETANOL DAUN KEMBANG SEPATU


(Hibiscus rosa-sinensis L.) DENGAN METODE
TAIL SUSPENSION TEST (TST), OPEN FIELD TEST
(OFT), FORCED SWIMMING TEST (FST)
PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS WEBSTER

SKRIPSI

KAMAL SANDI RAMDANI


NIM 31115026

STIKes BAKTI TUNAS HUSADA


PROGRAM STUDI FARMASI
TASIKMALAYA
2019
UJI AKTIVITAS ANTIDEPRESAN
EKSTRAK ETANOL DAUN KEMBANG SEPATU
(Hibiscus rosa-sinensis L.) DENGAN METODE
TAIL SUSPENSION TEST (TST), OPEN FIELD TEST
(OFT), FORCED SWIMMING TEST (FST)
PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS WEBSTER

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna menempuh Ujian Sarjana pada

Program Studi S-1 Farmasi STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya

KAMAL SANDI RAMDANI

31115026

STIKes BAKTI TUNAS HUSADA

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI

TASIKMALAYA

2019
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul :

UJI AKTIVITAS ANTIDEPRESAN


EKSTRAK ETANOL DAUN KEMBANG SEPATU
(Hibiscus rosa-sinensis L.) DENGAN METODE
TAIL SUSPENSION TEST (TST), OPEN FIELD TEST
(OFT), FORCED SWIMMING TEST (FST)
PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS WEBSTER

yang dibuat untuk melengkapi sebagai persyaratan menjadi Sarjana Farmasi pada

Program Studi Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bakti Tunas Husada

Tasikmalaya, sejauh yang saya ketahui bukan merupakan tiruan atau duplikasi

dari skripsi yang sudah dipublikasikan dan atau pernah dipakai untuk mendapat

gelar kesarjanaan di lingkungan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bakti Tunas

Husada Tasikmalaya maupun di Perguruan Tinggi atau jurusan manapun, kecuali

bagian yang sumber informasinya dicantumkan sebagaimana mestinya.

Tasikmalaya, Juli 2019


Kamal Sandi R
31115026
PENGESAHAN SKRIPSI

Berjudul

UJI AKTIVITAS ANTIDEPRESAN


EKSTRAK ETANOL DAUN KEMBANG SEPATU
(Hibiscus rosa-sinensis L.) DENGAN METODE
TAIL SUSPENSION TEST (TST), OPEN FIELD TEST
(OFT), FORCED SWIMMING TEST (FST)
PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS WEBSTER

Oleh

Kamal Sandi Ramdani

31115026

Dipertahankan di Hadapan Penguji Skripsi


Program Studi S-1 Farmasi STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya
6 Juli 2019

Disetujui Oleh,

Pembimbing I Pembimbing II

Maritsa Nurfatwa, M.Si.,Apt. Nur Laili Dwi H, M.Si.


NIY. 880132 NIY. 880099
ABSTRAK

Depresi merupakan gangguan mental yang umum terjadi didunia. Depresi dapat
diatasi dengan memanfaatkan tanaman salah satunya daun kembang sepatu. Daun
kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L) diduga memiliki aktivitas antidepresan
karena memiliki kandungan senyawa kuersetin. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui aktivitas dan dosis optimal antidepresan daun kembang sepatu. Daun
kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L) dimaserasi dengan pelarut etanol 70%.
Hasil ekstraksi diujikan pada mencit dengan kelompok perlakuan: kontrol negatif
(PGA 1%), kontrol positif (fluoksetin 2,6 mg/kg BB mencit), dosis uji I (100
mg/kg BB mencit), dosis uji II (250 mg/kg BB mencit), dan dosis uji III (500
mg/kg BB mencit), menggunakan metode TST,OFT dan FST. Hasil penelitian
menunjukan ekstrak etanol daun kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L)
memiliki aktivitas antidepresan. Dosis yang optimal sebagai antidepresan adalah
dosis uji 2 pada metode TST,FST dan OFT pada durasi Central square dan
Grooming. sedangkan dosis uji 3 pada metode OFT pada durasi Rearing.

Kata Kunci: Antidepresan, Daun kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L),


TST, OFT, FST.
ABSTRACT

Depresi merupakan gangguan mental yang umum terjadi didunia. Depresi dapat
diatasi dengan memanfaatkan tanaman salah satunya daun kembang sepatu. Daun
kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L) diduga memiliki aktivitas antidepresan
karena memiliki kandungan senyawa kuersetin. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui aktivitas dan dosis optimal antidepresan daun kembang sepatu. Daun
kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L) dimaserasi dengan pelarut etanol 70%.
Hasil ekstraksi diujikan pada mencit dengan kelompok perlakuan: kontrol negatif
(PGA 1%), kontrol positif (fluoksetin 2,6 mg/kg BB mencit), dosis uji I (100
mg/kg BB mencit), dosis uji II (250 mg/kg BB mencit), dan dosis uji III (500
mg/kg BB mencit), menggunakan metode TST,OFT dan FST. Hasil penelitian
menunjukan ekstrak etanol daun kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L)
memiliki aktivitas antidepresan. Dosis yang optimal sebagai antidepresan adalah
dosis uji 2 pada metode TST,FST dan OFT pada durasi Central square dan
Grooming. sedangkan dosis uji 3 pada metode OFT pada durasi Rearing.

Keywords: Antidepressants, Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.), TST,


OFT,FST.
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan

segala nikmat dan karunia-Nya, sehingga atas izin-Nya penulis dapat

menyelesaikan Skripsi yang berjudul “UJI AKTIVITAS ANTIDEPRESAN

EKSTRAK ETANOL DAUN KEMBANG SEPATU (Hibiscus rosa-sinensis

L.) DENGAN METODE TAIL SUSPENSION TEST (TST), OPEN FIELD

TEST (OFT), FORCED SWIMMING TEST (FST), PADA MENCIT JANTAN

GALUR SWISS WEBSTER “ Penyusunan Skripsi ini dimaksudkan untuk

memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana S-1 Farmasi di

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bakti Tunas Husada Tasikmalaya.

Dalam penyusunan Skripsi ini penulis mengalami banyak kesulitan, akan

tetapi hal tersebut dapat terselesaikan oleh adanya bimbingan dan bantuan dari

berbagai pihak yang turut andil dalam menyelesaikan Skripsi ini. Oleh karena itu,

penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada :


1. Dra. Hj. Tati Dedah N, B.Sc. M.Kes selaku Ketua Yayasan Bakti Tunas

Husada Tasikmalaya.

2. Drs. Hj. Enok Nurliawati, S.Kep, M.Kep., selaku Ketua STIKes Bakti Tunas

Husada Tasikmalaya.

3. Nur Rahayuningsih, M.Si., Apt selaku Ketua Prodi S-1 Farmasi STIKes Bakti

Tunas Husada Tasikmalaya.

4. Maritsa Nurfatwa, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing utama yang telah

bersedia memberikan bimbingan dengan penuh rasa tanggung jawab dan

nasehat yang membangun dalam penyusunan Skripsi ini.

5. Nur Laili Dwi Hidayati, M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah bersedia

meluangkan waktu, tenaga, pikiran, saran serta nasihat yang membangun

kepada penulis selama penyusunan Skripsi ini.

6. Bapak/Ibu staff dosen beserta karyawan Program Studi S-1 Farmasi STIKes

Bakti Tunas Husada Tasikmalaya yang telah memberikan bimbingan dan

memotivasi selama penyusunan Skripsi ini.

7. Pihak laboran yang telah mendukung berjalannya penelitian sehingga penulis

dapat menyelesaikan Skripsi ini.

8. Kedua orang tua tercinta, Bapak Ade Wahid dan Ibu Mumun. Serta kakak

Ahmad Arifin yang telah memberikan dukungan moril, materil serta do’anya

dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Rekan-rekan Farmasi angkatan 2015 khususnya Farmasi A yang telah

memberikan motivasi kepada penulis dan selalu memberi dorongan semangat

dalam menyelesaikan Skripsi ini.


10. Novi Anggraeni, Mela Karimah, Linda Herdian, Siti Samrotul, Ikhsan

Wahyudin,Yunia Amalia, merupakan tim penelitian Antidepresan yang telah

membantu dalam proses penelitian dan selalu saling memberikan semangat.

11. Keluarga Besar SWIFT CLUB INDONESIA chapter tasikmalaya,

MINININJAS street tasikmalaya, dan MAYANDRA BOYS yang selalu

memberikan motivasi kepada penulis dan dorongan semangat dalam

menyelesaikan Skripsi ini.

12. Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu yang telah

banyak memberikan dorongan dan bantuan kepada penulis dalam

menyelesaikan proposal penelitian ini. Semoga Allah SWT senantiasa

memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kita semua. Aamiin.

Dengan segala keterbatasan yang dimiliki, penulis menyadari penulisan

Skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan di masa

yang akan datang. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

pembaca umumnya dan bagi penulis pada khususnya.

Tasikmalaya, Juli 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK

ABSTRAC

KATA PENGANTAR................................................................................i

DAFTAR ISI ............................................................................................ iii

DAFTAR TABEL ................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................. viii

DAFTAR DIAGRAM........................................................................... viiii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1

1.2 Identifikasi Masalah ..................................................................... 4

1.3 Batasan Masalah ............................................................................4

1.4 Rumusan Masalah .........................................................................5

1.5 Tujuan Penelitian ......................................................................... 5

1.6 Manfaat Penelitian ........................................................................ 6

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................ 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Kembang Sepatu............................................................ 8

2.1.1 Klasifikasi Tanaman ........................................................... 8

2.1.2 Mofologi Tanaman ............................................................. 9

2.1.3 Kandungan Kimia ............................................................... 9

2.2 Depresi........................................................................................... 9

2.2.1 Definisi................................................................................ 9

2.2.2 Etiologi.............................................................................. 10

2.2.3 Patofisiologi....................................................................... 11

2.2.4 Manifestasi Klinik............................................................. 13

2.2.5 Terapi................................................................................. 14

2.3 Antidepresan................................................................................ 16

2.4 Penapisan fitokimia dan Ekstraksi............................................... 16

2.5 Fluoksetin..................................................................................... 17

2.6 Metode Uji................................................................................... 17

2.7 Mencit.......................................................................................... 18
2.8 Kerangka Berfikir........................................................................ 19

2.9 Hipotesis...................................................................................... 20

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan............................................................................. 22

3.1.1 Alat ................................................................................. 22

3.1.2 Bahan ................................................................................ 22

3.2 Sampel ...................................................................................22

3.3 Preparasi Sampel ......................................................................... 23

3.3.1 Determinasi Tanaman.........................................................23

3.3.2 Pembuatan Serbuk Simplisia .............................................23

3.4 Penyiapan hewan uji.....................................................................23

3.5 Ekstraksi ...................................................................................24

3.6 Skrining Fitokimia........................................................................24

3.6.1 alkaloid...............................................................................24

3.6.2 flavonoid ............................................................................25

3.6.3 saponin................................................................................25

3.6.4 Tanin dan Polifenol ...........................................................25

3.6.5 Steroid dan Triterpenoid....................................................26

3.6.6 Kuinon...............................................................................26

3.6.7 Mono danseskuiterpenoid..................................................26

3.7 Penetapan dosis.............................................................................26

3.7.1 Fluoxetin............................................................................26

3.7.2 PGA...................................................................................27
3.7.3 Ekstrak daun Kembang Sepatu..........................................27

3.8 Pembuatan Sediaan.......................................................................27

3.8.1 Fluoxetin............................................................................27

3.8.2 PGA...................................................................................28

3.8.3 Dosis Uji............................................................................28

3.9 Pengujian antidepresan ............................................................... 29

3.10 Metode Uji antidepresan...............................................................30

3.10.1......................................................................Tail

Suspension Test (TST)........................................30

3.10.2 Opem Field Test (OFT).....................................................32

3.10.3 Forced Swimming Test (FST)............................................35

3.11 Analisis Data.................................................................................38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Determinasi Tanaman...................................................................39

4.2 Hasil Penyiapan Sampel.........................................................................39

4.3 Hasil Ekstraksi.......................................................................................40

4.4 Hasil Penapisan Fitokimia.....................................................................40

4.5 Hasil Pengujian Antidepresan Ekstrak Daun Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-

sinensis L.).............................................................................................41

4.5.2 Tail Suspension Test (TST)........................................................42

4.5.3 Open Field Test (OFT)...............................................................44


4.5.4 Forced Swimming Test (FST)....................................................55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan...........................................................................................56

5.2. Saran......................................................................................................56

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1.1 Tabel Waktu Penelitian.............................................................................7
3.1 Tabel Dosis Ekstrak Etanol Daun Kembang Sepatu.................................27
4.1 Tabel Hasil Penyiapan Sampel...................................................................39
4.2 Tabel Hasil Ekstrasi....................................................................................40
4.3 Hasil Penapisan Fitokimia..........................................................................40
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
2.1 Kembang sepatu........................................................................................7
2.2 Mencit........................................................................................................18
3.1 Tail Suspension Test..................................................................................30
3.2 Open Field Test.........................................................................................33
3.3 Forced Swimming Test...............................................................................36
4.1 Grafik immobility time pada metode tail suspension test (s)......................42
4.2. Grafik rearing pada metode open field test (s)..........................................45
4.3. Grafik gromming.......................................................................................49
4.4 Grafik central square..................................................................................52
DAFTAR DIAGRAM

DIAGRAM Halaman
3.1 Pengujian metode Tail Suspension Test....................................................31
3.2 Pengujian metode Open Field Test............................................................34
3.3 Pengujian metode Forced Swimming Test.................................................36
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehidupan manusia semakin komplek dengan munculnya masalah

baru dalam kehidupan yang tidak dapat diselesaikan, masalah yang timbul

tersebut dapat menyebabkan depresi. Depresi dapat menjadi salah satu faktor

masalah kesehatan yang serius bagi kehidupan manusia, karena orang yang

mengalami gejala depresi cenderung mengalami penurunan kualitas hidup.

Depresi merupakan gangguan mental yang umum terjadi didunia

(WHO, 2015). Depresi tetap menjadi suatu faktor kontribusi pada penurunan

kecepatan penyembuhan berbagai penyakit lain (Holmes dkk, 2012).

Sebanyak 800.000 kasus bunuh diri telah dilaporkan setiap tahun dengan

depresi sebagai penyebab utama (WHO,2015). Prevalensi gangguan depresif

mayor merupakan salah satu yang tertinggi dan angka tersebut terus

meningkat sepanjang 10 tahun belakangan ini (Richards, 2011). Di indonesia,

depresi dikategorikan sebagai gangguan mental emosional dan prevalensinya

setinggi 6% dari total populasi (Riskesdas, 2013).

Dalam penatalaksanaanya suatu gangguan depresi biasanya diberikan

terapi farmakologi dan non farmakologi. Terapi non farmakologi biasanya

berupa suatu konseling oleh ahli psikologis, sedangkan terapi farmakologi

merupakan suatu terapi menggunakan obat-obatan. Terapi yang sering

dilakukan di masyarakat adalah terapi farmakologi dengan menggunakan obat

sintetik antidepresan. Obat antidepresan memiliki beberapa golongan,

1
2

diantaranya penghambatan ambilan kembali serotonin selektif, penghambatan

ambilan kembali norepinefrin-serotonin, antidepresan atipikal, antidepresan

trisiklik, penghambat monoamin oksidase (Harvey dan Champe, 2013).

Selain obat sintetik, obat yang bersumber dari alam terutama tumbuhan juga

dapat digunakan sebagai terapi farmakologi antidepresan, dengan efek

samping yang jauh lebih rendah. Tumbuhan mengandung senyawa aktif yang

sangat bermanfaat bagi kesehatan, terutama dari senyawa metabolit sekunder

yang dapat dijadikan sebagai obat. Golongan senyawa metabolit sekunder

diantaranya alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, steroid dan triterpenoid

(Harborne, 1987).

Menurut Adelina (2013). Senyawa aktif pada tumbuhan yang dapat

dijadikan sebagai antidepresan diantaranya asam valerenat, 6-metilapigenin

dan hesperidin, kurkumin, kaemferol, kuersetin, dan eugenol. Salah satu

tanaman yang mengadung senyawa aktif sebagai antidepresan adalah

kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis Lin.) Kembang sepatu adalah jenis

tanaman yang tumbuh subur dan banyak terdapat di Indonesia. Tanaman ini

banyak digunakan orang sebagai tanaman hias maupun sebagai tanaman

pagar. Bunganya bisa digunakan sebagai pengkilap sepatu karena itu sering

disebut sebagai Kembang Sepatu (Dalimartha, 2006). Tanaman kembang

sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) memiliki aktivitas sebagai antidepresan,

Hal tersebut dibuktikan oleh Khalid dkk, (2014) yang menyatakan bahwa

dosis 100 mg/kg BB 250mg/kg BB dan 500 mg/kg BB mencit ekstrak etanol

bunga Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) memiliki aktivitas


3

antidepresan yang signifikan. Berdasarkan penelitian Pallavi dkk, (2012)

menyatakan bahwa kembang sepatu memiliki aktifitas sebagai antidepresan,

dengan senyawa aktif flavonoid yaitu kuersetin. Adelina (2013). melaporkan

bahwa kuersetin adalah senyawa yang berperan sebagai antidepresan dengan

mekanisme kerja menghambat MAO-A dan MAO-B. Oleh karena itu, tidak

menutup kemungkinan pada bagian daun dari tumbuhan Kembang Sepatu

(Hibiscus rosa-sinensis L.) memiliki potensi sebagai antidepresan dengan

senyawa aktif kuersetin.

Pengujian antidepresan dapat dilakukan dengan mengamati prilaku,

keputusasaan, fungsi motorik, kecemasan dan kegelisahan. Keadaan tersebut

menggambarkan keadaan depresi, maka dengan mengamati keadaan tersebut

dapat dijadikan sebagai parameter aktivitas antridepresan dari suatu obat. Ada

beberapa metode yang dapat dilakukan untuk pengujian antidepresan

diantaranya metode Tail Suspension Test (TST), Open Field Test (OFT), dan

Forced Swimming Test (FST). Metode yang banyak digunakan untuk menguji

aktivitas antidepresan adalah metode Forced Swimming Test (FST), metode

tersebut dianggap paling mudah dan biayanya relatif murah, akan tetapi

dengan metode tersebut tidak cukup untuk mengukur semua keadaan depresi

sehingga kemungkinan hasil yang didapatkan kurang optimal. Maka dari itu

untuk mendapatkan hasil yang optimal harus dilakukan pengujian aktivitas

antidepresan dengan menggunakan beberapa metode yang dapat mengukur

hampir semua keadaan depresi. Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik

untuk melakukan pengujian Uji Aktivitas Antidepresan Ekstrak Etanol Daun


4

Daun Kembang Sepatu (Hibiscusrosa-sinensis L) pada Mencit Jantan Galur

Swiss Webster dengan metode Tail Suspension Test (TST), Open Field Test

(OFT), dan Forced Swimming Test (FST).

.2 Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah diatas, maka didapatkan identifikasi

masalah sebagai berikut :

1. Daun Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) memiliki potensi

sebagai pengobatan penyakit, akan tetapi belum diketahui potensi daun

Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) sebagai antidepresan

menggunakan metode Tail Suspension Test (TST), Open Field Test

(OFT), dan Forced Swimming Test (FST).

2. Belum diketahui dosis optimal daun Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-

sinensis L.) yang memberikan aktivitas antidepresan dengan

menggunakan metode Tail Suspension Test (TST), Open Field Test

(OFT), dan Forced Swimming Test (FST).

1.1.3. Batasan Masalah

Dari identifikasi masalah yang didapat, maka penulis memberikan

batasan masalah untuk melakukan uji aktivitas antidepresan dari ekstrak

etanol daun Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) pada mencit jantan

galur Swiss Webster dan menentukan dosis daun Kembang Sepatu (Hibiscus

rosa-sinensis L.) sebagai antidepresan serta menentukan hasil uji aktivitas

antidepresan dari ekstrak etanol daun Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-


5

sinensis L.) dengan menggunakan metode Tail Suspension Test (TST),

Open Field Test (OFT), dan Forced Swimming Test (FST).

1.1.4. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, maka didapatkan rumusan

masalah sebagai berikut :

1. Apakah ekstrak etanol daun Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis

L.) memiliki aktivitas antidepresan pada mencit jantan galur Swiss

Webster dengan menggunakan metode Tail Suspension Test (TST),

Open Field Test (OFT), dan Forced Swimming Test (FST) ?

2. Pada dosis berapa ekstrak etanol daun Kembang Sepatu (Hibiscus

rosa-sinensis L.) memiliki aktivitas antidepresan pada mencit jantan

galur Swiss Webster dengan menggunakan metode Tail Suspension

Test (TST), Open Field Test (OFT), dan Forced Swimming Test

(FST)?

1.1.5. Tujuan Penelitian

1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antidepresan dari

ekstrak etanol daun Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) pada

mencit jantan galur Swiss Webster dengan menggunakan metode Tail

Suspension Test (TST), Open Field Test (OFT), dan Forced

Swimming Test (FST).

2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis ekstrak etanol daun

Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) yang memberikan

aktivitas antidepresan pada mencit jantan galur Swiss Webster dengan


6

menggunakan metode Tail Suspension Test (TST), Open Field Test

(OFT), dan Forced Swimming Test (FST).

1.1.6. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Menambah ilmu pengetahuan tentang daun Kembang Sepatu

(Hibiscus rosa-sinensis L.) sebagai antidepresan.

2. Bagi Instansi

Memberikan informasi ilmiah tentang daun Kembang Sepatu

(Hibiscus rosa-sinensis L.) sebagai antidepresan dan

sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.

3. Bagi Masyarakat

Memberikan informasi kepada masyarakat bahwa daun Kembang

Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) dapat dijadikan alternatif

pengobatan antidepresan.

1.1.7. Tempat dan waktu penelitian

Tempat penelitian akan dilaksanakan di Sekolah Tinggi Kesehatan

Bakti Tunas Husada dengan waktu mulai dari Januari 2019 sampai Mei

2019.
7

1.1.8. Jadwal Penelitian

Tabel 1.1. Jadwal penelitian


Januari Februari Maret April Mei
Kegiatan Minggu Ke-
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Preparasi Sampel                                      
Ektraksi daun
Kembang Sepatu                                      
Penafisan
Fitokimia                                      
Adaptasi tikus
Induksi Stress
Pengujian semua
kelompok dengan
metode TST
Washout
Induksi Stress
Pengujian semua
kelompok dengan
metode OFT                                      
Washout
Induksi stress
Pengujian semua
kelompok dengan
metode FST                                      
Pengolahan data                                      
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tananman Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L)

2.1.1 Klasifikasi

Menurut Verma (2017). Klasifikasi Tanaman Bunga Sepatu adalah

sebagai berikut :

Kindom : Plantae

Subkindom : Tracheobionta

Super division : Spermatophyta

Divisiom : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Order : Malvales

Family : Malvaceae

Genus : Hibiscus

Species : H. rosa – sinensis

Gambar 2.1 Bunga Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L)

(USDA, NRCS., 2018)

8
9

2.1.2 Morfologi

Kembang sepatu termasuk tumbuhan jenis perdu, tingginya

mencapai 1-4 meter. Daunnya bertangkai, berbentuk bulat telur dengan

ujung runcing dan tepinya bergerigi. Tangkai bunganya beruas, bunganya

berdiri sendiri di ketiak daun. Daun kelopak tambahan berjumlah 6-9,

berbentuk lanset garis yang selalu lebih pendek dari kelopak bunganya

yang berbentuk tabung. Daun mahkotanya berbentuk bulat telur terbalik,

panjangnya 5,5-8,5 cm, berwarna merah, kuning atau oranye. Tabung

benang sari sama panjang dengan mahkota (Steenis, 1975).

2.1.3 Kandungan Kimia

Bagian daun, bunga, dan akar mengandung flavonoid. Daun

mengandung saponin dan polifenol (Syamsuhidayat dan Hutapea,

1991), serta taraksetil asetat (Widjayakusuma, 1994). Bunga

mengandung polifenol (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991), akar

mengandung tanin dan saponin (Syamsuhidayat dan hutapea, 1991).

Kandungan aglikon flavonoid utama dalam bunga kembang sepatu

yaitu quersetin dan sianidin (Puchkhaber dkk., 2002).

2.2 Depresi

2.2.1 Definisi Depresi

Depresi adalah suatu gangguan mood yang bersifat searah

(unipolar). Yaitu berupa suatu emosi yang meresap dan menetap berupa

9
10

perasaan tertekan, yang dalam kondisi ekstrim, sangat mempengaruhi

persepsi seseorang terhadap dunia (Zulies, 2014).

2.2.2 Etiologi

Menurut Zulies (2014). Penyebab depresi sangat kompleks,

melibatkan faktor genetik, biologis, dan lingkungan, dan faktor faktor

ini bisa menyebabkan gangguan depresi baik secara tunggal atau

bersama-sama. Pasien depresi menunjukan adanya perubahan

neurotransminter otak antara lain: norepinefrin, 5-HT, dopamin. Pada

pasien dengan “bakat” depresi : kemampuan menerima musibah

(kematian, kehilangan kerja, sakit, kehilangan fungsi pada usia

produktif) lebih kecil dibanding rang normal. walaupun belum

diketahui secara pasti, pada tingkat seperti apa ketidakseimbangan

neurotransminter dapat mempengaruhi perasaan, namun

ketidakseimbangan neurotransminter ini diketahui dapat disebabkan

oleh beberapa hal, seperti :

1. Keturunan/Genetik

Kejadian depresi dan bunuh diri cenderung terjadi dalam satu

keluarga. Sebagai contoh, sekitar 8% sampai 18% dari pasien dengan

depresi berat memiliki sedikitnya keluarga dekat dengan riwayat

depresi.

2. Kepribadian

10
11

Orang dengan ciri-ciri kepribadian tertentu yang lebih

cenderung menjadi depresi. Sifat-sifat yang cenderung menyebabkan

depresi antara lain adalah berpikir negatif, pesimisme, kekhawatiran

yang berlebihan, rendah diri, terlalu tergantung pada orang lain, dan

tanggapan yang kurang efektif terhadap stres.

3. Situasi/Lingkungan

Peristiwa sulit dalam lingkungan, kehilangan, perubahan, atau

stres yang terus menerus dapat menyebabkan kadar neurotransminter

menjadi tidak seimbang. dan selanjutnya dapat menyebabkan depresi.

4. Kondisi Medik

Depresi juga dapat terjadi karena gangguan medis tertentu,

misalnya penyakit jantung, stroke, diabetes, kanker, penyakit

parkinson dan penyakit Alzheimer.

5. Pengunaan Obat

Beberapa obat yang digunakan untuk waktu yang lama, seperti

prednison, obat tekanan darah , obat tidur, antibiotik dan bahkan pil

KB dalam beberapa kasus, bisa menyebabkan depresi atau

memperburuk kondisi depresi.

2.2.3 Patofisiologi

Menurut zulies (2014). Menyebutkan bahwa berdasarkan

keparahan depresinya, patofisiologi depresi bisa dibedakan menjadi:

1. Depresi mayor/depresi berat

11
12

Depresi mayor merupakan salah satu bentuk yang paling umum

dari depresi. Ketika orang menggunakan istilah depresi atau

depresi klinis, mereka umumnya mengacu pada gangguan depresi

mayor. Depresi adalah gangguan mood yang ditandai dengan

suasana hati yang tertekan, kurangnya minat dalam kegiatan yang

biasanya dinikmati, perubahan berat badan dan tidur, kelelahan,

perasaan tidak berharga dan rasa bersalah, kesulitan berkonsentrasi

dan pikiran tentang kematian dan bunuh diri. Jika seseorang

mengalami sebagian besar gejala-gejala ini lebih lama dari periode

dua minggu, mereka mungkin didiagnosis dengan gangguan

depresi berat.

2. Depresi atipikal

Depresi atipikal merupakan variasi dari depresi yang sedikit

berbeda dari depresi berat. Penderita kadang-kadang dapat

mengalami kebahagiaan dan saat-saat kegembiraan. Gejala depresi

atipikal termasuk kelelahan, banyak tidur, makan terlalu banyak

dan berat badan meningkat. Orang yang menderita depresi atipikal

percaya bahwa peristiwa yang mereka alami terjadi di luar kendali

suasana hati mereka (yakni sukses, perhatian dan pujiaan). Episode

depresi atipikal dapat berlangsung selama berbulan-bulan atau

penderita mungkin hidup dengan itu selamanya.

3. Dysthymia

12
13

Dysthymia berasal dari kata Yunani dys, yang artinya sakit atau

buruk, dan thymia, yang berarti pikiran atau emosi. Istilah

Dysthymia merujuk pada suatu keadaan depresi ringan atau

sedang, tetapi kronis. Banyak orang tampak tertekan, sedih, atau

melankolis, dan mereka mengalami demikian hampir pada

sepanjang hidupnya. Suatu kondisi yang orang bahkan mungkin

tidak menyadari dan hanya menjalaninya sehari-hari. Mereka

menjalani kehidupan dengan rasa tidak penting, tidak puas, takut

dan sama sekali tidak menikmati kehidupan mereka.

4. Depresi psikotik

Depresi psikotik adalah depresi yang disertai dengan gejala

psikotik. Penderita depresi psikotik seringkali mengalami

halusinasi dan atau delusi, yang umunya terjadi pada seseorang

yang menderita skizofrenia.

2.2.4 Manifestasi Klinik

Manifestasi klinik depresi yang dikemukakan oleh Sukandar dkk,

(2008.) Yaitu :

1. Gejala emosional, antara lain meliputi: berkurangnya kemampuan

untuk merasakan kesenangan, kehilangan minat terhadap aktivitas yang

biasa dilakukan, kesedihan, kelihatan pesimis, sering menangis, putus

harapan, ansietas (dijumpai pada hampir 90% pasien depresi rawat

jalan), perasaan bersalah, dan tanda-tanda psikosis (misalnya: halusinasi

mendengar sesuatu, delusi).

13
14

2. Gejala fisik, meliputi : keletihan, kesakitan (terutama sakit kepala),

gangguan tidur, gangguan pada nafsu makan (menurun atau

meningkat), kehilangan minat seksual, dan keluhan mengenai saluran

cerna dan kardiovaskular (terutama palpitasi).

3. Gejala Intelektual atau kognitif, meliputi : penurunan kemampuan

untuk berkonsentrasi atau keterlambatan proses berpikir, ingatan yang

lemah terhadap kejadian yang baru terjadi, kebingungan dan

ketidakyakinan.

4. Gangguan psikomotor meliputi retardasi psikomotor (perlambatan

gerakan fisik, proses berpikir, dan berbicara) atau agitasi psikomotor.

2.2.5 Terapi

1. Tujuan Terapi

Tujuan terapi episode depresi akut adalah untuk mengeliminasi

atau mengurangi gejala depresi, meminimalkan efek samping,

memastikan kepatuhan terhadap pengobatan, membantu

pengembalian ke tingkat fungsi sebelum sakit dan mencegah episode

depresi lebih lanjut (Sukandar dkk, 2008).

2. Terapi Depresi

A. Terapi Non-Farmakologi

1. Efikasi psikoterapy dan obat antidepresan dapat dikatakan

saling menambahkan. Psikoterapi saja tidak disarankan untuk

terapi akut pada pasien dengan kelainan depresi mayor berat dan

atau psikosis. Untuk kelainan depresi mayor dan non kronis

14
15

tanpa komplikasi, terapi kombinasi tidak akan memberikan

manfaat khusus. Terapi kognitif, terapi prilaku dan psikoterapi

interpersonal diduga memiliki efikasi yang setara (Sukandar

dkk, 2008).

2. Terapi elektrokonvulsif (Electroconvulsive therapy-ECT)

merupakan terapi yang aman dan efektif untuk semua sub-tipe

gangguan depresi mayor. Terapi ini dilakukan jika terapi lain

memberikan risiko yang lebih besar dibandingkan manfaatnya,

ECT dilaporkan memberikan respons terapeutik yang cepat (10-

14 hari) (Sukandar dkk, 2008).

B. Terapi Farmakologi

Secara umum, obat antidepresan memiliki efikasi yang

setara jika diberikan pada dosis yang sebanding. Faktor yang

mempengaruhi pemilihan obat antidepresan meliputi: riwayat

pasien terhadap respons obat, riwayat keluarga terhadap respons

obat, sub-tipe depresi, riwayat medis pada saat itu, potensi

terjadinya interaksi obat-obat, profil efek samping obat, dan biaya

obat. 65% sampai 70% pasien dengan depresi mayor dapat

membaik dengan pemberian obat. Sedangkan, pada depresi

melankolik terlihat memberikan respons yang baik dengan

pemberian obat antidepresan trisiklik, penghambat ambilan

kembali serotonin secara selektif (selective serotonin reuptake

inhibitors-SSRI), dan ECT. Dan pada pemberian obat penghambat

15
16

monoamine oksidase (Penghambat MAO) memberikan respons

yang baik pada pasien dengan depresi atipikal. Pasien yang gagal

memberikan respons terhadap antidepresan trisiklik,

kemungkinan dapat memberikan respons yang baik terhadap

SSRI dan juga sebaliknya. Individu yang mengalami depresi

psikosis pada umumnya akan memerlukan ECT atau terapi

kombinasi antara obat antidepresan dan obat antipsikotik

(Sukandar dkk, 2008).

2.3 Antidepresan

Obat antidepresan digunakan untuk mengatasi depresi. Obat

antidepresan memiliki beberapa golongan, diantaranya SSRI (contoh obat

Fluoksetin) penghambatan ambilan serotonin/ norepinefrin (contoh obat

Venlafaksin), antidepresan aminoketon (contoh obat Bupropion)

antidepresan Triazolopiridin (contoh obat Nefazodon) antidepresan

tetrasiklik (contoh obat, Maprotilin) antidepresan trisiklik (contoh obat

Amitriptilin, Doksepin), antidepresan dibenzoksazepin (contoh obat,

Amoksapin) dan penghambat monoamin oksidase/MAO (contoh obat

fenelzin). (Sukandar dkk, 2008).

2.4 Penapisan Fitokimia dan Ekstraksi

Penapisan fitokimia merupakan suatu tahap seleksi awal guna

mendeteksi golongan senyawa kimia yang terdapat pada tumbuhan.

metode ini merupakan salah satu dari beberapa pendekatan yang lazim

16
17

digunakan untuk mencari komponen senyawa kimia tumbuhan yang

memiliki aktivitas biologis.

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat

larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut

cair. Simplisia yang diekstrak mengandung senyawa aktif yang dapat larut

dan senyawa yang tidak dapat larut seperti serat, karbohidrat, protein dll.

Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan

ke dalam minyak atsiri, alkaloida, flavonoida dll (DepKes RI, 2000).

2.5 Fluoksetin

Fluoksetin merupakan obat antidepresan lini pertama dari golongan

Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRI) pada umumnya

mempunyai efek samping yang lebih rendah daripada antidepresan

trisiklik. Efek samping yang umum meliputi: insomnia, disfungsi seksual,

dan peningkatan berat badan. Dosis fluokstin untuk pengobatan depresi

orang dewasa sebesar 20-60 mg/hari (Zulies, 2014).

2.6 Metode uji antidepresan

Metode-metode yang digunakan untuk pengujian antidepresan

diantaranya adalah metode Forced Swimming Test (FST), Tail Suspension

Test (TST), dan Open Field Test (OFT). Metode-metode tersebut memiliki

parameter yang berbeda-beda (Dorland, 1998; Walf dan Frye, 2007;

Buccafusco, 2009).

2.7 Mencit

17
18

Menurut Akbar (2010). Klasifikasi mencit (mus musculus) adalah

sebagai berikut :

Kindom : Mamalia

Phylum : Chordata

Sub phylum : Vetebrata

Class : Mammalia

Ordo : Rodentia

Family : Muridae

Genus : Mus

Species : Mus musculus

Gambar 2.1 Mencit (Mus musculus)

Menurut Moriwaki dkk, (1994) Mencit banyak digunakan sebagai

hewan labolatorium, karena memiliki keunggulan-keunggulan seperti

siklus hidup relatif pendek, jumlah anak per kelahiran banyak, variasi

sifat-sifatnya tinggi, mudah ditangani, serta sifat produksi dan karakteristik

reproduksiny mirip hewan lain, seperti sapi, kambing, domba dan babi.

Malole dan Pramono, (1989). Menyebutkan berbagai keunggulan mencit

18
19

seperti cepat berkembang biak, mudah dipelihara dalam jumlah banyak,

variasi genetiknya tinggi dan sifat anatomis dan fisiologisnya

terkarakterisasi dengan baik.

2.8 Kerangka Berpikir

Mengingat banyaknya masyarakat Indonesia yang mengalami

depresi, hal tersebut menjadi salah satu faktor masalah kesehatan yang

serius. Data Riskesdas, (2013). Menunjukkan prevalensi ganggunan

mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan

kecemasan untuk usia 15 tahun ke atas mencapai sekitar 14 juta orang atau

6% dari jumlah penduduk Indonesia. Adapun definisi depresi adalah suatu

gangguan mood yang bersifat searah (unipolar). yaitu berupa emosi yang

meresap dan menetap berupa perasaan tertekan, yang dalam kondisi

ekstrim, sangat mempengaruhi persepsi seseorang terhadap dunia. (Zulies,

2014).

Obat antidepresan digunakan untuk mengatasi depresi. Obat

antidepresan memiliki beberapa golongan, diantaranya SSRI (contoh obat

Fluoksetin) penghambatan ambilan serotonin/ norepinefrin (contoh obat

Venlafaksin), antidepresan aminoketon (contoh obat Bupropion)

antidepresan Triazolopiridin (contoh obat Nefazodon) antidepresan

tetrasiklik (contoh obat, Maprotilin) antidepresan trisiklik (contoh obat

Amitriptilin, Doksepin), antidepresan dibenzoksazepin (contoh obat,

19
20

Amoksapin) dan penghambat monoamin oksidase/MAO (contoh obat

fenelzin). (Sukandar dkk, 2008).

Namun sampai saat ini efek samping obat-obat tersebut masih tinggi.

Hal ini membuat masyarakat ingin menggunakan obat-obatan alami yang

mudah diperoleh, murah, banyak melimpah serta memiliki efek samping

yang lebih sedikit daripada obat-obat antidepresan sintetis. Sebagai

alternatif, kemudian dikembangkan terapi menggunakan tanaman obat

yang berpotensi sebagai antidepresan yaitu daun Kembang Sepatu

(Hibiscus rosa-sinensis L). Salah satu senyawa yang terkandung dalam

daun Kembang Sepatu yaitu senyawa Quercetin. dimana berdasarkan

penelitian Adelina (2013). menyebutkan bahwa kuersetin adalah senyawa

yang berperan sebagai antidepresan dengan mekanisme kerja menghambat

MAO-A dan MAO-B.

Ada banyak metode yang dapat digunakan untuk menguji

antidepresan, diantaranya adalah metode Forced Swimming Test (FST),

Tail Suspension Test (TST), dan Open Field Test (OFT). Dimana metode-

metode tersebut memiliki parameter yang berbeda-beda untuk mengetahui

uji aktivitas antidepresan.

2.9 Hipotesis

Berdasarkan tinjauan pustaka atau kerangka berpikir di atas, maka

penulis mencoba untuk merumuskan hipotesis yang akan diuji

kebenarannya, apakah hasil penelitian akan menerima atau menolak

hipotesis tersebut, yaitu :

20
21

1. Ekstrak etanol daun Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.)

memiliki aktivitas antidepresan.

2. Mengetahui jumlah dosis optimal ekstrak etanol daun Kembang

Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) yang memiliki aktivitas

antidepresan.

21
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat dan bahan

3.1.1 Alat

Alat yang digunakan adalah kandang mencit, alat TST, alat OFT,

alat FST, timbangan, sonde oral, stop watch, penangas air, maserator,

rotary evaporator, water bath, alat gelas, termometer, jarum

suntik, blender, kertas saring dan oven.

3.1.2 Bahan

Bahan yang digunakan untuk penelitian adalah daun Kembang

Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L ), fluoksetin , PGA, etanol, aquadest,

lieberman burchard LP, mayer LP, dragendorf LP, serbuk seng, asam

klorida, eter, amil alkohol, asam sulfat, vanilin, besi (III) klorida,

gelatin, molisch LP, amonia, dan kloroform.

3.2 Sampel

Sampel yang digunakan adalah daun Kembang Sepatu (Hibiscus

rosa-sinensis L.) yang diperoleh dari jalan siliwangi kelurahan kahuripan

kecamatan tawang kota tasikmalaya.

22
3.3 Preparasi Sampel

3.3.1 Determinasi Tanaman

Bahan tanaman di determinasi di Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Bandung

(ITB). Determinasi dilakukan untuk memastikan identitas dari daun Kembang

Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) yang digunakan sebagai sampel.

3.3.2 Pembuatan Serbuk Simplisia

Pengolahan simplisia daun Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.)

diawali dengan sortasi basah, kemudian dibersihkan, dirajang, lalu dikeringkan

dibawah sinar matahari secara tidak langsung sampai kering. Setelah itu dilakukan

sortasi kering dan dihaluskan dengan cara diblender kemudian diayak dengan

pengayak no. 40 hingga diperoleh serbuk halus yang homogen (Sari dkk, 2017).

3.4 Penyiapan Hewan Uji

Hewan yang digunakan adalah mencit jantan galur Swiss Webster, dengan

bobot badan rata-rata 20-30 g, sehat dan prilaku normal, yang sebelum diuji mencit

diadaptasi selama 1 minggu dan diinduksi stres ringan dengan siklus terang gelap 48

jam selama 1 minggu setiap sebelum pengujian (Sun dkk, 2013).

Penentuan jumlah subjek minimal ditentukan berdasarkan rumus Federer yaitu

(t-1) (n-1) ≥ 15, bahwa (t) merupakan jumlah perlakuan sedangkan (n) merupakan

banyak pengulangan pada tiap perlakuan (Wahyuningrum dan Probosari, 2012),

sehingga didapatkan n ≥ 5.

3.5 Ekstraksi Daun Kembang Sepatu (Hibiscus rosa sinensis L.)

Simplisia daun kembang sepatu ditimbang sebanyak 300 g dan dimaserasi

dengan menggunakan pelarut etanol 70%. Serbuk direndam dengan pelarut etanol

70% sambil sesekali diaduk. Setiap 24 jam sekali dilakukan pergantian pelarut selama

23
3 hari , maserat dipisahkan dengan penyaringan menggunakan kertas saring dan

ampas dari hasil maserasi diekstraksi kembali menggunakan pelarut etanol 70%.

Filtrat yang diperoleh dipekatkan menggunakan rotary evaporator dan diuapkan di

atas water bath, hingga didapatkan ekstrak kental etanol daun kenikir. Ekstrak kental

yang dihasilkan kemudian ditimbang untuk dihitung rendemennya. Perhitungan

dilakukan untuk mengetahui persentase ekstrak yang dihasilkan dari setiap gram

serbuk kering dengan metode ekstraksi yang dipilih. Perhitungan rendemen ekstrak

( Depkes RI, 2008) :

Berat ekstrak ( gram )


% Rendemen= x 100 %
Berat simplisia ( gram )

3.6 Skrining fitokimia daun Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-

sinensis L.)

3.6.1 Alkaloid

Sampel dibasakan dengan amonia encer (10%), digerus dalam mortir

kemudian di tambahkan kloroform sambil terus digerus. Lapisan kloroform di pipet

dan disaring, kemudian ke dalamnya ditambahkan asam klorida 2N. Campuran

dikocok kuat-kuat hingga terbentuk dua lapisan. Lapisan asam dipipet, kemudian

dibagi menjadi 3 bagian, pada filtrat 1 ditambahkan pereaksi Mayer, terjadinya

kekeruhan atau endapan putih menunjukkan adanya alkaloid. Pada filtrat 2

ditambahkan pereaksi Dragendorff, terjadinya endapan jingga kuning hingga

coklat menunjukkan adanya alkaloid. Dan filtrat 3 digunakan sebagai blanko

(Farnsworth, 1996).

3.6.2 Flavonoid

Sampel dipanaskan dengan campuran logam magnesium dan asam klorida 5

N, kemudian disaring. Adanya flavonoid akan menyebabkan filtrat berwarna merah

24
yang ditarik dengan amil alkohol. Untuk lebih memudahkan pengamatan,

sebaiknya dilakukan percobaan blanko (Farnsworth, 1996).

3.6.3 Saponin

Sampel dicampur dengan air dalam tabung reaksi dan dipanaskan beberapa

saat diatas tangas air, kemudian disaring. Setelah dingin filtrat dalam tabung reaksi

di kocok kuat-kuat selama kurang lebih 30 detik. Pembentukan busa setinggi

sekurang-kurangnya 1 cm dan persisten selama beberapa menit serta tidak hilang

pada penambahan 1 tetes asam klorida encer menunjukkan bahwa dalam sampel

terdapat saponin (Farnsworth, 1996).

3.6.4 Tanin dan Polifenol

Sampel digerus dan dipanaskan dengan air di atas tangas air, kemudian

disaring panas-panas. Sebagian kecil filtrat ditetesi larutan besi (III) klorida.

Terbentuknya warna biru-hitam menunjukkan adanya polifenolat alam dan tanin.

Sebagian kecil filtrat diuji ulang dengan penambahan larutan gelatin 1%. Adanya

endapan putih menunjukan bahwa dalam simplisia terdapat tanin (Farnsworth,

1996).

3.6.5 Steroid dan Triterpenoid

Sampel disari dengan eter, kemudian diuapkan hingga kering. Pada residu

diteteskan pereaksi Libermann burchard. Terbentuknya warna ungu menunjukan

positif triterpenoid. Sedangkan bila terbentuk warna hijau-biru menunjukan positif

steroid (Farnsworth, 1996).

3.6.6 Kuinon

Sampel digerus dan ditambahkan dengan air kemudian disaring. Filtrat ditetesi

larutan natrium hidroksida. Terbentuknya warna kuning hingga merah menunjukan

adanya senyawa golongan kuinon (Farnworth, 1996)

25
3.6.7 Mono dan Seskuiterpenoid

Simplisia disari dengan eter, kemudian diuapkan hingga kering. Pada residu

diteteskan pereaksi anisaldehid-asam sulfat atau vanilin-asam sulfat. Terbentuknya

warna-warna menunjukan adanya senyawa monoterpenoid dan seskuiterpenoid

(Farnsworth, 1996).

3.7 Penetapan Dosis

3.7.1 Fluoksetin (Kontrol Positif)

Fluoksetin digunakan sebagai kontrol positif, fluoksetin adalah obat antidepresan.

Dosis fluoksetin untuk antidepresan sebesar 20-80 mg (Depkes RI, 2016). Dosis yang

dipakai sebesar 20 mg. Maka jika dikonversi ke mencit sebagai berikut :

20 mg x 0,0026=0,052 mg/20 g BB

1000
0,052 mg x =2,6 mg/kg BB
20

Jadi dosis fluoksetin yang digunakan adalah sebesar 2,6 mg/kg BB mencit.

3.7.2 PGA (Kontrol Negatif)

PGA digunakan sebagai kontrol negatif, PGA yang digunakan adalah sebesar 1 % .

3.7.3 Ekstrak daun kembang sepatu (Hibiscus rosa sinensis L).

Menurut penelitian Khalid dkk, (2014) menyatakan bahwa dosis 100 mg/kg

BB mencit, 250mg/kg BB mencit dan 500 mg/kg BB mencit ekstrak etanol bunga

Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) memiliki aktivitas antidepresan yang

signifikan terhadap mencit. Oleh karena itu, dosis ekstrak etanol daun kembang

sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) yang diberikan adalah 100mg/kg BB, 250mg/kg

BB dan 500 mg/kg BB.

26
3.8 Pembuatan Sediaan

3.8.1 Fluoksetin (Kontrol Positif)

Pembuatan fluoksetin sebanyak 5mL dengan bobot rata-rata

kapsul 210,62 mg dan sediaan 20mg.

210,62
0,052 mg/20 g BB x =0,547 /20 g BB
20

5 mL
0,547 x =13,675 mg
0,2

ditimbang 13,675 mg fluoksetin disuspensikan dengan PGA 1% dan dilarutkan

dalam aquades ad 5 mL.

3.8.2 PGA (Kontrol Negatif)

Ditimbang PGA 0,1 g dan digerus dengan penambahan aquades sedikit-sedikit

kemudian dilarutkan dalam aquades ad 5 mL.

3.8.3 Dosis Uji

a. Dosis Uji 1 (100mg/kg BB mencit)

100mg/kg BB mencit sama dengan 2mg/20g BB mencit

5 mL
2 mg x =50 mg
0,2

50 mg ekstrak etanol daun kembang sepatu disuspensikan dengan PGA 1% dan

dilarutkan dalam aquades ad 5 mL.

b. Dosis Uji 2 (250mg/kg BB mencit)

250mg/kg BB mencit sama dengan 5mg/20g BB mencit

5 mL
5 mg x =125 mg
0,2

125 mg ekstrak etanol daun kembang sepatu disuspensikan dengan PGA 1%

dan dilarutkan dalam aquades ad 5 mL.

27
c. Dosis Uji 3 (500mg/kg BB mencit)

500mg/kg BB mencit sama dengan 10mg/20g BB mencit

5 mL
10 mg x =250 mg
0,2

250 mg ekstrak etanol daun kembang sepatu disuspensikan dengan PGA 1%

dan dilarutkan dalam aquades ad 5 mL.

3.9 Pengujian antidepresan

Pengujian ini menggunakan 25 ekor mencit yang dibagi menjadi 5 kelompok sebagai

berikut :

 Kontrol negatif : PGA 1%

 Kontrol positif : Fluoksetin

 Dosis uji I : Ekstrak etanol daun kembang sepatu 50mg/kg BB

 Dosis uji II : Ekstrak etanol daun kembang sepatu 125mg/kg BB

 Dosis uji III : Ekstrak etanol daun kembang sepatu 250mg/kg BB

Sebelum digunakan pengujian, hewan uji dipuasakan selama 12jam tetap diberi

minum. Sediaan diberikan secara per oral. Setiap uji aktivitas antidepresan dilakukan

jeda 1 minggu. Pemberian sediaan dilakukan 30-45 menit sebelum pengujian

3.10 Metode uji antidepresan

3.10.1 Tail Suspension Test (TST)

Metode ini dapat dilakukan menggunakan alat khusus ataupun alat sederhana.

Batang kayu panjang (50cm) diletakan secara horizontal diatas meja. Ekor mecit

digantung menggunakan alat perekat antar ekor dan batang kayu. Pengamatan uji TST

selama 6 menit dengan pengukuran durasi immobility time mencit (Buccafusco,

2009).

28
Gambar 3.1 Tail Suspension Test (TST)

(Adem, 2012)

2 hari gelap
In d u k si S tre ss

2 hari terang
7 H a ri

2 hari gelap

1 hari terang

Hari Ke-9

PRE-TEST Data disimpan


Kelompok Uji dalam bentuk
(Pengujian dilakukan tabel
selama 6 menit)

Kontrol (+) Kontrol (-) Dosis 1 Dosis 2 Dosis 3

Tunggu 6 jam
29
Pemberian sediaan uji sesuai
dengan kelompok

Tunggu 30-45 menit

POST-TEST
Kelompok Uji
(Pengujian dilakukan
selama 6 menit)

Kontrol (+) Kontrol (-) Dosis 1 Dosis 2 Dosis 3

Data immobility time (detik) diolah


menggunakan SPSS

Diagram 3.1 Pengujian antidepresan metode Tail Suspension Test (TST)

3.10.2 Opem Field Test (OFT)

Open field test (OFT) merupakan metode uji yang digunakan untuk menguji

fungsi motorik dan perilaku dengan cara mengukur aktivitas spontan pada tempat

terbuka yang berhubungan dengan keaadaan depresi (Buccafusco, 2009). Data yang

diperoleh berupa rearing ditandai dengan hewan uji berdiri diatas kedua kaki belakang,

grooming ditandai dengan hewan uji membersihkan bagian cakar, hidung, muka,

kepala, badan, kaki, ekor dan genital, serta central square dilihat dari saat mencit

melewati bagian tengah kotak. Pengamatan gromming merupakan respon yang

mengindikasikan ketakutan dan kecemasan pada manuasia Galal dan Abdellatief,

(2015). Respon rearing mengindikasikan respon eksplorasi berupa berjalan,

30
mengendus, menjilat, dan mencondongkan tubuh ke dinding. Dan respon central

square menunjukkan aktivitas lokomotor pada manusia (Gould, 2009). Pada metode

OFT molekul yang berperan dalam penurunan grooming, peningkatan rearing, dan

central square adalah GABA nergik, serotonin dan hormon terutama hormon adrenal.

Hormon adrenal juga berperan pada TST dan FST (Kalueff dkk, 2006). Mencit

dimasukan kedalam kotak tanpa tutup dan diamati selama 6 menit. Pengukurran

depresi/antidepresan melalui aktivitas central square, rearing, dan grooming (swiergiel

dan adrian, 2006).

Gambar 3.2 Open Field Test (OFT)

(Choleris, 2001).

Diagram metode Open Field Test (OFT) terlihat pada diagram 3.2

31
2 hari gelap

In d u k si S tre ss
2 hari terang

8 H a ri
2 hari gelap

2 hari terang

Hari Ke-9

PRE-TEST Data disimpan


Kelompok Uji dalam bentuk
(Pengujian dilakukan tabel
selama 6 menit)

Kontrol (+) Kontrol (-) Dosis 1 Dosis 2 Dosis 3

Tunggu 6 jam

Pemberian sediaan uji sesuai


dengan kelompok

Tunggu 30-45 menit

32
POST-TEST
Kelompok Uji
(Pengujian dilakukan
selama 6 menit)

Kontrol (+) Kontrol (-) Dosis 1 Dosis 2 Dosis 3

Data aktivitas central square, rearing


dan grooming (detik) diolah
menggunakan SPSS

3.10.3 Forced Swimming Test (FST)

Forced Swimming Test adalah salah satu metode yang biasa digunakan untuk

mengukur efek suatu obat antidepresan pada hewan uji. Khasiat dari suatu obat

antidepresan di ukur melalui lama immobility time yang lebih singkat dibandingkan

kelompok uji yang tidak diberikan obat antidepresan atau ekstrak yang berfungsi

sebagai antidepresan. Kemampuan bertahan (immobility time) pada hewan uji diartikan

sebagai keadaan putus asa pada manusia yang merupakan salah satu penyebab dari

terjandinya depresi (Porsolt dkk., 1977).

33
Gambar 3.3 Forced Swimming Test (FST)
(Carlos dkk, 2015)

Diagram metode Forced Swimming Test (FST) terlihat pada diagram 3.3

2 hari gelap
In d u k si S tre ss

2 hari terang
8 H a ri

2 hari gelap

2 hari terang

Hari Ke-9

34
PRE-TEST Data disimpan
Kelompok Uji dalam bentuk
(Pengujian dilakukan tabel
selama 6 menit)

Kontrol (+) Kontrol (-) Dosis 1 Dosis 2 Dosis 3

Tunggu 6 jam

Pemberian sediaan uji sesuai


dengan kelompok

Tunggu 30-45 menit

POST-TEST
Kelompok Uji
(Pengujian dilakukan
selama 6 menit)

Kontrol (+) Kontrol (-) Dosis 1 Dosis 2 Dosis 3

Data immobility time (detik) diolah


menggunakan SPSS

Diagram 3.3 Pengujian antidepresan metode Forced Swimming Test (FST).

3.11 Analisis Data

35
Data yang di peroleh dari masing masing metode, kemudian dianalisis dengan

uji normalitas Shapiro-wilk, uji homogenitas variansi, dilanjutkan Anova dan uji LSD

dengan taraf kepercayaan 95%. Apabila syarat uji Anova tidak terpenuhi maka

dilakukan uji Kruskal-Wallis. Untuk uji Shapiro-Wilk dan uji homogenitas variansi,

apabila nilai signifikansi >0,05 (α : 5%) maka data dalam distribusi normal dan

homogen. Untuk Anova, adanya perbedaan di antara kelompok perlakuan dinyatakan

bermakna bila nilai signifikansi (probabilitas) <0,05 dan dinyatakan tidak bermakna

bila nilai probabilitas >0,05. Untuk uji LSD, perbedaan antar dosis dinyatakan

bermakna apabila nilai signifikansi (probabilitas) <0,05 dan perbedaan dinyatakan

tidak bermakna apabila nilai probabilitas >0,05. Uji Kruskal-Wallis adalah uji non-

parametik berbasis peringkat yang tujuannya untuk menentukan adakah perbedaan

signifikan secara statistik antara dua atau lebih kelompok variabel yang berskala

numerik dan skala ordinal (Riwidikdo, 2007).

36

Anda mungkin juga menyukai