Anda di halaman 1dari 88

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN FRAKSI - FRAKSI

EKSTRAK ETANOL DAUN MIMBA (Azadirachta


indica A. Juss) DENGAN METODE ABTS

EDUARD WEO GASPAR


17. 01. 336

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI MAKASSAR


MAKASSAR
2019
UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN FRAKSI - FRAKSI
EKSTRAK ETANOL DAUN MIMBA (Azadirachta
indica A. Juss) DENGAN METODE ABTS

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Mencapai Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

EDUARD WEO GASPAR


17. 01. 336

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI MAKASSAR


MAKASSAR
2019

i
ii
iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Eduard Weo Gaspar

Nim : 17.01.336

Dengan ini menyatakan bahwa data-data yang terdapat dalam skripsi yang

berjudul :

Uji Aktivitas Antioksidan Fraksi-Fraksi Ekstrak Etanol Daun Mimba

(Azadirachta indica A. Juss) Dengan Metode ABTS

Adalah MURNI hasil penelitian yang telah saya lakukan. Bila mana di

kemudian hari terbukti bahwa data tersebut merupakan hasil

jiplakan/plagiat dari karya tulis orang lain, maka sesuai dengan kode etik

ilmiah, saya menyatakan bersedia untuk diberikan sanksi yang seberat-

beratnya termasuk PENCOPOTAN /PEMBATALAN gelar akademik oleh

pihak Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Makassar. Demikian surat pernyataan

ini agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Makassar, 15 Februari 2019

Yang membuat pernyataan,

Eduard Weo Gaspar

iv
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

Sebagai sivitas akademik Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Makassar, saya

yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Eduard Weo Gaspar

NIM : 17.01.336

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan

kepada Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Makassar Hak Bebas Royalti

Nonekslusif atas skripsi saya yang berjudul :

Uji Aktivitas Antioksidan Fraksi-Fraksi Ekstrak Etanol Daun Mimba

(Azadirachta indica A. Juss) Dengan Metode ABTS

Dengan ini Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Makassar berhak menyimpan,

mengalih media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data

(database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap

mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik

hak cipta dengan sepengetahuan pembimbing utama dan pertama saya.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya

Dibuat di : Makassar

Pada tanggal : 15 Februari 2019

Yang membuat pernyataan

Eduard Weo Gaspar

v
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan

rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul “Uji

Aktivitas Antioksidan Fraksi-Fraksi Ekstrak Etanol Daun Mimba

(Azadirachta indica A. Juss) Dengan Metode ABTS”. Selain itu, tugas akhir

ini dibuat sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program

studi strata satu farmasi di Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Makassar.

Berbagai hambatan penulis temui selama penyusunan dan

penyelesaian skripsi ini namun hambatan tersebut dapat teratasi berkat

anugerah Tuhan Yang Maha Esa serta bimbingan, bantuan, dorongan,

dukungan dan kerja sama dari berbagai pihak, untuk itu sudah patutnya

penulis dengan segala kerendahan dan keikhlasan hati menyampaikan

terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua Bapak Baru Gaspar dan Mama Khatarina Patarundi,

kakak Patrisius, adik Veby dan Lusi serta anak Denver yang telah

memberikan dukungan, doa dan kasih sayang tiada henti serta

mengajarkan arti sebuah perjuangan hidup berbekal kesabaran dan

rasa syukur sehingga penulis dapat menempuh studi sampai ditingkat

yang sekarang ini.

2. Bapak Drs. H. Sahibuddin A. Gani, Apt selaku Ketua Yayasan Al

Marisah Madani yang menaungi Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (STIFA)

Makassar, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

menimbah ilmu.

vi
3. Ibu Dr. Nursamsiar, M.Si selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi

Makassar, serta Bapak dan Ibu dosen yang telah mengenalkan pada

ilmu-ilmu yang sangat luar biasa dan menarik, serta seluruh jajaran

Staf Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Makassar tanpa terkecuali.

4. Ibu Yuri Pratiwi Utami, S.Farm., M.Si., Apt selaku pembimbing utama

dan Ibu Suwahyuni Mus, S.Si., M.Kes., Apt selaku pembimbing pertama

saya yang telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaga untuk

mendampingi, memberikan nasehat, memberikan masukan,

memberikan banyak ilmu, serta membimbing dan mengarahkan penulis

selama penelitian dan penyusunan skripsi ini.

5. Tim Penguji Ibu Reny Syahruni, S.Farm.,M.Sc selaku Ketua, Ibu Astuti

Amin, S.Si.,M.Sc selaku sekretaris dan Bapak Asril Burhan,

S.Farm.,M.Si., Apt selaku anggota, terimakasih atas bimbingan dan

masukannya.

6. Kepada seluruh teman-teman TRANSFER B Angkatan 2017 yang

penulis tidak dapat sebut satu persatu yang penuh semangat, saling

membantu hingga akhir.

7. Pihak-pihak yang telah berkenan hadir dalam lingkaran kehidupan

penulis sebagai inspirasi dan kekuatan bagi penulis secara langsung

maupun tidak langsung telah memberikan bantuan, dukungan maupun

semangat yang penulis tidak dapat sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,

olehnya itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang

vii
membangun dari pembaca untuk kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi

ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Makassar, 15 Februari 2019

Penulis

viii
ABSTRAK

Judul : Uji Aktivitas Antioksidan Fraksi-Fraksi Ekstrak Etanol Daun


Mimba (Azadirachta indica A. Juss) Dengan Metode ABTS

(Dibimbing oleh : Yuri Pratiwi Utami dan Suwahyuni Mus)

Mimba (Azadirachta indica A. Juss) merupakan tanaman yang banyak


ditemukan di negara tropis yang memiliki kandungan kimia seperti alkaloid,
steroid, flavonoid, saponin dan tanin. Mimba dimanfaatkan untuk
antiinlamasi, antioksidan, insektisida, fungisida dan antibakteri. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antioksidan fraksi daun mimba
dengan metode ABTS. Daun mimba diekstraksi dengan metode maserasi
menggunakan etanol 70%, kemudian dipartisi dengan metode ekstraksi
cair-cair menggunakan empat pelarut yang berbeda yaitu n-heksan, etil
asetat, n-butanol dan air. Fraksi dari partisi kemudian diuji aktivitas
antioksidan menggunakan metode ABTS dan diukur absorbansinya
menggunakan spektrofotometer UV-Vis dengan panjang gelombang 754
nm. Hasil penelitian diperoleh bahwa fraksi n-heksan memiliki nilai IC50
200,46 µg/mL, fraksi etil asetat memiliki nilai IC50 59,03 µg/mL, fraksi n-
butanol memiliki nilai IC50 55,45 µg/mL dan fraksi etanol-air memiliki nilai
IC50 62,32 µg/mL. Hasil ini menunjukkan bahwa fraksi n-butanol
memberikan aktivitas antioksidan paling optimal dengan nilai IC 50 terkecil,
meskipun fraksi etil asetat, fraksi n-butanol, dan fraksi etanol-air termasuk
dalam kategori antioksidan kuat.

Kata Kunci : Mimba (Azadirachta indica A. Juss), Antioksidan, ABTS

ix
ABSTRACT

Title : Antioxidant Activity Test of Ethanol Extract Fractions of Neem


Leaves (Azadirachta indica A. Juss) by ABTS Method

(Supervised by : Yuri Pratiwi Utami and Suwahyuni Mus)

Neem (Azadirachta indica A. Juss) is a plants found in many tropical


countries, contains chemical components such as alkaloids, steroids,
flavonoids, saponins and tannins. Neem is used for antiinflamations,
antioxidants, insecticides, fungicides and antibacterials. The aim of this
study was to investigate the antioxidant activity of neem leaves fraction by
ABTS method. The extraction of neem leaves was conducted by maceration
using 70% of ethanol, then partitioned by liquid-liquid extraction method
using four different solvents are n-hexane, ethyl acetate, n-buthanol and
water. Furthermore, the partition result were tested for their antioxidant
activity using ABTS method and the absorbance was measured using a UV-
VIS spectrophotometer with a wavelength of 754 nm. The result of study
showed that n-hexane fraction with IC50 200,46 µg/mL, ethyl acetate fraction
with IC50 59,03 µg/mL, n-buthanol fraction with IC50 55,45 µg/mL, and
ethanol-water fraction with IC50 62,32 µg/mL. This result showed that n-
buthanol fraction provide the optimals antioxidant activity with smallest IC50,
although ethyl acetate fraction, n-buthanol fraction and ethanol-water
fraction was categorized as strong antioxidant.

Keywords : Neem (Azadirachta indica A. Juss.), Antioxidant, ABTS

x
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ............................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................ iii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................... iv

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR ............... v

KATA PENGANTAR ....................................................................... vi

ABSTRAK ....................................................................................... ix

ABSTRACT ..................................................................................... x

DAFTAR ISI .................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ........................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang............................................................................. 1

I.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 3

I.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 3

I.4 Manfaat Penelitian ....................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Uraian Tumbuhan ....................................................................... 4

II.2 Simplisia ..................................................................................... 6

II.3 Ekstrak........................................................................................ 7

II.4 Ekstraksi ..................................................................................... 7

II.5 Ekstraksi Cair-Cair ...................................................................... 8

xi
II.6 Radikal Bebas............................................................................. 9

II.7 Antioksidan ............................................................................... 10

II.8 Penentuan Aktivitas Antioksidan ............................................... 13

II.9 Vitamin C .................................................................................. 17

II.10 Spektrofotometer UV-Vis ........................................................ 18

BAB III METODE PENELITIAN

III.1 Jenis Penelitian ........................................................................ 23

III.2 Waktu dan Tempat Penelitian .................................................. 23

III.3 Alat dan Bahan ........................................................................ 23

III.4 Prosedur Penelitian.................................................................. 24

III.5 Uji Kandungan Kimia ............................................................... 25

III.6 Partisi/ Fraksinasi .................................................................... 26

III.7 Uji Aktifitas Antioksidan ............................................................ 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................. 31

BAB V PENUTUP

V.1 Kesimpulan .............................................................................. 39

V.2 Saran ....................................................................................... 39

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 40

LAMPIRAN..................................................................................... 45

xii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Klasifikasi aktivitas antioksidan ............................................ 16

Tabel 2. Hasil pengujian fitokimia ekstrak daun mimba ..................... 32

Tabel 3. Data hasil IC50 fraksi n-Heksan ............................................ 34

Tabel 4. Data hasil IC50 fraksi etil asetat ............................................ 35

Tabel 5. Data hasil IC50 fraksi n-Butanol ............................................ 35

Tabel 6. Data hasil IC50 fraksi etanol-air ............................................ 36

Tabel 7. Data hasil IC50 vitamin C ...................................................... 36

xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman

Gambar 1. Tumbuhan mimba ................................................................. 4

Gambar 2. Reaksi pembentukan radikal bebas ABTS .......................... 15

Gambar 3. Reaksi DPPH dengan antioksidan ...................................... 16

Gambar 4. Rumus sruktur vitamin C ..................................................... 18

Gambar 5. Komponen spektrofotometer UV-Vis ................................... 21

Gambar 6. Nilai IC50 masing-masing fraksi daun mimba ....................... 37

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Skema kerja pembuatan ekstrak daun mimba...................... 45

Lampiran 2. Skema kerja Ekstraksi Cair-Cair ........................................... 46

Lampiran 3. Skema kerja pengukuran serapan blanko ABTS .................. 47

Lampiran 4. Skema uji aktivitas antioksidan fraksi n-Heksan ................... 48

Lampiran 5. Skema uji aktivitas antioksidan fraksi etil asetat ................... 49

Lampiran 6. Skema uji aktivitas antioksidan fraksi n-Butanol ................... 50

Lampiran 7. Skema uji aktivitas antioksidan Fraksi etanol-air .................. 51

Lampiran 8. Skema uji aktivitas antioksidan fraksi vitamin C ................... 52

Lampiran 9. Grafik persamaan regresi linear ........................................... 53

Lampiran 10. Simplisia, ekstrak dan fraksi daun mimba .......................... 55

Lampiran 11. Hasil identifikasi ekstrak etanol daun mimba ...................... 56

Lampiran 12. Pengukuran aktivitas antioksidan dengan metode ABTS ... 57

Lampiran 13. Pengukuran rendamen ekstrak dan fraksi daun mimba ...... 58

xv
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Radikal bebas merupakan suatu senyawa atau molekul yang tidak

berpasangan pada orbit luarnya yang dapat menyebabkan senyawa

tersebut sangat reaktif mencari pasangan dengan cara menyerang dan

mengikat elektron molekul berbeda di sekitarnya seperti lipid, protein

maupun DNA. Bahaya paparan dapat menimbulkan efek negatif stres

oksidatif yang menyebabkan komplikasi infeksi baik virus, bakteri, maupun

parasit yang berbahaya bagi tubuh sehingga mengganggu metabolisme

normal dan pertahanan tubuh (Winarsi, 2007).

Untuk melindungi tubuh dari radikal bebas, tubuh menghasilkan

senyawa antiradikal bebas atau disebut juga antioksidan. Antioksidan

merupakan senyawa yang dapat melindungi sistem sel dan organ tubuh

dari spesies oksigen reaktif karena mampu menangkap radikal bebas yang

dapat mengoksidasi asam nukleat, protein, lipid maupun DNA (Percival,

1998).

Mimba (Azadirachta indica A. Juss) merupakan tanaman yang

banyak ditemukan di negara tropis, salah satunya adalah Indonesia.

Tanaman ini memiliki manfaat yang sangat banyak bagi kehidupan

manusia. Tanaman mimba mengandung senyawa bioaktif alkaloid, steroid,

flavonoid, saponin dan tanin baik pada bagian batang, daun maupun bijinya

1
2

(Susmitha, et al., 2013). Daun mimba dimanfaatkan untuk antiinflamasi,

antioksidan, insektisida, fungisida dan antibakteri (Biswas et al., 2002).

Menurut penelitian Cai et al., (2003), flavonoid merupakan golongan

senyawa fenol yang berkontribusi secara signifikan terhadap aktivitas

antioksidan. Kapasitas antioksidan pada senyawa fenol terutama

disebabkan karena sifat redoks yang memungkinkan senyawa fenol dapat

berperan sebagai agen pereduksi, donor hidrogen dan khelator logam.

Selain bersifat antioksidan senyawa fenol juga memiliki potensi di bidang

medis sebagai antialergi, antiinflamatori, antimikrobial, antitrombotik

kardioprotektif dan efek vasodilatori (Balasundram et al., 2006). Hasil

penelitian sebelumnya, aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun mimba

(Azadirachta indica A. Juss) dengan metode ABTS, memiliki aktivitas

antioksidan (Burem, 2018).

Hasil penelitian Supriyanto (2018), menunjukkan bahwa fraksi etil

asetat dari ekstrak metanol daun mimba merupakan fraksi yang memiliki

aktivitas antioksidan paling tinggi untuk menghambat radikal bebas (DPPH)

dengan nilai IC50 101,53 µg/mL dibandingkan dengan fraksi-fraksi yang lain.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan uji

aktivitas antioksidan fraksi-fraksi ekstrak etanol daun mimba (Azadirachta

indica A. Juss) dengan metode ABTS (2,2 azinobis (3-etilbenzotiazolin)-6-

asam sulfonat).
3

I.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu :

1. Apakah fraksi-fraksi ekstrak etanol daun mimba (Azadirachta indica A.

Juss) memiliki aktivitas antioksidan?

2. Manakah fraksi yang paling optimal memberikan aktivitas antioksidan?

I.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini, yaitu :

1. Untuk mengetahui aktivitas antioksidan dari fraksi-fraksi ekstrak etanol

daun mimba (Azadirachta indica A. Juss) dengan metode ABTS.

2. Untuk mengetahui fraksi ekstrak etanol daun mimba (Azadirachta indica

A. Juss) yang paling optimal memberikan aktivitas antioksidan.

I.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber

pengetahuan bagi masyarakat dalam penggunaan tanaman obat bahan

alam dan sebagai sumber acuan yang dapat digunakan untuk penelitian

selanjutnya bagi perkembangan ilmu pengetahuan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Tanaman Mimba

II.1.1 Deskripsi Tanaman Mimba

Gambar 1. Tanaman Mimba (Azadirachta indica A. Juss)

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dycotiledonae

Ordo : Rutales

Family : Meliaceae

Genus : Azadirachta

Species : Azadirachta indica A. Juss

(Tjitrosoepomo, 2000).

II.1.2 Nama Daerah

Neem (India), Mimba (Jawa), nimba (Sunda), intaran (Bali dan Nusa

Tenggara) dan membha (Madura) (Sukrasno dan Tim Lentera, 2003).

4
5

II.1.3 Morfologi Tanaman

Perawakan : pohon, tinggi 8-15 m, bunga banci, batang : simpodial,

kulit batang mengandung gum, pahit. Daun: menyirip gasal barpasangan.

Anak daun: helaian berbentuk memanjang-langset-bengkok, panjang 30-10

cm, lebar 0,5-3,5 cm, pangkal runcing tidak simetri, ujung runcing sampai

mendekati meruncing, gundul tepi daun bergerigi kasar, remasan berasa

pahit, warna hijau muda. Bunga: susunan malai, terletak di ketiak daun

panjang ujung, 5-30 cm, gundul atau berambut halus pada pangkal tangkai

karangan, tangkai bunga 2-2 mm. Kelopak: kekuningan, bersilia, rata-rata

1 mm. Mahkota: putih kekuningan , bersilia, panjang 5-7 mm. Benang sari:

membentuk tabung benang sari, sebelah luar gundul atau berambut pendek

halus, sebelah dalam berambut rapat. Putik : panjang rata-rata 3 mm,

gundul. Buah: bulat, hijau kekuningan 1,5-2 cm. Biji : bulat, diameter 1cm

dan berwarna putih (Kardinan, 2000; Sudarsono et al., 2002).

II.1.4 Kandungan Kimia

Tanaman mimba mengandung senyawa bioaktif alkaloid, steroid,

flavonoid, saponin dan tanin baik pada bagian batang, daun maupun bijinya

dan mempunyai khasiat sebagai obat (Susmitha et al., 2013).

Daun mimba mengandung senyawa-senyawa bioaktif diantaranya

adalah β-sitosterol, hyperoside, nimbolide, quercetin, quercitrin, rutin,

azadirachtin, dan nimbine (Asif, 2012), senyawa golongan terpenoid,

flavonoid, alkaloid, saponin, tanin (Biu et al., 2009), asam lemak (Khan et

al., 2010), steroid dan triterpenoid (Aslam et al., 2009).


6

Ekstrak etanol dari biji mimba dilaporkan mengandung asam

palmitat, asam stearat, asam oleat, etil oleat, asam oktadekanoat, etil ester

oktadekanoat dan ester dioktil heksadioat (Suirta et al., 2007).

II.1.5 Khasiat dan Kegunaan

Tanaman mimba banyak digunakan masyarakat sebagai obat, daun

mimba dimanfaatkan untuk penambah nafsu makan, disentri, borok,

malaria dan antibakteri (Sudarsono et al., 2002). Selain itu daun mimba

telah diteliti memiliki kandungan aktif yang bermanfaat sebagai

antiinflamasi, antitumor, efek diuretik, antioksidan, insektisida, antijamur,

antibakteri, larvasida nyamuk dan antimalarial (Biswas et al., 2002).

Daun mimba juga dapat digunakan untuk menurunkan gula darah

(Csurhes, 2008), menurunkan total kolesterol dalam darah, LDL- dan VLDL-

kolesterol, trigliserid dan total lipid dalam serum (Chattopadhyay dan

Bandyopadhyay, 2005).

II.2 Simplisia

Simplisia adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai obat yang

belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain,

berupa bahan yang telah dikeringkan (Depkes RI., 1995).

Menurut “Materia Medika Indonesia” simplisia dibedakan menjadi

tiga, yaitu : simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia pelikan

(mineral). Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tumbuhan utuh,

bagian tumbuhan atau eksudat tumbuhan. Eksudat tumbuhan ialah isi sel

yang secara spontan keluar dari tumbuhan atau isi sel yang dengan cara
7

tertentu dipisahkan dari tumbuhannya dan belum berupa senyawa kimia

murni (Saifudin et al., 2011).

II.3. Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan bentuk kering, kental atau cair yang dibuat

dengan cara mengambil sari (menyari) simplisia menurut cara yang cocok,

diluar pengaruh cahaya matahari langsung. Sebagai cairan penyari

digunakan air, etanol, atau campuran etanol dan air (BPOM RI., 2011).

Ekstrak terbagi atas tiga yakni ekstrak cair, ekstrak kental dan

ekstrak kering. Ekstrak cair biasanya memiliki kadar air lebih dari 30%,

ekstrak kental memiliki kadar air antara 5-30% dan ekstrak kering memiliki

kadar air kurang dari 5% (Voight, 1994).

II.4. Ekstraksi

Ekstraksi adalah penyarian zat-zat aktif dari bagian tanaman obat.

Proses pengekstraksian komponen kimia dalam sel tanaman yaitu pelarut

organik akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang

mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dalam pelarut organik di luar sel,

maka larutan terpekat akan berdifusi keluar sel dan proses ini akan

berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan zat

aktif di dalam dan di luar sel. Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua

komponen kimia yang terdapat dalam simplisia. Ekstraksi ini didasarkan

pada perpindahan massa komponen zat padat ke dalam pelarut dimana

perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi

masuk ke dalam pelarut (Adrian, 2000).


8

Salah satu metode ekstraksi yang digunakan yaitu maserasi.

Maserasi merupakan metode sederhana yang paling banyak digunakan.

Cara ini sesuai, baik untuk skala kecil maupun skala industri (Agoes, 2007).

Metode ini dilakukan dengan memasukkan serbuk tanaman dan pelarut

sesuai ke dalam wadah yang tertutup rapat pada suhu kamar. Proses

ekstraksi dihentikan ketika tercapai kesetimbangan antara konsentrasi

senyawa dalam pelarut dengan konsentrasi dalam sel tanaman. Setelah

proses ekstraksi, pelarut dipisahkan dari sampel dengan penyaringan.

Kerugian metode maserasi adalah membutuhkan banyak waktu, pelarut

yang digunakan cukup banyak, dan besar kemungkinan beberapa senyawa

hilang. Selain itu, beberapa senyawa mungkin saja sulit diekstraksi pada

suhu kamar. Namun disisi lain, metode maserasi dapat menghindari

rusaknya senyawa-senyawa yang bersifat termolabil (Mukhriani, 2014).

II.5. Ekstraksi Cair-Cair

Ekstraksi cair-cair merupakan pemisahan komponen kimia di antara

2 fase pelarut yang tidak saling bercampur di mana sebagian komponen

larut pada fase pertama dan sebagian larut pada fase kedua, lalu kedua

fase yang mengandung zat terdispersi dikocok, lalu didiamkan sampai

terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua lapisan fase cair, dan

komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase tersebut sesuai dengan

tingkat kepolarannya dengan perbandingan konsentrasi yang tetap

(Saifuddin, 2014).
9

II.6. Radikal Bebas

Radikal bebas adalah suatu molekul yang memiliki satu atau lebih

elektron tidak berpasangan pada orbital luarnya, sehingga menyebabkan

elektron yang tidak berpasangan berusaha mendapatkan pasangannya

dengan cara menyerang dan berikatan dengan elektron disekitarnya. Bila

radikal bebas berikatan dengan elektron dari senyawa kovalen yang

umumnya adalah molekul besar seperti lipid, protein dan DNA, maka

kerusakan yang terjadi akan lebih parah. Dampak yang terjadi akibat kerja

radikal bebas untuk mencari pasangannya adalah terbentuknya radikal

bebas baru yang berasal dari atom atau molekul yang elektronnya diambil.

Dapat juga berasal dari atom atau molekul yang telah diberikan elektron

oleh radikal bebas. Radikal bebas bisa stabil bila berikatan dengan radikal

bebas lainnya. Berbagai kerusakan dapat terjadi akibat aktivitas radikal

bebas, seperti gangguan fungsi sel dan kerusakan struktur sel yang memicu

dapat terjadi berbagai penyakit (Winarsi, 2007).

Pada kondisi fisiologis, jumlah radikal bebas yang rendah

dibutuhkan untuk ekspresi gen, pertumbuhan sel dan sebagai pertahanan

terhadap infeksi (Kunwar et al., 2011). Dampak negatif dari radikal bebas

akan terjadi bila mekanisme pertahanan tubuh terhadap radikal bebas

menurun (Gitawati, 1995).

Radikal bebas dapat menyebabkan kerusakan sel endotel dengan

cara bereaksi dengan nitrat oksida menjadi peroksinitrit (Winarsi, 2007).


10

Pembuluh darah di seluruh tubuh dapat terkena efeknya sehingga bisa

timbul keadaan seperti (Ghafar et al., 2010) :

1. Kerusakan pada pembuluh darah yang ada di retina mata menyebabkan

penurunan daya penglihatan sampai biasa terjadi kebutaan.

2. Kerusakan pada pembuluh darah ginjal di glomerulus menyebabkan

gangguan fungsi ginjal dan biasa berakhir pada gagal ginjal tahap

terminal.

3. Menurunnya sistem pertahanan tubuh.

4. Kerusakan pada pembuluh darah koroner dapat meningkatkan

terjadinya penyakit jantung koroner dan stroke.

II.7. Antioksidan

Antioksidan adalah suatu senyawa yang dapat menangkal efek

negatif radikal bebas dalam tubuh dengan memberikan satu elektronnya

kepada senyawa radikal bebas. Radikal bebas dapat dihambat dengan cara

mencegah dan menghambat terbentuknya radikal bebas baru, menangkap

radikal bebas, pemutusan rantaian dengan memotong propagasi dan

memperbaiki kerusakan yang disebabkan radikal bebas. Secara umum

antioksidan digolongkan menjadi 2, yaitu (Winarsi, 2007) :

1. Antioksidan enzimatis : enzim superoksid dismutase (SOD), katalase

dan glutation peroksidase.

2. Antioksidan non-enzimatis

Larut lemak : tokoferol, karatenoid, flavonoid dan quinon.


11

Larut air : asam askorbat (Vitamin C), asam urat, protein

pengikat logam dan aprotein pengikat.

Selain itu, antioksidan juga digolongkan berdasarkan mekanisme

kerjanya menjadi 3 kelompok, yaitu (Winarsi, 2007) :

1. Antioksidan Primer

Antioksidan primer adalah senyawa yang mampu dengan cepat

memberikan atom hidrogen kepada senyawa radikal bebas baru dengan

memutus reaksi berantai (polimerasi). Antioksidan primer disebut juga

antioksidan enzimatis. Contohnya adalah BHA (Butylated

Hidroxyanisol), BHT (Butylated Hydroxytoluene), TBHQ (Tertier Butyl

Quinon) yang dibuat secara sintetik.

2. Antioksidan Sekunder

Antioksidan sekunder disebut juga antioksidan eksogen atau

nonenzimatis. Mekanisme kerjanya dengan cara memotong reaksi

oksidasi berantai radikal bebas atau dengan menangkapnya, sehingga

efek negatif radikal bebas bisa dicegah. Sumber makanan yang

mengandung antioksidan tersier contohnya adalah sayuran, buah-

buahan dan daging merah.

3. Antioksidan Tersier

Enzim DNA repair dan metionin sulfoksida reduktase merupakan

kelompok antioksidan tersier. Enzim-enzim ini berfungsi sebagai

perbaikan biomolekuler sel yang rusak akibat efek radikal bebas.


12

Mekanisme kerja antioksidan yaitu, oksidasi dapat dihambat oleh

berbagai macam cara diantaranya mencegah masuknya oksigen,

penggunaan temperatur yang rendah, aktivasi enzim yang mengkatalisis

oksidasi, mengurangi tekanan oksigen dan penggunaan pengemas yang

sesuai. Cara lain untuk melindungi tubuh terhadap oksidasi adalah dengan

menggunakan bahan tambahan spesifik yang dapat menghambat oksidasi

secara tepat disebut dengan penghambat oksidasi. Penambahan

antioksidan primer dengan konsentrasi rendah pada lipida dapat

menghambat atau mencegah reaksi autoksidasi. Reaksi tersebut relatif

stabil dan mempunyai cukup energi untuk dapat bereaksi dengan molekul

lipida baru (Pratiwi dan Harapini, 2006).

Mekanisme yang paling penting adalah reaksi antara antioksidan

dengan radikal bebas. Biasanya antioksidan bereaksi dengan radikal bebas

peroksil atau hidroksil yang terbentuk dari hidroperoksida dan dapat

dikatalis oleh logam berat akibat senyawa-senyawa yang dapat mengikat

logam juga termasuk antioksidan. Beberapa senyawa disebut sinergis

karena senyawa tersebut sendirinya tidak memiliki aktivitas senyawa

antioksidan tetapi senyawa tersebut dapat meningkatkan aktivitas

antioksidan senyawa lain. Kelompok ini adalah senyawa yang mampu

mengurangi hidroperoksida melalui jalur non radikal sehingga senyawa ini

dapat mengurangi kandungan radikal bebas (Pratiwi dan Harapini, 2006).


13

II.8 Penentuan Aktivitas Antioksidan

Penentuan aktivitas antioksidan dapat dilakukan dengan beberapa

metode yaitu Cupric Ion Reducing Antioxidant Capacity (CUPRAC), Ferric

Reducing Antioxidant Power (FRAP), Oxygen Radical Absorbance

Capacity (ORAC), ABTS (TEAC) dan 1,1-Difenil-2-Pikrilhidrazil (DPPH).

a. Metode CUPRAC

Metode CUPRAC menggunakan bis (neokuproin) tembaga (II)

(Cu(Nc)22+ sebagai pereaksi kromogenik. Pereaksi Cu(Nc)22+ yang

berwarna biru akan mengalami reduksi menjadi Cu(Nc)+ yang berwarna

kuning dengan reaksi (Apak et al., 2007).

n Cu(Nc)22+ + AR (OH)n n Cu(Nc)2+ + AR (=O)n + n H+

b. Metode FRAP

Metode FRAP menggunakan Fe(TPTZ)23+ kompleks besi-ligan

2,4,6-tripiridil-triazin sebagai pereaksi. Kompleks biru Fe(TPTZ)23+ akan

berfungsi sebagai zat pengoksidasi dan akan mengalami reduksi menjadi

Fe(TPTZ)22+ berwarna kuning dengan reaksi (Benzie dan Strain, 1996).

Fe(TPTZ)23+ + AR (OH) Fe(TPTZ)22+ + H+ + AR=O

c. Metode ORAC

Metode ORAC menggunakan senyawa radikal peroksil yang

dihasilkan melalui larutan cair dari 2,2’-azobis-2 metilpropanimidamida.

Antioksidan akan bereaksi dengan radikal peroksil dan menghambat

degradasi pendaran zat warna. Kelebihan metode pengujian ORAC adalah

kemampuannya dalam menguji antioksidan hipofilik dan lipofilik sehingga


14

akan menghasilkan pengukuran lebih baik terhadap total aktivitas

antioksidan (Teow et al., 2007). Kelemahan dari metode ini adalah

membutuhkan peralatan yang mahal (Thaipong et al., 2005) dan hanya

sensitif terhadap penghambatan radikal peroksil (Cronin, 2004).

d. Metode ABTS (TEAC)

Metode ini menggunakan prinsip inhibisi yaitu sampel ditambahkan

pada sistem penghasil radikal bebas dan pengaruh inhibisi terhadap efek

radikal bebas diukur untuk menentukan total kapasitas antioksidan dari

sampel (Wang et al., 2004). Metode TEAC menggunakan senyawa (2,2-

azino-bis (3-ethylbenzthiazoline-6-sulfonic acid) sebagai sumber penghasil

radikal bebas. Kelebihan metode ini dibandingkan metode DPPH adalah

dapat digunakan di sistem larutan berbasis air maupun organik,

mempunyai absorbansi spesifik pada panjang gelombang dari region

visible, dan membutuhkan waktu reaksi yang lebih sedikit (Lee et al., 2003).

Selain itu kelebihan metode ABTS dibandingkan dengan metode DPPH

adalah tidak adanya intervensi warna saat mengukur sampel berantosianin

(Teow et al., 2007).

Senyawa radikal ABTS merupakan senyawa yang diperoleh dari

hasil oksidasi kalium pesulfat dengan garam diamonium ABTS. Prinsip

pengujian ini adalah senyawa antioksidan akan menangkap radikal bebas

ABTS yang ditandai dengan peristiwa hilangnya warna biru (dekolorasi)

pada pereaksi ABTS. Hal ini ditandai dengan menurunnya nilai absorbansi

dari serapan sampel yang diukur. ABTS merupakan senyawa yang larut air
15

dan stabil secara kimia, akumulasi dari ABTS dapat dihambat oleh

antioksidan pada medium reaksi dengan aktivitas yang bergantung waktu

reaksi dan jumlah antioksidan. Kemampuan relative antioksidan untuk

mereduksi ABTS dapat diukur dengan spektrofotometer pada panjang

gelombang maksimum 734.

Gambar 2. Reaksi pembentukan radikal bebas stabil ABTS dari ABTS


dengan potasium persulfat (Moon dan Shibamoto, 2009).

e. Metode DPPH

Uji peredaman warna radikal bebas DPPH adalah untuk

menentukan aktivitas antioksidan dalam sampel dengan melihat

kemampuannya dalam menangkal radikal bebas DPPH. Sumber radikal

bebas dari metode ini adalah senyawa 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil. Prinsip

pengujiannya adalah adanya donasi atom hidrogen dari substansi yang

diujikan kepada radikal DPPH menjadi senyawa non radikal

difenilpikrilhidrazin yang ditunjukkan oleh perubahan warna.


16

Gambar 3. Reaksi DPPH dengan Antioksidan (Molyneux, 2004)

Metode DPPH mengukur kemampuan suatu senyawa antioksidan

dalam menangkap radikal bebas. Kemampuan penangkapan radikal

berhubungan dengan kemampuan komponen senyawa dalam

menyumbangkan elektron atau hidrogen. Setiap molekul yang dapat

menyumbangkan elektron atau hidrogen akan bereaksi dan akan

memudarkan DPPH. Intensitas warna DPPH akan berubah dari ungu

menjadi kuning oleh elektron yang berasal dari senyawa antioksidan

(Molyneux, 2004). Konsentrasi DPPH pada akhir reaksi tergantung pada

konsentrasi awal dan struktur komponen senyawa penangkap radikal (Naik

et al., 2003).

Berikut ini tabel mengenai klasifikasi aktivitas antioksidan menurut

Molyneux, 2004 :

Tabel 1. Klasifikasi aktivitas antioksidan :

No. Nilai IC50 Antioksidan


1. <50 µg/mL Sangat kuat
2. 50-100 µg/mL Kuat
3. 100-150 µg/mL Sedang
4. 151-200 µg/mL Lemah
17

Aktivitas antioksidan dari ekstrak dinyatakan dalam persen

penghambatannya terhadap radikal ABTS. Persentase penghambatan ini

didapatkan dari perbedaan serapan antara absorban ABTS dalam etanol

dengan absorban sampel yang diukur dengan spektrofotometer UV-Vis

pada panjang gelombang 750 nm. Selanjutnya persamaan regresi yang

diperoleh dari grafik hubungan antara konsentrasi sampel dengan persen

penghambatan ABTS digunakan untuk mencari nilai IC50. Besarnya

aktivitas antioksidan ditandai dengan nilai IC50, yaitu konsentrasi larutan

sampel yang dibutuhkan untuk menghambat 50% radikal bebas ABTS

(Andayani et al., 2008). Metode ABTS dipilih karena pengujiannya

sederhana, mudah, cepat, peka dan hanya memerlukan sedikit sampel.

II.9 Vitamin C

Vitamin C adalah vitamin yang dapat larut dalam air dan sangat

penting untuk biosintesis kolagen, karnitin, dan berbagai neurotransmitter.

Kebanyakan tumbuh-tumbuhan dan hewan dapat mensintesis asam

askorbat untuk kebutuhannya sendiri. Akan tetapi manusia dan golongan

primate lainya tidak dapat mensintesa asam askorbat disebabkan karena

tidak memiliki enzim gulunolactone oxidase, begitu juga dengan marmot

dan kelelawar pemakan buah. Oleh sebab itu, vitamin C harus disuplai dari

luar tubuh terutama dari buah, sayuran, atau tablet suplemen vitamin C.

Banyak keuntungan dibidang kesehatan yang didapat dari fungsi askorbat,

seperti fungsinya sebagai antioksidan, anti atherogenik, immunomodulator

dan mencegah flu (Naidu, 2003). Akan tetapi untuk dapat berfungsi dengan
18

baik sebagai antioksidan, maka kadar asam askorbat ini harus terjaga agar

tetap dalam kadar yang relative tinggi di dalam tubuh (Yi li, 2007).

Asam askorbat adalah 6 atom karbon lakton yang disintesis dari

glukosa yang terdapat dalam liver. Nama kimia dari asam askorbat 2-oxo-

L-threo-hexono-1,4-lactone-2,3-enediol. Bentuk utama dari asam askorbat

yang dinamakan adalah L-ascorbic dan dehydroascorbic acid (Naidu,

2003).

Gambar 4. Rumus Struktur Vitamin C

II.10 Spektrofotometer UV-Vis

Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri

dari spektro dan fotometer. Spektrofotometer menghasilkan sinar dan

spektrum dengan panjang gelombang dan fotometri adalah alat pengukur

intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi. Jadi

spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika

energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi

dari panjang gelombang (Khopkar, 1990).

Apabila radiasi atau cahaya putih dilewatkan melalui larutan berwarna,

maka radiasi dengan panjang gelombang tertentu akan diserap (absorbsi)

secara selektif dan radiasi lainnya akan diteruskan (transmisi). Absorbansi


19

adalah perbandingan intensitas sinar yang diserap dengan intensitas sinar

datang. Nilai absorbansi ini akan bergantung pada kadar zat yang

terkandung di dalamnya, semakin banyak kadar zat yang terkandung dalam

suatu sampel maka semakin banyak molekul yang akan menyerap cahaya

pada panjang gelombang tertentu sehingga nilai absorbansi semakin besar

atau dengan kata lain nilai absorbansi akan berbanding lurus dengan

konsentrasi zat yang terkandung didalam suatu sampel (Neldawati et al.,

2013).

Prinsip dari spektrofotometer UV-Vis adalah penyerapan sinar tampak

untuk ultra violet dengan suatu molekul dapat menyebabkan terjadinya

eksitasi molekul dari tingkat energi dasar (ground state) ketingkat energi

yang paling tinggi (excited stated). Pengabsorbsian sinar ultra violet atau

sinar tampak oleh suatu molekul umumnya menghasilkan eksitasi elektron

bonding, akibatnya panjang absorbsi maksimum dapat dikolerasikan

dengan jenis ikatan yang ada di dalam molekul (Sumar, 1994).

Spektrofotometer yang sesuai untuk pengukuran di daerah spektrum

ultraviolet dan sinar tampak terdiri atas suatu sistem optik dengan

kemampuan menghasilkan sinar monokromatis dalam jangkauan panjang

gelombang 200-800 nm. Komponen-komponen spekterofotometer UV-Vis

yaitu (Gandjar dan Rohman, 2012) :

1) Sumber sinar

Sumber sinar atau lampu pada kenyataannya merupakan 2 lampu yang

terpisah, yang secara bersama-sama, mampu menjangkau keseluruhan


20

daerah spektrum ultraviolet dan tampak. Untuk sinar tampak digunakan

lampu tungsten yang dapat mengemisikan sinar pada panjang gelombang

350-2000 nm, sedangkan untuk senyawa-senyawa yang menyerap di

spektrum daerah ultraviolet digunakan lampu deuterium yang merupakan

sumber energi tinggi yang mengemisikan sinar pada panjang gelombang

200-370 nm.

2) Monokromator

Radiasi yang diperoleh dari berbagai sumber radiasi adalah sinar

polikromatis (banyak panjang gelombang). Monokromator berfungsi untuk

mengurai sinar tersebut menjadi monokromatis sesuai yang diinginkan.

Monokromator tersebut dari bahan optik yang berbentuk prisma.

3) Tempat Sampel

Dalam bahasa sehari-hari tempat sampel (sel penyerap) dikenal

dengan istilah kuvet. Kuvet ada yang berbentuk tabung (silinder) tapi ada

juga yang berbentuk kotak. Syarat bahan yang dapat dijadikan kuvet

adalah tidak menyerap sinar yang dilewatkan sebagai sumber radiasi dan

tidak bereaksi dengan sampel dan pelarut.

4) Detektor

Kepingan elektronik yang disebut dengan tabung pengganda foton

yang beraksi untuk mengubah intensitas berkas sinar ke dalam sinyal

elektrik yang dapat diukur dengan mudah dan juga beraksi sebagai suatu

pengganda (amflifier) untuk meningkatkan kekuatan sinyal.


21

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam analisis

spektrofotometer UV-Vis terutama untuk senyawa yang semula tidak

berwarna yang akan dianalisis dengan senyawa spektrofotometer visibel

karena senyawa tersebut harus diubah menjadi senyawa yang berwarna,

pembentukan molekul yang dianalisis tidak menyerap pada daerah

tersebut.

Gambar 5. Komponen Spektrofotometer UV-Vis

Berikut adalah tahapan-tahapan yang harus diperhatikan (Gandjar dan

Rohman, 2007) :

1) Pembentukan molekul yang dapat menyerap sinar UV-Vis

Cara yang digunakan adalah dengan merubah menjadi senyawa lain

atau direaksikan dengan pereaksi tertentu.

2) Waktu operasional (operating time)

Cara ini biasa digunakan untuk pengukuran hasil reaksi atau

pembentukan warna. Tujuannya adalah untuk mengetahui waktu

pengukuran yang stabil.


22

3) Pemilihan panjang gelombang

Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah

panjang gelombang yang mempunyai absorbansi maksimal. Untuk memilih

panjang gelombang maksimal, dilakukan dengan membuat kurva

hubungan antara absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu larutan

baku pada konsentrasi tertentu.

4) Pembuatan kurva baku

Larutan baku dari zat yang akan dianalisis dibuat beberapa seri

konsentrasi. Masing-masing absorbansi larutan dengan berbagai

konsentrasi diukur. Kemudian dibuat kurva yang merupakan hubungan

antara absorbansi (A) dengan konsentrasi (C).

5) Pembacaan absorbansi sampel atau cuplikan

Absorban yang terbaca pada spektrofotometer hendaknya antara 0,2-

0,8.
BAB III

METODE PENELITIAN

III.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen berskala

laboratorium.

III.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Farmasi,

Laboratorium Kimia Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Makassar dan

Laboratorium Kimia Farmasi Universitas Hasanudin Makassar pada bulan

September hingga Desember 2018.

III.3 Alat dan Bahan

III.3.1 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian antara lain : batang pengaduk,

beaker gelas (Pyrex®), bejana maserasi, cawan porselin, corong pisah

(Pyrex®), gelas ukur (Pyrex®), labu ukur 5mL dan 25 mL (Pyrex®), mikro

pipet (Huawei 1000®), neraca analitik (Mettlet Toledo®), pipet tetes, rak

tabung, rotary evaporator (Boeco germany), sendok tanduk, seperangkat

alat spektrofotometer UV-Vis (Shimadzu®), tabung reaksi (Pyrex®).

III.3.2 Bahan

Bahan yang digunakan antara lain : daun mimba, etanol 70%, etanol

p.a, FeCl3, ABTS (2,2-Azinobis-(3-Etilbenzotiazolin-6-Sulfonic Acid), HCI

pekat, FeSO4, K2S2O8, aquadest, etil asetat, n-butanol, n-heksan, serbuk

Mg, vitamin C murni.

23
24

III.4 Prosedur Penelitian

III.4.1 Pengambilan sampel

Sampel daun mimba (Azadirachta indica A Juss.) diambil di area

Masjid Ikhtiar, Kompleks Baraya, Makassar.

III.4.2 Penyiapan sampel

Daun mimba yang diambil daun tua (bukan daun kuning) daun kelima

dari pucuk, lalu disortasi basah, kemudian dicuci dengan air mengalir,

kemudian dirajang untuk memudahkan proses pengeringan, pengeringan

dilakukan dengan cara di angin-anginkan sampai daun menjadi kering.

Simplisia yang telah kering disortasi untuk memisahkan simplisia yang

rusak selama proses sebelum dan setelah pengeringan agar diperoleh

simplisia yang baik, lalu dilakukan pengepakan agar tidak terkontaminasi

saat penyimpanan, kemudian simplisia diserbukkan (Depkes RI., 2007).

III.4.3 Pembuatan Ekstrak

Sebanyak 500 gram serbuk simplisia kering daun mimba

dimasukkan ke dalam bejana maserasi dan dilakukan pembasahan terlebih

dahulu. Kemudian ditambahkan pelarut etanol 70% sebanyak 4 liter (1:8)

sampai sampel terendam lalu wadah ditutup, disimpan pada temperatur

ruangan dan terlindung dari cahaya selama 3 hari sambil sesekali diaduk.

Maserat disaring dan residu diremaserasi dengan pelarut yang sama,

proses remaserasi dilakukan sebanyak 3 kali hingga pelarut berwarna

jernih. Maserat yang diperoleh dikumpulkan dan diuapkan dengan rotary

evaporator hingga diperoleh ekstrak kental daun mimba.


25

III.5 Uji Kandungan Kimia

a. Uji Alkaloid

Ekstrak sebanyak 50 mg dicampur dengan 5 mL kloroform dan 5 mL

amoniak kemudian dipanaskan, dikocok dan disaring. Asam sulfat 2 N

sebanyak 5 tetes ditambahkan pada masing-masing filtrat, kemudian kocok

dan didiamkan. Bagian atas dari masing-masing filtrat diambil dan diuji

dengan pereaksi Mayer, pereaksi Wagner dan pereaksi Dragendorf.

Terbentuknya endapan putih, cokelat dan jingga menunjukkan adanya

alkaloid (Harborne, 1987).

b. Uji Flavonoid

Ekstrak sebanyak 50 mg dicampur dengan 3 mL etanol 70% lalu

dikocok, dipanaskan dan dikocok lagi kemudian disaring. Filtrat yang

diperoleh ditambahkan serbuk Mg 0,1 g dan 2 tetes HCl pekat.

Terbentuknya warna merah pada lapisan etanol menunjukkan adanya

flavonoid (Harborne, 1987).

c. Uji Tanin

Ekstrak sebanyak 50 mg dididihkan dengan 20 mL air di atas

penagas air, lalu disaring. Filtrat yang diperoleh ditambah beberapa tetes

(2-3 tetes) FeCl3 1% dan terbentuknya warna coklat kehijauan atau biru

kehitaman menunjukkan adanya tanin (Harbone, 1987).

d. Uji Terpenoid dan Steroid

Ekstrak sebanyak 50 mg dicampur dengan 3 mL kloroform atau 3 mL

etanol 70% dan ditambah 2 mL asam sulfat pekat dan 2 mL asam asetat
26

anhidrat. Perubahan warna dari ungu ke biru atau hijau menunjukkan

adanya senyawa steroid dan terbentuknya warna kecokelatan antar

permukaan menunjukkan adanya senyawa terpenoid (Harborne, 1987).

e. Uji Saponin

Ekstrak sebanyak 50 mg dimasukkan ke dalam tabung reaksi, air

panas sebanyak 10 mL ditambahkan, dinginkan dan kemudian dikocok

kuat-kuat selama 10 detik. Positif mengandung saponin jika terbentuk buih

setinggi 1-10 cm selama tidak kurang dari 10 menit dan pada penambahan

1 tetes HCl 2 N, buih tidak hilang (Depkes RI., 1995).

III.6 Partisi / Fraksinasi

Fraksinasi ekstrak etanol daun mimba dilakukan dengan metode

ekstraksi cair-cair. Ekstrak etanol daun mimba sebanyak 5 g dilarutkan

dengan 50 mL air dan ditambahkan 50 mL n-heksan (1:1) di dalam corong

pisah, kemudian dilakukan pengocokan hingga terjadi pemisahan, proses

ini dilakukan sebanyak 3 kali sampai pelarut berwarna jernih. Ditambahkan

etil asetat 50 mL di dalam corong pisah dan dilakukan pengocokan hingga

terjadi pemisahan, proses ini dilakukan sebanyak 4 kali sampai pelarut

berwarna jernih. Ditambahkan pelarut n-butanol 50 mL di dalam corong

pisah dan dilakukan pengocokan hingga terjadi pemisahan, proses ini

dilakukan 4 kali sampai pelarut berwarna jernih. Proses fraksinasi dilakukan

sebanyak 5 kali, hasil fraksi n-heksan, fraksi etil asetat, fraksi n-butanol dan

fraksi etanol-air dikumpulkan kemudian diuapkan hingga diperoleh fraksi

kental.
27

III.7 Uji Aktivitas Antioksidan

III.7.1 Pembuatan Larutan

1. Pembuatan Larutan Stok Fraksi Daun Mimba

Larutan stok 1000 µg/mL disiapkan dengan cara ditimbang masing-

masing 50 mg sampel yaitu fraksi n-heksan, fraksi etil asetat, fraksi n-

butanol dan fraksi etanol-air daun mimba lalu dilarutkan dengan etanol p.a

sambil dihomogenkan, volume akhir dicukupkan dengan etanol p.a sampai

50 mL dalam labu ukur.

2. Pembuatan Larutan Stok Vitamin C

Larutan stok 1000 µg/mL disiapkan dengan cara menimbang 10 mg

vitamin C murni dan dilarutkan dengan etanol p.a, volume akhir dicukupkan

hingga 10 mL dalam labu ukur. Kemudian dilakukan pengenceran, dipipet

sebanyak 0,5 mL dari konsentrasi 1000 µg/mL, volumenya akhir

dicukupkan hingga 5 mL dalam labu ukur, sehingga diperoleh konsentrasi

100 µg/mL. Kemudian diinkubasi selama 12-16 jam.

3. Pembuatan Larutan Stok ABTS

a) Larutan A : Ditimbang 7,105 mg ABTS, dilarutkan dalam 5 mL

aquadest.

b) Larutan B : Ditimbang 3,500 mg K2S2O8, dilarutkan dalam 5 mL

aquadest.

c) Larutan A dan B : Dicampur larutan A dan B (dalam ruang gelap) dan

dicukupkan volumenya dengan etanol p.a sampai 25 mL. Kemudian

diinkubasi selama 12-16 jam.


28

III.7.2 Pengukuran Aktivitas Antioksidan Dengan Metode ABTS

1. Pengukuran Serapan Larutan Blanko ABTS

Larutan ABTS dipipet sebanyak 1 mL dan dicukupkan volumenya

sampai 5 mL etanol dalam labu ukur. Larutan ini kemudian diukur dengan

spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang 754 nm.

2. Pengukuran Aktivitas Pengikatan Radikal Bebas ABTS Dengan

Sampel Fraksi n-Heksan

Larutan stok sampel fraksi n-heksan daun mimba 1000 µg/mL dipipet

masing-masing 500 µL, 750 µL, 1000 µL dan 1250 µL, 1500 µL, campuran

ditambah 1 mL larutan ABTS lalu dicukupkan volumenya sampai 5 mL

dengan etanol p.a sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 100

µg/mL, 150 µg/mL, 200 µg/mL, 250 µg/mL dan 300 µg/mL. Selanjutnya

dihomogenkan dan dibiarkan selama 15 menit, lalu diukur serapan dengan

spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 754 nm.

3. Pengukuran Aktivitas Pengikatan Radikal Bebas ABTS Dengan

Sampel Fraksi Etil Asetat

Larutan stok sampel fraksi etil asetat daun mimba 1000 µg/mL dipipet

masing-masing 100 µL, 150 µL, 200 µL, 250 µL dan 300 µL, campuran

ditambah 1 mL larutan ABTS lalu dicukupkan volumenya sampai 5 mL

dengan etanol p.a sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 20

µg/mL, 30 µg/mL, 40 µg/mL, 50 µg/mL dan 60 µg/mL. Selanjutnya

dihomogenkan dan dibiarkan selama 15 menit, lalu diukur serapan dengan

spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 754 nm.


29

4. Pengukuran Aktivitas Pengikatan Radikal Bebas ABTS Dengan

Sampel Fraksi n-Butanol

Larutan stok sampel fraksi n-butanol daun mimba 1000 µg/mL dipipet

masing-masing 100 µL, 150 µL, 200 µL, 250 µL dan 300 µL, campuran

ditambah 1 mL larutan ABTS lalu dicukupkan volumenya sampai 5 mL

dengan etanol p.a sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 20

µg/mL, 30 µg/mL, 40 µg/mL, 50 µg/mL dan 60 µg/mL. Selanjutnya

dihomogenkan dan dibiarkan selama 15 menit, lalu diukur serapan dengan

spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 754 nm.

5. Pengukuran Aktivitas Pengikatan Radikal Bebas ABTS Dengan

Sampel Fraksi Etanol-Air

Larutan stok sampel fraksi etanol-air daun mimba 1000 µg/mL dipipet

masing-masing 150 µL, 200 µL, 250 µL, 300 µL dan 350 µL, campuran

ditambah 1 mL larutan ABTS lalu dicukupkan volumenya sampai 5 mL

dengan etanol p.a sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 30

µg/mL, 40 µg/mL, 50 µg/mL, 60 µg/mL dan 70 µg/mL. Selanjutnya

dihomogenkan dan dibiarkan selama 15 menit, lalu diukur serapan dengan

spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 754 nm.

6. Pengukuran Aktivitas Pengikatan Radikal Bebas ABTS Dengan

Vitamin C Murni

Pengujian dilakukan dengan memipet masing-masing 50 l, 55 µl, 60 µl,

65 µl, 70 µl dari larutan stok vitamin C murni 100 µg/mL, campuran ditambah

1 mL larutan ABTS lalu dicukupkan volumenya sampai 5 mL dengan etanol


30

p.a sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 1 µg/mL, 1,1 µg/mL, 1,2

µg/mL, 1,3 µg/mL, 1,4 µg/mL. Selanjutnya dihomogenkan lalu serapan

diukur dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 754 nm.

III.8 Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : fraksi-fraksi ekstrak etanol daun mimba

2. Variabel terikat : aktivitas antioksidan fraksi-fraksi daun mimba

III.9 Analisis data

Persentase penghambatan terhadap ABTS yang dihasilkan oleh

masing-masing konsentrasi fraksi-fraksi ekstrak etanol daun mimba dan

vitamin C murni dihitung dengan rumus :

(Abs Blanko-Abs Sampel)


Daya antioksidan= x100%
Absorbansi Blanko

Nilai IC50 (50% Inhibitory Concentration) untuk mendapatkan

kekuatan aktivitas antioksidan dari fraksi-fraksi ekstrak etanol daun mimba

(Azadirachta indica A. juss) dan vitamin C murni dihitung dengan

menggunakan persamaan regresi linear.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun mimba

(Azadirachta indica A. Juss). Bagian tumbuhan yang digunakan pada

penelitian ini yaitu daun mimba dalam bentuk simplisia kering karena kadar

air yang terdapat dalam simplisia pada umumnya lebih sedikit sehingga

memudahkan cairan penyari masuk ke dalam sel tumbuhan dan menarik

zat aktif yang terkandung secara sempurna.

Proses ekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut

etanol 70%. Digunakan metode maserasi karena memiliki keunggulan yaitu

cara pengerjaan yang cepat, peralatan yang digunakan sederhana, relatif

mudah dan murah. Dalam penelitian ini digunakan pelarut etanol 70%

karena merupakan pelarut universal, dapat melarutkan hampir semua

senyawa organik yang ada pada sampel, baik senyawa polar maupun

senyawa non polar (Gandjar dan Rohman, 2007).

Simplisia daun mimba (Azadirachta indica A. Juss) sebanyak 500

gram dimaserasi hingga didapatkan ekstrak kental sebanyak 113,38 gram

dan rendemen sebesar 22,67%. Rendamen adalah hasil persentase antara

bagian yang dapat terekstrak dari bahan mentah. Selanjutnya dilakukan

pengujian fitokimia secara kualitatif untuk mengidentifikasi kandungan

senyawa metabolit sekunder yang terdapat di dalam ekstrak yang akan

diujikan. Penentuan secara kualitatif dapat dilihat dari perubahan warna,

terbentuknya buih atau endapan jika sampel direaksikan dengan bahan

31
32

kimia tertentu. Hasil pengujian fitokimia ekstrak etanol daun mimba

(Azadirachta indica A. Juss) disajikan pada tabel di bawah ini :

Tabel 2. Hasil Pengujian Fitokimia Ekstrak Etanol Daun Mimba


(Azadirachta indica A. Juss)

Golongan senyawa Hasil Ket

P.Mayer Endapan putih +


Alkaloid
P.Wagner Endapan cokelat +
P.Dragendorf Larutan cokelat - -
Steroid Berwarna hijau kehitaman - -
Terbentuk warna cokelat +
Triterpenoid antar permukaan +

Flavonoid Berwarna merah +


Terbentuk buih yang tidak
Saponin hilang +
Berwarna cokelat
Tanin kehijauan +

Uji kandungan kimia bertujuan untuk memberikan gambaran awal

komposisi kandungan kimia (Depkes RI., 2000). Uji kandungan kimia

dilakukan terhadap ekstrak etanol daun mimba, hasil yang diperoleh

menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun mimba mengandung senyawa

alkaloid, triterpenoid, flavonoid, saponin dan tanin pada tabel 2.

Ekstrak etanol daun mimba (Azadirachta indica A. Juss) dilanjutkan

dengan ekstraksi cair-cair (ECC) menggunakan empat pelarut yang

berbeda tingkat kepolarannya yaitu n-heksan, etil asetat, n-butanol dan air.

Sebanyak 25 gram ekstrak dilakukan ekstraksi cair-cair dan diperoleh berat

masing-masing fraksi n-heksan sebanyak 1,7 gram, fraksi etil asetat

sebanyak 2,6 gram, fraksi n-butanol sebanyak 3,6 gram dan fraksi etanol-

air sebanyak 14,5 gram.


33

Hasil dari fraksi inilah yang selanjutnya diuji aktivitas antioksidan

menggunakan metode ABTS. Metode yang digunakan dalam pengujian

aktivitas antioksidan adalah metode ABTS. Kelebihan dari metode ini

adalah dapat digunakan di sistem larutan berbasis air maupun organik,

mempunyai absorbansi spesifik pada panjang gelombang region visible dan

membutuhkan waktu reaksi yang lebih sedikit (Lee et al., 2003). Senyawa

radikal bebas ABTS merupakan senyawa yang diperoleh dari hasil oksidasi

kalium persulfat dengan garam diammonium ABTS. Adanya aktifitas

ditunjukan dengan hilangnya warna biru akibat tereduksinya ABTS oleh

antioksidan. Intensitas warna biru ini diukur pada panjang gelombang 754

nm.

Konsentrasi yang didapat kemudian diukur pada spektrofotometer

UV-Vis dengan pembanding vitamin C. Aktivitas antioksidan dapat ditandai

dengan adanya nilai IC50 (inhibitory concentration). Nilai IC50 merupakan

nilai konsentrasi antioksidan untuk meredam 50% aktivitas radikal bebas.

Setelah didapatkan % penghambatan, maka dibuat grafik persamaan

regresi linear.

Dari data hasil penelitian, diketahui bahwa fraksi n-heksan ekstrak

etanol daun mimba pada tabel 3 dengan nilai IC50 sebesar 200,46 µg/mL,

hasil tersebut menunjukkan bahwa fraksi n-heksan termasuk dalam

kategori antioksidan lemah dengan range 151-200 µg/mL. Sedangkan,

fraksi etil asetat pada tabel 4 dengan nilai IC50 sebesar 59,03 µg/mL, fraksi

n-butanol pada tabel 5 dengan nilai IC50 sebesar 54,45 µg/mL dan fraksi
34

etanol-air ekstrak etanol daun mimba pada tabel 6 dengan nilai IC50 sebesar

62,32 µg/mL, hasil tersebut menunjukkan bahwa fraksi etil asetat, fraksi n-

butanol dan fraksi etanol-air termasuk dalam kategori antioksidan kuat

dengan range 50-100 µg/mL.

Tabel 3. Nilai IC50 Pengujian Aktivitas Antioksidan Fraksi n-Heksan


Daun Mimba Terhadap Radikal Bebas ABTS

Konsentrasi % peredaman Persamaan Nilai IC50


Absorbansi Rata-rata
(µg/mL) ABTS garis (µg/mL)
0,44701
100 0,44641 0,44616 19,267
0,44506
0,32903
150 0,32691 0,32733 40,770
0,32604
y = 0.2737x -
0,27893
4.8658 200,46
200 0,27872 0,27835 49,633
R² = 0.9831
0,27739
0,20382
250 0,20374 0,20337 63,199
0,20256
0,13114
300 0,12986 0,13004 76,469
0,12912
0,55558
Blanko 0,55137 0,55264
0,55096
35

Tabel 4. Nilai IC50 Pengujian Aktivitas Antioksidan Fraksi Etil Asetat


Daun Mimba Terhadap Radikal Bebas ABTS

Konsentrasi % peredaman Persamaan Nilai IC50


Absorbansi Rata-rata
(µg/mL) ABTS garis (µg/mL)
0,51505
20 0,51898 0,51758 6,344
051871
0,47061
30 0,47002 0,46962 15,022
0,46823
y = 1.1573x -
0,40236
18.314 59,03
40 0,40056 0,40119 27,405
R² = 0.9952
0,40064
0,33953
50 0,33806 0,33823 38,797
0,33710
0,26661
60 0,26208 0,26350 52,320
0,26180
0,55558
Blanko 0,55137 0,55264
0,55096

Tabel 5. Nilai IC50 Pengujian Aktivitas Antioksidan Fraksi n-Butanol


Daun Mimba Terhadap Radikal Bebas ABTS

Konsentrasi % peredaman Persamaan Nilai IC50


Absorbansi Rata-rata
(µg/mL) ABTS garis (µg/mL)
0,51422
20 0,51286 0,51357 7,073
0,51357
0,39701
30 0,39287 0,39403 28,700
0,39221
y = 1.0944x -
0,37623
10.691 55,45
40 0,37415 0,37504 32,136
R² = 0.9503
0,37475
0,31756
50 0,31658 0,31644 42,741
0,31517
0,25072
60 0,24961 0,24995 54,771
0,24952
0,55558
Blanko 0,55137 0,55264
0,55096
36

Tabel 6. Nilai IC50 Pengujian Aktivitas Antioksidan Fraksi Etanol-Air


Daun Mimba Terhadap Radikal Bebas ABTS

Konsentrasi % peredaman Persamaan Nilai IC50


Absorbansi Rata-rata
(µg/mL) ABTS garis (µg/mL)
0,45807
30 0,45921 0,45739 17,234
0,45490
0,39757
40 0,39826 0,39651 28,251
0,39371
y = 0.9784x -
0,33904
10.977 62,32
50 0,33883 0,33869 38,714
R² = 0.984
0,33820
0,27494
60 0,27378 0,27368 50,477
0,27232
0,24852
70 0,24924 0,24846 55,041
0,24762
0,55558
Blanko 0,55137 0,55264
0,55096

Tabel 7. Nilai IC50 Pengujian Aktivitas Antioksidan Fraksi Vitamin C


Daun Mimba Terhadap Radikal Bebas ABTS

Konsentrasi % peredaman Persamaan Nilai IC50


Absorbansi Rata-rata
(µg/mL) ABTS garis (µg/mL)
0,42762
1 0,42378 0,42490 23,113
0,42331
0,34839
1,1 0,34538 0,34597 37,397
0,34413
y = 78.166x -
0,32803
52.498 1,31
1,2 0,33266 0,33124 40,061
R² = 0.96
0,33304
0,27690
1,3 0,27765 0,27589 50,078
0,27311
0,24466
1,4 0,24518 0,24396 55,856
0,24203
0,55558
Blanko 0,55137 0,55264
0,55096
37

Berdasarkan hasil dari pengujian aktivitas antioksidan menggunakan

metode ABTS yang telah dilakukan terhadap fraksi n-heksan dengan nilai

IC50 sebesar 200,46 µg/mL, fraksi etil asetat dengan nilai IC50 sebesar 59,03

µg/mL, fraksi n-butanol dengan nilai IC50 sebesar 55,45 µg/mL, fraksi

etanol-air dengan nilai IC50 sebesar 62,32 µg/mL dan nilai IC50 vitamin C

sebagai pembanding yaitu sebesar 1,31 µg/mL. Nilai IC50 vitamin C

termasuk antioksidan yang sangat kuat karena <50 µg/mL, dibandingkan

dengan keempat fraksi ekstrak etanol daun mimba karena vitamin C murni

merupakan antioksidan alami. Menurut klasifikasi yang dilakukan oleh

Molyneux, nilai IC50 dari fraksi etil asetat, fraksi n-butanol, dan fraksi etanol-

air termasuk antioksidan yang kuat yaitu berada pada rentang 50-100

µg/mL, fraksi n-heksan mempunyai aktivitas antioksidan yang lemah yaitu

berada pada rentang 151-200 µg/mL.

Nilai IC50
200,46 µg/mL

59,03 µg/mL 62,32 µg/mL


55,45 µg/mL

Fraksi n-Heksan Fraksi Etil Asetat Fraksi n-Butanol Fraksi Etanol-air

Gambar 6. Nilai IC50 Masing-Masing Fraksi Daun Mimba


38

Menurut Bubua dkk. (2017), senyawa fenol seperti flavonoid yaitu

flavonol dan flavon berperan sebagai antioksidan. Aktivitas flavonoid sangat

bergantung terhadap jumlah dan lokasi gugus -OH dimana dalam hal ini

berperan dalam menetralkan radikal bebas. Kemampuan flavonoid dalam

menekan radikal bebas pun berkaitan dengan kemampuannya

mendonorkan elektron. Senyawa fenolik dalam ekstrak sampel dapat

berubah dengan perbedaan tingkat kepolaran pelarut yang digunakan

(Kahkonen et al., 2001). Perbedaan tingkat kepolaran pelarut tentunya

berpengaruh pada jenis metabolit sekunder yang terekstrak (Soeksmanto

et al., 2007). Senyawa fenol seperti flavonoid dapat larut dengan baik pada

pelarut semi polar dan polar yaitu fraksi etil asetat, fraksi n-butanol dan

fraksi etanol-air, sedangkan pada fraksi n-heksan tidak karena merupakan

pelarut non polar.

Dari hasil ini menunjukkan fraksi n-butanol memiliki aktivitas

antioksidan yang paling optimal, hal ini ditandai dengan nilai IC50 sebesar

55,45 µg/mL paling kecil dibandingkan dengan nilai IC50 fraksi-fraksi

lainnya. Meskipun, fraksi etil asetat, fraksi n-butanol, dan fraksi etanol-air

termasuk dalam kategori antioksidan kuat. Semakin kecil nilai IC50 semakin

kuat daya antikoksidannya.


BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Berdasarkan pengamatan dan pembahasan, maka dapat ditarik

kesimpulan, yaitu :

1. Fraksi n-heksan, fraksi etil asetat, fraksi n-butanol dan fraksi etanol-air

memiliki aktivitas antioksidan dengan nilai IC50 sebesar 200,46 µg/mL,

59,03 µg/mL, 55,45 µg/mL dan 62,32 µg/mL.

2. Fraksi yang paling optimal dalam memberikan efek antioksidan adalah

fraksi n-butanol.

V.2 Saran

Diharapkan agar dilakukan penelitian selanjutnya untuk aktivitas

farmakologi dan potensi lain seperti sitotoksik atau antikanker.

39
DAFTAR PUSTAKA

Adrian, P., 2000, Analisa Ekstraktif Tumbuhan Sebagai Sumber Bahan


Obat, Universitas Negeri Andalas : Padang, Indonesia.

Agoes, G., 2007, Teknologi Bahan Alam, ITB Press : Bandung.

Apak, R., Guclu, K., Demirata, B., Ozyurek, Celik, SE., Bektasoglu, B.,
Berker, KI., Ozyurt, 2007, Comparative Evauation Of Various Total
Antioxidant Capacity Assays Appled To Phenolic Compounds With
The CUPRAC Assays. Review.Molecules.

Andayani, R., Maimunah, Lisawati, Y., 2008, Penentuan Aktivitas


Antioksidan, Kadar Fenolat dan Likopen pada Buah Tomat (Solanum
lycopersicum L.). Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, 13 (1) : 31-
37.

Asif, M., 2012, Antimicrobial Potential of Azadirachta indica Against


Pathogenic Bacteria and Fungi. Journal of Pharmacognosy and
Phytochemistry, 1(4), pp.78–83.

Aslam, F., Khalil-ur-Rehman, Asghar, M., Sarwar, M., 2009, Antibacterial


Activity of Various Phytoconstituents of Neem : Pakistan Journal
Agricultural Science, vol 46, pp. 3-6.

Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia., 2011, Acuan


Sediaan Herbal, Badan Pengawas Obat dan Makanan : Jakarta,
Indonesia.

Balasundram, N., Sundram, K., Sammar, s., 2006, Phenolic compounds in


plants and agri industrial by-products: Antioxidant activity,
occurrence, and potential uses. Food Chem. 68:91–203.

Benzie, I.F.F., Strain J.J., 1996, The ferric reducing ability of plasma (FRAP)
as ameasurement of ‘antioxidant power’ : the FRAP assay. Anal
Biochem 239: 70-76.

Biswas, K., Chattopadhyay, I., Banerjee, R. K., Bandyopadhyay, U., 2002,


Biological activities and medicinal properties of neem (Azadirachta
indica). Current Science, 82(11), 1336–1345.

Biu, A.A., Yusufu, S.D., Rabo, J.S., 2009, Phytochemical screening of


Azadirachta indica (Neem) (Meliaceae) in Maiduguri : Nigeria,
Bioscience Research Communications, vol. 21, pp. 6-10.

40
41

Burem, E., 2018. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Mimba
(Azadirachta indica A. Juss) Dengan Metode ABTS (2,2-Azinobis-(3-
Etil Benzotiazolin-6-Sulfonic Acid), SKRIPSI, Sekolah Tinggi Ilmu
Farmasi : Makassar.

Bubua, I.K., Imrawati., Mus, S., Gani, A., S., 2017, Antioxidant Activity of
Ethyl Acetate Fraction of Muntingia calabura L. Leaves. Journal of
Pharmaceutical and Medicinal Sciences, Sekolah Tinggi Ilmu
Farmasi : Makassar.

Cai Y.Z., Sun, M., Xing, J., Luo, Q., Corke, H., 2006, Structure-radical
scavenging activity relationships of phenolic compounds from
traditional Chinese medicinal plants. Life Sci.78:2872–2888.

Chattopadhyay, R.R., Bandyopadhyay, M., 2005, Effect of Azadirachta


indica Leaf Extract on Serum Lipid Profile Changes in Normal and
Streptozotocin Induced Diabetic Rats, African Journal of Biomedical
Research, vol. 8, pp. 101–104.

Csurhes, S., 2008, Pest plant risk assessment, Neem Tree (Azadirachta
indica), Department of Primary Industries and Fisheries, Queensland
: Australia.

Cronin, J. R., 2004, Comparing Antioxidant Values with The ORAC Method.
Alternative and Complementary Therapies Vol. 10 (3):167-170.

Depkes RI., 1995, Materia Medika Indonesia, Departemen Kesehatan RI :


Jakarta.

Depkes RI., 2007, Sediaan Galenik, Departemen Kesehatan RI : Jakarta.

Ditjen POM., 1986, Sediaan Galenik, Departemen Kesehatan RI : Jakarta.


Gandjar I.G., Rohman. A., 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar :
Yogyakarta.

Gandjar, I.G., Rohman. A., 2010, Analisis Obat Secara Spektroskopi dan
Kromatografi, Pustaka Pelajar : Yogyakarta

Ghafar M.F.A., Prasad, N., Weng K.K., Ismail, A., 2010, A Flavonoid,
hespiridine, total phenolic content and antioxidant activities from
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Materia Medika.

Gitawati, R., 1995, Radikal Bebas, Sifat dan Peranannya dalam


Menimbulkan Kerusakan/Kematian Sel. Cermin Dunia Kedokteran;
N0.102: 33-36.
42

Harborne, J.B., 1987, Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern


Menganalisis Tumbuhan, terbitan kedua, ITB : Bandung, Indonesia.

Kardinan, A., 2000, Pestisida Nabati Ramuan dan Aplikasi, PT.Penebar


Semangat : Jakarta.

Khan, I., Srikakolupu, S.R., Darsipudi, S., Gotteti, S.D., Amaranadh, C.,
2010, Phytochemical Studies and Screening of Leaves Extracts of
Azadirachta indica for its anti-microbial Activity Against Dental
Pathogens, Science Research, vol. 2, pp. 246-250.

Kahkonen, M.P., Hopia, A.I., Heinonen, 2001, Berry phenolics and their
antioxidant activity. Journal of Agricultural and Food Chemistry. 49:
4076-4082.

Khopkar, S. M., 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, UI Press : Jakarta

Kunwar, A., Priyadarsini K.I., 2011, Free radicals, oxidative stress and
importance of antioxidants in human health. Journal medical and
aliied siences; 1(2): 53-60.

Lee, K. W., Kim, W. J., Lee H. J., Lee, C. Y., 2003, Cocoa Has More
Phenolic Phytochemicals and a Higher Antioxidant Capacity than
Teas and Red Wine, Journal of Agricultural Food Chemistry Vol. 51:
7292-7295.

Molyneux, P., 2004, The use of the stable free radical diphenyl
picrylhydrazyl (DPPH) for estimating antioxidant activity. Journal of
Science and Tecnology. Vol. 26 (2).
Moon, J.K., Shibamoto, T., 2009, Antioxidant assays for plantand food
components. Journal of Agricultural and Food Chemistry. Nomor 57,
p1655-1666.

Mukhriani, 2014, Ekstraksi, Pemisahan Senyawa, dan Identifikasi Senyawa


Aktif, Jurnal Kesehatan, Vol. 7(2) : 361-367.

Naik, G.H., Priyadarsini, K.I., Satav, J.G., Banavalikar, M.M., Sohoni, D.P.,
Biyani, M.K., Mohan, H., 2003, Comparative antioxidant activity of
individual herbal components used in ayurvedic
medicine,Phytochemistry. 63 (1): 97-104.

Neldawati, Ratnawulan dan Gusnedi, 2013, Analisis Nilai Absorbansi dalam


Penentuan Kadar Flavonoid untuk Berbagai Jenis Daun Tanaman
Obat, Pillar Of Physics, Vol.2 : 76-83.
43

Percival, M., 1998, Antioxidants. Clinical Nutrition Insights. NUT031 1/96


Rev. 10/98. Copyright © 1996 Advanced Nutrition Publications, Inc.,
Revised 1998.

Pratiwi, D.P., Harapini, M., 2006, Nilai peroksida dan Aktivitas Anti Radikal
Bebas diphenyl picril hydrazil hydrate (DPPH) Ekstrak Metanol
Khema laurina. Majalah Farmasi Indonesia. P. 32-36.

Saifuddin, A., 2014, Senyawa Alam Metabolit Sekunder, Teori, Konsep


dan Teknik Pemurnian. Deepublish : Yogyakarta.

Saifudin, A., Rahayu dan Teruna, 2011, Standardisasi Bahan Obat Alam,
Raha Ilmu : Yogyakarta, Indonesia.

Soeksmanto, A., Hapsari, Y., Simanjuntak, P., 2007, Kandungan


Antioksidan pada Beberapa Bagian Tanaman Mahkota Dewa
Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl. (Thymelaceae). Biodiversita.
8(2):92-95.

Sudarsono, Gunawan, D., Wahyuono, S., Donatus, A.l., Purnomo, 2002,


Tumbuhan Obat II, Hasil Penelitian, Sifat-Sifat, dan Penggunaan,
Pusat Studi Obat Tradisional. UGM : Yogyakarta.

Suirta, I.W., Puspawati, N. M., Gumiati, N. K., 2007, Isolasi dan Identifikasi
Senyawa Aktif Larvasida dari Biji Mimba (Azadirachta indica A. Juss)
terhadap Larva nyamuk Demam Berdarah (Aedes aegypti), Jurnal
Kimia, vol. 1 , hal. 47-54.

Sukrasno dan Tim Lentera., 2003, Mengenal Lebih Dekat Mimba Tanaman
Obat Multifungsi. Agromedia Pustaka : Jakarta.

Sumar, H., 1994, Kimia Analisis Farmasi, UI Press : Jakarta.

Supriyanto, 2018, Aktivitas Antioksidan Fraksi Metanol Ekstrak Daun


Mimba (Azadirachta Indica A. Juss). Universitas Brawijaya :
Malang.

Susmitha, S., Vidyamol, K.K., Ranganayaki, P., Vijayaragavan, R., 2013,


Phytochemical extraction and antimicrobial properties of azadirachta
indica (neem), Glob. J. Pharmacol., vol. 7, no. 3, pp. 316–320, 2013.

Teow, C. C., Truong, V., McFeeters, R. F., Thompson, R. L., Pecota, K.V.,
Yencho, G. C., 2007, Antioxidant Activities, Phenolics, and β–
Carotene Contents of Sweet Potato Genotypes with Varying Flesh
Colours, Journal of Food Chemistry, 103: 829-838.
44

Thaipong, K., Boonprakob, U., Crosby, K.., Cisneros-Zevallos, L., Byrne, D.


H., 2006, Comparison of ABTS, DPPH, FRAP and ORAC Assaysfor
Estimating Antioxidant Activity From Guava Fruit Extracts, Journal of
Food Composition and Analysis, 19: 669-675.

Tjitrosoepomo, G., 2000, Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta).


Universitas Gadjah Mada Press : Yogyakarta.

Voight, R., 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Universitas Gadjah


Mada Press : Yogyakarta.

Wang, C.C, Chu, C.Y., Chu, K.O., Choy, K.W., Khaw, K.S., Rogers, M.,
2004, Trolox – Equivalent Antioxidant Capacity Assay Versus
Oxygen Radical Absorbance Capacity Assay in Plasma, Clinical
Chemistry Vol 50 (5).

Winarsi, H., 2007, Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Penerbit Kanisius
: Yogyakarta.
Lampiran 1. Skema Kerja Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Mimba
(Azadirachta indica A. Juss) Dengan Metode Maserasi.

Daun Mimba

- Penyiapan sampel
1. Pengumpulan sampel
2. Sortasi basah
3. Pencucian
4. Perajangan
5. Pengeringan
6. Sortasi kering
- Dimaserasi dengan etanol 70% selama 72 jam.
- Disaring

Filtrat Residu
- Diremaserasi sebanyak 3 kali dengan
etanol (1 x 24 jam) selama 9 hari
- Disaring

Filtrat Residu Sampai jernih

- Diuapkan

Ekstrak kental

Uji fitokimia
- Identifikasi Alkaloid
- Identifikasi
Steroid/Triterpenoid
- Identifikasi Flavanoid
- Identifikasi Saponin
- Identifikasi Tanin

45
46

Lampiran 2. Skema Kerja Pembuatan Fraksi-Fraksi Ekstrak Etanol


Daun Mimba (Azadirachta indica A. Juss) Dengan
Metode ECC.

Ekstrak Kental

- Penyiapan ekstrak
1. Ditimbang 5 g ekstrak
2. Dilarutkan dengan 50 mL air
3. Dimasukkan ke dalam corong pisah
4. Ditambah 50 mL n-Heksan
- Dikocok hingga membentuk 2 lapisan
- Dibiarkan terekstraksi sempurna
- Dilakukan sampai cairan/ pelarut berwarna jernih

Fraksi n-Heksan Fraksi etanol-air

- Dimasukkan kedalam corong pisah


Ditambahkan 50 mL etil asetat
- Dikocok hingga membentuk 2 lapisan
- Dibiarkan terekstraksi sempurna
- Dilakukan sampai cairan/ pelarut berwarna
jernih

Fraksi etil asetat Fraksi etanol-air


Dibuat perlakuan yang sama
dengan ditambahkan 50 mL n-
Butanol sampai pelarut jernih.

Fraksi n-Butanol Fraksi etanol-air

- Diuapkan

Fraksi Pekat
47

Lampiran 3. Skema Kerja Pengukuran Serapan Blanko ABTS

Larutan A : ABTS 7 mg Larutan B : K2S2O8 3,5 mg


dilarutkan dalam 5 mL dilarutkan dalam 5 mL
aquadest aquadest

Dicampur larutan A dan B (dalam


ruang gelap) dan dicukupkan dengan
etanol p.a sampai 25 mL. Kemudian
diinkubasi selama 12-16 jam.

Larutan ABTS

Dipipet sebanyak 1 mL dicukupkan


volumenya sampai 5 mL dengan
etanol p.a kemudian dihomogenkan
dan diukur serapannya menggunakan
spektrofotometer UV-Vis pada panjang
754 nm.

Absorbansi

Analisis Data

Kesimpulan
48

Lampiran 4. Skema Kerja Uji Aktivitas Antioksidan Fraksi n-Heksan


Ekstrak Etanol Daun Mimba Dengan Metode ABTS

Fraksi n- Heksan Ekstrak Etanol Daun Mimba (1000 µg/mL)

500 µL 750 µL 1000 µL 1250 µL 1500 µL

Masing-masing konsentrasi + 1 mL ABTS


dicukupkan volumenya sampai 5 mL dengan
etanol p.a. dan dihomogenkan.

100 µg/mL) 150 µg/mL) 200 µg/mL) 250 µg/mL) 300 µg/mL)

Pembacaan absorbansi sisa ABTS


dengan spektrofotometer UV-Vis pada
panjang gelombang 754 nm

Absorbansi

Analisis Data

Kesimpulan
49

Lampiran 5. Skema Kerja Uji Aktivitas Antioksidan Fraksi Etil Asetat


Ekstrak Etanol Daun Mimba Dengan Metode ABTS

Fraksi Etil Asetat Ekstrak Etanol Daun Mimba (1000 ppm)

100 µL 150 µL 200 µL 250 µL 300 µL

Masing-masing konsentrasi + 1 mL ABTS


dicukupkan volumenya sampai 5 mL dengan
etanol p.a. dan dihomogenkan.

20 µg/mL) 30 µg/mL) 40 µg/mL) 50 µg/mL) 60 µg/mL)

Pembacaan absorbansi sisa ABTS


dengan spektrofotometer UV-Vis pada
panjang gelombang 754 nm

Absorbansi

Analisis Data

Kesimpulan
50

Lampiran 6. Skema Kerja Uji Aktivitas Antioksidan Fraksi n-Butanol


Ekstrak Etanol Daun Mimba Dengan Metode ABTS

Fraksi n-Butanol Ekstrak Etanol Daun Mimba (1000 ppm)

100 µL 150 µL 200 µL 250 µL 300 µL

Masing-masing konsentrasi + 1 mL ABTS


dicukupkan volumenya sampai 5 mL dengan
etanol p.a. dan dihomogenkan.

20 µg/mL) 30 µg/mL) 40 µg/mL) 50 µg/mL) 60 µg/mL)

Pembacaan absorbansi sisa ABTS


dengan spektrofotometer UV-Vis pada
panjang gelombang 754 nm

Absorbansi

Analisis Data

Kesimpulan
51

Lampiran 7. Skema Kerja Uji Aktivitas Antioksidan Fraksi Etanol-Air


Ekstrak Etanol Daun Mimba Dengan Metode ABTS

Fraksi Air Ekstrak Etanol Daun Mimba (1000 ppm)

150 µL 200 µL 250 µL 300 µL 350 µL

Masing-masing konsentrasi + 1 mL ABTS


dicukupkan volumenya sampai 5 mL dengan
etanol p.a. dan dihomogenkan.

30 µg/mL) 40 µg/mL) 50 µg/mL) 60 µg/mL) 70 µg/mL)

Pembacaan absorbansi sisa ABTS


dengan spektrofotometer UV-Vis pada
panjang gelombang 754 nm

Absorbansi

Analisis Data

Kesimpulan
52

Lampiran 8. Skema Kerja Uji Aktivitas Antioksidan Vitamin C Dengan


Metode ABTS

Vitamin C (100 ppm)

50 µL 55 µL 60 µL 65 µL 70 µL

Masing-masing konsentrasi + 1 mL ABTS dicukupkan


volumenya sampai 5 mL dengan etanol p.a. dan
dihomogenkan.

1 µg/mL) 1,1 µg/mL) 1,2 µg/mL) 1,3 µg/mL) 1,4 µg/mL)

Pembacaan absorbansi sisa ABTS


dengan spektrofotometer UV-Vis pada
panjang gelombang 750 nm

Absorbansi

Analisis Data

Kesimpulan
53

Lampiran 9. Grafik Persamaan Regresi Linear

Fraksi n-Heksan
100
y = 0.2737x - 4.8658
80 R² = 0.9831

% Penghambatan
60

40

20

0
0 50 100 150 200 250 300 350

Konsentrasi
1. Persamaan Regresi Linear Fraksi n-Heksan

Fraksi Etil Asetat


60
y = 1.1573x - 18.314
50
R² = 0.9952
40
% Penghambatan
30
20
10
0
0 10 20 30 40 50 60 70

Konsentrasi
2. Persamaan Regresi Linear Fraksi Etil Asetat

Fraksi n-Butanol
60
y = 1.0944x - 10.691
50 R² = 0.9503
40
% Penghambatan
30
20
10
0
0 10 20 30 40 50 60 70

Konsentrasi
3. Persamaan Regresi Linear Fraksi n-Butanol
54

Fraksi Etanol-Air
70
y = 0.9784x - 10.977
60
R² = 0.984
50
% Penghambatan
40
30
20
10
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80

Konsentrasi
4. Persamaan Regresi Linear Etanol-Air

Vitamin C
60
y = 78.166x - 52.498
50 R² = 0.96

% Penghambatan
40

30

20

10

0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6

Konsentrasi
5. Persamaan Regresi Linear Vitamin C
55

Lampiran 10. Simplisia, Ekstrak Dan Fraksi Daun Mimba

Sampel Daun Mimba Simplisia Daun Mimba Proses Maserasi

Proses Penguapan Ekstrak Etanol Daun Mimba Fraksi n-Heksan

Fraksi Etil Asetat Fraksi n-Butanol Fraksi Etanol-Air


56

Lampiran 11. Hasil Identifikasi Ekstrak Etanol Daun Mimba

Uji Alkaloid Uji Alkaloid Uji Alkaloid


Pereaksi Wagner Pereaksi Mayer Pereaksi Dragendrof

Uji Flavonoid Uji Tanin Uji Steroid

Uji Triterpenoid Uji Saponin


57

Lampiran 12. Pengukuran Aktivitas Antioksidan dengan Metode


ABTS

Larutan Blanko Sampel Fraksi n-Heksan Sampel Fraksi Etil Asetat

Sampel Fraksi n-Butanol Sampel Fraksi Etanol-Air Sampel Vitamin C


58

Lampiran 13. Perhitungan Rendamen Ekstrak dan Fraksi Daun Mimba

Berat Ekstrak
a. % Rendamen ekstrak = x 100 %
Berat Sampel

113,38 g
= x 100 % = 22,68 %
500 g

Berat Fraksi
b. % Rendamen fraksi n-Heksan = x 100 %
Berat Ekstrak

1,6934 g
= x 100 % = 6,7 %
25 g

Berat Fraksi
c. % Rendamen fraksi etil asetat = x 100 %
Berat Ekstrak

2,3645 g
= x 100 % = 10,5 %
25 g

Berat Fraksi
d. % Rendamen fraksi n-Butanol = x 100 %
Berat Ekstrak

3,603 g
= x 100 % = 14,4 %
25 g

Berat Fraksi
e. % Rendamen fraksi etanol-air = x 100 %
Berat Ekstrak

14,5563 g
= x 100 % = 58 %
25 g
UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN FRAKSI - FRAKSI EKSTRAK
ETANOL DAUN MIMBA (Azadirachta indica A. Juss)
DENGAN METODE ABTS

Antioxidant Activity Test of Ethanol Extract Fractions of


Neem Leaves (Azadirachta indica A. Juss) by ABTS
Method

*Eduard W Gaspar 1, Yuri Pratiwi Utami 1, Suwahyuni Mus 1


1
Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Makassar
Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 13,7 Daya Telp./Fax.0411-583190 Makassar 90242
*Email : edwardgaspar1341@gmail.com

ABSTRAK

Mimba (Azadirachta indica A. Juss) merupakan tanaman yang banyak ditemukan di negara
tropis yang memiliki kandungan kimia seperti alkaloid, steroid, flavonoid, saponin dan tanin.
Mimba dimanfaatkan untuk antiinlamasi, antioksidan, insektisida, fungisida dan antibakteri.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antioksidan fraksi daun mimba dengan
metode ABTS. Daun mimba diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan etanol
70%, kemudian dipartisi dengan metode ekstraksi cair-cair menggunakan empat pelarut
yang berbeda yaitu n-heksan, etil asetat, n-butanol dan air. Fraksi dari partisi kemudian
diuji aktivitas antioksidan menggunakan metode ABTS dan diukur absorbansinya
menggunakan spektrofotometer UV-Vis dengan panjang gelombang 754 nm. Hasil
penelitian diperoleh bahwa fraksi n-heksan memiliki nilai IC50 200,46 µg/mL, fraksi etil
asetat memiliki nilai IC50 59,03 µg/mL, fraksi n-butanol memiliki nilai IC50 55,45 µg/mL dan
fraksi etanol-air memiliki nilai IC50 62,32 µg/mL. Hasil ini menunjukkan bahwa fraksi n-
butanol memberikan aktivitas antioksidan paling optimal dengan nilai IC 50 terkecil,
meskipun fraksi etil asetat, fraksi n-butanol, dan fraksi etanol-air termasuk dalam kategori
antioksidan kuat.

Kata Kunci : Mimba (Azadirachta indica A. Juss), Antioksidan, ABTS

ABSTRACT

Neem (Azadirachta indica A. Juss) is a plants found in many tropical countries, contains
chemical components such as alkaloids, steroids, flavonoids, saponins and tannins. Neem
is used for antiinflamations, antioxidants, insecticides, fungicides and antibacterials. The
aim of this study was to investigate the antioxidant activity of neem leaves fraction by ABTS
method. The extraction of neem leaves was conducted by maceration using 70% of
ethanol, then partitioned by liquid-liquid extraction method using four different solvents are
n-hexane, ethyl acetate, n-buthanol and water. Furthermore, the partition result were tested
for their antioxidant activity using ABTS method and the absorbance was measured using
a UV-VIS spectrophotometer with a wavelength of 754 nm. The result of study showed that
n-hexane fraction with IC50 200,46 µg/mL, ethyl acetate fraction with IC50 59,03 µg/mL, n-
buthanol fraction with IC50 55,45 µg/mL, and ethanol-water fraction with IC50 62,32 µg/mL.
This result showed that n-buthanol fraction provide the optimals antioxidant activity with
smallest IC50, although ethyl acetate fraction, n-buthanol fraction and ethanol-water fraction
was categorized as strong antioxidant.

Keywords : Neem (Azadirachta indica A. Juss.), Antioxidant, ABTS

Eduard Gaspar, 2019, Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Makassar Page 1


PENDAHULUAN insektisida, fungisida dan antibakteri
Radikal bebas merupakan (Biswas et al., 2002).
suatu senyawa atau molekul yang Menurut penelitian Cai et al.,
tidak berpasangan pada orbit luarnya (2003), flavonoid merupakan
yang dapat menyebabkan senyawa golongan senyawa fenol yang
tersebut sangat reaktif mencari berkontribusi secara signifikan
pasangan dengan cara menyerang terhadap aktivitas antioksidan.
dan mengikat elektron molekul Kapasitas antioksidan pada senyawa
berbeda di sekitarnya seperti lipid, fenol terutama disebabkan karena
protein maupun DNA (Winarsi, 2007). sifat redoks yang memungkinkan
Untuk melindungi tubuh dari senyawa fenol dapat berperan
radikal bebas, tubuh menghasilkan sebagai agen pereduksi, donor
senyawa antiradikal bebas atau hidrogen dan khelator logam
disebut juga antioksidan. Antioksidan (Balasundram et al., 2006). Hasil
merupakan senyawa yang dapat penelitian sebelumnya, aktivitas
melindungi sistem sel dan organ antioksidan ekstrak etanol daun
tubuh dari spesies oksigen reaktif mimba (Azadirachta indica A. Juss)
karena mampu menangkap radikal dengan metode ABTS, memiliki
bebas yang dapat mengoksidasi aktivitas antioksidan (Burem, 2018).
asam nukleat, protein, lipid maupun Hasil penelitian Supriyanto
DNA (Percival, 1998). (2018), menunjukkan bahwa fraksi etil
Mimba (Azadirachta indica A. asetat dari ekstrak metanol daun
Juss) merupakan tanaman yang mimba merupakan fraksi yang
banyak ditemukan di negara tropis, memiliki aktivitas antioksidan paling
salah satunya adalah Indonesia. tinggi untuk menghambat radikal
Tanaman ini memiliki manfaat yang bebas (DPPH) dengan nilai IC50
sangat banyak bagi kehidupan 101,53 µg/mL dibandingkan dengan
manusia. Tanaman mimba fraksi-fraksi yang lain. Berdasarkan
mengandung senyawa bioaktif uraian di atas, maka peneliti tertarik
alkaloid, steroid, flavonoid, saponin untuk melakukan uji aktivitas
dan tanin baik pada bagian batang, antioksidan fraksi-fraksi ekstrak
daun maupun bijinya (Susmitha, et etanol daun mimba (Azadirachta
al., 2013). Daun mimba dimanfaatkan indica A. Juss) dengan metode ABTS.
untuk antiinflamasi, antioksidan,

Eduard Gaspar, 2019, Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Makassar Page 2


METODE PENELITIAN 4 Prosedur Penelitian
1. Jenis Penelitian 4.1 Pengambilan sampel
Jenis penelitian ini adalah Sampel daun mimba
penelitian eksperimen berskala (Azadirachta indica A Juss.) diambil di
laboratorium. area Masjid Ikhtiar, Kompleks Baraya,
2. Waktu dan Tempat Penelitian Makassar.
Penelitian ini dilaksanakan di 4.2 Penyiapan sampel
Laboratorium Biologi Farmasi, Daun mimba yang diambil
Laboratorium Kimia Farmasi Sekolah daun tua (bukan daun kuning) daun
Tinggi Ilmu Farmasi Makassar dan kelima dari pucuk, lalu disortasi
Laboratorium Kimia Farmasi basah, kemudian dicuci dengan air
Universitas Hasanudin Makassar mengalir, kemudian dirajang untuk
pada bulan September hingga memudahkan proses pengeringan,
Desember 2018. pengeringan dilakukan dengan cara
3. Alat dan Bahan di angin-anginkan sampai daun
Alat yang digunakan dalam menjadi kering. Simplisia yang telah
penelitian antara lain : beaker gelas kering disortasi untuk memisahkan
(Pyrex®), bejana maserasi, cawan simplisia yang rusak selama proses
porselin, corong pisah (Pyrex®), gelas sebelum dan setelah pengeringan
®
ukur (Pyrex ), labu ukur 5mL dan 25 agar diperoleh simplisia yang baik,
mL (Pyrex®), mikro pipet (Huawei lalu dilakukan pengepakan agar tidak
1000®), neraca analitik (Mettlet terkontaminasi saat penyimpanan,
Toledo®), pipet tetes, rotary kemudian simplisia diserbukkan
evaporator (Boeco germany), (Depkes RI., 2007).
seperangkat alat spektrofotometer 4.3 Pembuatan Ekstrak
UV-Vis (Shimadzu®), tabung reaksi Sebanyak 500 gram serbuk
(Pyrex®). simplisia kering daun mimba
Bahan yang digunakan antara dimasukkan ke dalam bejana
lain : daun mimba, etanol 70%, etanol maserasi dan dilakukan pembasahan
p.a, FeCl3, ABTS (2,2-Azinobis-(3- terlebih dahulu. Kemudian
Etilbenzotiazolin-6-Sulfonic Acid), ditambahkan pelarut etanol 70%
HCI pekat, FeSO4, K2S2O8, aquadest, sebanyak 4 liter (1:8) sampai sampel
etil asetat, n-butanol, n-heksan, terendam lalu wadah ditutup,
serbuk Mg, vitamin C murni. disimpan pada temperatur ruangan

Eduard Gaspar, 2019, Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Makassar Page 3


dan terlindung dari cahaya selama 3 lapisan etanol menunjukkan adanya
hari sambil sesekali diaduk. Maserat flavonoid (Harborne, 1987).
disaring dan residu diremaserasi h. Uji Tanin
dengan pelarut yang sama, proses Ekstrak sebanyak 50 mg
remaserasi dilakukan sebanyak 3 kali dididihkan dengan 20 mL air di atas
hingga pelarut berwarna jernih. penagas air, lalu disaring. Filtrat yang
Maserat yang diperoleh dikumpulkan diperoleh ditambah beberapa tetes
dan diuapkan dengan rotary (2-3 tetes) FeCl3 1% dan
evaporator hingga diperoleh ekstrak terbentuknya warna coklat kehijauan
kental daun mimba. atau biru kehitaman menunjukkan
5. Uji Kandungan Kimia adanya tanin (Harbone, 1987).
f. Uji Alkaloid i. Uji Terpenoid dan Steroid
Ekstrak sebanyak 50 mg Ekstrak sebanyak 50 mg
dicampur dengan 5 mL kloroform dan dicampur dengan 3 mL kloroform atau
5 mL amoniak kemudian dipanaskan, 3 mL etanol 70% dan ditambah 2 mL
dikocok dan disaring. Asam sulfat 2 N asam sulfat pekat dan 2 mL asam
sebanyak 5 tetes ditambahkan pada asetat anhidrat. Perubahan warna
masing-masing filtrat, kemudian dari ungu ke biru atau hijau
kocok dan didiamkan. Bagian atas menunjukkan adanya senyawa
dari masing-masing filtrat diambil dan steroid dan terbentuknya warna
diuji dengan pereaksi Mayer, pereaksi kecokelatan antar permukaan
Wagner dan pereaksi Dragendorf. menunjukkan adanya senyawa
Terbentuknya endapan putih, cokelat terpenoid (Harborne, 1987).
dan jingga menunjukkan adanya j. Uji Saponin
alkaloid (Harborne, 1987). Ekstrak sebanyak 50 mg
g. Uji Flavonoid dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
Ekstrak sebanyak 50 mg air panas sebanyak 10 mL
dicampur dengan 3 mL etanol 70% ditambahkan, dinginkan dan
lalu dikocok, dipanaskan dan dikocok kemudian dikocok kuat-kuat selama
lagi kemudian disaring. Filtrat yang 10 detik. Positif mengandung saponin
diperoleh ditambahkan serbuk Mg 0,1 jika terbentuk buih setinggi 1-10 cm
g dan 2 tetes HCl pekat. selama tidak kurang dari 10 menit dan
Terbentuknya warna merah pada pada penambahan 1 tetes HCl 2 N,
buih tidak hilang (Depkes RI., 1995).

Eduard Gaspar, 2019, Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Makassar Page 4


6. Partisi / Fraksinasi masing-masing 50 mg sampel yaitu
Fraksinasi ekstrak etanol fraksi n-heksan, fraksi etil asetat,
daun mimba dilakukan dengan fraksi n-butanol dan fraksi etanol-air
metode ekstraksi cair-cair. Ekstrak daun mimba lalu dilarutkan dengan
etanol daun mimba sebanyak 5 g etanol p.a sambil dihomogenkan,
dilarutkan dengan 50 mL air dan volume akhir dicukupkan dengan
ditambahkan 50 mL n-heksan (1:1) di etanol p.a sampai 50 mL dalam labu
dalam corong pisah, kemudian ukur.
dilakukan pengocokan hingga terjadi b. Pembuatan Larutan Stok
pemisahan, proses ini dilakukan Vitamin C
Larutan stok 1000 µg/mL
sebanyak 3 kali sampai pelarut
disiapkan dengan cara menimbang
berwarna jernih. Ditambahkan etil
10 mg vitamin C murni dan dilarutkan
asetat 50 mL di dalam corong pisah
dengan etanol p.a, volume akhir
dan dilakukan pengocokan hingga
dicukupkan hingga 10 mL dalam labu
terjadi pemisahan, proses ini
ukur. Kemudian dilakukan
dilakukan sebanyak 4 kali sampai
pengenceran, dipipet sebanyak 0,5
pelarut berwarna jernih. Ditambahkan
mL dari konsentrasi 1000 µg/mL,
pelarut n-butanol 50 mL di dalam
volumenya akhir dicukupkan hingga 5
corong pisah dan dilakukan
mL dalam labu ukur, sehingga
pengocokan hingga terjadi
diperoleh konsentrasi 100 µg/mL.
pemisahan, proses ini dilakukan 4 kali
Kemudian diinkubasi selama 12-16
sampai pelarut berwarna jernih.
jam.
Proses fraksinasi dilakukan sebanyak
c. Pembuatan Larutan Stok
5 kali, hasil fraksi n-heksan, fraksi etil
ABTS
asetat, fraksi n-butanol dan fraksi
d) Larutan A : Ditimbang 7,105 mg
etanol-air dikumpulkan kemudian
ABTS, dilarutkan dalam 5 mL
diuapkan hingga diperoleh fraksi
aquadest.
kental.
e) Larutan B : Ditimbang 3,500 mg
7. Uji Aktivitas Antioksidan
K2S2O8, dilarutkan dalam 5 mL
7.1 Pembuatan Larutan
aquadest.
a. Pembuatan Larutan Stok
Fraksi Daun Mimba f) Larutan A dan B : Dicampur
Larutan stok 1000 µg/mL larutan A dan B (dalam ruang
disiapkan dengan cara ditimbang gelap) dan dicukupkan

Eduard Gaspar, 2019, Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Makassar Page 5


volumenya dengan etanol p.a Larutan stok sampel fraksi etil
sampai 25 mL. Kemudian asetat daun mimba 1000 µg/mL
diinkubasi selama 12-16 jam. dipipet masing-masing 100 µL, 150
7.2 Pengukuran Aktivitas µL, 200 µL, 250 µL dan 300 µL,
Antioksidan Dengan Metode campuran ditambah 1 mL larutan
ABTS
ABTS lalu dicukupkan volumenya
a. Pengukuran Serapan
Larutan Blanko ABTS sampai 5 mL dengan etanol p.a
Larutan ABTS dipipet sebanyak 1 sehingga diperoleh larutan dengan
mL dan dicukupkan volumenya konsentrasi 20 µg/mL, 30 µg/mL, 40
sampai 5 mL etanol dalam labu ukur. µg/mL, 50 µg/mL dan 60 µg/mL.
Larutan ini kemudian diukur dengan Selanjutnya dihomogenkan dan
spektrofotometri UV-Vis pada dibiarkan selama 15 menit, lalu diukur
panjang gelombang 754 nm. serapan dengan spektrofotometer
b. Pengukuran Aktivitas UV-Vis pada panjang gelombang 754
Pengikatan Radikal Bebas
nm.
ABTS Dengan Sampel
Fraksi n-Heksan d. Pengukuran Aktivitas
Larutan stok sampel fraksi n- Pengikatan Radikal Bebas
ABTS Dengan Sampel Fraksi n-
heksan daun mimba 1000 µg/mL
Butanol
dipipet masing-masing 500 µL, 750 Larutan stok sampel fraksi n-
µL, 1000 µL dan 1250 µL, 1500 µL, butanol daun mimba 1000 µg/mL
campuran ditambah 1 mL larutan dipipet masing-masing 100 µL, 150
ABTS lalu dicukupkan volumenya µL, 200 µL, 250 µL dan 300 µL,
sampai 5 mL dengan etanol p.a campuran ditambah 1 mL larutan
sehingga diperoleh larutan dengan ABTS lalu dicukupkan volumenya
konsentrasi 100 µg/mL, 150 µg/mL, sampai 5 mL dengan etanol p.a
200 µg/mL, 250 µg/mL dan 300 sehingga diperoleh larutan dengan
µg/mL. Selanjutnya dihomogenkan konsentrasi 20 µg/mL, 30 µg/mL, 40
dan dibiarkan selama 15 menit, lalu µg/mL, 50 µg/mL dan 60 µg/mL.
diukur serapan dengan Selanjutnya dihomogenkan dan
spektrofotometer UV-Vis pada dibiarkan selama 15 menit, lalu diukur
panjang gelombang 754 nm. serapan dengan spektrofotometer
c. Pengukuran Aktivitas UV-Vis pada panjang gelombang 754
Pengikatan Radikal Bebas
nm.
ABTS Dengan Sampel Fraksi
Etil Asetat

Eduard Gaspar, 2019, Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Makassar Page 6


e. Pengukuran Aktivitas 8. Analisis data
Pengikatan Radikal Bebas Persentase penghambatan
ABTS Dengan Sampel Fraksi
terhadap ABTS yang dihasilkan oleh
Etanol-Air
Larutan stok sampel fraksi etanol- masing-masing konsentrasi fraksi-
air daun mimba 1000 µg/mL dipipet fraksi ekstrak etanol daun mimba dan
masing-masing 150 µL, 200 µL, 250 vitamin C murni dihitung dengan
µL, 300 µL dan 350 µL, campuran rumus :
ditambah 1 mL larutan ABTS lalu (Abs Blanko-Abs Sampel)
Daya antioksidan = x100%
Absorbansi Blanko
dicukupkan volumenya sampai 5 mL
dengan etanol p.a sehingga diperoleh Nilai IC50 (50% Inhibitory
larutan dengan konsentrasi 30 µg/mL, Concentration) untuk mendapatkan
40 µg/mL, 50 µg/mL, 60 µg/mL dan 70 kekuatan aktivitas antioksidan dari
µg/mL. Selanjutnya dihomogenkan fraksi-fraksi ekstrak etanol daun
dan dibiarkan selama 15 menit, lalu mimba (Azadirachta indica A. juss)
diukur serapan dengan dan vitamin C murni dihitung dengan
spektrofotometer UV-Vis pada menggunakan persamaan regresi
panjang gelombang 754 nm. linear.
f. Pengukuran Aktivitas HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengikatan Radikal Bebas Sampel yang digunakan
ABTS Dengan Vitamin C Murni
dalam penelitian ini adalah daun
Pengujian dilakukan dengan
mimba (Azadirachta indica A. Juss).
memipet masing-masing 50 l, 55 µl,
Bagian tumbuhan yang digunakan
60 µl, 65 µl, 70 µl dari larutan stok
pada penelitian ini yaitu daun mimba
vitamin C murni 100 µg/mL,
dalam bentuk simplisia kering karena
campuran ditambah 1 mL larutan
kadar air yang terdapat dalam
ABTS lalu dicukupkan volumenya
simplisia pada umumnya lebih sedikit
sampai 5 mL dengan etanol p.a
sehingga memudahkan cairan
sehingga diperoleh larutan dengan
penyari masuk ke dalam sel
konsentrasi 1 µg/mL, 1,1 µg/mL, 1,2
tumbuhan dan menarik zat aktif yang
µg/mL, 1,3 µg/mL, 1,4 µg/mL.
terkandung secara sempurna.
Selanjutnya dihomogenkan lalu
Simplisia daun mimba
serapan diukur dengan
(Azadirachta indica A. Juss)
spektrofotometer UV-Vis pada
sebanyak 500 gram dimaserasi
panjang gelombang 754 nm.
hingga didapatkan ekstrak kental

Eduard Gaspar, 2019, Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Makassar Page 7


sebanyak 113,38 gram dan rendemen Penentuan secara kualitatif dapat
sebesar 22,67%. Rendamen adalah dilihat dari perubahan warna,
hasil persentase antara bagian yang terbentuknya buih atau endapan jika
dapat terekstrak dari bahan mentah. sampel direaksikan dengan bahan
Selanjutnya dilakukan pengujian kimia tertentu. Hasil pengujian
fitokimia secara kualitatif untuk fitokimia ekstrak etanol daun mimba
mengidentifikasi kandungan senyawa (Azadirachta indica A. Juss) disajikan
metabolit sekunder yang terdapat di pada tabel di bawah ini :
dalam ekstrak yang akan diujikan.
Tabel 1. Hasil Pengujian Fitokimia Ekstrak Etanol Daun Mimba (Azadirachta
indica A. Juss)

Ket
Golongan senyawa Hasil
P.Mayer Endapan putih +
Alkaloid P.Wagner Endapan cokelat +
P.Dragendorf Larutan cokelat -
Steroid Berwarna hijau kehitaman --
Terbentuk warna cokelat antar +
Triterpenoid permukaan +

Flavonoid Berwarna merah +


Terbentuk buih yang tidak hilang
Saponin +

Berwarna cokelat kehijauan


Tanin +

Uji kandungan kimia bertujuan dilanjutkan dengan ekstraksi cair-cair


untuk memberikan gambaran awal (ECC) menggunakan empat pelarut
komposisi kandungan kimia (Depkes yang berbeda tingkat kepolarannya
RI., 2000). Uji kandungan kimia yaitu n-heksan, etil asetat, n-butanol
dilakukan terhadap ekstrak etanol dan air.
daun mimba, hasil yang diperoleh Sebanyak 25 gram ekstrak dilakukan
menunjukkan bahwa ekstrak etanol ekstraksi cair-cair dan diperoleh berat
daun mimba mengandung senyawa masing-masing fraksi n-heksan
alkaloid, triterpenoid, flavonoid, sebanyak 1,7 gram, fraksi etil asetat
saponin dan tanin pada tabel 2. sebanyak 2,6 gram, fraksi n-butanol
Ekstrak etanol daun mimba sebanyak 3,6 gram dan fraksi etanol-
(Azadirachta indica A. Juss) air sebanyak 14,5 gram.

Eduard Gaspar, 2019, Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Makassar Page 8


Hasil dari fraksi inilah yang concentration). Nilai IC50 merupakan
selanjutnya diuji aktivitas antioksidan nilai konsentrasi antioksidan untuk
menggunakan metode ABTS. Metode meredam 50% aktivitas radikal bebas.
yang digunakan dalam pengujian Setelah didapatkan %
aktivitas antioksidan adalah metode penghambatan, maka dibuat grafik
ABTS. Kelebihan dari metode ini persamaan regresi linear.
adalah dapat digunakan di sistem Dari data hasil penelitian,
larutan berbasis air maupun organik, diketahui bahwa fraksi n-heksan
mempunyai absorbansi spesifik pada ekstrak etanol daun mimba
panjang gelombang region visible dan pada tabel 3 dengan nilai IC50 sebesar
membutuhkan waktu reaksi yang 200,46 µg/mL, hasil tersebut
lebih sedikit (Lee et al., 2003). menunjukkan bahwa fraksi n-heksan
Senyawa radikal bebas ABTS termasuk dalam kategori antioksidan
merupakan senyawa yang diperoleh lemah dengan range 151-200 µg/mL.
dari hasil oksidasi kalium persulfat Sedangkan, fraksi etil asetat pada
dengan garam diammonium ABTS. tabel 4 dengan nilai IC50 sebesar
Adanya aktifitas ditunjukan dengan 59,03 µg/mL, fraksi n-butanol pada
hilangnya warna biru akibat tabel 5 dengan nilai IC50 sebesar
tereduksinya ABTS oleh antioksidan. 54,45 µg/mL dan fraksi etanol-air
Intensitas warna biru ini diukur pada ekstrak etanol daun mimba pada tabel
panjang gelombang 754 nm. 6 dengan nilai IC50 sebesar 62,32
Konsentrasi yang didapat µg/mL, hasil tersebut menunjukkan
kemudian diukur pada bahwa fraksi etil asetat, fraksi n-
spektrofotometer UV-Vis dengan butanol dan fraksi etanol-air termasuk
pembanding vitamin C. Aktivitas dalam kategori antioksidan kuat
antioksidan dapat ditandai dengan dengan range 50-100 µg/mL.
adanya nilai IC50 (inhibitory

Eduard Gaspar, 2019, Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Makassar Page 9


Tabel 2. Nilai IC50 Pengujian Aktivitas Antioksidan Fraksi n-Heksan Daun
Mimba Terhadap Radikal Bebas ABTS
Konsentrasi % peredaman Nilai IC50
Absorbansi Rata-rata Persamaan garis
(µg/mL) ABTS (µg/mL)
0,44701
100 0,44641 0,44616 19,267
0,44506
0,32903
150 0,32691 0,32733 40,770
0,32604
y = 0.2737x -
0,27893
4.8658 200,46
200 0,27872 0,27835 49,633
R² = 0.9831
0,27739
0,20382
250 0,20374 0,20337 63,199
0,20256
0,13114
300 0,12986 0,13004 76,469
0,12912
0,55558
Blanko 0,55137 0,55264
0,55096

Tabel 3. Nilai IC50 Pengujian Aktivitas Antioksidan Fraksi Etil Asetat Daun
Mimba Terhadap Radikal Bebas ABTS
Konsentrasi % peredaman Nilai IC50
Absorbansi Rata-rata Persamaan garis
(µg/mL) ABTS (µg/mL)
0,51505
20 0,51898 0,51758 6,344
051871
0,47061
30 0,47002 0,46962 15,022
0,46823
y = 1.1573x -
0,40236
18.314 59,03
40 0,40056 0,40119 27,405
R² = 0.9952
0,40064
0,33953
50 0,33806 0,33823 38,797
0,33710
0,26661
60 0,26208 0,26350 52,320
0,26180
0,55558
Blanko 0,55137 0,55264
0,55096

Tabel 4. Nilai IC50 Pengujian Aktivitas Antioksidan Fraksi n-Butanol Daun


Mimba Terhadap Radikal Bebas ABTS
Konsentrasi % peredaman Nilai IC50
Absorbansi Rata-rata Persamaan garis
(µg/mL) ABTS (µg/mL)
0,51422
20 0,51286 0,51357 7,073
0,51357
0,39701
30 0,39287 0,39403 28,700 y = 1.0944x -
0,39221 10.691 55,45
0,37623 R² = 0.9503
40 0,37415 0,37504 32,136
0,37475
0,31756
50 0,31658 0,31644 42,741
0,31517

Eduard Gaspar, 2019, Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Makassar Page 10


0,25072
60 0,24961 0,24995 54,771
0,24952
0,55558
Blanko 0,55137 0,55264
0,55096

Tabel 5. Nilai IC50 Pengujian Aktivitas Antioksidan Fraksi Etanol-Air Daun


Mimba Terhadap Radikal Bebas ABTS
Konsentrasi % peredaman Nilai IC50
Absorbansi Rata-rata Persamaan garis
(µg/mL) ABTS (µg/mL)
0,45807
30 0,45921 0,45739 17,234
0,45490
0,39757
40 0,39826 0,39651 28,251
0,39371
y = 0.9784x -
0,33904
10.977 62,32
50 0,33883 0,33869 38,714
R² = 0.984
0,33820
0,27494
60 0,27378 0,27368 50,477
0,27232
0,24852
70 0,24924 0,24846 55,041
0,24762
0,55558
Blanko 0,55137 0,55264
0,55096

Tabel 6. Nilai IC50 Pengujian Aktivitas Antioksidan Fraksi Vitamin C Daun


Mimba Terhadap Radikal Bebas ABTS
Konsentrasi % peredaman Nilai IC50
Absorbansi Rata-rata Persamaan garis
(µg/mL) ABTS (µg/mL)
0,42762
1 0,42378 0,42490 23,113
0,42331
0,34839
1,1 0,34538 0,34597 37,397
0,34413
y = 78.166x -
0,32803
52.498 1,31
1,2 0,33266 0,33124 40,061
R² = 0.96
0,33304
0,27690
1,3 0,27765 0,27589 50,078
0,27311
0,24466
1,4 0,24518 0,24396 55,856
0,24203
0,55558
Blanko 0,55137 0,55264
0,55096

Berdasarkan hasil dari µg/mL, fraksi n-butanol dengan nilai


pengujian aktivitas antioksidan IC50 sebesar 55,45 µg/mL, fraksi
menggunakan metode ABTS yang etanol-air dengan nilai IC50 sebesar
telah dilakukan terhadap fraksi n- 62,32 µg/mL dan nilai IC50 vitamin C
heksan dengan nilai IC50 sebesar sebagai pembanding yaitu sebesar
200,46 µg/mL, fraksi etil asetat 1,31 µg/mL. Nilai IC50 vitamin C
dengan nilai IC50 sebesar 59,03 termasuk antioksidan yang sangat

Eduard Gaspar, 2019, Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Makassar Page 11


kuat karena <50 µg/mL, sekunder yang terekstrak
dibandingkan dengan keempat fraksi (Soeksmanto et al., 2007). Senyawa
ekstrak etanol daun mimba karena
fenol seperti flavonoid dapat larut
vitamin C murni merupakan
antioksidan alami. Menurut klasifikasi dengan baik pada pelarut semi polar
yang dilakukan oleh Molyneux, nilai dan polar yaitu fraksi etil asetat, fraksi
IC50 dari fraksi etil asetat, fraksi n-
n-butanol dan fraksi etanol-air,
butanol, dan fraksi etanol-air
termasuk antioksidan yang kuat yaitu sedangkan pada fraksi n-heksan
berada pada rentang 50-100 µg/mL, tidak karena merupakan pelarut non
fraksi n-heksan mempunyai aktivitas
polar.
antioksidan yang lemah yaitu berada
pada rentang 151-200 µg/mL. Dari hasil ini menunjukkan
200,46 fraksi n-butanol memiliki aktivitas
µg/mL Nilai IC50
antioksidan yang paling optimal, hal
ini ditandai dengan nilai IC50 sebesar
59,03 55,45
62,32
µg/mL
55,45 µg/mL paling kecil
µg/mL µg/mL
dibandingkan dengan nilai IC50 fraksi-
fraksi lainnya. Meskipun, fraksi etil
Fraksi n- Fraksi Etil Fraksi n- Fraksi
Asetat Butanol Etanol-air asetat, fraksi n-butanol, dan fraksi
Menurut Bubua dkk. (2017),
etanol-air termasuk dalam kategori
senyawa fenol seperti flavonoid yaitu
antioksidan kuat. Semakin kecil nilai
flavonol dan flavon berperan sebagai
IC50 semakin kuat daya
antioksidan. Aktivitas flavonoid
antikoksidannya.
sangat bergantung terhadap jumlah
Kesimpulan
dan lokasi gugus -OH dimana dalam
Berdasarkan pengamatan
hal ini berperan dalam menetralkan
dan pembahasan, maka dapat ditarik
radikal bebas. Kemampuan flavonoid
kesimpulan, yaitu :
dalam menekan radikal bebas pun
1. Fraksi n-heksan, fraksi etil asetat,
berkaitan dengan kemampuannya fraksi n-butanol dan fraksi etanol-air
mendonorkan elektron. Senyawa memiliki aktivitas antioksidan dengan
fenolik dalam ekstrak sampel dapat nilai IC50 sebesar 200,46 µg/mL,
berubah dengan perbedaan tingkat 59,03 µg/mL, 55,45 µg/mL dan 62,32
kepolaran pelarut yang digunakan µg/mL.

(Kahkonen et al., 2001). Perbedaan 2. Fraksi yang paling optimal dalam

tingkat kepolaran pelarut tentunya memberikan efek antioksidan

berpengaruh pada jenis metabolit adalah fraksi n-butanol.

Eduard Gaspar, 2019, Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Makassar Page 12


Saran Chinese medicinal plants. Life
Sci.78:2872–2888.
Diharapkan agar dilakukan
Depkes RI., 1995, Materia Medika
penelitian selanjutnya untuk aktivitas
Indonesia, Departemen
farmakologi dan potensi lain seperti Kesehatan RI : Jakarta.
sitotoksik atau antikanker. Depkes RI., 2007, Sediaan Galenik,
Departemen Kesehatan RI :
Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Harborne, J.B., 1987, Metode
Balasundram, N., Sundram, K., Fitokimia, Penuntun Cara
Sammar, s., 2006, Phenolic Modern Menganalisis
compounds in plants and agri Tumbuhan, terbitan kedua,
industrial by-products: ITB : Bandung, Indonesia.
Antioxidant activity,
occurrence, and potential Kahkonen, M.P., Hopia, A.I.,
uses. Food Chem. 68:91– Heinonen, 2001, Berry
203. phenolics and their
antioxidant activity. Journal of
Biswas, K., Chattopadhyay, I., Agricultural and Food
Banerjee, R. K., Chemistry. 49: 4076-4082.
Bandyopadhyay, U., 2002,
Biological activities and Lee, K. W., Kim, W. J., Lee H. J., Lee,
medicinal properties of neem C. Y., 2003, Cocoa Has More
(Azadirachta indica). Current Phenolic Phytochemicals and
Science, 82(11), 1336–1345. a Higher Antioxidant Capacity
than Teas and Red Wine,
Burem, E., 2018. Uji Aktivitas Journal of Agricultural Food
Antioksidan Ekstrak Etanol Chemistry Vol. 51: 7292-
Daun Mimba (Azadirachta 7295.
indica A. Juss) Dengan
Metode ABTS (2,2-Azinobis- Molyneux, P., 2004, The use of the
(3-Etil Benzotiazolin-6- stable free radical diphenyl
Sulfonic Acid), SKRIPSI, picrylhydrazyl (DPPH) for
Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi : estimating antioxidant
Makassar. activity. Journal of Science
and Tecnology. Vol. 26 (2).
Bubua, I.K., Imrawati., Mus, S., Gani,
A., S., 2017, Antioxidant Percival, M., 1998, Antioxidants.
Activity of Ethyl Acetate Clinical Nutrition Insights.
Fraction of Muntingia NUT031 1/96 Rev. 10/98.
calabura L. Leaves. Journal of Copyright © 1996 Advanced
Pharmaceutical and Nutrition Publications, Inc.,
Medicinal Sciences, Sekolah Revised 1998.
Tinggi Ilmu Farmasi : Soeksmanto, A., Hapsari, Y.,
Makassar. Simanjuntak, P., 2007,
Cai Y.Z., Sun, M., Xing, J., Luo, Q., Kandungan Antioksidan pada
Corke, H., 2006, Structure- Beberapa Bagian Tanaman
radical scavenging activity Mahkota Dewa Phaleria
relationships of phenolic macrocarpa (Scheff) Boerl.
compounds from traditional

Eduard Gaspar, 2019, Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Makassar Page 13


(Thymelaceae). Biodiversita. Vijayaragavan, R., 2013,
8(2):92-95. Phytochemical extraction and
antimicrobial properties of
Supriyanto, 2018, Aktivitas azadirachta indica (neem),
Antioksidan Fraksi Metanol Glob. J. Pharmacol., vol. 7,
Ekstrak Daun Mimba no. 3, pp. 316–320, 2013.
(Azadirachta Indica A. Juss).
Universitas Brawijaya : Winarsi, H., 2007, Antioksidan Alami
Malang. dan Radikal Bebas. Penerbit
Kanisius : Yogyakarta.
Susmitha, S., Vidyamol, K.K.,
Ranganayaki, P.,

Eduard Gaspar, 2019, Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Makassar Page 14

Anda mungkin juga menyukai