Anda di halaman 1dari 78

PENETAPAN KADAR ASAM URSOLAT DALAM EKSTRAK DAUN

BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) DENGAN METODE


KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT)
FASE TERBALIK

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

Robertus Satrio Wibisono


NIM : 068114046

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010

i
PENETAPAN KADAR ASAM URSOLAT DALAM EKSTRAK DAUN
BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) DENGAN METODE
KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT) FASE TERBALIK

ii
Pengesahan Skripsi Berjudul

iii
HALAMAN PERSEMBAHAN

There’s no elevator to success, you have to take stairs

Kita hidup di dunia yang penuh keindahan, pesona serta petualangan.


Dan semua itu tidak akan pernah berakhir selama kita mencarinya
dengan mata terbuka. ( Jawaharlal Nehru )

Kupersembahkan Karya ini untuk:

Bapak dan Ibuku untuk segala doa, cinta dan perhatiannya.

Vincentia Octavianna, S.Farm. yang selalu ada untukku

Almamaterku

iv
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Robertus Satrio Wibisono

Nomor Mahasiswa : 068114046

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan


Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

“PENETAPAN KADAR ASAM URSOLAT DALAM EKSTRAK DAUN


BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) DENGAN METODE
KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT) FASE TERBALIK”
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,
mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media
lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun
memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.


Yogyakarta, 8 Juni 2010

Robertus Satrio Wibisono

v
PENGANTAR

Segala pujian dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Tuhan Yesus

Kristus karena hanya dengan anugerah, berkat, kasih, dan pertolongan-Nya, penulis

dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul ”Penetapan

Kadar Asam Ursolat dalam Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.)

Steenis) dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) Fase Terbalik ”.

Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Strata Satu Program Studi Ilmu Farmasi (S.Farm).

Terselesaikannya penulisan laporan akhir ini tidak lepas dari bantuan

berbagai pihak yang telah membantu penulis, oleh karena itu, penulis mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2. Lucia Wiwid Wijayanti, M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan petunjuk, saran, arahan, dan bimbingan kepada penulis

dalam proses penyusunan skripsi ini.

3. Dra. M.M. Yetty Tjandrawati, M.Si. dan Yohanes Dwiatmaka, M.Si.

selaku dosen penguji skripsi yang telah memberikan saran dan

masukan demi kesempurnaan skripsi ini.

4. Sri Hartati Yuliani, M.Si., Apt. yang telah memberikan dorongan,

dukungan baik secara moral maupun materi kepada penulis

vi
5. Segenap staff dan karyawan laboratorium kimia analisis instumen dan

kimia organik, Mas Bimo, Mas Parlan dan Pak Timbul terimakasih

atas bantuan dan kerjasamanya selama ini.

6. Gayatri Kusuma Wardani teman seperjuangkanku yang telah bersama-

sama melalui segala sesuatunya dengan kebersamaan, suka duka, dan

canda tawa dalam proses berjalannya penelitian

7. Seluruh teman-teman farmasi, khususnya kelas A angkatan 2006 dan

FST A 2006 yang telah banyak berbagi keceriaan dan kesedihan

8. Para teman dan sahabat : Boim, Adit, ChoCho, Boris, Utz, Nyakpeng,

Nika, Reno, Tomplink, Celenk, Rudex, Tony, Pius, Nee, Lul, Mewry,

Lilis, Dotie, Vica, Dissa, Adi, Ius, Willy, Yusri, Kelink, Nita, Sionk,

Simbah terima kasih atas semua canda, tawa, kesedihan, dan

kenakalan yang sangat berkesan bagi penulis

9. Serta semua pihak yang telah banyak membantu penyusunan skripsi

ini yang tidak dapat disebutkan satu-per satu.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan

dan kelemahan karena keterbatasan pikiran, tenaga, dan waktu penulis. Untuk itu

penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak. Akhir

kata semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca semua.

Yogyakarta, 8 Juni 2010

Penulis

vii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini,
tidak memuat karya atau bagian orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana karya ilmiah.

Yogyakarta, 8 Juni 2010

Penulis

Robertus Satrio Wibisono

viii
INTISARI

Daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) memiliki aktivitas


sebagai antiinflamasi, antitumor, antikanker, antioksidan, antiinfasif, dan antiulcer.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat kandungan asam ursolat dalam
ekstrak daun binahong , dimana asam ursolat merupakan salah satu zat yang
memiliki aktivitas sebagai antiinflamasi, antitumor, antikanker, antioksidan,
antiinfasif,dan antiulcer. Penelitian kandungan asam ursolat dalam ekstrak daun
binahong ini menggunakan metode kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) fase
terbalik.
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif noneksperimental.
Tahap pertama dari penelitian ini adalah pembuatan ekstrak daun binahong dari daun
binahong yang telah dikeringkan dengan menggunakan metode ekstraksi refluks.
Selanjutnya, asam ursolat dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan metode
KCKT fase terbalik dengan fase diam kolom Kromasil 100-5 C18 dan komposisi fase
gerak metanol : ortophosphoric acid 1% (90 : 10) dengan kecepatan alir 0.6
ml/menit, serta detector UV 210nm yang telah divalidasi.
Berdasarkan analisis yang dilakukan, didapatkan hasil bahwa sampel ekstrak
daun binahong yang digunakan dalam penelitian ini mengandung asam ursolat
dengan kadar rata-rata 0,0525 ± 0,0089 %b/b.

Kata kunci : ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis), asam
ursolat, ekstraksi, KCKT fase terbalik

ix
ABSTRACT

Binahong’s leaf (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) have activity as


antiinflammatory, antitumor, anticancer, antioxidant, antiinfasif, antiulcer, etc..
Results from this study indicate that there ursolic acid content in leaf extracts
binahong where ursolic acid is one substance that is known to have activity as an
antiinflammatory, antitumor, anticancer, antioxidant, antiinfasif, antiulcer, etc..
Research ursolic acid content in the leaf extract binahong uses high-performance
liquid chromatography (HPLC) reversed phase method.
This research was included in the descriptive non experimental. The first
phase of this research is making binahong’s leaf extract from binahong as dried
leaves using the reflux extraction method. Further, ursolic acid was analyzed
quantitatively by reversed phase HPLC method with a stationary phase Kromasil
100-5 C18 column and mobile phase composition of methanol: ortophosphoric acid
1% (90: 10) with a flow rate of 0.6 ml / min, and a 210nm UV detector has been
validated.
Based on the results of analysis conducted, the result shows that the leaf
extract samples binahong used in this study contains ursolic acid with an average
grade of 0,0525 ± 0,0089% b / b.

Key words: leaf extract binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis), ursolic acid,
extraction, reversed phase HPLC

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.......................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN................................................................................. iv

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ...................................................................v

PENGANTAR............................................................................................................ vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA................................................................... viii

INTISARI................................................................................................................... ix

ABSTRACT.................................................................................................................. x

DAFTAR ISI............................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL...................................................................................................... xv

DAFTAR GAMBAR................................................................................................ xvi

DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................... xvii

BAB I. PENGANTAR

A. Latar Belakang..................................................................................... 1

B. Permasalahan............................................................................................ 2

C. Keaslian penelitian.................................................................................... 3

D. Manfaat penelitian..................................................................................... 3

xi
E. Tujuan Penelitian...................................................................................... 4

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA

A. Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis......................................... 5

B. Ekstraksi.................................................................................................... 5

C. Asam Ursolat............................................................................................ 6

D. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)

1. Definisi KCKT..........................................................................7

2. Kromatografi Partisi Fase Terbalik...........................................8

3. Detektor.....................................................................................9

4. Analisis Kualitatif dan Analisis Kuantitatif..............................9

E. Parameter Validasi Metode Analisis

1. Akurasi....................................................................................10

2. Presisi......................................................................................11

3. Spesifisitas/Selektivitas...........................................................11

4. Linearitas dan Rentang...........................................................12

5. Limit Of Detection (LOD) dan Limit Of Quantitative (LOQ).12

F. Landasan Teori.........................................................................................13

G. Hipotesis.................................................................................................. 14

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian............................................................... 15

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional.......................................... 15

xii
C. Bahan....................................................................................................... 16

D. Alat........................................................................................................... 16

E. Tata Cara Penelitian

1. Determinasi Tanaman........................................................................ 16

2. Preparasi Sampel

a. Pemilihan Sampel.............................................................17

b. Pengeringan Sampel..........................................................17

c. Ekstraksi Sampel...............................................................17

3. Pembuatan Fase Gerak....................................................................... 18

4. Pembuatan Larutan Baku Asam Ursolat

a. Pembuatan Larutan Induk Asam Ursolat.........................18

b. Pembuatan Larutan Intermediet Asam Ursolat................18

5. Pembuatan Kurva Baku..................................................................... 18

6. Analisis Validasi Metode KCKT

a. Akurasi.............................................................................19

b. Presisi...............................................................................19

c. Linearitas..........................................................................20

d. LOD dan LOQ..................................................................20

7. Pembuatan Larutan Sampel................................................................20

8. Penetapan recovery Sampel................................................................21

9. Penetapan Kadar Asam Ursolat..........................................................21

F. Analisis Hasil............................................................................................22

xiii
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pembuatan Fase Gerak............................................................................ 23

B. Pembuatan Kurva Baku Asam Ursolat................................................... 24

C. Determinasi Tanaman..............................................................................27

D. Preparasi Sampel......................................................................... ............27

E. Penentuan Recovery, Kesalahan Acak dan Kesalahan Sistemik..............29

F. Penetapan Kadar Asam Ursolat...............................................................31

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan.............................................................................................. 38

B. Saran........................................................................................................ 38

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 39

LAMPIRAN............................................................................................................... 42

BIOGRAFI PENULIS............................................................................................. 61

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel I. Data Recovery........................................................................................11

Tabel II. Data Kurva baku....................................................................................25

Tabel III. Nilai recovery asam ursolat.................................................................. 30

Tabel IV. Hasil penetapan kadar asam ursolat...................................................…36

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur Asam Ursolat.............................................................................7

Gambar 2. Instrumen KCKT.................................................................................... 8

Gambar 3. Interaksi Hidrogen Antara Asam Ursolat Dengan Metanol Dalam Fase

Gerak………......………….……………............................…...………24

Gambar 4. Kurva hubungan massa vs AUC kurva baku replikasi I….…...………26

Gambar 5. Kromatogram Baku...............................................................................32

Gambar 6. Kromatogram Sampel………………………………...........………….33

Gambar 7. Kromatogram Hasil Pemisahan Sampel recovery................................ 34

Gambar 8. Kromatogram hasil pemisahan sampel spiking……………………….35

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pembuatan larutan stok dan seri larutan baku asam ursolat.…...……42

Lampiran 2. Penetapan kurva baku……………………...……………….……….46

Lampiran 3. Perhitungan LOD dan LOQ………………………………...….……47

Lampiran 4. Penimbangan daun binahong………………………...………….…..48

Lampiran 5. Penimbangan rendemen ekstrak daun binahong……………...….….48

Lampiran 6. Perhitungan recovery, kesalahan acak, dan kesalahan sistemik....….49

Lampiran 7. Contoh perhitungan kadar asam ursolat berdasarkan parameter AUC

……………………....…………………………………………….....49

Lampiran 8. Kromatogram Sampel……………………….………………………52

Lampiran 9. Surat Determinasi Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis)....60

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini mulai banyak dikembangkan pembuatan sediaan obat dari bahan

alam dan telah banyak beredar di pasaran. Pengalihan cara pandang dari penggunaan

bahan kimia sintesis menjadi penggunaan bahan alam sebagai sumber pengobatan

tidak dipungkiri karena adanya efek samping yang ditimbulkan dengan penggunaan

obat dari zat-zat kimia, sehingga telah merubah cara pandang masyarakat untuk lebih

memilih obat yang berbahan dasar bahan alam dengan harapan untuk memperkecil

efek samping yang dapat ditimbulkan.

Tanaman binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) merupakan tanaman

dengan banyak kandungan zat yang memiliki khasiat antioksidan terutama pada

bagian daunnya. Tanaman binahong mengandung asam askorbat dan total fenol yang

cukup tinggi (Uchida et.al., 2003). Khasiat lain pada tanaman binahong adalah

sebagai antiinflamasi, antitumor, antikanker, antioksidan, antiinfasif, antiulcer,

hepatoprotektif, gastroprotektif, dsb. (Liao, 2005). Penelitian ini ingin mengetahui

kadar salah satu kandungan dalam tanaman binahong yaitu asam ursolat. Pada

penelitian sebelumnya, asam ursolat biasa dijumpai pada tanaman ceri hitam (Prunus

serotina Ehrh.), Eriobotrya japonica, Rosmarinus officinalis, dan Glechoma

hederaceae (Cha, 1996).

Menurut Wojciak (2007), asam oleanolat, asam ursolat, dan asam betulinat

dapat dijumpai pada Folium Salviae (Salvia oficinalis L.), Folium Plantaginis

1
2

lanceolatae (Plantago lanceolata L.), dan Flos Lamii albi (Lamium album L.).

Tanaman yang mengandung asam oleanolat dimungkinkan pula mengandung asam

ursolat. Hal ini dikarenakan asam oleanolat merupakan isomer dari asam ursolat,

yang berbeda posisi gugus metilnya pada atom karbon nomor 19 dan 20.

Asam ursolat adalah salah satu zat yang dapat menimbulkan aktivitas

antiinflamasi, antitumor, antikanker, antioksidan, antiinfasif, antiulcer,

hepatoprotektif, gastroprotektif (Liao,2005). Mengingat pentingnya manfaat asam

ursolat, maka dalam penelitian ini penulis mencoba menganalisa ada atau tidaknya

kandungan asam ursolat dalam tanaman binahong. Penelitian ini juga bertujuan untuk

menghitung kadar asam ursolat dalam ekstrak daun binahong dengan menggunakan

metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) fase terbalik yang telah memiliki

validitas yang baik, dimana nilai validitas yang baik dilihat dari nilai akurasi, presisi,

liniearitas, serta LOD dan LOQ yang memenuhi persyaratan. Alasan pemilihan

metode Kromatogafi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) fase terbalik adalah menilik bahwa

sampel yang digunakan adalah bahan alam murni tanpa dilakukan isolasi, sehingga

diperlukan suatu sistem kromatografi dengan sensitifitas pemisahan tinggi dan

persyaratan ini dapat diakomodasi oleh metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

(KCKT) fase terbalik.

B. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat disusun permasalahan sebagai

berikut :
3

1. Apakah terdapat kandungan asam ursolat dalam ekstrak daun tanaman

binahong?

2. Berapakah kandungan asam ursolat dalam ekstrak daun binahong yang

akan ditetapkan kadarnya menggunakan metode Kromatografi Cair

Kinerja Tinggi (KCKT) Fase Terbalik yang telah tervalidasi?

C. Keaslian Penelitian

Sejauh pengetahuan penulis, penelitian dengan menggunakan tanaman

binahong (sudah sering dilakukan di Indonesia, antara lain :

1. Formulasi Gel Antiluka Ekstrak Daun Binahong (Anredera baselloides

(Ten.) Steenis) dengan Basis Carbopol (Setyaningretry,2007).

2. Optimasi Formula Span 80 dan Tween 80 dalam cold cream Obat Luka

Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) steenis) dengan

Metode Simplex Lattice Design (Paramita, 2008).

Namun penelitian berkaitan dengan kandungan asam ursolat dalam ekstrak

daun binahong belum pernah dilakukan.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut :

1. Manfaat praktis. Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui kandungan

asam ursolat dalam ekstrak daun tanaman binahong.

2. Manfaat metodologis. Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan

prosedur penggunaan metode KCKT fase terbalik dalam penetapan kadar

asam ursolat dalam ekstrak daun tanaman binahong.


4

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang ada, maka penelitian ini

bertujuan untuk :

1. Mengetahui ada tidaknya kandungan asam ursolat dalam ekstrak daun

tanaman binahong.

2. Menetapkan kadar asam ursolat yang terkandung dalam ekstrak daun

tanaman binahong menggunakan metode Kromatografi Cair Kinerja

Tinggi (KCKT) Fase Terbalik yang telah tervalidasi.


BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Binahong

Tanaman binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) termasuk dalam

family Basellaceae. Tanaman binahong merupakan tumbuhan menjalar, berumur

panjang (perenial), dan bisa mencapai panjang 5 m. Batangnya lunak, berbentuk

silindris, saling membelit, dan berwarna merah. Daun dari tanaman ini bertangkai

sangat pendek (subsessile), susunannya berseling, berwarna hijau, dan berbentuk

jantung (cordata). Bunganya majemuk berbentuk tandan, bertangkai panjang, muncul

di ketiak daun. Akarnya berbentuk rimpang, berdaging lunak (Hidayati, 2009).

Tanaman binahong mempunyai beberapa kandungan kimia, seperti asam

oleanolat, asam ursolat, asam askorbat, fenol, minyak atsiri, ancordin, dsb.

(Lazuardhi, 2009).

B. Ekstraksi

Ekstraksi adalah penyarian zat berkhasiat atau zat aktif dari bagian tanaman

obat, hewan, dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut. Zat-zat aktif terdapat di

dalam sel, namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula kekebalannya,

sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu. Tujuan dari ekstraksi

bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang terdapat pada bahan alam.

Ekstraksi didasarkan pada prinsip perpindahan massa komponen zat ke dalam pelarut

(Dirjen POM, 1986).

5
6

Ekstraksi digesti merupakan ekstraksi maserasi dengan menggunakan

pemanasan lemah. Cara maserasi ini hanya dapat digunakan untuk simplisia yang zat

aktifnya tahan terhadap panas (Haryono, 1986).

Keuntungan ekstraksi digesti antara lain :

1. Kekentalan pelarut berkurang yang dapat mengakibatkan berkurangnya

lapisan batas.

2. Daya melarutkan cairan meningkat karena pemanasan.

3. Koefisien difusi berbanding lurus dengan suhu dan berbanding terbalik

dengan kekentalan sehingga peningkatan suhu berpengaruh pada kecepatan

difusi umumnya peningkatan kelarutan terjadi jika suhu juga ditingkatkan

(Haryono, 1986).

C. Asam Ursolat
Asam ursolat merupakan golongan senyawa triterpen pentasiklik (Wojciak

dan Kosior, 2007). Senyawa ini dapat ditemui pada tumbuhan apel, basil, bilberries,

cranbarries, dsb. Senyawa ini mempunyai berat molekul sebesar 456.70 g/mol

(Olszewska, 2008).

Asam ursolat dikenal mempunyai berbagai macam khasiat, seperti antiinvasif,

antiinflamasi, antiulcer, antiaterosklerosis, dan hepatoprotektif (Liao&Wei, 2005).

Selain itu, asam ursolat mempunyai khasiat sebagai anti tumor, anti-HIV,

antimikroba, antifungi, dan antihiperlipidemia (Wojciak dan Kosior, 2007).


7

CH3

CH3

O
CH3 CH3 H C
OH

H CH3

H O
H
H3C CH3

Gambar 1. Struktur asam ursolat

D. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)

1. Definisi Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)

Kromatografi cair kinerja tinggi adalah suatu sistem kromatografi yang fase

geraknya dialirkan dengan cepat dengan bantuan pompa dan hasilnya dideteksi

dengan detektor (Gritter dkk., 1985). Tujuan analisis dengan KCKT yaitu didapatkan

pemisahan yang baik dalam waktu yang relatif singkat (Mulja, 1995).

Kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) berdasarkan sistem peralatannya

termasuk kromatografi kolom karena dipakai fase diam yang ter”packing” di dalam

kolom, sedangkan berdasarkan proses pemisahannya KCKT digolongkan sebagai

kromatografi partisi dan kromatografi adsorbsi. Prinsip kromatografi partisi

didasarkan pada partisi linarut antara dua pelarut yang tidak bercampur yang ada pada

fase diam dan fase gerak. Fase diam (polar atau nonpolar) disalutkan pada penyangga

dan dikemas ke dalam kolom. Jika linarut ditambahkan ke dalam sistem yang terdiri

dari dua pelarut yang tidak bercampur dan keseluruhan sistem dibiarkan setimbang,

linarut akan tersebar antara dua fase menurut persamaan :


8

Cs
K
Cm

dengan K adalah koefisien distribusi, Cs dan Cm adalah konsentrasi linarut berturut-

turut dalam fase diam dan fase gerak (Johnson & Stevenson, 1978).

Gambar 2. Instrumen KCKT (Kazakevich and Mc.Nair, 1996).

2. Kromatografi Partisi Fase Terbalik

Prinsip kromatografi partisi didasarkan pada partisi linarut antara dua pelarut

yang tidak bercampur yang ada pada fase diam dan fase gerak. Fase diam (polar atau

nonpolar) disalutkan pada penyangga dan dikemas ke dalam kolom. Jika linarut

ditambahkan ke dalam sistem yang terdiri atas dua pelarut yang tidak bercampur dan

keseluruhan sistem dibiarkan setimbang (Johnson & Stevenson, 1978).

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan metode kromatografi partisi

fase terbalik adalah :


9

a. Kolom. Kolom yang digunakan pada jenis kromatografi ini ialah kemasan

fase terikat. Fase diam yang biasa digunakan pada kromatografi partisi fase

terbalik adalah oktadesilsilan (ODS).

b. Fase gerak. Fase gerak pada KCKT sangat berpengaruh pada tambatan sampel

dan pemisahan komponen dalam campuran. Pada fase terbalik, kandungan

utama fase geraknya adalah air (Munson, 1984).

3. Detektor

Detektor yang baik hendaknya memiliki kepekaan tinggi, rentang respon

liniernya lebar, tidak dipengaruhi suhu dan aliran, serta memberikan hasil dengan

keterulangan yang baik. Secara umum, detektor dibagi menjadi 2 kategori yaitu :

a. Bulk property detektor. Detektor jenis ini merupakan detektor yang mengukur

perubahan sifat fisik fase gerak dan solut.

b. Solute property detectors. Detektor ini merupakan detektor yang hanya

mengukur sifat fisik solut. Detektor tipe ini 1000 kali lebih sensitif dan

mampu mengukur solut sampai satuan nanogram atau lebih kecil lagi

(Munson, 1984).

4. Analisis Kualitatif dan Analisis Kuantitatif

Waktu tambat atau waktu retensi adalah selang waktu yang diperlukan oleh

solut mulai dari injeksi sampai keluar dari kolom dan sinyalnya ditangkap oleh

detektor dan dinyatakan sebagai tr (Mulja dan Suharman, 1995).


10

Resolusi (Rs) merupakan jarak antara dua puncak dibagi dengan rata-rata

lebar dasar puncak. Resolusi dikatakan baik apabila nilai RS ≥ 1.5 yang berarti

pemisahannya telah mencapai 99.7% (Sastrohamidjojo, 2002).

Analisis kualitatif dilakukan dengan cara membandingkan waktu retensi

senyawa murni dan waktu retensi senyawa yang dimaksud dalam sampel. Respon

yang diperoleh berupa peak atau luas area peak dapat digunakan untuk analisis

kuantitatif (Noegrohati, 1994).

E. Parameter Validasi Metode Analisis

Validasi metode analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter

tertentu berdasarkan percobaan laboratorium untuk membuktikan bahwa parameter

tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya (Harmita, 2004).

Beberapa parameter analisis yang harus dipertimbangkan dalam validasi

metode analisis antara lain:

1. Akurasi

Akurasi atau kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan

hasil analisis dengan kadar analit yang sebenarnya. Akurasi dinyatakan dengan persen

perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan (Harmita, 2004).

Kriteria % perolehan kembali yang diijinkan pada setiap konsentrasi analit pada

matriks dapat dilihat pada tabel di bawah ini:


11

Tabel I. Recovery (Harmita, 2004)

2. Presisi

Presisi adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji

individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata-rata jika prosedur

diterapkan secara berulang-ulang pada sampel-sampel yang diambil dari campuran

yang homogen. Presisi dinyatakan dalam koefisien variasi (KV). Suatu metode dapat

dikatakan baik apabila memiliki KV < 2% (Harmita, 2004).

3. Spesifisitas/Selektivitas

Spesifisitas atau selektivitas suatu metode adalah kemampuannya yang hanya

mengukur zat tertentu saja secara cermat dan seksama dengan adanya komponen lain

yang mungkin ada dalam matriks sampel. Spesifisitas dapat dinyatakan sebagai

derajat penyimpangan metode yang dilakukan terhadap sampel yang mengandung

bahan yang ditambahkan berupa cemaran, hasil urai, senyawa sejenis, senyawa asing
12

lainnya, dan dibandingkan dengan sampel yang tidak mengandung bahan lain yang

ditambahkan (Harmita, 2004).

4. Linearitas dan rentang

Linieritas merupakan kemampuan suatu metode (pada rentang tertentu) untuk

mendapatkan hasil uji yang secara langsung proposional dengan konsentrasi analit di

dalam sampel. Rentang adalah jarak antara level terbawah dan teratas dari metode

analisis yang telah dipakai untuk mendapatkan presisi, akurasi dan linieritas yang bisa

diterima (Anonim, 2007).

5. Limit Of Detection (LOD) dan Limit Of Quantitative (LOQ)

Limit Of Detection (LOD) adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat

dideteksi yang masih memberikan respon signifikan dibandingkan dengan blanko.

LOD merupakan parameter uji batas. Limit Of Quantitative (LOQ) merupakan

parameter pada analisis renik dan diartikan sebagai kuantitas terkecil analit dalam

sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama (Harmita, 2004).

LOD dan LOQ dapat dihitung dengan rumus:

a. Limit Of Detection
13

b. Limit Of Quantitative

dengan Sy/x adalah simpangan baku, dan Sl adalah slope atau nilai b pada

persamaan garis y = bx + a (Harmita, 2004).

F. Landasan Teori

Tanaman binahong diketahui memiliki beberapa kandungan kimia golongan

triterpenoid salah satunya adalah asam ursolat. Asam ursolat merupakan golongan

senyawa triterpen pentasiklik. Asam ursolat dikenal mempunyai berbagai macam

khasiat, seperti antiinvasif, antiinflamasi, antiulcer, antiaterosklerosis, dan

hepatoprotektif.

Metode KCKT fase terbalik mempunyai daya pisah yang tinggi yang bisa

memisahkan senyawa-senyawa yang terkandung dalam daun tanaman binahong.

Asam ursolat merupakan senyawa yang memiliki gugus polar sehingga pada metode

KCKT ini digunakan Metode KCKT fase terbalik.

Kondisi dan validitas pemisahan asam ursolat dari senyawa lain dalam ekstrak

daun tanaman binahong telah divalidkan dan dilakukan lewat penelitian Wardani

(2010).
14

G. Hipotesis

1. Terdapat kandungan asam ursolat dalam ekstrak daun tanaman binahong.

2. Kadar asam ursolat dalam ekstrak daun tanaman binahong dapat ditetapkan

menggunakan metode KCKT fase terbalik yang mempunyai validitas

metode yang baik.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif noneksperimental.

Rancangan penelitian bersifat deskriptif karena penelitian ini hanya mendeskripsikan

keadaan yang ada dan merupakan jenis penelitian noneksperimental karena tidak

dilakukan manipulasi terhadap subjek uji.

B. Variabel dan Definisi Operasional

1. Klasifikasi variabel

a. Variabel bebas. Ekstak daun binahong

b. Variabel tergantung. Kadar asam ursolat dalam ekstrak daun binahong.

c. Variabel pengacau terkendali. Variasi kadar baku asam ursolat dan kadar

sampel yang disebabkan adanya pengotor pada sistem KCKT.

2. Definisi operasional

a. Asam ursolat yang ditetapkan kadarnya adalah asam ursolat yang terkandung

dalam ekstrak daun binahong.

b. Ekstrak daun binahong didapatkan dari ekstraksi dengan menggunakan

metode refluks serta menggunakan pelarut metanol dan kloroform.

c. Sistem KCKT fase terbalik yang digunakan adalah seperangkat alat KCKT

dengan fase diam kolom reversed phase Kromasil 100-5 C18 250 x 4,6 mm

dan fase gerak campuran metanol dan ortophosphoric acid, dengan

perbandingan 90:10.

15
16

C. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ortophosphoric acid

(p.a. Merck), kloroform (p.a. Merck), metanol (p.a. Merck), aquabidest (PT.

Ikapharmindo Putramas), ekstrak daun binahong, dan standar asam ursolat (Sigma).

D. Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat KCKT yang

terdiri dari pompa merek Shimadzu LC-10 AD, detektor UV Vis merek Shimadzu

SPD 10 AV, CBM 101 merek Shimadzu, seperangkat komputer merek ACER, printer

merek Hewlett Packard Deskjet 670 C, injektor jenis katup suntik model 77251,

kolom C-18 merek Knauer 4,6 mm x 25 cm, syringe merek Hamilton Part, alat

degassing ultrasonik merek Retsch tipe T640, penyaring Whatmann anorganik dan

organik, membran filter merek Whatman, neraca analitik merek Scaltec SBC 22,

vakum merek Gast model DOA-P104-BN, Milipore ukuran pori 0,45 µm, pendingin,

labu alas bulat, penangas air, rotari evaporator, seperangkat alat gelas.

E. Tata Cara Penelitian

1. Determinasi Tanaman Binahong

Determinasi tanaman binahong dilakukan dengan membandingkan dengan

Flora of Java. Kemudian tanaman binahong dibuat herbariumnya dalam bentuk

kering meliputi akar, batang dan daun.


17

2. Preparasi Sampel

a. Pemilihan sampel

Sampel yang dipilih adalah daun tanaman binahong yang dikeringkan.

Sampel yang digunakan direplikasi sebanyak 3 kali dan dibuat triplo di setiap

replikasinya.

b. Pengeringan sampel.

Lebih kurang 100 gram daun segar tanaman binahong dibersihkan sampai

bersih dengan air mengalir. Daun segar tersebut kemudian dipotong-potong dan

dilakukan proses pengeringan dengan menggunakan oven pada suhu 60⁰C.

c. Ekstraksi sampel

Ditimbang sebanyak 5 gram daun binahong kering kemudian diekstraksi

selama 30 menit dengan pelarut kloroform sebanyak 30 ml (ekstraksi I). Ekstrak

yang didapatkan kemudian disaring dengan menggunakan kertas saring. Residu

ekstraksi I kemudian di ekstraksi kembali dengan campuran pelarut kloroform :

metanol (1:1 v/v) sebanyak 30 ml selama 30 menit (ekstraksi II). Ekstrak dari hasil

ekstraksi II kemudian disaring menggunakan kertas saring dan dicampur dengan

hasil ekstraksi I yang kemudian dilakukan evaporasi ekstrak sampai pelarut

teruapkan sempurna yang ditandai dengan tinggal tersisa rendemen kering pada

labu alas bulat pada suhu 70⁰C. Rendemen hasil evaporasi kemudian dilarutkan

dengan metanol sampai 25 ml.


18

3. Pembuatan Fase Gerak

Fase gerak yang digunakan dalam penelitian ini adalah campuran antara

metanol dengan ortophosphoric acid 1% dengan perbandingan 90:10 (v/v).

Ortofosforic acid 1% dibuat dengan melarutkan 0.58 ml ortophosphoric acid dalam

50.0 ml aquabidest. Campuran metanol : ortophosphoric acid 1% 90:10 (v/v) ini

kemudian disaring dengan penyaring Whatman anorganik dengan bantuan pompa

vakum dan kemudian di degassing dengan menggunakan ultrasonicator selama 15

menit.

4. Pembuatan Larutan Baku Asam Ursolat

a. Pembuatan larutan induk asam ursolat

Larutan induk asam ursolat dibuat dengan cara menimbang seksama sebanyak

0.01 gram baku asam ursolat, kemudian dilarutkan dalam campuran kloroform

metanol 1:4 (v/v) sampai 10 ml.

b. Pembuatan larutan intermediet asam ursolat

Larutan intermediet asam ursolat dibuat dengan cara mengambil 1.0 ml

larutan baku asam ursolat, kemudian ditambahkan dengan pelarut campuran

kloroform metanol 1:4 (v/v) sampai 10 ml. Asam ursolat dengan konsentrasi 94.4

µg/ml ini kemudian disaring dengan millipore dan di degassing dengan

menggunakan ultrasonicator selama 15 menit.

5. Pembuatan Kurva Baku

Larutan intermediet asam ursolat yang dibuat dengan konsentrasi 94.4 µg/ml

dimasukkan ke dalam tray dan dibuat seri volume injek dengan volume 2.0; 4.0; 6.0;
19

8.0; dan 10.0 µl, kemudian disuntik dengan kecepatan alir fase gerak yang optimum

dan dideteksi pada panjang gelombang maksimum asam ursolat. Area Under Curve

(AUC) dapat dilihat dari kromatogram pada waktu retensi yang sesuai dengan waktu

retensi asam ursolat. Dibuat kurva regresi linier yang menyatakan hubungan antara

kadar asam ursolat vs AUC, kemudian ditentukan nilai koefisien korelasinya.

6. Analisis Validitas Metode KCKT

Parameter-parameter yang digunakan sebagai pedoman kesahihan suatu

metode analisis antara lain :

a. Akurasi

Akurasi metode analisis dinyatakan dalam persen (%) perolehan kembali

recovery yang dihitung dengan cara sebagai berikut

Rumus Recovery = x 100%

(Mulja dan Hanwar, 2003).

Metode analisis dikatakan memiliki nilai akurasi yang baik apabila nilai

recovery larutan baku asam ursolat berada pada rentang 98%-102% (Harmita,

2004)

b. Presisi

Presisi metode analisis dinilai berdasarkan koefisien variasi yang dihitung

dengan cara sebagai berikut

KV = x 100%

(Harmita, 2004).
20

Metode analisis dikatakan baik jika nilai KV < 2% (Harmita, 2004).

c. Linearitas

Linearitas dilihat dari harga r (koefisien korelasi) hasil pengukuran seri larutan

baku asam ursolat. Suatu metode analisis dikatakan memiliki linearitas yang

baik jika nilai r > 0.99 atau r2 > 0.997 (Chan dkk., 2004). Rentang ditentukan

dari kadar asam ursolat yang digunakan dalam analisis, mulai dari kadar

terkecil hingga paling tinggi.

d. Limit of Detection (LOD) dan Limit of Quantitative (LOQ)

LOD dan LOQ dapat dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut.

Limit Of Detection

(Harmita, 2004).

Limit Of Quantitative

(Harmita, 2004).

7. Pembuatan larutan sampel

Rendemen hasil evaporasi yang dilarutkan dengan metanol sampai 25 ml,

kemudian diambil sebanyak 1 ml dan dilarutkan dengan campuran klorform : metanol

1:4 (v/v) sampai volume 10 ml. Larutan sampel tersebut kemudian disaring dengan

menggunakan millipore dan di degassing dengan menggunakan ultrasinicator selama


21

15 menit dan dimasukkan ke dalam tray dan di injeksikan pada sistem KCKT dengan

volume injeksi 50 µl. Replikasi dilakukan sebanyak 3 kali dan dilakukan triplo untuk

setiap replikasi.

8. Penetapan Recovery Sampel

Satu mililiter larutan intermediet asam ursolat yang dibuat dengan konsentrasi

94.4 µg/ml ditambahkan dengan sampel ekstrak daun binahong sampai volume 10

ml, kemudian disaring dengan millipore dan di degassing dengan ultrasonicator

selama 15 menit dimasukkan ke dalam tray dan dibuat seri volume injek dengan

volume 2,0; 6,0; dan 10,0 µl, kemudian disuntik dengan 3 kali replikasi dengan

kecepatan alir fase gerak yang optimum dan dideteksi pada panjang gelombang

maksimum asam ursolat. Replikasi dilakukan sebanyak tiga kali sehingga diperoleh 9

data. Dari kromatogram dilihat AUC pada waktu retensi sesuai dengan dengan waktu

retensi asam oleanolat. Kadar asam ursolat dihitung dengan memasukkan harga AUC

ke persamaan kurva baku yang diperoleh.

9. Penetapan kadar asam ursolat

Larutan sampel diinjeksikan pada sistem KCKT dengan fase diam Kromasil

100-5 C18 250 x 4.6 mm, fase gerak campuran metanol dan ortophosphoric acid

dengan perbandingan 90:10 (v/v), serta kecepatan alir 0.6 ml/menit. Injeksikan 50 µl

dengan detector yang diatur pada panjang gelombang 210 nm (Olszewska, 2008).

Nilai AUC sampel yang dimasukkan ke dalam masing-masing persamaan kurva baku

asam ursolat akan didapatkan kadar asam ursolat dalam sampel. Injeksi sampel
22

dilakukan sebanyak 3 kali dan dilakukan triplo pada masing-masing pengulangan

untuk menghitung recovery dengan rumus :

Rumus Recovery = x 100%

(Mulja dan Hanwar, 2003).

F. Analisis Hasil

Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif

dengan penetapan kadar asam ursolat berdasarkan analisis data AUC sampel serta

kurva baku asam ursolat. Penelitian ini menggunakan jenis statistika deskriptif dan uji

statistika yang dipakai adalah regresi linier karena penelitian ini termasuk dalam jenis

penelitian deskriptif noneksperimental.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pembuatan Fase Gerak

Fase gerak yang digunakan dalam sistem KCKT ini adalah campuran

metanol dengan orthophosporic acid 1% dengan perbandingan 90:10 (v/v).

Orthophosporic 1% dibuat dengan cara melarutkan sebanyak 0.58 ml orthophosporic

85% kemudian diencerkan dengan aquabidest sampai volume 50.0 ml. Fase gerak

sebelum diaplikasikan pada sistem KCKT terlebih dahulu disaring dengan

menggunakan membran fiter merek Whatman dengan bantuan pompa vakum, hal ini

bertujuan untuk menghilangkan pengotor dan partikel-partikel sebelum masuk ke

sistem KCKT, setelah disaring fase gerak di degassing selama 15 menit. Proses ini

bertujuan untuk menghilangkan gelembung. Karena seperti dikatahui adanya

gelembung dapat mengganggu kinerja sistem KCKT yaitu dapat menyumbat kolom.

Fase gerak campuran metanol dan orthophosporic ini memiliki kepolaran

yang tinggi, digunakan fase gerak yang bersifat polar dikarenakan analit asam ursolat

yang mempunyai gugus polar, sehingga nantinya asam ursolat akan mengalami

resolusi yang maksimal dengan pemilihan fase gerak yang tepat. Penggunaan fase

gerak yang bersifat polar ini ikut menentukan dalam sistem KCKT yang digunakan,

kondisi ini merupakan jenis sistem KCKT fase terbalik karena fase gerak lebih polar

dibandingkan dengan fase diamnya.

23
24

Gugus polar yang ada dalam asam ursolat akan berinteraksi dengan fase

gerak melalui ikatan hidrogen. Semakin banyak gugus polar yang dimiliki oleh suatu

senyawa, maka akan semakin banyak ikatan hidrogen yang terbentuk sehingga

afinitas antara fase gerak dengan gugus polar suatu senyawa semakin besar dan akan

semakin cepat terelusi karena konsentrasi linarut dalam fase gerak lebih besar.

CH3

CH3 OCH3

O
CH3 CH3 H C

CH3 O H O CH3

H CH3
H O O H H

H O CH3
H
CH3 CH3
H

OCH3

Gambar 3. Interaksi Hidrogen Antara Asam Ursolat Dengan Metanol Dalam Fase
Gerak

B. Pembuatan Kurva Baku Asam Ursolat

Pembuatan kurva baku bertujuan untuk memperoleh persaman regresi linier

yang selanjutnya digunakan untuk menghitung kadar asam ursolat dalam sampel

ekstrak daun binahong. Linieritas suatu kurva baku menunjukkan bahwa kenaikan
25

respon yang terjadi dikarenakan deteksi instrumen sebanding dengan kenaikan

konsentrasi baku yang digunakan. Parameter linieritas suatu kurva ditentukan dengan

nilai koefisien korelasi (r) lebih besar dari 0,999 (Snyder et al., 1997).

Lima variasi konsentrasi injeksi dibuat untuk menentukan persamaan kurva

baku yakni 2.0; 4.0; 6.0; 8.0; dan 10.0 µl baku asam ursolat yang kemudian

diinjeksikan ke sistem instrumen KCKT dan dibaca oleh detektor pada panjang

gelombang overlapping asam ursolat yaitu 210 nm. Dilakukan tiga kali replikasi

untuk setiap seri konsentrasi dengan tujuan untuk mencari nilai koefisien korelasi (r)

yang terbaik yakni lebih besar dari 0.999.

Persamaan regresi linier yang didapatkan merupakan hubungan antara massa

asam ursolat vs AUC. Hasil dari penetapan kurva baku dapat dilihat pada tabel

dibawah ini

Tabel II. Data kurva baku

Replikasi I Replikasi II Replikasi III


Volume
Massa Massa Massa
Injek
Baku AUC Baku AUC Baku AUC
(µl)
(µg) (µg) (µg)
2 0.1888 124308 0.1998 129600 0.1930 124712
4 0.3776 250582 0.3996 265904 0.3860 253685
6 0.5664 378897 0.5994 396144 0.5790 382119
8 0.7552 506832 0.7992 531983 0.7720 510732
10 0.9440 635246 0.9990 664154 0.9650 637376
A = -4264.8 A = -2999.1 A = -2987.7
B = 676973.5169 B = 668261.7618 B = 664443.0052
r = 0.999995 r = 0.999979 r = 0.999994
Persamaan
y = 676973.5169x - y = 668261.7618x - y = 664443.0052x -
Kurva
4264.8 2999.1 2987.7
Baku
26

Dari data diatas dapat dilihat semua kurva baku memiliki nilai r > 0.999.

Persamaan seperti ini menunjukkan nilai linearitas yang baik. Persamaan kurva baku

dengan nilai koefisien korelasi terbesar digunakan untuk menetapkan kadar asam

ursolat dalam sampel ekstrak daun binahong. Persamaan kurva baku yang digunakan

untuk perhitungan kadar adalah persamaan replikasi I dengan nilai koefisien korelasi

sebesar 0.999995.

Asam ursolat ditetapkan kadarnya dengan menggunakan persamaan kurva

baku replikasi I dan hubungan antara massa asam ursolat vs AUC dapat dilihat pada

gambar berikut.

700000

600000

500000

400000

300000
AUC

200000

100000

0
1 2 3 4 5

Gambar 4. Kurva hubungan massa vs AUC kurva baku replikasi I


27

C. Determinasi Tanaman

Tanaman binahong telah dideterminasi oleh Laboratorium Kebun Obat

Fakultas Farmasi Sanata Dharma. Determinasi dilakukan dengan mengacu pada buku

Flora of java. Tanaman binahong termasuk dalam family Basellaceae.

D. Preparasi Sampel

Penyiapan sampel dimulai dari pemilihan daun segar binahong (yang

kemudian dipotong-potong dan dikeringkan dalam oven pada suhu 60ºC.

Pengeringan daun binahong merupakan proses penting yang bertujuan untuk menjaga

stabilitas daun binahong dari pertumbuhan mikroba. Resiko pertumbuhan mikroba

pada daun kering jauh lebih kecil daripada daun segar, hal ini dikarenakan kandungan

air yang cukup tinggi pada daun segar. Proses pengeringan juga berujuan untuk

membuat matinya sel pada daun, dengan penghilangan kadar air dalam daun yang

merupakan kebutuhan bagi kehidupan sel daun maka akan menyebabkan matinya sel

daun. Matinya sel daun akan menyebabkan membran sel yang merupakan bagian

daun yang mengatur keluar masuknya zat dari dan menuju sel akan rusak sehingga

kandungan zat yang terdapat dalam sel akan lebih mudah diambil sehingga akan

didapatkan kadar asam ursolat yang lebih banyak.

Zat yang boleh diinjeksikan dalam sistem KCKT adalah cair oleh karena itu

daun kering masih harus diproses lebih lanjut yaitu dengan proses ekstraksi. Ekstraksi

untuk daun binahong menggunakan digesti. Digesti merupakan salah satu cara

ekstraksi yang dalam prosesnya dilakukan dengan langkah-lanhkah sebagai berikut,

bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan penyari dalam labu alas bulat
28

yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak, lalu dipanaskan sampai mendidih.

Cairan penyari akan menguap, uap tersebut akan diembunkan dengan pendingin tegak

dan akan kembali menyari zat aktif dalam simplisia tersebut. Ekstraksi dilakukan

dengan menggunakan daun kering sebanyak 5 gram.

Ekstraksi asam ursolat pada daun binahong menggunakan sistem dua kali

ekstraksi. Ekstraksi pertama menggunakan pelarut kloroform sebanyak 30 ml selama

30 menit pada suhu 70ºC. Residu dari ekstraksi pertama kemudian diekstraksi

kembali dengan menggunakan pelarut campuran antara metanol dan kloroform

sebanyak 30 ml dengan perbandingan 1:1 (v/v) selama 30 menit pada suhu 70ºC.

Proses ekstraksi pada penelitian ini menggunakan dua pelarut dikarenakan asam

ursolat memiliki gugus polar dan gugus nonpolar sehingga dilakukan ekstraksi

dengan dua pelarut yang bersifat polar dan nonpolar yaitu metanol sebagai pelarut

polar dan kloroform sebagai pelarut nonpolarnya. Hasil ekstraksi pertama dan kedua

dicampur untuk kemudian di evaporasi menggunakan rotari evaporator. Metode dua

kali ekstraksi juga digunakan dalam proses ini yang bertujuan untuk meningkatkan

efektifitas ekstraksi sehingga diharapkan seluruh kandungan asam ursolat pada daun

binahong dapat tertarik pada pelarut.

Evaporasi dilakukan dengan tujuan untuk mengeringkan ekstrak daun

binahong. Sistem ini bekerja dengan prinsip menarik pelarut sehingga didapatkan

rendemen. Rendemen ini kemudian dilarutkan dengan pelarut metanol sampai

mencapai volume 25 ml. Penetapan kadar asam ursolat pada ekstrak daun binahong

dilakukan dengan replikasi sebanyak tiga kali, yaitu dengan mengambil 1 ml ekstrak
29

daun binahong sebanyak tiga kali kemudian dilarutkan dengan metanol sampai

volume 10 ml.

Untuk mendapatkan larutan yang jernih, maka dibutuhkan penyaringan

larutan sampel dengan menggunakan millipore, fungsi millipore sebagai membran

filter adalah untuk menghilangkan semua partikel yang tak larut dalam fase gerak.

Semakin kecil ukuran pori membran filter maka filtrat yang dihasilkan akan semakin

jernih. Pada penelitian digunakan millipore dengan ukuran pori 0,45 µm, oleh sebab

itu maka yang akan dihilangkan adalah partikel yang berukuran > 0,45 µm. Partikel

harus dihilangkan sebelum injeksi sebab partikel akan menyumbat inlet kolom,

sehingga akan merusak kolom yang pada akhirnya akan mengurangi umur normal

kolom (Snyder et al., 1997). Filtrat yang didapatkan selanjutnya didegassing selama

15 menit untuk menghilangkan gelembung yang terdapat dalam larutan, karena

adanya gelembung dikhawatirkan dapat menyumbat kolom instrumen KCKT.

E. Penentuan Recovery, Kesalahan Acak, dan Kesalahan Sistemik

Penentuan nilai recovery dilakukan untuk melihat tingkat akurasi metode

yang digunakan dan memeriksa apakah metode yang digunakan dapat menetapkan

kadar hingga mendekati nilai yang sebenarnya.

Nilai recovery pada baku asam ursolat adalah sebagai berikut.


30

Tabel III. Nilai recovery asam ursolat

Kadar
Volume Kadar terukur Recovery
teoritis AUC Hasil
injeksi (µg/µl) (%)
(µg/µl)
132084 0.1007 106.673
̅ = 104.413%
133101 0.1014 107.944
2 µl 0.094 SD = 5.055
121793 0.0931 98.622 CV = 4.84%
395495 0.0984 104.237
̅ = 105.931%
400792 0.0997 105.614
6 µl 0.094 SD = 1.873
409706 0.1019 107.944 CV = 1.768%
691068 0.1027 108.792
̅ = 107.242%
673256 0.1000 105.932
10 µl 0.094 SD = 1.444
692868 0.1029 109.004 CV = 1.346%
(Wardani, 2010).

Nilai recovery metode KCKT untuk asam ursolat adalah 104.413% untuk

volume injeksi 2 µl; 105.931% untuk volume injeksi 6 µl; dan 107.242% untuk

volume injeksi 10 µl. Nilai recovery pada baku asam ursolat masuk dalam rentang

yang diijinkan sehingga dapat dinyatakan metode KCKT fase terbalik ini memiliki

akurasi yang baik untuk menetapkan kadar asam ursolat dalam ekstrak daun binahong

berdasarkan parameter respon AUC.

Untuk mengukur tingkat kesalahan yang terjadi dalam penetapan kadar

hidrokortison asetat dan kloramfenikol, maka ditentukan pula nilai kesalahan sistemik

yang merupakan parameter kesalahan yang disebabkan oleh faktor instrumen dan

metode yang digunakan. Kesalahan sistemik metode KCKT fase terbalik ini baik

yaitu memiliki nilai 4.84% pada volume injeksi 2 µl ; 1.768% pada volume injeksi 6
31

µl dan 1.346% pada volume injeksi 10 µl dimana nilai tersebut dibawah batas nilai

yang dipersyaratkan.

F. Penetapan Kadar Asam Ursolat

Penetapan kadar asam ursolat dalam ekstrak daun binahong dilakukan dalam

kondisi sama seperti validasi metode penetapan kadar asam ursolat dengan metode

KCKT fase terbalik. Asam ursolat merupakan analit dari ekstrak daun binahong

yang akan ditentukan kadarnya, dimana dalam ekstrak daun binahong terdapat pula

senyawa-senyawa lain yang dapat mengganggu penetapan kadar asam ursolat. Oleh

karena itu metode KCKT fase terbalik yang akan digunakan untuk menetapkan kadar

asam ursolat harus bisa memisahkan asam ursolat dari senyawa-senyawa lain yang

ada di dalam ekstrak daun binahong .

Uji kualitatif menunjukkan adanya puncak yang memiliki waktu retensi yang

sama dengan puncak pada kromatogram baku asam ursolat. Waktu retensi asam

ursolat pada kromatogram baku menunjukkan puncak pada 23,127menit sedangkan

pada sampel ekstrak daun binahong juga muncul puncak pada 23.889 menit. Waktu

retensi yang berdekatan antara baku asam ursolat dan sampel secara kualitatif

menunjukkan adanya senyawa asam ursolat pada sampel ekstrak daun binahong.

Hasil dari uji kualitatif yang menunjukkan waktu retensi asam ursolat disekitar menit

ke-23 maka proses analisis dengan metode KCKT fase terbalik ini berlangsung dalam

waktu 60 menit untuk setiap penginjeksian. Kromatogram hasil uji kualitatif

ditunjukkan pada gambar di bawah ini.


32

Gambar 5. Kromatogram baku


33

Gambar 6. Kromatogram sampel

Keberhasilan pemisahan ditunjukkan dengan nilai resolusi dimana nilai

resolusi dihitung dengan persamaan sebagai berikut.

( )
Rs =
( )

(Noegrohati, 1994).

Dari hasil yang nampak pada kromatogram diperoleh nilai resolusi sebesar

2.1. nilai ini menunjukkan nilai resolusi yang baik, karena batas nilai resolusi yang
34

baik adalah lebih dari 1.5 (Noegrohati, 1994). Dengan didapatkan nilai resolusi

yangbaik maka dapat dikatakan bahwa telah terjadi pemisahan senyawa dengan baik.

Metode spiking digunakan untuk lebih menguatkan uji kualitatif adanya asam

ursolat pada ekstrak daun binahong. Dari hasil kromatogram sampel dengan volume

injek 10 µl pada menit ke 23,509 menunjukkan AUC sebesar 132058,sedangkan dari

sampel yang di-spiking dengan baku asam ursolat pada menit ke 23,438 menunjukkan

nilai AUC sebesar 734811. Peningkatan nilai AUC tersebut secara kualitatif

menunjukkan adanya senyawa asam ursolat dalam ekstrak daun binahong. Hasil

kromatogram uji kualitatif dengan metode spiking ditunjukkan pada gambar berikut.

Gambar 7. Kromatogram hasil pemisahan sampel recovery


35

Gambar 8. Kromatogram hasil pemisahan sampel spiking

Berdasarkan hasil validasi metode Wardani (2010), metode KCKT fase

terbalik dengan menggunakan fase diam berupa Kromasil 100-5 C 250 x 4,6 mm
18

dan fase gerak berupa campuran metanol dan orthophosporic acid dengan

perbandingan 90:10 (v/v), serta flowrate 0.6 ml/menit, mampu memisahkan asam

ursolat dari senyawa-senyawa lain yang terkandung dalam sampel ekstrak daun

binahong.
36

Penetapan kadar asam ursolat dalam sampel ekstrak daun binahong dilakukan

sebanyak tiga kali replikasi yaitu diwakili oleh tiga kali penyiapan sampel dan setiap

replikasi dilakukan triplo. Perhitungan kadar asam ursolat dalam sampel ekstrak daun

binahong dilakukan dengan menggunakan interpolasi AUC yang dihasilkan sebagai

respon detektor terhadap senyawa hasil pemisahan dari kolom. Parameter AUC

digunakan karena telah memenuhi kriteria akurasi. Berdasarkan hasil perhitungan,

maka diperoleh kadar asam ursolat sebagai berikut.

Tabel IV. Hasil penetapan kadar asam ursolat

AUC Kadar asam Kadar asam Rata-rata kadar


ursolat ursolat asam ursolat
(µg/µl) (%b/b) (%b/b)
Replikasi I
1 425302 0.0126 0.0630 0.0493 ± 0.0122
2 263714 0.0079 0.0395
3 305702 0.0091 0.0455
Replikasi II
1 581488 0.0173 0.0865 0.0627 ± 0.0232
2 268284 0.0080 0.0400
3 413558 0.0123 0.0615
Replikasi III
1 253056 0.0076 0.0380 0.0456 ± 0.0100
2 282074 0.0084 0.0420
3 382542 0.0114 0.0570
Kadar rata-rata asam ursolat 0.0525 ± 0.0089

Data penetapan kadar asam ursolat dalam 5 gram sampel daun kering

binahong menunjukkan nilai replikasi I : 0.0493 ± 0.0122 %b/b; replikasi II : 0.0627

± 0.0232 %b/b; dan replikasi III : 0.0456 ± 0.0100 %b/b. Dari ketiga replikasi

tersebut menunjukkan kadar dengan rentang yang berdekatan, hal ini menunjukkan
37

tidak adanya perbedaan yang cukup berarti untuk setiap replikasi. Rata-rata kadar

asam ursolat dari ketiga replikasi adalah 0.0525 ± 0.0089 %b/b. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa dalam sejumlah 5 gram daun kering terdapat kandungan

asam ursolat sebesar 0.0525 ± 0.0089 %b/b.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Ekstrak daun tanaman binahong terbukti memiliki kandungan asam ursolat.

2. Kandungan asam ursolat dalam ekstrak daun binahong adalah 0.0525 ±

0.0089 %b/b.

B. SARAN

1. Perlu dilakukan penetapan kadar asam ursolat dalam ekstrak daun binahong

dengan sampel yang lebih luas.

2. Perlu dilakukan penetapan kadar asam ursolat dalam ekstrak daun binahong

yang telah terstandarisasi.

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai aplikasi daun binahong

dalam formulasi suatu sediaan farmasi tertentu dengan khasiat antiinflamasi,

misalnya aplikasi dalam sediaan krim.

38
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2007, The United States Pharmecopeia 30th The National Formulary 25th,
Unites States Pharmacopeal Convention, inc., New York.
Cha, Hee-Jae, Soo-Kyung Bae, Ho-Young Lee, Anti-Invasive Activity of Ursolic Acid
Correlates with the Reduced Expression of Matrix Metalloproteinase-9 (MMP-
9) in HT1080 Human Fibrosarcoma Cells1,
http://cancerres.aacrjournals.org/cgi/reprint/56/10/2281.pdf, diakses tanggal 28
April 2010

Dirjen POM, 1986, Sediaan Galenik, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,


Jakarta.
Gritter, R.J., Robbit, J.M., and Schwarting, A.E., 1985, Introduction to
Chromatography, 12, 197, 206, 209, 213, 219, 227, diterjemahkan oleh
Kosasih Padmawinata, Edisi III, ITB, Bandung.
Harmita, 2004, Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya, 5-
7, 8, Departemen Farmasi FMIPA UI, Depok, Jakarta.
Haryono, Djoko, 1986, Sediaan Galenik, 12, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Hidayati, Isnaini Wahyu, 2009, Uji Aktifitas Salep Ekstrak Daun Binahong (Anredera
cordifolia (Ten.) Steenis) sebagai Penyembuh Luka Bakar Pada Kulit
Punggung Kelinci, Skripsi, Universitas Muhammadiyah Surakarta Press,
Surakarta
Johnson, E.L., Robert Stevenson, 1991, Basic Liquid Chromatography,
diterjemahkan oleh Padmawinata, 1-27, 90-117, Institut Teknologi bandung,
Bandung.
Kazakevich, Y. and Mc.Nair, H., 1996, Basic Liquid Chromatography, Textbook on
HPLC, http://hplc.chem.shu.edu/NEW/HPLC_Book/, diakses pada tanggal 3
Mei 2010.
Lazuardhi, 2009, Binahong, http://www.lazuardhi.blogspot/binahong, diakses pada
tanggal 28 April 2010
Liao, Qiongfeng, Wei Yang, Ying Jia, et al., 2005, LC-MS Determination and
Pharmacokinetic Studies of Ursolic Acid in Rat Plasma after Administration of
The Traditional Chinese Medicinal Preparation Lu-Ying Extract,
http://yakushi.pharm.or.jp/FULL_TEXT/125_6/pdf/509.pdf, diakses tanggal 28
April 2010

39
40

Mulja, M., dan Hanwar, D., 2003, Prinsip-prinsip Cara Berlaboratorium Yang Baik,
71-76, Majalah Farmasi Airlangga, Surabaya.
Mulja, M., dan Suharman, 1995, Analisis Instrumental, 6-7, 10-11, 26-27, 31-37, 40,
Airlangga University Press, Surabaya.
Munson, J.W., 1991, Analisis Farmasi Metode Modern, 17, 23, 32-33, 44-48,
diterjemahkan oleh Harjana, Airlangga University Press, Surabaya.
Mus, 2008, Informasi Spesies Binahong Anredera cordifolia (Ten.) Steenis.
http://www.plantamor.com/spcdtail.php?recid=1387, Diakses pada tanggal 19
Februari 2010
Noegrohati, S., 1994, Pengantar Kromatografi, 3-16, 31-33, Laboratorium Analisis
Kimia dan Fisika Pusat UGM, Yogyakarta.
Olszewska, M., 2008, Optimization and Validation of an HPLC-UV Method for
Analysis of Corosolic, Oleanolic, and Ursolic Acids in Plant
Material:Application to Prunus serotina Ehrh., Acta Chromatographica,
Department of Pharmacognosy, Faculty of Pharmacy, Medical University of
Lodz, Poland
Paramita, 2008, Optimasi Formula Span 80 dan Tween 80 dalam cold cream Obat
Luka Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) steenis) dengan
Metode Simplex Lattice Design, Skripsi, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta
Sastrohamidjojo, H., 2002, Kromatografi, edisi kedua, 71, Liberty Yogyakarta,
Yogyakarta.
Skoog, D.A., 1985, Principles of Instrumental Analysis, 3rd ed, 160, 182, CBS
College Publishing, Japan.
Snyder, L.R., Kirkland, J.J., and Glajch, J.L., 1997, Practical HPLC Method
Development, 2nd Edition, 27-29, , 40-42, 61-66, , 206-211, 430, 687-691,
695, John Wiley and Sons, Inc., New York.
Setyaningretry, 2007, Formulasi Gel Antiluka Ekstrak Daun Binahong (Anredera
baselloides (Ten.) Steenis) dengan Basis Carbopol, Skripsi, Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta.
Uchida, S, 2003, Production of a digital map of the hazardous conditions of soil
erosion for the sloping lands of West Java, Indonesia using geographic
information systems (GIS), JIRCAS, Indonesia.
Wardani, 2010, Validasi Metode Penetapan Kadar Asam Ursolat dalam Ekstrak
Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) dengan Metode
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, Skripsi, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
41

Wojciak, M. dan Kosior, 2007, Application of High Performance Thin-layer


Chromatography to Separation of Oleanolic, Ursolic, and Betulinic Acids,
http://www.jpccr.eu/archive_pdf/2007_vol_1_nr_2/Wojciak_Kosior.pdf,
diakses tanggal 28 April 2010
Yuwono, M. and Indrayanto, G., 2005, Validation of Chromatographic Methods of
Analysis, Profile of Drugs Substances, Excipients, and Related Methodology,
Volume 32, Elsevier Inc.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Pembuatan larutan stok dan seri larutan baku asam ursolat

Pembuatan larutan stok asam ursolat

 Ditimbang sebanyak 0,01 g baku asam ursolat, kemudian di-add dengan campuran

kloroform-metanol 1:4 (v/v) hingga volumenya tepat 10 ml.

Tabel VIII. Penimbangan Baku Asam Ursolat 90%


Replikasi I Replikasi II Replikasi III
Berat alumunium foil 0.15631 0.13370 0.14145
Berat alumunium foil + zat 0.16647 0.14392 0.15154
Berat alumunium foil + sisa 0.15703 0.13393 0.14189
Berat zat 0.00944 0.00999 0.00965

Replikasi I

0,00944 gram
C baku =
10ml

= 0.000944 g/ml

= 944 µg/ml

C intermediet → 1 ml larutan baku di-add 10 ml

= 944 µg/ml x

= 94.4 µg/ml

Cara perhitungan konversi volume injek menjadi massa :

Injek 2µl = 94.4 µg/ml x 2.10-3 ml

= 0.1888 µg

42
43

Injek 4µl = 94.4 µg/ml x 4.10-3 ml

= 0.3776 µg

Injek 6µl = 94.4 µg/ml x 6.10-3 ml

= 0.5664 µg

Injek 8µl = 94.4 µg/ml x 8.10-3 ml

= 0.7552 µg

Injek 10µl = 94.4 µg/ml x 10-2 ml

= 0.9440 µg

Replikasi II

0,00999 gram
C baku =
10ml

= 0.000999 g/ml

= 999 µg/ml

C intermediet → 1 ml larutan baku di-add 10 ml

= 999µg/ml x

= 99.9 µg/ml

Cara perhitungan konversi volume injek menjadi massa :

Injek 2µl = 99.9 µg/ml x 2.10-3 ml

= 0.1998 µg

Injek 4µl = 99.9 µg/ml x 4.10-3 ml

= 0.3996 µg

Injek 6µl = 99.9 µg/ml x 6.10-3 ml


44

= 0.5994 µg

Injek 8µl = 99.9 µg/ml x 8.10-3 ml

= 0.7992 µg

Injek 10µl = 99.9 µg/ml x 10-2 ml

= 0.9990 µg

Replikasi III

0,00965 gram
C baku =
10ml

= 0.000965 g/ml

= 965 µg/ml

C intermediet → 1 ml larutan baku di-add 10 ml

= 965 µg/ml x

= 96.5 µg/ml

Cara perhitungan konversi volume injek menjadi massa :

Injek 2µl = 96.5 µg/ml x 2.10-3 ml

= 0.1930 µg

Injek 4µl = 96.5 µg/ml x 4.10-3 ml

= 0.3860 µg

Injek 6µl = 96.5 µg/ml x 6.10-3 ml

= 0.5790 µg

Injek 8µl = 96.5 µg/ml x 8.10-3 ml


45

= 0.7720 µg

Injek 10µl = 96.5 µg/ml x 10-2 ml

= 0.9650 µg
46

Lampiran 2. Penetapan kurva baku

Data penetapan kurva baku


Replikasi I Replikasi II Replikasi III
Volume
Massa Massa Massa
Injek
Baku AUC Baku AUC Baku AUC
(µl)
(µg) (µg) (µg)
2 0.1888 124308 0.1998 129600 0.1930 124712
4 0.3776 250582 0.3996 265904 0.3860 253685
6 0.5664 378897 0.5994 396144 0.5790 382119
8 0.7552 506832 0.7992 531983 0.7720 510732
10 0.9440 635246 0.9990 664154 0.9650 637376
A = -4264.8 A = -2999.1 A = -2987.7
B = 676973.5169 B = 668261.7618 B = 664443.0052
r = 0.999995 r = 0.999979 r = 0.999994
Persamaan
y = 676973.5169x - y = 668261.7618x - y = 664443.0052x -
Kurva
4264.8 2999.1 2987.7
Baku
Keterangan : A = intercept

B = slope

r = corr coeff

y = Bx + A
47

Lampiran 3. Perhitungan LOD dan LOQ

Hasil perhitungan LOD dan LOQ


2
Massa (µg) y y’ (y’-y)
0.1888 124308 123547.8 577904.04
0.3776 250582 251360.4 605906.56
0.5664 378897 379173 76176
0.7552 506832 506985.6 23592.96
0.9440 635246 634798.2 200524.84
= 1484104.4
y = 676973.5169x – 4264.8

′ .
Sb ( )= = = 703.3501

( ) .
LOD = = = 3.117x10-3 µg/ml
.

( ) .
LOQ = = = 0.0104 µg/ml
.
48

Lampiran 4. Penimbangan daun binahong (Anredera cordifolia (Ten,) Steenis)

kering

Kertas : 0.4020 gram

Kertas + zat : 5.4022 gram

Kertas + sisa : 0.4021 gram

Zat : 5.0001 gram

Lampiran 5. Hasil penimbangan rendemen ekstrak daun binahong (Anredera

cordifolia (Ten,) Steenis)

1. ekstraksi sampel I

Wadah : 284.874 gram

Wadah + zat : 285.454 gram

Wadah + sisa : 284.874 gram

Zat : 0.580 gram

b. ekstraksi sampel II

Wadah : 284.404 gram

Wadah + zat : 285.325 gram

Wadah + sisa : 284.404 gram

Zat : 0.921 gram


49

Lampiran 6. Perhitungan recovery, kesalahan acak, dan kesalahan sistemik

Contoh perhitungan nilai recovery hasil spiking

Kurva baku asam ursolat replikasi I

y = 676973.5169x - 4264.8

Nilai recovery pada konsentrasi bawah

y = 676973.5169x - 4264.8

132084 = 676973.5169x - 4264.8

X= 0.1007

Kadar teoritis spiking

C1.V1 = C2.V2

1. 944 = C2. 10

C2 = 94.4 µg/ml = 0.0944 µg/µl

Rumus Recovery = x 100%

= 0.1007 / 0.0944 x 100%

= 106.673%

Lampiran 7. Contoh perhitungan kadar asam ursolat berdasarkan parameter

AUC

Rendemen ekstrak diambil 1.0 ml kemudian dilarutkan dengan metanol sampai

volume 10.0 ml injeksikan sebanyak 50 µl sehingga

mendapatkan nilai AUC


50

Kurva baku asam ursolat replikasi I

y = 676973.5169x - 4264.8

1. replikasi I

a. AUC = 425302

425302 = 676973.5169x - 4264.8

X = 0.6345 µg/50µl

b. AUC = 263714

263714 = 676973.5169x - 4264.8

X = 0.3968 µg/50µl

2. replikasi II

a. AUC = 581488

581488 = 676973.5169x - 4264.8

X = 0.8652 µg/50µl

b. AUC = 268284

268284 = 676973.5169x - 4264.8

X = 0.4026 µg/50µl

3. Replikasi III

a. AUC = 253056

253056 = 676973.5169x - 4264.8

X = 0.3801 µg/50µl

b. AUC = 282074
51

282074 = 676973.5169x - 4264.8

X = 0.4230 µg/50µl

Perhitungan kadar sampel

1. replikasi I

a. 0.6345 µg/50µl  untuk per mikroliter = 0.6345/50 = 0.0126 µg/µl

b. 0.3968 µg/50µl  untuk per mikroliter = 0.3968 /50 = 0.0079 µg/µl

2. replikasi II

a. 0.8652 µg/50µl  untuk per mikroliter = 0.8652 /50 = 0.0173 µg/µl

b. 0.4026 µg/50µl  untuk per mikroliter = 0.4026 /50 = 0.0080 µg/µl

3. replikasi III

a. 0.3801 µg/50µl  untuk per mikroliter = 0.3801/50 = 0.0076 µg/µl

b. 0.4230 µg/50µl  untuk per mikroliter = 0.4230/50 = 0.0084 µg/µl


52

Lampiran 8. Kromatogram Sampel


53
54
55
56
57
58
59
60

Lampiran 9. Surat Determinasi Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis)


BIOGRAFI PENULIS

Robertus Satrio Wibisono merupakan putra tunggal


dari pasangan Y.F. Teguh Heru Hendroko dan F.A.
Indriastuti. Lahir di Surakarta pada tanggal 2 Juni 1988.
Pendidikan awal dimulai di Taman Kanak-kanak
Marsudirini, Surakarta pada tahun 1992-1994. Sekolah
Dasar Pangudi Luhur II Surakarta pada tahun 1994-2000,
Dilanjutkan ke jenjang pendidikan Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama Pangudi Luhur Bintang Laut Surakarta
pada tahun 2000-2003. Tahun 2003-2006 penulis melanjutkan pendidikan Sekolah
Menengah Atas Regina Pacis Ursulin Surakarta, kemudian menempuh pendidikan di
Fakultas Farmasi Sanata Dharma Yogyakarta pada tahun 2006. Selama menempuh
kuliah, penulis aktif dalam beberapa kegiatan kemahasiswaan yaitu anggota
Kampanye Informasi Obat 2006, Sie Keamanan PPnEC 2008, dan aktif menjadi
anggota Unit Kegiatan Fakultas (UKF) Sepakbola Fakultas Farmasi 2006-2010.
Selain itu penulis juga aktif dalam kegiatan akademik lainnya yaitu Asisten Dosen
Praktikum Kromatografi 2010.

61

Anda mungkin juga menyukai