SKRIPSI
Oleh :
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
i
PENETAPAN KADAR ASAM URSOLAT DALAM EKSTRAK DAUN
BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) DENGAN METODE
KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT) FASE TERBALIK
ii
Pengesahan Skripsi Berjudul
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Almamaterku
iv
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
v
PENGANTAR
Segala pujian dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Tuhan Yesus
Kristus karena hanya dengan anugerah, berkat, kasih, dan pertolongan-Nya, penulis
Kadar Asam Ursolat dalam Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.)
Steenis) dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) Fase Terbalik ”.
Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
berbagai pihak yang telah membantu penulis, oleh karena itu, penulis mengucapkan
vi
5. Segenap staff dan karyawan laboratorium kimia analisis instumen dan
kimia organik, Mas Bimo, Mas Parlan dan Pak Timbul terimakasih
8. Para teman dan sahabat : Boim, Adit, ChoCho, Boris, Utz, Nyakpeng,
Nika, Reno, Tomplink, Celenk, Rudex, Tony, Pius, Nee, Lul, Mewry,
Lilis, Dotie, Vica, Dissa, Adi, Ius, Willy, Yusri, Kelink, Nita, Sionk,
dan kelemahan karena keterbatasan pikiran, tenaga, dan waktu penulis. Untuk itu
penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak. Akhir
kata semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca semua.
Penulis
vii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini,
tidak memuat karya atau bagian orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana karya ilmiah.
Penulis
viii
INTISARI
Kata kunci : ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis), asam
ursolat, ekstraksi, KCKT fase terbalik
ix
ABSTRACT
Key words: leaf extract binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis), ursolic acid,
extraction, reversed phase HPLC
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................... i
HALAMAN PERSEMBAHAN................................................................................. iv
PENGANTAR............................................................................................................ vi
INTISARI................................................................................................................... ix
ABSTRACT.................................................................................................................. x
DAFTAR ISI............................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL...................................................................................................... xv
BAB I. PENGANTAR
A. Latar Belakang..................................................................................... 1
B. Permasalahan............................................................................................ 2
C. Keaslian penelitian.................................................................................... 3
D. Manfaat penelitian..................................................................................... 3
xi
E. Tujuan Penelitian...................................................................................... 4
B. Ekstraksi.................................................................................................... 5
C. Asam Ursolat............................................................................................ 6
1. Definisi KCKT..........................................................................7
3. Detektor.....................................................................................9
1. Akurasi....................................................................................10
2. Presisi......................................................................................11
3. Spesifisitas/Selektivitas...........................................................11
F. Landasan Teori.........................................................................................13
G. Hipotesis.................................................................................................. 14
xii
C. Bahan....................................................................................................... 16
D. Alat........................................................................................................... 16
1. Determinasi Tanaman........................................................................ 16
2. Preparasi Sampel
a. Pemilihan Sampel.............................................................17
b. Pengeringan Sampel..........................................................17
c. Ekstraksi Sampel...............................................................17
a. Akurasi.............................................................................19
b. Presisi...............................................................................19
c. Linearitas..........................................................................20
F. Analisis Hasil............................................................................................22
xiii
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
C. Determinasi Tanaman..............................................................................27
A. Kesimpulan.............................................................................................. 38
B. Saran........................................................................................................ 38
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 39
LAMPIRAN............................................................................................................... 42
BIOGRAFI PENULIS............................................................................................. 61
xiv
DAFTAR TABEL
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3. Interaksi Hidrogen Antara Asam Ursolat Dengan Metanol Dalam Fase
Gerak………......………….……………............................…...………24
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Pembuatan larutan stok dan seri larutan baku asam ursolat.…...……42
……………………....…………………………………………….....49
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini mulai banyak dikembangkan pembuatan sediaan obat dari bahan
alam dan telah banyak beredar di pasaran. Pengalihan cara pandang dari penggunaan
bahan kimia sintesis menjadi penggunaan bahan alam sebagai sumber pengobatan
tidak dipungkiri karena adanya efek samping yang ditimbulkan dengan penggunaan
obat dari zat-zat kimia, sehingga telah merubah cara pandang masyarakat untuk lebih
memilih obat yang berbahan dasar bahan alam dengan harapan untuk memperkecil
dengan banyak kandungan zat yang memiliki khasiat antioksidan terutama pada
bagian daunnya. Tanaman binahong mengandung asam askorbat dan total fenol yang
cukup tinggi (Uchida et.al., 2003). Khasiat lain pada tanaman binahong adalah
kadar salah satu kandungan dalam tanaman binahong yaitu asam ursolat. Pada
penelitian sebelumnya, asam ursolat biasa dijumpai pada tanaman ceri hitam (Prunus
Menurut Wojciak (2007), asam oleanolat, asam ursolat, dan asam betulinat
dapat dijumpai pada Folium Salviae (Salvia oficinalis L.), Folium Plantaginis
1
2
lanceolatae (Plantago lanceolata L.), dan Flos Lamii albi (Lamium album L.).
ursolat. Hal ini dikarenakan asam oleanolat merupakan isomer dari asam ursolat,
yang berbeda posisi gugus metilnya pada atom karbon nomor 19 dan 20.
Asam ursolat adalah salah satu zat yang dapat menimbulkan aktivitas
ursolat, maka dalam penelitian ini penulis mencoba menganalisa ada atau tidaknya
kandungan asam ursolat dalam tanaman binahong. Penelitian ini juga bertujuan untuk
menghitung kadar asam ursolat dalam ekstrak daun binahong dengan menggunakan
metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) fase terbalik yang telah memiliki
validitas yang baik, dimana nilai validitas yang baik dilihat dari nilai akurasi, presisi,
liniearitas, serta LOD dan LOQ yang memenuhi persyaratan. Alasan pemilihan
metode Kromatogafi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) fase terbalik adalah menilik bahwa
sampel yang digunakan adalah bahan alam murni tanpa dilakukan isolasi, sehingga
persyaratan ini dapat diakomodasi oleh metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
B. Permasalahan
berikut :
3
binahong?
C. Keaslian Penelitian
2. Optimasi Formula Span 80 dan Tween 80 dalam cold cream Obat Luka
D. Manfaat Penelitian
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang ada, maka penelitian ini
bertujuan untuk :
tanaman binahong.
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Binahong
silindris, saling membelit, dan berwarna merah. Daun dari tanaman ini bertangkai
oleanolat, asam ursolat, asam askorbat, fenol, minyak atsiri, ancordin, dsb.
(Lazuardhi, 2009).
B. Ekstraksi
Ekstraksi adalah penyarian zat berkhasiat atau zat aktif dari bagian tanaman
obat, hewan, dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut. Zat-zat aktif terdapat di
dalam sel, namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula kekebalannya,
sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu. Tujuan dari ekstraksi
bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang terdapat pada bahan alam.
Ekstraksi didasarkan pada prinsip perpindahan massa komponen zat ke dalam pelarut
5
6
pemanasan lemah. Cara maserasi ini hanya dapat digunakan untuk simplisia yang zat
lapisan batas.
(Haryono, 1986).
C. Asam Ursolat
Asam ursolat merupakan golongan senyawa triterpen pentasiklik (Wojciak
dan Kosior, 2007). Senyawa ini dapat ditemui pada tumbuhan apel, basil, bilberries,
cranbarries, dsb. Senyawa ini mempunyai berat molekul sebesar 456.70 g/mol
(Olszewska, 2008).
Selain itu, asam ursolat mempunyai khasiat sebagai anti tumor, anti-HIV,
CH3
CH3
O
CH3 CH3 H C
OH
H CH3
H O
H
H3C CH3
Kromatografi cair kinerja tinggi adalah suatu sistem kromatografi yang fase
geraknya dialirkan dengan cepat dengan bantuan pompa dan hasilnya dideteksi
dengan detektor (Gritter dkk., 1985). Tujuan analisis dengan KCKT yaitu didapatkan
pemisahan yang baik dalam waktu yang relatif singkat (Mulja, 1995).
termasuk kromatografi kolom karena dipakai fase diam yang ter”packing” di dalam
didasarkan pada partisi linarut antara dua pelarut yang tidak bercampur yang ada pada
fase diam dan fase gerak. Fase diam (polar atau nonpolar) disalutkan pada penyangga
dan dikemas ke dalam kolom. Jika linarut ditambahkan ke dalam sistem yang terdiri
dari dua pelarut yang tidak bercampur dan keseluruhan sistem dibiarkan setimbang,
Cs
K
Cm
turut dalam fase diam dan fase gerak (Johnson & Stevenson, 1978).
Prinsip kromatografi partisi didasarkan pada partisi linarut antara dua pelarut
yang tidak bercampur yang ada pada fase diam dan fase gerak. Fase diam (polar atau
nonpolar) disalutkan pada penyangga dan dikemas ke dalam kolom. Jika linarut
ditambahkan ke dalam sistem yang terdiri atas dua pelarut yang tidak bercampur dan
a. Kolom. Kolom yang digunakan pada jenis kromatografi ini ialah kemasan
fase terikat. Fase diam yang biasa digunakan pada kromatografi partisi fase
b. Fase gerak. Fase gerak pada KCKT sangat berpengaruh pada tambatan sampel
3. Detektor
liniernya lebar, tidak dipengaruhi suhu dan aliran, serta memberikan hasil dengan
keterulangan yang baik. Secara umum, detektor dibagi menjadi 2 kategori yaitu :
a. Bulk property detektor. Detektor jenis ini merupakan detektor yang mengukur
mengukur sifat fisik solut. Detektor tipe ini 1000 kali lebih sensitif dan
mampu mengukur solut sampai satuan nanogram atau lebih kecil lagi
(Munson, 1984).
Waktu tambat atau waktu retensi adalah selang waktu yang diperlukan oleh
solut mulai dari injeksi sampai keluar dari kolom dan sinyalnya ditangkap oleh
Resolusi (Rs) merupakan jarak antara dua puncak dibagi dengan rata-rata
lebar dasar puncak. Resolusi dikatakan baik apabila nilai RS ≥ 1.5 yang berarti
senyawa murni dan waktu retensi senyawa yang dimaksud dalam sampel. Respon
yang diperoleh berupa peak atau luas area peak dapat digunakan untuk analisis
1. Akurasi
hasil analisis dengan kadar analit yang sebenarnya. Akurasi dinyatakan dengan persen
Kriteria % perolehan kembali yang diijinkan pada setiap konsentrasi analit pada
2. Presisi
Presisi adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji
individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata-rata jika prosedur
yang homogen. Presisi dinyatakan dalam koefisien variasi (KV). Suatu metode dapat
3. Spesifisitas/Selektivitas
mengukur zat tertentu saja secara cermat dan seksama dengan adanya komponen lain
yang mungkin ada dalam matriks sampel. Spesifisitas dapat dinyatakan sebagai
bahan yang ditambahkan berupa cemaran, hasil urai, senyawa sejenis, senyawa asing
12
lainnya, dan dibandingkan dengan sampel yang tidak mengandung bahan lain yang
mendapatkan hasil uji yang secara langsung proposional dengan konsentrasi analit di
dalam sampel. Rentang adalah jarak antara level terbawah dan teratas dari metode
analisis yang telah dipakai untuk mendapatkan presisi, akurasi dan linieritas yang bisa
Limit Of Detection (LOD) adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat
parameter pada analisis renik dan diartikan sebagai kuantitas terkecil analit dalam
sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama (Harmita, 2004).
a. Limit Of Detection
13
b. Limit Of Quantitative
dengan Sy/x adalah simpangan baku, dan Sl adalah slope atau nilai b pada
F. Landasan Teori
triterpenoid salah satunya adalah asam ursolat. Asam ursolat merupakan golongan
hepatoprotektif.
Metode KCKT fase terbalik mempunyai daya pisah yang tinggi yang bisa
Asam ursolat merupakan senyawa yang memiliki gugus polar sehingga pada metode
Kondisi dan validitas pemisahan asam ursolat dari senyawa lain dalam ekstrak
daun tanaman binahong telah divalidkan dan dilakukan lewat penelitian Wardani
(2010).
14
G. Hipotesis
2. Kadar asam ursolat dalam ekstrak daun tanaman binahong dapat ditetapkan
METODE PENELITIAN
keadaan yang ada dan merupakan jenis penelitian noneksperimental karena tidak
1. Klasifikasi variabel
c. Variabel pengacau terkendali. Variasi kadar baku asam ursolat dan kadar
2. Definisi operasional
a. Asam ursolat yang ditetapkan kadarnya adalah asam ursolat yang terkandung
c. Sistem KCKT fase terbalik yang digunakan adalah seperangkat alat KCKT
dengan fase diam kolom reversed phase Kromasil 100-5 C18 250 x 4,6 mm
perbandingan 90:10.
15
16
C. Bahan
(p.a. Merck), kloroform (p.a. Merck), metanol (p.a. Merck), aquabidest (PT.
Ikapharmindo Putramas), ekstrak daun binahong, dan standar asam ursolat (Sigma).
D. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat KCKT yang
terdiri dari pompa merek Shimadzu LC-10 AD, detektor UV Vis merek Shimadzu
SPD 10 AV, CBM 101 merek Shimadzu, seperangkat komputer merek ACER, printer
merek Hewlett Packard Deskjet 670 C, injektor jenis katup suntik model 77251,
kolom C-18 merek Knauer 4,6 mm x 25 cm, syringe merek Hamilton Part, alat
degassing ultrasonik merek Retsch tipe T640, penyaring Whatmann anorganik dan
organik, membran filter merek Whatman, neraca analitik merek Scaltec SBC 22,
vakum merek Gast model DOA-P104-BN, Milipore ukuran pori 0,45 µm, pendingin,
labu alas bulat, penangas air, rotari evaporator, seperangkat alat gelas.
2. Preparasi Sampel
a. Pemilihan sampel
Sampel yang digunakan direplikasi sebanyak 3 kali dan dibuat triplo di setiap
replikasinya.
b. Pengeringan sampel.
Lebih kurang 100 gram daun segar tanaman binahong dibersihkan sampai
bersih dengan air mengalir. Daun segar tersebut kemudian dipotong-potong dan
c. Ekstraksi sampel
metanol (1:1 v/v) sebanyak 30 ml selama 30 menit (ekstraksi II). Ekstrak dari hasil
teruapkan sempurna yang ditandai dengan tinggal tersisa rendemen kering pada
labu alas bulat pada suhu 70⁰C. Rendemen hasil evaporasi kemudian dilarutkan
Fase gerak yang digunakan dalam penelitian ini adalah campuran antara
menit.
Larutan induk asam ursolat dibuat dengan cara menimbang seksama sebanyak
0.01 gram baku asam ursolat, kemudian dilarutkan dalam campuran kloroform
kloroform metanol 1:4 (v/v) sampai 10 ml. Asam ursolat dengan konsentrasi 94.4
Larutan intermediet asam ursolat yang dibuat dengan konsentrasi 94.4 µg/ml
dimasukkan ke dalam tray dan dibuat seri volume injek dengan volume 2.0; 4.0; 6.0;
19
8.0; dan 10.0 µl, kemudian disuntik dengan kecepatan alir fase gerak yang optimum
dan dideteksi pada panjang gelombang maksimum asam ursolat. Area Under Curve
(AUC) dapat dilihat dari kromatogram pada waktu retensi yang sesuai dengan waktu
retensi asam ursolat. Dibuat kurva regresi linier yang menyatakan hubungan antara
a. Akurasi
Metode analisis dikatakan memiliki nilai akurasi yang baik apabila nilai
recovery larutan baku asam ursolat berada pada rentang 98%-102% (Harmita,
2004)
b. Presisi
KV = x 100%
(Harmita, 2004).
20
c. Linearitas
Linearitas dilihat dari harga r (koefisien korelasi) hasil pengukuran seri larutan
baku asam ursolat. Suatu metode analisis dikatakan memiliki linearitas yang
baik jika nilai r > 0.99 atau r2 > 0.997 (Chan dkk., 2004). Rentang ditentukan
dari kadar asam ursolat yang digunakan dalam analisis, mulai dari kadar
Limit Of Detection
(Harmita, 2004).
Limit Of Quantitative
(Harmita, 2004).
1:4 (v/v) sampai volume 10 ml. Larutan sampel tersebut kemudian disaring dengan
15 menit dan dimasukkan ke dalam tray dan di injeksikan pada sistem KCKT dengan
volume injeksi 50 µl. Replikasi dilakukan sebanyak 3 kali dan dilakukan triplo untuk
setiap replikasi.
Satu mililiter larutan intermediet asam ursolat yang dibuat dengan konsentrasi
94.4 µg/ml ditambahkan dengan sampel ekstrak daun binahong sampai volume 10
selama 15 menit dimasukkan ke dalam tray dan dibuat seri volume injek dengan
volume 2,0; 6,0; dan 10,0 µl, kemudian disuntik dengan 3 kali replikasi dengan
kecepatan alir fase gerak yang optimum dan dideteksi pada panjang gelombang
maksimum asam ursolat. Replikasi dilakukan sebanyak tiga kali sehingga diperoleh 9
data. Dari kromatogram dilihat AUC pada waktu retensi sesuai dengan dengan waktu
retensi asam oleanolat. Kadar asam ursolat dihitung dengan memasukkan harga AUC
Larutan sampel diinjeksikan pada sistem KCKT dengan fase diam Kromasil
100-5 C18 250 x 4.6 mm, fase gerak campuran metanol dan ortophosphoric acid
dengan perbandingan 90:10 (v/v), serta kecepatan alir 0.6 ml/menit. Injeksikan 50 µl
dengan detector yang diatur pada panjang gelombang 210 nm (Olszewska, 2008).
Nilai AUC sampel yang dimasukkan ke dalam masing-masing persamaan kurva baku
asam ursolat akan didapatkan kadar asam ursolat dalam sampel. Injeksi sampel
22
F. Analisis Hasil
dengan penetapan kadar asam ursolat berdasarkan analisis data AUC sampel serta
kurva baku asam ursolat. Penelitian ini menggunakan jenis statistika deskriptif dan uji
statistika yang dipakai adalah regresi linier karena penelitian ini termasuk dalam jenis
Fase gerak yang digunakan dalam sistem KCKT ini adalah campuran
85% kemudian diencerkan dengan aquabidest sampai volume 50.0 ml. Fase gerak
menggunakan membran fiter merek Whatman dengan bantuan pompa vakum, hal ini
sistem KCKT, setelah disaring fase gerak di degassing selama 15 menit. Proses ini
gelembung dapat mengganggu kinerja sistem KCKT yaitu dapat menyumbat kolom.
yang tinggi, digunakan fase gerak yang bersifat polar dikarenakan analit asam ursolat
yang mempunyai gugus polar, sehingga nantinya asam ursolat akan mengalami
resolusi yang maksimal dengan pemilihan fase gerak yang tepat. Penggunaan fase
gerak yang bersifat polar ini ikut menentukan dalam sistem KCKT yang digunakan,
kondisi ini merupakan jenis sistem KCKT fase terbalik karena fase gerak lebih polar
23
24
Gugus polar yang ada dalam asam ursolat akan berinteraksi dengan fase
gerak melalui ikatan hidrogen. Semakin banyak gugus polar yang dimiliki oleh suatu
senyawa, maka akan semakin banyak ikatan hidrogen yang terbentuk sehingga
afinitas antara fase gerak dengan gugus polar suatu senyawa semakin besar dan akan
semakin cepat terelusi karena konsentrasi linarut dalam fase gerak lebih besar.
CH3
CH3 OCH3
O
CH3 CH3 H C
CH3 O H O CH3
H CH3
H O O H H
H O CH3
H
CH3 CH3
H
OCH3
Gambar 3. Interaksi Hidrogen Antara Asam Ursolat Dengan Metanol Dalam Fase
Gerak
yang selanjutnya digunakan untuk menghitung kadar asam ursolat dalam sampel
ekstrak daun binahong. Linieritas suatu kurva baku menunjukkan bahwa kenaikan
25
konsentrasi baku yang digunakan. Parameter linieritas suatu kurva ditentukan dengan
nilai koefisien korelasi (r) lebih besar dari 0,999 (Snyder et al., 1997).
baku yakni 2.0; 4.0; 6.0; 8.0; dan 10.0 µl baku asam ursolat yang kemudian
diinjeksikan ke sistem instrumen KCKT dan dibaca oleh detektor pada panjang
gelombang overlapping asam ursolat yaitu 210 nm. Dilakukan tiga kali replikasi
untuk setiap seri konsentrasi dengan tujuan untuk mencari nilai koefisien korelasi (r)
asam ursolat vs AUC. Hasil dari penetapan kurva baku dapat dilihat pada tabel
dibawah ini
Dari data diatas dapat dilihat semua kurva baku memiliki nilai r > 0.999.
Persamaan seperti ini menunjukkan nilai linearitas yang baik. Persamaan kurva baku
dengan nilai koefisien korelasi terbesar digunakan untuk menetapkan kadar asam
ursolat dalam sampel ekstrak daun binahong. Persamaan kurva baku yang digunakan
untuk perhitungan kadar adalah persamaan replikasi I dengan nilai koefisien korelasi
sebesar 0.999995.
baku replikasi I dan hubungan antara massa asam ursolat vs AUC dapat dilihat pada
gambar berikut.
700000
600000
500000
400000
300000
AUC
200000
100000
0
1 2 3 4 5
C. Determinasi Tanaman
Fakultas Farmasi Sanata Dharma. Determinasi dilakukan dengan mengacu pada buku
D. Preparasi Sampel
Pengeringan daun binahong merupakan proses penting yang bertujuan untuk menjaga
pada daun kering jauh lebih kecil daripada daun segar, hal ini dikarenakan kandungan
air yang cukup tinggi pada daun segar. Proses pengeringan juga berujuan untuk
membuat matinya sel pada daun, dengan penghilangan kadar air dalam daun yang
merupakan kebutuhan bagi kehidupan sel daun maka akan menyebabkan matinya sel
daun. Matinya sel daun akan menyebabkan membran sel yang merupakan bagian
daun yang mengatur keluar masuknya zat dari dan menuju sel akan rusak sehingga
kandungan zat yang terdapat dalam sel akan lebih mudah diambil sehingga akan
Zat yang boleh diinjeksikan dalam sistem KCKT adalah cair oleh karena itu
daun kering masih harus diproses lebih lanjut yaitu dengan proses ekstraksi. Ekstraksi
untuk daun binahong menggunakan digesti. Digesti merupakan salah satu cara
bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan penyari dalam labu alas bulat
28
yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak, lalu dipanaskan sampai mendidih.
Cairan penyari akan menguap, uap tersebut akan diembunkan dengan pendingin tegak
dan akan kembali menyari zat aktif dalam simplisia tersebut. Ekstraksi dilakukan
Ekstraksi asam ursolat pada daun binahong menggunakan sistem dua kali
30 menit pada suhu 70ºC. Residu dari ekstraksi pertama kemudian diekstraksi
sebanyak 30 ml dengan perbandingan 1:1 (v/v) selama 30 menit pada suhu 70ºC.
Proses ekstraksi pada penelitian ini menggunakan dua pelarut dikarenakan asam
ursolat memiliki gugus polar dan gugus nonpolar sehingga dilakukan ekstraksi
dengan dua pelarut yang bersifat polar dan nonpolar yaitu metanol sebagai pelarut
polar dan kloroform sebagai pelarut nonpolarnya. Hasil ekstraksi pertama dan kedua
kali ekstraksi juga digunakan dalam proses ini yang bertujuan untuk meningkatkan
efektifitas ekstraksi sehingga diharapkan seluruh kandungan asam ursolat pada daun
binahong. Sistem ini bekerja dengan prinsip menarik pelarut sehingga didapatkan
mencapai volume 25 ml. Penetapan kadar asam ursolat pada ekstrak daun binahong
dilakukan dengan replikasi sebanyak tiga kali, yaitu dengan mengambil 1 ml ekstrak
29
daun binahong sebanyak tiga kali kemudian dilarutkan dengan metanol sampai
volume 10 ml.
filter adalah untuk menghilangkan semua partikel yang tak larut dalam fase gerak.
Semakin kecil ukuran pori membran filter maka filtrat yang dihasilkan akan semakin
jernih. Pada penelitian digunakan millipore dengan ukuran pori 0,45 µm, oleh sebab
itu maka yang akan dihilangkan adalah partikel yang berukuran > 0,45 µm. Partikel
harus dihilangkan sebelum injeksi sebab partikel akan menyumbat inlet kolom,
sehingga akan merusak kolom yang pada akhirnya akan mengurangi umur normal
kolom (Snyder et al., 1997). Filtrat yang didapatkan selanjutnya didegassing selama
yang digunakan dan memeriksa apakah metode yang digunakan dapat menetapkan
Kadar
Volume Kadar terukur Recovery
teoritis AUC Hasil
injeksi (µg/µl) (%)
(µg/µl)
132084 0.1007 106.673
̅ = 104.413%
133101 0.1014 107.944
2 µl 0.094 SD = 5.055
121793 0.0931 98.622 CV = 4.84%
395495 0.0984 104.237
̅ = 105.931%
400792 0.0997 105.614
6 µl 0.094 SD = 1.873
409706 0.1019 107.944 CV = 1.768%
691068 0.1027 108.792
̅ = 107.242%
673256 0.1000 105.932
10 µl 0.094 SD = 1.444
692868 0.1029 109.004 CV = 1.346%
(Wardani, 2010).
Nilai recovery metode KCKT untuk asam ursolat adalah 104.413% untuk
volume injeksi 2 µl; 105.931% untuk volume injeksi 6 µl; dan 107.242% untuk
volume injeksi 10 µl. Nilai recovery pada baku asam ursolat masuk dalam rentang
yang diijinkan sehingga dapat dinyatakan metode KCKT fase terbalik ini memiliki
akurasi yang baik untuk menetapkan kadar asam ursolat dalam ekstrak daun binahong
hidrokortison asetat dan kloramfenikol, maka ditentukan pula nilai kesalahan sistemik
yang merupakan parameter kesalahan yang disebabkan oleh faktor instrumen dan
metode yang digunakan. Kesalahan sistemik metode KCKT fase terbalik ini baik
yaitu memiliki nilai 4.84% pada volume injeksi 2 µl ; 1.768% pada volume injeksi 6
31
µl dan 1.346% pada volume injeksi 10 µl dimana nilai tersebut dibawah batas nilai
yang dipersyaratkan.
Penetapan kadar asam ursolat dalam ekstrak daun binahong dilakukan dalam
kondisi sama seperti validasi metode penetapan kadar asam ursolat dengan metode
KCKT fase terbalik. Asam ursolat merupakan analit dari ekstrak daun binahong
yang akan ditentukan kadarnya, dimana dalam ekstrak daun binahong terdapat pula
senyawa-senyawa lain yang dapat mengganggu penetapan kadar asam ursolat. Oleh
karena itu metode KCKT fase terbalik yang akan digunakan untuk menetapkan kadar
asam ursolat harus bisa memisahkan asam ursolat dari senyawa-senyawa lain yang
Uji kualitatif menunjukkan adanya puncak yang memiliki waktu retensi yang
sama dengan puncak pada kromatogram baku asam ursolat. Waktu retensi asam
pada sampel ekstrak daun binahong juga muncul puncak pada 23.889 menit. Waktu
retensi yang berdekatan antara baku asam ursolat dan sampel secara kualitatif
menunjukkan adanya senyawa asam ursolat pada sampel ekstrak daun binahong.
Hasil dari uji kualitatif yang menunjukkan waktu retensi asam ursolat disekitar menit
ke-23 maka proses analisis dengan metode KCKT fase terbalik ini berlangsung dalam
( )
Rs =
( )
(Noegrohati, 1994).
Dari hasil yang nampak pada kromatogram diperoleh nilai resolusi sebesar
2.1. nilai ini menunjukkan nilai resolusi yang baik, karena batas nilai resolusi yang
34
baik adalah lebih dari 1.5 (Noegrohati, 1994). Dengan didapatkan nilai resolusi
yangbaik maka dapat dikatakan bahwa telah terjadi pemisahan senyawa dengan baik.
Metode spiking digunakan untuk lebih menguatkan uji kualitatif adanya asam
ursolat pada ekstrak daun binahong. Dari hasil kromatogram sampel dengan volume
sampel yang di-spiking dengan baku asam ursolat pada menit ke 23,438 menunjukkan
nilai AUC sebesar 734811. Peningkatan nilai AUC tersebut secara kualitatif
menunjukkan adanya senyawa asam ursolat dalam ekstrak daun binahong. Hasil
kromatogram uji kualitatif dengan metode spiking ditunjukkan pada gambar berikut.
terbalik dengan menggunakan fase diam berupa Kromasil 100-5 C 250 x 4,6 mm
18
dan fase gerak berupa campuran metanol dan orthophosporic acid dengan
perbandingan 90:10 (v/v), serta flowrate 0.6 ml/menit, mampu memisahkan asam
ursolat dari senyawa-senyawa lain yang terkandung dalam sampel ekstrak daun
binahong.
36
Penetapan kadar asam ursolat dalam sampel ekstrak daun binahong dilakukan
sebanyak tiga kali replikasi yaitu diwakili oleh tiga kali penyiapan sampel dan setiap
replikasi dilakukan triplo. Perhitungan kadar asam ursolat dalam sampel ekstrak daun
respon detektor terhadap senyawa hasil pemisahan dari kolom. Parameter AUC
Data penetapan kadar asam ursolat dalam 5 gram sampel daun kering
± 0.0232 %b/b; dan replikasi III : 0.0456 ± 0.0100 %b/b. Dari ketiga replikasi
tersebut menunjukkan kadar dengan rentang yang berdekatan, hal ini menunjukkan
37
tidak adanya perbedaan yang cukup berarti untuk setiap replikasi. Rata-rata kadar
asam ursolat dari ketiga replikasi adalah 0.0525 ± 0.0089 %b/b. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa dalam sejumlah 5 gram daun kering terdapat kandungan
A. KESIMPULAN
0.0089 %b/b.
B. SARAN
1. Perlu dilakukan penetapan kadar asam ursolat dalam ekstrak daun binahong
2. Perlu dilakukan penetapan kadar asam ursolat dalam ekstrak daun binahong
38
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2007, The United States Pharmecopeia 30th The National Formulary 25th,
Unites States Pharmacopeal Convention, inc., New York.
Cha, Hee-Jae, Soo-Kyung Bae, Ho-Young Lee, Anti-Invasive Activity of Ursolic Acid
Correlates with the Reduced Expression of Matrix Metalloproteinase-9 (MMP-
9) in HT1080 Human Fibrosarcoma Cells1,
http://cancerres.aacrjournals.org/cgi/reprint/56/10/2281.pdf, diakses tanggal 28
April 2010
39
40
Mulja, M., dan Hanwar, D., 2003, Prinsip-prinsip Cara Berlaboratorium Yang Baik,
71-76, Majalah Farmasi Airlangga, Surabaya.
Mulja, M., dan Suharman, 1995, Analisis Instrumental, 6-7, 10-11, 26-27, 31-37, 40,
Airlangga University Press, Surabaya.
Munson, J.W., 1991, Analisis Farmasi Metode Modern, 17, 23, 32-33, 44-48,
diterjemahkan oleh Harjana, Airlangga University Press, Surabaya.
Mus, 2008, Informasi Spesies Binahong Anredera cordifolia (Ten.) Steenis.
http://www.plantamor.com/spcdtail.php?recid=1387, Diakses pada tanggal 19
Februari 2010
Noegrohati, S., 1994, Pengantar Kromatografi, 3-16, 31-33, Laboratorium Analisis
Kimia dan Fisika Pusat UGM, Yogyakarta.
Olszewska, M., 2008, Optimization and Validation of an HPLC-UV Method for
Analysis of Corosolic, Oleanolic, and Ursolic Acids in Plant
Material:Application to Prunus serotina Ehrh., Acta Chromatographica,
Department of Pharmacognosy, Faculty of Pharmacy, Medical University of
Lodz, Poland
Paramita, 2008, Optimasi Formula Span 80 dan Tween 80 dalam cold cream Obat
Luka Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) steenis) dengan
Metode Simplex Lattice Design, Skripsi, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta
Sastrohamidjojo, H., 2002, Kromatografi, edisi kedua, 71, Liberty Yogyakarta,
Yogyakarta.
Skoog, D.A., 1985, Principles of Instrumental Analysis, 3rd ed, 160, 182, CBS
College Publishing, Japan.
Snyder, L.R., Kirkland, J.J., and Glajch, J.L., 1997, Practical HPLC Method
Development, 2nd Edition, 27-29, , 40-42, 61-66, , 206-211, 430, 687-691,
695, John Wiley and Sons, Inc., New York.
Setyaningretry, 2007, Formulasi Gel Antiluka Ekstrak Daun Binahong (Anredera
baselloides (Ten.) Steenis) dengan Basis Carbopol, Skripsi, Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta.
Uchida, S, 2003, Production of a digital map of the hazardous conditions of soil
erosion for the sloping lands of West Java, Indonesia using geographic
information systems (GIS), JIRCAS, Indonesia.
Wardani, 2010, Validasi Metode Penetapan Kadar Asam Ursolat dalam Ekstrak
Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) dengan Metode
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, Skripsi, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
41
Lampiran 1. Pembuatan larutan stok dan seri larutan baku asam ursolat
Ditimbang sebanyak 0,01 g baku asam ursolat, kemudian di-add dengan campuran
Replikasi I
0,00944 gram
C baku =
10ml
= 0.000944 g/ml
= 944 µg/ml
= 944 µg/ml x
= 94.4 µg/ml
= 0.1888 µg
42
43
= 0.3776 µg
= 0.5664 µg
= 0.7552 µg
= 0.9440 µg
Replikasi II
0,00999 gram
C baku =
10ml
= 0.000999 g/ml
= 999 µg/ml
= 999µg/ml x
= 99.9 µg/ml
= 0.1998 µg
= 0.3996 µg
= 0.5994 µg
= 0.7992 µg
= 0.9990 µg
Replikasi III
0,00965 gram
C baku =
10ml
= 0.000965 g/ml
= 965 µg/ml
= 965 µg/ml x
= 96.5 µg/ml
= 0.1930 µg
= 0.3860 µg
= 0.5790 µg
= 0.7720 µg
= 0.9650 µg
46
B = slope
r = corr coeff
y = Bx + A
47
′ .
Sb ( )= = = 703.3501
( ) .
LOD = = = 3.117x10-3 µg/ml
.
( ) .
LOQ = = = 0.0104 µg/ml
.
48
kering
1. ekstraksi sampel I
b. ekstraksi sampel II
y = 676973.5169x - 4264.8
y = 676973.5169x - 4264.8
X= 0.1007
C1.V1 = C2.V2
1. 944 = C2. 10
= 106.673%
AUC
y = 676973.5169x - 4264.8
1. replikasi I
a. AUC = 425302
X = 0.6345 µg/50µl
b. AUC = 263714
X = 0.3968 µg/50µl
2. replikasi II
a. AUC = 581488
X = 0.8652 µg/50µl
b. AUC = 268284
X = 0.4026 µg/50µl
3. Replikasi III
a. AUC = 253056
X = 0.3801 µg/50µl
b. AUC = 282074
51
X = 0.4230 µg/50µl
1. replikasi I
2. replikasi II
3. replikasi III
61