Anda di halaman 1dari 63

AKTIVITAS ANALGESIK DARI TANAMAN FAMILY

MUSACEAE : STUDI LITERATURE

SKRIPSI

Oleh :
DHEDE ARYA SETYAWAN
NIM : 10114006

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2020
AKTIVITAS ANALGESIK DARI TANAMAN FAMILY
MUSACEAE : STUDY LITERATURE

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi

Oleh :
DHEDE ARYA SETYAWAN
NIM : 10114006

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2020

ii
HALAMAN PERSUTUJUAN

AKTIVITAS ANALGESIK DARI TANAMAN FAMILY


MUSACEAE : STUDY LITERATURE

SKRIPSI

Oleh:

DHEDE ARYA SETYAWAN


NIM : 10114006

Skripsi Telah Disetujui

Pembimbing

apt. Krisna Kharisma P, S.Farm., M.Sc.


NIK. 20140606

Mengetahui,
Program Studi S1 Farmasi
Fakultas Farmasi
Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

apt. Krisna Kharisma Pertiwi, S.Farm., M.Sc.


Ketua Program Studi

iii
HALAMAN PENGESAHAN

AKTIVITAS ANALGESIK DARI TANAMAN FAMILY


MUSACEAE : STUDI LITERATURE

DHEDE ARYA SETYAWAN


NIM. 10114006

Telah diuji

Pada 07 September 2020

Oleh Tim Penguji:

Penguji I : apt. Rosa Juwita Hesturini, M.Farm. ( )

Penguji II : Fita Sari, S.Farm., M.Farm. ( )

Penguji III : apt. Krisna Kharisma Pertiwi, S.Farm., M.Sc. ( )

Mengetahui:

Fakultas Farmasi
Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

apt. Dewy Resty Basuki, M.Farm.


Dekan

iv
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : DHEDE ARYA SETYAWAN
NIM : 10114006
Program Studi : S1 Farmasi
Judul Skripsi : Aktivitas Analgesik Ekstrak Tanaman Family
Musaceae: Studi Literature

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Skripsi, yang saya tulis ini benar-benar
hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau pikiran
orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil
jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Kediri, 07 September 2020


Yang Membuat Pernyataan,

DHEDE ARYA SETYAWAN


NIM. 10114006

v
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
bimbingan-Nya kami dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “AKTIVITAS
ANALGESIK DARI TANAMAN FAMILY MUSACEAE : STUDI
LITERATURE

Bersama ini perkenankanlah saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-


besarnya kepada:
1. Dra.Ec. Lianawati., M.BA, selaku Ketua Yayasan Pendidikan Bhakti Wiyata

Kediri.

2. Prof. Dr. apt. Muhamad Zainuddin, selaku Rektor Institut Ilmu Kesehatan

Bhakti Wiyata Kediri yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk

menyelesaikan pendidikan.

3. apt. Dewy Resty Basuki, S.Farm., M.Farm. selaku Dekan Fakultas Farmasi

Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri.

4. apt. Krisna Kharisma Pertiwi, S.Farm., M.Sc. selaku Ketua Program Studi S1

Farmasi Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri.

5. apt. Krisna Kharisma Pertiwi, S.Farm., M.Sc. selaku dosen pembimbing I

yang telah memberikan waktu, bimbingan, saran, koreksi dan nasehat dengan

penuh kesabaran hingga selesainya penyusunan skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi IIK Bhakti Wiyata Kediri yang

telah mendidik selama perkuliahan.

7. Kedua orang tua saya Ibu dan Ayah,Saudara-Saudara saya yang telah

memberikan dukungan moril dan materil sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan.

vi
8. Teman-teman seperjuanagn Danang, Faristyan, Gujer, Bagus, Ifan, dan juga

yang paling penting Nur Devi yang telah memberikan semangat, dukungan

dan doa dalam penyusunan skripsi ini.

9. Teman teman S1 Farmasi kelas A serta seluruh pihak teman-teman lainnya

yang namanya tidak dapat ditulis satu persatu yang telah memberi

bantuan,motivasi, dan inspirasi bagi penulis.

Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah

memberikan kesempatan, dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis sadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, tetapi kami berharap

proposal skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Kediri, September 2020

Penulis

vii
ABSTRAK
AKTIVITAS ANALGESIK DARI TANAMAN FAMILY
MUSACEAE : STUDI LITERATURE

Dhede Arya Setyawan, Krisna Kharisma.


ABSTRAK

Analgesik adalah sediaan obat yang dapat mengurangi atau menghalau


rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Penelitian ini menggunakan semua
bagian tanaman seperti pelepah, akar, dan daun pisang (Musa paradisiaca L).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas analgesik pada
tanaman family musacae terhadap mencit putih jantan (Mus musculus). Untuk
melakukan uji ini diperlukan mencit putih jantan galur swiss sebagai hewan coba.
Metode yang digunakan untuk pemisahan metabolit adalah ekstraksi terhadap
semua bagian tanaman seperti pelepah, daun, dan akar pisang (Musa paradisiaca
L) menggunakan pelarut etanol dan air mendidih. Analisis data digunakan metode
writing test, hot plate, dan tail flick sebagai uji aktivitas analgesik dibeberapa
jurnal dengan cara melihat reaksi nyeri pada mencit berkurang.
Kata kunci: Musa paradisiaca L, Aktivitas analgesik, Mencit putih jantan
(Musmusculus).

viii
ABSTRACT

ANALGETIC ACTIVITY
OF FAMILY MUSACEAE PLANT : STUDY LITERATURE
Dhede arya setyawan, Krisna Kharisma.

Analgetic is a drug that can be used to decrease or prevent pain


without losing consciousness. This research used to every part bananas plant like
fronds, leaves, and corm of banana (Musa paradisiaca L) will be used. The
purpose of this study was determine whether the fronds, leaves, amd corm of
Musa Paradisiaca L also have analgetic activity. To do this test, swiss male mice
are needed. Extraction of Musa Paradisiaca L was obtained by maceration
method using ethanol and hot water solvent. Test preparation is given oraly, data
analysis is used writing test method, hot plate metode, and tail flick metode by
looking at the amount of pain reaction in mice. Differences in effects between
treathment groups in most article were analyzed using the Anova test.

Key world : Analgetic Activity, Musa paradisiaca L, Male White Mice (Mus
musculus)

ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................ ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
ABSTRAK ......................................................................................................... vi
DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... x
DAFTAR LAMBANG....................................................................................... xi
DAFTAR SINGKATAN.................................................................................... xi
DAFTAR ISTILAH............................................................................................ xii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Klasifikasi tanaman....................................................................... 6
B. Morfologi tanaman........................................................................ 7
C. Tinjauan Simplisia........................................................................ 8
D. Skrining Fitokimia Tanaman Pisang............................................. 12
E. Uji Aktivitas Analgesik................................................................. 19

BAB III KERANGKA KONSEP


A. Kerangka Konsep ........................................................................ 24

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN


A. Desain Penelitian .......................................................................... 25
B. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling....................................... 25
C. Unit Analisis.................................................................................. 26
D. Sumber Data dan Prosedur Pengumpulan Data............................ 26
E. Analisis Data................................................................................. 27

BAB V HASIL PENELITIAN


Karakteristik Data............................................................................... 28

BAB VI PEMBAHASAN ................................................................................ 30


BAB VII PENUTUP

x
A. Kesimpulan................................................................................... 33
B. Saran............................................................................................. 33

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 34
LAMPIRAN

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1 Tanaman pisang.......................................................................... 6


Gambar II.2 Struktur Senyawa Flavonoid...................................................... 13
Gambar II.3 Struktur Tanin............................................................................ 15
Gambar II.4 Struktur Saponin......................................................................... 16
Gambar II.5 Struktur Steroid.......................................................................... 17
Gambar III.1 Kerangka konsep........................................................................ 24

xii
DAFTAR LAMBANG, SINGKATAN, DAN ISTILAH

Daftar Arti Lambang

% :Persen
& :Dan
/ :Atau
+ :Penjumlahan
- :Pengurangan
x :Perkalian

Daftar Singkatan
FeCl3 : FeriKlorida
Μg : Mikrogram

Mg : Magnesium
mg : MiliGram
g : Gram
ml : MiliLiter
µm : MikroLiter
cm : SentiMeter
m : Meter
mm : MiliMeter
H2SO4 : Asam Sulfat
Na : Natrium
HCl : Hidroklorida
CMC : Carboxymethyl cellulose

xiii
Daftar Istilah

Determinasi : Suatu proses membandingkan suatu tumbuhan dengan


satu tumbuhan lain yang sudah dikenal sebelumnya
(dicocokan atau disamakan).
Ekstrasi : Suatu proses pemisahan suatu zat berdasarkan
perbedaan kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling
larut yang berbeda, biasanya air dan pelarut
organiklainnya.
Kromatografi : Cara pemisahan zat berkhasiat dan zat lain yang ada
dalam sediaan, dengan jalan penyarian berfraksi atau
penyerapan pada zat padat berpori, menggunakan cairan
gas atau gas yang mengalir.

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang.

Indonesia dikenal sebagai sumber bahan baku obat-obatan tropis

yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi berbagai macam penyakit.

Begitu pula Indonesia merupakan salah satu Negara pengguna tumbuhan

obat tersebar di dunia bersama nega lain di Asia, seperti Cina dan India.

Pemanfaatan tenaman sebagai obat-obatan juga telah berlangsung ribuan

tahun yang lalu. Penggunaan tanaman obat belum terdokumentasi dengan

baik (Widjaja., et al. 2014).

Obat tradisional mengalami perkembangan yang signifikan,

banyak orang lebih memilih obat tradisional dikarekanakan minimalisnya

efek samping yang ditimbulkan. Kelebihan lain dari obat tradisional itu

sendiri adalah bahannya yang mudah diperoleh dan harganya relatif lebih

murah (Sutiningsih, 2007). Sebagian besar masyarakat merasa yakin

bahwa pemanfaatan bahan-bahan alam lebih dapat diterima oleh tubuh

dibandingkan dengan bahan-bahan sintetik, dengan alasan obat tradisional

merupakan empiris yang harus dilestarikan, tidak memiliki banyak efek

samping dan harga obat relatif lebih murah. Pengetahuan tentang tanaman

berkhasiat obat berdasar pada pengalaman dan keterampilan yang secara

turun temurun telah diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Saat ini banyak tanaman berkhasiat obat yang dipelajari secara ilmiah

1
2

sebagai pengganti obat kimia, salah satu tanaman yang berpotensi sebagai

tanaman obat yaitu tanaman pisang. Hal ini disebabkan adanya kandungan

gizi yang bervariasi pada pisang. Efek analgesik dari tumbuhan pisang

tersebut diduga berasal dari kandungan asam amino dari tanaman tersebut,

yaitu tryptophan, threonine, tryptamine, flavonoid dan sterol (Gupta et al.,

2011). Asam amino tersebut telah terbukti memiliki efek analgesik (Verri

Jr., et al., 2012).

Tumbuhan pisang di Indonesia menduduki tempat pertama di

antara jenis-jenis buah lainnya, baik dari segi sebaran, luas pertanaman

maupun produksinya. Produksi pisang di Indonesia pada tahun 2006

sekitar 5.037.472 ton dan Lampung menyumbang 535.732 ton, atau 10,6%

dari produksi pisang nasional (Balai besar pengkajian dan pengembangan

teknologi pertanian) Buah pisang (Musa spp.) merupakan buah urutan

kedua yang banyak dibudidayakan setelah jeruk, dan memberikan sekitar

17% dari total populasi buah di dunia (Suherman & Rusli, 2010).

Tanaman pisang mempunyai bagian-bagian di antaranya akar,

batang, daun, bunga, dan buah (Suyanti, 2012: 23-26). Beberapa bagian

dari tanaman pisang telah diteliti manfaatnya diantaranya adalah dapat

menghilangkan rasa nyeri, diduga efek analgesik tanaman pisang berasal

dari kandungan saponin, flavonoid, dan tanin (Rosanto, 2012). Pada

penelitian ini digunakan pelepah pisang, daun pisang, dan akar pisang

sebagai bahan yang diteliti (Wibowo dan Erna, 2015) tanaman pisang

secara umum mengandung senyawa flavonoid, saponin, steroid,


3

triterpenoid, alkaloid, tanin. Sehingga peneliti sangat tertarik untuk

mengetahui apakah semua bagian tanaman pisang seperti pelepah, daun,

dan akar tanaman pisang memiliki aktivitas analgesik.

Senyawa yang digunakan untuk menghilangkan dan menghalau

rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran disebut dengan analgesik (Tjay,

2007). Mekanisme kerjanya yaitu menghambat kerja enzim

siklooksigenase (Suryanto, 2012) sehingga akan mengurangi produksi

prostaglandin oleh asam arakidonat (Gunawan, 2008).

Setiap orang pasti mengalami rasa nyeri, yang diakibatkan dari

berbagai hal seperti trauma mekanis, fisika, kimia, ataupun trauma lain

yang mengakibatkan rangsangan pada reseptor nyeri. Rasa nyeri adalah

perasaan sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan dan yang

berkaitan dengan kerusakan jaringan (Tjay dan Rahardja, 2007). Parahnya

suatu penyakit dapat digambarkan melalui seberapa parah orang tersebut

merasakan nyeri, yang berbeda sehingga nyeri dapat diklasifikasikan

menjadi dua bagian menurut (Smeltzer, 2001), yaitu nyeri akut dan nyeri

kronik. Berdasarkan pada lamanya nyeri dengan durasi dari tujuh hari,

sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun (Ikhawati, 2011), sehingga

membutuhkan pemberian obat dalam jangka waktu cukup lama serta

berefek samping bagi tubuh seperti gangguan lambung, gangguan usus,

kerusakan darah,kerusakan hati kerusakan ginjal, dan juga reaksi alergi

pada kulit (Tjay, 2007). Nyeri yang disebabkan karena rangsangan

mekanis, kimiawi, atau fisis dapat menimbulkan kerusakan jaringan.


4

Rangsangan tersebut memicu pelepasan zat-zat tertentu yang disebut

dengan mediator nyeri. Mediator nyeri tersebut antara lain histamine,

bradikin, leukotrien, dan prostaglandin. Semua mediator nyeri tersebut

akan merangsang reseptor nyeri di ujung saraf bebas di kulit, mukosa serta

jaringan lain yang kemudian menimbulkan radang (Tjay, 2007).

Pada beberapa jurnal sampling metode penelitian yang digunakan

adalah ekstraksi maserasi dengan pengadukan untuk mendapatkan

senyawa yang terkandung dalam semua bagian tanaman family pisang

yaitu pada pelepah pisang, akar pisang, daun pisang (Musa paradisiacal

L.) dan akan digunakan untuk menguji efek analgesik pada mencit jantan

(Mus musculus). Metode ini dipilih karena, meserasi adalah salah satu

jenis metode ekstraksi dengan sistem tanpa pemanasan atau dikenal

dengan istilah ekstraksi dingin, jadi pada metode ini pelarut dan sampel

tidak mengalami pemanasan sama sekali. Sehingga maserasi merupakan

teknik ekstraksi yang dapat digunakan untuk senyawa yang tidak tahan

panas atupun tahan panas. Semua bagian tanaman yang digunakan seperti

pelepah pisang, daun pisang, dan akar pisang akan diekstraksi dengan

menggunakan etanol dan air panas, karena etanol mudah memasuki

membrane sel untuk menyari ekstrak bahan intraseluler dari bahan

tumbuhan (Tiwari et al., 2011). Penentuan hasil dari penelitian digunakan

metode SLR (systematic literature review) yaitu merujuk pada metodologi

atau riset tertentu dan pengembangan yang dilakuklan untuk


5

mengumpulkan serta mengevaluasi penelitian yang terkait pada fokus

topik tertentu.

B. Rumusan masalah.

Berdasarkan latar belakang diatas maka dirumuskan suatu

permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah tanaman dari family musaceae memiliki potensi sebagai

analgesik?

2. Metode apa yang digunakan untuk uji analgesik pada tanaman family

musaceae?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui tanaman family musaceae memiliki potensi sebagai

analgesik.

2. Untuk mengetahui metode yang digunakan sebagai uji analgesik pada

tanaman family musaceae.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:

1. Sebagai pengetahuan dasar bagi peneliti lanjutan tentang aktivitas

abalgesik yang terdapat pada tanaman family musaceae.

2. Sebagai informasi ilmiah dasar pada bidang farmasi tekhnologi

industri atau farmasi dalam upaya pengembangan sediaan analgesik

pada tanaman family musaceae.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Klasifikasi tanaman

Gambar 2.1 Tanaman pisang (Musa paradisiaca L)

A. Klasifikasi Tanaman Pisang

Kingdom = Plantae

Sub Kingdom = Tracheobionta (Berpembuluh)

Infra Kingdom = Streptophyta (Darat)

Super Division = Spermatophyta (Berbiji)

Division = Magnoliophyta (berbunga)

Class = Liliopsida (Monokotil)

Sub Class = Commelinidae

Ordo = Zingiberalis

Family = Musaceae

6
7

B. Morfologi tanaman

Tanaman pisang terdiri dari beberapa jenis. Namun secara

morfologi tanaman pisang tidaklah berbeda. Tanaman pisang merupakan

tanaman dengan akar serabut tanpa akar tunggang. Akar tanaman pisang

biasanya memiliki panjang 75-150 cm tergantung varietasnya. Batang

tanaman pisang sendiri berupa batang sejati atau umbi batang dan biasa

dikenal dengan nama bonggol. Batang sejati tanaman pisang bersifat keras

dan memiliki titik tumbuh (mata tunas) yang akan menghasilkan daun dan

bunga pisang, selain batang sejati tanaman pisang juga memiliki batang

semu. Batang semu ini terdiri dari pelepah daun panjang yang saling

membungkus dan menutupi hingga membentuk batang yang kuat. Batang

semu tanaman pisang bisanya memiliki panjang 3-8 m tergantung

varietasnya. Tanaman pisang juga memiliki bunga yang berbentuk bulat

lonjong dengan bagian ujung yang runcing. Bunga pisang yang baru

muncul dikenal juga dengan nama jantung pisang. Bunga tanaman pisang

terdiri atas tangkai bunga, daun penumpung bunga dan mahkota bunga.

Tangkai bunga bersifat keras dan berukuran besar dengan diameter sekitar

8 cm. Mahkota bunga sendiri memiliki warna putih dan tersusun

melintang masing-masing sebanyak dua baris. Bunga tanaman pisang

berkelamin satu dengan benang sari berjumlah lima buah dan bakal buah

berbentuk persegi. Buah tanaman pisang (Gambar 2.2) memiliki bentuk

yang beragam, ada yang bulat memanjang, bulat pendek dan bulat persegi
8

selain itu rasa, aroma, warna kulit dan daging buah juga berbeda

tergantung varietasnya (Cahyono, 14-16: 2009).

C. Tinjauan Simplisia

1. Pengertian simplisia

Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai bahan

obat dan belum mengalami pengolahan apapun juga, dan kecuali

dinyatakan lain berupa bahan yang telah dikeringkan (Sampurno,

dkk, 2000). Menurut Depkes RI (2008) simplisia atau herbal adalah

bahan alam yang telah dikeringkan yang digunakan untuk

pengobatan dan belum mengalami pengolahan.

Berdasarkan bahan bakunya, simplisia dapat diperoleh dari

tanaman liar dan atau dari tanaman yang di budidayakan. Jika

simplisia diambil dari tanaman budidaya maka keseragaman umur,

masa panen dan galur (asal usul, garis keturunan) tanaman yang

dipantau. Sementara jika diambil dari tanaman liar maka banyak

kendala yang tidak bisa dikendalikan seperti asal tanaman, umur,

dan tempat tumbuh.

Dasar pembuatan simplisisa meliputi beberapa tahapan.

Adapun tahapan tersebut dimulai dari pengumpulan bahan baku,

sortasi basah, pencucian, pengeringan, sortasi kering, pengubahan

bentuk, pengepakan, dan penyimpanan.


9

2. Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan

mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani

menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir

semua pelarut diuapkan. Massa atau serbuk yang tersisa

diperlakukan sedemikian hingga memenuhi standar baku yang

telah ditetapkan (Depkes RI, 1995).

Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu ekstrak adalah

a. Faktor biologi

Mutu ekstrak dipengaruhi dari bahan asal

(tumbuhan obat), dipandang secara khusus dari segi biologi

yaitu jenis tumbuhan, lokasi tumbuhan asal, waktu panen,

penyimpanan, bahan tumbuhan, dan bagian yang

digunakan.

b. Faktor kimia

Mutu ekstrak dipengaruhi dari bahan asal

(tumbuhan obat), dipandang secara khusus dari kandungan

kimia, yaitu :

Faktor internal, seperti jenis senyawa aktif dalam bahan,

komposisi kualitatif senyawa aktif, kadar total rata-rata

senyawa aktif.

Faktor eksternal, seperti metode ekstraksi perbandingan

ukuran alat ekstrak, pelarut yang digunakan dalam


10

ekstraksi, kandungan logam berat, ukuran kekerasan, dan

kekeringan bahan (Sampurno, dkk 2000).

3. Ekstraksi

Metode penyarian atau pelarut dalam ekstraksi dapat

dibedakan macam-macam cara ekstraksi diantaranya Ekstraksi

adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut

sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut

cair (Depkes RI, 2000). Dengan menggunakan :

a. Cara dingin

Maserasi adalah proses proses pengekstraksian

simplisia dengan menggunakan pelarut beberapa kali

pengocokan atau pengadukan pada temperature ruangan

kamar (Sampurno, dkk, 2000). Maserasi adalah proses

pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut

dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada

temperatur ruangan (kamar), secara teknologi termasuk

ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi

pada keseimbangan. Maserasi kinetik berarti dilakukan

pengadukan yang kontinu (terus-menerus). Remaserasi

berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah

dilakukan penyaringan maserat pertama, dan seterusnya

(Depkes RI, 2000).


11

Keuntungan dari maserasi adalah pengerjaan dan

peralatannya mudah dan sederhana. Kekurangan dari

maserasi antara lain waktu yang diperlukan untuk

mengekstraksi bahan cukup lama, penyarian kurang

sempurna, pelarut yang digunakan jumlahnya banyak

(BPOM, 2012).

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang

selalu baru sampai sempurna yang umumnya dilakukan

pada temperature ruangan. Proses terdiri dari tahapan

pengembangan bahan, tahap maserasi antara tahap

penampungan ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali

bahan (Sampurno dkk, 2000).

b. Cara panas

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada

temperatur titik didihnya selama waktu tertentu dan jumlah

pelarut terbatas relative konstan dengan adanya

perbandingan balik. Biasanya dilakukan pengulangan

proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga

terentuk ekstrak sempurna (Sampurno, dkk, 2000).

Sokhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang

baru, secara umum dilakukan dengan alat khusus sehingga

terjadi ekstraksi berkesinambungan dengan jumlah pelarut


12

yang relatif konstan dengan adanya perbandingan balik

(Sampurno dkk, 2000).

Dekok adalah infuse pada waktu yang lebih lama

(>30°C) dan temperature sampai titik didih air (Sampurno

dkk, 2000).

D. Skrining Fitokimia Tanaman Pisang

Skrining fitokimia merupakan tahap pendahuluan dalam suatu

penelitian fitokimia yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang

golongan senyawa yang terkandung dalam tanaman yang sedang diteliti.

Metode skrinning fitokimia dilakukan dengan melihat reaksi pengujian

warna dengan menggunakan suatu pereaksi warna.

Berikut ini adalah beberapa kandungan pada daun pisang kepok

(Musa paradisiaca L.)

1. Flavonoid

Flavonoid adalah senyawa metabolit sekunder yang

memiliki struktur inti C6-C3-C6 yaitu dua cincin aromatik yang

dihubungkan dengan 3 atom C, biasanya dengan ikatan atom O

yang berupa ikatan oksigen heterosiklik. Senyawa ini dapat

dimasukkan sebagai senyawa polifenol karena mengandung dua

atau lebih gugus hidroksil, bersifat agak asam sehingga dapat larut

dalam basa. Umumnya flavonoid ditemukan berikatan dengan gula

membentuk glikosida yang menyebabkan senyawa ini lebih mudah

larut dalam pelarut polar, seperti metanol, etanol, butanol, etil


13

asetat (Hanani, 2014). Flavonoid berkhasiat sebagai analgesik yang

mekanisme kerjanya menghambat kerja enzim sikloogsigenase

(Suyanto, 2012). Penghambatan enzim sikoogsigenase akan

mengurangi produksi prostaglandin sehingga mengurangi rasa

nyeri (Gunawan dan Mulyani, 2004). Flavonoid dilakukan dengan

menggunakan larutan H2SO4. Penambahan asam sulfat pekat

bertujuan unuk membentuk senyawa flavonoid (pembentukan

garam flavilium) dengan ditunjukannya perubahan warna merah

jingga pada sampel (Harbourne, 1978).

Gambar 2.2 Struktur Flavonoid

2. Tanin

Tanin merupakan salah satu jenis senyawa metabolit

sekunder yang berfungsi memberikan rasa pahit pada tanaman.

Senyawa metabolit tanin terdiri dari senyawa polifenol yang larut

dalam air. Secara umum senyawa tanin dibagi menjadi dua jenis,

yaitu tanin yang dapat terhidrolisis dan tanin tidak terhidrolisis.

Tanin terhidrolisis biasanya terbentuk dari proses esterifikasi gula


14

dengan asam fenolat sederhana, seperti glukosa dan asam galat.

Sedangkan tanin tidak terhidrolisis atau biasa disebut tanin

terkondensasi, biasanya diperoleh dari polimerisasi tanin dan

flavonoid (Mukhriani, 2014).

Tanin dapat diperoleh pada daun jambu, kulit delima, daun

kemuning dan daun salam. Secara umum tanin dapat membentuk

koloid jika dilarutkan dalam air dan akan membentuk endapan jika

direaksikan dengan alkaloid dan gelatin serta dapat mengendapkan

protein. Tanin merupakan salah satu jenis senyawa yang tidak

dapat mengkristal sehingga sangat sukar dipisahkan dari senyawa

kompleksnya berupa campuran polifenol. Salah satu cara

mengidentifikasi senyawa tanin dalam tanaman, yaitu dengan

menggunakan reaksi warna dan kromatografi (Mukhriani, 2014).

Senyawa tanin yang dikomsumsi dalam kadar yang tinggi

dapat menghambat penyerapan mineral dalam tubuh dikarenakan

tanin bersifat chelatorsion logam, selain itu tanin juga dapat

mengendapkan protein sehingga dapat menghambat penyerapan

gizi. Selain efek toksik senyawa tanin juga memiliki beberapa

manfaat bagi kehidupan sebagai adsorben logam, antimikroba,

plywood adhesive dan medical potensial (Ismarani, 2012).

Mekanisme tanin dari prostaglandin sehingga tanin mempunyai

efek analgesic antiinlamasi (Hassan et al, 2014).


15

Gambar 2.3 Struktur Tanin

3. Saponin

Saponin dikelompokkan menjadi saponin steroid dan

saponin triterpen. Saponin merupakan senyawa yang bersifat racun

karena dapat menyebabkan terjadinya hemolisis darah. Beberapa

saponin memiliki efek terapeutik. Penelitian saponin yang

dilakukan banyak diarahkan untuk diubah menjadi senyawa sterol

yang memiliki khasiat sebagai hormon, antara lain kortison dan

estrogen (Hanani, 2014). Saponin umumnya berada dalam bentuk

glikosida sehingga cenderung bersifat polar. Timbulnya busa pada

uji saponin menunjukkan adanya saponin yang mempunyai

kemampuan menjadi glukosa dan senyawa lainnya (Artini, 2013).

Mekanisme kerja saponin khususnya saponin triterpenoid mampu

bekerja sebagai analgesik dengan cara mencegah produksi

beberapa mediator proinflamasi dan menghambat PGE2

(prostaglandin) (Fernandes, 2001).


16

Gambar 2.4 Struktur Saponin

4. Steroid

Steroid adalah lipid terpenoid yang dicirikan dengan empat

ring karbon yang menyatu satu sama lain “four fused ring” yang

setiap ringnya tersusun dengan pola 6-6-6-5. Steroid adalah

molekul kompleks yang larut dalam lemak dengan empat cincin

yang saling tergabung. Stereokimia steroid telah diselidiki oleh

para ahli dengan menggunakan analisis sinar x dari struktur

kristalnya atau cara-cara kimia (Sudarma, 2014).

Steroid kaya akan gugus fungsi yang terikat pada cincin-

cincin tersebut. Ratusan steroid yang mempunyai peranan penting

ditemukan pada tumbuhan, hewan, manusia, dan jamur. Semua

steroid dibuat di dalam sel dari sterol lanosterol (pada hewan,

manusia, dan jamur) atau sterol sikloartenol (pada tumbuhan).

Kedua sterol tersebut diturunkan dari triterpenoid dan skualena.

Sebagaimana senyawa organic lainnya, tatanama sistematika dari

steroid didasarkan pada struktur hidrokarbon steroid tertentu.

Nama hidrokarbon steroid itu ditambahi awalan atau akhiran yang


17

menunjukkan jenis subtituen. Sedangkan posisi dari substituen itu

ditunjukkan oleh nomer atom karbon dimana subtituen itu terikat

(Susilawati, 2001).

Mekanisme kerja steroid sebagai analgesik dengan cara

menekan enzim fosfolipase sehingga pembentukan mediator-

mediator inflamasi dapat dihambat (Ebadi, 2002).

Gambar 2.5 Struktur Steroid

5. Terpenoid

Terpenoid merupakan sejumlah besar senyawa tumbuhan

yang dibangun oleh molekul isoprena (CH2=C(CH3)-CH=CH2).

Golongan senyawa terpen ini memiliki peranan yang sangat

penting bagi kelangsungan hidup tumbuhan, baik dari segi

metabolisme maupun sistem tumbuhan (Harborne, 1987:123).

Secara umum terpenoid dapat larut dalam lemak dan dapat terdapat

di dalam sitoplasma sel tanaman. Tetapi beberapa jenis terpen

seperti minyak atsiri terdapat dalam kelenjar permukaan daun

adapula jenis lain seperti karotenoid yang dapat ditemukan di

dalam kloroplast daun dan bunga. Terpenoid dapat diekstraksi

dengan menggunakan pelarut seperti eter, minyak bumi dan


18

kloroform. Terpenoid juga dapat diisolasi dengan menggunakan

kromatografi lapis tipis. Namun untuk analisis senyawa terpenoid

dalam skala yang kecil cukup susah dilakukan dengan

kromatografi. Hal ini dikarenakan sebagian besar senyawa

golongan terpen tidak memiliki warna kecuali karetenoid, sehingga

identifikasi dengan menggunakan kromatografi lapis tipis harus

menggunakan uji pendahuluan, yaitu dengan menyemprotkan asam

sulfat pekat dan dibantu dengan pemanasan pada plat kromatografi

(Harborne, 1987: 125).

Berdasarkan mekanisme reaksi pembentukan senyawa

terpenoid, senyawa terpenoid dapat digolongkan menjadi beberapa

senyawa, yaitu monoterpenoid (Gambar 2.8) dan seskuiterpenoid

yang dapat ditemukan dalam minyak atsiri, diterpenoid yang dapat

ditemukan dalam resin pinus, triterpenoid yang dapat ditemukan

dalam damar, tetraterpenoid yang dapat ditemukan dalam zat-zat

warna karoten serta politerpenoid yang dapat ditemukan dalam

karet alam (Lenny, 2006: 11).

Senyawa terpenoid banyak memiliki manfaat dalam

kehidupan seperti monoterpen yang banyak dimanfaatkan sebagai

antiseptik, ekspektoran, spasmolitik dan sedatip. Selain itu

monotepen ini juga biasa digunakan sebagai bahan pemberi aroma

makanan maupun parfum. Sedangkan turunan senyawa terpen yang

lain seperti sesterpenoid banyak digunakan sebagai antimikroba,


19

antibiotik dan toksin serta sebagai regulator pertumbuhan tanaman.

Senyawa terpen seperti diterpenoid juga banyak digunakan sebagai

inhibitor tumor, senyawa pemanis dan anti karsiogenik (Lenny,

2006:12-14).

E. Uji Aktivitas Analgesik

1. Tinjauan uji aktivitas analgesik

Metode pengujian aktivitas analgesik bertujuan untuk

menentukan secara reprodusibel suatu zat uji terhadap ambang

nyeri dengan mengukur respon refleknya terhadap rangsangan

syok panas, tekanan, listrik dan kimia. Induksi nyeri meliputi

mekanik, elektrik dan kimia. Pada umumnya daya analgesik pada

hewan dinilai dengan :

a. Mengukur besarnya stimulus nyeri yang harus diberikan

sampai ada respon nyeri.

b. Jangka waktu ketahanan hewan terhadap stimulus nyeri.

c. Besarnya frekwensi respon nyeri.

2. Macam macam uji aktifitas analgesik

a. Metode stimulasi panas

Penggunaan stimulasi rangsangan panas pada metode

ini diberikan secara radiasi dengan intensitas tetap, dikenal

dengan metode tail flick oleh D’amour-smith. Sumber panas

yang dikeluarkan secara radiasi berasal dari tegangan 6-8 volt

dilengkapi dengan satu refraktor untuk memfokuskan panas


20

lampu melalui suatu lensa menujuu ujung ekor tikus yang

terletak 6 inci di bawah lampu. Hasil perekaman secara

otomatis selama penyinaran pada pencatat waktu dan

memudahkan pengamatan respon hewan dengan pemakaian

stop watch.

Selain metode di atas, panas dapat diberikan secara

konduksi dikenal dengan metode hot plate oleh Wolf dan Mc

Donald. Hewan coba yang berupa mencit menunjukan respon

seperti menjilat kaki, mengangkat kaki, menendang kaki atau

meloncat. Mencit diamati untuk menimbulkan reaksi tersebut

setelah diletakan di atas hot plate yang memiliki suhu tertentu.

Pada suhu 500c hewan coba memberikan reaksi yang tak

teratur namun pada suhu 550c waktu reaksinya 30 detik

sedangkan pada suhu 600c waktu reaksinya 20 detik. (Domer,

1971)

Keuntungan dari metode stimulasi panas adalah

rangsanganya alami, mudah dikontrol, tidak menyebabkan

kerusakan jaringan walaupun rangsangan untuk menimbulkan

rasa sakit dilakukan berkali-kali, dan dapat digunakan pada

subyek yang bergerak ataupun tidak bergerak (Domer, 1971)

b. Metode stimulasi listrik

Kera (macaca mulata) digunakan untuk melaksanakan

metode ini yang mana elektrode aliran listrik akan dipasang di


21

ganglion gaseri atau telinga. Sebenarnya, stimulasi listrik

dapat dilakukian dengan beberapa cara seperti melalui jaringan

listrik pada lantai, dengan elektrode yang ditempelkan pada

kulit, dan elektrode yang ditanam pada telinga sensoris atau

pada tempat susunan saraf pusat. Hewan coba tadi diberikan

arus tertentu dan bila merasakan kesakitan maka arus

diturunkan satu tingkat secara otomatis sehingga dapat diukur

ambang rasa sakitnya.

Setelah ada perlakuan terhadap hewan coba, percobaan

diulag kembali, jika ambang rasa sakitnya meningkat maka

dapat disimpulkan bahwa senyawa pada perlakuan yang

diberikan pada hewan coba memiliki efek analgesik.

Kekurangan dari metode ini yaitu memerlukan perlengkapan

khusus dan rumit. Netode lain yang apat digunakan selain

metode di atas ad lah metode pulpa gigi namun sulit dilakukan

karena membutuhkan keterampilan yang tinggi (Domer, 1971).

Adapun keuntungan metode stimulasi listrik adalah

stimulan dapat dikontrol menggunakan stimulator arus listrik

yang dipertahankan konstan walaupun terjadi fluktuasi daya

tahan subyek, dapat digunakan dan diukur dengan mudah,

dapat menghasilkan rasa sakit yang hebat tanpa merusak

jaringan, dapat diulang dengan interval yang sangat pendek,


22

onsetnya cepat, dan dapat digunakan pada segala macam

spesies (Domer, 1971).

c. Metode stimulasi tekanan

Pengujian aktivitas analgesik dilakukan dengan

menggunakan tekanan yang diberikan melalui suatu alat

syringe dari suatu rangkaian tertutup terdiri atas suatu minyak

mineral yang dihubungkan dengan pipa-T dengan syringe lain

pada ekor tikus. Besarnya tekanan akan menyebabkan tikus

meronta-ronta untuk melepaskan diri. Hasil dari percobaan ini

bersifat kualitatif dan kekurangan metode ini yaitu ekor mencit

menjadi cedera setelah percobaan sehingga tidak dapat diulang

karena dapat mempengaruhi percobaan selanjutnya.

Disisi lain, keuntungan dari metode ini adalah

rangsanganya alami, mudah digunakan tanpa adanya peralatan

mekanik atau elektronik yang mahal, namun terdapat kendala

bahwa kontrol dan ukuran parameter stimulus yang baik sulit

didapatkan tanpa adanya peralatan mekanik dan elektronik

yang canggih, selain itu metode ini hanya digunakan pada

hewan coba yang tidak bergerak (sudah dibius) karena pada

hewan coba yang bergerak akan menyuliotkan kontrol dan

pengukuran (Domer, 1971).

d. Metode stimulasi nyeri kimiawi (writing test)


23

Alasan penggunaan metode stimulasi secara kimiawi ini

dikarenakan akan adanya hubungan bertingkat antara intensitas

rangsangan nyeri dan dosis senyawa yang dibutuhkan untuk

menahan rangsagan nyeri sehingga dapat diperoleh kuantitas

aktivitas analgesik suatu senyawa (Turner, 1965).

Pengamatan frekuensi geliat pada kelompok hewan yang

diberikan senyawa uji dibandingkan dengan frekuensi geliat

pada masing-masing kelompok yang diberikan standar (obat

yang sudah teruji efek analgesiknya) dan plasebo (kontrol).

Adanya penurunan frekuensi geliat karena suatu senyawa

tersebut dalam meningkatkan ambang rasa nyeri (dyah dkk,

2002)
BAB III

KERANGKA KONSEP

Tanaman Pisang
(Musaceae)

Skrining fitokimia

Terpenoid Flavonoid Alkaloid Tanin Saponin Steroid

Aktivitas Farmakologi

Aktivitas Analgesik

Metode Writhing Test Metode Hot Plate

Persen Hambat Analgesik

24
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Metode penelitian Systematic Literature Review (SLR) merupakan

penelitian untuk mereview penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan

dengan topik yang akan diteliti. Pada penelitian ini perbandingan yang

dilakukan adalah dengan tanaman pisang dan masing-masing bagian

adalah sebagai objek yang akan dilakukan observasi untuk mengetahui

aktivitas analgesik tanaman pisang.

B. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek

yang diteliti (Notoatmodjo, 2012). Populasi yang digunakan dalam

penelitian ini adalah jurnal penelitian tentang aktivitas analgesik

dari tanaman family musaceae.

2. Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili

seluruh populasi (Notoatmodjo, 2012). Sampel yang digunakan

adalah jurnal tentang aktivitas analgesik dari tanaman family

musaceae yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi.

3. Teknik Sampling

Teknik sampel yang digunakan adalah purposive sampling.

Teknik ini dilakukan dengan mengambil jurnal yang terpilih

25
26

menurut ciri-ciri spesifik berdasarkan penelitian analgesik pada

tanaman pisang. Kriteria sampel meliputi kriteria inklusi dan

kriteria eksklusi, dimana kriteria tersebut menentukan dapat atau

tidaknya sampel digunakan.

Adapun kriteria inklusi dan eksklusi adalah sebagai berikut :

a) Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek

penelitian dapat mewakili dalam sampel penelitian yang

memenuhi syarat sebagai sampel (Notoatmodjo, 2002).

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

1) Jurnal penelitian dengan menggunakan tanaman

family pisang sebagai bahan penelitian

2) Jurnal penelitian aktivitas analgesik dilihat dari reaksi

yang dialami mencit

3) Jurnal penelitian true eksperimental.

b) Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek

penelitian ini tidak dapat mewakili sampel karena tidak

memenuhi syarat sebagai sampel penelitian (Notoatmodjo,

2002).

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :

1. Jurnal penelitian dengan metode systematic literature

review
27

2. Jurnal penelitian survey.

c) Macam macam contoh artikel penelitian menurut kriteria

inklusi dan ekslusi

Kriteria inklusi Kriteria ekslusi

Article analgesik : “A Review on Musa


“UJI EFEK ANALGETIK EKSTRAK ETANOL BUAH Balbisiana Colla”,
TERONG BELANDA (Solanumbetaceum) PADA MENCIT “KARAKTERISTIK
PUTIHGALUR SWISS WEBSTER”, DAN MANFAAT
“Uji Aktifitas Analgetik Ekstrak Etanol Daun Pepaya (Carica TUMBUHAN PISANG
papaya L.) pada Mencit Putih Jantan yang di Induksi Asam DI INDONESIA :
Asetat 1%”, Review Artikel”.
“PENGARUH PEMBERIAN KOMBINASI MINYAK
ATSIRI RIMPANG TEMULAWAK”.(Curcuma xanthorriza
Roxb.) DAN KURKUMINOIDNYATERHADAP EFEK
ANALGETIK PADA MENCIT

Article Tanaman Pisang :

“PHARMACOGNOSTIC EVALUATION OF MUSA


PARADISIACA L.

BRACT, FLOWER, TRACHEA AND TRACHEAL


FLUID”,
“Phytochemical analysis and in-vitro anthelmintic activity of
Musa paradisiaca linnand Sesbania grandiflora”,
“Efektivitas Ekstrak Batang Pisang Kepok (Musa x
paradisiaca Linn.)
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus pyogenes.”

Catatan : kriteria inklusi harus dalam bentuk penelitian true

eksperimental beberapa contoh diatas sudah termasuk

kedalam penelitian eksperimental yang digunakan pada

kriteria inklusi dari jurnal penelitian analgesik sampai jurnal

pada tanaman pisang, dan untuk kriteria inklusi masuk

kedalam penelitian review article.


28

Beberapa contoh diatas tidak menggambarkankeseluruhan

artikel yang dapat digunakan, masih banyak artikel yang

dapat dimasukan kedalam kriteria inklusi dan ekslusi dalam

penelitian.

C. Unit analisis

Unit analisis adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai

subjek penelitian atau dalam pengertian lain, unit analisis diartikan sebagai

sesuatu yang berkaitan dengan fokus komponen yang diteliti. Pada

penelitian ini unit analisis yang digunakan yaitu aktivitas analgesik

tanaman dari family musaceae.

D. Sumber Data dan Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data:

1. Masuk ke alamat google scholar (www.googlescholar.com) .

2. Masukkan kata kunci “Analgetic activity of musaceae”

3. Menggunakan kriteria:

a. Jurnal penelitian analgesik pada tanaman family pisang.

b. Menggunakan jenis penelitian true eksperimental.

4. Melakukan analisa data jurnal atau mereview jurnal yang telah

ditemukan.

E. Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah deskriptif, dengan

pengambilan data yang dilakukan secara purposive sampling dan


29

menggunakan metode SLR (Systematic Literature Review) yaitu dengan

mereview penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan aktivitas

analgesik ekstrak tanaman pisang dan metode uji yang digunakan.


BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Tabel Karakteristik Data:

No Nama Penulis Judul Artikel Nama Spesies Metode


1. Setya Enti Uji Efektivitas Analgetika Pelepah Pisang Hot Plate
Rikomah Ekstrak Etanol 95% Pelepah Uli (Musa X Metode
Pisang Uli (Musa X Paradisiaca Paradisiaca L) (Pelepah)
L) Pada Mencit Jantan (Mus
Musculus)
2. Lee Pui Yuei, dkk. Study Of Anti-Inflammantory Musa SP. Peel Hot Plate
And Analgesic Activity Of Musa Metode (Kulit
SP. Peel Buah)
3. Atul Kumar To Evaluate The Analgesic Musa Sapientum Hot Plate
Gangwar Activity Of Leaves Of Musa Linn Metode (Daun)
Sapientum Linn
4. Surbhi Gupta et al Analgesic Activity Of Aqueous Musa Hot Plate
Extract Of Musa Paradisiaca Paradisiaca Metode (Daun)

5. Krishna Pharmacological Properties Of Musa Writing Test


Venkatarangaiah Corm Ethanol Extract Of Musa Paradisiaca (L.) Metode (Akar)
Venkatesh Paradisiaca (L.) CV. Puttabale

30
31

B. Tabel Analisis Senyawa Tanaman Pisang

No Nama senyawa Mekanisme senyawa


1 Flavonoid Flavonoid berkhasiat sebagai analgesik yang

mekanisme kerjanya menghambat kerja enzim

sikloogsigenase (Suyanto, 2012). Penghambatan enzim

sikoogsigenase akan mengurangi produksi

prostaglandin sehingga mengurangi rasa nyeri

(Gunawan dan Mulyani, 2004).


2 Tanin Mekanisme tanin dari prostaglandin sehingga tanin

mempunyai efek analgesik antiinlamasi (Hassan et al,

2014).
3 Saponin Mekanisme kerja saponin khususnya saponin

triterpenoid mampu bekerja sebagai analgesik dengan

cara mencegah produksi beberapa mediator

proinflamasi dan menghambat PGE2 (prostaglandin)

(Fernandes, 2001).
4 Steroid Mekanisme kerja steroid sebagai analgesik dengan

cara menekan enzim fosfolipase sehingga

pembentukan mediator-mediator inflamasi dapat

dihambat (Ebadi, 2002).

C. Tabel Hasil Review

No Judul Artikel Nama Spesies Hasil


32

1. Uji Efektivitas Analgetika Pelepah Pada etanol ekstrak yang paling


Ekstrak Etanol 95% Pisang Uli efektif menurunkan geliat mencit
Pelepah Pisang Uli (Musa (Musa X yaitu pada dosis tertinggi sebesar:
X Paradisiaca L) Pada Paradisiaca 21, 06 mg/kg BB, inhibisinya
Mencit Jantan (Mus L) sebesar 85,33 % dengan
Musculus). tahun 2016 menggunakan metode hot plate
(Pelepah)
2. Study Of Anti- Musa SP. Peel Pada etanol ekstrak yang paling
Inflammantory And efektif menurunkan geliat mencit
Analgesic Activity Of dengan metode hot plate yaitu
Musa SP. Peel pada dosis tertinggi sebesar 400
(Kulit Buah) mg/kg BB dalam bentuk reaksi
waktu. Nilai mean sebesar 0.019

dibandingkan dengan 200


mg/kg sebesar 0.040 dengan
p<0.05
3. To Evaluate The Analgesic Musa Hasil dalam bentuk perbandingan
Activity Of Leaves Of Sapientum geliat antara alkohol ekstrak dan
Musa Sapientum Linn. Linn aqueous ekstrak pada metode hot
Tahun 2012 plate menyatakan bahwa aqueous
(Daun) ekstrak pada dosis 400 mg/kg BB
lebih signifikan menurunkan rasa
nyeri pada jam ke 2 sebesar 9.17
menjadi
7.23 pada jam ke 3.
4. Analgesic Activity Of Musa Hasil menggunakan metode hot
Aqueous Extract Of Musa Paradisiaca plate megacu pada reaksi waktu
Paradisiaca. Tahun 2011 jam ke 2 - jam ke 3 pada dosis
(Daun) terbesar yaitu 1000 mg/kg, rata-
rata reaksi nyeri sebesar 26.53
pada jam ke 2 menurun menjadi
20.53 pada jam ke 3
Pada aqueous ekstrak dengan
menggunakan metode writing test
yang paling efektif menurunkan
geliat mencit yaitu pada dosis
tertinggi sebesar 1000 mg/kg BB
33

inhibisinya sebesar: 69,99 %.


5. Pharmacological Musa Pada etanol ekstrak menggunakan
Properties Of Corm Paradisiaca metode writing test yang paling
Ethanol Extract Of Musa (L.) efektif menurunkan geliat mencit
Paradisiaca (L.) CV. yaitu pada dosis tertinggi sebesar:
Puttabale. Tahun 2014 300 mg/kg BB inhibisinya
(Akar) sebesar: 72,53 %.
Hasil reaksi dilihat berdasarkan
reaksi waktu, hasil reaksi pada
metode hot plate dosis 300 mg/kg
terjadi pada jam ke 2 rata-rata
reaksi sebesar 8.83 menjadi 8.00
pada jam ke 2.5 dan menjadi 6.83
pada jam ke 3.
Hasil dapat dilihat dari besar
reaksi yang diturunkan pada tail
flick metode, reaksi paling besar
ditunjukan pada dosis ke 3 (300
mg/kg) dengan rata-rata reaksi
sebesar 10.67 pada menit ke 15
menjadi 2.83 pada jam ke 3.
BAB V1

PEMBAHASAN

Berdasarkan penelusuran artikel yang telah dilaksanakan terdapat 5 artikel

yang memenuhi kriteria sebagai bahan dasar untuk digunakan pada penelitian

SLR, Dengan menggunakan semua bagian tanaman seperti daun, akar, pelepah,

dan kulit pisang sebagai bahan dengan menggunakan ektraksi maserasi. Ektraksi

maserasi banyak digunakan karena menurut Harmita (2008), maserasi merupakan

cara sederhana yang dapat dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia

pada dalam pelarut. Pelarut akan menembus dinding sel yang mengandung zat

aktif sehingga zat aktif akan larut. Pelarut yang digunakan dari ke 5 jurnal yang

diteliti secara keseluruhan adalah menggunakan pelarut ethanol dan aquadest.

Menurut Trifani (2012), etanol dan air digunakan sebagai pelarut karena bersifat

polar, universal, dan mudah didapat. Senyawa polar merupakan senyawa yang

larut dalam air. Senyawa metabolit sekunder yang diambil adalah tanaman pisang

yang bersifat polar sehingga menggunakan pelarut polar.

Dilihat dari skrining fitokimia yang telah dilakukan dalam jurnal,

kandungan asam amino yaitu Alkaloid, Flavonoid, Saponin, Steroid, Tanin, dan

Terpenoid. Beberapa kandungan tersebut yang diduga paling berperan dalam

aktivitas analgesik pada tanaman pisang adalah flavonoid steroid, tannin, dan

saponin. Flavonoid karena memiliki khasiat sebagai analgesik yang mekanisme

kerjanya menghambat kerja enzim sikloogsigenase (Suyanto, 2012).

Penghambatan enzim sikoogsigenase akan mengurangi produksi prostaglandin

sehingga mengurangi rasa nyeri (Gunawan dan Mulyani, 2004), saponin yang

32
33

memiliki aktivitas analgesic dengan Mekanisme kerja saponin khususnya saponin

triterpenoid mampu bekerja sebagai analgesik dengan cara mencegah produksi

beberapa mediator proinflamasi dan menghambat PGE2 (prostaglandin)

(Fernandes, 2001), Steroid Mekanisme kerja steroid sebagai analgesik adalah

dengan cara menekan enzim fosfolipase sehingga pembentukan mediator-

mediator inflamasi dapat dihambat (Ebadi, 2002), dan tannin memiliki aktivitas

analgesik Mekanisme tanin dari prostaglandin sehingga tanin mempunyai efek

analgesik antiinlamasi (Hassan et al, 2014).

Jurnal penelitian secara keseluruhan diketahui menggunakan beberapa

metode uji aktivitas analgesik yang dilakukan untuk mengetahui efek analgesik

ekstrak tanaman pisang pada mencit putih jantan yaitu menggunakan metode hot

plate (stimulasi panas), menggunakan metode writing test (metode stimulasi

kimiawi) dan tail flick metode.

Berdasarkan dari beberapa metode yang digunakan untuk menentukan

aktivitas analgesik dari tanaman family Musaceae metode yang paling sering

digunakan dari ke 5 jurnal tersebut yaitu metode hot plate, dikarenakan dengan

metode hot plate oleh Wolf dan Mc Donald, memiliki rangsanganya alami, mudah

dikontrol, tidak menyebabkan kerusakan jaringan walaupun rangsangan untuk

menimbulkan rasa sakit dilakukan berkali-kali, dan dapat digunakan pada subyek

yang bergerak ataupun tidak bergerak (Domer, 1971). Seperti pada jurnal 1-5

keseluruhan menggunakan metode hot plate untuk uji aktivitas analgesik,

walaupun ada beberapa jurnal yang menggunakan metode lain seperti writing tes

dan tail flick metode untuk perbandingan seperti yang ditunjukan pada tabel hasil.
34

Hasil analisis uji aktivitas analgesik pada jurnal 1 dengan judul ”uji

efektivitas analgesik ekstrak etanol 95% pelepah pisang uli (musa x paradisiaca

L) pada mencit jantan (mus musculus)”, dari ke 3 dosis yaitu pada dosis 1

(7,02mg) yang mendapatkan inhibisi sebesar 65,33%, dosis 2 (14,04mg)

mendapatkan inhibisi sebesar 84%, dan dosis ke 3 (21,06mg) sebesar 85,33%.

Apabila dilihat dari tabel hasil AUC pada jurnal 1 keseluruhan kelompok uji

menunjukan adanya aktivitas analgesik namun tidak semua hasil reaksi sama

dengan kontrol positif namun apabila dilihat dari perbandingan dengan masing-

masing kelompok uji dosis ke 3 (21,06mg) memiliki aktivitas analgesik yang

lebih besar yaitu mendapatkan inhibisi sebesar 85,33%.

Hasil analisis pada jurnal ke 2 dengan judul ”Study Of Anti-Inflammantory

And Analgesic Activity Of Musa SP. Peel” dengan adanya perbandingan antara

metode hot plate dan writing test dan menggunkan acuan reaksi waktu pada jurnal

tersebut menunjukan adanya penurunan reaksi pada menit ke 60 sampai pada

menit ke 180 yaitu pada dosis 200mg/kg dan 400mg/kg yaitu sebesar 0.040 dan

0.019 dengan p<(0,05). Hal ini menunjukan bahwa pada dosis 400 mg/kg

memiliki aktivitas analgesic paling besar dari pada dosis 200 mg/kg.

Pada jurnal ke 3 yaitu “pharmacological properties of corm ethanol extract

of musa paradisiaca L CV puttabale.”, hasil yang didapatkan pada metode uji

writing test menghasilkan inhibisi sebesar 72,53% yaitu pada dosis 3 (300 mg/kg)

palinng besar dibanding dengan dosis 1(100 mg/kg) sebesar 32,30 % dan dosis 2

(200 mg/kg) sebesar 61,50 %. Pada metode hot plate reaksi terjadi pada jam ke 2

sampai jam ke 3 mengalami penurunan reaksi nyeri dari nilai 8,83 menjadi 6,83
35

pada dosis ke 3, lebih efektif dari pada dosis 1 (100 mg/kg) yang mengalami

penurunan reaksi pada jam 2,5 sebesar 5,33 menjadi 4,83 pada dosis ke 3, dan

dosis ke 2 (200 mg/kg) mengalami penurunan pada jam ke 2 yaitu sebesar 7,33

menjadi 6,00 pada jam ke 2,5 dan 4,50 pada jam ke 3. Pada metode tail flick dosis

ke 3 (300 mg/kg) juga menunjukan reaksi paling efektif menurunkan reaksi nyeri

pada mencit yang berkurang dari mulai menit ke 15 sampai pada jam ke 3 yaitu

sebesar 10,67 menjadi 2,83. Adapun dosis 1 (100 mg/kg) sebesar 6,83 pada menit

ke 15 menjadi 3,67 pada 3 jam setelahnya, pada dosis 2 (200 mg/kg) sebesar 8,67

pada 15 dan menjadi 3,50 pada jam ke 3. Hal ini menunjukan bahwa akar pohon

pisang memiliki efek analgesik pada dosis 100, 200, dan 300 dan yang paling

efektif adalah pada dosis ke 3 sebesar 300 mg/kg.

Pada jurnal ke 4 yaitu “study Anti-inflamantory and analgesic activity of

musa sp.peel” pada penelitian ini hasil yang pada dosis 200 mg/kg BB sebesar

5,023 ± 0,040 dan pada dosis 400 mg/kg BB mendapatkan hasil 6,346 ± 0,019.

Bila diperbandingkan dari ke dua dosis tersebut inhibisi yang paling besar adalah

pada dosis 400 mg/kg BB walaupun tidak disebutkan berapa persen hasil

inhibisinya, dikarenakan menggunakan acuan reaksi waktu sebagai perhitungan

respon mencit. Penurunan paling signifikan dihasilkan pada menit ke 60-120 dan

reaksi paling efektif dihasilkan pada dosis 400 mg/kg BB.

Pada jurnal ke 5 yaitu “To evaluate the analgesic activity of leaves of

Musa sapientum linn”. Penelitian ini menggunakan daun pisang untuk bahan uji

dan menggunakan hot plate metode sebagai uji aktivitas analgesik yaitu dengan
36

membandingkan ekstrak alkohol 400 mg/kg BB dan aqueous ekstrak 400 mg/kg

BB. Jika dilihat dari hasil jurnal pengukuran dilakukan menggunakan waktu (jam)

ke 0-3, ekstrak alkohol 400 mg/kg BB jika dilihat dari jam ke 2 yaitu sebesar 9,17

± 0,11 menjadi 7,23 ± 0,24. Pada aqueous extract 400 mg/kg BB jam ke 2 juga

mengalami penurunan reaksi yaitu sebesar 9,45 ± 0,30 menjadi 6,55 ± 0,10.

Dilihat dari perbandingan tersebut, keduanya sama-sama memiliki aktivitas

analgesik namun bila dilihat dari efektivitasnya aqueous extract 400 mg/kg BB

lebihh signifikan dalam menurunkan reaksi nyeri yang dialami mencit.


BAB VII

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Hasil systematic literature review pada ke 5 jurnal hasil penelitian

mengenai uji aktivitas analgesik pada tanaman family Musaceae yang

telah dilaksanakan adalah dengan menggunakan 3 metode, yaitu metode

hot plate, metode writing test, dan metode tail flick. Seluruh metode

yang digunakan dapat menghasilkan efek analgesik.

2. Hasil uji aktivitas analgesik pada metode hot plate didapatkan dari
dosis paling besar, pada jurnal 1 etanol ekstrak dosis 21, 06 mg/kg
sebesar 85,33 %, pada jurnal 2 etanol ekstrak dosis 400 mg/kg nilai
mean sebesar 0,019 dengan p<0,05, pada jurnal ke 3 aqueous ekstrak
dosis 400 mg/kg sebesar 9.17 pada jam ke 2 menjadi 7.23 pada jam ke
3, pada jurnal ke 4 aqueous ekstrak dosis 1000 mg/kg sebesar 26.53
pada jam ke 2 menurun menjadi 20.53 pada jam ke 3, pada jurnal ke 5
etanol ekstrak pada dosis 300 mg/kg pada jam ke 2 rata-rata reaksi
sebesar 8.83 menjadi 8.00 pada jam ke 2.5 dan menjadi 6.83 pada jam
ke 3. Metode writing test pada jurnal ke 4 aqueous ekstrak dosis 1000
mg/kg inhibisinya sebesar: 69,99 %, dan pada jurnal ke 5 etanol ekstrak
dosis 300 mg/kg inhibisi sebesar 72,53 %. Metode tail flick pada jurnal
ke 5 etanol ekstrak dosis 300 mg/kg dengan rata-rata reaksi sebesar
10.67 pada menit ke 15 menjadi 2.83 pada jam ke 3 sehingga dapat
disimpulkan dosis paling efektif menurunkan rasa nyeri pada hewan
coba masing-masing jurnal adalah pada dosis paling besar.
3. Berdasarkan hasil review ke 5 jurnal dapat disimpulkan bahwa sel;uruh
bagian tanaman family Musaceae memiliki aktivitas analgesik,
kandungan yang mungkin berperan adalah flavonoid, tannin, saponin,

36
37

dan steroid dan metode yang paling sering digunakan adalah metode
hot plate dikarenakan metode hot plate memiliki keuntungan
rangsanganya alami, mudah dikontrol, tidak menyebabkan kerusakan
jaringan walaupun rangsangan untuk menimbulkan rasa sakit dilakukan
berkali-kali, dan dapat digunakan pada subyek yang bergerak ataupun
tidak bergerak (Domer, 1971).
B. Saran

1. Diharapkan adanya kajian lebih lanjut mengenai aktivitas analgesik

pada masing masing bagian tanaman pisang dan perbandingan

efektivitasnya dari masing masing bagian.

2. Diperlukan penelitian dan kajian ebih lanjut untuk mengetahui

perbedaan efektivitas dari masing masing metode uji analgesik dan

yang lebih efektif untuk penelitian analgesik perifer maupun sentral

secara lebih mendalam agar penggunaan metode penelitian selanjutnya

tentang aktivitas analgesik pada tanaman pisang mendapatkan hasil

yang lebih efektif dan sepesifik.


DAFTAR PUSTAKA

Achmad, S.A., Hakim, E.H., Makmur, L., Syah, Y.M., Juliawaty, L.D., dan
Mujahidin, D., 2008, Ilmu Kimia dan Tumbuh-Tumbuhan Obat Indonesia,
Jilid I, Penerbit ITB, Bandung, 16.

Adeyemi, S,O., N. O. Bankole, I. A. Adikwn, and P. M. Akombu. 2009. Food


and feeding habits of some commercially important fish species in
Gbedikere Lake, BassaKogi State, Nigeria. Inter. J. of Lakes and Rivers
2(1): 31-36.

Artini, P.E.U.D., Astuti, K. W., dan Warditiani, N.K, 2013. Uji Fitokimia Ekstrak
Etil Asetat Rimpang Bangle (Zingiber purpureum Roxb), Bali Jurusan
Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Udayana, Bali.

Atun, S. dkk.(2007). “Identifikasi Dan Uji Aktivitas Antioksi dan Senyawa Kimia
dari Ekstrak Metanol Kulit Buah Pisang (Musa paradisiaca Linn.)”.Indo.
J. Chem. 7(1): 83 – 87.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV.


Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Domer, F.R., 1971, Animal Experimental in Pharmacological Analysis, USA,


310-314.

Ebadi, M. S., 2002, Pharmacodynamic Basis Of Herbal Medicine, 163-167, CRC


Press, New York.

Gunawan, S.G., 2008, Farmakologi dan Terapied 5, Jakarta :Balai Penerbit FKUI.

Gupta, S., Garg, V., Sharma, P., & Singh, A. 2011. Analgesic Activity of Aqueous
Extract of Musa paradisiaca. Der Pharmacia Sinica, 2(4), pp. 74-7.

Hanani, E, 2014, Analisa Fitokima, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Harbone, J.B. Metode Fitokimia. Bandung: ITB, 1987.

Harborne, J. 1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis


Tumbuhan. Bandung: ITB Bandung.

Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis


Tumbuhan. Bandung: Penerbit ITB.Harper, J.C. (2007). Acne
vulgaris.Birmington: Departemen of dermatology, university of Alabama.

37
38

Harmita, dan Radji, M., 2008, Buku Ajar Analisis Hayati, Edisi 3, pp. 123-9,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Hassan, I., Basahi, J. Ismail, I. & Zahran, A. (2014). Effects of airborne heavy
metal pollution on physiological and biochemical processes in lettuce
(Lactuca sativa L. Romaine) Plants. Advances in Env. Biology. (in press).

Ikawati, Z., 2011, Farmakoterapi Penyakit Sistem Saraf Pusat, Bursa Ilmu,
Yogyakarta.

Indrianto A.B., Nita P., Fajjarini B.U., Yulia D.A. dan Pramudya Y.R.A. 2007.
Efek Antiangiogenik Ekstrak Etanol Kulit Buah Rambutan (Nephelium
Lappaceum L.) pada Membran Korio Alantois (Cam) EmbrioAyam yang
Terinduksi bFGF. Karya Ilmiah, Fakultas MIPA Universitas Islam
Indonesia Yogyakarta.

Ismarani, “Potensi Senyawa Tanin dalam Menunjang Produksi Ramah


Lingkungan”, Jurnal Agribisnis dan Pengembangan Wilaya 3, no. 2
(2012).

Krishna Venkatarangaiah, Venkatesh, 2014. PHARMACOLOGICAL


PROPERTIES OF CORM ETHANOL EXTRACT OF MUSA
PARADISIACA (L.) CV. PUTTABALE, Bangalore University, Karnataka,
India.
Lenny, Sovia, “Senyawa Terpenoid dan Steroid” Article Departemen Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera
Utara,2006.

Meliala L, Suryamiharja A, Purba JS, et al. Penuntun Praktis Nyeri Neuropati.


POKDI Nyeri PERDOSSI, 2000.

Mohan, N., Gulecha, V.S., Aurang badkar, V.M., Balaraman, R., Austin, A.
&Thirugananasampathan, S. 2009. Analgesic And Anti-Inflammatory
Activity of a Polyherbal Formulation (PHF-AROGH). Oriental Pharmacy
and Experimental Medicine, 9 (3), 232-237.

Muhammad, N., Saeded, M. Dan Khan, H. 2012. Anyipyrethic, Analgesic And


Anti Inflamatory Activity Of Viola Bitonicfolia Whole Plant. BMC.

Muhammad, N., Saeded, M. Dan Khan, H. 2012. Anyipyrethic, Analgesic And


Anti Inflamatory Activity Of Viola Bitonicfolia Whole Plant. BMC.

Muhtadi, Andi Suhendi. 2010. UJI PRAKLINIK ANTIHIPERURISEMIA SECARA


IN VIVO PADA MENCIT PUTIH JANTAN GALUR BALB-C DARI
EKSTRAK DAUN SALAM (Syzigiumpolyanthum Walp) DAN DAUN
39

BELIMBING WULUH (Averrhoabilimbi L.). Universitas Muhammadiyah


Surakarta.

Mukhriani. Analisis Farmakognosis. Makassar: Alauddin Press, 2014.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta :Rineka Cipta.


Parameter standar umum ekstrak tumbuhan obat. (2000). Jakarta:
Departemen kesehatan republik Indonesia.

Notoatmodjo,S. 2012. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Putri Ningsih, ayu, dkk 2013. Uji Aktivitas Anti bakteri Ekstrak Kental Tanaman
Pisang Kepok Kuning (Musa paradisiaca Linn.) terhadap Staphylococcus
aureusdan Escherichia coli, universitasAndalas, Sumatera barat.

Sastroasmoro, S., dan Ismael, S., 2008, Dasar-dasar Metodologi Penelitian


Klinis, Edisi ke-3, CV. Sagung Seto : Jakarta.

Sawen, D., & Sraun, T. 2011. Potensi Limbah Kulit Buah Pisang (Musa
Paradisiaca L.) dari Pedagang Gorengan di Kota Manokwari. Seminar
Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner, pp. 558-63.

Siswanto, ekadkk., 2016. UJI AKTIVITAS ANALGETIK EKSTRAK ETANOLIK


DAUN KEREHAU (CallicarpalongifoliaLamk.) PADA MENCIT PUTIH
,Samarinda.

Smeltzer, S. C., Bare, B. G., 2001, “Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah


Brunner &Suddarth. Vol. 2.E/8”, EGC, Jakarta.

Suherman, J., & Rusli, M. 2010. Pengaruh Konsumsi Pisang Ambon (Musa
acuminata Colla) terhadap Tekanan Darah Wanita Dewasa pada Cold
Stress Test. Jurnal Medika Planta, pp. 21-6.

Sukmawati, dkk,2015. UJI AKTIVITAS ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL


DAUN PISANG AMBON (Musa paradisiaca L.) TERHADAP TIKUS
PUTIH (Rattusnorvegicus L.) YANG DIINDUKSI
KARAGENAN.UniversitasTadulako, Palu, Indonesia.

Susilawati. 2001. Pengetahuan Bhan Hasil Hewani Daging. Buku Ajar.


Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Suyanti, Ahmad Supriyadi. (2012). Pisang, Budidaya, Pengolahan, dan Prospek


Pasar. Jakarta. Penebar Swadaya.
40

Tjay, Tan Hoandan Kirana Rahardja, 2007, Obat-Obat Penting Khasiat,


Penggunaan dan Efek-Efek Sampingnya, Edisi Keenam, 262, 269-271, PT.
Elex Media Komputindo, Jakarta.

Trifani.2012.Ekstraksi pelarut cair-


cair.http://awjee.blog.com/2012/11/24/ekstraks-pelarut-cair-cair/. Diakses
pada tanggal 8 juli 2014.

Verri Jr., W., Vicentini, F., Baracat, M., Georgetti, S., Cardoso, R., Cunha, T.,
Ferreira, S., Cunha F., Fonseca M., & Casagrande R. 2012. Flavonoids as
Anti-Inflammatory and Analgesic Drugs: Mechanisms of Action and
Perspectives in the Development of Pharmaceutical Forms. Dalam Atta-
ur-Rahman, Studies in Natural Products Chemistry: Bioactive Natural
Products. Oxford: Elsevier, pp. 297-33.
41

Lampiran:
42
43
44
45

Anda mungkin juga menyukai