SKRIPSI
KASRIANA NURASMI
O11116013
i
UJI AKTIVITAS DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia
( Ten.) steenis) TERHADAP CACING Ascaridia galli
SECARA IN VITRO
KASRIANA NURASMI
Skripsi
diajukan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan
pada Program Studi Kedokteran Hewan
Fakultas Kedokteran
ii
iii
KEASLIAN PENELITIAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
iv
ABSTRAK
Penyakit parasitik pada ayam yang sering ditemui adalah Ascaridiasis. Penyakit
tersebut disebabkan oleh cacing Ascaridia galli yang menyerang usus. Parasit
tersebut menyebabkan kerugian berupa penurunan berat badan dan hambatan
pertumbuhan, penurunan produksi telur serta penurunan kualitas telur. Tanaman
obat yang dapat digunakan sebagai alternative anthelmintik yaitu daun binahong
(Anredera cordifolia Ten. steenis) mengandung saponin, flavonoid, tanin yang
diketahui memiliki efek anthelmintik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
aktivitas anthelmintik ekstrak daun binahong terhadap cacing Ascaridia galli.
Penelitian ini bersifat ekperimental laboratorik. Penelitian ini dilakukan secara In
Vitro dengan subjek penelitiannya adalah cacing Ascaridia galli yang aktif
bergerak. Subjek dibagi dalam 5 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5 cacing.
Kelompok kontrol positif menggunakan Levamisole , kelompok kontrol negatif
menggunakan Na CMC 0.5% sedangkan kelompok perlakuan terdiri dari ekstrak
daun binahong (Anredera cordifolia Ten. steenis) konsentrasi 10 %, 15% dan 20%
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun binahong mulai dari
konsentrasi 20% memberikan efek anthelmintik.
v
ABSTRACT
vi
KATA PENGANTAR
vii
pendidikan di PSHK UH. Serta staf tata usaha PSKH UH
khususnya, Ibu Tuti, Ibu Ida dan Pak Tomo yang mengurus
kelengkapan berkas.
5. Teman seperjuangan berbagi cerita “Boti” Dhiya Nabilah
Jafar, Nurul Patima Rusdi, Aniza Putri S, Mukhlisa
Rahman, Andi Azifah Cahyani, Kadek Dian Krisna Putri
K, Nurhashunatil Mar’ah, Reski untuk selalu mendengarkan
keresahan penulis, kalian luar biasa dan tidak akan terlupakan.
6. Teman seperjuangan penelitian “Ayam Cacingan” Hasri
Ainun, Andi Muhammad Taufan dan Muhammad
Multazam B.H Abd Hakim untuk selalu mendengarkan
keresahan penulis dan selalu setia mendampingi.
7. Teman seangkatan 2016 “COS7AVERA”,sebuah wadah untuk
menemukan jati diri, cinta, dan persahabatan.
8. Terima kasih untuk teman KKN saya posko Kelurahan Macope
”Lemon Tea”memberikan warna selama ber – KKN
9. Terima kasih untuk teman kamar saya “ Nurul Rafiqa Wahda”
selama kurang lebih 3 tahun ini untuk selalu mendengarkan
keluh kesah penulis
10. Terima kasih kepadasemua pihak yang tidak bisa penulis
sebutkan satu persatu yang telah ikut menyumbangkan pikiran
dan tenaga untuk penulis
Kasriana Nurasmi
viii
DAFTAR ISI
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Tumbuhan Binahong 5
2. Bentuk Ascaridia galli dan Morfologi Cacing Ascaridia galli 7
3. Siklus hidup Ascaridia galli 8
4. Identifikasi cacing Ascaridia galli 15
5. Hail Uji Flavonoid (Kuning) 16
6. Hail Uji Saponin (Ada gelembung) 17
7. Hail Uji Tanin (Hitam) 17
8. Hail Uji Alkaloid 18
DAFTAR TABEL
x
1
1. PENDAHULUAN
pada produk asal ternak. Kasus resistensi tersebut kemungkinan besar karena
penggunaan obat cacing yang terlalu sering. Pencegahan yang dapat dilakukan
dengan menggunakan beberapa jenis tanaman yang tumbuh di sekitar area yang
dapat digunakan sebagai obat cacing (Hanifah, 2010).
Salah satu tanaman herbal adalah daun binahong mengandung senyawa
aktif flavonoid, alkaloid, terpenoid dan saponin. Setelah dilakukan uji fitokimia
ditemukan kandungan alkaloid, saponin dan flavonoid. Kemampuan binahong
untuk menyembuhkan berbagai jenis penyakit ini berkaitan erat dengan senyawa
aktif yang terkandung di dalamnya (Darsana et al., 2012). Daun binahong
(Anredera cordifolia (Ten.) steenis) adalah tanaman yang bisa digunakan juga
untuk meningkatkan proses penyembuhan luka. Infestasi oleh Ascaridia galli
menyebabkan perubahan histopatologis. Zat aktif dalam daun binahong (Anredera
cordifolia (Ten.) steenis) juga menunjukkan potensi sebagai anthelmintik yang
menyebabkan kelumpuhan dalam cacing pada unggas (Prastowo dan Ariyadi,
2015).
Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian mengenai
Uji aktivitas ekstrak daun binahong sebagai bahan anthelmintik terhadap cacing
Ascaridia galli.
b. Untuk Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan
penggunaan obat alami bagi masyarakat maupun pemerintah dalam
menanggulangi kasus kecacingan pada ayam.
1.5 Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah diatas, dapat diambil hipotesis penelitian
yaitu ekstrak daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) steenis) dengan
konsentrasi 10%, 15% dan 20% berpengaruh secara signifikan dapat
mematikan cacing Ascaridia galli.
TINJAUAN PUSTAKA
putihan berjumlah lima helai tidak berlekatan, panjang helai mahkota 0,50-1,00
cm, dan berbau harum. Perbanyakan biji binahong secara generatif, namun lebih
sering berkembang atau dikembangbiakan secara vegetatif melalui akar
rimpangnya. Tumbuhan ini mudah tumbuh di dataran rendah maupun dataran
tinggi. Banyak ditanam di dalam pot sebagai tanaman hias dan obat. Umumnya
dikembangkan secara generatif melalui biji, walaupunlebih sering diperbanyak
melalui vegetatif dengan akar rimpangnya. Umbi terdapat di pangkal batangnya,
dan bisa juga diperbanyak dengan umbi batang yang disebar di tanah (Suparjo et
al., 2016). Tumbuh dengan baik di daerah tropis atau subtropis (Lestari et al.,
2015).
(A) (B)
(C)
8
Gambar 2. (A) Bentuk Ascaridia galli (Pabala et al., 2017), (B) Morfologi
Cacing Ascaridia galli (Hanifah W., 2010), (C) Tampakan
dibawah Mikroskop (Rahman & Manaf, 2014)
membutuhkan biaya yang sangat mahal untuk melakukannya. Akan tetapi untuk
memudahkan penelitian dengan metode ekstraksi, maka salah satu alternatif yang
diambil adalah menggunakan metode ekstraksi pelarut secara maserasi
(Rahmadani et al., 2018).
Maserasi merupakan metode sederhana yang paling banyak digunakan. Cara
ini sesuai, baik untuk skala kecil maupun skala industri. Metode maserasi dapat
menghindari rusaknya senyawa-senyawa yang bersifat termolabil. Maserasi
dilakukan dengan memasukkan bubuk tanaman dan pelarut yang sesuai ke dalam
wadah inert yang tertutup rapat pada suhu kamar. Pelarut yang dapat digunakan
untuk ekstraksi senyawa bioaktif salah satunya adalah etanol. Etanol merupakan
pelarut organik dengan polaritas medium dengan sifat mudah menguap. Etanol
merupakan pelarut paling aman karena tidak beracun (Amelinda et al., 2018)
Simplisia adalah bahan alam yang telah dikeringkan yang digunakan untuk
pengobatan dan belum mengalami pengolahan, kecuali dinyatakan lain suhu
pengeringan tidak lebih dari 60 C (BPOM, 2014).