DWI WISNIANTI
F201901179
iv
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul : “Uji Aktivitas
Antijamur Fraksi n-Heksan, Etil Asetat Dan Air Daun Rambutan Aceh (Nephelium
lappaceum L.) Terhadap Pertumbuhan Candida albicans”. Shalawat serta salam selalu
tercurahkan kepada Nabi besar, Nabi Muhammad SAW selaku panutan dan motivator bagi
penulis. Panyusunan Skripsi ini guna memenuhi salah satu persyaratan unutk
Pada kesempatan ini penulis tidak lupa pula menghanturkan rasa terima kasih yang
Pembimbing I dan kepada Ibu Wa ode Ida Fitriah., S.Farm., M.Farm selaku
pembimbing II atas semua waktu, tenaga dan pikiran yang telah diberikannya dalam
membimbing, mengarahkan, memberi saran maupun kritik sehingga skripsi ini menjadi
lebih baik. Terima kasih juga penulis tujukan kepada kedua orang tua saya, Ayahanda
Tawakal S.Pd., M.Pd dan ibu Sitti Aisya, S.Ag yang telah berjasa dalam hidup saya.
Tak lupa penulis ucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
4. Para Ketua Lembaga (LPPM, LPJM dan LPKDMA) Universitas Mandala Waluya
6. Ketua Prodi S1 Farmasi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Mandala Waluya
7. Tim Penguji (masing-masing) : ibu Dr. apt. Rifa’atul Mahmudah, S.Farm., M.Si
Selaku penguji I, ibu Dr. apt. Himaniarwati, S.Si., M.Sc Selaku penguji II dan ibu
vi
8. Seluruh dosen dan staff/karyawan Universitas Mandala Waluya yang telah banyak
9. Saudara-saudara saya Eldi Cahyadi, S.E., S.H., Tri Eri Reski, Muhammad Farid
Fauzan, Ahmad Hafids Ramadhan yang telah memberikan semangat serta dukungan
semasa pendidikan.
10. Orang - orang terdekat saya Fifia Anggaraeni S. S.Kg, Laily Rizki Amalia, S.M,
Maulina Izani, Amd.Rad, Harfika Nur Azizah H. S.pd, Irmansyah Amd.T, Irfandi,
S.Pd dan Muhammad Farhan Pratama Putra yang siap selalu mendengar keluh kesah
saya dan selalu memberikan semangat, dukungan serta bantuan dalam penulisan
skripsi ini atau saat menjalani pendidikan di Universitas Mandala Waluya Kendari.
11. Seluruh teman-teman khususnya di grup “Warkop Pelan Tapi Pasti” felinda, fifi,
Safaat, Findi, Hesty dan Feby yang telah menyemangati dan mendukung dalam setiap
Demikian Skripsi ini semoga dapat bermanfaat bagi semua pihak dan terutama
Penulis
vii
DAFTAR ISI
viii
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Jenis dan DesainPenelitian ............................................................................ 27
B. Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................................... 28
C. Populasi dan Sampel ...................................................................................... 28
D. Alat dan Bahan ............................................................................................... 28
E. Prosedur Kerja ................................................................................................ 29
F. Pengolahan dan Analisis Data ........................................................................ 36
G. Etika Penelitian .............................................................................................. 37
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .............................................................. 38
B. Analisis Data .................................................................................................. 38
C. Pembahasan .................................................................................................... 43
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ..................................................................................................... 51
B. Saran ............................................................................................................... 51
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN
xii
DAFTAR SIMBOL
+ Positif
- Negatif
≤ Kurang dari
≥ Lebih dari
% Persen
= Sama dengan
: Bagi, membagi
× Kali
° Derajat
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
BAB I
PENDAHULUAN`
A. Latar Belakang
(WHO) mengemukakan bahwa penyakit ini menjadi penyebab utama kematian pada
anak-anak. Penyakit infeksi membunuh kurang lebih 3,5 juta orang yang sebagian
besar terdiri atas anak-anak dari keluarga kurang mampu serta anak-anak yang tinggal
tropis seperti hal nya di negara Indonesia. Perkembangan infeksi jamur dapat
disebabkan oleh udara yang lembab, sanitasi yang kurang, lingkungan yang padat
penduduk dan tingkat ekonomi yang rendah maka untuk itu masalah mengenai
penyakit jamur perlu mendapat perhatian yang khusus di Indonesia supaya bisa
yang di sebabkan oleh jamur, salah satunya jamur Candida albicans. C. albicans
adalah jamur bersifat opertunistik dan merupakan flora normal dalam tubuh manusia
dan bisa jadi patogen yang penyebab utama kandidiasis (Pangalinan dkk, 2012).
menyebabkan gastric ulcer, atau bahkan dapat menjadi komplikasi kanker (Pangalinan
dkk, 2012).
Obat-obat kandidiasis yang biasa digunakan saat ini adalah nistatin, dan golongan
1
penelitian menyebutkan bahwa Candida albicans resisten terhadap obat-obatan
efektif, serta terjadinya toksisitas terhadap beberapa produk antijamur yang tersedia
mendorong penelitian untuk mencari senyawa yang bersifat antijamur dari tanaman.
Hal ini dikarenakan penggunaan obat yang berasal dari bahan alam diyakini dapat
menimbulkan efek samping yang minimal dan efek terapeutik maksimal (Sari et al,
2013).
Adapun tanaman herbal yang dapat digunakan sebagai antijamur salah satunya
adalah daun rambutan aceh (Naphelium lappaceum L.) dimana bagian tumbuhan yang
terkecil pada kosentrasi 40% dengan diameter 47,8 mm sedangkan diameter terbesar
pada konsentrasi 10% dengan diameter 81,4 mm. Semakin tinggi kosentrasi ekstrak
daun rambutan yang diberikan maka semakin kecil diameter koloni Sclerotium
ekstrak daun rambutan terhadap bakteri Stophylococcus aureus ATCC 25923 secara in
vitro dapat menghambat terhadap bakteri Stophylococcus aureus ATCC 25923 dengan
kosentrasi 10% sebesar 14,5 mm dan kosentrasi 15% sebesar 16 mm. Menurut
2
Departemen Kesehatan, (1988) disebutkan bahwa mikroba dikatakan peka terhadap
antimikroba asal tanaman apabila mempunyai ukuran diameter daya hambatan sebesar
12-24 mm
telah dihasilkan (Uthia et al., 2017). Fraksinasi mempunyai prinsip yaitu proses
penarikan senyawa pada suatu ekstrak dengan menggunakan dua macam pelarut yang
tidak bercampur, memakai pelarut yang mewakili beberapa sifat polaritas, seperti air
untuk menarik senyawa polar, etil asetat untuk menarik senyawa semi polar, serta n-
heksan untuk menarik senyawa non polar dan lemak. senyawa yang bersifat polar akan
terlarut pada pelarut polar sedangkan senyawa non polar akan terlarut dalam pelarut
Dari hasil penelusuran pustaka, belum ditemukan adanya laporan mengenai uji
aktivitas antijamur fraksi n-heksan, etil asetat dan air daun rambutan aceh (Naphelium
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui aktivitas antijamur fraksi n-heksan, etil asetat dan air daun rambutan aceh
(Naphelium lappaceum L.) terhadap pertumbuhan Candida albicans dan sebagai upaya
B. Rumusan Masalah
1. Golongan senyawa metabolit apa yang terdapat pada fraksi n-heksan, etil asetat dan
air daun rambutan aceh (Nephelium lappaceum L.) terhadap pertumbuhan Candida
albicans?
3
2. Apakah fraksi n-heksan, etil asetat dan air daun rambutan aceh (Nephelium
albicans ?
3. Berapa kosentrasi optimal fraksi n-heksan, etil asetat dan air daun rambutan aceh
albicans ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
heksan, etil asetat dan air daun rambutan aceh (Nephelium lappaceum L.) terhadap
2. Tujuan khusus
heksan, etil asetat dan air daun rambutan aceh (Nephelium lappaceum L.).
b. Untuk mengetahui aktivitas antijamur fraksi n-heksan, etil asetat dan air daun
albicans.
c. Untuk mengetahui kosentrasi optimal fraksi n-heksan, etil asetat dan air ekstrak
4
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi IPTEK
2. Manfaat Institusi
3. Manfaat Praktis
pemanfaatan tumbuhan secara alami, efisien, dan efektif. Serta penelitian ini
bahwa Dun Rambutan Aceh dapat dimanfaatkan sebagai alternatif obat antijamur.
E. Kebaruan Penelitian
Berdasarkan kajian literatur, penelitian tentang uji antijamur fraksi n-heksan, etil
asetat dan air daun rambutan aceh (Nephelium lappaceum L.) terhadap candida
albicans belum pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian terkait dengan penelitian ini
5
Tabel 1.Kebaruan Penelitian
No Penelitian Judul Persamaan Perbedaan
1. Ayunda Uji Efektifitas Ekstrak Sampel yang Jamur yang
dkk,(2022). Daun Rambutan digunakan digunakan berbeda
(Nephelium Lappaceum sama
L.)Sebagai Antifungi
Terhadap Sclerotium
Rolfsii Secara Invitro
2. Fauziahtul Pengaruh Ekstrak Daun Sampel yang Jamu yang
azmi dkk, Rambutan (Nephelium digunakan digunakan berbeda
(2021). Lappaceum L. ). sama
Terhadap Diameter
Koloni Dan Persentase
Penghambatan
Pertumbuhan Fusarium
Oxysporum
3. Pangalinan Uji Aktivitas Antijamur Jamur yang Sampel yang
dkk, (2012). Ekstrak Etanol Kulit digunakan digunakan berbeda
Batang Rambutan sama
(Nephelium Lappaceum
L.) Terhadap Jamur
Candida Albicans
Secara In Vitro
4. Minasari Efektivitas ekstrak kulit Jamur yang Sampel yang
dkk, (2021). kayu rambutan digunakan digunakan berbeda
(Nephelium Lappaceum sama
L.) terhadap Candida
albicans
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Klasifikasi
Kingdom : Fungi
Phylum : Ascomycota
Subphylum : Saccharomycotina
Class : Saccharomycetes
Ordo : Saccharomycetales
Family : Saccharomycetaceae
Genus : Candida
eksudat. Candida adalah flora normal selaput lendir saluran pernafasan, saluran
Pada media agar Sabouroud yang dieramkan pada suhu kamar jamur
menghasilkan asam dan gas. Selain itu Candida albicans juga menghasilkan
Koloninya menyerupai ragi terdiri atas sel yang dapat bertunas, tetapi tidak
7
dapat membentuk askospora. Berbagai jenis spesies jamur ini dapat terdapat
pada orang sehat sebagai saprofit di dalam alat pencernaan, alat pernafasan dan
yang disebut kandidiasis pada kulit, mukosa dan organ dalam manusia.
Beberapa karakteristik dari spesies ini adalah berbentuk seperti telur (ovoid)
atau sferis dengan diameter 3-5 µm dan dapat memproduksi pseudohifa. Spesies
C. albicans memiliki dua jenis morfologi, yaitu bentuk seperti khamir dan
bentuk hifa. Selain itu, fenotipe atau penampakan mikroorganisme ini juga
dapat berubah dari berwarna putih dan rata menjadi kerut tidak beraturan,
berbentuk bintang, lingkarang, bentuk seperti topi, dan tidak tembus cahaya.
Cendawan ini memiliki kemampuan untuk menempel pada sel inang dan
pertumbuhannya akan lebih baik pada pH antara 4,5-6,5. Jamur ini dapat
yang mampu melakukan metabolism sel, dalam suasana anaerob maupun aerob.
8
Gambar 1. Marfologi Candida albicans
(Choirunnisa et al, 2016)
(Potatos Dexstrose Agar) selama 2-4 hari pada suhu 37°C atau suhu ruang.
Besar koloni jamur ini tergantung pada umur biakan. Bagian tepi koloni
Candida albicans berupa hifa semu sebagai benang benang halus yang masuk
ke dalam media, pada media cair biasanya tumbuh pada dasar tabung (Dumilah,
1992). Pada media Cornmeal Agar dapat membentuk clamydospora dan lebih
spora yang dibentuk langsung dari hifa tanpa adanya peleburan inti dengan
membentuk tunas. Spora Candida albicans disebut dengan Blastospora atau sel
maka dikatakan bahwa Candida albicans menyerupai ragi atau yeast (Jawetz
ddk, 2004).
9
d. Pengobatan Infeksi Candida albicans
berspektrum luas yang berefek fugistatik dan fungi sidal, Ketokonazol adalah
suatu obat anti jamur turunan imidazol yang memiliki aktivitas antifungi yang
Hal itu menyebabkan kerusakan membran secara langsung pada sel C. albicans,
Dalam studi Hence, ketokonazol sebagai agen standart antifungi masih diteliti
Ketokonazol bersifat lipofilik dan praktis tidak larut dalam air, meskipun
kelarutannya rendah dalam air, namun dapat diperbaiki dengan zat pembawa.
Kelarutan ditentukan berdasarkan sifat fisika kimia zat kimia, yang mana
10
2. Uraian Skrining Fitokimia
disiplin ilmu kimia organik bahan alam dan biokimia tanaman. Dalam melakukan
setiap tanaman memiliki sifat-sifat struktur kimia yang berbeda-beda dan dalam
jumlah yang banyak. Salah satu hal penting yang berperan dalam prosedur skrining
fitokimia adalah pelarut untuk ekstraksi. Sering muncul kesulitan jika pemilihan
pelarut hanya didasarkan pada ketentuan derajat kelarutan suatu senyawa yang
diteliti secara umum. Setiap tanaman tentunya memiliki komposisi kandungan yang
berbeda-beda sehingga kelarutan suatu senyawa juga tidak bisa ditentukan secara
yang terkandung dalam tanaman yang sedang diteliti. Metode skrining fitokimia
pereaksi warna. Hal penting yang berperan penting dalam skrining fitokimia adalah
Pada uji ini, yang akan diukur adalah respon pertumbuhan populasi
mikroorganisme terhadap agen agen antijamur. Salah satu manfaat dari uji aktivitas
setiap kepekaan jamur terhadap suatu obat adalah dengan menentukan 14 kadar
obat terkecil yang dapat menghambat pertumbuhan jamur. Beberapa cara pengujian
11
a. Metode Difusi
Metode difusi atau disebut juga dengan metode Kirby Bauer merupakan
metode yang paling sering digunakan pada laboratorium. Pada metode ini dapat
dilihat kepekaan suatu organisme terhadap senyawa atau obat. Zat yang akan
diuji berdifusi menuju media yang telah diinokulasi oleh mikroba. Diinkubasi
tersebut terhadap mikroba yang ada pada media agar. Prinsip penetapannya
cara yaitu cara silinder, cara cakram dan cara lubang/sumuran (Hakim, 2009).
b. Metode Dilusi
(KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM) dari zat antimikroba. Metode dilusi
ini menggunakan satu seri tabung reaksi yang diisi dengan media cair dan
dengan zat antimikroba yang telah diencerkan secara serial setelah itu
12
B. Tinjauan Umum Variabel Bebas
a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnolipsida
Subkelas : Rosidae
Ordo : Sapindales
Famili : Sapindaceae
Genus : Nephelium
C.N. Ho
A B
B
A
13
b. Deskripsi
Pohon berdaun hijau sepanjang tahun, menyukai suhu tropika hangat (suhu
hingga jari-jari 4m. Daun majemuk menyirip dengan anak daun 5 hingga 9,
berbentuk bulat telur, dengan variasi tergantung umur, posisi pada pohon, dan
ras lokal. Tumbuhan menghasilkan bunga setelah tujuh tahun jika ditanam dari
biji, tetapi pada usia 2 tahun sudah dapat berbunga jika diperbanyak secara
tumbuhan penghasil bunga jantan saja dan tumbuhan penghasil bunga banci.
hijau ketika masih muda, lalu berangsur kuning hingga merah ketika
dimakan, "daging buah', sebenamya adalah salut biji atau aril, yang bisa
c. Kandungan Kimia
beda. Seperti daun dan kulit buah rambutan yang mengandung senyawa tanin
2016). Kulit batang mengandung tanin, saponin, zat besi, dan flavonoid.
14
Rambutan merupakan varietas tumbuhan yang mampu digunakan atau
mengatasi berbagai macam penyakit. Dengan terdapatnya efek yang lebih besar
(Sadino, 2017). Estrak etanol daun rambutan mengandung kadar total fenol
kumarin, flavonoid, lignin, dan tanin (Bakara, 2020). Ekstrak daun rambutan
(Pratiwi, 2015).
1) Flavonoid
serta daun rambutan yang mempunyai efek sebagai anti jamur, anti bakteri
mendenaturasi ikatan protein pada bagian membran sel. Membran sel akan
(Sulistiawati, 2009).
2) Saponin
15
permeabilitas sehingga mengakibatkan senyawa intraseluler keluar
(Rabinson, 1991).
3) Tanin
mempunyai sifat sebagai anti fungi dan sifat anti bakteri (Reveny, 2011)
atau gallic berikatan ester dengan molekul gula (Sofyan, 2008) sedangkan
pada jamur serta dapat merusak membran sel pada jamur sehingga
2. Simplisia
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai bahan obat yang
belum mengalamai pengolahan apapun kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang
simplisia hewani, dan simplisia pelikan (mineral). Simplisia nabati adalah simplisia
yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman. Eksudat
tumbuhan ialah isi sel yang secara spontan keluar dari tumbuhan atau isi sel yang
dengan cara tertentu dipisahkan dari tumbuhannya dan belum berupa senyawa
16
3. Tinjauan Ekstraksi
Ekstraksi adalah proses penarikan suatu zat dari sumber campuran dengan
suatu pelarut cair sehingga zat akan terpisah dari komponen lain yang tidak larut
dalam pelarut. Tujuan dari proses ekstraksi adalah untuk memisahkan satu bahan
dari campuran bahan dengan bantuan pelarut (Utomo, 2016). Simplisia yang lunak
seperti rimpang, akar, dan daun mudah diserap oleh pelarut sehingga proses
ekstraksinya tidak perlu diserbuk sampai halus. Selain sifat fisik dan senyawa aktif
dari simplisia, senyawa yang terdapat dalam simplisia misalnya protein, lemak,
gula, dan karbohidrat juga harus diperhatikan (Maradona, 2013). Ekstrak adalah
sediaan kering, kental, atau cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati atau
penyari dengan beberapa kali penggojokan atau pengadukan pada suhu kamar
(Ilham, 2010). Cairan penyari yang biasa digunakan seperti air, etanol atau pelarut
menembus ke dinding sel, sehingga zat aktif akan terlarut dengan adanya suatu
perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif didalam sel dan diluar sel. Jadi,
larutan dengan konsentrasi tinggi akan terdorong keluar sel (Puspitasari dan
Prayogo, 2017).
Remaserasi merupakan salah satu metode modifikasi dari maserasi dan suatu
17
pelarut pertama. Keuntungan dari penyarian remaserasi ialah cara pengerjaan
mudah dan peralatan yang digunakan sangat sederhana (Ningsih et al., 2015).
merendam simplisia didalam pelarut sampai waktu tertentu yang disertai dengan
menghasilkan nilai rendemen sebesar 15,52% sedangkan pada hasil rendemen dari
hasil remaserasi lebih tinggi dibandingkan dengan rendemen ekstrak hasil maserasi,
hal ini disebabkan karena pada saat remaserasi menggunakan pelarut baru jadi
konsentrasi antara pelarut dengan sel berbeda jauh sehingga menghasilkan ekstrak
4. Fraksinasi
pada tingkat kepolarannya (Wardhani dkk, 2015). Ekstrak awal adalah suatu
campuran yang berasal dari berbagai senyawa, akan sulit dipisahkan dengan
pemisahan tunggal untuk mengetahui senyawa tunggalnya. Oleh sebab itu, perlu
molekul yang sama (Cahyani, 2018). Fraksinasi dapat dilakukan dengan metode
senyawa diantara dua pelarut yang tidak saling bercampur (Hermawan et al., 2016).
Fraksinasi dengan cara ekstraksi cair-cair bersifat sederhana, bersih, cepat, dan
ekstrak dengan menggunakan dua macam pelarut yang tidak bercampur, memakai
pelarut yang mewakili beberapa sifat polaritas, seperti methanol dan air untuk
18
menarik senyawa polar, etil asetat untuk menarik senyawa semi polar, serta n-
heksan untuk menarik senyawa non polar dan lemak. Dari proses ini sifat kepolaran
dari senyawa yang akan dipisahkan, sebagaimana diketahui bahwa senyawa yang
bersifat polar akan terlarut pada pelarut polar sedangkan senyawa non polar akan
rambutan yang merupakan fraksi semi polar ialah fraksi paling aktif untuk
yang lebih besar daripada fraksi air dan fraksi n-Heksan. Fraksi etil asetat
mempunyai daya hambat yang paling besar, karena fraksi tersebut mampu menarik
5. Pelarut
ekstraksi. Proses ekstraksi menggunakan pelarut berbasis pada sifat kepolaran zat
dalam pelarut saat ekstraksi. Senyawa yang polar hanya larut pada pelarut polar
misalnya, etanol, metanol, dan butanol. Pada campuran non polar hanya larut pada
pelarut non polar seperti eter, kloroform, dan n-Heksan (Kasminah, 2016).
Beberapa pelarut yang digunakan untuk ekstraksi misalnya air, etanol, kloroform,
1) Aquadest
Air atau disebut dengan aquadestillata dan air suling mempunyai rumus
molekul H2O (Kristijarti dan Arlene, 2012). Air merupakan pelarut yang sangat
digunakan sebagai pelarut polar dalam proses fraksinasi. Pelarut air dipilih
19
karena air dapat melarutkan misalnya garam alkaloid, asam organik, glikosida,
tanin, protein, gom, dan pati (Andhini, 2017). Pelarut Air mempunyai
keuntungan dimana relatif murah, mudah didapat, tidak menguap, dan tidak
mudah terbakar. Namun tidak bisa dihindari pada pelarut air yaitu kemungkinan
dapat terjadi reaksi hidrolisa, dapat ditumbuhi jamur dan mikroba, serta untuk
2) Etanol 96%
jumlah bahan aktif yang optimal, dimana zat pengganggu dalam skala kecil
3) Etil asetat
Etil asetat merupakan pelarut dengan toksisitas rendah yang bersifat semi
polar sehingga diharapkan dapat menarik senyawa yang bersifat polar maupun
nonpolar. Pelarut ini baik untuk proses ekstraksi dikarenakan bersifat volatil
al., 2013).
4) n-Heksan
penyulingan dari minyak tanah yang sudah bersih terdiri atas campuran
20
rangkaian hidrokarbon, bersifat mudah terbakar. n-Heksan larut dalam alkohol,
benzene, kloroform, dan eter, serta tidak larut pada air (Suryaku, 2017).
yang dapat melarutkan senyawa polar, non polar, dan larut dalam pelarut
organik seperti air, alkohol, ester, dll. Dimethyl sulfoxide (DMSO) mempunyai
ciri-ciri yaitu tidak berwarna, tidak berbau, dan sedikit higroskopik (Insani,
2020).
C. Kajian Empiris
Bagian dari tanaman rambutan telah digunakan sebagai obat tradisional sejak
dulu misalnya Daun digunakan untuk mengatasi diare dan menghitamkan rambut, kulit
buah rambutan digunakan untuk mengatasi disentri dan demam, kulit kayu digunakan
untuk mengatasi sariawan, akar digunakan untuk mengatasi demam, dan bijinya untuk
mengatasi kencing manis (diabetes melitus) (Maradona, 2013). Secara tradisional, daun
rambutan digunakan oleh masyarakat Ulu Legong, Kedah, Malaysia, sebagai obat
penurun panas yang disebabkan oleh penyakit flu dengan cara menumbuk daun
daun rambutan untuk mengatasi nyeri dengan cara direbus. Daun rambutan mempunyai
dalam sintesis prostaglandin sehingga panas, nyeri dan inflamasi dapat terhambat
(Ibrahim, 2011).
21
Efek antibakteri yang dihasilkan dari daun rambutan karena terdapat senyawa
tanin yang mempunyai sifat adstrigen dan saponin yang dapat digunakan sebagai
antibakteri terhadap bakteri Salmonella typhi, salah satu bakteri yang menyerang
dengan dosis 10 g memperoleh nilai rata-rata diameter zona hambat sebesar 4,34 mm,
22
BAB III
tropis seperti hal nya di negara Indonesia. Perkembangan infeksi jamur dapat
disebabkan oleh udara yang lembab, sanitasi yang kurang, lingkungan yang padat
penduduk dan tingkat ekonomi yang rendah maka untuk itu masalah mengenai
penyakit jamur perlu mendapat perhatian yang khusus di Indonesia supaya bisa
menyebabkan gastric ulcer, atau bahkan dapat menjadi komplikasi kanker (Pangalinan
dkk, 2012).
Adapun tanaman herbal yang dapat digunakan sebagai antijamur salah satunya
adalah daun rambutan aceh (Naphelium lappaceum L.) dimana bagian tumbuhan yang
23
Keterangan :
: variabel independen
: variabel dependen
dependen
C. Variabel Penelitian
Variabel terikat pada penelitian ini adalah variasi fraksi n-heksan, etil asetat
Variabel terikat pada penelitian ini adalah skrining fitokimia dan aktivitas
a. Antijamur
Aktivitas antijamur adalah sebuah efek yang dapat ditimbulkan dari suatu
sampel yang dapat menghambat atau membunuh jamur. Jamur yang digunakan
Kriteria objektif :
hambat yaitu:
Lemah : ˂ 5 mm
Sedang : 6-10 mm
Kuat : 11-20 mm
24
Sangat kuat : ˃ 20 mm (CLSI, 2014)
b. Skrining Fitokimia
tanaman yang sedang diteliti. Metode skrining fitokimia dilakukan dengan cara
Kriteria Objektif :
(pereaksi dragendroff)
2) Uji flavonoid ditandai dengan munculnya warna merah yang dapat ditarik
a. Fraksi n-heksan daun rambutan aceh (Nephelium lappaceum L.) adalah hasil
b. Fraksi Etil asetat daun rambutan aceh (Nephelium lappaceum L.) adalah hasil
yang didapatkan dari proses partisi ekstrak menggunakan pelarut etil asetat.
c. Fraksi air daun rambutan aceh (Nephelium lappaceum L.) adalah hasil yang
25
E. Hipotesis Penelitian
1. Golongan senyawa metabolit apa yang terdapat pada fraksi n-heksan, etil asetat dan
air daun rambutan aceh (Nephelium lappaceum L.) terhadap pertumbuhan Candida
albicans
Ho : Tidak Terdapat fraksi yang memiliki zona hambat kuat sebagai antijamur
terhadap jamur Candida albicans yaitu fraksi etil asetat (semi polar)
Ha : Terdapat fraksi yang memiliki zona hambat kuat sebagai antijamur terhadap
2. Apakah fraksi n-heksan, etil asetat dan air daun rambutan aceh (Nephelium
albicans
3. Berapa kosentrasi optimal fraksi n-heksan, etil asetat dan air daun rambutan aceh
albicans
Ho : Fraksi n-Heksan, etil asetat dan air daun rambutan aceh (Nephelium
lappaceum L.) pada kosentrasi 5% (b/v), 10% (b/v) dan 15% (b/v) tidak dapat
Ha : Fraksi n-Heksan, etil asetat dan air daun rambutan aceh (Nephelium
lappaceum L.) pada kosentrasi 5% (b/v), 10% (b/v) dan 15% (b/v) dapat
26
BAB IV
METODE PENELITIAN
mengetahui aktivitas antijamur fraksi n-heksan, etil asetat dan air daun rambutan aceh
K-
Keterangan :
DRA : Daun Rambutan Aceh
EEDRA : Ekstrak Etanol Daun Rambutan Aceh
FNH : Fraksi n-Heksan
FEA : Fraksi Etil Asetat
FA : Fraksi Air
SF : Skrining Fitokimia
UAJ : Uji Aktivitas Antijamur
1
A : Kosentrasi Fraksi n-heksan, etil asetat dan air Daun Rambutan Aceh
5% (b/v)
A2 : Kosentrasi Fraksi n-heksan, etil asetat dan air Daun Rambutan Aceh
10% (b/v)
A3 : Kosentrasi Fraksi n-heksan, etil asetat dan air Daun Rambutan Aceh
15% (b/v)
K+ : Kontrol Positif (Ketokonazole kream 2%)
K- : Kontrol Negatif (DMSO 2 ml)
ZH : Zona Hambat
DZH : Diameter Zona Hambat
27
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan pada bulan juli – agustus tahun 2023 bertempat
1. Populasi Penelitian
2. Sampel Penelitian
Sampel pada penelitian ini adalah daun rambutan aceh sebanyak 1000 gram
1. Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah wadah maserasi, rotary
evaporator (Biobase), hair dryer (Fd), timbangan digital (Ohaus), corong pisah
(Iwaki), kertas label (Fox), cawan petri (Pyrex®), sendok tanduk, cawan porselin
(Awan), tabung reaksi (Pyrex®), rak tabung reaksi, vial (Fiolax), batang pengaduk
(Pyrex®), labu erlenmeyer (Iwaki), gelas ukur (Iwaki), kapas (Nasako), alumunium
foil (Klinpack), spoit (Onemed), pinset (Onemed), jarum ose, lampu spiritus
2. Bahan Penelitian
(Onemed), etanol 96% (Onemed), n-Heksan (Onemed), etil asetat (Onemed), asam
28
klorida (HCl) (Nitra Kimia), besi (III) klorida (FeCl3) (Nitra Kimia), magnesium
(Mg) (Nitra Kimia), NaCl 0,9% (Widatra Bhakti), asam asetat anhidrat (CH3CO)2O
(Nitra Kimia), asam sulfat (H2SO4) (Nitra Kimia), pereaksi mayer, wagner dan
E. Prosedur Kerja
1. Pengambilan Sampel
Tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun rambutan aceh
yang di ambil di Desa Lalosinggi dengan kondisi yang berwarna hijau, masih segar
2. Determinasi Sampel
yang akan diteliti dengan tumbuhan yang sudah dikenali identitasnya. Determinasi
3. Preparasi Sampel
melakukan pencucian pada daun rambutan sebanyak tiga kali dengan air mengalir,
dirajanglalu dikeringkan dibawah terik sinar matahari ditutup dengan kain hitam
secara tidak langsung selama 3 hari dan oven pada suhu 70°C sampai kering
yang telah kering menggunakan blender dan mengayak dengan ayakan mesh 80
29
sehingga memperoleh serbuk halus daun rambutan. Pada proses pengayakan
serbuk, maka serbuk yang diperoleh akan semakin halus sehingga semakin besar
luas permukaan serbuk yang akan mengalami kontak dengan pelarut sehingga
pelarut akan semakin mudah menarik senyawa aktif yang terkandung, begitu juga
suhu kamar, pada tempat yang kering, dan terlindung dari sinar matahari
(Chandradinata, 2011)
1000 gram serbuk simplisia daun rambutan aceh yang dibuat dimasukkan kedalam
liter disimpan pada suhu kamar. Pada proses ini dilakukan perendaman serbuk daun
30
5. Pembuatan Fraksinasi Daun Rambutan Aceh
dengan cara dikocok selama 10-15 menit. Fraksi n-Heksana merupakan filtrat
yang terletak di atas. Sedangkan fraksi air merupakan filtrat yang terletak di
bawah. Fraksi n-Heksana dipisahkan dari fraksi air. Fraksi n-heksana yang
dengan pelarut etil asetat menggunakan corong pisah. Fraksi etil asetat
merupakan filtrat yang terletak di atas, sedangkan fraksi air merupakan filtrat
yang terletak dibawah. Fraksi etil asetat yang didapat kemudian dipekatkan
dengan Vacum Rotatory evaporator pada suhu 40°C. Fraksinasi dengan pelarut
Filtrat sisa fraksinasi dengan pelarut etil asetat adalah fraksi air. Fraksi air
terbentuk dibagian paling bawah. Filtrat dikenalkan dengan hair dryer sampai
31
6. Skrining Fitokimia
a. Identifikasi alkaloid
ditambahkan 3-5 tetes H2SO4 pekat lalu dikocok hingga terbentuk dua lapisan.
Lapisan atas ditambahkan kedalam tiga tabung reaksi masing-masing 2,5 ml.
Ketiga larutan ini dianalisis dengan pereaksi Mayer, Wagner dan Dragendorff
putih, pereaksi Wagner akan terbentuk endapan jingga- coklat dan pereaksi
b. Identifikasi flavonoid
Mengambil sebanyak 0,5 gram fraksi aquadest, etil asetat, dan n-heksan
menit dalam tabung reaksi. Setelah dipanaskan ditambah 10 tetes HCl pekat.
c. Identifikasi saponin
Sampel sebanyak 0,5 gram fraksi aquadest, etil asetat, dan n-heksan
selama 10 detik hingga muncul buih. Lalu ditambahkan 1 tetes HCl 2 N, untuk
32
mengamati ketahanan buih. adanya buih yang manetap menunjukkan saponin
(Marjoni, 2016).
d. Identifikasi tanin
kemudian ditambahkan 3 tetes larutan FeCl3 1%, hasil positif adanya senyawa
tanin ialah terbentuknya warna hitam kebiruan atau hijau (Huda et al., 2019).
tetes san asam sulfat pekat sebanyak 1 tetes Adanya gugus triterpenoid
(Santi, 2020).
7. Pengujian Antijamur
a. Sterilisasi Alat
bersih lalu dikeringkan. Alat yang tidak tahan akan panas dibungkus
selama 15 menit Sedangkan alat akan tahan pemanasan yakni pinset, jarum ose,
cawan petri, dan tabung reaksi di sterilkan dalam oven pada suhu 180°C selama
2 jam.
b. Sterilisasi Media
ditutup rapat autoklaf lalu dikunci rapat, disambungkan pada stok kontak
33
c. Pembuatan Medium
6,86 gram media PDA dilarutkan dalam 176 ml aquadest steril kemudian
1. Peremajaan jamur
Premajaan jamur uji digunakan untuk merawat jamur agar tetap dalam
kondisi baik. Media yang digunakan adalah Potato Dextrose Agar (PDA)
pada permukaan agar miring. Jamur yang sudah digoreskan pada media
al.,2016).
digunakan yaitu 5% (b/v), 10% (b/v), dan 15% (b/v). Konsentrasi 5% (b/v)
34
konsentrasi 10% (b/v) dengan menimbang 0,2 g ekstrak lalu melarutkan ke
dengan membuat lubang yang dibuat tegak lurus pada agar padat yang telah
dan 15%, serta DMSO (kontrol negaif) dan ketoconazole kream (kontrol
positif). Kemudian lubang disi dengan sampel yang akan di uji. Kemudian
35
untuk melihat ada tidaknya daerah hambatan di sekeliling lubang. Daerah
menggunakan alat ukur yaitu mistar berskala dan diperoleh diameter (mm)
3 kali dari daerah yang berbeda untuk menunjukan hasil yang akurat (Hidayati
et al., 2021).
hambat yaitu :
Lemah : ˂ 5 mm
Sedang : 6-10 mm
Kuat : 11-20 mm
komputer SPSS (Statistical Product and Service Solution) for windows. Data penelitian
yang diperoleh dilakukan uji statistik berupa uji One Way ANOVA, sebelum dilakukan
uji tersebut maka harus dilakukan uji homogenitas dan uji normalitas (post hock) untuk
memastikan data berdistribusi normal. Data yang dianalisa disajikan dalam bentuk
36
G. Etika Penelitian
Penelitian ini harus memenuhi prinsip etika dalam melakukan suatu penelitian
yaitu pertama peneliti membuat surat persetujuan penelitian yang ditanda tangani oleh
selanjutnya peneliti menentukan alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian
37
BAB V
uji aktivitas antijamur fraksi daun rambutan aceh (Nephelium lappaceum L.)
Universitas Mandala Waluya Kendari yang terletak di Jl. Jend AH Nasution, Kambu,
B. Determinasi Sampel
bahwa tanaman yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini adalah benar daun
rambutan aceh (Nephelium lappaceum L.). adapun hasil determinasi dapat dilihat pada
lampiran 7.
C. Analisis Data
1. Analisis Univariat
variabel yang diteliti yang disajikan dalam bentuk tabel persentase, meliputi :
rambutan aceh (Nephelium lappaceum L.) dapat dilihat pada tabel 3 dan 4.
38
Tabel 3. Perhitungan Persen Rendemen Ekstrak Daun Rambutan Aceh
(Nephelium lappaceum L.)
Sampel Berat Simplisia Berat Ekstrak Rendemen
(g) (g) Ekstrak
(%) b/b
Daun 1000 g 203 g 20,3 %
rambutan aceh
Tabel 4. Perhitungan Persen Rendemen Fraksi n-heksan, Etil asetat dan Air
Daun Rambutan Aceh (Nephelium lappaceum L.)
Sampel Berat Ekstrak Berat Fraksi Rendemen
(g) (g) Ekstrak
(%) b/b
Fraksi n-heksan 5,9 g 14,75 %
40 g
Fraksi etil asetat 7,4 g 18,5 %
Fraksi air 7,6 g 19 %
kandungan kimia pada fraksi daun rambutan aceh (Nephelium lappaceum L.)
39
Keterangan :
+ : Mengandung senyawa metabolit sekunder
- : Tidak mengandung senyawa metabolit sekunder
40
23
rata-rata diameter zona
hambat (mm)
15
14
13
0
5% 10% 15% KETOKONAZOL DMSO
Gambar 6. Hasil Uji Aktivitas Antijamur fraksi n –heksan daun rambutan aceh
(Nephelium lappaceum L.) Terhadap jamur Candida albicans.
23
Rata-rata diameter zona
17
16
15
hambat (mm)
Gambar 7. Hasil Uji Aktivitas Antijamur fraksi etil asetat daun rambutan aceh
(Nephelium lappaceum L.) Terhadap jamur Candida albicans.
23
rata-rata diameter zona
hambat (mm)
13
12
11
Gambar 8. Hasil Uji Aktivitas Antijamur fraksi air daun rambutan aceh
(Nephelium lappaceum L.) Terhadap jamur Candida albicans
41
2. Analisis Bivariat
a. Fraksi n – heksan, etil asetat dan air daun rambutan aceh (Nephelium
Hal ini dibuktikan nilai signifikansi pada setiap konsentrasi yaitu (0,103 >
0,05), sehingga terbukti bahwa data homogen dan data dapat dianalisis
sehingga dilanjutkan dengan uji One Way Anova dan didapatkan nilai
uji lanjutan yaitu uji LSD. Dimana bila nilai p>0,05 maka tidak terdapat
Tabel 7. Hasil Uji LSD fraksi daun rambutan aceh (Nephelium lappaceum
L.) Pada Jamur Candida albicans
Kelompok Kelompok Nilai P Signifikan Keterangan
Pembanding fraksi n-heksan, Etil
asetat dan Air
Kontrol positif 0,000 Berbeda Signifikan
Kontrol Kosentrasi 5% 0,000 Berbeda Signifikan
negatif Kosentrasi 10% 0,000 Berbeda Signifikan
Kosentrasi 15% 0,000 Berbeda Signifikan
Kontrol negarif 0,000 Berbeda Signifikan
42
Kontrol positif Kosentrasi 5% 0,000 Berbeda Signifikan
Kosentrasi 10% 0,000 Berbeda Signifikan
Kosentrasi 15% 0,000 Berbeda Signifikan
Kontrol negatif 0,000 Berbeda Signifikan
Kosentrasi 5% Kontrol positif 0,000 Berbeda Signifikan
Kosentrasi 10% 0,000 Berbeda Signifikan
Kosentrasi 15% 0,000 Berbeda Signifikan
Kontrol negatif 0,000 Berbeda Signifikan
Kosentrasi Kontrol positif 0,000 Berbeda Signifikan
10%
Kosentrasi 5% 0,000 Berbeda Signifikan
Kosentrasi 15% 0,000 Berbeda Signifikan
Kontrol negatif 0,000 Berbeda Signifikan
Kosentrasi Kontrol positif 0,000 Berbeda Signifikan
15% Kosentrasi 5% 0,000 Berbeda Signifikan
Kosentrasi 10% 0,000 Berbeda Signifikan
kontrol positif, kosentrasi 5%, kosentrasi 10% dan kosentrasi 15% dengan
hasil P<0,05 yaitu 0,000 (berbeda signifikan). Hasil uji pada kontrol positif
kosentrasi 10% dan kosentrasi 15% dengan hasil P<0,05 yaitu 0,000
kosentrasi 15% dengan hasil p<0,05 yaitu 0,000 (berbeda signifikan). Hasil
p<0,05 yaitu 0,000 (berbeda signifikan). Hasil uji pada kosentrasi 15%
kosentrasi 5% dan kosentrasi 10% dengan hasil p<0,05 yaitu 0,000 (berbeda
signifikan).
D. Pembahasan
Pada penelitian ini dilakukan untuk menguji aktivitas antijamur fraksi n - heksan,
etil asetat dan air daun rambutan aceh (Nephelium lappaceum L.) terhadap
43
dan konsentrasi terbaik dari fraksi n-heksan, etil asetat dan air daun rambutan aceh
digunakan pada penelitian ini adalah daun rambutan aceh (Nephelium lappaceum L.)
yang diperoleh dari Desa Lalosinggi, Kecamatan Mowila, Kabupaten Konawe Selatan,
Sulawesi Tenggara.
tanaman membuktikan bahwa sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun
mengetahui kebenaran tanaman yang akan diteliti dan menghindari kesalahan dalam
Daun rambutan aceh (Nephelium lappaceum L.) yang akan diuji diolah dengan
cara dicuci dengan air mengalir hingga bersih dengan tujuan untuk mengilangkan atau
mengurangi kotoran yang melekat pada daun lalu dirajang tujuannya yaitu untuk
interaksi pelarut dengan daun rambutan aceh (Nephelium lappaceum L.) semakin besar,
Pada penelitian ini sampel daun rambutan aceh (Nephelium lappaceum L.) di
pemanasan sehingga banyak dipilih, selain itu juga karena prosedur dan alat yang
pelarut yang digunakan dalam proses maserasi adalah etanol 96%, penggunaan etanol
96% sebagai cairan penyari karena memiliki kemampuan menyari senyawa pada
rentang polaritas yang lebar mulai dari senyawa polar hingga non polar dan dapat
44
menarik senyawa dari simplisia dengan baik sehingga diharapkan senyawa-senyawa
yang berpotensi dapat tersari secara maksimal (John, 2016). Proses maserasi
ditimbang dan dihitung nilai rendamennya. Nilai rendaman ekstrak daun rambutan
aceh (Nephelium lappaceum L.) diperoleh sebanyak 20,3% dari berat simplisia awal
1000 gram. Rendemen ekstrak kental dikatakan baik jika nilainya tidak kurang dari
L.) dengan menggunakan metode partisi cair-cair. Penggunaan teknik partisi cair-cair
yaitu dimulai dengan pelarut non polar, semi polar dan polar. Senyawa-senyawa
bersifat polar akan masuk dalam pelarut polar, begitu pula senyawa yang bersifat non-
metode partisi cair cair adalah untuk memisahkan golongan utama kandungan senyawa
kepolarannya yaitu n-heksan yang bersifat non polar, etil asetat yang bersifat semi
ekstrak daun rambutan aceh (Nephelium lappaceum L.) yang telah dilarutkan dengan
air dimasukkan kedalam corong pisah dan dicampur dengan pelarut berdasarkan
45
tingkat kepolarannya. Fraksi ini menggunakan pelarut n-heksan etil asetat dan air. Dari
proses fraksinasi didapatkan hasil fraksi yaitu fraksi n-heksan sebanyak 5,9 g dengan
rendamen 14,75%, fraksi etil asetat sebanyak 7,4 g dengan rendemen 18,5% dan fraksi
Skrining fitokimia adalah salah satu cara yang dilakukan untuk mengetahui
senyawa seperti alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, steroid dan lain-lain (Putri dkk,
2013). Berdasarkan hasil pengujian skrining yang telah dilakukan diperoleh hasil
bahwa fraksi n-heksan dan fraksi etil asetat daun rambutan aceh (Nephelium
lappaceum L.) mengandung senyawa flavonoid, saponin, tanin dan terpenoid dan fraksi
air daun rambutan aceh (Nephelium lappaceum L.) mengandung senyawa yaitu
flavonoid, saponin, tanin dan steroid . Sesuai dengan penelitian yang dilakukan Hasil
penelitian Alfianingsih (2016) menunjukkan bahwa fraksi dan ekstrak etanol daun
Pada hasil penelitian fraksi daun rambutan dapat diketahui bahwa semua fraksi
positif mengandung senyawa flavonoid, saponin, dan tanin, hal ini diduga bahwa fraksi
daun rambutan lebih banyak mengandung senyawa polar dan hal ini sesuai dengan sifat
senyawa aktif yang terdapat pada daun rambutan yang lebih banyak mengandung
senyawa polar karena hasil rendemen fraksi tertinggi adalah fraksi air dan hal ini
sehingga senyawa aktif pada daun rambutan relatif larut dalam larutan penyari,
sedangkan senyawa aktif yang bersifat semipolar dan nonpolar terdapat dalam jumlah
yang lebih kecil karena hasil rendemen fraksi yang dihasilkan dari pelarut etil asetat
46
Pada hasil uji skrining fitokimia fraksi daun rambutan aceh (Nephelium
lappaceum L.) menunjukan hasil positif mengandung senyawa tanin, steroid, saponin,
flavonoid dan triterpenoid, dari beberapa senyawa tersebut dapat berkhasiat sebagai
pada mitokondria dan juga dengan menganggu dinding sel jamur. Mitokondria
merupakan organel yang penting pada sel, gangguan metabolisme pada mitokondria
menyebabkan kematian dari sel jamur (Putri, 2015). Senyawa saponin berkontribusi
sterol dari dinding sel jamur sehingga permeabilitasnya meningkat. Permeabilitas yang
meningkat mengakibatkan cairan intraseluler yang lebih pekat tertarik keluar sel
sehingga nutrisi, zat-zat metabolisme, enzim dan protein dalam sel keluar dan jamur
mengalami kematian (Julianto, 2015). Tanin memiliki aktivitas anti jamur dengan cara
menghambat sintesis kitin yang di gunakan untuk pembentukan dinding sel pada jamur
dan merusak membran sel sehingga pertumbuhan jamur terhambat (Puspadewi, 2013).
Adanya perbedaan kandungan senyawa kimia yang terdapat pada tanaman yang
tumbuh di beberapa negara yang berbeda ini disebabkan karena adanya perbedaan
kondisi lingkungan dalam mengkultur tanaman ini, serta adanya pengaruh dari durasi
dan intensitas stress tanaman, dan juga pengaruh dari genetik tanaman itu sendiri. Hal
ini disebabkan karena berbedanya letak geografik suatu negara dan juga disebabkan
karena pada proses penghomogenan belum sepenuhnya terjadi dua fase dan sudah
maksimal, jadi senyawa aktif yang terkandung didalamnya belum sesuai dengan
fraksi daun rambutan aceh (Nephelium lappaceum L.) terhadap pertumbuhan candida
47
albicans dengan menggunakan metode sumuran. Penelitian Prayoga (2013),
diameter zona hambat yang besar. Hal ini diakibatkan karena pada metode sumuran
setiap lubangnya diisi dengan konsentrasi ekstrak sehingga osmolaritas terjadi lebih
menyeluruh dan lebih homogen serta konsentrasi ekstrak yang dihasilkan lebih tinggi
dan lebih kuat untuk menghambat pertumbuhan jamur. Kontrol positif dari penelitian
ini adalah Ketokonazol kream pada kontrol positif Ketokonazol memiliki aktivitas
P450 dan enzim dimetilase-α-sterol yang berperan sebagai katalis oksidator untuk
Kontrol negatif dari penelitian ini adalah DMSO, karena DMSO tidak memiliki
DMSO tergolong pelarut aprotik, berkerja dengan range yang sangat luas, dapat
melarutkan senyawa bersifat polar dan nonpolar (Kennedy, 2009). Penggunaan DMSO
2% tidak menimbulkan efek terhadap aktivitas bakteri maupun jamur. DMSO akan
memiliki aktivitas sebagai antibakteri dan antijamur pada konsentrasi > 5% (Kumar et
al., 2011).
dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu : aktivitas lemah (<5 mm) aktivitas
sedang (6-10 mm), aktivitas kuat (11-20 mm), aktivitas sangat kuat (>21mm) (CLSI,
2014). Aktivitas daya hambat antijamur dinyatakan berdasarkan zona bening yang
fraksi n-heksan daun rambutan aceh (Nephelium lappaceum L.) memiliki aktivitas
48
antijamur terhadap jamur Candida albicans pada konsentrasi 5% (b/v) dengan rata-rata
zona hambat 13 mm, konsentrasi 10% (b/v) dengan rata- rata zona hambat 14 mm, dan
konsentrasi 10% (b/v) dengan rata-rata zona hambat 15 mm. Fraksi etil asetat daun
rambutan aceh (Nephelium lappaceum L.) memiliki aktivitas antijamur terhadap jamur
Candida albicans pada konsentrasi 5% (b/v) dengan rata-rata zona hambat 15 mm,
konsentrasi 10% (b/v) dengan rata- rata zona hambat 16 mm, dan konsentrasi 10%
(b/v) dengan rata-rata zona hambat 17 mm. Sedangkan pada fraksi air daun rambutan
aceh (Nephelium lappaceum L.) memiliki aktivitas antijamur terhadap jamur Candida
albicans pada konsentrasi 5% (b/v) dengan rata-rata zona hambat 11 mm, konsentrasi
10% (b/v) dengan rata- rata zona hambat 12 mm, dan konsentrasi 10% (b/v) dengan
Pada penelitian ini data yang di peroleh dianalisis menggunakan program SPSS
for windows. Tahap pertama dilakukan uji normalitas (Shapiro-Wilk) dan uji
homogenitas untuk melihat sebaran data terdistribusi normal dan bersifat homogen
dengan nilai signifikan (p>0,05). Jika data terdistribusi normal dan bersifat homogen
dilanjutkan dengan uji One Way ANOVA dan uji post hock sebagai uji lanjutan untuk
Berdasarkan hasil uji One Way ANOVA pada fraksi n-heksan, etil aseta dan air
terhadap jamur Candida albicans menunjukkan data terdistribusi normal dan homogen
dengan nilai signifikan p<0,05 yaitu sebesar p=0,000 yang artinya bahwa fraksi n-
heksan etil asetat dan air memiliki aktivitas terhadap jamur Candida albicans.
Hasil uji LSD pada Candida albicans pada fraksi daun rambutan aceh (Nepheliu
m lappaceum L.) deangan kosentrasi 5% (b/v), 10% (b/v), 15% (b/v) dan kontrol
49
positif memperlihakan perbedaan dengan kontrol negatif hal ini menujukkan perlakuan
hubungan konsentrasi fraksi terhadap besar kecilnya diameter zona hambat, semakin
tinggi konsentrasi fraksi daun rambutan aceh (Nephelium lappaceum L.) yang
diberikan maka semakin besar pula diameter zona hambat yang terbentuk. Senyawa
metabolit sekunder yang terkandung didalam konsentrasi fraksi tersebut juga akan
semakin banyak. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan Ajizah (2004) yang
pertumbuhan jamur. Semakin besar zona hambat yang terbentuk maka menunjukan
bahwa jamur tersebut semakin sensitif dengan kandungan bahan aktif yang terdapat
pada fraksi. Aktivitas antijamur fraksi daun rambutan aceh berdasarkan tabel 6 dapat
diketahui bahwa senyawa daun rambutan aceh yang dapat menghambat aktivitas
Candida albicans terdapat pada fraksi etil asetat. Sifat etil asetat yang semi polar ini
dibandingkan pada fraksi polar dan nonpolar. Oleh karena itu, fraksi etil asetat lebih
banyak menarik senyawa yang berfungsi sebagai antijamur yaitu flavonoid, saponin
dan tanin. Hal tersebut mengakibatkan fraksi etil asetat menjadi fraksi teraktif dengan
membentuk daya hambat paling besar serta teraktif dibandingkan dengan fraksi n-
50
BAB VI
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Senyawa metabolit yang terdapat pada fraksi n-heksan dan etil asetat daun
rambutan aceh (Nephelium lappaceum L.) yaitu senyawa flavonoid, saponin, tanin
dan terpenoid. Sedangkan pada fraksi air daun rambutan aceh (Nephelium
lappaceum L.) mengandung senyawa yaitu flavonoid, saponin, tanin dan steroid
dikategorikan kuat. Fraksi etil asetat dengan zona hambat 17 mm pada kosentrasi
15% (b/v) dikategorikan kuat dan fraksi air dengan zona hambat 13 mm pada
3. Fraksi dari fraksi daun rambutan aceh (Nephelium lappaceum L.) yang memiliki
aktivitas antijamur paling baik terhadap jamur Candida albicans adalah fraksi etil
asetat dengan diameter zona hambat jamur sebesar 17 mm pada kosentrasi 15%
(b/v).
B. Saran
1. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut yakni isolasi senyawa dari fraksi daun
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan jamur lain yang dapat
menyebabkan infeksi.
51
DAFTAR PUSTAKA
Alfianingsih, S., (2015). Aktivitas Antibakteri Fraksi n-Heksan, Kloroform, dan Etanol
dari Ekstrak Etanol Daun Rambutan (Nephelium lappaceum, L.) terhadap Bakteri
Escherichia coli, Karya Tulis Ilmiah, Akademi Analis Farmasi dan Makanan, Putra
Indonesia Malang.
Andhini, N. F., (2017). Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi n-Heksana, Etil Asetat dan Air dari
Ekstrak Etanol Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) terhadap
Escherichia coli ATCC 25922, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Setia Budi,
Surakarta
Anonim. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Departeman
Kesehatan RI.
Ayunda, I.K, ddk., (2022).Uji Efektifitas Ekstrak Daun Rambutan (Nephelium lappaceum
L.) Sebagai Antifungi Terhadap Sclerotium Rolfsii Secara Invitro. Jurnal Serambi
Biologi. Vol 7(2) : 205-210
Badan Pengawasan Obat dan Makanan RI. (2013). Batas Maksimum Penggunaan Bahan
Tambahan Pangan Pengawet, Peraturan kepala badan pengawas obat dan makanan
Republik Indonesia nomor 36 tahun 2013
Bakara, L. B., (2020). Isolasi dan Identi fikasi Turunan Senyawa Fenolik dari Bunga
Kaktus Pakis Giwang (Euphorbia milii DESMOUL.), Skripsi, Program Studi S1
Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera
Utara, Medan.
Beena, et al., (2016). "Comparison of Antimicrobial Activity of Chlorhexidine, Coconut
Oil, Probiotics, and Ketoconazole on Candida albicans Isolated in Children with
Early Childhood Caries: An In Vitro Study," Scientifica Journals.
Cahyani, L. D., (2018). Fraksi Senyawa Antituberkulosis dari Ekstrak Larut n-Heksan
Daun Jati Merah (Tectona grandis L.), Skripsi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
CLSI, (2014). M100-S24 Performance Standards for Antimicrobial Susceptibility Testing;
Twenty-Fourth Informational Supplement, Staphylococcus spp, Clinical and
Laboratory Standards Institute: USA,34 (1) : 98-230.
Hasibuan, S. A., 2016. Perbandingan Daya Hambat Ekstrak Daun Jarak Pagar (Jatropha
curcas Linn) terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus dan
Escherichia coli secara In Vitro, Skripsi, Fakultas Kedokteran, Universitas
Lampung, Bandar Lampung.
Hayati, E.K, dkk. (2010). Fraksinasi dan Identifikasi Senyawa Tanin pada Daun Belimbing
Wuluh (Averrhoa Bilimbi L). Jurnal Kimia Vol 4, (2), 193-200
Henry J.B., 2007. Clinical Diagnosis and Managements By Laboratory Methods, Edition
21. USA: Saunders Elsevier
Hidayati, S., Lumbessy, S. Y., and Azhar, F., (2021). Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol
Daun Kitolod (Isotoma longiflora) terhadap Bakteri Vibrio sp. Penyebab Vibriosis
pada Udang Vaname (Litopenaeus vannamei), Bioscientist : Jurnal Ilmiah Biologi,
9 (1), 86–95.
Huda, C., Putri, A. E., and Sari, D. W., (2019). Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi dari
Maserat Zibethinus folium terhadap Escherichia coli, Jurnal Sain Health. Vol 3(1),
7–14.
Ikrom, Asih, D., Wira, R., Perkasa, B., Tiara, R., and Wasito, (2014). Studi In Vitro
Ekstrak Etanol Daun Kamboja (Plumeria alba) sebagai Anti Aeromonas
hydrophila. Jurnal Sain Veteriner. Vol 32(1), 105–116.
Insani, F., (2020). Uji Potensi Antibakteri Minyak Atsiri Kayu Manis (Cinnamomum
burmannii) terhadap Aktivitas Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus epidermidis
Terdapat di:http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/3163/ [Diakses pada 26 Desember
2020].
Jawetz, Melnick, dan Adelberg’s. (2004). Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 23.
Jawetz., G. Melnick, LL., Adelberg, E.A., (1986). Mikrobiologi untuk Profesi Kesehatan,
Edisi XVI, Diterjemahkan oleh dr. Bonang, G., EGC Press, Jakarta.
Jayanti, T. D., Ariyanti, and Masruriati, E., (2017). Uji Aktivitas Antibakteri Infusa dan
Sirup Daun Rambutan (Nepheliumlappaceum Linn) terhadap Bakteri Salmonella
Typhi secara In Vitro, Jurnal Farmasetis. 6 (2), 71–76.
Katzung, B.G. (2004). Farmakologi Dasar & Klinik. Edisi Delapan. Jakarta: EGC.
Kursia, S., Lebang, J. S., Taebe, B., Burhan, A., Rahim, W. O. R., and Nursamsiar, (2016).
Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etil Asetat Daun Sirih Hijau (Piper betle L.)
terhadap Bakteri Staphylococcus epidermidis, Indonesian Journal of
Pharmaceutical Science and Technology. Vol 3(2), 72–77.
Kusumaningtyas. (2015). Penyakit Zoonosis, Prosiding lokakarya Nasional. Hal 304-313.
Kumar, R. R. and Jadeja, V. J. (2011). Isolation of Actinomycetes: A Complete Approach,
International Journal of Current Microbiology and Applied Sciences, 5(5), pp. 606–
618.
Maradona, D., (2013). Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Durian (Durio
zibhetinus L.), Daun Lengkeng (Dinocarpus longan Lour.), Daun Rambutan
(Nephelium lappaceum L.) terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan
Escherichia coli, Skripsi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Program Studi
Farmasi, Jakarta.
Masdelina, N., Amelia,S., Minasari, N. (2021). Efektivitas Ekstrak Kulit Kayu Rambutan
(Nephelium lappaceum L.) Terhadap Candida albicans.Fakultas Kedokteran Gigi,
Sumatra Utara.
Marjoni, R. (2016). Dasar-Dasar Fitokimia. CV. Trans Info Media. Jakarta.
Nuria, M. C., Astuti, E. P., and Sumantri, (2010). Antibacterial Activities of Ethyl Acetate
Fraction of Methanol Extract from Sosor Bebek Leaves (Kalanchoe pinnata Pers.),
Mediagro: Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian, 6 (2), 51–61.
Pangalinan dkk.,(2012). Uji Aktivitas Antijamur Ekstrak Etanol Kulit Batang Rambutan
(Naphelium lappaceum L.) Terhadap Candida albicans Secara In Vitro. UNSRAT :
Manado.
Sa`adah, H., and Nurhasnawati, H., (2015). Perbandingan Pelarut Etanol dan Air pada
Pembuatan Ekstrak Umbi Bawang Tiwai (Eleutherine americana Merr)
menggunakan Metode Maserasi, Jurnal Ilmiah Manuntung, 1 (2), 149-153
Sadino, A., (2017). Review: Aktivitas Farmakologis, Senyawa Aktif dan Mekanisme Kerja
Rambutan (Nephelium lappaceum L.), Journal Farmaka, 15 (3), 16- 26.
Saleh, M.S. (2009). Pematahan Dormansi Benih Aren Secara Fisik Pada Berbagai Lama
Ekstrasi Buah. Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian. UNTAD. Jurnal
Agrosains 6(2): 79-83.
Sari, et al., (2013). Penggunaan Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.) Untuk
Menurunkan Tekanan Darah Tinggi. Jurnal Majoriti. Vol 5(3) : 34-40
Sarker, S.D., Latif, Z., and Gray, A.L. (2006). Natural Product Isolation. New Jersey:
Humana Press.
Siddik, MB, Lia, YB & Edyson, (2016). ‘Perbandingan Efektivitas Antifungi Antara
Ekstrak Metanol Kulit Batang Kasturi dengan Ketokenazol 2% terhadap Candida
albicans In Vitro’, Jurnal Berkala Kedokteran, vol. 12, no. 2, hal. 271-278.
Sulistiyaningsih, S., Mudin, N., Wicaksono, I. A., and Budiman, A., (2017). Antibacterial
Activity of Ethanol Extract and Fraction of Rambutan Leaf (Nephelium lappaceum)
Against Pseudomonas aeruginosa multiresistant, National Journal of Physiology,
Pharmacy and Pharmacology, 8 (2), 257- 261.
Suryaku, N. I., (2017). Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi n-Heksan, Etil Asetat dan Air dari
Ekstrak Etanolik Daun Ungu (Graptophyllum pictum (L.) Griff) terhadap
Staphylococcus aureus ATCC 25923, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Setia
Budi, Surakarta.
Syamsul, E. S., Anugerah, O. and Supriningrum, R., (2020). Penetapan Rendemen Ekstrak
Daun Jambu Mawar (Syzygium jambos L . Alston) berdasarkan Variasi
Konsentrasi Etanol dengan Metode Maserasi. Jurnal Riset Kefarmasian Indonesia.
Vol 2(3), 147–157.
Szymanska, Emilia dan Winnicka, Katarzyna. (2012). Stability of Chitosan –A Challenge
for Pharmaceutical and Biomedical Applications. Marine Drugs, vol. 13, pp 1819-
1846.
Tauryska, E. M. (2011). Jamur Penyebab Keputihan (Candida albicans). www.uad.ac.id.
Diakses 20 Oktober 2016.
Uthia, Rahimatul, Arifin, Helmi, Efrianti, Feni, (2017). Pengaruh Hasil Fraksinasi Ekstrak
Daun Kemangi (Ocimum Sanctum L.) terhadap Aktivitas Susunan Saraf Pusat pada
Mencit Putih Jantan, Jurnal Farmasi Higea, Vol. 9(1).
Utomo, S., (2016). Pengaruh Konsentrasi Pelarut (n-Heksana) terhadap Rendemen Hasil
Ekstraksi Minyak Biji Alpukat untuk Pembuatan Krim Pelembab Kulit, Jurnal
Konversi. Vol 5(1), 39–47.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Skema kerja pembuatan Ekstrak
Determinasi
Pengolahan sampel
• Dicuci
• Disortasi basah
• Dirajang
• Dikeringkan
• Diblender kemudian ditimbang
Serbuk Simplisia
Fitrat
Ekstrak Kental
Lampiran 2. Skema Kerja Pembuatan Fraksi
• Ditimbang 10 gram
• Difraksinasi menggunakan pelarut n-heksan, etil
asetat dan air perbandingan (1:1)
• Digojok dan didiamkan selama 10-15 menit didalam
corong pisah hingga terbentu 2 lapisan kemudian
dipisahkan
Skrining Fitokimia
Lampiran 3. Skema Kerja Uji aktivitas Antijamur
Kontrol (+) Fraksi n-heksan, etil asetat dan air Kontrol (-)
Ketokonazol 2% 5%,10% dan 15% DMSO 2%
1%
Analisis Data
Lampiran 4. Perhitungan
=20,3 %
B. Perhitungan Pembuatan Media PDA
Standar pengenceran media (PDA = 39 gram dalam 1000 mL)
Rumus :
9 cawan petri
9 × 15 ml = 135
135 + 30% = 175,5→ 176 ml
176 × 39 / 1000 = 6,86 gram
Jadi, serbuk media PDA yang dibutuhkan sebanyak 6,86 gram dan aquadest sebanyak
176 ml.
C. Perhitungan Larutan Kontrol Positif dan Negatif
a. Kontrol Positif (Ketokonazole cream 2%)
Ketokonazole cream 2 %
b. Kontrol Negatif (DMSO)
DMSO Sebanyak 2 ml
D. Perhitungan konsentrasi
1. Kosentrasi fraksi 5%
5
kosentrasi 5% = × 2 𝑚𝑙 = 0,1 𝑔𝑟𝑎𝑚
100
Untuk pembuatan kosentrasi 5% diambil 0,1 gram fraksi daun rambutan aceh
dilarutkan menggunakan DMSO sebanyak 2 ml dalam vial
2. Kosentrasi fraksi 10%
10
kosentrasi 10% = × 2 𝑚𝑙 = 0,2 𝑔𝑟𝑎𝑚
100
Untuk pembuatan kosentrasi 10% diambil 0,2 gram fraksi daun rambutan aceh
dilarutkan menggunakan DMSO sebanyak 2 ml dalam vial
3. Kosentrasi fraksi 15%
15
kosentrasi 15% = × 2𝑚𝑙 = 0,3 𝑔𝑟𝑎𝑚
100
Untuk pembuatan kosentrasi 15% diambil 0,3 gram fraksi daun rambutan aceh
dilarutkan menggunakan DMSO sebanyak 2 ml dalam vial
Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian
Pengolahan sampel
hairdrayer aceh
Fraksinasi
1. Fraksi n-heksan
Uji alkaloid
Uji alkaloid
3. Fraksi air
Uji alkaloid
Pengujian antijamur
penimbangan media
Sterilisasi alat PDA Pembuatan media PDA Sterilisasi medium
dioutoklaf
Kontrol
positif
Lampiran 6. Hasil Uji Statistik
1. Hasil Analisis Data Zona Hambat Pada fraksi n - heksan Ekstrak daun rambutan
aceh (nephelium lappaceum l.)pada jamur candida albicans.
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Oneway
Descriptives
Perlakuan
N Mean Std. Std. 95% Confidence Minimum Maximum
Deviation Error Interval for Mean
Lower Upper
Bound Bound
fraksi n-heksan 5% 3 13.0000 .00000 .00000 13.0000 13.0000 13.00 13.00
fraksi n-heksan10% 3 14.0000 .00000 .00000 14.0000 14.0000 14.00 14.00
fraksi n-heksan
3 15.0000 .00000 .00000 15.0000 15.0000 15.00 15.00
15%
Kontrol Positif 3 23.0333 .05774 .03333 22.8899 23.1768 23.00 23.10
Kontrol Negatif 3 .0000 .00000 .00000 .0000 .0000 .00 .00
Total 15 13.0067 7.67188 1.98087 8.7581 17.2552 .00 23.10
ANOVA
Perlakuan
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Perlakuan
LSD
(I) Zona_Hambat (J) Zona_Hambat Mean Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
Difference Lower Bound Upper Bound
(I-J)
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
16.000 4 10 .052
Oneway
Descriptives
Perlakuan
Lower Upper
Bound Bound
ANOVA
Perlakuan
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
16.000 4 10 .052
Oneway
Descriptives
Perlakuan
N Mean Std. Std. Error 95% Confidence Minimum Maximum
Deviation Interval for Mean
Lower Upper
Bound Bound
fraksi n-heksan
3 11.0000 .00000 .00000 11.0000 11.0000 11.00 11.00
5%
fraksi n-
3 12.0000 .00000 .00000 12.0000 12.0000 12.00 12.00
heksan10%
fraksi n-heksan
3 13.0000 .00000 .00000 13.0000 13.0000 13.00 13.00
15%
Kontrol Positif 3 23.0333 .05774 .03333 22.8899 23.1768 23.00 23.10
Kontrol Negatif 3 .0000 .00000 .00000 .0000 .0000 .00 .00
Total 15 11.8067 7.57180 1.95503 7.6135 15.9998 .00 23.10
ANOVA
Perlakuan
A. Identitas Penulis
1. Nama : Dwi Wisnianti
2. Tempat, Tanggal Lahir : Bambaea, 29 Juni 2000
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Alamat : Bambaea, Kec Poleang Timur, Kab Bombana
6. No. Telpon : 085333373006
B. Pendidikan Formal
1. SD : SDN 1 KAMPUNG BARU
2. SMP : SMPN 05 POLEANG TIMUR
3. SMA : SMAN 4 BOMBANA