Anda di halaman 1dari 195

UJI HEDONIK BLUSH ON DARI BUAH NAGA

(Hylocereus costaricensis) DENGAN KANDUNGAN


SENYAWA ANTOSIANIN SEBAGAI PEWARNA ALAMI

Oleh
ASMAUL HUSNA
17.059.AF

AKADEMI FARMASI
YAYASAN MA'BULO SIBATANG
MAKASSAR
2020
UJI HEDONIK BLUSH ON DARI BUAH NAGA
(Hylocereus lemaire) DENGAN KANDUNGAN SENYAWA
ANTOSIANIN SEBAGAI PEWARNA ALAMI

Laporan Tugas ini Diajukan Untuk Memenuhi


Syarat Dalam Menyelesaikan Program
Pendidikan Ahli Madya Farmasi

Oleh
ASMAUL HUSNA
17.059.AF

AKADEMI FARMASI
YAYASAN MA'BULO SIBATANG
MAKASSAR
2020

ii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertandatangan dibawah ini:

Nama : ASMAUL HUSNA


NIM : 17.059.AF
Program Studi : Farmasi

Dengan ini menyatakan bahwa Laporan Tugas Akhir " UJI HEDONIK
BLUSH ON DARI BUAH NAGA (Hylocereus lemairei) DENGAN
KANDUNGAN SENYAWA ANTOSIANIN SEBAGAI PEWARNA ALAMI"
benar bebas dari segala bentuk plagiat. Apabila dikemudian hari terbukti
adanya indikasi plagiarisme dalam tugas akhir ini maka saya bersedia
menerima sanksi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan
sebagaimana mestinya.

Makassar, Juli 2020

Asmaul Husna

iii
PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR

UJI HEDONIK BLUSH ON DARI BUAH NAGA


(Hylocereus lemairei) DENGAN KANDUNGAN SENYAWA
ANTOSIANIN SEBAGAI PEWARNA ALAMI

Menyetujui:

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Apt. Nurul Hidayah Base,S.Si.,M.Si. Apt. Hernawati Basir,S.Farm.,M.Farm.


NIDN:0914098002 NIDN:0804078702

Mengetahui:
Direktur

Rusmin,S.Si.,M.Si.,Apt.
NIDN : 0931056806

iv
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Asmaul Husna
NIM : 17.059.AF
Program Studi : Farmasi

Dengan ini menyetujui untuk memberikan izin kepada pihak Akademi


Farmasi Yamasi Makassar atas Hak Bebas Royalti Non Ekslusif (Non
exclusive Royalti-Free Right) penelitian tugas akhir berjudul : UJI
HEDONIK BLUSH ON DARI BUAH NAGA (Hylocereus lemairei)
DENGAN KANDUNGAN SENYAWA ANTOSIANIN SEBAGAI
PEWARNA ALAMI.
Dengan Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif ini maka pihak Akademi
Farmasi Yamasi Makassar berhak untuk menyimpan, mengalih-media
atau formatkan, mengelola dalam pangkalan data (database),
mendistribusikannya, menampilkan atau mempublikasikannya di internet,
jurnal atau media lain untuk kepentingan akademis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Makassar, Juli 2020

Asmaul Husna

v
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha

Esa atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini dengan baik, sebagai salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Farmasi di Akademi Farmasi

Yamasi Makassar.

Ucapan terima kasih kepada orang tua saya yang tak terhingga atas

apa yang telah diberikan kepada saya selama ini. Doa, kasih sayang serta

semua bantuan berupa materi dan moral sehingga saya dapat

menyelesaikan pendidikan di Akademi Farmasi Yamasi Makassar. Jasa-

jasa mereka tidak akan dilupakan, semoga Allah SWT membalas semua

kebaikannya.

Ucapan terima kasih juga yang sebesar-besarnya kepada yang

terhormat ibu Nurul Hidayah Base,Si.,M.Si.,Apt. selaku pembimbing 1 dan

ibu Hernawati Basir,S.Farm.,Apt. selaku pembimbing ke 2 saya. Dengan

ketulusan dan keikhlasannya dalam membimbing saya semoga Allah

membalas kebaikan ibu karena telah meluangkan waktu untuk memberi

arahan serta menyumbangkan pikiran dan tenaga selama membimbing

saya mulai dari perencanaan penelitian hingga laporan tugas akhir ini

selesai.

Penulis menyadari bahwa begitu banyak bantuan dari berbagai pihak

untuk penyelesaian laporan tugas akhir ini. Oleh karena itu penulis

mengucapkan rasa hormat dan terima kasih kepada:

vi
1. Yayasan Akademi Farmasi Ma'bulo Sibatang Makassar

2. Bapak Rusmin,S.Si.,M.Si.,Apt. selaku Direktur Utama Akademi Farmasi

Yamasi Makassar.

3. Seluruh Dosen dan Staf Akademi Farmasi Yayasan Ma'bulo Sibatang

Makassar.

4. Kepada saudara tak sedarah Deli yang telah tinggal bersama dan

menghadapi semua tantangan kehidupan bersama selama kurang lebih

3 tahun di Akfar Yamasi.

5. Kepada sahabat terdekatku Nurul Hikmah (Imma) yang selalu setia

menemani dan mendengarkan semua lika-liku dalam proses

pembuatan laporan tugas akhir ini.

6. Teman-teman Kelas Reguler B17 yang selalu memberikan semangat.

7. Serta seluruh kerabat yang belum sempat saya sebutkan namanya

dan ikut berpartisipasi dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir (LTA)

ini.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini mungkin masih ada

kekurangan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis

memohon maaf serta kritik dan saran. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak yang membaca.

Makassar, Juli 2020

Penulis

vii
ABSTRAK

ASMAUL HUSNA. UJI HEDONIK BLUSH ON DARI BUAH NAGA


(Hylocereus lemairei) DENGAN KANDUNGAN SENYAWA
ANTOSIANIN SEBAGAI PEWARNA ALAMI (dibimbing Nurul Hidayah
Base dan Hernawati Basir)

Telah dilakukan penelitian tentang Uji Hedonik Blush On Dari Buah


Naga (Hylocereus Lemairei) Dengan Kandungan Senyawa Antioksidan
Sebagai Pewarna Alami. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Bagaimana hasil uji hedonik blush on dari buah naga (hylocereus lemairei)
dengan kandungan senyawa antosianin sebagai pewarna alami.
Penelitian ini merupakan penelitian deskripsi studi literatur yang dilakukan
melalui pengumpulan data pustaka atau telaah literatur. Penelitian ini
menggunakan 2 jenis skripsi berbeda dengan sampel yang sama. Hasil
yang diperoleh dari kedua literatur yaitu responden dalam pemilihan
produk Blush On, mereka lebih menyukai Blush On bentuk Compact dan
memiliki gradasi warna yang cukup terang.

Kata Kunci: Antosianin, Blush On, Uji Hedonik

viii
ABSTRACT
ASMAUL HUSNA. Test Hedonic Blush Of Dragon Fruit (Hylocereus
lemairei) Anthocyanin as a Natural Die (supervised by Nurul Hidayah Base
dan Hernawati Basir)

A study was made about the blush hedonic test of Of Dragon Fruit
(Hylocereus lemairei) Anthocyanin as a Natural Die. It was intended to be
coherent how does the hedonic blush test from the dragon fruit
(Hylocereus lemairei) with a natural application of Anthocyanin
compounds. The study is a description of a literatur study done throught
library collection or literation of this research using two different types of
thesis than the same sample. Derived from both literature as the
respondents inthe selection of a blush product, they prefer a blush of
compact form and a fairly bright hue.

Keyword: Anthocyanin, Blush, Hedonic Test

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN AWAL
HALAMAN JUDUL ............................................................................... ii
LEMBER PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ........................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ............................................ iv
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................................... v
KATA PENGANTAR ............................................................................ vi
ABSTRAK ............................................................................................ ix
ABSTRACT.......................................................................................... x
DAFTAR ISI ......................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
I.1 Latar Belakang .................................................................... 1
I.2 Rumusan Masalah .............................................................. 2
I.3 Tujuan Penelitian ................................................................ 2
I.4 Untuk Manfaat Penelitian .................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................... 4
II.1 Uraian Kosmetik.................................................................. 4
II.2 Uraian Blush On.................................................................. 7
II.3 Uji Hedonik.......................................................................... 9
II.4 Senyawa Antosianin............................................................ 13
BAB III METODE PENELITIAN............................................................ 15
III.1Metode Penelitian ............................................................... 15
III.2Jenis dan Sifat Penelitian.................................................... 15
III.3Waktu dan Tempat.............................................................. 15
III.4Teknik Pengumpulan Data.................................................. 15
III.5Teknik Pengolahan Data..................................................... 16
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................... 17
IV.1 Data Hasil Studi Literatur .................................................. 17

x
IV.2 Pembahasan..................................................................... 19

BAB V PENUTUP ................................................................................ 22

V.1 Kesimpulan ....................................................................... 22

V.2 Saran ................................................................................ 22

DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 23

LAMPIRAN........................................................................................... 25

xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kategori Blush On dalam Kosmetik ..................................... 4
Tabel 4.1 Data hasil uji hedonik ........................................................... 17
Tabel 4.2 Data Hasil Perbandingan 2 Literatur .................................... 18

xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Skema Kerja ..................................................................... 25
Lampiran 2 Literatur............................................................................. 26

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki kekayaan alam
yang melimpah untuk dapat dimanfaatkan dan berguna dalam
kehidupan, bahkan muncul istilah "tanah kita adalah tanah surga",
mengapa demikian? karena hampir seluruh tanaman/tumbuhan
dapat tumbuh. Jadi, tidak diherankan lagi jika banyak produk herbal
yang bisa dihasilkan.
Untuk zaman sekarang menggunakan riasan wajah sangat
familiar terutama untuk kaum wanita, bukan hanya dikalangan para
remaja tapi di semua usia. Bahkan ada seorang anak kecil pun
sudah ada yang pandai berhias. Salah satu kosmetik yang paling
banyak digemari juga adalah Blush On, kosmetik yang digunakan
untuk mewarnai pipi dengan sentuhan sehingga dapat meningkatkan
kesan segar dalam tata rias wajah. Blush On digunakan dengan
tujuan agar tampak cantik, segar, dan kontur wajah terlihat dengan
jelas.
Didalam buku persyaratan kosmetika (2015) Kosmetik adalah
bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada
bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ
genital bagian luar), atau gigi dan membran mukosa mulut terutama
untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan, dan/atau
memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh
pada kondisi baik. Kosmetik yang akan dikaji pada penelitian ini
adalah Blush On, dimana jenis kosmetik ini penggunaanya pada
daerah wajah yaitu pipi melalui sentuhan, sehingga akan
memberikan kesan warna pada wajah.

1
2

Pada kosmetik yang satu ini dalam formulasinya menggunakan


pewarna sebagai efek dari pengaplikasiannya. Adapun jenis
pewarna yang akan digunakan adalah pewarna alami yang berasal
dari tanaman-tanaman yang mengandung zat warna. Adapun dalam
penelitian ini akan terkhusus pada senyawa Antosianin. Menurut
silva (2005) senyawa Antosianin selain dapat berperan sebagai
antioksidan dan dapat juga berperan sebagai sumber pewarna alami
yang memberikan pigmen berwarna merah.
Saat ini sudah banyak jenis Blush On yang beredar di pasaran
dengan berbagai macam warna, yang menggunakan pewarna
sintetik. Pewarna sintetik sendiri sering menimbulkan efek samping,
sedangkan pewarna alami mempunyai keunggulan yang tidak kalah
dengan pewarna sintetik yaitu intensitas warna yang jauh lebih
rendah dari zat warna sintetik.
Pada penelitian ini akan Uji Hedonik Blush On Dari Buah Naga
(Hylocereus Costaricensis) Dengan Kandungan Senyawa
Antioksidan Sebagai Pewarna Alami, yang banyak digemari oleh
masyarakat.

I.2 Rumusan Masalah


Bagaimana hasil uji hedonik blush on dari buah naga
(hylocereus lemairei) dengan kandungan senyawa antioksidan
sebagai pewarna alami?

I.3 Tujuan Penelitian


Mengetahui hasil uji hedonik blush on dari buah naga (hylocereus
lemairei) dengan kandungan senyawa antioksidan sebagai pewarna
alami
3

I.4 Untuk Manfaat Penelitian


1. Sebagai sumber referensi bagi peneliti selanjutnya.
2. Memberikan gambaran tentang jenis Blush On yang banyak di
gemari masyarakat.
3. Sebagai sumber informasi bagi peneliti selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Uraian Kosmetik


Kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk
digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut,
kuku, bibir, dan organ genital bagian luar), atau gigi dan membran
mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan,
mengubah penampilan, dan/atau memperbaiki bau badan atau
melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik (Anonim,2015).
Produk kosmetik digunakan untuk melindungi kulit dari agen-
agen berbahaya, baik yang bersifat endogen ataupun eksogen, serta
untuk memperbaiki penampilan kulit. Bahan yang terdapat dalam
formulasi kosmetik dapat mendukung kesehatan, tekstur, dan
integritas kulit, melembabkan serta menjaga elastisitas kulit
(shi,et.al.,2017). Untuk saat ini kosmetik herbal dengan bahan alami
dianggap lebih berkualitas, ramah lingkungan, dan aman. Selain itu,
kosmetik herbal juga memiliki efek samping yang lebih sedikit
(Shivanad,et.al.,2010).
Tabel 2.1 Kategori Blush On dalam Kosmetik (Anonim,2013)
No. Tipe Produk Kategori Sub Kategori Keterangan
1. Sediaan rias mata, Sediaan rias Pensil alis Sediaan kosmetika
rias wajah, mata yang dimaksudkan
sediaan pembersih untuk
rias wajah dan memperindah
mata bentuk alis mata.
Bayangan Sediaan kosmetika
mata yang dimaksudkan
untuk memberikan
warna pada

4
5

kelopak mata, agar


mata tampak lebih
atraktif.
Eye liner Sediaan kosmetika
yang digunakan
untuk memperjelas
garis mata.
Mascara Sediaan kosmetika
yang digunakan
untuk
memperindah bulu
mata.
Sediaan rias Sediaan rias mata
mata lainnya yang tidak
termasuk
subkategori dalam
salah satu sediaan
rias mata dalam
Peraturan ini.
Pembersih Sediaan kosmetika
rias mata yang digunakan
untuk
membersihkan
riasan mata.
Sediaan rias Bedak padat Sediaan kosmetika
wajah berbentuk serbuk
padat, lembut,
homogen, mudah
disapukan merata
pada kulit.
6

Perona pipi Sediaan kosmetika


yang digunakan
untuk memberikan
warna pada pipi.
Tata rias Sediaan kosmetika
"panggung" yang digunakan
untuk merias
pemain, penari,
dan lain-lain dalam
pementasan
pertunjukan
Tata rias Sediaan kosmetika
"pengantin" yang digunakan
untuk merias
pengantin
Make-up kit Sediaan kosmetika
yang merupakan
gabungan
beberapa
kosmetika dalam
satu palet yang
dapat digunakan
untuk tata rias
wajah maupun
mata
Sediaan rias Sediaan rias wajah
wajah yang tidak
lainnya termasuk
subkategori dalam
salah satu sediaan
7

rias wajah dalam


Peraturan ini.
Sediaan Pembersih Sediaan kosmetika
perawatan kulit muka yang digunakan
kulit untuk
membersihkan
kulit wajah.
Penyegar Sediaan kosmetika
kulit muka yang digunakan
untuk
menyegarkan kulit
wajah dan
menghilangkan
sisa pembersih
yang tertinggal.
Astrigent Sediaan kosmetika
yang digunakan
untuk
menyegarkan dan
mengecilkan pori-
pori kulit wajah.

II.2 Uraian Blush On


Pewarna Pipi (Blush On) adalah sediaan kosmetik yang
digunakan untuk mewarnai pipi dengan sentuhan artistik sehingga
dapat meningkatkan estetika dalam tatarias wajah. Produk ini
bertujuan untuk memerahkan pipi, sehingga nampak lebih cantik dan
lebih segar. Adapun jenis-jenis pewarna merah pipi yaitu:
1. Loose atau Compact PowderBlush
Paling sederhana, berisikan pigmen dan “lakes” dalam bentuk
kering, diencerkan dengan bahan-bahan powder standar seperti
8

talcum, zink stearat, dan magnesium karbonat. Kandungan


pigmen biasanya 5-20%. Formulanya cocok untuk semua jenis
kulit terutama untuk kulit berminyak.
2. Cream Blush
Zat-zat pewarna (pigmen, lakes dan/ atau cat laryt minyak)
didispersikan atau dilarutkan dalam base fat-oil-wax.
Dibandingkan dengan yang powder, memiliki keuntungan dapat
membentuk lapisan tipis rata di permukaan kulit yang nampak
lebih alamiah dan bersifat menolak air, formulanya cocok
digunakan untuk jenis kulit kering namun hindari penggunaannya
saat kulit pipi berjerawat.
3. Krim emulsi
Popularitas tipe ini (terutama yang emulsi cair) adalah
popularitas liquid foundation make-up. Bedak cair dan rouge cair
bercampur dengan sangat baik dan dengan sedikit latihan,
sebaiknya pemakaian rouge cair pada foundation yang masih
belum kering di kulit pipi.
4. Liquid Blush
Liquid rouges terdiri dari larutan warna dengan bahan pelarut
air atau hidroalkoholik. Glycerol, sorbitol, liquid, dll, memberikan
rasa lembut pada pemakaian yang sesuai.
5. Bentuk Batang
Pewarna pipi jenis ini dikemas dalam tube mirip lipstik.
Penggunaanya cukup mudah karena langsung dipoleskan secara
lurus di pipi kemudian diratakan dengan jari (Tranggono Ris
Latief,2013).
Bahan pewarna adalah bahan atau campuran bahan yang
digunakan untuk memberi dan atau memperbaiki warna pada
kosmetika. Pewarna yang digunakan dalam kosmetika umumnya
terdiri dari 2 jenis, yaitu:
9

a Pewarna yang dapat larut dalam cairan (soluble), air, alkohol, atau
minyak. Contoh warna kosmetik adalah:
1) Pewarna asam yang merupakan golongan terbesar pewarna
pakaian, makanan dan kosmetika. Unsur terpenting dari
pewarna ini adalah gugus azo.
2) Solvent dyes yang larut dalam air atau alkohol, misal: merah
DC, merah hijau No.17, violet, kuning.
3) Xanthene dyes yang dipakai dalam lipstik, misalnya DC orange,
merah dan kuning.
b Pewarna yang tidak larut dalam cairan (insoluble), yang terdiri
atas bahan organik dan inorganik, misalnya lakes, besi oksida.
Zat warna tidak semua dapat digunakan dalam kosmetika, karna
kulit dibeberapa bagian tubuh ada yang sensitif terhadap warna
tertentu sehingga memerlukan warna khusus, seperti kulit sekitar
mata, kulit sekitar mulut, bibir dan kuku (Pitralina,2019).

II.3 Uji Hedonik


Evaluasi sensori atau organoleptik adalah ilmu pengetahuan
yang menggunakan indera manusia untuk mengukur tekstur,
penampakan, aroma dan flavor suatu produk. Pada saat ini telah
tersedia berbagai metode analisa organoleptik. Para peneliti harus
mengetahui dengan jelas keuntungan dan kerugian metode-metode
tersebut. Pilihlah metode yang paling cocok dan efisien untuk kasus
yang dihadapi. Tidak ada metode yang dapat digunakan secara
umum atau untuk semua kasus. Para peneliti harus
memformulasikan dengan jelas tujuan dari pengujian dan informasi
yang ingin diperoleh dari pengujian tersebut. Pada prinsipnya
terdapat 3 jenis uji organoleptik, yaitu:
1. Uji Pembedaan
Uji diskriminatif terdiri atas dua jenis, yaitu uji difference test
(uji pembedaan) yang dimaksudkan untuk melihat secara statistik
10

adanya perbedaan diantara contoh dan sensitifity test, yang


mengukur kemampuan panelis untuk mendeteksi suatu sifat
sensori. Diantara uji pembedaan adalah uji perbandingan
pasangan (paired comparation test) dimana para panelis diminta
untuk menyatakan apakah ada perbedaan antara dua contoh yang
disajikan; dan uji duo-trio (dou-trio test) dimana ada 3 jenis contoh
(dua sama, satu berbeda) disajikan dan para penelis diminta untuk
memilih contoh yang sama dengan standar. Uji lainnya adalah uji
segitiga (traingle test), yang sama seperti uji duo-trio tetapi tidak
ada standar yang telah ditentukan dan panelis harus memilih satu
produk yang berbada. Berikutnya adalah uji rangking (ranking test)
yang meminta para panelis untuk merangking sampel-sampel
berkode sesuai urutannya untuk suatu sifat sensori tertentu.
Uji sensitivitas terdiri atas uji treshold, yang menugaskan para
penelis untuk mendeteksi level treshold suatu zat atau untuk
mengenali suatu zat pada level tresholdnya. Uji lainnya adalah uji
pelarutan (dilution test) yang mengukur dalam bentuk larutan
jumlah terkecil suatu zat dapat terdeteksi. Kedua jenis uji di atas
dapat menggunakan uji pembedaan untuk menentukan treshoild
atau batas deteksi.
2. Uji Deskripsi
Uji deskripsi didisain untuk mengidentifikasi dan mengukur
sifat-sifat sensori. Dalam kelompok pengujian ini dimasukkan
rating atribut mutu dimana suatu atribut mutu dikategorikan
dengan suatu kategori skala (suatu uraian yang menggambarkan
intensitas dari suatu atribut mutu) atau dapat juga “besarnya”
suatu atribut mutu diperkirakan berdasarkan salah satu sampel,
dengan menggunakan metode skala rasio.
Uji deskripsi digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik
sensori yang penting pada suatu produk dan memberikan
informasi mengenai derajat atau intensitas karakteristik tersebut.
11

Uji ini dapat membenatu mengidentifikasi variabel bahan


tambahan (ingredien) atau proses yang berkaitan dengan
karakteristik sensori tertentu dari produk. Informasi ini dapat
digunakan untuk pengembangan produk baru, memperbaiki
produk atau proses dan berguna juga untuk pengendalian mutu
rutin.
Uji deskriptif terdiri atas Uji Scoring atau Skaling, Flavor Profile
& Texture Profile Test dan Qualitative Descriptive Analysis (QDA).
Uji skoring dan skaling dilakukan dengan menggunakan
pendekatan skala atau skor yang dihubungkan dengan desnripsi
tertentu dari atribut mutu produk. Dalam sistem skoringf, angka
digunakan untuk menilai intensitas produk dengan susunan
meningkat atau menurun.
3. Uji Efektif
Metode ini digunakan untuk mengukur sikap subjektif
konsumen terhadap produk berdasarkan sifat-sifat organoleptik.
Hasil yang diperoleh adalah penerimaan (diterima atau ditolak),
kesukaan (tingkat suka/tidak suka), pilihan (pilih satu dari yang
lain) terhadap produk. Metode ini terdiri atas Uji Perbandingan
Pasangan (Paired Comparation), Uji Hedonik dan Uji Ranking.
Uji perbandingan pasangan digunakan untuk uji pilihan.
Panelis diminta memilih satu contoh yang disukai dari dua contoh
yang disajikan. Prosedurnya adalah sebagai berikut : Dua contoh
yang diberi kode disajikan bersamaan dengan cara penyajian
yang sama, misalnya dalam bentuk ukuran, suhu dan wadah.
Panelis diminta memilih mana yang disukai. Untuk mendapatkan
hasil yang baik, jumlah panelis disarankan lebih dari 50 orang.
Uji hedonik merupakan pengujian yang paling banyak
digunakan untuk mengukur tingkat kesukaan terhadap produki.
Tingkat kesukaan ini disebut skala hedonik, misalnya sangat suka,
suka, agak suka, agak tidak suka, tidak suka, sangat tidak suka
12

dan lain-lain. Skala hedonik dapat direntangkan atau diciutkan


menurut rentangan skala yang dikehendaki. Dalam analisi
datanya, skala hedonik ditransformasikan ke dalam skala angka
dengan angka manaik menurut tingkat kesukaan (dapat 5, 7 atau
9 tingkat kesukaan). Dengan data ini dapat dilakukan analisa
statistik (Anonim,2006).
Dalam uji hedonik instrumen alat yang digunakan sebagai
data dalam suatu penelitian dapat berupa kuisioner, sehingga
skala pengukuran instrumen adalah menentukan satuan yang
diperoleh, sekaligus jenis dan atau tingkat data. Penerapan skala
ada bermacam-macam sesuai dengan jenis data yang digunakan,
misalnya Skala Likert, Skala Guttman, dan skala Semantic
Differensiasi.
1. Skala Likert
Skala Likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur
sikap pendapat, dan persepsi seseorang tentang suatu objek
atau fenomena tertentu. Skala likert memiliki 2 bentuk
pernyataan yaiti pernyataan negatif dan pernyataan positif.
Pernyataan positif diberi skor 5,4,3,2,1; sedangkan pernyataan
negatif diberi skor 1,2,3,4,5. Bentuk jawaban dari skor liker
terdiri dari sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan
sangat tidak setuju.
2. Skala Guttman
Skala Guttman ialah skala yang digunakan untuk jawaban yang
bersifat tegas (jelas) dan konsisten. Alternatif jawaban pada
jenis skala hanya terdiri dari dua alternatif. Misalnya Benar-
Salah, Ya-Tidak, Positif-Negatif dan lain-lain.
3. Skala Semantic Differensiasi
Skala ini digunakan untuk mengukur sikap tidak dalam bentuk
ganda atau checklist, tetapi tersusun dari sebuah garis kontibu
dimana nilai yang sangat negatif terletak di sebelah kiri
13

sedangkan nilai yang sangat positif terletak di sebelah kanan


(Sofian Siregar,2014).

II.4 Senyawa Antosianin


Berdasarkan artikel yang ditulis oleh Loretha dkk dalam Studi
Magister Biologi, secara kimia antosianin merupakan turunan struktur
aromatik tunggal, yaitu sianidin, dan semuanya terbentuk dari
pigmen sianidin dengan penambahan atau pengurangan gugus
hidroksil, metilasi dan glikolisis (Harborne,2005). Antosianin adalah
senyawa yang bersifat amfoter, yaitu memiliki kemampuan untuk
bereaksi baik dengan asam maupun dengan basa. Dalam media
asam antosianin berwarna merah, dan pada media basa barubah
menjadi ungu dan biru (Man,1997).
Antosianin termasuk pigmen larut air yang secar alami,
terakumulasi pada sel epidermis buah-buahan, akar, daun.
Antosianin merupakan suatu senyawa turunan flavanoid glikosida,
dimana terdiri dari gugus gula (glikon), gugus bukan gula yaitu
antosianidin (aglikon). dan ada beberapa antosianin mengandung
gugus asli. Subtituen gula pada antosianin biasanya adalah heksosa
(galaktosa dan glukosa), pentosa (arbinosa), dan diglikosida
(rutinosida). Gugus asli dari antosianin adalah asam kumarat, asam
ferulik, asam asetat, asam malonat, asam kaffeit, asam sinapit, asam
propionat, dan asam suksinat. Struktur dasar dari antosianin adalah
C6-C3-C6, dan untuk membentuk antosianin disebabkan karena
perbedaan struktur kimia pada berbagai tingkatan pH, antosianin
(anthos = Bunga, kyanos = biru) berubah dari merah dalam asam ke
biru dalam basa (Armour Publishing,2009).
Kestabilan antosianin dipengaruhi oleh beberapa faktor (Basuki
dkk,2005), yaitu:
1. Transformasi Struktur dan pH
14

Pada umumnya penambahan hidroksi akan menurunkan


stabilitas, sedangkan penambahan metil akan menambahkan
stabilitas. Faktor pH ternyata tidak hanya mempengaruhi warna
antosianin tapi juga mempengaruhi stabilitasnya. Antosianin lebih
stabil dalam larutan asam dibanding larutan basa.
2. Suhu
Suhu mempengaruhi kestabilan antosianin, suhu yang panas
dapat menyebabkan kerusakan struktur antosianin, oleh karena itu
proses pengolahan harus dilakukan pada suhu 50-600CC yang
merupakan suhu yang stabil dalam pemanasan.
3. Cahaya
Antosianin lebih stabil dalam larutan asam dibandingkan
dalam larutan alkali atau netral. Cahaya mempunyai dua pengaruh
yang saling berlawanan terhadap antosianin, yaitu berperan dalam
pembentukan warna antosianin dan cahaya juga dapat berperan
dalam laju degradasi warna antosianin. Oleh karena itu, antosianin
harus disimpan ditempat yang gelap dan bersuhu dingin.
4. Oksigen
Oksigen dan suhu tampaknya mempercepat kerusakan
antosianin. Stabilitas warna antosianin selama pemprosesan jus
buah menjadi rusak akibat oksigen.
Sesuai dengan namanya, antosianin memberikan warna pada
bunga, buah, dan daun tumbuhan hijau, dan telah banyak digunakan
sebagai pewarna alami pada berbagai produk pangan dan berbagai
aplikasi lainnya. Warna diberikan oleh antosianin berdasarkan
susunan ikatan rangkap terkonjugasinya yang panjang, sehingga
mampu menyerap cahaya pada rentan cahaya tampak (Low
dkk,2007).
BAB III

METODE PENELITIAN

III.1 Metode Penelitian


Metode penelitian yang digunakan dalam Laporan Tugas Akhir
(LTA) ini berdasarkan studi kepustakaan berisi teori yang releven
dengan uji hedonik Blus On dari tanaman yang mengandung
senyawa antosianin sebagai pewarna.

III.2 Jenis dan Sifat Penelitian


III.2.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah penelitian deskripsi studi literatur atau kepustakaan
(Library search), yakni penelitian yang dilakukan melalui
pengumpulan data pustaka atau telaah literatur dan
mengelola data hasil penelitian dengan tujuan untuk
menghasilkan laporan akhir yang releven.

III.2.2 Sifat Penelitian


Dilihat dari sifatnya, maka ppenelitian ini termasuk
deskriptif, berfokus pada penjelasan sistematis tentang uji
hedonik Blus On dari tanaman yang mengandung senyawa
antosianin sebagai pewarna.

III.3 Waktu dan Tempat


Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai Juni
2020.

15
16

III.4 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data penelitian ini diambil dari sumber data
sekunder antara lain; buku-buku teks, jurnal ilmiah, hasil-hasil
penelitian dalam bentuk skripsi dan buku digital (E-book), internet,
serta sumber-sumber lainnya yang releven.

III.5 Teknik Pengolahan Data


Data ditabulasi dan diolah dengan teknik Analisis isi (Content
Analysis) yang bersifat pembahasan mendalam terhadap isi
informasi tertulis atau tercetak di media tersebut. Data selanjutnya
dibahas dan ditarik kesimpulan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Data Hasil Studi Literatur


IV.1.1 Data hasil uji hedonik Blush On (Tabel 4.1)
Perbandingan Konsentrasi Formulasi
Blush On Menggunakan Ekstrak
JUDUL
Buah Naga Super Merah (Hylocereus
PENELITIAN
lemairei Hook. Britton & Rose)
Sebagai Pewarna Alami
Metode yang digunakan pada
penelitian ini adalah metode
eksperimen, dimana pada tahap
METODE analisis uji hedonik/uji kesukaan yang
PENELITIAN diujikan oleh 30 orang responden
1 untuk mengetahui tingkat kesukaan
terhadap kualitas hasil warna produk
kosmetik Blush On.
Blush On yang memiliki banyak
HASIL/ peminat dengan kriteria sangat suka
KESIMPULAN berada pada konsentrasi 15%
dengan warna merah muda terang.
IDENTITAS Desi Irawati
PENELITI
IDENTITAS KTI.2018. Politeknik Kesehatan
PUSTAKA Kemenkes Medan Jurusan Farmasi
JUDUL Pembuatan Blush On Dari Buah
PENELITIAN Naga
2
METODE Penelitian ini adalah penelitian
PENELITIAN eksperimen, yang dilakukan

17
18

sebanyak 1 kali perlakuan dimana


peneliti melakukan penelitian
terhadap Blush On dalam bentuk
cream, compact, powder yang akan
diaplikasikan ke mahasiswa prodi
pendidikan kecantikan FT UNNES
yang memiliki warna kulit wajah
putih,kuning langsat, dan coklat
Blush On Compact lebih disukai
karena kemudahan dalam
HASIL
pemakaiannya lebih mudah, warna
PENELITIAN
pada saat diaplikasikan lebih jelas
dan tekstur pada produk lebih halus.
IDENTITAS Ifa Nurhayati
PENULIS
Skripsi.2016. Pendidikan
IDENTITAS
Kesejahteraan Keluarga Fakultas
PUSTAKA
Teknik Universitas Negri Semarang.

IV.1.2 Hasil Kajian Dari Kedua Literatur (Tabel 4.2)


Data Kajian
No. Literatur 1 Literatur 2
Literatur
1. Jumlah 30 responden 18 Responden
Responden
2. Kriteria Pemilihan Acak Terdiri dari
Responden paneli terlatih
dan tidak terlatih
3. Jenis Sediaan Compact Cream,
Compact,
Powder
19

IV.1.2 Pembahasan
Semua tanaman pasti memiliki manfaat dan fungsi masing-
masing yang dipergunakan dalam kehidupan sehari-sehari, ada yang
digunakan sebagai obat, hiasan, bahkan bahan kosmetik.
Tanaman digunakan sebagai bahan kosmetik sudah tidak asing
dimata masyarakat, terutama bagi mereka yang bertindak sebagai
produsen. Disamping bahan-bahannya yang aman juga memiliki
harga yang mudah dijangkau. Tanaman yang digunakan didalam
campuran kosmetik dapat berfungsi sebagai zat aktif maupun zat
tambahan.
Pada penelitian ini, tanaman yang digunakan berfungsi sebagai
zat tambahan yaitu pewarna. Karena jenis zat warna pada tanaman
sangat banyak, maka penelitian ini hanya akan membahas tentang
senyawa antosianin. Senyawa antosianin adalaha senyawa yang
dapat didapatkan dari beberapa tanaman, selain sebagai antioksidan
juga berfungsi sebagai pewarna (merah).
Dengan adanya zat warna yang digunakan pada kosmetik
tentunya ada suatu produk yang dapat dihasilkan, tentunya produk-
produk kosmetik yang lebih memprioritaskan warna misalnya Lipstik,
Eyeshadow, Lipcream, Blush On, dan lain-lain.
Pada penelitian ini produk yang akan dibahas adalah Blush On
yang merupakan salah satu kosmetik diaplikasikan pada wajah yang
bertujuan untuk memberi warna pada bagian pipi agar tampak
merona dan kontur wajah terlihat jelas.
Suatu produk yang berhasil bukan hanya dari segi uji
laboratorium saja melainkan harus diuji cobakan kepada manusia
untuk mengetahui sejauh manakah tingkat keberhasilan produk yang
telah dibuat, apakah konsumen menyukainya atau tidak, maka dari
itulah perlu juga dilakukan pengujian diluar uji laboratorium yaitu uji
tingkat kesukaan atau uji hedonik.
20

Uji hedonik dilakukan kepada beberapa orang panelis baik


terlatih maupun panelis tidak terlatih. Pengujian kepada panelis
penting dilakukan agar produk yang dihasilkan dapat diterima oleh
masyarakat. Paada penelitian ini digunakan 2 jenis skripsi dengan
sampel yang sama yaitu Buah Naga Super Merah (Hylocereus
lemairei).
Skripsi pertama berjudul Perbandingan Konsentrasi Formulasi
Blush On Menggunakan Ekstrak Buah Naga Super Merah
(Hylocereus lemairei) Sebagai Pewarna Alami. Pada uji hedonik
skripsi ini dilakukan oleh 30 orang responden yang dipilih secara
acak. Pembuatan Blush On pada skripsi pertama ini hanya terdapat
satu jenis Blush On yaitu Blush On compact dengan konsentrasi
yang berbeda-beda konsentrasi pertama 5%, kedua 10% dan yang
ke tiga 15%. Hasil warna yang dihasilkan dari ketiga Blush On
tersebut juga sangat berbeda, sediaan dengan konsentrasi 5%
menghasilkan warna cream, konsentrasi 10% berwarna merah muda
dan konsentrasi 15% menghasilkan warna merah muda terang.
Lampiran hasil data pengamatan pada skripsi ini cukup jelas
begitupun dengan hasil perhitungan. Adapun perhitungan nilainya
dijabarkan menjadi: nilai tertinggi adalah 5 dengan kriteria sangat
suka dan nilai terendah adalah 1 dengan kriteria suka. Kelemahan
dari skripsi ini adalah responden yang telah dipilih untuk melakukan
penilaian tidak dipisahkan, pemilihan respondennya secara
random/acak sehingga tidak ada sistem panelis terlatih dan panelis
tidak terlatih, jadi untuk menentukan kualitas dari hasil Blush On itu
sendiri sulit karena tidak adanya pembanding dari responden yang
telah melakukan penilaian.
Skripsi yang kedua adalah Blush On dari Buah Naga. Hasil uji
hedonik pada skripsi ini, menurut saya juga cukup lengkap dari segi
materi, karena mulai dari keterangan pemberian skor sampai ke
perhitungan semuanya dicantumkan dalam skripsi. Skripsi ini
21

menggunakan 18 orang panelis, diantaranya 9 orang panelis terlatih


(Beauticant) dan panelis tidak terlatih (Model). Sedangkan untuk
perhitungan nilainya dijabarkan menjadi nilai tertinggi adalah angka 4
dengan kriteria sangat suka dan nilai terendah adalah 1 dengan
kriteria tidak suka. Untuk nilai skor maksimumnya adalah 18× 4
sedangkan untuk skor minimumnya 18× 1.Pada skripsi ini dibuat
menjadi 3 jenis Blush On diantaranya ada yang berbentuk cream,
compact dan powder. Adapun hasil yang didapatkan pada skripsi ini
adalah Blush On yang banyak disukai pada panelis tidak terlatih
adalah Blush On bentuk compact, sedangkan untuk panelis terlatih
adalah blush bentuk powder. Menurut saya kelemahan skripsi ini
adalah dari 18 orang panelis yang kemudian dibagi menjadi 2
kelompok ternyata tidak hanya membedakan panelis terlatih dan
panelis tidak terlatih, tetapi juga dalam satu kategori misalnya panelis
terlatih ternyata dibagi lagi menjadi 3 kelompok yaitu 3 orang menilai
untuk Blush On bentuk cream, 3 orang untuk Blush On bentuk
powder, dan 3 orang lainnya menilai Blush On bentuk compact.
Menuut saya penilaian sistem tersebut kurang maksimal karena
kesempatan yang dimiliki panelis untuk melakukan penilaian pada
ketiga jenis Blush On tersebut tidak memiliki kesempatan yang
sama.
Pengujian yang dilakukan dari kedua skripsi diatas adalah
sama yaitu uji hedonik. Akan tetapi masing-masig skripsi memiliki
kelemahan dan kelebihan tersendiri.
22

BAB V
PENUTUP

V.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil kajian dari kedua literatur yang digunakan
pada uji hedonik Blush On dari buah naga yaitu responden dalam
pemilihan produk Blush On, mereka lebih menyukai Blush On bentuk
Compact dan memiliki gradasi warna yang cukup terang.

V.2 Saran
Sebaiknya untuk teman-teman kedepannya apabila ingin
melakukan penelitian studi literatur carilah materi yang memiliki
tingkat ke validan yang tinggi dan memiliki pembanding yang jelas
agar dalam menganalisis data tidak ada sistem menerka-nerka
didalamnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2015. Persyaratan Teknis Kosmetika. Kepala Badan Pengawas
Obat dan Makanan: Jakarta.

Anonim.2013. Perubahan atas Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat


dan Makanan Nomor HK.03.1.23.12.10.11983 Tahun 2010 tentang
Kriteria dan Tata cara Pengajuan Notifikasi Kosmetika. Kepala
Pengawas Obat dan Makanan: Jakarta.

Anonim. 2006. Pengujian organoleptik (evaluasi sensori) Dalam industri


pangan. Ebookpangan.Com.

Armour Publishing Pte Ltd. 2009. Tress of Our garden city. National Parks
Board. Singapore. edition 2nd Hal. i84-185.

Basuki, N.,Harijono, Kusuwanto, & Damanhuri.2005. Studi Pewarisan


Antosianin Pada Ubi Jalar. Agravita27 (1):63-68.ISSN:0126-0537.

Desi Irwanti.2018. Perbandingan Konsentrasi Formulasi Blush On


menggunakan ekstrak buah naga daging supermerah (Hylocereus
lemairei Hook Britton & Rose) Sebagai Pewarna Alami. Politeknik
Kesehatan Kemenkes Medan Jurusan Farmasi: Medan.

Harborne.2005.Encyclopedia of Food and Color Additives.CRC Press Inc.


New York.

Ifa Nurhayati. 2016. Pembuatan Blush On dari Buah Naga "Skripsi".


Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas teknik Universitas
Negri Semarang: Semarang.

Kasim E. Pigmment and Lovastatin content of thr Red Rice Cultivar Bah
Butong and BP 1804 IF 9 which Fermented by Monascus Purpureus
jmba. Biodiversitas,J Biol Divers. 2014;7(1):1

Low, W.J., Mary A., Nadio O., Benedito C., Filipe Z & David T. 2007.
Ensuring the Supply of and Creating Demand for a Bioforified Crop
with a Visible Trait: Lessons Learned from the Introduction of
Orange-Fleshed Sweet Potato in Drought-Prone Areas of
Mozambigue. Food and Nutrition Bulletin 28 (2):S258-S270.

Loretha Natalia Samber, Haryono Semangun, Budhi Prasetyo. 2013.


Karakteristik Antosianin Sebagai Pewarna Alami. Program Studi
Magister Biologi: Universitas Kristen Satya Wacana.

Man,W.J., de.1997. Kimia Makanan. ITB. Bandung.

23
24

Silva,F.L.d,et al.,Anthocyanin Pigments in Strawberry Food Science and


Technology. 2005.40P,374-382.

Sofian Siregar.2014. Statistika Deskriptif untuk Penelitian dilengkapi


perhitungan manual dan aplikasi SSPS Versi 17. PT raja Grafindo
Persada: Jakarta.

Tranggono RIS, Latifah F. 2013. Buku pegangan dasar Kosmetologi.

Yulia Riani Latelay, Falina Lanawati Darsono, Sumi Wijaya. 2017.


Formulasi Sediaan Pemerah Pipi Ekstrak Air Buah Syzygium cumini
dalam Bentuk Powder. Fakultas Farmasi Universitas Katolik Widya
Mandala Surabaya: Surabaya. Journal of pharmacey science and
practice, Vol.4 No.1 February 2017.
LAMPIRAN 1. PROSEDUR PENELITIAN

SKEMA KERJA

Surat persetujuan LTA dari Akademi Farmasi Yamasi Makassar

Observasi Dokumen Jurnal/Artikel secara daring tentang Uji


Hedonik Blush On dari Tanaman yang Mengandung Senyawa
Antosianin Sebagai Pewarna Alami

Inventaris Dokumen Jurnal/Artikel tentang Uji Hedonik Blush On


dari Tanaman yang Mengandung Senyawa Antosianin Sebagai
Pewarna Alami

Pengumpulan Data

Pengolahan Data

Pembahasan

Kesimpulan

25
26

LAMPIRAN 2. LITERATUR
JURNAL UNTUK UJI HEDONIK
1. PERBANDINGAN KONSENTRASI FORMULASI BLUSH ON
MENGGUNAKAN EKSTRAK BUAH NAGA DAGING SUPER
MERAH (Hylocereus leimairei Hook. Britton & Rose) SEBAGAI
PEWARNA ALAMI.
2. PEMBUATAN BLUSH ON DARI BUAH NAGA
KARYA TULIS ILMIAH
PERBANDINGAN KONSENTRASI FORMULASI BLUSH ON
MENGGUNAKAN EKSTRAK BUAH NAGA DAGING
SUPERMERAH (Hylocereus lemairei Hook.
Britton & Rose) SEBAGAI
PEWARNA ALAMI

DESI IRWANTI
P07539015005

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN


JURUSAN FARMASI
2018
KARYA TULIS ILMIAH
PERBANDINGAN KONSENTRASI FORMULASI BLUSH ON
MENGGUNAKAN EKSTRAK BUAH NAGA DAGING
SUPERMERAH (Hylocereus lemairei Hook.
Britton & Rose) SEBAGAI
PEWARNA ALAMI

Sebagai Syarat Menyelesaikan Pendidikan Program Studi


Diploma III Farmasi

DESI IRWANTI
P07539015005

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN


JURUSAN FARMASI
2018
LEMBAR PERSETUJUAN

JUDUL : Perbandingan Konsentrasi Formulasi Blush On Menggunakan


Ekstrak Buah Naga Daging Supermerah (Hylocereus lemairei
(Hook.) Britton & Rose) Sebagai Pewarna Alami
NAMA : Desi Irwanti
NIM : P07539015005

Telah Diterima dan Disetujui Untuk Diseminarkan Dihadapan Penguji


Medan, Mei 2018
Menyetujui,

Pembimbing,

Nadroh br. Sitepu, M.Si


NIP. 198007112015032002

Ketua Jurusan Farmasi


Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan

Dra. Masniah, M.Kes, Apt


NIP. 196204281995032001
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : Perbandingan Konsentrasi Formulasi Blush On Menggunakan


Ekstrak Buah Naga Daging Supermerah (Hylocereus lemairei
Hook. Britton & Rose) Sebagai Pewarna Alami

NAMA : Desi Irwanti


NIM : P07539015005

Karya Tulis Ini Telah Diuji Pada Sidang Ujian Akhir Program
Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes
Medan, Agustus 2018

Penguji I Penguji II

Dra. D Elysa Putri M, M.Si.,Apt Drs. Jafril Rezi, M.Si.,Apt


NIP.195410101994032001 NIP. 195604081996031001

Ketua Penguji

Nadroh br. Sitepu, M.Si


NIP. 198007112015032002

Ketua Jurusan Farmasi


Poltekkes Kesehatan Kemenkes Medan

Dra. Masniah, M.Kes., Apt


NIP 196204281995032001
SURAT PERNYATAAN

PERBANDINGAN KONSENTRASI FORMULASI BLUSH ON


MENGGUNAKAN EKSTRAK BUAH NAGA DAGING
SUPERMERAH (Hylocereus lemairei (Hook.)
Britton & Rose) SEBAGAI
PEWARNA ALAMI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Karya Tulis Ilmiah ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk disuatu Perguruan Tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara
tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, Agustus 2018

DESI IRWANTI

NIM. P07539015005

iv
MEDAN HEALTH POLYTECHNICS OF MINISTRY OF HEALTH
PHARMACY DEPARTMENT
SCIENTIFIC PAPER, August 2018
Desi Irwanti
Comparison of the Concentration of Blush On Formulated from the
Extract of Super-Red Dragon Fruit (Hylocereus lemairei (Hook.)
Britton & Rose) As Natural Dyes

xiii + 32 pages, 4 tables, 12 pictures, 8 attachments


ABSTRACT
The flesh of super-red dragon fruit (Hylocereus lemairei (Hook.) Britton &
Rose) is potential to use as natural dyes due to its attractive colors. The red color
the flesh of super-red dragon fruit is caused by anthocyanin content. Anthocyanin
has various benefits, one of which is as a natural dye that can replace synthetic
dyes. This study aimed to develop blush on formulated from the flesh of super
dragon fruit that may replace the use of synthetic dyes.

This study was an experimental study which included: sample


preparation, extract making, preparation of the variants, color preference test and
irritation test of the variants made.

Through the research, the formulations of the following blush on were


made in the concentration of 5%, 10% and 15%. Based on the results of the
preference test, blush on in concentration of 15% ,bright pink i color was the most
preferred. Based on the results of the irritation test, all blush on variants did not
cause irritation.

This study concluded that the flesh of super-bright dragon fruit may be
used as a natural dye in blush on variants.

Keywords :Dragon Fruit, Blush On

Reading list : 20 (1979-2018)

v
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN

JURUSAN FARMASI

KTI, Agustus 2018

Desi Irwanti

Perbandingan Konsentrasi Formulasi Blush On Menggunakan Ekstrak


Buah Naga Daging Supermerah (Hylocereus lemairei (Hook.) Britton &
Rose) Sebagai Pewarna Alami

xiii + 32 halaman, 4 tabel, 12 gambar, 8 lampiran

ABSTRAK

Buah naga daging supermerah (Hylocereus lemairei (Hook.) Britton &


Rose) memiliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai pewarna alami karena
memiliki warna yang menarik. Buah naga daging supermerah memiliki
kandungan antosianin yang menyebabkan buah naga berwarna merah.
Antosianin memiliki berbagai manfaat, salah satunya yaitu sebagai pewarna
alami yang dapat menggantikan pewarna sintetik. Tujuan dari penelitian ini
adalah mengembangkan formulasi blush on dengan pewarna alami dari buah
naga daging supermerah yang dapat menggantikan penggunaan pewarna
sintetik.
Metode penelitian ini dilakukan secara eksperimental, meliputi: penyiapan
sampel, pembuatan ekstrak, pembuatan sediaan, uji kesukaan warna dan uji
iritasi terhadap sediaan yang dibuat.
Dari hasil penelitian diperoleh formulasi blush on dengan konsentrasi 5%,
10% dan 15%. Berdasarkan hasil uji kesukaan yang telah dilakukan, blush on
yang paling disukai adalah konsentrasi 15% dengan warna merah muda terang.
Berdasarkan hasil uji iritasi semua sediaan blush on tidak menyebabkan iritasi.
Dapat disimpulkan bahwa buah naga daging supermerah dapat dijadikan
sebagai pewarna alami dalam sediaan blush on.

Kata kunci : Buah Naga, Blush On


Daftar bacaan : 20 (1979-2018)

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmatNya Penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan Karya
Tulis Ilmiah yang berjudul “Perbandingan Konsentrasi Formulasi Blush On
Menggunakan Ekstrak Buah Naga Daging Supermerah (Hylocereus lemairei
(Hook.) Britton & Rose) Sebagai Pewarna Alami”.

Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam


menyelesaikan pendidikan Program Diploma III di Jurusan Farmasi Poltekkes
Kemenkes Medan. Dalam pelaksanaan penelitian hingga penyelesaian Karya
Tulis Ilmiah ini, penulis menyadari banyak mendapat bantuan, dukungan, dan
motivasi serta doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
Penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terimakasih kepada:

1. Ibu Dra. Ida Nurhayati, M.Kes., selaku Direktur Politeknik


Kesehatan Kemenkes Medan.
2. Ibu Dra. Masniah, M.Kes, Apt., selaku Ketua Jurusan dan Dosen
Pembimbing Akademik selama menjalani perkuliahan di Jurusan
Farmasi Poltekkes Kemenkes Medan.
3. Ibu Nadroh Br Sitepu, M.Si., Dosen Pembimbing dan Ketua
Penguji Karya Tulis Ilmiah yang telah membimbing Penulis selama
penelitian hingga mengikuti Ujian Akhir Program (UAP).
4. Ibu Dra. D Elysa Putri M, M.Si., Apt., Dosen Penguji I Karya Tulis
Ilmiah (KTI) dan Ujian Akhir Program (UAP) yang telah menguji
dan memberi masukan kepada penulis.
5. Bapak Drs. Jafril Rezi, M.Si., Apt., Dosen Penguji II Karya Tulis
Ilmiah (KTI) dan Ujian Akhir Program (UAP) yang telah menguji
dan memberi masukan kepada penulis.
6. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes
Medan.
7. Teristimewa kepada kedua orangtua dan adik Penulis yang telah
memberikan semangat, motivasi, dukungan materil dan doa yang
tulus selama ini sehingga Penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah ini.
8. Sahabat dan teman-teman satu bimbingan yang telah
memberikan semangat dan berjuang bersama dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah Ini.

vii
9. Teman-teman kelas Reguler A, seluruh mahasiswa Jurusan
farmasi Poltekkes Kemenkes Medan stambuk 2015 yang telah
memberikan pengalaman hidup, kebersamaan dan semangat bagi
Penulis semasa kuliah.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, segala masukan dan saran yang membangun
Penulis terima dengan senang hati. Akhir kata Penulis mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu Penulis dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah Ini. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca, khususnya bagi rekan mahasiswa di
Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Medan.

Medan, Agustus 2018


Penulis

Desi Irwanti
P07539015005

viii
DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN .................................................................................. iv


ABSTRACK ....................................................................................................v
ABSTRAK ...................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah ........................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................2
1.4 Manfaat Penelitian ...........................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Buah Naga ...........................................................................4
2.1.1 Sistematika Buah Naga Daging Supermerah ..........................4
2.1.2 Morfologi Tumbuhan...............................................................5
2.1.3 Kandungan dan Manfaat Buah Nga Daging Supermerah .......5
2.2 Antosianin ........................................................................................6
2.3 Zat Warna ........................................................................................6
2.4 Ekstrak ............................................................................................7
2.5 Kosmetika ........................................................................................8
2.6 Blus On ............................................................................................8
2.7 Komposisi Modifikasi Formula .........................................................9
2.8 Kerangka Konsep .......................................................................... 11
2.9 Defenisi Operasional...................................................................... 11
2.10 Hipotesis ........................................................................................ 11
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu .......................................................................... 12
3.2 Pengambilan Sampel ..................................................................... 12
3.3 Alat dan Bahan .............................................................................. 12
3.3.1 Alat ....................................................................................... 12
3.3.2 Bahan ................................................................................... 12
3.4 Prosedur Kerja ............................................................................... 12

ix
3.4.1 Pengumpulan Simplisia ........................................................ 12
3.4.2 Pembuatan Ekstrak Etanol Buah Naga ................................. 12
3.5 Pembuatan Blush On Dengan Ekstrak Buah Naga Sebagai Pewarna
Alami ............................................................................................. 13
3.5.1 Formula Standar ................................................................... 13
3.5.2 Modifikasi Formula................................................................ 13
3.5.3 Prosedur Pembuatan Sediaan .............................................. 14
3.6 Uji Iritasi ......................................................................................... 15
3.7 Uji Kesukaan Warna Blush On....................................................... 15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Formulasi Blush On .............................................................. 16
4.2 Hasil Uji Iritasi ................................................................................ 16
4.3 Hasil Uji Kesukaan ......................................................................... 17
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan .................................................................................... 19
5.2 Saran ............................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 20

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kandungan gizi buah naga................................................................. 5


Tabel 3.1 Modifikasi Formula ............................................................................. 14
Tabel 4.1 Hasil Uji iritasi .................................................................................... 16
Tabel 4.2 Hasil Uji kesukaan ............................................................................. 17

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Buah naga daging Supermerah...................................................... 4


Gambar 2.2 Struktur Kimia Antosianin ............................................................... 6
Gambar 1 Potongan buah naga ......................................................................... 22
Gambar 2 Etanol 96% ....................................................................................... 22
Gambar 3 Ekstrak kental buah naga .................................................................. 22
Gambar 4 Kaolin ................................................................................................ 22
Gambar 5 Talkum .............................................................................................. 23
Gambar 6 Zink oksid .......................................................................................... 23
Gambar 7 Nipagin.............................................................................................. 23
Gambar 8 Paraffin Liquid ................................................................................... 23
Gambar 9 Oleum rosae ..................................................................................... 24
Gambar 10 Hasil penelitian ................................................................................ 24

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Perhitungan Uji Kesukaan ............................................................... 25


Lampiran 2 Surat Izin Penelitian Lab. Farmasetika Dasar.................................. 26
Lampiran 3 Surat Izin Determinasi Tumbuhan ................................................... 27
Lampiran 4 Surat Hasil Determinasi Tumbuhan ................................................. 28
Lampiran 5 Surat Komisi Etik Penelitian ............................................................ 29
Lampiran 6 Kuisioner Uji Iritasi .......................................................................... 30
Lampiran 7 Kuisioner Uji Kesukaan ................................................................... 31
Lampiran 8 Daftar Jadwal Bimbingan ................................................................32

xiii
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini, kosmetik sudah menjadi bahan kebutuhan sehari-hari baik
digunakan oleh kaum wanita maupun pria. Pada umumnya masyarakat
menggunakan kosmetik dengan tujuan untuk meningkatkan penampilan dan
kesehatan.
Kosmetika menurut Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor: 239/Men.Kes/Per/V/85 adalah ”bahan atau campuran bahan untuk
digosokkan, dilekatkan, dituangkan, dipercikkan atau disemprotkan pada,
dimasukkan dalam, dipergunakan pada badan atau bagian badan manusia
dengan maksud untuk membersihkan, memelihara, menambah daya tarik atau
mengubah rupa dan tidak termasuk golongan obat”.
Negara Indonesia mempunyai sumber kekayaan alam yang sangat
melimpah untuk dimanfaatkan dan berguna bagi kehidupan manusia, jika digali
lebih dalam lagi maka masih banyak manfaat-manfaat yang ada didalamnya,
salah satu contoh manfaat dari buah naga. Buah-buahan yang diketahui akan
warnanya yang merah adalah buah naga atau sering disebut dengan dragon fruit
yaitu buah berbentuk unik yang mempunyai kulit seperti sisik naga yang
bertaburan biji-biji hitam didalamnya. Buah naga mempunyai beberapa jenis
salah satunya adalah buah naga daging supermerah (Ifa N,2016). Warna merah
yang terkandung dalam buah naga tersebut dapat dijadikan bahan pewarna
dalam pembuatan Blush on .
Blush On adalah salah satu kosmetik yang biasanya diaplikasikan pada
pipi, untuk menimbulkan rona kemerahan yang alami, agar rona wajah kelihatan
segar, sehat dan tidak pucat (Galih Sekar Ayu, 2014). Blush on konvensional
lazim mengandung pigmen merah atau merah kecoklatan. Umumnya pigmen
yang digunakan adalah zat warna sintetis (Iweni, 2014).
Berdasarkan Keputusan Direktur Jendral Pengawasan Obat dan
Makanan Nomor: 00386/C/SK/II/90 tentang zat warna tertentu yang dinyatakan
sebagai bahan berbahaya dalam obat, makanan, dan kosmetika, salah satunya
adalah Merah K10 (Rhodamine B, D&C Red No. 9,C,I. Food Red 15) merupakan
2

zat warna sintetis yang umumnya digunakan sebagai zat warna kertas, tekstil
atau tinta. Zat warna ini dapat menyebabkan iritasi pada wajah, saluran
pernafasan, menyebabkan kanker dan dalam konsentrasi tinggi dapat
menyebabkan kerusakan hati (Lady Kasrianita, 2018).
Menyadari akan berbagai kelemahan yang terjadi atas pewarna sintetik
tersebut dan seiring dengan perkembangan gaya hidup Back to Nature, maka zat
warna alami semakin dibutuhkan keberadaannya karena dianggap lebih aman
(Lady Kasrianita, 2018). Oleh karena itu kita perlu mencoba untuk menggunakan
pewarna-pewarna merah alami yang dapat menggantikan peran dari bahan-
bahan kimia tersebut. Buah naga daging supermerah (Hylocereus lemairei
(Hook.) Britton & Rose) mengandung antosianin, yang dapat kita gunakan
sebagai pewarna alami yang aman digunakan. Pada penelitian (Aninditya, 2017)
ekstrak buah naga daging supermerah digunakan sebagai zat pewarna alami
pada lipstik. Menurut Winarti, dkk (2008) konsentrasi antosianin tertinggi
diperoleh pada penggunaan pelarut etanol 96 % (Neliyanti, 2014). Peneliti
terdahulu menggunakan antosianin yang terdapat dalam bunga kecombrang
sebagai pewarna alami sediaan pemerah pipi (blush on).
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang: “Perbandingan Konsentrasi Formulasi Blush On
Menggunakan Ekstrak Buah Naga Daging Supermerah (Hylocereus lemairei
(Hook.) Britton & Rose) Sebagai Pewarna Alami”.

1.2 Perumusan Masalah

Apakah Buah Naga Daging Supermerah (Hylocereus lemairei (Hook.)


Britton & Rose) efektif sebagai pewarna alami pada formulasi Blush on ?

1.3 Tujuan Penelitian


Mengembangkan formulasi Blush on dengan menggunakan pewarna
alami dari buah Naga Daging Supermerah (Hylocereus lemairei Hook. Britton &
Rose) yang dapat menggantikan penggunaan bahan-bahan pewarna sintetis.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sumber referensi peneliti selanjutnya


2. Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti
3

3. Data dan informasi dapat dimanfaatkan oleh produsen kosmetik


khususnya untuk pengguna blush on.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Buah Naga

Tanaman buah naga berasal dari Meksiko, Amerika Tengah, dan Amerika
Selatan bagian utara. Di habitat aslinya tanaman ini tumbuh di lingkungan hutan
belantara. Buah naga termasuk jenis kaktus yang tumbuh merambat sehingga
membutuhkan tiang penyangga agar tanaman dapat berdiri tegak.Ada 4 jenis
tanaman buah naga yang memiliki prospek baik, yakni buah naga daging putih
(Hylocereus undatus), buah naga daging merah (Hylocereus polyrhizus), buah
naga kulit kuning (Selenicereus megalanthus), dan buah naga daging
supermerah (Hylocereus lemairei) (Budi Samadi, 2013).

2.1.1 Sistematika Buah Naga Daging Supermerah

Gambar 2.1 Buah naga daging supermerah (Hylocereus lemairei (Hook.) Britton
& Rose)

Sistematika buah naga daging supermerah sebagai berikut:

Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Cactales
Familia : Cactaceae
Genus : Hylocereus
Spesies : Hylocereus lemairei (Hook.) Britton & Rose
5

2.1.2 Morfologi Tumbuhan

Tumbuhan buah naga mempunyai akar serabut yang menyebar di


permukaan tanah. Buah naga daging supermerah memiliki batang lebih besar
dibanding buah naga lainnya, dari batang tersebut tumbuh banyak cabang yang
bentuk dan warnanya sama dengan batang utama. Bunga buah naga muncul
dari tempat tumbuhnya duri yang terdapat dibagian punggung cabang dan mulai
berbunga ± 10 bulan setelah ditanam. Buahnya berbentuk bulat dengan sulur
berwarna merah. Kulit buah berwarna merah bersulur dengan bobot mencapai
500 gram dan memiliki tingkat kemanisan 13-15 briks.

2.1.3 Kandungan dan Manfaat Buah Naga Daging Supermerah

Buah naga juga kaya akan antioksidan seperti vitamin C dan flavonoid,
yang dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan kosmetik untuk menjaga
kelembaban pada kulit. Buah naga juga bermanfaat sebagai penyeimbang gula
darah, pencegah kanker, dan dapat menurunkan kolesterol. Di samping itu, buah
naga memiliki kandungan gizi cukup lengkap seperti ditunjukkan pada tabel 2.1
berikut ini (Budi Samadi, 2013).

Tabel 2.1 Kandungan gizi buah naga (Per 100 gram)

No. Komposisi Jumlah


1. Kadar Air 82,5 – 83 gram
2. Protein 0,159 – 0,229 gram
3. Lemak 0,21 – 0,61 gram
4. Serat kasar 0,7 – 0,90 gram
5. Kalsium 6,3 – 8,8 mg
6. Besi 0,55 – 0,65 mg
7. Karotin 0,005 – 0,012 mg
8. Vitamin B1 0,28 – 0,30 mg
9. Vitamin B2 0,043 – 0,045 mg
10. Vitamin B3 0,297 – 0,43 mg
11. Vitamin C 8 – 9 mg
12. Riboflavin 0,043 – 0,044 mg
Sumber: Taiwan Food Industry Development And Research
Authorities (dalam Budi S, 2013)
6

2.2 Antosianin

Gambar 2.2 Struktur kimia Antosianin

Antosianin merupakan salah satu bagian penting dalam kelompok pigmen


setelah klorofil. Warna pigmen antosianin adalah merah, biru, violet, dan
biasanya dijumpai pada bunga, buah-buahan, dan sayur-sayuran. Pada pH
rendah (asam) pigmen ini berwarna merah dan pada pH tinggi berubah menjadi
violet yang kemudian menjadi biru (F.G. Winarno, 2008). Antosianin stabil pada
pH 3,5 dan suhu 50°C mempunyai berat molekul 207,08 gram/mol dan rumus
molekul C15H11O. Sifat fisika dan kimia antosianin dilihat dari kelarutannya,
antosianin larut dalam pelarut polar, yaitu pelarut yang memiliki rumus umum
ROH dan menunjukkan adanya atom hidrogen yang menyerang atom
elehtronegatif (oksigen) yaitu seperti air, etanol, dan metanol (Iweni, 2014).
Berdasarkan survey dengan subjek orang-orang italia, didapatkan asupan harian
antosianin berada pada kisaran 25 sampai 215 mg/orang, tergantung pada umur
dan jenis kelamin. Efek samping konsumsi antosianin belum ditemukan, karena
belum adanya laporan toksisitas antosianin. Penggunaan antosianin tidak
mempunyai batas maksimum tertentu, selama masih dalam kondisi wajar (NE
Husna, 2013).

2.3 Zat Pewarna


Zat pewarna tambahan yang digunakan dapat berupa zat warna sintetik
ataupun alami. Zat warna alami adalah zat warna (pigmen) yang diperoleh dari
tumbuhan, hewan atau dari sumber mineral yang aman digunakan, contoh
pewarna alami yaitu, curcumin, caramel, klorofil, karoten dan antosianin.
Pewarna sintetik diperoleh secara sintetik kimiawi, salah satu contohnya yaitu
Rhodamin B. Penggunaan zat warna sintetik menjadi pilihan utama karena
7

harganya yang murah, warna yang dihasilkan lebih cerah dan stabil
dibandingkan pewarna alami. Namun, penggunaan pewarna sintetik perlu
memperhatikan aturan pemakaian. Penyalahgunaan zat pewarna melebihi
ambang batas maksimum dapat mempengaruhi kesehatan konsumen, sehingga
penggunaan pewarna alami menjadi pilihan yang jauh lebih aman.

2.4 Ekstrak (Extracta)


Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari
simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya
matahari langsung. Ekstrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk.
Ekstraksi biasanya dilakukan dengan metode dasar yaitu maserasi dan perkolasi
(Farmakope Indonesia ed. III, 1979).
Maserasi kecuali dinyatakan lain, dilakukan dengan cara memasukkan 10
bagian simplisia atau campuran simplisia dengan derajat kehalusan yang cocok
kedalam sebuah bejana, tuangi dengan 75 bagian cairan penyari, tutup, diamkan
selama 5 hari sambil setiap hari diaduk-aduk,minimal 3 kali pengadukkan selama
pendiaman, serkai/saring lalu tampung filtratnya dan bilas ampasnya dengan
cairan penyari sampai diperoleh 100 bagian, lalu enap tuangkan selama 2 hari.
Perkolasi kecuali dinyatakan lain, dilakukan dengan cara membasahi 10
bagian simplisia atau campuran simplisia dengan derajat kehalusan yang cocok
dengan 2,5 bagian sampai 5 bagian cairan penyari, masukkan kedalam bejana
tertutup sekurang-kurangnya selama 3 jam. Pindahkan masa sedikit demi sedikit
kedalam perkolator sambil tiap kali di tekan hati-hati, tuangi dengan cairan
penyari secukupnya sampai cairan mulai menetes dan diatas simplisia masih
terdapat selapis cairan penyari (± 3 cm), tutup perkolator, biarkan selama 24 jam.
Biarkan cairan menetes dengan kecepatan 1 ml per menit, tambahkan berulang-
ulang cairan penyari secukupnya sehingga selalu terdapat selaapis cairan
penyari diatas simplisia, hingga diperoleh 80 bagian perkolat. Peras masa,
campurkan cairan perasan ke dalam perkolat, tambahkan cairan penyari
secukupnya hingga diperoleh 100 bagian. Pindahkan kedalam bejana, tutup,
biarkan selama 2 hari ditempat sejuk, terlindung dari cahaya, lalu enap tuangkan
selama 2 hari.
8

Pada penelitian ini penulis melakukan proses ekstraksi secara maserasi


dengan menggunakan etanol 96% sebahgai pelarut, kemudian ekstrak
dipekatkan menggunakan rotari evaporator hingga diperoleh ekstrak kental.

2.5 Kosmetika
Istilah kosmetik berasal dari kata Yunani yakni “kosmetikos” yang berarti
“keahlian dalam menghias”. Kosmetika menurut Peraturan Mentri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor: 239/Men.Kes/Per/V/85 adalah ”bahan atau campuran
bahan untuk digosokkan, dilekatkan, dituangkan, dipercikkan atau disemprotkan
pada, dimasukkan dalam, dipergunakan pada badan atau bagian badan manusia
dengan maksud untuk membersihkan, memelihara, menambah daya tarik atau
mengubah rupa dan tidak termasuk golongan obat”.
Terdapat beberapa penggolongan kosmetik sesuai kegunaannya bagi
kulit. Salah satunya adalah kosmetik riasan (kosmetik dekoratif atau make up)
yang memiliki fungsi merias dan menutupi ketidaksempurnaan pada kulit,
sehingga penampilan jadi lebih menarik serta menimbulkan efek psikologis yang
baik, seperti percaya diri (self confidence). Kosmetik riasan (kosmetik dekoratif
atau make up) yang hanya menimbulkan efek pada permukaan dan
pemakaiannya sebentar. Misalnya: bedak, pewarna bibir, pemerah pipi (blush
on), eye shadow, dan lain-lain.

2.6 Blush on
Blush on adalah salah satu kosmetik yang biasanya diaplikasikan pada
pipi, untuk menimbulkan rona kemerahan yang alami, agar rona wajah kelihatan
segar, sehat dan tidak pucat (Galih Sekar Ayu, 2014).
Wajah merona lebih disukai daripada wajah yang putih dan pucat, rona
merah dipipi membuat wajah tampak segar, cerah dan menarik. Oleh karena itu,
pewarna pipi atau blush on termasuk sediaan kosmetik wajib dalam rangkaian
make up wajah. Untuk mendapatkan rona merah yang menarik, pilihlah warna
pada sediaan pewarna pipi yang ssuai dengan warna kulit wajah. Warna merah
muda yang paling lembut cocok digunakan pada kulit yang berwarna putih.
Sedangkan untuk warna kulit sawo matang akan lebih cocok menggunakan
pewarna pipi dengan warna merah muda yang lebih tua.
Ada beberapa jenis blush on dan cara mengaplikasikannya (Galih Sekar
Ayu, 2014):
9

1. Blush on berbentuk krim


Blush on seperti ini sesuai untuk semua jenis kulit, terutama kulit yang
berminyak, karena tidak akan membuat kulit terlihat berkilat. Teksturnya
lebih padat dibandingkan krim pelembab dan warnanya lebih jelas. Cara
mengaplikasikannya ke wajah yaitu dengan cara, oleskan setiik krim ke
bagian tersebut, lalu baurkan sampai warnanya menyatu dengan warna
kulit.
2. Blush on berbentuk padat (compact)
Blush on bentuk ini merupakan jenis yang paling populer. Untuk
mengoleskannya menggunakan bantuan brush atau spons. Cara
pemakaian pewarna pipi ini cukup praktis, sehigga cocok digunakan saat
terburu-buru atau bagi pemula yang baru belajar memakai blush on.
3. Blush on berbentuk tabur
Blush on berbentuk tabur ini mirip dengan bedak tabur, tetapi dipakai
untuk bagian pipi. Cara mengaplikasikannya ke wajah yaitu dengan
menggunakan kuas yang berukuran besar dan lembut, kemudian
disapukan pada bagian pipi sampai warnanya menyatu dengan warna
kulit wajah.
4. Blush on dalam kemasan mungil (blush on ball).
Blush on ini memiliki bentuk yang unik, dalam kemasan yang mungil dan
berbentuk bulat seperti bola-bola kecil. Cara mengaplikannya ke wajah
dengan menggunakan kuas, cukup utar-putar ujung kuas pada pewarna
pipi, lalu aplikasikan di wajah sampai warnanya menyatu dengan kuit
wajah.
5. Blush on berbentuk gel
Blush on ini sangat transparan dan teksturnya mirip gel. Memakai
pewarna pipi seperti ini, cukup setitik dan oleskan pada wajah.

2.7 Komposisi Modifikasi Formula


1. Zink oksida (ZnO)
Sengoksida mengandung tidak kurang dari 99,0% ZnO, dihitung terhadap
zat yang telah dipijarkan. Pemeriannya yaitu berupa serbuk amorf, sangat
halus, putih atau putih kekuningan, tidak berbau, tidak berasa, lambatlaun
menyerap karbondioksida dari udara. Kelarutannya yaitu praktis tidak larut
10

dalam air dan dalam etanol 95%, larut dalam asam mineral encer dan dalam
larutan alkali hidroksida (Farmakope Indonesia ed. III, 1979).
2. Kaolin (bolus alba)
Kaolin adalah aluminium silikat hidrat alam yang telah dimurnikan dengan
pencucian dan telah dikeringkan. Mengandung bahan pendispersi.
Pemeriannya yaitu berupa serbuk ringan, putih, bebas dari butiran kasar, tidak
berbau, tidak berasa, licin. Berkhasiat sebagai penyerap (Farmakope
Indonesia ed. III, 1979).
3. Parafin liquid
Parafin liquid adalah campuran hidrokarbon yang diperoleh dari minyak
mineral. Pemerian cairan kental, transparan, tidak berwarna, hampir tidak
berbau, hampir tidak mempunyai rasa. Kelarutannya yaitu tidak larut dalam air
dan dalam etanol (95%), larut dalam kloroform P, dan dalam eter P.
Berkhasiat sebagai Laksativum (Farmakope Indonesia ed. III, 1979).
4. Nipagin
Pemeriannya yaitu berupa hablur kecil, tidak berwarna, putih, tidak
berbau atau bau khas lemah, mempunyai sedikit rasa terbakar. Kelarutannya
yaitu larut dalam 5 bagian propilenglikol, 3 bagian atanol 95%, 60 bagian
gliserin, dan 400 bagian air. Berguna sebagai pengawet agar sediaan dapat
disimpan dalam waktu tertentu (Farmakope Indonesia ed. III, 1979).
5. Oleum rosae (minyak mawar)
Minyak mawar adalah minyak atsiri yang diperoleh dengan penyulingan
uap bunga segar. Pemeriannya yaitu berupa cairan, tidak berwarna aatau
kuning, bau menyerupai bunga mawar, rasa khas, pada suhu 25°C kental.
Kelarutan yaitu larut dalam 1 bagian kloroform P (Farmakope Indonesia ed.
III, 1979).
6. Talkum
Talkum adalah magnesium silikat hidrat alam, kadang-kadang
mengandung sedikit aluminium silikat. Pemeriannya yaitu berupa serbuk
hablur, sangat halus licin, mudah melekat pada kulit, dan bebas dari butiran,
warna putih atau putih kelabu. Kelarutan yaitu tidak larut dalam hampir semua
pelarut. Berkhasiat sebagai zat tambahan (Farmakope Indonesia ed. III,
1979).
11

2.8 Kerangka Konsep

Variabel Variabel Parameter


Bebas Terikat

Ekstrak buah naga Warna alami


Sediaan Blush on
daging supermerah pada Blush on

2.9 Defenisi Operasional

1. Ekstrak etanol buah naga daging supermerah adalah ekstrak kental


yang terbuat dari buah naga daging supermerah
2. Blush on adalah salah satu kosmetik yang biasanya diaplikasikan
pada pipi, untuk menimbulkan rona kemerahan yang alami.
3. Warna alami adalah zat warna yang berasal dari tumbuhan atau
hewan yang aman digunakan dibanding dengan pewarna sintetis.

2.10 Hipotesis

Buah naga daging supermerah (Hylocereue lemairei Hook. Britton &


Rose) dapat dijadikan pewarna alami pada sediaan blush on.
12

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini adalah eksperimental. Penelitian meliputi penyiapan


sampel, pembuatan ekstrak, pembuatan sediaan dan uji kesukaan warna
terhadap sediaan yang dibuat.
3.1 Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmasetika Dasar Poltekkes
Kemenkes Medan Jurusan Farmasi. Waktu penelitian dilakukan selama dua
bulan.
3.2 Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling yaitu tanpa
mempertimbangkan tempat tumbuh dan letak geografisnya. Sampel yang
digunakan adalah buah Naga Daging Supermerah yang diambil di Pasar Petisah
Medan.
3.3 Alat dan Bahan
3.3.1 Alat
1 buah rotari evaporator, beaker glass, gelas ukur, timbangan, alas untuk
memotong, pisau, karet dan plastik, kayu penyaring, kain penyaring, kertas
perkamen, wadah blush on, batang pengaduk, lumpang dan stemper, sudip,
ayakan (mesh 100),pipet tetes, dan botol coklat.

3.3.2 Bahan
Buah naga daging supermerah (Hylocereus lemairei (Hook.) Britton &
Rose), alkohol 96%, talkum, kaolin, nipagin, parafin liquid, Oleum rosae, zink
oksida.

3.4 Prosedur Kerja


3.4.1 Pengumpulan Simplisia
Buah naga daging supermerah didapat dari Pasar Petisah Medan yang
masih segar. Sebelum digunakan untuk penelitian, buah naga daging
supermerah akan disimpan dalam lemari pendingin untuk menjaga
kesegarannya.
13

3.4.2 Pembuatan Ekstrak Etanol Buah Naga Daging Supermerah

Buah naga daging supermerah dibersihkan dan dicuci, lalu pisahkan dari
kulitnya, daging buah tersebut kemudian dipotong-potong menjadi bagian-bagian
yang lebih kecil. Timbang 10 bagian simplisia yaitu sebanyak 200 gram, lalu
masukkan dalam beaker glass dan tambahkan 75 bagian cairan penyari yaitu
sebanyak 1843 ml, aduk-aduk dan tutup beaker glass menggunakan plastik dan
ikat dengan karet. Diamkan selama 5 hari sambil diaduk-aduk 3 kali
pengadukkan selama perendaman. Serkai/saring dan tampung filtratnya, lalu
bilas ampas diatas penyaring menggunakan cairan penyari sebanyak 614 ml
hingga diperoleh 100 bagian maserat. Masukkan ke dalam wadah tertutup rapat.
Diamkan selama 2 hari di tempat yang sejuk dan terlindung dari cahaya.
Enaptuangkan, dan tahap akhir untuk mendapatkan ekstrak yang baik adalah
menguapkan ekstrak dengan menggunakan rotari evaporator hingga diperoleh
ekstrak kental.

3.5 Pembuatan Sediaan Blush On Dengan Ekstrak Buah Naga Daging


Supermerah Sebagai Pewarna
3.5.1 Formula Standar (Mitsui, 1997)
R/ Talkum 80
Kaolin 9
Zink miristat 5
Parafin liq 3
Pengawet q.s
Zat warna q.s
Parfum q,s

3.5.2 Modifikasi Formula

Dalam penelitian ini menggunakan ekstrak buah naga daging supermerah


sebagai pewarna alami.
14

Dalam formulasi ini, zink miristat tidak tersedia dipasaran sehingga diganti
dengan zink oksida. Pengawet yang digunakan adalah nipagin. Sehingga
formulasi sediaan dimodifikasi sebagai berikut:

R/ Zink oksida 1,25


Kaolin 2,25
Parafin liq 0,75
Nipagin q.s
Zat pewarna X
Parfum q.s
Talkum ad 25
Berikut ini merupakan hasil modifikasi formula pewarna pipi yang
mengandung ekstrak buah naga daging supermerah dapat dibuat pada Tabel 3.1
berikut ini
Tabel 3.1 Modifikasi Formula
Komposisi Sediaan
(gram) 1 2 3 4
Zink oksida 1,25 1,186 1,123 1,061
Kaolin 2,25 2,135 2,022 1,910
Parafin liq 0,75 0,711 0,675 0,636
Nipagin 0.025 0,025 0,025 0,025
Ekstrak buah naga 0 1,25 2,5 3,75
Parfum q.s q.s q.s q.s
Talkum ad 25 ad 25 ad 25 ad 25

Keterangan:
Sediaan 1 = formula tanpa ekstrak buah naga (blanko)
Sediaan 2 = formula dengan ekstrak buah naga 5%
Sediaan 3 = formula dengan ekstrak buah naga 10%
Sediaan 4 = formula dengan ekstrak buah naga 15%

3.4.3 Prosedur pembuatan sediaan


Zink oksida diayak dengan menggunakan ayakan mesh 100. Talkum,
kaolin dan nipagin masing-masing dihaluskan dalam lumpang. Ekstrak buah
naga digerus dalam lumpang yang berbeda dan ditambahkan talkum sedikit demi
15

sedikit digerus hingga homogen dan dicampukan kedalam campuran diatas,


kemudian gerus lagi hingga homogen. Ditambahkan zat pengikat parafin liquid
sampai diperoleh masa yang homogen. Kemudian tambahkan parfum
secukupnya, lalu diayak dan dikeringkan dalam lemari pengering selama ± 20
menit. Kemudian diayak dengan ayakkan mesh 100 dan masukkan ke dalam
wadah dan padatkan dengan cara di tekan.

3.6 Uji Iritasi


Uji iritasi dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan uji pada kulit
responden untuk mengetahui apakah sediaan tersebut dapat menimbulkan iritasi
pada kulit atau tidak (Ditjen POM, 1985). Sediaan yang digunakan adalah
sediaan 15%.
Teknik yang dilakukan pada uji iritasi ini adalah uji tempel terbuka (Open
Test) pada bagian kulit punggung tangan terhadap 30 responden. Uji tempel
terbuka dilakukan dengan mengoleskan sediaan pada lokasi lekatan, dibiarkan
terbuka dan amati reaksi yang terjadi. Uji ini dilakukan sebanyak 3 kali sehari
selama 1 x 24 jam. Reaksi yang diamati adalah terjadinya gatal, ruam merah,
dan bengkak.

3.7 Uji Kesukaan Warna Blush on (uji hedonik)


Uji hedonik merupakan pengujian yang paling banyak digunakan untuk
mengukur tingkat kesukaan terhadap produk. Tingkat kesukaan ini disebut skala
hedonik, misalnya sangat suka, suka, agak suka, agak tidak suka, tidak suka,
dan lain-lain (Fitriyono A, 2014). Jumlah panel uji kesukaan makin besar semakin
baik. Sebaiknya jumlah itu melebihi 20 orang responden dengan cara setiap
responden memberikan penilaian terhadap masing-masing pewarna pipi (Iweni,
2014). Dalam penelitian ini menggunakan 30 orang responden yang akan
memberikan penilaian kesukaan terhadap warna blush on dari masing-masing
konsentrasi, dengan cara mengisi lembar kuisioner.
16

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Formulasi Blush On

Dalam penelitian ini dilakukan formulasi dengan variasi konsentrasi


ekstrak buah naga daging supermerah, sehingga menghasilkan perbedaan
pada intensitas warna blush on.Sediaan dengan konsentrasi 5%
menghasilkan warna krem, sediaan 10% menghasilkan warna merah muda
dan konsentrasi 15% menghasilkan warna merah muda terang. Gambar
sediaan dapat dilihat pada lampiran.

4.2 Hasil Uji Iritasi


Hasil uji iritasi yang dilakukan pada 30 orang responden menunjukkna
bahwa sediaan blush on tidak menyebabkan iritasi. Hal ini ditandai dengan
tidak ditemukannya reaksi iritasi pada semua responden. Hasil uji iritasi dapat
dilihat pada Tabel 4.2 berikut ini.
Tabel 4.1 Data hasil uji iritasi sediaan blush on dari ekstrak buah naga
daging supermerahterhadap kulit responden
Responden Reaksi Responden Reaksi
1 0 1 0
2 0 2 0
3 0 3 0
4 0 4 0
5 0 5 0
6 0 6 0
7 0 7 0
8 0 8 0
9 0 9 0
10 0 10 0
11 0 11 0
12 0 12 0
13 0 13 0
14 0 14 0
15 0 15 0

Keterangan nilai
Tidak ada reaksi :0
Gatal :1
Bintik merah :2
Ruam :3
Bengkak :4
17

4.3 Hasil Uji Kesukaan


Berdasarkan uji kesukaan yang dilakukan terhadap 30 orang responden,
didapat hasil penilaian yang bervariasi terhadap sediaan blush on yang
dibuat. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini.
Tabel 4.2 Data hasil uji kesukaan sediaan blush on dari ekstrak buah naga
daging supermerah

Sediaan
Responden
5% 10% 15%
1 1 3 5
2 3 4 4
3 1 3 4
4 3 4 5
5 2 4 5
6 1 3 4
7 1 3 5
8 3 4 5
9 2 4 5
10 1 3 4
11 1 3 4
12 2 3 5
13 2 4 5
14 1 2 4
15 2 4 3
16 1 4 5
17 2 4 5
18 1 4 5
19 1 3 4
20 1 3 5
21 1 3 5
22 1 2 4
23 2 4 5
24 2 5 4
25 1 4 3
26 1 4 5
27 2 3 5
28 2 5 4
29 2 4 3
30 1 5 3

Keterangan nilai:
Sangat suka =5
Suka =4
Agak suka =3
Tidak suka =2
Sangat tidak suka =1
18

Data yang diperoleh dari lembar penilaian (kuisioner) dihitung untuk


ditentukan nilai kesukaannya. Perhitungan hasil uji kesukaan dapat dilihat
pada lampiran.

Dari hasil perhitungan didapatkan nilai kesukaan untuk setiap sediaan


yaitu, sebagai berikut:

1. Sediaan dengan konsentrasi 5% memiliki persentase paling tinggi


53,3% dengan kriteria sangat tidak suka.
2. Sediaan dengan konsentrasi 10% memiliki persentase paling tinggi
46,6% dengan kriteria suka.
3. Sediaan dengan konsentrasi 15% memiliki persentase paling tinggi
53,3% dengan kriteria sangat suka.

Berdasarkan nilai kesukaan, sediaan yang sangat disukai adalah sediaan


dengan konsentrasi 15%.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Ekstrak buah naga daging supermerah dapat digunakan sebagai pewarna
alami pada blush on. Sediaan dengan konsentrasi 5% menghasilkan
warna krem, sediaan 10% menghasilkan warna merah muda dan sediaan
pada konsentrasi 15% menghasilkan warna merah muda terang.
2. Hasil uji iritasi menunjukkan bahwa sediaan blush on yang dibuat tidak
menyebabkan iritasi.

5.2 Saran
Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan isolasi pigmen
antosianin agar diapat senyawa antosianin murni.
DAFTAR PUSTAKA

Aninditya, 2017. Ekstraksi Kulit Buah Naga Sebagai Alternatif Zat Pewarna Alami
Pada Lipstik. Jurnal. Semarang : Universitas Negeri Semarang.

Ara Iweni, 2014. Formulasi Sediaan Pewarna Pipi Menggunakan Ekstrak Bunga
Kecombrang (Etlingera elatior Jack) Sebagai Pewarna. Skripsi. Medan:
Fakultas Farmasi Universitas Sumatra Utara.

Ayu Galih Sekar. 2014. The Complete Beauty Book. Yogyakarta: Kanal Publika.

Ayutaningwarno Fitriyono. 2014. Teknologi Pangan Teori Praktis dan Aplikasi.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III: Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 2014. Farmakope Indonesia Edisi V: Jakarta.

Ditjen POM, 1990. Surat keputusan Direktur Jendral Pengawasan Obat dan
Makanan No: 00386 Tentang Zat Warna Tertentu yang Dinyatakan
Sebagai Bahan Berbahaya Dalam Obat, Makanan, dan Kosmetika.
Jakarta.

Husna Nida El, Novita Melly, Rohaya Syarifah. 2013. Kandungan Antosianin Dan
Aktivitas Antioksidan Ubi Jalar Ungu Segar Dan Produk Olahannya.
Jurnal, Vol 33. Banda Aceh: Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala.

Kasrianita Lady, 2018. Formulasi Sediaan Bedak Kompak Menggunakan Sari


Buah Merah (Pandanus conoideus L.) Sebagai Pewarna Pipi. Skripsi,
Medan: Fakultas Farmasi Universitas Sumatra Utara.

Kusantati Herni, dkk. 2008. Tata Kecantikan Kulit. Jakarta: Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Kejuruan.

Neliyanti, dkk. 2014. Ekstraksi dan Uji Stabilitas Zat Warna Alami Dari Buah
Lakum (Cayratia trifolia (L.) Domin). Jurnal. Vol. 3. Pontianak: Program
Study Kimia Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura.

Nugraheni Mutiara, 2014. Pewarna Alami Sumber dan Aplikasinya Pada


Makanan dan Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Nurhayati Ifa. 2016. Pembuatan Blush On Dari Buah Naga. Skripsi. Semarang:
Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang.

Peraturan Mentri Kesehatan RI No: 239 Tahun 1985 Tentang Zat Warna
Tertentu Yang Dinyatakan Sebagai Bahan Berbahaya.

Rahayu Sri. 2014. Budidaya Buah Naga Cepat Panen. Depok: Infra Hijau.

Rostamailis. 2005. Penggunaan Kosmetik, Dasar Kecantikkan Dan Berbusana


Yang Serasi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
21

Samadi Budi. 2013. Untung Berlipat Dari Budidaya Buah Naga Secara Organik.
Yogyakarta: Lily Publisher.

Sumber: https://www.google.com/search?q=gambar+buah+naga&source= (di


akses pada 11 mei 2018)

Umayah Evy. Dan Moch. Amrun. 2007. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Buah
Naga (Hylocereus undatus (Haw.) Britt. & Rose). Jurnal ILMU DASAR,
Vol. 8. Staf Pengajar Program Studi Farmasi Universitas Jember.

Winarno F. G. 2008. Kimia Pangan dan Gizi: Edisi Terbaru. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
22

GAMBAR

Gambar 1. Potongan daging Buah Naga Gambar 2. Etanol 96%

Gambar 3. Ekstrak kental buah naga Gambar 4. Kaolin


23

Gambar 5. Talkum Gambar 6. Zink oksid

Gambar 7. Nipagin Gambar 8. Parafin Liquid

Gambar 9. Oleum Rosae


24

a. Blanko b. Konsentrasi 5%

c. Konsentrasi 10% d. Konsentrasi 15%


Gambar 10. Hasil penelitian
25

Lampiran 1. Perhitungan uji kesukaan

Sediaan 5% Sediaan 15%


1 = Sangat tidak suka = 16 3 = Agak suka = 4
x 100% = 53,3% x 100% = 13,3%
2 = Tidak suka = 11 4 = Suka = 10
x 100% = 36,6% x 100% = 33,3%
3 = Agak suka = 3 5 = Sangat suka = 16
x 100% = 10% x 100% = 53,3%

Sediaan 10%
2 = Tidak suka = 2
x 100% = 6,6%
3 = Agak suka = 11
x 100% = 36,6%
4 = Suka = 14
x 100% = 46,6%
5 = Sangat suka = 3
x 100% = 10%
26

Lampiran 2
27

Lampiran 3
28

Lampiran 4
29

Lampiran 5
30

Lampiran 6

Uji Iritasi

Oleskan sediaan blush on pada punggung tangan anda selama 1 x 24


jam dengan 3 kali pengolesan, dan amati reaksi yang terjadi :

Nama Reaksi

Keterangan nilai

Tidak ada reaksi :0


Gatal :1
Bintik merah :2
Ruam :3
Bengkak :4
31

Lampiran 7

Uji Hedonik (Uji Kesukaan)

Pilihlah blush on mana yang saudara amat sangat suka sampai yang
amat tidak suka berdasarkan warna, dengan keterangan seperti dibawah
ini:

Sediaan
Nama
5% 10% 15%

Keterangan nilai:

Sangat suka =5
Suka =4
Agak suka =3
Tidak suka =2
Sangat tidak suka =1
32

Lampiran 8
PEMBUATAN BLUSH ON DARI BUAH NAGA

SKRIPSI
Disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Tata Kecantikan, S1

oleh
Ifa Nurhayati NIM 5402411014

PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016

i
PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan

sesungguhnya bahwa skripsi ini hasil karya sendiri dan tidak menjiplak

(plagiat) karya ilmiah orang lain, baik seluruhnya maupun sebagaian. Bagian

di dalam tulisan ini yang merupakan kutipan dari karya ahli atau orang lain,

telah diberi penjelasan sumbernya sesuai dengan tata cara pengutipan.

Apabila pernyataan saya tidak benar saya bersedia menerima sangsi

akademik dari Universitas Negeri Semarang dan sangsi hukum sesuai yang

berlaku di wilayah negara Republik Indonesia.

Semarang, 2016

Ifa Nurhayati
5402411014

ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Nama : Ifa Nurhayati

NIM : 5402411014

Program Studi : Pendidikan Tata Kecantikan

Judul Skripsi : PEMBUATAN BLUSH ON DARI BUAH NAGA

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian

skripsi Program Studi Pendidikan Tata Kecantikan FT. UNNES

Semarang,
Pembimbing,

Dr. Trisnani Widowati, M.Si


NIP. 196202271986012001

iii
PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul Pembuatan Blush on dari Buah Naga

disusun oleh: Ifa Nurhayati

5402411014

Telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Teknik

Universitas Negeri Semarang pada tanggal.........................................

Panitia:
Ketua Sekretaris

Dra. Wahyuningsih, M. Pd Ade Novi Nurul Ihsani, S. Pd. M, Pd


NIP. 196008081986012001 NIP. 198211092008012005

Penguji I Penguji II

Dra. Hj. Erna Setyowati, M.Si Maria Krisnawati, S. Pd. M. Pd


NIP. 19610423986012001 NIP. 198003262005012002

Pembimbing

Dr. Trisnani Widowati, M.Si


NIP. 196202271986012001

Mengetahui, Dekan
Fakultas Teknik

Dr. Nur Qudus, M. T


NIP. 196911301994031001

iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

1. Sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah

selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh sungguh urusan

urusan yang lain (Al Insyirah: 6-7).

2. To be beautiful means to be yourself. You don’t need to be acceptted by

others. You need to accept yourself. (peneliti)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada:

1. Bapak dan ibu tercinta atas dukungan

semangat, motivasi dan do’a disetiap

langkahku.

2. Sahabat- sahabatku, yang selalu ada

untuk memberi bantuan, dukungan dan

motivasinya .

3. Teman teman seperjuangan pendidikan

tata kecantikan 2011, untuk semangat

dan kerjasamanya.

v
ABSTRAK
Ifa Nurhayati. 2015. Pembuatan Blush on dari Buah Naga. Skripsi, Jurusan
Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Teknik Universitas Negeri
Semarang. Skripsi Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Tata Kecantikan
S1. Universitas Negeri Semarang. Dosen Pembimbing Trisnani Widowati, M.Si

Buah naga yang memiliki daging berwarna merah menjadikan peneliti


tertarik untuk membuat pewarna alami dari bahan tradisional pada kosmetik blush
on. Karena unsur kimia yang terkandung di dalam produk- produk kecantikan
dipasaran sangat berbahaya bagi kesehatan kulit, salah satu zat berbahaya adalah
zat pewarna kimia dari rhodamin b ( merah k.10) dan merah k, untuk itu peneliti
membuat bahan pewarna pengganti dari bahan pewarna alami yaitu dari ekstrak
daging buah naga. Tujuan Penelitian ini adalah: 1) Mengetahui bagaimana proses
pembuatan blush on dari buah naga; 2) Mengetahui kelayakan produk blush on
dari ekstrak buah naga dalam bentuk cream, compact, powder.
Metode pada penelitian ini adalah metode eksperimen. Dengan desain
eksperimen menggunakan Quasi Eksperimental, bentuk rancangan Time Series
Desaign. Obyek dalam penelitian ini adalah daging buah naga yang di ekstrak
menjadi pewarna alami pembuatan blus on bentuk cream, compact dan powder.
Subyek dalam penelitian ini adalah 13 mahasiswa yang mempunyai 5 warna kulit
putih, 4 warna kulit sawo matang, dan 4 warna kulit coklat. Instrumen pada
penelitian ini diukur menggunakan angket, angket digunakan untuk
mengumpulkan data uji kesukaan dan uji indrawi.
Hasil uji inderawi dan uji kesukaan oleh 9 panelis terlatih (beauticiant) dan
9 panelis tidak terlatih (model), serta uji laboratorium dapat diketahui bahwa
sampel blush on bentuk compact memiliki kualitas paling tinggi dibandingkan
kedua sampel lain. Sampel blush on bentuk compact memiliki kandungan
antosianin paling tinggi sebesar 18.2749 ppm dengan penambahan ekstrak daging
buah naga 150 ml. Eksperimen ini tidak memiliki efek samping yang merugikan
akibat bahan alami yang digunakan dalam jangka pendek dan juga dalam jangka
panjang. Eksperimen ini menggunakan pewarna alami dari daging buah naga
sebagai pengganti pewarna kimia pembuatan blush on. Blush on compact sangat
disukai dengan persentase 65,63%, karena kemudahan dalam pemakaiannya lebih
mudah, warna pada saat diaplikasikan lebih jelas dan tekstur pada produk lebih
halus.
Simpulan penelitian pada proses pembuatan ketiga produk blush on sama
akan tetapi ada beberapa perbedaan dalam hal pengeringan, untuk prodak blush on
cream proses pembuatan hanya sampai pencampuran dan pengemasan, sedangkan
produk blush on compact melewati tahapan pengeringan menggunakan matahari
selama dua hari dan produk blush on powder melewati tahapan pengeringan
menggunakan matahari selama dua hari daan penghalusan menggunakan ayakan
100 mess sampai bahan benar- benar lembut, kemudian ketiga produk bisa
dikemas sesuai wadah yang sudah disediakan. Uji kelayakan produk blush on
dapat dilihat dari uji indrawi, kesukaan dan laboratorium yang memiliki kualitas
produk paling tinggi adalah sampel blush on dalam bentuk compact. Blush on
bentuk compact memiliki kandungan antosianin dari ekstrak daging buah naga
vi
paling tinggi diantara ketiga sampel, sedangkan penambahan ekstrak daging buah
naga sebesar 150 ml. Tingkat kesukaan panelis terlatih (beauticiant) dan panelis
tidak terlatih menjelaskan bahwa blush on bentuk compact sangat disukai oleh
masyarakat.
Saran yang dapat diberikan peneliti adalah untuk penelitian berikutnya proses
penguapan ekstrak buah naga dengan cara pemanasan, pada saat proses
pemanasannya lebih lama dengan suhu kecil dan stabil 600C – 700C dan
penambahan ekstrak buah naga yang lebih banyak disarankan diimbangi dengan
bahan – bahan lainnya yang takarannya setara
Kata Kunci : Blush on, Buah Naga

vii
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul:

“Pembuatan Blush On dari Buah Naga”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu

persyaratan meraih gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi S-1 Pendidikan

Tata Kecantikan di Universitas Negeri Semarang.

Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti memperoleh bantuan dari berbagai

pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang yang telah memberi ijin

dan kesempatan kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Universitas Negeri

Semarang yang telah memberi petunjuk dan saran kepada peneliti untuk

menyelesaikan skripsi ini.

3. Dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dengan teramat sabar,

arahan, dan saran kepada peneliti selama penyusunan skripsi ini.

4. Responden yang telah membantu melengkapi data untuk penyusunan skripsi.

5. Dosen penguji yang telah memberikan bimbingan dan masukan- masukan

berharga untuk menyelesaikan skripsi ini.

6. Teman teman satu jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga angkatan

tahun 2011 yang ikut membantu penelitian ini, khususnya teman- teman

mahasiswa Program Studi Pendidikan Tata Kecantikan angkatan 2011.

viii
Semoga bantuan yang telah diberikan kepada peneliti mendapatkan imbalan

dari Allah Yang Maha Pengasih. Peneliti menyadari bahwa masih terdapat

kekurangan dalam penelitian skripsi ini dan harapan peneliti semoga penelitian

skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua.

Semarang 2015

Peneliti

ix
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL................................................................................. i
PERNYATAAN........................................................................................ ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................................. iii
PENGESAHAN ........................................................................................ iv
MOTTO dan PERSEMBAHAN ............................................................... v
ABSTRAK ................................................................................................ vi
KATA PENGANTAR .............................................................................. viii
DAFTAR ISI....................................................................................... ...... x
DAFTAR TABEL................................................................................... .. xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1


1.1 Latar Belakang Masalah .................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah .......................................................... 4
1.3 Batasan Masalah ................................................................ 4
1.4 Rumusan Masalah ............................................................. 4
1.5 Tujuan Penelitian ............................................................... 5
1.6 Manfaat Penelitian ............................................................. 5
1.7 Penegasan Istilah............................................................... 5
1.8 Sistematika Skripsi ............................................................ 7

BAB II LANDASAN TEORI ............................................................... 10


2.1 Kosmetik............................................................................ 10
2.2 Blush on ............................................................................. 15
2.3.1. Pengertian Blush on ............................................... 15
2.3.2. Macam- macam Blush on....................... ............... 15
2.3.3. Syarat menggunakan Blush on ....................... ...... 16

x
2.3 Buah naga .......................................................................... 19
2.4.1 Pengertian Buah naga ............................................... 19
2.4.2 Manfaat dan kandungan buah naga ......................... 19
2.4.3 jenis- jenis buah naga ............................................... 21
2.4 Perencanaan pembuatan blush on ..................................... 24
2.5.1 Proses pemilihan buah naga .................................... 26
2.5.2 Proses ektrak buah naga .......................................... 27
2.5.3 Proses pembuatan blush on ...................................... 29
2.5 Kerangka fikir.................................................................... 31

BAB III METODE PENELITIAN ......................................................... 33


3.1 Jenis dan Desain penelitian ............................................... 33
3.1.1 Jenis penelitian....................................................... 34
3.1.2 Desain eksperimen................................................. 34
3.2 Prosedur Pelaksanaan Eksperimen ................................... 37
3.2.1 Tempat dan Waktu................................................. 37
3.2.2 Alat dan Bahan ..................................................... 37
3.2.3 Tahapan Pelaksanaan Ekperimen ......................... 38
3.3 Variabel Penelitian ............................................................ 43
3.2.2 Variabel bebas ........................................................ 43
3.2.2 Variabel terikat ....................................................... 43
3.4 Metode Penentuan Obyek Penelitian................................. 43
3.4.1 Tempat penelitian ................................................. 43
3.4.2 Obyek penelitian .................................................... 43
3.4.3 Subyek penelitian................................................... 44
3.5 Teknik Pengumpulan Data ................................................. 44
3.5.1 Metode Observasi ................................................. 44
3.5.2 Metode Dokumentasi ............................................ 44
3.5.3 Metode Kuesioner ................................................ 45
3.6 Sumber Data ....................................................................... 46
3.7 Instrumen................................................... ........................ 46

xi
3.7.1 Uji indrawi ............................................................ 46
3.7.1.1 Panelis terlatih ......................................... 46
3.7.1.2 Panelis tidak Terlatih ............................... 48
3.7.2 Uji kesukaan .......................................................... 49
3.7.3 Uji laboratorium .................................................... 49
3.8 Validitas dan Reabilitas ...................................................... 49
3.9 Teknik Analisis Data .......................................................... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................ 53


4.1 Hasil Penelitian.................................................................. 53
4.1.1 Hasil Uji Indrawi ..................................................... 53
4.1.2 Hasil Analisis Uji kesukaan ..................................... 59
4.1.3 Hasil Uji Laboratorium ............................................ 61
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ............................................ 62

BAB V PENUTUP ................................................................................ 67


5.1 Simpulan............................................................................ 67
5.2 Saran .................................................................................. 68

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 69


LAMPIRAN .............................................................................................. 71

xii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kandungan nutrisi buah naga............................................................. 20


2. Alat- alat pembuatan blush on ........................................................... 29
3. Bahan pembuatan blush on ................................................................ 29
4. Proses pembuatan blush on cream, compact, dan powder................. 30
5. Interval skor panelis terlatih .............................................................. 47
6. Interval skor panelis tidak terlatih ..................................................... 48
7. Tabel interval persentase dan kriteria uji kesukaan ........................... 52
8. Rerata skor ......................................................................................... 52
9. Hasil Penilaian Uji Inderawi Panelis Terlatih .................................... 54
10. Hasil Penilaian Uji Inderawi Panetis Tidak Terlatih ......................... 57
11. Hasil Penilaian Uji kesukaan Panelis Terlatih ................................... 59
12. Hasil Penilaian Uji kesukaan Panelis Tidak Terlatih ......................... 60
13. Kandungan Antosianin sampel Blush on ........................................... 61

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Buah Naga Putih ................................................................................ 21


2. Buah Naga Merah .............................................................................. 22
3. Buah Naga Kuning............................................................................. 22
4. Buah Naga Super Red ........................................................................ 23
5. Proses Ekstraksi ................................................................................. 28
6. Proses Ekstraksi ................................................................................. 28

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Instrumen Penelitian Uji Indrawi untuk Panelis Terlatih................... 72


2. Instrumen Penelitian Uji Indrawi untuk Panelis Tidak Terlatih ........ 74
3. Instrumen Penelitian Uji Kesukaan untuk Panelis Terlatih ............... 76
4. Instrumen Penelitian Uji Kesukaan untuk Panelis TidakTerlatih ...... 78
5. Hasil Uji Indrawi Panelis Terlatih dan Panelis tidak Terlatih .......... 80
6. Hasil Uji Indrawi Panelis Terlatih dan Panelis tidak Terlatih .......... 81
7. SK Pembimbing Skripsi..................................................................... 82
8. Surat Permohonan Panelis ................................................................. 83
9. Surat Keterangan Validitas ................................................................ 84
10. Surat Keterangan Validitas ................................................................ 85
11. Surat Ijin Penelitian............................................................................ 86
12. Daftar Hadir Penelitian ..................................................................... 87
13. Hasil Uji Lab Antosianin ................................................................... 89
14. Dokumentasi ...................................................................................... 90

xv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara Indonesia mempunyai sumber kekayaan alam yang sangat

melimpah untuk dimanfaatkan dan berguna bagi kehidupan manusia, jika digali

lebih dalam lagi maka masih banyak manfaat-manfaat yang ada di dalamnya,

salah satu contoh manfaat dari buah naga. Buah- buahan yang di ketahui akan

warnanya yang merah adalah buah naga atau sering disebut dengan dragon fruit

yaitu buah berbentuk unik yang mempunyai kulit seperti sisik naga yang

bertaburan biji-biji hitam didalamnya. Buah naga mempunyai beberapa jenis salah

satunya adalah buah naga merah. Warna merah yang terkandung dalam buah naga

tersebut menjadikan peneliti tertarik untuk dijadikan bahan pewarna dalam

pembuatan blush on.

Blush on adalah sediaan kosmetik yang digunakan untuk mewarnai pipi

dengan sentuhan artistik sehingga dapat meningkatkan kesan segar dalam tata rias

wajah. Blush on (rouge) digunakan dengan tujuan untuk mengoreksi wajah

sehingga wajah tampak lebih cantik, lebih segar dan berdimensi

(Kusantati,dkk,2008:126). Blush on memiliki beberapa bentuk diantaranya cair,

cream, padat/ cake dan powder (Astati, 1996:10). Blush on tersedia dalam

berbagai pilihan warna, yaitu merah, jingga, pink dan juga kecoklatan (Kusantati,

dkk, 2008:127). Namun setelah melihat produk di pasaran warna blush on

memiliki lebih banyak lagi pilihan warna. Produk blush on yang berada di pasaran

menawarkan berbagai macam blush on yang menggunakan bahan pewarna kimia.

1
2

Selain bahan kimia, bahan yang digunakan untuk warna blush on bisa

menggunakan bahan dari alam.

Dalam bidang formulasi kosmetik, zat warna yang di campur kedalam

racikan pembuatan kosmetik adalah pewarna dari bahan kimia dan pewarna dari

alam. Zat Warna adalah zat atau campuran zat yang dapat digunakan pada

sediaan kosmetik untuk mewarnai sediaan. Zat pewarna alam adalah zat warna

yang diperoleh dari alam seperti binatang, mineral – mineral dan tumbuhan baik

secara langsung maupun tidak langsung (Adhi, 2006:33). Unsur kimia yang

terkandung di dalam produk- produk kecantikan sangat berbahaya bagi kesehatan

kulit. Bahaya yang ditimbulkan sangat beragam seperti jerawat, flek hitam dan

masih banyak lagi penyakit kulit yang ditimbulkan dari kandungan kimia dari

kosmetik- kosmetik dipasaran. Berdasarkan hasil investigasi dan pengujian

laboratorium oleh Badan POM RI pada tahun 2007 terhadap kosmetik yang

beredar ditemukan 27 merek kosmetik yang mengandung bahan berbahaya dan

dilarang digunakan dalam kosmetik sebagai zat warna seperti rhodamin B ( merah

K.10) dan merah K.3 (Badan POM RI, 2007:1). Kesadaran masyarakat akan

bahaya produk kosmetik berbahan kimia membuat mereka cenderung memilih

produk berasal dari bahan- bahan alami yang lebih aman untuk kulit. Bahan alami

bisa berupa pewarna alami dari alam, bahan alami atau bahan pewarna alami

untuk blush on bisa diambil dari tumbuh- tumbuhan atau buah- buahan. Hal

tersebut mengakibatkan dibutuhkannya suatu produk kosmetik blush on yang

aman dan mempunyai manfaat yang sesuai dengan penggunaannya.


3

Blush on diciptakan dari warna- warna yang menarik dan tentu saja

memakai zat pewarna. Hanya saja memberi pengaruh negatif pada kulit muka,

terutama pipi, yakni diawali dengan gatal- gatal lalu memerah dan bahkan kulit

mengelupas (Rostamailis,2005: 76). Untuk itu tidak semua zat kimia dari pewarna

blush on bisa digunakan disemua jenis kulit, karena setiap orang memiliki jenis

kulit yang berbeda- beda. Menurut Lidya (2014:25) dalam jurnal penelitian yang

berjudul ekstrasi pigmen antosinin dari kulit buah naga mengatakan “Bahwa

Ekstrasi pigmen antosianin dari kulit buah naga dapat dijadikan sebagai alternatif

pengganti pewarna sintetis”. Buah naga digunakan untuk pewarna makanan selain

itu juga dapat digunakan sebagai pewarna kain seperti hasil penelitian dari Hera

(2014:1)dalam abstrak penelitiannya berjudul Ekstraksi dan Uji Kestabilan

Pigmen Betasianin dalam Kulit Buah Naga mengatakan “Ekstrak kulit buah naga

yang diperoleh stabil terhadap pemanasan dan paparan sinar matahari serta dapat

diaplikasikan terhadap kain. Pigmen betasianin menimbulkan warna yang dapat

menempel pada kain dengan baik”. Pada beberapa penelitian terdahulu, peneliti

menggunakan kulit buah naga sebagai pewarna alami, maka dari itu penulis

mencoba hal baru yaitu mengekstrak menggunakan daging dari buah naga bukan

dari kulit buah naga untuk mendapatkan warna alami sebagai pewarna dalam

pembuatan blush on.

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan memanfaatkan daging buah naga sebagai pewarna alami blush

on dengan judul “Pembuatan Blush On dari Buah Naga ”


4

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan pembahasan latar belakang dapat diidentifikasi beberapa

masalah dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :

1. Penggunaan bahan kimia pewarna dalam pembuatan blush on yang

berbahaya mengandung rhodamin B ( merah K.10) dan merah K.3 .

2. Buah naga super red menjadi bahan untuk pewarna alami blush on.

1.3 Batasan Masalah

Dalam penelitian, peneliti membatasi permasalahan yang akan diteliti untuk

menghindari kesalahpahaman terhadap konsep dalam penelitian ini yaitu :

1. Pada penelitian ini, dikhususkan pada Mahasiswa UNNES yang memiliki

warna kulit putih, kuning langsat, dan coklat.

2. Buah naga yang digunakan jenis super red yang memiliki daging berwarna

merah dan masih segar.

3. Expert judgement dari mahasiswa pendidikan kecantikan angkatan 2011.

4. Blush on dibuat dalam bentuk compact, powder, dan cream.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan yang akan dibahas dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana validitas proses pembuatan blush on dari buah naga super red

dalam bentuk cream,compact,dan powder ?

2. Bagaimana kelayakan produk blush on dari ekstrak buah naga dalam

bentuk cream, compact, powder ?


5

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian untuk mengetahui :

1. Proses pembuatan blush on dari buah naga super red dalam bentuk

cream,compact,dan powder.

2. Kelayakan produk blush on dari ekstrak buah naga dalam bentuk cream,

compact, powder.

1.6 Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat yang berarti bagi

perorangan/ institusi sebagai berikut:

1. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan

teknologi serta memberikan pengalaman dan pengetahuan yang lebih

mendalam terutama pada pembuatan blush on dari buah naga.

2. Bagi pembaca

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pembaca untuk menambah

wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi mengenai penelitian yang

berkaitan dengan pembuatan blush on dari buah naga dan kegunaan buah

naga sebagai pewarna alami dalam pembuatan blush on.

1.7 Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalah pahaman terhadap konsep yang dibahas dalam

penelitian ini, berikut penelitian jelaskan beberapa istilah yang berkaitan dengan

judul penelitian yang penulis ajukan, antara lain:


6

1. Pembuatan

Pembuatan berasal dari kata “buat” yang mendapat awalan “pe” dan akhiran

“an”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:168) “buat” merupakan

kata kerja yang berarti : kerjakan, bikin sedangkan “pembuatan” juga merupakan

kata kerja yang berarti proses pembuatan, cara membuat. Pembuatan yang

dimaksud dalam skripsi ini adalah “proses atau cara membuat suatu produk

melalui percobaan”.

2. Blush On

Blush on/ blush on atau rouge adalah sediaan kosmetik yang digunakan

untuk mewarnai pipi dengan sentuhan artistik sehingga dapat meningkatkan kesan

segar dalam tata rias wajah. Blush on memiliki beberapa bentuk diantaranya cair,

cream, padat/ cake dan powder (Astati, 1996:10). Blush on tersedia dalam

berbagai pilihan warna, yaitu merah, jingga, pink dan juga kecoklatan (Kusantati,

dkk, 2008:127).

Blush on dapat langsung digunakan dengan cara melekatkan pada kulit pipi,

tetapi lebih baik digunakan setelah sediaan alas rias, baik sebelum atau sesudah

menggunakan bedak. Blush on bisa dipakai menggunakan kuas, spon ataupun

tangan tergantung bentuk dari blush on, Sama dengan memilih foundation atau

bedak, pada dasarnya, memilih beragam produk make-up juga harus disesuaikan

dengan jenis kulit dan warna kulit. Seperti blush on, tidak bisa dipakai sembarang

warna karena penampilannya kurang cantik bila asal dalam mengaplikasikannya.

Blush on sendiri, fungsinya adalah memberikan aksen tirus dan lebih segar pada

wajah. Menonjolkan bagian tulang pipi, sehingga dapat mengoreksi wajah agar
7

tidak terlalu bulat. Di sisi lain, mereka yang berwajah terlalu tirus, blush on juga

dapat menyamarkan dan memberi volume pada pipi. Blush on pada penelitian ini

pembuatannya menggunakan pewarna alami yang akan dibuat dalam bentuk

cream, compact, dan powder. Pewarna alami diambil dari buah naga super red

dan hasil dari bluh on tersebut diharapkan bewarna pink cenderung kemerah

merahan.

3. Buah Naga

Buah naga sering juga disebut dengan berbagai nama yaitu pir strawberry,

buah kaktus, kaktus orchid, kaktus manis dan kaktus madu. (Ramadhani,2013:42).

Buah naga memiliki beberapa jenis salah satunya buah naga merah, warna merah

pada buah naga bisa menjadi bahan alami untuk pewarna makanan. Hylocereus

costaricensis, buah naga dengan warna daging super merah. Sepintas, buah naga

jenis ini mirip dengan buah naga berdaging merah. Namun, warna daging

buahnya lebih merah sehingga sering disebut buah naga super merah atau super

red. Ukuran buah naga ini relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan buah naga

merah. Batangnya lebih besar daripada jenis buah naga yang lain, dan akan

bewarna loreng ketika tua.(Andoko, nurrasyid,2012:18)

1.6. Sistematika Skripsi

Sistematika skripsi disusun dengan tiga bagian, bagian awal, bagian

isi dan bagian terakhir.


8

1.6.1 Bagian awal berisi : halaman judul, pernyataan, persetujuan pembimbing,

pengesahan, halaman motto dan persembahan, abstrak, kata pengantar,

daftar isi, daftar tabel serta daftar lampiran, daftar gambar. Bagian ini

berfungsi untuk memudahkan membaca dan memahami skripsi.

1.6.2 Bagian isi terdiri dari 5 bab yaitu :

1.6.2.1 BAB 1 PENDAHULUAN

Bab ini berisi : latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah,

sistematika skripsi. Pendahuluan berfungsi untuk membaca memahami

gambaran permasalahan yang akan dibahas.

1.6.2.2 BAB 2 LANDASAN TEORI

Bab ini berisi tentang teori - teori yang mendasari skripsi, terdiri

dari: kecantikan, kosmetik, blush on, buah naga, perencanaan pembuatan

blush on, kerangka fikir.

1.6.2.3 BAB 3 METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang prosedur rancangan penelitian, metode

penelitian yang terdiri dari populasi dan sampel, variabel penelitian,

metode pengumpulan data, dan metode analisis data. Metode analisis data

digunakan untuk menganalisis data dan menguji kebenaran hipotesis.

1.6.2.4 BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang hasil penelitian, analisis data, beserta

pembahasannya.
9

1.6.2.5 BAB 5 PENUTUP

Bab ini berisi rangkuman hasil penelitian yang ditarik dari analisis

data, hipotesis dan pembahasan. Sasaran berisi tentang perbaikan atau

masukan dari peneliti untuk perbaikan yang berkaitan dengan penelitian.

1.6.3 Bagian akhir skripsi berisi : daftar pustaka dan lampiran.

1.6.3.1 Daftar pustaka berisi : referensi yang berkaitan dengan penelitian

dalam skripsi.

1.6.3.2 Lampiran berisi : kelengkapan – kelengkapan skripsi dan

perhitungan analisi data.


BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Kosmetik

Kosmetika sudah dikenal manusia sejak berabad-abad yang lalu, dan

baru abad ke 19 mendapat perhatian khusus, yaitu selain untuk kecantikan juga

mempunyai fungsi untuk kesehatan. Perkembangan ilmu kosmetik serta

industrinya baru di mulai secara besar-besaran pada abad ke 20 dan kosmetik

menjadi salah satu bagian dari dunia usaha.

Dewasa ini, teknologi kosmetik begitu maju dan merupakan paduan

antara kosmetik dan obat (pharmacuetical) atau dikenal dengan istilah kosmetik

medik (cosmeceuticals) (Kusantati,dkk,2008:105).

Istilah kosmetika berasal dari kata Yunani yakni “Kosmetikos” yang


berarti “Keahlian dalam menghias”, itu pula sebabnya mungkin angkasa
dinamakan cosmos, karena berhiasan bintang-bintang (Rostamailis,
2005:8). Menurut Retno dan Fatma (2007:6) “ kosmetik adalah sediaan
atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan
(epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ kelamin bagian luar), gigi, dan
rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah
penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki
bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan
suatu penyakit” .
Sesuai dengan hal diatas bahwa antara definisi kosmetik dengan definisi
obat berbeda. Kosmetik tidak termasuk golongan obat, namun dalam
berberapa hal keduanya saling berkaitan, baik tujuannya, kegunaannya,
maupun manfaatnya. Misalnya menyegarkan, memperindah, dan
sebagainya, secara keseluruhan dari kulit tubuh, rambut, dan sebagainya,
sehingga seseorang bisa tampil dengan penuh percaya diri (Rostamailis,
2005:9).
Secara umum baik teori maupun praktik tujuan kosmetik adalah untuk

memelihara dan merawat kecantikan kulit dengan kontinu/teratur (Rostamailis,

2005:9).

10
11

Tujuan utama penggunaan kosmetik pada masyarakat modern adalah untuk


kebersihan pribadi, meningkatkan daya tarik melalui make-up,
meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan tenang, melindungi kulit dan
rambut dari kerusakan sinar UV, polusi dan faktor lingkungan yang lain,
mencegah penuaan, dan secara umum, membantu seseorang lebih
menikmati dan menghargai hidup (Retno dan Fatma, 2007 : 7).

Sehubungan dengan itu, maka tujuan dari penggunaan kosmetik dapat

dikelompokkan sebagai berikut :

 Melindungi kulit dari pengaruh- pengaruh luar yang merusak misalnya


sinar matahari, perubahan cuaca, dan sebagainya.
 Mencegah lapisan terluar kulit dari kekeringan.
 Mencegah kulit cepat kering dan berkeriput, karena kosmetik menembus
ke bawah lapisan luar dan memasukkan bahan- bahan aktif ke lapisan-
lapisan yang terdapat lebih dalam.
 Melekat di atas permukaan kulit untuk mengubah warna atau rona daerah
kulit tertentu.
 Memperbaiki kondisi kulit
 Mengubah rupa/ penampilan ( Rostamailis, 2005:9-10)

Bahan- bahan yang terkandung dalam kosmetik mempunyai fungsi yang

berbeda- beda yaitu sebagai Pelarut, Emulgator, Pengawet, Pelekat, Pengencang,

Penyerap dan Antiseptik. Sehubungan dari fungsi- fungsi tersebut dapat

diketahui manfaat kosmetik antara lain : Membersihkan kulit tubuh atau kepala,

Mencegah timbulnya keriput, Mencegah kulit- kulit yang kendor, menyuburkan

rambut, menghindari beberapa gangguan kulit dari luar maupun dalam,

menghaluskan kulit, mempercantik seseorang, merub ah penampilan seseorang (

Rostamailis, 2005:10-12).

A. Penggolongan Menurut Sifat dan Cara Pembuatan

1. Kosmetik modern, diramu dari bahan kimia dan diolah secara modern

(termasuk didalamnya cosmedic). Sedangkan menurut Rostamailis

(2005:15) kosmetik modern adalah kosmetik yang diproduksi secara pabrik


12

(laboratorium) dimana bahan- bahannya telah dicampur dengan zat- zat

kimia untuk mengawetkan kosmetik tersebut. Hal ini jelas akan lebih tahann

lama dan tidak cepat rusak. Selain itu dikenal kosmetik khusus yaitu

Kosmedik dan kosmetik hypoalrgenik, kosmedik merupakan kosmetika

yang mengandung bahan-bahan aktif tertentu dengan tujuan untuk

pengobatan. Contoh anti jerawat, anti gatal, anti ketombe. Kosmetik

hypoalrgenik merupakan jenis kosmetik yang tidak mengandung zat-zat

yang mengakibatkan iritasi, alergi dan sensitasi (Widowati,2009:30).

Berkaitan dengan hal di atas bahwa kosmetika modern tersebut jelas


mempergunakan beberapa unsur kimia ataupun zat warna dan zat
pengawet. Hal ini tentu bertujuan agar kosmetika itu tahan lama, praktis
pemakaian, penyimpanan dan pemeliharaannya. Karena itu, bila akan
menggunakan kosmetika tersebut, kita perlu hati-hati dan memahami
sifat dari masing-masing kosmetika tersebut (Rostamailis, dkk,
2009:87).

2. Kosmetika tradisional adalah yang dapat dibuat sendiri, langsung dari

bahan-bahan yang segar atau bahan-bahan yang telah dikeringkan, buah-

buahan atau tanaman yang ada disekitar kita. Kosmetika ini diolah menurut

resep dan cara pengolahan yang turun temurun dari nenek moyang. pada

hakikatnya dibedakan antara kosmetik tradisional murni dan kosmetik semi

tradisional (Rostamailis,dkk, 2009:67).

a. Tradisional murni adalah bahan atau sediaan yang benar- benar dari bahan

misalnya mangir, lulur, pembuatan bedak dingin dari beras, pembuatan

pewarna alami dari kunyit dan daun suji, pembuatan aroma alami dari bunga

melati dan masih banyak lagi yang dibuat dari bahan alam dan diolah

menurut resep yang turun-temurun (Retno dan Fatma, 2007 :7).


13

b. Semi tradisional, diolah secara modern dan diberi bahan pengawet agar

tahan lama. Contohnya pembuatan minyak kemiri yang diberi pengawet

natrium benzoat sebagai bahan kimianya (Retno dan Fatma, 2007 : 7).

c. Hanya namanya yang tradisional, tanpa komponen yang benar-benar

tradisional dan diberi zat warna yang menyerupai bahan tradisional (Retno

dan Fatma, 2007 : 7).

B. Penggolongan Menurut Penggunaanya Pada Kulit


1. Kosmetik perawatan kulit (skin-care cosmetics). Jenis ini perlu untuk
merawat kebersihan dan kesehatan kulit, termasuk didalamnya:
a. Kosmetik untuk membersihkan kulit (cleanser): sabun, cleansing
cream, cleansing milk, dan penyegar kulit (freshener).
b. Kosmetik untuk melembabkan kulit (moisturizer), misalnya
moisturizring cream, night cream, anti wrinkle cream.
c. Kosmetik pelindung kulit, misalnya sunscreen foundation, sun block
cream/lotion.
d. Kosmetik untuk menipiskan atau mengampelas kulit (peeling),
misalnya scrub cream yang berisi butiran-butiran halus yang berfungsi
sebagai pengampelas (abrasiver) (Retno dan Fatma, 2007 : 7).

2. Kosmetik riasan (dekoratif atau make-up)

Jenis ini diperlukan untuk merias dan menutup cacat pada kulit sehingga

menghasilkan penampilan yang lebih menarik serta menimbulkan efek

psikologis yang baik, seperti percaya diri (self confidence). Dalam

kosmetik riasan, peran zat warna dan zat pewangi sangat besar (Retno

dan Fatma, 2007 : 7). Persyaratat untuk kosmetik dekoratif yaitu Warna

yang menarik, bau harum yang menyenangkan, tidak lengket, tidak

menyebabkan kulit tampak berkilau, tidak merusak atau mengganggu

kulit.

Pembagian kosmetik dekoratif dapat dibagi dalam dua golongan, yaitu


Kosmetik dekoratif yang hanya menimbulkan efek pada permukaan dan
pemakaiannya sebentar, misalnya bedak, lipstik, blush on, eye shadow,
14

dan lain-lain.Kosmetik dekoratif yang efeknya mendalam dan biasanya


dalam waktu lama baru luntur, misalnya kosmetik pemutih kulit, cat
rambut, dan pengeriting rambut (Retno dan Fatma, 2007:90).

Produk kosmetik sangat diperlukan oleh manusia, baik laki-laki maupun

perempuan, sejak lahir hingga saat meninggal dunia. Produk-produk itu dipakai

secara berulang setiap hari dan di seluruh tubuh, mulai dari rambut sampai ujung

kaki, sehingga diperlukan persyaratan aman untuk dipakai.

Karakteristik mutu kosmetik mencapai kepuasan konsumen yang terdiri


dari design, manufaktur, sales. Persyaratan kualitas dasar meliputi safety,
stability, efficacy, usability (pri-adi, 2013:4).
a. Safety : tidak ada iritasi kulit, sensitivitas kulit, toksisitas oral,
bercampur dengan bahan lain, tidak berbahaya.
b. Stability : stabil terhadap perubahan mutu, warna, bau, kontaminasi
bakteri.
c. Efficacy : efek melembabkan, melindungi terhadap uv, membersihkan,
mewarnai.
d. Usability : feeling (sensibility, moisturizing, smoothness), kemudahan
menggunakan (bentuk, ukuran, bobot, komposisi, penampilan,
portability), preference (bau, warna, design).

Tujuan dari penggunaan kosmetik pada masyarakat modern salah satunya

adalah meningkatkan daya tarik melalui make-up, make-up membuat wanita

terlihat lebih cantik dan segar. make- up atau merias wajah bertujuan untuk

mempercantik diri pada umumnya, khususnya wajah, agar kelihatan segar, sehat

dan cantik (Astati, 1996: 4). Kegiatan berias wajah membutuhkan beberapa

kosmetik diantranya Pelembab, bedak dasar (fondation), bedak (powder), blush

on (Rouge/ blush On), pembayang mata (eye shadow), pensil alis (eye brow

pencil), penyipat mata ( eye liner), cat bulu mata ( maskara), perona bibir

(lipstik). Salah satu kosmetik make-up adalah blush on, blush on memberikan

kesan segar yang dioleskan pada pipi.


15

2.3. Blush On

2.3.1. Pengertian Blush on

Blush on adalah sediaan kosmetik yang digunakan untuk mewarnai pipi

dengan sentuhan artistik sehingga dapat meningkatkan estetika dalam tatarias

wajah. Blush on atau blush on diaplikasikan untuk memberi warna dan memberi

kesan hangat pada wajah (Permatasari, 2012: 37). Dengan demikian penggunaan

blush on berpengaruh terhadap hasil rias wajah seseorang. Blush on dapat

langsung digunakan dengan cara melekatkan pada kulit pipi, tetapi lebih baik

digunakan sebelum atau sesudah menggunakan bedak. Penggunaan blush on

tergantung macam- macam blush on, karena setiap blush on memiliki cara

pengaplikasian yang berbeda- beda. Untuk itu, sebelum pemakaian harus

mengetahui macam- macam blush on.

2.3.2. Macam- macam Blush on

Blush on (rouge) digunakan dengan tujuan untuk mengoreksi wajah,

sehingga wajah tampak lebih cantik, lebih segar dan berdimensi. Blush on

tersedia dalam bentuk loose atau compact powder, fat-based make-up, emulsi

cair atau krim, cairan jernih dan gel (Retno dan Fatma,2007:93-96).

1. Losse atau compact powder adalah bentuk blush on yang paling


sederhana, berisi pigmen dan lakes dalam bentuk kering, diencerkan
dengan bahan- bahan powder standar seperti talcum, zinc stearat, dan
magnesium karbonat. Kandungan pigmen biasanya 5-20%. Digunakan
setelah menggunakan bedak dengan cara dibaurkan pada tulang pipi yang
menonjol dengan menggunakan kuas blush on.
2. Anhydrous Cream Rouges, Dalam preparat ini , zat- zat pewarna
didispersikan atau dilarutkan dalam base fat-oit-wax. Dibandingkan
dengan powder , Anhydrous Cream Rouges dapat membentuk lapisan
yang tipis di kulit sehigga terkesan alami. Cream ini bersifat menolak air,
sehingga resiko lunturnya blush on karena berpirasi terhindar.
16

3. Menurut Kusantati, dkk (2008 126-127) menyatakan bahwa krim rouge


dapat membentuk lapisan tipis yang rata di permukaan kulit sehingga
tampak lebih alami. Krim rouge bersifat menolak air sehingga dapat
terhindar dari resiko luntur bila terkena air. Blush on berbentuk cair dan
cream digunakan setelah penggunaan alas bedak (foundation) yang
masih belum kering di kulit pipi dan sebelum bedak dengan cara
dioleskan pada tulang pipi yang menonjol menggunakan spongse. Rouge
cair atau krim emulsi sangat baik digunakan untuk memperoleh hasil
yang sangat cantik dan alami.

4. Compact

Merupakan blush on yang paling umum dikenal. Serbuk warna blush on

yang dipadatkan ini akan menghasilkan warna yang sangat nyata. Jenis

ini dapat dipakai untuk semua jenis kulit, terutama untuk yang memiliki

kulit berminyak karena akan mengurangi minyak yang ada selama

dipakai .

Dengan demikian, dari berbagai macam bentuk blush on tersebut maka

peneliti akan membuat 3 produk yaitu bentuk compact, cream, dan powder.

Ketiga bentuk tersebut akan dibuat menggunkan pewarna alami, pengaplikasian

blush on bisa menggunakan kuas blush on atau spon sesuai dengan bentuk blush

on tersebut. Pengaplikasian blush on juga harus melihat aspek- aspek tertentu,

seperti warna kulit, kesempatan make-up dan warna lipstik. Akan tetapi

penggunaan warna pada blush on bisa menggunakan warna sesui yang

diinginkan pemakai, karena selera orang tentang warna blush on berbeda- beda.

2.3.4. Syarat menggunakan Blush on

Pemilihan warna blush on sebaiknya disesuaikan dengan warna lipstick

dan nail polish (cat kuku), sehingga penampilan keseluruhan akan lebih

harmonis. Mencoba berbagai pilihan warna blush on sebenarnya bebas dan tidak
17

ada larangan. Tetapi memilih warna blush on yang sesuai dengan warna kulit

justru akan membuat riasan atau makeup terlihat makin natural. Blush on

tersedia dalam berbagai pilihan warna, yaitu merah, jingga, pink dan juga

kecoklatan.(Kusantati, dkk ,2008:127)

Blush on merupakan golongan dari kosmetik dekoratif. Dalam kosmetik

dekoratif, peran zat warna sangat besar. Sejak zaman dahulu, wanita cenderung

mewarnai pipinya, rambutnya, kukunya, alisnya, dan bulu matanya. Menurut

Retno dan Fatma (2007:91-92) Zat warna yang dipakai untuk pencampuran

kosmetik ada dua kelompok :

1. Zat Warna Alam yang Larut


Zat warna alam sekarang ini sudah jarang dipakai dalam kosmetik.
Sebelumnya dampak zat warna alam ini pada kulit lebih baik dari pada zat
warna sintetis, tetapi kekurangan zat ini kekuatan pewarnanya relatif
lemah, tak tahan cahaya, dan relatif mahal. Karena pembuatannya dari
bahan alam. Misalnya alkalain- zat warna merah yang diekstrak dari kulit
akar alkana, carmine- zat warna merah yang diperoleh dari tubuh serangga
coccus cacti yang dikeringkan, klorofil daun- daun hijau, dan masih
banyak lagi.
2. Zat Warna Sintetis yang Larut
Zat warna sintetis pertama kali disintetis dari anilin, sekarang benzene,
toluene, anthracene, dan hasil isolasi dari coal-tar yang lain sehingga
disebut dengan zat warna aniline. Sifat- sifat zat warna sintetis yang perlu
diperhatikan antara lain Tone dan intensitas harus kuat sehingga jumlah
sedikitpun sudah memberi warna, harus bisa larut dalam air,sifat yang
berhubungan dengan PH, kelekatan pada kulit atau rambut, toksisitas.

Berdasarkan penggolongan warna diatas penggunaan zat warna bisa

menggunakan zat warna alami dan zat warna sintetis. Untuk penelitian ini akan

menggunakan zat warna alam yang larut. Zat warna alam yang akan dibuat dari

bahan buah- buahan berupa buah naga yang berwarna merah.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan didalam menentukan warna

yang akan dipakai dalam pengaplikasian blush on salah satunya memilih warna
18

blush on berdasarkan warna kulit. Blush on memiliki beragam warna akan tetapi

tidak semua warna blush on cocok untuk warna kulit. Jika warna kulit wajah

cenderung putih atau kuning, pilih blush on yang bernuansa merah muda, untuk

kulit wajah berwarna sawo matang atau gelap, pilih blush on berwarna gradasi

merah jingga atau merah bata buat pemakaian sehari-hari. Bila menginginkan

warna kelihatan alami, pilih warna satu tingkat lebih cerah dari warna kulit atau

dua tingkat lebih gelap dibanding warna kulit. tapi untuk acara pesta, tidak ada

salahnya mengaplikasikan perona lebih tebal akan tetapi pemakaiannya harus

terkesan alami.

Rauge/ blush on diciptakan dengan warna- warna yang menarik, pada

dasarnya warna yang dipakai pada produk kosmetik blush on menggunakan

pewarna dari bahan kimia. Hanya saja sekali juga memberikan pengaruh negatif

pada kulit muka, terutama pipi, yaitu diawali dengan gatal- gatal lalu memerah

dan bahkan kulit mengelupas (Rostamailis, 2005:76). Oleh karena itu dampak

pemakaian zat warna alam pada kulit lebih baih dari pada zat warna sintetis.

(Retno dan Fatma, 2007:91)

Berdasarkan bahaya yang ditimbulkan pewarna dari bahan kimia, penulis

ingin membuat pewarna kosmetik blush On menggunakan bahan alami dari

buah- buahan. Buah naga yang memiliki warna merah adalah jenis buah naga

super merah yang memiliki pigmen warna merah pada daging dan juga kulitnya,

sehingga warna merah pada daging digunakan untuk pewarna alami pada blush

on.
19

2.4. Buah Naga

2.4.1. Pengertian Buah Naga

Dalam beberapa tahun, masyarakat terutama pemerhati dan penggemar

buah di Indonesia ramai memperbincangkan buah naga. Buah yang rasanya

menyegarkan tubuh, campuran antara manis, masam, dan sangat berair. Buah

naga bisa disajikan dalam bentuk jus, sari buah, manisan, selai, dan beragam

bentuk lainnya (Andoko dan Nurrasyid, 2012:2).

Daerah asal kaktus hutan yang buahnya berwarna merah dan bersisik ini

adalah Meksiko, Amerika Tengah, dan Amerika Utara. Didaerah asalnya

tersebut buah naga atau dragon fruit ini dinamai pitahaya atau pitaya roja. Buah

naga sering juga disebut dengan berbagai nama yaitu pir strawberry, buah

kaktus, kaktus orchid, kaktus manis dan kaktus madu.pembentukan buah naga

terjadi ditandai dengan perubahan warna menjadi kehijaua- hijauan bagian

bawah bunga yang diserbuki (Ramadhani, 2013:42). Sebenarnya buah naga

masuk kedaratan Asia, yaitu Vietnam oleh orang Prancis sekitar tahun 1870

yang dibawa dari Guyana, Amerika Selatan. Di Indonesia tanaman ini banyak

ditanam di daerah Pasuruan, Jember, Mojokerto dan Jombang. (ramadhani,

2013:49-50)

Berdasarkan pengertian diatasa, buah naga memiliki nama yang

bermacam- macam sesuai daerah asalnya. Begitupun manfaat dan kandungan

buah naga bermacam- macam untuk tubuh.

2.4.2 Manfaat dan kandungan buah naga

Menurut Al Leong dari Johncola Pitaay Food R&D, organisasi yang


mengandung banyak vitamin dan mineral yang sangat membantu untuk
20

meningkatkan daya tahan dan bermanfaat bagi metabolisme tubuh


manusia. Buah naga mempunyai khasiat yang bermanfaat bagi kesehatan
manusia diantaranya sebagai penyeimbang kadar gula darah, pelindung
kesehatan mulut, mencegah kanker usus, mengurangi kolestrol, pencegah
pendarahan dan mengobati keluhan keputihan (Ramadhani, 2013:51).

Selain manfaat tersebut, buah naga memiliki beberapa manfaat untuk

kecantikan diantaranya menghaluskan dan melembutkan kulit, mencegah

penuaan dini, mencegah dan mengobati jerawat, Mengatasi Kulit Terbakar

Matahari, Melindungi Kulit dari Sinar UV. Dalam bidang kecantikan, daging

buah naga bermanfaat untuk perawatan kulit, menghilangkan jerawat dan bekas

jerawat serta mencegah penuaan dini (Nadeau, 2013:2). Buah naga merupakan

buah yang mengandung anti oksidan yang tinggi. Di dalamnya terkandung

berbagai zat yang baik bagi tubuh seperti : kalsium, betakaroten, gula sederhana,

vitamin, B1, B2, B3 , vitamin C , fosfor dan lycopine. Zat-zat tersebut sangat

dibutuhkan oleh tubuh (Nadeau, 2013:1).

Tabel 2.1 Kandungan nutrisi buah naga per 100 gram daging buah
Komposisi Hylocerous Hylocerous Selenicereus
undatus polyrhizus megalanthus
Air (g) 89,4 82,5-83 85,4
Protein (g) 0,5 0,159-0,229 0,4
Lemak (g) 0,1 0,21-0,61 0,1
Serat (g) 0,3 0,7-0,9 0,5
Abu (g) 0,5 0,28 0,4
Kalsium (mg) 6 6,3-8,8 10
Fosfor (mg) 19 30,2-36,1 16
Besi (mg) 0,4 O,55-0,65 0,3
Karotine (mg) - 0,005-0,012 -
Tiamina (mg) - 0,028-0,043 -
Riboflavin (mg) - 0,043-0,045 -
Niasin (mg) 0,2 1,297-1,3 0,2
Ascobic acid (mg) 25 8-9 4
Derajat kemanisan 11-19 - -
(briks)
PH 4,7-5,1 - -
Sumber dari (Andoko dan Nurrasyid, 2012:3-4)
21

Secara keseluruhan, buah naga merah mengandung protein yang mampu

meningkatkan metabolisme tubuh dan menjaga kesehatan jantung. Seratnya

berguna untuk mencegah kanker usus dan kencing manis. Sementara itu karotin

yang terkandung didalam buah naga bermanfaat untuk kesehatan mata,

menguatkan fungsi otak, dan kekebalan tubuh ( Andoko dan Nurrasyid, 2012:3).

2.4.3. Jenis – jenis buah naga

Menurut Ramadhani (2013:45) ada 4 jenis buah naga diantaranya :

1. Hylocereus undatus, memiliki ciri buah berwarna merah dengan daging

buah putih. Mempunyai batang yang berwarna hijau putih, bahu yang

tinggi dan permukaan batang lenih kasar dibandingkan dengan varietas

merah. Harganya lebih rendah dan rasanya kurang manis dan sedap jika

dibandingkan dengan buah naga isi merah.

Gambar 2.1 Buah Naga putih


Sumber http://www.kebonkembang.com/
2. Hylocereus polyrhizus, memiliki ciri buah berwarna merah muda dengan

daging buah merah. Jenis yang ini paling banyak diminati dan ditanam

secara besar- besaran di Indonesia. Selain karena rasanya lebih manis dan

lebih berair, dari segi pembudidayaannya juga tidak terlalu sulit jika

dibandingkan dengan jenis yang lain.


22

Gambar 2.2 Buah Naga merah


Sumber http://www.kebonkembang.com/
3. Selenicereus megalanthus, memiliki cir kulit buah kuning dan daging

buah putih. Buah dan isinya pada umumnya berukuran lebih kecil

sehingga kurang bagus untuk dijadikan komoditi perdagangan.

Gambar 2.3 Buah Naga kuning


Sumber http://www.kebonkembang.com/
4. Hylocereus costaricensis, buah naga dengan warna daging super merah.

Sepintas, buah naga jenis ini mirip dengan buah naga berdaging merah.

Namun, warna daging buahnya lebih merah sehingga sering disebut buah

naga super merah atau super red. Ukuran buah naga ini relatif lebih kecil

jika dibandingkan dengan buah naga merah. Batangnya lebih besar

daripada jenis buah naga yang lain, dan akan bewarna loreng ketika

tua.(Andoko, nurrasyid,2012:18)
23

Gambar 2.4 Buah Naga super red


Sumber http://www.kebonkembang.com/

Dari berbagai jenis di atas hanya ada dua varietas yang banyak di

budidayakan di indonesia yaitu varietas merah dan putih. Tanaman buah naga

super red merupakan tanaman merambat yang kuat dengan batang seperti

berlilin putih.memiliki bunga sangat panjang (25- 30 cm), bagian kelopak bunga

luar berwarna kemerah- merahan terutama dibagian ujung. Daging buah

kemerah- keunguan dengn banyak biji hitam kecil, tekstur daging buah baik, dan

rasa yang enak (Ramadhani,2013:45). Untuk pemakaian buah naga sebagai

warna alami didalam pembuatan blush on menggunakan buah naga jenis

Hylocereus costaricensis. Hylocereus costaricensis memiliki daging yang sangat

merah sehingga diharapkan bisa mendukung warna blush on yang cenderung

merah atau pink. Selain warna yang dimiliki buah naga, kandungan yang

dimiliki buah naga harus diperhatikan untuk mengetahui manfaat apa yang dapat

diperoleh selain mengambil pigmen warna yang dimiliki buah naga tersebut.

Secara keseluruhan, setiap buah naga merah mengandung protein yang

mampu meningkatkan metabolisme tubuh dan menjaga kesehatan jantung

(Ramadhani,2013:52). Manfaat lain dari kandungan buah naga dapat

dipergunakan sebagai pewarna alami seperti penelitian dari Lidya (2014:25)


24

dalam jurnal penelitian yang berjudul ekstrasi pigmen antosinin dari kulit buah

naga mengatakan “Bahwa Ekstrasi pigmen antosianin dari kulit buah naga dapat

dijadikan sebagai alternatif pengganti pewarna sintetis”. Buah naga digunakan

untuk pewarna makanan selain itu juga dapat digunakan sebagai pewarna kain

seperti hasil penelitian dari Yulianti dalam abstrak penelitiannya berjudul

Ekstraksi dan Uji Kestabilan Pigmen Betasianin dalam Kulit Buah Naga

mengatakan “Ekstrak kulit buah naga yang diperoleh stabil terhadap pemanasan

dan paparan sinar matahari serta dapat diaplikasikan terhadap kain. Pigmen

betasianin menimbulkan warna yang dapat menempel pada kain dengan baik”.

Berdasarkan hal tersebut dalam penelitian ini akan dicoba menggunakan

buah naga sebagai pewarna alami untuk blush on. Akan tetapi pada beberapa

penelitian, penelitian menggunakan kulit buah naga untuk di ekstrak menjadi

pewarna alaminya. Untuk itu penulis mencoba hal baru yaitu mengekstrak

menggunakan daging dari buah naga bukan dari kulit buah naga untuk

mendapatkan warna alami sebagai pewarna dalam pembuatan blush on.

2.5. Perencanaan Pembuatan Buah naga sebagai Pewarna Alami Blush On

Menurut Eddy Tano (2005:57-58) dalam buku yang berjudul Teknik

Membuat Kosmetik dan Tip Kecantikan, formula dalam pembuatan blush on/

blush on bentuk blusher atau powder dan cream meliputi:

 Talcum ....................................... 38 grm


 Kaolin ...................................... 20 grm
 Parafin liquid ..................................... 1 cc
 Seng Oksida ..................................... 20 grm
 Seng Setearat .................................... 4 grm
25

Keterangan bahan- bahan formula blush on :

1. Talcum

Secara kimiawi, talk adalah magnesium silikat (3MgO. 4SiO2.H2O). ini

merupakan bahan dasar dari segala macam formulasi kosmetik seperti

bedak, blush on dan eye shadow, sifat yang sangat luar biasa adalah mudah

menyebar dan kekuatan menutupi yang rendah. ( selfia: 2013)

2. Kaolin

Kaolin merupakan masa batuan yang tersusun dari material lempung

dengan kandungan besi yang rendah, dan umumnya berwarna putih atau

agak keputihan. Warna dari kaolin yang digunakan harus secerah mungkin.

Bahan dasar harus dimurnikan secara baik untuk memindahkan

keseluruhan bahan tidak murni dan partikel kasar. Tidak semua aluminium

silikat dapat diklasifikasikan sebagai kaolin, namun 3 kelompok di bawah

ini secara khusus memiliki formula yang sama ( Al2O3. 2SiO2.2H2O) dan

dapat disebut kaolin : nacrite, dickite, dan kaolinite. Kaolin merupakan

bahan kimia yang berguna untuk melekatkan kosmetik pada wajah, karena

kaolin higroskopis penggunaannya pada kosmetik umumnya tidak

melebihi 25%. (amantadin: 2012)

3. Parafin liquid

Di industri kosmetik digunakan pada produk hair care, skin care, nail care,

lotion, cream, massage. Parafin liquid mempunyai fungsi sebagai

pelembab, pelicin dan membantu pembentukan cream (thristar: 2007).


26

4. Seng oksida

Terdapat 2 bahan pengopak yang biasa digunakan dalam formulasi bedak

wajah : zink oksida dan titanium dioksida. Terlalu banyak digunakan bahan ini

dapat menghasilkan efek seperti topeng yang mana tidak diinginkan ; terlalu

sedikit membuat bedak tidak dapat menempel pada tubuh.

Diketahui bahwa zink oksida memiliki beberapa sifat terapeutik dan

membantu menghilangkan kecacatan pada kulit. Namun, penggunaan yang

berlebihan dapat menyebabkan kulit kering (Pharmacy: 2010).

5. Seng setearat

Zink dan magnesium stearat sejauh ini merupakan bahan yang paling

sering digunakan dari logam stearat. Untuk bedak wajah, stearat harus memiliki

kualitas yang tinggi untuk mencegah timbulnya keasaman, bau yang tidak

diinginkan. Sifat yang paling penting dari zink dan magnesium stearat adalah

sifat adhesif dan anti air. Zink stearat, yang paling sering digunakan juga

memiliki efek menenangkan. Penggunaan yang berlebihan, stearat dapat

menyebabkan noda dan efek jerawat pada kulit. Dalam jumlah yang cukup (4-

15%) zink stearat memberikan sifat adheren pada bedak wajah (Pharmacy:

2010).

Dari formula diatas peneliti akan membuat blush on dari pewarna alami

buah naga melalui beberapa tahapan, yaitu :

5.5.1. Proses Pemilihan Buah Naga

Bagi sebagian orang buah naga mungkin sudah tidak asing di telinga.

Bentuknya yang unik membuat buah ini mudah diingat. Ada beberapa jenis buah
27

naga buah naga berdaging putih (Hylocerous undatus), buah naga berdaging

merah (Hylocerous polyrhizus), buah naga berdaging super merah (Hylocerous

costaricensis), buah naga kuning ( selenicereus megalanthus) (Andoko dan

Nurrasyid, 2012 :16-19).

Pemilihan untuk pembuatan blush on menggunakan buah naga berdaging

super merah (Hylocerous costaricensis), karena daging nya yang sangat merah

diharapkan lebih efesien digunakan untuk zat warna blush on.

5.5.2. Proses Ekstrak Buah Naga

Ekstrak adalah sediaan kering,kental atau cair dibuat dengan menyari

simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, diluar pengaruh cahaya

matahari langsung. Ekstrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk

(FARMAKOPE Departemen Kesehatan Republik Indonesia edisi ketiga

1979:9). Ekstrak dapat dilakukan menggunakan cairan pelarut etanol ataupun

air. Ekstrak buah naga ini menggunakan etanol, metode tictura yaitu suling atau

uapkan pada tekanan rendah suhu tidak lebih dari 50 derajat.

Bahan- bahan yang sudah disiapkan yaitu daging buah naga dan etanol

dicampur atau diletakkan didalam sebuah toples, etanol harus bisa merendam

semua daging buah naga. Bahan yang berada didalam toples direndam selama 24

jam, setelah itu pemisahan biji menggunakan saringan kaca halus dari bahan

plastik atau kawat kemudian ditekan- tekan sampai bijinya terkumpul

disaringan. Kemudian bahan diblender untuk mendapatkan tekstur lebih halus,

setelah itu hasil nya disaring menggunakan penyaring kain yang tidak begitu

rapat, penyaringan dilakukan 3 kali menggunakan penyaring kain. Penyaringan


28

ke 4 menggunakan penyaring kertas yang lebih rapat guna mendapatkan tingkat

kejernihannya.

Gambar 2.5 proses ekstraksi


Sumber dokumentasi peneliti, 2015

Tahap selanjutnya menguapkan alkohol dengan cara merebus bahan dalam

air dengan suhu 50 derajat. Bahan diletakkan pada gelas ukur, kemudian direbus

dengan air dan diaduk menggunakan pengaduk sampai alkohol menguap.

Setelah alkohol menguap semua, maka ekstrak di dinginkan dan diletakkan pada

tempat tertutup, setelah itu didiamkan dan di simpan kedalam kulkas untuk

mengawetkan bahan.

Gambar 2.5 proses ekstraksi


Sumber dokumentasi peneliti, 2015
29

5.5.2.1. Proses Pembutan Blush On dalam bentuk cream, compact, dan powder.

Proses pembuatan produk diawali dengan cara ekstrasi buah dahulu untuk

mendapatkan warna dari buah naga. Setelah proses ekstrasi dilaksanakan maka

bisa dilakukan pembuatan Blush on berbentuk cream, compact, dan powder

sebagai berikut :

1. Persiapan Alat

Tabel 2.2 Alat- alat pembuatan blush on untuk 3 produk ( cream, compact,
dan powder)
NO Nama Alat Jumlah
1 Pisau 1
2 Penyaring 1
3 Blender 1
4 Cawan 4
5 Piring 4
6 Timbangan 1
7 Sendok 6
8 Tempat blush on 9
9 Gelas 2
10 Gelas ukur 2
11 Pipet 1
12 Kompor 1
13 Panci 1
Sumber : dokumentasi peneliti, 2015

2. Persiapan Bahan
Tabel 2.3 Bahan pembuatan blush on untuk 3 produk ( cream, compact,
dan powder)
NO. Nama bahan/ lenan jumlah
1 Buah naga 2 kg
2 Alkohol 500 ml
3 Tisue Secukupnya
4 Talk 68 gr
5 Kaolin 45 gr
6 Parafin liquid 5 cc
7 Seng oksida 38 gr
Sumber : dokumentasi peneliti, 2015

3. Proses pembuatan Blush on berbentuk cream compact, dan powder


30

Tabel 2.4 proses pembuatan blush on cream, compact, dan powder


Bentuk cream compact powder

Bahan  ekstrak buah naga  ekstrak buah naga  ekstrak buah naga

200 ml 150 ml 150 ml

 talk 23 gr,  talk 20 gr,  talk 25 gr,

 kaolin 15 gr,  kaolin 18 gr,  kaolin 12 gr,

 parafin liquid 3 cc,  parafin liquid 1 cc,  parafin liquid 1 cc,

 seng oksida 10 gr.  seng oksida 15 gr.  seng oksida 13 gr.

Proses
proses pencampuran proses pencampuran proses pencampuran
Pencampuran bahan bahan bahan

Proses
Proses Pengeringan Proses Pengeringan
-
Pengeringan bahan bahan

Proses
Proses Pengayakan
- -
Pengayakan bahan

Proses
Pengemasan Pengemasan Pengemasan
Pengemasan

Sumber : dokumentasi peneliti, 2015


31

2.5. Kerangka Fikir

Buah naga memiliki beberapa jenis yaitu buah naga putih, buah naga

merah, buah naga kuning, dan buah naga super red. Akan tetapi pada pembuatan

produk blush on ini menggunakan buah naga super red. Buah naga super red

memiliki warna merah pada daging dan juga kulitnya. Warna merah yang

cenderung keunguan memberi rasa ketertarikan peneliti untuk menggunakan

daging dari buah naga sebagai pewarna alami. Seperti dalam jurnal penelitian

yang berjudul ekstrasi pigmen antosinin dari kulit buah naga mengatakan

“Bahwa Ekstrasi pigmen antosianin dari kulit buah naga dapat dijadikan sebagai

alternatif pengganti pewarna sintetis”. Buah naga digunakan untuk pewarna

makanan selain itu juga dapat digunakan sebagai pewarna kain seperti hasil

penelitian dari Yulianti dalam abstrak penelitiannya berjudul Ekstraksi dan Uji

Kestabilan Pigmen Betasianin dalam Kulit Buah Naga mengatakan “Ekstrak

kulit buah naga yang diperoleh stabil terhadap pemanasan dan paparan sinar

matahari serta dapat diaplikasikan terhadap kain. Pigmen betasianin

menimbulkan warna yang dapat menempel pada kain dengan baik”.

Zat Warna adalah zat atau campuran zat yang dapat digunakan pada

sediaan kosmetik untuk mewarnai sediaan. Zat warna ini dapat pula digunakan

sebagai bahan aktif dengan tujuan untuk melapisi luar tubuh manusia dengan

atau tanpa bantuan zat lain. Zat pewarna alam adalah zat warna yang diperoleh

dari alam seperti binatang, mineral – mineral dan tumbuhan baik secara

langsung maupun tidak langsung.


32

Produk blush on dipasaran cenderung menggunakan pewarna sintetik dari

pada pewarna alam sehingga dapat menimbulkan resiko efek samping yang lebih

besar dan merugikan bagi konsumen. Berdasarkan hasil investigasi dan

pengujian laboratorium oleh Badan POM RI pada tahun 2007 terhadap kosmetik

yang beredar ditemukan 27 merek kosmetik yang mengandung bahan berbahaya

dan dilarang digunakan dalam kosmetik sebagai zat warna seperti rhodamin B (

merah K.10) dan merah K.3.

Berdasarkan hal tersebut dalam penelitian ini akan dicoba menggunakan

buah naga sebagai pewarna alami untuk blush on. Blush on dibuat dalam 3

bentuk yaitu, cream, compact dan powder dengan pewarna alami dari ekstrak

buah naga. Bahan campuran untuk membuat blush on berupa Talk, kaolin,

parafin liquid, seng oksida, untuk mengetahui kualitas dan daya terima terhadap

blush on yang dihasilkan maka akan dilakukan penilaian subyektif dan obyektif.

Penilaian subyektif terdiri dari uji inderawi dan uji kesukaan. Sedangkan

penilaian obyektif yang dilakukan yaitu uji laboratorium meliputi kandungan

antosionin kandungan vitamin pada blush on.


BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian merupakan syarat mutlak dalam suatu penelitian.

Penggunaan metode penelitian dalam suatu penelitian harus tepat dan mengarah

pada suatu penelitian, serta dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Dalam

penelitian ini digunakan metode eksperimen untuk memperoleh data yang sesuai.

Metode eksperimen adalah metode yang memberikan dan menggunakan suatu

gejala yang disebut percobaan, dalam penelitian ini akan terlihat hubungan sebab

akibat sebagai pengaruh dari suatu penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui: bagaimana cara pembuatan dan kelayaan Blush On dalam bentuk

cream, compact dan powder. Dalam penelitian ini menggunakan metode

eksperimen.

3.1. Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif karena dalam

pelaksanaannya mencari data sebanyak-banyaknya. Pendekatan menggunakan

pendekatan kuantitatif, Menurut Sugiyono (2013:14) “Metode penelitian

kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada

filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,

teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random”. Pada

metode penelitian akan dibahas mengenai jenis penelitian, desain eksperimen dan

pelaksanaan eksperimen dengan pengkondisian yang sama.

33
34

3.1.1. Jenis Penelitian

Penelitain ini menggunakan pendekatan studi eksperimen, karena data yang

diperoleh menggunakan percobaan. Menurut Sugiyono (2013:107) mengatakan

bahwa metode penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan

untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang

terkendalikan. Dalam penelitian eksperimen yang dilakukan adalah ekstrak daging

buah naga merah sebagai pewarna alami Blush On.

3.1.2. Desain eksperimen

Desain eksperimen bertujuan untuk memperoleh tatau mengumpulkan

informasi sebanyak- banyaknya yang diperlukan dan berguna dalam melakukan

penelitian persoalan yang akan di bahas (Sudjana,1995:02). Penelitian ini

menggunakan desain eksperimen Quasi Eksperimental Design, karena pada

kenyatannya sulit mendapatkan kelompok kontrol yang digunakan untuk

penelitian. Ada dua bentuk Desain Quasi Eksperimen yaitu Time Series Design

dan Nonequivalent Control Grop Design (Sugiyono,2013:114). Dalam penelitian

ini menggunakan Time Series Design karena desain penelitian ini hanya

menggunakan satu kelompok saja, sehingga tidak memerlukan kelompok kontrol

(Sugiyono,2013:115).

Eksperimen dalam penelitian ini dilakukan sebanyak 1 kali perlakuan yang

dalam eksperimen ini peneliti melakukan penelitian terhadap blush on dalam

bentuk cream, compact, powder yang akan diaplikasikan ke mahasiswa prodi

pendidikan kecantikan FT UNNES yang memiliki warna kulit wajah putih,

kuning langsat, dan coklat.


35

O1 O2 O3 X O4 O5 O6

Hasil Produk yang baik adalah O1 = O2 = O3 dan hasil perlakuan yang baik

adalah O4 = O5 = O6 . Besarnya pengaruh perlakuan adalah = (O1 + O2 + O3) – ( O4

+ O5 + O6). (Sugiyono,2013:115)

Pola ini kemudian dikembangkan menjadi langkah-langkah penelitian

seperti dibawah ini:


36

Obyek

Pembuatan produk eksperimen

H1 H2 H3
Blush on bentuk cream Blush on bentuk compact Blush on bentuk powder
Komposisi bahan : ekstrak 200 Komposisi bahan : ekstrak 150 Komposisi bahan : ekstrak
ml, Talk 23 gr, kaolin 15 gr, ml, Talk 20 gr, kaolin 18 gr, 150 ml, Talk 25 gr, kaolin
parafin liquid 3 cc, seng parafin liquid 1 cc, seng oksida 12 gr, parafin liquid 1 cc,
oksida 10 gr. 15 gr. seng oksida 13 gr

Revisi produk awal


kepada ahli

Uji coba pada Subyek

Penilaian

Penilaian Subjektif: Penilaian Objektif:


1. Uji Inderawi 3. Uji Kandungan Zat Warna pada
2. Uji Organoleptik/ kesukaan blush on (Uji Laboratorium)

Hasil Eksperimen

Pengumpulan data

Analisis

Kesimpulan

Gambar3.1 Skema Alur Desain Penelitian


37

3.2. Prosedur Pelaksanaan Eksperimen

Prosedur pelaksanaan eksperimen merupakan langkah-langkah yang telah

ditentukan dalam melaksanakan percobaan pembuatan blush on dari buah naga.

Adapun prosedur pelaksanaan eksperimen meliputi waktu dan tempat eksperimen

serta tahap-tahap pelaksanaan eksperimen.

3.2.1 Tempat dan waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Ruang Laboraturium Kecantikan Gedung

E10 lantai 2, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang. Waktu penelitian

yaitu bulan juli pada tahun 2015 dengan subjek uji coba mahasiswi Universitas

Negeri Semarang.

3.2.2. Alat Dan Bahan Eksperimen pembuatan blush on dari buah naga untuk 3

produk ( cream, compact, dan powder)

NO Nama Alat Jumlah


1 Pisau 1
2 Penyaring 1
3 Blender 1
4 Cawan 4
5 Piring 4
6 Timbangan 1
7 Sendok 6
8 Tempat blush on 9
9 Gelas 2
10 Gelas ukur 2
11 Pipet 1
12 Kompor 1
13 Panci 1

NO. Nama bahan Jumlah


38

1 Buah naga 2 kg
2 Alkohol 500 ml
3 Tisue Secukupnya
4 Talk 68 gr
5 Kaolin 45 gr
6 Parafin liquid 5 cc
7 Seng oksida 38 gr
Sumber, Dokumentasi Peneliti 2015

3.2.3. Tahap-Tahap Pelaksanaan Eksperimen

Tahapan dalam pembuatan blush on dari buah naga dengan pewarna alami

dari daging buah naga yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap

penyelesaian.

1. Tahap persiapan

Tahap persiapan harus yang diperhatikan dengan teliti dalam pembuatan blush

on dari buah naga, antara lain:

a. Tahap penyediaan alat


Peralatan yang digunakan pembuatan blush on dari buah naga dalam
keadaan yang baik, tidak rusak dan bersih.
b. Tahap penyediaan bahan

Bahan – bahan yang digunakan pembuatan blush on dari buah naga harus

dalam keadaan yang baik, tidak cacat, dan tidak kadaluwarsa.

c. Tahap penimbangan bahan

Bahan – bahan harus ditimbang sesuai ketentuan formula agar hasil akhir

dari pembuatan blush on dari buah naga baik dan optimal.

2. Tahap Eksperimen
39

a. Persiapan Alat

b. Persiapan Bahan

c. Proses Ekstraksi

NO. Nama Pelaksanaan


Pemilihan bahan utama (buah naga), buah naga dipisahkan antara kulit
dan daging buah naga, kemudian daging buah naga di potong bentuk
dadu.

Melakukan ekstraksi daging buah naga untuk pembuatan blush on


cream, compact, dan powder

Perendaman bahan pemisahan biji

Penguapan alkohol
dengan cara merebus
ekstrak daging buah naga
menggunakan air aquades
500 ml dengan api stabil
3 600C – 700C.

Hasil ekstraksi daging


buah naga

d. Pembuatan blush on cream

NO. Nama Pelaksanaan


Menyiapkan bahan meliputi: 200 ml ekstrak buah naga, talk 23 gr,
1
kaolin 15 gr, parafin liquid 3 cc, seng oksida 10 gr.
40

Bahan- bahan dicampur menggunakan sendok sampai bahan benar-


benar tercampur rata.

Setelah bahan tercampur rata, hasil campuran bahan diletakkan pada


tempat yang sudah disediakan.

e. Pembuatan blush on compact

NO. Nama Pelaksanaan


Menyiapkan bahan meliputi: 150 ml ekstrak buah naga, talk 20 gr,
1 kaolin 18 gr, parafin liquid 1 cc, seng oksida 15 gr

Bahan- bahan dicampur kemudian diaduk menggunakan sendok sampai


bahan benar- benar tercampur rata.

Bahan yang sudah tercampur rata di letakkan pada wadah yang sudah
disediakan

3
41

Bahan yang sudah diletakkan pada wadah di keringkan menggunakan


sinar matahari dan ditutup menggunakan mika untuk melindungi bahan
dari debu dan bakteri yang bisa tercampur pada bahan blush on selama 2
hari sampai bahan benar- benar kering.

Bahan yang sudah kering dikemas pada tempat yang sudah disediakan.

f. Pembuatan blush on powder

NO. Nama Pelaksanaan


Menyiapkan bahan meliputi: 150 ml ekstrak buah naga, talk 25 gr,
1 kaolin 12 gr, parafin liquid 1 cc, seng oksida 13 gr

Bahan- bahan dicampur kemudian diaduk menggunakan sendok sampai


bahan benar- benar tercampur rata.

2
42

Bahan yang sudah tercampur rata dikeringkan menggunakan sinar


matahari langsung dan ditutup menggunakan mika untuk melindungi
bahan dari debu dan bakteri yang bisa tercampur pada bahan blush on
selama 2 hari sampai bahan benar- benar kering.

Bahan yang sudah kering dihancurkan dan diayak menggunakan ayakan


100 mess untuk mendapatkan bahan yang halus.

Bahan yang sudah diayak, diletakkan pada wadah yang sudah


disediakan.

3.3. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal

tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013:60). Dalam penelitian

ini terdapat dua variabel yaitu :

3.3.1. Variabel bebas

Variabel bebas adalah variabel yang dapat mempengaruhi atau menjadi

sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2013:61).


43

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah komposisi penggunaan ekstrak buah

naga pada pembuatan blus on bentuk cream, compact dan powder .

3.3.2. Variabel terikat

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat,

karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2013:61). Variabel terikat dalam

penelitian ini adalah hasil pengaplikasian warna Blush On yang berbentuk cream,

powder dan compact.

3.4. Metode Penentuan Obyek Penelitian

3.4.1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Ruang Laboraturium Kecantikan Gedung E10

lantai 2 Kampus Universitas Negeri Semarang, Sekaran Gunung Pati Semarang.

3.4.2. Obyek Penelitian

Obyek dalam penelitian ini adalah daging buah naga yang di ekstrak

menjadi pewarna alami pembuatan blus on bentuk cream, compact dan powder.

3.4.3. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang mempunya warna kulit

putih, sawo matang, dan coklat. Memperhatikan kelancaran dan agar terhindar

dari kekeliruan, maka peneliti mengambil subyek dalam penelitian sebanyak 18

mahasiswa prodi Pendidikan Tata Kecantikan FT UNNES yang memiliki warna

kulit putih 3 orang, warna sawo matang 3 orang, dan warna coklat 3 orang. Dan 9

mahasiswa sebagai operator atau perias.

3.5. Teknik Pengumpulan Data


44

Untuk memperoleh data yang sesuai dengan tujuan penelitian ini maka

digunakan metode eksperimen dengan teknik pengambilan data menggunakan

dokumentasi, observasi dan tes.

3.5.1. Metode Observasi

Observasi seringkali mengartikan observasi sebagai suatu aktivitas yang

sempit, yakni memperhatikan sesuatu dengan menggunakan mata (Suharsimi,

2006:156). Metode observasi dalam penelitian menggunakan metode Observasi

tidak terstruktur karena dalam pengamatan peneliti tidak menggunakan instrumen

yang telah baku ( Sugiyono, 2013:205). Metode observasi dalam penelitian ini

digunakan untuk mengamati cara pembuatan blush on dengan mengetahui tingkat

keberhasilan dalam pembuatan seperti tingkat kehalusan, kepadatan, kepekatan

warna, dan daya melekat produk.

3.5.2. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari

seseorang (Sugiyono, 2013:329). Dalam penelitian ini menggunakan metode

dokumentasi dengan cara mengambil foto atau gambar yaitu foto proses

pembuatan,foto bahan baku dan foto hasil jadi keselurah blush on dari buah naga.

3.5.3. Metode Kuesioner ( Angket)

Kuesioner menurut Sugiyono (2013:199) adalah teknik pengumpulan data

yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan

tertulis kepada responden untuk dijawab. Kuesioner merupakan teknik


45

pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variable yang akan

diukur dan tahu apa yang bias diharapkan dari responden.

Pada penelitian ini metode kuesioner (angket) digunakan dalam bentuk

check list. Menurut Suharsimi (2010:195) check list adalah sebuah daftar, dimana

responden tinggal membubuhkan tanda check (v) pada kolom yang sesuai. Dalam

checklist terdapat skala pengukuran yang digunakan sebagai patokan nilai. Skala

pengukuran menurut Sugiyono (2013:133) merupakan kesepakatan yang

digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang

digunakan dalam alat ukur sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam

pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif. Dalam penelitian ini skala

pengukuran yang digunakan adalah skala likert. Menurut Sugiyono (2013:135)

setiap item instrumen yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari

sangat positif sampai sangat negatif.

3.6. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah subyek dari mana data dapat

diperoleh (Suharsimi,2010:172). Sumber data yang digunakan adalah

dokumentasi dan responden karena teknik pengumpulan data yang peneliti

gunakan adalah kuesioner atau angket. Responden sendiri adalah orang yang

menjawab atau merespon pertanyaan-pertanyaan dari peneliti (Suharsimi, 2010:

172).
46

3.7. Instrumen

Instrumen adalah alat yang digunakan waktu penelitian (Sugiyono,

2013:305). Penelitian ini menggunakan kuisioner/angket. Kuisioner/angket yaitu

daftar pertanyaan tertulis yang diberikan kepada panelis yang bersedia

memberikan respon tentang blush on dari pewarna alami buah naga yang akan

diamati dan diaplikasi ke wajah. Angket digunakan untuk mengumpulkan data uji

kesukaan dan uji indrawi blush on.

3.7.1. Uji Indrawi

Penilaian blush on menggunakan uji indrawi dengan angket terdiri dari

panelis terlatih dan panelis tidak terlatih yang terdiri atas:

3.7.1.1.Panelis terlatih

a. Tekstur blush on

Penilaian tekstur blush on menggunakan 4 skala penilaian, yaitu skala

tertinggi dengan skor 4. Sangat lembut 3.lembut 2. Tidak lembut 1. Sangat tidak

lembut.

b. Kemudahan dalam pemakaian blush on pada pipi

Penilaian Kemudahan dalam pemakaian blush on pada pipi menggunakan 4

skala penilaian, yaitu skala tertinggi dengan skor 4. Sangat mudah 3.mudah 2.

Kurang mudah 1. Tidak mudah.

c. Warna pink pada saat di aplikasikan ke pipi

Penilaian Warna pink pada saat di aplikasikan ke pipi menggunakan 4, yaitu

skala tertinggi dengan skor 4. Sangat jelas 3. jelas 2. Kurang jelas 1. Tidak jelas.
47

d. Aroma blush on

Penilaian Aroma blush on menggunakan 4, yaitu skala tertinggi dengan skor

4. Sangat kuat/ khas 3. kuat/ khas 2. Kurang kuat/ khas 1. Sangat tidak kuat/ khas.

Tabel 3.1 Interval skor panelis terlatih

Kemudahan
Interval
Tekstur dalam Warna Aroma
skor
aplikasi

Sangat Tidak mudah Tidak jelas


Sangat tidak
0–1 tidak
kuat/ khas
lembut
Kurang mudah Kurang jelas Tidak kuat/
Tidak
1,01 – 2
lembut khas

2,01 – 3 Lembut Mudah jelas Kuat/ khas


Sangat mudah Sangat jelas Sangat kuat/
Sangat
3,01 – 4
lembut khas
Sumber, Dokumentasi Peneliti 2015

3.7.1.2. Panelis tidak terlatih

a. Tekstur blush on

Penilaian tekstur blush on menggunakan 4 skala penilaian, yaitu skala

tertinggi dengan skor 4. Sangat lembut 3.lembut 2. Tidak lembut 1. Sangat tidak

lembut.

b. Warna pink pada saat di aplikasikan ke pipi


48

Penilaian Warna pink pada saat di aplikasikan ke pipi menggunakan 4, yaitu

skala tertinggi dengan skor 4. Sangat jelas 3. jelas 2. Kurang jelas 1. Tidak jelas.

c. Reaksi terhadap kulit

Penilaian Aroma blush on menggunakan 4, yaitu skala tertinggi dengan skor

4. Tidak menimbulkan reaksi 3. Menimbulkan reaksi gatal 2. Menimbulkan reaksi

gatal dan kemerahan 1. Menimbulkan reaksi gatal, kemerahan, dan panas.

Tabel 3.2 Interval skor panelis tidak terlatih

Interval
Tekstur Warna Reaksi terhadap kulit
skor
Sangat Tidak jelas
Menimbulkan reaksi gatal,
0–1 tidak
kemerahan, dan panas.
lembut
Kurang jelas Menimbulkan reaksi gatal
Tidak
1,01 – 2
lembut dan kemerahan.
2,01 – 3 Lembut jelas Menimbulkan reaksi gatal
Sangat Sangat jelas
3,01 – 4 Tidak menimbulkan reaksi
lembut
Sumber, Dokumentasi Peneliti 2015

3.7.2. Uji Kesukaan

Uji organoleptik merupakan pengujian yang panelisnya cenderung

melakukan penilaian berdasarkan kesukaan (Bambang, Pudji dan Wahyu,

1988:4). Dalam pengujian ini panelis mengemukakan responnya yang berupa suka

atau tidak suka terhadap sifat produk hasil penelitian yang diuji yaitu blush on.
49

Kriteria penilaian dalam uji organoleptik atau uji kesukaan ini menggunakan

teknik skoring. Menurut Kartika, dkk (1988:58) rentangan skor dalam penilaian

adalah 4 sampai 1 sebagai berikut:

1. Sangat Suka :4

2. Suka :3

3. Kurang suka :2

4. Tidak suka :1

3.7.3. Uji Laboratorium

Pengujian ini dilakukan menggunakan alat-alat labolatorium yang

bertujuan untuk menilai kandungan warna pada blush on hasil eksperimen.

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium CHEMIX Jogja.

3.8. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau

kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai

validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang baik valid berarti memiliki

validitas rendah (Suharsimi,2010:211). Validitas pada penelitian ini menggunakan

contruct validity atau pengujian validitas kontrak. Untuk menguji validitas

kontrak, dapat digunakan pendapat dari ahli ( judgment experts). Dalam hal ini

setelah instrumen dikontruksi tentang aspek- aspek yang akan diukur dengan

berlandasankan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan para ahli.

( Sugiyono,2013: 177). Experts judgment pada penelitian ini adalah mahasiswa

pendidikan kecantikan angkatan 2011.

3.9. Teknik Analisis Data


50

Metode analisis data adalah cara menganalisis data yang telah diperoleh

dari hasil pengujian. Analisis data digunakan untuk menjabarkan data,

mendiskripsikan data yang diperoleh dari penelitian dengan metode statistik atau

non statistik untuk menjawab permasalahan pada penelitian. Adapun metode

analisis data yang akan digunakan yaitu :

1. Metode analisis data untuk mengetahui tingkat kesukaan blush on dari buah

naga.

Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui tingkat kesukaan

mahasiswa terhadap blush on dari buah naga menggunakan analisis deskriptif

presentase. Analisis deskriptif kualitatif persentase digunakan untuk mengetahui

kesukaan konsumen, artinya kuantitatif yang diperoleh dari panelis harus

dianalisis terlebih dahulu untuk dijadikan data kualitatif. Adapun mutu

organoleptik yang akan dianalisis yaitu blush on dari buah naga.

Rumus analisis deskriptif persentase adalah sebagai berikut :

Rumus mencari Deskriptif presentase :

n
%= x 100%
N

Keterangan :

n = nilai yang diperoleh

N = jumlah seluruh nilai (skor tertinggi x jumlah panelis) (Ali, 1993:186)


51

Cara menghitung nilai kesukaan pada blush on dari buah naga yang berbeda

dapat dijabarkan sebagai berikut :

Nilai tertinggi = 4 (sangat suka)


Nilai terendah = 1 (tidak suka)
Jumlah kriteria yang ditentukan = 4 kriteria
Jumlah panelis = 18 orang
1. Skor maksimum = Jumlah panelis x Nilai tertinggi = 18 x 4 = 72
2. Skor minimum = Jumlah panelis x Nilai terendah = 18 x 1 = 18

3. Persentase maksimum =

=
= 100 %
4. Persentase minimum =

= x 100%

= 25 %
5. Rentangan = Persentase Maksimum – Persentase Minimum
= 100 % - 25%
= 75 %
6. Interval persentase = Rentangan : Jumlah kriteria
= 75 % : 4
= 18,75%

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut maka dapat dibuat tabel interval

persentase dan kriteria sebagai berikut :

Tabel 3.4 Tabel Interval Persentase dan kriteria

Interval Kriteria
52

81.25 % - 100.0 % Sangat suka


62.5 % - 81.24 % Suka
43.75 % - 62.4 % Kurang suka
25 % - 43.74 % Tidak suka
Sumber, Data Peneliti 2015

2. Metode analisis data untuk mengetahui kualitas indrawi blush on dari buah

naga.

Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui kualitas indrawi

blush on dari buah naga menggunakan tipe pengujian skoring.

Tabel 3.5 Interval Rerata skor


Kriteria Rerata Skor
Aspek Uji
1,00 ≤ x < 1,75 1,75 ≤ x < 2,50 ≤ x < 3,25 ≤ x <
Indrawi
2,50 3,25 4,00
Tekstur Sangat tidak Sangat
Tidak lembut Lembut
lembut lembut
Kemudahan Tidak mudah Kurang mudah Mudah Sangat
dalam mudah
pemakaian
Warna Tidak jelas Kurang jelas Jelas Sangat jelas
Aroma Sangat tidak Tidak kuat/ Kuat/ khas Sangat kuat/
kuat/ khas khas khas
Reaksi Menimbulkan Menimbulkan Menimbulkan Tidak
terhadap reaksi gatal, reaksi gatal reaksi gatal menimbulkan
kulit kemerahan, dan dan reaksi
panas. kemerahan.
Sumber, Dokumentasi Peneliti 2015
BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan menguraikan mengenai hasil dan pembahasan dari hasil

Eksperimen Pembuatan blush on dari buah naga yang meliputi hasil uji inderawi,

uji kesukaan, uji laboratorium beserta pembahasannya.

4.1 Hasil Penelitian

Pada penelitian eksperimen pembuatan blush on dari buah naga dihasilkan

3 sampel eksperimen yaitu sampel 101 (blush on bentuk cream), sampel 102

(blush on bentuk compact), sampel 103 (blush on bentuk powder).

Hasil penelitian eksperimen pembuatan blush on dari buah naga yang

meliputi hasil uji inderawi, uji kesukaan, uji laboratorium beserta pembahasannya,

terdiri dari hasil uji subyektif (uji inderawi dan uji kesukaan) serta uji obyektif (uji

laboratorium).

4.1.1 Hasil Uji Inderawi

Penilaian uji inderawi terhadap blush on dari buah naga dilakukan oleh 9

beauticiant (panelis terlatih) yang meliputi aspek tekstur blush on, kemudahan

dalam pemakaian (daya lekat) blush on pada pipi, warna pink pada saat

diaplikasikan ke pipi, aroma dan 9 model ( panelis tidak terlatih ) yang meliputi

aspek tekstur blush on, warna pink pada saat diaplikasikan ke pipi, reaksi

terhadap kulit. Skor tiap aspek penilaian pada sampel blush on kemudian

ditabulasikan dan dihitung reratanya, sehingga diketahui kriteria tiap sampel.

Hasil penilaian uji inderawi, rerata skor, dan kriteria hasil penilaian uji

inderawi tiap sampel, yaitu sebagai berikut :

53
54

1. Hasil Uji Inderawi Pembuatan Blush on untuk Panelis Terlatih

(beauticiant).

Blush on bentuk cream, compact,dan powder memiliki beberapa aspek

indikator yaitu tekstur blush on, kemudahan dalam pemakaian (daya lekat)

blush on pada pipi, warna pink pada saat diaplikasikan ke pipi, dan aroma.

Blush on di aplikasikan pada setiap produk oleh 3 beauticiant kepada 3 model

dengan kriteria model, yaitu 3 orang yang memiliki warna kulit putih, 3 orang

memiliki warna kulit kuning langsat, dan 3 orang memiliki warna kulit sawo

matang. Sedangkan beauticiant terdiri dari mahasiswa pendidikan tata

kecantikan angkatan 2011. Data penilaian panelis hasil pengujian inderawi

blush on pada sampel 101 (cream), sampel 102 (compact) sampel 103 (powder)

untuk panelis terlatih (beauticiant) dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini.

Tabel 4.1 Hasil Penilaian Uji indrawi Eksperimen Pembuatan Blush on dari
Buah Naga Oleh Panelis Terlatih (Beautician)
55

Kriteria Rerata Skor:


Aspek Kriterian Rerata Skor
Uji
Inderawi 1,00 ≤ x <1,75 1,75≤ x <2,50 2,50≤ x <3,25 3,25≤ x <4,00
Sangat tidak
Tekstur Blush On Tidak lembut Lembut Sangat lembut
lembut
Kemudahan Dalam
Pemakaian(daya
Tidak mudah Kurang mudah Mudah Sangat mudah
lekat)Blush On
Pada Pipi
Warna Pink Pada
Saat Diaplikasikan Tidak jelas Kurang jelas Jelas Sangat jelas
Ke Pipi
Sangat tidak Sangat kuat/
Aroma Tidak kuat/ khas Kuat/ khas
kuat/ khas khas

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa hasil penilaian rerata pada

aspek tekstur blush on dari ke tiga sampel yang memiliki kualitas paling tinggi

adalah sampel blush on compact dengan hasil rerata skor uji inderawi 3,33 dan

termasuk pada kriteria sangat lembut, sedangkan sampel blush on bentuk cream

dan sampel blush on bentuk powder memiliki kualitas yang sama dengan kriteria

skor uji inderawi 3 dan termasuk pada kriteria lembut. Hasil penilaian rerata pada

aspek kemudahan dalam pemakaian (daya lekat) dari ke tiga sampel yang

memiliki kualitas paling tinggi diantara tiga sampel blush On adalah sampel blush

on bentuk compact dengan hasil rerata skor uji inderawi 3,67 dan termasuk pada

kriteria sangat mudah, sedangkan sampel blush on bentuk cream dan sampel blush

on bentuk powder memiliki kualitas yang sama dengan kriteria skor uji inderawi 3

dan termasuk pada kriteria mudah. Hasil penilaian rerata pada aspek warna pink

pada saat diaplikasikan ke pipi dari ke tiga sampel yang memiliki kualitas paling

tinggi diantara tiga sampel blush On adalah sampel blush on bentuk compact

dengan hasil rerata skor uji inderawi 3,67 dan termasuk pada kriteria sangat jelas,
56

sedangkan sampel yang memiliki kualitas paling rendah dari ketiga sampel blush

On adalah sampel blush on bentuk powder dengan hasil rerata skor 2,33 dan

masuk pada kriteria jelas. Sedangkan hasil rerata skor warna untuk blush on

bentuk cream lebih jelas diaplikasikan pada model yang memiliki warna kulit

putih dengan skor 4 dan termasuk kriteria sangat jelas. Hasil rerata skor warna

untuk blush on bentuk compact lebih jelas diaplikasikan pada model yang

memiliki warna kulit putih dengan skor 4 dan termasuk kriteria sangat jelas. Hasil

rarata skor warna untuk blush on bentuk powder lebih jelas diaplikasikan pada

model yang memiliki warna kulit kuning langsat dengan skor 4 dan termasuk

kriteria sangat jelas. Hasil penilaian rerata pada aspek aroma dari ke tiga sampel

yang memiliki kualitas paling tinggi diantara tiga sampel blush On adalah sampel

102 bentuk compact dengan hasil rerata skor uji inderawi 3,67 dan termasuk pada

kriteria sangat kuat/ khas, sedangkan sampel yang memiliki kualitas paling rendah

dari ketiga sampel blush On adalah sampel 103 bentuk powder dengan hasil

rerata skor 2,67 dan masuk pada kriteria kuat/ khas.

2. Hasil Uji Inderawi Pembuatan Blush on untuk panelis tidak terlatih

(Model)

Blush on bentuk cream, compact,dan powder memiliki beberapa aspek

indikator yaitu tekstur blush on, warna pink pada saat diaplikasikan ke pipi, dan

aroma. Blush on di aplikasikan pada setiap produk oleh 3 beauticiant kepada 3

model dengan kriteria model, yaitu 3 orang yang memiliki warna kulit putih, 3

orang memiliki warna kulit kuning langsat, dan 3 orang memiliki warna kulit

sawo matang. Sedangkan model terdiri dari mahasiswa UNNES. Data penilaian
57

panelis hasil pengujian inderawi blush on pada sampel 101 (cream), sampel 102

(compact) sampel 103 (powder) untuk panelis tidak terlatih (model) dapat dilihat

pada Tabel 4.2 berikut ini.

Kriteria Rerata Skor:


Aspek Kriterian Rerata Skor
Uji
Inderawi 1,00 ≤ x <1,75 1,75≤ x <2,50 2,50≤ x <3,25 3,25≤ x <4,00
Sangat tidak
Tekstur Blush On Tidak lembut Lembut Sangat lembut
lembut
Warna Pink Pada
Saat Diaplikasikan Tidak jelas Kurang jelas Jelas Sangat jelas
Ke Pipi
Sangat tidak Sangat kuat/
Aroma Tidak kuat/ khas Kuat/ khas
kuat/ khas khas

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa hasil penilaian rerata pada

aspek tekstur blush on dari ke tiga sampel yang memiliki kualitas paling tinggi

diantara dua sampel blush On adalah sampel blush on bentuk compact dan sampel

blush on bentuk powder dengan hasil rerata skor uji inderawi 3,33 dan termasuk

pada kriteria sangat lembut, sedangkan sampel blush on bentuk cream memiliki

kualitas rendah dengan kriteria skor uji inderawi 3 dan termasuk pada kriteria

lembut. Hasil penilaian rerata pada aspek warna pink pada saat diaplikasikan ke
58

pipi dari ke tiga sampel yang memiliki kualitas paling tinggi diantara tiga sampel

blush On adalah sampel blush on bentuk cream dengan hasil rerata skor uji

inderawi 3 dan termasuk pada kriteria jelas, sedangkan sampel blush on bentuk

compact dan sampel blush on bentuk powder memiliki hasil rerata skor 2,67 dan

masuk pada kriteria jelas. Hasil rerata skor warna untuk blush on bentuk cream

lebih jelas diaplikasikan pada model yang memiliki warna kulit putih dengan skor

4 dan termasuk kriteria sangat jelas. Hasil rerata skor warna untuk blush on

bentuk compact lebih jelas diaplikasikan pada model yang memiliki warna kulit

putih dan kuning langsat dengan skor 3 dan termasuk kriteria jelas. Hasil rerata

skor warna untuk blush on bentuk powder lebih jelas diaplikasikan pada model

yang memiliki warna kulit kuning langsat dengan skor 4 dan termasuk kriteria

sangat jelas. Hasil penilaian rerata pada aspek aroma dari ke tiga sampel yang

memiliki kualitas paling tinggi diantara tiga sampel blush On adalah sampel 103

bentuk powder dengan hasil rerata skor uji inderawi 3,67 dan termasuk pada

kriteria sangat kuat/ khas, sedangkan sampel yang memiliki kualitas sama adalah

sampel 101 bentuk cream dan sampel 102 bentuk compact dengan hasil rerata

skor 3,33 dan masuk pada kriteria sangat kuat/ khas.

Berdasarkan Tabel 4.1 dan 4.2 Hasil rerata skor warna untuk blush on

bentuk cream lebih jelas diaplikasikan pada model yang memiliki warna kulit

putih dengan skor 4 dan termasuk kriteria sangat jelas. Sedangkan hasil rerata

skor warna untuk blush on bentuk compact lebih jelas diaplikasikan pada model

yang memiliki warna kulit putih dengan skor 3,5 dan termasuk kriteria sangat

jelas. Hasil rerata skor warna untuk blush on bentuk powder lebih jelas
59

diaplikasikan pada model yang memiliki warna kulit kuning langsat dengan skor 4

dan termasuk kriteria sangat jelas.

4.1.2 Hasil Analisis Uji Kesukaan panelis Terhadap Blush on

Untuk mengetahui uji kesukaan panelis terhadap blush on dilakukan uji

kesukaan dengan analisis deskriptif presentase yang dilakukan pada 9 panelis

terlatih (beauticiant) dan 9 panelis tidak terlatih (model).

Berdasarkan hasil pengujian dari panelis terlatih dan tidak terlatih

kemudian dianalisis serta dibandingkan dengan tabel kriteria presentase, dapat

diketahui tingkat kesukaan panelis terhadap blush on hasil eksperimen yang dapat

dilihat pada Tabel Hasil Uji Kesukaan Pembuatan blush on dibawah ini :

1. Hasil Uji Kesukaan Pembuatan Blush Pada Panelis Terlatih (Beauticiant)

Tabel 4.3 Hasil Uji Kesukaan Pembuatan Blush On Pada Panelis Terlatih
(Beauticiant)

Interval Persentase dan kriteria uji kesukaan


60

Interval Kriteria
81.25 % - 100.0 % Sangat suka
62.5 % - 81.24 % Suka
43.75 % - 62.4 % Kurang suka
25 % - 43.74 % Tidak suka

Berdasarakan hasil uji kesukaan dari 9 orang panelis terlatih (beauticiant)

menunjukkan bahwa ketiga sampel blush on dari buah naga dalam bentuk cream

compact dan powder disukai oleh masyarakat. Tabel 4.3 menunjukkan bahwa

sampel blush on bentuk powder memiliki persentase paling tinggi yaitu 64,58

dengan kriteria sangat suka. Hal ini berbeda dengan sampel blush on bentuk

cream dengan persentase 41,67 kriteria suka dan sampel kode 102 blush on

bentuk compact dengan persentase 54,17 kriteria suka.

2. Hasil Uji Kesukaan Pembuatan Blush On Pada Panelis Tidak Terlatih (model)

Tabel 4.4 Hasil Uji Kesukaan Pembuatan Blush On Pada Panelis Tidak Terlatih
(model)

Interval Persentase dan kriteria uji kesukaan


61

Interval Kriteria
81.25 % - 100.0 % Sangat suka
62.5 % - 81.24 % Suka
43.75 % - 62.4 % Kurang suka
25 % - 43.74 % Tidak suka

Berdasarakan hasil uji kesukaan dari 9 orang panelis tidak terlatih (model)

menunjukkan bahwa ketiga sampel blush on dari buah naga dalam bentuk cream

compact dan powder disukai oleh masyarakat. Tabel 4.3 menunjukkan bahwa

sampel blush on bentuk compact memiliki persentase paling tinggi yaitu 65,63

dengan kriteria sangat suka. Hal ini berbeda dengan sampel blush on bentuk

cream dengan persentase 47,50 kriteria suka dan sampel blush on bentuk powder

dengan persentase 47,50 kriteria suka.

4.1.3 Hasil Uji Laboratorium

Sampel blush on diuji di laboratorium dengan tujuan untuk mengetahui

kandungan Antosianin buah naga pada blush on. Blush on di uji laboratorium

pada semua sampel yang dilakukan di Lab. Chemix.

Dari semua sampel hasil eksperimen yang diujikan yaitu sampel 101 (blush

on cream), sampel 102 (blush on compact), sampel 103 (blush on powder). Hasil

antosianin dari semua sampel dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 26. Kandungan Antosianin( warna) Sampel blush on


Kode Sampel Hasil Uji 1 Hasil Uji 2 Satuan

101 16.8187 16.7826

102 18.2749 18.0741 ppm

103 15.8234 15.8234

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat kandungan antosianin buah naga pada

blush on yang paling tinggi terdapat pada sampel 102 bentuk compact yang dalam
62

pembuatannya menggunakan penambahan ekstrak buah naga sebesar 150 ml.

pada hasil uji ke 2 kandungan antosianin yang di dapatkan menurun yang semula

18.2749 ppm menjadi 18.0741 ppm. Penurunan kandungan warna pada bluh on

membuktikan bahwa pewarna blush on dapat memudar. Sampel 101 adalah

sampel blush on bentuk cream dengan penambahan ekstrak buah naga sebesar

200 ml yang mengandung antosianin sebesar 16.8187 ppm. Pada sampel 101

terdapat penurunan kandungan Antosianin menjadi 16.7826 ppm, dikarenakan

pada sampel 101 berbentuk cream dan basah yang mengakibatkan pemudaran

warna lebih cepat oleh bakteri. Pada sampel 103 bentuk powder kandungan

antosianin yang di dapat yaitu sebesar 15.8234 ppm, sampel 103 adalah sampel

blush on dengan penambahan ekstrak buah naga sebesar 150 ml. Dapat dilihat

bahwa kandungan antosianin dari sampel 103 tetap pada uji 1 dan uji ke 2 jika

dibandingkan dengan sampel 101 dan sampel 102 terdapat penurunan pada hasil

uji ke 2.

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian

Pembahasan hasil penelitian berikut ini menguraikan tentang proses

pembuatan blush on, hasil uji inderawi blush on panelis terlatih (beauticiant) dan

panelis tidak terlatih (model) hasil eksperimen secara keseluruhan, Pembahasan

uji kesukaan panelis tidak terlatih (model) serta panelis terlatih (beauticiant dan

uji laboratorium yaitu uji kandungan warna ( antosianin ).

4.2.1. Proses Pembuatan blush on


63

Pembuatanan blush on dari buah naga dalam penilitian ini dibuat dalam

tiga bentuk, yaitu bentuk cream, compact, dan bentuk powder. Pada dasarnya

pembuatan ketiga produk tersebut sama dalam hal formula bahan dan cara

pembuatannya, akan tetapi dalam hal takaran pada setiap produk berbeda. Warna

blush on timbul dari ekstrak daging buah naga yang berwarna merah sehingga

membuat blush on berwarna menjadi merah muda (pink) pada saat dicampur

dengan bahan kimia lain. Proses pembuatan ekstrak buah naga diawalai dengan

pemilihan bahan daging buah naga, daging buah naga dipotong bentuk dadu,

daging buah naga direndam menggunakan alkohol 70% selama 24 jam,

pemisahan biji buah naga menggunakan penyaring, hasil pemisahan saringan

tersebut berbentuk cair karena banyaknya kandungan air pada buah naga, cairan

buah naga di rebus menggunakan air 500 ml dengan api sedang antara 600C –

700C supaya alkohol yang tercampur pada proses ekstraksi dapat menguap secara

sempurna. Hasil ekstraksi di simpan pada lemari es. Kemudian dicampur dengan

bahan tambahan sesuai dengan takaran formula setiap produk. Hasil percampuran

untuk produk blush on compact dan powder memerlukan proses pengeringan

menggunakan matahari selama 2 hari untuk menghasilkan produk yang benar-

benar kering. Pengeringan dengan bantuan mika untuk melindungi produk dari

kontaminasi debu dan bakteri dari luar. Produk compact dalam proses

pengeringan adonan formula diletakkan langsung pada wadah yang akan dipakai

untuk memadatkan produk, sedangkan produk blush on powder masih melalui

proses penghancuran dan pengayakan menggunakan pengayak 100 mess untuk

mendapatkan produk yang sangat halus sehingga tidak melukai wajah pada saat
64

diaplikasikan ke pipi. Kemudian ke tiga produk bisa dikemas ketempat atau

wadah yang sudah disiapkan pada masing- masing produk.

4.2.2. Kelayakan Produk blush on

Produk blush on bentuk cream, compact dan powder diaplikasikan kepada

9 model mahasiswa UNNES dengan kriterian 3 mahasiswa memiliki warna kulit

putih, 3 mahasiswa memiliki warna kulit kuning langsat, dan 3 mahasiswa

memiliki warna kulit sawo matang. Kelayakan produk blush on dapat diketahui

dengan hasil uji inderawi, uji kesukaan dan uji laboratorium.

Berdasarkan tabel 4.1 dan 4.2 hasil uji inderawi dapat diketahui bahwa hasil

penilaian rerata pada aspek tekstur blush on dari ke tiga sampel yang memiliki

kualitas paling tinggi diantara dua sampel blush On adalah sampel blush on

bentuk compact dengan hasil rerata skor uji inderawi 3,33 dan termasuk pada

kriteria sangat lembut, karena penmbahan formula kaolin dan talk yang lebih

banyak sehingga tekstur blush on bentuk compact menjadi sangat lembut. Hasil

penilaian rerata pada aspek warna pink pada saat diaplikasikan ke pipi dari ke tiga

sampel yang memiliki kualitas paling tinggi diantara tiga sampel blush On adalah

sampel blush on bentuk compact dengan hasil rerata skor uji inderawi 3,17 dan

termasuk pada kriteria jelas. Hasil rerata skor warna untuk blush on bentuk cream

lebih jelas diaplikasikan pada model yang memiliki warna kulit putih dengan skor

4 dan termasuk kriteria sangat jelas. Hasil rerata skor warna untuk blush on

bentuk compact lebih jelas diaplikasikan pada model yang memiliki warna kulit

putih dan kuning langsat dengan skor 3 dan termasuk kriteria jelas. Hasil rerata

skor warna untuk blush on bentuk powder lebih jelas diaplikasikan pada model
65

yang memiliki warna kulit kuning langsat dengan skor 4 dan termasuk kriteria

sangat jelas. Hasil penilaian rerata pada aspek aroma dari ke tiga sampel yang

memiliki kualitas paling tinggi diantara tiga sampel blush On adalah sampel 103

bentuk powder dengan hasil rerata skor uji inderawi 3,17 dan termasuk pada

kriteria sangat kuat/ khas.

Berdasarkan tabel 4.3 dan tabel 4.4 hasil uji kesukaan dapat diketahui

bahwa hasil penilaian persentase pada aspek tekstur blush on dari ke tiga sampel

yang paling disukai diantara dua sampel blush On adalah sampel blush on bentuk

powder dengan hasil rerata skor 3,6 dan termasuk pada kriteria sangat suka. Hasil

penilaian persentase pada aspek kemudahan dalam pemakaian dari ke tiga sampel

yang paling disukai diantara tiga sampel blush On adalah sampel blush on bentuk

compact dengan hasil rerata skor uji inderawi 3 dan termasuk pada kriteria suka.

Hasil penilaian persentase pada aspek warna pink pada saat diaplikasikan ke pipi

dari ke tiga sampel yang paling disukai diantara tiga sampel blush On adalah

sampel blush on bentuk cream dengan hasil rerata skor uji inderawi 3, 67 dan

termasuk pada kriteria sangat suka. Hasil penilaian persentase pada aspek reaksi

terhadap kulit yang paling disukai adalah sampel blush On compact dengan hasil

skor uji kesukaan 3,67 dan termasuk kriteria sangat suka. Hasil penilaian

persentase pada aspek aroma yang paling disukai adalah sampel blush On

compact dengan hasil skor uji kesukaan 3,67 dan termasuk kriteria sangat suka.

Hasil uji inderawi, uji kesukaan oleh 9 panelis terlatih (beauticiant) dan 9

panelis tidak terlatih (model), serta uji laboratorium dapat diketahui bahwa Blush
66

on bentuk compact memiliki kualitas paling tinggi dibandingkan kedua sampel

lain. Blush on Bentuk compact memiliki kandungan antosianin paling tinggi

dengan penambahan ekstrak daging buah naga 150 ml. Berdasarkan hasil uji

inderawi, kesukaan dan laboratorium kandungan warna yang paling baik dan

tinggi dimiliki oleh bentuk blush on compact, sedangkan blush on cream lebih

bagus diterapkan pada warna kulit putih, blush on compact lebih bagus diterapkan

pada warna kulit putih, dan blush on powder lebih bagus diterapkan pada warna

kulit kuning langsat. Eksperimen ini tidak memiliki efek samping yang merugikan

akibat bahan alami yang digunakan dalam jangka pendek dan juga dalam jangka

panjang. Eksperimen ini menggunakan pewarna alami dari daging buah naga

sebagai pengganti pewarna kimia pembuatan blush on. Blush on compact lebih

disukai karena kemudahan dalam pemakaiannya lebih mudah, warna pada saat

diaplikasikan lebih jelas dan tekstur pada produk lebih halus. Penggunaan kaolin

dan talk yang lebih banyak menyebabkan produk lebih halus dari pada produk

lain.
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat diambil simpulan

maupun saran sebagai berikut.

5.1. SIMPULAN

5.1.1 Proses pembuatan blush on dari buah naga super red dalam bentuk

cream,compact,dan powder diawali dengan proses ekstraksi daging buah naga

yang dijadikan sebagai bahan pewarna alami blush on. Hasil ekstraksi daging

buah naga dicampur menggunakan bahan- bahan kimia seperti talk, kaolin,

Parafin liquid, Seng Oksida, dan Seng Setrat. Bahan formula blush on dalam

bentuk cream, compact, dan powder pada dasarnya sama akan tetapi takaran

formula pada setiap produk berbeda. Hasil percampuran bahan- bahan untuk

produk blush on dalam bentuk cream langsung diletakkan ke tempat kosmetik

yang sudah disediakan, sedangkan produk blush on dalam bentuk compact

dan powder masih memerlukan proses pengeringan selama 2 hari. Produk

blush on dalam bentuk compact cara pemadatannya menggunakan sendok

untuk menekan formula yang sudah kering pada tempatnya sampai padat.

Sedangkan produk blush on dalam bentuk powder memerlukan proses

penghancuran kemudian pengayakan 100 mess untuk mendapatkan hasil

produk yang halus. Setelah produk jadi dikemas sesuai wadah yang sudah

disiapkan.

67
68

5.1.2 Kelayakan produk blush on dari ekstrak buah naga dalam bentuk cream,

compact, powder dapat dilihat berdasarkan hasil uji indrawi, uji kesukaan

dan uji laboratorium yang memiliki kualitas produk paling tinggi adalah

blush on dalam bentuk compact. Blush on bentuk compact memiliki

kandungan antosianin dari ekstrak daging buah naga paling tinggi diantara

ketiga sampel, sedangkan penambahan ekstrak daging buah naga sebesar

150 ml. Tingkat kesukaan panelis terlatih (beauticiant) dan panelis tidak

terlatih menjelaskan bahwa blush on bentuk compact sangat disukai oleh

masyarakat.

5.2. SARAN

5.2.1 Bagi mahasiswa pendidikan tata kecantikan yang ingin melanjutkan

penelitian ini, peneliti berharap pada saat proses penguapan ekstrak buah

naga dengan cara pemanasan, proses pemanasannya lebih lama dengan suhu

kecil dan stabil 600C – 700C, agar alkohol yang tercampur pada proses

ekstraksi dapat menguap secara sempurna. Sehingga tidak ada bau alkohol

dalam pembuatan blush on karena sisa alkohol yang belum menguap secara

keseluruhan.

5.2.2 Penambahan ekstrak buah naga yang lebih banyak disarankan diimbangi

dengan bahan – bahan lainnya yang takarannya setara dengan penambahan

ekstrak buah naga agar mendapatkan hasil blush on dengan warna yang

maksimal dan tekstur yang sangat lembut.


69

DAFTAR PUSTAKA

Andoko, agus, & Nurrasyid. 2012. Jurus Sukses Hasilkan buah Naga Kualitas
Prima. Jakarta Selatan: Agro Media Pustaka.

Ali Muhammad. 1993. Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung: Angkasa

Astati, Sutriari.1996. Rias Wajah Sehari- hari. Jakarta: Direktorat Pembinaan


Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan
Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional.

Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. 2007. Kosmetik mengandung bahan
berbahaya dan zat warna yang berbahaya. Jakarta.
http://www2.pom.go.id/public/peringatan_publik/pdf/KH.00.01.432.6147.p
df ( 30 november 2015)

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. FARMAKOP Indonesia.


Jakarta.

Eddy, Tano & Dipl. Chem. Eng. 2005. Teknik Membuat Kosmetik dan Tip
Kecantikan. Jakarta: PT Rineka Cipta dan PT. Bina Adi Aksara.

Hidayah, Aniatul. 2011. Herbal Kecantikan. Jakarta Selatan: Citra Media

Kartika, Bambang, Pudji Hastuti, & Wahyu Supartono. 1988. Pedoman Uji
Inderawi Bahan Pangan.

Kusumastuti, Adhi. 2014. Potensi Kulit Manggis Sebagai Pewarna Alami.


Semarang : UNNES

Kusantati, Herni, dkk. 2008. Tata Kecantikan Kulit. Jakarta: Direktorat


Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional.

Latifah Fatma, Retno Iswari Tranggono. 2007. Ilmu Pengetahuan Kosmetik.


Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Nadeau Wendi. 2013. Manfaat daging dan kulit buah naga untuk kecantikan.
Diunduh 30 maret 2015. http://Manfaat daging dan kulit buah naga untuk
kecantikan _ Manfaat buah dan daun.htm(blog)

Permatasari, Mitha. 2012. Beauty Hot Tips. Jogjakarta: Bangkit

Pri-adi. 2013, Pengendalian Mutu. diakses 7 april 2015. (Online). http://pri-


a.blogspot.com/2013/01/v-behaviorurldefaultvmlo.html (2 mei 2015)
70

Pusat Informasi Obat Universitas Islam Indonesia (PIO UII). 2012. Berbagai Zat
Tambahan Dalam Campuran Kosmetik, diunduh tanggal 10 maret 2015.
https://piouii.wordpress.com/2012/11/23/berbagai-zat-tambahan-dalam-
campuran-kosmetik/

Rostamailis. 2005. Penggunaan Kosmetik, Dasar Kecantikan & Berbusana yang


Serasi. Jakarta: PT. Rineka Cipta

,dkk. 2009. Tata Kecantikan Rambut Jilid 2. Jakarta:Direktorat


Pembinaan Sekolah Kejuruan

Ramadhani, anis. 2013. Panen Besar Buah Naga. Jakarta: PT. Mahadaya

Simanjutak Lidya. 2014. Ekstrasi Pigmen Antosinin Dari Kulit Buah Naga.
Jurnal penelitian teknik kimia USU .
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=164174&val=4138&titl
e=EKSTRAKSI%20PIGMEN%20ANTOSIANIN%20DARI%20KULIT%2
0BUAH%20%20NAGA%20MERAH%20%28Hylocereus%20polyrhizus%
29 (3 april 2015)

Suharsimi, Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: Rineka Cipta.

. 2010. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.

Sudjana. 1995. Desain dan Analisis Eksperimen. Bandung: PT. Tarsito

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

. 2013. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Widowati, trisnani. Artikel seminar nasional pengembangantegnologi berbasis


potensi lokal.

Yulianti Hera. Ekstraksi dan Uji Kestabilan Pigmen Betasianin dalam Kulit Buah
Naga (Hylocereus polyrhizus) serta Aplikasinya sebagai Pewarna Tekstil.
jurnal penelitian http://eprints.undip.ac.id/3020/1/Abstrak_PDF.pdf (22 juli
2015)
DAFTAR PUSTAKA

Andoko, agus, & Nurrasyid. 2012. Jurus Sukses Hasilkan buah Naga Kualitas
Prima. Jakarta Selatan: Agro Media Pustaka.

Ali Muhammad. 1993. Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung: Angkasa

Astati, Sutriari.1996. Rias Wajah Sehari- hari. Jakarta: Direktorat Pembinaan


Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan
Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional.

Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. 2007. Kosmetik mengandung bahan
berbahaya dan zat warna yang berbahaya. Jakarta.
http://www2.pom.go.id/public/peringatan_publik/pdf/KH.00.01.432.6147.p
df ( 30 november 2015)

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. FARMAKOP Indonesia.


Jakarta.

Eddy, Tano & Dipl. Chem. Eng. 2005. Teknik Membuat Kosmetik dan Tip
Kecantikan. Jakarta: PT Rineka Cipta dan PT. Bina Adi Aksara.

Hidayah, Aniatul. 2011. Herbal Kecantikan. Jakarta Selatan: Citra Media

Kartika, Bambang, Pudji Hastuti, & Wahyu Supartono. 1988. Pedoman Uji
Inderawi Bahan Pangan.

Kusumastuti, Adhi. 2014. Potensi Kulit Manggis Sebagai Pewarna Alami.


Semarang : UNNES

Kusantati, Herni, dkk. 2008. Tata Kecantikan Kulit. Jakarta: Direktorat


Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional.

Latifah Fatma, Retno Iswari Tranggono. 2007. Ilmu Pengetahuan Kosmetik.


Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Nadeau Wendi. 2013. Manfaat daging dan kulit buah naga untuk kecantikan.
Diunduh 30 maret 2015. http://Manfaat daging dan kulit buah naga untuk
kecantikan _ Manfaat buah dan daun.htm(blog)

Permatasari, Mitha. 2012. Beauty Hot Tips. Jogjakarta: Bangkit

Pri-adi. 2013, Pengendalian Mutu. diakses 7 april 2015. (Online). http://pri-


a.blogspot.com/2013/01/v-behaviorurldefaultvmlo.html (2 mei 2015)

69
70

Pusat Informasi Obat Universitas Islam Indonesia (PIO UII). 2012. Berbagai Zat
Tambahan Dalam Campuran Kosmetik, diunduh tanggal 10 maret 2015.
https://piouii.wordpress.com/2012/11/23/berbagai-zat-tambahan-dalam-
campuran-kosmetik/

Rostamailis. 2005. Penggunaan Kosmetik, Dasar Kecantikan & Berbusana yang


Serasi. Jakarta: PT. Rineka Cipta

,dkk. 2009. Tata Kecantikan Rambut Jilid 2. Jakarta:Direktorat


Pembinaan Sekolah Kejuruan

Ramadhani, anis. 2013. Panen Besar Buah Naga. Jakarta: PT. Mahadaya

Simanjutak Lidya. 2014. Ekstrasi Pigmen Antosinin Dari Kulit Buah Naga.
Jurnal penelitian teknik kimia USU .
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=164174&val=4138&titl
e=EKSTRAKSI%20PIGMEN%20ANTOSIANIN%20DARI%20KULIT%2
0BUAH%20%20NAGA%20MERAH%20%28Hylocereus%20polyrhizus%
29 (3 april 2015)

Suharsimi, Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: Rineka Cipta.

. 2010. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.

Sudjana. 1995. Desain dan Analisis Eksperimen. Bandung: PT. Tarsito

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

. 2013. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Widowati, trisnani. Artikel seminar nasional pengembangantegnologi berbasis


potensi lokal.

Yulianti Hera. Ekstraksi dan Uji Kestabilan Pigmen Betasianin dalam Kulit Buah
Naga (Hylocereus polyrhizus) serta Aplikasinya sebagai Pewarna Tekstil.
jurnal penelitian http://eprints.undip.ac.id/3020/1/Abstrak_PDF.pdf (22 juli
2015)
71

LAMPIRAN
72

Lampiran 1 Formulir Uji Kualitas Inderawi Panelis Terlatih (Beauticiant)

Rubrik Penilaian Uji Kualitas Inderawi

No Indikator Kriteria Skor Keterangan


apabila pada saat pengolesan blush
Sangat tidak
1 on pada pipi terasa tida lembut dan
lembut
terasa ada butiran kasar.
apabila pada saat pengolesan blush
Tidak lembut 2 on pada pipi terasa ada butiran
1 Tekstur blush on kasar.
apabila pada saat pengolesan blush
Lembut 3
on pada pipi terasa lembut.
apabila pada saat pengolesan blush
Sangat lembut 4 on pada pipi terasa lembut dan
tidak terasa ada butiran kasar.
Tidak mudah apabila dalam pengaplikasian blush
on ke pipi memerlukan beberapa
1
kali pengolesan ( lebih dari 4 kali
penglesan bolak balik).
Kurang mudah apabila dalam pengaplikasian blush
Kemudahan 2 on ke pipi memerlukan 4 kali
2 dalam pemakaian pengolesan (bolak balik).
blush on pada pipi Mudah apabila dalam pengaplikasian blush
3 on ke pipi memerlukan 3 kali
pengolesan (bolak balik).
Sangat mudah apabila dalam pengaplikasian blush
4 on ke pipi memerlukan 2 kali
pengolesan (bolak balik).
Tidak jelas apabila warna blush on sama sekali
1 tidak jelas berwarna merah muda
pada saat di aplikasikan ke pipi.
Kurang jelas apabila warna blush on kurang jelas
pada saat di aplikasikan ke pipi,
2
Warna pink pada warna blush on merah muda kearah
3 saat di putih
aplikasikan ke jelas apabila warna blush on terlihat jelas
pipi 3 berwarna merah muda pada saat di
aplikasikan ke pipi.
Sangat jelas apabila warna blush on terlihat
sangat jelas dan tajam berwarna
4
merah muda pada saat di
aplikasikan ke pipi.
Sangat tidak kuat/ Apabila blush on mempunyai bau
1
khas yang sangat tidak enak/ busuk
4. Apabila blush on mempunyai bau
Aroma blush on Tidak kuat/ khas 2
tidak khas aroma buah naga
Apabila aroma blush on khas
Kuat/ khas 3
dengan aroma buah naga
73

Apabila aroma blush on sangat


Sangat kuat/ khas 4
khas dengan aroma buah naga

Lembar Penilaian Uji Kualitas Inderawi

Kategori Deskripsi Uraian Nilai Variabel Penelitian


No. Pengamatan
101 102 103
( blush on ( blush on ( Blush on
bentuk bentuk bentuk
cream) compact) powder)
1. Sangat tidak lembut 1
Tekstur blush Tidak lembut 2
on Lembut 3
Sangat lembut 4
2. Tidak mudah 1
Kemudahan
dalam Kurang mudah 2
pemakaian
blush on pada Mudah 3
pipi Sangat mudah 4

3. Tidak jelas 1
Warna pink
pada saat di Kurang jelas 2
aplikasikan ke jelas 3
pipi
Sangat jelas 4
4. Sangat tidak kuat/ khas 1
Tidak kuat/ khas 2
Aroma
Kuat/ khas 3
Sangat kuat/ khas 4

Peneliti,

Ifa Nurhayati
NIM. 5402411014
74

Lampiran 2 Formulir Uji Kualitas Inderawi panelis tidak terlatih (Model)

Rubrik Penilaian Uji Kualitas Inderawi

No Indikator Kriteria Skor Keterangan


apabila pada saat pengolesan blush
Sangat tidak
1 on pada pipi terasa tidak lembut
lembut
dan terasa ada butiran kasar.
apabila pada saat pengolesan blush
Tidak lembut 2 on pada pipi terasa ada butiran
1 Tekstur blush on kasar.
apabila pada saat pengolesan blush
Lembut 3
on pada pipi terasa lembut.
apabila pada saat pengolesan blush
Sangat lembut 4 on pada pipi terasa lembut dan
tidak terasa ada butiran kasar.
Tidak jelas apabila warna blush on sama sekali
1 tidak jelas berwarna merah muda
pada saat di aplikasikan ke pipi.
Kurang jelas apabila warna blush on kurang jelas
pada saat di aplikasikan ke pipi,
2
Warna pink pada warna blush on merah muda kearah
saat di putih
2
aplikasikan ke jelas apabila warna blush on terlihat jelas
pipi 3 berwarna merah muda pada saat di
aplikasikan ke pipi.
Sangat jelas apabila warna blush on terlihat
sangat jelas dan tajam berwarna
4
merah muda pada saat di
aplikasikan ke pipi.
Menimbulkan apabila muncul kemerahan dan
reaksi gatal, terasa gatal serta panas pada kulit
1
kemerahan, dan setelah pemakaian.
panas.
Menimbulkan apabila muncul gatal dan
Reaksi terhadap reaksi gatal dan 2 kemerahan terasa pada kulit setelah
3
kulit kemerahan. pemakaian.
Menimbulkan apabila muncul gatal pada kulit
3
reaksi gatal setelah pemakaian.
Tidak apabila tidak muncul gejala apapun
menimbulkan 4 pada kulit setelah pemakaian.
reaksi
75

Lembar Penilaian Uji Kualitas Inderawi

Kategori Deskripsi Uraian Nilai Variabel Penelitian


No. Pengamatan
101 102 103
( blush on ( blush on ( Blush on
bentuk bentuk bentuk
cream) compact) powder)
1. Sangat tidak lembut 1
Tekstur blush Tidak lembut 2
on Lembut 3
Sangat lembut 4
2. Tidak jelas 1
Warna pink
pada saat di Kurang jelas 2
aplikasikan ke
jelas 3
pipi
Sangat jelas 4

3. Menimbulkan reaksi 1
gatal, kemerahan, dan
panas.
Menimbulkan reaksi 2
Reaksi gatal dan kemerahan.
terhadap kulit
Menimbulkan reaksi 3
gatal
Tidak menimbulkan 4
reaksi

Peneliti,

Ifa Nurhayati
NIM. 5402411014
76

Lampiran 3 Formulir Uji Organoleptik (Kesukaan) Panelis Terlatih (Beautician)

Rubrik Uji Organoleptik (Kesukaan)

No Indikator Kriteria Skor Keterangan

apabila pada saat pengolesan


blush on pada pipi terasa tida
Sangat tidak suka 1
lembut dan terasa ada butiran
kasar.
apabila pada saat pengolesan
Tidak suka 2 blush on pada pipi terasa ada
butiran kasar.
1 Tekstur blush on
apabila pada saat pengolesan
Suka 3 blush on pada pipi terasa
lembut.
apabila pada saat pengolesan
blush on pada pipi terasa
Sangat suka 4
lembut dan tidak terasa ada
butiran kasar.
apabila dalam pengaplikasian
blush on ke pipi memerlukan
Sangat tidak suka 1 beberapa kali pengolesan (
lebih dari 4 kali penglesan
bolak balik).
apabila dalam pengaplikasian
Kemudahan dalam
Tidak suka 2 blush on ke pipi memerlukan 4
2 pemakaian blush on
kali pengolesan (bolak balik).
pada pipi
apabila dalam pengaplikasian
Suka 3 blush on ke pipi memerlukan 3
kali pengolesan (bolak balik).
apabila dalam pengaplikasian
Sangat suka 4 blush on ke pipi memerlukan 2
kali pengolesan (bolak balik).
apabila warna blush on sama
sekali tidak jelas berwarna
Sangat tidak suka 1
merah muda pada saat di
aplikasikan ke pipi.
apabila warna blush on kurang
jelas pada saat di aplikasikan
Warna pink pada Tidak suka 2
ke pipi, warna blush on merah
3 saat di aplikasikan
muda kearah putih
ke pipi
apabila warna blush on terlihat
jelas berwarna merah muda
Suka 3
pada saat di aplikasikan ke
pipi.
apabila warna blush on terlihat
Sangat suka 4
sangat jelas dan tajam
77

berwarna merah muda pada


saat di aplikasikan ke pipi.

Lembar Penilaian Uji Organoleptik (Kesukaan)

Kode Sampel
No Indikator Kriteria Skor 101 102 103
( blush on ( blush on ( Blush on
bentuk bentuk bentuk
cream) compact) powder)

Sangat tidak suka 1

Tidak suka 2
1 Tekstur blush on
Suka 3

Sangat suka 4

Sangat tidak suka 1

Kemudahan dalam Tidak suka 2


2 pemakaian blush on
pada pipi Suka 3

Sangat suka 4

Sangat tidak suka 1

Warna pink pada Tidak suka 2


3 saat di aplikasikan
ke pipi Suka 3

Sangat suka 4

Peneliti,

Ifa Nurhayati
NIM. 5402411014
78

Lampiran 4

Formulir Uji Organoleptik (Kesukaan) Panelis tidak Terlatih (model)

Rubrik Uji Organoleptik (Kesukaan)

No Indikator Kriteria Skor Keterangan

apabila pada saat pengolesan blush


Sangat tidak suka 1 on pada pipi terasa tidak lembut
dan terasa ada butiran kasar.
apabila pada saat pengolesan blush
Tidak suka 2 on pada pipi terasa ada butiran
1 Tekstur blush on kasar.
apabila pada saat pengolesan blush
Suka 3
on pada pipi terasa lembut.
apabila pada saat pengolesan blush
Sangat suka 4 on pada pipi terasa lembut dan
tidak terasa ada butiran kasar.
apabila warna blush on sama sekali
Sangat tidak suka 1 tidak jelas berwarna merah muda
pada saat di aplikasikan ke pipi.
apabila warna blush on kurang jelas
pada saat di aplikasikan ke pipi,
Tidak suka 2
warna blush on merah muda kearah
Kesan warna merah
putih
2 muda pada blush on
apabila warna blush on terlihat jelas
ketika diaplikasikan
Suka 3 berwarna merah muda pada saat di
aplikasikan ke pipi.
apabila warna blush on terlihat
sangat jelas dan tajam berwarna
Sangat suka 4
merah muda pada saat di
aplikasikan ke pipi.
apabila muncul kemerahan dan
Sangat tidak suka 1 terasa gatal serta panas pada kulit
setelah pemakaian.
apabila muncul gatal dan
Tidak suka 2 kemerahan terasa pada kulit setelah
3 Reaksi terhadap kulit
pemakaian.
apabila muncul gatal pada kulit
Suka 3
setelah pemakaian.
apabila tidak muncul gejala apapun
Sangat suka 4
pada kulit setelah pemakaian.
Apabila aroma mempunyai bau
Sangat tidak suka 1
yang sangat tidak enak/ busuk
4. Aroma
Apabila aroma mempunyai bau
Tidak suka 2
tidak khas aroma buah naga
79

Apabila aroma blush on khas


Suka 3
dengan aroma buah naga
Apabila aroma blush on sangat
Sangat suka 4
khas dengan aroma buah naga

Lembar Penilaian Uji Organoleptik (Kesukaan)

Kode Sampel
No Indikator Kriteria Skor 101 102 103
( blush on ( blush on ( Blush on
bentuk bentuk bentuk
cream) compact) powder)

Sangat tidak suka 1

Tidak suka 2
1 Tekstur blush on
Suka 3

Sangat suka 4

Sangat tidak suka 1

Warna pink pada Tidak suka 2


2 saat di aplikasikan
ke pipi Suka 3

Sangat suka 4

Sangat tidak suka 1

Tidak suka 2
3 Reaksi terhadap kulit
Suka 3

Sangat suka 4

Sangat tidak suka 1

Tidak suka 2
4 Aroma
Suka 3

Sangat suka 4
80

Lampiran 5

HASIL UJI INDRAWI PANELIS TERLATIH ( BEAUTICIANT ) DAN PANELIS


TIDAK TERLATIH
81

Lampiran 6

HASIL UJI KESUKAAN PANELIS TERLATIH ( BEAUTICIANT ) DAN PANELIS


TIDAK TERLATIH
82

Lampiran 7 Surat Keterangan pembimbing


83

Lampiran 8 Surat Permohonan Validasi Instrumen


84

Lampiran 9 Surat Keterangan Validasi

Lampiran 12 Surat permohonan validator 1


85

Lampiran 10 Surat Keterangan Validasi

Lampiran 14 Surat permohonan validator 2

Lampiran 15 Surat pernyataan validator 2

Lampiran 16 Surat keterangan peminjaman ruangan untuk penelitian

Lampiran 17 Daftar hadir panelis


86

Lampiran 11 Surat Ijin Penelitian


87

Lampiran 12

Daftar Hadir Penelitian


88
89

Lampiran 13

Hasil Uji Laboratorium


90

Lampiran 14

DOKUMENTASI

Bahan- Bahan formula blush on

Kaolin Talk Seng Oksida

Parafin Liquid Daging buah naga Ekstrak daging


buah naga
91

Hasil pengaplikasian blush on bentuk crem

Before After

1.
2.

3.

4.

5.
92

Hasil pengaplikasian blush on bentuk powder

Before After

1.

2.

3.

4.
93

Hasil pengaplikasian blush on bentuk compact

Before After

1.

2.

3.

4.

Anda mungkin juga menyukai