Anda di halaman 1dari 90

PENGARUH EKSTRAK LIDAH BUAYA (Aloe Barbadensis M)

TERHADAP JUMLAH FIBROBLAS DAN KADAR KALSIUM


PADA TULANG TIBIA TIKUS WISTAR

SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Kedokteran Gigi

Oleh :
GANDA DAMAR GALUH
1610070110002

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS BAITURRAHMAH PADANG
2019
PENGARUH EKSTRAK LIDAH BUAYA (Aloe Barbadensis M)
TERHADAP JUMLAH FIBROBLAS DAN KADAR KALSIUM
PADA TULANG TIBIA TIKUS WISTAR

SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Kedokteran Gigi

Oleh :
GANDA DAMAR GALUH
1610070110002

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS BAITURRAHMAH PADANG
2019
Halaman Pengesahan
SKRIPSI
“Pengaruh Ekstrak Lidah Buaya (Aloe Barbadensis M) Terhadap Jumlah
Fibroblas Dan Kadar Kalsium Pada Tulang Tibia Tikus Wistar”

Oleh :

Ganda Damar Galuh


NPM : 1610070110002

Telah dipertahankan di depan tim penguji pada tanggal 06 Januari 2020 dan
dinyatakan LULUS memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji Skripsi

1. Dr. drg. Edrizal, Sp.Ort Ketua ………………

2. Drs. Busman, M.Si Sekretaris ………………

3. drg. Fauzia Nilam Orienty, MDSc Anggota ………………

4. drg. Citra Lestari, MDSc.,Sp.Perio Anggota ………………

Padang, 06 Januari 2020


Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Baiturrahmah
Dekan,

drg. Citra Lestari, MDSc.,Sp.Perio


NIDN. 1006068001
HALAMAN PERSEMBAHAN

Sujud syukurku kusembahkan kepadamu ya Allah, Tuhan yang maha agung dan
maha tinggi, Karena sudah menghadirkan orang-orang berarti disekelilingku, Atas takdirmu
aku bisa menjadi pribadi yang berpikir, berilmu, beriman dan bersabar. Semoga keberhasilan
ini menjadi suatu langkah bagi masa depan ku nanti.
Lantunan sholawat beriring salam penggugah hati dan jiwa, menjadi persembahan
penuh kerinduan pada revolusioner Islam, pembangun peradaban manusia yang beradap
habibana wanabiyana Muhammad SAW.. “Ya Allah tidaklah kemudahan kecuali yang
Engkau buat mudah, Engkau menjadikan kesulitan (kesedihan), jika engkau kehendaki pasti
akan menjadi mudah”...
Ini bukanlah akhir dari sebuah perjuangan , Tapi awal dari perjuangan yang masih
panjang dan penuh rintangan, Seiring rasa syukurku kepada Mu ya Allah inilah sebuah karya
kecil dariku Yang ku ukir dengan peluhku Yang kurangakai dengan penuh kegelisahan dan
isak tangis kebahagian kupersembahkan untuk orang yang paling kucintai
Ayah..
Setiap pagi kau ayunkan tangan dan langkahkan kaki Dengan baju coklat yang kau kenakan
Setiap peluh yang kau teteskan takkan pernah ku lupakan
Lelah yang engkau rasakan takkan ku sia-siakan
Ini untuk mu “Ayah”
Betapa kasih sayang yang tak pernah ternilai harganya
Inilah bukti betapa aku ingin membuatmu bangga Ayah (Syamran, M.Tpd)
Ibu..
Engkau bertaruh nyawa membawa ku hadir di dunia ini
Kenakalan, Kelalaian, Kesalahan telah banyak aku lakukan
Namun, Senyum tulus dan lantunan doa selalu kau berikan untukku
Ini untuk mu “Ibu”
Cinta kasihmu untuk ku tak ada duanya (Evamic Sinengra, A.md.Pd)
Kebahagiaan ini juga kupersembahkan untuk abangku Ns. Eko Vinaly, S.Kep dan
kakak ipar ku Elsa Kartika Nofrita, S.Pd, serta keluarga besar ku tercinta yang tiada
hentinya selalu mendo’akan ku, dan memberikan cinta, dan kasih sayang yang tiada henti.
Terimakasih kepada dosen pembimbingku bapak Dr. drg. Edrizal, Sp.Ort dan bapak
Drs. Busman, M.Si yang telah membimbing, menasehati dan memotivasi dengan ikhlas dan
sabar, serta kepada dosen pengujiku Ibu drg. Fauzia Nilam Orienty, MDSc dan Ibu drg.
Citra Lestari, MDSc., Sp.Perio yang telah memberikan masukan, ilmu, serta saran dalam
pembuatan skripsi ini hingga selesai. Terimakasih juga ku ucapkan kepada pembimbing
akademikku ibu Dr. drg. Efa Ismardianita, M.Kes yang telah memberikan banyak saran
selama aku menempuh pendidikan preklinik di fakultas kedokteran gigi Universitas
Baiturrahmah.
Terimakasih kepada teman-teman seperjuangan angkatan 2016 khususnya teman-
teman kelas A yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu yang selalu kompak dalam
segala hal dan saling memberi support satu sama lain.
Yakinlah…Ada sesuatu yang menantimu selepas banyak kesabaran (yang kau jalani)
Yang akan membuatmu terpana, hingga kau lupa pedihnya rasa sakit (Imam Ali Bin Abi
Thalib).
Percayalah…. Buah Kesabaran Lebih Manis Daripada Madu….
Yaallah
Tambahkanlah bagiku ilmu yang bermanfaat, kesehatan yang elok, hati yang ikhlas dan
bersih, permudahkanlah segala urusanku dan jangan engkau persulit

Salam Hormat

Ganda Damar Galuh


PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa isi skripsi yang saya tulis dengan

judul “Pengaruh Ekstrak Lidah Buaya (Aloe Barbadensis M) Terhadap

Jumlah Fibroblas dan Kadar Kalsium Pada Tulang Tibia Tikus Wistar”

adalah kerja atau karya sendiri dan bukan jiplakan dari hasil kerja atau karya

orang lain kecuali kutipan yang sumbernya dicantumkan. Jika di kemudian hari

pernyataan ini ternyata tidak benar, maka status kelulusan dan gelar yang saya

peroleh menjadi batal dengan sendirinya.

Padang, 06 Januari 2020


Yang memberi pernyataan

Ganda Damar Galuh


NPM : 1610070110002
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan

karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh

Ekstrak Lidah Buaya (Aloe barbadensis M) Terhadap Jumlah Fibroblas dan

Kadar Kalsium Pada Tulang Tibia Tikus Wistar” sebagai salah satu syarat

guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih yang tulus ikhlas serta

penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr.drg. Edrizal, Sp.Ort selaku

pembimbing I dan Bapak Drs. Busman, M.Si selaku pembimbing II yang telah

begitu sabar dalam memberikan bimbingan, waktu, perhatian, saran-saran serta

dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih kepada

Ibu drg. Citra Lestari, MDSc., Sp.Perio selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Baiturrahmah, rekan-rekan seperjuangan mahasiswa/i Prodi S1

Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah Padang.

Teristimewa terima kasih kepada orang tua tercinta ayahanda Syamran,

M.Tpd, ibunda Evamic Sinengra, A.md.Pd, abang Ns. Eko Vinaly, S.Kep, yang

telah memberikan dukungan moril, materil dan doa, serta teman-teman angkatan

2016 yang telah memberikan dukungan dan semangat sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik.

Penulis berharap kiranya Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan

dari segala pihak yang telah bersedia membantu penulis. Akhirnya penulis

mengharapkan agar kiranya tulisan ini dapat menjadi salah satu bahan

i
pembelajaran dan peningkatan kualitas pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi

kedepannya, juga dalam usaha peningkatan jumlah fibroblas dan kadar kalsium

tulang bagi masyarakat. Aamiin Allahumma Aaaamiiin.

Padang, Desember 2019

Penulis

ii
ABSTRAK

Salah satu bahan alami sebagai terapi biologis alternatif yang diketahui
aman dan pilihan yang efektif adalah lidah buaya (Aloe barbadensis M) yang
berkhasiat membantu proses regenerasi sel, anti bakteri, anti jamur dan anti
inflamasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ekstrak lidah
buaya (Aloe barbadensis M) terhadap jumlah fibroblas dan kadar kalsium pada
tulang tibia tikus wistar. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian
eksperimental laboratorium dengan rancangan post test only control group
design, sampel yang digunakan yaitu 24 ekor tikus yang terdiri dari 8 ekor tikus
kelompok kontrol, 8 ekor tikus diberikan ekstrak lidah buaya 9 mg, dan 8 ekor
tikus diberikan ekstrak lidah buaya sebanyak 11 mg dengan teknik purposive
sampling. Uji statistik yang digunakan adalah uji parametrik One Way ANOVA.
Hasil penelitian ini didapatkan bahwa rata-rata jumlah fibroblas tertinggi yaitu
pada kelompok dosis 11 mg hari 25 dengan nilai rata-rata 103,8 sel/lapang
pandang, dan kadar kalsium tertinggi yaitu kelompok dosis 11 mg pada hari 25
dengan nilai rata-rata 228,804 mg/gr. Hasil analisa data dengan menggunakan uji
One Way ANOVA didapatkan nilai p-value < 0,05. Berdasarkan hasil tersebut
dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh ekstrak lidah buaya (Aloe Barbadensis M)
terhadap jumlah fibroblas dan kadar kalsium pada tulang tibia tikus wistar.

Kata Kunci : Ekstrak lidah buaya (Aloe barbadensis M), Jumlah Fibroblas
dan kadar kalsium

iii
ABSTRACT
One of the natural ingredients as an alternative biological therapy that is known
to be safe and effective choice is Aloe vera (Aloe barbadensis M) which is
efficacious to help the process of cell regeneration, anti-bacterial, anti-fungal and
anti-inflammatory. The purpose of this study was to determine the effect of aloe
vera extract (Aloe barbadensis M) against the number of fibroblasts and calcium
levels in the tibia of wistar rats. The type of this research is a laboratory
experimental research with post test only control group design, the sample
amount is 24 rats consisting of 8 rats used as a control group, 8 rats were given
aloe vera extract 9 mg, and 8 rats were given aloe vera extract as much as 11 mg
with a purposive sampling technique. The statistical test used was the One Way
ANOVA parametric test. The results of this study found that the highest average
number of fibroblasts was in the dose group 11 mg day 25 with an average value
of 103.8 cells / field of view, and the highest calcium amount was the dose group
11 mg on day 25 with an average value of 228,804 mg / gr. The results of data
analysis using the One Way ANOVA test obtained p-value <0.05. Based on these
results it can be concluded that there is an influence of aloe vera extract (Aloe
Barbadensis M) against of fibroblasts and calcium levels in the tibia bones of
wistar rats.

Keywords : Aloe vera extract (Aloe barbadensis M), Number of Fibroblasts and
calcium levels

iv
DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar ....................................................................................................i


Abstrak ................................................................................................................iii
Abstract ...............................................................................................................iv
Daftar Isi..............................................................................................................v
Daftar Tabel ........................................................................................................vii
Daftar Diagram....................................................................................................viii
Daftar Gambar .....................................................................................................ix
Daftar Lampiran ..................................................................................................x

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................9
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................9
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................10

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Konsep Tulang
2.1.1 Definisi Tulang .................................................................................11
2.1.2 Fungsi Tulang...................................................................................11
2.1.3 Jaringan Tulang ................................................................................12
2.2 Anatomi Tibia .........................................................................................13
2.3 Perbaikan Fraktur Tulang ( Remodelling Tulang)...................................14
2.4 Fibroblas ..................................................................................................18
2.5 Kalsium Tulang
2.5.1 Definisi Kalsium Tulang ..................................................................20
2.5.2 Fungsi dan Peranan Kalsium ............................................................21
2.5.3 Dampak Kekurangan Kalsium .........................................................24

v
2.6 Konsep Lidah Buaya
2.6.1 Definisi Lidah Buaya .......................................................................25
2.6.2 Taksonomi dan Morfologi Lidah Buaya ..........................................26
2.6.3 Kandungan Zat Aktif Lidah Buaya ..................................................27
2.7 Tepung Lidah Buaya ...............................................................................29
2.8 Kerangka Konsep Penelitian ...................................................................31
2.9 Kerangka Teori ........................................................................................32
2.10 Hipotesis Penelitian ................................................................................32

BAB 3 METODE PENELITIAN


3.1 Jenis Penelitian ........................................................................................33
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................33
3.3 Sampel Penelitian ....................................................................................33
3.4 Kriteria Sampel .......................................................................................34
3.5 Variabel Penelitian ..................................................................................34
3.6 Defenisi Operasional ...............................................................................34
3.7 Etika Penelitan ........................................................................................35
3.8 Alat dan Bahan ........................................................................................36
3.9 Hewan Percoban......................................................................................37
3.10 Tahapan Penelitian ................................................................................38
3.11 Alur Penelitian ......................................................................................44
3.12 Analisa Data ..........................................................................................45

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Penelitian .......................................................................................46
4.2 Pembahasan .............................................................................................51
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan..............................................................................................55
5.2 Saran ........................................................................................................55
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Komposisi Kandungan Gizi Lidah Buaya ............................................29
Tabel 2. Defenisi Operasional .............................................................................44

Tabel 3. Rerata Jumlah Fibroblas dan Kadar Kalsium .......................................46

Tabel 4. Hasil Uji Normalitas Data .....................................................................47

Tabel 5. Hasil Uji Homogenitas dengan Levene-Test .........................................48

Tabel 6. Hasil Uji One-Way ANOVA ..................................................................48

Tabel 7. Hasil Uji Post Hoc LSD ........................................................................49

vii
DAFTAR DIAGRAM
Halaman
Diagram 1. Kerangka Konsep Penelitian ............................................................31
Diagram 2. Kerangka Teori.................................................................................32
Diagram 3. Alur Penelitian .................................................................................44

viii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Fase Inflamasi ...................................................................................16

Gambar 2. Fibroblas pada Jaringan .....................................................................20

Gambar 3. Histopatologi fibroblas ......................................................................50

Gambar 4. Histopatologi jaringan tulang ...........................................................50

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Riwayat Akademik Peneliti ............................................................60

Lampiran 2. Surat Penelitian ...............................................................................61

Lampiran 3. Master Tabel ...................................................................................67

Lampiran 4. Hasil Olah Data ..............................................................................68

Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian ..................................................................72

x
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tulang merupakan jaringan kuat pembentuk kerangka tubuh manusia yang

memiliki empat fungsi utama yaitu fungsi mekanik, protektif, metabolik, dan

hemopetik. Fungsi mekanik yaitu sebagai penyokong tubuh dan tempat

melekatnya jaringan otot untuk pergerakan. Fungsi protektif yaitu sebagai

pelindung berbagai alat vital dalam tubuh dan sumsum tulang. Fungsi

metabolik yaitu sebagai cadangan dan tempat metabolisme berbagai mineral

yang penting seperti kalsium dan fosfat. Fungsi hemopetik yaitu sebagai

tempat berlangsungnya proses pembentukan dan perkembangan sel darah

(Mescher, 2012). Jaringan tulang bersifat kaku namun memiliki kekuatan yang

sangat besar dan juga memiliki elastisitas sangat terbatas. Tulang terdiri dari

berbagai jenis tulang, salah satu nya tulang keras yaitu, tulang betis, tulang

selangka, tulang lengan, tulang femur, dan tulang tibia (Samoelson, 2007).

Tulang tibia merupakan jenis tulang panjang yang tersusun atas beberapa

bagian, yakni diafise, epifise, dan metafise. Diafise tersusun atas korteks tulang

yang padat, sedangkan metafise dan epifise tersusun atas trabekula yang akan

membentuk korteks tulang (Martini dan Timmons, 2014). Mineral tulang tibia

yang terutama adalah fosfat dan kalsium, dengan sedikit natrium, kalium

karbonat, dan ion magnesium (Risnanto dan Inasani, 2014).

Tindakan pembedahan sering melibatkan prosesinsisi ataupun fraktur yang

akan menimbulkan luka dan kerusakan pada jaringan tersebut. Luka adalah

1
2

kerusakan kontinuitas kulit, mukosa membran, tulang atau organ tubuh lain.

Tubuh yang sehat mempunyai kemampuan alami untukmemulihkan dirinya

sebagai respon dari adanya suatu kerusakan jaringan sehingga proses

penyembuhan dapat terjadi secara normal. Tujuan dari penyembuhan luka

adalah untuk mempertautkan kembali kedua sisi dari luka tersebut dan

pengembalian fungsi jaringan seperti semula (Andreans, 2007).

Penyembuhan luka merupakan suatu proses pergantian jaringan yang

rusak atau mati oleh jaringan baru yang sehat melalui proses regenerasi diikuti

dengan perbaikan ligamen, otot dan tulang. Penyembuhan luka terjadi proses

yang dinamis yang terdiri dari fase inflamasi, fase proliferasi dan fase maturasi.

Pada setiap proses penyembuhan luka ditemukan tiga bahan utama yaitu bahan

dasar jaringan yang mengandung mukopolisakarida asam, pembuluh kapiler

baru hasil proliferasi endotel pembuluh kapiler yang rusak pada waktu

terjadinya luka dan fibroblas yang memiliki peranan dalam pembentukan

serabut kolagen. Sel fibroblas mulai muncul pada fase proliferasi (Indraswary,

2011).

Fibroblas adalah sel tetap pada jaringan ikat, relatif stabil, memiliki waktu

hidup yang panjang dan merupakan sel jaringan ikat yang paling banyak.

Fibroblas jarang terlihat pada jaringan ikat yang normal. Jaringan yang terkena

jejas mengakibatkan fibroblas yang berada didekatnya akan berproliferasi,

migrasi dan menghasilkan sejumlah besar matriks kolagen yang membantu

perbaikan kerusakan jaringan. Saat proses penyembuhan luka sedang

berlangsung, fibroblas menjadi lebih hipertrofi dan lebih basofil, ukuran

kompleks golgi menjadi lebih besar dan retikulum endoplasmik menjadi lebih
3

lebar. Fibroblas mulai muncul pada daerah luka 3 hari setelah laserasi jaringan

terjadi (Nugroho, dkk. 2012).

Pertumbuhan tulang diharapkan dapat terjadi dengan baik selama masa

pertumbuhan. Apabila usia telah lanjut dan telah terjadi menopause maka kadar

hormon estrogen turun, hormon pertumbuhan juga berkurang sehingga aktifitas

pembentukan tulang berkurang. Selain faktor hormon, tubuh juga

membutuhkan protein, fosfor, dan kalsium untuk membentuk tulang dan gigi,

serta proses biologis pada tubuh lainnya (Tangalayuk, 2015).

Pada proses penyembuhan terdapat berbagai faktor yang dapat membuat

luka tidak dapat menutup dengan sempurna dan dapat memperlambat

penyembuhan seperti kurangnya suplai darah, dehidrasi, eksudat berlebihan

dan keberadaan benda asing. Obat yang berkhasiat dalam penyembuhan luka

saat ini dirasakan relatif mahal. Selain itu, efek resistensi antibiotika pada

bakteri dan efek samping yang berat pada beberapa obat-obatan sintesis

menjadi alasan tersendiri untuk mengalihkan perhatian pada terapi alternatif

(Nugroho, dkk. 2012).

Salah satu bahan alami sebagai terapi biologis alternatif yang diketahui

aman dan pilihan yang efektif adalah lidah buaya (Aloe vera) yang berkhasiat

membantu proses regenerasi sel, anti bakteri, anti jamur dan anti inflamasi.

Dalam membantu proses penyembuhan luka, lidah buaya yang memiliki zat

aktifantara lain lignin, saponin, antrakuinon, acemannans dan glukomannas,

berperan dalam proses regenerasi sel sehingga dapat mempercepat pemulihan

luka, serta dapat membantu mengembalikan jaringan kulit yang luka. Selain itu
4

lidah buaya juga mengandung kalsium yang dapat membantu pembentukan

tulang dan proses remodelling tulang (Dewi, 2014).

Kalsium adalah mineral penting yang paling banyak dibutuhkan oleh

manusia.Fungsi kalsium adalah untuk pembentukan tulang dan gigi,

pembentukan darah, dan sebagai katalis reaksi biologis (Muchtadi, 2009).

Kalsium mempunyai dua peran penting dalam pembentukan tulang, yaitu

menyediakan regulator tak langsung bagi proses remodeling tulang dan sebagai

sumber kation untuk konstruksi mineral tulang (Wulaningtyas, 2012). Kalsium

terbesar diperlukan pada saat pertumbuhan dan pembentukan tulang baru

(Amrullah, 2012).

Sumber kalsium terdapat pada susu dan keju, yang tidak dapat diragukan

lagi merupakan sumber kalsium yang terkaya dari makanan sehari-hari.

Sebagian besar makanan lain mengandung jumlah yang lebih sedikit, misalnya

kuning telur, kacang-kacangan kol, lobak hijau, kembang kol, dan asparagus

(Almatsier, 2001). Selain itu, kalsium juga dapat ditemukan pada tanaman

lidah buaya. Lidah buaya (Aloe barbadansis M) memiliki kandungan kalsium

yang tinggi sebesar 85 mg/100gr lidah buaya (Depkes RI, 1992).

Di dalam tulang, kalsium mempunyai dua fungsi yaitu sebagai bagian dari

stuktur tulang dan sebagai cadangan kalsium tubuh. Selama proses

pertumbuhan terjadi proses kalsifikasi untuk persiapan agar tulang bisa

menopang berat badan saat berjalan. Simpanan kalsium disimpan dalam bagian

ujung tulang panjang yang dinamakan trabekula. Simpanan ini berguna untuk

mempertahankan kadar normal kalsium di dalam darah (Masnidar, 2009).


5

Apabila kadar normal kalsium di dalam darah berkurang, maka kalsium

cadangan di dalam tulang akan diambil. Sehingga apabila keadaan ini

berlangsung terus- menerus dapat mengakibatkan kalsium cadangan di dalam

tulang berkurang (Masnidar S, 2009). Kalsium merupakan mineral yang paling

banyak terdapat di dalam tubuh, yaitu 1,5-2% dari berat badan. Di dalam tubuh

terdapat kurang lebih 1 kg kalsium. Dari jumlah ini, 99% berada di dalam

jaringan keras, yaitu tulang dan gigi terutama dalam bentuk hidroksiapatit

{(3Ca3(PO4)2.Ca(OH)2} (Granner, 2003).

National Institute of Health dalam Worthington et al (2000) menyebutkan

bahwa di negara-negara maju seperti Amerika dan Australia angka kecukupan

kalsium yang dianjurkan adalah sebesar 1.200 sampai 1.500 mg/hari. Standar

Indonesia berdasarkan hasil Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII

(WKNPG VIII) tahun 2004 menetapkan kebutuhan kalsium adalah sebesar

1.000 mg/hari. Menurut data dari beberapa penelitian asupan kalsium di

Indonesia saat ini masih kurang dari angka kecukupan yang dianjurkan yaitu

hanya mencapai 254 mg/hari, sehingga hal ini beresiko terhadap asupan

kalsium yang tidak adekuat (Syafiq dan Fikawati, 2004).

Kekurangan kalsium dapat menimbulkan berbagai dampak bagi kesehatan.

Almatsier (2004) menyebutkan beberapa dampak dari kekurangan kalsium,

antara lain menyebabkan tulang kurang kuat, mudah bengkok, mudah rapuh,

osteomalasia dan kejang otot. Dampak lain dari kekurangan kalsium yaitu

dapat menyebabkan sulit tidur, mudah tegang, emosi dan hiperaktif sebagai

akibat dari terhambatnya pelepasan neurotransmiter dan rusaknya mekanisme

pengaktifan dan pengistirahatan saraf pesan ke otak. Selain itu bila tubuh
6

kekurangan kalsium sistem imunitas pun akan menurun karena ion kalsium

berperan sebagai sirene ketika tubuh diserang bakteri, virus atau racun.

Kurangnya kalsium juga akan mengurangi daya kontraksi otot jantung dan

menimbulkan asam lambung yang berlebihan. Sedangkan dampak jangka

panjang dari kekurangan kalsium adalah menyebabkan terjadinya osteoporosis

atau pengoroposan tulang (Witjaksono, 2003).

Penanganan kekurangan kalsium dapat diatasi dengan berbagai sumber

kalsium yang terdapat pada susu dan keju, yang tidak dapat diragukan lagi

merupakan sumber kalsium yang terkaya dari makanan sehari-hari. Sebagian

besar makanan lain mengandung jumlah yang lebih sedikit, misal kuning telur,

kacang-kacangan kol, lobak hijau, kembang kol, dan asparagus (Almatsier,

2001). Selain itu, kalsium juga dapat ditemukan pada tanaman lidah buaya.

Lidah buaya (Aloe barbadansis M) memiliki kandungan kalsium yang tinggi

sebesar 85 mg/100gr lidah buaya (Depkes RI, 1992).

Aloe barbandensis M atau yang lebih dikenal dengan lidah buaya adalah

salah satu genus besar dari 400 spesies. Perkembangan produksi dan

produktivitas lidah buaya pada tahun 2010 adalah 4.308.519 kg dan pada tahun

2014 adalah 15.470.663 kg (Kementrian Pertanian RI, 2015). Dahulu lidah

buaya dikenal sebagai obat penyubur rambut, penyembuh luka, perawatan

kulit, bahan baku industri farmasi dan kosmetika, bahan makanan dan

minuman kesehatan. Orang-orang kini banyak memanfaatkan lidah buaya

untuk pengobatan selain karena lidah buaya mudah didapat juga obat-obatan

dengan bahan lidah buaya tidak menggunakan bahan pengawet kimia

(Kardinan, 2008).
7

Kandungan kimia alami yang terdapat di dalam lidah buaya diantaranya

adalah asam amino, acemannan, enzim, lignin, mineral, mono dan

polisakarida, asam salisilat, saponin, sterol dan vitamin. Vitamin C dan E pada

lidah buaya dapat meningkatkan ketersediaan biologis dari nutrisi esensial dan

zat yang meningkatkan kesehatan (Barcroft dan Myskja, 2003). Zat Gizi yang

ditonjolkan pada lidah buaya adalah kalsium. Lidah buaya (Aloe barbadansis

M) memiliki kandungan kalsium yang tinggi sebesar 85 mg/100gr lidah buaya.

Jumlah ini lebih banyak dibandingkan buah-buahan lain seperti jambu biji 14

mg, pepaya 23 mg dan pisang ambon 20 mg (Depkes RI, 1992).

Lidah buaya juga memiliki kandungan zat aktif seperti senyawa mannose-

6-phospate dan glucomannans yang kaya akan polisakarida mannose,

gibberellin dan hormon pertumbuhan (growth factor). Growth factor receptors

berinteraksi merangsang aktivitas dan proliferasi fibroblas. Lidah buaya

diketahui mampu meningkatkan ekspresi prokolagen tipe I secara intra dan

ekstra seluler pada tulang. Prokolagen dibentuk dalam retikulum endoplasma

secara intraseluler dan akan diubah menjadi kolagen secara ekstraseluler yang

merupakan bagian dari matriks organik tulang yang terdapat pembuluh darah

untuk berdifusinya ion-ion mineral ke dalam cairan ekstraselular, mengelilingi

kristal dan memungkinkan pengendapan mineral baru atau penyerapan kembali

mineral tulang (Yuza, dkk. 2014).

Kandungan kimia alami lainnya yang terdapat di dalam lidah buaya

diantaranya adalah asam amino, acemannan, enzim, lignin, mineral, mono dan

polisakarida, asam salisilat, saponin, sterol dan vitamin. Vitamin C dan E pada

lidah buaya dapat meningkatkan ketersediaan biologis dari nutrisi esensial dan
8

zat yang meningkatkan kesehatan. Kandungan kalsium yang banyak pada lidah

buaya juga diharapkan dapat mempercepat proses pembentukan tulang baru

pada fraktur tulang (Barcroft dan Myskja, 2003).

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ananda dan Zuhrotun (2015)

tentang aktivitas tanaman lidah buaya sebagai penyembuh luka didapatkan

hasil bahwa lidah buaya memiliki kandungan senyawa mannose-6-phosphate

dan polisakarida yang bekerja memproomosikan proliferasi fibroblas, produksi

asam hialuronat dan hidroksiprolin pada fibroblas yang menunjukkan adanya

aktivitas penyembuhan luka pada hewan percobaan yang diberi ekstrak lidah

buaya.

Banyak dokter yang memberi kalsium pada pasien pasca operasi reposisi

patah tulang yang bertujuan untuk membantu proses kalsifikasi kalus, sehingga

dapat mempercepat kesembuhan tulang. Menurut Yahiro (2001) pada proses

kesembuhan tulang maka tubuh membutuhkan kadar kalsium yang tinggi,

karena jika asupan kalsium kurang maka deposisi kalsium pada tulang juga

berkurang sehingga proses kalsifikasi kalus tidak terjadi yang akhirnya akan

mempengaruhi proses kesembuhan tulang yang fraktur. Akan tetapi menurut

Lewis (1990) pemberian kalsium pada kasus fraktur tulang tidak memiliki

manfaat untuk proses kesembuhan tulangnya. Boyd (1950) juga berpendapat

bahwa rendahnya kadar kalsium tidak akan mengganggu kecepatan

kesembuhan fraktur tulang. Perbedaan pernyataan ini menarik peneliti untuk

melakukan penelitian pemberian ekstrak lidah buaya terhadap jumlah fibroblas

dan kadar kalsium tulang tikus yang dilakukan dengan melihat jumlah fibroblas

tulang tibia tikus yang difrakturkan terlebih dahulu.


9

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang pengaruh ekstrak lidah buaya (Aloe barbadensis M) terhadap

jumlah fibroblas dan kadar kalsium pada tulang tibia tikus wistar.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti merumuskan masalah

penelitian yaitu “Apakah ada pengaruh ekstrak lidah buaya (Aloe barbadensis

M) terhadap jumlah fibroblas dan kadar kalsium pada tulang tibia tikus wistar?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh ekstrak lidah buaya

(Aloe barbadensis M) terhadap jumlah fibroblas dan kadar kalsium pada tulang

tibia tikus wistar.

1.3.2 Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui rata-rata jumlah fibroblas pada tulang tibia tikus wistar

yang tidak diberi ekstrak lidah buaya dan yang diberi ekstrak lidah buaya

b. Untuk mengetahui rata-rata kadar kalsium pada tulang tibia tikus wistar

yang tidak diberi ekstrak lidah buaya dan yang diberi ekstrak lidah buaya

c. Untuk mengetahui pengaruh ekstrak lidah buaya terhadap jumlah fibroblas

dan kadar kalsium pada tulang tibia tikus wistar


10

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan, serta

memberikan informasi dari hasil penelitian yang dilakukan khusus nya

pengetahuan mengenai pengaruh ekstrak lidah buaya terhadap jumlah

fibroblas dan kadar kalsium tulang.

2. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk

memanfaatkan hasil budi daya lidah buaya sebagai salah satu cara untuk

meningkatkan jumlah fibroblas dan kadar kalsium tulang serta untuk

meningkatkan perekonomian masyarakat.

3. Bagi Instansi Terkait

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wacana yang menekankan

pada pengobatan dalam meningkatkan jumlah fibroblas dan kadar kalsium

pada tulang serta dapat dijadikan sebagai salah satu bentuk materi

pendidikan kesehatan baik dirumah sakit maupun di masyarakat.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Tulang

2.1.1 Definisi

Tulang adalah jaringan ikat yang terdiri dari sel, serat, dan matriks

ekstraselular.Matriks tulang adalah bagian terkeras yang terletak dilapisan luar

tulang, yang diakibatkan oleh pengendapan mineral dalam matriks, sehingga

tulang pun mengalami kalsifikasi. Didalam tubuh manusia juga terdapat yang

namanya tulang rawan (cartilago), yaitu jaringan ikat yang mempunyai

kemampuan meregang, membentuk penyokong yang kuat bagi jaringan lunak,

memberikan kelenturan, dan sangat tahan terhadap tekanan (Irianto, 2004).

Tulang merupakan bagian tubuh yang memiliki fungsi utama sebagai

pembentuk rangka dan alat gerak tubuh, pelindung organ-organ internal, serta

tempat penyimpanan mineral (kalsium-fosfat). Proses pembentukan tulang

disebut dengan osifikasi. Proses osifikasi terjadi pada masa perkembangan

janin (prenatal) dan setelah individu lahir (postnatal). Pada tulang panjang

perkembangan terjadi sampai individu mencapai dewasa (Pudyani, 2001).

2.1.2 Fungsi Tulang

Menurut Mahmudati (2008) tulang adalah jaringan yang hidup dan sebagai

jaringan penghubung (connective tissue) yang mempunyai tiga fungsi sebagai

berikut:

1. Fungsi mekanik yaitu untuk gerakan dan melekatnya otot,

2. Melindungi organ vital,

11
12

3. Sebagai cadangan kalsium dan fosfat.

2.1.3 Jaringan Tulang

1. Jaringan Tulang Primer

Jaringan tulang primer adalah yang tampak pada perkembangan embrio

dan pada perbaikan fraktur. Tulang ini ditandai dengan disposisi acak serat

kolagen sehingga sering disebut tulang anyaman. Jaringan tulang primer

umumnya bersifat sementara dan akan diganti oleh jaringan tulang sekunder

pada orang dewasa, kecuali pada sedikit tempat di tubuh misalnya dekat

sutura calvaria, di alveolus dentalis, dan pada insersi beberapa tendon.

Berkas serat kolagen irreguler, ciri jaringan tulang primer lain adalah kadar

mineral yang lebih rendah (tulang primer lebih mudah ditembus sinar- x)

dan proporsi osteosit yang tinggi ketimbang pada jaringan tulang sekunder

(Mescher, 2012).

2. Jaringan Tulang Sekunder

Jaringan tulang sekunder adalah jenis jaringan yang biasanya dijumpai

pada orang dewasa. Jaringan tersebut secara khas memperlihatkan berbagai

lapisan matriks berkapur (masing-masing) dengan tebal 3-7 µm dan sering

disebut dengan tulang lamella. Lamella tersebut cukup tersusun baik secara

paralel satu sama lain atau konsentris di sekeliling kanal vaskular. Setiap

kompleks lamella tulang konsentrik yang mengelilingi suatu kanal kecil

mengandung pembuluh darah, saraf, dan jaringan ikat longgar yang disebut

dengan osteon. Lakuna dengan osteosit ditemukan diantara lamella, yang

saling berhubungan dengan kanalikuli yang memungkinkan semua sel

berkontak dengan sumber nutrisi dan oksigen di kanal osteonik. Tepi luar
13

setiap osteon merupakan suatu lapisan yang lebih kaya akan kolagen yang

disebut garis semen (Mescher, 2012).

2.2 Anatomi Tibia

Tibia merupakan tulang medial tungkai bawah yang besar dan berfungsi

menyangga berat badan.Tibia bersendi diatas dengan condilus femoris dan

caput fibulae, dibawah dengan talus dan ujung distal fibula. Tibia mempunyai

ujung atas yang melebar dan ujung bawah yang lebih kecil, serta sebuah

corpus. Pada ujung atas terdapat condeli lateralis dan medialis (kadang-kadang

disebut plateau tibia lateral dan medial). Pada permukaan tibia mempunyai

fasies artikularis superior, dibagi dua oleh eminensia interkondiloid madial dan

lateral. Didepan eminensia terdapat lekuk kecil fosa interkondiloid posterior.

Bagian tepi permukaan sendi tibia terdapat margo inferior infraglenoid

(Syaifuddin, 2011).

Dibawah margo terdapat tonjolan yang disebut tuberositas tibia. Diafise

tibia bentuknya seperti prisma berisi tiga fasies yaitu fasies anterior, fasies

posterior, dan fasies lateralis. Ketiga fasies ini dipisahkan oleh krista anterior

tibia, krista posterior tibia, dan margo tibialis media. Pada fasies posterior

terdapat linea poplitea, bagian ujung distal tibia berbentuk sendi kaki sebelah

medial menonjol sebagai maleolus medialis, sebelah lateral mempunyai lekuk

berhubungan dengan fibula insisura fibularis.

Tulang tibia berfungsi untuk eksistensi kaki pada sendi pergelangan kaki,

inversi kaki pada articulatio subtalaris dan articulatio tarso tranversus,

mempertahankan arcus longitudinalis medialis kaki (Syaifuddin, 2011).


14

2.3 Perbaikan Fraktur Tulang (Regenerasi Tulang)

Sesudah patah tulang terjadinya pendarahan akibat sobeknya pembuluh

darah dan terjadi pembekuan. Fibroblas yang berkembang dan kapiler darah

memasuki bekuan darah dan membentuk jaringan granulasi yang disebut

prokalus. Jaringan granulasi menjadi jaringan fibrosa padat dan kemudian

berubah menjadi massa tulang rawan. Massa ini merupakan kalus temporer

yang mempersatukan tulang-tulang yang patah. Osteoblas berkembang dari

periosteum dan endosteum dan meletakkan tulang spongiosa yang secara

progresif menggantikan tulang rawan kalus temporer dengan cara serupa yaitu

osifikasi endokondral. Bagian yang menyatukan patah tulang itu terdiri atas

tulang. Kalus tulang yang semula spongiosa akan mengalami reorganisasi

menjadi tulang kompakta dan kelebihan tulang akan diresorpsi (Leeson, 2002).

Pembentukan kalus setelah cedera tulang menggambarkan sifat

multipotennya sel periosteum, endosteum dan setelah cedera, macam-macam

diferensiasi sel yang akan terjadi tergantung pada persediaan pembuluh darah.

Pada mulanya pendarahan di daerah periosteum dan endosteum tidak baik,

artinya kurang pembuluh darahnya, dan sel-sel berkembang pada kondroblas

dan fibroblas (Leeson, 2002).

2.3.1 Proses Penyembuhan Luka

Penyembuhan luka merupakan suatu proses yang melibatkan respon

seluler dan biokimia baik secara lokal maupun sistemik melibatkan proses

dinamis dan kompleks dari koordinasi serial termasuk pendarahan, koagulasi,

inisiasi respon inflamasi akut segera setelah trauma, regenerasi, migrasi dan

proliferasi jaringan ikat dan sel parenkim, serta sintesis protein matriks
15

ekstraselular, remodelling parenkim dan jaringan ikat serta deposisi kolagen (T

Velnar, 2009). Sel yang paling berperan dari semua proses ini adalah sel

makrofag, yang berfungsi mensekresi sitokin pro-inflamasi dan anti-inflamasi

serta growth factors, fibroblas dan kemampuannya mensistesis kolagen yang

mempengaruhi kekuatan tensile strengh luka dan mengisi jaringan luka

kembali ke bentuk semula, kemudian diikuti oleh sel-sel keratinosit kulit untuk

membelah diri dan bermigrasi membentuk reepitelialisasi dan menutupi area

luka (Faten, 2010).

Menurut Primadina, dkk (2019) Secara umum, penyembuhan luka dibagi

dalam 3 fase, yaitu :

1. Fase Inflamasi

Fase Inflamasi terbagi dua, yaitu Fase inflamasi awal atau fase

haemostasis dan fase inflamasi akhir. Pada saat jaringan terluka, pembuluh

darah yang terputus pada luka akan menyebabkan pendarahan, reaksi tubuh

pertama sekali adalah berusaha menghentikan pendarahan dengan

mengaktifkan faktor koagulasi intrinsik dan ekstrinsik, yang mengarah ke

agregasi platelet dan formasi clot vasokontriksi, pengerutan ujung pembuluh

darah yang putus (retraksi) dan reaksi haemostasis. Reaksi haemostasis akan

terjadi karena darah yang keluar dari kulit yang terluka akan mengalami

kontak dengan kolagen dan matriks ekstraseluler, hal ini akan memicu

pengeluaran platelet atau dikenal juga dengan trombosit mengekspresi

glikoprotein pada membran sel sehingga trombosit tersebut dapat

beragregasi menempel satu sama lain dan membentuk massa (clotting).

Massa ini akan mengisi cekungan luka membentuk matriks provisional


16

sebagai scaffold untuk migrasi sel-sel radang pada fase inflamasi (Landen

dan Stahle, 2016). Fase inflamasi dimulai segera setelah terjadinya trauma

sampai hari ke-5 pasca trauma. Tujuan utama fase ini adalah menyingkirkan

jaringan yang mati, dan pencegahan kolonisasi maupun infeksi oleh agen

mikrobial patogen (Gutner, 2007).

Gambar 1. Fase inflamasi terjadi segera setelah terjadinya trauma dan bertujuan
untuk hemostasis,membuang jaringan mati dan mencegah infeksi
invasif oleh mikroba pathogen. Tampak sebukan sel-sel radang
berwarna ungu (kanan) (Gutner, 2007).

2. Fase Proliferasi

Fase proliferasi berlangsung mulai hari ke-3 hingga 14 pasca trauma,

ditandai dengan pergantian matriks provisional yang didominasi oleh

platelet dan makrofag secara bertahap digantikan oleh migrasi sel fibroblas

dan deposisi sintesis matriks ekstraselular (T Velnar, 2009). Pada level

makroskopis ditandai dengan adanya jaringan granulasi yang kaya akan

jaringan pembuluh darah baru, fibroblas, dan makrofag, granulosit, sel

endotel dan kolagen yang membentuk matriks ekstraseluler dan neovaskular

yang mengisi celah luka dan memberikan scaffold adhesi, migrasi,

pertumbuhan dan diferesiasi sel (Gutner, 2007). Tujuan fase proliferasi ini

adalah untuk membentuk keseimbangan antara pembentukan jaringan parut


17

dan regenerasi jaringan. Menurut Primadina, dkk (2019) terdapat tiga proses

utama dalam fase proliferasi, antara lain :

a) Angiogenesis

Angiogenesis merupakan pertumbuhan pembuluh darah baru yang terjadi

secara alami di dalam tubuh, baik dalam kondisi sehat maupun patologi

(sakit). Kata angiogenesis sendiri berasal dari kata angio yang berarti

pembuluh darah dan genesis yang berarti pembentukan. Pada keadaan

terjadi kerusakan jaringan, proses angiogenesis berperan dalam

mempertahankan kelangsungan fungsi berbagai jaringan dan organ yang

terkena. Terjadinya hal ini melalui terbentuknya pembuluh darah baru yang

menggantikan pembuluh darah yang rusak.

b) Fibroblas

Fibroblas memproduksi matriks ekstraselular yang akan mengisi kavitas

luka dan menyediakan landasan untuk migrasi keratinosit. Matriks

ekstraselular inilah yang menjadi komponen yang paling nampak pada skar

di kulit. Makrofag memproduksi growth- factor seperti PDGF, FGF dan

TGF yang menginduksi fibroblas untuk berproliferasi, migrasi, dan

membentuk matriks ekstraselular. Melalui bantuan matrix metalloproteinase

(MMP-12), fibroblas mencerna matriks fibrin dan menggantikannya dengan

glycos amino glycan (GAG). Matriks ekstraselular ini akan digantikan oleh

kolagen tipe III yang juga diproduksi oleh fibroblas.

c) Re-epitelisasi

Secara simultan, sel-sel basal pada epitelium bergerak dari daerah tepi

luka menuju daerah luka dan menutupi daerah luka. Pada tepi luka, lapisan
18

single layer sel keratinosit akan berproliferasi kemudian bermigrasi dari

membran basal ke permukaan luka. Ketika bermigrasi, keratinosit akan

menjadi pipih dan panjang dan juga membentuk tonjolan sitoplasma yang

panjang. Mereka akan berikatan dengan kolagen tipe I dan bermigrasi

menggunakan reseptor spesifik integrin. Kolagenase yang dikeluarkan

keratinosit akan mendisosiasi sel dari matriks dermis dan membantu

pergerakan dari matriks awal.

3. Fase Maturasi (Remodelling)

Fase maturasi ini berlangsung mulai hari ke-21 hingga sekitar 1 tahun

yang bertujuan untuk memaksimalkan kekuatan dan integritas struktural

jaringan baru pengisi luka, pertumbuhan epitel dan pembentukan jaringan parut

(T Velnar, 2009). Pada fase ini terjadi keseimbangan antara proses sintesis dan

degradasi kolagen serta matriks ekstraseluler. Kolagen yang berlebihan

didegradasi oleh enzim kolagenase dan kemudian diserap. Sisanya akan

mengerut sesuai tegangan yang ada. Hasil akhir dari fase ini berupa jaringan

parut yang pucat, tipis, lemas, dan mudah digerakkan dari dasarnya. Fase

remodelling jaringan parut adalah fase terlama dari proses penyembuhan.

2.4 Fibroblas

Fibroblas adalah sel tetap pada jaringan ikat, relatif stabil, memiliki waktu

hidup yang panjang dan merupakan sel jaringan ikat yang paling banyak.

Fibroblas jarang terlihat pada jaringan ikat yang normal, tetapi dalam

mensintesis komponen matriks. Pada jaringan yang terkena jejas, fibroblas yang

berada didekatnya akan berproliferasi, migrasi dan menghasilkan sejumlah

besar matriks kolagen yang membantu perbaikan kerusakan jaringan. Pada


19

proses penyembuhan luka berlangsung fibroblas menjadi lebih hipertrofi dan

lebih basofil, ukuran komplek golgi menjadi lebih besar dan retikulum

endoplasmik menjadi lebih lebar. Fibroblas mulai muncul pada daerah luka 3

hari setelah laserasi jaringan terjadi (Sjamsuhidajat, 2005).

Fibroblas tersebar luas sebagai sel tetap pada berbagai jaringan ikat,

berasal dari sel mesensim yang belum berdiferensiasi dan berfungsi

memproduksi matriks ekstrasel jaringan ikat. Gambaran histologik fibroblas

berupa sel besar berbentuk gepeng dengan sitoplasma bercabang langsing, atau

berbentuk gelendong atau fusiformis. Inti lonjong atau memanjang dengan satu

atau dua buah anak inti, batas sel tidak jelas, sitoplasma homogen bersifat

basofil karena terdapat banyak retikulum endoplasma granular (menunjukkan

aktifitas sintesis untuk menghasilkan matriks ekstrasel), beberapa penulis

menggunakan istilah fibroblas aktif. Bila aktivitas sintesis fibroblas berkurang,

maka struktur selnya akan berubah. Sitoplasma menjadi basofil lemah dan

mengandung sedikit retikulum endoplasma granuler, tetapi ribosom bebas

banyak, juga inti menjadi lebih padat dan gepeng, sel ini dinamakan fibrosit

atau fibroblas inaktif (Wangko dan Karundeng, 2014).

Fibroblas dikenal sebagai sel tetap pada jaringan ikat, tetapi sel ini masih

dapat melakukan pergerakan pada jaringan ikat dan berperan pada regenerasi

jaringan yang rusak akibat peradangan atau trauma (contoh : luka bedah)

dengan membentuk jaringan parut. Miofibroblas merupakan suatu variasi

fibroblasdimana sitoplasmanya mengandung miofilamen yang dapat

berkontraksi. Sel-sel ini terdapat pada permukaan luka dan berfungsi untuk

menutup luka dengan cara berkontraksi (Wangko dan Karundeng, 2014).


20

Gambar 2. Fibroblas pada jaringan


Sumber : Mescher (2012)

2.5 Kalsium Tulang

2.5.1 Definisi

Kalsium dalam tulang merupakan sumber kalsium darah. Walaupun

makanan kurang mengandung kalsium, konsentrasinya dalam darah akan tetap

normal (Almatsier, 2004). Kalsium merupakan mineral yang paling banyak

terdapat di dalam tubuh, yaitu 1,5-2% dari berat badan orang dewasa. Di dalam

tubuh manusia terdapat kurang lebih 1 kg kalsium. Dari jumlah ini, 99% berada

di dalam jaringan keras, yaitu tulang dan gigi terutama dalam bentuk

hidroksiapatit {(3Ca3(PO4)2.Ca(OH)2}. Kalsium tulang berada dalam keadaan

seimbang dengan kalsium plasma pada konsenterasi kurang lebih 2,25-2,60

mmol/l (9-10,4 mg/100ml) (Granner, 2003).


21

Densitas tulang berbeda menurut umur, meningkat pada bagian pertama

kehidupan dan menurun secara berangsur setelah dewasa. Selebih nya kalsium

tersebar luas didalam tubuh. Di dalam cairan ekstraselular dan intraselular

kalsium memegang peranan penting dalam mengatur fungsi sel, seperti untuk

transmisi saraf, kontraksi otot, penggumpalan darah dan menjaga permebilitas

membran sel. Kalsium juga mengatur pekerjaan hormon-hormon dan faktor

pertumbuhan (Almatsier, 2004).

Kalsium tulang tersebar diantara pool (cadangan) yang relatif tidak

berubah/stabil dan tidak dapat digunakan untuk pengaturan jangka pendek

keseimbangan kalsium, dan pool yang cepat dapat berubah yang terlibat dalam

kegiatan metabolisme kalsium (kurang lebih 1% kalsium tulang). Komponen

yang dapat berubah ini dapat dianggap sebagai cadangan yang menumpuk bila

makanan mengandung cukup kalsium. Cadangan kalsium ini terutama disimpan

pada bagian ujung tulang panjang dalam bentuk kristal yang dinamakan

trabekuladan dapat dimobilisasi untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat

pada masa pertumbuhan, kehamilan, dan menyusui. Kekurangan konsumsi

kalsium untuk jangka panjang menyebabkan struktur tulang yang tidak

sempurna (WHO, 2003).

2.5.2 Fungsi dan Peranan Kalsium

Kalsium mempunyai peran penting didalam tubuh, yaitu dalam

pembentukan tulang dan gigi, dalam pengaturan fungsi sel pada cairan

ekstraselular dan intraselular, seperti untuk transmisi saraf, kontraksi otot,

penggumpalan darah, dan menjaga permeabilitas membran sel. Selain itu,


22

kalsium juga mengatur pekerjaan hormon-hormon dan faktor pertumbuhan

(Almatsier, 2004).

Adapan fungsi kalsium bagi tubuh yaitu :

1. Pembentukan tulang

Almatsier (2004) menyebutkan bahwa kalsium dalam tulang mempunyai dua

fungsi yaitu sebagai bagian integral dari struktur tulang dan sebagai tempat

menyimpan kalsium. Proses pembentukan tulang dimulai pada awal

perkembangan janin, dengan membentuk matriks yang kuat, tetapi masih lunak

dan lentur yang merupakan cikal bakal tulang tubuh. Matriks yang merupakan

sepertiga bagian dari tulang terdiri atas serabut yang terbuat dari kolagen yang

diselubungi oleh bahan gelatin. Segera setelah lahir matriks mulai menjadi kuat

dan mengeras melalui proses kalsifikasi, yaitu terbentuknya kristal mineral yang

mengandung senyawa kalsium. Kristal ini terdiri atas kalsium fosfat atau

kombiasi kalsium fosfat dan kalsium hidroksida dinamakan hidroksiapatit

{(3Ca3(PO4)2.Ca(OH)2}.

2. Pembentukan gigi

Mineral yang membenuk dentin dan email yang merupakan bagian tengah

dan luar dari gigi adalah mineral yang sama dengan pembentuk tulang, yaitu

hidroksiapatit. Namun, kristal dalam gigi lebih padat dan kadar airnya lebih

rendah. Protein dalam email gigi adalah keratin, sedangkan dalam dentin adalah

kolagen. Pertukaran antara kalsium gigi dan kalsium tubuh berlangsung dengan

lambat dan terbatas pada kalsium yang terdapat dalam lapisan dentin. Sedikit

pertukaran mungkin juga terjadi diantara saliva dan email gigi. Kekurangan
23

kalsium selama masa pembentukan gigi dapat menyebabkan meningkatnya

kerentanan terhadap kerusakan gigi (Almatsier, 2004).

3. Pertumbuhan

Kalsium secara nyata diperlukan untuk pertumbuhan kerena bagian penting

dalam pembentukan tulang dan gigi, juga dibutuhkan dalam jumlah yang lebih

kecil untuk mendukung fungsi sel dalam tubuh.Penelitian di jepang

menyebutkan bahwa orang yang diet rendah kalsium lebih pendek dibandingkan

dengan diet kalsium yang adekuat. Dalam masa pertumbuhan ukuran tulang,

kandungan kalsium dan kebutuhan kalsium meningkat. Setelah pertumbuhan

terhenti, kemungkinan fase dimana penambahan jumlah tulang dan kalsium

(peak bone mass) bersama akan tetap bertambah (Almatsier, 2004).

4. Pembekuan darah

Bila terjadi luka, ion kalsium dalam darah merangsang pembebasan

fosfolipida tromboplastin dari platelet darah yang terluka. Tromboplastin ini

mengatalisis perubahan protrombin bagian darah normal, menjadi trombin

kemudian membantu perubahan fibrinogen, bagian lan dari darah, menjadi fibrin

yang merupakan gumpalan darah (Sherwood, 2001).

5. Katalisator reaksi-reaksi biologic

Kalsium berfungsi sebagai katalisator berbagai reaksi biologik, seperti

absorpsi vitamin B12, tindakan enzim pemecah lemak, lipase pankreas, ekskresi

insulin oleh pankreas, pembentukan dan pemecahan asetilkolin. Kalsium yang

diperlukan untuk mengkatalisis reaksi-reaksi ini diambil dari pesediaan kalsium

dalam tubuh (Almatsier, 2004).


24

6. Kontraksi otot

Pada waktu otot berkontraksi kalsium berperan dalam interaksi protein di

dalam otot, yaitu aktin dan miosin. Bila darah kalsium kurang dari normal, otot

tidak bisa mengendur sesudah kontraksi. Tubuh akan kaku dan dapat

menimbulkan kejang. Beberapa fungsi kalsium lain adalah meningkatkan fungsi

transpor membran sel, kemungkinan dengan bertindak sebagai stabilisator

membran, dan transmisi ion melalui membran organel sel (Almatsier, 2004).

2.5.3 Dampak Kekurangan Kalsium

Kekurangan kalsium pada masa pertumbuhan dapat menyebabkan

ganggguan pertumbuhan. Tulang kurang kuat, mudah bengkok dan rapuh.

Tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Hal ini dinamakan osteoporosis yang

dapat dipercepat oleh keadaan stress sehari-hari. FDA (1998) menegaskan

bahwa asupan kalsium yang rendah adalah salah satu faktor risiko terjadinya

osteoporosis, suatu kondisi dari rendahnya massa tulang atau kepadatannya.

Kekurangan kalsium dapat menyebabkan osteomalasia, yang dinamakan juga

riketsia yang biasanya terjadi karena kekurangan vitamin D dan

ketidakseimbangan konsumsi kalsium terhadap fosfor. Mineralisasi matriks

tulang terganggu, sehingga kandungan kalsium di dalam tulang menurun

(Almatsier, 2004).
25

2.6 Konsep Lidah Buaya (Aloe barbadensis M)

2.6.1 Definisi Lidah Buaya

Tanaman lidah buaya (Aloe barbadensis M) lebih dikenal sebagai tanaman

hias dan banyak digunakan sebagai bahan dasar obat-obatan dan kosmetika, baik

secara langsung dalam keadaan segar atau diolah oleh perusahaan dan dipadukan

dengan bahan-bahan yang lain. Tanaman lidah buaya termasuk keluarga

liliaceae yang memiliki sekitar 200 spesies. Dikenal tiga spesies lidah buaya

yang dibudidayakan yakni Aloe sorocortin yang berasal dari Zanzibar (Zanzibar

Aloe), Aloe barbadensis M dan Aloe vulgaris. Pada umumnya banyak ditanam di

Indonesia adalah jenis barbadansis yang memiliki sinonim Aloe vera linn

(Suryowidodo, 1988). Jenis aloe yang banyak dikenal hanya beberapa antara

lain adalah Aloe nobilis, Aloe variegata, Aloe vera (Aloe barbadensis), Aloe

feerox M, Aloe arborescens dan Aloe schimperi (McVicar, 1994).

Lidah buaya (Aloe barbadansis M) memiliki kandungan kalsium yang

tinggi sebesar 85 mg/100gr lidah buaya (Depkes RI, 1992). Selain itu, lidah

buaya juga mengandung senyawa saponin dan vitamin D yang dapat

meningkatkan absorpsi kalsium pada mukosa usus dengan cara merangsang

produksi protein pengikat kalsium. Absorbsi kalsium dilakukan secara aktif

dengan menggunakan protein pengikat kalsium. Asam klorida yang dikeluarkan

lambung juga akan membantu absorpsi kalsium dengan cara menurunkan pH

dibagian atas duodenum. Ketika kalsium diabsorpsi, maka ion-ion mineral

berdifusi ke dalam cairan ekstraselular, mengelilingi kristal dan memungkinkan

pengendapan mineral baru atau penyerapan kembali mineral tulang yang berupa

kalsium tulang (Almatseir, 2004).


26

2.6.2 Taksonomi dan Morfologi Lidah Buaya

Klasifikasi tanaman lidah buaya adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae
Subkingdom : Traciobionta
Super divisi : Spermatophyta
Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledone
Ordo : Liliales
Famili : Xanthorrhoeaceae
Genus : aloe
Spesies : aloe vera linn
Sinonim : aloebarbadensis, mill; aloe vulgaris, lamk
Nama local : lidah buaya (Indonesia), crocodiles tongues (Inggis),

jadam (Malaysia), salvila (Spanyol) dan lu hui (Cina).

Tanaman lidah buaya berasal dari kepulauan Canary di sebelah barat

Afrika dan diperkirakan masuk ke Indonesia pada abad ke-17. Hasil-hasil

penelitian yang dilakukan para ahli melaporkan bahwa rahasia keampuhan lidah

buaya terletak pada zat-zat yang dikandungnya. Lidah buaya mempunyai

kandungan nutrisi yang cukup lengkap, diantaranya vitamin, kandungan choline,

inositol, dan folic acid. Selain itu, kandungan mineral lidah buaya terdiri dari

kalsium, magnesium, kalium, natrium, besi, dan kromium. Aloe barbadensis M

adalah lidah buaya yang terbaik karena lebih tahan terhadap hama dan penyakit.

Lidah buaya dapat tumbuh subur ditanah yang memiliki struktur gembur dan

banyak mengandung bahan organik, oleh karena itu lidah buaya cocok

dibudidayakan secara organik (Kardinan, 2008).

Lidah buaya juga merupakan tumbuhan liar ditempat yang berhawa panas.

Lidah buaya juga dapat di tanam di dalam pot dan pekarangan rumah sebagai
27

tanaman hias. Lidah buaya memiliki ciri-ciri, yaitu daunnya berdaging tebal,

panjang, mengecil kebagian ujungnya, berwarna hijau serta berlendir. Pada

bagian massa encer mentah mengandung sekitar 98,5% air dengan kandungan

1,5% mengandung susunan senyawa vitamin, mineral, enzim, polisakarida,

senyawa polipakarida, dan asam organik yang larut dalam air dan larut dalam

lemak (Hamman, 2008).

2.6.3 Kandungan Zat Aktif Lidah Buaya

Komponen terbesar dalam daun lidah buaya adalah air. Komponen

selanjutnya adalah berbagai macam polimer karbohidrat (polisakarida,

mukopolisakarida, lignin) dengan sejumlah komponen organik dananorganik

(Eshun dan He, 2004). Komponen berikutnyaadalah asam amino (terdapat 18

jenis asam amino, antara lain arginin, serin, glutamin, treonin, lisin, penilalanin,

histidin, leusin, isoleusin), lemak, vitamin (A, B1, B2, B12, C dan E), mineral

(kalsium, magnesium, sodium, besi, seng, krom), enzim (sellulase, amilase,

katalase, karboksipeptidase, karpoksihelklase, bradiknase), hormon. Senyawa

lainnya seperti saponin, antrokuinon, kuinon, barbaloin, isobarbaloin, aloe

emodin, aloenin, aloesin, biogenic simulator, resin, gum dan minyak atsiri.

Antrokuinon merupakan komponen utama dalam lidah buaya dengan nama aloin

(Elamthuruthya 2005).

Kandungan zat aktif dalam lidah buaya adalah sebagai berikut

(Fumawanthi, 2004) :

1) Liginins

Zat aktif ini mempunyai kemampuan menyerap yang sangat tinggi sehingga

memudahkan peresapan gel ke dalam kulit atau mukosa. Kandungan liginin


28

di dalam gel mampu melindungi kulit dari kekeringan dan menjaga

kelembapannya. Liginin ini dimanfaatkan para produsen kosmetik untuk

aneka produk perataan kulit dan kecantikan.

2) Saponin

Zat aktif ini mempunyai kemampuan membersihkan dan bersifat antiseptik

yang baik.

3) Kompleks anthraquinone

Zat aktif ini sebagai antivirus, antibakteri, antibakteri, antijamur, dan dapat

menghancurkan sel tumor, serta meningkatkan daya tahan tubuh.

4) Acemannan

Zat aktif ini sebagai antivirus, antibakteri, antijamur, dan dapat

menghancurkan sel tumor,serta meningkatkan daya tahan tubuh.

5) Enzimbradykinase, karboksipeptidase

Zat aktif ini berguna untuk mengurangi inflamasi, antialergi, dan dapat

mengurangi rasa sakit.

6) Salisilat

Zat aktif ini berguna untuk menghilangkan rasa sakit dan antiinflamasi.

7) Asam amino

Zat aktif ini sebagai bahan untuk pertumbuhan dan perbaikan sel serta sebagai

sumber energi. Lidah buaya menyediakan 20 asam amino dari 22 asam amino

yang dibutuhkan oleh tubuh.

8) Vitamin A, B1, B2, B6, B12, C, E dan asam folat

Zat aktif ini merupakan bahan penting untuk menjalankan fungsi tubuh secara

normal dan sehat.


29

Komposisi terbesar dari gel lidah buaya adalah air, yaitu 99,5%. Sisanya

adalah padatan yang terutama terdiri dari karbohidrat, yaitu mono dan

polisakarida (Morsy, 1991). Nutrien yang terkandung dalam gel lidah buaya

terutama terdiri atas karbohidrat, vitamin dan kalsium seperti yang tercantum

dibawah ini.

Tabel 1. Komposisi kandungan gizi lidah buaya (Sumber : Depkes RI, 1992).

Zat Gizi Kandugan per 100 gr


energi (kal) 4,0
Protein (g) 0,10
Lemak (g) 0,20
Serat (g) 0,30
Abu (g) 0,10
Kalsium (mg) 85,00
Fosfor (mg) 186,00
Besi (mg) 0,80
Vitamin C (mg) 3,476
Vitamin A (IU) 4,594
Vitamin B1 (mg) 0,10
Kadar air (g) 99,20

2.7 Tepung Lidah Buaya

Tepung berbentuk butiran-butiran kecil mengandung amilosa dan

amilopektin, besarnya butiran untuk setiap jenis tepung berbeda-beda. Sifat gel

lidah buaya yang mudah rusak mendorong dilakukannya upaya-upaya

pengolahan menjadi tepung (aloe powder). Lidah buaya dalam bentuk tepung

mempunyai beberapa keuntungan, yaitu kandungan nutrisinya tidak mudah

rusak serta memudahkan dalam penyimpanan dan transportasi.

Adapun tahapan pembuatan ekstrak lidah buaya dengan hasil akhir berupa

tepung lidah buaya menurut Syahputra, Ary (2008), yaitu :


30

a. Pencucian

Pencucian ini berfungsi untuk melepaskan segala kotoran-kotoran yang

melekat pada kulit lidah buaya, selain itu juga untuk menghilangkan bahan-

bahan kimia yang melekat pada saat pemupukan. Pada proses pencucian

senyawa aloin pada lidah buaya akan berkurang sehingga dapat mengurangi rasa

pahit pada lidah buaya

b. Pemotongan dan Pengupasan

Proses pemotongan lidah buaya menggunakan pisau stainless steel dan hasil

potongan segera dimasukkan ke dalam air. Hal tersebut dimaksudkan untuk

menghindari terjadinya proses pencoklatan.

c. Perendaman Larutan CaCl2

Kalsium klorida (CaCl2) merupakan suatu tepung tanpa warna yang

digunakan sebagai sequesteran dalam pengolahan sayuran. CaCl2 dapat

menyerap air di sekeliling nya sehingga dapat digunakan sebagai drying agent,

sebagai pengeras dan penggaring pada pengolahan buah-buahan dan sayuran.

CaCl2 dapat mencegah pencoklatan yang disebabkan oleh efek kelasi kalsium

dengan asam amino.

d. Blansing

Blansing adalah pemanasan sesaat dengan suhu 81-930C selama 1-5 menit

tergantung dari jenis dan ukuran bahan. Blansing dilakukan pada lidah buaya

yang akan dikeringkan yang bertujuan untuk menonaktifkan enzim dan

mengurangi sebagian mikroba, melayukan, dan mengurangi volume bahan

sehingga memudahkan pengolahan selanjutnya.


31

e. Penambahan Dekstrin

Pada pengolahan tepung diperlukan teknik enkapsulasi yang bertujuan

untuk melindungi kandungan gizi yang sensitif terhadap kerusakan (proses

oksidasi), melindungi pigmen serta meningkatkan kelarutan untuk bahan

enkapsulat sehingga menggunakan dekstrin, karena memiliki sifat yang dapat

larut dalam air, dapat melindungi senyawa yang mudah menguap dan senyawa

yang peka terhadap panas atau oksidasi.

f. Pengeringan

Pengeringan merupakan suatu metode untuk menghilangkan sebagian air

dari suatu bahan dengan cara menguapkan air tersebut dengan bantuan energi

matahari atau energi panas lainnya misalnya oven. Waktu pengeringan biasanya

dipengaruhi oleh udara pengering dan sifat yang dikeringkan, semakin tinggi

suhu maka semakin cepat waktu pengeringan. Pengeringan dapat dilakukan

dengan suatu alat pengering (artificial drying) atau penjemuran dengan

menggunakan matahari (sun drying).

g. Setelah dilakukan pengeringan, lalu lidah buaya dihaluskan hingga berubah

bentuk menjadi bubuk, kemudian diayak menggunakan ayakan 80 mesh.

2.8 Kerangka Konsep

Aplikasi Peningkatan jumlah


Ekstrak lidah fibroblas Tulang Tibia
buaya
Peningkatan Kadar
Kalsium Tulang Tibia

Diagram 1. Kerangka Konsep Penelitian


32

2.9 Kerangka Teori

Diagram 2. Kerangka Teori

2.10 Hipotesis

H0 : Tidak ada pengaruh pemberian ekstrak lidah buaya (Aloe barbadensis M)

terhadap jumlah fibroblas dan kadar kalsium tulang tibia

Ha : Ada pengaruh pemberian ekstrak lidah buaya(Aloe barbadensis M)

terhadap jumlah fibroblas dan kadar kalsium tulang tibia


BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental

laboratorium dengan rancangan post test only control group design untuk

mengetahui pengaruh ekstrak lidah buaya (Aloe barbadensis M) terhadap

jumlah fibroblas dan kadar kalsium pada tulang tibia tikus wistar.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi Universitas

Andalas Padang, Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran

Universitas Andalas Padang dan Laboratorium LLDIKTI Wilayah X Padang.

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 02 November – 27 November 2019.

3.3 Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti

(Notoadmojo, 2012). Pada penelitian ini jumlah sampel yang peneliti gunakan

yaitu sebanyak 24 ekor tikus yang terdiri dari 8 ekor tikus dijadikan sebagai

kelompok kontrol, 8 ekor tikus diberikan ekstrak lidah buaya 9 mg, dan 8 ekor

tikus diberikan ekstrak lidah buaya sebanyak 11 mg.

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah purposive

sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan cara memilih sampel sesuai

dengan kehendak peneliti sehingga sampel tersebut dapat mewakili

karakteristik populasi yang dikenal sebelumnya (Notoadmojo, 2012).

33
34

3.4 Kriteria Sampel

3.4.1 Kriteria Inklusi

Karakteristik umum yang harus dipenuhi objek penelitian ini adalah :

a. Tikus Wistar (Rattus norvegicus) berumur 8-12 minggu

b. Berat badan tikus 200-300 gr

c. Keadaan tikus sehat dan tidak ada kelainan anatomi.

3.4.2 Kriteria Eksklusi

Sampel dianggap drop out apabila selama penelitian dilaksanakan tikus

sakit dan mati. Dalam penelitian yang sudah peneliti lakukan, terdapat 2 ekor

tikus kontrol dan 1 ekor tikus yang diberi ekstrak lidah buaya sebanyak 9 mg

yang mati.

3.5 Variabel Penelitian

1. Variabel Independen : Ekstrak lidah buaya (Aloe barbadensis M)

2. Variabel Dependen : Fibroblas dan Kalsium tulang tibia tikus wistar

3.6 Definisi Operasional Variabel

Tabel 2. Definisi Operasional Variabel

Definisi
Hasil Skala
No Variabel Operasional Alat Ukur
Ukur Ukur
Variabel
1. Variabel Merupakan Neraca elektrik Terdapat 2 Ordinal
Independen : senyawa yang kelompok
Ekstrak lidah di lakukan aplikasi :
buaya pemanasan P1 9 mg
sederhana P2 11 mg
menggunakan
oven menjadi
bubuk dan di
aplikasikan
pada daerah
tulang tibia
yang
mengalami
fraktur.
35

2. Variabel Fibroblas Mikroskop Sel/ Rasio


dependen : adalah sel tetap mikrofoto lapangan
a. Fibroblas pada jaringan Olympus BX51 pandang
ikat yang dan kamera
memiliki universal DP20
waktu hidup dengan
yang panjang, perbesaran 100x
dapat pada masing-
menghasilkan masing
matriks kelompok
kolagen untuk
membantu
penyembuhan
kerusakan
jaringan tulang
tibia yang
fraktur

b. Kalsium Kalsium Spektrofotometer Kadar Rasio


tulang adalah mineral Serapan Atom kalsium
yang berperan (SSA) tulang
untuk tibia tikus
pertumbuhan, wistar
dan (mg/gr)
pembentukan
tulang tibia

3.7 Etika Penelitian

Penelitian dilakukan dengan melindungi hak subjek selama proses

penelitian, sebelum melakukan penelitian, peneliti sudah mengajukan ethical

clearance dan mendapatkan persetujuan dari Tim Komite Etik Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Andalas dengan nomor surat 489/KEP/FK/2019

dengan hasil yang didapatkan bahwa penelitian ini tidak melanggar kode etik

penelitian sehingga peneliti diizinkan untuk melakukan penelitian tersebut.


36

3.8 Alat dan Bahan

3.8.1 Alat Penelitian

a. Alat untuk hewan coba :

1. Kandang tikus, timbangan hewan, wadah pemeliharaan tikus

2. Gelas ukur, nierbeken, spatula

3. Pinset, handle blade, benang dan jarum jahit

4. Needle holder, gunting bedah, mikrotom

b. Alat untuk menganalisis kadar kalsium tulang

1. Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)

2. Hot plate

3. Glass woll

4. Labu takar

c. Alat untuk melihat jumlah fibroblas

Mikroskop mikrofoto Olympus BX51 dan kamera universal DP20 dengan

perbesaran 100x

3.8.2 Bahan Penelitian

1. Tikus Wistar dengan berat 200-300 gram

2. Lidah buaya (Aloe barbadensis M)

3. Pakan standar tikus (dedak)

4. Sekam padi

5. Tissu

6. Masker dan sarung tangan

7. Cairan fisiologis (NaCl)

8. Formalin 10%
37

9. Dekstrin

10. Asam nitrat pekat

11. Asam sulfat pekat

12. Aquades

3.8.3 Alat untuk membuat ekstrak lidah buaya (Aloe barbadensis M)

1. Timbangan Digital
2. Pisau Stainlees steel
3. Mixer
4. Loyang
5. Plastik
6. Oven
7. Panci Perebusan
8. Baskom
9. Ayakan 80 mesh
10. Beaker glass
3.9 Hewan Percobaan

Pada penelitian ini peneliti menggunakan hewan coba berupa tikus jantan

wistar yang berumur 8-12 minggu. Berat badan tikus 200 – 300 gr. Hewan

coba dipelihara terlebih dahulu dalam kandang plastik bertutup, dengan ukuran

panjang dan lebar kandang lebih panjang dari tubuh hewan termasuk ekornya

dan tiap kandang dialasi dengan sekam padi. Terdapat 24 kandang, tiap

kandang ditempatkan 1 ekor tikus. Hewan coba telah diaklimatisasi dengan

pemberian makanan berupa ransum basal dan minum air suling secara ad

libitum pada semua tikus. Kandang dibersihkan dan alas sekam diganti sekali

dua hari. Tempat makan dan minuman dibersihkan dan diganti tiap hari.
38

3.10 Tahapan Penelitian

3.10.1 Eksplorasi Lidah Buaya

Peneliti melakukan survei pada tanggal 16 Juli 2019 di lokasi pengambilan

lidah buaya melalui kunjungan langsung di Em Florist yang terletak di Lubuk

Minturun. Informasi tentang lidah buaya yang digunakan oleh peneliti

didapatkan langsung dari penjual tanaman yang berada di Em Florist tersebut

mengenai proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman lidah buaya mulai

dari pembibitan, penanaman, pemeliharaan seperti pemupukan, pemberian

mulsa, penyiangan yang bertujuan untuk membersihkan gulma, pemangkasan,

pemberantasan hama dan penyakit, hingga proses panen dan penjualan.

Lidah buaya yang peneliti gunakan untuk penelitian ini diambil dari lumin

sebanyak 6 Kg yang kemudian dilakukan pembuatan ekstrak. Pembuatan

ekstrak lidah buaya untuk penelitian ini dilakukan di Laboratorium

Farmakologi Universitas Andalas Padang. Adapun langkah-langkah pembuatan

ekstrak lidah buaya yaitu sebagai berikut (Syahputra, Ary. 2008) :

1. Pelepah lidah buaya dikupas kemudian dipotong dan dicuci hingga

diperolah gel lidah buaya

2. Gel lidah buaya tersebut kemudian direndam dalam larutan CaCl2 1%

selama 10 menit

3. Di blansing dengan suhu 800C selama 15 menit

4. Dihancurkan/diblender sampai terbentuk bubur lidah buaya

5. Bubur lidah buaya dimixer dan ditambahkan dekstrin

6. Ditaburkan diatas loyang yang telah dilapisi plastik


39

7. Dilakukan pengeringan dan oven blower dengan suhu 700C dan lama

pengeringan 6-12 jam

8. Lalu diayak menggunakan ayakan 80 mesh

3.10.2 Aplikasi Hewan Coba

Pemberian Ekstrak lidah buaya terhadap hewan coba diberikan kepada 30

ekor tikus (24 ekor tikus sampel dan 6 ekor tikus cadangan) disiapkan lalu

dilakukan pencukuran bulu disekitar kaki tikus, kemudian tikus dianestesi

infiltrasi dengan bahan ketamin 100mg/kgBB dan xylazine 4mg/kgBB secara

intramuskular. Setelah itu mengoleskan povidone iodine 10% pada bagian

luar tulang tibia, kemudian melakukan insisi pada bagian luar tulang tibia

tikus, dimulai dari lapisan kulit, subkutan, dan otot sepanjang 2 cm.

Selanjutnya membuat defek fraktur pada tulang tibia menggunakan bur

dengan diameter ± 1,4 mm sambil diirigasi dengan larutan saline. Kemudian

meletakkan ekstrak lidah buaya pada kelompok aplikasi 1 dengan dosis 9 mg,

dan kelompok aplikasi 2 dengan dosis 11 mg di tempat fraktur. Selanjutnya

melakukan suturing dengan teknik simple interupted sutured menggunakan

benang jahit jenis non absorbable bahan silk ukuran 3 dan jarum jahit curved

(circle) needle ukuran ½. Selanjutnya mengoleskan povidone iodine 10%

pada bagian yang sudah dilakukan penjahitan dan di fiksasi dengan kasa steril

yang diperban pada kaki tikus.

Selanjutnya mengevaluasi keadaan tikus dan mempertahankan keadaan

tikus. Selama penelitian berlangsung terdapat 3 ekor tikus penelitian yang

mati yang terdiri dari 2 ekor tikus kelompok kontrol (1 ekor mati pada hari ke

5 dan 1 ekor nya lagi mati pada hari ke 11), dan 1 ekor tikus kelompok
40

aplikasi yang diberi ekstrak lidah buaya 9 mg (mati pada hari ke 17). Setelah

mencapai hari ke 14 dan hari ke 25 penelitian, peneliti melakukan euthanasia

pada 3 kelompok yang terdiri dari kelompok kontrol, kelompok aplikasi

dengan dosis 9 mg, dan kelompok aplikasi dengan dosis 11 mg (masing-

masing kelompok terdiri dari 4 ekor di hari 14 dan 4 ekor dihari 25) dengan

bahan dietil eter lalu membuka jahitan dan mengambil tulang tibia nya dan

dibersihkan dari otot dan daging yang melekat. Selanjutnya tulang tibia

direndam didalam larutan fisiologis untuk proses selanjutnya yaitu analisis

kadar kalsium yang dilakukan di Laboratorium LLDIKTI Wilayah X dan

tulang tibia juga direndam didalam formalin 10% untuk pembuatan preparat

histologi yang dilakukan di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas

Kedokteran Universitas Andalas Padang.

Hewan percobaan dikelompokkan menjadi 3 kelompok dengan masing-

masing kelompok terdiri dari 8 ekor tikus. Adapun pembagian kelompok

hewan percobaan :

a. Kelompok 1 : Pengamatan fibroblas dan pengukuran kadar kalsium tulang

tibia 8 ekor tikus tanpa diberi ekstrak lidah buaya yang sudah difrakturkan

lalu dikorbankan pada hari ke 14 (4 ekor) dan hari 25 (4 ekor)

b. Kelompok 2 : Pengamatan fibroblas dan pengukuran kadar kalsium tibia 8

ekor tikus wistar yang sudah difrakturkan lalu diberikan ekstrak lidah

buaya sebanyak 9 mg dan dikorbankan pada hari ke 14 (4 ekor) dan hari

25 (4 ekor)

c. Kelompok 3 : Pengamatan fibroblas dan pengukuran kadar kalsium tulang

tibia 8 ekor tikus wistar yang sudah difrakturkan lalu diberikan ekstrak
41

lidah buaya sebanyak 11 mg dan dikorbankan pada hari ke 14 (4 ekor) dan

hari 25 (4 ekor)

3.10.3 Analisis Kadar Kalsium

Analisis kadar kalsium tulang tibia sudah dilakukan di Laboratorium

LLDIKTI Wilayah X dengan menggunakan metode SSA (Spektrofotometer

Serapan Atom). Prosedur pegujian kadar kalsium menurut AOAC (2005)

sebagai berikut :

a. Sampel tulang tibia tikus ditimbang sebanyak 0,15 gr

b. Kemudian sampel dibakar dalam tanur 800oC hingga menjadi abu selama

4 jam

c. Sampel diencerkan dengan penambahan 5 ml HNO3, lalu dididihkan

selama 5 menit lalu didinginkan kembali

d. Setelah didinginkan kemudian disaring dengan kertas whattman 41 di

dalam labu ukur 100 ml

e. Lalu ditimbang dengan ditambahkan aquades sampai batas.

f. Pembacaan sampel dengan menggunakan alat SSA dengan panjang

gelombang 422,7 nm

3.10.4 Pembuatan Preparat Histologi

Pembuatan preparat histologi telah dilakukan oleh peneliti di

Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Padang. Menurut (Muntha, 2001) proses pembuatan preparat histologi untuk

melihat dan menghitung nilai pembentukan fibroblas, sebagai berikut :

a. Memotong jaringan organ

Setelah jaringan organ yang berada di dalam larutan fiksatif matang,


42

jaringan ditiriskan menggunakan saringan selanjutnya dipotong

menggunakan pisau scalpel dengan ketebalan 0,3 – 0,5 mm dan disusun

ke dalam keranjang khusus (basket).

b. Proses dehidrasi

Keranjang (basket) yang di dalamnya berisi jaringan organ, dimasukkan

ke dalam mesin processor otomatis. Selanjutnya jaringan mengalami

proses dehidrasi bertahap dengan putaran waktu sebagai berikut: ethanol

70% (1 jam) ethanol 96% (1 jam), ethanol 100% I (1 jam), ethanol 100%

II (1 jam), xylene I dan II (1 jam), parafin cair I, II, dan III (1 jam).

Selanjutnya keranjang yang berisi tissue cassette dikeluarkan untuk

melanjutkan proses berikutnya.

c. Vakum

Setelah proses dehidrasi dilakukan, kemudian dilanjutkan dengan

penghilangan udara dari jaringan dengan menggunakan mesin vakum yang

di dalamnya terdapat tabung untuk menyimpan keranjang yang diisi

paraffin cair dengan temperatur (59-60ºC) di vakum selama 30 menit.

Keranjang diangkat, tissue cassette dikeluarkan dan disimpan pada

temperature 60º C untuk sementara waktu sebelum percetakan dilakukan

dengan parafin cair.

d. Mencetak blok paraffin

Cetakan dari bahan stainless steel dihangatkan di atas api bunsen, lalu

ke dalam setiap cetakan dimasukkan jaringan sambil diatur dan sedikit

ditekan. Sementara itu ditempat lain telah disiapkan parafin cair dalam

tempat khusus, sehingga dicapai suhu 60ºC. Parafin cair tersebut di


43

tuangkan ke dalam jaringan sampai seluruh jaringan terendam parafin.

Parafin dibiarkan membeku di atas mesin pendingin. Selanjutnya blok

parafin dilepas dari cetakan dan disimpan di freezer (-20ºC) sebelum

dilakukan pemotongan.

e. Memotong blok jaringan

Blok paraffin yang mengandung jaringan, kemudian dipotong dengan

menggunakan rotary microtome dengan ketebalan ±4 µm. Potongan

tersebut diletakkan secara hati-hati di atas permukaan air dalam waterbath

bersuhu 40º C. Pada kesempatan ini bentuk irisan dirapikan, kemudian

diletakkan di atas kaca obyek yang telah diolesi ewith yang berfungsi

sebagai bahan perekat, kaca obyek dengan jaringan di atasnya disusun di

dalam rak khusus dan dimasukkan ke dalam inkubator bersuhu 55-65ºC

sampai preparat siap untuk diwarnai dengan Hematoxylin Eosin (HE).

f. Jumlah sel-sel fibroblas diamati secara mikroskopis dengan pembesaran

100 kali.
44

3.11 Alur Penelitian

24 Ekor Tikus

Tikus putih Rattus

16 ekor kelompok Aplikasi : Norvegicus 8 ekor kelompok


Kontrol
1. 8 ekor = 9 mg ekstrak
lidah buaya
2. 8 ekor = 11 mg ekstrak
Masing – masing diaklimitasikan
lidah buaya
selama 7 hari

Masing-masing tikus di anastesi


dan tulang tibia tikus di frakturkan
dengan operasi ringan

Pemberian ekstrak lidah buaya pada


kelompok aplikasi sesuai dosisnya
4 ekor tikus dari masing-masing
kelompok dikorbankan dengan cara
Menutup fraktur dengan penjahitan dianastesi untuk diambil tulang tibia
nya pada hari ke 14 dan 25 untuk
mengamati jumlah fibroblas dan kadar
kalsium tulang tibia

Masing-masing kelompok
dilihat perubahan jumlah
fibroblas dan kadar kalsium
dari hari ke 14 dan 25

Hasil
Penelitian

Analisa Data

Diagram 3. Alur Penelitian


45

3.12 Analisa Data

3.12.1 Analisa Deskriptif

Data hasil perhitungan jumlah fibroblas dan kadar kalsium tulang tibia

tikus wistar disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.

3.12.2 Analisa Statistik

Data pengamatan yang diperoleh dianalisis secara statistik untuk

mengetahui normalitas distribusi data yang diuji dengan menggunakan uji

Shapiro-Wilk (n< 50). Dari hasil uji normalitas yang sudah dilakukan

didapatkan nilai p-value>0,05, hal ini dapat disimpulkan bahwa data

berdistribusi normal, karena data berdistribusi normal maka untuk melihat

perbedaan jumlah fibroblas dan kadar kalsium dari masing masing kelompok

sampel, peneliti menggunakan uji One way ANOVA dan dilanjutkan dengan

post-hoc uji LSD. Berdasarkan hasil uji yang sudah dilakukan didapatkan nilai

p-value dari masing-masing kelompok <0,05, hal ini berarti bahwa ada

pengaruh ekstrak lidah buaya (Aloe barbadensis M) terhadap jumlah fibroblas

dan kadar kalsium pada tulang tibia tikus wistar.


BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Berikut ini akan disajikan hasil penelitian dengan judul ” pengaruh

ekstrak lidah buaya (Aloe barbadensis M) terhadap jumlah fibroblas dan

kadar kalsium pada tulang tibia tikus wistar pada hari 14 dan hari 25 dengan

menggunakan dosis 9 mg dan 11 mg serta kontrol negatif diperoleh hasil

sebagai berikut :

Tabel 3. Rerata Jumlah Fibroblas Dan Kadar Kalsium Tulang Tibia Tikus Wistar

No. Kelompok Perlakuan N Rata-rata

1. Fibroblas Kontrol negatif 4 51,2 sel/lapang pandang


hari 14
Dosis 9 mg 4 80,0 sel/lapang pandang
Dosis 11 mg 4 93,4 sel/lapang pandang
Total 12 74,8 sel/lapang pandang
2. Fibroblas Kontrol negatif 4 69,0 sel/lapang pandang
Hari 25
Dosis 9 mg 4 90,6 sel/lapang pandang
Dosis 11 mg 4 103,8 sel/lapang pandang
Total 12 87,8 sel/lapang pandang
3. Kadar Kontrol negatif 4 194,746 mg/gr
kalsium Hari
14
Dosis 9 mg 4 212,303mg/gr
Dosis 11 mg 4 218,395 mg/gr
Total 12 208,481 mg/gr
4. Kadar Kontrol negatif 4 209,093 mg/gr
kalsium Hari
25
Dosis 9 mg 4 214,393 mg/gr
Dosis 11 mg 4 228,804mg/gr
Total 12 217,430 mg/gr

46
47

Berdasarkan Tabel di atas menunjukan rata-rata jumlah fibroblas pada

hari ke-14 kelompok perlakuan dosis 9 mg adalah 80 sel/lapang pandang

dan semakin meningkat pada dosis 11 mg yaitu 93,4 sel/lapang pandang dan

rata-rata fibroblas terendah terdapat pada kelompok kontrol negatif yaitu

51,2 sel/lapang pandang. Rata-rata jumlah fibroblas hari 25 pada kelompok

perlakuan dosis 9 mg yaitu 90,6 sel/lapang pandang, semakin meningkat

pada dosis 11 mg yaitu 103,8 sel/lapang pandang dan paling rendah terdapat

pada kelompok kontrol negatif yaitu 69 sel/lapang pandang. Kadar kalsium

pada hari 14 paling tinggi terdapat pada kelompok dosis 11 mg yaitu

218,395 mg/gr dan pada hari 25 kadar kalsium paling banyak terdapat pada

kelompok dosis 11 mg yaitu 228,804 mg/gr.

Data dianalisis menggunakan program statistic SPSS for Window 24.0

yang terlebih dahulu melakukan uji normalitas menggunakan uji Shapiro-

Wilk dan uji homogenitas dengan menggunakan uji Levene-test untuk

mengetahui bahwa data terdistribusi normal atau tidak dengan uraian

sebagai berikut :

Tabel 4. Hasil Uji Normalitas Data dengan Shapiro-Wilk

Hari Ekstrak N Sig Batas Sig Keterangan


Fibroblas Kontrol negatif 4 0.114 0,05 Normal
Hari 14 Dosis 9 mg 4 0.623 0,05 Normal
Dosis 11 mg 4 0.111 0,05 Normal
Fibroblas Kontrol negatif 4 0.700 0,05 Normal
Hari 25 Dosis 9 mg 4 0.780 0,05 Normal
Dosis 11 mg 4 0.973 0,05 Normal
Kadar Kontrol negatif 4 0.483 0,05 Normal
kalsium Dosis 9 mg 4 0.748 0,05 Normal
Hari 14 Dosis 11 mg 4 0.854 0,05 Normal
Kadar Kontrol negatif 4 0.217 0,05 Normal
kalsium Dosis 9 mg 4 0.821 0,05 Normal
Hari 25 Dosis 11 mg 4 0.091 0,05 Normal
48

Berdasarkan hasil pengujian normalitas data diperoleh hasil pada

masing-masing kelompok di hari 14 dan 25 nilai p-value> 0,05 artinya data

terdistribusi normal.

Selanjutnya penyajian hasil uji homogenitas disajikan dalam Tabel 7

sebagai berikut :

Tabel 5. Hasil Uji Homogenitas dengan Levene-Test

Hari Dekapitulasi N Sig Batas Sig Keterangan


Fibroblas hari 14 12 0,120 0,05 Homogen
Fibroblas hari 25 12 0,060 0,05 Homogen
Kadar kalsium 14 12 0,100 0,05 Homogen
Kadar kalsium 25 12 0,113 0,05 Homogen
Berdasarkan hasil pengujian homogenitas data pada semua

kelompok hari 14 dan 25 diperoleh nilai signifikansi p> 0,05 artinya data

homogen. Berdasarkan hasil dari uji normalitas dan homogenitas di atas

diperoleh hasil bahwa data berdistribusi normal dan data homogen maka

untuk melihat pengaruh ekstrak lidah buaya (Aloe barbadensis M) terhadap

jumlah fibroblas dan kadar kalsium pada tulang tibia tikus wistar pada hari

14 dan 25 digunakan uji parametrik One Way Anova dengan uraian sebagai

berikut :

Tabel 6. Hasil uji One Way Anova pengaruh ekstrak lidah buaya (Aloe barbadensis
M) terhadap jumlah fibroblas dan kadar kalsium pada tulang tibia tikus
wistar hari 14 dan 25

Hari Dekapitulasi Sig Batas Sig Keterangan


Fibroblas hari 14 0,000 0,05 Ha diterima
Fibroblas hari 25 0,000 0,05 Ha diterima
Kadar kalsium 14 0,009 0,05 Ha diterima
Kadar kalsium 25 0,002 0,05 Ha diterima
Hasil uji statistik menggunakan uji one way anova didapatkan nilai

signifikansi (p-value<0,05) pada semua kelompok hari perlakuan, hal ini

dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh ekstrak lidah buaya (Aloe


49

barbadensis M) terhadap jumlah fibroblas dan kadar kalsium pada tulang

tibia tikus wistarpada hari 14 dan 25 yang terdiri dari kelompok kontrol,

kelompok dosis 9 mg, dan dosis 11 mg.

Setelah dilakukan uji one way anova kemudian dilakukan uji

lanjutan Post Hoc LSD untuk mengetahui perbandingan masing-masing

kelompok pada kelompok kontrol negatif, dosis 9 mg dan dosis 11 mg.

Hasil analisis sebagai berikut :

Tabel 7. Hasil Uji Post Hoc LSD perbedaan antar kelompok terhadap jumlah
fibroblas dan kadar kalsium pada tulang tibia tikus wistar

Dependent Kelompok Kelompok Sig Batas Keterangan


Variable Sig
Fibroblas Kontrol (-) Dosis 9 mg 0,000 0,05* Ha diterima
Hari 14 0,05* Ha diterima
Dosis 11 mg 0,000
Dosis 9 mg Dosis 11 mg 0,020 0,05* Ha diterima
Fibroblas Kontrol (-) Dosis 9 mg 0,000 0,05* Ha diterima
Hari 25 0,05* Ha diterima
Dosis 11 mg 0,000
Dosis 9 mg Dosis 11 mg 0,003 0,05* Ha diterima
Kadar Kontrol (-) Dosis 9 mg 0,017 0,05* Ha diterima
kalsium Hari 0,05* Ha diterima
Dosis 11 mg 0,003
14
Dosis 9 mg Dosis 11 mg 0,335 0,05 Ho diterima
Kadar Kontrol (-) Dosis 9 mg 0,201 0,05 Ho diterima
kalsium Hari 0,05* Ha diterima
25 Dosis 11 mg 0,001
Dosis 9 mg Dosis 11 mg 0,005 0,05* Ha diterima
Berdasarkan hasil penelitian pada pembetukan fibroblas hari 14 dan

hari 25 diperoleh terdapat perbedaan bermakna pada dua kelompok berbeda

karena nilai sig < 0,05 dan pada kadar kalsium hari 14 kelompok kontrol

negatif dengan dosis 9 mg dan 11 mg terdapat perbedaan jumlah fibroblas

dan kadar kalsium, hari 25 kelompok kontrol negatif dengan dosis 11 mg

dan dosis 9 mg terdapat perbedaan dengan nilai sig < 0,05, yang dapat

dilihat seperti gambar dibawah ini :


50

a. Jaringan fibroblas

Gambar 3. Jaringan granulasi setelah luka padadaerah fraktur. Pada hari 14


kelompok kontrol (A), perlakuan 1 dengan ekstrak lidah buaya 9 mg
(B), perlakuan 2 dengan dosis 11 mg (C), hari 25 kelompok kontrol
(D), perlakuan 1 dengan dosis 9 mg (E), perlakuan 2 dengan dosis 11
mg (F). Panah hijau (fibroblas). Pada gambar terlihat bahwa
pemberian dosis tinggi dan lama hari memperlihatkan jaringan
granulasi yang lebih padat dibanding dosis rendah dan kelompok
kontrol.

b. Histopatologi jaringan tulang

Gambar 4. Histopatologi jaringan tulang setelah perlakuan pengeburan. Pada hari 14


Kelompok Kontrol (A), Perlakuan 1 (B), Perlakuan 2 (C), hari 25 Kelompok
Kontrol (D), Perlakuan 1 (E), Perlakuan 2 (F) dengan fibroblas (panah {↓}),
osteoblas (lingkaran {O}), osteosit (mata panah terbuka {∆}), dan osteoklas
(mata panah tertutup {▼}).
51

4.2 Pembahasan

Berdasarkan penelitian diperoleh hasil pada jumlah fibroblas per lima

lapang pandang hari 14 dengan rata-rata jumlah fibroblas pada dosis 9 mg

adalah 80 sel/lapang pandang dan semakin meningkat pada dosis 11 mg

yaitu 93,4 sel/lapang pandang dan terendah pada kontrol negatif yaitu

51,2sel/lapang pandang dan pada hari 25 jumlah fibroblas dosis 9 mg yaitu

90,6 sel/lapang pandang dan semakin meningkat pada dosis 11 mg yaitu

103,8 sel/lapang pandang dan paling rendah pada kontrol negatif yaitu

69sel/lapang pandang. Hal ini membuktian bahwa semakin tinggi dosis

yang digunakan maka semakin meningkat jumlah fibroblas. Berdasarkan uji

one way anova yang sudah dilakukan didapatkan nilai signifikansi p<0,05

pada semua kelompok hari perlakuan, sehingga dapat disimpulkan bahwa

terdapat pengaruh ekstrak lidah buaya (Aloe barbadensis M) terhadap

jumlah fibroblas dan kadar kalsium pada tulang tibia tikus wistarpada hari

14 dan 25 dengan menggunakan kelompok kontrol negatif, kelompok dosis

9 mg, dan dosis 11 mg.

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ananda & Zuhrotun (2015)

tentang aktivitas tanaman lidah buaya sebagai penyembuh luka didapatkan

hasil bahwa lidah buaya memiliki kandungan senyawa mannose-6-

phosphate dan glucomannans yang kaya akan polisakarida mannose,

gibberellin dan hormon pertumbuhan (growth factor). Growth factor

receptors berinteraksi merangsang aktivitas dan proliferasi fibroblas, serta

polisakarida yang bekerja mempromosikan proliferasi fibroblas, produksi


52

asam hialuronat dan hidroksiprolin pada fibroblas yang menunjukkan

adanya aktivitas penyembuhan luka.

Hasil ini menunjukkan bahwa pembentukan fibroblas pada tulang

tibia tikus wistar semakin meningkat dengan bertambahnya dosis ekstrak

lidah buaya (Aloe barbadensis M) sehingga jumlah fibroblas bisa meningkat

pada dosis 11 mg dan peningkatan jumlah fibroblas lebih efektif pada hari

25 dibandingkan dengan pada hari 14, karena semakin lama hari yang

digunakan, maka semakin meningkat jumlah fibrolas tersebut. Hal tersebut

disebabkan karena peran fibroblas yaitu bertanggung jawab pada persiapan

menghasilkan produk struktur protein yang digunakan selama proses

rekonstruksi jaringan (Hidayat, 2013).

Terdapat efektifitas ekstrak lidah buaya (Aloe barbadensis M)

terhadap jumlah fibroblas disebabkan karena esktrak lidah buaya (Aloe

vera) yang berkhasiat membantu proses regenerasi sel, anti bakteri, anti

jamur dan anti inflamasi. Dalam membantu proses penyembuhan luka, lidah

buaya yang memiliki zat aktif antara lain lignin, saponin, antrakuinon,

acemannans dan glukomannas, berperan dalam proses regenerasi sel

sehingga dapat mempercepat pemulihan luka, serta dapat membantu

mengembalikan jaringan kulit yang luka. Selain itu, lidah buaya juga

diketahui mampu meningkatkan ekspresi prokolagen tipe I secara intra dan

ekstra seluler pada tulang. Prokolagen dibentuk dalam retikulum

endoplasma secara intraseluler dan akan diubah menjadi kolagen secara

ekstraseluler yang merupakan bagian dari matriks organik tulang yang

terdapat pembuluh darah untuk berdifusinya ion-ion mineral ke dalam


53

cairan ekstraselular, mengelilingi kristal dan memungkinkan pengendapan

mineral baru atau penyerapan kembali mineral tulang (Yuza, dkk. 2014).

Berdasarkan penelitian tentang kadar kalsium diperoleh hasil

peningkatan kadar kalsium pada hari 14 paling banyak pada dosis 11 mg

yaitu 218,395mg/gr dan pada hari 25 kadar kalsium paling banyak pada

dosis 11 mg yaitu 228,804mg/gr, artinya pada hari 25 terjadi peningkatan

kadar kalisum tertinggi pada dosis 11 mg. Hal ini membuktian bahwa

semakin tinggi dosis yang digunakan maka semakin meningkat kadar

kalsium. Berdasarkan uji one way anova yang sudah dilakukan didapatkan

hasil nilai signifikansi p-value<0,05 pada semua kelompok hari perlakuan,

sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh ekstrak lidah buaya

(Aloe barbadensis M) terhadap kadar kalsium pada tulang tibia tikus wistar

pada hari 14 dan 25 dengan menggunakan kelompok kontrol negatif,

kelompok dosis 9 mg, dan dosis 11 mg.

Terdapat pengaruh ekstrak lidah buaya terhadap kadar kalisum

tulang tikus wistar, hal tersebut disebabkan karena ekstrak Lidah buaya

memiliki kandungan zat aktif seperti senyawa mannose-6-phospate dan

glucomannans yang kaya akan polisakarida mannose, gibberellin dan

hormon pertumbuhan (growth factor). Growth factor receptors berinteraksi

merangsang aktivitas dan proliferasi fibroblas. Lidah buaya diketahui

mampu meningkatkan ekspresi prokolagen tipe I secara intra dan ekstra

seluler pada tulang. Prokolagen dibentuk dalam retikulum endoplasma

secara intraseluler dan akan diubah menjadi kolagen secara ekstraseluler

yang merupakan bagian dari matriks organik tulang yang terdapat pembuluh
54

darah untuk berdifusinya ion-ion mineral ke dalam cairan ekstraselular,

mengelilingi kristal dan memungkinkan pengendapan mineral baru atau

penyerapan kembali mineral tulang (Yuza, dkk. 2014).

Kandungan kimia alami lainnya yang terdapat di dalam lidah buaya

diantaranya adalah asam amino, acemannan, enzim, lignin, mineral, mono

dan polisakarida, asam salisilat, saponin, sterol dan vitamin. Vitamin C dan

E pada lidah buaya dapat meningkatkan ketersediaan biologis dari nutrisi

esensial dan zat yang meningkatkan kesehatan. Kandungan kalsium yang

banyak pada lidah buaya juga diharapkan dapat mempercepat proses

pembentukan tulang baru pada fraktur tulang (Barcroft & Myskja, 2013).
BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh

ekstrak lidah buaya (Aloe barbadensis M) terhadap jumlah fibroblas dan

kadar kalsium pada tulang tibia tikus wistar pada hari 14 dan 25 dengan

kelompok tertinggi yang mengalami perubahan atau pengaruh terdapat pada

kelompok dosis 11 mg hari ke 25.

5.2 Saran

Melalui penelitian ini, peneliti menyarankan untuk dilakukan penelitian

lebih lanjut tentang pengaruh pemberian ekstrak lidah buaya (Aloe barbadensis

M) pada pembentukan fosfor tulang tikus Wistar.

55
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.

Amrullah, Fahmi.2012.Kadar Protein dan Ca pada Ikan Teri Asin Hasil


Pengasinan dengan Abu Pelepah Kelapa. UMS Press. Surakarta. pp.8-
11.

Ananda & Zuhrotun. 2015. Review : Aktivitas Tanaman Lidah Buaya Sebagai
Penyembuh Luka. Jurnal Farmaka Vol. 15 No.2. Bandung : Fakultas
Farmasi Universitas Padjadjaran.

Andreans, JO. 2007. Textbook and Color Atlas of Traumatic Injuries to the Teeth.
4th Ed.United Kingdom: A Blackwell Publishing Company. 126 p.

AOAC. 2005. Association of Official Anlytical Chemistry. Washington, DC.

Barcroft A, Myskja A. 2003. Aloe vera Nature’s Silent Healer. London: BAAM

Boyd W. 1990. The Bones in Phatology for The Surgeon. 7th. Ed. Philadelphia :
WB Saunders Company.

Dewi, S Putu. 2018. Efektivitas ekstrak lidah buaya terhadap jumlah sel fibroblast
pada proses penyembuhan luka incisi marmut. FKG Universitas
Mahasaraswati : Denpasar.

Elamthuruthya AT, Shahb CR, Khanb TA, Tatkeb PA dan Gabheb Y. 2004.
Standarization of marketed Kumariasava an Ayurvedic Aloe vera
Product. FoodControl. 16(2):95-104.

Eshun K dan He Q. 2004. Aloe vera: A valuable ingredient for


food,pharmaceutical and cosmetic industries. Int. J.of Aromatheraphy.
14(1):15-21

Faten Khorshid, S. S. 2010. Plectranthus tenuiflorus (Shara) Promotes Wound


Healing : In vitro and in vivo Studies. Int. J. of Botany.

Fumawanthi, I. 2004. Khasiat & Manfaat Lidah Buaya Si Tanaman Ajaib. Jakarta
: Agro Media Pustaka.

Granner, D.K., 2003. Hormon yang Mengatur Metabolisme Kalsium. In: Murray,
R.K., et al, eds. Biokimia Harper Edisi 25. Jakarta: EGC.

Gutner, GC. 2007. Wound Healing, Normal and Abnormal. In Grabb and Smith’s
Plastic Surgery 6th edition. Philadelphia : Elseviers.

56
57

Hamman, J. H. 2008. Composition and Aplication of Aloe vera Leaf Gel,


Molecules.

Hidayat, T. S. N. 2013. Peran Topikal Ekstrak Gel Aloe Vera Pada Penyembuhan
Luka Bakar Derajat Dalam Pada Tikus. Tesis. Surabaya: Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga.

Indraswary R. 2011. Efek konsentrasi buah adas (Foeniculum vulgare mill.)


topikal pada epitelisasi penyembuhan luka gingiva labial Tikus Sprague
Dawley in vivo. Majalah Sultan Agung Unissula.

Irianto, K. 2004. Struktur dan Fngsi Tubuh Manusia. Jakarta. Yrama Widya

Kardian, A. 2008. Budidaya Tanaman Obat Secara Organik. Jakarta : Agro


Media Pustaka.

Landen, Li & Stahle. 2016. Transition from inflammation to proliferation: a


critical step during wound healing. Cellular and Molecular Life Sci.
73(20), p.3861–3885. https://doi.org/10.1007/s00018-016-2268-0

Leeson, Thomas, Paparo A. 2002. Buku Ajar Histologi. Jakarta: EGC.

Lewis LD, 1990. Small Animal Clinical Nutrition III. Kansas : Mark Morris
Associates. .

Mahmudati Nurul, 2008. Activation Estrogen receptor Extracelluler Signal


Regulated Kinase (ERK1/2) Expression on Osteoblast in Influencing
Bone Density in The Female Young Rat after Exercise Training.
DISERTASI. UNAIR

Martini & Timmons. 2014. Human Anatomy . Edisi 8. New York : Pearson
Education.

Masnidar S. 2009. Penuhi Kebutuhan Kalsium Setiap Hari.


http://jambiindependent.co.id

McVicar, J.1994. Jekka’s Complete Herb Book, Kyle Cathie Limited. London

Mescher AL. 2012. Histologi dasar junqueira teks dan atlas.Edisi Ke-11.Jakarta :
EGC.

Morsy, E. M., 1991, The Final Technical Report on Aloe vera: Stabilization and
Processing for the Cosmetics, Beverage, and Food Industries. Aloe
Industry and Technology Institute, Phoenix.

Muchtadi, Deddy. 2009. Pengantar Ilmu Gizi. CV. Alfabeta. Bogor. pp 76-91
58

Muntha, M. 2001. Teknik Pembuatan Preparat Histopatologi Dari Jaringan


Hewan Dengan Pewarnaan Hematoksilin dan Eosin. Balai Penelitian
Veteriner. Jurnal Temu Teknis Fungsional Non Peneliti. Hal: 158-160.

Notoadmojo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rinkes Cipta.

Nugroho DT, Muharram A, Soesanto R. Pengaruh air ion perak dalam proses
penyembuhan luka pasca pencabutan gigi (Cavia cobaya). E – Journal.
2012;1(1):1-6.

Primadina, Basori A, Perdanakusuma S David. 2019. Proses Penyembuhan Luka


Ditinjau Dari Aspek Mekanisme Seluler dan Molekuler. Qanun Medika.
Vol.3 No.1

Pudyani, Pinandi S. 2001. Pengaruh Kekurangan Kalsium Pre-Postnatal


Terhadap Kepadatan Gigi Dalam Menunjang Perawatan Ortodontik
Studi Eksperimental Laboratoris Pada Tikus. Jurnal Kedokteran Gigi.
Yogyakarta : UGM

Risnanto & Insani. 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Medikal Bedah :
Sistem Muskuloskletal. Deepublish. Yogyakarta.

Samuelson, 2007. Text Book Of Veterinary Histology. China : Elsevier.

Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Jakarta : EGC

Sjamsuhidajat, Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi II. Jakarta: EGC

Syaifuddin. 2011. Anatomi Fisiologi: Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk


Keperawatan dan Kebidanan Edisi 4. Jakarta: EGC.

Syafiq & Fikawati.2003.Gizi Ibu dan Bayi. Rajawali Pers : Jakarta.

Suryowidodo, C.W., 1998. Lidah Buaya Sebagai Bahan Baku Industri Hasil
Pertanian. BBIPH, Bogor.

Syahputra, Ary. 2008. Studi Pembuatan Tepung Lidah Buaya.


Skripsi.Departemen teknologi pertanian.Fakultas pertanian. Universitas
Sumatera Utara.

T, Velnar. 2009. Wound Healing Process : an Overview of the Cellular and


Molecular Mechanisms. Journal of International Medical Research

Tangalayuk, R, R, Suarsana N, Utama H. 2015. Studi Kadar Kalsium dan Fosfor


Pada Tulang Tikus Betina yang Diberi Tepung Tempe Rendah Lemak.
Jurnal. Program Kedokteran Hewan Universitas Udayana.
59

Wangko & Karundeng. 2014. Komponen Sel Jaringan Ikat. Jurnal Biomedik. Fk
Universitas Sam Ratulangi : Manado.

Wulaningtyas, R.A.M. 2012. Kekuatan Impak Tulang Mandibula Tikus Wistar


Jantan yang Diberi Diet Ikan Teri (Stelophorus sp.). Retrieved July 20,
2017, From Universitas Jember. Skripsi.

Yahiro, M. 2001. Nutritions Role in Increasing The Speed of Bone Healing.


Consultan to FDA.

Yuza F, Wahyudi A, Larnani S. 2014. Efek Pemberian Ekstrak Lidah Buaya (Aloe
Barbadensis Miller) pada Soket Gigi terhadap Kepadatan Serabut
Kolagen Pasca Ekstraksi Gigi Marmut (CaviaPorcellus). Maj Ked Gi.
Yogyakarta. UGM
60

Lampiran 1. Riwayat Akademik Peneliti

RIWAYAT PRIBADI

Nama : Ganda Damar Galuh

Tempat/ Tanggal Lahir : Kambang, 15 Desember 1996

Jsenis Kelamin : Laki - laki

Agama : Islam

Alamat : Perumdak

Email : gandadamar23@gmail.com

Nama Orang Tua

Ayah : Syamran, M.Tpd

Ibu : Evamic Sinengra, A.md.Pd

Alamat : Dusun Air Mancur Kec. Lubuk Pinang, Kab.


Mukomuko, Prov. Bengkulu

RIWAYAT PENDIDIKAN PENELITI

SD : SDN 01 Lubuk Pinang, tahun lulus 2009

SMP : SMP Negeri 07 Mukomuko, tahun lulus 2012

SMA : SMA Negeri 05 Mukomuko, tahun lulus 2015


61

Lampiran 2. Surat Penelitian

1) Surat Pengantar Penelitian dari Fakultas


62

2) Surat Keterangan Selesai Penelitian Laboratorium Farmakologi

Universitas Andalas
63

3) Surat Persetujuan Clinical Assurances Hewan Percobaan


64

4) Surat Identifikasi Tumbuhan Di Hebarium Universitas Andalas


65

5) Surat Bebas Labor Patologi Anatomi


66

6) Surat Bebas Labor LLDIKTI Wilayah X


67

Lampiran 3. Master Tabel


68

Lampiran 4. Hasil Olah Data


1) Analisa Deskriptif

Descriptives

95% Confidence
Interval for Mean
Std. Std. Lower Upper
N Mean Deviation Error Bound Bound Min Max
Fibroblas Kontrol 4 51.200 4.2364 2.1182 44.459 57.941 45.0 54.2
Hari 14 negatif

Dosis 9 4 80.000 9.2014 4.6007 65.358 94.642 69.0 89.0


mg
Dosis 4 93.425 5.7320 2.8660 84.304 102.546 90.0 102.0
11 mg
Total 12 74.875 19.3764 5.5935 62.564 87.186 45.0 102.0
Fibroblas Kontrol 4 69.000 8.0416 4.0208 56.204 81.796 58.0 77.0
Hari 25 negatif

Dosis 9 4 90.675 .5852 .2926 89.744 91.606 90.0 91.3


mg
Dosis 4 103.800 .9832 .4916 102.236 105.364 102.7 105.0
11 mg
Total 12 87.825 15.5760 4.4964 77.928 97.722 58.0 105.0
Kadar Kontrol 4 194.746 14.3728 7.1864 171.876 217.616 180.1 210.3
kalsium negatif
Hari 14

Dosis 9 4 212.303 .9359 .4680 210.814 213.793 211.3 213.5


mg
Dosis 4 218.395 2.7097 1.3549 214.083 222.707 215.2 221.3
11 mg
Total 12 208.481 12.9705 3.7443 200.240 216.722 180.1 221.3
Kadar Kontrol 4 209.093 5.9043 2.9522 199.698 218.489 200.7 213.5
kalsium negatif
Hari 25

Dosis 9 4 214.393 .8559 .4280 213.031 215.755 213.5 215.5


mg
69

Dosis 4 228.804 7.2780 3.6390 217.223 240.385 223.4 239.5


11 mg
Total 12 217.430 9.9912 2.8842 211.082 223.778 200.7 239.5

2) Uji Normalitas
Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Fibroblas Kontrolnegatif .325 4 . .806 4 .114


Hari 14
Dosis 9 mg .243 4 . .935 4 .623

Dosis 11 mg .414 4 . .698 4 .111

Fibroblas Kontrolnegatif .250 4 . .947 4 .700


Hari 25
Dosis 9 mg .211 4 . .960 4 .780

Dosis 11 mg .158 4 . .993 4 .973

Kadar Kontrolnegatif .245 4 . .910 4 .483


kalsium
Dosis 9 mg .262 4 . .955 4 .748
Hari 14
Dosis 11 mg .198 4 . .972 4 .854

Kadar Kontrolnegatif .267 4 . .847 4 .217

kalsium
Dosis 9 mg .185 4 . .967 4 .821
Hari 25
Dosis 11 mg .373 4 . .793 4 .091

a. Lilliefors Significance Correction

3) Uji Homogenitas

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.


Fibroblas Hari 14 2.686 2 9 .122

Fibroblas Hari 25 3.895 2 9 .060

Kadar kalsium Hari 14 33.467 2 9 .100

Kadar kalsium Hari 25 2.806 2 9 .113


70

4) Uji One Way Anova

ANOVA
Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Fibroblas Hari 14 Between 3723.495 2 1861.748 41.229 .000
Groups
Within Groups 406.407 9 45.156
Total 4129.903 11
Fibroblas Hari 25 Between 2470.815 2 1235.408 56.175 .000
Groups
Within Groups 197.927 9 21.992
Total 2668.743 11
Kadar kalsium Hari Between 1206.189 2 603.094 8.423 .009
14 Groups
Within Groups 644.390 9 71.599
Total 1850.579 11
Kadar kalsium Hari Between 832.377 2 416.188 14.098 .002
25 Groups
Within Groups 265.689 9 29.521
Total 1098.066 11

5) Uji Post Hoc LSD Test


Multiple Comparisons
LSD
(I) (J) 95% Confidence
ekstraklida ekstraklida Interval
hbuaya hbuaya
(Aloe (Aloe Mean
Dependent barbadensi barbadensi Difference Std. Lower Upper
Variable s M) s M) (I-J) Error Sig. Bound Bound
*
Fibroblas Kontrol Dosis 9 mg -28.8000 4.7517 .000 -39.549 -18.051
Hari 14 negatif Dosis 11 -42.2250* 4.7517 .000 -52.974 -31.476
mg
Dosis 9 mg Kontrol 28.8000* 4.7517 .000 18.051 39.549
negatif
Dosis 11 -13.4250* 4.7517 .020 -24.174 -2.676
mg
Dosis 11 Kontrol 42.2250* 4.7517 .000 31.476 52.974
mg negatif
71

Dosis 9 mg 13.4250* 4.7517 .020 2.676 24.174


Fibroblas Kontrol Dosis 9 mg -21.6750* 3.3160 .000 -29.176 -14.174
Hari 25 negatif Dosis 11 -34.8000* 3.3160 .000 -42.301 -27.299
mg
Dosis 9 mg Kontrol 21.6750* 3.3160 .000 14.174 29.176
negatif
Dosis 11 -13.1250* 3.3160 .003 -20.626 -5.624
mg
Dosis 11 Kontrol 34.8000* 3.3160 .000 27.299 42.301
mg negatif
Dosis 9 mg 13.1250* 3.3160 .003 5.624 20.626
Kadar Kontrolneg Dosis 9 mg -17.5573* 5.9833 .017 -31.092 -4.022
kalsium atif
Dosis 11 -23.6490* 5.9833 .003 -37.184 -10.114
Hari 14
mg
Dosis 9 mg Kontrol 17.5573* 5.9833 .017 4.022 31.092
negatif
Dosis 11 -6.0918 5.9833 .335 -19.627 7.443
mg
Dosis 11 Kontrol 23.6490* 5.9833 .003 10.114 37.184
mg negatif
Dosis 9 mg 6.0918 5.9833 .335 -7.443 19.627
Kadar Kontrolneg Dosis 9 mg -5.2995 3.8419 .201 -13.991 3.392
kalsium atif
Dosis 11 -19.7108* 3.8419 .001 -28.402 -11.020
Hari 25
mg
Dosis 9 mg Kontrol 5.2995 3.8419 .201 -3.392 13.991
negatif
Dosis 11 -14.4113* 3.8419 .005 -23.102 -5.720
mg
Dosis 11 Kontrol 19.7108* 3.8419 .001 11.020 28.402
mg negatif
Dosis 9 mg 14.4113* 3.8419 .005 5.720 23.102
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
72

Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian

1) Laboratorium Farmakologi Universitas Andalas

Ekstrak Lidah Buaya jaringan lunak pada tibia tikus


yang sudah dilakukan
pembersihan menggunakan
pisau bedah dan gunting bedah

Tulang tibia sesudah dibagi Tulang tibia tikus dimasukkan


menjadi dua bagian (1 bagian dan di kelompokkan (K-, P1, P2)
untuk analisis kalsium tulang dan kemudian siap dibawa ke labor
1 bagian untuk pembuatan patologi anatomi Universitas
preparat) Andalas dan laboratorium
LLDIKTI wilayah X
73

2) Laboratorium Patologi Anatomi (Pembacaan Jumlah Fibroblas)

a. Proses Pembuatan Preparat

Pembuatan Blok Parafin Alat Mikrotom yang berfungsi


untuk memotong jaringan tulang

Pewarnaan yang digunakan yaitu Preparat siap untuk dibaca


Hematoxilin-Eosin
74

3) Laboratorium LLDIKTI Wilayah X (Analisis Kadar Kalsium Tulang)

Tanur untuk proses pembuatan Sampel siap dilakukan analisis


abu tulang tibia tikus wistar kadar kalsium tulang
menggunakan AAS

Anda mungkin juga menyukai