SEMARANG
Disusun oleh:
Putri Diana
A1162069
SEMARANG
2019
i
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun oleh:
Putri Diana
A1162069
Pada tanggal...............2019
Mengetahui
Direktur
Yithro Serang,M.Farm.,Apt
NIP: 070315005
Tim Penguji :
1. .................................................
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusunan panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
Diponegoro Semarang. Laporan ini disusun guna memenuhi salah satu syarat
dari bantuan serta dukungan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini
Semarang.
Semarang.
iii
8. Seluruh teman-teman di Akademi Farmasi Nusaputera Semarang yang telah
Penyusun
Putri Diana
iv
DAFTAR ISI
BAB I ................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
BAB II .................................................................................................................. 4
v
3. Sejarah ................................................................................................ 29
B. Pembahasan ........................................................................................... 32
BAB IV ............................................................................................................... 43
A. Kesimpulan ............................................................................................. 43
B. Saran ...................................................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 44
LAMPIRAN ........................................................................................................ 45
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
meyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Salah satu
Rumah Sakit meliputi pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, Bahan Medis
Habis Pakai (BMHP), dan pelayanan farmasi klinik (Depkes RI, 2016).
Dengan adanya kegiatan PKL ini menjadi bekal bagi para mahasiswa PKL untuk
1
2
B. Tujuan PKL
1. Secara Umum
2. Secara Khusus
Diponegoro Semarang.
inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Standar Pelayanan Kefarmasian adalah
tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam
Rumah Sakit terdiri dari pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, Bahan
Medis Habis Pakai (BMHP) dan pelayanan farmasi klinik. Sediaan Farmasi
adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika. Alat Kesehatan adalah
instrumen, aparatus, mesin dan/ atau implan yang tidak mengandung obat yang
penyakit, merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada manusia dan/ atau
membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh. Bahan Medis Habis Pakai
(BMHP) adalah alat kesehatan yang ditujukan untuk penggunaan sekali pakai
2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit, Klasifikasi Rumah Sakit
4
5
Klasifikasi Rumah Sakit berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan terdiri dari:
semua jenis penyakit dari yang bersifat dasar sampai dengan sub spesialistik.
untuk semua golongan umur dan jenis penyakit, gizi, sterilisasi instrument
f) Pelayanan rawat inap (jumlah tempat tidur perawatan 400 (empat ratus)
buah).
a) Tenaga medis (18 dokter umum untuk pelayanan medik dasar 4 dokter gigi
umum untuk pelayanan medik gigi dan mulut, 6 dokter spesialis dasar, 3
6
dokter gigi spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialit gigi mulut.
Sakit, 5 apoteker yang bertugas di rawat jalan yang dibantu oleh oleh
oleh minimal 2 TTK, 1 apoteker di ruang ICU yang dibantu oleh paling
atau rawat jalan dan dibantu oleh TTK, 1 apoteker sebagai koordinator
hampir sama dengan Rumah Sakit Umum kelas B meliputi pelayanan medik,
medik spesialit lain, paling sedikit 8 (delapan) pelayanan medik spesialis lain,
paling sedikit 2 (dua) pelayanan medik subspesialis, dan paling sedikit 3 (tiga)
pelayanan medik spesialis gigi dan mulut. Jumlah tempat tidur perawatan untuk
a) Tenaga Medis (12 dokter umum untuk pelayanan medik dasar, 3 dokter
gigi umum untuk pelayanan medik gigi mulut, 3 dokter spesialis untuk
setiap jenis pelayanan medik spesialis lain, 1 dokter sub spesialis untuk
setiap jenis pelayanan medik subspesialis, dan 1 dokter gigi spesialis untuk
Rumah Sakit, 4 apoteker yang bertugas dirawat jalan dibantu oleh paling
sedikit 8 TTK, 4 orang apoteker di rawat inap yang dibantu oleh paling
oleh minimal 2 TTK, 1 orang apoteker di ruang ICU yang diabntu oleh
dirawat inap atau rawat jalan dan dibantu oleh TTK, 1 orang apoteer
farmasi klinik di rawat inap atau rawat jalan dan dibantu oleh TTK).
non klinik, dan pelayanan rawat inap dengan jumlah tempat tidur keperawatan
minimal 100 (seratus) buah, pelayanan medik Rumah Sakit Umum kelas C
penunjang, dan paling sedikit 1 (satu) pelayann medik spesialis gigi dan mulut.
a) Tenaga Medis (9 dokter umum untuk pelayana medis dasar, 2 dokter gigi
umum untuk pelayanan medik gigi mulut, 2 dokter spesialis untuk setiap
jenis pelayanan medik spesialis dasar, 1 dokter spesialis untuk setiap jenis
jalan yang dibantu oleh paling sedikit 4 TTK, 4 orang apoteker di rawat inap
melakukan pelayanan farmasi klinik di rawat inap aatau rawat jalan dan
Pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit Umum kelas D paling sedikit
penunjang nonklinik, dan pelayanan rawat inap dengan jumlah tempat tidur
minimal 50 (lima puluh) buah, Pelayanan Medik Rumah Sakit Umum kelas D
(dua) pelayanan medik spesialis dasar, dan 2 (dua) pelayanan medik spesialis
penunjang.
gigi umum untuk pelayanan medik gigi mulut 1 dokter spesialis untuk
Rumah Sakit, 1 apoteker yang bertugas di rawat inap dan rawat jalan
melakukan pelayanan farmasi klinik di rawat ianap atau rawat jalan dan
tingkat kedua.
khusus baik bedah atau non bedah, misal: Rumah Sakit Ginjal, Rumah Sakit
Kusta, Rumah Sakit Jantung, Rumah Sakit Bersalin dan Anak, dan sebagainya.
I/Provinsi dan pemda tingkat II), Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan
oleh swasta yang sudah disahkan menjadi badan hukum lan yang bersifat sosial.
Medis Habis Pakai, pelayanan farmasi klinik dan manajemen mutu, dan bersifat
kefarmasian.
Pakai (BMHP).
di Rumah Sakit.
Pakai.
Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai yang sudah tidak dapat
digunakan.
dengan sediaan farmasi, alat kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai
(BMHP).
yang anggotanya terdiri dari dokter yang mewakili semua spesialisasi yang ada
Komite/Tim Farmasi dan Terapi dapat diketuai oleh seorang dokter atau
dokter.
sedikitnya 2 (dua) bulan sekali dan untuk Rumah Sakit besar rapat diadakan
sekali dalam satu bulan. Rapat Komite/Tim Farmasi dan Terapi dapat
mengundang pakar dari dalam maupun dari luar Rumah Sakit yang dapat
2) Melakukan seleksi dan evaluasi obat yang akan masuk dalam formularium
Rumah Sakit.
(ROTD).
Sakit.
2) Keselamatan pasien.
8) Transplantasi.
9) PKMRS
Formularium Rumah Sakit merupakan daftar obat yang disepakati oleh staf
medis, disusun oleh Komite/Tim Farmasi dan Terapi yang ditetapkan oleh
dihasilkan Formularium Rumah Sakit yang selalu mutakhir dan dapat memenuhi
3) Membahas usulan tersebut dalam rapat Komite/Tim Farmasi dan Terapi jika
melakukan monitoring.
penderita.
8) Obat lain yang terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman (evidence based
terjangkau.
Rumah Sakit, setelah dilakukan penilaian bahwa Rumah Sakit telah memenuhi
pencapaian yang harus dipenuhi oleh Rumah Sakit dalam meningkatkan mutu
lama setelah beroperasi 2 (dua) tahun sejak memperoleh izin operasional untuk
pertama kali.
meliputi standar :
1) Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai
a) Pemilihan
alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan.
Pemilihan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
berdasarkan:
(4) Mutu
(5) Harga
b) Perencanaan
jumlah dan periode pegadaan sediaan farmasi, alkes dan BMHP sesuai
c) Pengadaan
PBF, rekanan.
(3) Sumbangan/dropping/hibah.
dengan harga yang layak, dengan mutu yang baik, pengiriman barang
d) Penerimaan
jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam kontrak
e) Penyimpanan
dan penggolongan jenis sediaan farmasi, alat kesehatan dan Bahan Medis
kelas terapi, bentuk sediaan dan jenis sediaan farmasi, alat kesehatan dan
20
Bahan Medis Habis Pakai, disusun secara alfabetis dengan prinsip First
Expired First Out (FEFO) dan First In First Out (FIFO) serta penampilan
dan penamaan yang mirip Look Alike Sound Alike (LASA) tidak
f) Pendistribusian
farmasi di Rumah Sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi
pasien rawat inap dan rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medis.
bahna medis habis pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan
Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan terhadap produk yang
(1) Membuat daftar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
pihak terkait
h) Pengendalian
(3) Memastikan persediaan efektif dan efisien atau tidak terjadi kelebihan
(2) Melakukan evaluasi persediaan yang tidak digunakan dalam waktu tiga
i) Administrasi
2010).
persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan.
(1) Nama, umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan pasien;
(medication error).
pasien.
c) Rekonsiliasi Obat
seperti Obat tidak diberikan, duplikasi, kesalahan dosis atau interaksi Obat.
dari satu Rumah Sakit ke Rumah Sakit lain, antar ruang perawatan, serta
pada pasien yang keluar dari Rumah Sakit ke layanan kesehatan primer
dan sebaliknya.
Sakit;
e) Konseling
Apoteker.
f) Visite
dilakukan Apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan untuk
26
terkait Obat, memantau terapi Obat dan Reaksi Obat yang Tidak
Visite juga dapat dilakukan pada pasien yang sudah keluar Rumah
pasien dan memeriksa terapi Obat dari rekam medik atau sumber lain.
mencakup kegiatan untuk memastikan terapi Obat yang aman, efektif dan
terjadi pada dosis lazim yang digunakan pada manusia untuk tujuan
profilaksis, diagnosa dan terapi. Efek Samping Obat adalah reaksi Obat
Obat.
dengan teknik aseptik untuk menjamin sterilitas dan stabilitas produk dan
untuk menjamin agar pasien menerima obat sesuai dengan dosis yang
dokter yang merawat karena indeks terapi yang sempit atau atas usulan
dari Apoteker kepada dokter. PKOD bertujuan untuk mengetahui Kadar Obat
a. Visi
b. Misi
teknologi.
berkualitas.
tepat guna.
Dalam rangka mewujudkan visi dan misi tersebut Rumah Sakit Nasional
safety)
3. Sejarah
namun memiliki karakteristik seperti Rumah Sakit tipe B karena didukung oleh
fasilitas, peralatan yang canggih serta tenaga medis yang berkualitas dan terlatih.
pada 15 September 2014 diawali dengan Instalasi Rawat Jalan. Kemudian pada
9 April 2015 resmi membuka Instalasi Rawat Inap. Sedangkan Grand Opening
2016.
Rumah Sakit Nasional Diponegoro Semarang saat ini memiliki lebih dari
100 orang dokter yang terdiri dokter umum, dokter gigi, dokter spesialis juga
konsultan. Memiliki 19 klinik rawat jalan dan mengoperasikan 100 tempat tidur
dari total 300 tempat tidur yang dimiliki. Selain melayani pasien umum, Rumah
Gawat Darurat, Instalasi Rawat Inap, ICU, klinik rawat jalan, apotek, radiologi,
30
24 jam.
4. Struktur Organisasi
utama RSND saat ini berada langsung dibawah rektor Universitas Diponegoro,
sejajar dengan dekan undip. Pemilik RSND adalah rektor UNDIP walaupun
dikatakan sudah ada SOTK dari KEMENKES DIKTI, apapun yang keluar dan
surat apapun yang tingkat rektorat maka ditandatangani oleh rektor UNDIP,
misalnya yang menentukan direktur utama RSND adalah rektor UNDIP, terdapat
ditetapkan oleh rektor UNDIP. Kedudukan dibawah direktur utama ada satuan
pemeriksaan internal dan selalu terjadi koordinasi antara 4 pihak yaitu komite
medik, komite keperawatan, tim pengendali asuransi serta BPJS dan dengan
komite PPI, ke empat komite ini juga selalu bekerjasama dengan komkordik
klinis kepada apoteker, perawat dan sebagainya. Sub komite mutu kemudian
yang akan menentukan atau membuat standarisasi yang ada di RSND serta sub
komite etik dan disiplin. Komite keperawatan memiliki tiga kelompok yaitu sub
komite kredensial, sub komite mutu serta sub komite etika dan disiplin, seluruh
melalui praktek pelayanan kesehatan seperti rumah sakit umum yang lain
a) Tenaga Medis
Terdiri dari dokter-dokter, baik dokter anak, dokter bedah, dokter gigi, dokter
kulit, dokter mata, dokter saraf, dokter THT (Telinga Hidung dan
b) Tenaga Kefarmasian
yang terdiri :
c) Tenaga Keperawatan
bagian lebih tepatnya di setiap nurse station dan para bidan yang terdapat di
A. Kegiatan PKL
lain:
B. Pembahasan
Diponegoro (Rsnd)
32
33
pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai dan
pelayanan farmasi klinik. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan alat
1. Pemilihan
2. Perencanaan Kebutuhan
3. Pengadaan
4. Penerimaan
5. Penyimpanan
6. Pendistribusian
8. Pengendalian
ketersediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
2. Pelayanan Rawat Jalan, Rawat Inap, Rawat Darurat, Rawat Intensif (ICU,
Cath Lab.
mengadakan seluruh kebutuhan rumah sakit yang dikelola oleh seorang tenaga
1) Pemilihan
yang mengacu pada formularium nasional yang merupakan daftar obat yang
disepakati dan diusulkan oleh user, komite staf medik, dan disusun oleh komite
farmasi dan terapi yang disahkan oleh direktur rumah sakit dan akan dijadikan
sebagai formularium rumah sakit, formularium akan direvisi setiap satu tahun
sekali. Sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang akan
1. Formularium Nasional
4. e-catalogue
sakit adalah :
pasien.
biaya langsung dan tidak langsung dan obat lain yang terbukti paling efektif
secara ilmiah dan aman (evidence based medicines) yang paling dibutuhkan
2) Perencanaan
metode konsumsi yaitu pemilihan obat bedasarkan jumlah konsumsi dari tahun
dengan prioritas dari tahun sebelumnya menggunakan analisis ABC. Dalam hal
3) Pengadaan
diseleksi dan direncanakan oleh apoteker bagian gudang sesuai kebutuhan dan
disetujui oleh kepala instalasi farmasi dan direktur rumah sakit. Pengadaan
4) Penerimaan
Ketentuan RSND bahwa obat dapat diterima dengan expired date (ED)
minimal satu tahun untuk perbekalan farmasi yang fast moving, dua sampai tiga
tahun untuk yang slow moving dan enam bulan yang dead moving. Untuk obat
yang disimpan dalam suhu dingin dan sejuk pada saat pengiriman, harus
dilakukan pengecekan suhu dan surat suhu terlebih dahulu. Jika terdapat
kesalahan pada saat penerimaan antara surat pesanan dan faktur, kondisi obat
yang rusak, nomor batch yang tidak sesuai, jumlah item barang tidak cukup, dan
37
5) Penyimpanan
dan keamanan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired First Out) yaitu
barang yang datang terlebih dahulu dan atau Expired Date (ED) dekat
sedangkan obat yang stabil pada suhu 25 – 30°C disimpan dalam suhu
ruang.
b) Masuk dan keluar setiap item obat dan perbekalan farmasi lainya
c) Obat High Alert adalah obat dengan kewaspadaan tinggi dan beresiko
salah. Obat high alert disimpan diruang terpisah dari obat lain dan diberi
e) Penyimpanan obat LASA (Look Alike Sound Alike) atau NORUM (Nama
2. Diberi jarak minimal satu jenis obat berbeda dan tidak boleh
kulkas obat, pemantauan dilakukan setiap hari sebanyak tiga kali pada
kulkas obat. Form cek list pencatatan suhu dapat dilihat pada lampiran
3.
farmasi dalam ruangan terpisah, tersedia alat pemadam api, dan diberi
(B3), belum ditempatkan pada lokasi yang memiliki dinding tahan api
a) Diatur dengan sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired
First Out) yaitu barang yang datang terlebih dahulu dan atau expired
39
yang stabil pada suhu 25 – 30° C cukup disimpan dalam suhu ruang.
c) Masuk dan keluar setiap item obat dan perbekalan farmasi lainya dari
d) Obat high alert adalah obat dengan kewaspadaan tinggi dan beresiko
3. Stiker obat high alert pada setiap kemasan primer obat dilakukan
oleh tenaga teknis kefarmasian pada setiap ampul, vial dan kotak
sentral dan diberikan ke bagian rawat inap jika ada resep masuk.
6. Setiap unit pelayanan obat harus memiliki daftar obat high alert dan
alert.
8. Instruksi lisan obat high alert hanya boleh dilakukan dalam keadaan
emergensi.
terpisah.
lemari narkotika.
f) Penyimpanan obat LASA (Look Alike Sound Alike) atau NORUM (Nama
2. Obat dengan rupa mirip atau look alike disimpan dengan diberi jarak
dilakukan setiap hari sebanyak tiga kali pada form grafik pemantauan
dapat dilihat pada lampiran 8 dan kunci dipegang oleh pengelola OAT
sebagai berikut:
dilokasi yang telah ditentukan oleh tim code blue serta selalu tersegel
Radiologi, poli penyakit dalam, poli jantung, nurse station unit rawat
inap (lantai 2, 3, 4), nurse station ruang bersalin VK, nurse station
ICU, nurse station ruang IBS, nurse station ruang bersalin VK IGD,
emergensi sesuai dengan yang ditetapkan oleh tim code blue) dan
6. Penataan obat, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai dalam
pada lampiran 9.
Penyimpanan tabung gas medik kosong terpisah dari tabung gas medik
farmasi sentral sudah terbilang cukup baik, sudah mulai ditata sesuai dengan
gudang maupun di depo farmasi masih menjadi masalah bagi RSND. Terdapat
beberapa perbekalan farmasi yang belum bisa diurutkan secara alfabetis dalam
penyimpanan gudang dan depo farmasi seperti insulin, infus, vaksin dan BMHP
43
(Bahan Medis Habis Pakai). Akan tetapi RSND berupaya keras dalam mencegah
6) Pendistribusian
farmasi, dengan keterbatasan jumlah sumber daya manusia yang ada, RSND
pendistribusian yang melayani semua unit bangsal yang ada di RSND seperti
IGD, IBS, Rawat jalan serta Rawat Inap. Pendistribusian dilakukan dengan
permintaan yang telah disetujui oleh apoteker depo farmasi sentral untuk
sentral sesuai dengan buku permintaan atau defecta. AMHP seperti handscoon,
masker, kasa, kapas, iodine dan lain sebagainya dapat didistribusikan langsung
Obat untuk pasien rawat jalan didistribusikan langsung kepada pasien dengan
sistem resep perseorangan. Sedangkan untuk obat pasien rawat inap (Chrisant,
didistribusikan kepada pasien dengan sistem UDD (Unit Daily Dose). Sediaan
farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai dalam trolley emergency
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai berdasarkan resep
perorangan yang disiapkan dalam unit dosis tunggal atau ganda, untuk
penggunaan satu kali dosis perpasien. Sistem UDD lebih menguntungkan dari
pada sistem ODD, berikut beberapa keuntungan dari sistem UDD (ASHP, 1975) :
d) Tidak ada obat yang disimpan dalam area ruang perawatan pasien.
sudah melewati batas tanggal kadaluarsa atau Expired Date (ED), rusak, sudah
setiap tiga sampai enam bulan sekali tergantung jumlah barang yang akan
lakukan pemusnahan, dalam hal ini RSND bekerja sama dengan PT. Arah untuk
dari kemasan atau wadah kemudian digerus atau diblender lalu dicampur dengan
air dan tanah kemudian dikirim untuk dimusnahkan. Sedangkan sediaan farmasi
psikotropik dan dimusnahkan dengan disaksikan oleh saksi, yaitu dari POM,
Pengkajian resep merupakan tata cara dan urutan proses kegiatan analisa
beranekaragam, meningkatnya jumlah dan jenis obat pada resep yang ditulis
dokter untuk tiap pasien, dan meningkatnya jumlah pasien di rumah sakit
46
Pelayanan farmasi pada pasien rawat jalan dibagi menjadi 2 (dua) yaitu
pasien umum dan pasien BPJS. Untuk pasien umum pasien harus menyerahkan
resep dan bukti pembayaran ke instalasi farmasi, sedangkan pasien BPJS harus
menyerahkan resep pada petugas yang disertai dengan lembar Surat Eligibilitas
Peserta (SEP). RSND menetapkan retention time (waktu atau lama menunggu)
pasien dalam mendapatkan obat yaitu selama tiga puluh menit untuk resep obat
non racik dan satu jam untuk resep obat racikan. Untuk obat pasien yang belum
apotek luar.
pengecekan ulang paling tidak ada sekitar dua hingga tiga kali pengecekan ulang
Penyerahan obat pasien rawat jalan langsung dilakukan oleh apoteker kepada
pasien atau keluarga pasien dan meminta tanda tangan tanda sebagai bukti jika
obat telah diterima pasien serta pemberian informasi tentang obat baik terkait
a. Skrining Administrasi
Nama, umur, jenis kelamin, berat badan, dan alamat pasien, tanggal
penulisan resep, nama obat, dosis, bentuk sediaan, jumlah obat, aturan
b. Skrining Farmasetik
Bentuk dan kekuatan sediaan, dosis, jumlah obat, ketersediaan, aturan, cara
c. Skrining Klinis
alergi, interaksi serta efek samping obat, kontra indikasi, efek aditif.
A. Kesimpulan
Out) dan FIFO (First In First Out) dengan sangat memperhatikan obat yang
termasuk Hight Alert dan LASA (Look Alike Sound Alike). Sistem distribusi
kombinasi antara individual prescribing untuk pasien rawat jalan dan UDD
yang meliputi Edukasi, PIO. Edukasi dilakukan untuk pasien rawat inap dan
rawat jalan yang dilakukan oleh Apoteker, PIO dilakukan untuk pasien rawat
B. Saran
43
44
stok obat.
3. Perlu penambahan area Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) seperti depo
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI
Departemen Kesehatan RI
Departemen Kesehatan RI
Siregar, C.J.P,.2004. Farmasi Rumah Sakit, Teori & Penerapan. Jakarta : EGC
LAMPIRAN