Anda di halaman 1dari 13

BAB V

TABLET METODE GRANULASI BASAH

I. TUJUAN
1. Melakukan formulasi sediaan tablet paracetamol dengan metode granulasi basah.
2. Melakukan evaluasi sediaan tablet.

II. TEORI
Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk
tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu
jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang
digunakandapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang, zat pengikat, zat pelicin,
zat pembasah atau zat lain yang cocok. Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan
obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan dapat
digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa. (Depkes RI, 1994).
Tablet dibuat terutama dengan cara kompresi. Sejumlah tertentu dari tablet
dibuat dengan mencetak. Tablet yang dibuat secara kompresi menggunakan mesin yang
mampu menekan bahan bentuk serbuk atau granul dengan menggunakan berbagai
bentuk punch dan die. Alat kompresi tablet merupakan alat berat dari berbagai kapasitas
dipilih sesuai dengan dasar dari jenis tablet yang akan dibuat serta produksi rata- rata
yang diinginkan.
Suatu tablet harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Harus mengandung zat aktif dan non aktif yang memenuhi persyaratan.
2. Harus mengandung zat aktif yang homogen dan stabil.
3. Keadaan fisik harus cukup kuat terhadap gangguan fisik/mekanik.
4. Keseragaman bobot dan penampilan harus memenuhi persyaratan.
5. Waktu hancur dan laju disolusi harus memenuhi persyaratan.
6. Harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan.
7. Bebas dari kerusakan fisik.
8. Stabilitas kimiawi dan fisik cukup lama selama penyimpanan.
9. Zat aktif harus dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu tertentu.
10. Tablet memenuhi persyaratan farmakope yang berlaku.

1|Page
Dibandingkan dengan bentuk sediaan lain, sediaan tablet mempunyai
keuntungan,antara lain :
1. Volume sediaan cukup kecil dan wujudnya padat (merupakan bentuk sediaan oral
yang paling ringan dan paling kompak), memudahkan pengemasan, penyimpanan,
dan pengangkutan.
2. Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh (mengandung dosis zat aktif yang
tepat/teliti) dan menawarkan kemampuan terbaik dari semua bentuk sediaan oral
untuk ketepatan ukuran serta variabilitas kandungan yang paling rendah.
3. Dapat mengandung zat aktif dalam jumlah besar dengan volume yang kecil.
4. Tablet merupakan sediaan yang kering sehingga zat aktif lebih stabil.
5. Tablet sangat cocok untuk zat aktif yang sulit larut dalam air.
6. Zat aktif yang rasanya tidak enak akan berkurang rasanya dalam tablet.
7. Pemberian tanda pengenal produk pada tablet paling mudah dan murah, tidak
memerlukan langkah pekerjaan tambahan bila menggunakan permukaan pencetak
yang bermonogram atau berhiasan timbul.
8. Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal
ditenggorokan, terutama bila bersalut yang memungkinkan pecah/hancurnyatablet
tidak segera terjadi.
9. Pelepasan zat aktif dapat diatur (tablet lepas tunda, lepas lambat, lepas terkendali).
10. Tablet dapat disalut untuk melindungi zat aktif, menutupi rasa dan bau yang tidak
enak serta untuk terapi lokal (salut enterik).
11. Dapat diproduksi besar besaran, sederhana, cepat, sehingga biaya produksinya
lebih rendah.
12. Pemakaian oleh penderita lebih mudah.

Sediaan tablet juga mempunyai beberapakerugian, antara lain :


1. Ada orang tertentu yang tidak dapat menelan tablet (dalam keadaan tidak
sadar/pingsan).
2. Formulasi tablet cukup rumit, Beberapa zat aktif sulit dikempa menjadi kompak
padat, karena sifat amorfnya, flokulasi, atau rendahnya berat jenis. Zat aktif yang
sulit terbasahi (hidrofob), lambat melarut, dosisnya cukup besar atau tinggi,
absorbsi optimumnya tinggi melalui saluran cerna atau kombinasi dari sifat tersebut,
akan sulit untuk diformulasi.

2|Page
Sediaan tablet ini dibuat tiga macam metode, pemilihan metode pembuatan
sediaan tablet ini biasanya disesuaikan dengan karakteristik zat aktif yang akan dibuat.
1. Granulasi Basah
Granulasi Basah yaitu memproses campuran partikel zat aktif dan eksipien menjadi
partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dalam jumlah yang
tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat digranulasi. Metode ini biasanya
digunakan apabila zat aktif tahan terhadap lembab dan panas. Umumnya untuk zat
aktif yang sulit dicetak langsung karena sifat aliran dan kompresibilitasnya tidak
baik. Prinsip dari metode granulasi basah adalah membasahi masa tablet dengan
larutan pengikat teretentu sampai mendapat tingkat kebasahan tertentu pula,
kemudian masa basah tersebut digranulasi.

2. Granulasi Kering
Granulasi Kering disebut juga slugging, yaitu memproses partikel zat aktif dan
eksipien dengan mengempa campuran bahan kering menjadi massa padat yang
selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan partikel yang berukuran lebih besar
dari serbuk semula (granul). Prinsip dari metode ini adalah membuat granul
secaramekanis, tanpa bantuan bahan pengikat dan pelarut, ikatannya didapat
melaluigaya. Teknik ini yang cukup baik, digunakan untuk zat aktif yang memiliki
dosisefektif yang terlalu tinggi untuk dikempa langsung atau zat aktif yang sensitif
terhadap pemanasan dan kelembaban.

3. Metode Kempa Langsung


Metode Kempa Langsung, yaitu pembuatan tablet dengan mengempa langsung
campuran zat aktif dan eksipien kering.tanpa melalui perlakuan awa lterlebih
dahulu. Metode ini merupakan metode yang paling mudah, praktis dan cepat
pengerjaannya, namun hanya dapat digunakan pada kondisi zat aktif yang kecil
dosisnya, serta zat aktif tersebut tidak tahan terhadap panas dan lembab. Ada
beberapa zat berbentuk kristal seperti NaCl, NaBr dan KCl yang mungkin langsung
dikempa, tetapi sebagian besar zat aktik tidak mudah untuk langsung dikempa,
selain itu zat aktif tunggal yang langsung dikempa untuk dijadikan tablet
kebanyakan sulit untuk pecah jika terkena air (cairan tubuh).

3|Page
III. ALAT DAN BAHAN
ALAT
1. Ayakan no. 12/14/18 8. Pipet tetes
2. Beakaer glass 9. Penggaris
3. Bunsen 10. Sudip
4. Gelas ukur 11. Mesin cetak tablet
5. Loyang 12. Free flowing tester
6. Neraca digital 13. Hardness tester
7. Oven 14. Friability tester

BAHAN
1. Paracetamol
2. Polivinil alcohol
3. PVP
4. Nipagin
5. Talcum
6. Mg. stearat
7. MCC

IV. FORMULASI
FORMULASI III
Paracetamol 500mg
Polivinil alcohol a%
PVP b%
Nipagin c%
Talcum d%
Mg. stearat e%
MCC ad 700mg

4|Page
V. CARA KERJA
A. Cara pembuatan tablet paracetamol

Siapkan semua alat dan bahan, timbang semua bahan.


1

Campur paracetamol, polivinil alcohol, PVP, nipagin dan MCC.


2 Basahi dengan air panas sampai massa siap digranulasikan.

Ayak adonan dengan ayakan no. 12/14. Timbang granul basah, taruh
3 diloyang dan oven suhu 40C - 60C sampai kering.

Setelah kering, ayak dengan ayakan no. 14/18. Timbang, lakukan uji
4 kecepatan alir dn pengetapan.

Setelah selesai pengujian granul, timbang kembali dan tambahkan


5 talcum serta mg. stearat. Campur homogen.

Cetak menjadi tablet dengan berat 700 mg/tablet sebanya 200 tablet,
6 lakukan uji fisik terhadap tablet paracetamol yang sudah jadi.

B. Cara evaluasi sediaan tablet paracetamol


1. Sifat fisik granul.
a. Uji kadar air
Timbang granul 4 gram, dimasukan ke dalam alat pengukur MC. Tutu alat
MC sampai alat membaca kadar lembab serbuk secara otomatis. Setelah
selesai, buka penutupnya catat kadar lembab granul dan volume penyusutan
bobot granul.
b. Waktu alir
Sebanyak 100 gram granul diletakan pada alat uji. Waktu diamati dengan
stopwatch dan dimulai pada saat dibuka lubang corong hingga seluruh
granul mengalir melewati lubang corong.
c. Sudut diam
Dihitung dengan mengatur diameter dan tinggi tumpukan granul yang jeluar
dari mulut corong. Ukur tinggi kerucut dan diameter yang terbentuk.

5|Page
d. Pengetapan
Granul dimasukan ke dalam gelas ukur 100 ml. dilakukan pengetapan
hingga volume konstan. Hasil pengujian dihitung % selisih volume granul
mula mula terhadap volume setelah pengetapan.

2. Sifat fisik tablet.


a. Keseragaman bobot
Timbang 20 tablet, dihitung bobot rata rata tablet, tidak lebih dari 2 tablet
yang menyimpang pada kolom A dan tidak boleh ada satu pun yang
menympang pada kolom B.
Persyaratan uji keseragaman bobot pil
Bobot rata rata Penyimpangan bobot rata rata (%)
tablet A B
25 mg 15 30
26 150 mg 10 20
151 300 mg 7,5 15
300 mg 5 10

b. Keseragaman ukuran
Dilakukan dengan jangka sorong. 10 tablet diukur tebal dan diameternya
satu persatu, dibaca pada skala yang ditunjuk. Hitung reratanya.
c. Kekerasan
Dilakukan uji dengan Hardness Tester , 10 tablet secara acak letakan
dalam posisi berdiri diujung penekanan. Diatur tekanan hingga tablet kokoh
ditempatkannya dan petunjuk skala pada posisi nol, kemudian skup diputar
hingga tablet pecah. Lihat angka yang ditunjukan pada alat.
d. Kerapuhan
Dilakukan uji dengan Friability Tester , 10 tablet dimasukan dalam alat
uji dan diputar selama 4 menit. Keluarkan tablet dan timbang berat tablet
yang masih utuh.

6|Page
VI. HASIL PENGAMATAN

FORMULASI III FORMULASI PRAKTIKUM


Paracetamol 500mg Paracetamol 500mg
Polivinil alcohol a% Polivinil alcohol 2,5%
PVP b% PVP 2%
Nipagin c% Nipagin 0,1%
Talcum d% Talcum 1%
Mg. stearat e% Mg. stearat 2%
MCC ad 700mg MCC ad 700mg

A. Peritungan jumlah bahan


Dibuat 200 tablet dengan bobot 700 mg tiap tablet nya.
Berat total, 700 200 = 140.00 = 140
INTERNAL
Paracetamol 500 200 = 100.00 = 100
Polivinil alcohol 2,5% 140 = 3,5
PVP 2% 140 = 2,8
Nipagin 0,1% 140 = 0,14
MCC 140 (100 + 3,5 + 2,8 + 0,14 = 33,56

EKSTERNAL
Mg. stearat 2% 80,773 ( ) = 1,615
Talcum 1% 80,773 ( ) = 0,807

B. Evaluasi sifat fisik granul


Uji kadar air
Kadar air granul kering adalah 2,749%. Granul memenuhi persyaratan, dimana
kadar lembab granul diantara range 2% 4%. (Larchman et al.,1994)
Waktu alir
Waktu alir granul kering adalah 8,2 detik dengan jumlah granul 80 gram. Jadi
80
kecepatan waktu alir granul = 9,75 /.
8,2

7|Page
Granul memenuhi persyaratan, dimana apabila kecepatan alir granul tidak
lebih dari 10 detik untuk sampel 100 gram. (Siregar, 2008)
Sudut diam
1,6
= = 13
6,9
Sudut diam granul 13, bisa diartikan granul bersifat mudah mengalir dan
memenuhi persyaratan. Dimana sudut diam dari 40. (Siregar, 2008)
Pengetapan
(V0) Volume awal 100 ml
Volume hasil pengetapan konstan 89 ml
100 89
% = 100% = 11%
100

C. Evaluasi sifat fisik tablet


Keseragaman bobot
Berat tablet (mg)
525 423
537 533
566 534
558 535
528 530
540 529
544 526
527 520
520 520
530 576
X tablet 10.60120 = 530,05

Persyaratan uji keseragaman bobot pil


Bobot rata rata tablet Penyimpangan bobot rata rata (%)
A B
300 mg 5 10

8|Page
Penyimpangan bobot rata rata (%)
KOLOM A >> 530,05 5% = 530,05 26,5025
503,5475 556,5525
KOLOM B >> 530,05 10% = 530,05 53,005
477,045 583,055
4 tablet menyimpang dari kolom A dan 1 tablet menyimpang dari kolom B,
dapat disimpulkan bahwa tablet tidak memnuhi uji keseragaman bobot.
Keseragaman ukuran
Tebal tablet (mm) Diameter tablet (mm)
1,08 9,24
1,08 9,24
1,08 9,24
1,08 9,24
1,08 9,24
1,08 9,24
1,59 9,74
1,59 9,74
1,59 9,75
1,59 9,75
X tebal tablet X diameter tablet
12,84 10 = 1,284 94,42 10 = 9,442
1
9,442 = 3,147 ( )
3
Dapat disimpulkan dengan X tebal tablet 1,284 , berarti tablet memenuhi
1
keseragaman ukuran, dimana ketebalan tablet tidak boleh 3 dari ukuran

diameter. (Anonim, 1979 : 7)

9|Page
Kekerasan
Tekanan pada tablet (kg)
5 4,2
3,6 3,8
5 3,6
3,4 5
3,2 4,2
X tekanan pada tablet 4110 = 4,1
Dapat disimpulkan dengan X tekanan pada tablet 4110 = 4,1 , berarti
tablet memenuhi syarat kekerasan, dimana tablet lebih keras dari 4 kg atau
antara 4 8 kg. (Ansel, 1989 : 225)

Kerapuhan
Diuji 20 tablet dengan berat total mula mula 11,045 gram, setelah diuji
selama 4 menit dengan Friability Tester berat 20 tablet adalah 8,453 gram.

= 100%

11,045 8,453
= 100% = 23,46%
11,045

Kerapuhan tablet 23,46%. Dinyatakan tablet tidak memenuhi syarat, dimana


syarat tablet yang baik jika kurang dari 0,8%. (Voight, 1994 : 222)

VII. PEMBAHASAN
Pada praktikum ini dilakukan pembuatan sediaan pil dengan bahan utama
Ekstrak Curcumae Rhizoma. Untuk penggunaannya sendiri, ekstrak Curcumae
Rhizoma dosis tinggi dapat menurunkan kadar SGOT dan SGPT, sebagai alternatif
pengobatan gangguan fungsi hati seperti hepatitis (peradangan hati) dan fatty liver
(perlemakan hati) serta dapat mendorong peningkatan resistensi untuk melawan racun
atau yang dapat mempengaruhi secara fisik, kimia, dan biologi. Sebagai obat diare,
sembelit, pegal linu, penambah nafsu makan, pencuci darah, mengatasi gangguan
sekresi empedu, pelancar ASI, dan lain-lain
Pada prinsipnya pembuatan pil adalah mencampurkan bahan bahan, baik
bahan zat utama dan zat zat tambahan sampai homogen. Setelah homogen, campuran
ini ditetesi dengan zat pembasah sampai menjadi massa lembak pil yang baik, lalu

10 | P a g e
dibuat bentuk batang (silinder) dengan cara menekan sampai sepanjang alat pil yang
dikehendaki, kemudian dipotong dengan alat pemotong pil sesuai jumlah pil yang
diminta. Bahan penabur ditaburkan pada alat penggulung dan alat pemotong pil, agar
massa pil tidak melekat pada alat pembuat pil tersebut.

Dalam percobaan sediaan dibuat 25 pil dengan komposisi formulasi bahan


sebagai berikut :
1. Ekstrak Curcumae Rhizoma sebagai zat aktif / bahan utama.
2. Radix sebagai zat pengisi
Berfungsi untuk memperbesar volume massa pil agar mudah dibuat.
3. Succus Liq. Sebagai zat pengikat
Berfungsi untuk memperbesar daya kohesi maupun daya adhesi massa pil agar
massa pil dapat saling melekat menjadi massa ynag kompak.
4. Aqua gliserinata sebagai zat pembasah
Berfungsi untuk memperkecil sudut kontak (90C) antar molekul sehingga massa
pil menjadi basah dan lembek serta mudah dibentuk.
5. Talcum sebagai zat penabur
fungsinya untuk memperkecil gaya gesekan antara molekul yang sejenis maupun
yang tidak sejenis, sehingga massa pil menjadi tidak lengket satu sama lain, lengket
pada alat pembuat pil atau lengket satu sama lain.

Adapun beberapa hal yang harus diperhatikan, seperti penimbangan harus


dilakukan secara seksama agar dapat menghasilkan sediaan yang lebih baik juga dapat
meminimalisir kesalahan dalam pembuatan pil. Sebelum proses pencampuran bahan
succus liq harus digerus dahulu agar menjadi massa yang halus, sehingga
mempermudah dalam proses pencampuran dan homogenitas nya. Dalam penambahan
aquagliserinata, ditambahkan sedikit demi sedikit hingga massa pil kenyal dan mudah
dikepal. Untuk proses pencetakan, papan pil ditaburi talcum secukupnya agar pil dapat
digulung diatas nya dengan mudah dan tak lengket.
Setelah sediaan sudah jadi, dilakukan evaluasi, ada beberapa uji yang harus
dilewati seperti uji organoleptik, uji waktu hancur dan uji keseragaman bobot. Pada uji
organoleptik pil berupa padatan, berwarna kecoklatan dan memiliki Aroma khas
Curcumae Rhizoma. Untuk uji waktu hancur, dalam waktu 15 menit terdapat 2 dari 6
pil yang tidak larut secara sempurna. Dan yang terakhir uji keseragaman bobot, dalam
11 | P a g e
uji ini 20 pil ditimbang satu per satu kemudian dilihat rata rata nya. Dari hasil
peritungan dan persyaratan nilai penyimpangan, Pil tidak memenuhi peryaratan
keseragaman bobot, karena minimal 18 pil harus memenuhi atau berada dirange
7,5 %. Sedangkan pada percobaan hanya 15 pil yang berada di range 7,5 % , 4 pil
dirange 15 % dan 1 pil tidak masuk dalam range manapun.
VIII. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa, sediaan tablet dengan
metode granulasi basah yang sudah melewati uji sifat fisik granul telah memenuhi
peryaratan. Sedangkan untuk uji sifat fisik tablet, dari 4 uji yang dilakukan tablet tidak
memenuhi persyaratan keseragaman bobot dan kerapuhan, tetapi tablet memenuhi
persyaratan keseragaman ukuran dan kekerasan. Kedepannya perlunya evaluasi dalam
formulasi bahan atau teknik pembuatan agar didapat hasil sediaan yang lebih baik.

IX. DAFTAR PUSTAKA


Arief, M. 1987 . Ilmu Meracik Obat Berdasar Teori Dan Praktek. Universitas
Gajahmada. Press. Yogyakarta.
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta.
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta.
Department of Pharmaceutical Sciences. 1982. Martindale The Extra Pharmacopoeia,
Edition XXVIII. London : The Pharmaceutical Press.
Wade, Ainley and Paul J Weller. 1994. Handbook of Pharmaceutical excipients Edition
II. London : The Pharmaceutical Press.

X. LAMPIRAN

12 | P a g e
13 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai