Anda di halaman 1dari 25

RINITIS ALERGI

Pembimbing :
Dr. Ita L Roderthani, Sp.THT-KL
Anatomi
Anatomi hidung luar
pangkal hidung (bridge),
dorsum nasi,
puncak hidung,
ala nasi,
kolumela dan
lubang hidung (nares anterior).
Kerangka tulang:
1.tulang hidung (os nasalis),
2.prosesus frontalis os
maksila dan
3.prosesus nasalis os frontal
Tulang rawan:
1.sepasang kartilago nasalis
lateralis superior,
2. sepasang kartilago nasalis
lateralis inferior (kartilago
alar mayor),
3.beberapa pasang kartilago
alar minor dan
4.tepi anterior kartilago
septum.
Kavum nasi berbentuk terowongan dari depan ke
belakang, dipisahkan oleh septum nasi.
Kavum nasi bagian depan - nares anterior, bagian
belakang - nares posterior (koana).
Vestibulum - dilapisi oleh kulit,banyak kelenjar
sebasea, vibrise.
Kavum nasi - 4 dinding
Medial - septum nasi
Lateral - 4 buah konka
Inferior - dasar rongga hidung dan dibentuk oleh
os maksila dan os palatum
Superior - lamina kribriformis
Perdarahan
Bagian atas rongga hidung
- a.etmoid anterior dan
posterior cabang dari
a.oftalmika berasal dari
a.karotis interna.

Bagian bawah rongga hidung


- cabang a.maksilaris interna oBagian depan hidung
- a.palatina mayor dan - cabang a.fasialis
a.sfenopalatina yang keluar o Pleksus Kiesselbach
dari foramen sfenopalatina - anastomosis dari
bersama n.sfenopalatina cabang-cabang
,masuk rongga hidung di a.sfenopalatina, a.etmoid
belakang ujung posterior anterior, a.labialis superior
konka media dan a.palatina mayor
Persyarafan
Bagian depan dan atas rongga hidung
- persarafan sensoris dari n.etmoidalis anterior, cabang
n.nasosiliaris, berasal dari n.oftalmikus
Rongga hidung lainnya
- persarafan sensoris dari n.maksila melalui ganglion
sfenopalatina
Ganglion sfenopalatina
- memberikan persarafan sensoris, otonom untuk mukosa
hidung.
- menerima serabut sensoris dari n.maksila, serabut
parasimpatis dari n.petrosus superfisialis mayor dan serabut-
serabut simpatis dari n.petrosus profundus
Fungsi penghidu
- berasal dari Nervus olfaktorius
- turun melalui lamina kribosa dari permukaan bawah bulbus
olfaktorius, berakhir pada sel-sel reseptor penghidu pada
mukosa olfaktorius
Fisiologi Hidung
Fungsi respirasi
- Untuk mengatur kondisi udara, humidikasi,
penyeimbang dalam pertukaran tekanan dan mekanisme
imunologik local.
Fungsi penghidu
-Terdapatnya mukosa olfaktorius dan reservoir
udara untuk menampung stimulus penghidu.
Fungsi fonetik
-Yang berguna untuk resonanasi suara, membantu
proses bicara dan mencegah hantaran suara sendiri
melalui konduksi tulang.
Refleks nasal
Definisi
Penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi
alergi pada pasien atopi yang sebelumnya
sudah tersensitisasi dengan alergen yang
sama serta dilepaskannya suatu mediator
kimia ketika terjadi paparan ulangan dengan
alergen spesifik tersebut
ETIOLOGI
Dengan masuknya antigen asing ke dalam tubuh terjadi reaksi
yang secara garis besar terdiri dari:

Respon primer
Terjadi proses eliminasi dan fagositosis antigen (Ag). Reaksi ini
bersifat non spesifik dan dapat berakhir sampai disini. Bila Ag
tidak berhasil seluruhnya dihilangkan.

Respon sekunder
Reaksi yang terjadi bersifat spesifik, yang mempunyai tiga
kemungkinan ialah sistem imunitas seluler atau humoral atau
keduanya dibangkitkan. Bila Ag berhasil dieliminasi pada tahap
ini, reaksi selesai. Bila Ag masih ada, atau memang sudah ada
defek dari sistem imunologik, maka reaksi berlanjut menjadi
respon tersier.

Respon tersier
Reaksi imunologik yang terjadi tidak menguntungkan tubuh.
Reaksi ini dapat bersifat sementara atau menetap, tergantung
dari daya eliminasi Ag oleh tubuh.
Gell dan Coombs
mengklasifikasikan reaksi ini atas 4 tipe, yaitu
1. tipe 1, atau reaksi anafilaksis (immediate hypersensitivity),
2. tipe 2 atau reaksi sitotoksik,
3. tipe 3 atau reaksi kompleks imun dan
4. tipe 4 atau reaksi tuberculin (delayed hypersensitivity).
Manifestasi klinis kerusakan jaringan yang banyak dijumpai di
bidang THT adalah tipe 1, yaitu rinitis alergi.
GEJALA KLINIS

bersin

rinore
Gatal hidung

Post nasal drip


Sumbatan
hidung
Klasifikasi RA (WHO-ARIA)

Berat gejala
Lama gejala *Gangguan aktivitas
*Gangguan tidur
Intermitten *Simptom dirasakan
mengganggu
< 4 hari/minggu
atau < 4 minggu
Ringan
Persisten
> 4 hari/minggu
Sedang-berat
dan > 4 minggu
Patogenesis hipersensitifitas tipe I

sensitisasi

aktivasi
Patogenesis RA
DIAGNOSIS
ANAMNESA
oCari kemungkinan alergen
penyebab

oKeterangan mengenai tempat


tinggal, lingkungan sekolah &
pekerjaan serta kesenangan /
hobi penderita

oRiwayat pengobatan ( respon


perbaikan & efek samping ),
kepatuhan

oRiwayat atopi pasien dan


keluarga : asma bronkial,
dermatitis atopik, urtikaria,
alergi makanan
PEMERIKSAAN FISIK
Edema kelopak mata,
kongesti konjungtiva,
lingkar hitam dibawah
mata (allergic shiner).
menggosok-gosok hidung
karena gatal dengan
punggung tangan
(allergic salute).
Garis melintang di
dorsum nasi sepertiga
bawah (Allergic crease)
Pucat dan edema mukosa
hidung yang dapat
muncul kebiruan. Lubang
hidung bengkak. Disertai
dengan sekret mukoid
atau cair.
Mulut sering terbuka
dgn lengkung langit2 yg
tinggiGangguan
pertumbuhan gigi
geligi(facies adenoid)
Dinding posterior
faring granuler dan
edemaCobblestone
appearance
Lidah seperti gambaran
petaGeographic
tongue
Pemeriksaan Penunjang
In vitro In vivo
Hitung eosinofil tes cukit kulit
IgE total (prist-paper radio uji intrakutan atau
imunosorbent test) intradermal yang
RAST (Radio Immuno Sorbent Test) tunggal atau berseri
ELISA (Enzyme Linked Immuno (Skin End-point
Sorbent Assay Test) Titration/SET).
eosinofil dalam jumlah banyak
menunjukkan kemungkinan alergi
inhalan.
Jika basofil (5 sel/lap) mungkin
disebabkan alergi makanan,
sedangkan jika ditemukan sel PMN
menunjukkan adanya infeksi bakteri
(Irawati, 2002)
Penatalaksanaan RA(WHO-ARIA
MEDIKAMENTOSA
Anti Histamin
- Gol AH1 :
-Oral:
- Diphenhydramine, dosis oral 3-4x 25-50mg/hr. dosis maksimal 300 mg/hari.
- Cyproheptadine, dosis 3-4x 4mg sehari. rentang dosis 4-40 mg/hsr. dosis maksimal
32 mg/hr.
-Topikal : Azelastin 0,1% 1-2 kali semprot 2x sehari
Dekongestan
- Oral : pseudoefedrin 4x60 mg/hari
- Topikal : pseudoefedrin 7,5 mg/0,8ml
Kortikosteroid
Topikal :fluticason 2x semprot pada tiap lubang hidung sehari
Oral: dexamethasone 0,5-10mg/hari.
Diagnosa Banding Komplikasi
Rinitis Vasomotor o Polip hidung
Rinitis Infeksi o Otitis media efusi
o Sinusitis paranasal

Prognosis
Dengan mengetahui faktor penyebab dan dengan
penghindaran dapat mengurangi kekerapan timbulnya
gejala. penggunaan beberapa jenis medikamentosa
profilaksis juga dapat mengurangi gejala yang timbul
KESIMPULAN
Rintis alergi adalah kelainan pada hidung dengan gejala
bersin bersin, rinore, rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa
hidung terpapar alergen yang diperantarai oleh IgE. Diagnosis
rinitis alergi ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang. Penatalaksanaan dari rinitis
alergi adalah menghindari kontak dengan allergen,
medikamentosa, operatif, imunoterapi, dan edukasi kepada
pasien. Komplikasi yang sering terjadi pada rinitis alergi
adalah polip hidung, otitis media, gangguan fungsi tuba dan
sinusitis paranasal.
DAFTAR PUSTAKA
Irawati, N., Kasakeyan, E., Rusmono, N. Rinitis Alergi. Dalam: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telonga
Hidung Tenggorok Kepala Leher Edisi keenam. Jakarta: Balai Penerbit FK UI; 2007; 128-134.
Irawati, N., Kasakeyan, E., Rusmono, N. Rinitis Alergi. Dalam: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telonga
Hidung Tenggorok Kepala Leher Edisi keenam. Jakarta: Balai Penerbit FK UI; 2007; 128-134.
Harsono, Ariyanto, Endaryato, Anang. Rinitis Alergika. Diunduh dari :
http://www.pediatrik.com/isi03.php?page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf=0&pdf
=&html=07110-bfxu225.htm. [Diakses 14 November 2017].
Ariefputra A, Irawan N. 2014. Rinitis alergi. Kapita Selekta Kedokteran.Media Aescupilus. Jakarta.
Hal 375-377
ARIA. ARIA At A Glance Pocket Reference 2007 1st Edition. 2007
Munasir Z, Rakun MW. 2008. Rinitis Alergik. Buku Ajar Imunologi Anak. Edisi 2. Jakarta. Balai
penerbit IDAI. Hal 245-251
Sudiro, M., Madiadipoera, T., Purwanto, B. Eosinofil Kerokan Mukosa Hidung Sebagai Diagnostik
Rinitis Alergi. MKB volume 42 No 1; 2010. hslm 6-11
Soetjipto D,Mangunkusumo E, Wardani RS.2007. Sumbatan Hidung.Buku Ajar Ilmu Kesehtan
Telinga Hidung Tenggorok Kepala leher.FK Ui.Jakarta. Hal:118-122
Bernstein JM. Peran hipersensitivitas dengan perantaraan igE panda otitis media dan rinitis.
Penyakit telinga hidung tenggorok kepal leher. Jilid 1 jakarta. Binarupa aksara. Hal 159-179

Anda mungkin juga menyukai