Etiologi
RA melibatkan interaksi antara lingkungan dengan predisposisi
genetik. Penyebab rinitis RA tersering adalah alergen inhalan pd
dewasa dan ingestan pada anak-anak.
Gejala dicetuskan oleh berbagai faktor pajanan udara dingin,
debu, uap, bau cat, polusi udara, tinta cetak, bau masakan, bubuk
detergen, serta bau minuman beralkohol. Umumnya faktor pencetus
ini berupa iritan non spesifik.
Patofisiologi
Sensitization phase
Early phase
Intracellular Adhesion
Molecul Late phase
Cellular recruitment
phase
Diagnosis
Anamnesis
Khas :
- Hidung terasa gatal
- Bersin-bersin tu pagi hari atau terpapar debu-debuan
Gejala penyerta rinore encer, hidung tersumbat, dan
kadang- sakit kepala. Selain itu biasanya terdapat riw. alergi
dalam keluarga
Pemeriksaan Fisik
Pada pem rinoskopi anterior mukosa hidung yang bervariasi
dari tampak normal sampai edema, basah, berwarna pucat
atau keabuan disertai rinore encer tidak selalu ditemukan
Gejala/ tanda yang khas pada RA ini adalah allergic shiner,
allergic salute, dan allergic crease.
Pemeriksaan Penunjang
Penghitungan eosinophil dalam darah tepi, dan IgE total.
Pemeriksaan ini sangat cocok untuk prediksi kemungkinan
alergi pada bayi, balita dari suatu keluarga yang memiliki riwayat
alergi yang tinggi.
PP yg dapat memberikan hasil yang signifikan adalah
pemeriksaan IgE dengan Radio Immuno Sorbent Test (RAST)
atau Enzyme Linked Ummuno Sorbent Assay Test (ELISA).
Pem sitologi hidung dapat dilakukan untuk memeriksa secret
atau kerokan mukosa namun tidak dapat memastikan diagnosis
pasti, jika didapatkan hasil eosinophil dalam jumlah banyak
kemungkinan terjadi alergi inhalan
Classification according to ARIA (2001)
/ persistensi
/ derajat gangguan
ARIA = Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma (J Allergy Clin Immunol 2001; 108: S147-S334)
Penatalaksanaan
Terapi non-farmakologi
Pencegahan terhadap paparan alergen.
Terapi farmakologi
Tujuan terapi farmakologi untuk rinitis alergi adalah mencegah
dan mengurangi atau meminimalkan gejala.
Obat-obat yang digunakan antara lain adalah: antihistamin,
dekongestan nasal, kortikosteroid nasal, antikolinergik dan
golongan kromolin.
Obstructive Sleep Apnea
Obstructive Sleep Apnea (OSA) keadaan penyempitan atau
tertutupnya saluran nafas yang terjadi dalam keadaan tidur.
Komplikasi
OSA menyebabkan penurunan kualitas tidur. Keadaan hipoksia
yang berulang karena terjadinya apneu akan mengakibatkan
terjadinya gangguan homeostasis yang berat dan memberi efek
jangka panjang terhadap sistem kardiovaskular antara lain,
hipertensi, penyakit jantung iskemik, dan gagal jantung
kongestif. Pada anak, OSA akan menyebabkan gagal tumbuh
Hubungan antara RA dengan OSA